0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
585 tayangan35 halaman

Laprak Percobaan 2 Decoder Dan Encoder

Dokumen ini membahas tentang percobaan decoder dan encoder pada praktikum elektronika digital. Dokumen ini menjelaskan tujuan, teori dasar, prinsip kerja, contoh rangkaian, dan tabel kebenaran dari decoder dan encoder.
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
585 tayangan35 halaman

Laprak Percobaan 2 Decoder Dan Encoder

Dokumen ini membahas tentang percobaan decoder dan encoder pada praktikum elektronika digital. Dokumen ini menjelaskan tujuan, teori dasar, prinsip kerja, contoh rangkaian, dan tabel kebenaran dari decoder dan encoder.
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 35

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DIGITAL

DECODER DAN ENCODER

Disusun oleh : Kelompok 1

Nama : Zakhia Jilan Fadhila

NIM : A1C320049

Kelas : Reguler B

Asisten Dosen :

1. Eni Setianingsi Napitu (A1C319027)


2. Yanvito Sullyfan Purba (A1C319031)
3. Dedek Daramtiara (A1C319043)
4. Fhadira Insani Putri (A1C319061)
5. Adriyan Ardi Rahman (A1C319075)
6. Aldi Muhammat Kurniawan (A1C319083)

LABORATORIUM PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2022
I. Judul : Decoder dan Encoder
II. Hari / Tanggal : Selasa / 29 Maret 2022
III. Tujuan :
Adapun tujuan dari praktikum elektronika digital pada percobaan Decoder
dan Encoder diantaranya sebagai berikut :
1. Dapat mengenal macam-macam rangkaian Decoder dan Encoder.
2. Dapat membedakan Decoder dan Encoder.
3. Dapat menganalisis prinsip kerja Decoder dan Encoder.

IV. Landasan Teori


Rangkaian kombinasional adalah rangkaian digital yang nilai output
seluruhnya bergantung pada kombinasi nilai-nilai inputnya pada saat tersebut.
Rangkaian kombinasional tidak dipengaruhi oleh segi historis dari rangkaian
seperti halnya rangkaian sekuensial. Rangkaian kombinasional terdiri atas blok–
blok gerbang logika dasar seperti gerbang AND, OR, dan NOT, serta beberapa
gerbang logika lainnya yang dikombinasikan untuk mendapatkan nilai keluaran
tertentu (Arifianto, 2017).
Rangkaian kombinasional adalah suatu rangkaian logika yang terdiri
beberapa gerbang logika yang memiliki output yang hanya tergantung input pada
saat yang sama. Ada beberapa beberapa rangkaian kombinasional. Rangkaian
kombinasonal merupakan implementasi fungsi Boole dengan rangkaian NAND-
NAND atau dengan rangkaian logika NOR-NOR. Beberapa contoh rangkian
kombinasional adalah rangkaian penambah penuh (full adder), decoder dan
encoder (Baria, 2016).
Sementara menurut Sugiartowo (2018), rangkaian kombinasional adalah
rangkaian yang nilai keluaranya (output) tergantung pada nilai masukanya (input).
Rangkaian kombinasional ini tidak memiliki sifat memori, maka dari itu nilai
keluaran rangkaian di suatu waktu hanya ditentukan oleh nilai dari masukanya di
waktu tersebut. Contoh dari rangkaian kombinasional ini adalah Comparator,
Adder, Multiplexer, Demultiplexer, Encoder dan Decoder.
Decoder adalah suatu rangkaian kombinasional yang menerima n buah input
dan memiliki maksimum 2n output. Untuk memudahkan Anda menyalakan seven
segment. Anda dapat menggunakan decoder. Output decoder maksimumnya
adalah 2n. Jadi dapat dikatakan n-to 2ndecoder. Anda dapat membuat 3-to-8
decoder dengan menggunakan dua buah 2-to-4 decoder. Dengan kata yang lain
pula. Anda dapat membuat 4-to 16 decoder dengan menggunakan dua buah 3-to-
8decode (Sinduningrum, 2019).
Seven segment merupakan rangkaian pendisplay angka yang terdiri dari
beberapa dioda cahaya (LED) yaitu LED untuk pembentukan angka dan satu LED
sebagai titik. Untuk memudahkan dalam menyalakan seven segment, maka di
butuhkan decoder khusus untuk mengkodekan dari kode biner menjadi kode-kode
biner yang sesuai untuk membentuk display angka. Ada dua driver umum yang
dipakai sebagai decoder ke seven segment yaitu BCD to seven segment dengan
menggunakan IC7447 dan IC7432 (Arifianto, 2017).
Dekoder BCD ke seven segment digunakan untuk menerima masukan BCD
4-bit dan memberikan keluaran yang melewatkan arus melalui segmen untuk
menampilkan angka desimal. Jenis dekoder BCD ke seven segment ada dua
macam yaitu dekoder yang berfungsi untuk menyalakan seven segment mode
common anoda dan dekoder yang berfungsi untuk menyalakan seven segment
mode common katoda (Manus, 2017).
Menurut Sugiartowo (2018), decoder merupakan rangkaian yang berfungsi
mengkodekan/mengubah ulang data bilangan-bilangan biner pada masukanya
menjadi data asli pada outputnya. Contoh decoder seperti, decoder 2 to 4, decoder
BCD ke desimal atau decoder 4 to 10 yang berarti rangkaian digital yang
berfungsi untuk menafsirkan kode-kode BCD (Binary Coded Decimal) pada
masukanya dan menjadi bilangan desimal (0-9) pada keluaranya.

Gambar 4.1. Simbol Decoder 2 to 4


Dilihat dari masukan dan keluaran dari sebuah decoderr 2 to 4, dapat dibuat tabel
kebenaran seperti tabel 13 dibawah ini :
Tabel 4.1. Tabel Kebenaran Decoder 2 to 4

Dari table kebenaran diatas didapat persamaan keluaran dari rangkaian decoder 2
to 4 adalah sebagai berikut :
𝑌0 = B . A
𝑌1 = B. 𝐴
𝑌2 = 𝐵. A
𝑌3 = 𝐵. 𝐴
Jadi berdasarkan persamaan diatas, realisasi dari rangkaian decoder 2 to 4 adalah :

Gambar 4.2. Rangkaian Decoder 2 to 4


Decoder ini terdapat 3 macam penguraian angka biner. Berdasarkan jumlah
bit dari deretan angka biner yang ada, diantaranya yaitu; decoder 2 bit, decoder 3
bit, dan decoder 4 bit. Masing-masing memiliki memliki kemampuan penguraikan
sandi biner yang berbeda beda. Semakin besar jumlah bit maka semakin banyak
nilai bilangan yang dapat diuraikan (Jan, 2017).
Rangkaian dekoder mempunyai sifat yang berkebalikan dengan enkoder
yaitu mengubah kode biner menjadi sinyal diskrit. Syarat perancangan sebuah
dekoder adalah m <= 2" dimana m adalah kombinasi keluaran dan n adalah
jumlah bit masukan. Satu kombinasi masukan hanya dapat mewakili satu
kombinasi keluaran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel keluaran bebas
tapi harus tetap memperhatikan unsur efisiensi rangkaian (Sinduningrum, 2019).
According to Das (2019), a priority encoder is a circuit or algorithm which
basically compressed multiple binary inputs into a smaller number of outputs. A 4
to 2 priority encoder has four input lines I3, I2, I1, and I0 and two output lines Y0
and Y1. The block diagram is shown in Fig. 4.3.

Fig. 4.3. Block diagram of 4 to 2 priority encoder


The logic expression for outputs Y1 and Y0 can be drawn as :
Y1 = I2 + I3
Y0 = I 2 • I1 + I3
Menurut Das (2019), sebuah encoder prioritas adalah sirkuit atau algoritma yang
pada dasarnya dikompresi beberapa masukan biner ke dalam jumlah yang lebih
kecil dari output. Encoder prioritas 4 hingga 2 memiliki empat jalur input I3, I2,
I1, dan I0 dan dua jalur output Y0 dan Y1. Diagram blok ditunjukkan pada
Gambar. 4.3.

Gambar 4.3. Diagram blok encoder prioritas 4 to 2


Ekspresi logika untuk output Y1 dan Y0 dapat digambarkan sebagai:
Y1 = I2 + I3
Y0 = I 2 • I1 + I3
Encoder merupakan penyandian bilangan tertentu menjadi sederetan angka
biner. Dengan kata lain merubah angka atau bilangan menjadi kode biner. Pada
sub menu ini diberikan 2 macam rangkaian encoder yaitu BCO dan BCD. Salah
satu bentuk Encoder yang tersedia yaitu encoder BCO (Binary Code Octal) BCO
atau Binary Code Octal berarti Oktal ke Biner. Maksudnya adalah merubah
bilangan oktal menjadi kode biner (Jan, 2017).
Encoder akan mengkonversi bilangan desimal 0 sampai 9 menjadi bilangan
biner pada 4 bit. Melalui alat ini dapat disimulasikan proses pengubahan bilangan
desimal ke biner yang dapat diamati secara langsung melalui LED indikator pada
setiap saluran input desimal dan output biner. LED indikator menjadi penanda
status dari saluran input dan output encoder. LED ON menandakan bahwa saluran
tersebut sedang aktif dan sebaliknya LED OFF menandakan saluran pada kondisi
tidak aktif (Hariyadi, 2017).
Encoder adalah rangkaian yang memiliki fungsi berkebalikan dengan
dekoder. Encoder berfungsi sebagai rangkain untuk mengkodekan data input
mejadi data bilangan dengan format tertentu. Encoder dalam rangkaian digital
adalah rangkaian kombinasi gerbang digital yang memiliki input banyak dalam
bentuk line input dan memiliki output sedikit dalam format bilangan biner
(Sinduningrum, 2019).
Menurut Sugiartowo (2018), encoder berfungsi sebagai rangkaian untuk
mengkodekan/mengubah data masukan mejadi data bilangan biner dengan format
tertentu pada keluaranya. Encoder dalam rangkaian digital adalah rangkaian
kombinasi gerbang digital yang memiliki masukan banyak dan memiliki keluaran
sedikit dalam format bilangan biner. Encoder akan mengkodekan setiap jalur
input yang aktif menjadi kode bilangan biner. Contoh encoder seperti, encoder
desimal to BCD yang berarti rangkaian digital yang berfungsi untuk
mengkodekan masukan dengan jumlah masukan desimal (0-9) menjadi keluaran
kode bilangan biner 4 bit BCD (Binary Coded Decimal), atau 8 to 3 encoder yang
berarti rangkaian encoder oktal pada masukanya menjadi kode biner (3 bit BCD)
pada keluaranya.

Gambar 4.4. Simbol Encoder 8 to 3


Dilihat dari masukan dan keluaran dari sebuah encoder 8 to 3, dapat dibuat tabel
kebenaran seperti tabel 12 dibawah ini :
Tabel 4.2. Tabel Kebenaran Encoder 8 to 3

Berdasarkan tabel kebenaranya, didapat persamaan sebagai berikut :


A = 1+3+5+7
B = 2+3+6+7
C = 4+5+6+7
Atas dasar persamaan keluaran dari encoder 8 to 3 dapat realisasikan rangkaian
digitalnya sebagai berikut :

Gambar 4.5. Rangkaian Encoder 8 to 3


Encoder akan mengkodekan setiap jalur input yang aktif menjadi kode
bilangan biner. Dalam teori digital banyak ditemukan istilah encoder seperti
"Desimal to BCD Encoder" yang berarti rangkaian digital yang berfungsi untuk
mengkodekan line input dengan jumlah line input desimal (0-9) menjadi kode
bilangan biner 4 bit BCD (Binary Coded Decimal). Atau "8 line to 3 line encoder
yang berarti rangkaian encoder dengan input 8 line dan output 3 line (3 bit BCD)
(Sinduningrum, 2019)
According to Hong (2020), the main function of an encoder is to convert a
specific meaning of information into binary code.
Table 4.3. Truth table of 8-of-3 Encoder

The truth table of an 8-of-3 encoder is shown in Table 4.3. The input signal
xi represents a set of variables with different information. Only one of the inputs
x0–x7 is logic ‘1’ in every input series. The outputs are three-digit binary codes
ABC. Each input xi corresponds to a unique set of coded signals ABC. According
to the truth table, we can obtain the relational expression:
A = x1 + x3 + x5 + x7
B = x2 + x3 + x6 + x7
C = x4 + x5 + x6 + x7
Menurut Hong (2019), fungsi utama dari encoder adalah untuk mengubah
makna tertentu dari informasi menjadi kode biner.
Tabel 4.3. Tabel Kebenaran Encoder 8 to 3

Encoder 8-dari-3 ditunjukkan pada Tabel 6. Sinyal input xi mewakili satu


set variabel dengan informasi yang berbeda. Hanya satu input x 0–x7 yang
berlogika '1' di setiap input seri. Outputnya adalah kode biner tiga digit ABC.
Setiap masukan xi sesuai dengan satu set unik sinyal kode ABC. Menurut tabel
kebenaran, kita dapat memperoleh relasional ekspresi:
A = x1 + x3 + x5 + x7
B = x2 + x3 + x6 + x7
C = x4 + x5 + x6 + x7
Encoder is considered to be a non-Boolean operation or device that can
convert information from one format to another for the purpose of compression.
13 In principle, a single-bit 2:1 encoder can convert two input bits into one output
bits. In a similar way, a single-bit 4:2 encoder can convert four input bits into two
output bits. The optimized concentrations of DNA inputs that operated in 2:1
encoder and 4:2 encoder were explored in explored in Fig. S6 in SI. Herein, a 2:1
encoder is constructed based on the Au-PEN1/F-DNAEN1 nanostructure by the
adsorption of polyA-DNAEN1 (PEN1) on the surface of AuNPs and the PEN1 can
also hybridize with FAM-DNAEN1 (F-DNAEN1), forming the duplex PEN1/F-
DNAEN1 on the surface of AuNPs, which is regarded as the platform for the
operation of 2:1 encoder (Zhou, 2016). Encoder dianggap sebagai operasi atau
perangkat non-Boolean yang dapat mengkonversi informasi dari satu format ke
format lain untuk tujuan kompresi.13 In prinsipnya, encoder 2:1 bit tunggal dapat
mengubah dua bit input menjadi satu bit output. Di sebuah dengan cara yang
sama, encoder 4:2 bit tunggal dapat mengubah empat bit input menjadi dua bit
output. Konsentrasi input DNA yang dioptimalkan yang beroperasi dalam encoder
2:1 dan 4:2 encoder dieksplorasi di dieksplorasi pada Gambar. S6 di SI. Di sini,
encoder 2:1 adalah dibangun berdasarkan struktur nano Au-PEN1/F-DNAEN1
dengan adsorpsi polyA-DNAEN1 (PEN1) pada permukaan AuNPs dan PEN1
juga dapat berhibridisasi dengan FAM-DNAEN1 (F-DNAEN1), membentuk
PEN1/F-DNAEN1 dupleks pada permukaan AuNPs, yang dianggap sebagai
platform untuk pengoperasian encoder 2:1 (Zhou, 2016).
Based on the same platform, both encoder and decoder could be
established. Herein, an encoder is considered as a device or operation that
converts information from one format to another for the purpose of compression.
For example, a 2-to-1 encoder can compress two inputs into one output. A
decoder is a device that does the reverse operation of an encoder. Thus, a 1-to-2
decoder can convert one input data to two outputs (Liu et al, 2016). Berdasarkan
platform yang sama, baik encoder maupun decoder dapat didirikan. Di sini,
encoder dianggap sebagai perangkat atau operasi yang mengubah informasi dari
satu format ke format lain untuk tujuan kompresi. Misalnya, encoder 2-ke-1 dapat
kompres dua input menjadi satu output. Decoder adalah perangkat yang
melakukan operasi kebalikan dari encoder. Jadi, dekoder 1-ke-2 dapat
mengkonversi satu input data menjadi dua output (Liu dkk, 2016)
V. Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang diperlukan dalam praktikum diantaranya sebagai
berikut :
V.1.Alat :
1. Power Supply = 1 Unit

V.2.Bahan :
1. Jumper = Secukupnya
2. Breadboard = 1 Unit
3. Kabel = Secukupnya
4. IC 7404, 7432, 7408
5. LED

VI. Prosedur Kerja


VI.1.Prosedur Percobaan
Adapun prosedur kerja dari praktikum ini diantaranya sebagai berikut :
 Decoder 2 to 4
1. Dipastikan catu daya dalam posisi OFF. Pasangkan IC TTL 7404 (NOT) dan
7408 (AND) pada projectboard. Pasangkan kabel untuk memberi catu daya
pada IC tersebut.
2. Disusun rangkaian seperti pada gambar. Sinyal-sinyal masukan dihubungkan
dengan saklar-saklar masukan, dan sinyal-sinyal keluarandengan peraga LED.

3. Divariasikan nilai masukan I0 dan I1 berurutan seperti yang tertera pada


tabel, dan amati keluarannya. Tuliskan hasil pengamatan pada tabel yang
telah disediakan.
 Encoder 4 to 2
1. Dipastikan catu daya dalam posisi OFF. Pasangkan IC TTL 7432 (OR) pada
projectboard. Pasangkan kabel untuk memberi catu daya pada IC tersebut.
2. Disusun rangkaian seperti pada gambar. Sinyal-sinyal masukan dihubungkan
dengan saklar-saklar masukan, dan sinyal-sinyal keluaran dengan peraga
LED.

3. Divariasikan nilai masukan A3, A2, A1 dan A0 berurutan seperti yang tertera
pada tabel, dan amati keluarannya. Tuliskan hasil pengamatan pada tabel
yang telah disediakan.
VII. Hasil dan Pembahasan
7.1 Hasil
7.1.1 Tabel Hasil Percobaan Decoder 2 to 4
I0 I1 D0 D1 D2 D3
0 0 1 0 0 0
0 1 0 1 0 0
1 0 0 0 1 0
1 1 0 0 0 1

7.1.2 Tabel Hasil Percobaan Encoder 4 to 2


A3 A2 A1 A0 Y1 Y2
0 0 0 1 0 0
0 0 1 0 0 1
0 1 0 0 1 0
1 0 0 0 1 1
0 0 0 0 x x

7.2 Pembahasan
Rangkaian kombinasional adalah rangkaian yang outputnya hanya
tergantung pada input ”pada saat itu”. Pada prinsipnya, rangkaian kombinasional
merupakan penerapan dan penerjemah langsung dari aljabar boolean, yang
biasanya dinyatakan sebagai fungsi logika. Operator logika yang digunakan dalam
aljabar boolean adalah inversi/negasi (NOT), perkalian logika (AND),
penambahan logika (OR).
 Pada prinsipnya, rangkaian kombinasional merupakan penerapan dan
penerjemah langsung dari aljabar boolean, yang biasanya dinyatakan sebagai
fungsi logika. Operator logika yang digunakan dalam aljabar boolean adalah
inversi/negasi (NOT), perkalian logika (AND), penambahan logika (OR).
Rangkaian kombinasional terdiri dari gerbang logika yang memiliki output yang
selalu tergantung pada kombinasi input yang ada. Rangkaian kombinasional
melakukan operasi yang dapat ditentukan secara logika dengan memakai sebuah
fungsi boolean. 
Rangkaian Logika Kombinasional adalah rangkaian logika digital tanpa
memori yang outputnya bisa kapan saja hanya bergantung pada kombinasi
inputnya. Tidak seperti Rangkaian Logika Sekuensial yang outputnya bergantung
pada inputnya saat ini dan status keluaran sebelumnya memberi mereka beberapa
bentuk Memori. Output dari Rangkaian Logika Kombinasional hanya ditentukan
oleh fungsi logika dari status arus input mereka, logika “0” atau logika “1”, pada
waktu tertentu.
Hasilnya adalah bahwa rangkaian logika kombinasional tidak memiliki
umpan balik, dan setiap perubahan pada sinyal yang diterapkan pada inputnya
akan segera berpengaruh pada output. Dengan kata lain, dalam Rangkaian Logika
Kombinasional, output bergantung pada kombinasi inputnya setiap saat. Dengan
demikian rangkaian kombinasi ini tidak memiliki memori.
Jadi jika salah satu kondisi inputnya berubah status, dari 0-1 atau 1-0, maka
output yang dihasilkan juga sebagai rangkaian logika kombinasional default
membuatnya "tidak ada memori", "waktu" atau "putaran umpan balik" dalam
desain mereka.

Rangkaian Logika Kombinasional dibuat dari logika dasar gerbang NAND,


gerbang NOR atau gerbang NOT yang “digabungkan” atau dihubungkan bersama
untuk menghasilkan rangkaian sakelar yang lebih rumit. Gerbang logika ini
adalah blok penyusun rangkaian logika kombinasional. Rangkaian kombinasional
ini terdiri dari rangkaian decoder, rangkaian encoder, multiplexer, dan
demultiplexser.
Pada praktikum dengan judul “Decoder dan Encoder “ ini terdapat beberapa
tujuan yang harus dicapai oleh praktikan dalam pelaksanaannya, diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengenal macam-macam rangkaian Decoder dan Encoder.
2. Dapat membedakan Decoder dan Encoder.
3. Dapat menganalisis prinsip kerja Decoder dan Encoder.
Adapun beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini
adalah sebagai berikut :
1. Alat
a. Power Supply
Power supply merupakan sebuah perangkat keras yang berfungsi untuk menyuplai
tegangan langsung kekomponen dalam casing yang membutuhkan tegangan.
2. Bahan
a. Kabel Jumper
Kabel jumper adalah suatu istilah kabel yang ber-diameter kecil yang di dalam
dunia elektronika digunakan untuk menghubungkan dua titik atau lebih dan dapat
juga untuk menghubungkan 2 komponen elektronika. Kabel jumper jenis ini
digunakan untuk koneksi male to male pada kedua ujung kabelnya.
b. Breadboard
Breadboard adalah board yang digunakan untuk membuat rangkaian elektronik
sementara dengan tujuan uji coba atau prototipe tanpa harus menyolder. Dengan
memanfaatkan breadboard, komponen-komponen elektronik yang dipakai tidak
akan rusak dan dapat digunakan kembali untuk membuat rangkaian yang lain.
c. IC 7404, 7432, 7408
Digunakan dalam praktikum pada percobaan rangkaian decoder 2 to 4 dan
rangkaian encoder 4 to 2.
d. LED
Fungsi LED banyak digunakan untuk dua hal: iluminasi dan indikasi. Iluminasi
berarti "menyinari sesuatu", seperti senter atau lampu depan. Indikasi berarti
"menunjukkan sesuatu", seperti lampu sein atau lampu rem pada mobil.
Praktikum kali ini dilakukan dengan prosedur pada praktikum sebelumnya,
dimana para praktikan diberikan rumusan masalah oleh asisten lab atau asisten
dosen. Rumusan masalah ini yang harus dipecahkan dalam kegiatan praktikum
dan menjadi hasil akhir penentu keberhasilan dari praktikum ini. Rumusan
masalah yang telah diberikan juga akan menjadi acuan dalam pembuatan laporan
terutama pada bagian pembahasan ini.
Adapun rumusan masalah yang telah diberikan oleh asisten lab atau asisten
dosen terhadap praktikan dalam praktikum dengan judul “Decoder dan Encoder”
ini adalah sebagai berikut :
1. Apa saja macam-macam rangkaian decoder dan rangkaian encoder
2. Apa perbedaan dari rangkaian decoder dan rangkaian encoder
3. Bagaimana prinsip kerja dari rangkaian decoder dan encoder
Berdasarkan rumusan masalah pada poin pertama, maka praktikan
melakukan pengenalan terhadap jenis-jenis rangkaian decoder dan rangkaian
encoder. Adapun hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut :
1. Jenis-jenis Rangkaian Decoder
Decoder adalah rangkaian yang mengubah kode menjadi satu set sinyal.
Disebut sebagai decoder karena dapat melakukan kebalikan dari pengkodean.
Dalam proyek elektronika digital, decoder memiliki peran yang cukup penting
karena decoder adalah salah satu teknik transfer data dari satu bentuk ke bentuk
lainnya.
Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa decoder adalah kebalikan dari
encoder. Decoder adalah rangkaian kombinasi yang memiliki jalur input ‘n’ dan
maksimum jalur output 2n. Salah satu dari output ini akan menjadi "Aktif Tinggi"
berdasarkan kombinasi dari input yang ada ketika decoder diaktifkan.
Menurut Sugiartowo (2018), decoder merupakan rangkaian yang berfungsi
mengkodekan/mengubah ulang data bilangan-bilangan biner pada masukanya
menjadi data asli pada outputnya.
Dengan kata lain bahwa decoder adalah rangkaian yang mampu mendeteksi
kode tertentu. Output dari decoder tidak lain adalah syarat minimum dari baris
variabel input ‘n’, ketika diaktifkan.
Adapun tipe atau jenis-jenis rangkaian decoder adalah sebagai berikut :
a. Decoder 2 to 4
Merupakan jenis decoder yang memiliki 2 input 4 output. Kita misalkan 2
input yaitu A1 dan A0 dan 4 output yaitu Y3, Y2, Y1 dan Y0. Maka diagram blok
dan diagram rangkaian decoder 2 ke 4 ditunjukkan pada gambar dibawah ini. A
dan B adalah dua input dan output yang dihasilkan adalah salah satu dari kedua
input tersebut.
Salah satu dari empat output ini akan menjadi '1' untuk setiap kombinasi input
saat diaktifkan, E adalah '1'. Adapaun Tabel Kebenaran dari decoder 2 ke 4
ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

Dengan melihat tabel kebenaran di atas, operasi dari decoder dapat lebih
dipahami. Ketika kedua input A dan B adalah 0, Y0 akan aktif “HIGH” atau logika
1 dan pin output yang tersisa akan menjadi “LOW” atau logika 0. Demikian pula,
pin output Y1 akan berada pada logika 1 untuk A = 0 dan B = 1. Output berkode
yang dihasilkan oleh input A = 1 dan B = 1 adalah “1000”, di mana pin Y 3 berada
pada logika 1 dan pin yang tersisa berada di logika 0.

b. Decoder 3 to 8 (Biner to Octal Decoder)


Dalam merancang decoder 3 ke 8 maka bias menggunakan decoder 2 ke 4.
Seperti yang telah diketahui decoder 2 ke 4 memiliki 2 input dan 4 output, jadi
decoder 3 ke 8 memiliki 3 input yaitu A2, A1 & A0 dan 8 input yaitu Y7 to Y0.
Dengan kata lain, diperlukan 2 decoder 2 ke 4 untuk merancang 1 decoder 3 ke 8.
Berikut ini adalah diagram blok dan diagram rangkaian dari decoder 3 to 8.
Input paralel A1 & A0 diterapkan pada setiap decoder 2 ke 4. Komplemen
input A2 langsung terhubung aktif, E dengan decoder 2 ke 4 yang bawah untuk
mendapatkan output, Y3 sampai Y0. Ini adalah 4 min terms rendah. Input, A2
langsung terhubung aktif, E dari decoder 2 ke 4 yang atas didapatkan output
berupa Y7 ke Y4. Ini adalah 4 min terms tinggi.
Berikut tabel kebenaran dari rangkaian decoder 3 to 8

c. Decoder 4 to 16
Untuk merancang decoder 4 ke 16 maka dapat digunakan decoder 3 ke 8.
Seperti yang diketahui Decoder 3 ke 8 memiliki tiga input A2, A1 dan A0 dan
delapan output, Y7 ke Y0. Sedangkan decoder 4 ke 16 Decoder memiliki 4 input
yaitu A3, A2, A1 dan A0 dan 16 ouput yaitu Y15 hingga Y0. Dengan kata lain,
diperlukan 2 decoder 3 ke 8 untuk merancang 1 decoder 4 ke 16. Berikut ini
adalah diagram bloknya. Berikut ini adalah diagram blok dari decoder 4 to 16.

Untuk merancang decoder 4 ke 16, diperlukan 4 input biner (A, B, C, D). Tiga
input A, B dan C diberikan sebagai input ke dua decoder biner 3 ke 8. Input
keempat D diberikan sebagai input enable (EN) ke kedua decoder.
Seperti yang dapat kita lihat dari diagram di atas ketika input D = 0, decoder di
atas akan diaktifkan dan yang di bawah akan dinonaktifkan. Dan sebaliknya,
ketika D = 1, itu akan mengaktifkan decoder bagian bawah dan menonaktifkan
decoder bagian atas.
Berikut table kebenaran dari rangkaian decoder 4 to 16

d. Decoder 4 to 10 (Decoder BCD to Decimal)

Rangkaian Dekoder BCD ke desimal ditunjukan pada gambar diatas. Unsur


informasi dalam hal ini adalah sepuluh angka desimal yang diwakili oleh sandi
BCD. Masing-masing keluarannya sama dengan 1 hanya bila variabel
masukannya membentuk suatu kondisi bit yang sesuai dengan angka desimal yang
diwakili oleh sandi BCD itu.
Tabel D2 menunjukkan hubungan masukan dan keluaran dekoder tersebut.
Hanya sepuluh kombinasi masukan pertama yang berlaku untuk penentuan sandi
itu, enam berikutnya tidak digunakan dan menurut definisi, merupakan keadaan
tak acuh. Jelas keadaan tak acuh itu pada perencanaannya digunakan untuk
menyederhanakan fungsi keluarannya, jika tidak setiap gerbang akan memerlukan
empat masukan.
Untuk kelengkapan analisis tabel D2 memberikan semua keluaran termasuk
enam kombinasi yang tidak terpakai dalam sandi BCD itu tetapi jelas keenam
kombinasi tersebut tidak mempunyai arti apa-apa dalam rangkaian itu.
Berikut ini table kebenaran dari rangkaian decoder 4 to 10 (Decoder BCD to
Decimal)

e. Decoder BCD to seven segment


Decoder BCD ke 7 segment merupakan rangkaian elektronika yang berfungsi
untuk mengubah kode BCD menjadi karakter tampilan angka desimal yang dapat
dilihat secara visual. Ilustrasi dekoder BCD ke 7 segment dapat dipahami dari
gambar berikut :

Data BCD 4 bit diubah menjadi tampilan visual angka desimal 0-9
menggunakan rangkaian logika dasar digital (AND, OR dan NOR). Data BCD 4
bit tersebut diubah sesuai nilai desimal seperti pada tabel berikut. Proses
pengkodean data BCD menjadi tampilan angka desimal dilakukan secara terpisah
untuk tiap-tiap ruas/segment (ruas a- ruas g).
2. Jenis-jenis Rangkaian Encoder
Encoder adalah sebuah kombinasi sirkuit yang sering digunakan pada semua
sistem digital. Secara bahasa, Encoder adalah pembuat kode. Encoder adalah
bagian yang berfungsi untuk membuat kode biner, agar input dari luar yang
bentuknya bukan biner bisa dimengerti oleh mesin. Input seperti bilangan desimal
akan melewati encoder dan keluar sebagai kode dalam bentuk bit-bit biner (BCD)
yang direpresentasikan dengan 1 dan 0.
Encoder adalah kebalikan dari decoder. Jika decoder mengubah input yang
bentuknya kurang dimengerti manusia menjadi bentuk yang lebih familiar untuk
manusia, maka encoder yang merupakan kebalikannya akan mengubah input yang
dimengerti oleh manusia menjadi bentuk binary yang notabene bukan bahasa
manusia.
Encoder akan mengkodekan setiap jalur input yang aktif menjadi kode
bilangan biner dengan konfigurasi 2^n input dan n output. Dia akan mengubah
informasi dari 2^n input tersebut menjadi kode binary sejumlah n yang ekuivalen
dengan inputnya. Dari sini kita bisa memahami beberapa jenis Encoder
berdasarkan jumlah input dan outputnya.
Secara umum Encoder populer diketahui adalah 4 to 2 Encoder, 8 to 3
Encoder alias oktal to Binary encoder, 10 to 4 Encoder alias Decimal to BCD
Encoder. Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai jenis-jenis Encoder.
a. Encoder 4 to 2
Encoder 4 to 2 ini terdiri dari 4 input Y3, Y2, Y1 dan Y0 dan dua output A1
dan A0. Di mana setiap salah satu dari input mendapat logic 1 maka akan
menghasilkan kondisi kedua output tertentu

Berikut ini table kebenaran atau truth table dari tipe encoder 4 to 2
Jadi, persamaan logika untuk masing-masing output A1 dan A0 adalah
A1 = Y3 + Y2
A0 = Y3 + Y1
Jika diimplementasikan ke dalam rangkaian logika menggunakan 2 gerbang
OR, maka akan jadi rangkaian seperti di bawah ini:

b. Encoder 8 to 3 (Octal to Biner Encoder)


Seperti namanya, encoder 8 to 3 memiliki 8 input yang dimulai dari Y0,Y1,Y2
sampai Y7 dan 3 output A2, A1 dan A0. Setiap satu input mewakili satu digit
oktal dan tiga output menghasilkan kode biner yang sesuai dengan nilai inputnya.

Tabel kebenaran dari encoder 8 to 3 adalah sebagai berikut :


Persamaan logika untuk setiap output A1, A2 dan A0 adalah sebagai berikut:
A2 = Y7 + Y6 + Y5 + Y4
A1 = Y7 + Y6 + Y3 + Y2
A0 = Y7 + Y5 + Y3 + Y1
Persamaan di atas dapat dikonversi ke rangkaian logika menggunakan 3
gerbang OR, sebagai berikut :

c. Encoder 10 to 4 (Decimal to BCD Encoder)


Decimal to BCD Encoder ini terdiri dari 10 input dan 4 output. Setiap input
mewakili bilangan desimal tertentu dan 4 outputnya mewakili kode BCD (kode
biner untuk bilangan desimal) yang sesuai dengan masukan yang diberikan input.
Berikut tabel kebenaran untuk decimal to BCD encoder :

Persamaan logika untuk masing-masing output A3, A2, A1 dan A0 adalah sebagai
berikut:
 A3 = Y9 + Y8
 A2 = Y7 + Y6 + Y5 +Y4
 A1 = Y7 + Y6 + Y3 +Y2
 A0 = Y9 + Y7 +Y5 +Y3 + Y1
Persamaan di atas dapat diimplementasikan ke dalam rangkaian logika
menggunakan empat gerbang OR, seperti berikut:

Berdasarkan rumusan masalah pada poin kedua, mengenai perbedaan


decoder dan encoder, maka praktikan melakukan penganalisaan terhadap
perbedaan Decoder dan Encoder. Adapun perbedaan dari Decoder dan Encoder
adalah sebagai berikut :
Perbedaan Decoder dan Encoder
Decoder Encoder
suatu rangkaian digital yang rangkaian digital yang dapat
merubah bilangan biner menjadi mengubah bilangan decimal
bilangan decimal. Rangkaian logika menjadi biner. Encoder melakukan
decoder menerima input-input operasi kebalikan dari decoder.
dalam bentuk biner dan Encoder menghasilkan output dalam
mengaktifkan salah satu outputnya bentuk bit. Syarat yang harus
sesuai dengan urutan biner inputnya. dipenuhi adalah bahwa input harus
berupa word biner yang ekivalen
dengan bilangan decimal 2
(1,2,4,6,16,..) sehingga Encoder
hanya berguna dalam bentuk
priority encoder yang hanya
memperoleh prioritas data tertinggi
untuk di kodekan.
Decoder adalah suatu rangkaian Encoder adalah suatu rangkaian
logika yang berfungsi untuk logika yang berfungsi untuk
mengkonversikan kode yang kurang mengkonversikan kode yang lebih
dikenal manusia kedalam kode yang dikenal oleh manusia ke dalam kode
lebih dikenal manusia yang kurang dikenal manusia.

Berdasarkan rumusan masalah pada poin ketiga, dalam melakukan


kinerjanya Decoder dan Encoder ini memiliki prinsip kerja yang dapat dianalisa.
Pada praktikum ini, praktikan melalukan penganalisaan terhadap Decoder dan
Encoder Adapun hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut :
1. Prinsip Kerja Decoder
Prinsip kerja pada rangkaian decoder adalah bekerja berdasarkan gerbang
logika NOT dan AND. Dimana gerbang logika NOT menjadi input dan gerbang
logika AND menjadi output. Jika input yang rangkaian ini merubah bilangan
decimal decoder menerima input-input dalam bentuk biner dan mengaktifkan
salah satu outputnya sesuai dengan urutan binernya.
Cara kerja decoder adalah membaca kode dari rangkaian logika yakni
bilangan-bilangan biner dan mengartikannya ke bilangan decimal. Rangkaian
decoder akan membaca input dari Enable dan Select lalu akan mengkonversinya
dari biner ke decimal dan mengoperasikan bilangan-bilangan input tersebut
dengan gerbang logika, maka hasil dari kombinasi inputnya berupa 1 dan 0.
Karena pada rangkaian decoder menggunakan polaritas aktif low maka outputnya
0 (low) lampu LED akan menyala, jika outputnya 1 (high) maka lampu LED akan
padam.
Decoder 2 to 4 bekerja dikendalikan keluarannya oleh variasu X0 dan X1.
Keluaran dari a0, a1, a2 dan a3 akan aktif secara bergantian tergantung dari
kondisi X0 dan X1. Pada kondisi masukana X0 = 0 dan X1 = 0, maka gerbang
AND pertama mendapatkan masukan “high”, maka kondisi keluaran A0 = 1
sementara keluaran yang lain “0”. Apabila X0 = 0 dan X1 = 1, maka hanya
gerbang AND ke dua akan “1” sementara yang lain “0” dan seterusnya.
2. Prinsip Kerja Encoder (Encoder 4 to 2)
Prinsip kerja pada rangkaian encoder bekerja berdasarkan gerbang logika OR .
dimana jika salah satu input gerbang terhubung ke VCC, maka output gerbang OR
akan menyala. Pada gerbang OR yang pertama input gerbang pertama terhubung
dengan input gerbang yang kedua, jika terhubung dengan VCC maka output
kedua gerbang menyala, namun tidak berlaku pada input kedua dari gerbang
pertama dan kedua yang dimana jika salah satu input kedua dari gerbang tersebut
terhubung dengan VCC maka hanya salah satu gerbang yang menyala.

Selain rumusan masalah diatas, dalam pelaksanaan praktikum dengan judul


“Decoder dan Encoder” ini terkhusus pada percobaan rangkaian decoder 2 to 4,
praktikan mengalami kegagalan. Hal ini belum diketahui apa penyebab pastinya
dalam kegagalan ini. Namun praktikan menduga penyebab kegagalan dalam
rangkaian decoder 2 to 4 ini terletak pada saat proses merangkai alat, dimana pada
saat proses perangkaian ini tergolong cukup rumit sehingga terjadinya kegagalan.
Selain itu praktikan juga menduga salah satu penyebab dari kegagalan ini yaitu
pada saat pemasangan alat dan bahan tidak sesuai dengan posisi seharusnya. Hal
ini lah yang mengakibatkan kegagalan pada Decoder 2 to 4. Dimana seharusnya
pada decoder 2 to 4 ini LED akan menyala namun pada saat pelaksanaan
praktikumnya LED mati atau padam.
VIII. Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :


1. Decoder adalah suatu rangkaian logika yang berfungsi untuk
mengkonversikan kode yang kurang dikenal manusia kedalam kode yang lebih
dikenal manusia. Rangkaian decoder ini terdiri dari beberapa macam yakni
sebagai berikut :
 Decoder 2 to 4.
 Decoder 3 x 8, dimana input line-nya berjumlah 3 dan output-ny berjumlah 8
(Biner to Octal Decoder)
 Decoder 4 x 16, dimana input line-nya berjumlah 4 dan output-nya berjumlah
16.
 Decoder BCD to Decimal, maksudnya rangkaian ini memiliki 4 bit input dan
juga 10 bit output line.
 Decoder BCD to seven segment, dimana rangkaian ini hadir dengan 4 input
dan juga 8 output line.
Encoder adalah suatu rangkaian logika yang berfungsi untuk
mengkonversikan kode yang lebih dikenal oleh manusia ke dalam kode yang
kurang dikenal manusia. Rangkaian encoder ini terdiri dari beberapa macam yakni
sebagai berikut :
 Encoder 4 to 2
 Encoder 8 to 3 (Octal to Biner Encoder)
 Encoder 10 to 4 (Decimal to BCD Encoder)

2. Adapun perbedaan dari decoder dan encoder dapat dilihat dalam table berikut
ini :
Perbedaan Decoder dan Encoder
Decoder Encoder
suatu rangkaian digital yang rangkaian digital yang dapat
merubah bilangan biner menjadi mengubah bilangan decimal
bilangan decimal. Rangkaian logika menjadi biner. Encoder melakukan
decoder menerima input-input operasi kebalikan dari decoder.
dalam bentuk biner dan Encoder menghasilkan output dalam
mengaktifkan salah satu outputnya bentuk bit. Syarat yang harus
sesuai dengan urutan biner inputnya. dipenuhi adalah bahwa input harus
berupa word biner yang ekivalen
dengan bilangan decimal 2
(1,2,4,6,16,..) sehingga Encoder
hanya berguna dalam bentuk
priority encoder yang hanya
memperoleh prioritas data tertinggi
untuk di kodekan.
Decoder adalah suatu rangkaian Encoder adalah suatu rangkaian
logika yang berfungsi untuk logika yang berfungsi untuk
mengkonversikan kode yang kurang mengkonversikan kode yang lebih
dikenal manusia kedalam kode yang dikenal oleh manusia ke dalam kode
lebih dikenal manusia yang kurang dikenal manusia.

3. Prinsip Kerja Decoder dan Encoder


Prinsip kerja pada rangkaian decoder adalah bekerja berdasarkan gerbang
logika NOT dan AND. Dimana gerbang logika NOT menjadi input dan gerbang
logika AND menjadi output. Jika input yang rangkaian ini merubah bilangan
decimal decoder menerima input-input dalam bentuk biner dan mengaktifkan
salah satu outputnya sesuai dengan urutan binernya.
Prinsip kerja pada rangkaian encoder bekerja berdasarkan gerbang logika
OR . dimana jika salah satu input gerbang terhubung ke VCC, maka output
gerbang OR akan menyala. Pada gerbang OR yang pertama input gerbang
pertama terhubung dengan input gerbang yang kedua, jika terhubung dengan VCC
maka output kedua gerbang menyala, namun tidak berlaku pada input kedua dari
gerbang pertama dan kedua yang dimana jika salah satu input kedua dari gerbang
tersebut terhubung dengan VCC maka hanya salah satu gerbang yang menyala.
DAFTAR PUSTAKA

Arifianto, T. 2017. Papan Pergantian Pemain Sepak Bola Berbasis Digital


Menggunakan IC4072 dan IC7447. Rekayasa, 10(1), 44-50.

Baria, A. M. A., Darlis, D., & Hariyani, Y. S. 2016. Perancangan dan Realisasi
Modul Praktikum Teknik Digital Dan Komputer SAP-1 Sebagai Sarana
Perkuliahan D3 Teknik Telekomunikasi. E-Prociding of Applied Science,
1(1), 789-796.

Das, J. C., & De, D. 2019. Novel design of reversible priority encoder in quantum
dot cellular automata based on Toffoli gate and Feynman gate. The Journal of
Supercomputing, 75(10), 6882-6903.

Hariyadi. 2017. Digital trainer laboratorium Teknik Elektro FT-UMSB. Menara


Ilmu, 11(75), 31-48

Hong, Q., Shi, Z., Sun, J., & Du, S. 2021. Memristive self-learning logic circuit
with application to encoder and decoder. Neural Computing and
Applications, 33(10), 4901-4913.

Jan, M., Sianipar, R. H., & Sultan. 2017. Perancangan Simulator Rangkaian
Logika Dengan Visual C++. Dielektrika, 2(2), 151-163.

Liu, S., Li, M., Yu, X., et al. 2016. Biomacromolecular logic gate,
encoder/decoder and keypad lock based on DNA damage with
electrochemiluminescence and electrochemical signals as outputs. Chemical
Communications, 51(67, 1-4.

Manus, G., Mamahit, D. J., & Sompie, S. R. 2017. Perancangan dan Pembuatan
Trainer Praktikum Sistem Digital di Laboratorium Elektronika dan
Instrumentasi. Jurnal Teknik Elektro dan Komputer, 6(1), 41-47.
Sugiartowo, & Ambo, S. N. 2018. Simulasi Rangkaian Kombinasional Sebagai
Media Pembelajaran Sistem Digital Pada Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Jakarta. Prosiding Semnastek, 1-11.
Sinduningrum, E. 2019. Teori dan Praktik Rangkaian Digital dan Gelombang.
Yogyakarta : Deepublish.

Zhou, C., Wu, C., Liu, Y., & Wang, E. (2016). Effective construction of a
AuNPs–DNA system for the implementation of various advanced logic
gates. RSC advances, 6(108), 106641-106647.

LAMPIRAN
A. Lampiran Gambar Percobaan
1. Percobaan Decoder 2 to 4

Input 0 0

Input 0 1

Input 1 0

Input 1 1

2. Percobaan Encoder 4 to 2
Input 0 0 0 1

Input 0 0 1 0

Input 0 1 0 0

Input 1 0 0 0

Input 0 0 0 0
B. Lampiran Literatur
Arifianto, T. 2017. Papan Pergantian Pemain Sepak Bola Berbasis Digital
Menggunakan IC4072 dan IC7447. Rekayasa, 10(1), 44-50.

Baria, A. M. A., Darlis, D., & Hariyani, Y. S. 2016. Perancangan dan Realisasi
Modul Praktikum Teknik Digital Dan Komputer SAP-1 Sebagai Sarana
Perkuliahan D3 Teknik Telekomunikasi. E-Prociding of Applied Science,
1(1), 789-796.

Das, J. C., & De, D. 2019. Novel design of reversible priority encoder in quantum
dot cellular automata based on Toffoli gate and Feynman gate. The Journal of
Supercomputing, 75(10), 6882-6903.
Hariyadi. 2017. Digital trainer laboratorium Teknik Elektro FT-UMSB. Menara
Ilmu, 11(75), 31-48

Hong, Q., Shi, Z., Sun, J., & Du, S. 2021. Memristive self-learning logic circuit
with application to encoder and decoder. Neural Computing and
Applications, 33(10), 4901-4913.

Jan, M., Sianipar, R. H., & Sultan. 2017. Perancangan Simulator Rangkaian
Logika Dengan Visual C++. Dielektrika, 2(2), 151-163.
Liu, S., Li, M., Yu, X., et al. 2016. Biomacromolecular logic gate,
encoder/decoder and keypad lock based on DNA damage with
electrochemiluminescence and electrochemical signals as outputs. Chemical
Communications, 51(67, 1-4.

Manus, G., Mamahit, D. J., & Sompie, S. R. U. A. 2017. Perancangan dan


Pembuatan Trainer Praktikum Sistem Digital di Laboratorium Elektronika
dan Instrumentasi. E-journal Teknik Elektro dan Komputer, 6(1), 41-47.

Sugiartowo, & Ambo, S. N. 2018. Simulasi Rangkaian Kombinasional Sebagai


Media Pembelajaran Sistem Digital Pada Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Jakarta. Prosiding Semnastek, 1-11.
Sinduningrum, E. 2019. Teori dan Praktik Rangkaian Digital dan Gelombang.
Yogyakarta : Deepublish.

Zhou, C., Wu, C., Liu, Y., & Wang, E. (2016). Effective construction of a
AuNPs–DNA system for the implementation of various advanced logic
gates. RSC advances, 6(108), 106641-106647.

Anda mungkin juga menyukai