Makalah Proses Industri Pembuatan LPG - Kel 7
Makalah Proses Industri Pembuatan LPG - Kel 7
Makalah Proses Industri Pembuatan LPG - Kel 7
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 07
KELAS : 3 KD
DOSEN PENGAMPU : IR. ERWANA DEWI, M.ENG.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena dengan rahmat, karunia, serta taufik
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Proses Industri Kimia dengan
judul “Proses Pembuatan LPG PT. Surya Esa Perkasa (Sep), Tbk” ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada seluruh
pihak, terutama kepada Ibu Ir. Erwana Dewi, M.Eng selaku dosen mata kuliah Proses Industri
Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya yang telah berkontribusi dalam menyelesaikan tugas ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita sifat koligatif larutan. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Penyusun
DAFTAR ISI
1.1. Latar Belakang Pendirian PT. Surya Esa Perkasa (SEP), Tbk
Konsumsi gas alam atau gas bumi semakin lama semakin meningkat seiring
dengan semakin luasnya penggunaan gas alam sebagai sumber energi, baik untuk
bahan baku industri terutama untuk industri pupuk maupun untuk kebutuhan energi
rumah tangga. Penggunaan gas alam sebagai energi final di Indonesia adalah ketiga
terbesar setelah BBM dan batubara, lebih tinggi dibanding listrik dan LPG. Didalam
industri gas alam, terdapat beberapa masalah dalam perkembangannya. Beberapa
masalah terkait industri gas alam adalah pasokan untuk kebutuhan dalam negeri yang
terbatas. Akibatnya, kelangsungan perkembangan industri di dalam negeri misalnya
industri pupuk sempat terganggu karena belum adanya jaminan pasokan gas.
Selain itu, sebagian gas alam dijual ke pasar luar negeri karena pembentukan
harga yang tidak sepenuhnya memakai prinsip pasar di dalam negeri. Kondisi ini
membuat ketidakpastian pasokan untuk industri dalam negeri belum stabil. Dengan
semakin besarnya desakan di dalam negeri untuk dapat memanfaakan gas alam
semaksimal mungkin untuk kebutuhan dalam negeri, maka berbagai kebijakan baru
telah dikeluarkan mengenai pemanfaatan gas alam.
Untuk memenuhi kebutuhan LPG pada masyarakat luas, maka mulai didirikan
pabrik pengolahan gas alam pada tanggal 9 Mei 2006, yaitu PT. Surya Esa Perkasa
(SEP), Tbk. Diharapkan dengan didirikanya PT. Surya Esa Perkasa, Tbk maka
kebutuhan bahan baku industri dan energi dalam hal ini gas untuk masyarakat akan
terpenuhi sehingga masyarakat tidak perlu khawatir lagi.
1.3. Disribusi dan Pemasaran Produk
PT. Surya Esa Perkasa, Tbk menghasilkan produk berupa LPG mix, condensate,
dan propane. Target penjualan produk lebih diutamakan pada produk LPG. Adapun
pemasaran atau pendistribusian produk yang tersedia di pabrik ini dengan rincian
sebagai berikut:
1) LPG
Produk LPG ini didistribusikan secara penuh kepada PT. Pertamina Persero.
Pada dasarnya untuk pendistribusian LPG ini tidak sembarang dilakukan karena harus
memenuhi syarat ataupun standar yang diberikan oleh Dirjen Migas. Adapun bagan
pendistibusian produk LPG, adalah sebagai berikut :
SEP PERTAMINA
SPPBE
AGENT LPG
MASYARAKAT
Kontrak kerja ini terjadi pada PT. Surya Esa Perkasa, Tbk dan PT. Pertamina
Persero, sedangkan PT. Pertamina akan menyerahkan proses pengakutan LPG dari PT.
Surya Esa Perkasa, Tbk pada SPPBE (Stasiun Pengakutan Pengisian Bulk Elpiji).
Untuk pendistribusian LPG dibutuhkan Surat Perintah Angkut (SPA), dimana
surat ini dibuat untuk memenuhi syarat pengangkutan LPG dari PT SEP Tbk. Surat ini
dikeluarkan oleh kantor pusat (Head Office) PT. Surya Esa Perkasa, Tbk.
2. Condensate
Produk condensate dari PT. Surya Esa Perkasa, Tbk ini dikembalikan lagi ke
Pertamina. Pendistribusian produk dari PT. Surya Esa Perkasa, Tbk hanya dipasarkan di
dalam negeri, dikarenakan produksi LPG di Indonesia masih mengimpor dari negara
lain. Hal ini mengakibatkan negara kita tidak mungkin untuk dapat mengekspor LPG
tersebut. Rata – rata kapasitas LPG dan kondensat yang didistribusikan perbulan yaitu
sebesar 3.000 ton LPG dan 10.500 barrel untuk produk kondensat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PT. SURYA ESA PERKASA, Tbk
2.2. Produk
Gas alam yang dialirkan dari sumur gas dari Pertamina akan diolah dan
dipisahkan dari unsur-unsur kimia pengotor atau impurities. Dengan adanya bahan-
bahan pengotor maka akan mengakibatkan berkurangnya kualitas dari produk dan
mengganggu pengoperasian pada proses pengolahan gas alam. Adapun produk–produk
yang dihasilkan oleh PT. Surya Esa Perkasa, Tbk adalah sebagai berikut :
1) Propana
2) LPG
3) Kondensat
Dari ketiga produk di atas yang dihasilkan, produk utama dari PT. Surya Esa
Perkasa, Tbk adalah LPG, sedangkan produk yang lain adalah produk sampingan.
2.4. Sifat – Sifat Produk, Tri Ethylene Glycol (TEG) dan Methanol
2.4.1. Sifat – Sifat LPG
a. Mudah terbakar (dalam keadaan cair maupun gas).
b. Menghasilkan pembakaran yang sempurna.
c. Bebas kandungan air.
d. Tidak beracun dan tidak berwarna.
e. Tidak berbau (karena demi keselamatan dalam penggunaannya, LPG ditambah
sedikit merkaptan yang baunya sangat menyengat untuk mendeteksi terjadinya
kebocoran).
f. Gas dikirimkan sebagai gas bertekanan didalam tanki atau silinder.
g. Cairan dapat menguap dengan cepat ketika dilepas ke udara.
h. Lebih berat dari udara sehingga lebih cenderung menempati daerah yang rendah.
Fractionation
Fractionation system terdiri dari 3 buah kolom, yang merupakan unit-unit utama
dari LPG plant yang berfungsi menghasilkan product dengan cara distilasi berdasarkan
perbedaan titik didih dari masing-masing komponen gas umpan, yaitu:
1. De-Ethanizer
2. De-Propanizer
3. De-Butanizer
Berikut uraiannya :
1. De-Ethanizer kolom
Column De-Ethanizer memisahkan komponen ringan (C1 dan C2) dari C3+ yang
kaya kandungan propane, LPG dan condensate dengan cara distilasi berdasarkan
perbedaan titik didihnya. Column De-Ethizer di bagi menjadi 3 bagian atau section,
yang paling atas disebut rectification section, yang bagian bawah disebut stripping
section, sedangkan dasar kolom disebut heating dan product withdrawal section.
Umpan yang kaya kandungan C3+ masuk di bagian atas stripping section sebagai
campuran 2 phase (kira-kira 70% mol berbentuk cairan, sisanya berupa uap).
Umpan yang berbentuk cairan akan mengalir kebawah kolom melewati
serangkaian tray menuju dasar kolom dimana sebagian dari cairan ini masuk kedalam
reboiler untuk diuapkan dengan menggunakan hot oil yang mengalir di shell-side
reboilernya. Uap panas ini kemudian di masukkan kembali ke dalam kolom dan
mengalir keatas melalui serangkaian tray untuk memanasi cairan yang turun kebawah
melalui tray yang sama.C3+ yang sudah bebas dari fraksi ringan selanjutnya mengalir
melewati weir ke dalam product withdrawal section, dan keluar dari kolom diatur oleh
control valve menuju De-Propanizer column.
Sementara itu umpan yang berbentuk uap yang kaya akan komponen C 1 dan C2
pada saat masuk ke column akan tercampur dengan uap panas yang berasal dari
Reboiler, dan mengalir keatas kolommelalui rectification section, selanjutnya dipuncak
kolom didinginkan dengan trim cooler, component berat yang terdapat didalam uap
akan di kondensasi atau diembunkan dan akan jatuh kebawah kolom sebagai cairan
reflux, yang selanjutnya akan terpanasi oleh uap yang mengalir keatas di dalam
rectification section. C1& C2 yang tidak mengembun di top kolom selanjutnya di alirkan
ke recycle compressor untuk dinaikkan tekanannya sebelum dikirim kembali ke
Pertamina gas transmission.
2. De-Propanizer kolom
Column De-Proannizer memisahkan komponen C3 (propane) dari C4+ yang
kaya kandungan LPG dan condensate dengan cara distilasi berdasarkan perbedaan titik
didihnya. Column De-Propanizer di bagi menjadi 3 bagian atau section, yang paling
atas disebut rectification section, yang bagian bawah disebut stripping section,
sedangkan dasar kolom disebut heating dan product withdrawal section. Umpan yang
kaya kandungan C3+ masuk di bagian atas stripping section sebagai campuran dua
phase.
Umpan yang berbentuk cairan akan mengalir kebawah kolom melewati
Serangkaian tray menuju dasar kolom dimana sebagian dari cairan ini masuk kedalam
reboiler untuk diuapkan dengan menggunakan hot oil yang mengalir di shell-side
reboilernya. Uap panas ini kemudian di masukkan kembali ke dalam kolom dan
mengalir keatas melalui serangkaian tray untuk memanasi cairan yang turun kebawah
melalui tray yang sama.C4+ yang sudah bebas dari fraksi ringan (C3) selanjutnya
mengalir melewati weir ke dalam product withdrawal section, dan keluar dari kolom
diatur oleh control valve menuju De-Butanizer Column.
Sementara itu umpan yang berbentuk uap yang kaya akan komponen C 3 dan
pada saat masuk ke column akan tercampur dengan uap panas yang berasal dari
reboiler, dan mengalir keatas kolom melalui rectification section, selanjutnya menuju
propane condenser . Component berat yang terdapat didalam uap akan di kondensasi
atau diembunkan didalam condenser, dan selanjutnya dipisahkan didalam reflux drum
sebelum di pompa kembali ke dalam puncak column sebagai cairan reflux. Cairan reflux
ini selanjutnya akan mengalir kebawah dan akan terpanasi oleh uap yang mengalir
keatas di dalam rectification section. Sementara itu sebagian dari cairan ini dialirkan
kedalam tangki penyimpan sebagai product propane.
Semua parameter proses dikendalikan dari control room, yang didalamnya terdapat
panel-panel sebagai berikut :
1) Main control panel & ESD system (PLC system)
2) Gas chromatograph panel (Status)
3) MCC panel
4) Propane refrigerant panel
5) Hot oil panel
PLC yang berada di control room menangkap sinyal atau info yang dikirim dari
local panel atau site, yaitu dari transmitter, control valve, SOV (BDV/SDV/DV), dan
dew point. Terdapat 3 system di site yang tidak terhubung dengan DCS system, yaitu
loading system, gas chromatography system dan metering lean gas system.
Pengontrolan loading system dilakukan langsung di lapangan, sedangkan status
dari metering lean gas di display di control room melalui flow computer yang
dilengkapi dengan printer sendiri. Data dari local panel cas chromatography juga di
display di PC3 yang berada di control room. PC3 juga dilengkapi dengan printer.
System yang berada di lapangan selain instrument yang juga terhubung PLC adalah
refrigeration system dan hot oil packages.
Man Machine Interface (MMI) dari PLC system dilakukan di dua buah
computer (PC1 dan PC2), serta terhubung ke dua buah printer. PC1 berfungsi sebagai
programming dan station, artinya semua penambahan ataupun pemprograman PLC
system hanya bisa dilakukan melalui PC1. PC2 berfungsi sebagai station dan dapat
digunakan untuk merubah set-point dari instrument. Di control room juga terdapat
MCC, yang berfungsi sebagai control terhadap semua equipment motor. Khusus untuk
motor-motor yang bekerja di main proses, MCC mengirim sinyal Run atau Stop Permit
Status ke DCS system.
2.6.10. Utility
Terdapat 4 macam utility system untuk menjalankan plant, yaitu:
1) Air Instrument System
2) Genset
3) UPS
4) Water Treatment Package
Untuk menghitung laju alir massa masuk after cooler dapat juga dilakukan
dengan cara mengkonversikan laju alir volume umpan, yaitu:
= 948,588 ton/d
kg
laju alir massa ( hr)
Laju alir molar = 𝑘𝑔
𝐵𝑀 𝑚𝑖𝑥 ( )
𝑘𝑚𝑜𝑙
Sehingga,
𝑘𝑔
39524,520
ℎ𝑟
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑒𝑒𝑑 𝑔𝑎𝑠 = = 1705,1130 𝑘𝑚𝑜𝑙/ℎ𝑟
𝑘𝑔
23,18
𝑘𝑚𝑜𝑙
d. Menghitung laju alir molar dan massa komponen masuk after cooler
Untuk menghitung laju alir molar komponen masuk after cooler
dapat
dilakukan dengan persamaan:
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 = 𝐹 𝑥 𝑋𝑓
Diketahui :
v = 5,07 m/s
diameter fan = 168 in = 4,267 m
jari-jari (r) = 2,1336 m
densitas udara = 1,205 kg/m3
Penyelesaian :
= 3,14 x 4,5522 m2
= 14,294 m2
= 314378,734 kg/hr
314378,734 𝑘𝑔/ℎ𝑟
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 = = 10900,788 kmol/hr
28,84 𝑘𝑔/𝑘𝑚𝑜𝑙
DAFTAR PUSTAKA
https://tkmindoexample.wordpress.com/2016/04/07/makalah-tentang-gas-lpg/. Diakses
pada 10 September 2017.