Akhlak Tasawuf Kelompok 1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

“AKHLAK DAN BEBERAPA TINJAUANNYA”

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Akhlak Tasawuf”

Dosen Pengampu: Dr. Mukhtar Hadi, M.Si

Disusun oleh:

Kelompok 1

1. Riska Oktavia (1901080022)


2. Riza Elprilda Paraswati (1901081027)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

TADRIS PENDIDIKAN BIOLOGI

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia
serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat serta
salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta para pengikutnya hingga
akhir zaman.

Makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah akhlak tasawuf. Selain itu,
penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk meningkatkan pemahaman para mahasiswa
mengenai pengertian akhlak dan bagaimana penerapannya didalam islam.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, semua itu karena kami masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................3

BAB II

A. Pengertian akhlak menurut bahasa,istilah dan beberapa ahli.............................3


B. Landasan atau dasar akhlak.................................................................................5
C. Tujuan Akhlak.....................................................................................................8
D. Pembagian Akhlak...............................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ajaran akhlak dalam Islam berumber dari wahyu Illahi yang termasuk dalam
Al-quran dan sunnah. Akhlak dalam Islam bukanlah moral yang kondisional dan
situasional, tetapi akhlak yang benar-benar memiliki nilai yang mutlak untuk
memperoleh kebahagian di dunia ini dan di akhirat kelak. Dalam keseluruhan ajaran
Islam, akhlak menempati kedudukan yang istimewa dan sangat penting.

Di dalam Alquran saja banyak ayat-ayat yang membicarakan masalah akhlak .


belum lagi dengan hadits-hadits Nabi, baik perkataan maupun perbuatan, yang
memberikan pedoman akhlak yang mulia dalam keseluruhan aspek kehidupan.
Akhlak dalam Islam bukanlah moral yang harus disesuaikan dengan suatu kondisi dan
situasi, tetapi akhlak yang benar-benar memiliki nilai yang mutlak, nilai-nilai baik dan
buruk, terpuji dan tercela berlaku kapan saja, dimana saja dalam segala aspek
kehidupan tidak di batasi oleh ruang dan waktu.

Ajaran akhlak dalam Islam sesuai dengan fitrah manusia. Manusia akan
mendapatkan kebahagiaan hakiki bukan semu bila mengikuti nilai-nilai kebaikan
yang di ajarkan oleh Alquran dan Sunnah, dua sumber akhlak dalam Islam. Akhlak
Islam benar-benar memelikhara eksistensi manusia sebagai makhluk terhormay sesuai
dengan fitrahnya itu. Hati nurani / fitrah dalam bahasa Alquran memang dapat
menjadi ukuran baik dan buruk karena manusia diciptakan oleh Allah SWT memiliki
fitrah bertauhid, mengakui keesaanNya. (QS Ar-Rum :30)

Karena fitrah itulah manusia kepada kesucian dan selalu cenderung kepada
kebenaran. Hati nuraninya selalu mendambakan dan merindukan kebenaran, ingin
mengikuti ajaran-ajaran Tuhan, karena kebesaran itu tidak akan di dapat kecuali
dengan Allah sebagai sumber kebenaran mutlak. Namun fitrah manusia tidak selalu
terjamin dapat berfungsi dengan baik karena pengaruh dari luar, misalnya pengaruh
pendidikan dan lingkungan. Fitrah hanyalah merupakan potensi dasar yang perlu
dipelihara dan dikembangkan.

Banyak manusia yang fitrahnya tertutup sehingga hati nuraninya tidak dapat
lagi melihat kebenaran, oleh sebab itu ukuran baik dan buruk tidak di serahkan
sepenuhnya hanya kepada hati nurani / fitrah manusia semata, harus dikembalikan
kepada penilaian syara’ yaitu Alquran dan Hadits. Semua keputusan syara’ tidak akan
bertentangan dengan hati nurani manusia, karena kudua-duanya berasal dari sumber
yang sama yauti Allah SWT.

Demikian juga halnya dengan akal pikiran. Ia hanya lah salah satu kekuatan
yang dimilki manusia untuk mencari kebaikan / keburukan . Dan keputusannya
bermula dari pengalaman empiris kemudian diolah menurut kemampuan

1
pengetahuannya, oleh karena itu keputusan yang diberikan akal hanya bersifat
spekulatif dan subjektif. Demikanlah tentang hati nurani dan akal pikiran.

Di samping istilah akhlak juga di kenal istilah etika dan moral. Ketiga istilah
itu sama-sama menentukan nilai baik dan buruk sikap dan perbuatan manusia.
Perbedaanya terletak pada standar masing-masing. Bagi akhlak standarnya adalah
Alquran dan Sunnah, bagi etika standarnya pertimbangan akal pikiran, dan bagi moral
standarnya adalah adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Akhlak Menurut Islam?
2. Bagaimana Landasan atau Dasar Akhlak?
3. Tujuan Akhlak
4. Pembagian Akhlak Menurut Islam

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian akhlak menurut bahasa,istilah, dan para ahli
2. Untuk mengetahui landasan atau dasar akhlak didalam islam
3. Untuk mengetahui tujuan akhlak
4. Untuk mengetahui bagian-bagian akhlak didalam islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak
Istilah akhlak sudah tidak jarang lagi terdengar di tengah kehidupan
masyarakat. Mungkin hampir semua orang sudah mengetahui arti kata akhlak
tersebut, karena perkataan akhlak selalu dikaitkan dengan tingkah laku manusia. Akan
tetapi agar lebih meyakinkan pembaca sehingga mudah untuk dipahami maka kata
akhlak perlu diartikan secara bahasa maupun istilah. Dengan demikian, pemahaman
terhadap akhlak akan lebih jelas substansinya.

Secara bahasa kata akhlak berasal dari bahasa Arab yang sudah di-
Indonesiakan. Ia merupakan akhlaaq jama‟ dari khuluqun yang berarti “perangai,
tabiat, adat, dan sebagainya. Kata akhlak ini mempunyai akar kata yang sama dengan
kata khaliq yang bermakna pencipta dan kata makhluq yang artinya ciptaan, yang
diciptakan, dari kata khalaqa, menciptakan. Dengan demikian, kata khulq dan akhlak
yang mengacu pada makna “penciptaan” segala yang ada selain Tuhan yang termasuk
di dalamnya kejadian manusia.

Sedangkan pengertian akhlak menurut istilah adalah kehendak jiwa manusia


yang menimbulkan suatu perbuatan dengan mudah karena kebiasaan tanpa
memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.
Berikut ini beberapa defenisi kata akhlak yang dikemukakan para ahli, antara
lain:
Menurut pendapat Imam-al-Ghazali selaku pakar di bidang akhlak yang
dikutip oleh Yunahar Ilyas yaitu: Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan. Jika sifat itu melahirkan perbuatan yang baik menurut
akal dan syariat, maka disebut akhlak yang baik, dan bila lahir darinya perbuatan yang
buruk, maka disebut akhlak yang buruk.

Sedangkan Aminuddin mengutip pendapat Ibnu Maskawah (w. 421 H/ 1030


M) yang memaparkan defenisi kata akhlak ialah kondisi jiwa yang senantiasa
mempengaruhi untuk bertingkahlaku tanpa pemikiran dan pertimbangan.

Pendapat lain dari Dzakiah Drazat mengartikan akhlak sedikit lebih luas yaitu
“Kelakukan yang timbul dari hasil perpaduan antara nurani, pikiran, dan kebiasaan
yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam
kenyataan hidup keseharian”.
Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapat dimengerti bahwa akhlak
adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang terlatih, sehingga dalam
jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-
perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-angankan terlebih
dahulu. Dapat dipahami juga bahwa akhlak itu harus tertanam kuat/tetap dalam jiwa

3
dan melahirkan perbuatan yang selain benar secara akal, juga harus benar secara
syariat Islam yaitu al-Quran dan al-Hadits.

Agar semakin dapat dipahami, disini penulis juga menambahkan beberapa


pendapat dari para tokoh yang menguraikan pemikiran maupun pendapatnya tentang
akhlak yaitu Anis berpendapat sebagaimana yang dikutif Aminuddin yaitu akhlak
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam
perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pikiran dan pertimbangan.

Sedangkan Asnil Aida Ritonga berpendapat bahwa “Akhlak adalah suatu


keadaan yang melekat pada jiwa yang daripadanya lahir perbuatan-perbuatan yang
mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan dan penelitian.”

Mahmud Syaltut juga mempertegas pengertian kata akhlak lebih spesifik lagi
yaitu : Akhlak itu adalah karakter, moral, kesusilaan dan budi baik yang ada dalam
jiwa dan memberikan pengaruh langsung kepada perbuatan. Diperbuatnya mana yang
diperbuat dan ditinggalkannya mana yang patut ditinggal. Jadi akidah dengan seluruh
cabangnya tanpa akhlak adalah seumpama sebatang pohon yang tidak dapat dijadikan
tempat berlindung kepanasan, untuk berteduh kehujanan dan tidak ada pula buahnya
yang dapat dipetik.

Sebaliknya akhlak tanpa akidah hanya merupakan bayangan-bayangan bagi


benda yang tidak tetap dan selalu bergerak. Akhlak ini terjadi melalui satu konsep
atau seperangkat pengertian tentang apa dan bagaimana. sebaiknya akhlak itu harus
terwujud. Konsep atau seperangkat pengertian tentang apa dan bagaimana sebaiknya
akhlak itu, disusun oleh manusia di dalam sistem idenya.

Akhlak atau sistem perilaku dapat dididikkan atau diteruskan melalui


sekurang-kurangnnya dua pendekatan, seperti yang dijelaskan Abu Ahmadi dan Noor
salimi yaitu :

a. Rangsangan-jawaban (stimulus-respon) atau yang disebut proses


mengkondisi sehingga terjadi automatisasi yang dapat dilakukan dengan tiga
cara melalui latihan, tanya jawab, dan mencontoh.
b. Kognitif yaitu penyampaian informasi secara teoritis yang dapat dilakukan
melalui da‟wah, ceramah, diskusi, dan lain-lain.12

Jadi, berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa


akhlak itu bersifat konstan, spontan, tidak temporer dan tidak memerlukan pikiran dan
pertimbangan serta dorongan dari luar. Akhlak juga dapat dianggap sebagai
pembungkus bagi seluruh cabang keimanan dan menjadi pegangan bagi seseorang
yang hendak menjadi seorang muslim yang sejati. Bisa juga dikatakan bahwa akhlak
itu bersumber dari dalam diri seseorang dan dapat berasal dari lingkungan. Maka,
secara umum akhlak bersumber dari dua hal yaitu dapat berbentuk akhlak baik dan
akhlak buruk. Dengan demikian akhlak dapat dilatih maupun dididikkan. Pendekatan
yang dilakukan dalam hal mendidikkan akhlak ini dapat berupa latihan, tanya jawab

4
serta mencontoh dan bisa juga dilakukan melalui pengetahuan (kognitif) seperti
dengan jalan da‟wah, ceramah dan diskusi.

B. Landasan atau Dasar Akhlak Dalam Islam

Dalam ajaran Islam yang menjadi dasar-dasar akhlak adalah berupa al-Quran
dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. Baik dan buruk dalam akhlak Islam ukurannya
adalah baik dan buruk menurut kedua sumber itu, bukan baik dan buruk menurut
ukuran manusia. Sebab jika ukurannya adalah manusia, maka baik dan buruk itu bisa
berbeda-beda. Seseorang mengatakan bahwa sesuatu itu baik, tetapi orang lain belum
tentu menganggapnya baik. Begitu juga sebaliknya, seseorang menyebut sesuatu itu
buruk, padahal yang lain bisa saja menyebutnya baik.

Semua ummat Islam sepakat pada kedua dasar pokok itu (al-Quran dan
Sunnah) sebagai dalil naqli yang tinggal mentransfernya dari Allah Swt, dan
Rasulullah Saw. Keduanya hingga sekarang masih terjaga keautentikannya, kecuali
Sunnah Nabi yang memang dalam perkembangannya banyak ditemukan hadis-hadis
yang tidak benar (dha’if/palsu).

Melalui kedua sumber inilah kita dapat memahami bahwa sifat sabar,
tawakkal, syukur, pemaaf, dan pemurah termasuk sifat-sifat yang baik dan mulia.
Sebaliknya, kita juga memahami bahwa sifat-sifat syirik, kufur, nifaq, ujub, takabur,
dan hasad merupakan sifat-sifat tercela. Jika kedua sumber itu tidak menegaskan
mengenai nilai dari sifat-sifat tersebut, akal manusia mungkin akan memberikan nilai
yang berbeda-beda. Namun demikian, Islam tidak menafikan adanya standar lain
selain al-Quran dan Sunnah untuk menentukan baik dan buruknya akhlak manusia.

Selain itu standar lain yang dapat dijadikan untuk menentukan baik dan buruk
adalah akal dan nurani manusia serta pandangan umum masyarakat.Islam adalah
agama yang sangat mementingkan Akhlak dari pada masalah-masalah lain. Karena
misi Nabi Muhammad diutus untuk menyempurnakan Akhlak. Manusia dengan hati
nuraninya dapat juga menentukan ukuran baik dan buruk, sebab Allah memberikan
potensi dasar kepada manusia berupa tauhid. Allah Swt. berfirman:

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak


Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul
(Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar
di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”.” (QS. al-A’raf: 72).

Prinsip Akhlak dalam Islam terletak pada Moral Force. Moral Force Akhlak
Islam adalah terletak pada iman sebagai Internal Power yang dimiliki oleh setiap
orang mukmin yang berfungsi sebagai motor penggerak dan motivasi terbentuknya
kehendak untuk merefleksikan dalam tata rasa, tata karsa, dan tata karya yang
kongkret. Dalam hubungan ini Rosulullah Saw, bersabda:

5
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya.
Dan sebaik-baik diantara kamu ialah yang paling baik kepada istrinya”

Selain itu yang menjadi dasar pijakan Akhlak adalah Iman, Islam, dan Islam.
Al-Qur’an menggambarkan bahwa setiap orang yang beriman itu niscaya memiliki
akhlak yang mulia yang diandaikan seperti pohon iman yang indah hal ini dapat
dilihat pada surat Ibrahim ayat 24, yang berbunyi:

Artinya: “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat


perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan
cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim
dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk
manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti
pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi;
tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang
beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan
Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan memperbuat apa yang Dia
kehendaki”.
Dari ayat diatas dapat kita ambil contoh bahwa ciri khas orang yang beriman
adalah indah perangainya dan santun tutur katanya, tegar dan teguh pendirian (tidak
terombang ambing), mengayomi atau melindungi sesama, mengerjakan buah amal
yang dapat dinikmati oleh lingkungan. Namun disisi lain, sebenarnya masih banyak
teori-teori yang berbicara mengenai dasar-dasar akhlak dengan menafikan pemikiran
Islam, seperti relativisme akhlak. Yang mana berkat pembuktian realisme, maka
kemutlakan akhlak adalah pendapat yang sahih dan relativisme akhlak tidak dapat
diterima.

Ada sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa, kita akan memanen apa yang
kita tanam. Dari ungkapan tersebut dapat kita tarik benang merah, bahwasannya apa
yang kita lakukan tidak ada hubungannya dengan sesuatu diluar diri kta, karena
hubungan perbuatan kita berhubungan langsung dengan Tuhan. Tanpa ada pihak ke-3.
Oleh karena itulah dasar Ahklak memerlukan Disipln Moral.

Kant, filosof Jerman berpendapat bahwa Rasio Spekulatif, yaitu agen didalam
mekanisme tidak bernilai tinggi; namun rasio praktis, yaitu agen dari pelaksanaan hal-
hal praktis, yang juga dimaknai sebagai “kesadaran akhlak” memiliki kegunaan yang
pasti dan printah-printahnya bersifat mengikat. Dan hal ini sering di maknai sebagai
“kesadaran akhlak”

6
C. Tujuan Akhlak
Akhlak bertujuan untuk menjadikan manusia sebagai makhluk yang lebih
tinggi dan sempurna, dan membedakannya dari makhluk-makhluk yang lainnya.
Menjadi suatu hal yang harus dimiliki oleh manusia agar lebih baik dalam
berhubungan baik sesame manusia apalagi kepada Allah sebagai pencipta.
Sedangkan pelajaran akhlak atau ilmu akhlak bertujuan mengetahui
perbedaan-perbedaan perangai manusia yang baik dan buruk, agar manusia dapat
memegang dengan perangai-perangai yang baik dan menjauhkan diri dari perangai-
perangai yang jahat, sehingga terciptalah tata tertib dalam pergaulan masyarakat.

Selain itu, akhlak juga mempunyai banyak tujuan, antara lain:


1. Akhlak bertujuan membentuk pribadi yang luhur dan mulia
Seseorang yang berakhlak mulia senantiasa bertingkah laku terpuji, baik ketika
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, dengan sesama manusia, makhluk
lainnya serta dengan alam lingkungan.

2. Menghindari diri dari pengaruh akal pikiran yang menyesatkan


Manusia diberi kelebihan oleh Tuhan berupa akal pikiran. Pendapat atau pikiran
yang semata-mata didasarkan atas akal manusia, terkadang menyesatkan manusia
itu sendiri.

3. Membedakan hal yang baik dan yang buruk


Seseorang yang mempelajari ilmu akhlak ini akan memiliki pengetahuan tentang
kriteria perbuatan baik dan buruk, dan selanjutnya ia akan banyak mengetahhui
mana perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk dan perbuatan yang
seharusnya dilakukan atau tidak.

4. Mengarahkan kehidupan manusia


Ilmu akhlak atau akhlak yang mulia juga sangat berguna dalam mengarahkan dan
mewarnai berbagai aktivitas kehidupan manusia di segala bidang. Seseorang yang
memiliki ilmu yang tinggi dan akhlak yang mulia, akan memanfaatkan ilmu
tersebut untuk kebaikan.

7
5. Mengontrol perbuatan manusia
Akhlak bertujuan untuk mengontrol perbuatan manusia dalam kehidupan sehari-
hari. Orang yang berakhlak mulia tentu akan dapat mengendalikan atau
mengontrol dirinya untuk selalu berbuat baik dalam kehidupannya.

D. Pembagian Akhlak
Akhlak dibagi menjadi beberapa macam sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut
Ibnu Qoyyim ada 2 jenis akhlak, yaitu:
1. Akhlak Dharuri
Akhlak dhruri adalah akhlak yang asli, dalam arti akhlak tersebut sudah
secara otomatis merupakan pemberian dari Tuhan secara langsung, tanpa
memerlukan latihan, kebiasaan dan pendidikan. Akhlak ini hanya dimiliki oleh
manusia-manusia pilihan Allah. Keadaannya terpelihara dari perbuatan-perbuatan
maksiat dan selalu terjaga dari larangan Allah yaitu para Nabi dan Rasul-Nya.
Dan tertutup kemungkinan bagi orang mukmin yang saleh. Mereka yang sejak
lahir sudah berakhlak mulia dan berbudi luhur.

2. Akhlak Muhtasabi
Akhlak muhtasabi adalah akhlak atau budi pekerti yan g harus diusahakan
dengan jalan melatih, mendidik dan membiasakan kebiasaan yang baik serta cara
berfikir yang tepat. Tanpa dilatih, dididik dan dibiasakan, akhlak ini tidak akan
terwujud. Akhlak ini yang dimiliki oleh sebagian besar manusia.
Jadi bagi yang menginginkan mempunyai akhlak tersebut di atas haruslah
melatih diri untuk membiasakan berakhlak baik. Karena usaha mendidik dan
membiasakan kebajikan sangat dianjurkan, bahkan diperintahkan oleh agama,
walaupun mungkin tadinya kurang rasa tertarik tetapi apabila teru menerus
dibiasakan maka kebiasaan ini akan mempengaruhi sikap batinnya juga.
Dengan demikian seharusnya kebiasaan berbuat baik dibiasakan sejak kecil,
agar nantinya menjadi manusia yang berbudi luhur, berbakti kepada orang tua dan
yang terutama berbakti kepada perintah Allah serta menjauhi larangan-Nya.

8
 Pembagiaan akhlak berdasarkan sifatnya dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Akhlak Mahmudah
Akhlak mahmudah (akhlak terpuji) atau disebut juga dengan akhlak al karimah
(akhlak yang mulia). Termasuk akhlak karimah antara lain adalh ridha kepada
Allah, cinta dan beriman kepada-Nya, beriman kepada malaikat, kitab Allah,
Rasul Allah, hari kiamat, takdir Allah, taat beribadah, selalu menepati janji,
melaksanakan amanah, berlaku sopan dalam ucapan dan perbuatan, qana’ah (rela
terhadap pemberian Allah), tawakkal (berserah diri), sabra, syukur, tawadhu’
(merendahkan hati), berbakti kepada kedua orang tua, dan segala perbuatan yang
baik menurut pandangan atau ukuran Islam.
2. Akhlak Madzmumah
Akhlak madzmumah (akhlak tercela) atau disebut pula akhlak sayyi’ah (akhlak
yang jelek). Perbuatan yang termasuk akhlak madzmumah antara lain adalah
kufur, ,murtad, fasiq, riya’, takabbur, mengadu domba, dengki, iri, kikir, dendam,
khianat, memutus silaturahmi, durhaka terhadap orang tua, putus asa dan segala
perbuatan tercela menurut pandangan Islam.

 Pembagian akhlak berdasarkan objeknya dibedakan menjadi dua yaitu:


1. Akhlak kepada sang Khalik
2. Akhlak kepada makhluk, yang terbagi menjdi 3, yaitu akhlak terhadap Rasulullah,
akhlak terhadap keluarga, dan akhlak terhadap sesama.

9
DAFTAR PUSTAKA

Oemar, Hamalik. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Aminuddin, dkk. 2006. Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Agama
Islam, Jakarta: Graha Ilmu

Syaltut, Mahnud.1985, Akidah dan Syariah Islam, Jakarta: Bina Aksara

https://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/05/13/definisi-tujuan-dan-dasar-dasar-akhlak/
(diakses pada tanggal 18 februari 2021 pukul 21:34)

10

Anda mungkin juga menyukai