Makalah Proses Industri Pembuatan LPG - Kel 7

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 35

PROSES INDUSTRi KIMIA

PROSES PEMBUATAN LPG


PT. SURYA ESA PERKASA (SEP), TBK

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 07

1. M. Taufik Hidayat (062030400136)


2. Delia Natasya (062030401244)
3. Deva Handayani (062030400136)

KELAS : 3 KD
DOSEN PENGAMPU : IR. ERWANA DEWI, M.ENG.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena dengan rahmat, karunia, serta taufik
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Proses Industri Kimia dengan
judul “Proses Pembuatan LPG PT. Surya Esa Perkasa (Sep), Tbk” ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada seluruh
pihak, terutama kepada Ibu Ir. Erwana Dewi, M.Eng selaku dosen mata kuliah Proses Industri
Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya yang telah berkontribusi dalam menyelesaikan tugas ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita sifat koligatif larutan. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat.

Palembang, September 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Pendirian PT. Surya Esa Perkasa (SEP), Tbk..............1
1.2. Sejarah Singkat........................................................................................1
1.3. Profil Perusahaan....................................................................................2
1.4. Lokasi dan Tata Letak Pabrik....................................................................3
1.5. Disribusi dan Pemasaran Produk.................................................................4

BAB II ORIENTASI DI PT. SURYA ESA PERKASA, Tbk ............ 6


2.1. Bahan Baku Pengolahan LPG...........................................6
2.1.1. Gas alam.....................................................................................6
2.1.2. Komposisi Kimia Gas Alam .................................. 6
2.1.3. Manfaat dan Kegunaan Gas Alam.....................................8
2.2. Produk..................................................................................11
2.3. Pengertian LPG .................................................. 11
2.6.Proses dan Deskripsi Dari Pabrik PT. Surya Esa Perkasa, Tbk
2.6.1. Deskripsi Proses Secara Umum
2.6.2. Dehydration Unit (Glycol System)
2.6.3 Refrigeration System
2.6.4. Hot Oil System
3.6.5. Fractionation
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Pendirian PT. Surya Esa Perkasa (SEP), Tbk

Konsumsi gas alam atau gas bumi semakin lama semakin meningkat seiring
dengan semakin luasnya penggunaan gas alam sebagai sumber energi, baik untuk
bahan baku industri terutama untuk industri pupuk maupun untuk kebutuhan energi
rumah tangga. Penggunaan gas alam sebagai energi final di Indonesia adalah ketiga
terbesar setelah BBM dan batubara, lebih tinggi dibanding listrik dan LPG. Didalam
industri gas alam, terdapat beberapa masalah dalam perkembangannya. Beberapa
masalah terkait industri gas alam adalah pasokan untuk kebutuhan dalam negeri yang
terbatas. Akibatnya, kelangsungan perkembangan industri di dalam negeri misalnya
industri pupuk sempat terganggu karena belum adanya jaminan pasokan gas.
Selain itu, sebagian gas alam dijual ke pasar luar negeri karena pembentukan
harga yang tidak sepenuhnya memakai prinsip pasar di dalam negeri. Kondisi ini
membuat ketidakpastian pasokan untuk industri dalam negeri belum stabil. Dengan
semakin besarnya desakan di dalam negeri untuk dapat memanfaakan gas alam
semaksimal mungkin untuk kebutuhan dalam negeri, maka berbagai kebijakan baru
telah dikeluarkan mengenai pemanfaatan gas alam.
Untuk memenuhi kebutuhan LPG pada masyarakat luas, maka mulai didirikan
pabrik pengolahan gas alam pada tanggal 9 Mei 2006, yaitu PT. Surya Esa Perkasa
(SEP), Tbk. Diharapkan dengan didirikanya PT. Surya Esa Perkasa, Tbk maka
kebutuhan bahan baku industri dan energi dalam hal ini gas untuk masyarakat akan
terpenuhi sehingga masyarakat tidak perlu khawatir lagi.
1.3. Disribusi dan Pemasaran Produk
PT. Surya Esa Perkasa, Tbk menghasilkan produk berupa LPG mix, condensate,
dan propane. Target penjualan produk lebih diutamakan pada produk LPG. Adapun
pemasaran atau pendistribusian produk yang tersedia di pabrik ini dengan rincian
sebagai berikut:
1) LPG
Produk LPG ini didistribusikan secara penuh kepada PT. Pertamina Persero.
Pada dasarnya untuk pendistribusian LPG ini tidak sembarang dilakukan karena harus
memenuhi syarat ataupun standar yang diberikan oleh Dirjen Migas. Adapun bagan
pendistibusian produk LPG, adalah sebagai berikut :

SEP PERTAMINA

SPPBE

AGENT LPG

KIOS PENJUALAN LPG

MASYARAKAT

Gambar 1.2. Diagram Alir Pendistribusian LPG

Kontrak kerja ini terjadi pada PT. Surya Esa Perkasa, Tbk dan PT. Pertamina
Persero, sedangkan PT. Pertamina akan menyerahkan proses pengakutan LPG dari PT.
Surya Esa Perkasa, Tbk pada SPPBE (Stasiun Pengakutan Pengisian Bulk Elpiji).
Untuk pendistribusian LPG dibutuhkan Surat Perintah Angkut (SPA), dimana
surat ini dibuat untuk memenuhi syarat pengangkutan LPG dari PT SEP Tbk. Surat ini
dikeluarkan oleh kantor pusat (Head Office) PT. Surya Esa Perkasa, Tbk.
2. Condensate
Produk condensate dari PT. Surya Esa Perkasa, Tbk ini dikembalikan lagi ke
Pertamina. Pendistribusian produk dari PT. Surya Esa Perkasa, Tbk hanya dipasarkan di
dalam negeri, dikarenakan produksi LPG di Indonesia masih mengimpor dari negara
lain. Hal ini mengakibatkan negara kita tidak mungkin untuk dapat mengekspor LPG
tersebut. Rata – rata kapasitas LPG dan kondensat yang didistribusikan perbulan yaitu
sebesar 3.000 ton LPG dan 10.500 barrel untuk produk kondensat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PT. SURYA ESA PERKASA, Tbk

2.1. Bahan Baku Pengolahan LPG


2.1.1. Gas alam
Gas alam atau natural gas sering juga disebut sebagai gas bumi atau gas rawa,
adalah bahan bakar fosil berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana (CH4).
Dimana dapat ditemukan di ladang minyak, ladang gas bumi, dan juga tambang batu
bara. Ketika gas yang kaya dengan metana diproduksi melalui pembusukan oleh bakteri
anaerobik dari bahan-bahan organik selain dari fosil, maka ia disebut biogas. Sumber
biogas dapat ditemukan di rawa-rawa, tempat pembuangan akhir sampah, serta
penampungan kotoran manusia dan hewan.

2.1.2. Komposisi Kimia Gas Alam


Komponen utama dalam gas alam adalah metana (CH4), yang merupakan
molekul hidrokarbon rantai terpendek dan paling ringan. Gas alam juga mengandung
molekul-molekul hidrokarbon yang lebih berat seperti etana (C2H6), propana (C3H8) dan
butana (C4H10), serta gas-gas yang mengandung sulfur (belerang). Gas alam juga
merupakan sumber utama untuk sumber gas helium.
Metana adalah gas rumah kaca yang dapat menciptakan pemanasan global ketika
terlepas ke atmosfer, dan umumnya dianggap sebagai polutan ketimbang sumber energi
yang berguna. Meskipun begitu, metana di atmosfer bereaksi dengan ozon,
memproduksi karbon dioksida dan air, sehingga efek rumah kaca dari metana yang
terlepas ke udara relatif hanya berlangsung sesaat. Sumber metana yang berasal dari
makhluk hidup kebanyakan berasal dari rayap, ternak (mamalia) dan pertanian
(diperkirakan kadar emisinya sekitar 15, 75 dan 100 juta ton per tahun secara berturut-
turut).
Kondisi feed gas pada pengolahan LPG di PT. Surya Esa Perkasa, Tbk terdiri
dari senyawa nitrogen, air, karbondioksida, dan senyawa hidrokarbon berupa metana,
etana, propana, butana, isobutana, pentana, isopentana, dan heksana yang dialirkan ke
terminal pengukuran untuk dianalisa sehingga didapat gambaran tentang
perlakuan dan kondisi operasi yang akan ditentukan oleh proses pengolahan.
Tabel 3.1. Sifat Fisik Hidrokarbon Penyusun Gas Alam
Panas
Berat Titik
Komponen SPGR Pembakar
Molek
Didih (0F) an
ul
(Btu/ft3)
CH4 16,0400 -258,7000 0,3000 911
C2H5 30,0700 -127,5000 0,3600 1631
C3H8 44,0900 -43,7000 0,5100 2353
i-C4H10 58,1200 10,9000 0,5600 3094
n-C4H10 58,1200 31,1000 0,5800 3101
i-C5H12 17,1500 82,1000 0,6200 3698
n-C5H12 17,1500 96,9000 0,6300 3709
C6+ 86,1700 155,7000 0,6600 4404
Sumber : Perry’s Chemical Engineering Hand’s Book, 1996
Dari hasil pengolahan feed gas dengan komposisi di atas, diharapkan dapat
menghasilkan LPG dengan komposisi yang memenuhi persyaratan spesifikasi produk
yaitu etana (C2) 0,8 %, propana (C3) + butana (C4) 97,0 %, dan iso-pentana (iC5+) dan n-
pentana (n-C5) 2,0 %. C1 dan C2 yang merupakan lean gas (gas kering) sisa hasil dari
proses fraksinasi akan dikembalikan ke Pertamina.
Nitrogen, helium, karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), dan air dapat
juga terkandung di dalam gas alam. Merkuri dapat juga terkandung dalam jumlah kecil.
Komposisi gas alam bervariasi sesuai dengan sumber ladang gasnya. Campuran
organosulfur dan hidrogen sulfida adalah kontaminan (pengotor) utama dari gas yang
harus dipisahkan. Gas dengan jumlah pengotor sulfur yang signifikan dinamakan sour
gas dan sering disebut juga sebagai "acid gas (gas asam)".
Gas alam yang telah diproses dan akan dijual bersifat tidak berasa dan tidak
berbau. Akan tetapi, sebelum gas tersebut didistribusikan ke pengguna akhir, biasanya
gas tersebut diberi bau dengan menambahkan thiol, agar dapat terdeteksi bila terjadi
kebocoran gas. Gas alam yang telah diproses itu sendiri sebenarnya tidak berbahaya,
akan tetapi gas alam tanpa proses dapat menyebabkan tercekiknya pernafasan karena
dapat mengurangi kandungan oksigen di udara pada level yang dapat membahayakan.
Komposisi feed gas pada pengolahan LPG di PT. Surya Esa Perkasa, Tbk
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.2. Komposisi Feed gas pada PT. Surya Esa Perkasa, Tbk
Senyawa Persentase
Kimia Komposisi
CO2 5.40%
N2 0.00%
H2S 0.0000%
C1 82.4100%
C2 6.3000%
C3 3.9300%
i-C4 0.6200%
n-C4 0.7500%
i-C5 0.2900%
n-C5 0.2000%
C6 0.0400%
C7 0.0000%
H2O 0.0600%
Sumber : Lembak Gas Operating
Gas alam dapat berbahaya karena sifatnya yang sangat mudah terbakar dan
menimbulkan ledakan. Gas alam lebih ringan dari udara, sehingga cenderung mudah
tersebar di atmosfer. Akan tetapi bila ia berada dalam ruang tertutup, seperti dalam
rumah, konsentrasi gas dapat mencapai titik campuran yang mudah meledak, yang jika
tersulut api, dapat menyebabkan ledakan yang dapat menghancurkan bangunan.
Kandungan metana yang berbahaya di udara adalah antara 5% hingga 15%. Ledakan
untuk gas alam terkompresi di kendaraan, umumnya tidak mengkhawatirkan karena
sifatnya yang lebih ringan, dan konsentrasi yang diluar rentang 5 - 15% yang dapat
menimbulkan ledakan.
2.1.3. Manfaat dan Kegunaan Gas Alam
Hingga saat ini energi minyak bumi masih mendominasi dunia bahan bakar. Hal
ini terlihat pada hampir setiap sektor kehidupan, apakah itu transportasi, rumah tangga
maupun industri, berkaitan erat dengan penggunaan BBM yang sangat besar sebagai
bahan bakar utama. Gas alam termasuk ke dalam sumber daya alam yang tidak dapat
diperbarui. Akan tetapi sebenarnya sumber daya dari pertambangan bukan tidak dapat
diperbarui, tetapi membutuhkan waktu yang sangat lama yang tidak sesuai dengan
jangkauan umur manusia, yaitu bisa mencapai jutaan tahun, sehingga katagorinya
masuk kedalam sumber daya yang tidak dapat diperbarui (non renewable resources).
Gas yang kaya dengan metana diproduksi melalui pembusukan oleh bakteri
anaerobik dari bahan-bahan organik selain dari fosil disebut biogas. Sumber biogas
dapat ditemukan di rawa-rawa, tempat pembuangan akhir sampah, serta penampungan
kotoran manusia dan hewan, ini yang membedakan antara gas bumi dan gas rawa. Gas
alam yang didapat dari dalam sumur di bawah bumi, biasanya bergabung dengan
minyak bumi. Gas ini disebut sebagai associated gas. Ada juga sumur yang khusus
menghasilkan gas, sehingga gas yang dihasilkan disebut gas non associated. Gas alam
yang menjadi feed gas pada pengolahan LPG di PT. Surya Esa Perkasa, Tbk adalah gas
alam non associated yang berasal dari sumur Lembak. Sehingga gas yang dibawa ke
atas permukaan bumi akan langsung dilakukan pemisahan untuk menghilangkan
impurities seperti air, gas-gas lain, pasir dan senyawa lainnya.
Gas bumi atau gas alam bukan saja merupakan gas bakar yang paling penting,
tetapi juga merupakan bahan baku utama untuk berbagai sintesis kimia. Produk dari gas
bumi yang terutama misalnya berbagai hidrokarbon dan LPG. Dengan semakin naiknya
nilai minyak bumi, maka proses pemulihan hasil gas makin ditingkatkan.
Gas alam dewasa ini telah menjadi sumber energi alternatif yang banyak
digunakan oleh masyarakat dunia untuk berbagai keperluan, baik untuk perumahan,
komersial maupun industri. Dari tahun ke tahun penggunaan gas alam selalu meningkat.
Hal ini karena banyaknya keuntungan yang didapat dari penggunaan gas alam
dibanding dengan sumber energi lain.
Energi yang dihasilkan gas alam lebih efisien. Tidak seperti halnya dengan
minyak bumi dan batubara, penggunaannya jauh lebih bersih dan sangat ramah
lingkungan sehingga tidak menimbulkan polusi terhadap lingkungan. Disamping itu,
gas alam juga mempunyai beberapa keunggulan lain, seperti tidak berwarna, tidak
berbau, tidak korosif dan tidak beracun.
Secara garis besar pemanfaatan gas alam dibagi atas tiga kelompok yaitu :
1) Gas Alam Sebagai Bahan Bakar
Antara lain sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Gas atau Uap,
bahan bakar industri ringan, menengah dan berat, bahan bakar kendaraan bermotor
(BBG/NGV), sebagai gas kota untuk kebutuhan rumah tangga, hotel, restoran dan
sebagainya.
Gas alam terkompresi (compressed natural gas, CNG) adalah bahan bakar
alternatif selain bensin atau solar. Di Indonesia, kita mengenal CNG sebagai bahan
bakar gas (BBG). Bahan bakar ini dianggap lebih bersih bila dibandingkan dengan dua
bahan bakar minyak karena emisi gas buangnya yang ramah lingkungan. CNG dibuat
dengan melakukan kompresi metana (CH4) yang diekstrak dari gas alam.
Liquified Petroleum Gas (LPG) adalah campuran dari berbagai unsur
hidrokarbon yang berasal dari gas alam. Dengan menambah tekanan dan menurunkan
suhunya, gas berubah menjadi cair. Komponennya didominasi propana (C3H8) dan
butana (C4H10). Elpiji juga mengandung hidrokarbon ringan lain dalam jumlah kecil,
misalnya etana (C2H6) dan pentana (C5H12). Sifat elpiji terutama adalah sebagai berikut:
a) Cairan dan gasnya sangat mudah terbakar.
b) Gas tidak beracun, tidak berwarna dan biasanya berbau menyengat.
c) Gas dikirimkan sebagai cairan yang bertekanan di dalam tanki atau silinder.
d) Cairan dapat menguap jika dilepas dan menyebar dengan cepat.
e) Gas ini lebih berat dibanding udara sehingga akan banyak menempati daerah
yang rendah.
Penggunaan LPG di Indonesia terutama adalah sebagai bahan bakar alat dapur
terutama kompor gas. Selain sebagai bahan bakar alat dapur, LPG juga cukup banyak
digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor, walaupun mesin kendaraannya
harus dimodifikasi terlebih dahulu.
Salah satu resiko penggunaan LPG adalah terjadinya kebocoran pada tabung
atau instalasi gas sehingga bila terkena api dapat menyebabkan kebakaran. Pada
awalnya, LPG tidak berbau, tapi bila demikian akan sulit dideteksi apabila terjadi
kebocoran pada tabung gas. Karena itu dilakukan menambahkan gas mercaptan, yang
baunya khas dan menusuk hidung. Langkah itu sangat berguna untuk mendeteksi bila
terjadi kebocoran pada tabung gas.
2) Gas Alam Sebagai Bahan Baku
Antara lain bahan baku pabrik pupuk, petrokimia, metanol, bahan baku plastik
LDPE (Low Density Polyethylene), LLDPE (Linear Low Density Polyethylene), HDPE
(High Density Polyethylen), PE (Poly Ethylene), PVC (Poly Vinyl Chloride), C3 dan C4-
nya untuk LPG, CO2-nya untuk soft drink, dry ice pengawet makanan, hujan buatan,
industri besi tuang, pengelasan dan bahan pemadam api ringan.

2.2. Produk
Gas alam yang dialirkan dari sumur gas dari Pertamina akan diolah dan
dipisahkan dari unsur-unsur kimia pengotor atau impurities. Dengan adanya bahan-
bahan pengotor maka akan mengakibatkan berkurangnya kualitas dari produk dan
mengganggu pengoperasian pada proses pengolahan gas alam. Adapun produk–produk
yang dihasilkan oleh PT. Surya Esa Perkasa, Tbk adalah sebagai berikut :
1) Propana
2) LPG
3) Kondensat
Dari ketiga produk di atas yang dihasilkan, produk utama dari PT. Surya Esa
Perkasa, Tbk adalah LPG, sedangkan produk yang lain adalah produk sampingan.

2.3. Pengertian LPG


LPG (Liquified Petroleum Gas secara harfiah adalah gas minyak bumi yang
dicairkan), adalah campuran dari berbagai unsur hidrokarbon yang berasal dari gas
alam. Dengan menambah tekanan dan menurunkan suhunya, gas berubah menjadi cair.
Komponennya didominasi propana (C3H8) dan butana (C4H10). LPG juga mengandung
hidrokarbon ringan lain dalam jumlah kecil, misalnya etana (C2H6) dan juga
mengandung komponen berat seperti pentana (C5H12) dan lain–lain. Dalam kondisi
atmosfer, LPG akan berbentuk gas, volume LPG dalam bentuk cair lebih kecil
dibandingkan dalam bentuk gas untuk berat yang sama. Karena itu LPG dipasarkan
dalam bentuk cair dalam tabung–tabung logam bertekanan tidak diisi secara penuh,
hanya sekitar 80-85% dari kapasitasnya.
Menurut spesifikasinya, LPG dibagi menjadi tiga jenis yaitu LPG campuran,
LPG propana dan LPG butana. Spesifikasi masing–masing LPG tercantum dalam
keputusan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi Nomor 25K/ 36/ DDJM/ 1990. LPG
yang dipasarkan untuk masyarakat adalah LPG campuran.

2.4. Sifat – Sifat Produk, Tri Ethylene Glycol (TEG) dan Methanol
2.4.1. Sifat – Sifat LPG
a. Mudah terbakar (dalam keadaan cair maupun gas).
b. Menghasilkan pembakaran yang sempurna.
c. Bebas kandungan air.
d. Tidak beracun dan tidak berwarna.
e. Tidak berbau (karena demi keselamatan dalam penggunaannya, LPG ditambah
sedikit merkaptan yang baunya sangat menyengat untuk mendeteksi terjadinya
kebocoran).
f. Gas dikirimkan sebagai gas bertekanan didalam tanki atau silinder.
g. Cairan dapat menguap dengan cepat ketika dilepas ke udara.
h. Lebih berat dari udara sehingga lebih cenderung menempati daerah yang rendah.

2.4.2. Sifat – Sifat Propana


a. Mudah terbakar.
b. Berfase gas.
c. Memiliki RVP (Reid Vapour Pressure) lebih tinggi dibandingkan dengan LPG.
d. RVP maksimum 210 psig.
e. Bebas kandungan air.

2.4.3. Sifat – Sifat Kondensat


a. Berwarna bening atau tidak berwarna.
b. Mudah menguap dan memiliki RVP 10–12 psi.
c. Memiliki spesific grafity (SG) 0.6750–0.6800.
d. Bebas kandungan air.
2.4.4. Sifat – Sifat Tri Ethylene Glycol (TEG)
a. Tidak berwarna.
b. Tidak berbau.
c. Viskositasnya tinggi.
d. Titik didihya tinggi.
e. Cairan ini larut dengan air, dan pada tekanan 100 kPa.
f. Memiliki titik didih 285 derajat Celcius dan titik leleh -7o C.
g. Larut juga dalam etanol, aseton, asam asetat, gliserin, piridin, aldehid. Sedikit
larut dalam dietil eter, dan larut dalam minyak, lemak dan hidrokarbon.
h. Volatilitasya rendah.

2.5. Peyimpanan dan Transportasi Gas Alam


Metode penyimpanan gas alam dilakukan dengan "Natural Gas Underground
Storage", yakni suatu ruangan raksasa di bawah tanah yang lazim disebut sebagai "salt
dome" yakni kubah-kubah di bawah tanah yang terbentuk dari reservoir sumber-sumber
gas alam yang telah depleted.
Hal ini sangat tepat untuk negeri 4 musim, dimana pada musim panas saat
pemakaian gas untuk pemanas jauh berkurang (low demand), gas alam diinjeksikan
melalui kompresor-kompresor gas kedalam kubah di dalam tanah tersebut. Pada musim
dingin, dimana terjadi kebutuhan yang sangat signifikan, gas alam yang disimpan di
dalam kubah bawah tanah dikeluarkan untuk disalurkan kepada konsumen yang
membutuhkan. Bagi perusahaan penyedia gas alam, cara ini sangat membantu untuk
menjaga stabilitas operasional pasokan gas alam melalui jaringan pipa gas alam. Pada
dasarnya sistem transportasi gas alam meliputi :
1) Transportasi melalui pipa salur.
2) Transportasi dalam bentuk Liquefied Natural Gas (LNG) dengan kapal
tanker LNG untuk pengangkutan jarak jauh.
3) Transportasi dalam bentuk Compressed Natural Gas (CNG), baik di daratan
dengan road tanker maupun dengan kapal tanker CNG di laut, untuk jarak dekat
dan menengah (antar pulau).
2.6. Proses dan Deskripsi Dari Pabrik PT. Surya Esa Perkasa, Tbk
Secara garis besar LPG plant terdiri dari process system sebagai berikut:
1) Feed Gas Inlet & Compression System
2) Chilling atau Cold Box and separation System
3) Fractionation
4) Dehydration (Glycol System)
5) Refrigeration System
6) Hot Oil System
7) Storage & Loading
8) Utility

2.6.1. Deskripsi Proses Secara Umum


Feed gas 60 MMSCFD yang dialirkan melalui pipa transmisi pertamina
bertekanan 450 Psig dan temperature 78 °F dalam kondisi saturated water (gas basah
atau jenuh oleh kandungan air) terlebih dahulu melalui flow control valve sebelum
masuk ke scrubber (V-004) dimana flow control valve ini difungsikan untuk mengontrol
laju feed gas ke LPG plant. Namun sebelum masuk ke scrubber (V-004) ada valve yang
berfungsi sebagai safety, dimana valve tersebut akan langsung mengalirkan feed gas ke
lean gas ketika tekanan feed gas yang mengalir itu melibihi dari set point atau terjadi
masalah dari unit prosesnya. Sedangkan gas yang masuk ke scrubber ini kemudian
dipisahkan antara gas dan liquid-liquid yang terkandung didalamnya.
Dimana liquid-liquid tersebut diantaranya mengandung air, lumpur, hidrokarbon
dan kondensat. Didalam scrubber tekanan gas turun menjadi 432 Psig dan temperature
70 °F. Sedangkan gas keluaran dari scrubber ini bertekanan 395 Psig dan temperature
27 °F. Selanjutnya gas umpan dari suction scrubber ini masuk ke feed gascompressor
(CD-101 A/B).
Di dalam compressor ini gas kemudian di tekan sampai 760 Psig dan
temperature menjadi 113 °F. Tekanan gas di naikkan agar produk kondensasi semakin
banyak. Kemudian gas didinginkan di after cooler (E-101 A/B) hingga temperaturnya
108 ˚F, dan dilewatkan kedalam filter separator atau coalising filter (V-200) untuk
menghilangkan kotoran padatan seperti partikel debu, oli yang terikut dari kompresor
dan cairan yang masih terikut didalam gas umpan. Gas bersih suction dari filter
separator atau coalising filter kemudian dialirkan ke cold box.
Di dalam cold box gas didinginkan hingga temperature mencapai 80 °F dan
menuju scrubber contactor (V-120) yang difungsikan untuk menangkap kandungan air
yang sebagian terkonden selama di cold box. Kandungan air tersebut mengalir kebawah
menuju sump tank sedangkan gas yang diharapkan tidak mengandung air naik keatas
menuju contactor (V-100). Di dalam contactor ini terjadi proses absorbsi, dimana gas
yang berasal dari scrubber contactor,yang di takutkan masih mengandung sedikit air,
kemudian di serap kandungan airnya dengan cara di kontakkan dengan lean TEG dari
dehydration unit (DHU).
Tekanan glycol contactor adalah 710 Psig dan temperature 88 °F. Gas kering
(dry gas) hasil dari proses dehidrasi ini kemudian melewati E-105 sebelum masuk ke
dalam cold box. Di dalam E-105 terjadi pertukaran panas antara lean glycol dan gas
kering, dimana temperatur lean glycol sebelum memasuki E-105 yaitu sebesar 109 °F
dan turun menjadi 98 °F, sedangkan temperatur gas kering naik dari 83 °F menjadi 86
°F. Gas tersebut kemudian menuju cold box lagi untuk didinginkan kembali atau
diturunkan suhunya hingga -38 °F.
Rich gas (gas yang mengandung banyak air) tersebut kemudian masuk ke Low
Temperature Separator (LTS) (V-250) namun sebelumnya masuk ke Joule-Thompson
Valve yang berfungsi untuk menurunkan tekanan sampai dengan 600 Psig dan
temperature menjadi -45 °F. Feed gas tersebut kemudian masuk menuju Low
Temperature Separator. Di dalam Low Temperature Separator tersebut komponen C1
dan C2+ dari feed gas kemudian dipisahkan.
Komponen C1 dan C2+ menuju ke cold box lagi untuk di manfaatkan sebagai
pendingin sebelum pada akhirnya menuju sales gas. Sedangkan cairan yang tersisa itu
dinamakan NGL (Natural Gas Liquid) keluar dari overhead LTS dialirkan menuju
kolom De-Ethanizer (V-500) yang sebelumnya melewati cold box untuk menaikkan
temperaturnya hingga 34 oF.
Kolom De-Ethanizer berfungsi untuk memisahkan komponen C2 dari C3+ yang
banyak mengandung propana, butana dan kondensat dengan cara destilasi atau
berdasarkan perbedaan titik didih. Kolom De-Ethanizer dibagi menjadi 3 bagian atau
section, yang paling atas disebut rectification section, yang bagian bawah disebut
stripping section, sedangkan dasar kolom disebut heating dan product withdrawal
section. Tekanan operasi dari kolom De-Ethanizer yaitu sebesar 480 psig dan
temperatur 250 oF.
Didalam De-Ethanizer terdapat dua fase, dimana 70 % berbentuk cairan dan
sisanya berupa uap. Cairan tersebut kemudian di panaskan dengan menggunakan
pemanasan dari reboiler (E-510) yang menggunakan hot oil yang mengalir di tube
reboilernya sedangkan feed berada di shell reboiler. Setelah melewati serangkaian tray,
dengan temperature mencapai 241 °F untuk memisahkan komponen C 2 yang masih
terikut didalam De-Ethanizer. Di bagian atas De-Ethanizer terdapat trim cooler untuk
mencegah agar C3 tidak ikut menguap. Komponen gas C2 yang tidak terkondensasi dari
kolom De-Ethanizer kemudian dialirkan kembali ke cold box dimana temperatur yang
awalnya -21 °F naik menjadi 90 °F, selanjutnya komponen ini dialirkan ke recycle
compressor atau booster(C-102) untuk dinaikkan tekanannya menjadi 540 Psig dan
temperature 65 °F sebelum dikirim kembali ke PT. Pertamina gas transmission sebagai
lean gas.
Sedangkan C3 yang sudah bebas dari fraksi-fraksi ringannya kemudian keluar
dari bottom kolom menuju kolom De-propanizer (V-525). Kolom De-Propanizer ini
berfungsi untuk memisahkan komponen C3 (propane) dari C4+ yang kaya kandungan
butana dan kondensat dengan cara distilasi berdasarkan perbedaan titik didihnya.
Tekanan dan temperatur operasi pada kolom De-Propanizer sebesar 270 Psig dan 240
°F. Umpan yang kaya kandungan C3+ masuk di bagian atas sebagai campuran dua fase.
Umpan yang berbentuk cairan akan mengalir kebawah kolom melewati
serangkaian tray menuju dasar kolom dimana sebagian dari cairan ini masuk kedalam
reboiler untuk diuapkan dengan menggunakan hot oil yang mengalir di tube reboilernya,
dengan temperatur reboiler 240 °F. Uap panas ini kemudian dimasukkan kembali ke
dalam kolom De-propanizer dan menuju keatas melalui serangkaian tray lagi untuk
memanasi cairan yang turun kebawah melalui tray yang sama. Uap propane kemudian
dikondensasi melalui kondensor E-535, dan selanjutnya ditampung dalam reflux drum
(V-540) dengan tekanan 268 Psig dan temperature 128 °F.
Kemudian sebagian propane dipompakan kembali dengan menggunakan pompa
P-545 ke dalam puncak kolom sebagai cairan reflux. Setelah pompa terdapat Level
Control Valve (LCV) yang berfungsi untuk mengatur aliran, jika feed mencapai 65 gpm
maka feed tersebut dialirkan kembali ke dalam De-propanizer sedangkan sisanya
menuju ke kondensor E-550. Sementara itu sebagian lagi dialirkan untuk kemudian di
blending dengan butana menjadi LPG mix, dengan komposisi sekitar 60% mol C 3 dan
38% mol C4.
Sementara itu C4 yang sudah terbebas dari fraksi-fraksi ringannya kemudian di
alirkan kedalam kolom De-Butanizer dengan tekanan 300 Psig sebagai campuran 2 fase.
Umpan yang berbentuk cairan selanjutnya turun kebagian bawah melalui sejumlah tray,
kemudian cairan ini dipanaskan didalam reboiler untuk diuapkan dengan menggunakan
hot oil, dengan temperatur reboiler 305 °F. Uap yang kaya kandungan butana hasil
pemanasan dari reboiler ini selanjutnya dimasukkan kembali kedalam kolom De-
Butanizer dan mengalir keatas melalui sejumlah tray, selanjutnya menuju butanizer
condenser E-570. Butana yang terkondensasi, kemudian ditampung dalam reflux drum
(V-575).
Sebagian butana dipompakan ke puncak kolom sebagai cairan reflux dan
sebagiannya lagi dialirkan ke cooler (E-590) sebelum di blending dengan propana
menjadi LPG mix, dengan komposisi sekitar 60% mol C 3 dan 38% mol C4, selanjutnya
dialirkan ke dalam tanki LPG (V-008) pada temperatur 100 °F dengan tekanan operasi
tanki 130 Psig. Kondensat yang telah stabil, yang banyak mengandung komponen C5
dan C6, selanjutnya mengalir dan keluar melalui level control menuju condensate cooler
(E-580) untuk didinginkan mencapai suhu 120 oF sebelum dialirkan kedalam tanki
condensate (V-009) pada kondisi atmosferik.
2.6.2. Dehydration Unit (Glycol System)
Feed gas dari proses penyaringan dengan menggunakan scrubber, coalising
filter dan srubber contactor atau filer sparator, masih mengandung air dan harus
dikeringkan terlebih dahulu sebelum masuk kedalam proses LPG plant karena air tidak
diharapkan untuk masuk ke LPG plant karena bisa menyebabkan iching pada saat
proses pemisahannya oleh karena itu air harus benar-benar dihilang dari feed gas.
Pengeringan dilakukan didalam glycol system dimana gas yang jenuh atau masih
mengandung air (saturated water) setelah keluar dari filter separator, mula-mula
didinginkan terlebih dahulu didalam cold box, kemudian di masukkan kedalam kolom
glycol contactor V-100 untuk mengabsorbsi atau menyerap kandungan air nya dengan
mengontakkan feed gas dengan lean TEG (Three Ethilen Glicol).
Lean TEG yang dikontakkan dengan feed gas akan menyerap air yang masih
terkandung pada feed gas karena air larut dalam TEG sehingga feed gas keluaran
contactor diharapkan sudah tidak mengandung air atau mengandung air dengan jumlah
yang sangat sedikit agar tidak mempengaruhi proses pemisahan ges pada column
fraksinasi. Gas kering hasil dari process dehydrasi ini kemudian dilewatkan kembali
kedalam cold box untuk didinginkan lebih lanjut dengan menggunakan propane
refrigerant atau chilling. Tekanan serta temperatur di dalam glycol contactor yaitu
sebesar 710 Psig dan 78 oF. Selain itu temperatur dari masing-masing komponen yang
akan dikontakkan di dalam glycol contactor (lean glycol dan lean gas) dapat dilihat
berdasarkan temperatur kedua komponen sebelum dan setelah melewati E-105.
Temperatur lean glycol sebelum memasuki E-105 yaitu sebesar 141 oF dan turun
menjadi 98 oF setelah melewati E-105 (sebelum masuk kedalam glycol contactor).
Demikian halnya dengan lean gas yang telah dikontakkan dengan lean glycol didalam
V-100, sebelum melewati E-105 temperatur lean gas tersebut sebesar 83oF dan naik
menjadi 86oF setelah melewati E-105.
Besarnya kandungan air yang diserap oleh TEG di dalam kolom glycol
contactor berkisar antara 2,6 – 2,8 %wt dari TEG yang keluar dari kolom glycol
contactor.
Setelah melakukan proses pengeringan (drying process), cairan glycol (TEG)
akan menjadi jenuh karena terjadi penyerapan air kedalam cairan glycol. Glycol ini
harus di-regenerasi dengan cara mengalirkan dan memanaskannya kedalam
regeneration reboiler (H-150) pada temperatur 400 oF untuk menguapkan kandungan
air yang ada pada Glikol. TEG yang keluaran contactor (V-100) yang sudah jenuh
dengan air (TEG jenuh atau rich TEG) melewati LCV-100 dimana level dari V-100 di
setting 30%. Jika level dari V-100 lebih dari setting maka LCV-100 akan terbuka
otomatis mengalirkan rich TEG ke dalam still column.

2.6.3 Refrigeration System


Refrigration system merupakan unit system pendingin pada plant LPG yang
menggunakan propane sebagai pendingin. Refrigeration package menggunakan
propane sebagai refrigerant (98% mol C3), yang terdiri dari 2 x 50% train screw
compressor dengan tenaga penggerak Gas Engine.
Secara keseluruhan refrigerant package terdiri dari gas chiller, compressor, oil
separator, propane condensor, oil pump, oil cooler, dan liquid receiver. System ini
merupakan closed loop system yang dilengkapi dengan propane make-up connection
untuk menggantikan atau menambah propane refrigerant yang hilang (lost) selama
pemakaian. Refrigerant system dilengkapi dengan control panel tersendiri berbasis PLC
yang terpasang secara terpisah dan di design khusus untuk menjalankan unit tersebut.
Namun demikian disediakan output “common alarm” yang terkoneksi ke plant main
control room.
Propane yang sudah dikondensasi di tampung pada tangki accumulator (V-
400). Sebelum masuk ke economizer (V-330), propane dialirkan ke filter F-420 untuk
menyaring kotoran/ impuritis dan juga oli yang masih terikut pada propane.
Economizer digunakan untuk mengekonomiskan nilai propane dimana disana propane
dipisahkan antara propane liquid dan propane vapor.Tekanan dan temperatur operasi
economizer sebesar 50 Psig dan 30 oF.
Propane vapor pada bagian atas economizer langsung dialirkan ke compressor
C-310 A/B sebagai secound suction sedangkan aliran bottom economizer yaitu propane
liquid dibagi menjadi 2 aliran. Aliran pertama, propane liquid dialirkan ke trim cooler
E-505 yang digunakan untuk pendinginan pada trim cooler di de-ethanizer untuk
mengkondensasi C3 yang ikut teruapkan pada column fraksinasi de-ethanizer. Setelah
propane liquid digunakan untuk kondensasi, propane berubah fase menjadi vapor.
Vapor propane kemudian dialirkan ke tangki expansi V-230. Sedangkan aliran liquid
propane yang ke dua langsung dialirkan ke tangki expansi V-230. Tekanan dan
temperatur operasi expantion vessel sebesar 6 Psig dan -28oF.
Vapor propane yang sudah dipisahkan liquid propanenya pada srubber
kemudial masuk ke compressor C-310 A/B dan bergabung dengan propane vapor dari
secound suction. Pada compressor mycomp tekanan propane ditingkatkan dari 6 Psig
menjadi 185 Psig. Tekanan dinaikan supaya semakin banyak propane yang terliquid kan
nantinya. Propane yang telah dinaikkan tekanannya kemudian dialirkan menuju lube oil
separator (V-320 A/B) dan compressor lube oil separator 2nd stage (V-321 A/B) untuk
menangkap oil CPI yang tercampur ke dalam propane saat mlewati C-310 A/B.
Selanjutnya propane dialirkan melalui kondensor (E-410 A/B/C) untuk dikondensasi
dan menurunkan temperaturnya dari 168 oF menjadi 104 oF, kemudian ditampung di
dalam accumulator (V-400).

2.6.4. Hot Oil System


Sistem hot oil menggunakan lube oil mobiletherm 603 sebagai oil untuk
pemanasan pada reboiler fraksinasi. Hot oil system merupakan closed system, yang
terdiri dari peralatan sebagai berikut;
1) Hot Oil Heater
2) Hot Oil Expansion Tank
3) Hot Oil Recirculation Pumps
Hot Oil Heater merupakan dual furnace atau tungku tipe konveksi (pemanas tak
langsung) yang berfungsi untuk memanaskan hot oil dengan bahan bakar lean gas pada
saat operasi normal atau memakai bahan bakar feed gas pada saat star-up plant pada
burner (B-610).
Expansion tank didesign memiliki ruang yang cukup untuk meyimpan sementara
hot oil dan juga memberikan ruang untuk expansi hot oil akibat pemanasan. Untuk
mengganti sebagian hot oil yang hilang selama pemakaian maka disediakan connection
untuk hot oil make-up yang dilengkapi dengan pompa feeding dan stroge tank.
Hot Oil yang telah dipanaskan di dalam heater (H-600) kemudian dipompakan
dengan pompa P-630 A atau B ke dalam De-Ethanizer Reboiler (E-510), De-Butanizer
Reboiler (E-565) dan De-Propanizer Reboiler (E-530). Aliran hot oil ke reboiler dibagi
menjadi 2 aliran yaitu aliran pertama langsung ke De-Ethanizer reboiler (E-510) dan
aliran yang ke dua menuju ke De-Butanizer reboiler (E-565) dan De-Propanizer
reboiler (E-530).
Tetapi aliran ke De-Ethanizer reboiler (E-510) ditutup terlebih dahulu dengan
valve karena De-Ethanizer reboiler (E-510) terlebih dahulu menggunakan panas hot oil
keluaran dari De-Butanizer reboiler (E-565) dan De-Propanizer reboiler (E-530).
Setelah digunakan sebagai pemanas di dalam E-565 dan E-530, hot oil kemudian
dialirkan kedalam De-Ethanizer reboiler (E-510) sebelum dipanaskan kembali di dalam
heater. Jika panas hot oil keluaran De-Butanizer reboiler (E-565) dan De-Propanizer
reboiler (E-530) sudah mencukupi untuk memanaskan Ethanizer reboiler (E-510),
valve yang ke Ethanizer reboiler tidak dibuka tetapi jika panasnya belum mencukupi
maka valve dibuka untuk memenuhi kebutuhan panas di Ethanizer reboiler. Kondisi
operasi untuk reboiler yaitu untuk temperatur Ethanizer reboiler (E-510)241 oF, De-
Butanizer reboiler (E-565) 240 oF dan De-Propanizer reboiler (E-530) 305 oF.

Fractionation
Fractionation system terdiri dari 3 buah kolom, yang merupakan unit-unit utama
dari LPG plant yang berfungsi menghasilkan product dengan cara distilasi berdasarkan
perbedaan titik didih dari masing-masing komponen gas umpan, yaitu:
1. De-Ethanizer
2. De-Propanizer
3. De-Butanizer

Berikut uraiannya :
1. De-Ethanizer kolom
Column De-Ethanizer memisahkan komponen ringan (C1 dan C2) dari C3+ yang
kaya kandungan propane, LPG dan condensate dengan cara distilasi berdasarkan
perbedaan titik didihnya. Column De-Ethizer di bagi menjadi 3 bagian atau section,
yang paling atas disebut rectification section, yang bagian bawah disebut stripping
section, sedangkan dasar kolom disebut heating dan product withdrawal section.
Umpan yang kaya kandungan C3+ masuk di bagian atas stripping section sebagai
campuran 2 phase (kira-kira 70% mol berbentuk cairan, sisanya berupa uap).
Umpan yang berbentuk cairan akan mengalir kebawah kolom melewati
serangkaian tray menuju dasar kolom dimana sebagian dari cairan ini masuk kedalam
reboiler untuk diuapkan dengan menggunakan hot oil yang mengalir di shell-side
reboilernya. Uap panas ini kemudian di masukkan kembali ke dalam kolom dan
mengalir keatas melalui serangkaian tray untuk memanasi cairan yang turun kebawah
melalui tray yang sama.C3+ yang sudah bebas dari fraksi ringan selanjutnya mengalir
melewati weir ke dalam product withdrawal section, dan keluar dari kolom diatur oleh
control valve menuju De-Propanizer column.
Sementara itu umpan yang berbentuk uap yang kaya akan komponen C 1 dan C2
pada saat masuk ke column akan tercampur dengan uap panas yang berasal dari
Reboiler, dan mengalir keatas kolommelalui rectification section, selanjutnya dipuncak
kolom didinginkan dengan trim cooler, component berat yang terdapat didalam uap
akan di kondensasi atau diembunkan dan akan jatuh kebawah kolom sebagai cairan
reflux, yang selanjutnya akan terpanasi oleh uap yang mengalir keatas di dalam
rectification section. C1& C2 yang tidak mengembun di top kolom selanjutnya di alirkan
ke recycle compressor untuk dinaikkan tekanannya sebelum dikirim kembali ke
Pertamina gas transmission.

2. De-Propanizer kolom
Column De-Proannizer memisahkan komponen C3 (propane) dari C4+ yang
kaya kandungan LPG dan condensate dengan cara distilasi berdasarkan perbedaan titik
didihnya. Column De-Propanizer di bagi menjadi 3 bagian atau section, yang paling
atas disebut rectification section, yang bagian bawah disebut stripping section,
sedangkan dasar kolom disebut heating dan product withdrawal section. Umpan yang
kaya kandungan C3+ masuk di bagian atas stripping section sebagai campuran dua
phase.
Umpan yang berbentuk cairan akan mengalir kebawah kolom melewati
Serangkaian tray menuju dasar kolom dimana sebagian dari cairan ini masuk kedalam
reboiler untuk diuapkan dengan menggunakan hot oil yang mengalir di shell-side
reboilernya. Uap panas ini kemudian di masukkan kembali ke dalam kolom dan
mengalir keatas melalui serangkaian tray untuk memanasi cairan yang turun kebawah
melalui tray yang sama.C4+ yang sudah bebas dari fraksi ringan (C3) selanjutnya
mengalir melewati weir ke dalam product withdrawal section, dan keluar dari kolom
diatur oleh control valve menuju De-Butanizer Column.
Sementara itu umpan yang berbentuk uap yang kaya akan komponen C 3 dan
pada saat masuk ke column akan tercampur dengan uap panas yang berasal dari
reboiler, dan mengalir keatas kolom melalui rectification section, selanjutnya menuju
propane condenser . Component berat yang terdapat didalam uap akan di kondensasi
atau diembunkan didalam condenser, dan selanjutnya dipisahkan didalam reflux drum
sebelum di pompa kembali ke dalam puncak column sebagai cairan reflux. Cairan reflux
ini selanjutnya akan mengalir kebawah dan akan terpanasi oleh uap yang mengalir
keatas di dalam rectification section. Sementara itu sebagian dari cairan ini dialirkan
kedalam tangki penyimpan sebagai product propane.

3. LPG Column atau De-Butanizer


LPG Column atau De-Butanizer akan memisahkan komponen C3 dan C4 dalam
jumlah tertentu dari condensate umpan yang yang didapat dari bottom product De-
propanizer column. LPG dalam bentuk uap selanjutnya di distilasi didalam kolom untuk
mengambil cairan C5+ yang mana juga teruapkan dalam jumlah kecil. LPG column
terdiri dari 3 bagian, bagian atas disebut rectification section, bagian bawah disebut
stripping section, dan bagian dasar column disebut heating dan product withdrawal
section.
Umpan dari De-pronanizer column yang kaya kandungan C3 dan C4 masuk
kedalam LPG De-Butanizercolumn sebagai campuran 2 phase melalui bagian atas
stripping section. Umpan yang berbentuk cairan selanjutnya turun kebagian bawah
melalui sejumlah tray ke heating section dimana selanjutnya cairan ini dipanaskan
didalam reboiler untuk diuapkan dengan menggunakanh hot oil. Uap yang kaya akan
kandungan LPG hasil pemanasan dari reboiler selanjutnya dimasukkan kembali
kedalam column dan mengalir keatas melalui sejumlah tray, yang akan memanasi
cairan yang turun lewat tray-tray tersebut. condensate yang telah stabil, yang banyak
mengandung komponen C5 dan C6.
Selanjutnya mengalir melewati weir kedalam product withdrawal section, dan
keluar lewat level control menuju condensate cooler untuk didinginkan sebelum di
alirkan kedalam tangki-tangki condensate. Sementara itu umpan yang berbentuk uap
yang kaya akan komponen C3 dan C4 pada saat masuk ke LPG column akan tercampur
dengan uap panas yang berasal dari reboiler, dan mengalir keatas kolom melalui
rectification section, selanjutnya menuju LPG condenser atau fin-fan cooler. LPG yang
terkondensasi, yang mengandung komponen sekitar 60% mol C3 dan 38% mol C4
dipisahkan dari komoponen ringan yang tidak terkondensasi didalam LPG reflux drum
dan dipompa ke LPG storage tank, sementara fraksi ringan yang tersisa di buang ke
flare system. LPG dalam jumlah tertentu akan dipisahkan dalam LPG reflux drum untuk
dipompakan kembali sebagai reflux kedalam kolom. Cairan refluk ini selanjutnya
mengalir turun kebawah sambil dipanasi oleh uap yang mengalir keatas didalam
rectification section didalam kolom melalui serangkaian tray column.

Storage and Loading System


LPG tank Lembak, simpang Y dilengkapi dengan 4 buah LPG tank berbentuk
vessel horizontal dengan kapasitas per tank 150 tons. Tank ini dilengkapi dengan water
cooling system yang berfungsi untuk memdinginkan tank apabila suhu cairan didalam
tanki melebihi titik aman temperature penyimpanan. System loading LPG produk
dilakukan dengan loading truck menggunakan weighing bridge station.
LPG dialirkan dari tangki penyimpan dengan LPG pump yang masing-masing
berkapasitas 88 Gpm. Plant ini juga dilengkapi dengan 1 buah LPG offspec tank
berkapasitas 150 ton yang berfungsi untuk menampung hasil LPG yang tidak memenuhi
specifikasi sebelum di re-cycle kembali ke process plant dengan menggunakan LPG off
spec pump yang berkapasitas Gpm. Terdapat 1 buah propane tank untuk menampung
produk propane dengan kapasitas 50 tons.
Terdapat 1 buah condensate tank untuk menampung produk condensate dengan
kapasitas 125 tons. Loading propane dan condensate produk dilakukan dengan
dispenser menggunakan filling station. Condensate dialirkan dari tanki penyimpan
dengan 2 buah propane pump yang masing-masing berkapasitas 22 Gpm, dan 2 buah
condensate pump yang masing-masing berkapasitas 22 Gpm.

Control and ESD System


Untuk mengendalikan plant dan mengatasi keadaan bahaya, LPG plant Lembak,
simpang Y dilengkapi dengan Control dan ESD system yang berfungsi untuk
mengontrol parameter proses dan sebagai emergency shutdown system. Menurut
penempatannya (topography) system kontrol ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu system
control yang diletakkan didalam control room dan local control panel untuk unit-unit
tertentu.

Semua parameter proses dikendalikan dari control room, yang didalamnya terdapat
panel-panel sebagai berikut :
1) Main control panel & ESD system (PLC system)
2) Gas chromatograph panel (Status)
3) MCC panel
4) Propane refrigerant panel
5) Hot oil panel
PLC yang berada di control room menangkap sinyal atau info yang dikirim dari
local panel atau site, yaitu dari transmitter, control valve, SOV (BDV/SDV/DV), dan
dew point. Terdapat 3 system di site yang tidak terhubung dengan DCS system, yaitu
loading system, gas chromatography system dan metering lean gas system.
Pengontrolan loading system dilakukan langsung di lapangan, sedangkan status
dari metering lean gas di display di control room melalui flow computer yang
dilengkapi dengan printer sendiri. Data dari local panel cas chromatography juga di
display di PC3 yang berada di control room. PC3 juga dilengkapi dengan printer.
System yang berada di lapangan selain instrument yang juga terhubung PLC adalah
refrigeration system dan hot oil packages.
Man Machine Interface (MMI) dari PLC system dilakukan di dua buah
computer (PC1 dan PC2), serta terhubung ke dua buah printer. PC1 berfungsi sebagai
programming dan station, artinya semua penambahan ataupun pemprograman PLC
system hanya bisa dilakukan melalui PC1. PC2 berfungsi sebagai station dan dapat
digunakan untuk merubah set-point dari instrument. Di control room juga terdapat
MCC, yang berfungsi sebagai control terhadap semua equipment motor. Khusus untuk
motor-motor yang bekerja di main proses, MCC mengirim sinyal Run atau Stop Permit
Status ke DCS system.

Fire Safety System


Untuk mengatasi keadaan darurat bahaya kebakaran, plant dilengkapi dengan
fire water system yang didesain untuk melindungi plant jika terjadi kebakaran besar di
tanki LPG dan di semua area plant. Fire water system terdiri dari:

1) Fire water pump station


2) Fire water pond
3) Fire water main ring dan accessories
Fire water pump station terdapat 1 buah diesel engine fire water pump
berkapasitas 1250 gpm dengan tekanan discharge 150 psig maximum. Pompa ini
dilengkapi dengan diesel tank yang memiliki kapasitas bahan bakar solar mampu
mensuplai engine secara terus menerus selama 4 jam. Pompa ini running secara
otomatis (starter active) jika tekanan di main ring berkurang pada tekanan tertentu.

2.6.10. Utility
Terdapat 4 macam utility system untuk menjalankan plant, yaitu:
1) Air Instrument System
2) Genset
3) UPS
4) Water Treatment Package

Berikut penjelasannya keempat sistem utilitas yang ada di plant :


1. Instrument Air System
Instrument air system berguna untuk menyuplai seluruh keperluan udara untuk
alat-alat instrumen. Dalam sistem ini terdapat dua buah air compressor yang berguna
untuk mengkompres udara. Compressor ini digerakkan melalui tenaga listrik yang
berasal dari generator. Compressor juga dilengkapi dengan air dryer yang berfungsi
untuk menyaring kandungan air yang terdapat di udara dengan cara
mengkondensasikannya. Udara kering yang keluar dari air dryer kemudian ditampung
didalam tabung penampung atau receiver sebelum dialirkan kebagian instrument yang
membutuhkan seperti control valve. Udara kering tersebut disalurkan dengan tekanan
sekitar 125 psig.
2. Genset atau Generator
Generator adalah mesin listrik yang berfungsi untuk merubah tenaga mekanik
yang berupa tenaga putar poros (rotor) menjadi tenaga listrik. Prinsip kerjanya adalah
bila sebuah penghantar (konduktor) digerakkan (mekanik) dalam medan magnet, maka
pada penghantar itu akan timbul arus listrik.
Terdapat tiga buah generator yang ada didalam plant PT. Surya Esa Perkasa, Tbk yaitu:
1. Dua buah genset yang berkapasitas masing-masing 900 KVA yang digerakkan
oleh mesin berbahan bakar gas .
2. Satu buah genset berkapasitas 250 KVA yang digerakkan oleh mesin diesel.

3. UPS ( Un – interupted Power Supply )


UPS digunakan sebagai sistem power back-up untuk tetap menyuplai power jika
terjadi pemadaman arus listrik secara tiba-tiba. UPS ini dirancang untuk mampu
melindungi semua operasi –operasi kritikal selama dua jam secara terus menerus
sebelum pembangkit listrik aktif kembali. UPS mampu menyuplai DC power sekitar 20
KVA.

4. Plant Water atau Water Treatment Package


Plant water adalah unit yang berfungsi untuk menjernihkan air baku menjadi air
bersih melalui proses klarifikasi. Air permukaan yang berasal dari alam mengandung
kotoran-kotoran ini tidak dihilangkan maka akan mengganggu pada proses selanjutnya.
Impurities - impurities ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu sebagai berikut:
1. Impurities yang tidak larut (suspended solid) yaitu partikel – partikel atau
kotoran yang masih dapat dilihat secara kasat mata. Seperti, partikel-partikel
yang menyebabkan air keruh.
2. Impurities yang terlarut (dissolved solid). Seperti, calsium bikarbonat, garam-
garam silika dan lain-lain.
BAB III

PERHITUNGAN NERACA MASSA

Neraca Massa Pada After Cooler

Data Komposisi Feed Gas pada tanggal 18 Agustus 2015

N Item Checked Avarage


o. (%Vol)
1 Composition
C1 (Methane) 72,15
C2 (Ethane) 7,42
C3 (Propane) 5,00
iC4 (Iso Butane) 0,94
nC4 (Normal Butane) 0,98
i C5 (Iso Pentane) 0,39
nC5 (Normal 0,23
Pentane)
C6+ (Hexane+) 0,13
N2 (Nitrogen) 0,47
CO2 (Carbon 12,29
Dioxide)
Total 100,00
2 Tin(oF) 174,00
3 Tout(oF) 112,32
a. Menghitung laju alir masuk after cooler

Untuk menghitung laju alir massa masuk after cooler dapat juga dilakukan
dengan cara mengkonversikan laju alir volume umpan, yaitu:

Data 1 pada tanggal 18 Agustus 2015

SG Feed Gas = 0,80

Densitas Udara = 1,205 kg/m3

Densitas Feed Gas = Specific Gravity feed gas x Densitas udara

= 0,80 x 1,205 kg/ m3

Laju alir volume masuk = 34,621 MMSCFD

Laju alir massa masuk = 34620500 ft3/d

Laju alir massa masuk = 34620500 ft3/d x 0,028 m3/ ft3

= 980341,774 m3/d x 1 d/24 hr

= 40847,574 m3/hr x 0,968 kg/ m3

= 39524,520 kg/hr x 1 ton/1000 kg x 24 hr/1d

= 948,588 ton/d

b. Menghitung berat molekul (BM) Campuran


Untuk menghitung BM Campuran dapat menggunakan persamaan:
BM Campuran = (% mol A x BM A) + (% mol B x BM B)
Untuk gas ideal, komposisi % mol sama dengan komposisi % volume.
Sehingga BM Campuran:
N Composition % BM BM Mix
o
(mol (Kg/km (kg/kmol)
) ol)
1 Methane 72,1 16 11,
5 54
2 Ethane 7,42 30 2,2
3
3 Propane 5,00 44 2,2
0
4 Iso Butane 0,94 58 0,5
4
5 Normal 0,98 58 0,5
Butane 7
6 Iso Pentane 0,39 72 0,2
8
7 Normal 0,23 72 0,1
Pentane 7
8 Hexane 0,13 86 0,1
1
9 Nitrogen 0,47 28 0,1
3
10 Carbon 12,2 44 5,4
Dioxide 9
Total 100, 23,
00 18

c. Menghitung laju alir molar masuk after cooler


Untuk menghitung laju alir molar masuk after cooler dapat dilakukan dengan
persamaan:

kg
laju alir massa ( hr)
Laju alir molar = 𝑘𝑔
𝐵𝑀 𝑚𝑖𝑥 ( )
𝑘𝑚𝑜𝑙

Sehingga,
𝑘𝑔
39524,520
ℎ𝑟
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑒𝑑 𝑔𝑎𝑠 = = 1705,1130 𝑘𝑚𝑜𝑙/ℎ𝑟
𝑘𝑔
23,18
𝑘𝑚𝑜𝑙
d. Menghitung laju alir molar dan massa komponen masuk after cooler
Untuk menghitung laju alir molar komponen masuk after cooler
dapat
dilakukan dengan persamaan:
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 = 𝐹 𝑥 𝑋𝑓

Dimana: F = laju alir molar masuk Xf = % komponen laju alir molar


komponen

Sehingga laju alir molar komponen masuk after cooler, yaitu:

No Composition % Kmol/hr kg/hr


(mol
)
1 Methane 72,1 1230,239 19683,8
5 24
2 Ethane 7,42 126,519 3795,57
3 Propane 5,00 85,255 3751,22
4 Iso Butane 0,94 15,602 904,916
5 Normal 0,98 16,710 969,18
Butane
6 Iso Pentane 0,39 6,649 478,728
7 Normal 0,23 3,921 282,312
Pentane
8 Hexane 0,13 2,216 190,576
9 Nitrogen 0,47 8,014 224,392
10 Carbon 12,2 209,558 9220,55
Dioxide 9 2
Total 100, 1845,109 39501,2
00 7

e. Menghitung laju alir massa udara masuk

Diketahui :

v = 5,07 m/s
diameter fan = 168 in = 4,267 m
jari-jari (r) = 2,1336 m
densitas udara = 1,205 kg/m3

Penyelesaian :

BM udara = (21% x O2) + (79% x N2)


= (21% x 32 kg/kmol) + (79% x 28 kg/kmol) = 28,84 kg/kmol

Luas Fan (A) = πr2

= 3,14 x 4,5522 m2

= 14,294 m2

Laju alir massa udara =Axv

= 14,294 m2 x 5,07 m/s

= 72,471 m3/s x 3600 s/1 hr

= 260895,215 m3/hr x 1,205 kg/m3

= 314378,734 kg/hr
314378,734 𝑘𝑔/ℎ𝑟
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 = = 10900,788 kmol/hr
28,84 𝑘𝑔/𝑘𝑚𝑜𝑙

f. Hasil perhitungan neraca massa after cooler


Composition input Outp
ut
Kmol/hr Kg/hr Kmol/hr Kg/hr
Methane 1230,239 19683,824 1230,23 19683,82
9 4
Ethane 126,519 3795,57 126,519 3795,57
Propane 85,255 3751,22 85,255 3751,22
Iso Butane 15,602 904,916 15,602 904,916
Normal 16,710 969,18 16,710 969,18
Butane
Iso Pentane 6,649 478,728 6,649 478,728
Normal 3,921 282,312 3,921 282,312
Pentane
Hexane 2,216 190,576 2,216 190,576
Nitrogen 8,014 224,392 8,014 224,392
Carbon 209,558 9220,552 209,558 9220,552
Dioxide
Air 10900,7 314378,7 10900,7 314378,7
88 34 88 34
Total 12605,4 353880,0 12605,4 353880,0
71 04 71 04

DAFTAR PUSTAKA

http://rizkisituyulmungil.blogspot.com/. Diakses pada 10 September 2017.

http://infotambang.com/proses-pemurnian-minyak-p498-164.html. Diakses pada 10


September 2017.

http://dtwh2.esdm.go.id/dw2007/. Diakses pada 10 September 2017.

https://tkmindoexample.wordpress.com/2016/04/07/makalah-tentang-gas-lpg/. Diakses
pada 10 September 2017.

Anda mungkin juga menyukai