0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
81 tayangan114 halaman

Modul Fte 2021-2022 Ind

Modul ini berisi daftar penyusun modul praktikum fisika dasar Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom serta lembar revisi dan pernyataan penggunaan modul tersebut."

Diunggah oleh

sesuda
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
81 tayangan114 halaman

Modul Fte 2021-2022 Ind

Modul ini berisi daftar penyusun modul praktikum fisika dasar Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom serta lembar revisi dan pernyataan penggunaan modul tersebut."

Diunggah oleh

sesuda
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 114

MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

DAFTAR PENYUSUN

• Andre Prasetyo • Aditya Nicola Putra


• Ayu Sekar Safitri • Firda Rizki Nur Hanifa
• Candra Budiman • Gebby Novalisza
• Cyla Rahmania • Hana Merlina Hesti Bestari
• Fath Muhammad Isham • Jonathan Vito Setiawan
• Firda Aulya Syahrul • Muhammad Andika Naufan Dwiandharu
• M. Hasyim Abdillah P. • Muhammad Haekal Panderadja Pasi
• Maulana Fauzan Athalla Halinda • Nurfadhilah Putri Bumi
• Tania Verasta • Rahma Dania Aleem Lestari
• Viny Aulia Sabilla • Rezika Ramadhanti

ii
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

LEMBAR REVISI

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Dr. Rahmat Awaludin Salam, S.Si., M.Si.

NIK : 14890058

Jabatan : Dosen Pembina Laboratorium Fisika Dasar

Dengan ini menyatakan pelaksanaan Revisi Modul Fisika Dasar unutuk Fakultas Teknik
Elektro, telah dilaksanakan dengan penjelasan sebagai berikut :

No Keterangan Revisi Tanggal Revisi Terakhir

iii
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Dr. Rahmat Awaludin Salam, S.Si., M.Si.

NIK : 14890058

Jabatan : Dosen Pembina Laboratorium Fisika Dasar

Menerangkan dengan sesungguhnya bahwa modul praktikum ini telah direview dan
akan digunakan untuk pelaksanaan praktikum di Semester Ganjil Tahun Akademik 2021/2022
di Laboratorium Fisika Dasar Fakultas Teknik Eketro Universitas Telkom

Bandung, Agustus 2021

Dosen Pembina Laboratroium

Fisika Dasar

Dr. Rahmat Awaludin Salam, S.Si., M.Si.

NIK 14890058

iv
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

VISI DAN MISI


Fakultas Teknik Elektro

VISI :

Menjadi fakultas berstandar internasional yang berperan aktif dalam pengembangan


pendidikan, riset, dan entrepreneurship di bidang teknik elektro dan teknik fisika, berbasis
teknologi informasi.

MISI :

1. Menyelenggarakan sistem pendidikan yang berstandar internasional di bidang teknik


elektro dan teknik fisika berbasis teknologi informasi.
2. Menyelenggarakan, menyebarluaskan, dan memanfaatkan hasil-hasil riset berstandar
internasional di bidang teknik elektro dan fisika.
3. Menyelenggarakan program entrepreneurship berbasis teknologi bidang teknik elektro
dan teknik fisika di kalangan sivitas akademika untuk mendukung pembangunan
ekonomi nasional.
4. Mengembangkan jejaring dengan perguruan tinggi dan industri terkemuka dalam dan
luar negeri dalam rangka kerjasama pendidikan, riset, dan entrepreneurship.
5. Mengembangkan sumberdaya untuk mencapai keunggulan dalam pendidikan, riset, dan
entrepreneurship.

v
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

VISI DAN MISI

Prodi S1 Teknik Elektro

VISI :

Menjadi program studi berstandar internasional dan menghasilkan sarjana berkeahlian


Sistem Elektronika, Sistem Kendali, atau Teknik Biomedika.

MISI :

1. Menyelenggarakan pendidikan berstandar internasional untuk menghasilkan lulusan


yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi Sistem Elektronika, Sistem Kendali,
atau Teknik Biomedika;
2. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi Sistem
Elektronika, Sistem Kendali, dan Teknik Biomedika yang diakui secara internasional
dengan melibatkan mahasiswa secara aktif;
3. Memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi Sistem Elektronika, Sistem Kendali,
dan Teknik Biomedika untuk kesejahteraan dan kemajuan peradaban bangsa.

vi
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

VISI DAN MISI

Prodi S1 Teknik Telekomunikasi

VISI :

Menjadi Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi berstandar internasional yang


berperan aktif dalam pengembangan ilmu dan teknologi telekomunikasi khususnya wireless
communication.

MISI :

1. Menyelenggarakan pendidikan unggulan dan berstandar internasional


2. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi
telekomunikasi khususnya wireless communication yang diakui secara internasional
3. Memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi telekomunikasi untuk peradaban
bangsa dan masyarakat internasional.

vii
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

VISI DAN MISI


Prodi S1 Teknik Fisika

VISI :
Menjadi Program Studi S1 Teknik Fisika berstandar internasional yang berperan aktif
dalam pengembangan, pendidikan, riset, dan enterpreneurship di bidang keteknikfisikaan yang
berbasis teknologi informasi.

MISI :

1. Menyelenggarakan sistem pendidikan yang berstandar internasional di bidang Teknik


Fisika berbasis teknologi informasi.
2. Menyelenggarakan, menyebarluaskan, dan memanfaatkan hasil-hasil riset berstandar
internasional di bidang Teknik Fisika.
3. Menyelenggarakan program enterpreneurship di kalangan sivitas akademika yang
berbasis teknologi bidang Teknik Tisika.
4. Mengembangkan jejaring dengan perguruan tinggi dan industri terkemuka dalam dan
luar negeri dalam rangka kerjasama pendidikan, riset, dan enterpreneurship.
5. Mengembangkan sumberdaya untuk mencapai keunggulan dalam pendidikan, riset,
dan enterpreneurship di bidang Teknik Fisika.

viii
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

VISI DAN MISI

Prodi S1 Teknik Komputer

VISI :

Menjadi Program Studi S1 berstandar internasional, berperan aktif dalam ilmu


pengetahuan dan teknologi di bidang sistem komputer berbasis teknologi informasi dan
komunikasi.

MISI :

1. Menyelenggarakan pendidikan tinggi yang berstandar internasional untuk


menghasilkan lulusan yang menguasai ilmu dan teknologi komputer.
2. Mengembangkan, menyebarluaskan, dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi bidang sistem komputer, serta bekerjasama dengan industri/institusi, guna
meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan masyarakat.
3. Mengembangkan dan membina jejaring dengan perguruan tinggi dan industri
terkemuka dalam dan luar negeri dalam rangka kerjasama pendidikan dan penelitian.
4. Mengembangkan sumber daya untuk mencapai keunggulan dalam pembelajaran,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

ix
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

VISI DAN MISI

Prodi S1 Teknik Biomedis

VISI:

Menjadi Program Studi berstandar internasional yang menghasilkan SDM unggul yang
berperan aktif dalam riset dan kewirausahaan dalam bidang teknik biomedis berbasis teknologi
informasi

MISI:

1. Mempersiapkan lulusan yang unggul di bidang teknologi biomedis dengan menciptakan


lingkungan belajar yang kondusif untuk mendorong pertumbuhan intelektual.
2. Berkontribusi dalam pengembangan ilmu dan teknologi di bidang teknik biomedis
untuk mendorong inovasi perangkat penunjang kesehatan berbasis teknologi di lingkup
global.
3. Membangun jaringan kemitraan yang kuat dengan pemangku kepentingan di bidang
pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat dan industri.
4. Menyelenggarakan program kewirausahaan di bidang teknik biomedis berbasis
teknologi informasi.

x
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

ATURAN LABORATORIUM FAKULTAS TEKNIK


ELEKTRO UNIVERSITAS TELKOM

Setiap Mahasiswa Fakultas Teknik Elektro yang akan menggunakan Fasilitas


Laboratorium, WAJIB mematuhi aturan sebagai berikut:

1. Menggunakan seragam resmi Telkom University, dan Membawa Kartu


Tanda Mahasiswa (KTM) yang masih berlaku.
2. Tidak berambut gondrong untuk mahasiswa.
3. Dilarang merokok, makan, dan minum di dalam ruangan. Membuang sampah pada
tempatnya.
4. Dilarang menyimpan barang-barang milik pribadi di Laboratorium tanpa seijin Fakultas.
5. Dilarang menginap di Laboratorium tanpa seijin Fakultas.
6. Jam Kerja Laboratorium dan Ruang Riset adalah 06.30 WIB sampai 22.00 WIB.
7. Mahasiswa yang akan menggunakan Laboratorium dan atau ruang riset diluar jam kerja,
harus mengajukan ijin kepada Fakultas.

Dekan Fakultas Teknik Elektro


Bandung, Agustus 2021

Dr. Bambang Setia Nugroho,S.T., M.T.

xi
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

DAFTAR ISI

DAFTAR PENYUSUN ............................................................................................................. ii


LEMBAR REVISI ................................................................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN..................................................................................................... iv
VISI DAN MISI ........................................................................................................................ v
ATURAN LABORATORIUM FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS
TELKOM ................................................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. xv
DAFTAR TABEL .................................................................................................................. xvi
TATA TERTIB UMUM PRAKTIKUM FISIKA DASAR TAHUN AKADEMIK
2021/2022 ............................................................................................................................... xvii
MODUL I PENGUKURAN DAN ANGKA PENTING ....................................................... 2
I. TUJUAN ...................................................................................................................... 2
II. ALAT DAN BAHAN .................................................................................................. 2
III. DASAR TEORI ............................................................................................................ 2
IV. PENGOLAHAN DATA............................................................................................. 11
V. ANALISIS .................................................................................................................. 11
MODUL II GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN ................................................. 13
I. TUJUAN .................................................................................................................... 13
II. ALAT-ALAT ............................................................................................................. 13
III. DASAR TEORI .......................................................................................................... 13
IV. PROSEDUR PERCOBAAN ...................................................................................... 16
V. PENGOLAHAN DATA............................................................................................. 21
VI. ANALISIS .................................................................................................................. 21
MODUL III GERAK LURUS BERATURAN.................................................................... 23
I. TUJUAN .................................................................................................................... 23
II. ALAT-ALAT ............................................................................................................. 23
III. DASAR TEORI .......................................................................................................... 23
IV. PROSEDUR PERCOBAAN ...................................................................................... 25
V. PENGOLAHAN DATA............................................................................................. 27
VI. ANALISIS .................................................................................................................. 28

xii
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL IV MOMEN INERSIA ......................................................................................... 30


I. TUJUAN .................................................................................................................... 30
II. ALAT-ALAT ............................................................................................................. 30
III. DASAR TEORI .......................................................................................................... 30
IV. PROSEDUR PERCOBAAN ...................................................................................... 32
V. PENGOLAHAN DATA............................................................................................. 33
VI. ANALISIS .................................................................................................................. 33
MODUL V GERAK MELINGKAR BERATURAN I ....................................................... 35
I. TUJUAN .................................................................................................................... 35
II. ALAT – ALAT ........................................................................................................... 35
III. DASAR TEORI .......................................................................................................... 35
IV. PRAKTIKUM MENGUKUR GAYA SENTRIPETAL ............................................ 40
V. PROSEDUR PERCOBAAN ...................................................................................... 41
VI. PENGOLAHAN DATA............................................................................................. 42
VII. ANALISIS .................................................................................................................. 43
MODUL VI GERAK MELINGKAR BERATURAN II .................................................... 45
I. TUJUAN .................................................................................................................... 45
II. ALAT – ALAT ........................................................................................................... 45
III. PRAKTIKUM MENGUKUR GAYA GRAVITASI SETEMPAT ........................... 45
IV. PENGOLAHAN DATA............................................................................................. 47
V. ANALISIS .................................................................................................................. 48
MODUL VII GERAK OSILASI .......................................................................................... 50
I. TUJUAN .................................................................................................................... 50
II. ALAT DAN BAHAN ................................................................................................ 50
III. DASAR TEORI.......................................................................................................... 50
IV. PROSEDUR PERCOBAAN ...................................................................................... 53
V. PENGOLAHAN DATA............................................................................................. 53
VI. ANALISIS .................................................................................................................. 54
MODUL VIII GERAK JATUH BEBAS ............................................................................. 56
I. TUJUAN .................................................................................................................... 56
II. ALAT DAN BAHAN ................................................................................................ 56
III. DASAR TEORI .......................................................................................................... 56
IV. PROSEDUR PERCOBAAN ...................................................................................... 58

xiii
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

V. PENGOLAHAN DATA............................................................................................. 59
VI. ANALISIS .................................................................................................................. 60
MODUL IX RESONANSI GELOMBANG BUNYI .......................................................... 62
I. TUJUAN .................................................................................................................... 62
II. ALAT DAN BAHAN ................................................................................................ 62
III. DASAR TEORI .......................................................................................................... 62
IV. PROSEDUR PERCOBAAN ...................................................................................... 65
V. PENGOLAHAN DATA............................................................................................. 65
VI. ANALISIS .................................................................................................................. 68
MODUL X KALIBRASI OSILOSKOP DAN OSILATOR .............................................. 70
I. TUJUAN .................................................................................................................... 70
II. ALAT-ALAT ............................................................................................................. 70
III. DASAR TEORI .......................................................................................................... 70
IV. PROSEDUR PRAKTIKUM ...................................................................................... 71
MODUL XI SUPERPOSISI GETARAN HARMONIK SEJAJAR ................................. 76
I. TUJUAN .................................................................................................................... 76
II. ALAT-ALAT ............................................................................................................. 76
III. DASAR TEORI .......................................................................................................... 76
IV. PENGOLAHAN DATA............................................................................................. 80
MODUL XII SUPERPOSISI GETARAN HARMONIK TEGAK LURUS ..................... 83
I. TUJUAN .................................................................................................................... 83
II. ALAT-ALAT ............................................................................................................. 83
III. DASAR TEORI .......................................................................................................... 83
IV. ANALISIS .................................................................................................................. 89
DAFTAR NAMA ASISTEN PRAKTIKUM FISIKA DASAR PERIODE 2021 – 2022 .. 90
STRUKTUR ORGANISASI LABORATORIUM FISIKA DASAR PERIODE 2021 /
2022 .......................................................................................................................................... 91

xiv
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Grafik Percepatan Terhadap Waktu..................................................................... 15
Gambar 2. 2 Grafik Jarak Terhadap Waktu .............................................................................. 15
Gambar 2. 3 Grafik Kecepatan Terhadap Waktu ..................................................................... 15
Gambar 2. 4 Grafik Kecepatan Terhadap Waktu dengan Vo ................................................... 15
Gambar 2. 5 Katrol dengan Beban ........................................................................................... 16
Gambar 3. 1 Grafik Jarak Terhadap Waktu .............................................................................. 24
Gambar 3. 2 Grafik Kecepatan Terhadap Waktu ..................................................................... 24
Gambar 3. 3 Katrol dengan Beban ........................................................................................... 25
Gambar 4. 1 Katrol ................................................................................................................... 31
Gambar 5. 1 Analisis ................................................................................................................ 36
Gambar 5. 2 Perputaran Jarum Jam .......................................................................................... 38
Gambar 5. 3 Komedi Putar ....................................................................................................... 38
Gambar 5. 4 Analisis gerak sentripetal ..................................................................................... 40
Gambar 6. 1 Analisis Gaya Bejana Pipih ................................................................................. 45
Gambar 7. 1 Bandul Fisis ......................................................................................................... 50
Gambar 7. 2 Analisis Percobaan Osilasi .................................................................................. 52
Gambar 8. 1 Analisis Gerak Jatuh Bebas ................................................................................. 57
Gambar 8. 2 Rangkaian alat praktikum GJB ............................................................................ 58
Gambar 9. 1 Ilustrasi Alat Praktikum ....................................................................................... 63
Gambar 9. 2 Gelombang Berdiri Pada Pipa Organa Tertutup .................................................. 63
Gambar 9. 3 Audi Frequency Generator .................................................................................. 65
Gambar 9. 4 Ilustrasi Alat Praktikum ....................................................................................... 65
Gambar 10. 1 Osiloskop ........................................................................................................... 70
Gambar 10. 2 Tampilan Osiloskop ........................................................................................... 72
Gambar 11. 1 Gelombang Pelayangan ..................................................................................... 77
Gambar 11. 2 Gelombang Kompleks ....................................................................................... 77
Gambar 12. 1 Elips Tegak ........................................................................................................ 84
Gambar 12. 2 Elips Tidak Tegak .............................................................................................. 84
Gambar 12. 3 Lissajous ............................................................................................................ 85
Gambar 12. 4 Langkah 1 Membuat Lissajous .......................................................................... 87
Gambar 12. 5 Langkah 2 membuat lissajous............................................................................ 87
Gambar 12. 6 Langkah 3 membuat lissajous............................................................................ 88
Gambar 12. 7 Langkah 4 membuat lissajous............................................................................ 88

xv
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Contoh Aturan Angka Penting .................................................................................. 9
Tabel 1. 2 Tabel Pengukuran Angka Penting ........................................................................... 11
Tabel 1. 3 Tabel Pelaporan Angka Penting .............................................................................. 11
Tabel 2. 1 Data Pengamatan GLBB ......................................................................................... 17
Tabel 2. 2 Percepatan GLBB dengan Satu Beban Tambahan .................................................. 18
Tabel 2. 3 Percepatan GLBB dengan Dua Beban Tambahan................................................... 20
Tabel 3. 1 Data Pengamatan GLB ............................................................................................ 26
Tabel 3. 2 Data Kecepatan Beban ............................................................................................ 26
Tabel 5. 1 Perbandingan Gerak Lurus dan Melingkar ............................................................. 36
Tabel 5. 2 Data pada Percobaan Gaya Sentripetal Tali ............................................................ 42
Tabel 5. 3 Pengamatan Gaya .................................................................................................... 43
Tabel 6. 1 Data pada Percobaan Bejana Pipih .......................................................................... 47
Tabel 6. 2 Hasil Pengamatan Percepatan Gravitasi .................................................................. 47
Tabel 7. 1 Data Pengamatan Gerak Osilasi .............................................................................. 53
Tabel 8. 1 Data Pengamatan GJB ............................................................................................. 59
Tabel 9. 1 Hasil Pengamatan Percobaan Kesatu ...................................................................... 65
Tabel 9. 2 Hasil Pengamatan Percobaan Kedua ....................................................................... 65
Tabel 9. 3 Hasil Pengamatan Percobaan Ketiga ....................................................................... 66
Tabel 9. 4 Regresi Linear Pada RGB ....................................................................................... 66
Tabel 10. 1 Keterangan tombol osiloskop ................................................................................ 71
Tabel 10. 2 Hasil Pengamatan percobaan SGH 1 ..................................................................... 73
Tabel 11. 1 Hasil Pengamatan Percobaan SGH 2 .................................................................... 80
Tabel 11. 2 Hasil pengamatan percobaan SGH 3 ..................................................................... 81
Tabel 12. 1 Hasil pengamatan percobaan SGH 4 ..................................................................... 86

xvi
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

TATA TERTIB UMUM PRAKTIKUM FISIKA DASAR TAHUN


AKADEMIK 2021/2022

KEHADIRAN

1. Praktikan diharapkan sudah masuk ke room google meet 5 menit sebelum praktikum
dimulai.
2. Toleransi keterlambatan adalah 10 menit atau sampai waktu Tes Awal berakhir. Jika
melebihi waktu yang ditentukan praktikan tidak diperkenankan mengikuti praktikum
modul yang bersangkutan.
3. Keterlambatan sebelum/selama test awal (TA) diperkenankan mengikuti praktikum
tanpa ada tambahan waktu untuk TA.

ATURAN PENILAIAN

Penilaian praktikum Fisika meliputi parameter – parameter :

Tes Pendahuluan : 10%

Tes Awal : 20%

Praktikum : 30%

Jurnal : 20%

Presentasi : 20%

Total 100%

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1. Praktikan WAJIB menyalakan kamera.


2. Praktikan menggunakan format nama dengan nama lengkap.
3. Praktikan TIDAK diperbolehkan dalam keadaan berkendara atau dalam perjalanan.
Pastikan tempat harus tenang dan kondusif.
4. Pada saat praktikum dilarang memakai jaket kecuali SAKIT.

xvii
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

5. MIC DISESUAIKAN dengan kondisi.Hanya diaktifkan apabila diberi instruksi oleh


asisten. Disarankan menggunakan earphone atau headset.
6. Dilarang membuat keributan selama praktikum.
7. Tidak boleh makan atau minum saat praktikum.
8. Praktikan wajib mengikuti seluruh modul praktikum fisika. Jika tidak mengikuti salah
satu modul maka nilai modul yang tidak diikuti adalah NOL.
9. Segala sesuatu yang berhubungan dengan lab Fisika Dasar maupun Administrasi Fisika
Dasar harus memakai seragam sesuai dengan ketentuan Universitas Telkom.

Bagi praktikan perempuan :

1. Tidak memperlihatkan lekukan tubuh


2. Bagi yang tidak berjilbab, rambut wajib diikat
3. Tidak menggunakan atribut jurusan

Bagi praktikan laki – laki :

1. Rambut rapi
2. Tidak menggunakan atribut jurusan

Ketentuan seragam :

1. Senin : Kemeja Merah / Putih


2. Selasa – Rabu : Kemeja Putih
3. Kamis : Kemeja bebas / Putih
4. Jum’at : Kemeja Batik / Putih ( no outer batik)
5. Sabtu : Kemeja Bebas / Putih

10. Kepentingan mahasiswa yang berhubungan dengan praktikum fisika dasar ( asistensi )
dapat dilayani pada hari Senin – Sabtu dari pukul 06.30 sampai pukul 18.00 WLFD.
11. Pengurangan nilai terhadap praktikan tidak harus konfirmasi dan diperingatkan pada
praktikan yang bersangkutan.
12. Pengurangan nilai dapat dilakukan asisten jaga atau rekomendasi dari asisten lainnya.

xviii
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

TUGAS PENDAHULUAN

1. TP bersifat WAJIB karena TP merupakan syarat mengikuti praktikum.


2. TP dikerjakan pada kertas bergaris dan tulis tangan menggunakan pulpen berwarna
hitam atau biru. (KONSISTEN)
3. Soal TP akan dibagikan di Website Laboratorium Fisika Dasar. (https://labfisdas-
telu.com/)
4. TP dikumpulkan secara serentak pada hari yang telah ditentukan oleh asisten.
5. TP dikumpulkan secara ke PJ kelompok dari dijadikan 1 folder, TP dikumpulkan oleh
PJ kelompok dalam format file .rar/.zip dengan :

Format nama TP individu (Dalam .pdf) : TP [Modul]_[Nama]_[NIM]_[Kelompok]


Contoh : TP GMB_Maudy Ayunda_11031xxxxx_TK1Z
Format nama .rar/.zip : [Kelompok]_[Modul]
Contoh : TK1Z_GMB

6. Keterlambatan pengumpulan TP akan berdampak pada pengurangan nilai TP.


Keterlambatan 0-30 menit pengurangan sebesar 50%, >30 menit nilai TP=0.
7. Pengerjaan TP dengan format soal kemudian jawab. Jika tidak sesuai format,
pengurangan nilai sebesar 50%
8. Jika ada salah satu soal ataupun subsoal yang tidak dikerjakan, maka TP= 50%
9. TP dilarang plagiat. Jika plagiat maka TP = 0.

TES AWAL

1. Tes awal dilaksanakan selama 10 menit.


2. Tes awal tidak dapat diwakilkan.
3. Tidak ada waktu tambahan untuk pelaksanaan tes awal jika praktikan datang terlambat.
4. Dalam pelaksanaan tes awal praktikan dilarang berbuat curang dalam bentuk apapun.
Jika terjadi kecurangan nilai TES AWAL = 0.
5. Jika ada pertanyaan ditujukan langsung kepada asisten jaga.
6. Pengumpulan TA dalam bentuk .pdf dengan format nama file :
TA [Modul]_[Nama]_[NIM]_[Kelompok]
Contoh : TA GMB_Maudy Ayunda_1109xxxxxx_TK1Z

xix
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

JURNAL

1. Setiap praktikan wajib mengerjakan jurnal praktikum.


2. Jurnal dikerjakan pada folio bergaris menggunakan pulpen berwarna hitam atau biru.
3. Jurnal dikumpulkan pada saat presentasi.
4. Pembuatan jurnal harus sesuai dengan format yang telah ditentukan

PRESENTASI

1. Kelengkapan presentasi adalah membawa jurnal dan file presentasi.


2. Presentasi dilakukan pada minggu genap sejak praktikum modul pertama dimulai.
3. Waktu presentasi minimal 30 menit.

PRAKTIKUM SUSULAN

1. Segala bentuk perizinan untuk mengikuti praktikum susulan langsung diurus ke


Laboran FTE (via line ‘@seelabstelu’), bukan pada asisten praktikum.
2. Praktikan hanya dapat mengikuti praktikum susulan maksimal 1 kali selama satu
semester.
3. Waktu dan informasi pelaksanaan praktikum susulan akan diinfokan melalui Official
Account Praktikum Fisika Dasar.

HAK PRAKTIKAN

1. Mengikuti praktikum sesuai jadwal.


2. Meninggalkan room google meet praktikum dengan seizin asisten jaga.
3. Menanyakan atau mengkomplain nilai kepada asisten yang bersangkutan
4. Menanyakan hal yang kurang jelas yang berkenaan dengan materi yang ada pada modul
yang bersangkutan.
5. Mengadukan setiap pelanggaran yang dilakukan oleh asisten kepada Koordinator
Asisten Praktikum Laboratorium Fisika Dasar untuk ditindak lanjuti.

“HAL – HAL YANG BELUM DITETAPKAN AKAN


DITETAPKAN SELANJUTNYA”

xx
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL I
PENGUKURAN DAN ANGKA PENTING

I. TUJUAN
1. Mempelajari ketidakpastian, pengolahan data sederhana dan berbagai macam
pengukuran.
2. Menentukan ketidakpastian dalam proses pengukuran.
3. Memahami aturan angka penting dan penggunaannya.
4. Dapat mengoperasikan angka penting sesuai dengan aturan.

II. ALAT DAN BAHAN


1. Katrol
2. Spidol
3. Koin (Rp 500)
5. Neraca O’haus
6. Jangka Sorong

III. DASAR TEORI


A. Ketidakpastian Pada Pengukuran & Pengolahan Data Sederhana
Setiap pengukuran memiliki suatu ketidakpastian. Adapun beberapa faktor
penyebab ketidakpastian tersebut diantaranya:

o Keterbatasan Alat
Ketidakpastian disebabkan oleh nst (nilai skala terkecil) yang selalu ada,
kalibrasi yang tidak tepat, gesekan yang terjadi antar bagian alat yang bergerak,
kelelahan pegas, keausan alat dan lain-lain.

o Keterbatasan Pengamat
Di zaman modern ini semakin banyak peralatan berteknologi tinggi yang
digunakan. Pengoperasiannya pun memerlukan keterampilan yang tinggi, dalam

2
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

hal menyusun dan memakai alat-alat seperti: osiloskop, komputer, scaler counter,
dan sebagainya.

o Ketidakpastian Acak
Ketidakpastian yang dimaksud berupa tegangan listrik yang tidak pernah tetap
nilainya sehingga selalu mengalami fluktuasi, gerak Brown partikel udara, bising,
landasan bergetar, radiasi, dll. menyebabkan nilai pengukuran tidak pernah pasti.

Karena itu, suatu hasil pengukuran harus dilaporkan bersama dengan ketidakpastiannya.
Berikut adalah cara yang lazim digunakan :

x = x  x  X 

Dengan, x : lambang besaran yang diukur, misal suhu


{x} : nilai yang diperoleh, misal 36 °C
{Δx} : ketidakpastian (ktp) pada x misal 0,5
[X] : lambang satuan besaran x misal °C

Sebagai contoh, kita ingin mengukur suhu (T) dan diperoleh hasil pengukuran 36 °C
dan ketidakpastian pada alat ukur suhu adalah 0,5 °C, maka hasil pengukuran suhu
tersebut dapat dituliskan sebagai T = (36 ±0,5) °C.

Untuk memperoleh nilai {x±Δx} dibedakan 3 kasus berikut ini :

1) Pengukuran Dilaksanakan Sekali Saja.


Bila pengukuran hanya dilakukan sekali saja, maka x adalah nilai yang terbaca
pada waktu pengukuran dan Δx = ½nst (nilai skala terkecil), lazimnya demikian.
Nst adalah jarak dua titik berdekatan pada skala alat ukur. Tapi apabila skala alat
ukur dirasakan cukup besar, kadang-kadang digunakan 1/3 nst.

2) Pengukuran dilakukan Beberapa Kali.


Beberapa kali maksudnya adalah pengukuran 2 atau 3 kali saja. Apabila ini
yang dilakukan, maka nilai X adalah nilai rata-rata hasil pengukuran, atau X = X
dengan

 X i X 1 + X 2 + ... + X N
X = = ,
N N

3
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

dan X = X i − X maks dengan i = 1, 2,3

3) Pengukuran dilakukan N Kali


Dengan mengadakan pengulangan n kali, diperoleh apa yang disebut sampel
besaran x. Nilai yang digunakan sebagai x adalah nilai rata-rata sampel X = X , dan
sebagai ktp-nya digunakan deviasi standar nilai rata-rata (Sx) :

S n −1
X = S x =
N

S n −1 =
(
 Xi − X )
2
N  Xi 2 − ( Xi) 2
dengan N −1 = N ( N − 1)

dan i = 1,2,3,....N

Contoh : Pengukuran berulang atas besaran A menghasilkan sampel berikut:

11,8 - 12,0 - 12,2 - 12,0 - 11,9 - 12,0 - 12,2 - 11,8 - 11,9 - 12,2.

S n −1 =
 Xi − X ( )
2

X = 12 tepat; N −1 = 0,05 ; (ΔX = 0,02)

maka pelaporan hasil pengukuran dituliskan 𝑥 = (12,00 ± 0,02)


satuan.

B. Mengukur Besaran Secara Tak Langsung


Jarang sekali besaran yang hendak ditentukan lewat percobaan dapat diukur secara
langsung. Lebih sering besaran tersebut merupakan fungsi dari besaran – besaran lain
yang dapat kita ukur. Contoh: tidak ada alat yang dapat mengukur massa jenis (ρ). Tapi
dengan mengukur massa (m) dan volume (V), kita dapat menentukan (ρ). Akan tetapi
sewaktu mengukur massa dan volume, melekatlah ketidakpastian massa dan
ketidakpastian volume. Bagaimana hubungan antara ketidakpastian (ρ) dengan
ketidakpastian massa dan ketidakpastian volume ?

4
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Misalkan Y adalah besaran yang dicari dari besaran x karena Y = F(x). Karena
adanya ketidakpastian nilai x maka fungsi tersebut dapat ditulis Y = F(x+Δx ) dan
apabila diurutkan dengan deret Taylor di sekitar X = X , menjadi

 df  1  d2 f 
y = f ( x  x) = f ( x)    x +  2  (x) 2  ....
 dx  x 2!  dx x

dimana nilai y adalah y = f (x) ,

x
 1
Untuk x maka f ( x  x) dapat didekati dengan dua suku saja, sehingga

𝑑𝑓 𝑑𝑓
𝑦 = 𝑦 ± (𝑑𝑥 ) ∆𝑥 dan ∆𝑦 = |𝑑𝑥 | |∆𝑥|
𝑥 𝑥

Dengan proses yang tidak jauh beda, maka dapat dibuktikan bahwa untuk fungsi yang
lebih dari satu variabel, mis Z = F(x , y ) didapat:

dz dz
z = x + y
dx x , y dy x , y

Contoh :

Percepatan gravitasi setempat ingin ditentukan dengan mengukur periode T suatu


bandul matematis sepanjang L. Misalkan dari pengukuran menghasilkan

T = ( 2,00  0,02 ) s

L = ( 100  1 ) cm sedangkan

π = 3,14 ( dianggap tepat )

Dengan menggunakan rumus T = 2 L/ g , maka

100
= (4 )(3,14 )
L = 985,6
g = 4 2
2

T 2
( ,00) 2
2

5
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

g L T
+ (2)
1 0,02
= +2 = = 3%
g L T 100 2,00

hingga g = (3%)(985,6) = 29,578

Mengingat bahwa ketidakpastian relatif adalah sebesar 3% maka hasil akhir harus atau

boleh dilaporkan dengan 3AB, jadi menurut pengukuran ini g = (986  30 )cm / s 2 atau

g = (9,86  0,30)m / s 2

Metoda Persamaan Garis Linier.

Akan diberikan 2 cara untuk ini:

1. Setelah semua titik percobaan di-plot pada kertas grafik, garis lurus ditarik dengan
sebaik-baiknya. Walaupun cara ini kurang cermat, namun dalam dalam beberapa
cara ini sudah memadai , apalagi skala grafik sudah dipilih dengan baik.
2. Data percobaaan tidak di-plot, melainkan langsung diolah dengan suatu analisis
yang dikenal sebagai “metoda kuadrat terkecil untuk garis lurus” (regresi linier).
Misalnya suatu hukum fisika atau rumus sudah ‘dilinierkan’ hingga berbentuk
Y0 = A + BX 0 dan pengukuran telah dilakukan untuk selang tertentu dan menghasilkan

titik-titik X i  X i dan titik-titik Yi  Yi . Dengan metoda kedua diatas , kita akan

mendapatkan persamaan garis lurus terbaik berbentuk Y = a + bX dengan :

𝑁 ∑(𝑥𝑖 , 𝑦𝑖 ) − ∑ 𝑥𝑖 ∑ 𝑦𝑖 ∑ 𝑋𝑖2 ∑ 𝑌𝑖 − ∑ 𝑋𝑖 ∑(𝑥𝑖 , 𝑦𝑖 )


𝑏= 𝑑𝑎𝑛 𝑎 =
𝑁 ∑ 𝑥𝑖2 − ∑(𝑥𝑖 )2 𝑁 ∑ 𝑥𝑖2 − ∑(𝑥𝑖 )2

sedangkan simpangan atau ketidakpastian dari b dalam menaksir nilai B adalah:

N
b = y
N  X − ( X i )
2 2
i dengan

6
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

1   X i2 ( Yi ) − 2 X i Yi  ( X iYi ) + N (  X iYi ) 


2 2

y 2 = i
Y 2

N −2  N  X i2 − (  X i ) 
2
 

dimana i = 1,2,3,4.......N ; N menyatakan jumlah data pengamatan besaran X dan


besaran Y.

Dalam penulisan X dan ΔX boleh digunakan satu angka desimal lebih banyak
daripada dalam penulisan X dalam sampel. Hal ini dimungkinkan berkat pengulangan
yang telah kita lakukan.

Ktp Mutlak , Ktp Relatif, Angka Berarti Dan Notasi Eksponen

Perhatikan penunjukan amperemeter berikut ini :

I a = (1,7  0,05)mA Ib = (1,74  0,03) mA

Tampak hasil pengukuran Ia lebih kasar daripada Ib. Dengan alasan ini ktp
mutlak hasil Ia harus dinyatakan lebih besar daripada Ib. Sehingga dapat disimpulkan,
besar - kecil ktp mutlak menyatakan kasar halusnya skala alat ukur.
Selain itu, ketidakpastian relatif kedua pengukuran diatas ialah :

Ia 0,05 Ib 0,03


=  3% =  2%
Ia 1,7 dan Ib 1,74

Apa maksud pelaporan seperti I a = (1,7  0,05)mA ?

Artinya: Pertama, Pelapor hendak mengatakan tidak mengetahui dengan tepat


berapa sebenarnya arus itu, ia hanya menduga / memperkirakan
nilainya adalah sekitar 1,7 mA.

Kedua, Kemudian pelapor menggunakan dua angka berarti (AB) sekecil


itu (hanya 2 buah ) menandakan pengukuran dilakukan dengan alat
yang nst-nya cukup besar dibandingkan dengan hasil Ib.

7
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Ib boleh dilaporkan dengan jumlah (AB) yang lebih besar (3 buah)


yakni angka 1 , 7 dan 4 sebab skala alat ukur yang digunakan
memang lebih halus (nst-nya lebih kecil).

C. Notasi Eksponensial Dan Angka Berarti


Hasil suatu pengukuran sebaiknya dilaporkan dengan menggunakan notasi
eksponensial yang merupakan cara termudah menuliskan bilangan yang sangat besar
maupun sangat kecil (bilangan demikian sering kita jumpai dalam ilmu fisika).
Disamping itu, notasi eksponensial dengan mudah dapat menonjolkan ketelitian yang
tercapai dalam pengukuran. Yakni dengan menggunakan jumlah angka desimal yang
sesuai dengan AB yang diperkenankan . Ketentuan ( kasar ) nya adalah:

ketelitian ( sekitar ) 10% -------- 2 AB (berhak atas 2 angka)

ketelitian ( sekitar ) 1% -------- 3 AB (berhak atas 3 angka)

ketelitian ( sekitar ) 0,1% -------- 4 AB (berhak atas 4 angka)

Dalam notasi eksponensial semua bilangan ditulis sebagai bilangan antara 1 dan 9
(bilangan ini disebut ‘mantissa‘) dikalikan dengan faktor 10n ( disebut orde ) . n adalah
bilangan bulat positif atau negatif .

D. Angka Penting
Angka penting (a.p.) adalah digit angka yang memiliki makna dalam membentuk
resolusi (akurasi dan presisi) pengukuran. Dengan kata lain, ide di balik angka penting
ini adalah ketika kita mempunyai angka-angka hasil pengukuran, kita tepat dalam
menampilkan resolusi alat ukurnya. Sehingga, hasilnya tidak lebih (atau kurang)
teliti daripada objek yang benar-benar kita ukur.
Sebelum melihat beberapa contoh, mari kita meringkas aturan untuk angka penting:
1. Semua angka yang bukan nol (1,2,3,4,5,6,7,8,9) merupakan angka penting.
2. Angka nol di antara angka yang bukan nol adalah angka penting.
3. Angka-angka nol awalan bukan angka penting.
4. Pada angka yang memiliki nilai (pecahan) desimal, angka nol akhiran adalah angka
penting.

8
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

5. Pada angka yang tidak memiliki nilai (pecahan) desimal, angka nol akhiran bisa
merupakan angka penting atau tidak, tergantung informasi tambahan. Bisa
berupa garis bawah.
Perhatikan contoh berikut:
Tabel 1. 1 Contoh Aturan Angka Penting

Angka Angka Penting Aturan

48.923 5 1

900,06 5 2

0,0004 1 3

3.000.000 1 5

3.000.000 7 5

Untuk kasus angka 3.000.000 yang tidak memiliki tanda apapun akan terjadi
perdebatan apakah itu 1 angka penting atau 7 angka penting. Lebih baik menggunakan
1 angka penting apabila tidak ada informasi tambahan (garis bawah), karena 3.000.000
dapat ditulis ke dalam notasi ilmiah menjadi 3 𝑥 106 yang terdiri dari 1 angka penting.

Aturan Pembulatan dengan Angka penting

1. Apabila angka pertama yang bukan angka penting adalah angka 5 yang diikuti
angka bukan nol, maka dibulatkan ke atas.
Contoh: 1,2459 menjadi 1,25

2. Apabila angka pertama yang bukan angka penting adalah angka 5 yang diikuti
hanya oleh angka nol, maka terdapat dua aturan yang umum digunakan:
a. Bulatkan ke atas, jika angka sebelumnya merupakan angka ganjil atau
b. Bulatkan ke angka genap terdekat, jika angka sebelumnya merupakan angka
genap.
Contoh: 1,250 bisa dibulatkan menjadi 1,2.

4,550 bisa dibulatkan menjadi 4,6.

9
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

3. Angka desimal bulat dibelakang angka penting diubah menjadi nol.


Contoh: 12,34 menjadi 12 dan 12,34 menjadi 10

Operasi Hitung Angka Penting


1. Penambahan dan Pengurangan
Ketika kita menambah atau mengurangi angka, angka penting tidak digunakan,
aturannya adalah gunakan desimal yang paling besar ketidakpastiannya, atau angka
yang paling tidak teliti. Misalnya 1,26 (3a.p.) + 2,3 (2a.p.) = 3,56 ≈ 3,6 (2a.p.).
Perhatikan bahwa desimal yang paling tidak teliti adalah satu angka dibelakang
koma sehingga hasil penjumlahan juga menggunakan satu angka dibelakang koma
(3,6).

Misalnya contoh lain 1,264 (4.a.p) + 102,35 (5a.p.) = 103,614 ≈ 103,61 (5a.p).
Perhatikan bahwa hasilnya mengikuti jumlah desimal angka yang paling tidak teliti,
yaitu dua angka dibelakang koma (103,61).

2. Perkalian dan Pembagian


Ketika kita ingin mengalikan atau membagikan suatu angka, maka hasil dari
perhitungan tersebut harus memiliki jumlah angka penting sebanyak angka penting
yang paling sedikit dari komponen perhitungannya. Misalnya 1,69 (3a.p.) × 2,09
(3a.p.) = 3,5321 ≈ 3,53 (3a.p.). Pada perhitungan ini semua komponen memiliki 3
angka penting sehingga hasil perkalian juga memiliki 3 angka penting.
Misalnya contoh lain 10,1 (3a.p.) × 12,07 (4 a.p.) = 121,907 ≈ 122 (3 a.p.) kali
ini hasilnya mengikuti angka penting paling kecil, yaitu 3 angka penting.

3. Akar dan pangkat


Pada bilangan yang dipangkatkan atau ditarik akarnya, maka jumlah angka
penting hasil perhitungannya akan mengikuti jumlah angka penting bilangan
komponennya (yang dipangkatkan atau ditarik akarnya).
Contoh:
1,53 = 3,375 ≈ 3,4 (2 𝑎. 𝑝. )

√625 = 25,0 (3 𝑎. 𝑝. )

10
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

IV. PENGOLAHAN DATA


1. Melakukan pengukuran sesuai kaidah penulisan angka penting:
o Dengarkan instruksi asisten jaga masing-masing.
o Lakukan pengukuran sesuai dengan modul yang bersangkutan
o Tuliskan data pengukuran dalam tabel pengamatan berikut:

Tabel 1. 2 Tabel Pengukuran Angka Penting

N Nama Benda 𝑋 ∆𝑋
o.
1.
2.
3.

Tabel 1. 3 Tabel Pelaporan Angka Penting

No Nama Benda { 𝑋 ± ∆𝑋}


.
1.
2.
3.

V. ANALISIS
1. Apakah hasil pengukuran yang anda dapatkan sudah pasti? Jelaskan!
2. Bagaimana cara mendapatkan hasil pengukuran yang lebih pasti?
3. Apakah angka penting berpengaruh dalam pengukuran? Jelaskan!
4. Selesaikan operasi hitung di bawah ini menggunakan aturan angka penting!
a. 36,741 + 5,284612 =
b. 4,551 - 1,21 =
c. 12,61 x 5,2 =
d. 3,14 : 2,1 =

11
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL II
GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN

I. TUJUAN
1. Mempelajari Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) menggunakan pesawat
atwood.

II. ALAT-ALAT
1. Pesawat Atwood lengkap:
• Tiang berskala • Penjepit beban
• Katrol dan tali • Penyangkut beban
• 2 Beban bermassa • Landasan akhir
• 2 Beban tambahan

2. Jangka sorong
3. Stopwatch
4. Neraca Teknis Lengkap

III. DASAR TEORI


A. Hukum Newton
• Hukum II Newton
Dari Hukum II Newton, kita tahu bahwa jika suatu benda diberi gaya tertentu
maka pada benda tersebut akan timbul percepatan. Besarnya percepatan yang
timbul sebanding dengan arah dan jumlah gaya (resultan gaya) yang bekerja dan
berbanding terbalik dengan massanya. Berdasarkan pernyataan tersebut didapatkan
persamaan Hukum II Newton yaitu:

13
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

∑𝐅
∑𝑭 = 𝒎 𝒙 𝒂 atau 𝐚=
𝐦

Keterangan:

F : Gaya (𝑁)

m : Massa (𝐾𝑔)

a : Percepatan (𝑚⁄𝑠 2 )

• Hukum III Newton


Hukum III Newton menjelaskan tentang reaksi benda ketika ada gaya yang
bekerja padanya. Dari sini dapat diketahui bahwa gaya merupakan bagian dari
interaksi timbal balik antara dua benda. Jika salah satu diantara dua gaya tersebut
kita sebut sebagai gaya aksi, maka gaya yang lain disebut gaya reaksi. Kedua gaya
tersebut merupakan gaya yang berlawanan arah dengan nilai skalar yang sama
besar.

Faksi = - Freaksi

B. Gerak Lurus Berubah Beraturan


Gerak lurus berubah beraturan adalah gerak translasi atau perpindahan benda
pada lintasan lurus dengan kecepatan yang berubah-ubah dikarenakan adanya
percepatan yang konstan terhadap waktu.
Persamaan gerak lurus berubah beraturan dinyatakan oleh:

𝟏
𝒔𝒕 = 𝒔𝟎 + 𝑽𝟎 + 𝟐 𝒂𝒕𝟐 𝑽𝟐𝒕 = 𝑽𝟐𝟎 + 𝟐 𝒂 𝒔

𝑽𝒕 = 𝑽𝟎 + 𝒂 𝒕

14
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Keterangan:

st : posisi akhir (𝑚) s0 : posisi awal (𝑚)


vt : kecepatan akhir (𝑚/𝑠) v0 : kecepatan awal (𝑚/𝑠)
a : percepatan (𝑚/𝑠 2 ) t : waktu (𝑠)
s : jarak (𝑚)

Grafik GLBB dapat digambarkan sebagai berikut:

t
Gambar 2. 2 Grafik Jarak terhadap Waktu Gambar 2. 1 Grafik Percepatan terhadap
Waktu

v v

v0
t t

Gambar 2. 4 Grafik Kecepatan Terhadap Gambar 2. 3 Grafik Kecepatan Terhadap


Waktu Waktu dengan Vo

15
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

r
Keterangan gambar
A
m3 P = penjepit
m2

B
A = kedudukan awal
C

B = celah penyangkut
P m1

C = landasan akhir
Gambar 2. 5 Katrol dengan beban
m1 = m 2

Pada gambar: m1 dijepit di P, sementara m2 dan m3 di A. Jika m1 dilepas maka


(m2 + m3) akan turun dari A ke B dengan gerak dipercepat (gerak lurus berubah
beraturan). Pada saat melalui celah B, m3 akan tertinggal, maka gerak dari B ke C
merupakan gerak lurus beraturan karena m1 = m2 (m1<(m2+m3)).

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


A. Pengamatan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB):
1. Timbang beban m1, m2, m3, m4.
2. Ukur jari-jari katrol menggunakan jangka sorong.
3. Letakkan beban seperti pada gambar 2.5.
4. Catatlah kedudukan A dari B (Pada tabel yang disediakan).
5. Bila penjepit P dilepas, m2 dan m3 akan melakukan gerak lurus berubah beraturan
dipercepat antara A-B.
6. Catatlah waktu yang diperlukan beban untuk bergerak antara A-B.
7. Ulangi percobaan IV-A.4 sampai IV-A.5 beberapa kali dengan mengubah-ubah
kedudukan B.
8. Ulangilah percobaan IV-A.1 sampai IV-A.5 dengan menggunakan beban tambahan
(m3+m4).

16
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

B. Tentukan Data-Data Awal Berikut:


Data massa beban dan jari-jari katrol:

m1   m1 = (...............  ...........) gram.

m2   m2 = (...............  ...........) gram.

m3   m3 = (...............  ...........) gram. (beban tambahan 1)

m4   m4 = (...............  ...........) gram. (beban tambahan 2)

R  R = (...............  ...........) cm.

C. Tabel Data Pengamatan Gerak Lurus Berubah Beraturan

Tabel 2. 1 Data Pengamatan GLBB

Dengan 1 beban tambahan Dengan 2 beban tambahan


No
Jarak AB TAB Jarak AB TAB

17
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

D. Menentukan percepatan dengan beban tambahan


Model linier percepatan pada gerak lurus berubah beraturan dapat ditulis
sebagai berikut:

1 2
s= at
2

Metode linier adalah y = bx

Maka persamaan percepatan dengan beban tambahan dapat dibuat sebagai berikut:

1 2
s= at
2

1
s = a t2
2

y=s

b=a

1
𝑥 = t2
2

• Percepatan dengan satu beban tambahan

Tabel 2. 2 Percepatan GLBB dengan Satu Beban Tambahan

No. 𝑥𝑖 𝑦𝑖 𝑥𝑖2 𝑦𝑖2 𝑥𝑖 𝑦𝑖


1.
2.
3.
4.
5.
𝛴

18
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

• Menentukan percepatan

𝑁 ∑(𝑥𝑖 , 𝑦𝑖 ) − ∑ 𝑥𝑖 ∑ 𝑦𝑖
𝑏=
𝑁 ∑ 𝑥𝑖2 − ∑(𝑥𝑖 )2

…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………

• Menentukan ketidakpastian pengamatan

1 Σxi2 ∑(yi )2 − 2Σxi Σyi Σ(xi yi ) + N(Σxi yi )2


Δy 2 = [Σyi2 − ]
N−2 NΣxi2 − ∑(xi )2

𝑁
∆𝑏 = ∆𝑦√
𝑁 ∑ 𝑋𝑖2 − ∑(𝑥𝑖 )2

…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………

19
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

• Percepatan dengan dua beban tambahan


Tabel 2. 3 Percepatan GLBB dengan Dua Beban Tambahan

No. 𝑥𝑖 𝑦𝑖 𝑥𝑖2 𝑦𝑖2 𝑥𝑖 𝑦𝑖


1.
2.
3.
4.
5.
𝛴

• Menentukan percepatan

𝑁 ∑(𝑥𝑖 , 𝑦𝑖 ) − ∑ 𝑥𝑖 ∑ 𝑦𝑖
𝑏=
𝑁 ∑ 𝑥𝑖2 − ∑(𝑥𝑖 )2

…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………

• Menentukan ketidakpastian pengamatan

1 Σxi2 ∑(yi )2 − 2Σxi Σyi Σ(xi yi ) + N(Σxi yi )2


Δy 2 = [Σyi2 − ]
N−2 NΣxi2 − ∑(xi )2

𝑁
∆𝑏 = ∆𝑦√
𝑁 ∑ 𝑋𝑖2 − ∑(𝑥𝑖 )2

…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………

20
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

V. PENGOLAHAN DATA
Menentukan Percepatan Pada GLBB

1. Tulis kembali tabel data hasil pengamatan anda.


2. Tentukan percepatan dengan metode regresi linier tanpa menggunakan software
untuk setiap jenis beban tambahan.
3. Laporkan nilai percepatan yang didapat sesuai teori ketidakpastian untuk setiap
jenis beban tambahan.
4. Gambarkan grafik percepatan yang didapat terhadap waktu.
5. Tentukan tingkat ketelitian hasil pengamatan anda.

VI. ANALISIS
1. Lakukan analisa, apakah gerak tersebut benar-benar beraturan mengingat ketelitian
alat-alat yang anda gunakan?
2. Jelaskan kekurangan-kekurangan pada percobaan yang dilakukan dan jelaskan pula
pengaruhnya dalam percobaan!
3. Jika beban tambahan ditambah lagi, jelaskan pengaruhnya pada gerak yang terjadi
di percobaan!
4. Setelah ditambah bebannya maka waktu benda untuk mecapai landasan akan
semakin kecil. Apakah pengaruhnya terhadap kecepatan dan percepatan yang di
alami benda? Jelaskan pendapat anda!
5. Jelaskan maksud dari grafik pada GLBB sesuai dengan pengamatan yang telah anda
lakukan!
6. Dari hasil pengamatan anda, apakah Hukum II Newton benar-benar berlaku,
jelaskan jawaban anda!

21
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL III
GERAK LURUS BERATURAN

I. TUJUAN
1. Mempelajari Gerak Lurus Beraturan (GLB) menggunakan pesawat atwood.

II. ALAT-ALAT
1. Pesawat atwood lengkap:
• Tiang berskala • Penjepit beban
• Katrol dan tali • Penyangkut beban
• 2 beban bermassa • Landasan akhir
• 2 beban tambahan

2. Jangka sorong
3. Stopwatch
4. Neraca teknis lengkap

III. DASAR TEORI


A. Hukum Newton
Bunyi Hukum I Newton adalah “Setiap benda akan mempertahankan keadaan
diam atau bergerak lurus beraturan, kecuali ada gaya yang bekerja untuk
mengubahnya”. Hukum I Newton menyatakan bahwa, jika resultan gaya yang bekerja
pada suatu benda bernilai 0 maka benda yang awalnya diam akan tetap diam, sedangkan
benda yang awalnya bergerak akan tetap bergerak dengan kecepatan konstan, maka
sistem dalam keadaan setimbang yang artinya benda tersebut akan bergerak lurus
beraturan (GLB). Hukum I Newton juga menjelaskan tentang kerangka acuan.
Kerangka acuan adalah lingkup sistem yang diamati. Daerah atau lingkup lain di luar
batasan sistem yang kita amati disebut sebagai lingkungan. Kerangka acuan pada fisika
dapat bersifat inersia atau tidak inersia. Kerangka acuan inersia adalah kerangka acuan
yang diam atau bergerak lurus beraturan.

23
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

∑𝑭 = 𝟎

B. Gerak Lurus Beraturan


Gerak Lurus Beraturan (GLB) merupakan gerak perpindahan benda pada garis
atau lintasan lurus dan mempunyai kecepatan konstan. Persamaan gerak lurus
beraturan dapat dinyatakan dengan:

𝑺𝒕 = 𝑺𝟎 + 𝒗 𝒕

Keterangan:

St : posisi akhir atau jarak tempuh (m)

So : posisi awal (m)

v : kecepatan (m/s)

t : waktu (s)

Grafik GLB dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3. 1 Grafik Jarak Terhadap Gambar 3. 2 Grafik Kecepatan


Waktu Terhadap Waktu

24
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Keterangan gambar:

A
P = Penjepit
m3
m2

B A = Kedudukan Awal
C

B = Celah Penyangkut
P m1

Gambar 3. 3 Katrol dengan Beban


C = Landasan Akhir

Pada gambar di atas, m1 dijepit di P sementara


m1 = m2m2 dan m3 di A. Jika m1 dilepas
dari penjepit, maka m1 akan naik dan (m2 + m3) akan turun dari A ke B dengan gerak
dipercepat. Pada saat melalui celah B, m3 akan tertinggal, maka gerak dari B ke C
merupakan gerak lurus beraturan karena m1 = m2 (m1<(m2+m3)).

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


A. Pengamatan Gerak Lurus Beraturan (GLB):
1. Aturlah kembali letak beban seperti percobaan IV-A dengan jarak A-B adalah 20
cm.
2. Catat kedudukan penyangkut beban B dan meja C (Pada tabel yang disediakan).
3. Bila penjepit P dilepas, maka m2 dan m3 akan melakukan gerak lurus berubah
beraturan dipercepat dari A-B, beban tambahan akan tersangkut di B sehingga
terjadi gerak lurus beraturan dari B-C. Catat waktu yang diperlukan beban untuk
bergerak dari B-C.
4. Ulangi percobaan IV-B.2 sampai IV-B.3 dengan mengubah kedudukan landasan
C tanpa mengubah jarak A-B.

25
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

B. Tabel Data Pengamatan Gerak Lurus Beraturan


Tabel 3. 1 Data Pengamatan GLB

No Jarak BC TBC

C. Menentukan Kecepatan Beban


Model linier kecepatan pada gerak lurus beraturan dapat ditulis sebagai berikut:
s=vt
Metode linier adalah y = bx
Maka persamaan kecepatan dapat dibuat sebagai:
s= vt
𝑦 = 𝑏𝑥
y=s
b=v
x=t
Kecepatan beban

Tabel 3. 2 Data Kecepatan Beban

No. 𝑥𝑖 𝑦𝑖 𝑥𝑖2 𝑦𝑖2 𝑥𝑖 𝑦𝑖


1.
2.
3.
4.
5.
𝛴

26
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Menentukan kecepatan

𝑁 ∑(𝑥𝑖 , 𝑦𝑖 ) − ∑ 𝑥𝑖 ∑ 𝑦𝑖
𝑏=
𝑁 ∑ 𝑥𝑖2 − ∑(𝑥𝑖 )2

…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………

Menentukan ketidakpastian pengamatan

1 Σxi2 ∑(yi )2 − 2Σxi Σyi Σ(xi yi ) + N(Σxi yi )2


Δy 2 = [Σyi2 − ]
N−2 NΣxi2 − ∑(xi )2

𝑁
∆𝑏 = ∆𝑦√
𝑁 ∑ 𝑋𝑖2 − ∑(𝑥𝑖 )2

…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………

V. PENGOLAHAN DATA
Menentukan Kecepatan Pada GLB

1. Tulis kembali tabel data hasil pengamatan anda.


2. Tentukan kecepatan dengan metode regresi linier tanpa menggunakan software.
3. Laporkan nilai kecepatan yang didapat sesuai teori ketidakpastian.
4. Gambarkan grafik kecepatan yang didapat terhadap waktu.
5. Tentukan tingkat ketelitian hasil pengamatan anda.

27
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

VI. ANALISIS
1. Lakukan analisa, apakah gerak tersebut benar-benar beraturan mengingat ketelitian
alat-alat yang anda gunakan?
2. Jelaskan kekurangan pada percobaan yang dilakukan dan jelaskan pula
pengaruhnya dalam percobaan!
3. Jelaskan maksud dari grafik pada GLB sesuai dengan pengamatan yang telah anda
lakukan!
4. Dari hasil pengamatan yang telah anda lakukan apakah Hukum Newton I berlaku
pada percobaan ini? Jelaskan!

28
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL IV
MOMEN INERSIA

I. TUJUAN
1. Menentukan momen inersia roda katrol pada pesawat atwood.

II. ALAT-ALAT
1. Jangka sorong
2. Neraca teknis lengkap

III. DASAR TEORI


• Hukum I Newton
Hukum I Newton menyatakan bahwa, jika resultan gaya yang bekerja pada
suatu sistem (benda) sama dengan nol, maka sistem dalam keadaan setimbang.
Resultan gaya yang bekerja pada sistem bernilai nol berarti bahwa benda yang
mula-mula diam akan tetap diam dan benda yang mula-mula bergerak lurus
beraturan akan tetap lurus beraturan dengan kecepatan tetap.

Tidak hanya itu, pada Hukum I Newton juga menjelaskan tentang kerangka
acuan. Kerangka acuan adalah lingkup sistem yang diamati. Daerah atau lingkup
lain diluar batasan sistem yang kita amati disebut sebagai Lingkungan. Kerangka
acuan pada fisika dapat bersifat inersia atau tidak inersia. Kerangka acuan inersia
adalah kerangka acuan yang diam atau bergerak lurus beraturan.

∑𝑭 = 𝟎

30
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

• Momen Inersia

Momen inersia adalah ukuran kelembaman suatu benda untuk berotasi terhadap
porosnya. Momen Inersia (I) suatu benda terhadap poros tertentu besarnya
sebanding dengan massa benda tersebut dan sebanding dengan kuadrat dari jarak
benda terhadap poros.

I ~ m 𝐈 = 𝐦. 𝐫²
I ~ r2

Keterangan:

I : Momen inersia (kgm2)


𝐈 = 𝐦. 𝐫²
m : Massa (kg)

r : Jarak benda terhadap poros (m)

Untuk katrol dengan beban seperti pada gambar 4.1 maka berlaku persamaan :

∑𝛕 = 𝐈𝛂

Keterangan:

τ : Torsi (Nm)

I : Momen Gambar
inersia4.(Kgm
1 2)
Katrol∑𝛕 = 𝐈𝛂
Gambar 4. 2 Katrol α : Percepatan sudut (rad/s2)

Dengan melakukan substitusi persamaan Hukum I Newton dan Hukum II Newton


Gambar 4. 3Hukum
terhadap Katrol Torsi, dapat diperoleh persamaan:

𝒎₃𝒈
𝒂 =
𝒎₁ + 𝒎₂ + 𝒎₃ + 𝑰⁄
𝒓²

𝒎₃𝒈
𝒂 =
𝒎₁ + 𝒎₂ + 𝒎₃ + 𝑰⁄
𝒓²

31
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Keterangan :

a = Percepatan gerak beban (m/s2)


m = Massa beban (kg)
I = Momen inersia katrol (kgm2)
r = Jari-jari katrol (m)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
A. Pengukuran Massa dan Jari-Jari Katrol
1. Timbang beban m1, m2, m3, dan m4 menggunakan neraca.
Gambar 5. 1 Analisisa = Percepatan gerak beban (m/s2)
2. Ukur jari-jari katrol menggunakan jangka sorong.
m = Massa beban (kg)
I = Momen inersia katrol (kgm2)
B. Tentukan Data-Data Awal Berikut:
r = Jari-jari katrol (m)
Data massa beban dan jari-jari katrol:
g = Percepatan gravitasi (m/s2)

m1  m1 = (...............  ...........) gram.

m2   m2 = (...............  ...........) gram.

m3   m3 = (...............  ...........) gram. (beban tambahan 1)

m4   m4 = (...............  ...........) gram. (beban tambahan 2)

R  R = (...............  ...........) cm.

C. Menentukan Momen Inersia


• Untuk 1 beban tambahan (m3 )

𝑚3 𝑔
𝐼1 = ( − 𝑚1 − 𝑚2 − 𝑚3 ) 𝑟 2
𝑎
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
…………………

• Untuk 2 beban tambahan (m3 + m4 )

32
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

(𝑚3 + 𝑚4 )𝑔
𝐼2 = ( − 𝑚1 − 𝑚2 − 𝑚3 − 𝑚4 ) 𝑟 2
𝑎
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

𝑰𝟏 +𝑰𝟐
𝑰=( ) = ........
𝟐

• Menentukan besar 𝛥Imax .

𝛥I1 = | I − I1 | = ⋯ ⋯ ⋯ ⋯

𝛥I2 = | I − I2 | = ⋯ ⋯ ⋯ ⋯

𝛥Imax = ⋯ ⋯ ⋯ ⋯

V. PENGOLAHAN DATA
Menentukan momen Inersia Katrol

1. Tulis kembali data hasil pengamatan anda.


2. Tentukan nilai momen inersia katrol yang didapatkan jika diambil percepatan
gravitasi setempat = 9.8 m/s2.
3. Laporkan nilai momen inersia katrol sesuai teori ketidakpastian.
4. Tentukan tingkat ketelitian hasil pengamatan anda.

VI. ANALISIS
1. Jelaskan pengaruh momen inersia (I) pada percobaan GLB dan GLBB yang telah
anda lakukan !
2. Bagaimana pengaruh perubahan massa beban terhadap nilai momen inersia ?
3. Adakah cara yang lain untuk menentukan nilai momen inersia katrol ?

33
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

34
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL V
GERAK MELINGKAR BERATURAN I
(GAYA SENTRIPETAL PADA TALI)

I. TUJUAN
1. Memahami konsep gerak melingkar beraturan
2. Menentukan besarnya gaya yang bekerja pada benda yang berputar

II. ALAT – ALAT


1. Motor listrik dengan unit pengontrol laju sudut
2. Dynamometer
3. Stopwatch
4. Laser
5. Tiang berskala
6. Alat gaya sentripetal

III. DASAR TEORI


A. Definisi Gerak Melingkar
Gerak Melingkar merupakan gerak suatu benda mengelilingi suatu titik tetap
dengan lintasan berupa lengkungan atau lingkaran. Gerak melingkar memiliki
karakteristik sebagai berikut, yaitu:

• Lintasannya memiliki jari-jari tertentu ;


• Benda yang bergerak melingkar dapat mengulangi lintasan yang ditempuh dalam
periode atau frekuensi tertentu ;
• Besaran-besaran Gerak Melingkar dapat dinyatakan dalam kartesian (koordinat
kartesius) atau dalam koordinat polar (sudut) ;
• Memiliki percepatan sentripetal yang menuju titik pusat lingkaran.
Gerak melingkar terbagi menjadi dua, yaitu Gerak Melingkar Beraturan (GMB) dan
Gerak Melingkar Berubah Beraturan (GMBB). GMB merupakan gerak melingkar yang

35
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

tidak memiliki percepatan tangensial, sedangkan GMBB memiliki percepatan


tangensial (pada modul ini tidak dibahas mengenai GMBB).

B. Besaran Dalam Gerak Melingkar


Tabel 5. 1 Perbandingan Gerak Lurus dan Melingkar

Gerak Lurus Gerak Melingkar


Besaran
Simbol Satuan Simbol Satuan

Posisi 𝑅 𝑚 𝜃 𝑟𝑎𝑑

Kecepatan 𝑣 𝑚∕𝑠 𝜔 𝑟𝑎𝑑/𝑠

Percepatan 𝑎 𝑚 ∕ 𝑠2 𝛼 𝑟𝑎𝑑/𝑠 2

C. Analisis Gerak Melingkar


Gambar 5.1 merupakan gambar sebuah benda yang bergerak dalam lintasan
melingkar, dengan massa benda = 𝑚, kecepatan benda = 𝑣, serta jari-jari lintasan = 𝑅.

Posisi benda tiap waktu dapat dinyatakan oleh:

𝑅⃗ (𝑡) = 𝑅𝑒̂𝑟

Kecepatan gerak melingkar dinyatakan oleh:

⃗ (𝑡)
𝑑𝑅
𝑣(𝑡) = = 𝜔𝑅𝑒̂𝜃 = 𝜈𝑒̂𝜃
𝑑𝑡
Gambar 5. 2 Analisis
Vektor Satuan arah radial dinyatakan oleh:

𝑒̂𝑟 = 𝑐𝑜𝑠 𝜔𝑡 𝑖̂ + 𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡 𝑗̂

Vektor Satuan arah tangensial dinyatakan oleh:

𝑒̂𝜃 = − 𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡 𝑖̂ + 𝑐𝑜𝑠 𝜔𝑡 𝑗̂

36
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Parameter 𝑒̂𝑟 menyatakan vektor satuan yang menyatakan arah radial (menjauhi
pusat lintasan lingkaran) dan 𝑒̂𝜃 menyatakan arah tangensial (arah garis singgung
lintasan dari gerak melingkar benda).

D. Gerak Melingkar Beraturan


Gerak Melingkar Beraturan (GMB) adalah gerak benda dalam lintasan berbentuk
lingkaran dengan kecepatan yang tetap (konstan). Kecepatan yang konstan
menyebabkan periode perputaran benda juga konstan. Periode perputaran yang konstan
artinya, dalam selang waktu yang sama, benda akan menempuh atau menyapu daerah
dengan luas yang sama.

GMB bergerak dengan nilai (skalar) kecepatan yang konstan. Namun karena secara
vektor kecepatannya berubah setiap saat, maka GMB memiliki percepatan. Dapat
dikatakan bahwa, percepatan yang dimiliki oleh GMB dikarenakan adanya perubahan
arah dari vektor kecepatannya. Percepatan yang bekerja dalam GMB ini disebut dengan
percepatan sentripetal (𝛼𝑠𝑝 ). Kata sentripetal sendiri berasal dari bahasa Yunani yang
berarti mencari pusat. Sedangkan jika yang berubah adalah nilai (skalar)
kecepatannya, maka percepatan yang dihasilkan adalah percepatan tangensial (𝛼𝑡 ).

Percepatan pada gerak melingkar dapat berupa percepatan sentripetal (pada GMB)
atau gabungan percepatan sentripetal dan tangensial (pada GMBB). Besarnya
percepatan sentripetal dinyatakan oleh:

ⅆ𝒗
𝜶𝒔𝒑 = = −𝝎𝟐 𝑹𝒆̂𝒓
ⅆ𝒕

Contoh Gerak Melingkar Beraturan


Terdapat banyak contoh gerak melingkar beraturan yang dapat kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari, diantaranya: perputaran jarum jam pada jam analog, gerak
komedi putar, gerak baling-baling, gerak kipas angin dan pergerakan planet di tata
surya. Benda-benda tersebut melakukan gerak melingkar pada suatu poros. Berikut akan
dijelaskan lebih lanjut tentang gaya sentripetal yang dialami planet-planet pada sistem
tata surya.

37
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Gambar 5. 3 Perputaran Jarum Jam

Gambar 5. 4 Komedi Putar

E. Percepatan dan Gaya Sentripetal


Massa adalah sifat yang menyatakan keengganan benda untuk berubah dari posisi
atau arah gerak semula. Sifat tersebut membuat benda yang diam cenderung akan diam,
sedangkan benda yang bergerak akan cenderung untuk terus bergerak dan
mempertahankan lintasannya sampai ada gaya yang mengubah posisi atau lintasan
benda tersebut. Pada GMB, gaya yang menyebabkan perubahan lintasan benda (dari
linear menjadi melingkar) adalah gaya sentripetal (gaya yang arahnya menuju pusat
lintasan).

Gaya sentripetal sendiri merupakan gaya yang membuat benda untuk bergerak
melingkar dengan arahnya yang selalu menuju pusat dan tegak lurus dengan kecepatan
benda. Besarnya gaya sentripetal dipengaruhi oleh massa, kecepatan dan jari-jari
lintasannya.

Menurut Hukum Newton tentang gerak, pada setiap benda bermassa


𝑚, bendaakan bergerak dipercepat bila dipengaruhi oleh gaya. Besar gaya (𝐹) sebanding
denganpercepatan (𝛼) yang bekerja, dan arah gaya sesuai dengan arah percepatannya.
Secara matematis dapat dituliskan :

∑𝑭 = 𝒎𝒂

38
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Untuk benda yang bergerak melingkar beraturan, persamaan gaya menurut Hukum-II
Newton adalah:

⃗⃗⃗⃗⃗⃗
Fsp = masp

⃗⃗⃗⃗⃗⃗
Fsp = −mω2 Rêr

Keterangan:

- 𝐹𝑠𝑝 = Gaya Sentripetal

- 𝛼𝑠𝑝 = percepatan sentripetal


- 𝜔 = kecepatan sudut
- 𝑅𝑒̂𝑟 = jari-jari lintasan

Perlu diperhatikan bahwa konsep gaya sentripetal berbeda dengan gaya sentrifugal.
Gaya sentripetal adalah suatu gaya yang nyata ada dalam kaitan dengan pengaruh
benda, sedangkan gaya sentrifugal adalah suatu gaya khayal atau gaya pseudo. Gaya
pseudo merupakan efek semu yang terjadi ketika benda melakukan gerak melingkar dan
hanya ada jika kerangka acuan yang kita ambil non-inersial. Pada GMB, dengan
mengacu pada Hukum Newton tentang gerak, benda akan cenderung bergerak
mengarah keluar lintasan (Gaya Sentrifugal). Gaya sentripetal ada untuk
mempertahankan gerak benda tersebut untuk tetap pada lingkaran sehingga nilanya
berlawanan arah dengan gaya sentrifugal.

Contoh Gaya Sentripetal

Dalam sistem tata surya, planet-planet beredar dalam lintasannya dengan pusatnya
adalah matahari. Begitu pula dengan bumi yang mengelilingi matahari. Karena bumi
memiliki massa, bumi memiliki sifat yang lembam, yang menyebabkan bumi akan
terlempar ke luar lintasannya. Nyatanya bumi tidak terlempar keluar lintasan, dan masih
berputar mengelilingi matahari. Hal tersebut dikarenakan adanya gaya yang
mempertahankan bumi untuk tetap pada lintasannya, dimana arah dari gaya ini haruslah

39
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

menuju matahari sebagai pusat lintasan (gaya sentripetal). Gaya sentripetal ini berupa
gaya gravitasi antara bumi dan matahari.

IV. PRAKTIKUM MENGUKUR GAYA SENTRIPETAL


Alat gaya sentripetal berupa batang yang dilengkapi cermin kecil c. Cermin
menempel pada plat elastis sehingga cermin terpuntir apabila ditarik. Benda bermassa
𝒎 yang bebas bergeser terletak pada salah satu ujung dan dihubungkan oleh benang
dengan cermin. Jika batang B diputar maka benda bergerak menjauhi sumbu rotasi
sehingga cermin terpuntir. Dengan demikian jika terdapat sumber cahaya 𝑙 di mana
cahayanya mengenai cermin, maka arah pantulannya akan berubah dibandingkan arah
pantulan saat batang B tidak diputar.

Gambar 5. 5 Analisis gerak sentripetal

Ketika massa 𝒎 berputar, cermin yang semula tegak menjadi tertarik berarah keluar
poros putaran dengan sudut tertentu. Adanya lengkungan sudut cermin menandakan
adanya gaya Tarik ke luar (sentrifugal). Jika gaya yang menarik cermin keluar adalah
gaya sentrifugal, yang dihasilkan oleh tegangan tali T2 dan gaya yang menahan benda
𝒎 tetap pada posisi seimbang adalah gaya sentripetal yang di notasikan dengan T1,
maka setelah terjadi keseimbangan (T1 = T2) benda bergerak dengan kecepatan konstan.
Artinya, dalam keadaan seimbang cermin tidak akan terus tertarik ke luar, beban 𝒎
tidak akan terus tertarik ke dalam (kedua benda tersebut akan menempati lintasan yang
tetap).

Karena T1 dan T2 merupakan pasangan gaya aksi-reaksi (lihat Hk. Newton pada
pesawat attwood), maka T1= T2. Artinya, dengan melakukan pengukuran T2 dengan
menggunakan dynamometer, kita dapat mengetahui besar gaya sentripetal T1.

Sebaliknya, dengan menghitung besarnya T1, kita juga tentu akan mengetahui
besarnya T2. Perhitungan T1 dapat dilakukan dengan melakukan hal-hal berikut: (1)

40
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

mengukur massa beban m, (2) mengukur jari-jari R (jarak pusat massa ke poros putar),
(3) mengamati periode perputaran benda menggunakan stopwatch atau alat ukur waktu
lainnya. Besarnya gaya sentripetal dapat dihitung dengan rumus:

𝑻𝟏 = 𝒎𝝎𝟐 𝑹

𝟒𝜫𝟐
𝑻𝟏 = 𝒎 ( 𝟐 ) 𝑹
𝑻

V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Mengukur besar 𝒎 dengan menggunakan neraca,
2. Mengukur jari-jari 𝑅 (jarak pusat massa beban 𝒎 terhadap poros putar),
3. Mengarahkan cahaya dari lampu ke cermin dan memperhatikan bintik cahaya
pantulannya pada tiang berskala, serta mencatat posisi titik nol tsb.,
4. Menjalankan motor listrik pada frekuensi tertentu (sekitar 1 putaran per detik).
5. Pantulan bintik cahaya pada tiang berskala akan bergeser ke atas,
6. Mengukur periode 20 putaran dengan menggunakan stopwatch ketika motor listrik
telah berputar dengan konstan (ketinggian pantulan cahaya pada batang berskala
sudah tidak berubah),
7. Mencatat data pergeseran posisi bintik cahaya pantul,
8. Setelah semua data didapat, kemudian mematikan motor listrik,
9. Memposisikan pantulan cahaya pada batang berskala ke titik nol yang telah dicatat
sebelumnya,
10. Memasang dinamometer pada benda bermassa 𝒎, sehingga pantulan cahaya pada
batang berskala menjadi bergeser ke titik saat motor listrik berputar dengan
kecepatan konstan (titik yang didapat pada nomor 5),
11. Membaca nilai yang ditunjukkan pada dinamometer dan mencatatnya,
12. Mengulangi seluruh percobaan dengan tiga frekuensi yang berbeda.

41
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

VI. PENGOLAHAN DATA


1. Mengambil Data
Tabel 5. 2 Data pada Percobaan Gaya Sentripetal Tali

No Posisi Awal Posisi Akhir 20T T


1
2
3

1
Δm = 2 × nst = ………………..

1
ΔT = 2 × nst = ………………..

1
ΔR = 2 × nst = ………………..

2. Menentukan Nilai Gaya

i. Tulis kembali tabel data hasil pengamatan data.


𝛥𝐹 2𝛱
ii. Dapatkan persamaan dari persamaan 𝐹 = 𝑚𝜔2 𝑅 dengan 𝜔 =
𝐹 𝑇

iii. Tentukan nilai (𝐹 ± 𝛥𝐹) untuk masing – masing baris data hasil pengamatan
anda.
- Menentukan Besar Gaya Sentripetal

2𝛱
𝐹𝑠𝑃 = 𝑚𝜔2 𝑅 dengan 𝜔 = 𝑇

𝛥𝑚 2𝛥𝑇 𝛥𝑟
𝛥𝐹𝑠𝑝 = ( + + ) 𝐹𝑠𝑃
𝑚 𝑇 𝑅

iv. Tentukan
Gambar 6.nilai (𝐹 ±Gaya
1 Analisis 𝛥𝐹) berdasarkan pengukuran langsung dengan
2
Bejana Pipih𝐹
menggunakan 𝑠𝑃 = 𝑚𝜔 𝑅
dinamometer.
2𝛱
𝜔 = 𝑇ketelitian masing-masing cara pengamatan yang dilakukan.
dengantingkat
v. Tentukan
𝛥𝑚 2𝛥𝑇 𝛥𝑟
𝛥𝐹𝑠𝑝 = ( 𝑚 + + ) 𝐹𝑠𝑃
𝑇 𝑅

42
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Tabel 5. 3 Pengamatan Gaya

F dinamometer { 𝐹𝑠𝑝 ± 𝛥𝐹𝑠𝑝 } N F percobaan {𝐹𝑠𝑝 ± 𝛥𝐹𝑠𝑝 } N

1.
2.
3.

VII. ANALISIS
1. Jelaskan indikasi yang menunjukkan bahwa dalam alat sentripetal yang anda amati
bekerja gaya fiktif berupa gaya sentrifugal dan jelaskan mengapa terdapat gaya
fiktif pada percobaan tersebut !
2. Jelaskan gaya – gaya yang berperan sebagai gaya sentripetal pada percobaan yang
anda lakukan!
3. Bandingkan gaya hasil perhitungan dengan hasil pengukuran langsung
menggunakan dinamometer, menurut anda mana yang lebih tepat ? Beri alasannya!
4. Coba anda jelaskan percepatan – percepatan yang bekerja saat sebuah benda
bergerak melingkar beraturan! Bagaimana jika geraknya melingkar berubah
beraturan? (buktikan dengan persamaan).
5. Bumi berotasi dengan periode rata-rata 24 jam. Kita yang tinggal diatasnya
memiliki massa yang otomatis ikut berotasi terhadap pusat bumi. Apakah pada
tubuh kita juga bekerja gaya sentripetal? Jelaskan!

43
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

44
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL VI
GERAK MELINGKAR BERATURAN II
(MENGUKUR GAYA GRAVITASI SETEMPAT)

I. TUJUAN
1. Memahami konsep gerak melingkar beraturan
2. Menentukan besarnya gaya yang bekerja pada benda yang berputar
3. Menentukan percepatan gravitasi g dengan menggunakan cairan yang berputar

II. ALAT – ALAT


1. Motor listrik dengan unit pengontrol laju sudut
2. Dinamometer
3. Bejana pipih plastik
4. Stopwatch

III. PRAKTIKUM MENGUKUR GAYA GRAVITASI SETEMPAT

Gambar 6. 2 Analisis Gaya Bejana Pipih

Gambar 6. 3 Analisis Gaya Bejana Pipih

45
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Gambar 6.1 menunjukkan bejana pipih berskala dengan sumbu X dan Y yang berisi
air setinggi Y=0, kemudian diputar menggunakan motor listrik. Permukaan air dalam
bejana pipih yang sebelumnya datar, sewaktu diputar mengalami perubahan bentuk
menjadi melengkung. Hal tersebut terjadi karena setiap partikel air 𝑑𝑚 mengalami dua
macam gaya, yaitu:

(1) Gaya sentripetal sebesar 𝑑𝑚𝜔2 𝑅 , dan

(2) Gaya Gravitasi sebesar 𝑑𝑚𝑔.

Bentuk suatu lengkungan ditentukan oleh kemiringan (tan ) garis singgung di


setiap titik lengkungan atau ditentukan oleh kemiringan jari-jari lengkungan (tan β).

Dengan pilihan salib sumbu seperti tampak pada gambar, dapat diturunkan :

𝑑𝑦 ɷ²
tan α = 𝑑𝑥 = 𝑥². Dari sini diperoleh bahwa bentuk lengkungan permukaan air adalah
𝑔

𝜔² 𝑎
𝑦 = 𝑥² + 𝑐 dengan konstanta integrasi C ditentukan dari syarat ∫0 𝑦 𝑑𝑥 = 0 dan
2𝑔

𝜔2
diperoleh 𝑐 = 𝛼 2 sehingga persamaan lengkungan permukaan air adalah:
6𝑔

𝜔2 2 𝜔2 2
𝑦= 𝑥 − 𝛼
2𝑔 6𝑔

Prosedur Percobaan

o Memastikan bejana telah terisi air hingga berimpit dengan sumbu X bejana,
o Memasang bejana yang berisi air pada motor listrik,
o Menjalankan motor listrik pada frekuensi konstan,
o Tentukan dengan cermat satu titik pada sumbu–y bejana dengan x= 0,
o Setelah motor listrik berputar dengan konstan, ukurlah waktu 20 putaran
dengan stopwatch,
o Ulangi percobaan dengan tiga frekuensi yang berbed

46
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

IV. PENGOLAHAN DATA


1. Mengambil Data
Tabel 6. 1 Data pada Percobaan Bejana Pipih

No Y 20T T 𝜔
1
2
3

2. Menentukan Percepatan Gravitasi Setempat.


o Tulis kembali tabel data hasil pengamatan Anda
o Tentukan nilai g yang didapatkan masing-masing baris data hasil pengamatan
Anda.
- Menentukan Gaya Gravitasi Setempat
𝜔 2 𝑎2
𝑔𝑛 = − 6𝑦

∑ 𝑔𝑛
𝑔̅ =
𝑛
𝛥𝑔 = |𝑔̅ − 𝑔𝑛 |

o Tentukan nilai dari ( 𝑔̅ ± 𝛥𝑔 ) dari hasil perhitungan di atas


o Tentukan tingkat ketelitian hasil pengamatan anda

Tabel26.22 Hasil Pengamatan Percepatan Gravitasi


𝜔 𝑎
𝑔𝑛 = −
No 6𝑦(x,y)
Gravitasi ( 𝑔̅ ± 𝛥𝑔 ) m/s2
∑ 𝑔𝑛
𝑔̅ 1= (0,…)
𝑛
2 (0,…)
𝛥𝑔 = |𝑔̅ − 𝑔𝑛 |
3 (0,…)

47
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

V. ANALISIS
1. Jelaskan gaya-gaya yang berperan sebagai gaya sentripetal pada percobaan yang
anda lakukan!
2. Jika air terdiri dari sekian banyak partikel air, berdasarkan percobaan yang anda
lakukan dalam menentukan besarnya percepatan gravitasi, apakah pada setiap
partikel tersebut bekerja gaya yang sama atau berbeda antara satu partikel dengan
partikel lainnya? Jelaskan!
3. Dapatkah jika air yang anda gunakan diganti dengan zat cair yang lebih kental
(misalkan: oli) untuk menentukan gaya dan percepatan gravitasi bumi? Jelaskan!
𝑎
4. Jelaskan arti fisis integral ∫0 𝑦 𝑑𝑥 = 0 !

48
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

49
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL VII
GERAK OSILASI

I. TUJUAN
1. Memahami konsep gerak osilasi harmonis sederhana.
2. Menentukan percepatan gravitasi setempat menggunakan gerak osilasi.

II. ALAT DAN BAHAN


1. Batang homogen berlubang
2. Beban pemberat
3. Tiang penyangga batang
4. Stopwatch

III. DASAR TEORI


Gerak osilasi adalah gerak bolak-balik di sekitar titik kesetimbangan. Gerak osilasi
dapat dijumpai pada banyak sistem fisika, antara lain sistem pegas, bandul fisis, bandul
matematis. Secara umum benda yang berosilasi dapat dinyatakan dengan persamaan:

..........(1)

Keterangan:

● 𝜃 (𝑡) adalah simpangan setiap saat,


● 𝐴 adalah amplitudo,
● 𝜔 adalaah frekuensi sudut, dan
● 𝜑 adalah tetapan fasa.

Gambar 7. 1 Bandul Fisis

50
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Percobaan gerak osilasi dalam praktikum ini menggunakan bandul fisis, yaitu benda
pejal (bermassa M) dengan pusat massa (PM), yang diayunkan terhadap pusat rotasi (O)
dengan sudut (𝜃) yang sangat kecil.

Jika bandul fisis tersebut disimpangkan sebesar 𝜃, maka bandul fisis akan berosilasi
terhadap porosnya. Penyebab utama gerak osilasi bandul karena adanya momen gaya
terhadap poros putar sebesar

..........(2)

Keterangan:

● 𝜏0 adalah momen gaya,


● 𝑀 adalah massa benda,
● 𝑔 adalah percepatan gravitasi,
● 𝑟 adalah jarak PM terhadap O, dan
● 𝜃 adalah sudut simpangan benda.

Di sisi lain, bandul sebagai benda pejal juga akan berlaku persamaan dinamika gerak
rotasi yang berbentuk :

..........(3)

Keterangan:

● 𝛼 adalah percepatan sudut bandul,


● 𝐼0 adalah momen inersia bandul terhadap O, dan
● 𝑡 adalah waktu.

51
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Dari persamaan (2) dan (3) diperoleh persamaan gerak osilasi bandul fisis, yaitu:

..........(4)

Solusi persamaan (4) adalah persamaan (1) yang menggambarkan gerak osilasi bandul
fisis dengan frekuensi sudut dan periode sebesar:

..........(5)

Momen inersia bandul fisis terhadap pusat putaran (𝐼0 ) dapat dihubungkan dengan
momen inersia bandul terhadap pusat massa (𝐼𝑃𝑀 ) dengan menggunakan dalil sumbu
sejajar, yaitu 𝐼0 = 𝐼𝑃𝑀 + 𝑀𝑟 2 sehingga periode osilasi bandul sebesar :

..........(6)

Gambar 7.2 Analisis Percobaan Osilasi

Gambar 7. 2 Analisis Percobaan


OsilasiGambar 7.2 Analisis Percobaan Osilasi
Gambar 7. 3 Analisis Percobaan Osilasi

Dalam percobaan ini ingin dicari nilai percepatan gravitasi (g) setempat. Untuk itu
diperlukan dua pasang data periode 𝑇1 untuk jarak 𝑟1dan periode 𝑇2 untuk jarak 𝑟2 . Nilai
𝑔 dapat dicari dengan memasukkan dua pasang data ini dalam persamaan (6), yaitu :

52
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

..........(7)

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Susunlah tiang penyangga batang dalam keadaan tegak/stabil dan pasang batang
homogen berlubang pada tiang penyangga melalui titik poros putaran batang !
2. Pasang 2 beban pemberat masing-masing pada kedua ujung batang. Catat jarak titik
pusat massa batang terhadap titik poros putaran (ambil data ini sebagai 𝑟1) !
3. Simpangkan batang beserta pemberatnya dari tiang penyangga dengan sudut yang
kecil, kemudian lepaskan batang, biarkan batang berosilasi sampai gerak osilasinya
mulai teratur. Setelah gerak batang teratur, catat waktu yang diperlukan untuk 5
kali ayunan (ambil data ini sebagai 5𝑇1 ). Ulangi lagi sampai 3 kali dengan 𝑟1 yang
tetap !
4. Pindahkan beban pemberat ke posisi yang berbeda dengan langkah 2, catat jarak
titik pusat massa batang terhadap titik poros putaran (ambil data ini sebagai 𝑟2 ).
Ayunkan batang dengan sudut kecil lalu catat waktu untuk 5 kali ayunan setelah
ayunan mulai teratur (ambil data ini sebagai 5𝑇2 ). Lakukan 3 kali !
5. Ulangi langkah 2 – 4, sampai diperoleh 3 pasangan data T dan r !

V. PENGOLAHAN DATA
1. Tulis hasil pengamatan dalam tabel !
Tabel 7. 1 Data Pengamatan Gerak Osilasi

Posisi 𝑟 (𝑐𝑚) 5𝑇(𝑠) 5𝑇(𝑠) 5𝑇(𝑠) 𝑇

1.

2.

3.

2. Tentukan nilai 𝑔 untuk setiap pasangan data dengan menggunakan persamaan (7)!

53
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

3. Tentukan nilai rata-rata 𝑔 dari hasil perhitungan di atas beserta ketidakpastiannya


dengan cara mengambil data yang terbesar dari nilai:

VI. ANALISIS
1. Bandingkan nilai percepatan gravitasi yang diperoleh melalui percobaan ini dengan
nilai percepatan gravitasi standar! Berikan analisis anda!
2. Lakukan analisis terhadap hal-hal apa saja yang harus diperhatikan agar diperoleh
hasil yang cukup akurat!
3. Mengapa pada percobaan gerak osilasi di atas, batang disimpangkan dengan sudut
yang kecil? Apa yang terjadi jika simpangannya dengan sudut yang cukup besar?
4. Mengapa perhitungan waktu dimulai setelah ayunan sudah mulai teratur?
5. Apakah osilasi pada bandul termasuk osilasi harmonik? Jelaskan!

54
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL VIII
GERAK JATUH BEBAS

I. TUJUAN
1. Memahami konsep gerak jatuh bebas dan percepatan gravitasi.
2. Menentukan percepatan gravitasi setempat menggunakan gerak jatuh bebas.

II. ALAT DAN BAHAN


1. Tiang berskala
2. Tiang dan dasar penyangga
3. Magnet penempel dan bola logam
4. Morse Key dan kabel penghubung
5. Pelat kontak
6. Scaler Counter

III. DASAR TEORI


Gerak jatuh bebas pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan bernama Galileo
Galilei. Ia berpendapat bahwa semua benda, baik berat maupun ringan akan jatuh
dengan percepatan konstan yang sama jika tidak ada udara atau hambatan lainnya.
Pada tahun 1971, seorang astronot bernama David Scott melakukan percobaan dengan
menjatuhkan sehelai bulu ayam dan sebuah palu di permukaan bulan yang hampa
udara. Hasilnya, bulu ayam dan palu tersebut menyentuh permukaan bulan pada saat
yang bersamaan.

Gerak jatuh bebas merupakan gerak lurus berubah beraturan (GLBB) dengan
lintasan vertikal, yang memiliki percepatan konstan g dan kecepatan awal nol.
Persamaan posisi gerak lurus berubah beraturan adalah :

56
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Keterangan:
● 𝑥(𝑡) adalah posisi setiap saat,
● 𝑥0 adalah posisi awal,
● 𝑠 adalah jarak,
● 𝑣0 adalah kecepatan awal,
● 𝑣𝑡 adalah kecepatan akhir, dan
Gambar 8. 1 Analisis Gerak Jatuh Bebas
● 𝛼 adalah percepatan.
Karena 𝑣0 = 0 dan 𝛼 = 𝑔, maka persamaan rumus gerak jatuh bebas dinyatakan
oleh :

Keterangan:

● ℎ adalah ketinggian benda,


● 𝑔 adalah percepatan gravitasi, dan
● 𝑣𝑡 adalah kecepatan akhir.

57
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Gambar 8. 2 Rangkaian alat praktikum GJB

Gambar 8.2 Rangkaian Alat Praktikum


Tiang dasar penyangga dipasang tegak. Magnet penempel diletakkan di bagian
atas tiang penyangga menggunakan penjepit multiclamp. Pelat kontak diletakkan di
GaGambar 9. 1 Ilustrasi Alat Praktikum
bagian bawah tiang penyangga menggunakan penjepit multiclamp juga. Magnet
penempel dan pelat kontak harus memiliki jarak cukup yang diukur dengan
Gambar 9. 2 Gelombang Berdiri Pada Pipa Organa Tertutup
menggunakan tiang berskala. Terminal merah start pada scaler counter dihubungkan
ke terminal merah relay, dan terminal hitam ke hitam lagi. Sedangkan terminal stop
Gambar pelat
dihubungkan dengan terminal 8.2 Rangkaian
kontak Alat(merah
Praktikum
dengan merah dan hitam dengan
hitam). Terminal catu daya dihubungkan dengan terminal magnet penempel dan juga
dihubungkan paralel dengan terminal relay scaler counter.

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Periksa perangkat percobaan gerak jatuh bebas yang ada. Jika sudah lengkap
susunlah perangkat tersebut hingga siap untuk dipakai.
2. Tekan morse key lalu tempelkan bola logam pada magnet penempel. Catat
kedudukan bola logam terhadap dasar/pelat kontak, ambil data kedudukan ini
sebagai jarak y1.
3. Jatuhkan bebas bola logam dari magnet penempel dengan melepas tekanan pada
morse key. Catat waktu yang diperlukan bola logam untuk mencapai dasar (ambil
data ini sebagai t1). Lakukan pencatatan waktu t1 untuk 5 kali percobaan.
4. Ubah kedudukan penempel magnet, lalu pasang bola logam. Catat kedudukan bola
logam terhadap pelat kontak, ambil data ini sebagai y2. Catat waktu tempuh bola
logam mencapai dasar, ambil data ini sebagai t2. Lakukan pencatatan waktu untuk
5 kali percobaan.

58
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

5. Ulangi langkah 2 sampai 4 hingga diperoleh data yang cukup untuk pengolahan
data (minimal 5 kali).

V. PENGOLAHAN DATA
Menentukan nilai percepatan gravitasi (g) dengan Gerak Jatuh Bebas

1. Tulis hasil pengamatan dalam tabel!


Tabel 8. 1 Data Pengamatan GJB

ℎ (𝑚)

𝑡 2 (𝑠 2 )

No. 𝑡 (𝑠) 𝑡 2 (𝑠 2 ) 𝑡 (𝑠) 𝑡 2 (𝑠 2 ) 𝑡 (𝑠) 𝑡 2 (𝑠 2 ) 𝑡 (𝑠) 𝑡 2 (𝑠 2 )

1.

2.

3.

4.

5.

2. Gunakan cara regresi linier terhadap data yang diperoleh untuk menentukan nilai
percepatan gravitasi (g), dengan parameter sebagai berikut.

59
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

VI. ANALISIS
1. Bandingkan nilai percepatan gravitasi yang diperoleh melalui percobaan gerak
jatuh bebas dengan nilai percepatan gravitasi standar dan pada percobaan gerak
osilasi. Berikan analisis anda!
2. Lakukan analisis terhadap hal-hal apa saja yang harus diperhatikan agar diperoleh
hasil yang cukup akurat!
3. Apa yang terjadi jika dalam percobaan gerak jatuh bebas di atas diganti dengan
menggunakan bola-bola logam dengan massa yang berbeda? Jelaskan!
4. Apa yang terjadi jika percobaan gerak jatuh bebas dilakukan menggunakan
medium zat cair? Berikan analisis anda!

60
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL IX
RESONANSI GELOMBANG BUNYI

I. TUJUAN
1. Memahami peristiwa resonansi gelombang bunyi
2. Menentukan kecepatan rambat bunyi dalam udara
3. Memahami pengaruh perubahan suhu terhadap cepat rambat bunyi

II. ALAT DAN BAHAN


1. Audio Frequency Generator
2. Speaker
3. Tabung resonansi berskala
4. Reservoir air dari plastik
5. Selang karet

III. DASAR TEORI


Resonansi adalah peristiwa bergetarnya suatu benda disebabkan karena
pengaruh benda lain yang bergetar dengan frekuensi sama dengan sumbernya. Bunyi
berasal dari sesuatu yang bergetar, sumber getaran tersebut dapat berasal dari dawai dan
tabung udara seperti pada pipa organa. Resonansi gelombang bunyi pada tabung udara
(dikenal dengan pipa organa) adalah ikut bergetarnya molekul udara dengan frekuensi
sama dengan sumber bunyi, secara fisik peristiwa ini dapat diketahui dengan bertambah
kerasnya suara sumber. Berdasarkan teori di atas, kejadian ini terjadi jika hasil
superposisi gelombang datang dan pantul berupa gelombang berdiri. Dalam praktikum
ini digunakan tabung dengan salah satu ujung terbuka dan ujung yang lain tertutup yang
disebut dengan Pipa Organa Tertutup. Di ujung terbuka diletakkan sumber bunyi sedang
ujung tertutup berupa batas antara udara dan cairan. Jika bunyi yang didengar lebih kuat,
ini menunjukkan adanya resonansi udara di dalam tabung (lihat Gambar 9.1).

Sebuah gelombang jika melalui dua buah medium, maka gelombang tersebut akan
ditransmisikan dan dipantulkan. Pada kejadian tersebut berlaku kekekalan energi dan
daya, hal tersebut dapat dinyatakan dalam amplitudo. Amplitudo merupakan besar

62
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

kecilnya suara atau volume. Besarnya amplitudo gelombang transmisi dan amplitudo
gelombang pantul sangat bergantung pada rapat massa medium (dalam optik, rapat
massa ini dikenal dengan indeks bias). Jika gelombang datang dari medium rapat ke
medium sangat renggang, maka amplitudo pantul sangat kecil (dapat dianggap nol) dan
besar amplitudo transmisi mendekati amplitudo gelombang datang. Dan sebaliknya, jika
gelombang datang dari medium renggang ke medium sangat rapat, maka amplitudo
gelombang transmisi mendekati nol.

9. 3 Ilustrasi Alat Praktikum

Pengamatan fenomena resonansi dapat kita lakukan pada tabung resonansi yang
panjang kolom udaranya bisa diatur dengan cara menaikkan atau menurunkan
1
permukaan air. Resonansi akan terjadi pada saat panjang kolom udara sama dengan 4 𝜆,
3 5
𝜆, 𝜆 dst.
4 4

Gambar 9. 4 Gelombang Berdiri Pada Pipa Organa Tertutup

63
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Berdasarkan pola di atas, maka panjang gelombang yang mungkin terjadi


resonansi adalah

𝑛𝜆
𝐿=
4

Dengan n = 1,3,5,7,..
Diketahui bahwa hubungan cepat rambat bunyi di udara dengan panjang
𝑣
gelombang adalah = , maka panjang tabung resonansi ketika terjadi resonansi adalah
𝑓

(2𝑛−1) 𝑣
𝐿= 4
× 𝑓
….(b)

Rumus-rumus di atas hanyalah tepat apabila diameter tabung jauh lebih kecil
daripada panjang gelombang yang dirambatkan. Dalam keadaan demikian tidak ada
energi gelombang yang keluar dari ujung terbuka.

Jika ukuran diameter tabung tidak kecil dibanding dengan panjang gelombang
bunyi, titik perut gelombang terjadi tidak tepat pada ujung terbuka, melainkan terjadi
pada jarak e dari ujung tabung, hal ini tergantung pada frekuensi yang dirambatkan.
Dengan adanya koreksi ini, persamaan untuk panjang tabung menjadi

(2𝑛−1) 𝑣
𝐿 + 𝑒𝑛 = × ….(c)
4 𝑓

64
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Audio Frequency Generator


Audio Frequency Generator atau AFG adalah alat untuk menghasilkan gelombang
dengan amplitudo, frekuensi, dan bentuk gelombang yang bisa kita atur. Pada praktikum
ini, AFG akan disambungkan ke speaker sehingga bunyi yang keluar dari speaker dapat
diatur sesuai dengan yang dibutuhkan.
1. Pengatur frekuensi
2. Orde frekuensi
3. Pengatur volume
4. Orde volume
5. Pengatur jenis gelombang
6. Output Gambar 9. 6 Audi Frequency Generator

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


Dalam percobaan ini kita menggunakan rumus (c) untuk menghitung
percepatan rambat gelombang bunyi dalam gas (udara) dan nilai koreksi (e)

4
1. Persiapkan tabung resonansi (1) yang telah
dihubungkan dengan reservoir berisi air (2)
2 melalui selang karet (3). Atur reservoir ke
1
atas hingga air hampir mencapai mulut
tabung (4).
2. Hubungkan speaker dengan AFG. Hidupkan
AFG
AFG: gunakan gelombang sinus pada
3 frekuensi f1 (ditentukan asisten, 300 Hz <
f1< 1000 Hz). Atur amplitudo hingga
Gambar 9. 7 Ilustrasi Alat Praktikum
terdengar bunyi yang cukup jelas tetapi tidak
mengganggu sesama praktikan.

3. Turunkan permukaan air dalam


tabung dengan menurunkan reservoir secara perlahan. Bunyi akan melemah dan
kemudian menguat pada titik tertentu. Catat kedudukan permukaan air saat bunyi
menguat, turunkan lagi secara perlahan dan ulangi mencatat saat bunyi kembali
menguat.

65
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

4. Lakukan kebalikannya: bermula saat posisi permukaan air di dasar tabung resonansi,
saat reservoir berada di posisi bawah lalu dinaikkan perlahan. Permukaan air akan naik
pelan-pelan. Amati resonansi-resonansi yang terjadi. Catat kedudukan air saat terdengar
suara keras.
5. Ulangi langkah 2-4 dengan menggunakan frekuensi yang berbeda, misal f2 dan f3
(ditentukan asisten).

V. PENGOLAHAN DATA
Menentukan cepat rambat gelombang bunyi di udara (V)
1) Secara Grafis
• Catat letak titik resonansi yang anda amati pada table berikut :
Tabel 9. 1 Hasil Pengamatan Percobaan Kesatu

Tabel data 1 dengan frekuensi (𝑓1 ) = … … . 𝐻𝑧


Panjang pipa Permukaan Permukaan
𝐿𝑚 (Rata-Rata)
resonansi ke- m diturunkan dinaikkan
𝐿1
𝐿2
𝐿3
𝐿4

Tabel 9. 2 Hasil Pengamatan Percobaan Kedua

Tabel data 2 dengan frekuensi (𝑓2 ) = … … . 𝐻𝑧


Panjang pipa Permukaan Permukaan
𝐿𝑚 (Rata-Rata)
resonansi ke- m diturunkan dinaikkan
𝐿1
𝐿2
𝐿3
𝐿4

65
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Tabel 9. 3 Hasil Pengamatan Percobaan Ketiga

Tabel data 3 dengan frekuensi (𝑓3 ) = … … . 𝐻𝑧


Panjang pipa Permukaan Permukaan
𝐿𝑚 (Rata-Rata)
resonansi ke- m diturunkan dinaikkan
𝐿1
𝐿2
𝐿3
𝐿4

• Ubah persamaan (C) menjadi persamaan berbentuk 𝑦 = 𝑏𝑥 + 𝑎 dengan 𝑦 = 𝐿


dan 𝑥 = 𝑛.
• Tentukan garis rata-rata dengan menggunakan metode regresi linier untuk
frekuensi tersebut.

Tabel 9. 4 Regresi Linear Pada RGB

NO 𝑋𝑖 𝑌𝑖 𝑋𝑖 2 𝑌𝑖 2 𝑋𝑖. 𝑌𝑖
1

𝑁 ∑(𝑥𝑖 𝑦𝑖 ) − (∑ 𝑥𝑖 ∑ 𝑦𝑖 )
𝑏= 2
𝑁 ∑ 𝑥𝑖 2 − (∑ 𝑥𝑖 )

𝑣
• 𝑏 = 2𝑓

• 𝑣 = 2𝑓𝑏
• 𝛥𝑣 = 2𝑓𝛥𝑏

66
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

• Gambar grafik L terhadap n pada frekuensi yang diamati;


• Tentukan Nilai ( 𝑉 ± ± ∆𝑉 ).
• Tentukan tingkat ketelitian pengamatan yang anda lakukan.
𝛥𝑣
𝑇𝐾 = (1 − ) × 100%
𝑣
• Lakukan langkah-langkah pengolahan data diatas menggunakan frekuensi f2 dan
f3

2) Secara Analitis
𝑣
• Diketahui 𝐿𝑛 − 𝐿𝑛−1 = 2𝑓

• Dengan persamaan diatas, tentukan nilai V untuk masing-masing pasangan data


pada tiap-tiap frekuensi pengamatan yang anda lakukan,
𝑣43
𝐿4 − 𝐿3 = ; 𝑣43 = ⋯
2𝑓
𝑣32
𝐿3 − 𝐿2 = ; 𝑣32 = ⋯
2𝑓
𝑣21
𝐿2 − 𝐿1 = ; 𝑣21 = ⋯
2𝑓

• Tentukan Nilai ( 𝑉 ± ± ∆𝑉 ).
∑ 𝑥𝑖
𝑣 = 𝜈̅ = ; 𝛥𝑣 = |𝑥𝑖 − 𝑥̅ |𝑚𝑎𝑥
𝑁
• Dapatkan tingkat penelitian pengamatan dengan cara ini.
𝛥𝑣
𝑇𝐾 = (1 − ) × 100%
𝑣

3) Secara Empiris
𝑡
• Diketahui 𝑉 = 331√1 + 273 , 𝑡 = suhu ruangan praktikum (0C).

• Dari persamaan diatas, tentukan nilai v.

67
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

VI. ANALISIS
1. Bandingkan nilai kecepatan yang anda dapatkan menurut ketiga cara diatas, mana
menurut Anda yang lebih baik! Jelaskan alasannya!
2. Bandingkan hasil cepat rambat bunyi di udara yang anda dapatkan dengan cepat
rambat bunyi referensi yang sering digunakan! Uraikan hasil analisa Anda!
3. Jelaskan pengaruh perubahan tegangan generator audio terhadap pengamatan yang
Anda lakukan!
4. Jelaskan pengaruh perubahan frekuensi terhadap nilai cepat ramabat gelombang
bunyi di udara yang Anda dapatkan!
5. Jelaskan pengaruh perubahan suhu (t) terhadap cepat rambat bunyi yang
didapatkan!
6. Jika diinginkan jumlah nada yang lebih banyak lagi, apa yang harus dilakukan jika
dikaitkan dengan praktikum yang Anda lakukan!
7. Mengapa titik-titik Ln ditentukan berdasarkan keras tidaknya suara yang didengar?
Jelaskan jawaban Anda!
8. Bagaimana jika air yang Anda gunakan diganti dengan zat cair yang lebih kental?
Uraikan hasil analisa Anda!

68
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL X
KALIBRASI OSILOSKOP DAN OSILATOR

I. TUJUAN
1. Mengukur frekuensi dan amplitudo getaran harmonik yang ditampilkan osiloskop.
2. Memahami superposisi getaran harmonik yang sejajar melalui osiloskop.
3. Memahami superposisi getaran harmonik yang saling tegak lurus melalui osiloskop.

II. ALAT-ALAT
1. Osiloskop GOS - 622 ( Dual trace ; 20 mHz ).
2. Generator audio ( 10 kHz ; 2 Vpp ).
3. Kabel probe.

III. DASAR TEORI


A. Osiloskop
Osiloskop adalah alat ukur elektronika yang digunakan untuk memproyeksikan
bentuk gelombang yang dihasilkan oleh sumber gelombang. Secara rinci fungsi panel
dan modus osiloskop adalah :

Gambar 10. 1 Osiloskop

70
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Tabel 10. 1 Keterangan tombol osiloskop

1 Layar display 10 Input Ch -1


Gambar
Tombol on –10.off2 Tampilan OsiloskopTabel 10. 2 Keterangan tombol osiloskop
2 11 Input Ch -2

3 Pengatur iluminasi layar 12 Penggeser gambar arah horizontal


Pengatur nilai skala horizontal (skala
4 Pengatur fokus 13 time/DIV)
5 Pengatur Intensitas 14 Tombol kalibrasi sweep
Pengatur trigger (kedua knop ini harus
6 Getaran 2 Vpp 15 selalu terputar habis ke kiri)
Tombol auto harus selalu dalam
7 Penggeser gambar vertikal 16 keadaan ditekan
Pemilih channel dan modus kerja
8 Selektor ch - 1 & 2 17 osiloskop
9 Pengatur nilai skala vertikal

B. Osilator
Osilator merupakan perangkat elektronika yang dapat menghasilkan sejumlah
getaran atau sinyal listrik secara periodik dengan amplitudo yang konstan. Prinsip kerja
osilator adalah mengubah sinyal arus DC menjadi sinyal arus AC. Gelombang yang
dihasilkan dapat berupa gelombang sinusoida, gelombang gigi gergaji atau gelombang
kotak. Salah satu contoh osilator yang digunakan dalam praktikum adalah generator
audio.

C. Kalibrasi
Kalibrasi adalah suatu cara untuk menentukan kebenaran konvensional nilai
yang ditunjukkan pada alat inspeksi, alat pengukuran, dan alat pengujian. Kalibrasi
merupakan suatu bentuk standarisasi alat. Kalibrasi bertujuan untuk memastikan
keakuratan dari suatu alat ukur.

IV. PROSEDUR PRAKTIKUM


A. Mengenal Osiloskop
Persiapan sebelum alat dinyalakan :
1. Pastikan semua tombol pada osiloskop dalam keadaan off.

71
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

2. Tombol - tombol INTENS, FOCUS, ILLUM POS dan kedua tombol POS
ditempatkan di posisi tengah.
3. Tombol SWP VAR diputar habis ke kanan dan dalam keadaan ditekan (posisi on)
4. Tombol TIME / DIV diputar habis ke kiri.
5. Switch VERT MODE ke ch -1 atau ch-2.
6. Setelah diperiksa asisten, tekanlah tombol POWER. Selang sekitar 20 detik, bintik
cahaya akan tampak.
7. Atur tombol INTENS dan FOCUS hingga bintik tampak tajam namun tidak terlalu
terang, agar layar fluoresensi tidak terbakar.
8. Gunakan tombol POS untuk mengatur bintik hingga berada di posisi tengah layar.

B. Kalibrasi Osiloskop
1. Pasang kabel probe pada channel 1 dan ujung probe positif ke slot square (slot yang
tersedia pada ujung kiri bawah osiloskop). Maka akan muncul sinyal kotak pada
layar display seperti berikut ini.

Gambar 10. 3 Tampilan Osiloskop

2. Atur tombol kalibrasi hingga amplitudo dan frekuensi sinyal kotak pada display
sesuai dengan skala yang ditunjuk pada slot square.
3. Pindahkan probe pada channel 2 untuk mengkalibrasi channel 2.
4. Lakukan langkah yang sama seperti kalibrasi channel 1.

C. Pengukuran frekuensi ( f ) dan Amplitudo ( A ) getaran harmonik


1. Hubungkan osilator dengan osiloskop pada channel 1.
2. Atur jenis gelombang pada osilator sebagai gelombang sinusoidal.
3. Atur mode dan source pada osiloskop di channel 1.

72
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

4. Atur amplitudo dan frekuensi pada osilator.


5. Hitung amplitudo dan frekuensi gelombang yang muncul pada layar display.
6. Atur skala frekuensi dan amplitudo jika gambar besar gelombang yang ditampilkan
pada layar display tidak ideal.
7. Atur posisi vertikal dan horizontal dari gambar gelombang untuk memudahkan
perhitungan amplitudo dan frekuensi dari gambar gelombang yang ditampilkan
pada layar display.
8. Catat amplitudo dan frekuensi yang diatur pada osilator dan yang dibaca pada
osiloskop.

D. Kalibrasi Frekuensi ( f ) & Amplitudo ( A ) Generator Audio


Tabel 10. 3 Hasil Pengamatan percobaan SGH 1

Percobaan Amplitudo (A) Frekuensi (f)


Osilator Osiloskop Osilator Osiloskop
1
2
3
4
5
• Jelaskan makna amplitudo dan frekuensi audio generator!
• Samakah nilai A dan f pada osilator dan osiloskop? Mengapa demikian? Jelaskan
alasannya!
• Perlukah kalibrasi untuk skala ch-1 dan ch-2? Uraikan jawaban anda.

Analisis :

…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………

73
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

74
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

75
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL XI
SUPERPOSISI GETARAN HARMONIK SEJAJAR

I. TUJUAN
1. Mengukur frekuensi dan amplitudo getaran harmonik yang ditampilkan osiloskop.
2. Memahami superposisi getaran harmonik yang sejajar melalui osiloskop.
3. Memahami superposisi getaran harmonik yang saling tegak lurus melalui
osiloskop.

II. ALAT-ALAT
1. Osiloskop GOS - 622 ( Dual trace ; 20 mHz ).
2. Generator audio ( 10 kHz ; 2 Vpp ).
3. Kabel probe.

III. DASAR TEORI


Superposisi getaran harmonik adalah penjumlahan dua atau lebih getaran harmonik
yang dapat melintasi ruang yang sama tanpa adanya keterkaitan antara gelombang-
gelombang. Faktor yang mempengaruhi superposisi getaran harmonik yaitu amplitudo
masing-masing gelombang dan beda fase antara gelombang yang disuperposisikan.

Berdasarkan arah getarnya, SGH dibedakan menjadi 2, yaitu sejajar dan tegak lurus.

Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menjumpai penerapan superposisi getaran


harmonik seperti gelombang-gelombang radio dari banyak stasiun radio frekuensi
masing-masing lewat melalui satu antena radio. Arus listrik yang ditimbulkan oleh
superposisi dari semua gelombang di dalam antena tersebut adalah sangat kompleks.
Walaupun demikian, Anda masih dapat mendengarkan acara dari stasiun radio tertentu.

Pentingnya prinsip superposisi dapat Anda lihat dari pengertian prinsip superposisi.
Prinsip superposisi merupakan penjumlahan beberapa gelombang. Jika prinsip
superposisi berlaku, Anda dapat menyelidiki, menyelisik, dan menyimpulkan bahwa
suatu gerak gelombang rumit hanya merupakan gabungan dari gelombang-gelombang

76
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

sederhana. Dengan demikian, prinsip superposisi sangat membantu dalam


menyederhanakan suatu gerak gelombang.

A. Superposisi 2 Getaran Harmonik yang Sejajar


Superposisi getaran harmonik sejajar adalah superposisi terjadi antara dua
gelombang dalam satu sumbu. Superposisi dua getaran harmonik yang sejajar terdiri
atas dua jenis, antara lain:

1. Gelombang Pelayangan
Gelombang pelayangan merupakan gelombang yang tercipta akibat
superposisi dari dua gelombang yang memiliki selisih frekuensi yang kecil (masih
dalam satu orde).

Gambar 11. 1 Gelombang Pelayangan

2. Gelombang kompleks
Gambar 11. 2 Gelombang KompleksGambar
11. 3merupakan
Gelombang kompleks Gelombang Pelayangan
gelombang yang tercipta akibat superposisi
dari dua gelombang yang memiliki selisih frekuensi yang besar (berbeda orde).

Gambar 11. 4 Gelombang Kompleks

77
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Jika terdapat 2 getaran harmonik dengan arah getar berada dalam satu sumbu getar
yang sama ditulis sebagai berikut :

Getaran harmonik 1: 𝑥1 (𝑡) = 𝐴1 𝐶𝑜𝑠 (2𝜋𝑓1 𝑡 + 𝛼1 )

Getaran harmonik 2: 𝑥2 (𝑡) = 𝐴2 𝐶𝑜𝑠 (2𝜋𝑓2 𝑡 + 𝛼2 )

Jika keduanya bersuperposisi, maka akan diperoleh resultan getaran harmonik yang
dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan kesamaan amplitudo, frekuensi, dan fasa awal.

1. Jika amplitudo berbeda, frekuensi dan fasa awal sama (𝒇𝟏 = 𝒇𝟐 =


𝒇 ⅆ𝒂𝒏 𝜶𝟏 = 𝜶𝟐 = 𝜶)

Getaran harmonik 1: 𝑥1 (𝑡) = 𝐴1 𝐶𝑜𝑠 (2𝜋𝑓1 𝑡 + 𝛼1 )

Getaran harmonik 2: 𝑥2 (𝑡) = 𝐴2 𝐶𝑜𝑠 (2𝜋𝑓2 𝑡 + 𝛼2 )

Getaran harmonik resultan : 𝒙𝑹 (𝒕) = 𝑨𝑹 𝑪𝒐𝒔 (∅𝑹 )

dengan

𝐴𝑅 = (𝐴1 + 𝐴2 )

∅𝑅 = (2𝜋𝑓 + 𝛼)

2. Jika amplitudo dan fasa awal berbeda, frekuensi


sama
Getaran harmonik 1: 𝑥1 (𝑡) = 𝐴1 𝐶𝑜𝑠 (2𝜋𝑓1 𝑡 + 𝛼1 )
Getaran harmonik 2: 𝑥2 (𝑡) = 𝐴2 𝐶𝑜𝑠 (2𝜋𝑓2 𝑡 + 𝛼2 )

Getaran harmonik resultan : 𝒙𝑹 (𝒕) = 𝑨𝑹 𝑪𝒐𝒔 (∅𝑹 )

Dengan

𝐴𝑅 = √𝐴1 2 + 𝐴2 2 + 2𝐴1 𝐴2 𝐶𝑜𝑠(𝛼2 − 𝛼1 )

78
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

𝐴1 𝑆𝑖𝑛 𝛼1 + 𝐴2 𝑆𝑖𝑛 𝛼2
∅𝑅 = 𝑎𝑟𝑐 tan( )
𝐴1 𝐶𝑜𝑠 𝛼1 + 𝐴2 𝐶𝑜𝑠 𝛼2

3. Jika amplitudo dan frekuensi berbeda, fasa awal sama


Getaran harmonik 1: 𝑥1 (𝑡) = 𝐴1 𝐶𝑜𝑠 (2𝜋𝑓1 𝑡 + 𝛼1 )
Getaran harmonik 2: 𝑥2 (𝑡) = 𝐴2 𝐶𝑜𝑠 (2𝜋𝑓2 𝑡 + 𝛼2 )

Ambil α = 0 sehingga kedua getaran harmonik


menjadi :

𝑥1 (𝑡) = 𝐴1 𝐶𝑜𝑠 (2𝜋𝑓1 𝑡)

𝑥2 (𝑡) = 𝐴2 𝐶𝑜𝑠 (2𝜋𝑓2 𝑡)

Getaran harmonik resultan : 𝒙𝑹 (𝒕) = 𝑨𝑹 𝑪𝒐𝒔 (∅𝑹 )

Dengan

𝐴𝑅 = √𝐴1 2 + 𝐴2 2 + 2𝐴1 𝐴2 𝐶𝑜𝑠(2𝜋(𝑓2 − 𝑓1 )𝑡)

𝐴1 𝑆𝑖𝑛 2𝜋𝑓1 + 𝐴2 𝑆𝑖𝑛 2𝜋𝑓2


∅𝑅 = 𝑎𝑟𝑐 tan( )
𝐴1 𝐶𝑜𝑠 2𝜋𝑓1 + 𝐴2 𝐶𝑜𝑠 2𝜋𝑓2

B. Cara Kerja
1. Pasang probe dari channel 1 dan 2 pada 2 osilator yang telah disediakan.
2. Atur kedua osilator dengan output gelombang sinusoidal.
3. Atur mode pada osiloskop dalam keadaan dual agar kedua gelombang yang di-input
dapat terlihat pada layar display.
4. Atur skala amplitudo dan frekuensi pada channel 1 dan channel 2 agar gambar
gelombang tampil dengan sempurna.
5. Atur frekuensi dan amplitudo gelombang pada osilator (sesuai instruksi asisten)
• Untuk getaran harmonik sejajar : samakan amplitudo channel 1 dan 2, lalu
aturfrekuensi channel 1 dan 2 dalam satu orde, misalnya : frekuensi channel 1 =
600Hz, frekuensi channel 2 =700 Hz, dst.
• Getaran Harmonik kompleks : Ubah f2 hingga kembali 600 kHz ; dan f1 berturut-
turut 6 kHz dan 60 kHz.
6. Pindahkan mode pada osiloskop ke posisi/keadaan add.
7. Catat hasil superposisi yang ditampilkan pada layar display.

79
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

8. Ulangi untuk mengubah-ubah frekuensi pada osilator untuk melihat bentuk


superposisi yang nampak (sesuai instruksi asisten).

IV. PENGOLAHAN DATA


Superposisi Getaran/Gelombang dengan selisih frekuensi yang kecil

Tabel 11. 1 Hasil Pengamatan Percobaan SGH 2

A1 f1 A2 f2 Gambar Kedua Gelombang Gambar Pelayangan

• Jelaskan hasil pengamatan getaran harmonik pelayangan!


Analisis:

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………

80
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Gelombang Kompleks , f2 = 600 Hz

Tabel 11. 2 Hasil pengamatan percobaan SGH 3

f1 Gambar

6 kHz

60 kHz

• Jelaskan hasil pengamatan getaran harmonik kompleks !


Analisis:

……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………

81
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

82
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL XII
SUPERPOSISI GETARAN HARMONIK TEGAK LURUS

I. TUJUAN
1. Mengukur frekuensi dan amplitudo getaran harmonik yang ditampilkan osiloskop.
2. Memahami superposisi getaran harmonik yang sejajar melalui osiloskop.
3. Memahami superposisi getaran harmonik yang saling tegak lurus melalui osiloskop.

II. ALAT-ALAT
1. Osiloskop GOS - 622 ( Dual trace ; 20 mHz ).
2. Generator audio ( 10 kHz ; 2 Vpp ).
3. Kabel probe.

III. DASAR TEORI


Superposisi getaran harmonik adalah penjumlahan dua atau lebih getaran
harmonik yang dapat melintasi ruang yang sama tanpa adanya keterkaitan antara
gelombang-gelombang. Faktor yang mempengaruhi superposisi getaran harmonik,
yaitu amplitudo masing-masing gelombang dan beda fase antara gelombang yang
disuperposisikan. Berdasarkan arah getarnya, SGH dibedakan menjadi 2, yaitu sejajar
dan tegak lurus

A. Superposisi 2 Getaran Harmonik yang Tegak Lurus


Jika terdapat 2 getaran harmonik dengan arah getar yang saling tegak lurus,
misalkan sebagai berikut:

Getaran harmonik 1: 𝑥(𝑡) = 𝐴1 𝑆𝑖𝑛 (2𝜋𝑓1 𝑡 + 𝛼1 )


Getaran harmonik 2: 𝑦(𝑡) = 𝐴2 𝑆𝑖𝑛 (2𝜋𝑓2 𝑡 + 𝛼2 )

Getaran harmonik resultannya jika diplot dalam dua sumbu yang saling tegak
lurus akan diperoleh gambar Lissajous ( li-sa-ju ).

83
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

1. Frekuensi kedua getaran harmonik sama


Kedua getaran harmonik tersebut misalkan:

𝑥(𝑡) = 𝐴1 𝑆𝑖𝑛 (2𝜋𝑓𝑡 + 𝛼1 )

𝑦(𝑡) = 𝐴2 𝑆𝑖𝑛 (2𝜋𝑓𝑡 + 𝛼2 )

Lintasan diperoleh dengan mengeliminasi t antara x(t) dan y(t)

𝑥 𝑦 𝑥 𝑦
Adapun hasilnya : (𝐴 )2 + (𝐴 )2 − 2 (𝐴 ) (𝐴 ) 𝑐𝑜𝑠𝜃 = 𝑠𝑖𝑛2 𝜃
1 2 1 2

Dimana |𝛼2 − 𝛼1 | disebut beda fasa awal

Jadi : Bentuk lintasan ditentukan oleh amplitudo masing-masing getaran dan beda
fasa awalnya, sehingga gambar lissajous yang diperoleh dapat berbentuk garis
lurus, elips, bahkan lingkaran (irisan kerucut).

𝑨
• Jika 𝜽 = 𝟎 (kedua getaran sefasa) diperoleh garis lurus : 𝒀 = 𝑨𝟐 𝑿.
𝟏

𝑨 𝑨
• Jika 𝜽 = 𝝅 radian, 𝒀 = − 𝑨𝟐 𝑿 (gambar ) dengan kemiringan 𝑨𝟐 .
𝟏 𝟏

A2 A2

A1 A1
Gambar 12. 2 Elips Tidak Tegak Gambar 12. 1 Elips Tegak

𝜋 3𝜋
• Jika 𝜃 = radian atau 𝜃 = radian, gambar Lissajouse yang akan diperoleh
2 2

berbentuk elips tegak (gambar 11.2) dengan persamaan :


𝑥 𝑦
( )2 + ( )2 = 1
𝐴1 𝐴2

• Untuk 𝜃 yang lain, akan diperoleh elips miring

84
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

2. Frekuensi kedua getaran harmonik berbeda


𝑓
Jika 𝑓1 ≠ 𝑓2 diperoleh gambar yang sangat rumit, kecuali apabila 𝑓1 berupa
2

1 1 2
perbadingan sederhana seperti 1,2 , 3 , 3 , 𝑑𝑙𝑙.

Gambar - gambar yang diperoleh adalah

1
1

1
2

1
3

1
4

Gambar 12. 3 Lissajous

B. Cara mendapatkan gambar-gambar Lissajous


1. Pasang probe dari channel 1 dan 2 pada 2 osilator yang telah disediakan.
2. Atur kedua osilator dengan output gelombang sinusoidal.
3. Atur mode pada osiloskop dalam keadaan dual agar kedua gelombang yang di-input
dapat terlihat pada layar display.
4. Atur skala amplitudo dan frekuensi pada channel 1 dan channel 2 agar gambar
gelombang tampil dengan sempurna.
5. Atur frekuensi pada osilator sama besar untuk menampilkan lissajous 1:1 (misal
ch-1 f=600Hz dan ch-2 f=600).
6. Atur source pada osiloskop dalam keadaan x,y lalu aktifkan tombol x,y.
7. Atur mode pada osiloskop dalam keadaan add, maka akan tampil gambar lissajous
pada layar display.
8. Atur posisi vertikal dan horizontal jika ingin gambar lissajous berada di bagian
tengah layar display.
9. Ulangi untuk perbandingan fx/fy = 1:1; 1:2; 1:3; dan 2:3 ( tanya asisten ).

85
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Catatan : Gambar-gambar yang ditampilkan tidak dapat diam, ini disebabkan karena
kedua osilator merupakan dua sumber getaran yang tidak koheren (beda fase setiap
saat berubah/tidak konstan).

Pengukuran frekuensi dengan Lissajous

Tabel 12. 1 Hasil pengamatan percobaan SGH 4

fx/fy Gambar Lissajous

1:1

1:2

1:3

1:4

• Jelaskan kembali tabel hasil pengamatan anda!


Analisis:

……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……

86
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Menggambar lissajous secara manual

Cara menggambar gelombang Lissajous:

1. Buatlah lingkaran dengan ukuran yang sama di kuadran II dan kuadran IV. Lihat
Gambar di bawah.

Gambar 12. 4 Langkah 1 Membuat Lissajous

2. Setelah itu pada kedua lingkaran, bagi ruas sesuai dengan perbandingan frekuensi
masing-masing gelombang yang disuperposisikan (f1 : f2 = ruas lingkaran
kuadran II : ruas lingkaran kuadran IV). Minimal ruas lingkaran f1 adalah 4
bagian.

Gambar 12. 5 Langkah 2 membuat lissajous

87
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

3. Beri penomoran pada sisi luar lingkaran yang tegak lurus dengan garis pembagi
ruas lingkaran. Untuk lingkaran f1, awal penomoran dimulai dari sisi lingkaran
yang paling kanan dan arah penomorannya berlawanan arah jarum jam.
Sedangkan untuk lingkaran f2, awal penomoran dimulai dari sisi lingkaran yang
paling atas dan penomorannya searah dengan putaran jarum jam. Penomoran
disesuaikan dengan jumlah maksimal lingkaran dengan ruas terbanyak. Untuk
lebih jelasnya, lihat gambar di bawah.

Gambar 12. 6 Langkah 3 membuat lissajous

4. Buat garis putus-putus yang menghubungkan pertemuan sesama nomor sisi pada
lingkaran. Lihat contoh pada gambar di bawah.

Gambar 12. 7 Langkah 4 membuat lissajous

5. Kemudian, hubungkan titik-titik pertemuan tersebut sesuai dengan urutan


nomornya. Gambar Superposisi Gelombang serapi mungkin.

88
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

IV. ANALISIS
1. Apa yang terjadi jika angka tersebut arahnya sama ? Jelaskan !
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………

2. Bagaimana cara menggambarkan Lissajous secara manual ? Bandingkan dengan


gambar Lissajous pada osiloskop !
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………

89
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

DAFTAR NAMA ASISTEN PRAKTIKUM FISIKA DASAR


PERIODE 2021/2022

ADR Adam Hadi Pratama GAL Galih Karya Gemilang NFD Nurfadhilah Putri Bumi
DIN Adinda Sekar Santia GEB Gebby Novalisza RAP Nurul Amelia
COO Aditiya Nicola Putra HAI Hafid Ikhsan Arifin PUT Putri Indra Wahyuningsih
ZIW Alfarizi Wiranata HNA Hana Merlina Hesti Bestari DKY Putu Dicky Marthree S. M.
AKM Alfred Komuna ENG Ihsan Maulidin SYA Qanita Syafiqah Ishak
AMR Alifia Mutiara Rahma IND Ilham Nadiyansyah Firdaus RON Qualita Imani Pradharona
AMP Aliya Mahmuda Putri MAN Immanuel Putra Timothy T. FRZ Raden Satria Daffa Fareza
ALV Alvito Ahmad Cannavaro I. DAH Indah Indriani ALE Rahma Dania Aleem L.
AND Andre Prasetyo NNE Inne Rineko Putri RNA Raissa Nur Andiva
AAL Andreas Alberto Sitorus MNG Jonathan Vito Setiawan TIK Ratika Dwi Anggraini
ANE Aneira Shafi Luthfia LAI Lailatul Rohma RDA Rayhan Dhafi
SEU Annisa Ayu Lestari FIY Luthfia Azzahra K. CAW Reza Widehan
AFS Aurellia Fieldza Sendyartha DEE M. Fadel Ashar RRZ Rezika Ramadhanti
AWL Awal Sholeh Subarkah HYM M. Hasyim Abdillah P. ZRA Rifanisa Azzahra
AYS Ayu Sekar Safitri ATA M. Fauzan Athalla Halinda RIN Rindha Ayu Kusumaningputri
LAN Baharuddin Nur Maulana MNM Melodiva Madao IPO Rivo Rivaldo Achmad Sevano
BIN Bintang Kriesna Nugraha MKC Mikail Rizkyena IKY Rizky Aris Prasetya
CCC Cahaya Irham Wirawan BOB M. Ikhwan Mahbuby DAM Saddam Adri Perdana
DRA Candra Budiman YAN Muh. Adrian Hidayat SDZ Salma Dzikriyah Zulfaa
CHR Christian Halomoan Siregar HFZ M. 'Irfan Hafizhuddin AWA Salwa Nurhaliza
CRA Cyla Rahmania DWI M. Andika Naufan D. TAR Sang Ayu Putu Diah Utari
DFA Delatifa Putri Sugandi DFF Muhammad Daffa Hakiki SYL Selly Lastanila
DEY Denny Tri Sukmono KRI Muhammad Fikri Reynaldi SHA Shafa Tanaya Paramesti
PAN Dhi’fan Dwi Nugraha WRA Muhammad Fuad Wirahilmi SYN Sinatryasti Purwi Agfianingrum
EPW Elsi Purbowati MHP M. Haekal Panderadja Pasi CIA Siti Ashila Farikha Mayundri
FAD Fadhlul Ariqi MAZ Muhammad Hilmy Aziz TAN Tania Verasta
FAY Faisa Atharani Nugroho IBG Muhammad Iqbal DIE Tegar Muhammad Al-Hadie
RDM Fajar Nur Raudhidarma QBL Muhammad Iqbal THA Thalita Dewi Rahmaniar
FAR Farah Hanifah RAD Muhammad Raditya Aisy D. VAS Viny Aulia Sabilla
FAZ Fariz erawan MZH Muhammad Zaki YOS Yoses Dwi Maheswara
PED Fath Muhammad Isham NBL Nabilah Indira Putra SHB Zahrayna Shebina Syabira
CIT Febria Citra Mutma'innah NDL Nadillah Rahmatia K. LMS Zaidan Irfandito
FIK Fika Triana NAY Naili Ikrimah M. Yanis ZMM Zaidan Muhammad Mahdi
FAS Firda Aulya Syharul UMR Naufal Umar Alghifari ZAL Zalfa Aurellia
FIR Firda Rizki Nur Hanifa SHI Ni Putu Shivana Ayu A.
PRT Fredy Pratama RYN Nita Hanifah

90
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

STRUKTUR ORGANISASI LABORATORIUM FISIKA DASAR


PERIODE 2021/2022

Pembina Lab
Dr. Rahmat Awaludin Salam, S.Si., M.Si.

Koordinator Asisten
Laboratorium Fisika Dasar
Denny Tri Sukmono

Wakil Koordinator Asisten


Laboratorium Fisika
Melodiva Madao

Bendahara I Sekretaris I
Farah Hanifah Rindha Ayu K.

Bendahara II Sekretaris II
Aurellia Fieldza S. Nadillah Rahmatia K.

91
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Divisi Manajemen Sistem


Divisi Edukasi Divisi Sumber Daya Manusia
Informasi
Maulana Fauzan Athalla Halinda Raissa Nur Andiva Alfred Komuna
Ayu Sekar Safitri Mikail Rizkyena Siti Ashila Farikha Mayundri
Firda Aulya Syharul Hafid Ikhsan Arifin Adinda Sekar Santia
Aditiya Nicola Putra Adam Hadi Pratama Christian Halomoan Siregar
Andre Prasetyo Alfarizi Wiranata Fadhlul Ariqi
Candra Budiman Alvito Ahmad Cannavaro Idham Luthfia Azzahra Kusumawardhani
Cyla Rahmania Aneira Shafi Luthfia Mohammad Ikhwan Mahbuby
Fath Muhammad Isham Faisa Atharani Nugroho Muhammad Daffa Hakiki
Firda Rizki Nur Hanifa Fariz erawan Muhammad Fuad Wirahilmi
Gebby Novalisza Fika Triana Naufal Umar Alghifari
Hana Merlina Hesti Bestari Galih Karya Gemilang Nita Hanifah
Jonathan Vito Setiawan Ilham Nadiyansyah Firdaus Putu Dicky Marthree Sapodu Merta
M. Hasyim Abdillah P. Muhammad Hilmy Aziz Rayhan Dhafi
M. Andika Naufan Dwiandharu M. Raditya Aisy Dharmawan Reza Widehan
Muhammad Haekal Panderadja Pasi Muhammad Zaki Rivo Rivaldo Achmad Sevano
Nurfadhilah Putri Bumi Naili Ikrimah M. Yanis Salwa Nurhaliza
Rahma Dania Aleem Lestari Qualita Imani Pradharona Sinatryasti Purwi Agfianingrum
Rezika Ramadhanti Ratika Dwi Anggraini Zalfa Aurellia
Tania Verasta Selly Lastanila
Viny Aulia Sabilla Shafa Tanaya Paramesti
Yoses Dwi Maheswara
Zahrayna Shebina Syabira

92
MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Divisi Riset Dan Bengkel Divisi Praktikum


Cahaya Irham Wirawan Delatifa Putri Sugandi
Thalita Dewi Rahmaniar Muhammad Fikri Reynaldi
Bintang Kriesna Nugraha Annisa Ayu Lestari
Andreas Alberto Sitorus Alifia Mutiara Rahma
Awal Sholeh Subarkah Aliya Mahmuda Putri
Baharuddin Nur Maulana Dhi’fan Dwi Nugraha
Fajar Nur Raudhidarma Elsi Purbowati
Fredy Pratama Febria Citra Mutma'innah
Lailatul Rohma Ihsan Maulidin
Muhammad Adrian Hidayat Immanuel Putra Timothy Tambun
Muhammad 'Irfan Hafizhuddin Indah Indriani
Muhammad Iqbal Inne Rineko Putri
Nabilah Indira Putra Muhammad Fadel Ashar
Ni Putu Shivana Ayu Antarini Muhammad Iqbal
Nurul Amelia Rifanisa Azzahra
Putri Indra Wahyuningsih Rizky Aris Prasetya
Qanita Syafiqah Ishak Saddam Adri Perdana
Raden Satria Daffa Fareza Sang Ayu Putu Diah Utari
Salma Dzikriyah Zulfaa Zaidan Irfandito
Tegar Muhammad Al-Hadie Zaidan Muhammad Mahdi

93

Anda mungkin juga menyukai