Makalah Eliminasi Urine
Makalah Eliminasi Urine
Makalah Eliminasi Urine
Disusun Oleh :
Dosen Pembimbing :
Lono Wijayanti, S.Kep.Ns.M.Kep
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Eliminasi Urine”
ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang eliminasi urine.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehinnga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2
BAB II KONSEP MASALAH
2.1 Definisi Eliminasi Urine ................................................................................ 3
2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Eliminasi Urine................................................ 3
2.3 Pemeriksaan Penunjang ................................................................................. 4
2.4 Komplikasi ..................................................................................................... 6
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN DAN KASUS
3.1 Analisa Data ................................................................................................... 7
3.2 Intervensi........................................................................................................ 19
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Eliminasi urine adalah merupakan salah satu proses metabolik tubuh zat yang
tidak dibutuhkan dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan.
Paru- paru secara primer mengeluarkan karbondioksida sebuah bentuk gas yang
dibentuk selama metabolisme jaringan. Hampir semua karbondioksida dibawa
jaringan ke paru-paru oleh sistem vena dan diekskresikan melalui pernapasan.
Kulit mengeluarkan natrium/keringat. Ginjal merupakan bagian tubuh yang
primer paling utama. Untuk mengekskresikan kelebihan cairan tubuh, elektrolit,
ion-ion hidrogen, dan asam.
Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu : kandung kemi secara progresif
terisi penuh sampai di dindingnya meningkat diatas nilai ambang yang
kemudian mencentuskan langkah kedua yaitu timbul reflek saraf yang disebut
reflek miksi (reflek kemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau
jika ini gagal setidaknya menimbulkan keinginan untuk berkemih. Meskipun
reflek miksi merupakan reflek autonomik medula spinalis, reflek ini juga bisa
dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak.
Eliminasi urine secara normal bergantung pada satu pemasukan cairan dan
sirkulasi darah, jika salah satunya menurun pengeluaran urine akan menurun.
Pengeluaran urine juga berubah pada orang yang mengidap penyakit ginjal, yang
memengaruhi kuantitas urine dan kandungan produk sampah didalam urine.
1
1.3. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui faktor dan
masalah apa saja yang memengaruhi proses Eliminasi urine pada seseorang
terutama pada pasien.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi dari gangguan eliminasi urine pada pasien
b. Untuk mengetahui penyebab utama dari gangguan eliminasi urine
c. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari gangguan eliminasi urine
d. Untuk mengetahui evaluasi keperawatan terhadap gangguan eliminasi urine
2
BAB II
KONSEP MASALAH
2.1 Definisi
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolism tubuh baik berupa
urine atau alvi (buang air besar). Kebutuhan eliminasi terdiri dari atas dua, yakni
eliminasi urine (kebutuhan buang air kecil) dan eliminasi alvi (kebutuhan buang
air besar). Eliminasi urine normalnya adalah proses pengeluaran cairan. Proses
pengeluaran ini sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi urine
seperti ginjal, ureter, bladder, dan uretra. Ginjal memindahkan air dari darah
dalam bentuk urine. Ureter mengalirkan urine ke bladder. Dalam bladder urine
ditampung sampai mencapai batas tertentu yang kemudian dikeluarkan melalui
uretra.
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi output
urine (jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk.
Selain itu, juga dapat meningkatkan pembentukan urine.
2. Gaya Hidup
3. Stres Psikologis
3
4. Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk
fungsi sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan
kemampuan pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot
didapatkan dengan beraktivitas.
5. Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola
berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki
mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun dengan usia
kemampuan dalam mengontrol buang air kecil.
6. Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di mengalamikesulitan untuk
berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.
7. Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya
peningkatan atau penurunan -proses perkemihan. Misalnya pemberian
diure;tik dapat meningkatkan jumlah urine, se;dangkan pemberian obat
antikolinergik dan antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.
2.3 Pemeriksaan Penunjang
1. Pielogram Intravena
Memvisoalisasi duktus dan pelvis renalis serta memperlihatkan ureter,
kandung kemih dan uretra. Prosedur ini tidak bersifat invasif. Klien perlu
menerima injeksi pewarna radiopaq secara intra vena.
2. Computerized Axial Tomography
Merupakan prosedur sinar X terkomputerisasi yang digunakan untuk
memperoleh gambaran terperinci mengenai struktur bidang tertentu dalam
tubuh. Scaner temografik adalah sebuah mesin besar yang berisi komputer
khusus serta sistem pendeteksi sinar X yang berfungsi secara simultan untuk
memfoto struktur internal berupa potongan lintang transfersal yang tipis.
4
3. Ultra Sonografi
Merupakan alat diagnostik yang noninvasif yang berharga dalam mengkaji
gangguan perkemihan. Alat ini menggunakan gelombang suara yang tidak
dapat didengar, berfrekuensi tinggi, yang memantul dari struktur jaringan.
4. Prosedur Invasif
A. Sistoscopy
Sistocopy terlihat seperti kateter urine. Walaupun tidak fleksibel tapi
ukurannya lebih besar sistoscpy diinsersi melalui uretra klien. Instrumen ini
memiliki selubung plastik atau karet. Sebuah obturator yang membuat skop
tetap kaku selama insersi. Sebuah teleskop untuk melihat kantung kemih dan
uretra, dan sebuah saluran untuk menginsersi kateter atau isntrumen bedah
khusus.
B. Biopsi Ginjal. Menentukan sifat, luas, dan progronosis ginjal. Prosedur
ini dilakukan dengan mengambil irisan jaringan korteks ginjal untuk
diperiksa dengan tekhnik mikroskopik yang canggih. Prosedur ini dapat
dilakukan dengan metode perkutan (tertutup) atau pembedahan (terbuka).
C. Angiography (arteriogram)
Merupakan prosedur radiografi invasif yang mengefaluasi sistem arteri
ginjal. Digunakan untuk memeriksa arteri ginjal utama atau cabangnya
untuk mendeteksi adanya penyempitan atau okulasi dan untuk mengefaluasi
adanya massa (cnth: neoplasma atau kista)
Pengisian kandung kemih dengan zat kontras melalui kateter. Diambil foto
saluran kemih bagian bawah sebelum, selama dan sesudah mengosongkan
kandung kemih. Kegunaannya untuk mencari adanya kelainan uretra (misal,
stenosis) dan untuk menentukan apakah terdapat refleks fesikoreta.
6. Arteriogram Ginjal
Memasukan kateter melalui arteri femonilis dan aorta abdominis sampai
5
melalui arteria renalis. Zat kontras disuntikan pada tempat ini, dan akan
mengalir dalam arteri renalis dan kedalam cabang-cabangnya.
Indikasi :
a. Melihat stenosis renalis yang menyebabkan kasus hiperrtensi
b. Mendapatkan gambaran pembuluh darah suatuneoplasma
c..Mendapatkan gambaran dan suplai dan pengaliran darah ke daerah
korteks, untuk pengetahuan pielonefritis kronik.
d. Menetapkan struktur suplai darah ginjal dari donor sebelum melakukan
tranplantasi ginjal.
7. Pemeriksaan Urine
Hal yang dikaji adalah warna,kejernihan, dan bau urine. Untuk melihat
kejanggalan dilakukan pemeriksaan protein, glukosa, dll.
8. Tes Darah
Hal yang di kaji BUN,bersih kreatinin, nitrogen non protein, sistoskopi,
intravenus, pyelogram.
2.4 Komplikasi
Benign prostatic hyperplasia akan mengakibatkan obstruksi saluran kemih yang
menimbulkan komplikasi berupa:
1. Insufisiensi renal
3. Hematuria makro
4. Batu buli
5. Uremia
6. Gagal ginjal
6
7. Hidronefrosis
Pasien benign prostatic hyperplasia dengan komplikasi, terutama hematuria,
harus dirujuk ke dokter spesialis urologi. Prognosis pada benign prostatic
hyperplasia umumnya baik. Pasien-pasien dengan lower urinary tract
symptoms (LUTS) berkepanjangan dapat berisiko mengalami glaukoma (10%)
serta disfungsi ereksi dan ejakulasi. Pilihan terapi yang tepat sesuai kondisi
klinis pasien sangat penting dalam menentukan progresifitas benign prostatic
hyperplasia. Sebanyak 10% pasien dengan benign prostatic hyperplasia juga
dapat mengalami kekambuhan meskipun telah dilakukan reseksi prostat
7
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN DASAR
IDENTITAS KLIEN
Nama :Tn. A Register Medik :321xxx
Usia :50 Tahun Tanggal MRS :30 april 2020
Jenis Kelamin :Laki-Laki Diagnosa Medik : Inkontinensia urine
Suku/Bangsa :Indonesia
Agama :Islam
Pekerjaan :Pegawai Negeri
Pendidikan :S1
Alamat : Wonokromo
8
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat kesehatan sekarang
Px mengeluh nyeri jika BAK, adanya desakan berkemih, BAK tidak tuntas,
kandung kemihnya terasa penuh, urine menetes.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Tidak ada riwayat.
Alergi : Tidak ada Alergi
Imunisasi : imunisasi lengkap Merokok/alkohol : Tidak merokok
3. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada riwayat.
4. Genogram
9
Berpindah sering jarang
Berjalan sering jarang
Naik tangga Tidak pernah Tidak pernah
2. Istirahat tidur
Lama tidur : 4 jam
Tidur siang : Ya Tidak
Kesulitan tidur di RS : Tidak Ya,alasan: Menahan nyeri
Kesulitan tidur :
Menjelang tidur
√ Mudah terbangun
Tidak segar saat bangun
3. Keamanan dan nyeri
Nyeri : paliatif,
10
4. Nutrisi
Frekuensi makan : 3x / sehari
BB/TB/IMT : 70 kg /164 cm / 26,0 (obesitas 1)
BB 1 bulan terakhir : tetap turun meningkat
Jenis makanan : makanan biasa
Pantangan/alergi : tidak ada pantangan/alergi
Nafsu makan : baik kurang baik
Masalah pencernaan : mual muntah stomatitis nyeri telan
tidak ada masalah
Riwayat operasi/trauma : tidak ada riwyat operasi
Diet RS : habis ½ porsi ¾ porsi tidak habis
Kebutuhan pemenuhan makan √ mandiri tergantung dengan bantuan
5. Cairan, elektrolit, dan asam basa
Frekuensi minum : 5x / hari
Konsumsi air/hari : 1,5 liter / hari
Turgor kulit : baik
Support IV line : Ya Tidak
Jenis: - Dosis:-
6. Oksigenasi
Sesak napas : Ya Tidak
Frekuensi : 20/ menit
Kapan terjadinya : tidak ada masalah
Faktor pencetus : tidak ada masalah
Faktor pemberat : tidak ada masalah
Batuk : Ya Tidak
Sputum : Ya Tidak
11
7. Eliminasi
Eliminasi alvi
Frekuensi : 1x . hari
Warna/konsistensi : kecokelatan/ lunak
Penggunaan pencahar : Ya Tidak
Gangguan eliminasi : konstipasi diare inkontinensia bowel
12
3. Sistem tubuh
B1 (Breathing)
Hidung : Simetris, bersih, sputum (-), sumbatan (-), sinus (-)
Trakea : Peradangan (-), infeksi (-), sumbatan (-)
nyeri dyspnea orthopnea cyanosis
batuk darah napas dangkal retraksi dada sputum
trakeostomi respirator tidak ada masalah
Suara napas tambahan
wheezing lokasi : -
ronchi lokasi : -
rales lokasi : -
crackles lokasi :-
Bentuk dada
B2 (Bleeding)
nyeri dada pusing sakit kepala
kram kaki palpitasi clubbing finger
Suara jantung
normal
lainnya,
Edema
palpebra anasarka ekstremitas atas ascites
ekstremitas bawah tidak ada
lainnya,
Capillary Refill Time = <2 detik
13
B3 (Brain)
koma gelisah
Glasgow Coma Scale
E=4 V=5 M=6 Nilai total = 15
Mata :
Sklera putih icterus merah perdarahan
Konjungtiva pucat merah muda
Pupil isokor anisokor miosis midriasis
Leher :
Suara jelaas, medial normal, pembesaran kelenjar getah bening (-),
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Refleks (spesifik) :Tidak ada masalah.
Persepsi sensori
Pendengaran :
Kiri : kurang baik
Kanan : baik
Penciuman : baik
Pengecapan manis asin pahit
Penglihatan :
Kiri : baik
Kanan : baik
Perabaan panas dingin tekan
B4 (Bladder)
Produksi urine : 450 ml/hari Frekuensi : 2-3 kali/hari
Warna : kuning kecoklatan Bau : anyeng-anyengan
oliguria poliuri dysuria hematuria nocturia
14
nyeri kateter menetes panas sering
alat bantu,
Lainnya,
B5 (Bowel)
Mulut dan tenggorokan :
Bentuk bibir simetri, gigi bersih, gusi berdarah (-), lidah bersih,
peradangan (-), mampu menelan
Abdomen (IAPP) : bising usus (+), benjolan (-), nyeri tekan (-),
perabaan massa (-), hepar (-), asietas (-)
Rectum :
Benjolan (-), Infeksi (-), berfungsi dengan baik
BAB : 1 kali/ 1 hari Konsistensi : lunak
diare konstipasi feses berdarah tidak terasa
lavement kesulitan melena colostomy
wasir pencahar tidak ada masalah
alat bantu,
diet khusus,
B6 (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi bebas terbatas
Parese : ya tidak
Paralise : ya tidak
Kekuatan otot : baik
Extremitas atas : patah tulang peradangan perlukaan
tidak ada kelainan
Lokasi,
15
Extremitas bawah : patah tulang peradangan perlukaan tidak
ada kelainan
Lokasi,
Tulang belakang : normal
Warna kulit : ikterik cyanosis pucat
kemerahan pigmentasi
Akral : hangat panas
Sistem Endokrin
Terapi hormon : tidak melakukan terapi hormon
Karakteristik seks sekunder: normal
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik :
perubahan ukuran kepala, tangan, kaki pada saat dewasa
kekeringan kulit atau rambut
exopthalmus polidipsi
goiter poliphagi
hipoglikemia poliuria
intoleran panas postural hipotensi
intoleran dingin kelemahan
Sistem Reproduksi
Laki – laki
Bentuk normal tidak normal,
16
Perempuan
Payudara simetris asimetris benjolan,
Bentuk normal tidak normal,
Keputihan tidak ya,
Siklus haid = hari teratur tidak teratur
E. PSIKOSOSIAL SPIRITUAL
1. Sosial interaksi
kenal tidak kenal lainnya, _
Dukungan keluarga
17
Upaya kesehatan yang bertentangan dengan keyakinan agama
ya tidak
Keyakinan bahwa penyakit dapat disembuhkan
ya tidak
Persepsi terhadap penyebab penyakit
hukuman cobaan peringatan lainnya,
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
-
Rontgen
-
USG
-
EKG
-
G. TERAPI MEDIK
- pemberian obat pereda nyeri
- mengedukasi pasien untuk tidak menahan BAK dan memberi tahu keluarga
untuk mengingatkan Px untuk tidak menahan BAK
Diagnosa Keperawatan
Inkontinensia urine berlebih berhubungan dengan penurunan obstruksi jalan
keluar urine ditandai dengan nyeri pada saat BAK (dysuria), ada desakan
berkemih, BAK tidak tuntas, kandung kemih terasa penuh, dan urine menetes,
menurut dokter Tn. A menderita BPH (benigna prostat hipertropi).
18
Intervensi
NO Intervensi Luaran
1. I.04154 L.04034
-
Jelaskan definisi, jenis
dan penyebab
inkontinensia urine
- Diskusikan program
inkontinensia urine
Kolaborasi:
19
Implementasi
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
S : 36ºC
6. Memonitoring kateter
13.00
7. Menganjurkan klien untuk minum secukupnya
20
Evaluasi
S = klien mengatakan rasa nyeri saat BAK sedikit
N : 80 kali /
menit Rr : 22
jam.
21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah penulis membahas bab (bab I sampai bab III ) secara keseluruhan
mengenai asuhan keperawatan pada tn.A dengan gangguan eliminasi urine yaitu
di tandai dengan nyeri saat BAK, dari segi pengkajian maupun kasus maka dalam
Bab ini penulis dapat menarik kesimpulan dan saran sebagai berikut :
Pada tahap pengkajian eliminasi urine pada tn.A merupakan bagian dari
kebutuhan fisiologis dan bertujuan untuk mengeluarkan bahan sisa. Dimana
system tubuh yang berperan terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal,
kandung kemih dan uretra. Factor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine
yaitu : diet dan asupan, respon keinginan awal untuk berkemih,gaya hidup,stress
psikologi, tingkat aktivitas, tingkat perkembangan, kondisi penyakit,
sosiokultural, kebiasan sesorang, tonus otot, pembedahan, dan pengobatan.
4.2 Saran
Sesuai dengan kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
22
DAFTAR PUSTAKA
DPP PPNI. (2019). Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
23