0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
144 tayangan25 halaman

Rolling

Dokumen tersebut membahas tentang pengenalan mesin rolling manual dan proses pembentukan pelat secara melengkung/melingkar. Tujuannya adalah memberikan pemahaman tentang mesin dan proses rolling serta peningkatan ketrampilan operasional mesin tersebut.

Diunggah oleh

Dorris Gurning
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
144 tayangan25 halaman

Rolling

Dokumen tersebut membahas tentang pengenalan mesin rolling manual dan proses pembentukan pelat secara melengkung/melingkar. Tujuannya adalah memberikan pemahaman tentang mesin dan proses rolling serta peningkatan ketrampilan operasional mesin tersebut.

Diunggah oleh

Dorris Gurning
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 25

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Banyak bentuk pengembangan teknologi yang bertujuan menjawab
kebutuhan akan efisiensi kerja manusia, maka suatu upaya pengembangan
teknologi yang efektif sangat diperlukan. Seiring kemajuan zaman yang
semakin berkembang tentunya banyak sekali perubahan-perubahan, terutama
pada ilmu pengetahuan dan teknologi di wilayah perindustrian. Dalam
berbagai bidang kehidupan, manusia senantiasa berusaha untuk
mempermudah kehidupan dan pekerjaannya untuk mendapatkan target yang
diinginkan dengan mengeluarkan usaha yang seminimal mungkin.

Demikian halnya pula dalam dunia keteknikan, manusia selalu


terdorong untuk membuat alat atau mesin yang dapat menunjang
perkerjaannya tersebut dengan mengeluarkan waktu dan tenaga yang
seminimal mungkin untuk mencapai target produksi. Sejalan dengan hal
tersebut, khususnya dalam usaha proses produksi, telah dikenal pula alat atau
mesin pengerol pelat yang telah banyak digunakan dalam dunia industri dan
perbengkelan untuk membuat profil lengkung dan atau profil lingkaran sesuai
dengan aplikasi produk yang diinginkan. Dalam hal ini, pada Laboratorium
Proses Manufaktur telah terdapat mesin pengerol pelat dengan sistem manual
dimana cara pengoperasiannya masih mengandalkan sumber tenaga manusia
dalam memutar batang rol penekan untuk member efek lengkung pada pelat
yang akan dirubah dibentuknya.

Logam adalah salah satu material yang banyak berperan di dalam dunia
industri seiring perkembangan jaman. Ilmu pengetahuan saat ini menuntut
tersedianya suatu material yang memiliki kualitas yang tinggi. Untuk

Kelompok 9
meningkatkan sifat mekanik logam salah satunya dengan cara pengerjaan
dingin seperti tempa, rolling, ekstruksi. Proses-proses tersebut merupakan
proses manufaktur yang penting dalam bidang industri. Untuk membuat
lembaran lembaran logam dapat menggunakan proses Rolling, baik dengan
Hot Rolling maupun Cold Rolling. Cold Rolling merupakan proses pengerolan
yang dilakukan pada temperatur kamar atau di bawah temperatur rekristalisasi.
Cold Rolling menyebabkan terjadinya mekanisme penguatan pada benda kerja
yang dikuti dengan turunnya keuletan. Benda kerja menjadi lebih kuat, lebih
keras tetapi lebih rapuh. Sebagian besar dari produk hasil Cold Rolling
melibatkan proses lanjutan yaitu proses perlakukan panas agar dapat
diaplikasikan sesuai ke spesifikasinya. Salah satu proses perlakuan panas yang
diterapkan pada produk hasil Cold Rolling adalah proses annealing. Proses ini
dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan sifat- sifat produk yang lebih
sesuai dengan aplikasinya.

2. Tujuan Praktikum
a. Tujuan umum:
Adapun tujuan umum pada praktikum kali ini yaitu:
1) Pengenalan secara langsung mesin-mesin perkakas serta cara
pengoperasiannya
2) Peningkatan pengetahuan serta ketrampilan tentang mesin-mesin
perkakas

b. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus pada praktikum kali ini yaitu:
1) Dapat mengetahui, menguasai dan menggunakan mesin Rolling
Manual.
2) Mengetahui proses dan cara pembentukan plat secara
melengkung/melingkar.

Kelompok 9
BAB II
LANDASAN TEORI

1. Proses Pengerjaan Panas


Guna membentuk logam menjadi bentuk yang lebih bermanfaat,
biasanya dibutuhkan proses pengerjaan mekanik di mana logam tersebut akan
mengalami deformasi plastik dan perubahan bentuk. Salah satu pengerjaan itu
adalah pengerjaan panas. Pada proses ini hanya memerlukam daya deformasi
yang rendah dan perubahan sifat mekanik yang terjadi juga kecil. Pengerjaan
panas logam dilakukan di atas suhu rekristalisasi atau di atas daerah
pengerasan kerja. Pada waktu proses pengerjaan panas berlangsung, logam
berada dalam keadaan plastik dan mudah di bentuk oleh tekanan. Proses ini
juga mempunyai keuntungankeuntungan antara lain:
a. Porositas dalam logam dapat dikurangi,
b. Ketidakmurnian dalam bentuk inklusi terpecah-pecah dan tersebar dalam
logam,
c. Butir yang kasar dan berbentuk kolom diperhalus,
d. Sifat sifat fisik meningkat,
e. Jumlah energi yang dibutuhkan untuk mengubah bentuk logam dalam
keadaan plastik lebih rendah. Namun demikian, pada proses pengerjaan ini
juga ada kerugiannya, yaitu pada suhu yang tinggi terjadi oksidasi dan
pembentukan kerak pada permukaan logam sehingga penyelesaian
permukaan tidak bagus. Hal itu akan berakibat pada toleransi dari benda
tersebut menjadi tidak ketat.

Pada pengerjaan panas, gaya deformasi yang di perlukan lebih rendah


dan sifat mekanik tidakmengalami perubahan yang besar. Ingot yang masih
panas jauh lebih mudah untuk di bentuk walaupun menimbulkan
kemungkinan negatif. Proses deformasi di lakukan di atas temperatur

Kelompok 9
rekristalisasi. Pada temperatur ini, pengerasan regangan dan struktur butir
yang terdeformasi akan segera tergantikan dengan struktur baru yang bebas
regangan. Secara singkat pengerjaan panas dapat di definisikan sebagai proses
merubah bentuk logam tanpa terjadi pencairan, volume benda kerja tetap dan
tak adanya gram (besi halus sisa proses). (widarto 2008)

Pengerjaan panas umumnya di lakukan pada temperatur di atas 0.6


temperatur lebur dengan laju regangan antara 0.5 sampai 500 per-detik.
Sedangkan temperatur rekristalisasi dapat di tentukan dengan rumus :

Trek = 0.5 Tmel (K)............................................. (1)

Selama proses deformasi akan terjadi proses rekristalisasi dari butir–butir


yang terdeformasi, sehingga benda kerja tidak mengalami pengerasan
regangan atau selalu dalam keadaan bebas regangan dan lunak. Dengan
demikian tingkat deformasi yang dapat di lakukan semakin besar dengan
semakin tingginya temperatur.

Gambar 2.1 Hot Rolling Proses


Sumber : Bahan ajar proses manufaktur 1 minggu 6

Gambar 2.2 Proses rekristalisasi


Sumber: Bahan ajar proses manufaktur 1 minggu 6

Kelompok 9
Keuntungan dari pengerjaan panas logam :
a. Porositas dalam logam dapat dikurangi. Batangan hasil cor biasanya
memiliki banyak lubang berisi udara. Lubang tersebut akan tertekan dan
hilang akibat gaya kerja yang tinggi.
b. Sifat fisis logam akan meningkat, diakibatkan adanya penghalusan butir
logam.
c. Meningkatkan ductility (keuletan)
d. Jumlah energi untuk menghasilkan kerja dalam mengubah bentuk baja
lebih sedikit ketimbang proses pembentukan dingin.
e. Ketidakmurnian tersebar dalam logam, ketidakmurnian tersebut dalam
bentuk inklusi terpecah-pecah.
f. Butir yang kasar di perhalus. Karena hal ini berlangsung di daerah
rekristalisasidan menghasilkan struktur butir yang halus.

Kerugian dari pengerjaan panas logam :


a. Terjadi oksidasi pada permukaan logam, kehilangan sebagian logam
menjadi karat/kerak
b. Terjadi dekarburisasi pada permukaan, khusus baja. Dekarburisasi adalah
menghilangnya karbon pada permukaan baja sehingga kekerasannya
menurun.
c. Terjadi penurunan kualitas permukaan akibat ter-rolling lapisan oksida
d. Dimesi produk kurang akurat karena sulit memperhitungkan faktor
ekspansi dan konstraksi yang terjadi
e. Ada kemungkinan terjadi hot shortness atau rapuh panas
f. Terjadi ketidak-homogenan struktur pada permukaan dengan bagian dalam
akibat perbedaan temperatur dan deformasi.

2. Cold Working Process


Biasa disebut work hardening atau strain hardening. Pengerjaan dingin
pada logam merupakan proses deformasi yang dilakukan pada temperatur di
bawah temperatur rekrisalisasi. Pada deformasi ini, temperatur akan
mengakibatkan timbulnya distorsi pada butir. Pengerjaan dingin dapat
meningkatkan kekuatan dan kekakuan logam.

Kelompok 9
Gambar 2.3 Cold working
Sumber: Bahan ajar proses manufaktur 1 minggu 6

Sifat-sifat dari pengerjaan dingin logam :


a. Terjadinya tegangan dalam logam, tegangan tersebut dapat dihilangkan
dengan suatu perlakuan panas.
b. Struktur butir mengalami distorsi atau perpecahan.
c. Kekerasan dan kekuatan meningkat, namun keuletan akan menurun
d. Suhu rekristalisasi baja meningkat.
e. Finishing permukaan lebih baik
f. Dapat diperoleh toleransi dimensi yang lebih akurat

Keuntungan proses pengerjaan dingin:


a. Tidak perlu pemanas, atau pemanasan ulang
b. Kekuatan tarik akan lebih baik dari benda asalnya
c. Ketelitian atau dimensi yang lebih baik
d. Hasil permukaan benda kerja lebih baik
e. Bisa menghasilkan benda dengan ukuran seragam

Kerugian proses pengerjaan dingin :


a. Daya pembentukan yang diperlukan lebih besar
b. Peralatan yang diperlukan umumnya besar dan kuat
c. Struktur kristal besar dan kasar sehingga lebih keras tapi rapuh
d. Waktu proses yang lebih lama

Kelompok 9
3. Pengertian Rolling
Rolling adalah suatu proses deformasi dimana ketebalan dari benda kerja
direduksi (dikurangi) menggunakan daya tekan dan menggunakan dua buah
roll atau lebih. Roll berputar untuk menarik dan menekan secara bersamaan
benda kerja yang berada diantaranya. Terdapat dua jenis proses rolling
berdasarkan temperatur nya yaitu hot rolling dan cold rolling.

Gambar 2.4 Proses rolling beserta produknya


Sumber: Kalpakjian, 2009. Hal. 317

Pada prosess pengerolan, benda dikenai tegangan kompresi yang tinggi


yang berasal dari gerakan jepit roll dan tegangan geser-gesek permukaan
sebagai akibat gesekan antara roll dan logam. Selama proses roll, tegangan ini
mengakibatkan terjadinya deformasi plastis. Tujuan utama pengerollan adalah
untuk memperkecil tebal logam. Biasanya terjadi sedikit pertambahan lebar,
penurunan ketebalan mengakibatkan pertambahan panjang.

Kelompok 9
Gambar 2.5 (a) Schematic illustration of the flat-rolling process. (b) Friction
forces acting on strip surfaces. (c) Roll force, F, and torque, T, acting on the
rolls. The width of the strip, w, usually increases during rolling,
Sumber: Klapakjian, 2009. Hal. 319

Gaya-gaya pada proses pengerolan dapat dikurangi dengan :


a. Mengurangi gesekan pada interface antara rool dan benda kerja.
b. Menggunakan roll dengan diameter yang lebih kecil untuk mengurangi
area kontak.
c. Menggunkan beberapa step pengerolan dengan pengurangan ukuran yang
lebih kecil setiap stepnya.
d. Melakukan pengerolan pada temperature yang tinggi agar mudah
dibentuk.
e. Memberikan gaya tarik pada bagian depan dan belakang benda kerja.

Gambar 2.6 Bentuk rol pelebaran.


Sumber: Kalpakjian, 2009. Hal. 322

Kelompok 9
Gambar 2.7 Pengerolan dengan diameter seragam.
Sumber: Kalpakjian, 2009. Hal. 321

terlihat bahwa roll dengan diameter seragam, menghasilkan plat dengan


ketebalan yang tidak seragam.

Gambar 2.8 Pengerolan dengn roll berdiameter tidak seragam.


Sumber: Kalpakjian, 2009. Hal. 321

Terlihat bahwa diameter bagian tengah rol yang lebih besar daripada
diameter bagian tepi rol, menghasilkan plat dengan ketebalan seragam. Agar
hasil pengerolan baik, sebaiknya menggunakan rol dengan diameter yang
tidak seragam. Dimana di bagian tengah rol harus lebih besar dari pada bagian
tepi rol. Desain tersebut dimaksudkan untuk mengatasi masalah lengkungan
yang terjadi pada rol. Sebagai catatan tidak ada ukuran pasti berapa selisih
diameter tengah dan diameter bagian tepi. Selisih tersebut dipengaruhi oleh
beban pada rol dan lebar benda kerja sehingga masing-masing kasus memiliki
selisih yang berbeda. (Kalpakjian, 2009)

Kelompok 9
Gambar 2.9 Cavity formation in a solid
Sumber: Kalpakjian, 2009. Hal. 331

4. Proses Dasar Pengerolan


Logam yang telah dipanaskan dilewatkan diantara dua rol yang berputar
berlawanan arah dengan celah antar rolnya kurang dari ketebalan material
yang akan dimasukkan. Karena rol berputar dengan kecepatan permukaan
melebihi kecepatan logam yang masuk, gesekan sepanjang kontak antar muka
bereaksi memajukan logam. Logam dijepit dan diperpanjangan adalah
kompensasi dari penurunan luas penampang lintang.

Jumlah deformasi yang bisa dicapai pada sekali pengerolan tergantung


pada kondisi friksi di sepanjang permukaan. Bila terlalu banyak yang
diinginkan tidak dapat memproses material dan slip di atas permukaan. apabila
terlalu sedikit deformasi untuk sekali lewat pengerolan, maka akan melibatkan
biaya produksi yang dibutuhkan menjadi sangat mahal.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengerolan


Seperti halnya dengan proses pengerjaan panas yang lain, kontrol suhu
sangat mempengaruhi keberhasilan proses pengerolan. Idealnya, sebelum
dilakukan proses pengerolan, benda kerja dipanaskan sehingga suhu panasnya

Kelompok 9
menjadi seragam. Karena temperatur benda kerja sangat mempengaruhi hasil
dari proses pengerolan apabila temperatur benda kerja tidak seragam maka
deformasi yang terjadi berikutnya juga tidak seragam. Contohnya apabila
material telah dipanaskan dengan waktu yang tidak memadai sehingga
temperaturnya belum seragam, maka apabila dilakukan proses pengerolan
bagian luar benda kerja yang panas akan mengalir terlebih dahulu.

Pemanufakturan biasanya memanfaatkan panas dari continuous cast


langsung untuk proses selanjutnya. Untuk operasi yang lebih kecil misalnya
ingot, slab, atau bloom material dibawa ke suhu rolling yang diinginkan,
biasanya dalam tungku gas atau perendaman minyak yang dipanaskan. Untuk
baja karbon murni atau padu suhu rendah atau suhu perendaman sekitar
2200°F.

Untuk benda kerja dengan penampang yang lebih kecil, biasanya


digunakan kumparan induksi untuk memanaskan material yang akan di roll.
Proses pengerolan panas biasanya dihentikan bila suhu jatuh sekitar 100-200oF
(50-100oC) diatas temperatur rekristalisasi. Suhu finishing sebesar itu
menjamin produk dengan ukuran butir bagus, seragam dan tidak ada
kemungkinan strain hardening. (Junofri, 2014)

6. Jenis-Jenis Pengerolan Logam


Secara kinematika, pengerolan diklasifikasikan menjadi 3 macam.
Pertama disebut pengerolan longitudinal, kedua pengerolan transversal, dan
pengerolan oblique. Selain secara kinematika, pengerolan juga
diklasifikasikan menurut geometri dari die atau rol yang digunakan. Ada
bermacam-macam proses pengerolan berdasarkan geometri die yang
digunakan. Masing-masing geometri die atau rol ini akan menghasilkan
bentuk-bentuk produk yang berbeda-beda. (Leo, 2020)

Kelompok 9
Gambar 2.10 Pengerolan longitudinal
Sumber: Leo, 2020. Hal. 4

Gambar 2.11 Pengerolan Transversal


Sumber: Leo, 2020. Hal. 4

Gambar 2.12 Pengerolan Oblique


Sumber : Leo, 2020. Hal. 4

7. Tipe Susunan Rol


a. Tipe Jepit
Mesin rol tipe jepit mempunyai susunan rol yang menyerupai huruf
L, dimana pada mesin rol ini terdiri dari 3 buah rol yang panjang. Dua rol
berfungsi menjepit bahan plat yang akan dirol, kedua rol ini berputar
berlawanan arah. Rol utama merupakan rol penggerak dimana gerakan
putar yang dihasilkan rol dapat diperoleh dari putaran tuas ataupun motor
listrik.

Kelompok 9
b. Tipe Piramid
Mesin rol tipe piramid mempunyai susunan rol membentuk piramid
atau segitiga. Jumlah rol yang digunakan pada mesin rol tipe piramid ini
berjumlah 3 buah. Dua buah rol bagian bawah berfungsi menahan plat
yang akan di rol, sedangkan rol bagian atas berfungsi menekan plat sampai
plat mengalami perubahan bentuk menjadi melengkung. Kelengkungan
akibat penurunan rol diatas ini selanjutnya diteruskan ke bagian sisi plat
yang lain mengikuti putaran ketiga rol tersebut.

c. Tipe Kombinasi Jepit dan Piramid


Mesin rol kombinasi jepit dan piramid ini terdiri dari 4 buah rol. Dua
buah rol yang berada di tengah berfungsi menjepit plat dan sekaligus
mendorong plat ke arah rol penekan. Rol penekan dan pengarah pada
bagian depan dan belakang masing-masing dapat diatur sesuai dengan
ketinggian kedudukan rol. Rol penggerak utama berada dibagian bawah.
Rol ini tidak dapat diatur, atau tetap pada posisinya.

Gambar 2.13 Susunan tipe rolling kombinasi


Sumber: https://bit.ly/3ockPtp

8. Konfigurasi Mesin Rol


a. Mesin Rol Dua Tingkat
Mesin rol ini mempunyai diameter sekitar 0,6-1,4 meter. Rol ini
dapat bekerja bolak-balik (reversing) ataupun searah (nonreversing). Rol
yang searah selalu berputar pada arah yang sama, dan benda kerja selalu
dimasukkan dari sisi yang sama. Rol yang bekerja bolak-balik, arah
putaran rol dapat dibalik sehingga benda kerja bisa dimasukkan dari sisi
yang lain

Kelompok 9
Gambar 2.14 Mesin Rol Dua tingkat
Sumber: Junofri, 2014. Hal. 8

b. Mesin Rol Tiga Tingkat

Gambar 2.15 Mesin Roll Tiga Tingkat


Sumber: Junofri, 2014. Hal. 8

c. Mesin Rol Empat Tingkat


Mesin ini menggunakan dua rol dengan diameter lebih kecil yang
langsung bersentuhan dengan benda kerja dan dua rol pendukung untuk
menahan rol yang berdiameter lebih kecil. Biasa digunakan untuk
lembaran yang lebih besar.

Gambar 2.16 Mesin Rol Empat Tingkat


Sumber: Junofri, 2014. Hal. 9

Kelompok 9
d. Mesin Rol Kluster
Mesin ini menggunakan empat rol pendukung dengan dua rol yang
berhubungan langsung dengan benda kerja, dimana diameternya lebih
kecil dibandingkan dengan mesin rol empat tingkat. Penggunaan mesin rol
kluster ini sama dengan mesin rol empat tingkat

e. Mesin Rol Tandem


Mesin ini menggunakan beberapa pasang roll, sehingga dapat
dioperasikan secara kontiniu sampai mencapai ketebalan produk yang
diinginkan

Gambar 2.17 Mesin Roll Tandem


Sumber: Junofri, 2014. Hal. 11

9. Variasi Pengerolan
a. Shape rolling
Shape rolling atau dikenal juga dengan profile rolling merupakan
proses pembentukan material dimana benda kerja dilewatkan pada rol
untuk mendapatkan bentuk profil tetap yang diinginkan. Produk dari shape
rolling bisa berupa profil I, profil H, profil T, profil U, rel kereta api.

Gambar 2.18 Shape Rolling


Sumber: Junofri, 2014. Hal. 11

Kelompok 9
b. Forging Rolling
Forging rolling merupakan sebuah proses dimana sebuah benda
kerja berupa lingkaran ataupun plat dikurangi ketebalannya sehingga
panjangnya bertambah. Forging rolling menggunakan 2 buah rol silinder
ataupun rol semi silinder yang setiap rolnya mempunyai satu atau lebih
alur bentuknya.

Gambar 2.19 Forging Rolling


Sumber: Junofri, 2014. Hal. 12

c. Skew Rolling
Skew rolling adalah sebuah proses pembentukan logam yang
menggunakan dua buah rol yg berputar berlawanan yang di desain khusus
dan berputar terus menerus. Skew rolling ini digunakan untuk membuat
bola logam dari benda kerja

Gambar 2.20 Skew rolling


Sumber: Junofri, 2014. Hal. 12

d. Thread Rolling
Thread rolling merupakan salah satu proses yang digunakan untuk
pembuatan ulir. (Junofri, 2014)

Kelompok 9
e. Ring rolling
Proses deformasi di mana cincin berdinding tebal dari diameter yang
lebih kecil digulung menjadi cincin berdinding tipis dari diameter yang
lebih besar. Keuntungan menggunakan ring rolling adalah penghematan
material, dan penguatan melalui pengerjaan dingin. Beberapa komponen
yang dibuat menggunakan proses ring rolling bola dan bantalan rol ras ,
ban baja untuk roda kereta api, cincin untuk pipa, dan mesin berputar.
(John Wiley & Sons, Inc. M P Groover 2002)

Gambar 2.21 Ring Rolling


Sumber: John Wiley & Sons, Inc. M P Groover, 2002. Hal. 404

Kelompok 9
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

1. Alat dan Bahan


Alat dan bahan dalam praktikum ini adalah :
a) Mesin rolling plat manual
Mesin rol manual yang digunakan adalah mesin rol manual dua
tingkat dengan arah putaran rol bisa searah dan berlawanan arah jarum
jam.

Gambar 3.1 Mesin rolling manual


Sumber: Laboratorium proses manufaktur

Bagian-bagian pada mesin rol:


1) Tuas pemutar rol
Untuk memutar rol secara manual
2) Upper roll
Rol yang mempunyai kedudukan tetap
3) Rear roll
Untuk mengatur radius dengan mengubah posisi
4) Lower roll
Untuk menyesuaikan ketebalan benda kerja

Kelompok 9
5) Rol penghubung tuas
Untuk menghubungkan tuas pemutar rol kiri dan kanan.
6) Roda pengunci
Untuk mengatur dan mengunci kedudukan lower roll sehingga benda
kerja terjepit dengan erat.
7) Roda pengatur diameter
Untuk mengatur diameter lingkaran hasil pengerolan dengan
mengubah posisi rear roll.
8) Tuas penggeser upper roll
Untuk menggeser upper roll

b) Kaca pelindung
Kaca pelindung berfungsi untuk melindungi mata dari gram pada
saat melakukan pengerolan.

Gambar 3.2 Kaca pelindung


Sumber: Laboratorium proses manufaktur

c) Slop tangan
Slop tangan berfungsi untuk melindungi tangan dari gram yang
dihasilkan saat proses pengerolan dan juga melindungi tangan dari bagian
logam yang tajam.

Gambar 3.3 Slop tangan


Sumber: Laboratorium proses manufaktur

Kelompok 9
d) Sepatu safety
Sepatu safety berfungsi untuk melindungi kaki ketika melakukan
pengerolan dari gram yang ada pada laboratorium proses manufaktur dan
melindungi kaki ketika benda kerja jatuh mengenai kaki.

Gambar 3.4 Sepatu safety


Sumber: Laboratorium proses manufaktur

e) Plat eser 1,5 mm

Gambar 3.5 Plat eser 1,5 mm


Sumber: Laboratorium proses manufaktur

2. Prosedur Percobaan
a. Sebelum penggunaan alat
1) Periksa keadaan alat potong
2) Siapkan benda kerja maupun peralatan yang dibutuhkan
3) Siapkan benda kerja, ukur dan tandai bagian-bagian yang akan potong
b. Saat Penggunaan Alat
1) Pastikan ukuran benda kerja sudah benar
2) Letakan plat di antara roll 1 dan roll 2
3) Atur jarak jepit plat antara rol sesuaikan dengan ketebalan plat dan
maksimal ketebalan 1.5 mm

Kelompok 9
4) Lakukan pemutaran pada spindel pada benda kerja secara perlahan,
lakuakan 2 sampai 3 kali sampai bentuk yang diinginkan.
c. Setelah Pengerjaan
1) Bersihkan alat dari geram yang menempel pada roll
2) Kembalikan peralatan ke tempat semula

Kelompok 9
BAB IV
OLAH DATA

1. Hasil
Hasil benda kerja yang didapatkan dari praktikum rolling manual dapat
dilihat dari gambar di bawah ini.

Gambar 4.1 Benda kerja hasil rolling manual


Sumber: Laboratorium proses manufaktur

Dari gambar 4.1 dapat dilihat hasil dari proses rolling manual. Benda
kerja yang sebelumnya plat lurus berubah menjadi plat yang melengkung. Plat
tersebut bisa melengkung dikarenakan terjadinya deformasi plastis pada benda
kerja pada saat proses pengerolan.

2. Pembahasan

Gambar 4.2 Proses pengerolan plat


Sumber: Laboratorium proses manufaktur

Kelompok 9
Guna membentuk logam menjadi bentuk yang lebih bermanfaat,
biasanya dibutuhkan proses pengerjaan mekanik di mana logam tersebut akan
mengalami deformasi plastik dan perubahan bentuk. Salah satu pengerjaan itu
adalah pengerolan. Pada praktikum ini rolling yang digunakan yaitu rolling
manual.

Mesin rolling manual yang digunakan merupakan tipe yang paling sederhana,
menggunakan 3 rol yang disusun secara asimetris yang mana 2 rol digunakan untuk
menjepit dan satu rol untuk mengarahkan. Tenaga yang digunakakan berasal dari
tenaga manusia. Mesin ini digunakan untuk mengerol plat tipis maksimal 2mm. Arah
putaran pengerolan bisa searah jarum jam dan berlawanan arah jarum jam.

Sebelum melakukan pengerolan manual, pastikan mesin rolling manual


bersih dari gram yang menempel pada rol dan juga pastikan ukuran benda
kerja sudah benar pada saat proses pemotongan. Pelat besi eser 1,5 mm yang
telah dipotong diletakkan diantara rol 1 dan rol 2 pada mesin rol manual. Jarak
antara rol 1 dan 2 yaitu sebesar 1,5 mm sesuai dengan tebal plat besi eser. Atur
spindel pengatur pemakanan lengkungan sesuai yang diinginkan. Selanjutnya
melakukan pemutaran tuas pemutar rol pada benda kerja dengan melakukan
secara perlahan dan lakukan 2 sampai 3 kali sehingga benda kerja menjadi
melengkung. Pada proses pengerolan ini dilakukan minimal oleh 2 orang yang
bertugas sebagai pemantau benda kerja dan pemutar tuas rol. Setelah benda
kerja menjadi plat lengkung sesuai yang diinginkan bersihkan mesin rol dari
gram sisa pengerolan.

Agar praktikum proses rolling manual berjalan aman adapun


keselamatan kerja pada proses pengerolan yaitu, jangan meletakkan tangan
diantara rol pada saat tuas rol diputar, memakai kaca pelindung untuk
melindungi mata dari geram pada saat pengerolan, memakai masker pelindung
pernapasan, rambut tidak boleh panjang untuk menghindari bahaya, kuku
tidak boleh panjang, gunakan slop tangan untuk melindungi tangan dari geram
dan sisi logam yang tajam, dan memakai sepatu safety untuk melindungi kaki
dari geram yang ada pada lantai laboratorium proses manufaktur.

Kelompok 9
BAB V
PENUTUP

1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
a. Mesin rolling manual berfungsi untuk merubah benda kerja dari yang plat
lurus menjadi plat lengkung.
b. Mesin rolling manual harus dioperasikan minimal 2 orang agar hasil
pengerolan baik.
c. Penggunaan mesin rolling manual dilakukan dengan cara memasukkan
benda kerja diantara rol 1 dan rol 2 kemudian mengatur besar pemakanan
lengkungan sesuai yang diinginkan lalu memutar tuas pemutar rol secara
perlahan dan dilakukan 2 sampai 3 kali supaya hasil pengerolan bisa baik.

2. Saran
Adapun saran pada praktikum ini adalah sebagai berikut.
a. Dalam melakukan pengerolan praktikan harus memutar tuas pemutar rol
secara perlahan.
b. Dalam melakukan pengerolan praktikan harus memakai perlengkapan
safety. Seperti memakai kaca pelindung untuk melindungi mata dari gram
saat proses pengerolan, slop tangan untuk melindungi tangan dari gram,
dan sepatu safety untuk melindungi kaki dari gram.
c. Dalam melakukan pengerolan praktikan harus melakukan sesuai dengan
prosedur.

Kelompok 9
DAFTAR PUSTAKA

John Wiley & Sons, Inc. M P Groover. 2002. Fundamentals of Modern


Manufacturing.

Junofri, Andra. 2014. Makalah Pengerolan Logam. Padang: Universitas Bung


Hatta

Kalpakjian, serope. Schmid, steven R. 2009. Manufacturing engineering and


technology 6th. New york : pearson

Leo,dkk. 2020. Makalah Teknik Rolling. Karawang: UNIVERSITAS NEGERI


SINGAPERBANGSA KARAWANG.

Widarto, dkk. 2008. Teknik Pemesinan Untuk Sekolah kejuruan. Jakarta:


Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Kelompok 9

Anda mungkin juga menyukai