Sejarah Dan Perkembangan Wahabi 2
Sejarah Dan Perkembangan Wahabi 2
Sejarah Dan Perkembangan Wahabi 2
(makalah)
Disusun Oleh:
Nama NPM
TULANG BAWANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmatnya kepada kita semua sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Penyusun
makalah ini di dasari pada tinjauan pustaka mengenai Sejarah dan perkembangan
wahabi ,serta yang melatar belakangi ,dan memahami tentang sejarah dan
berkembangnya wahabi .makalah ini disusun dala rangka guna menyelesaikan
tugas mata kuliah ahli sunnah wal jama’ah(ASWAJA).pada kesempatan ini kami
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca
dan khususnya bagi para siswa sebagai sarana pembelajaran.
II
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG.................................................................................IV
B.RUMUSAN MASALAH.............................................................................IV
C.TUJUAN .......................................................................................................V
BAB II PEMBAHASAN
B.Pengertian Wahabi.......................................................................................VII
G.Bid’ah Wahabi..............................................................................................XV
A.Kesimpulan ............................................................................................XVIII
DAFTAR PUSTAKA
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini penulis akan sedikit memaparkan tentang beberapa hal
yang berkaitan dengan gerakan wahabi, diantaranya:
C. TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
ilmu kalam 1, serta untuk menambah pengetahuan bagi penulis khususnya dan
IV
bagi para pembaca pada umumnya. Selain itu makalah ini juga bertujuan
memberikan sedikit informasi kepada para pembaca agar mengetahui siapakah
aliran wahabi. Setelah membaca makalah ini diharapkan para membaca tidak
terjerumus kedalam aliran wahabi yang di anggap sebagian masyarakat sebagai
aliran yang menyimpang.
V
BAB II
PEMBAHASAN
VI
mereka juga menyatakan bahwa mereka bukanlah sebuah mazhab atau kelompok
aliran Islam baru, tetapi hanya
mengikuti seruan (dakwah) untuk mengimplementasikan ajaran Islam yang
(paling) benar. Arizal (2012).
Wahabisme dan keluarga Kerajaan Saudi telah menjadi satu kesatuan yang
tak terpisahkan sejak kelahiran keduanya. Wahabisme-lah yang telah menciptakan
kerajaan Saudi, dan sebaliknya keluarga Saud membalas jasa itu dengan
menyebarkan paham Wahabi ke seluruh penjuru dunia. One could not have
2
Ja’far Subhani, Wahabism, terj. Arif M dan Nainul Aksa, Syekh Muhammad bin Abdul Wahab
dan Ajarannya (Cet. I; Citra, 2007), h. 11
VII
existed without the other – Sesuatu tidak dapat terwujud tanpa bantuan sesuatu
yang lainnya. Akbar (2010).
B. Pengertian Wahabi
Aliran Wahabi bukanlah satu mazhab akan tetapi satu bentuk gerakan
pemikiran agama yang banyak dipegang oleh ulama-ulama Haramayn (Mekah dan
Madinah) yang mengikuti pendekatan yang diambil oleh Muhammad bin Abdul
Wahab. Dari segi mazhab, mereka lebih hampir dengan mazhab Hanbali
walaupun dari beberapa segi mereka lebih ketat dan keras.
Dalam sejarah tradisi ilmu Islam, aliran Wahhabi bukanlah mewakili arus
perdana mazhab Ahlu Sunnah wa al-Jamaah. Dari segi pendekatan ilmiah, aliran
Wahabi membawa pendekatan yang agak sempit dengan metodologi harfiah
(literal) yang mereka ambil dalam memahami sumber agama khususnya al-
Qur’an. Justeru itu, sebahagian dari pandangan mereka dalam agama bersifat agak
keras terutama terhadap orang yang tidak mengambil pendekatan mereka.
Pendekatan telah membawa kepada kecenderungan untuk mudah mengeluarkan
orang Islam dari lingkungan agama yang tidak sealiran dengan aliran Wahabi.
Banyak amalan dan pegangan yang telah diamalkan oleh masyarakat Islam
telah dianggap keluar dari agama Islam oleh golongan Wahabi. Pendekatan ini
telah menyebabkan perpecahan di kalangan sebagian masyarakat yang telah lama
mempunyai kesatuan dalam ibadah menurut pentafsiran imam-imam muktabar
dalam mazhab Shafi’i dan dalam akidah menuruti aliran al-Ash’ari dan
alMaturidi.
3
http://www.e-fatwa.gov.my/blog/pandangan-mengenai-golongan-wahabi.
VIII
Sebelum Muhammad Bin Abdul Wahab muncul, keadaan kaum muslimin
dijazirah arab sangat memprihatinkan. Baik dalam segi akidah maupun dari segi
peribadatan, sudah tidak lagi sesuai dengan ajaran islam yang sebenarnya, bahkan
kembali kepada karakter jahiliyah. Hamid (2010/106).
a.Semua objek peribadatan selain allah adalah palsu dan siapa saja yang
melakukannya harus menerima hukuman mati atau dibunuh.
4
Ja’far Subhani, Wahabism, terj. Arif M dan Nainul Aksa, Syekh Muhammad bin Abdul Wahab
dan Ajarannya (Cet. I; Citra, 2007), h. 12-13
IX
b. Orang yang berusaha memperoleh kasih tuhannya dengan cara mengunjungi
kuburan orangorang suci bukanlah orang orang yang bertauhid, tetapi termasuk
orang musyrik.
c.Bertawassul kepada nabi dan orang saleh dalam berdoa kepada allah termasuk
perbuatan syirik.5
5
Muhammd bin Abdul Wahab, Kitab Tauhid, terj. M. Yusuf Harun, Kitab Tauhid (t.t. Rabwah,
t.th.) h.112
X
mayoritas penganut Ahlussunnah Wal Jamaah, terlebih setelah berdirinya
Nahdlatul Ulama pada 1926 yang diprakarsai Hasyim Asy’ari, penyebaran ajaran
Wahabiyah lebih condong dilakukan melalui jalur pendidikan, dengan mendirikan
sekolah-sekolah semi modern.Menurut Ensiklopedi Islam, meski sempat melemah
di Arab Saudi, ajaran Wahabi justru telah tersebar luas ke berbagai negara seperti
India, Sudan, Libya serta ke Indonesia. Penyebaran aliran Wahabi ke wilayah
Nusantara dibawa oleh para haji yang baru pulang menunaikan rukun Islam
kelima di Tanah Suci. Salah satunya melalui kaum Padri di Minangkabau yang
dikembangkan tiga tokoh. ketiga tokoh yang tertarik dengan ajaran Wahabi itu
adalah Haji Miskin dari Lu(h)ak Agam, Haji Abdur Rahman dari Piobang, bagian
dari Lu(h)ak Limah Puluh Kota, dan Haji Muhammad Arief dari Sumanik,
Batusangkar. Arief (2012)
6
Abdur Rahman Wahid, Ilusi Negara Islam EKspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia,
(Jakarta: The Wahid Institute, 2009), 21.
XI
sehingga menjadi ancaman dan kecemasan tersendiri bagi ajaran yang sudah ada
di Indonesia. Apalagi aliran yang sudah ada sebelumnya sangatlah tidak bisa
disejajarkan dengan ajaran Wahabi, karena memang keduanya adalah aliran yang
bukan dari imam atau tokoh yang sama, sehingga banyak sekali perbedaan-
perbedaan mulai dari pemikiran, ilmu pengetahuan sampai dengan landasan
agama yang sangat berbeda dari keduanya.
Strategi utama gerakan Wahabi dalam usaha membuat umat Islam menjadi
radikal dan keras adalah dengan berusaha meminggirkan dan memusnahkan
bentuk-bentuk pengalaman Islam yang lebih toleran yang telah lebih lama ada dan
dominan di berbagai belahan dunia muslim. Mereka berusaha keras melakukan
penerobosan ke berbagai bidang kehiduan umat Islam, baik melalui cara-cara
halus hingga yang kasar dan keras.
7
15Ibid., 23
XII
mengkhususkan diri kepada bentuk penghancuran bid'ah-bid'ah yang ada di
tengah umat Islam. Bahkan hal-hal yang masih dianggap khilaf, termasuk yang
dianggap seolah sudah bid'ah yang harus diperangi. Mungkin memang sebagian
umat Islam ada yang merasakan arogansi dari kalangan pendukung dakwah
Wahabiyah ini. Majannai (2011).
XIII
sangat bertentangan dengan agama islam yaitu pembunuhan yang mengakibatkan
banyak manusia yang tidak berdosa ikut menjadi korban. Penyabab dari
pengeboman itu adalah hasutan dari kelompok wahabi, bahwa memberantas
kemaksiatan adalah diwajibkan. Tetapi alirah wahabi salah dalam menafsirkannya
sehingga berakibat pertumpahaan darah. 8
XIV
penunjang dari penelitian ini, penulis memakai metode pemikiran Karl Jaspers
yang menyatakan bahwa suatu peristiwa (event) atau kejadian sejarah harus
ditentukan oleh man, time, dan place, sehingga penelitian ini dapat menjadi
sempurna sesuai dengan perangkat analisis yang ada. Hasil dari penelitian ini
berbentuk analisis sejarah tentang akar gerakan Wahabi di dunia Arab dan proses
penyebarannya ke Indonesia melalui teori challenge and response yang
merupakan akhir penelitian ini sebagai kontribusi pemikiran. Pada bab IV
merupakan hasil aplikasi dari teori evolusi dan teori Challenge and Response
dengan menganalisis problem historis gerakan Wahabi, karena muncul
ketegangan yang awal mulanya a-politis menjadi politis khususnya di Arab Saudi.
G. Bid’ah Wahabi
9
Tim Bahtsul Masail PC NU Jember, Membongkar Kebohongan Buku: “Mantan Kiai NU
Menggugat Sholawat & Dzikir Syirik” (H. Mahrus Ali,) (Surabaya: Khalista, 2008), 69.
XV
Bid’ah menurut bahasa adalah sesuatu yang dikerjakan tanpa mengikuti
contoh sebelumnya, yang dimaksud disini adalah sesuatu yang dikerjakan tanpa
didahului pengakuan syara’ melalui al-Quran dan Sunnah.
Secara umum para ulama membagi Bid’ah menjadi dua: yaitu Bid’ah
Hasanah (Bid’ah yang baik) dan bid’ah Madzmumah (bid’ah yang tercela).
Pertama, Bid’ah Hasanah yaitu Bid’ah yang sesuai dengan sunnah Rasul
dan di hukumi terpuji. Dalam hal ini al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Idris
al-Syafi’i yang di ikuti oleh mayoritas Ahlussunnah Wal-Jamaah di dunia Islam
berkata:
Bid’ah Hassanah ini meliputi sesuatu yang baik dan terpuji yang menurut
kaum Wahabi sesuatu ini di sebut Bid’ah Madzmumah karena tidak ada di zaman
Rasulallah namun berbeda dengan para
Contoh dari Bid’ah hassanah seperti, tradisi ngapeti atau mitoni, yaitu
upacara selamatan ketika kehamilan menginjak empat bulan atau tujuh bulan.
Upacara tersebut dilakukan dengan tujuan agar janin yang didalam kandungan
lahir dengan keadaan sehat dan menjadi anak yang saleh.
10
Muhammad Idrus Ramli, Membedah Bid’ah & Tradisi: Dalam Perspektif Ahli Hadists & Ulama
Salafi (Surabaya: Khailista, 2010), 3.
XVI
“Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada
engkau dan jadikanlah di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada
engkau (Qs. Al Baqoroh 128).
Kedua, Bid’ah madzmummah yaitu Bid’ah yang sesat atau tercela. Secara
umum para ulama’ membagi Bid’ah madzmumah ini menjadi dua, yaitu Bid’ah
dalam poko-pokok agama (ushul al-din) dan Bid’ah dalam cabang-cabang agama
(furu’ al-din).11
Bid’ah dalam ushul al-din yaitu Bid’ah yang menyalahi akidah sahabat
nabi, Bid’ah ini juga disebut Bid’ah dholalah (sesat).
Sedangkan Bid’ah furu’ al-din yaitu Bid’ah dalam amaliyah fiqih seperti
penulisan pada huruf (( صpada penulisan nabi dan tayamumnya seseorang ke
sajadah dan bantal yang tidak ada debunya.12
BAB III
11
Tim Bahtsul Masail PC NU Jember, Membongkar Kebohongan Buku: “Mantan Kiai NU
Menggugat Sholawat & Dzikir Syirik” (H. Mahrus Ali) (Surabaya: Khalista, 2008), 112.
12
Tim Bahtsul Masail PC NU Jember, Membongkar Kebohongan Buku: “Mantan Kiai NU
Menggugat Sholawat & Dzikir Syirik” (H. Mahrus Ali) (Surabaya: Khalista, 2008), 116
XVII
PENUTUP
A. Kesimpulan
2. Gerakan Muhammad bin Abdul Wahab pada tahun 1740 M dia mulai
mengajar dengan mengadakan halaqah dan dari sana dia mempropagandakan
prinsip-prinsip pemurnian di wilayah Nejed. Perkembangan gerakan Muhammad
bin Abdul Wahab pada saat beliau diusir oleh penguasa Unaynah, (Ustman).
Muhammad bin Abdul Wahab akhirnya pindah ke kota duriyyah (dar’iyyah)
kejadian ini justru menjadi awal sesungghnya dari tersebarnya ajaran-ajarannya
dan menjadi sebuah gerakan besar karena setelah kejadian itu Muhammad bin
Abdul Wahab disambut baik oleh penguasa daerah tersebut yakniMuhammad Ibn
Sa‘ud, penguasa kota itu, yang kemudian diperkuat dengan perkawinannya yang
lain. Aliansi ini terbukti permanen, yang melahirkan suatu entitas politik yang
selama bertahun-tahun dapat disebut secara bergantian sebagai Saudi atau Wahab
DAFTAR PUSTAKA
XVIII
Muhammd bin Abdul Wahab, Kitab Tauhid, terj. M. Yusuf Harun, Kitab Tauhid
(t.t. Rabwah, t.th.) h. 5
Ja’far Subhani, Wahabism, terj. Arif M dan Nainul Aksa, Syekh Muhammad bin
Abdul Wahab dan Ajarannya (Cet. I; Citra, 2007), h. 11
http://www.e Ja’far Subhani, Wahabism, terj. Arif M dan Nainul Aksa, Syekh
Muhammad bin Abdul Wahab dan Ajarannya (Cet. I; Citra, 2007), h. 12-13
Abdur Rahman Wahid, Ilusi Negara Islam EKspansi Gerakan Islam Transnasional
di Indonesia, (Jakarta: The Wahid Institute, 2009), 21.
15Ibid., 23
Muhammad Idrus Ramli, Membedah Bid’ah & Tradisi: Dalam Perspektif Ahli
Hadists & Ulama Salafi (Surabaya: Khailista, 2010), 3.
XIX