Hasil (Rani Kusuma) 16.05.13
Hasil (Rani Kusuma) 16.05.13
Hasil (Rani Kusuma) 16.05.13
TESIS
Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana S-2
Diajukan Oleh:
RANI KUSUMA
NIM : 13/354397/PKU/13906
KEPADA
LEMBAR PERSETUJUAN
Tesis
Diajukan Oleh:
Rani Kusuma
NIM : 13/354397/PKU/13906
Pembimbing I
Pembimbing II
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................vii
DAFTAR SINGKATAN......................................................................................viii
PERNYATAAN.......................................................................................................x
KATA PENGANTAR............................................................................................xi
INTISARI.............................................................................................................xiii
ABSTRACT..........................................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................8
C. Tujuan Penelitian................................................................................8
D. Manfaat Penelitian..............................................................................8
E. Keaslian Penelitian.............................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................11
A. Telaah Pustaka..................................................................................11
1. Sistem jaminan kesehatan..........................................................11
2. Pelayanan kesehatan..................................................................14
3. Pemanfaatan pelayanan kesehatan.............................................18
4. Pengaruh faktor-faktor terhadap pemanfaatan pelayanan.........21
B. Kerangka Teori.................................................................................33
C. Kerangka Konsep..............................................................................34
D. Hipotesis Penelitian..........................................................................35
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................36
A. Jenis dan Desain Penelitian...............................................................36
iv
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR SINGKATAN
OR : Odds Ratio
PBI : Penerima Bantuan Iuran
PHC : Public Health Center
PKS : Perjanjian Kerja Sama
PMK : Peraturan Menteri Kesehatan
PNS : Pegawai Negeri Sipil
PoA : Plan of Action
PT : Perguruan Tinggi
PTT : Pegawai Tidak Tetap
Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat
RPJM : Recana Pembangunan Jangka Menengah
RS : Rumah Sakit
SD/MI : Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
SDG’s : Sustainable Development Goals
SDM : Sumber Daya Manusia
SEARO : South-East Asian Regional
SHI : Social Health Insurance
SJSN : Sistem Jaminan Sosial Nasional
SMA/MA : Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
SMP/MTs : Sekolah Menengah Pertama/Madarasah Tsanawiyah
SSS : Social Security Scheme
TFR : Total Fertility Rate
TNI/POLRI : Tentara Nasional Indonesia/Polisi Republik Indonesia
UCS : Universal Coverage Scheme
UHC : Universal Health Coverage
UKBM : Unit Kesehatan Berbasis Masyarakat
UPTD : Unit Pelayanan Terpadu Daerah
WHO : World Health Organization
x
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdaapt karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam pustaka.
Rani Kusuma
xi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tidak lupa salawat
dan salam atas junjungan rasulullah Muhammad SAW yang selalu membimbing
kita ke jalan yang benar. Tesis ini merupakan penelitian dengan metode analitik
untuk menjelaskan bagaimana pengaruh faktor predisposing, enabling, dan need
terhadap pemanfaatan rawat jalan puskesmas dan mengidentifikasi hambatan
masyarakat di 3 (tiga) wilayah kerja puskesmas di Kabupaten Tojo Una Una.
Penulisan tesis ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai
derajat S-2 pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat minat Kebijakan
Pembiayaan dan Manajemen Asuransi Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak dari masa perkuliahan hingga penyelesaian tesis, sangatlah sulit bagi penulis
untuk bisa menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada:
1. dr. Tjahyono Kuntjoro, MPH., Dr.PH, sebagai pembimbing pertama yang
memberikan bimbingan dan arahan dalam tesis ini.
2. drg. Lisdrianto Hanindriyo, MPH., Ph.D, sebagai pembimbing kedua yang
memberikan bimbingan dan arahan dalam tesis ini.
3. Dosen-dosen di KP-MAK dan IKM yang namanya tidak dapat saya sebutkan
satu persatu.
4. Peminatan Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi Kesehatan yang
telah banyak membantu saya dalam pengurusan study dan penelitian, untuk
Ibu Yuni Astuti dan Pak Wahyu Wibawa Janu Kusuma.
5. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tojo Una Una beserta jajarannya yang
telah memberikan izin penelitian sekaligus dukungan sehingga penelitian ini
dapat dilaksanakan.
xii
6. Kedua orang tua hebatku, Bapakku tersayang Hartoyo yang telah menguras
tenaga dan pikiran untuk membiayai perkuliahan dan Ibunda tercinta Hilda
Malahat yang telah memberikan segalanya tanpa henti kepada penulis, serta
kakak dan adikku. Sungguh do’a dan semangat yang kalian berikan sangat
berarti bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini.
7. Teman-teman seperjuangan di KP-MAK angkatan 2013 yang sudah seperti
keluarga baru dalam perjalanan hidup penulis, suka dan duka, bahkan ilmu
yang tidak pernah didapat dalam bangku akademik.
8. Seluruh responden penelitian yang sudah bersedia meluangkan waktu, pikiran
dan pendapat dalam penelitian ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dan mendukung pendidikan serta penelitian penulis.
Rani Kusuma
xiii
INTISARI
ABSTRACT
Background: Health status in Indonesia is still low, there are some health
indicators have not reached the target of the MDG's. One of the steps the
government to reach all levels of society is through Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN). Puskesmas as the gate in the health services have an important role in the
provision of services to the community. Tojo Una Una regency is disadvantaged
and islands areas which has a value of public health development index <1, it
means still in the category of regional health problems. In 2014, outpatient visits
in public health centers has decreased, so researchers consider it necessary to
identify the barriers in society in the utilization of health services.
Methods: An observational analytic study with cross sectional study design.
Quantitative data collected from respondents in the archipelago, rural, and urban
areas with multiple cluster random sampling method to obtain the number of 265
people. Qualitative data used to support the findings in the public perception of
service providers, respondents were selected based on purposive sampling.
Results: Predisposing factors of age, sex, job, culture variables; and enabling
factors of ownership health insurance, access to health services have a positive
influence to the value (p <0.05). Meanwhile, need factors of health status (self-
perceived) and mortality indicators do not have a positive effect to the utilization
of outpatient in public health centers.
Conclusion: The presence of health insurance might increase utilization in the
public health center if accompanied by improved quality of service, ease of
access, and to know about the culture that was developed in the community for
further approach. It takes the cooperation of the local government, central
government and relevant stakeholders for the formulation of policies to fit local
needs.
1. Latar Belakang
Terdapat empat indikator lain dengan status warna kuning yang berarti
bahwa masih diperlukan kerja keras untuk mencapai target tersebut. Peningkatan
usia harapan hidup dari 71,1 tahun 2012, menjadi 72 tahun pada 2014 merupakan
salah satu diantaranya. Peningkatan cakupan persalinan yang ditolong tenaga
kesehatan terlatih dari 88,64% pada 2012, menjadi 90% juga ditargetkan oleh
pemerintah pada 2014. Peningkatan persentase penduduk 15 tahun ke atas yang
memiliki pengetahuan tentang HIV/AIDS sebesar 79,5% pada 2012, menjadi 90%
tahun 2014 dan peningkatan persentase penduduk yang memiliki jaminan
kesehatan dari 64,58% pada 2012, ditargetkan 80,10% pada 2014 (Bappenas,
2013; Kemenkes RI, 2013b).
Upaya-upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan di masyarakat telah
dilakukan. Salah satu strategi pencapaian prioritas nasional bidang kesehatan
adalah meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan
berkeadilan, serta berbasis bukti dengan pengutamaan pada upaya promotif dan
preventif. Terdapat 8 fokus prioritas nasional bidang kesehatan yaitu: Peningkatan
KIA dan KB; Perbaikan gizi masyarakat; Pengendalian penyakit menular, tidak
menular dan kesehatan lingkungan; Pemenuhan SDM kesehatan; Peningkatan
ketersediaan, keterjangkauan, safety, mutu, penggunaan obat/makanan; Jaminan
kesehatan; Pemberdayaan masyarakat, penanggulangan bencana dan krisis; serta
peningkatan pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier (Kemenkes RI,
2013b). Fasilitas pelayanan kesehatan dasar, ketenagaan dan jaminan pembiayaan
kesehatan perlu terus ditingkatkan dalam mendukung pencapaian sasaran prioritas
nasional kesehatan (Bappenas, 2013).
Biaya medis yang tinggi merupakan alasan yang paling sering disebutkan
untuk tidak menggunakan pelayanan kesehatan (Liu et al., 2012). Penelitian yang
dilakukan Kimani et al. (2012) menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil dari
masyarakat miskin yang tinggal di perkotaan dan berasal dari sektor informal
yang terdaftar dalam program NHIF (National Hospital Insurance Fund).
3
memiliki suatu penyakit atau merasa dalam kondisi sakit. Sejak awal, model
Andersen telah memberikan agenda penelitian yang komprehensif dan relevan
dalam menyediakan kerangka kerja analitis yang berguna untuk membahas
pemanfaatan pelayanan kesehatan (Abu-Mourad et al., 2008).
Kabupaten Tojo Una-Una merupakan salah satu kabupaten yang terletak di
Propinsi Sulawesi Tengah, yang terbagi dalam 9 kecamatan dengan 144
desa/kelurahan dan terdapat 13 puskesmas yang tersebar di 9 kecamatan.
Kabupaten Tojo Una-Una termasuk dalam 183 daerah tertinggal di Indonesia dan
memiliki 13 puskesmas Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK).
Dari 13 puskesmas, ada 2 puskesmas yang memiliki 2 dokter PNS yaitu
Puskesmas Ampana Timur dan Marowo; di Puskesmas Tete, Dataran Bulan,
Ampana Barat, Uekuli, Matako, masing-masing memiliki 1 dokter; dan terdapat
puskesmas yang tidak memiliki dokter PNS yaitu Puskesmas Tombiano,
diantaranya berada di daerah kepulauan yaitu Puskesmas Wakai, Lebiti, Dolong,
Popoli’i, Pasokan. Penerimaan Dokter PTT merupakan salah satu cara yang
dilakukan daerah untuk menangani permasalahan tersebut.
Nilai Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) tahun 2007 dan
2013 di Kabupaten Tojo Una-Una masing-masing adalah 0.4632 dan 0.5261,
artinya Kabupaten Tojo Una-Una masuk dalam kategori Daerah Bermasalah
Kesehatan (DBK). Kabupaten Tojo Una-Una mengalami kenaikan skor IPKM
tapi tetap harus menjadi perhatian karena mengalami penurunan peringkat dan
tidak mengalami kenaikan skor IPKM yang bermakna (Balitbangkes RI, 2014)
Sehingga diperlukan kerja keras dalam mempercepat pencapaian derajat
kesehatan masyarakat untuk menghindari kesenjangan kesehatan antar daerah
(Kemenkes RI, 2011). Salah satu masalah sistem perawatan kesehatan utama di
Indonesia adalah rendahnya tingkat pemanfaatan layanan kesehatan (Erlyana et
al., 2011). Program JKN diharapkan meningkatkan pemanfaatan pelayanan
kesehatan yang berdampak pada meningkatnya derajat kesehatan masyarakat.
7
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penelitian
4. Manfaat Penelitian
5. Keaslian Penelitian
A. Telaah Pustaka
3. Pelayanan kesehatan
(primer) meliputi pelayanan rawat jalan dan rawat inap (Kemenkes RI,
2013a).
2) Pelayanan kesehatan tingkat kedua (secondary health service)
Adalah pelayanan kesehatan yang lebih lanjut, telah bersifat rawat
inap (inpatient service) dan untuk menyelenggarakannya telah
dibutuhkan ketersedian tenaga-tenaga spesialis.
3) Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health services)
Adalah pelayanan kesehatan yang bersifat lebih kompleks dan
umumnya diselenggarakan oleh tenaga-tenaga subspesialis.
Saat ini, tersedia lebih dari 85.000 dokter praktik umum dan lebih
dari 25.000 dokter praktik spesialis, belum termasuk dokter gigi. Secara
nasional, jumlah tersebut cukup untuk melayani seluruh rakyat
berdasarkan rasio satu dokter praktik umum melayani 3.000 orang.
Pelayanan kesehatan saat ini juga didukung oleh perawat dan bidan yang
jumlahnya telah mencukupi, dan tempat tidur di rumah sakit milik
pemerintah dan milik swasta, termasuk tempat tidur di puskesmas yang
rasionya telah mendekati satu tempat tidur untuk setiap 1.000 penduduk.
Namun demikian, ketersediaan layanan kesehatan tersebut terkendala oleh
penyebarannya yang jauh lebih banyak di kota-kota besar (Mundihorno &
Thabrany, 2012).
Pelayanan kesehatan dasar merupakan upaya awal yang
menentukan apakah seseorang memerlukan tindakan lebih lanjut atau
keluhan telah teratasi. Diharapkan melalui pemberian pelayanan
kesehatan dasar secara cepat dan tepat maka masalah kesehatan
masyarakat sudah dapat diatasi karena kesehatan dasar juga merupakan
upaya untuk memantau kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya
sehingga masalah kesehatan dapat diidentifikasi lebih awal dan mendapat
penanganan lebih awal pula.
18
a. Predisposing characteristics
Faktor predisposisi individu meliputi karakteristik demografi usia
dan jenis kelamin sebagai "imperatif biologis", faktor sosial, seperti
pendidikan, pekerjaan, etnis (ras) dan hubungan sosial (misalnya, status
keluarga), dan faktor mental dalam hal keyakinan kesehatan (misalnya,
sikap, nilai, dan pengetahuan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan
dan kesehatan). Faktor-faktor kontekstual predisposisi individu untuk
penggunaan layanan kesehatan termasuk komposisi demografis dan
sosial masyarakat, nilai-nilai kolektif dan organisasi, norma-norma
budaya dan perspektif politik (Babitsch et al., 2012; Andersen, 2008).
Beberapa individu memiliki kecenderungan untuk menggunakan
pelayanan kesehatan, dimana kecenderungan dapat diprediksi dengan
karakteristik individu yang ada sebelum terjadinya kejadian suatu
penyakit. Orang-orang dengan beberapa karakteristik ini lebih cenderung
untuk menggunakan pelayanan kesehatan meskipun karakteristiknya
tidak secara langsung bertanggung jawab atas penggunaan pelayanan
kesehatan (Andersen & Newman, 2005).
b. Enabling resources
Faktor pembiayaan dan organisasi dianggap menjadi kondisi yang
memungkinkan sebagai pendorong pemanfaatan pelayanan. Faktor
pembiayaan sendiri melibatkan pendapatan dan kekayaan yang
dikeluarkan individu untuk membayar pelayanan kesehatan dan harga
efektif dari perawatan kesehatan yang ditentukan oleh status asuransi
kesehatan, serta pembagian kebutuhan biaya individu.
Pada tingkat kontekstual, pembiayaan meliputi sumber daya yang
tersedia dalam komunitas pelayanan kesehatan, seperti pendapatan per
kapita masyarakat, kemakmuran, tingkat cakupan asuransi kesehatan,
harga relatif barang dan jasa, metode penyedia kompensasi, dan
pengeluaran perawatan kesehatan. Organisasi pada tingkat ini mengacu
20
pada jumlah, varietas, lokasi, struktur dan distribusi fasilitas dan tenaga
pelayanan kesehatan. Hal ini juga melibatkan banyaknya dokter dan
rumah sakit, jam kerja, pengawasan manajemen mutu, dan program
penjangkauan dan pendidikan. Kebijakan kesehatan juga masuk dalam
kategori faktor kontekstual yang memungkinkan (Babitsch et al., 2012).
c. Need
Di tingkat individu, Andersen & Newman (2005) membedakan
antara kebutuhan yang dirasakan untuk pelayanan kesehatan (yaitu,
bagaimana orang melihat kesehatan umum yang mereka alami sendiri,
dan gejala penyakit) dan dievaluasi kebutuhan (yaitu, penilaian
profesional dan obyektif pengukuran status kesehatan pasien dan
kebutuhan untuk perawatan medis). Pada tingkat kontekstual, mereka
membuat perbedaan antara karakteristik kebutuhan lingkungan dan
indeks kesehatan penduduk. Kebutuhan lingkungan mencerminkan
kondisi yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan (misalnya,
pekerjaan, lalu lintas, cedera, kematian dan tingkat kejahatan). Indeks
kesehatan penduduk adalah ukuran keseluruhan kesehatan masyarakat,
termasuk indikator epidemiologi mortalitas, morbiditas, dan kecacatan.
Evaluasi penggunaan pelayanan kesehatan di berbagai negara,
terutama negara berkembang diketahui bahwa apabila pelayanan kesehatan
disediakan atas dasar received health service need belum tentu pelayanan
tersebut dipergunakan oleh masyarakat, oleh sebab itu dalam penyusunan
paket layanan perlu juga dipertimbangkan bagaimana pemanfaatan pelayanan
kesehatan selama ini (actual utilization) (Hendrartini, 2009). Agenda
reformasi kesehatan bagi negara berpenghasilan rendah dan menengah akan
tetap menjadi prioritas selama bertahun-tahun yang akan datang karena
pemantauan secara terus menerus dan evaluasi yang ketat dari cakupan akan
memberikan potensi beragam dari instrument kebijakan yang ada (Ekman,
2007).
21
a. Individual characteristics
1) Sosial-demografi
Usia dan jenis kelamin sangat erat kaitannya dengan kesehatan
dan penyakit. Orang-orang dengan kelompok usia berbeda memiliki
berbagai jenis dan jumlah penyakit yang berbeda sehingga berbeda
dalam perawatan medis. Begitu pula dengan orang-orang yang
mengalami masalah kesehatan di masa lalu, paling mungkin untuk
menggunakan sistem perawatan di masa depan (Andersen & Newman,
2005). Penelitian yang dilakukan di Kanada dan Amerika Serikat
menemukan bahwa perempuan muda berusia 18-44 tahun lebih sering
menghubungi dokter dibandingkan wanita yang lebih tua. Wanita
berusia 45-64 tahun memiliki kemungkinan kecil dirawat di Rumah
Sakit daripada wanita yang lebih muda (Blackwell et al., 2009).
Karakteristik pendidikan merupakan variabel struktur sosial
yang mencerminkan status individu dalam masyarakat (Andersen &
Newman, 2005). Sebuah studi menunjukkan bahwa pria Amerika dan
Afrika dengan pendidikan terendah melakukan pemeriksaan kesehatan
lebih rendah (Hammond et al., 2010). Namun penelitian yang
dilakukan di Amerika Serikat dengan menggunakan survey telepon
secara acak menemukan bahwa responden dengan pendidikan sekolah
tinggi lebih menggunakan pengobatan profesional dalam masalah
mental atau emosional dibandingkan dengan beberapa pendidikan
yang lain (Dhingra et al., 2010).
2) Pelayanan yang dirasakan
Prasarana kesehatan yang memadai mampu memberikan
pelayanan kesehatan yang bermutu merupakan salah satu syarat awal
dari keberhasilan pelaksanaan asuransi kesehatan (Shaw, 2007).
22
Hasil dari penelitian Kurnia et al. (2013) didapatkan bahwa tiga faktor
yang paling mempengaruhi responden untuk menentukan
kepetusannya dalam memilih tempat pelayanan kesehatan seperti apa
yang akan digunakan adalah faktor motivasi untuk menyembuhkan
sakitnya, faktor kepercayaan akan mendapatkan manfaat dan
rintangan dari tindakan yang dilakukan, serta faktor pelayanan
kesehatan dan kepercayaan terhadap penyedia layanan. Norma-norma
budaya dapat menjadi faktor penentu sikap seseorang dalam mencari
bantuan profesional. Hal ini wajar jika menganggap budaya yang
mempengaruhi beberapa aspek dalam mencari bantuan profesional
(Mojaverian et al., 2013).
Budaya adalah kumpulan dari asumsi dan nilai-nilai dasar,
orientasi hidup, keyakinan, kebijakan, prosedur dan kebiasaan
perilaku yang dibagi oleh sekelompok orang, dan itu mempengaruhi
(tapi tidak menentukan) perilaku masing-masing anggota dan
interpretasinya untuk 'makna' dari perilaku orang lain (Spencer-Oatey,
2008). Menurut WHO (2004), budaya didapat dari belajar, berbagi,
menularkan nilai-nilai, keyakinan, norma dan penerapan seumur hidup
dari kelompok tertentu yang membawa pemikiran, keputusan dan
tindakan dengan cara yang berpola. Ada keragaman yang luar biasa
dari budaya di seluruh dunia dan di banyak negara dan masyarakat.
Keyakinan, perilaku, sikap untuk kesehatan dan penuaan sangat
dipengaruhi oleh tradisi, keyakinan agama dan nilai-nilai. praktek
kesehatan tradisional harus diakui dan bila sesuai dan terbukti aman,
maka harus dimasukkan sebagai pelengkap atau alternatif pengobatan.
Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan
dengan cara, obat dan pengobatnya yang mengacu kepada
pengalaman, keterampilan turun temurun, dan/atau
pendidikan/pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma yang
27
6. Kerangka Teori
Kerangka ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1960 dan sejak itu telah melalui lima tahap perubahan.
Kerangka di bawah ini merupakan fase kelima (Andersen, 2008; Andersen & Davidson, 2007).
Health
Contextual Characteristics Individual Characteristics Behaviors Outcomes
Gambar 1. A behavioral model of health services use including contextual and individual characteristics
34
7. Kerangka Konsep
Predisposing:
Usia
Jenis Kelamin
Pendidikan
Pekerjaan
Pelayanan yang dirasakan
Enabling:
Wilayah tempat tinggal
Kepemilikan asuransi kesehatan
Akses ke pelayanan kesehatan
Pemanfaatan
Need pelayanan rawat jalan
Status kesehatan (dirasakan
sendiri)
Contextual Characteristics
Predisposing:
Budaya
Enabling:
Kebijakan
Need:
Indikator kesehatan
8. Hipotesis Penelitian
3. Subjek Penelitian
1. Batasan Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah
a. Kuantitatif: seluruh penduduk di Kabupaten Tojo Una-Una yang berada
dalam tiga wilayah kerja Puskesmas Lebiti, Ampana Timur, dan Ampana
Tete.
1) Kriteria inklusi: puskesmas yang memiliki penurunan kunjungan
rawat jalan pada tahun 2014, masing-masing puskesmas mewakili
kondisi geografi yang berbeda (daerah kepulauan, kota, daerah
pinggiran kota), penduduk tetap wilayah yang akan diteliti.
2) Kriteria eksklusi: usia <20 tahun, responden yang 3 kali berturut-turut
tidak bisa ditemui, tuna rungu dan kelainan mental.
b. Kualitatif:
Menggunakan teknik purposive sampling, yang secara sengaja mengambil
responden sesuai dengan kriteria yang diinginkan dalam penelitian.
1) Penanggung jawab bagian pembiayaan kesehatan di Dinas Kesehatan
Kabupaten Tojo Una Una
37
n=241 jiwa
Keterangan :
n = Besar sampel minimal
N = Jumlah populasi 12.763 Jiwa
Z = Tingkat kepercayaan α = 5% (CI = 95%) yaitu 1,96
d = Tingkat presisi 95% atau sig. = 0,05
p = 0,2
q = 1-p = 0,8
38
13 puskesmas
PKM Lebiti (15 desa) PKM Amp. Timur (10 desa/kel.) PKM Amp. Tete (14 desa)
Cara
Tempat Jumlah Sampel
Pengambilan
Penelitian Penduduk Penelitian
Sampel
Puskesmas Lebiti (Daerah kepulauan)
Lebiti 1281 = 241 x 1281/12763 24
Bungayo 587 = 241 x 587/12763 11
Sampobae 325 = 241 x 325/12763 6
Jumlah 41
Puskesmas Ampana Timur (Kota)
Labuan 2446 = 241 x 2446/12763 46
Uemalingku 2066 = 241 x 2066/12763 39
Dondo Barat 3011 = 241 x 3011/12763 57
Jumlah 142
Puskesmas Ampana Tete (Daerah pinggiran kota)
Tete B 1041 = 241 x 1041/12763 20
Bantuga 1143 = 241 x 1143/12763 22
Borone 863 = 241 x 863/12763 16
Jumlah 58
Total 12763 241
40
5. Definisi Operasional
Alat dan
Variabel Definisi operasional Hasil ukur Skala
cara ukur
Variabel Terikat (Dependent Variable)
Pemanfaatan Responden yang menggunakan Kuesioner, 1. Tidak memanfaatkan Nominal
pelayanan pelayanan rawat jalan dengan 2. Memanfaatkan
kesehatan puskesmas dalam 6 bulan wawancara
rawat jalan terakhir, untuk tujuan
pencegahan dan penyembuhan
masalah kesehatan. jika
responden memiliki kunjungan
lebih dari satu rawat jalan, yang
dihitung hanya sekali dalam
analisis
41
Tabel 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Status Kesehatan yang
Dirasakan
Validitas Reliabilitas
No.
Item-rest Ket.
Item r tabel Alpha r tabel
corr.
1 0,694 0,30 Valid 0,652 0,60
2 0,672 0,30 Valid 0,625 0,60
3 0,574 0,30 Valid 0,649 0,60
4 0,325 0,30 Valid 0,699 0,60
5 0,437 0,30 Valid 0,777 0,60
6 0,778 0,30 Valid 0,597 0,60
7 -0,026 0,30 Tidak Valid 0,751 0,60
8 0,266 0,30 Tidak Valid 0,708 0,60
9 0,551 0,30 Valid 0,654 0,60
10 0,324 0,30 Valid 0,708 0,60
0,713 0,60 Reliable
Tabel 4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Pelayanan yang dirasakan
Validitas Reliabilitas
No.
Item-rest Ket.
Item r tabel Alpha r tabel
corr.
1 0,462 0,30 Valid 0,674 0,60
2 0,635 0,30 Valid 0,646 0,60
3 0,422 0,30 Valid 0,681 0,60
4 0,369 0,30 Valid 0,691 0,60
5 0,321 0,30 Valid 0,702 0,60
6 0,198 0,30 Tidak Valid 0,712 0,60
7 0,539 0,30 Valid 0,667 0,60
8 -0,116 0,30 Tidak Valid 0,725 0,60
9 0,072 0,30 Tidak Valid 0,725 0,60
10 0,024 0,30 Tidak Valid 0,720 0,60
11 0,420 0,30 Valid 0,681 0,60
12 0,475 0,30 Valid 0,674 0,60
13 0,324 0,30 Valid 0,695 0,60
0,710 0,60 Reliable
46
Hasil uji validitas untuk pertanyaan yang berkaitan dengan pelayanan yang
dirasakan terdapat 4 pertanyaan yang tidak valid sehingga pertanyaan tersebut
tidak digunakan dalam penelitan. Sedangkan hasil uji reliabilitas menyatakan
reliable dengan nilai alpha 0,710 > r tabel 0,60.
Validitas Reliabilitas
No. Item Item-rest Ket.
r tabel Alpha r tabel
corr.
Kepemilikan
Asuransi Kesehatan
1 0,000 0,30 Tidak Valid
2 0,937 0,30 Valid
3 0,812 0,30 Valid
0,658 0,60 Reliable
Pemanfaatan
Pelayanan Kesehatan
1 0,537 0,30 Valid
2 0,521 0,30 Valid
0,611 0,60 Reliable
8. Etika Penelitian
1. Ethical clearance
Penelitian ini dilaksanakan setelah menerima ethical clearance dari
Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
2. Informed consent
Responden yang ikut dalam penelitian ini diberi lembar persetujuan
supaya dapat mengetahui maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan.
Jika responden bersedia ikut dalam penelitian ini maka harus menandatangani
lembar persetujuan dan jika menolak untuk diteliti maka itu merupakan hak
dari responden.
49
3. Confidentiality
Informasi yang diberikan oleh responden dijamin kerahasiaannya oleh
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang sesuai dengan kebutuhan
penelitian yang akan dilaporkan oleh peneliti.
4. Benefit
Pada penelitian ini diusahakan semaksimal mungkin mengurangi
risiko kesalahan dan kerugian yang terjadi akibat dari penelitian ini.
5. Justice
Responden dalam penelitian ini diperlakukan secara baik dan adil
kemudian diberikan hak yang sama selama penelitian.
9. Kesulitan Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Menyusun rencana penelitian yang dituangkan dalam bentuk proposal
penelitian. Kegiatan berupa penelusuran literatur pendukung.
b. Melakukan konsultasi dengan pembimbing sekaligus menyiapkan
instrumen pengumpulan data.
c. Mengurus perizinan dan menyampaikan kepada pejabat terkait mengenai
rencana penelitian yang akan dilakukan di Kabupaten Tojo Una-Una.
d. Melakukan uji validitas dan reliabilitas setiap item pertanyaan pada 30
responden yang berada di wilayah kerja Puskesmas Tombiano di
Kabupaten Tojo Una Una.
50
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pengambilan data responden di desa/kelurahan yang dijadikan tempat
penelitian.
b. Melakukan wawancara pada 6 responden terkait dengan penelitian yaitu,
kepala Puskesmas (Ampana Timur, Ampana Tete dan Lebiti), kepala
seksi pembiayaan kesehatan, seksi farmasi dan alat kesehatan, dan dokter
praktek swasta.
c. Setelah data kuantitatif dan data kualitatif terkumpul sesuai dengan
jumlah sampel yang ditetapkan kemudian dilakukan editing, coding,
entry dan cleaning.
d. Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan program STATA dan
data kualitatif dari hasil panduan wawancara akan dianalisis sesuai
konstruksi pembahasan hasil penelitian.
3. Tahap akhir penelitian
Melakukan inventaris hasil penelitian, yang kemudian dilanjutkan
dengan penyusunan laporan yang berisi hasil penelitian, interpretasi hasil
penelitian disesuaikan dengan teori yang terangkum dalam pembahasan,
selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan serta pemberian rekomendasi
atau saran berdasarkan hasil penelitian.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Keadaan geografis
Kabupaten Tojo Una Una terletak antara garis 0,200 Lintang Utara –
1,600 Lintang Selatan dan garis 120,9000 Bujur Timur – 121,7500 Bujur Barat.
Wilayah Kabupaten Tojo Una Una keseluruhan seluas 9.292,36 km 2 yang
terdiri dari luas wilayah daratan 5.721,51 km2 dan wilayah lautan seluas
3.570,83 km2. Wilayah Kabupaten Tojo Una Una berbatasan langsung dengan
1 (satu) Propinsi dan 3 (tiga) Kabupaten tetangga, yaitu: Kabupaten Poso
berada di sebelah barat, Kabupaten Banggai di sebelah timur, Kabupaten
Morowali di sebelah selatan dan Provinsi Gorontalo di sebelah utara.
Tojo Una Una terbagi menjadi 9 (Sembilan) kecamatan dengan 144
desa/kelurahan, digambarkan melalui peta pada gambar.4 berikut:
Gambar 4.Peta Kabupaten Tojo Una Una dibagi dalam 9 (sembilan) wilayah
administratif kecamatan tahun 2016
52
Lanjutan…
3. Analisis univariat
Responden Persentase
Variabel penelitian
(n) (%)
Pemanfaatan pelayanan kesehatan
rawat jalan
Tidak 139 52,45
Ya 126 47,55
Sangat tidak
Tidak setuju Setuju Sangat setuju
setuju
Pelayanan yang dirasakan (2) (3) (4)
(1)
n % n % n % n %
Waktu buka pelayanan di
0 0 19 7,17 199 75,09 47 17,74
puskesmas pukul 08.00
waktu tutup pelayanan di
6 2,26 149 56,23 101 38,11 9 3,40
puskesmas pukul 12.00
waktu tunggu pelayanan
4 1,51 119 44,91 125 47,17 17 6,42
terlalu lama
pelayanan kesehatan di
puskesmas selalu dilayani
1 0,38 21 7,92 230 86,79 13 4,91
petugas kesehatan dengan
ramah
pelayanan kesehatan di
puskesmas akan ditangani
0 0 48 18,11 206 77,74 11 4,15
oleh tenaga kesehatan
dengan cepat
saya memiliki kepercayaan
dalam keterampilan dokter 1 0,38 5 1,89 216 81,51 43 16,23
dan perawat
56
Lanjutan…
Sangat tidak
Tidak setuju Setuju Sangat setuju
setuju
Pelayanan yang dirasakan (2) (3) (4)
(1)
n % n % n % n %
peralatan medis yang
diperlukan lengkap dan
10 3,77 174 65,66 75 28,30 6 2,26
dapat digunakan bila
diperlukan
obat sering tidak tersedia di
10 3,77 119 44,91 125 47,17 11 4,15
puskesmas
obat yang diberikan oleh
0 0 18 6,79 231 87,17 16 6,04
puskesmas kualitasnya baik
(sembilan) pertanyaan seperti terlihat pada tabel 8. yang secara garis besar
menggambarkan tentang keadaan puskesmas dari segi operasional pelayanan,
Sumber Daya Manusia (SDM), dan sarana kesehatan. Pertanyaan tersebut
kemudian dikategorikan berdasarkan kriteria baik dan buruk sehingga
diperoleh hasil dengan persentase 97,36% responden masuk dalam kategori
baik, artinya hampir seluruh responden memandang baik terhadap pelayanan
yang dirasakan.
Budaya merupakan variabel dari faktor predisposing yang masuk
dalam karakteristik contextual artinya faktor yang berkaitan dengan situasi
lingkungan dalam masyarakat yang ada hubungannya dengan pemanfaatan
pelayanan kesehatan rawat jalan puskesmas. Variabel budaya dalam
penelitian ini merupakan budaya yang dilihat dari penggunaan pengobatan
tradisional yang dilakukan oleh responden seperti urut/pijat, minum ramuan,
pendekatan agama dan supranatural atau yang berbau mistis. Hasil penelitian
diperoleh bahwa 60,38% responden masih menggunakan pengobatan
tradisional untuk mencegah dan mengobati penyakit. Alasan utama yang
mengakibatkan budaya ini masih melekat adalah sudah turun temurun seperti
yang terlihat pada tabel 10. Berikut ini:
Responden Persentase
Variabel penelitian
(n) (%)
Wilayah tempat tinggal
Kepulauan 45 16,98
Perkotaan 157 59,25
Pedesaan 63 23,77
Kepemilikan asuransi kesehatan
PBI 78 29,43
Non PBI 53 20,00
Jamkesda 133 50,19
Asuransi swasta 1 0,38
Akses ke pelayanan kesehatan
≤15 menit 93 35,09
>15 - ≤30 menit 135 50,94
>30 - ≤60 menit 29 10,94
>60 menit 8 3,02
Tabel 12. Hasil pernyataan dari variabel status kesehatan yang dirasakan
sendiri oleh responden di wilayah penelitian
kabupaten Tojo Una Una tahun 2015
Pada tabel 12. terlihat bahwa variabel status kesehatan yang dirasakan
sendiri terdiri dari tujuh pertanyaan yang menggambarkan tentang kesehatan
responden dan menggunakan skala likert sebagai pengukuran jawaban
kemudian dikategorikan berdasarkan “buruk dan baik”. Status kesehatan yang
berhubungan dengan perasaan tegang, kaku, atau kurang lentur dalam tulang
belakang; dan terjadinya kecelakaan atau hampir kecelakaan atau jatuh atau
tersandung yang disebabkan oleh kejadian apapun lebih banyak responden
yang menyatakan tidak pernah mengalaminya dengan persentase masing-
masing 41,89% dan 72,83%. Kejadian yang sering terjadi berkaitan dengan
status kesehatan yang dirasakan responden adalah kejadian yang terkait
adanya nyeri fisik, terjadinya kelelahan atau kurang energi, kejadian sakit
kepala dan timbulnya pusing maupun sakit kepala ringan, walaupun kejadian
63
terjadinya kelelahan atau kurang energi lebih banyak yang mengatakan sering
tapi hal ini tidak jauh berbeda dengan responden yang mengatakan tidak
sering yakni selisih tiga responden.
Puskesmas
Kab.
Indikator kesehatan Ampana Ampana
Lebiti Touna
Timur Tete
Mortalitas
Kematian Neonatal 1,65 0,23 1,83 1,00
Kematian bayi 1,65 0,47 2,61 1,41
Kematian balita 1,65 0,47 2,61 1,53
Kematian Ibu melahirkan 0,83 0 0,26 0,21
Lahir mati 0,82 1,38 0,52 1,43
Rerata 1,32 0,51 1,57 1,12
Morbiditas
Kesakitan malaria 0 0,01 0,04 0,12
CNR seluruh kasus BTA + 0,01 0,12 0,07 0,11
Acute Flaccid Paralysis (AFP) pada
0 0,01 0 0,002
anak usia <15 tahun
Demam Berdarah Dengue (DBD) 0 0,02 0,15 0,04
Penderita diare 1,19 1,95 1,38 2,30
Rerata 0,24 0,42 0,33 0,51
Tabel 14. Distribusi responden berdasarkan jenis variabel dari faktor Need
Responden Persentase
Variabel penelitian
(n) (%)
Status kesehatan yang
dirasakan
Buruk 148 55,85
Baik 117 44,15
Indikator kesehatan
Mortalitas
Tinggi 108 40,75
Rendah 157 59,25
Morbiditas
Tinggi 0 0
Rendah 265 100
4. Analisis bivariat
Lanjutan…
Responden yang berjenis kelamin laki-laki juga memberikan hasil bahwa ada
42,45% yang tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan, artinya responden
laki-laki lebih banyak yang tidak memanfaatkan pelayanan dibandingkan
dengan responden laki-laki yang memanfaatkan pelayanan kesehatan rawat
jalan puskesmas. Selisih 9 responden dapat terlihat antara perempuan yang
tidak memanfaatkan pelayanan yakni 80 responden dengan perempuan yang
memanfaatkan pelayanan dengan jumlah 89 responden. Hasil statistik dengan
menggunakan uji chi square diperoleh p value untuk variabel jenis kelamin
adalah 0,027 < nilai α 0,05, artinya terdapat pengaruh antara variabel jenis
kelamin terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan rawat jalan puskesmas.
Nilai Odss Ratio (OR) pada variabel jenis kelamin adalah 1,77 artinya
responden dengan jenis kelamin perempuan 1,77 kali lebih banyak
menggunakan pelayanan kesehatan rawat jalan puskesmas dibandingkan
dengan responden laki-laki.
Ibu Rumah Tangga (IRT) adalah jenis pekerjaan yang paling banyak
memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan persentase 47,62%, hal ini karena
responden dengan jenis kelamin perempuan paling banyak yang berpartisipasi
dalam penelitian. Sama halnya dengan responden yang tidak memanfaatkan
pelayanan kesehatan yakni lebih tinggi pada Ibu Rumah Tangga (IRT)
dengan persentase 36,69%. Wiraswasta adalah jenis pekerjaan tertinggi kedua
dengan persentase 21,58% yang tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan
setelah Ibu Rumah Tangga (IRT). Sedangkan responden dengan jenis
pekerjaan petani 17,46% merupakan tertinggi kedua yang memanfaatkan
pelayanan kesehatan rawat jalan puskesmas, tapi 19,42% responden dengan
jenis pekerjaan petani tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan artinya lebih
banyak yang tidak memanfaatkan dibandingkan dengan yang memanfaatkan
pelayanan kesehatan rawat jalan puskesmas. Nelayan dan pegawai
pemerintahan merupakan jenis pekerjaan yang respondennya lebih banyak
memanfaatkan pelayanan kesehatan dibandingkan dengan tidak
68
Tabel 16. Pengaruh antara variabel faktor enabling dan variabel pemanfaatan
pelayanan kesehatan rawat jalan
Tabel 17. Pengaruh antara variabel faktor need dan variabel pemanfaatan
pelayanan kesehatan rawat jalan
Pemanfaatan pelayanan kesehatan rawat jalan
Variabel penelitian Tidak Ya p
95%CI OR
n % n % (<0,05)
Status kesehatan yang
dirasakan
Buruk 75 53,96 73 57,94
0,515* 0,70-1,97 1,18
Baik 64 46,04 53 42,06
71
Lanjutan…
Pemanfaatan pelayanan kesehatan rawat jalan
Variabel penelitian Tidak Ya p
95%CI OR
n % n % (<0,05)
Indikator kesehatan
Mortalitas
Tinggi 51 36,69 57 45,24
0,157* 0,42-1,18 0,70
Rendah 88 63,31 69 54,76
*Uji chi square
Pada tabel 17. terlihat bahwa status kesehatan yang dirasakan oleh
responden tidak terlalu memberikan dampak pada pemanfaatan pelayanan
kesehatan, hal ini terlihat bahwa status kesehatan yang buruk walaupun lebih
banyak yang tidak memanfaatkan pelayanan dengan jumlah 75 responden tapi
tidak berbeda jauh dengan responden yang memanfaatkan pelayanan
kesehatan yakni 73 responden, terdapat selisih 2 (dua) responden dalam
penelitian ini. Dilihat dari responden yang memanfaatkan pelayanan
kesehatan, status kesehatan yang dirasakan buruk lebih banyak yang
memanfaatkan pelayanan dengan persentase 57,94% dibandingkan dengan
42,06% responden yang status kesehatannya dirasakan baik. Hasil statistik
menunjukkan hasil p-value 0,515 > nilai α 0,05 artinya tidak terdapat
pengaruh yang positif antara variabel status kesehatan yang dirasakan dengan
pemanfaatan pelayanan kesehatan rawat jalan.
Pada penelitian ini, variabel indikator kesehatan yang diuji secara
statistik adalah mortalitas (angka kematian). Wilayah penelitian yang
memiliki mortalitas rendah lebih banyak yang tidak memanfaatkan pelayanan
kesehatan yakni 63,31% dibandingkan dengan yang memanfaatkan pelayanan
kesehatan yakni 54,76%. Sedangkan untuk indikator kesehatan yang memiliki
morbiditas tinggi lebih banyak yang memanfaatkan pelayanan kesehatan
yakni 45,24% dibandingkan dengan tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan
rawat jalan, tetapi hal ini tidak berbeda jauh karena hanya memiliki selisih
enam responden.
72
5. Analisis multivariat
p 95%CI
Tahap Variabel penelitian OR
(<0,05) (Min-Max)
Lanjutan…
Tahap Variabel penelitian OR p 95%CI
(<0,05) (Min-Max)
2. Analisis kualitatif
“itu cuman kadang-kadang dibilang tidak ada dokter itu biasa jadi
kendala, karena biasa mereka datang kadang ‘saya mau ba periksa
tidak ada dokter, aaaah saya mau ketemu dokter’” (Responden 2)
Sementara jumlah kunjungan yang tinggi setiap harinya
mengakibatkan dokter kewalahan dalam melayani pasien sehingga pelayanan
kurang maksimal, ditambah terdapat tiga poli yakni poli umum, poli MTBS
(Manajemen Terpadu Balita Sakit), dan poli lansia yang harus di-cover oleh
satu dokter umum setiap harinya. Dengan demikian akan memberikan beban
kerja yang lebih kepada dokter umum.
“yang kekurangan itu kita dokter umum, seharusnya kita disini ada
tiga dokter karena kunjungan sehari itu rata-rata 70 orang perhari,
dokter cuman satu” (Responden 2)
Sedangkan puskesmas yang berada di wilayah pedesaan berpendapat
bahwa masih merangkapnya kerja dokter puskesmas sekaligus menjadi
kepala puskesmas yang menjadikan dokter puskesmas tidak sering berada
diruang pelayanan untuk memeriksa masyarakat yang datang berobat karena
kendala rapat atau pertemuan yang berkaitan dengan tugas beliau sebagai
kepala puskesmas atau terkendala pelayanan puskesmas keliling yang
dilakukan di 16 desa setiap bulannya, ini mengakibatkan kekosongan di
puskesmas sehingga masyarakat mengganggap ke puskesmas jauh-jauh tapi
jika tidak bertemu dengan dokter itu hanya membuang waktu saja, apalagi
penyakit yang diderita tidak terlalu parah. Banyak masyarakat yang ke
puskesmas ketika penyakit yang dideritanya semakin parah, yang pada
akhirnya mengharuskan pasien dirujuk ke Rumah Sakit dan atau pasien ke
puskesmas hanya untuk mengambil rujukan karena pasien sudah ada di RS.
78
“jadi pada prinsipnya eeee secara jumlah sebenarnya kita sudah lebih
daripada cukup tapi kalau secara SDM kita masih kurang contohnya
saja kita masih perlu dokter untuk bertugas sebagai fungsional jadi
betul-betul eee tugasnya di poli sedangkan saya merangkap sebagai
kepala puskesmas juga jadi kadang pelayanan terhadap masyarakat
sedikit terlantar kalau saya ada tugas luar atau keperluan yang lain
atau rapat-rapat begitu” (Responden 3)
Untuk beberapa desa yang ada di wilayah puskesmas penelitian belum
semua terisi tenaga kesehatan seperti bidan dan perawat, tenaga kesehatan
baru dimiliki sebagian desa, upaya pemenuhan dilakukan dengan rekrutmen
bidan PTT tetapi untuk ketersediaan perawat masih dianggap kurang.
Dari tabel 8. terlihat bahwa banyak responden yang mengatakan setuju
jika obat di puskesmas ketersediaannya masih kurang, tetapi hal ini berbeda
dengan pernyataan responden dari pihak puskesmas yang berada di wilayah
kepulauan :
“tersedia, cuman memang apa yang kita usulkan biasanya eee masih
kurang jauh dengan eee ketersediaan obat yang ada” (Responden 3)
Menurut bagian Farmasi dan Alat Kesehatan Dinas Kesehatan
Kabupaten Tojo Una Una, hal ini disebabkan karena dari segi anggaran
belum sesuai terkait dengan anggaran obat yang dianggap masih minim dan
masih tergantung pada pemerintah pusat.
“ada yang satu bulan, ada yang sampe sekarang belum sudah dari
bulan April, sow lima bulan ada yang belum masuk, bertahap juga
karena ada juga yang mereka produksi itu yang bikin lama”
(Responden 5)
“belum lagi pembuatan sekian bulan biasa hampir satu tahun,
mungkin baru bisa ada itu obat pemesanan dari Januari paling bulan
bulan September Oktober baru ada lagi” (Responden 3)
Sehingga proses pengadaan yang lama mengakibatkan obat sering
tidak terpenuhi selama satu tahun anggaran, ada juga obat dan alkes yang
dananya harus dikembalikan ke kas negara akibat tidak terpenuhi.
”kalau alat kesehatan itu dek’ sebenarnya sudah ada alat penunjang
cuman persoalan kita ini lampunya” (Responden 1)
Berbeda dengan masalah yang dihadapi di wilayah kepulauan, untuk
wilayah pedesaan terkendala oleh keterampilan tenaga kesehatan dalam
mengoperasikan alat kesehatan tersebut. Ketika masyarakat menderita sakit
yang serius maka akan lebih memilih dokter praktek atau rumah sakit dengan
alasan pelayanan yang lebih cepat dan ketersediaan peralatan medis yang
lengkap. Ketersediaan alat kesehatan di puskesmas belum mampu
memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat.
“terutama kita disini kan masih ada pemahaman bahwa kalau ada
yang penyakit, oooo ke dukun dulu” (Responden 2)
“tapi yang jadi pertanyaan kenapa persalinan oleh dukun tinggi, eeee
tidak dilaporkannya dari masyarakat tidak ada yang hamil K1, K4,
KN kalau KN masih bagus tapi pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan masih kurang bagus” (Responden 2)
Wilayah kepulauan mengalami penurunan angka kematian, jika
dibandingkan berdasarkan data yang didapat dari profil Dinas Kesehatan
Kabupaten Tojo Una Una memang terlihat kalau terjadinya penurunan di
tahun 2014 jika dibandingkan dengan tahun 2013 tapi masih lebih tinggi bila
dibandingkan dengan capaian kabupaten.
“terus terang kita (puskesmas) tidak ada lawan, jadi sebenarnya kalau
mau lihat daya saing puskesmas…harus ada lawan…misalkan swasta
lebih banyak berobat kesana jadi berarti kita evaluasi pelayanan kita
tapi karena...tidak ada lawan…semuanya gratis…jadi mungkin
masyarakat…suka tidak suka akan memilih puskesmas”(Responden 3)
83
Keberadaan klinik swasta mulai akan dijalankan oleh salah satu dokter
praktek swasta yang sudah senior di Kabupaten Tojo Una Una sehingga ini
bisa menjadi tantangan bagi puskesmas dalam memperbaiki pelayanan.
“saya sudah bermohon ke BPJS untuk berubah jadi klinik jadi saya
sow pelayanan pagi kan jadi sudah ada saingannya puskesmas nanti”
(Responden 6)
Keberadaan klinik swasta yang mebuka jam pelayanan mulai dari pagi
akan berpengaruh terhadap kunjungan puskesmas, sehingga tanpa dibarengi
dengan peningkatan pelayanan kesehatan di puskesmas akan semakin
mengakibatkan penurunan kunjugan di puskesmas.
84
3. Pembahasan
kepada orang yang sudah lama mereka ketahui jadi tenaga kesehatan di
daerah tersebut dibandingkan orang baru yang datang.
Penelitian yang dilakukan oleh Hoeven et al. (2012) di Afrika
Selatan menemukan bukti yang sama dengan penelitian ini, bahwa tidak
ada perbedaan yang bermakna antara responden yang tinggal di wilayah
pedesaan dan wilayah perkotaan dalam memanfaatkan pelayanan
kesehatan. Hal ini karena responden yang berada di wilayah perkotaan
lima kali lebih memilih pergi ke dokter praktek swasta jika tidak ada
batasan masalah keuangan atau transportasi dibandingkan dengan
pelayanan kesehatan publik, berbeda dengan responden yang berada di
wilayah pedesaan yang lebih memilih pelayanan publik sebagai tempat
untuk mencari perawatan kesehatan.
Hasil survey di Thailand menunjukkan bahwa kesenjangan
ekonomi dan perbedaan antara penduduk perkotaan-pedesaan dianggap
sebagai faktor penentu yang paling penting dari ketidakadilan dan tidak
mungkin untuk diselesaikan. Sebagian besar responden merasakan bahwa
redistribusi sumber daya kesehatan kurang mudah dicapai untuk daerah
pedesaan (Yiengprugsawan et al., 2011).
2. Kepemilikan asuransi kesehatan terhadap pemanfaatan pelayanan
kesehatan
Kepemilikan asuransi kesehatan berdasarkan jenis asuransi
memiliki pengaruh yang positif terhadap pemanfaatan pelayanan
kesehatan rawat jalan di puskesmas. Penerima Bantuan Iuran (PBI)
memanfaatkan pelayanan kesehatan rawat jalan di puskesmas lebih banyak
daripada jenis asuransi lainnya, artinya pemberian subsidi pemerintah
kepada masyarakat miskin melalui pemberian jaminan kesehatan sudah
efisien dalam membantu masyarakat mencari perawatan kesehatan. Gong
et al. (2014) menemukan bukti yang sama di China bahwa kepemilikan
93
jauh. Setiap desa tidak semua yang memiliki bidan dan perawat tapi
pemerintah daerah dan pemerintah pusat berusaha mengisi kekosongan
dengan tenaga kesehatan PTT (Pegawai Tidak Tepat), ini yang
menyebabkan masyarakat kurang nyaman karena belum mengenal dengan
baik untuk datang berobat terutama untuk pelayanan pemeriksaan
kehamilan ibu, melahirkan di tenaga kesehatan, dan pemeriksaan
kesehatan bayi dan balita yang berhubungan dengan indikator mortalitas.
Data dari penelitian yang dilakukan oleh Utomo et al. (2011)
menunjukkan bahwa indikator kesehatan yang rendah, lebih tinggi pada
anak-anak dari ibu yang berpendidikan rendah, tinggal di daerah pedesaan
dan dengan status yang kekayaan yang lebih rendah untuk rumah tangga.
Angka kematian bayi adalah sekitar dua setengah kali lebih rendah untuk
ibu dengan pendidikan menengah atau lebih tinggi dibandingkan dengan
ibu yang tidak memiliki pendidikan. Sedangkan berdasar pada wilayah
geografis Indonesia, tingkat kematian bayi lebih rendah untuk daerah
Jawa-Bali dibandingkan dengan daerah di luar Jawa-Bali. Sejalan dengan
penelitian oleh Schröders et al. (2015), bahwa ibu yang memiliki
pendidikan yang rendah akan mengambil keputusan perawatan kesehatan
yang terbatas dengan tenaga kesehatan, pemeriksaan antenatal dan
pemberian perawatan sehingga anak-anak mereka kurang mendapatkan
keuntungan dari perawatan primer atau program pencegahan nantinya.
Sehingga, angka mortalitas yang tinggi di wilayah pedesaan dan kepulauan
dapat berhubungan dengan pendidikan dari orang tua mereka terutama ibu
Satu studi menyatakan bahwa menambahkan 100 pusat perawatan
kesehatan ekstra di pedesaan akan mengurangi kemungkinan seorang ibu
kehilangan anak dengan hanya 1,1 persen sedangkan perkotaan akan
mendapat manfaat hampir sepuluh kali lebih. Ini menggambarkan kuatnya
kesenjangan kesehatan pada anak antara wilayah pedesaan dan perkotaan
di Indonesia dan sedikitnya keuntungan yang didapat dari fasilitas
99
A. Kesimpulan
1. Faktor predisoposing dari variabel usia, jenis kelamin, pekerjaan dan budaya
dalam menggunakan pengobatan tradisional memiliki pengaruh yang positif
terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan rawat jalan di puskesmas. Budaya
menggunakan pengobatan tradisional merupakan warisan turun temurun dan
dianggap lebih manjur, sehingga berpengaruh pada pemanfaatan pelayanan
kesehatan rawat jalan di puskesmas.
2. Faktor enabling dari variabel kepemilikan asuransi kesehatan dan akses ke
pelayanan kesehatan yang berpengaruh positif terhadap pemanfaatan
pelayanan kesehatan rawat jalan di puskesmas. Jaminan Kesehatan Nasional
kategori PBI merupakan jensi asuransi yang paling banyak menggunakan
pelayanan rawat jalan di puskesmas dibandingkan Non PBI dan Jamkesda.
Sulitnya jarak tempuh dan transportasi umum di wilayah kepulauan
mengakibatkan waktu yang ditempuh lebih lama dibandingkan dengan
wilayah perkotaan untuk menggunakan pelayanan kesehatan rawat jalan di
puskesmas.
3. Faktor need dari variabel status kesehatan yang dirasakan sendiri dan indikator
kesehatan dari mortalitas tidak memiliki pengaruh yang positif terhadap
pemanfaatan pelayanan kesehatan rawat jalan di puskesmas. Status kesehatan
yang buruk tidak membuat masyarakat menggunakan pelayanan di puskesmas,
ini terkait dengan budaya pengobatan tradisional, penggunaan dokter praktek,
perawat dan bidan yang mereka percaya melakukan pengobatan diluar jam
kerja puskesmas dan pengobatan mandiri dengan membeli obat di warung atau
apotik. Indikator mortalitas tidak memiliki pengaruh dengan pemanfaatan
rawat jalan di puskesmas, tetapi memberikan indikator mortalitas yang
berbeda ditiap wilayah penelitian.
101
2. Saran
LEMBAR PENJELASAN
KEPADA CALON RESPONDEN
Dengan hormat,
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Rani Kusuma, SKM
NIM : 13/354397/PKU/13906
Institusi : Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Semua penjelasan tersebut telah disampaikan kepada saya dan semua pertanyaan
saya telah dijawab oleh peneliti. Saya mengerti bahwa bila memerlukan
penjelasan, saya dapat menanyakan kepada Rani Kusuma, SKM (Hp.
082394226123 / 082220552598) .
Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju untuk ikut serta dalam
penelitian ini
Tandatangan responden/subjek:
2015
Responden,
…………………………
Lampiran 4. Pengantar kuesioner
Yogyakarta, 2015
Hormat saya
Rani Kusuma
Lampiran 5. Kuesioner penelitian
KUESIONER
PENGARUH FAKTOR PREDISPOSING, ENABLING, NEED TERHADAP
PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN RAWAT JALAN
PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN TOJO UNA UNA
Pewawancara
Tanggal wawancara
Nama desa
IDENTITAS RESPONDEN
1 Nama Responden/No.Id
2 Tanggal lahir/umur
3 Alamat responden
6 Pekerjaan 1. PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD
2. Pegawai swasta
3. Wiraswasta
4. Petani
5. Nelayan
6. Buruh
7. Lainnya
SARANA TRANSPORTASI
1 Apakah di daerah anda terdapat sarana transportasi umum 1. Ada
yang menuju fasilitas kesehatan ? 2. Tidak ada
(lanjut ke no. 5)
Ket : SS = Sangat Setuju, S = Setuju, TS = Tidak Setuju, STS = Sangat Tidak Setuju
BUDAYA
1 Sakit merupakan takdir pemberian Tuhan? 1. Ya
2. Tidak
Puskesmas Kabupaten
INDIKATOR Ampana Ampana Tojo Una
Lebiti Una
KESEHATAN Timur Tete
2013 2014 2013 2014 2013 2014 2013 2014
MORTALITAS
Angka kematian
Neonatal per-1.000
kelahiran hidup
Angka kematian bayi
per-1.000 kelahiran
hidup
Angka kematian balita
per-1.000 kelahiran
hidup
Angka kematian Ibu
melahirkan per-100.000
kelahiran hidup
Angka lahir mati
MORBIDITAS
Angka kesakitan malaria
per-1.000 penduduk
CNR seluruh kasus
BTA +
Angka Acute Flaccid
Paralysis (AFP) pada
anak usia <15 tahun per-
100.000 anak
Angka kesakitan Demam
Berdarah Dengue (DBD)
per-100.000 penduduk
Penderita Diare