K012171033 - Tesis - AM
K012171033 - Tesis - AM
K012171033 - Tesis - AM
TESIS
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
ii
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Ilmu Kesehatan Masyarakat
kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
iv
iv
v
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala
tanpa bimbingan dari dosen pembimbing dan bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ida Leida
Maria, SKM., M.KM., M.Sc.PH., selaku dosen pembimbing utama dan Dr.
penyusunan tesis ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof.
Dr. drg. A. Arsunan Arsin, M.Kes., Prof. Dr. H. Nur Nasry Noor, MPH., dan
tesis ini.
vi
1. Dr. Masni, Apt., MSPH, selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan
dan staff;
kekurangan. Oleh karena itu, sangat diharapkan adanya kritik dan saran
Penyusun
ABSTRAK
18/09/2020
ABSTRACT
The results showed that the majority of children were boy (56.5%),
had birth weight ≥ 2,500 grams (93.5%), the majority stunted (60.1%), had
no history of diarrhea (60.0% ) and have a history of ARI (50.0%). There is
a relationship between drinking water sources (PR 1,394, p=0,042),
drinking water treatment (PR 1,332, p=0,038), sewage management (PR
2,743, p=0,000), waste management (PR 3,808, p=0,001) and hygiene
(PR 0,740, p=0,028) to the incidence of stunting. Whereas, the physical
quality of drinking water (PR 0,958, p=0,833) and latrine ownership (PR
1,041, p=0,760) have no relationship with the incidence of stunting in
Mamuju Regency. The most dominant factor is waste management (OR
8,520, 95% CI, 2,099-19,506).
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
halaman
Tahun 2020 73
DAFTAR GAMBAR
halaman
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR SINGKATAN
Reference Study
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
asupan zat gizi yang cukup dalam kualitas dan kuantitas yang lebih
banyak. Apabila asupan zat gizi tidak terpenuhi, maka pertumbuhan fisik
berdampak secara luas pada negara yang akan kehilangan sumber daya
rawan gizi dan penyakit. Status gizi merupakan indikator kesehatan yang
(Berat Badan/ Umur), TB/ U (Tinggi Badan/ Umur) dan BB/ TB (Berat
masalah gizi secara umum. Sedangkan untuk indeks TB/ U dan BB/ TB,
yang lebih buruk pada masa kanak-kanak dan remaja, dan memiliki
ketika anak-anak, pendidikan sekolah yang kurang total, kinerja ujian yang
lebih rendah, pengeluaran rumah tangga per kapita yang lebih rendah dan
2014).
dari kurang gizi dan infeksi sejak lahir – maupun sebelum lahir. Bukti dari
tahun 1990 dan 2014, prevalensi stunting menurun dari 39,6% menjadi
23,8% dan jumlah yang terpengaruh juga menurun dari 255 juta anak
Statistics, secara global tahun 2015, satu dari empat anak di bawah usia 5
tahun (23% atau 156 juta anak) mengalami stunting, tahun 2016 (155 juta
anak) dan tahun 2017 (22% atau 151 juta anak), sedangkan pada tahun
3
2018, prevalensi stunting secara global menurun menjadi 21,9% atau 149
mengakhiri semua jenis malnutrisi terfokus pada stunting, gizi kurang dan
kelebihan berat badan pada anak di bawah usia 5 tahun. Tahun 2014, dari
159 juta balita yang mengalami stunting, lebih dari setengahnya tinggal di
Asia dan lebih dari sepertiga tinggal di Afrika (UNICEF, 2015). Data dari
Tahun 2015, di wilayah Afrika (38%) dan diikuti oleh wilayah Asia
Tenggara (33%), tahun 2016 (34%) di kedua wilayah tersebut dan tahun
2017 (tiga perempat dari 22% atau 151 juta anak yang mengalami
2018). Selanjutnya, pada tahun 2018, dua dari lima anak yang mengalami
(Kemenkes, 2018).
4
merupakan salah satu dari 160 lokus kabupaten/ kota untuk penurunan
sebesar 42,9%. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan data tahun 2016 yaitu
(Kemenkes, 2017a). Hasil ini sesuai dengan data yang diperoleh dari
Namun, karena balita masih sangat bergantung pada ibu/ keluarga, maka
5
yang terjadi sejak bayi dalam kandungan maupun pada masa awal anak
emosi yang berakibat pada kerugian ekonomi; baik skala mikro semata
dalam keluarga maupun skala makro, dalam hal ini anggaran belanja
Metode Pompa ASI), PMT lokal bagi ibu hamil dan balita. Sedangkan
dan penyakit yang berasal dari air kotor, sanitasi yang tidak memadai, dan
bahwa anak-anak yang sumber air minumnya baik (33,7%) lebih kecil
oleh Lulu’ul Badriyah dan Ahmad Syafiq (2017), pengelolaan limbah dan
pada anak (Badriyah et al., 2017). Terkait higiene, sebuah penelitian yang
kondisi ini akan berdampak pada gangguan masalah gizi dan memiliki
dengan cakupan 99% akan mengurangi kejadian diare sebesar 30%, yang
kemiskinan yang dipicu oleh kondisi WASH yang tidak memadai yang
8
studi termasuk 16.473 anak (7.776 pada kelompok intervensi dan 8.687
WASH pada pertumbuhan linier sangat berbeda dengan usia dan jenis
untuk air, sanitasi dan kebersihan. Karena sifatnya yang saling berkaitan
9
atau bergantung satu sama lain, ketiga masalah inti ini dikelompokkan
bersama untuk mewakili sektor yang sedang tumbuh. Misalnya, tanpa air
bersih yang cukup untuk minum, memasak, dan kebersihan pribadi, sulit
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
2. Bagi Pemerintah
bagi instansi terkait maupun lintas sektor agar dapat saling bekerja
Mamuju.
12
3. Bagi Masyarakat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Stunting
anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SD/ standar deviasi
Gambar 1.
Gambaran Anak Normal dan Stunting
bawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak
14
2. Epidemiologi Stunting
a. Orang
kekurangan gizi terutama pada periode 1000 HPK. Jika pada rentang
penurunan status gizi anak bisa dicegah sejak awal (Utomo, 2018).
Stunting juga dapat terjadi pada anak dengan BBLR. Sebuah studi
berlanjut dan berisiko untuk tumbuh pendek pada usia remaja. Anak
15
yang tumbuh pendek pada usia dini (0-2 tahun) dan tetap pendek
pada usia 4-6 tahun, memiliki risiko 27 kali untuk tetap pendek
normal pada usia dini dapat mengalami growth faltering pada usia 4-
2017).
status gizi anak. Selain itu, daya beli keluarga akan semakin
b. Waktu
kekurangan gizi kronis yang terjadi selama periode 1000 HPK. Akan
(TNP2K, 2017).
yang irreversible (tidak bisa diubah), anak tersebut tidak akan pernah
al., 2015).
c. Tempat
Gambar 2.
Persentase Balita Pendek di Indonesia Tahun 2015
(Kemenkes, 2016a).
Gambar 3.
Persentase Balita Pendek di Indonesia Tahun 2016
3. Penyebab Stunting
oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita
dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, serta setelah ibu
nutrisi tubuh bayi yang tidak lagi dapat disokong oleh ASI, serta
protein, buah dan sayur. Oleh karena itu, angka stunting di Indonesia
20
(Pusdatin, 2018).
semakin menurun dari 79% di 2007 menjadi 64% di 2013 dan anak
(TNP2K, 2017).
Bergizi
2004).
4. Dampak Stunting
optimal; dan
sekolah; dan
dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita.
besar intervensi stunting, yaitu intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi
b. Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia
c. Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia
masyarakat secara umum dan tidak khusus ibu hamil dan balita pada
sebagai berikut:
Berencana (KB).
pada remaja.
6) Pemberantasan kecacingan;
26
Buku KIA;
b. Balita
narkoba.
d. Remaja
narkoba; dan
e. Dewasa Muda
and Hygiene)
sering dibagi menjadi empat dari tiga kategori, dengan intervensi “air”
dibagi menjadi dua subkategori: “kuantitas air” dan “kualitas air”. Yang
minum, apakah di sumber air atau pada titik penggunaan atau konsumsi.
(misalnya setelah buang air besar dan sebelum makan) (Cumming et al.,
2016).
disebabkan oleh diare akibat kekurangan gizi (USAID, 2009). Analisis data
Kondisi seperti ini cukup berisiko karena bukan hanya anak-anak yang
akan tumbuh menjadi tenaga kerja yang tidak produktif, bahkan mereka
berpotensi menjadi beban. Mengingat hal itu, semua pihak perlu menaruh
1. Water (Air)
kebutuhan rumah tangga lainnya. Untuk keperluan air minum, air yang
29
2) Keran umum
3) Hydrant umum
4) Terminal air
penjual keliling, air yang dijual melalui tanki, air sumur dan mata
(Notoatmodjo, 2011):
1) Syarat Fisik
2) Syarat Bakteriologis
terdapat kurang dari empat bakteri E.coli, maka air tersebut sudah
3) Syarat Kimia
yang mana proses desinfeksi adalah suatu proses atau usaha agar
kuman patogen yang ada di dalam air punah atau hilang. Bahan
untuk waktu yang cukup lama. Beberapa cara desinfeksi yang dapat
air dan tidak beracun. Dalam hal disinfeksi/ sterilisasi air, teknologi
dan zat organik lainnya. Selain itu, juga dapat menetralisir zat
kontainer.
416/MEN.KES/PER/IX/1990.
2. Sanitation (Sanitasi)
a. Jamban
1) Jamban Cemplung
diberi lantai dan tempat jongkok. Lantai jamban ini dapat dibuat
dari bambu atau kayu, tetapi dapat juga terbuat dari batu bata
karena baunya.
34
2) Jamban Plengsengan
kotoran. Jadi tempat jongkok dari jamban ini tidak dibuat persis di
terjamin.
3) Jamban Bor
adalah bor tangan yang disebut bor auger dengan diameter antara
30-40 cm. Jamban bor ini mempunyai keuntungan, yaitu bau yang
tanah.
karena terhalang oleh air yang selalu terdapat dalam bagian yang
35
dengan kotoran.
jatuh di air.
jarak 15 meter.
air.
dapat terdiri dari dua bak atau lebih serta dapat pula terdiri atas
b) Lapisan cair.
c) Lapisan endap.
2) Konstruksi kuat.
berwarba.
6) Cukup penerangan.
37
7) Sederhana desainnya.
8) Murah.
limbah dapat dilakukan dengan membuat saluran air kotor dan bak
(Kemenkes, 2016b):
38
permukaan tanah.
c. Pembuangan Sampah
padat, terdiri dari zat organik dan anorganik yang dianggap tidak
2009):
sebagainya.
dengan tanah.
3. Hygiene (Higiene)
a. Kebersihan Tangan
tangan adalah:
mencuci tangan.
juta jiwa per tahun (USAID, 2009). Meningkatkan praktik cuci tangan
b. Kebersihan Kuku
kuku adalah:
mencuci botol, dan cara sterilisasi (Sutomo, 2010). Cara yang salah
942/Menkes/SK/VII/2003, yaitu:
dengan sabun.
bebas pencemaran.
43
sebelum diolah.
lembab.
44
tanpa sadar.
C. Sintesa Penelitian
Tabel 1.
Tabel Sintesa Penelitian
NO. JUDUL PENELITI JURNAL SAMPEL DESAIN SIMPULAN
1. Household Sanitation Jee Hyun BMJ Open 2015; Sebanyak 10.364, Cross- 1. Akses rumah tangga ke fasilitas
and Personal Hygiene Rah, Aidan A 5 34.639 dan 1.282 sectional toilet dikaitkan dengan peluang
Practices are Associated Cronin, anak di bawah - penurunan stunting di antara
with Child Stunting in Bhupendra 2SD yang anak-anak usia 0-23 bulan.
Rural India: A cross- Badgaiyan, berpartisipasi 2. Praktik mencuci tangan dengan
Sectional Analysis of Victor M dalam National sabun setelah buang air besar
Surveys Aguayo, Family Health dikaitkan dengan penurunan
Suzanne Survey 2005– risiko stunting sebesar 14% di
Coates, Sarah 2006 (NFHS-3), antara anak-anak usia 0-23
Ahmed Hunger and bulan (OR=0,86, 95% CI 0,80
Malnutrition hingga 0,93).
Survey 2011 3. Terdapat hubungan yang
(HUNGaMA) dan signifikan antara praktik
Comprehensiv kebersihan ibu/ pengasuh,
Nutrition Survey di sanitasi rumah tangga dan
Maharashtra 2012 kondisi air minum dengan
(CNSM) kejadian stunting pada anak.
48
D. Kerangka Teori
lahan dan teknologi. Penyebab dasar di tingkat rumah tangga terdiri dari
akses terhadap makanan, pola asuh dan praktik pemberian makan serta
terjadinya stunting adalah status gizi ibu (asupan ibu dan penyakit infeksi
ibu) dan status gizi anak (asupan energi, protein, zink dan penyakit infeksi
Gambar 4.
Kerangka Teori Penelitian
E. Kerangka Konsep
Gambar 5.
Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan :
Variabel Independen
Variabel Dependen
F. Definisi Operasional
1. Variabel Dependen
Kejadian stunting yang dimaksud dalam penelitian ini adalah status gizi
2. Variabel Independen
sumber air minum utama yang dikonsumsi meliputi air ledeng (kran),
sumur bor atau sumur pompa dan penampungan air hujan (PAH)
Kriteria Objektif
Kriteria Objektif
dikonsumsi
Kualitas fisik air minum yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
Kriteria Objektif
keruh
minum
d. Kepemilikan Jamban
leher angsa.
Kriteria Objektif
(private) di rumah
e. Pengelolaan Limbah
Kriteria Objektif
limbah
f. Pengelolaan Sampah
Kriteria Objektif
dikubur
g. Higiene
Kriteria Objektif
G. Hipotesis Penelitian
di Kabupaten Mamuju