Bab Ii - 201805PTN

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 13

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kompos
Kompos merupakan pupuk organik buatan manusia yang dihasilkan dari
pelapukan (dekomposisi) sisa bahan organik seperti daun-daunan, jerami, alang-
alang, rumput-rumputan, dedak padi, batang jagung, carang-carang serta kotoran
hewan yang telah mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai.
Pembuatan kompos ini dikontrol, sengaja dibuat dan diatur seperti pemberian air
pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator menjadi bagian-bagian
terhumuskan. Proses pembuatan kompos dapat berjalan secara aerob dan anaerob
yang saling menunjang pada kondisi lingkungan tertentu. Kompos mengalami
proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai, sehingga dapat dimanfaatkan
untuk memperbaiki sifat-sifat tanah. Kompos mengandung hara-hara mineral
yang esensial bagi tanaman.Di lingkungan alam terbuka, proses pengomposan
bisa terjadi dengan sendirinya. Lewat proses alami, rumput, daun-daunan dan
kotoran hewan serta sampah lainnya lama kelamaan membusuk karena adanya
kerja sama antara mikroorganisme dengan cuaca. Proses tersebut bisa dipercepat
oleh perlakuan manusia, yaitu dengan menambahkan mikroorganisme pengurai
sehingga dalam waktu singkat akan diperoleh kompos yang berkualitas baik
(Yowono, 2005; Setyorini dkk., 2006).
Menurut Murbandono (2004), penggunaan kompos sebagai pupuk sangat
baik karena kompos dapat menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman,
menggemburkan tanah, memperbaiki tekstur tanah, meningkatkan porositas,
aerasi dan komposisi mikroorganisme tanah, meningkatkan daya ikat tanah
terhadap air, dan memudahkan pertumbuhan akar tanaman. Menurut Yuniwati
dkk. (2012) manfaat kompos yaitu menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman,
menggemburkan tanah, memperbaiki struktur dan tekstur tanah, meningkatkan
porositas, aerasi, dan komposisi mikroorganisme tanah, meningkatkan daya ikat
tanah terhadap air, memudahkan pertumbuhan akar tanaman, menyimpan air
tanah lebih lama, meningkatkan efisiensi pemakaian pupuk kimia, dan bersifat
multi lahan karena dapat digunakan di lahan pertanian, perkebunan, reklamasi
lahan kritis maupun pada golf.

5
Kompos memiliki keunggulan dibandingkan pupuk kimia, karena
memiliki sifat-sifat seperti mengandung unsur hara makro dan mikro yang
lengkap, walaupun dalam jumlah yang sedikit, memperbaiki struktur tanah
dengan cara meningkatkan daya serap tanah terhadap air dan zat hara,
memperbaiki kehidupan mikroorganisme di dalam tanah dengan cara
menyediakan bahan makanan bagi mikroorganisme tersebut, memperbesar daya
ikat tanah berpasir, sehingga tidak mudah berpencar, memperbaiki drainase dan
tata udara di dalam tanah, membantu proses pelapukan bahan mineral, melindungi
tanah terhadap kerusakan yang disebabkan erosi, dan meningkatkan kapasitas
tukar kation (Yuniwati dkk., 2012). Sumekto (2006) menambahkan bahwa sifat-
sifat kompos yaitu kompos dapat menurunkan aktivitas mikroorganisme tanah
yang merugikan.
Kompos yang baik adalah kompos yang mengalami pelapukan dengan
ciri-ciri warna yang berbeda dengan warna bahan pembentuknya, tidak berbau,
kadar air rendah, dan mempunyai suhu ruang. Proses dekomposisi pupuk organik
yang berlangsung lambat maka pupuk kompos yang diaplikasikan pada
pertanaman pertama masih dapat dimanfaatkan untuk tanaman berikutnya
(Yuniwati dkk., 2012). Hasil penelitian Amanullah dkk. (2008) menunjukan
bahwa pupuk organik dapat meningkatkan produksi tanaman hingga dua musim
tanam. Hasil penelitian yang dikemukakan oleh Sundari (2012) bahwa pemberian
kompos pelepah daun kelapa sawit dengan berbagai dekomposer pada tanaman
pakchoy memberikan hasil yang berbeda tidak nyata, namun dari hasil penelitian
dapat dilihat pada perlakuan dekomposer EM-4 dengan dosis 75 g/tanaman
memberikan hasil yang lebih baik pada seluruh parameter pengamatan.
Menurut Nelvia (2012), bahwa pemberian kompos tandan kosong kelapa
sawit meningkatkan pertumbuhan kedelai varietas willis pada lahan gambut,
dimana pada pemberian 10-15 ton kompos TKKS/ha meningkatkan jumlah bintil
akar efektif sekitar 65 -212% dan 50-160%, meningkatkan jumlah dan persentase
polong bernas pertanaman serta bobot biji per plot berturut-turut sekitar 72-79%
dan 1,95-1,1% serta 151-115% dibandingkan tanpa kompos.
Hasil penelitian Refliaty dkk.(2011), menyimpulkan pemberian kompos
sisa biogas kotoran sapi sebanyak 20 ton ha-1 pada Ultisol merupakan takaran

6
yang paling baik digunakan untuk meningkatkan hasil kedelai hingga 1,083 ton
ha. Wisda (2013), menambahkan bahwa kompos tandan kosong kelapa sawit yang
diberikan dengan takaran 10 ton/ha pada tanaman kacang tanah menghasilkan
produksi tertinggi 2,3 ton/ha.
Pemberian kompos TKKS juga dapat meningkatkan hasil berat kering biji
kedelai dengan perlakuan kompos sebanyak 20 ton/Ha (Ermadani dan Itang,
2011). Hasil penelitian Idwar dkk.(2014) menyimpulkan bahwa pemberian
perlakuan 1,45 kg Kompos TKKS + 290 g abu boiler + 2,9 g Aktivator
Trichoderma per plot cenderung meningkatkan tinggi tanaman, mempercepat
umur berbunga, meningkatkan jumlah polong dan berat biji kering tanaman
kedelai. Berat biji kering tanaman kedelai Varietas Grobogan tertinggi yaitu
sebesar 343.25 g/plot yang bila dikonversi per ha setara 1,19 ton/ha..

2.2 Bahan Pengurai Kompos

2.2.1 Jamur Trichoderma sp.


Wirawan dkk.(2014) menyebutkan bahwa Trichoderma sp merupakan
salah satu jenis jamur yang menguntungkan bagi pertanian, selain berperan
sebagai agen hayati, Trichodermasp juga berperan sebagai pengurai bahan
organik. Hal ini didukung oleh Widyastuti dkk. (1999) yang menyebutkan bahwa
Trichodermasp memiliki kemampuan untuk mempercepat penguraian seresah
tanaman yang sulit terurai.Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dosis
kompos Trichodermasebanyak 30-40 ton/ha dapat mengendalikan penyakit yang
disebabkan oleh jamur patogen tular tanah dan meningkatkan produksi tanaman
kacang tanah.

2.2.2 Larutan EM-4


Effective Microorganisms (EM4) ditemukan pertama kali oleh Teruo Higa
dari Universitas Ryukyus Jepang. Larutan EM4 ini mengandung mikroorganisme
fermentasi yang jumlahnya sangat banyak, sekitar 80 genus dan mikroorganisme
tersebut dipilih yang dapat bekerja secara efektif dalam fermentasi bahan organik.
Dari sekian banyak mikroorganisme, ada lima golongan yang pokok, yaitu bakteri
fotosintetik, Lactobacillus sp., Saccharomyces sp., Actinomycetes sp., dan jamur
fermentasi (Indriani, 2007).

7
Effective microorganisms (EM4) merupakan salah satu aktivator yang
dapat membantu mempercepat proses pengkomposan dan bermanfaat
meningkatkan unsur hara kompos (Budihardjo dan Arif, 2006). Menurut
Manuputty dkk.(2012) Effective Microorganism 4 (EM4) adalah kultur campuran
dari berbagai mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman.
EM4 ini mengandungLactobacillus spdan sebagian kecil bakteri
fotosintetik,Streptomyces sp, dan ragi, sedangkan menurut Dewi dan Claudia
(2014), Effective Microorganisme (EM4)adalah sejenis bakteri yang dibuat untuk
membantu dalam pembusukan sampah organik sehingga dapat dimanfaatkan
dalam proses pengkomposan.
Selain berfungsi dalam fermentasi dan dekomposisi bahan organik, EM4
juga mempunyai manfaat antara lain: 1) memperbaiki sifat fisik, kimia, dan
biologi tanah, 2) menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman, 3)
menyehatkan tanaman, meningkatkan produksi tanaman, dan menjaga ke stabilan
produksi tanaman, 4) menambah unsur hara tanah dengan cara disiramkan ke
tanah, tanaman, atau disemprotkan ke daun tanaman, 5) mempercepat pembuatan
kompos sampah organik atau kotoran hewan (Yuniwati dkk.,2012).
Menurut Yuniwati dkk. (2012), Effective Microorganisms (EM4) adalah
suatu kultur campuran berbagai mikroorganisme yang bermanfaat terutama
bakteri fotosintesis, bakteri asam laktat, ragi, Actinomycetes, dan jamur peragian
yang dapat digunakan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman mikroba
tanah dan dapat memperbaiki kesehatan serta kualitas tanah. Menurut Putri
(2008), berikut ini adalah fungsi dari masing-masing mikroorganisme larutan
EM4:
1. Bakteri fotosintesis
Bakteri fotosintesis berfungsi untuk membentuk zat-zat yang bermanfaat
bagi sekresi akar tumbuhan, bahan organik, dan gas berbahaya dengan
menggunakan sinar matahari dan bumi sebagai sumber energi. Zat-zat bermanfaat
itu antara lain asam amino, asam nukleik, zat-zat bioaktif, dan gula. Semuanya
mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Bakteri fotosintesis juga
dapat meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme lainnya.

8
2. Bakteri asam laktat
Bakteri asam laktat menghasilkan asam dari gula, berfungsi untuk
menekan pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan, meningkatkan
percepatan perombakan bahan-bahan organik, dapat menghancurkan bahan-bahan
organik seperti lignin, selulosa, serta memfermentasikannnya tanpa menimbulkan
pengaruh-pengaruh merugikan yang diakibatkan oleh bahan-bahan organik yang
tidak terurai.
3. Ragi
Ragi dapat membentuk zat anti bakteri dan bermanfaat bagi pertumbuhan
tanaman dari asam-asam amino dan gula yang dikeluarkan oleh bakteri
fotosintesis dan meningkatkan jumlah sel aktif dan perkembangan akar.
4. Actinomycetes
Actinomycetes menghasilkan zat-zat antimikroba dari asam amino yang
dihasilkan oleh bakteri fotosintesis dan bahan organik dan menekan pertumbuhan
jamur dan bakteri.
5. Jamur fermentasi
Jamur fermentasi dapat menguraikan bahan organik secara cepat untuk
menghasilkan alkohol, ester, dan zat-zat antimikroba serta menghilangkan bau
serta mencegah serbuan seranggga dan ulat yang merugikan. Pengaktifan
mikroorganisme di dalam EM4 dapat dilakukan dengan cara memberikan air dan
makanan (molase). EM4 berupa larutan cair bewarna kuning kecoklatan. Cairan
ini berbau sedap dan rasa asam manis dan tingkat keasaman (pH) kurang dari 3,5.
Apabila tingkat keasaman melebihi 4,0 maka cairan ini tidak dapat digunakan lagi
(Yuniwati dkk.,2012).
EM4 tidak berbahaya bagi lingkungan karena kultur EM4 tidak
mengandung mikroorganisme yang secara genetika telah dimodifikasi. EM4
terbuat dari kultur campuran berbagai spesies mikroba yang terdapat dalam
lingkungan alami, bahkan EM4 bisa diminum langsung. Dengan menggunakan
EM4, waktu pengomposan dapat dipercepat yakni pengomposan hanya
membutuhkan waktu berkisar antara 3-5 hari (Yuwono, 2005).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian effective inoculant EM4
dengan dosis 300 ml per 10 kg sampah organik (E2) lebih efektif dibandingkan

9
perlakuan-perlakuan lainnya dalam mempercepat laju dekomposisi, yaitu 28 hari
yang didukung oleh indikator laju dekomposisi yakni karakteristik fisik dan
nisbah C/N (11.56) dan meningkatkan kualitas hara kompos yaitu pH (8.03);
Nitrogen (2.91%); Fosfor (141.33 mg/100g P2O5); Kalium (553.67 mg/100g
K2O) serta telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) pupuk organik No.
19-7030-2004 (Manuputty dkk.,2012).

2.2.3 Mikroorganisme Lokal (MOL)


Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang terbuat dari
bahan-bahan alami sebagai medium berkembangnya mikroorganisme yang
berguna untuk mempercepat penghancuran bahan organik (proses dekomposisi
menjadi kompos/ pupuk organik). Di samping itu juga dapat berfungsi sebagai
tambahan nutrisi bagi tanaman, yang dikembangkan dari mikroorganisme yang
berada di tempat tersebut. Semakin banyak mikroorganisme pada bahan, proses
dekomposisi bahan organik atau pengomposanakan semakin cepat. Fungsi
MOL sebagai bahan utama adalah untuk mempercepat pengomposan bahan
organik menjadi kompos(Panudju, 2011)
Menurut Wulandari dkk. (2009), MOL merupakan sekumpulan
mikroorganisme yang bisa dikembangbiakkan dengan menyediakan makanan
sebagai sumber energi yang berfungsi sebagai starter (mempercepat
pengomposan) dalam pembuatan kompos/dekomposisi bahan
organik.Penambahan MOL sebagai dekomposer bertujuan untuk mempercepat
proses pengomposan walaupun bahan pengomposan sudah mengandung
mikrobia, khususnya yang berperan dalam perombakan bahan kimia (Widawati
dan Suliasih, 2006).
Larutan MOL mengandung unsur hara makro, mikro, dan mengandung
mikroorganisme yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang
pertumbuhan, dan agen pengendali hama dan penyakit tanaman sehingga baik
digunakan sebagai dekomposer, pupuk hayati, dan pestisida organik (Suhastyo,
2011). Larutan MOL mengandung unsur hara mikro dan makro dan juga
mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik,
perangsang pertumbuhan, dan sebagai agen pengendali hama dan penyakit
tanaman, sehingga MOL dapat digunakan baik sebagai pendekomposer, pupuk

10
hayati, dan sebagai pestisida organik. MOL terdiri dari 3 jenis komponen yaitu :
karbohidrat, glukosa, dan sumber bakteri (Hadinata, 2008). Faktor-faktor yang
menentukan kualitas larutan MOL antara lain media fermentasi, kadar bahan baku
atau substrat, bentuk dan sifat mikroorganisme yang aktif di dalam proses
fermentasi, pH,temperatur, lama fermentasi, dan rasio C/N larutan MOL (Hidayat,
2006).
Waktu fermentasi oleh MOL berbeda-beda antara satu jenis bahan MOL
dengan yang lainnya. Waktu fermentasi ini berhubungan dengan ketersediaan
makanan yang digunakan sebagai sumber energi dan metabolisme dari mikrobia
di dalamnya. Waktu fermentasi bonggol pisang oleh MOL yang paling optimal
pada fermentasi hari ke-7 sampai hari ke-14. Mikrobia pada MOL cendrung
menurun setelah hari ke-7. Hal ini berhubungan dengan ketersediaan makanan
dalam MOL. Semakin lama maka makanan akan berkurang karena dimanfaatkan
oleh mikrobia di dalamnya (Suhastyo, 2011).

2.3 Manfaat Kompos


Manfaat dari penggunaan kompos sebagai berikut : 1) sumber nutrisi bagi
tanaman, karena kompos dapat menyediakan hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan
S) dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, B, Mn, dan Fe, meskipun jumlahnya yang
tak tentu tergantung pada bahan baku dasar kompos yang digunakan, 2)
meningkatkan populasi dan aktivitas organisme tanah, 3) meningkatkan struktur
tanah, yaitu kompos dapat berperan sebagai pengikat butiran primer menjadi butir
sekunder tanah dalam pembentukan agregat yang mantap, meningkatkan
kemampuan mengikat air dan agregat tanah, meningkatkan infiltrasi, menghalangi
terjadinya erosi dan menunjang penyebaran dan penetrasi akar tanaman (Lingga
dan Marsono, 2001).
Menurut Ida (2013), kesuburan tanah merupakan kemampuan atau kualitas
suatu tanah yang menyediakan unsur-unsur hara tanaman dalam jumlah yang
mencukupi kebutuhan tanaman, dalam bentuk senyawa yang dapat dimanfaatkan
oleh tanaman, dan dalam perimbangan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman
tertentu apabila suhu dan faktor-faktor pertumbuhan lainnya mendukung
pertumbuhan normal tanaman.

11
Penggunaan pupuk secara setimbang akan meningkatkan produksi
tanaman. Peningkatan produksi juga meningkatkan jumlah sisa-sisa tanaman
(daun, batang, akar) yang tertinggal atau yang dapat dikembalikan ke dalam
tanah.Kesetimbangan unsur hara tentang pengembalian 80% sisa-sisa tanaman
dapat memperkaya cadangan unsur hara, sehingga mengurangi kebutuhan hara
yang harus ditambahkan. Perlakuan ini jika dilakukan secara terus menerus akan
mengurangi kebutuhan hara sehingga akan dicapai kondisi hara yang cukup untuk
pertumbuhan dan produksi tanaman tinggi tanpa ada masukan pupuk dari luar.
Pengembalian sisa-sisa tanaman ini akan memperbaiki sifat-sifat kimia dan fisika
tanah, meningkatkan kemampuan menyimpan air, meningkatkan kemudahan
pengolahan dan kesuburan tanah (Ida, 2013).

2.4 Tanaman Kedelai


Kedelai (Glycine max L.) merupakansalah satu komoditas pangan bergizi
tinggi sebagai sumber protein nabatidan rendah kolesterol dengan
hargaterjangkau. Di Indonesia, kedelai banyakdiolah untuk berbagai macam
bahan pangan, seperti: tauge, susu kedelai, tahu, kembang tahu, kecap, oncom,
tauco, tempe, es krim,minyak makan, dan tepung kedelai. Selainitu, juga banyak
dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak (Atman, 2006). Sebagian besar kedelai
yang berbiji besar sering digunakan dan dimanfaatkan untuk bahan baku industri
pembuatan tahu dan tempe (Heriyanto, 2006).
Menurut Fachrudin(2000) di dalam sistematika tumbuhan, tanaman
kedelai diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio:
Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Klas: Dicotyledoneae, Ordo:
Polypetales, Famili: Leguminosae, Genus: Glycine dan Spesies: Glycine Max (L.)
Merril. Selanjutnya Yuniarsih (1996) kedelai dikenal dengan beberapa nama
lokal, diantaranya adalah kedele, kacang jepung, kacang bulu, gadela, dan
demokam. Di Jepang dikenal adanya kedelai rebus Edamame atau kedelai manis,
dan kedelai hitam Koramame, sedangkan nama umum di dunia disebut Soybean.
Kedelai merupakan tanaman semusim, berupa semak rendah, tumbuh
tegak, dan berdaun lebat.Tinggi tanaman berkisar antara 30 cm – 100cm.
Batangnya beruas-ruas dengan 3-6 cabang.Kedelai memiliki akar tunggang.Akar
ini mampu membentuk bintil-bintil akar yang merupakan koloni dari bakteri

12
Rhizobium japonicum.Bakteri tersebut bersimbiosis dengan akar tanaman kedelai
untuk mengikat nitrogen dari udara (Fachrudin, 2000).Menurut Suhaeni (2008)
kedelai merupakan tanaman semusim dan termasuk tanaman basah. Batangnya
berdiri tegak dan bercabang banyak. Cabang ini tumbuh memanjang sehingga
posisinya hampir sejajar dengan batang dan tingginya bisa menyamai batang. Ada
juga cabang yang pendek, sependek cabang yang paling bawah. Suprapto (2001)
menyatakan bahwa tinggi batang kedelai 30 – 100 cm. Setiap batang kedelai
mampu membentuk 3-6 cabang.
Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe
determinate dan indeterminate.Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini
berdasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang.Pertumbuhan batang tipe
determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman
mulai berbunga.Sementara pertumbuhan batang tipe indeterminate dicirikan bila
pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai
berbunga (Adisarwanto, 2005).
Fachrudin(2000) daun kedelai berbentuk oval.Daun pertama yang keluar
dari buku sebelah atas kotiledon berupa daun tunggal yang letaknya
berseberangan.Pada setiap tangkai daun terdapat 3 helai daun (trifoliolatus). Daun
berfungsi sebagai alat untuk proses asimilasi, respirasi, dan transpirasi. tanaman
kedelai memiliki bunga sempurna, yaitu pada tiap kuntum bunga terdapat alat
kelamin betina (putik) dan kelamin jantan (benang sari). Umur keluarnya bunga
tergantung pada varietas kedelai, pengaruh suhu, dan penyinaran matahari.
Tanaman kedelai menghendaki penyinaran pendek +12 jam per hari. (Yuniarsih,
1996). Bunga berwarna ungu atau putih.Sekitar 60% bunga rontok sebelum
membentuk umur 30-50 hari setelah tanam (Fachrudin 2000).
Menurut Suprapto (2001), biji kedelai berkeping dua yang terbungkus oleh
kulit biji.Embrio terletak di antara keping biji.Warna kulit biji bermacam-macam,
ada yang kuning, hitam, hijau serta coklat.Bentuk biji kedelai pada umumnya
bulat lonjong, ada yang bundar atau bulat agak pipih.Besar biji bervariasi,
tergantung varietasnya. Ukuran biji diklasifikasikan menjadi 3 kelas, yaitu biji
kecil (6g – 30g/100 biji), sedang (11g – 12g/100 biji) dan besar (13g atau
lebih/100biji) (Fachrudin 2000).

13
2.5 Syarat Tumbuh
Menurut Suhaeni (2008) kedelai tumbuh di daerah yang beriklim tropis
dan subtropis. Kedelai dapat tumbuh baik di tempat yang terbuka dan bercurah
hujan 100-400 mm per bulan. Kedelai cocok ditanam di daerah dengan ketinggian
100-500 meter di atas permukaan laut.
Toleransi keasaman tanah sebagai syarat tumbuh bagi kedelai adalah pH =
5,8-7,0 tetapi pada pH 4,5 pun kedelai dapat tumbuh. Pada pH kurang dari 5,5
pertumbuhannya sangat terlambat karena keracunan aluminium. Pertumbuhan
bakteri bintil dan proses nitrifikasi (proses oksidasi amoniak menjadi nitrit atau
proses pembusukan) akan berjalan kurang baik (Sumarno, 1987). Tanaman
kedelai dapat ditanam pada berbagai jenis tanah dengan drainase dan aerasi yang
baik. Jenis tanah yang sangat cocok untuk menanam kedelai ialah Aluvial,
Regosol, Grumosol, Latosol, dan Andosol. Nilai pH ideal bagi pertumbuhan
kedelai adalah 6-6,8 (Fachruddin, 2000).
Tanaman kedelai termasuk tanaman yang membutuhkan sinar matahari
penuh.Intensitas cahaya dan lama penaungan mempengaruhi pertumbuhan dan
hasil kedelai. Penurunan intensitas cahaya menjadi 40% sejak perkecambahan
mengakibatkan penurunan jumlah buku, cabang, diameter batang, jumlah polong
dan hasil biji serta kadar protein (Baharsyah dkk.,1985).
Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara 21-34 0C, akan tetapi suhu
optimum bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kedelai 23-27 0C. Pada
proses perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 0C.
Saat panen kedelai yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik dari pada
musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan
pengeringan hasil (Irwan, 2006).

2.6 Budidaya Tanaman Kedelai

2.6.1 Media Tanam dan Kondisi Lahan


Kedelai dapat tumbuh diberbagai jenis tanah.Akan tetapi, tanah yang
menjadi lahan untuk menanam kedelai harus mempunyai drainase dan aerasi yang
baik. Selain itu, cara budidaya yang tepat adalah menggunakan tanah dengan
tingkat pH sebesar 5,8 sampai 7. Daerah tempat untuk menanam kedelai juga

14
harus tepat, yaitu daerah yang terletak di ketinggian 600 m dpl, dengan curah
hujan sebesar 100 sampai 400 ml per bulan dan suhu 23 sampai 30 derajat Celsius
dan tingkat kelembaban sebesar 60% sampai 70% (Adisarwanto, 2008).

2.6.2 Persiapan Lahan


Hal pertama yang perlu dilakukan dalam teknik budidaya kedelai adalah
mempersiapkan tanah yang akan ditanami. Tanah dibajak dan diratakan agar
mempermudah menanam dan sistem drainase. Bila ada gulma pada lahan yang
akan ditanami, bersihkan sampai benar-benar bersih. Untuk menjaga keadaan
tanah dari kelebihan air yang dapat merusak kedelai, anda perlu membuat saluran
air dengan jarak 3 sampai 4 meter.Setelah itu, tanah dibiarkan kering selama tiga
minggu dan setelah tiga minggu, tanah siap untuk ditanami kedelai (Sunarlim,
1997).

2.6.3 Pemilihan Benih


Penyiapan benih kedelai perlu diperhatikan tentang benih yang akan
ditanam. Benih harus bermutu tinggi dengan kriteria sebagai berikut: (1) daya
kecambah 80-85%;(2) vigor baik: tumbuh bersamaan,cepat dan sehat; (3) murni;
(4) bersih; (5) sehat, bernas dan tidak berkeriput; dan (6) benih baru, kurang dari 6
bulan sejak saat benih dipanen (Sunarlim, 1997).

2.6.4 Jarak Tanam


Jarak tanam pada penanaman dengan membuat tugalan berkisar antara 20 -
40 cm. Jarak tanam yang biasa dipakai adalah 20 x 20 cm, 25 x 25 cm, atau 30 x
20 cm.Jarak tanam hendaknya teratur, agar tanaman memperoleh ruang tumbuh
yang seragam dan mudah disiangi. Jarak tanam kedelai tergantung pada tingkat
kesuburan tanah dan sifat tanaman yang bersangkutan.Pada tanah yang subur,
jarak tanam lebih renggang, dan sebaliknya pada tanah tandus jarak tanam dapat
dirapatkan. Penentuan pola tanam ini juga dapat mempermudah petani dalam
melakukan pengairan dan irigasi sehingga tidak terganggu pada pertumbuhan dan
perkembangan tanaman (Turmudi, 2002).

15
2.6.5 Pemupukan
Tanah sebagai media tumbuh tanaman mempunyai daya dukung terbatas
sebagai sumber unsur hara maupun sebagai penampung tambahan input hara
berupa pupuk. Penetapan takaran anjuran pupuk untuk tanaman kedelai harus
didasarkan pada hasil analisa kadar hara dalam tanah, misalnya pada kondisi hara
dalam tanah tinggi takaran yang dilakukan akan lebih rendah bila dibandingkan
pada tanah yang berkadar hara rendah. Anjuran penggunaan pupuk untuk kedelai
di lahan sawah jenis tanah Entisol adalah 50 kg Urea + 50 kg SP36 + 50 kg
KCL/ha yang diberikan dengan cara disebar sebelum tanam. Pupuk untuk lahan
sawah jenis Vertisol adalah 50 kg ZA + 50 kg SP36 + 100 kg KCL/ha, sedangkan
untuk lahan kering masam pupuk yang dianjurkan untuk digunakan terdiri dari 50
kg Urea + 100 SP36 + 100 kg KCL/ha ditambah 500 kg/ha Dolomit
(Adisarwanto, 2008).

2.6.6 Hama dan Penyakit


Hama yang paling sering menyerang tanaman kedelai adalah lalat kacang.
Untuk mencegah dan melindungi tanaman kedelai dari serangan hama ini,
tanaman kedelai perlu disemprot dengan insektisida yang menggunakan bahan
aktif . Proses penyemprotan ini dilakukan saat tanaman kedelai berumur 7 hari,
saat benih sudah tumbuh dan mengeluarkan 2 lembar daun pertama. Selain itu,
bila pada masa pemeliharaan terjadi serangan hama dan penyakit, maka bisa
dilakukan pembasmian yang disesuaikan dengan jenis hama dan penyakit yang
menyerang (Adisarwanto, 2008).

2.6.7 Panen
Selain cara tanam yang benar, proses pemanenan perlu diperhatikan agar
mendapatkan hasil yang maksimal. Pertama waktu yang tepat untuk memanen
kedelai adalah saat biji polong sudah tampak masak, yaitu bewarna kuning hingga
coklat, dan daun menguning dan mulai gugur.Pemetikan biji polong dilakukan
secara hati-hati. Setelah proses pemetikan selesai, biji kedelai segera dijemur
sampai kering dan dilakukan pemilihan biji kacang kedelai yang baik untuk
digunakan (Adisarwanto, 2008).

16
Tanaman kedelai harus dipanen pada tingkat kematangan biji yang tepat.
Panen yang terlalu awal menyebabkan banyak butir kedelai menjadi keriput
sedangkan jadwal panen yang terlambat akan mengakibatkan meningkatnya butir
yang rusak dan kehilangan biji yang tinggi yang disebabkan oleh biji yang mudah
rontok. Ciri-ciri kedelai siap untuk dipanen adalah daunnya telah menguning, dan
mudah rontok, polong biji mengering dan berwarna kecoklatan. Hasil produksi
kedelai lokal optimal mencapai 2 ton per hektar dengan masa tanam sekitar 75
hari atau maksimal tiga bulan(Purnawanti, 2007).

17

Anda mungkin juga menyukai