Makalah Ilmu Munasabah
Makalah Ilmu Munasabah
Makalah Ilmu Munasabah
(makalah)
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ulumul Qur’an.
Disusun Oleh:
NAMA NPM
TULANG BAWANG
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................II
KATA PENGANTAR...........................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG.................................................................................IV
B.RUMUSAN MASALAH..............................................................................V
C.TUJUAN ......................................................................................................V
BAB II PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN MUNASABAH............................................................VI-VIII
D.MACAM-MACAM MUNASABAH....................................................IX-XIII
KESIMPULAN .............................................................................................XVII
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................XVIII
II
KATA PENGANTAR
“bismillahirrohmanirrohim”
Puji syukur kepada Allah SWT yang mana telah memberikan karunia dan
rahmatnya sehingga kami bisa menulis makalah ini.solawat beserta salam selalu
kita haturkan kepada junjungan baginda kita yaitu nabi Muhammad SAW,karena
berkat agama yang dibawanya kita bisa terbebas dari kejahiliyaaan dan bisa
merasakan keilmuan hingga saat ini.
Makalah ini kami buat guna untuk menyelesaikan tugas Ulumul Qur’an dengan
mengambil judul dari materi tentang Ilmu Munasabah.dengan ini kami berharap
agar makalah ini daat berguna dan menjadi penambah pengetahuan bagi
mahasiswa,khususnya untuk mahasiswa STIT Darul Ishlah dan untuk mahasiswa
lainnya pada umumnya.
Dengan ini juga kami sadar bahwa makalah ini masih butuh banyak
pembenahan karena mungkin saja dari kecerobohan kami sehingga masih ada kata
atau kalimat yang masih keliru dan butuh perbaikan,maka dari itu kritik dan saran
saudara sekalian sangat kami butuhkan, Sekian.
“Alhamdulillahirobbil’alamain”
.....................penulis....................
III
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini, ilmu-ilmu mengenai kitab suci umat islam, al-Qur’an al-
Karim sudah tidak terlalu diminati oleh kaum pemuda. Padahal, kaum pemuda
saat inilah yang akan menggantikan dan meneruskan estafet keilmuan pedoman
umat islam tersebut. Padahal, dalam keeharian, al-Qur’an sangatlah berperan aktif
dalam setiap aktivitas dalam masyarakat. Secara tidak sadar, ilmu al-Qur’an telah
menjad bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat muslim, namun
sayangnya, kajian mengenai perkembangan ulum al-Qur’an semakin banyak
ditinggalkan.
Al-Qur’an sebagai pegangan hidup umat islam memegang peran yang
sangat besar terhadap perkembangan keilmuan teologi islam karena al-Qur’an
ialah sumber terbesa dan terpercaya dari seluruh disiplin ilmu pengetahuan baik
agama maupun umum. Maka, kajian terhadap al-Qur’an seharusnya menjadi hal
yang sangat menarik dan tak ada habismya.
Salah satu kajian dalam disiplin ilmu ini ialah “munasabah”. Istilah
tersebut mungkin terdengar asing untuk kalangan awam, ataupun akademisi yang
tidak berkecimpung di dunia ulum al-Qur’an. Hal ini tentulah sangat disayangkan
mengingat betapa besarnya peran munasabah dalam penafsiran al-Qur’an.
Selama ini, kebanyakan orang lebih mengenal “asbab an-Nuzul” daripada
“munasabah”. Padahal, dengan mengetahui sebab-sebab turunnya saja, para
mufassir (ahli tafsir) masih mendapat kesulitan dalam menemukan tafsiran yang
tepat mengenai suatu ayat atau surat dalam al-Qur’an. Dengan mengetahui
munasabah dalam al-Qur’an, seseorang akan lebih mudah mengetahui maksud
dari suatu ayat ataupun surat dalam al-Qur’an.
Hubungan antara ayat ataupun surat dalam al-Qur’an tentulah tidak
disususn secara sembarangan karena setiap penyusunan dalam al-Qur’an memiliki
makna yang saling berkaitan dan sangat membantu dalam penafsiran al-Qur’an.
Bahkan, sebagian mufassir ada yang lebih mempercayai munasabah dalam al-
Qur’an daripada asbab an-nuzul yang belum diketahui betul kebenarannya.
Maka, diharapkan bahwa para akademisi akan lebih mengenal dan
memahami arti munasabah dalam al-Qur’an sehingga dapat menganalisa
keterkaitan antar ayat, surat, maupun juz dalam al-Qur’an sehingga akan
mempermudah mempelajari al-Qur’an dan mengkaji lebih dalam apa-apa yang
terkandung dalam al-Qur’an secara komprehensif dan ilmiah.
Kami akan menjelaskan “munasabah” lebih rinci dalam makalah
sederhana ini dengan berpatokan pada tiga pokok pembahasan yang sesuai dengan
Rumusan Masalah dalam makalah ini.
IV
B. RUMUSAN MASALAH
C.TUJUAN
Makalah ini dibuat untuk tujuan agar mahasiswa dapat mengenal serta
mengetahui tentang ilmu munnasabah,dan dapat di aplikasikann ke kehidupan
nyata.serta mengetahui dari pengertian munasabah sampai dengan pandangan para
ulama tentang ilmu munnasabah ini.
V
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MUNASABAH
Secara etimologi, munasabah berasal dari bahasa arab dari asal kata nasaba-
yunasibu-munasabahan yang berarti musyakalah (keserupaan)[1], dan muqarabah.
Lebih jelas mengenai pengertian munasabah secara etimologis disebutkan dalam
kitab Al burhan fi ulumil Qur”an bahwa munasabah merupakan ilmu yag mulia
yang menjadi teka-teki akal fikiran, dan yang dapat digunakan untuk mengetahui
nilai (kedudukan) pembicara terhadap apa yang di ucapkan.
Sedangkan secara terminologis definisi yang beragam muncul dari kalangan
para ulama terkait dengan ilmu munasabah ini. Imam Zarkasyi salah satunya,
memaknai munasabah sebagai ilmu yang mengaitkan pada bagian-bagian
permulaan ayat dan akhirnya, mengaitkan lafal-lafal umum dan lafal lafal
khusus,atau hubungan antar ayat yang terkait dengan sebab akibat, illat dan
ma’lul, kemiripan ayat pertentangan (ta’arudh).[2]
Manna Al-Qathan dalam mabahis fi ulum Al-Qur’an menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan munasabah dalam pembahasan ini adalah segi-segi hubungan
antara satu kata dengan kata yang lain dan satu ayat dengan ayat yang lain atau
antara satu surat dengan surat yang lain. Menurut M Hasbi Ash Shiddieq
membatasi pengertian munasabah kepada ayat-ayat atau antar ayat saja.
Dalam pengertian istilah, munasabah diartikan sebagai ilmu yang membahas
hikmah korelasi urutan ayat Al-Qur’an atau dengan kalimat lain, munasabah
adalah usaha pemikiran manusia dalam menggali rahasia hubungan antar surat
atau ayat yang dapat diterima oleh akal. Dengan demikian diharapkan ilmu ini
dapat menyingkap rahasia illahi, sekaligus sanggahanya, bagi mereka yang
meragukan Al-Qur’an sebagai wahyu.[3]
VI
وجـهُ اإلرتـبــا ِط بـين الجـمـلـ ِة والجـمـلـ ِة فى األيـ ِة الـواحــدة أوبـين األيـة واأليــة فـي األيــة الـمـتـعــدد ِة أو
بــينَ الســورة والســـورة.
Artinya :
“Munasabah adalah sisi keterikatan antara beberapa ungkapan dalam satu ayat,
atau antar ayat pada beberapa ayat atau antar surat didalam Al-Qur’an”.
ي الـقـرأن بعـضـها بـبـعـض حـتى تـكون كا الكـلمـة الـواحـد ِة مـتّـسقــ ِة المعـاني مـنتـظـمـ ِة ّ ِ إرتـبــاط أ
عـل ٌم عـظـيـــ ٌم, المـبــــاني
Artinya :
“Munasabah adalah keterikatan ayat-ayat Al-Qur’an sehingga seolah-olah
merupakan suatu ungkapan yang mempunyai kesatuan makna dan keteraturan
redaksi. Munasabah merupakan ilmu yang sangat agung”.
VII
khusus; rasional (‘aqli), persepsi (hassiy), atau imajinatif (khayali) ; atau korelasi
berupa sebab akibat, ‘illat dan ma’lul, perbandingan, dan perlawanan.
Pada dasarnya pengetahuan tentang munasabah atau hubungan antara ayat-ayat itu
bukan tauqifi (tak dapat diganggu gugat karena telah ditetapkan Rasul), tetapi
didasarkan pada ijtihadi seorang mufassir dan tingkat penghayatannya terhadap
kemukjizatan Al-Qur’an, rahasia retorika, dan segi keterangannya yang mandiri.
Seperti halnya pengetahuan tentang Asbabun Nuzul yang mempunyai
pengaruh dalam memahami makna dan menafsirkan ayat, maka pengetahuan
tentang munasabah atau korelasi antar ayat dengan ayat dan surat dengan surat
juga membantu dalam pentakwilan dan pemahaman ayat dengan baik dan cermat.
Oleh sebab itu sebagian ulama menghususkan diri untuk menulis buku mengenai
pembahasan ini. Tetapi dalam pendapat lain dikemukakan atas dasar perbedaan
pendapat tentang sistematika (perbedaan urutan surat dalam Al-Qur’an) adalah
wajar jika teori Munasabah Al-Qur’an kurang mendapat perhatian dari para ulama
yang menekuni ‘Ulum Al-Qur’an walaupun keadaan sebenarnya Munasabah ini
masih terus dibahas oleh para mufassir yang menganggap Al-Qur’an adalah
Mukjizat secara keseluruhan baik Redaksi maupun pesan ilahi-Nya.
VIII
Sungguhpun begitu, ilmu ini bukanlah disepakati kewujudannya atau
diterima oleh semua ulama, mereka yang kontra mewajibkan syarat yang ketat
untuk ilmu ini ialah: ‘Izzudin Bin Abdis Salam, as-Syaukani, as-Syinqiti dan
sebagainya. Mereka ini berhujah bahwa ilmu al-Munasabah ini adalah takalluf
(beban) dan ia tidak dituntut oleh syara’.[4]
D. MACAM-MACAM MUNASABAH
IX
munasabah yang dapat ditarik pada tiga surat beruntun, masing-masing Q. S al-
Fatihah (1), Q. S al-Baqarah (2), dan Q. S al-Imran (3).
Satu surah berfungsi menjelaskansurat sebelumnya, misalnya di dalam surat al-
Fatihah / 1 : 6 disebutkan :
)6( إهدنا الصراط المستقيم
Artinya : “Tunjukilah kami jalan yang lurus” (Q. S al-Fatihah / 1 : 6)
Lalu dijelaskan dalam surat al-Baqarah, bahwa jalan yang lurus itu ialah
mengikuti petunjuk al-Qur’an, sebagaimana disebutkan :
)2 (تلك الكتاب ال ريب فيه هدى للمتقين
Artinya : “Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi
mereka yang bertakwa” (Q. S al-Baqarah / 2 : 2)
3.Munasabah Antara Satu Kalimat dengan Kalimat Lainnya dalam Satu Ayat
Munasabah antara satu kalimat dengan kalimat yang lainnya dalam satu
ayat dapat dilihat dari dua segi. Pertama adanya hubungan langsung antar kalimat
secara konkrit yang jika hilang atau terputus salah satu kalimat akan merusak isi
ayat. Identifikasi munasabah dalam tipe ini memperlihatkan irri-ciri ta’kid /
X
tasydid (penguat / penegasan) dan tafsir / i’tiradh (interfretasi /penjelasan dan
cirri-cirinya). Contoh sederhana ta’kid :
""فإن لم تفعلوا, diikuti "( "ولن تفعلواQ.S al-Baqarah / 2:24).
Contoh tafsir:
سبحان الذي اسرى بعبده ليال من المسجد الحرام الى المسد األقصى
Kemudian diikuti dengan (1:17/الذي باركنا حوله لنريه من اياتنا )اإلسراء
Kedua masing-masing kalimat berdiri sendiri, ada hubungan tetapi tidak langsung
secara konkrit, terkadang ada penghubung huruf ‘athaf’ dan terkadang tidak ada.
Dalam konteks ini, munasabahnya terletak pada :
a.Susunan kalimat-kalimatnya berbentuk rangkaian pertanyaan, perintah dan
atau larangan yang tak dapat diputus dengan fashilah. Salah satu contoh :
)25 وإلن سألتهم من خلق السماوات واألرض___ليقولون هللا___قل الحمد هلل (لقمن
b.Munasabah berbentuk istishrad (penjelasan lebih lanjut). Contoh :
)189 يسألونك عن األهله___قل هي___ (البقره
c.Munasabah berbentuk nazhir / matsil (hubungan sebanding) atau mudhaddah /
ta’kis (hubungan kontradiksi). Contoh :
)177 ليس البر ان تولوا وجوهكم قبل المشرك والمغرب___ولكن البر___(البقرة
XI
6.Munasabah Antara Awal Uraian Surat dengan Akhir Uraian Surat
Salah satu rahasia keajaiban al-Qur’an adalah adanya keserasian serta
hubungan yang erat antara awal uraian suatu surat dengan akhir uraiannya.
Sebagai contoh, dikemukakan oleh al-Zamakhsyari demikian juga al-Kimani
bahwa Q. S al-Mu’minun di awali dengan (respek Tuhan kepada orang-orang
mukmin) dan di akhiri dengan (sama sekali Allah tidak menaruh respek terhadap
orang-orang kafir). Dalam Q. S al-Qasash, al-Sayuthi melihat adanya munasabah
antara pembicaraan tentang perjuangan Nabi Musa menghadapi Fir’aun seperti
tergambar pada awal surat dengan Nabi Muhammad SAW yang menghadapi
tekanan kaumnya seperti tergambar pada situasi yang dihadapi oleh Musa AS dan
Muhammad SAW, serta jaminan Allah bahwa akan memperoleh kemenangan.
“Semua yang berada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan
kebesaran Allah). Dan Dia-lah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
XII
Munasabah al-Qur’an diketahui berdasarkan ijtihad, bukan melalui petunjuk
Nabi (tauqifi). Setiap orang bisa saja menghubung-hubungkan antara berbagai hal
dalam kitab al-Qur’an.[6]
4. Dengan ilmu munasabah itu, dapat diketahui mutu dan tingkat ke-Balaghah-an
bahasa al-Qur’an dan konteks kalimat-kalimatnya yang satu dengan yang
lain,serta persesuaian ayat / surahnya yang satu dari yang lain, sehingga
lebihmenyakinkan kemukjizatannya, bahwa al-Qur’an itu benar-benar wahyu
dariAllah SWT dan bukan buatan Nabi Muhammad SAW. karena itu, Abdul
Djalaldalam bukunya menambahkan Imam Fakhruddin al-Razi mengatakan
XIII
kebanyakan keindahan-keindahan al-Qur’an terletak pada susunan dan
penyesuaiannya, sedangkan susunan kalimat yang paling bersetara adalah saling
berhubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya.Sebagaimana
yang dinyatakan oleh ahli ulumul Qur’an diantaranya adalahAbu Bakar bin al-
Arabi, Izzuddin bin Abdus-Salam bahwa ilmu munasabah adalahilmu yang baik
( ilmun hasanun ), ilmu mulia ( ilmun syarifun ), ilmu yang agung ( ilmun
adzimun ). Dari semua julukan ini menandakan bahwa ilmu munasabah mendapat
tempat dan penghargaan yang cukup tinggi atau peran yang cukupsignifikan
dalam memahami dan menafsirkan al-Qur’an. Sehingga az-Zarkasyi berpendapat
bahwa ilmu ini dapat dijadikan tolak ukur untuk mengetahui kecerdasanseorang
mufassir. Kedudukan ilmu ini semakin terasa kebutuhannya manakalah seseorang
menafsirkan al-Qur’an menggunakan metode tafsir al-maudhu’I (tematik) atau al-
muqaran (komparasi), karena metode ini memperhatikan
keterkaitan( munasabah)antara ayat yang berbicara tentang masalah yang sejenis.
(A Zarkasyi,1988: 63) Berlainan dengan ilmu asbabun-nuzul yang digolongkan
kedalam ilmu sima’I dan karenanya maka bersifat naqli (periwayatan), maka ilmu
munasabah digolongkan ke dalam kelompok ilmu-ilmu ijtihadi yang karenanya
bersifat penalaran. Sebagai ilmu ijtihadi ilmu ini sangat berpeluang untuk
dikembangkan dalam upayamemperkaya dan memperkuat penafsiran al-Qur’an,
yaitu dengan cara mencarihubungan antara ayat-ayat al-Qur’an dari berbagai
aspeknya.[7]
XIV
demikian tidaklah pada tempatnya bila orang bersikeras dan memaksakan diri
mencari korelasi (tanasub) antara ayat-ayat dan surat-surat yang bersifat tafshil
lantaran kefasihan lafal-lafalnya dan ketinggian mutu makna-maknanya.
Mahmud Syaltut seorang ulama kontemporer, kurang setuju dengan
analisis munasabah dan menolak menjadikan munasabah sebagai bagian dari
ilmu-ilmu al-Quran. Ia tidak setuju dengan mufasir yang menggunakan
munasabah untuk menafsirkan al-Quran.
Di sisi lain terdapat pendapat-pendapat tentang munasabah: tertib surah
dan ayat:
Para ulama sepakat bahwa tertib ayat-ayat dalam al-qur’an adalah tauQifiy,
artinya penetapan dari Rasul, Sementara tertib surah dalam Al-Qur’an masih
terjadi perbedaan pendapat.
Al-Qhurtubi meriwayatkan pernyataan Ibn Ath-Thibb bahwa tertib surat
Al-Quran di perselisihkan, Dalam hal ini ada tiga golongan:
a.Tertib surat berdasarkan ijtihad para sahabat.
Pendapat ini diikuti oleh jumhur ulama seperti Imam Malik, Al-Qhadi Abu
Bakr At-Thibb. Beberapa alasan mereka adalah :
1.Tidak ada petunjuk langsung dari Rasulullah tentang tertib surah dalam Al-
Quran.
2.Sahabat pernah mendengar Rasul membaca Al-Quran berbeda dengan susunan
surah sekarang, hal ini di buktikan dengan munculnya empat buah mushaf dari
kalangan sahabat yang berbeda susunannya antara yang satu dengan yang lainnya.
Yaitu mushaf Ali, mushaf ‘Ubay, mushaf Ibn Mas’ud, mushaf Ibnu Abbas.
3.Mushaf yang ada pada catatan sahabat berbeda-beda ini menunjukkan bahwa
susunan surah tidak ada petunjuk resmi dari Rasul.
4.Alasan lain adalah riwayat Abu Muhammad Al-Quraysi bahwa Umar
memerintahkan agar mengurutkan surat At-Tiwal. Akan tetapi, riwayat ini diberi
catatan kaki oleh As-Sayuthi agar diteliti kembali.
b.Susunan surat berdasarkan petunjuk Rasulullah Saw (taukifi).
Di antara ulama yang yang berpendapat demikian adalah Al-Qadhi Abu
Bakr Al-Anbari, Ibn Hajar, Al-Zarkasyi dan As-Sayuthi. Alasan yang
dikemukakan sebagai berikut :
1.Ijma’ sahabat terhadap mushaf Utsman. Ijma’ ini tak akan mungkin terjadi
kecuali kalau tertib itu tauqifiy, seandainya bersifat ijtihadiy, niscaya pemilik
mushaf lainnya akan berpegang teguh pada mushafnya.
2.Hadist tentang hijzb Al-Quran yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan
Dawud dari Huzaifah As-Syaqafi.
c.Tertib surat sebagian taukifi dan sebagian ijtihadiy.
Di antara yang berpendapat demikian adalah Al-Baihaqi. Menurutnya:
“seluruh surat susunannya berdasarkan tauqif Rasul kecuali surat Baraah dan Al-
Anfal.
XV
Al-Qhadi Abu Muhammad Ibn Athiyah termasuk golongan ini, Dan alasan
Lainnya:
Ternyata tidak semua nama-nama surah itu diberikan oleh Allah, tapi
sebagiannya diberikan oleh Nabi dan bahkan ada yang diberikan oleh para
sahabat. Adapun yang diberikan oleh Allah adalah misalnya surat Al-Baqarah, At-
Taubah, Ali Imran dll. Nama surah yang diberikan oleh Nabi adalah yang Nabi
sendiri menyebutkan surah tersebut, seperti surah Thaha dan Yasin. Oleh para
sahabat seperti Al-Baro’ah, yaitu surat yang di awali dengan lafal basmalah.[8]
XVI
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
XVII
DAFTAR PUSTAKA
[6] http://najmadanzahra.blogspot.com/2013/12/makalah-munasabah-ayat-dalam-
al-quran.html di akses tanggal 30 mei 2015 pukul 12.00 WIB.
[7] http://www.scribd.com/doc/45969536/Munasabah-Al-Qur-An#scribd di akses
tanggal 30 mei 2015 pukul 12.00 WIB.
[8] http://muhamri03.blogspot.com/2013/12/munasabah-al-quran.html di akses
tanggal 30 mei 2015 pukul 12.00 WIB.
XVIII