Tugas Sejarah Perkembangan Rumah Sakit

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

Tugas Makalah

Sejarah Rumah Sakit

Nama Dosen:
DR. Rokiah Kusumapradja, SKM, MHA

Oleh:
Marcia – 20210309175
Yohan E. Marpaung –
20210309179 Kampus B. Kebon
Jeruk

PROGRAM PASCA SARJANA


MAGISTER ADMINISTRASI RUMAH SAKTI
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai Rumah
tempat merawat orang yang sakit. Dan hal ini diperkuat dengan undang-undang no
44 tahun 2009 yang menyebutkan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggaraan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian
integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakkan
pelayana paripurna dan komprehensif, penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Pada rumah sakit juga
dilakukan suatu pelatihan dan Pendidikan bagi para tenaga kesehatan dan
pendukung. Dan guna melengkapinya diadakan juga suatu penelitian medik untuk
menunjang pelayanan medik.
Dalam definisi modern ini, rumah sakit telah mendapatkan fungsi-fungsi inti
dalam pelayanannya namun jauh sebelum definisi-definisi ini dibuat, rumah sakit
memiliki perjalanan panjang yang awalnya tidak bersifat ilmiah, melainkan lebih ke
arah rohani dan transcendent hingga kini kearah evidence based medicine.
Perjalanan berliku sejarah rumah sakit ini dimulai dari era sebelum masehi
yang kemudian kei era graeco-romawi, berlanjut ke era kekristenan, lalu ke era
islam, abad pertengahan hingga kemudian masuk ke nusantara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TERMINOLOGI
Kata “hospital” adalah suatu kata yang memiliki akar kata dari bahasa latin
“hospitium” yang berarti suatu tempat jamuan atau penghiburan untuk orang asing,
atau dapat juga berarti pondokan atau rumah penginapan atau ruang bagi tamu.
Pada awal era kekristenan, hospitia senantiasa terkait dengan biara dan awalnya
bertujuan untuk memberikan akomodasi bagi para peziarah.
Kata lain dari “hospital” yaitu “infirmary” pada awalnya merujuk pada suatu
ruangan yang berada di dalam biara untuk perawatan bagi para biarawan yang sakit.
Di era romawi, terdapat “valetudinarium” yang bertujuan memberikan perawatan
yang awalnya hanya diperuntukkan bagi para personel militer, namun dalam
perkembangannya juga memberikan pelayanan bagi umum.

B. MASA-MASA AWAL
Terdapat sejumlah bukti yang menunjukkan bawah rumah sakit paling
pertama terdapat di Mesopotamia dimana tabib kerajaan (sekitar tahun 2 SM)
memberikan perawatan bagi penyanyi istana yang sakit di tempat yang
kemungkinan besar merupakan rumah sakit atau rumah perawatan. Terdapat juga
sejumlah sumber yang menyebutkan bahwa terdapat suatu tempat yang juga
mungkin merupakan rumah sakit di era helenistik pada kuil Saturnus di kota
Heliopolis, Memphis dan Thebes.
Agama Buddhis yang berakar pada abad ke-6 SM di India memunculkan
fasilitas perawatan kesehatan yang dilembagakan pada awal abad ke-5 SM. Profesi
perawat mungkin juga berasal dari sini (abad ke-5 SM). Seorang raja dari India,
Asoka, disebutkan melakukan pembangunan rumah sakit untuk manusia dan juga
untuk hewan di abad ke-3 SM. Dengan menyebarnya agama Buddha ke arah timur,
maka bermunculanlah apa yang dikenal sebagai rumah pemulihan di Cina (mungkin
pada awal abad ke-5 SM) dan Asia Tenggara.
Di era Musa, hukum ketika itu sudah mencakup masalah kesehatan secara
luas, tetapi tidak dapat dikatakan bahwa bangsa Yahudi terkait dengan pendirian
rumah sakit. Di Alkitab tidak disebutkan mengenai lembaga-lembaga seperti itu,
tetapi pada sejumlah cerita disebutkan hal-hal yang memiliki pemikiran tentang
perawatan orang sakit, yaitu pada cerita mengenai anak di Sarfat (I Raja-raja 17:17-
24), cerita tentang Lazarus (Yohanes 11:6-25), cerita mengenai anak perwira (Lukas
7:1-9), penyakit raja Ahazia (2 Raja-raja 1:1-16) dan Orang Samaria yang Baik Hati
(Lukas 10:34, 35).

C. ERA GRAECO-ROMAWI
Perawatan kesehatan primitif di kuil Asclepius dianggap sebagai cikal bakal
dari rumah sakit modern. Didirikan di Epidaurus pada abad ke-5 SM, kultus
Asclepian berada di sekitar kompleks kuil yang dibangun di situs dengan persediaan
air yang melimpah. Kultus ini juga ditemukan di seluruh Kekaisaran Romawi, dan
berkembang hingga 391 M walaupun tidak terdapat bukti sahih tentang
penggunaannya sebagai rumah sakit modern, namun diketahui bahwa kamar
tersebut dipergunakan untuk perawatan medis jangka panjang.
Pada umumnya pasien akan memasuki kuil untuk kemudian memulai tidur di
stoa. Mimpi mereka kemudian ditafsirkan oleh seorang pendeta. Pendeta ini akan
memberikan saran terapi yang tepat. Contohnya adalah ketika Aelius Aristides
berkisah tentang aktivitasnya sebagai pasien, dan bagaimana dia berkonsultasi
dengan dokter untuk kemudia diberikan obat setelah mimpinya ditafsirkan. Pada era
ini terapi yang diberikan sebagian besar bersifat magis dan mistis, serta tidak sesuai
dengan pengobatan Hippocrates yang didasarkan pada pengetahuan ilmiah
kontemporer. Para dokter Hippocrates mengunjungi dan merawat pasien di rumah
mereka dan sambil sesekali melakukan operasi.
Gambar 1. Kultus Aesculapius

Langkah awal yang diambil oleh pemerintah Romawi dalam perawatan


kesehatan masyarakat — selain pengesahan berbagai undang-undang dalam hal ini
— adalah pendirian kuil Aesculapius di pulau Tiber pada tahun 293 SM setelah
adanya epidemi besar. Dalam krisis tersebut langkah tradisional para Senat
(merujuk pada nubuat dari Sibylline) adalah dengan mengimpor kultus Asclepius,
dewa pengobatan Yunani, dari pusat utamanya di Epidaurus. Tradisi mengatakan
bahwa seekor ular (simbol dewa) naik ke kapal di Epidaurus atas keinginannya
sendiri, dan ketika tiba di Roma, itu berenang ke darat ke sebuah pulau kecil di
Tiber. Setelah epidemi reda, orang-orang Romawi membangun sebuah kuil dewa di
pulau itu.
Ketika itu pendeta dari Epidaurus menyarankan agar merawat orang sakit
diluar dari area kota karena lebih higienis. Oleh karena itu dibangunkah kuil
Aesculapius di pulah Tiber, diluar dari kota Roma. Belakangan ritus ini dikenal
sebagai Rumah Sakit Budak, karena akumulasi dari pasien yang adalah budak,
dibawa ketika dalam kondisi sakit kronis namun tidak dijemput lagi oleh tuannya.
Pada era kekristenan, rumah sakit seperti ini ditemukan pada Rumah Sakit St.
Bartolomeus, yang menyediakan tempat bagi para peziarah.
Di Aesclepieon Epidaurus ini, terdapat 3 papan batu besar, dari tahun 350 SM
yang berisikan nama, sejarah kasus, keluhan dam penyembuhan dari 70 pasien.
Terdapat sejumlah pembedahan yang dilakukan sperti pembukaan dari abses
abdominal atau pengangkatan benda asing.
\
Gambar 2. Rekonstruksi kuil Asclepium di Pulau Tiber

Pasien yang lebih miskin dibawa ke dokter/taberna tempat mereka dirawat


dan kemudian dipulangkan, sedangkan yang kaya didatangi dokter di rumah.
Kebiasaan merawat orang sakit di rumah masih ditemukan pada zaman Kekaisaran
Romawi, sebagaimana dijelaskan oleh Tacitus. Kala itu terjadi bencana dimana
sebuah amfiteater runtuh, kemudian korban yang terluka dibawa ke rumah-rumah
pribadi di mana mereka dirawat oleh para dokter. Hal ini memberikan suatu indikasi
belum adanya suatu tempat yang bertindak sebagai rumah sakit, karena jika ada
rumah sakit, maka kemungkinan besar, korban luka akan dirawat di rumah sakit dan
bukan di rumah pribadi. Hal ini berlangsung hingga akhir abad ke-3 M. Sebagamana
disebutkan oleh Aelius Lampridius bahwa Kaisar Alexander Severus (222-235 M )
memerintahkan agar orang yang sakit dirawat oleh keluarga mereka masing-masing.
Akan tetapi dengan semakin luasnya Kekaisaran Romawi, maka tibalah suatu
tahap dimana tidak mungkin lagi untuk mengirim orang yang sakit ke keluarganya
masing-masing, sehingga didirikanlah suatu rumah perawatan militer. Ada dua jenis
rumah perawatan ini yaitu: rumah sakit yang berada di dalam benteng.rumah sakit.
Rumah sakit ini bersifat permanen dan didirikan di titik-titik strategis (valetudinaria);
dan rumah sakit lapangan. Rumah sakit ini bersifat sementara, dan didirikan selama
periode perang
Valetudinarium pertama kemungkinan besar dibangun pada abad ke-1 SM di
Carnuntum (dekat Wina). Rumah sakit tentara ini menjadi bagian dari arsitektur
benteng Romawi dan biasanya ditempatkan di dekat dinding luar di bagian dalam
benteng yang tenang. Valetudinaria dibangun di benteng-benteng besar dan juga di
benteng-benteng yang lebih kecil. Pada benteng kecil bertujuan untuk pasukan
tambahan — ukurannya bervariasi menurut ukuran benteng. Rumah sakit yang lebih
besar secara tradisional terdiri dari empat sayap dengan halaman tengah yang
terbuka. Jumlah bangsal kira-kira sama dengan jumlah prajurit di legion dan tiap
bangsal berkapasitas kurang darii tiga tempat tidur. Guna menunjang perawatan,
tiap bangsal dirancang untuk privasi yang baik. Di dalamnya umumnya juga
dibangun ruang perawatan, gudang, ruang staf, dan fasilitas mencuci, memasak,
dan kamar mandi.
Setiap unit militer memiliki dokter (milites medici) dan perawat medis
(capsarii). Pada unit ini yang bertanggung jawab adalah seorang prefek, perwira
kedua dan tantara yang berpengalaman. Pada prakteknya sesungguhnya lebih
banyak dikelola oleh optio valetudinarii, seorang perwira markas junior yang lebih
banyak bertindak sebagai pengelola dibandingkan perannya sebagai dokter. Jalur
suplai ke rumah sakit merupakan prioritas utama, sehingga apabila terjadi
kekurangan makanan maka rumah sakit menjadi unit yang paling akhr menderita.
Juga ada ditemukan petugas khusus (marsus) untuk menangani gigitan ular dan
racun-racun lainnya.
Dan meskipun tidak terdapat bukti arkeologis mengenai keberadaan rumah
sakit bagi para warga sipil, namun ditemukan adanya bukti rumah sakit bagi warga
sipil kelas atas, staf kerajaan yang bertugas di propinsi, para gladiator dan juga
budak di perkebunan besar.

D. ERA KEKRISTENAN
Di era awal kekristenan, umat kristen mengalami penganiayaan yang hebat dari
penguasa saat itu, akan tetapi hal ini tidak menyurutkan semangat umat kristen
untuk menringankan penderitaan orang yang miskrin dan sakit. Hal ini didasarkan
pada perumpaan Kristus mengenai orang samaria yang baik hati. Namun kepedulian
terhadap sesame ini tidak diimplementasikan dalam bentuk rawat inap hingga Kaisar
Konstantinus mengumumkan dekrit toleransi beragama pada tahun 311 ddan 313.
Setelah dekrit ini, dibangunlah Xenodochia. Rumah perawatan bagi para peziarah
dan pembawa pesan dan juga orang yang sakit dan lemah menta;. Rumah
perawatan ini nantinya berkembang menjadi yang kini dikenal sebagai rumah sakit.
Hal ini tidak lepas dari peran Kaisar Julian yang memerintahan pendirian xenodochia
seperti yang didirikan oleh umat kristen. Hal ini kemudian dilanjutkan oleh Kaisar Leo
dan Anthemius yang memerintahkan pembangunan xenodochia.
Dengan meningkatnya monastisisme kekristenan, maka dapat dipahami
bahwa upaya saling tolong menolong seringkali berawal dari biara. Salah satu
fasilitas yang terdapat di biara adalah rumah sakit, yang pada awalnya dibangun
untuk merawat para biarawan. Namun juga nantinya akan merawat pasien sipil
bahkan dengan batuan dari dokter dari luar institusi.
Santo Basil dari Caesarea (Cappadocia) merupakan salah satu pionir dalam
pendirian rumah sakit. Pada tahun 369 dia mendirikan basilika di Caesarea yang
memilikir rumah sakit dengan bangsal yang banyak, bahkan yang khusus untuk
penderita lepra. Bahkan rumah sakit ini berkembang untuk menjadi tempat bagi para
staf medis, ruang kerja, tempat singgah untuk para pengelana dan prang miskin,
juga sekolah. Santo Basil juga menganjurkan pembangunan rumah sakit di tempat
lain, contohnya adalah di Edessa, dimana Santo Eframin membangun rumah sakit
dengan yang berkapasitas 300 tempat ridur. Lalu kemudian abad setelahnya
sejumlah rumah sakit berbasiskan biara yang juga memiliki Gedung bagi para yatim
piatu dan orang miskin, dibangun di banyak kota. Misalnya di Roma, pada tahun
390, seorang Bangsawan Roma, Lady Fabiola membangun sebuah rumah sakit. Hal
ini diikuti bangsawan lainnya yaitu Lady Pulcheria dan Lady Pauline yang
membangun rumah sakit di Konstatinopel dan Jerusalem. Lalu Kaisar Eudoxia juga
memerintahkan pembangunan ruamh sakit di Jerusalem.

E. ABAD PERTENGAHAN
E.1 Abad pertengahan awal (abad 6-&)
Pada pertengahan abad ke-6, pembangunan rumah sakit telah banyak dilakukan di
roma bagian timur dan barat. Hal ini juga didukung oleh sejumlah kerajaan,
diantaranya adalah oleh Childebert, Raja Franks, yang mendirikan Hotel Dieu di
Lyons pada tahun 542. Charlemagne (747-814) mengeluarkan dekrit yang
menyatakan bahwa setiap katedral yang berada di wilayahnya harus memiliki rumah
sakit, biara dan juga sekolah. Pada saat ini penggunaan istilah “Hospitalium” telah
menggantikan istilah “Xenodochion”
Hal yang paling berperan di era ini adalah ketika Santo Benediktus dari
Nursia mengupayakan terciptanya pelayanan penyakit yang terbaik dan berdedikasi
pada rumah sakit di biara Montecassino Instruksi-instruksi dari Santo Benediktus
menjadi contoh bagi pembanguan rumah sakti lainnya. Hal ini didukung oleh konsil
gereja yang menyakatakan bahwa seluruh biarawan dan biarawati harus mengikuti
instruksi-instruksi dari Santo Benediktus
Pada abad ini juga dibangun sejumlan rumah sakit lainya misalnya di Merida,
Spanyol (580), Rumah Sakit Santo Yohanes di Efesus (610), Pantokrator di
Konstaninopel (Abad ke 7), Hotel Dieu di Paris (651), Montpellier (738), Santo Alban
di Engeland (794), Santa Maria della Scalla di Sienna (898) dan Rumah Sakit Santo
Bernard di Swiss Alp (962).

E. 2 Abad pertengahan akhir


Seiring dengan waktu, terjadi perubahan dari penggerak pembangunan rumah sakit,
yang sedianya dari biara menjadi ke arah otoritas sipil. Rumah sakit berbasiskan
biara juga terus berkembang, namun kini di kota-kota, pembangunan rumah sakit
juga dilakukan dengan dukungan sipil. Selain itu, otoritas gereja juga mulai
membuka rumah sakit publik. Pada era ini, rumah sakit khusus seperti untuk
penderita lepra juga mulai ditemukan.
Selama abad ke 12, berdasarkan perintah dari Paus Inosentius III, dimulailah
pembangunan Rumah Sakit Holy Ghost di sejumlah kota. Rumah sakit Holy Ghosy
di Montpellier menjadi salah satu rumah sakit Pendidikan terbesar di eropa.
Peran tabib penyembuh disini menjadi sangat penting, terutama setelah
Gereja melarang biarawan untuk berpraktek di luar biara. Pada saat ini, dogma
medis yang menjadi acuan adalah berdasarkan Galen dan Hipokrates.
Secara umum, rumah sakit yang ada merupakan rumah sakit umum, bukan
rumah sakit khusus. Bahkan sekalipun Basilika di Caesarea (abad ke 4),
seperempat kapasitasnya dikhususkan untuk penderita lepra, namun yang dapat
dikatakan sebagai rumah sakit khusus awal adalah rumah lepra (Lazar House;
Lazarettes; Leprosia), yang muncul di abad ke 11 ketika terjadi wabah kusta di
Eropa. Sepanjang abad ke 13, ditemukan 19.000 rumah leper di eropa, sebagian
besar dibangun oleh pemerinatah. Lalu pada abad ke 14, rumah bersalin dibangun
di Metz. Lalu ditemukan juga adanya rumah sakit khusus untuk orang tua

F. ERA ISLAM
Ketika Eropa mengalami era stagnasi sosio-sains, yang diakhiri pada jaman
renaisans, Islam memegang peranan dalam suksesi menggantikan eropa. Sejumlah
ahli dari arab seperti Rhazez (866-932), Albucasis (936-1013), Avicenna (980-1037),
Avnezoar (1091-1162), Averroes (1126-1198) dan Maimonides (1135-1204)
memberkan peran besar dalam perkembangan perumahsakitan.
Islam juga membangun rumah sakit (bimaristan) di Cordoba, Bagdad,
Damaskusm Bokhara, Sevilla dan Kairo dengan mencontoh rumah sakit Pendidikan
kristen di Jundi Shapur. Tudela , ketika mengunjungi Bagdad di tahun 1160
menemukan adanya 60 rumah sakit dan juga 50 rumah sakit di Cordoba. Dengan
rumah sakit terbesar adalah Rumah Sakit Mansuri di Kairo (1284). Rumah Sakit ini
memiliki 4 bagian besar, masing masing memiliki air mancur di pusatnya, bangsal
pria dan wanita yang terpisah, juga bangsal untuk penyakit khusus, gudang
penyimpanan, aula belajar, dan pasien luar (pasien diperiksa di rumah masing-
masing), ruang berdoa dan perpustakaan. Bangsal demam dibuat bersuhu sejuk
dengan adanya air mancur, terdapat musisi dan pencerita yang memberikan hiburan
bagi para orang sakit, dan ketika pasien dipulangkan, mereia mendapatkan sejumlah
uang yang dapat dipergunakan untuk membayar pengeluarannya sampai dengan
dia dapat kembali bekerja.
Pada era ini, rumah sakit jiwa pertama dibangun di Granada pada tahun
1365. Rumah sakit di Cordoba, Bagdad, Damaskus dan Kairo juga menjadi rumah
sakit Pendidikan sehingga menarik minat siswa yang berasal dari Eropa dan Timur
Jauh. Mengisi kekosongan stagnasi sains di eropa hinnga pada masa terbentuknya
sekolah medis di Salerno (abad 11) lalu di Montpellier dan Bologna (abad ke 13),
Padua dan Paris (abad ke 14)
Persian Academy of Gondishapur hospital and medical training center established
529 in Persia[28]

543 First hospital built at Monte Cassino by Saint Benedict, first of many


(about) Medieval Monastic hospitals[29]

First Spanish xenodochium (hospital) founded by the Catholic Visigoth


580
bishop Masona at Mérida, Spain[30]

706/707 Al-Wahid Bimarstan, first Islamic hospital built in Damascus[31]

727 Ospedale di Santo Spirito in Sassia hospital established in Italy[32]

800 or
Early hospital established in Sri Lanka at Mihintale[33]
earlier

805 Medieval Islamic Bimaristan (hospital) built in Bagdad[34][35]

829 Hôtel-Dieu (French hospital) established in Paris[13]

Al-Fustat Hospital established in Cairo, one of the first hospitals to offer mental health
872
treatment[36]

981 Al-'Adudi Hospital Bimaristan established in Baghdad by King 'Adud al-Dawla[36]

1083-1084 Hospital of St Nicholas, Nantwich, hospital for travelers in Nantwich, England[37]

Hospital of St John the Baptist, Winchester, early almshouse that became a hospital in
1085
Winchester, England

1090 Santa Maria della Scala, Siena established in Siena, Italy[38]

St. Bartholomew's Hospital, oldest hospital in Britain still providing medical services on
1123
the site it was originally built on
1140 Old St. John's Hospital one of the oldest hospital buildings in Europe with its
(circa) regulations dating back to 1188[39]

1197 Hôpital de La Grave, used to treat plague patients between 1508 and 1514[40]

1211–
Ospedale di San Paolo, early Franciscan hospital in Florence, Italy[41]
1222

1249 Great Hospital, medieval hospital still serving Norwich, England[42]

1277 Ospedale del Ceppo, Medieval hospital founded for the poor in Pistoia, Italy

1288 Hospital of Santa Maria Nuova, oldest hospital still active in Florence, Italy[43]

13th
Century Maristan of Sidi Frej, influential Maristan (hospital) in Fez, Morocco[44]
(late)

1325
Hospital of St John the Baptist, Arbroath, Arbroath, Scotland; early Medieval hospital[45]
(circa)

1339 San Giacomo degli Incurabili, medieval hospital in Rome, near the Porto di Ripetta[46]

1388 University Hospital Heidelberg founded, oldest in Germany[47]

1454 Hôtel-Dieu de Lyon, medieval hospital in Lyon, France[48]

Ospedale Maggiore di Milano, founded by the Duke of Milan, Italy; in continuous


1456
operation[32]

1449 Policlinico San Matteo, teaching hospital in Lombardy, Italy[49]

1491 Dar-ul-Shifa hospital established in Old Hyderabad, India[50]


G. ABAD KE 18
Pada abad ke-18, yang juga dikenal sebagai Zaman Pencerahan, rumah sakit
modern mulai muncul. Rumah sakit ini menyediakan layanan medis yang lebih
sempit, dan didirikan oleh otoritas sekuler.
Gerakan rumah sakit sukarela dimulai pada awal abad ke-18, dengan rumah
sakit pertama didirikan di London pada tahun 1710-an dan 1720-an, termasuk
Rumah Sakit Westminster (1719) yang dipromosikan oleh bank swasta C. Hoare &
Co dan Rumah Sakit Guy (1724) yang didanai dari warisan saudagar kaya, Thomas
Guy. Rumah sakit lain bermunculan di London dan kota-kota Inggris lainnya selama
abad ini. Rumah sakit Santo Bartholomew di London dibangun kembali pada tahun
1730, dan Rumah Sakit London dibuka pada tahun 1752.
Rumah sakit ini mewakili titik balik dalam fungsi institusi; mereka mulai
berkembang dari menjadi tempat perawatan dasar bagi orang sakit menjadi pusat
inovasi dan penemuan medis dan tempat utama untuk pendidikan dan pelatihan
calon praktisi. Rumah sakit berubah dari sekadar rumah perlindungan menjadi
institusi kompleks untuk penyediaan obat-obatan dan perawatan orang sakit. Charité
didirikan di Berlin pada tahun 1710 oleh Raja Frederick I dari Prusia sebagai
tanggapan terhadap wabah wabah.
Konsep rumah sakit sukarela juga menyebar ke Amerika Kolonial; Rumah
Sakit Bellevue dibuka pada tahun 1736, Rumah Sakit Pennsylvania pada tahun
1752, Rumah Sakit New York pada tahun 1771, dan Rumah Sakit Umum
Massachusetts pada tahun 1811.
Di seluruh Eropa, terdapat sekolah-sekolah kedokteran. Pendidikan yang
dilakukan masih mengandalkan kuliah dan bacaan. Pada tahun terakhir, siswa akan
mendapatkan pengalaman klinis yang terbatas dengan mengikuti profesor melalui
bangsal. Pekerjaan laboratorium jarang dilakukan, demikian juga dengan
pembedahan, jarang dilakukan karena adanya pembatasan hukum pada mayat.

H. ABAD KE 19
Pada pertengahan abad ke-19, rumah sakit dan profesi medis menjadi lebih
profesional, dengan reorganisasi manajemen rumah sakit di sepanjang jalur yang
lebih birokratis dan administratif. Undang-undang Apoteker 1815 mewajibkan
mahasiswa kedokteran untuk berlatih setidaknya setengah tahun di rumah sakit
sebagai bagian dari pelatihan mereka. Contoh lain dari profesionalisasi ini adalah
Rumah Sakit Charing Cross, yang didirikan pada tahun 1818 sebagai 'Rumah Sakit
dan Apotik London Barat' dari dana yang disediakan oleh Dr. Benjamin Golding.
Pada tahun 1821 ia merawat hampir 10.000 pasien per tahun, dan dipindahkan ke
tempat yang lebih besar di dekat Charing Cross di jantung kota London. Lalu ada
Sekolah Kedokteran Rumah Sakit Charing Cross. Institusi ini dibuka pada tahun
1822.
Florence Nightingale memelopori profesi keperawatan modern selama
Perang Krimea ketika dia memberikan contoh kasih sayang, komitmen terhadap
perawatan pasien dan administrasi rumah sakit yang rajin dan bijaksana. Sekolah
Perawat Nightingale adalah sekolah dengan program pelatihan perawat resmi
pertama. Sekolah perawat ini dibuka pada tahun 1860, dengan misi melatih perawat
untuk bekerja di rumah sakit, bekerja dengan orang miskin, dan mengajar. Florence
Nightingale berperan penting dalam mereformasi sifat rumah sakit, dengan
meningkatkan standar sanitasi dan mengubah citra rumah sakit dari tempat orang
sakit akan meninggal. Rumah sakit diubah citranya menjadi lembaga yang
didedikasikan untuk penyembuhan dan penyembuhan.

Gambar 3. Bangsal Scutari, tempat Florence Nightangle berkarya

Selama pertengahan abad ke-19, di Sekolah Kedokteran Wina, muncul para


dokter seperti Carl Freiherr von Rokitansky, Josef koda, Ferdinand Ritter von Hebra,
dan Ignaz Philipp Semmelweis. Ahli-ahli ini meletakkan dasar-dasar penting dari
ilmu kedokteran modern. Ilmu kedokteran dasar diperluas dan juga program
spesialisasi. Selanjutnya, klinik dermatologi, mata, serta telinga, hidung, dan
tenggorokan pertama di dunia didirikan di Wina.
Pada akhir abad ke-19, rumah sakit modern mulai terbentuk dengan
menjamurnya berbagai sistem rumah sakit pemerintah dan swasta. Pada tahun
1870-an, rumah sakit memiliki lebih dari tiga kali lipat asupan rata-rata asli mereka
dari 3.000 pasien. Di benua Eropa, rumah sakit baru umumnya dibangun dan
dijalankan dari dana publik. Keperawatan diprofesionalkan di Prancis pada
pergantian abad ke-20. Pada saat itu, 1.500 rumah sakit di negara itu dioperasikan
oleh 15.000 biarawati yang mewakili lebih dari 200 ordo religius. Kebijakan
pemerintah setelah tahun 1900 adalah untuk mensekularisasikan lembaga-lembaga
publik, dan mengurangi peran Gereja Katolik.
Di AS, jumlah rumah sakit mencapai 4.400 pada tahun 1910, ketika mereka
menyediakan 420.000 tempat tidur. Rumah sakit Ini dioperasikan oleh lembaga kota,
negara bagian dan federal, oleh gereja, oleh organisasi nirlaba yang berdiri sendiri,
dan oleh perusahaan nirlaba. Semua denominasi besar membangun rumah sakit.
Sebagian besar dikelola oleh biarawati yang tidak dibayar. Yang lain kadang-kadang
memiliki kader diakenes kecil sebagai staf. Rumah sakit nirlaba dilengkapi dengan
rumah sakit umum besar di kota-kota besar dan rumah sakit penelitian sering
berafiliasi dengan sekolah kedokteran. Sistem rumah sakit umum terbesar di
Amerika adalah New York City Health and Hospitals Corporation, yang mencakup
Rumah Sakit Bellevue, rumah sakit AS tertua, yang berafiliasi dengan Sekolah
Kedokteran Universitas New York.
Pada tahun 1948, National Health Service, penyedia utama perawatan
kesehatan di Inggris, didirikan dan mengambil alih hampir semua rumah sakit.

I. RUMAH SAKIT DI NUSANTARA


Pada masa kolonial, tingkat kesejahteraan penduduk di Indonesia berada dalam
kondisi yang memprihatinkan. Hal ini berbanding lurus dengan tingkat kesehatan,
dimana wabah penyakit menular seperti malaria, pes, kolera menyebabkan angka
mortalitas yang tinggi dan menyebabkan kualitas kesehatan yang rendah.
Perekonomian di Nusantara pada saat itu tidaklah baik, walapun Belanda
dalam penjajahannya mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Dan karena
pemerintah Belanda memiliki 2 tujuan di Indonesia yaitu pengembangan sumber
daya alam (La richessenaturrale), pemerintah Belanda juga sesungguhnya memiliki
konsekuensi terhadap daerah jajahannya, yaitu La richevace, upaya untuk
meningkatkan kesejahterann penduduk, seperti bantuan dalam pertanian pribumi,
kesehatan masyarakat, Pendidikan dal hal lainnya. Kebijakan ini memaksa
pengusaha perkebunan untuk memperhatikan kesehatan pekerja yang menjadi
tanggung jawabnya.
Sarana kesehatan yang tersedia jauh dari cukup, namun dengan kedatangan
VOC, maka sejumlah dokter-dokter Belanda terutama para ahlo bedah dibawa untuk
memberikan pelayanan, baik di kapal maupun di darat. Pelayanan rumah sakit di
Indonesia telah dimulai sejak awal keberadaan VOC hingga decade ketiga abad
XVII.
Setelah VOC mendirikan benteng di Batavia pada tahun 1612, dimulailah
perawatan pasien dan didirikan lah rumah sakit pertama di daerah pantai pada tahun
1626. Bentuk pelayanan ini tersebar ke seluruh nusantara terutama di territorial
perdagangan kompeni. Bangunan rumah sakit kala itu terbuat dari bambu dan batu
dengan prioritas pelayanan adalah pada pegawai VOC.
Pasien yang mendapatkkan pelayanan di rumah sakti harus membayar
sendiri, terkecuali pegawai VOC yang berasal dari Eropa. Oleh karena itu dapat
disimpulkan, kala itu rumah sakit hanya berorientasi ekonomi semata, bukan
kemanusiaan. Faktor inilah yang menjadi penyebab belum berobatnya penduduk ke
dokter dan rumah sakit. Namun berangsur-angsur pelayanan juga diberikan bagi
orang non eropa yang bekerja pada VOC, namun dengan. Tempat, fasilitas dan
pelayanan yang berbeda. Khusus untuk orang cina, VOC dan pemerintah Hindia
Belanda mewajibkan untuk mendirikan rumah sakit sendiri, sehingga pada rumah
sakit khusus ini, perawatan yang diberikan adalah perawatan medis tradisional cina
tanpa ada pengaruh dari barat. Baru pada awal abad ke XX, pengaruh barat masuk
ke dalam rumah sakit yang dikelola oleh orang cina (pribumi tidak dilayani di rumah
sakit ini)
Pribumi sesungguhnya mulai mendapatkan pelayanan kesehatan di akhir
abad XVII, melalui misionaris kristen kepada anak anak pribumi, walaupun lingkup
tindakannya terhitung kecil. Baru pada akhir abad ke XIX, misionaris kristen
malakukan upaya yang lebih sistematis dalam perumahsakitan.
Sampai dengan akhir abad ke XIX, susunggun ya rumah sakit yang ada di
Indonesia adalah rumah sakit militer yang dikhususukan untuk kesatuan militer dan
pegawati VOC. Yang mendapatkan pelayanan secara eksklusi hanya diberikan
kepada militer, pegawai VOC baik dari Eropa atau pribumi. Sipil diluar pegawai
VOC, tidak mendapatakna pelayanan kesehatan, kecual dia adalah orang eropa
atau penduduk non eropa yang secara yuridis dianggap setara dengan orang eropa.
Penduduk pribumi tidak mendapatkan pelayanan kesehatan.
Ketika terjadi pergeseran kebijakan politik kolonian pada akhir abad XIX dan
awal abad XX, maka terjadi perubahan dalam kebijakan pelayanan rumah sakit bagi
penduduk pribumi. Keberadaan Pendidikan “dokter Jawa” memberikan arti
pentingdalam pelayanan rumah sakit untuk penduduk pribumi. Ketika pemerintah
mulai membangn rumah sakit untuk pribumi, para “dokter Jawa” ini menjadi
pendukung utama dari pelayyanan rumah sakit untuk penduduk sipil pribumi.
Di akhir abad ke XIX, perkembangan rumah sakit swasta dimulai, yang
dipelopori oleh rumah sakit yang dikelola oleh perkebunan dan perusahaan
pertambangan.
Pada awal masa perkembangan rumah sakit, pendanaan rumah sakit
diperoleh dari subsidi penguasa dan juga dana yang dipungut dari pasien (pegawai
VOC). Pada saat itu juga telah berkembang pemberian pelayanan rumah sakit yang
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pasien, terutama pada diet yang diterima
pasien. Tinggi rendahnya tarif seusai dengan pelayanan dan kebutuhan pasien, oleh
karna itu dapat dikatakan bawah pada saat itu, kelas dalam rumah sakit telah
tercipta.
Pada masa pemerintahan Daendels, personil militer dibebaskan dari biaya
rumah sakit, sedangkan penduduk sipil pribumi bila termasik dalam kategori maka
akan dibebaskan dari biaya rumah sakit. Adapun kategorinya adalah pelacur yang
ditemukan sakit, orang gila, penghuni penjara, dan orang sipil yang bekerja pada
pemerintah. Pada sektor perkebunan dan pertambangan, biaya rumah sakit akan
dipotong langusng secara regular dari upah yang diterima. Sementara itu pada
rumah sakit orang cina, biaya diambil dari pajak khusus bagi orang cina yang
berlaku ketika itu.
Sejak tahun 1906, rumah sakit swasta seperti rumah sakit misionaris kristen
dan pertambangan mulai mendapatlkan subsidi secara teratur dari pemerintah,
dalam bentuk bantuan tenaga, peralatan, obat-obatan dan juga bantuan dana.
Berdasarkan aturan tahun 1928, 60%-70% biaya operasional rumah sakit misonaris
kristen akan disubsidi oleh pemerintah.
BAB III
KESIMPULAN
Rumah sakit adalah suatu institusi yang telah mengalami sejumlah
perubahan. Dari rumah singgah yang berafiliasi dengan keagamaan. Kemudian
mulai melayani pelayanan kesehatan dan berbasiskan militer dan orang-orang
tertentu. Dan kemudian mulai melayani orang sipil secara keseluruhan.
Pendidikan kedokteran juga berevolusi seiring dengan perkembangan rumah
sakit. Ilmu pengetahuna dan kedokteran barat semakin berkembang dengan konsep
evidence based medicine.
DI Indonesia, konsep rumah sakit dibawa oleh pemerintah kolonial belanda
pada masa VOC. Awalnya hanya orang eropa dan pegawai VOC yang mendapatkan
pelayanan kesehatan. Etnis lain seperti orang Cina dipaksa untuk menyediakan
pelayan kesehatan dengan pelayanan kedokteran cina.
Hal ini terus mengalami perubahan hingga pada tahun 1906 misionaris
kristen membangun rumah sakit dan juga mendapatlkan subsidi dari pemerintah,
dalam bentuk bantuan tenaga, peralatan, obat-obatan dan juga bantuan dana.

Anda mungkin juga menyukai