Akhlak Tasawuf Kelompok 1
Akhlak Tasawuf Kelompok 1
Akhlak Tasawuf Kelompok 1
“Akhlak Tasawuf”
Disusun oleh:
Kelompok 1
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia
serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat serta
salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta para pengikutnya hingga
akhir zaman.
Makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah akhlak tasawuf. Selain itu,
penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk meningkatkan pemahaman para mahasiswa
mengenai pengertian akhlak dan bagaimana penerapannya didalam islam.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, semua itu karena kami masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................3
BAB II
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ajaran akhlak dalam Islam berumber dari wahyu Illahi yang termasuk dalam
Al-quran dan sunnah. Akhlak dalam Islam bukanlah moral yang kondisional dan
situasional, tetapi akhlak yang benar-benar memiliki nilai yang mutlak untuk
memperoleh kebahagian di dunia ini dan di akhirat kelak. Dalam keseluruhan ajaran
Islam, akhlak menempati kedudukan yang istimewa dan sangat penting.
Ajaran akhlak dalam Islam sesuai dengan fitrah manusia. Manusia akan
mendapatkan kebahagiaan hakiki bukan semu bila mengikuti nilai-nilai kebaikan
yang di ajarkan oleh Alquran dan Sunnah, dua sumber akhlak dalam Islam. Akhlak
Islam benar-benar memelikhara eksistensi manusia sebagai makhluk terhormay sesuai
dengan fitrahnya itu. Hati nurani / fitrah dalam bahasa Alquran memang dapat
menjadi ukuran baik dan buruk karena manusia diciptakan oleh Allah SWT memiliki
fitrah bertauhid, mengakui keesaanNya. (QS Ar-Rum :30)
Karena fitrah itulah manusia kepada kesucian dan selalu cenderung kepada
kebenaran. Hati nuraninya selalu mendambakan dan merindukan kebenaran, ingin
mengikuti ajaran-ajaran Tuhan, karena kebesaran itu tidak akan di dapat kecuali
dengan Allah sebagai sumber kebenaran mutlak. Namun fitrah manusia tidak selalu
terjamin dapat berfungsi dengan baik karena pengaruh dari luar, misalnya pengaruh
pendidikan dan lingkungan. Fitrah hanyalah merupakan potensi dasar yang perlu
dipelihara dan dikembangkan.
Banyak manusia yang fitrahnya tertutup sehingga hati nuraninya tidak dapat
lagi melihat kebenaran, oleh sebab itu ukuran baik dan buruk tidak di serahkan
sepenuhnya hanya kepada hati nurani / fitrah manusia semata, harus dikembalikan
kepada penilaian syara’ yaitu Alquran dan Hadits. Semua keputusan syara’ tidak akan
bertentangan dengan hati nurani manusia, karena kudua-duanya berasal dari sumber
yang sama yauti Allah SWT.
Demikian juga halnya dengan akal pikiran. Ia hanya lah salah satu kekuatan
yang dimilki manusia untuk mencari kebaikan / keburukan . Dan keputusannya
bermula dari pengalaman empiris kemudian diolah menurut kemampuan
1
pengetahuannya, oleh karena itu keputusan yang diberikan akal hanya bersifat
spekulatif dan subjektif. Demikanlah tentang hati nurani dan akal pikiran.
Di samping istilah akhlak juga di kenal istilah etika dan moral. Ketiga istilah
itu sama-sama menentukan nilai baik dan buruk sikap dan perbuatan manusia.
Perbedaanya terletak pada standar masing-masing. Bagi akhlak standarnya adalah
Alquran dan Sunnah, bagi etika standarnya pertimbangan akal pikiran, dan bagi moral
standarnya adalah adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Akhlak Menurut Islam?
2. Bagaimana Landasan atau Dasar Akhlak?
3. Tujuan Akhlak
4. Pembagian Akhlak Menurut Islam
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian akhlak menurut bahasa,istilah, dan para ahli
2. Untuk mengetahui landasan atau dasar akhlak didalam islam
3. Untuk mengetahui tujuan akhlak
4. Untuk mengetahui bagian-bagian akhlak didalam islam
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Istilah akhlak sudah tidak jarang lagi terdengar di tengah kehidupan
masyarakat. Mungkin hampir semua orang sudah mengetahui arti kata akhlak
tersebut, karena perkataan akhlak selalu dikaitkan dengan tingkah laku manusia. Akan
tetapi agar lebih meyakinkan pembaca sehingga mudah untuk dipahami maka kata
akhlak perlu diartikan secara bahasa maupun istilah. Dengan demikian, pemahaman
terhadap akhlak akan lebih jelas substansinya.
Secara bahasa kata akhlak berasal dari bahasa Arab yang sudah di-
Indonesiakan. Ia merupakan akhlaaq jama‟ dari khuluqun yang berarti “perangai,
tabiat, adat, dan sebagainya. Kata akhlak ini mempunyai akar kata yang sama dengan
kata khaliq yang bermakna pencipta dan kata makhluq yang artinya ciptaan, yang
diciptakan, dari kata khalaqa, menciptakan. Dengan demikian, kata khulq dan akhlak
yang mengacu pada makna “penciptaan” segala yang ada selain Tuhan yang termasuk
di dalamnya kejadian manusia.
Pendapat lain dari Dzakiah Drazat mengartikan akhlak sedikit lebih luas yaitu
“Kelakukan yang timbul dari hasil perpaduan antara nurani, pikiran, dan kebiasaan
yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam
kenyataan hidup keseharian”.
Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapat dimengerti bahwa akhlak
adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang terlatih, sehingga dalam
jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-
perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-angankan terlebih
dahulu. Dapat dipahami juga bahwa akhlak itu harus tertanam kuat/tetap dalam jiwa
3
dan melahirkan perbuatan yang selain benar secara akal, juga harus benar secara
syariat Islam yaitu al-Quran dan al-Hadits.
Mahmud Syaltut juga mempertegas pengertian kata akhlak lebih spesifik lagi
yaitu : Akhlak itu adalah karakter, moral, kesusilaan dan budi baik yang ada dalam
jiwa dan memberikan pengaruh langsung kepada perbuatan. Diperbuatnya mana yang
diperbuat dan ditinggalkannya mana yang patut ditinggal. Jadi akidah dengan seluruh
cabangnya tanpa akhlak adalah seumpama sebatang pohon yang tidak dapat dijadikan
tempat berlindung kepanasan, untuk berteduh kehujanan dan tidak ada pula buahnya
yang dapat dipetik.
4
serta mencontoh dan bisa juga dilakukan melalui pengetahuan (kognitif) seperti
dengan jalan da‟wah, ceramah dan diskusi.
Dalam ajaran Islam yang menjadi dasar-dasar akhlak adalah berupa al-Quran
dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. Baik dan buruk dalam akhlak Islam ukurannya
adalah baik dan buruk menurut kedua sumber itu, bukan baik dan buruk menurut
ukuran manusia. Sebab jika ukurannya adalah manusia, maka baik dan buruk itu bisa
berbeda-beda. Seseorang mengatakan bahwa sesuatu itu baik, tetapi orang lain belum
tentu menganggapnya baik. Begitu juga sebaliknya, seseorang menyebut sesuatu itu
buruk, padahal yang lain bisa saja menyebutnya baik.
Semua ummat Islam sepakat pada kedua dasar pokok itu (al-Quran dan
Sunnah) sebagai dalil naqli yang tinggal mentransfernya dari Allah Swt, dan
Rasulullah Saw. Keduanya hingga sekarang masih terjaga keautentikannya, kecuali
Sunnah Nabi yang memang dalam perkembangannya banyak ditemukan hadis-hadis
yang tidak benar (dha’if/palsu).
Melalui kedua sumber inilah kita dapat memahami bahwa sifat sabar,
tawakkal, syukur, pemaaf, dan pemurah termasuk sifat-sifat yang baik dan mulia.
Sebaliknya, kita juga memahami bahwa sifat-sifat syirik, kufur, nifaq, ujub, takabur,
dan hasad merupakan sifat-sifat tercela. Jika kedua sumber itu tidak menegaskan
mengenai nilai dari sifat-sifat tersebut, akal manusia mungkin akan memberikan nilai
yang berbeda-beda. Namun demikian, Islam tidak menafikan adanya standar lain
selain al-Quran dan Sunnah untuk menentukan baik dan buruknya akhlak manusia.
Selain itu standar lain yang dapat dijadikan untuk menentukan baik dan buruk
adalah akal dan nurani manusia serta pandangan umum masyarakat.Islam adalah
agama yang sangat mementingkan Akhlak dari pada masalah-masalah lain. Karena
misi Nabi Muhammad diutus untuk menyempurnakan Akhlak. Manusia dengan hati
nuraninya dapat juga menentukan ukuran baik dan buruk, sebab Allah memberikan
potensi dasar kepada manusia berupa tauhid. Allah Swt. berfirman:
Prinsip Akhlak dalam Islam terletak pada Moral Force. Moral Force Akhlak
Islam adalah terletak pada iman sebagai Internal Power yang dimiliki oleh setiap
orang mukmin yang berfungsi sebagai motor penggerak dan motivasi terbentuknya
kehendak untuk merefleksikan dalam tata rasa, tata karsa, dan tata karya yang
kongkret. Dalam hubungan ini Rosulullah Saw, bersabda:
5
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya.
Dan sebaik-baik diantara kamu ialah yang paling baik kepada istrinya”
Selain itu yang menjadi dasar pijakan Akhlak adalah Iman, Islam, dan Islam.
Al-Qur’an menggambarkan bahwa setiap orang yang beriman itu niscaya memiliki
akhlak yang mulia yang diandaikan seperti pohon iman yang indah hal ini dapat
dilihat pada surat Ibrahim ayat 24, yang berbunyi:
Ada sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa, kita akan memanen apa yang
kita tanam. Dari ungkapan tersebut dapat kita tarik benang merah, bahwasannya apa
yang kita lakukan tidak ada hubungannya dengan sesuatu diluar diri kta, karena
hubungan perbuatan kita berhubungan langsung dengan Tuhan. Tanpa ada pihak ke-3.
Oleh karena itulah dasar Ahklak memerlukan Disipln Moral.
Kant, filosof Jerman berpendapat bahwa Rasio Spekulatif, yaitu agen didalam
mekanisme tidak bernilai tinggi; namun rasio praktis, yaitu agen dari pelaksanaan hal-
hal praktis, yang juga dimaknai sebagai “kesadaran akhlak” memiliki kegunaan yang
pasti dan printah-printahnya bersifat mengikat. Dan hal ini sering di maknai sebagai
“kesadaran akhlak”
6
C. Tujuan Akhlak
Akhlak bertujuan untuk menjadikan manusia sebagai makhluk yang lebih
tinggi dan sempurna, dan membedakannya dari makhluk-makhluk yang lainnya.
Menjadi suatu hal yang harus dimiliki oleh manusia agar lebih baik dalam
berhubungan baik sesame manusia apalagi kepada Allah sebagai pencipta.
Sedangkan pelajaran akhlak atau ilmu akhlak bertujuan mengetahui
perbedaan-perbedaan perangai manusia yang baik dan buruk, agar manusia dapat
memegang dengan perangai-perangai yang baik dan menjauhkan diri dari perangai-
perangai yang jahat, sehingga terciptalah tata tertib dalam pergaulan masyarakat.
7
5. Mengontrol perbuatan manusia
Akhlak bertujuan untuk mengontrol perbuatan manusia dalam kehidupan sehari-
hari. Orang yang berakhlak mulia tentu akan dapat mengendalikan atau
mengontrol dirinya untuk selalu berbuat baik dalam kehidupannya.
D. Pembagian Akhlak
Akhlak dibagi menjadi beberapa macam sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut
Ibnu Qoyyim ada 2 jenis akhlak, yaitu:
1. Akhlak Dharuri
Akhlak dhruri adalah akhlak yang asli, dalam arti akhlak tersebut sudah
secara otomatis merupakan pemberian dari Tuhan secara langsung, tanpa
memerlukan latihan, kebiasaan dan pendidikan. Akhlak ini hanya dimiliki oleh
manusia-manusia pilihan Allah. Keadaannya terpelihara dari perbuatan-perbuatan
maksiat dan selalu terjaga dari larangan Allah yaitu para Nabi dan Rasul-Nya.
Dan tertutup kemungkinan bagi orang mukmin yang saleh. Mereka yang sejak
lahir sudah berakhlak mulia dan berbudi luhur.
2. Akhlak Muhtasabi
Akhlak muhtasabi adalah akhlak atau budi pekerti yan g harus diusahakan
dengan jalan melatih, mendidik dan membiasakan kebiasaan yang baik serta cara
berfikir yang tepat. Tanpa dilatih, dididik dan dibiasakan, akhlak ini tidak akan
terwujud. Akhlak ini yang dimiliki oleh sebagian besar manusia.
Jadi bagi yang menginginkan mempunyai akhlak tersebut di atas haruslah
melatih diri untuk membiasakan berakhlak baik. Karena usaha mendidik dan
membiasakan kebajikan sangat dianjurkan, bahkan diperintahkan oleh agama,
walaupun mungkin tadinya kurang rasa tertarik tetapi apabila teru menerus
dibiasakan maka kebiasaan ini akan mempengaruhi sikap batinnya juga.
Dengan demikian seharusnya kebiasaan berbuat baik dibiasakan sejak kecil,
agar nantinya menjadi manusia yang berbudi luhur, berbakti kepada orang tua dan
yang terutama berbakti kepada perintah Allah serta menjauhi larangan-Nya.
8
Pembagiaan akhlak berdasarkan sifatnya dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Akhlak Mahmudah
Akhlak mahmudah (akhlak terpuji) atau disebut juga dengan akhlak al karimah
(akhlak yang mulia). Termasuk akhlak karimah antara lain adalh ridha kepada
Allah, cinta dan beriman kepada-Nya, beriman kepada malaikat, kitab Allah,
Rasul Allah, hari kiamat, takdir Allah, taat beribadah, selalu menepati janji,
melaksanakan amanah, berlaku sopan dalam ucapan dan perbuatan, qana’ah (rela
terhadap pemberian Allah), tawakkal (berserah diri), sabra, syukur, tawadhu’
(merendahkan hati), berbakti kepada kedua orang tua, dan segala perbuatan yang
baik menurut pandangan atau ukuran Islam.
2. Akhlak Madzmumah
Akhlak madzmumah (akhlak tercela) atau disebut pula akhlak sayyi’ah (akhlak
yang jelek). Perbuatan yang termasuk akhlak madzmumah antara lain adalah
kufur, ,murtad, fasiq, riya’, takabbur, mengadu domba, dengki, iri, kikir, dendam,
khianat, memutus silaturahmi, durhaka terhadap orang tua, putus asa dan segala
perbuatan tercela menurut pandangan Islam.
9
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin, dkk. 2006. Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Agama
Islam, Jakarta: Graha Ilmu
https://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/05/13/definisi-tujuan-dan-dasar-dasar-akhlak/
(diakses pada tanggal 18 februari 2021 pukul 21:34)
10