Laprak Asam Basa

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALISIS FARMASI


ASAM BASA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum


1. Mengetahui sifat keasaman dengan indikator kertas lakmus
2. Mengetahui ukuran keasaman (pH) larutan asam basa
3. Mengidentifikasi sifat asam dan basa bahan kimia dalam
kehidupan sehari-hari
1.2 Dasar Teori
Asam didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air, mengalami
disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai ion positif. Sedangkan
basa didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air, mengalami
disosiasi dengan pembentukan ion OH- sebagai ion negatif (Hardjono, 2005 :
4)
Asam memiliki sifat spesifik, misalnya memiliki rasa asam, dapat merusak
permukaan logam dan lantai marmer atau disebut korosif. Asam dapat bereaksi
dengan logam dan menghasilkan gas hidrogen, sebagai indikator sederhana
terhadap senyawa asam, dapat dipergunakan kertas lakmus, dimana asam dapat
mengubah kertas lakmus biru menjadi merah (Kenaan dkk, 1984 : 12)
Basa merupakan semua zat yang dapat menetralkan asam. Selain itu, basa
memiliki kemampuan untuk melarutkan minyak dan debu, sehingga basa
digunakan untuk berbagai keperluan. Sebagai indikator sederhana senyawa
basa dapat dipergunakan kertas lakmus, dimana basa dapat mengubah kertas
lakmus merah menjadi biru (Windarti, 2008 : 7)
Indikator adalah sesuatu yang digunakan untuk mengindikasikan benda atau
zat masuk ke dalam suatu kategori, dalam hal ini adalah asam atau basa. Sifat-
sifat indikator bergantung kepada sifat benda atau zat yang diuji, dengan kata
lain indikator akan memiliki warna yang berbeda dalam keadaan asam dan
basa. Beberapa indikator seperti fenolftalein, methyl orange, bromtimol biru
umum digunakan untuk menentukan keasaman dalam titrasi asam basa (Brady,
1999 : 78)
Indikator asam basa adalah asam atau basa organik yang mempunyai satu
warna jika konsentrasi hidrogen lebih tinggi daripada suatu harga tertentu dan
suatu warna lain jika konsentrasi itu lebih rendah. Indikator asam basa dapat
berubah warna apabila pH lingkungan berubah. Apabila dalam suatu titrasi
asam maupun basa merupakan elektrolit kuat, larutan pada titik ekuivalen akan
mempunyai pH = 7. Apabila asam ataupun basa merupakan elektrolit lemah,
garam yang terjadi akan mengalami hidrolisis pada titik ekivalen larutan akan
mempunyai pH>7. Harga pH yang tepat dapat dihitung dari tetapan ionisasi
dari asam atau basa lemah tersebut dan dari konsentrasi larutan yang diperoleh
(Sundari, 2016 : 2)
Indikator titrasi asam basa adalah zat-zat warna yang warnanya bergantung
pada pH larutan, atau zat yang dapat menunjukkan sifat asam, basa dan netral.
Sebagai contoh kertas lakmus merah atau biru, berwarna merah dalam larutan
yang pH nya kurang dari 5,5 dan berwarna biru dalam larutan yang pH nya
lebih dari 8. Dalam larutan yang pH nya 5,5 – 8 warna lakmus adalah
kombinasi warna merah dan biru. Batas-batas pH saat indikator mengalami
perubahan warna disebut trayek indikator (Marwati, 2010 : 3)
Kertas lakmus terdiri dari kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru.
Kertas lakmus merah akan menjadi berwarna biru ketika berada pada larutan
yang bersifat basa, dan tetap merah pada larutan yang bersifat asam. Kertas
lakmus biru akan menjadi berwarna merah ketika berada pada larutan yang
bersifat asam, dan tetap biru pada larutan yang bersifat basa. Perubahan warna
kertas lakmus sebenarnya karena adanya orchein (ekstrak lichenes) warna biru
dalam kertas lakmus. Lakmus biru dibuat dengan menambahkan ekstrak
lakmus berwarna biru ke dalam kertas putih. Kertas akan menyerap ekstrak
lakmus dan dikeringkan dalam udara terbuka, sehingga dihasilkan kertas
lakmus biru. Kertas lakmus biru pada larutan yang bersifat basa akan tetap biru,
karena orchein merupakan anion, sehingga tidak akan bereaksi dengan anion
(OH-). Kertas lakmus merah dibuat dengan proses yang sama dengan
pembuatan kertas lakmus biru, tetapi ditambahkan sedikit asam sulfat atau
asam klorida agar warnanya menjadi merah. Sehingga mekanisme reaksi
orchein pada suasana asama akan kembali terjadi. Apabila kertas lakmus merah
dimasukkan ke dalam larutan yang bersifat asam, warnanya akan tetap merah
karena lakmus merah memang merupakan orchein dalam suasana asam.
Sedangkan, apabila kertas lakmus merah ditambahkan larutan yang bersifat
basa, maka orchein yang berwarna biru akan kembali terbentuk (Chang, 2009 :
198)
BAB II
METODE KERJA
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat

1. Beaker glass

2. Indikator universal

3. Kertas lakmus biru

4. Kertas lakmus merah

5. Pipet tetes

6. Plat tetes

7. Rak tabung reaksi

8. Tabung reaksi

2.1.2 Bahan

1. Air garam

2. Air jeruk

3. Air kapur

4. Air sabun

5. Air suling

6. Air sumur

7. Bromtimol biru

8. CH3COOH

9. Cuka

10. Fenoftalein

11. HCl

12. Metil merah


13. Metil orange

14. NaOH

15. NaCl

16. Soda

2.2 Cara Kerja


2.2.1 Identifikasi larutan asam dan basa dengan kertas lakmus
1. Dipotong kertas lakmus merah dan biru, kemudian dimasukkan
ke dalam plat tetes
2. Diteteskan larutan HCl, NaOH, NaCl dan CH3COOH ke dalam
plat tetes yang sudah diletakkan kertas lakmus
3. Amati dan catat perubahan warna kertas lakmus merah dan biru
4. Dimasukkan larutan soda, air jeruk, cuka, air kapur, air sabun,
air suling, air garam, air sumur ke dalam masing-masing tabung
reaksi
5. Dicelupkan kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru ke
dalam sampel
6. Amati dan catat perubahan warna kertas lakmus merah dan biru
2.2.2 Identifikasi pengukuran pH menggunakan indikator universal
1. Dituangkan masing-masing sampel bahan cair ke dalam beaker
glass hingga sepertiga volume beaker glass
2. Dilakukan pengujian keasaman (pH) dengan mencelupkan
kertas indikator pH universal pada sampel bahan cair
3. Diamati perubahan warna kertas indikator pH universal
4. Dicocokkan dengan grafik warna yang tertera pada label kotak
indikator
5. Ditentukan dan catat pH nya
2.2.3 Identifikasi pengukuran pH menggunakan indikator metil merah
1. Dituangkan masing-masing sampel bahan cair ke dalam tabung
reaksi hingga sepertiga volume tabung reaksi
2. Ditambahkan 3 tetes indikator metil merah pada sampel bahan
cair ke dalam masing-masing tabung reaksi
3. Amati dan catat perubahan warnanya
2.2.4 Identifikasi pengukuran pH menggunakan indikator metil jingga
1. Dituangkan masing-masing sampel bahan cair ke dalam tabung
reaksi hingga sepertiga volume tabung reaksi
2. Ditambahkan 3 tetes indikator metil jingga pada sampel bahan
cair ke dalam masing-masing tabung reaksi
3. Amati dan catat perubahan warnanya
2.2.5 Identifikasi pengukuran pH menggunakan indikator brom timol
phthalein
1. Dituangkan masing-masing sampel bahan cair ke dalam tabung
reaksi hingga sepertiga volume tabung reaksi
2. Ditambahkan 3 tetes indikator brom timol phthalein pada
sampel bahan cair ke dalam masing-masing tabung reaksi
3. Amati dan catat perubahan warnanya
2.2.6 Identifikasi pengukuran pH menggunakan phenol phthalein
1. Dituangkan masing-masing sampel bahan cair ke dalam tabung
reaksi hingga sepertiga volume tabung reaksi
2. Ditambahkan 3 tetes indikator PP pada sampel bahan cair ke
dalam masing-masing tabung reaksi
3. Amati dan catat perubahan warnanya
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Pengamatan

Brom
Lakmus Lakmus pH Metil Metil Phenol
Sampel Timol Keterangan
Merah Biru Universal Merah Jingga Phthalein
Blue

Kuning Tidak
Soda Merah Merah 4 Merah Kuning Asam
Jingga Berwarna
Tidak
Air jeruk Merah Merah 3 Merah Merah Kuning Asam
Berwarna
Tidak
Cuka Merah Merah 1 Merah Merah Kuning Asam
Berwarna
Kuning Merah
Air kapur Biru Biru 8 Kuning Biru Basa
Jingga Muda
Kuning Merah
Air sabun Biru Biru 12 Kuning Biru Basa
Jingga Muda
Kuning Tidak
Air suling Merah Biru 7 Kuning Biru Netral
Jingga Berwarna
Kuning Tidak
Air garam Merah Biru 7 Kuning Kuning Netral
Jingga Berwarna
Kuning Tidak
Air sumur Merah Biru 7 Kuning Biru Netral
Jingga Berwarna
Tidak
HCl Merah Merah 1 Merah Merah Kuning Asam
Berwarna
Kuning Merah
NaOH Biru Biru 12 Kuning Biru Basa
Jingga Muda
Kuning Tidak
NaCl Merah Biru 7 Kuning Biru Netral
Jingga Berwarna
Tidak
CH3COOH Merah Merah 1 Merah Merah Kuning Asam
Berwarna
3.2 Pembahasan

Arrhenius menjabarkan asam sebagai zat yang ketika dimasukkan


dalam air menghasilkan ion hydronium (H+). Lebih jelasnya, asam
diidentikan dengan zat yang berupa kovalen polar dan akan larut di air.
Sedangkan basa menurut Arrhenius adalah zat yang dapat menghasilkan ion
hidroksida (OH-) ketika ditaruh di dalam air. Kendati bisa larut juga dalam
air, basa ternyata memiliki perbedaan dengan asam ada pada ion yang
dihasilkannantinya.
Bronsted-Lowry mendeskripsikan asam dan basa dengan jenis larutan yang
bermacam-macam. Lengkapnya, asam adalah zat yang mampu memberikan
ion H+ (donor proton), sedangkan basa menerima H+ (akseptor proton).
Dari pengirim dan penerima proton ini, maka sifat asam basa dari sebuah
benda yang dilarutkan di larutan dengan kandungan zat berbeda dapat
diidentifikasi.
Dapat dikatakan bahwa teori asam basa menurut lewis ini lebih luas
dibanding dua teori yang telah disebutkan sebelumnya. Menurut Lewis,
asam merupakan akseptor pasangan elektron dan basa merupakan pendonor
pasangan elektron. Teori ini juga diklaim memiliki kelebihan dalam
mengidentifikasi reaksi asam-basa yang berada dalam benda padat, gas, dan
medium pelarut lain (bukan air biasa), serta tidak melibatkan transfer proton
(teoriBronsted-Lowry).

Larutan asam dan basa akan memberikan warna tertentu jika


direaksikan dengan indikator. Indikator merupakan suatu senyawa
kompleks yang bisa atau dapat bereaksi dengan senyawa asam
basa. Indikator asam-basa adalah cara untuk mengetahui apakah jenis suatu
larutan tersebut asam, basa atau netral menggunakan indikator baik
indikator alami maupun buatan. Dengan Melalui indikator, kita akan dapat
mengetahui suatu zat bersifat asam atau pun basa. Indikator tersebut juga
dapat digunakan untuk dapat mengetahui tingkat kekuatan pada suatu asam
atau basa. Dibawah ini merupakan macam jenis indikator yang paling
banyak digunakan antara lain ialah sebagai berikut :

1. Kertas lakmus
Kertas lakmus ini terdapat dua jenis , yaitu lakmus merah serta
lakmus biru. Senyawa asam basa dapat diindentifikasi dengan
menggunakan kertas lakmus dengan cara mengamatinya pada
perubahan warna dikertas lakmus pada saat bereaksi dengan larutan.
Pada larutan asam, kertas lakmus itu selalu berwarna merah,
sedangkan pada larutan basa, kertas lakmus tersebut selalu berwarna
biru.
2. Indikator alami
Beberapa merupakan jenis tanaman dan dapat dijadikan ialahsebagai
indikator alami, contohnya kol ungu, kulit manggis, bunga sepatu,
bunga bougenvile, pacar air, serta juga kunyit. Syarat untuk dapat
atau tidaknya suatu tanaman itu untuk dijadikan ialah sebagai
indikator alami ialah terjadinya perubahan warna jika ekstraknya
diteteskan pada larutan asam maupun basa. Jika ekstrak kubis ungu
diteteskan dalam larutan asam, basa, dan netral akan menghasilkan
warna-warna seperti pada Tabel di bawah ini.

Warna Indikator Kubis Ungu Sifat Larutan


Merah tua Asam kuat
Merah Asam medium
Merah keunguan Asam lemah
Ungu Netral
Biru kehijauan Basa lemah
Hijau Basa medium
Kuning Basa kuat

3. Larutan indikator
Untuk dapat mendeteksi sifat asam basa suatu zat, pada umumnya
digunakan indikator didalam sebuah bentuk larutan, sebab dengan
larutan indikator, sifat pembawaan asam maupun basa itu menjadi
lebih mudah untuk dideteksi. Indikator yang sering digunakan pada
laboratorium ialah:
a. Larutan indikator fenolftalein (PP)
b. Metil merah (MM)
c. Metil jingga (MO)
d. Bromtimol blue (BTB)
4. pH meter
pH meter tersebut bisa digunakan ialah sebagai alat pengukur pH
pada suatu larutan dengan cepat dan kiga akurat. pH meter ini
memiliki elektroda yang dapat dicelupkan ke dalam sebuah larutan
asam basa yang akan diukur nilai pH-nya. Nilai pH tersebut dapat
dengan mudah dilihat secara langsung dengan melalui angka yang
tertera pada layar digital alat pH meter itu sendiri.
5. Indikator universal
Salah satu dari indikator yang memiliki atau mempunyai tingkat
kepercayaan baik merupakan indikator universal. Indikator
universal ini merupakan indikator yang tediri dari bebagai macam
indikator dengan warna yang juga berbeda untuk tiap-tiap nilai pH
antara 1 – 14. Indikator universal tersebut ada yang berupa
sebuah larutan dan juga ada yang berbentuk kertas. Paket indikator
universal tersebut selalu dilengkapi dengan adanya warna standar
untuk pH 1 – 14. Cara menggunakan indikator universal ini ialah
dengan mencelupkan kertas indikator universal pada suatu larutan
yang akan diteliti/diselidiki nilai pH-nya atau meneteskan indikator
universal pada larutan yang deteksi. Selanjutnya, tinggal amati
perubahan warna yang terjadi serta bandingkan perubahan warna
tersebut dengan warna yang standar.

Perubahan warna kertas lakmus sebenarnya karena adanya orchein


(ekstrak lichenes) warna biru dalam kertas lakmus. Lakmus biru dibuat
dengan menambahkan ekstrak lakmus berwarna biru ke dalam kertas putih.
Kertas akan menyerap ekstrak lakmus dan dikeringkan dalam udara terbuka,
sehingga dihasilkan kertas lakmus biru. Kertas lakmus biru pada larutan
yang bersifat basa akan tetap biru, karena orchein merupakan anion,
sehingga tidak akan bereaksi dengan anion (OH-). Kertas lakmus merah
dibuat dengan proses yang sama dengan pembuatan kertas lakmus biru,
tetapi ditambahkan sedikit asam sulfat atau asam klorida agar warnanya
menjadi merah. Sehingga mekanisme reaksi orchein pada suasana asama
akan kembali terjadi. Apabila kertas lakmus merah dimasukkan ke dalam
larutan yang bersifat asam, warnanya akan tetap merah karena lakmus
merah memang merupakan orchein dalam suasana asam. Sedangkan,
apabila kertas lakmus merah ditambahkan larutan yang bersifat basa, maka
orchein yang berwarna biru akan kembali terbentuk.
Indikator asam basa adalah senyawa khusus yang ditambahkan pada
larutan, dengan tujuan mengetahui kisaran pH dalam larutan tersebut.
Indikator asam basa biasanya adalah asam atau basa organik lemah.
Senyawa indikator yang tak terdisosiasi akan mempunyai warna berbeda
dibanding dengan indikator yang terionisasi. Sebuah indikator asam basa
tidak mengubah warna dari larutan murni asam ke murni basa pada
konsentrasi ion hidrogen yang spesifik, melainkan hanya pada kisaran
konsentrasi ion hidrogen. Kisaran ini merupakan suatu interval perubahan
warna, yang menandakan kisaran pH.
Beberapa ciri dari zat asam, antara lain :
1. Beberapa jenis asam yang aman dikonsumsi, jika dirasakan oleh lidah
akan terasa masam. Asam jenis kuat juga terasa masam namun tidak
dianjurkan untuk dicicipi karena bersifar merusak jaringan kulit
2. Jika diukur dengan alat khusus,maka pH nya akan lebih kecil dari 7
atau ditulis pH < 7
3. Jika terkena kulit akan terasa perih, untuk asam yang bersifat kuat.
Juga bisa merusak kayu
4. Bersifat korosif (memicu karat) jika terkena besi atau logam
5. Bersifat dapat menghantar listrik karena mengandung elektrolit
Beberapa ciri dari basa, antara lain :
1. Rasanya pahit
2. Basa murni berbentuk kristal padat
3. Basa memiliki pH yang lebih besar daripada 7 atau ditulis pH > 7
4. Licin jika dipegang dengan jari
5. Sifatnya kaustik (merusak jaringan kulit) jika kadarnya tinggi
6. Dapat digunakan untuk mengemulsi minya
7. Dapat menghantarkan listrik sebab mengandung elektrolit

Pada pengujian sampel soda, kertas lakmus warna merah setelah


dicelupkan ke sampel tetap berwarna merah sedangkan kertas lakmus biru
setelah dicelupkan ke sampel berubah menjadi warna merah. Hal ini
menunjukkan bahwa soda bersifat asam
Pada pengujian sampel air jeruk, kertas lakmus warna merah setelah
dicelupkan ke sampel tetap berwarna merah sedangkan kertas lakmus biru
setelah dicelupkan ke sampel berubah menjadi warna merah. Hal ini
menunjukkan bahwa air jeruk bersifat asam
Pada pengujian sampel cuka, kertas lakmus warna merah setelah
dicelupkan ke sampel tetap berwarna merah sedangkan kertas lakmus biru
setelah dicelupkan ke sampel berubah menjadi warna merah. Hal ini
menunjukkan bahwa cuka bersifat asam
Pada pengujian sampel air kapur, kertas lakmus warna merah setelah
dicelupkan ke sampel berubah menjadi warna berwarna biru sedangkan
kertas lakmus biru setelah dicelupkan ke sampel tetap berwarna biru. Hal
ini menunjukkan bahwa air kapur bersifat basa
Pada pengujian sampel air sabun, kertas lakmus warna merah setelah
dicelupkan ke sampel berubah menjadi warna biru sedangkan kertas lakmus
biru setelah dicelupkan ke sampel tetap berwarna biru. Hal ini menunjukkan
bahwa air sabun bersifat basa
Pada pengujian sampel air suling, kertas lakmus warna merah
setelah dicelupkan ke sampel tetap berwarna merah dan kertas lakmus biru
setelah dicelupkan ke sampel tetap berwarna biru. Hal ini menunjukkan
bahwa air suling bersifat netral
Pada pengujian sampel air garam, kertas lakmus warna merah
setelah dicelupkan ke sampel tetap berwarna merah dan kertas lakmus biru
setelah dicelupkan ke sampel tetap berwarna biru. Hal ini menunjukkan
bahwa air garam bersifat netral
Pada pengujian sampel air sumur, kertas lakmus warna merah
setelah dicelupkan ke sampel tetap berwarna merah dan kertas lakmus biru
setelah dicelupkan ke sampel tetap berwarna biru. Hal ini menunjukkan
bahwa air sumur bersifat netral
Pada pengujian sampel HCl, kertas lakmus warna merah setelah
diteteskan oleh sampel tetap berwarna merah sedangkan kertas lakmus biru
setelah diteteskan sampel berubah menjadi warna merah. Hal ini
menunjukkan bahwa HCl bersifat asam
Pada pengujian sampel NaOH, kertas lakmus warna merah setelah
diteteskan oleh sampel berubah menjadi berwarna biru sedangkan kertas
lakmus biru setelah diteteskan tetap berwarna biru. Hal ini menunjukkan
bahwa NaOH bersifat basa
Pada pengujian sampel NaCl, kertas lakmus warna merah setelah
diteteskan oleh sampel tetap berwarna merah dan kertas lakmus biru setelah
diteteskan oleh sampel tetap berwarna biru. Hal ini menunjukkan bahwa
NaCl bersifat netral
Pada pengujian sampel CH3COOH, kertas lakmus warna merah
setelah diteteskan oleh sampel tetap berwarna merah sedangkan kertas
lakmus biru setelah diteteskan sampel berubah menjadi warna merah. Hal
ini menunjukkan bahwa CH3COOH bersifat asam
BAB IV
KESIMPULAN

Dari praktikum kali ini dengan judul “Asam Basa”, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Menurut Arrhenius, asam apabila dilarutkan dalam air akan melepaskan ion
H+ sedangkan basa akan melepaskan ion OH-
2. Beberapa indikator umum yang digunakan untuk menentukan keasaman
dalam titrasi asam basa seperti kertas lakmus, pH universal, fenolftalein,
bromtimol biru, metil merah, metil jingga
3. Rentang pH indikator universal
Rentang pH Keterangan Warna
<3 Asam Kuat Merah
3-6 Asam Lemah Jingga/Kuning
7 Netral Hijau
8-11 Basa Lemah Biru
>11 Basa Kuat Ungu/Violet

4. Sampel yang termasuk zat asam yaitu soda, air jeruk, cuka, HCl dan
CH3COOH
5. Sampel yang termasuk zat basa yaitu air kapur, air sabun dan NaOH
6. Sampel yang termasuk netral yaitu air suling, air garam, air sumur, NaCl
DAFTAR PUSTAKA

Brady, James E.1999. Kimia Uuniversitas Asas dan Struktur. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama

Chang, Raymond.2009. Kimia Dasar Konsep Inti. Jakarta : Erlangga

Hardjono,S.2005. Kimia Dasar. Yogyakarta : UGM Pers

Kenaan, dkk.1984. Kimia untuk Universitas. Jakarta : Erlangga

Marwati, Siti.2010. Aplikasi Beberapa Ekstrak Bunga Berwarna sebagai Indikator


Alami pada Titrasi Asam Basa. Yogyakarta : Jurnal sains UNY

Sundari, Ratna. PEMANFAATAN DAN EFISIENSI KURKUMIN KUNYIT


(CURCUMA DOMESTICA VAL) SEBAGAI INDIKATOR TITRASI ASAM BASA.
Jurnal Tekno in 595-601, Vol. 22, No 8, 2016.

Windarti.2008.Kimia Analisa Kuantitatif. Yogyakarta : Departemen Perindustrian

Anda mungkin juga menyukai