Makalah Tentang Muhammadiyah Sebagai Gerakan Pendidikan PDF Free
Makalah Tentang Muhammadiyah Sebagai Gerakan Pendidikan PDF Free
Makalah Tentang Muhammadiyah Sebagai Gerakan Pendidikan PDF Free
Pendidikan
Kelompok 5:
NO NAMA NIM
1 YUSTIKA KUSUMA WARDANI 17631605
2 NAWANG SARI 17631604
3 RIZQI FAUZIYAH AR-ROHMAH 17631603
4 EMA AMBAR SARI 17631599
5 M ISRO’I ILHAM AROJAB 17631600
6 EDY SUSANTO 17631601
2019
1
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
memanjatkan rasa puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Muhammadiyah Sebagai Gerakan Pendidikan ”
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat terhadap
pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................................ 1
6. Kesimpulan .................................................................................................................... 16
7. Saran .............................................................................................................................. 16
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat kolonial Belanda menjajah bumi nusantara, Pendidikan Islam telah tersebar luas
dalam wujud “pondok pesantren”, dimana islam diajarkan di musholla/langgar/masjid.
Sistem yang digunakan seperti sistem sorogan, bandongan, dan wetonan. Sorogan adalah
sistem pendidikan dimana secara perorangan menghadap kyai dengan membawa kitab,
kyai membacakan dan mengartikan kemudian sang santri menirukannya. Bandongan atau
Wetonan adalah sang kyai membaca, mengartikan dan menjelaskan maksud teks dari
kitab tertentu namun sang santri hanya mendengarkan penjelasan dari sang kyai.
Sistem pendidikan semasa itu hanya berorientasi pada hafalan teks semata, sehingga
tidak merangsang santri untuk berdiskusi. Cabang ilmu agama yang diajarkan sebatas
Hadits dan Mustholah Hadist, Fiqih dan Usul Fiqih, Ilmu Tauhid, Ilmu Tasawuf, Ilmu
Mantiq, Ilmu Bahasa Arab. Ini berlangsung hingga awal abad ke-20. Sudah barang tentu
di sekolah Belanda para murid tidak diperkenalkan pendidikan Islam sehingga menjadikan
cara berfikir dan tingkah laku mereka banyak yang menyimpang dari ajaran Islam.
Melihat kenyataan ini K.H Ahmad Dahlan beserta para tokoh bertekad untuk
memperbaharui pendidikan bagi umat Islam. Pembaharuan yang dimaksud meliputi dua
segi, yaitu segi cita-cita dan segi teknik. Segi cita-cita adalah untuk membentuk manusia
muslim yang berakhlaqul karimah, alim, luas pandangan dan paham terhadap masalah
keduniaan, cakap, serta bersedia berjuang untuk kemajuan agama Islam. Sedang dari Segi
teknik adalah lebih banyak berhubungan dengan cara-cara penyelenggaraan pendidikan
modern terutama system/model pembelajaran yang diterapkan selama pelaksanaan
pendidikan.
4
B. Rumusan Masalah
1. Apa faktor yang melatar belakangi Gerakan Muhamadiyah di bidang
Pendidikan ?
2. Bagaimana cita-cita Pendidikan Muhamadiyah ?
3. Apa bentuk-bentuk dan Model Pendidikan Muhamadiyah ?
4. Bagaimana Pemikiran dan Praksis Pendidikan Muhamadiyah ?
5. Apa saja Tantangan dan Revitalisasi Pendidikan Muhamadiyah ?
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
2) Cita-Cita Pendidikan Muhammadiyah
Sebagai gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar, Muhammadiyah
dituntut untuk mengkomunikasikan pesan dakwahnya dengan menanamkan khazanah
pengetahuan melalui jalur pendidikan.
Secara umum dapat dipastikan bahwa ciri khas lembaga pendidikan
Muhammadiyah yang tetap dipertahankan sampai saat adalah dimasukkannya mata
pelajaran AIK/lsmuba di semua lembaga pendidikan (formal) milik Muhammadiyah.
Hal tersebut sebagai salah satu upaya Muhammadiyah agar setiap individu senantiasa
menyadari bahwa ia diciptakan oleh Allah semata-mata untuk berbakti kepada-Nya.
Usaha Muhammadiyah mendirikan dan menyelenggarakan sistem pendidikan modern,
karena Muhammadiyah yakin bahwa Islam bisa menjadi rahmatan lil-‘alamin,
menjadi petunjuk dan rahmat bagi hidup dan kehidupan segenap manusia jika
disampaikan dengan cara-cara modern. Dasarnya adalah Allah berfirman: “Wahai
jama’ah jin dan manusia, jika kalian sanggup menembus (melintasi) pejuru langit dan
bumi, maka lintasilah. Kamu sekalian tidak akan sanggup melakukannya melainkan
dengan kekuatan (ilmu pengetahuan)”(QS. Ar-rahman/55:33).
PoliteknikAkademi
7
c. Berbakti kepada orang tua serta bersikap baik terhadap kerabat
d. Memiliki akhlaq yang mulia
e. Berpengetahuan luas serta memiliki kecakapan, dan
f. Berguna bagi masyarakat, bangsa dan agama
Secara teoritik, ada tiga alasan mengapa pendidikan AIK perlu diajarkan:
Pendidikan Integralistik
K.H Ahmad Dahlan (1868-1923) adalah tipe man of action sehingga sudah pada
tempatnya apabila mewariskan cukup banyak amal usaha bukan tulisan. Oleh
sebab itu untuk menelusuri bagaimana orientasi filosofis pendidikan Beliau musti
lebih banyak merujuk pada bagaimana beliau membangun sistem pendidikan.
Namun naskah pidato terakhir beliau yang berjudul Tali Pengikat Hidup menarik
untuk dicermati karena menunjukkan secara eksplisit konsen Beliau terhadap
pencerahan akal suci melalui filsafat dan logika. Sedikitnya ada tiga kalimat kunci
yang menggambarkan tingginya minat Beliau dalam pencerahan akal, yaitu:
Bahwa amal usaha Muhammadiyah dalam hal kualitas mengalami dua masalah
sekaligus, yaitu, pertama, terlambatnya pertumbuhan kualitas dibandingkan
dengan penambahan jumlah yang spektakuler, sehingga dalam beberapa hal kalah
bersaing dengan pihak lain. Kedua, tidak meratanya pengembangan mutu lembaga
pendidikan. Dalam sejumlah aspek banyak disoroti kelemahan amal usaha
10
khususnya di bidang pendidikan yang kurang mampu menunjukkan daya saing di
tingkat nasional apalagi internasional. Amal usaha Muhammadiyah tidak
mengalami proses inovasi yang merata dan signifikan, sehingga cenderung
berjalan di tempat, kendati beberapa lainnya mulai bangkit mengembangkan ide-
ide dan metode baru dalam peningkatan kualitas dan keberadaan amal usaha
Muhammadiyah.
Hal ini berkaitan erat dengan kenyataan bahwa globalisasi justru melahirkan
semangat cosmopolitantisme dimana anak-anak bangsa boleh jadi akan memilih
sekolah-sekolah di luar negeri sebagai tempat pendidikan mereka, terutama jika
kondisi sekolah-sekolah di dalam negeri secara kompetitif under-quality
(berkualitas rendah). Inilah salah satu dari sekian tantangan yang harus dihadapi
Muhammadiyah dalam bidang pendidikan.
11
Menurut Suyanto, “guru memiliki peluang yang amat besar untuk mengubah
kondisi seorang anak dari gelap gulita aksara menjadi seorang yang pintar dan
lancar baca tulis yang kemudian akhirnya ia bisa menjadi tokoh kebanggaan
komunitas dan bangsanya”. Tetapi segera ditambahkan: “guru yang demikian tentu
bukan guru sembarang guru. Ia pasti memiliki profesionalisme yang tinggi,
sehingga bisa “di ditiru”
Itu artinya pekerjaan guru tidak bisa dijadikan sekedar sebagai usaha sambilan,
atau pekerjaan sebagai moon-lighter (usaha objekan). Namun kenyataan
dilapangan menunjukkan adanya guru terlebih-lebih guru honorer, yang tidak
berasal dari pendidikan guru, dan mereka memasuki pekerjaan sebagai guru tanpa
melalui system seleksi profesi. Singkatnya di dunia pendidikan nasional ada
banyak, untuk tidak mengatakan sangat banyak, guru yang tidak profesioanal.
Inilah salah satu permasalahan internal yang harus menjadi “pekerjaan rumah”
bagi pendidikan Muhammadiyah masa kini.
12
d) Permasalahan Strategi Pembelajaran
Menurut Suyanto era globalisasi dewasa ini mempunyai pengaruh yang sangat
signifikan terhadap pola pembelajaran yang mampu memberdayakan para peserta
didik. Tuntutan global telah mengubah paradigma pembelajaran dari paradigma
pembelajaran tradisional ke paradigma pembelajaran baru. Suyanto
menggambarkan paradigma pembelajaran sebagai berpusat pada guru,
menggunakan media tunggal, berlangsung secara terisolasi, interaksi guru-murid
berupa pemberian informasi dan pengajaran berbasis factual atau pengetahuan.
Dampak negatif dari teknologi moderen telah mulai menampakan diri di depan
mata kita, yang pada prinsipnya melemahkan daya mental-spiritual / jiwa yang
sedang tumbuh berkembang dalam berbagai bentuk penampilannya. Pengaruh
negatif dari teknologi elektronik dan informatika dapat melemahkan fungsi-fungsi
kejiwaan lainya seperti kecerdasan pikiran, ingatan, kemauan dan perasaan (emosi)
diperlemah kemampuan aktualnya dengan alat-alat teknologi-elektronis dan
informatika seperti Komputer, foto copy dan sebagainya.(Arifin,1991,hal: 9 )
Alat-alat diatas dalam dunia pendidikan memang memiliki dua dampak yaitu
dampak positif dan juga dampak negatif. Misalnya pada pelajaran bahasa asing
anak didik tidak lagi harus mencari terjemah kata-kata asing dari kamus, tapi
sudah bisa lewat komputer penerjemah atau hanya mengcopy lewat internet. Nah
dari sinilah nampak jelas bahwa pengaruh teknologi dan informasi memiliki
dampak positif dan negatif
13
Tantangan era globalisasi terhadap pendidikan agama Islam di antaranya, krisis
moral. Melalui tayangan acara-acara di media elektronik dan media massa lainnya,
yang menyuguhkan pergaulan bebas, sex bebas, konsumsi alkohol dan narkotika,
perselingkuhan, pornografi, kekerasan, liar dan lain-lain. Hal ini akan berimbas
pada perbuatan negatif generasi muda seperti tawuran, pemerkosaan, hamil di luar
nikah, penjambretan, pencopetan, penodongan, pembunuhan oleh pelajar, malas
belajar dan tidak punya integritas dan krisis akhlaq lainnya.
14
Visi-misi pendidikan Muhammadiyah harus di internalisasikan. Paradigma itu
membentuk kerangka berfikir dan kesadaran kritis bahwa lembaga pendidikan
Muhammadiyah tidak hanya murni pendidikan dan pelayanan, tetapi ada aspek
penting lain yaitu misi perkaderan dan dakwah yang menjadi kewajiban masing-
masing pendidik di Muhammadiyah untuk melaksanakan misi tersebut.
Misi pendidikan Muhammadiyah tersebut sekaligus menjadi solusi dan respon
tentang keringnya ruh keagamaan dalam pendidikan, Muhammadiyah memiliki
ciri khas yaitu pendidikan al-Islam dan Kemuhammadiyahan. Dua hal itu menjadi
ciri khas sekaligus solusi dalam mengisi kekeringan ruh spiritual dalam pendidikan,
baik pada pendidikan dasar dan menengah maupun pada pendidikan tinggi di
Muhammadiyah. semua AUM pendidikan harus melaksanakan pendidikan al-Islam
dan Kemuhammadiyahan sebagai fondasi pendidikan. AIK yang sudah berjalan pada
lembaga Muhammadiyah harus di vitalkan kembali fungsinya. Sehingga empat
peran dan misi pendidikan Muhammadiyah dapat berjalan seperti yang di cita-citakan
15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Muhammadiyah sebagai organisasi Islam sejak awal berdiri memiliki komitmen yang
teguh dalam mencerdaskan kehidupan bangsa melalui jalur pendidikan, hingga saat ini
lembaga pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah terus berkembang dan bertambah baik
secara kuantitas maupun kualitas, walaupun di sisi lain tidak dapat dipungkiri ada lembaga
pendidikan Muhammadiyah yang mengalami keterpurukan bahkan ada yang tutup, hal ini
merupakan dinamika lembaga pendidikan yang dimiliki oleh Muhammadiyah.
Manajemen yang selama ini berlaku di Muhammadiyah justru membuat para perintis
lembaga pendidikan di Muhammadiyah bersemangat untuk berkompetisi secara positif,
walaupun demikian, menurut hemat penulis manajemen yang sekarang berlaku membutuhkan
evaluasi secara mendalam untuk peningkatan mutu pendidikan Muhammadiyah secara umum.
16
DAFTAR PUSTAKA
Mulkhan, Abdul Munir. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah. Jakarta:
Bumi Aksara.1990.
Amir Hamzah Wirjosukarto, 1985, Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam, Jember:
Mutiara Offset.
17