Laporan Praktikum Pembuatan Handsanitizer Dari Buah Asam Belimbing
Laporan Praktikum Pembuatan Handsanitizer Dari Buah Asam Belimbing
Laporan Praktikum Pembuatan Handsanitizer Dari Buah Asam Belimbing
Disusun oleh :
Nama : ZULFATUL HASANAH SELIAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan laporan praktikum
“PEMBUATAN HANDSANITIZER SECARA ALAMI DARI BELIMBING WULUH ” ini
sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai p handsanitizer. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Akhirnya, tiada suatu usaha yang besar akan berhasil tanpa dimulai dari usaha yang kecil.
Semoga makalah ini bermanfaat. Kami harapkan kritik serta saran dari pembaca apabila terdapat
banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini demi kesempurnaan dimasa mendatang.
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
NIP : 197406082005012003
BAB I
PENDAHULUAN
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan upaya preventif untuk mencegah dari
berbagai penyakit termasuk salah satunya yaitu penyakit muntaber atau yang lebih
dikenal masyarkat sebagai penyakit diare. Perilaku cuci tangan dengan sabun sebagai
salah satu perilaku hidup bersih dan sehat dapat menjadi upaya pencegahan dari penyakit
muntaber yang sering menjangkit masyarakat pada umumnya. Cuci tangan dengan sabun
menjadi hal yang sangat penting setelah kita melakukan berbagai aktivitas sehari-hari
terutama setelah melakukan pekerjaan yang membuat tangan kotor dan penuh kuman.
Keputusan Menteri Kesehatan No. 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) tertuang pernyataan, bahwa berdasarkan
studi Basic Human Service (BHS) di Indonesia tahun 2006, perilaku masyarakat dalam
mencuci tangan adalah : Setelah buang air besar 12%, setelah membersihkan tinja bayi
dan balita 9%, sebelum makan 14%, sebelum memberi makan bayi 7%, dan sebelum
menyiapkan makanan 6%. World Health Organization (WHO) (2013), menyatakan
bahwa tangan mengandung bakteri sebanyak 39.000 – 460.000 CFU/cm2 , yang
berpotensi tinggi menyebabkan penyakit. Penyakit tersebut antara lain : diare, infeksi
mata, cacingan, dan infeksi saluran pencernaan yang dapat menginfeksi dan menular
dengan cepat. Meski demikian penyakit – penyakit tersebut masih dapat dicegah salah
satunya dengan cara mencuci tangan dengan sabun. Dengan begitu maka mencuci tangan
sangatlah penting, untuk itu menyediakan sabun cuci tangan yang inovatif sangat 2
diperlukan ( Hand Sanitizer). Hand Sanitizer merupakan inovasi pembersih tangan tanpa
air mengalir (Desiyanto, 2013) Hand sanitizer sudah mulai marak dipasaran yaitu
berbahan dasar ethyl alkohol 62% (Cahyani, 2014). Namun, hand sanitizer yang sudah
beredar sampai sekarang ini mempunyai kelemahan berupa bahan dasar pembuatnya
yaitu ethyl alkohol yang membuat tangan kering dan menyebabkan dehidrasi pada kulit,
sehingga perlu ditambah bahan yang melembutkan kulit (moisture)
Hand Sanitizer Hand Sanitizer merupakan pembersih tangan yang memiliki kemampuan
antibakteri dalam menghambat hingga membunuh bakteri (Retnosari dan Isdiartuti,
2006). Menurut Diana (2012) terdapat dua hand sanitizer yaitu hand sanitizer gel dan
hand sanitizer spray. Hand sanitizer gel merupakan pembersih tangan berbentuk gel yang
berguna untuk membersihkan atau menghilangkan kuman pada tangan, mengandung
bahan aktif alkohol 60%. Hand sanitizer spray merupakan pembersih tangan berbentuk
spray untuk membersihkan atau menghilangkan kuman pada tangan yang mengandung
bahan aktif irgasan DP 300 : 0,1% dan alkohol 60%. Penelitian Diana (2012)
menyatakan, hand sanitizer yang berbentuk cair atau spray lebih efektif dibandingkan
hand sanitizer gel dalam menurunkan angka kuman pada tangan. Banyak hand sanitizer
yang berasal dari bahan alkohol atau etanol yang dicampurkan bersama dengan bahan
pengental, misal karbomer, gliserin, dan menjadikannya serupa jelly, gel atau busa untuk
mempermudah dalam penggunaannya. Gel ini mulai populer digunakan karena
penggunaanya mudah dan praktis tanpa membutuhkan air dan sabun. Gel sanitasi ini
menjadi alternatif yang nyaman bagi masyarakat.
Seiring perkembangan zaman, dikembangkan juga pembersih tangan non alkohol, tetapi
jika tangan dalam keadaan benar – benar kotor, baik oleh tanah, udara, darah, ataupun
lainya, mencuci tangan dengan air dan sabun lebih disarankan karena gel hand sanitizer
tidak dapat efektif membunuh kuman dan 8 membersihkan material organik lainnya.
Alkohol banyak digunakan sebagai antiseptik /desinfektan untuk desinfeksi permukaan
kulit yang bersih, tetapi tidak untuk kulit yang luka (Hapsari, 2015). Selain itu alkohol
juga mempunyai sifat iritasi pada kulit, mudah terbakar, dan juga meningkatkan infeksi
virus pemicu radang saluran pencernaan, karena itu muncul ide untuk memanfaatkan
bahan alami yang dapat mengurangi resiko munculnya penyakit gangguan pencernaan
Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan, salah satu cara menjaga
kesehatan tubuh yaitu dengan memelihara kebersihan tangan. Menurut Kementrian
Kesehatan RI, (2011) bahwa penyakit yang dapat timbul karena tidak menjaga kebersihan
tangan adalah diare. Kuman adalah suatu mahkluk hidup yang terdiri dari satu sel dan
dapat memperbanyak diri dengan cepat,terutama bila terdapat pada suasana yang baik
dan sesuai di dalam media dimana makanan tersedia untuk kuman. Satu kuman akan
berkembangbiak menjadi sangat banyak dalam waktu yang singkat. Sebagai mahkluk
hidup, kuman dapat mengeluarkan bahan – bahan sisa dari hidupnya, berupa racun yang
dapat membhayakan kelangsungan hidup manusia yang dihinggapi oleh kuman tersebut
(Hapsari, 2015) Mikroba yang terdapat pada tangan biasanya berupa bakteri kapang,
khamir, dan virus. Setiap orang memiliki rata – rata 150 bakteri atau kuman di telapak
tangannya. Jenis kuman dalam jumlah besar yang terdapat di tangan adalah Helobacter
pylori yang dapat menyebabkan maag, Escherichia coli yang dapat menyebabkan diare,
Salmonella sp. Yang dapat menyebabkan tipus dan diare (Khaeri, 2009). Kuman yang
lain seperti Stapylococcus aureus, Staphylococcus haemoliticus, Clostridium welchii,
Pseudomonas spp., Staphylococcus aerugonisa, bakteri Coliform, Staphylococcus
epidermis, Proteus spp, Klebsiella spp. dan Entamoeba coli (Rachmawati dan Yumna
2008). Bakteri Staphylococcus aureus memiliki potensi untuk menyebabkan penyakit
saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan infeksi melalui kulit. Bahan makanan yang
kontak tangan langsung tanpa proses mencuci tangan, sangat berpotensi terkontaminasi
Staphylococcus aureus (Hapsari, 2015). Bakteri Esherichia coli dapat menyebabkan
infeksi pada saluran pencernaan manusia, diantaranya enteroagregatif. Bakteri Shigella
dapat menyebabkan infeksi saluran pencernaan. Bakteri mempunyai spektrum yang
sangat luas. Makan disaat kondisi tangan kotor juga memicu hadirnya infeksi bakteri.
Pemakaian antiseptik tangan (hand sanitizer) dalam bentuk sediaan gel di kalangan
masyarakat menengah keatas sudah menjadi suatu gaya hidup. Gel merupakan sediaan
sistem semi padat (massa lembek) terdiri atas suspensi yang di buat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi dalam suatu cairan,
bersifat tiksotropi yaitu menjadi cairan ketika digoyang dan kembali memadat jika
dibiarkan tenang (Syamsuni, 2007). Zat kimia yang dipakai untuk membunuh atau
mengurangi jumlah organisme dan penemuan-penemuan baru terus bermunculan di
pasaran tetapi sebenarnya tidak ada bahan kimia yang ideal, artinya bahan yang dapat
dipakai untuk segala macam keperluan, oleh karena itu dipilih bahan kimia yang mampu
membunuh organisme yang ada, dalam waktu tersingkat, dan tanpa merusak bahan yang
digunakan. Indonesia memiliki iklim tropis yang menyebabkan tanahnya subur sehingga
banyak jenis tumbuhan yang dapat tumbuh di antara berbagai jenis tersebut beberapa
jenis tumbuhan berkhasiat sebagai obat, (Hariana, 2008). salah satu tumbuhan tersebut
adalah daun belimbing wuluh yang mempunyai khasiat sebagai obat demam dan
antiseptik kulit.
Menurut Pendit, dkk., (2016), menyatakan bahwa ekstrak buah belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) yang telah diisolasi memiliki aktivitas antibakteri pada bakteri
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Hal tesebut disebabkan karena ekstrak buah
belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) mengandung senyawa seperti flavonoid, saponin,
steroid/triterpenoid, tanin. Berbagai produk yang mengandung zat antiseptik, khususnya
gel antiseptik tangan, yang pada saat ini telah banyak dikembangkan. Produk-produk ini
dinilai lebih efektif dan praktis dalam membunuh bakteri yang ada di tangan.
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian mengenai formulasi sediaan gel
hand sanitizer ekstrak buah belimbing wuluh (Averhoa bilimbi L.) pada bakteri
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Untuk dapat lebih memanfaatkan
penggunaan belimbing wuluh sebagai salah satu buah yang memiliki khasiat sebagai
antibakteri yang dapat diformulasikan ke dalam sediaan gel antiseptik tangan (hand
sanitizer).
1. Apa saja alat dan bahan yang diperlukan untuk pembuatan hand sanitizer?
1.3 Tujuan
1. Menambah keterampilan praktek dalam bidang mikrobiologi.
4. Menambah wawasan dalam pembuatan hand sanitizer dengan memanfaatkan bahan alami.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hand sanitizer adalah cairan atau gel yang umumnya digunakan untuk mengurangi
patogen pada tangan.Pemakaian penyanitasi tangan berbasis alkohol lebih disukai daripada
mencuci tangan menggunakan sabun dan air pada berbagai situasi di tempat pelayanan
kesehatan.Penyanitasi tangan umumnya lebih efektif membunuh mikroorganisme dan lebih
ditoleransi oleh tangan dibandingkan sabun dan air.Walaupun demikian, mencuci tangan harus
tetap dilakukan jika kontaminasi dapat terlihat atau setelah menggunakan toilet.Penyanitasi
tangan berbasis nonalkohol tidak direkomendasikan untuk digunakan secara umum.Di luar
tempat layanan kesehatan, keefektifan penggunaan penyanitasi tangan sebagai pengganti cuci
tangan tidak didukung oleh bukti yang baik. Penyanitasi tangan tersedia dalam bentuk cairan,
gel, dan busa.
Seiring dengan perkembangan zaman, mencuci tangan terlihat lebih praktis yaitu dengan
menggunakan suatu cairan atau gel.Cairan atau gel ini bisa digunakan dimana saja dan
kapan saja tanpa harus membilasnya dengan air.Cairan atau gel antiseptik ini disebut
“Hand sanitizer”. Hand sanitizer adalah zat antiseptik yang di dalamnya terdapat alkohol
dengan persentase 60-95 %. Selain alkohol, hand sanitizer mengandung bahan-bahan
antibakterial seperti triclosan, glycerol atau agen antimikroba lainnya. Jenis produk hand
sanitizer ini beragam dan telah tersedia di pasaran dalam berbagai jenis dan digunakan
secara meluas di masyarakat. Salah satu tanaman yang dapat dijadikan untuk pembuatan
hand sanitizer adalah buah belimbig wuluh ( Averrhoa bilimbi L)
Hand sanitizer alami merupakan media cuci tangan yang dibuat dari bahan-bahan alami
ekstrak tumbuhan, seperti daun belimbing waluh , lidah buaya dan jeruk nipis. Hand
sanitizer yang berasal dari bahan alam lebih aman digunakan, tidak mengandung zat
kimia berbahaya, tidak merusak pernafasan, dan aman untuk anak-anak (Dewi et al.,
2016). Bahan bahan pembuatan hand sanitizer alami tersebut mudah didapatkan di
alam. Bahan alami seperti buah belimbing waluh ( Averrhoa bilimbi L) dapat digunakan
sebagai antiseptik kulit dapat menghambat bakteri Escherichia coli dan Staphylococus
aureus karena ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) mengandung
senyawa seperti tanin, flavonoid, steroid/ glikosida, dan saponin. lidah buaya dan jeruk
nipis tersebut berfungsi sebagai zat antiseptik alami sebagai pengganti etanol. Untuk
lidah buaya selain sebagai zat antiseptic juga berfungsi untuk melembabkan Sedangkan
untuk jeruk nipis selain sebagai zat antiseptik, jeruk nipis juga berfungsi sebagai ekstrak
wangi pada hand santizer.
Jeruk nipis dapat dimanfaatkan untuk pembuatan hand sanitizer karena memiliki
komponen kimia seperti flavonoid, alkaloid, tanin, minyak atsiri, dan saponin yang
mempunyai aktivitas antimikroba. Jeruk nipis mempu menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus secara in vitro
Lidah buaya (Aloe vera L. ) termasuk dalam famili Lily (Liliaceae). Tanaman ini telah
dikenal sebagai tanaman penyembuh.Berdasarkan hasil penelitian dilaporkan bahwa lidah
buaya memiliki kandungan saponin, flavonoid, polifenol, serta tanin yang mempunyai
kemampuan untuk membersihkan dan bersifat antiseptik.Sedangkan sirih (Piper betle
Linn) merupakan salah satu jenis tumbuhan yang banyak dimanfaatkan untuk pengobatan
Banyak hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan hand sanitizer, yaitu :
Apakah kandungan alkohol ini aman tertelan? Alkohol adalah bahan kimia yang mudah
menguap. Untuk mengindari efek alkohol terhadap tubuh, tunggu hingga tangan benar-
benar kering setelah menggunakan hand sanitizer.
Alkohol dalam hand sanitizer hanya akan memberikan dampak buruk bagi tubuh bila
tertelan dalam jumlah banyak. Di Amerika, kasus keracunan hand sanitizer banyak dialami
oleh anak-anak.
Ya, anak- anak memang berisiko tinggi tidak sengaja memakan hand sanitizer karena warna
dan aromanya yang menarik. Oleh karena itu, simpan hand sanitizer di tempat aman, jauh
dari jangkauan anak- anak
Tidak hanya menghindari efek alkohol pada tubuh, menunggu hingga tangan benar-benar
kering juga berarti memberikan waktu kepada hand sanitizer untuk bekerja optimal. Selain
itu, mengusap tangan sebelum hand sanitizer kering ternyata dapat memangkas
efektivitasnya.
METODOLOGI PRAKTIKUM
ALAT
1. Pisau
2. Wadah
3. Sendok
4. Saringan teh
5. Botol handsanitizer
6. Blender
Bahan
1. Buah belimbing wuluh
2. Lidah buaya
3. Jeruk nipis
4. Alkohol
5. Air
Adapun prosedur kerja dalam pemembuatan hand sanitizer sesuai standar WHO
yaitu :
Hand sanitizer ibu dapat bertahan satu tahun atau bahkan lebih. Berbeda dengan hand
sanitizer yang terbuat dari bahan alami.
1. Cuci sampai bersih semua bahan dan alat yang akan kamu gunakan. Disarankan
menggunakan air yang mengalir, kemudian tiriskan atau diamkan sampai mengering.
2. Bahan-bahan utama seperti belimbing wuluh, lidah buaya, dan serai, kupas dan ambil
bagian daging buahnya saja. Untuk serai ambil bagian yang paling lunak saja.
3. Blender semua bahan tersebut, kemudian saring dan tempatkan pada wadah yang terpisah.
4. Dengan perbandingan 1 : 1, campur hasil saringan lidah buaya dan belimbing wuluh dalam
satu wadah dan aduk sampai larutan menjadi homogen.
5. Masih dalam wadah yang sama, bahan tersebut dapat kamu campurkan dengan bahan hasil
saringan dari perasan jeruk nipis sesuai dengan varian aroma hand sanitizer yang akan kita
buat
6. Setelah dicampur sampai benar-benar homogen, bahan tersebut dapat kamu kemas dalam
kemasan yang menarik kemudian berikan label dan hand sanitizer dari bahan organik siap
kamu gunakan.
7. Masa penggunaan kurang lebih selama tiga puluh hari. Jika lebih dari tiga puluh hari
sebaiknya tidak kamu gunakan lagi.
BAB IV
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Hand sanitizer memberikan alternatif yang cepat dan efisien ketika kita tidak bisa
mendapatkan sabun dan air biasa. Tetapi, hand sanitizer tidak berguna dalam setiap situasi.
Pembuatan Hand sanitizer yang banyak digunakan di mana bahan aktifnya adalah etanol
dengan kadar 70% itu mudah pembuatannya. Hanya, untuk masyarakat umum untuk
mendapatkan bahan bakunya mungkin tidak mudah , karena ada persyaratan khusus etanol
klistrol masyarakat masih sulit untuk mendapatkannya. Sebagai alternative, ditemukanlah
cara membuat hand sanitizer dari alam dengan bahan buah beloimbing waluh yang
mengandung banyak manfaat secara alami untuk dijadikan handsanitizer serta perpaduan
anatara lidah buaya yang dicampurkan kedalam pembuatan handsanitizer untuk membuat
kulot tangan lembut dan tidak kesat ataupun iritasi jika di gunakan di tangan dan jeruk nipis
sebagai antiseptic sekaligus wangian untuk handsanitizer tersebut dan menggunakan bahan
bahan alami sehingga tidak akan ada menimbulkian efek iritasi dan alergi serta terebakar
jika di pakai ke tangan. kemudian menambahkan bahan lain yang juga mempunyai efek
antibakteri dan juga untuk mengatasi masalah sulitnya menemukan etanol sebagai antiseptik
yang produktif.
5.2 Saran