Makalah Sejarah Peradaban Pada Masa Khulafaur Al-Rasydin

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM PADA MASA KHULAFA’ AL-


RASYDIN

Diajukan Sebagai
Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam

Disusun Oleh:

Kelompok 4
Kurnia Duwi Putra 2151020340
Lidiya Afrila 2151020342

Lukman Firnanda 2151020343

Dosen Pengampu:
Andi Aisyah, M.Pd

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan karunia, rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat beserta salam tidak lupa
penulis sanjungkan kepada junjungan umat, Rasulullah SAW. Penulis merasa
bersyukur karena telah menyelesaikan makalah mengenai “Perkembangan
Peradaban Islam Pada Masa Khulafa’ Al-Rasydin” sebagai tugas mata kuliah
Sejarah Peradaban Islam.

Penulis ucapkan terimakasih kepada Ibu Andi Aisyah, M.Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah Sejarah Peradaban Islam. Penulis berharap tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang
ditekuni. Penulis juga mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari


sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis
miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta
masukkan bahkan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 22 Februari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I ................................................................................................................................1
Pendahuluan .....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................2
1.3. Tujuan Masalah ....................................................................................................3
BAB II ...............................................................................................................................4
Pembahasan ......................................................................................................................4
2.1 Sejarah Perkembangan Pada Masa Khulafaur Al-Rasydin ...............................4
2.2 AbuBakar As-Shiddiq ............................................................................................4
2.2.1 Profil Singkat Abu Bakar ...............................................................................5
2.2.2 Kebijakan Strategis Abu Bakar .....................................................................6
2.2.3 Dinamika Pemikiran .......................................................................................9
2.3 Umar bin Khattab ................................................................................................10
2.3.1 Profil Singkat Umar ......................................................................................10
2.3.2 Kebijakan Strategis Umar ............................................................................11
2.3.3 Ijtihad .............................................................................................................12
2.3.4 Perkembangan Ilmu Pengetahuan ...............................................................13
2.3.5 Perkembangan Sastra ...................................................................................13
2.3.6 Perkembangan Arsitektur ............................................................................14
2.4 Usman bin Affan ..................................................................................................15
2.4.1 Profil singkat..................................................................................................15
2.4.2 Kebijakan Strategis Usman ..........................................................................16
2.4.3 Pembukuan Al Qur’an ..................................................................................17
2.5 Ali bin Abi Thalib ...........................................................................................17
2.5.1 Profil singkat Ali bin Abi Thalib ..................................................................18
2.5.2 Kebijakan Strategis Ali .................................................................................18
2.6 Rekonstruksi Masa Khulafaur Rasyidin Pada Masa Kontemporer .................19
BAB III ...........................................................................................................................21

iii
KESIMPULAN ..............................................................................................................21
3.1 Kesimpulan ...........................................................................................................21
3.2 Saran dan Kritik ..................................................................................................21
DASTAR PUSTAKA .....................................................................................................22

iv
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Al-Khulafa ar-Rasyidin bermakna pengganti-pengganti Rasul yang


cendekiawan. Adapun pencetus nama Al-Khulafa ar-Rasyidin adalah dari orang-
orang muslim yang paling dekat dari Rasul setelah meninggalnya beliau. Mengapa
demikian, karena mereka menganggap bahwa 4 tokoh sepeninggal Rasul itu orang
yang selalu mendampingi Rasul ketika beliau menjadi pemimpin dan dalam
menjalankan tugas.1

Dalam Al-Qur'an, manusia secara umum merupakan khalifah Allah di muka


bumi untuk merawat dan memberdayakan bumi beserta isinya. Sedangkan khalifah
secara khusus maksudnya adalah pengganti Nabi Muhammad saw sebagai Imam
umatnya, dan secara kondisional juga menggantikannya sebagai penguasa sebuah
edentitas kedaulatan Islam (negara). Sebagaimana diketahui bahwa Muhammad
saw selain sebagai Nabi dan Rasul juga sebagai Imam, Penguasa, Panglima Perang,
dan lain sebagainya.2

Adapun yang dimaksud dengan Khulafaur Rasyidin adalah para pemimpin


pengganti Rosulullah dalam mengatur kehidupan umat manusia yang adil,
bijaksana, cerdik, selalu melaksanakan tugas dengan benar dan selalu mendapat
petunjuk dari Allah.

Tugas Khulafaur Rasyidin adalah menggantikan kepemimpinan Rosulullah


dalam mengatur kehidupan kaum muslimin. Jika tugas Rosulullah terdiri dari dua
hal yaitu tugas kenabian dan tugas kenegaraan. Maka Khulafaur Rasyidin bertugas
menggantikan kepemimpinan Rasulullah dalam masalah kenegaraan yaitu sebagai
kepala Negara atau kepala pemerintahan dan pemimpin agama. Adapun tugas

1
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, cetakan ketiga 2011, hal.
50.
2
Ahmad Jamil, Sejarah Kebudayaan Dinamika Islam, Gresik: Putra Kembar Jaya, 2011. hal 22.

1
kerosulan tidak dapat digantikan oleh Khulafaur Rasyidin karena Rasulullah adalah
Nabi dan Rosul yang terakhir. Setelah Beliau tidak ada lagi Nabi dan Rosul lagi.

Tugas Khulafaur Rasyidin sebagai kepala Negara adalah mengatur


kehidupan rakyatnya agar tercipta kehidupan yang damai, adil, makmur, aman, dan
sentosa. Sedangkan sebagai pemimpin agama Khulafaur Rasyidin bertugas
mengatur hal-hal yang berhubungan dengan masalah keagamaan. Bila terjadi
perselisihan pendapat maka kholifah yang berhak mengambil keputusan. Meskipun
demikian Khulafaur Rasyidin dalam melaksanakan tugasnya selalu mengutamakan
musyawarah bersama, sehingga setiap kebijakan yang diambil tidak bertentangan
dengan kaum muslimin.

Khulafaur Rasyidin merupakan pemimpin umat Islam dari kalangan sahabat


pasca Nabi wafat. Mereka merupakan pemimpin yang dipilih langsung oleh para
sahabat melalui mekanisme yang demokratis. Siapa yang terpilih, maka sahabat
yang lain memberikan baiat (sumpah setia) pada calon yang terpilih tersebut. Ada
dua cara dalam pemilihan khalifah ini , yaitu : pertama, secara musyawarah oleh
para sahabat Nabi. Kedua, berdasarkan atas penunjukan khalifah sebelumnya. 3

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Sejarah Perkembangan Pada Masa Khulafaur Al-Rasydin ?

2. Bagaimana AbuBakar As-Shiddiq ?

3. Bagaimana Umar bin Khattab ?

4. Bagaimana Usman bin Affan ?

5. Bagaimana Ali bin Abi Thalib ?

6. Bagaimana Rekonstruksi Masa Khulafaur Rasyidin Pada Masa Kontemporer?

3
Machfud Syaefuddin, Perdaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2013. hlm 29.

2
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Bagaimana Sejarah Perkembangan Pada Masa Khulafaur
Al-Rasydin ?

2. Untuk mengetahui Bagaimana AbuBakar As-Shiddiq ?

3. Untuk mengetahui Bagaimana Umar bin Khattab ?

4. Untuk mengetahui Bagaimana Usman bin Affan ?

5. Untuk mengetahui Bagaimana Ali bin Abi Thalib ?

6. Untuk mengetahui Bagaimana Rekonstruksi Masa Khulafaur Rasyidin Pada


Masa Kontemporer?

3
BAB II
Pembahasan

2.1 Sejarah Perkembangan Pada Masa Khulafaur Al-Rasydin


Khalifah adalah jabatan tertinggi dalam kepemimpinan Islam pasca
Rasulullah SAW Wafat. Mereka dipilih oleh umat Islam melalui musyawarah.
Seorang Khalifah wajib menjalankan kepemimpinan sesuai dengan Al-Qur'an dan
Sunnah Nabi. Khalifah tidak menjalankan fungsi kenabian, tugas utama mereka
dalam hal keagamaan adalah memimpin shalat jum'att masjid Nabawi dan
menyampaikan khutbah jum'.

Tugas seorang khalifah selain sebagai kepala Negara, dia juga menjabat
sebagai panglima pasukan Islam yang memiliki kewenangan luas dalam hal
pemerintahan. Dalam sejarah, tugas Nabi Muhammad SAW sebagai kepala
pemerintahan dalm kepala negara diemban oleh empat sahabat terdekatnya secara
berurutan. Termasuk dalam tugas tersebut adalah mengurus masalah keagamaan
umat Islam. Keempat penggantinya inilah yang dikenal dengan sebutan Khulafaur
Rasydin. Secara kebahasaan, Khur Rasydin berarti para Khalifah yang mendapat
petunjuk, Keempat Khalifah tersebut adalah Abu Bakar As-Shiddiq (632 - 834M),
Umar Bin Khatab (634-644m), Usman Bin Affah (644-656m), Dan Ali Bin Abi
Thalib (656-661m)

2.2 Abu Bakar As-Shiddiq


Khalifah pertama yang meneruskan kepemimpinan Rasulullah setelah
beliau wafat ialah Abu Bakar. Beliau dipilih menjadi Khalifah pertama setelah
dilakukan pemilihan dengan jalan musyawarah dewan pemilihan yang dibentuk
oleh kaum Muslimin. Penulis akan menjelaskan profil singkat, kebijakan strategis,
dan dinamika pemikiran dalam masa kepemimpinan Abu Bakar.

4
2.2.1 Profil Singkat Abu Bakar
Nama beliau menurut pendapat yang shahih adalah Abdullah bin
‘Usman bin ‘Amir bin ‘Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taiym bin Murrah bin Ka’ab
bin Lu’ay Al Qurasyi At Taimi.4 Abu Bakar berasal dari keturunan Suku Taim bin
Murrah bin Ka’ab. Jika ditarik garis ke atas, pertautan asal keturunan Abu Bakar
akan bertemu dengan keluarga Nabi Muhammad SAW, yakni bersatu dalam darah
Adnan.5 Sehingga antara Muhammad dan Abu Bakar masih memiliki tali
persaudaraan.

Keluarga Abu Bakar dan Rasulullah merupakan keluarga yang


terpandang di kalangan kaum Quraisy. Keluarga ini mendapatkan tugas khusus
menjaga Ka’bah yang dibuat oleh Nabi Ibrahim. Keluarga Tim bin Murah yang
merupakan keluarga Abu Bakar diserahi tugas untuk mengurusi denda dan ganti
rugi.6

Para pakar sejarah Islam berbeda pendapat mengenai perkenalan


Abu Bakar dan Muhammad SAW. Pertama Abu Bakar telah mengenal Muhammad
sebelum Muhammad menjadi Rasul. Kedua Abu Bakar mengenal Muhammad
setelah beliau menjadi Rasul. Sebelumnya mereka berdua hanya berhubungan
sebagai tetangga.7

Abu Bakar dikenal sebagai sahabat yang dekat dengan Rasul dan
selalu siap membela Rasul dalam posisi yang sulit. Dia merupakan salah satu orang
yang masuk Islam pertama kali. Hal ini disebabkan karena sebelum Abu Bakar
mengenal Muhammad, dia sudah dikenal sebagai seorang pemikir yang cerdas.
Sebagai seorang ahli fikir, Abu Bakar mengkritisi orang Quraisy bahwa
penyembahan berhala merupakan suatu kebodohan.8 Sehingga setelah Muhammad
mendakwahkan agama baru yaitu Islam, beliau langsung menjadi pengikutnya.

5
Husain Muhamad Haikal, KhalifahRosulullah Abu Bakar As-Shiddiq, (Solo: Pustaka Mantiq,
1994), hlm. 31
6
Ibid, hlm. 31
7
Ibid, hlm. 34
8
Ibid, hlm. 34-35

5
Abu Bakar dikenal sebagai sahabat Nabi yang mempunyai jiwa yang
tenang, perasaanya yang halus, dan akhlaknya menunjukan kemuliaan. Sehingga
beliau disenangi orang lain dan mudah bergaul dengan siapa saja. Beliau
mendapatkan gelar As Shidiq dari Rasul karena merupakan orang yang pertama kali
membenarkan peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi. Gelar ini masih kita kenal sampai sampai
saat ini.

Saat wafatnya Rasul, Abu Bakar sangat terpukul dan sedih karena
kehilangan orang yang sangat dicintanya, akan tetapi dia merupakan orang yang
paling tenang dalam menghadapi peristiwa ini. Dia orang yang pertama kali
mengabarkan meninggalnya Rasul dan dipercayai oleh kaum Muslimin.

Abu Bakar dikenal sebagai orang yang sangat sederhana. Setelah


menjadi Khalifah, bersama istrinya beliau tinggal di Sunnuh, suatu daerah di
pinggiran kota Madinah. Rumah Abu bakar di Sunuh itu berbentuk kecil sepeti
layaknya rumah kaum Badui lainya. Selama enam bulan pertama masa
kekhalifahanya, dia pulang pergi antara Sunuh dan Madinah. Biasanya dia berjalan
kaki untuk menempuh perjalanan sejauh itu tapi kadangkalapun dia naik keledai.
Semula dia berdagang kain untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, namun
karena tugas-tugasnya yang diembannya semakin bertambah berat, usaha
dagangnya terpaksa ditinggalkan.9

2.2.2 Kebijakan Strategis Abu Bakar


Sebagai Khalifah pertama, Abu Bakar dihadapkan pada keadaan
masyarakat sepeninggal Muhammad SAW. Muncul pembangkangan, orang yang
tidak mau membayar zakat, bahkan muncul nabi palsu. Untuk mengatasi hal ini, dia
bermusyawarah dengan para sahabat untuk menentukan tindakan yang harus
diambil dalam menghadapi kesulitan yang dihadapi.10

9
Ibid, hlm. 120
10
Ali Sodikin, dkk, Sejarah Peradaban,. hlm. 47

6
A. Mengirim Pasukan Usamah

Pada masa Rasul masih hidup, beliau telah memerintahkan Usamah


untuk pergi berperang melawan Romawi. Tapi ditengah perjalanan pasukan ini ke
Romawi, mereka mendengar kabar bahwa Rasul telah wafat. Akhirnya mereka
mengurungkan niat untuk pergi berperang dan kembali ke Madinah.

Setelah Abu Bakar menjadi Khalifah beliau ingin meneruskan


rencana Rasul untuk mengirim pasukannya ke Romawi. Tapi hal ini sempat ditolak
oleh Umar dengan alasan kestabilan keamanan di Madinah. Akan tetapi Abu Bakar
tetap tegas untuk mengirim pasukan ini ke Romawi.

Pasukan kaum Muslimin yang dipimpin oleh Usamah berhasil


mencapai kemenangan gemilang. Jumlah pasukan yang terbunuh tak terkira
banyaknya. Rampasan perang yang mereka sita juga tidak sedikit, disertai sejumlah
orang yang ditawan.11

B. Memerangi Kaum Riddah, Nabi Palsu dan Orang yang Menolak


Membayar Zakat

Pada masa awal kepemimpinannya Abu Bakar dihadapkan pada


masalah Nabi Palsu, kemurtadan dan orang yang tidak mau membayar zakat.
Masalah Nabi palsu merupakan masalah yang telah ada saat Rasul masih hidup, tapi
tidak begitu melakukan perlawanan yang cukup berarti kepada Rasul. Setelah
wafatnya Rasul mereka semakin menjadi-jadi dan mudah menyebarkan pengaruh
kepada kaum Muslimin yang belum mempunyai keimanan yang kokoh. Tokoh-
tokoh seperti Thulaihah di Bani Asad, Musailamah di Bani Hanifah dan di Yaman
muncul Al Ansi Dzil Khimar.

Golongan murtad muncul karena adanya kaum Muslimin yang


hanya masuk Islam tidak secara sungguh-sungguh, mereka hanya masuk Islam
karena pada saat itu Islam yang berkuasa. Sehingga keimanan mereka mudah goyah
dengan wafatnya Rasul.

11
Husain Muhamad Haikal, Khalifah Rosulullah,. hlm. 103

7
Munculnya orang yang tidak mau membayar zakat juga merupakan
persoalan yang cukup rumit. Menurut mereka karena kaum Anshar dan Muhajirin
telah berselisih paham mengenai kedudukan Khalifah sebagai pengganti Rasulullah
SAW. Beliau sendiri tidak pernah mewasiatkan kepada siapapun untuk
menggantikan kedudukanya. Oleh karena itu, sangatlah layak bagi kita untuk
menentukan jabatan Khalifah bagi golongan mereka masing-masing. Keharusan
untuk tunduk kepada Abu Bakar atau orang lainya tidak terdapat dalam ketentuan
Agama dan kitabullah. Kita hanya diperintahkan untuk taat kepada orang-orang
yang kita angkat untuk mengurusi kita.12

Meski terjadi perbedaan pendapat di kalangan sahabat tentang


tindakan yang akan dilakukan dalam menghadapi kesulitan yang memuncak pada
masa ini, kelihatan kebesaran jiwa dan ketabahan hati Abu Bakar. Seraya
bersumpah dengan tegas dia menyatakan akan memerangi semua golongan yang
menyimpang dari kebenaran termasuk kaum Muslimin yang murtad. 13 Dari sini,
kita dapat mengetahui walaupun Abu Bakar mempunyai sikap yang lemah lembut
akan tetapi dia mempunyai prinsip yang kuat dalam mempertahankan Islam dan dia
tetap berpegang pada prinsipnya walaupun terjadi perdebatan di kalangan sahabat.

Abu Bakar menyusun strategi peperangan dengan cara menyusun


dan membagi pasukan Muslim menjadi sebelas divisi yang masing-masing divisi
dipimpin oleh seorang komandan (panglima perang). Diperbolehkan bagi
masingmasing pasukan untuk memilih dan menentukan anggotanya yang dinilai
cukup kuat dan tangkas dalam mengemban tugas. 14

Dengan strategi perang tersebut akhirnya kaum yang ingin


memisahkan diri dengan Islam dapat ditumpas. Dan persatuan Islam dapat
dibangun kembali. Inilah pondasi pertama yang telah dibuat oleh Khalifah Abu
Bakar untuk perkembangan Islam masa selanjutnya.

12
Ibid, hlm. 83
13
Ali Sodikin dkk, Sejarah Peradaban,. hlm. 47
14
Husain Muhamad Haikal, Khalifah Rosulullah,. hlm. 117-118

8
Pada masa ini belum banyak yang dapat dilakukan oleh Khalifah
Abu Bakar mengenai pengelolaan pemerintahan. Hal ini disebabkan oleh
banyaknya permasalahan internal yang harus dihadapi. Bentuk pemerintahan pada
masa Khalifah Abu Bakar masih meneruskan seperti apa yang dilakukan oleh Rasul
yaitu kekuasaan bersifat sentral (eksekutif, legislatif dan yudikatif terpusat pada
pemimpin tertinggi). 15

C. Pembukuan Al Qur’an

Ide mengenai pembukuan Al Qur’an berasal dari Umar. Ide ini


muncul karena keprihatinannya terhadap banyaknya penghafal Al Qur’an yang
meninggal dunia dalam perang Yamamah.

Untuk mewujudkan idenya ini Umar melakukan dialog dengan Abu


Bakar karena beliaulah pemimpin tertinggi umat Islam pada saat itu. Pada awalnya
Abu Bakar tidak setuju dengan ide Umar dengan alasan karena Rasul tidak pernah
memerintahkan untuk membukukan Al Qur’an dan Abu Bakar tidak mau
melakukan perbuatan yang tidak dianjurkan oleh Rasul. Setelah terjadi dialog yang
cukup panjang akhirnya kahlifah Abu Bakar setuju dengan ide Umar.

Untuk merealisasikan program ini Khalifah Abu Bakar memanggil


Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan Al Qur’an. Pada awalnya Zaid juga tidak
setuju dengan ide ini, dia beralasan seperti yang disampaikan oleh Abu Bakar.
Setelah ketiga orang ini berdialog akhirnya diputuskan untuk membukukan Al
Qur’an dan orang yang diberi tugas untuk itu ialah Zaid bin Tsabit.

2.2.3 Dinamika Pemikiran


Dalam masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar belum banyak
dinamika pemikiran baru yang muncul mengenai masalah-masalah ilmu
pengetahuan. Hal ini disebabkan oleh permasalahan internal kaum Muslim dan
perluasan wilayah yang masih sangat sedikit. Ilmu yang berkembang pada masa ini

15
Ali Sodikin dkk, Sejarah Peradaban,. hlm. 48

9
masih didominasi oleh perkembangan ilmu-ilmu naqliyah yaitu ilmu-ilmu yang
bersumber pada Al Qur’an atau dalil naql saja. 16

2.3 Umar bin Khattab


2.3.1 Profil Singkat Umar
Umar lahir di Mekah dari Bani Adi salah satu rumpun suku Quraisy
dengan nama lengkap Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza. Keluarga Umar
tergolong keluarga kelas menengah, dia bisa membaca dan menulis yang pada masa
itu merupakan sesuatu yang jarang. Umar juga dikenal karena fisiknya yang kuat
dimana dia menjadi juara gulat di Mekkah.17 Keluarga Bani Adi juga dikenal
mempunyai kecerdasan yang di atas rata-rata masyarkat pada saat itu, sehingga
keluarga ini terkenal di kalangan kaum Quraisy. Kecerdasan Umar dimungkinkan
dari pengaruh genologi keluarganya.

Umar dikenal sebagai tokoh yang gagah berani dan tegas. Dia
memiliki kepribadian yang benar-benar kuat, tetapi dengan kekuatanya yang besar
itu dia bukanlah seorang yang tamak dan serakah. Dia bukanlah orang yang ingin
berkuasa dan memperbesar kemegahan dan kekuasaan bila tidak ada alasan yang
benar dan mendorongnya ke arah itu sedang dia sendiri tidak menginginkanya.
Karena Umar memiliki fitrah adil, menyampaikan hak-hak kepada yang
seharusnya, dan tetap menjauhi hal-hal yang dijauhi oleh orang-orang di
sekitarnya.18

Dibalik sikapnya yang keras tersebut dia memiliki sikap yang adil,
penyayang, antusias, cerdas, teguh iman, dan selalu sedia membela agamanya.19
Dia selalu siap membela Rasul saat diserang oleh musuh-musuh Islam.

16
Ibid, 59
17
Anonim, Biografi Umar Bin Khtttab, http://kolombiografi.blogspot.com/2009/01/biografi-umar-
bin-khtttab.html diakses tanggal 4 Oktober 2013
18
Abbas Mahmoud Al Akkad, Kecermelangan Khalifah Umar bin Khattab, terj. Bustani A. Gani
dan Zainal Abidin Ahmad, (Jakarta: Bulan Bintang,1978), hlm.13
19
Ibid, hlm. 36

10
2.3.2 Kebijakan Strategis Umar
Umar bin Khattab diangkat dan dipilih oleh para pemuka masyarakat
dan disetujui oleh jama’ah kaum Muslimin. Pada saat sakit menjelang ajal tiba, Abu
Bakar melihat situasi negara masih labil dan pasukan yang sedang bertempur di
medan perang tidak boleh terpecah akibat perbedaan keinginan tentang siapa yang
akan menjadi calon penggantinya, dia memilih Umar. Pilihannya ini sudah
dimintakan pendapat dan persetujuan para pemuka masyarakat pada saat mereka
menengok dirinya sewaktu sakit.20

Setelah tonggak kepemimpinan kaum Muslimin ada ditangannya,


Umar mulai melakukan perluasan wilayah dengan cara melakukan penyerangan
kepada negeri yang dulu masih dikuasai non Muslim.

Di masa pemeritahan Umar keadaan bala tentara Islam telah jauh


lebih kuat dari pada laskar bangsa Romawi yaitu setelah mereka mendapat
kemenangan yang gemilang pada pertempuran Ajnadan.

Umar mengirimkan pasukan untuk menyerbu Persia di bawah


kepemimpinan panglima Sa’ad Abi Waqash. Pasukan ini berhasil merebut Persia
dari tangan kerajaan keluarga Sasan yang sudah berkuasa kira-kira 4 abad
lamanya.21 Setelah perang ini ekspansi Islam terus berjalan hingga dapat menguasai
Mesir, Iskandariah, Akka, Yaffa, Kizzah, dan lain sebagainya.

Umar dikenal sebagai Khalifah yang menerapkan Negara Modern


atau Daulah Islamiyah. Dia membagi negara terdiri dari provinsi-provinsi yang
berotonomi penuh. Kepala pemerintahan provinsi bergelar Amir, disetiap provinsi
tetap berlaku adat kebiasaan setempat selama tidak bertentangan dengan aturan
pusat. Para Amir (Gubernur) provinsi dan para pejabat distrik sering diangkat
melalui pemilihan.22

20
Ali Sodikin dkk, Sejarah Peradaban. hlm. 46: lihat Shidiqi, Tamaddun Muslim, hlm. 119, Syalabi,
Sejarah dan Kebudayaan, hlm. 237-238, Ibn al-Aysir, Al-Kamli Fi At-Tarikh, jilid II, hlm. 123,:
Hassan, Tarikh Al-Islam, hlm. 211-212
21
Faisal Ismail, Sejarah dan Kebudayaan Islam dari Zaman Permulaan Hingga Zaman
Khulafaurasyidin, (Yogyakarta: Bina Usaha, 198), hlm.115
22
Maman A Maliky, Sejarah Kebudayaan Islam, (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN, 2005), hlm.87

11
Agar mekanisme berjalan dengan lancar dibentuk organisasi Negara
Islam yang pada garis besarnya sebagai berikut:

A. An Nidham as Siyasi (organisasi politik) yang mencakup:


1. Al Khilafat, terkait cara memilih khilafah
2. Al Witariat, terkait cara memilih khilafah
3. Al Kitabat, terkait dengan pengangkatan pejabat negara
B. An Nidham Al Idasy, organisasi Tata Usaha atau administrasi
Negara
C. An Nidham Al Harby, organisasi ketentaraan (pertahanan
Negara)
D. An Nidham Al Maly, organisasi keuangan Negara
E. An Nidham Al Qadla’i, organisasi kehakiman yang meliputi
masalah-masalah pengadilan banding dan pengadilan damai.

2.3.3 Ijtihad
Pada masalah ijtihad ternyata Khalifah Umar telah mencontohkan
dengan melakukan ijtihad tentang hukum Islam. Ijtihad hukum yang mencakup:

a. Tidak melaksanakan hukuman potong tangan terhadap pencuri


demi membebaskan dirinya dari kelaparan

b. Menghapuskan bagian zakat bagi para mualaf (orang yang


dibujuk hatinya karena baru masuk Islam)

c. Menghapuskan hukum Mut’ah (kawin sementara) yang


sebelumnya diperbolehkan.23

Inti dari semua perubahan peraturan-peraturan pemerintahan adalah


untuk kepentingan dan kemaslahatan umat Islam. Khalifah Umar telah benar-benar
mengajarkan kepada kita, bahwa sebenarnya hukum Islam tidak kaku dan harus
dimaknai sama dalam setiap zaman. Hukum Islam bersifat fleksibel artinya setiap

23
Ibid, hlm. 90

12
zaman dapat melakukan ijtihad, asalkan ijtihad yang dilakukannya itu tidak
menyalahi Al Qur’an dan Hadis.

2.3.4 Perkembangan Ilmu Pengetahuan


Semakin bertambah luasnya daerah kekuasaan Islam mulailah
muncul beberapa permasalahan. Antara lain mengenai cara pembacaan Al Qur’an,
penafsiran, dan dialeknya. Berdasarkan masalah ini maka Khalifah Umar dan para
sahabat lain mulai berpikir untuk memecahkan permasalahan ini. Lahirnya Ilmu
Qira’at erat kaitannya dengan membaca dan mempelajari Al Qur’an. Terdapatnya
beberapa dialek bahasa dalam membaca Al Qur’an, dikhawatirkan akan terjadi
kesalahan dalam membaca dan memahaminya. Oleh karena itu diperlukan
standarisasi bacaan dengan kaidah-kaidah tersendiri. Apalagi bahasa Arab yang
tidak bersyakal tentu menimbulkan kesulitan dalam membacanya. Untuk
mempelajari bacaan dan pemahaman Al Qur’an Khalifah Umar telah mengutus
Mu’adz ibn Jabal ke Palestina, Ibadah ibn As Shamit ke Hims, Abu Darda’ ke
Damaskus, Ubai ibn Ka’ab, dan Abu ayub tetap di Madinah.24

Perkembangan ilmu lain juga mulai terlihat pada masa ini. Seperti
ilmu Hadis, Nahwu, ilmu fiqih, dan ilmu kedokteran.Untuk ilmu hadis memang
belum begitu terkenal pada masa ini hanya saja baru mulai menjadi isu yang
berkembang di kalangan sahabat pada masa itu.

Pembukuan Al Qur’an pada masa Khalifah Umar, mushaf Al Qur’an


berada di bawah pengawasannya. Sepeninggal Umar, mushaf itu disimpan di rumah
Hafsah binti Umar, isteri Rasulullah.

2.3.5 Perkembangan Sastra


Masyarakat Arab sangat dekat dengan masalah sastra. Bahkan pada
masa pra Islam dunia kesusatraan Arab sudah mengalami kemajuan. Masyarakat
Arab sangat senang terhadap karya sastra. Sehingga Al Qur’an tidak hanya berisi

24
Ibid, hlm. 59

13
tentang firman Allah yang bersifat formal tapi juga terdapat karya sastra yang
mengagumkan di dalamnya.

Pada masa Khalifah Umar puisi tidak bisa lepas dari masa Rasul dan
masa jahilyah. Aroma struktural kata dalam puisi sangat terpengaruh oleh Al
Qur’an. Prosa tertuang dalam dua bentuk yaitu Khitabah (bahasa pidato) dan
Kitabah (bahasa korespondensi).25

2.3.6 Perkembangan Arsitektur


Dalam Islam dunia arsitektur dimulai dengan dibangunnya masjid.
Masjid selain sebagai tempat ibadah juga difungsikan sebagai tempat untuk proses
pembelajaran dan pusat kegiatan kaum Muslimin. Beberapa masjid telah dibangun
pada masa Umar, diantaranya Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjid Al Atiq.
Khalifah Umar melakukan perbaikan dan pembangunan masjid-masjid ini:

a. Masjidil haram, Khalifah Umar mulai memperluas masjid yang


pada masa Rasulullah masih amat sederhana

b. Masjid Madinah (Nabawi), Khalifah Umar memperluas masjid ini


(17 H.) dengan menambah bagian selatan 5 meter dan bagian
utara ditambah 15 meter, pintu menjadi 3 buah.

c. Masjid Al Atiq, masjid yang pertama kali dibangun di Mesir (21


H), terletak di utara benteng Babylon, berukuran 50x30 hasta.
Masjid ini tidak bermihrab, mempunyai tiga pintu, dilengkapi
dengan tempat berteduh bagi para mufasir.

Selain Masjid juga mulai dibangun kota-kota, diantaranya:

a. Basrah dibangun tahun 14-15 H dengan arsiteknya Utbah ibn


Ghazwah, dibantu 800 pekerja. Khalifah Umar sendiri yang
menentukan lokasinya, kira-kira 10 mil dari sungai Tigris. Untuk

25
Ibid, hlm. 61

14
memenuhi kebutuhan air penduduk, dibuatlah saluran air dari
sungai menuju ke kota.

b. Kufah dibangun di bekas ibu kota kerajaan Arab sebelum Islam,


Manadzir, sekitar 2 mil dari sungai Efhart (17 H).
Pembangunanya dipercayakan kepada Salman Al Farisi dan
kawan-kawan. Arsitek Persia ini memperoleh pensiunan selama
hidupnya.

c. Fusthat, dibangun pada tahun 21 H. Kota ini dibangun karena


Khalifah Umar tidak menyetujui usul Amr bin Ash untuk
menjadikan Iskandariyah sebagai ibu kota provinsi Mesir, dengan
alasan karena sungai Nil membatasi kota tersebut dengan
Madinah sehingga akan menyulitkan hubungan dengan
pemerintah pusat. Dibangun di sebelah timur sungai Nil,
dilengkapi dengan bangunan-bangunan utama sebuah kota.26

2.4 Usman bin Affan


Usman bin Affan dipilih dan diangkat dari enam orang calon yang ditunjuk
oleh Khalifah Umar saat menjelang ajalnya karena pembunuhan. Dia menunjuk
enam orang calon pengganti yang menurut pengamatannya dan pengamatan
mayoritas kaum Muslimin, memang pantas menduduki jabatan Khalifah. Akhirnya
dari hasil musyawarah tersebut tepilihlah Usman sebagai Khalifah.27

2.4.1 Profil singkat


Usman bin Affan ibnu Abil ibnu Umayah dilahirkan di waktu Nabi
Muhammad berusia lima tahun. Atas seruan dan ajakan Abu Bakar Ash Sidiq,
Usman bin Affan menyatakan beriman dan masuk Islam. Usman bin Affan
termasuk saudagar besar dan kaya. Dia dikenal sangat pemurah menafkahkan dan
mewakafkan kekayaannya demi kepentingan dakwah. 28

26
Ibid, hlm.62-63
27
Ibid, hlm. 46
28
Faisal Ismail, Sejarah dan Kebudayaan. hlm. 119

15
Hubungan Usman dengan Rasulullah sangat akrab. Rasul
mengawinkannya dengan putrinya yang bernama Ruqayah. Setelah Ruqayah
meninggal kemudian mengawinkanya dengan Ummu Kultsum. Usman bin Affan
pernah diutus Rasul kepada kaum Quraisy pada detik-detik peristiwa Hudaibiyah,
dan beliau sukses menjalankan perintah tersebut.29

2.4.2 Kebijakan Strategis Usman


Pada masa awal pemerintahan Usman Islam mengalami kejayaan,
berkat kelihaian Umar dalam memimpin. Tidak banyak hal yang dilakukan oleh
Usman, beliau hanya melanjutkan program-program yang direncanakan oleh Umar.
Hal ini disebabkan karena pada saat terpilih Usman sudah memasuki usia senja.

Saat baru pertama kali menjabat Usman sudah dihadapkan pada


permasalahan pemberontakan. Ada sebagian daerah kekuasaan Islam yang
menginginkan untuk kembali ke orde lama, yaitu sebelum dikuasai oleh Islam.

Selain itu Khalifah juga melakukan perluasan wilayah hingga


mencapai lautan, sehingga dia mendirikan angkatan laut. Hal ini dianggap oleh
masyarakat akan menambah beban bagi masyarakat.

Hal lain yang dilakukan Khalifah Usman ialah membangun sebuah


bendungan besar untuk melindungi Madinah dari bahaya banjir dan mengatur
persediaan air untuk kota itu. Dia juga membangun jalan, masjid, jembatan, rumah
tamu di berbagai wilayah dan membangun Masjid Nabawi.30

Usman dikenal sebagai tokoh yang dermawan, sehingga tipe


kepemimpinan yang dia perlihatkan terkesan longgar. Sehingga praktek korupsi
mulai ada pada zaman ini, yaitu penggunaan dana Baitul Mal yang tidak sesuai
dengan ketentuannya. Hal ini menyebabkan Baitul Mal mengalami kerugian. Selain
itu praktek nepotisme mulai terjadi pada masa ini. Usman mengangkat kerabat
dekatnya sebagai pejabat teras pemerintahannya, padahal orang-orang yang dia
angkat tidak memiliki kapasitas untuk menjalankan tugasnya.

29
Ibid, hlm.120
30
Ali Shodikin dkk, Sejarah Peradaban. hlm. 48

16
Hal inilah yang menyebabkan terjadinya perlawanan oleh orang-
orang yang tidak setuju dengan kebijakan Usman ini. Perpecahan semakin menjadi-
jadi di kalangan internal pemerintahan Usman yang menyebabkan ilmu
pengetahuan tidak berkembang, begitu pula dengan bidang ijtihad. Sehingga
menyebabkan kemunduran pemerintahan Khulafaur Rasyidin.

2.4.3 Pembukuan Al Qur’an


Di masa pemerintahan Usman ibn Affan, timbul perbedaan cara
membaca Al Qur’an (qira’ah) di kalangan umat Islam. Ini disebabkan sikap Rasul
yang memberi kelonggaran kepada kabilah-kabilah Arab untuk membaca dan
menghafalkan Al Qur’an sesuai dengan dialek mereka masing-masing. Seiring
dengan semakin luasnya daerah kekuasaan Islam maka perbedaan dialek yang
terjadi semakin parah. Sehingga Usman membuat keputusan untuk membukukan
Al Qur’an.

Untuk itu Usman membentuk suatu lajnah (panitia) yang diketuai


oleh Zaid bin Tsabit. Tugas utama lajnah adalah menyalin mushaf yang disimpan
oleh Hafsah dan menyeragamkan dialeknya, yaitu dialek Quraisy. Setelah selesai
mushaf dikembalikan kepada Hafsah, Zaid membuat salinan sejumlah 6 buah.
Khalifah menyuruh agar salinan ini dikirim ke beberapa wilayah Islam. Naskah
yang lain diperintahkan untuk dibakar sehingga keotentikan kitab suci Al Qur’an
dapat terpelihara. Mushaf yang sudah diseragamkan dialeknya itu disebut Mushaf
Usmani. Salah satunya disimpan oleh Khalifah Usman, dinamakan Mushaf Al
Imam, yang lain dikirim ke Mekah, Madinah, Basrah, Kufah dan Syam atau Syiria.

2.5 Ali bin Abi Thalib


Ali terpilih sebagai Khalifah setelah terbunuhnya Usman secara
menyedihkan. Ali dipilih oleh sebagian besar kaum Muslimin, walaupun ada
sebagian sahabat yang tidak setuju dengan pemilihan Ali. Inilah yang menjadikan
banyak terjadi perselisihan pada masa pemerintahanya.

17
2.5.1 Profil singkat Ali bin Abi Thalib
Ali ibnu Thalib ibnu Abdul Muthalib dilahirkan 10 tahun sebelum
Nabi Muhammad diutus menjadi Rasul. Ali dikenal dengan budi pekertinya,
kesalehan, keadilan, dan kebersihan jiwanya. Dia terhitung salah seorang dari tiga
tokoh utama yang telah menimba ilmu dari Rasulullah.31

Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal


13 Rajab. Menurut sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya
kenabian Muhammad, sekitar tahun 600 Masehi. Beliau bernama asli Haydar bin
Abu Thalib. Namun Rasullullah SAW tidak menyukainya dan memanggilnya Ali
yang berarti memiliki derajat yang tinggi di sisi Allah.

2.5.2 Kebijakan Strategis Ali


Pada masa awal pemerintahan Ali sudah muncul berbagai faksi
dalam internal masyarakat Islam. Ada yang mendukung Khalifah Ali dan ada pula
yang tidak mendukungnya salah satunya Bani Umayah. Karena mereka takut jika
mendukung Ali mereka tidak akan mendapatkan jabatannya lagi dan akan
diberangus karena Ali dikenal sebagai orang yang tegas.

Sebagai Khalifah ke empat, Ali bin Abi Thalib meneruskan cita-cita


Abu Bakar dan Umar. Dia mengikuti dengan taat prinsip-prinsip Baitul Mal dan
memutuskan untuk mengembalikan semua tanah yang diambil alih oleh Bani
Umayah ke dalam perbendaharaan negara.32 Dua kebijakan Ali pada masa awal
kepemimpinanya:

a. Memecat kepala-kepala daerah yang diangkat Usman dan


mengangkat pengganti sesuai dengan pilihannya sendiri

b. Mengambil kembali tanah-tanah yang dibagikan kepada


kerabat Usman tanpa jalan yang sah, demikian juga hibah atau
pemberian Usman kepada siapapun yang tiada beralasan. 33

31
Faisal Ismail, Sejarah dan Kebudayaan. hlm.127
32
Ali Shodikin dkk, Sejarah Peradaban
33
Faisal Ismail, Sejarah dan Kebudayaaan. hlm. 128

18
Tidak banyak lagi kebijakan yang ada pada masa pemerintahan Ali
karena dia disibukkan dengan pemberontakan dari dalam. Dan timbul tuduhan
bahwa Ali terlibat dalam konspirasi pembunuhan Usman. Sehingga timbul
peperangan, pertama Perang Jamal yaitu antara Ali dengan Aisyah, Thalhah, dan
Az Zubair, merupakan pertempuran pertama antara sesama Muslim.

Selanjutnya terjadi Perang Shiffin di tepi sungai Tigris yang


membuat posisi Ali semakin terpojok. Dalam Perang Shiffin tersebut tentara Ali
terpecah menjadi dua, golongan yang keluar dari Ali disebut golongan Khawarij
dan timbulah perang segitiga antara kelompok Ali, Mu’awiyah, dan Khawarij.
Akhirnya Ali meninggal dalam pertempuran ini, dan merupakan akhir dari
Khulafaur Rasyidin.

2.6 Rekonstruksi Masa Khulafaur Rasyidin Pada Masa


Kontemporer
Dari perjalanan masa kepemimpinan Khulafaur Rasyidin dapat
diambil beberapa ibrah yang dapat diambil untuk rekonstruksi masa kontemporer
khususnya masalah ke Indonesiaan:

Pertama, pergantian kepemimpinan bukan berorientasi pada


monarkhi dan pemilihan langsung yang dilakukan oleh masyarakatakan tetapi
berdasarkan atas pemilihan orang-orang yang ditunjuk yang merupakan
representasi dari masyarakat.

Kedua, semua khalifah pada masa Khulafaur Rasyidin merupakan


sahabat Nabi yang punya kredibilitas yang tidak diragukan, mereka semua tidak
mempunyai ambisi untuk menjadi pemimpin, terpilihnya mereka berdasarkan
keputusan dari orang-orang yang merupakan representasi dari masyarakat saat itu,
ini sama dengan falsafah jawa yang berbunyi bisa a rumungsa, aja rumangsa bisa.

Ketiga, pintu ijtihad selalu terbuka, tafsir terhadap teks Al Qur’an


dan Al Hadis terbuka untuk setiap zaman untuk menjembatani jurang yang terjal
antara teks dan kontekstual.

19
Keempat, kita boleh meniru keilmuan yang bukan berasal dari Islam,
asalkan dari itu kita bisa mendapatkan maslahat dari itu, seperti yang dicontohkan
khalifah Umar yang mengambil pemikiran Persia tentang konsep negara modern.

Kelima, kita harus cermat dalam membedakan permasalahan politik


dan urusan teologi agama, karena jika kita salah menginterpretasikan situasi kita
akan terjebak pada fanatik yang tidak berdasar.

Keenam, dalam melakukan musyawarah yang ada kemungkinan ada


peluang untuk terjadinya voting, sebaiknya dipilih jumlah anggotanya tidak genap
agar tidak terjadi suara sama.

Ketujuh, kesejahteraan bukan merupakan sesuatu yang harus dijaga


dengan baik bukan pula dengan melakukan foya-foya untuk menikmatinya, dan
keterpurukan dari suatu masa bukan tidak ada jalan keluarnya, semua kesulitan
pasti ada jalan keluarnya, seberapa rusaknya Negara Indonesia yang telah digrogoti
oleh praktek korupsi, isu sara, kekerasan pasti akan ada jalan keluarnya, dan biarlah
waktu yang menjawab segala permasalahan ini.

20
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Dari sejarah Khulafaur Rasyidin ini, dapat dilihat proses perkembangan
Islam setelah wafatnya Rasulullah. Mulai dari Abu Bakar yang meletakan
pondasi pemerintahan, Khalifah Umar melanjutkanya dengan membentuk
negara modern yang mengantarkan Daulah Islamiyah mencapai masa keemasan.
Awal masa kepemimpinan Usman Daulah Islamiyah masih mengalami masa
puncak tapi padi setengah masa kepemimpinannya mulai terjadi pemberontakan
yang disebabkan oleh praktek korupsi dan nepotisme dalam pemerintahan. Masa
Ali merupakan masa yang paling kelam dari pemerintahan Khulafaur Rasyidin.
Hal ini ditunjukan dengan adanya peperangan pertama kali yang terjadi antar
sesama kaum Muslimin.

Walau dari pembahasan di atas dapat diketahui ada sisisisi positif dan
negatif dari kebijakan yang dilakukan oleh para sahabat khalifah dan sahabat
lainya. Akan tetapi itu tidak mengurangi keshalehan dan integritas dari para
sahabat Nabi dan mereka tetap dijamin sebagai penghuni surga.

3.2 Saran dan Kritik

Manusia sebagai makhluk sosial tentunya tidak terlepas dari interaksi


diantara sesama, terlebih untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sebagai seorang
muslim harus memperhatikan apakah aktivitas ekonomi yang dilakukan dalam
rangka mencari karunia Allah Swt, seperti harta dan kepemilikan sesuai dengan
prinsip-prinsip syari’ah. Semoga hal ini dapat memberikan wawasan kepada para
praktisi maupun akademisi terkait dengan konsep harta dan kepemilikan dalam
prespekti Islam.

21
DASTAR PUSTAKA

A Maliky, Maman, DKK. 2005. Sejarah Kebudayaan Islam, (Yogyakarta: Pokja


Akademik UIN Sunan Kalijaga)

Al Akkad, Abbas Mahmoud (terj. Oleh Bustani A. Gani dan Zainal Abidin Ahmad).
1978. Kecermelangan Khalifah Umar bin Khattab, (Jakarta: Bulan Bintang)

Husain Muhammad Haikal. 1994. Khalifah Rasulullah Abu Bakar As-


Shiddiq,(Solo: Pustaka Mantiq)

Ismail, Faisal. 1984. Sejarah dan Kebudayaan Islam dari Zaman Permulaan
Hingga Zaman Khulafaur Rasyidin, (Yogyakarta: Bina Usaha)

Null, Biografi Abu Bakar Ash Shiddiq RadhiAllahu’anhu, www.Muslim.or.id


diakses 4 Oktober 2012.

Nasution, Syamruddin. Sejarah Peradaban Islam, Jilid II, (Riau: Yayasan Pusaka
Riau, 2013)
Null, Biografi Abu Bakar Ash Shiddiq RadhiAllahu’anhu, www.Muslim.or.id
diakses 4 Oktober 2012.

Philip K. Hitti, History of The Arabs (London: The Macimillan Press Limitted,
1981)
Siti Maryam, dkk., Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern, c.
3 (Yogyakarta: LESFI, 2009)
Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya (Bandung: Rosda Bandung,
1988)
Sodikin, Ali, dkk. 2009. Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga
Modern, (Yogyakarta: Lesfi)

22

Anda mungkin juga menyukai