C
MORFOLOGI BAHASA INDONESIA
Buku Mengenai “ MORFOLOGI BAHASA INDONESIA”
NAMA MAHASISWA : Cindy Irene Githa Sihombing
NIM : 2193510017
KELAS : Sastra Indonesia B 2019
DOSEN PENGAMPU : Dr. MALAN LUBIS, M.Hum.
MATA KULIAH : MORFOLOGI
PROGRAM STUDI S1 SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
EXCECUTIVE SUMMARY
Didalam buku yang saya analisis berjudul “Morfologi Bahasa Indonesia” memberikan
pembahasan materi yang jelas mengenai dasar-dasar dan prinsip morfologi. Topik ini
memberikan dasar yang jelas pada pembaca, literatur-literatur tentang bahasa senantiasa
memberikan penjelasan bagaimana menjadi komunikator dan komunikan yang baik, sikap
dan gaya yang sesuai dengan situasi dan sayarat-syarat bahasa yang baik. Buku ini juga
bertujuan untuk memberikan uraian mengenai hal-hal yang baik tentang bidang morfologi.
Buku-buku dibidang linguistik yang ditulis dalam Bahasa Indonesia belum banyak kita
dapati, kalau kita bandingkan dengan yang ditulis dalam bahasa Asing terutama dalam
Bahasa Inggris. Oleh karena itu perlunya pembaharuan agar bahan bacaan akademisi
termasuk mahasiswa tidak terbatas. Penerbitan buku-buku baru yang telah mengalami
pembaharuan diharapkan dapat digunakan oleh para mahasiswa agar memperdalam
pengetahuan mereka terkhusus dibidang morfologi ini.
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penyusun ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas
Critical Book Report tepat pada waktunya.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Malan Lubis,M.Hum selaku dosen
pengampu mata kuliah Morfologi Bahasa Indonesia yang merupakan matakuliah wajib
yang diselenggarakan di seluruh Program Studi Sastra Indonesia. Didalamnya membahas
dasar-dasar morfologi berupa pembekalan mengenai “Morfologi Bahasa Inonesia” yang
nantinya akan dijadikan bekal mahasiswa/i untuk mengkaji di kehidupan sosial pada
pembahasan matakuliah selanjutnya.
Karena sifatnya membantu, maka seyogyanya mahasiswa/i yang lain dapat melengkapi
makalah ini dengan bahan bacaan materi yang lain sehingga akan membantu dan
memahami materi yang sebelumnya telah disajikan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat penyusun nantikan. Semoga pembuatan makalah selanjutnya dapat
lebih baik lagi.
Medan, Mei 2020
Penulis
DAFTAR ISI
EXCECUTIVE SUMMARY .................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ 3
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN
A. Rasionalisasi Pentingnya CBR................................................................... 5
B. Tujuan Penulisan CBR................................................................................... 5
C. Manfaat Penulisan CBR................................................................................. 5
D. Identitas Buku ................................................................................................. 6
BAB II RINGKASAN ISI BUKU
BAB III PEMBAHASAN
A. Pembahasan Isi Buku
B. Kelebihan dan Kekurangan Buku ............................................................
1.Dari Aspek Tampilan Buku (Face Value) ..........................................
2.Dari Aspek Layout, Tata Letak, Tata Bahasa, Serta Tata Tulis
3.Dari Aspek Isi Buku ...................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................................
B. Rekomendasi/Saran .....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Rasionalisasi Pentingnya CBR
Critical Book Report adalah tugas menulis yang mengharuskan kita untuk
meringkas dan mengevaluasi tulisan. Dalam menulis critical jurnal review kita harus
membaca secara seksama dan juga membaca tulisan lain yang serupa agar kita bisa
memberikan tinjauan dan evaluasi yang lebih komprehensif, obyektif dan faktual.
Dengan memperbanyak mengkritisi suatu buku atau jurnal akan melatih cara
berpikir kritis kita terhadap suatu hal tetapi berdasarkan bukti dan analisis yang
mendasar, bukan sekedar mencari kelemahan buku dan menilainya secara sepihak
oleh karena itu diperlukan pemikiran rasional dan logis dalam membandingkan
suatu buku. Adapun dalam penuntasan tugas Critical Book Report ini mahasiswa
dituntut dalam meringkas,menganalisa dan membandingkan serta memberikan
kritik berupa kelebihan dan kelemahan pada suatu buku berdasarkan fakta yang
ada dalam buku tersebut ,sehingga dengan begitu mahasiswa akan menjadi terbiasa
dalam berpikir logis dan kritis serta tanggap terhadap hal-hal yang baru yang
terdapat dalam suatu buku.
Penugasan Critical Book Report ini juga merupakan bentuk pembiasaan agar
mahasiswa terampil dalam menciptakan ide-ide kreatif dan berpikir secara analitis
sehingga pada saat pembuatan tugas-tugas yang sama mahasiswa pun menjadi
terbiasa serta semakin mahir dalam penyempurnaan tugas tersebut.
Pembuatan tugas Critical Book Report ini juga melatih, menambah, serta
menguatkan pemahaman mahasiswa betapa pentingnya mengkritikalisasi suatu
karya berdasarkan data yang factual.
B. Tujuan Penulisan CBR
a. Menambah Wawasan Pembaca Mengenai bahasa dan Ilmu morfologi
b. Meningkatkan Motivasi Pembaca Dalam Melahirkan Ide Kreatif dalam
menganalisis bahasa-bahasa baru terkait sistem morflogi
c. Menguatkan Pemahaman Kepada Para Pembaca Untuk Dapat Memahami
Mengenai Ilmu Morfologi melalaui Teori – Teori yang ada.
C. Manfaat Penulisan CBR
Manfaat yang dapat disimpulkan pada hal diatas ialah :
1. Bagi Penulis :
a. Untuk Dapat Memenuhi Tugas Mata Kuliah Morfologi Bahasa Indoensia.
b. Melatih Kemampuan Penulis Dalam Mengkritisi Buku.
c. Menumbuhkan Pola Pikir Kreatif Dalam Membandingkan Buku Yang Satu
Dengan Yang Lain.
2. Bagi Pembaca
a. Mempermudah pembaca mendapatkan inti dari sebuah buku yang telah di
lengkapi dengan ringkasan buku, pembahasan isi buku, serta kekurangan dan
kelebihan buku tersebut.
b. Menambah wawasan pengetahuan tentang pengertian morfologi, unsur-unsur
dari morfologi , prinsip-prinsip morfologi dan lainnya.
D. Identitas Buku
1. Buku Utama (Pertama)
Judul : Bahan Ajar; Morfologi Bahasa Indonesia
Pengarang : Dr. Malan Lubis, M.Hum.
Penerbit : Universitas Negeri Medan
Kota Terbit : Medan
Tahun Terbit : Agustus 2017
Tebal Buku : x + 76 halaman
2. Buku Pembanding (Kedua)
Judul : Morfologi Bahasa Indonesia
Pengarang : Wendi Widya Ratna Dewi
Penerbit : PT Intan Pariwara
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2018
Tebal Buku : 58 Halaman
ISBN : 978-979-28-2541-1
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
A. RINGKASAN BUKU UTAMA (PERTAMA)
BAB I DEFINISI MORFOLOGI
Tiap-tiap bahasa mempunyai peraturan sendiri. Bagaimana bentuk katanya, bagaimana
bentuk kalimatnya dan bagaimana pembentukan kata-kata baru dari kata-kata yang telah ada
berbeda antara bahasa yang satu dengan yang lain. Oleh sebab itu tak usah merasa heran kalau
ada bahasa yang jauh berbeda dari bahasa itu sendiri.
Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa ynag membicarakan atau mempelajari seluk beluk
struktur kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata.
Atau
Morfologi cabang dari ilmu bahasa ynag membicarakan peritiwa-peristiwa umum mengenai
seluk beluk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap fungsi dan arti kata.
1.2 Kepentingan Mempelajari Morfologi
Kita ketahui bahwa Morfologi itu adakah salah satu bagian Tatabahasa. Tatabahasa itu
terdiri dari:
1. Fonologi
2. Morfologi
3. Sintaksis
4. Semantik
Fonologi membicarakan bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya dan terbagi atas fonetik dan
fonemik. Sintaksis membicarakan struktur frasa dan kalimat dan ciri-ciri maknanya. (sintaksis
dari bahasa Yunani dan berarti menggabungkan). Semantik mempelajari arti atau makna kata,
frasa atau kalimat
Morfologi yang membicarakan bentuk-bentuk kata dalam penggunaannya dengan sendirinya
begitu penting untuk dipelajari karna kata-kata itu berubah bentuk dan artinya dalam
pemakaiannya dalam kalimat. Dengan sendirinya kita lihat bahwa keempat bgian tersebut
berhubungan satu sama lain, terang dan menerangkan dan tunjang menunjang dalam penentuan
tujuan pemahaman bahasa tersebut.
Contoh:
Mereka pun berdatangan
Di sini afiks ber-an menyatakan modus simulaktif (bersama-sama) yaitu pekerjaan datang
itu dikerjakan bersama-sama.
Dari morfologi kita tahu bahwa afiks ter- itu mempunyai arti banyak bila digabungkan
dengan kata-kata lain.
Banyak hal-hal yang harus kita pahami lebih dahulu dari morfologi sebelum kita pahami arti
kalimat. Dari morfologilah kita ketahui beda antara pelajaran, pengajaran, dan asal-usul kata-kata
tersebut.
Contoh:
Ajar - belajar - pelajar - pelajaran
Ajar - mengajar - pengajar - pengajaran
Tetapi pada kata ‘tulis’ berbeda kita dapati:
Tulis - menulis
Tulis - menulisi Penulisan
Tulis - menuliskan
Yang dimaksud dengan asal-usul kata itu adalah asal-usul secara sistematis.
Nominalisasi(penominalan) atau verbalisasi (pemverbalan) dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Penominalan dan pemverbalan ini memang dilakukan atau dibicarakan di Morfologi.
Pergeseran sintaksis ini terkadang dengan pemakaian afiks atau dengan cara lain seperti
dengansi- atau -nya.
BAB II PRINSIP DASAR MORFEM
1.1 Prinsip-Prinsip Pengenalan Morfem
Banyak bentuk-bentuk bahasa kita dapati pada satu bahasa. Apakah itu morfem atau kata? Hal itu
akan diketahui dengan mengenali prinsip-prinsip pengenalan morfem. Dibawah ini beberapa prinsip
dalam penentuan morfem:
1. Prinsip Pertama
Bentuk-bentuk yang berulang dan mempunyai pengertian yang sama, termasuk morfem
yang sama.
Untuk menerapkan prinsip ini kita berikan contoh sebagai berikut:
Bentuk ‘terr’ pada kata-kata tertentu dengan arti ‘tidak sengaja’ seperti:
Terminum
Terbawa
Terpukul
Termakan
2. Prinsip Kedua
Bentuk-bentuk yang mirip atau hamper sma dan mempunyai arti yang sama dianggap
morfem yang sama bila perbedaannya itu dapat diterangkan secara morfologis.
Bentuk-bentuk:
Me- pada kata membuat me + buat mem
Mem- pada kata membawa me + dapat men
Men- pada kata mendapat be + ajar bel
Men- pada kata
Meng- pada kata
Menge- pada kata mengetik
3. Prinsip Ketiga
Bentuk-bentuk yang hamper bersamaaan dan mempunyai arti yang sama dianggap sebagai
morfem yang sama bila dapat diterangkan secara morfologis. Akan kita dapati berbagai bentuk
ber- seperti be-, dan bel-.perbedaaan antara ber- dengan be- dapat kita terangkan secara
fonologis, yaitu be- terdapat pada suku-suku pertamanya terdapat /e/ pepet seperti beserta.
4. Prinsip-prinsip Tambahan
Disamping prinsip yang tiga itu masih ada lagi prinsip tambahan yaitu:
(1) Morfem-morfem ynag berbeda apabila berbeda artinya
(2) Morfem yang sama apabila pengertiannya yang berhubungan (atau sama) diikuti oleh
distrubusi yang berlainan
(3) Morfem yang berbeda, biar pun pengertiannya berhubungan tapi sama distribusinya
(Samsuri, 1978:177)
5. Prinsip Lain
Di samping prinsip tambahan di bawah, masih ada prinsip lain, yaitu untuk menyatakan
apakah sebuah bentuk itu morfem atau tidak. Prinsip-prinsip itu adalah:
1) Suatu bentuk dinyatakan sebagai morfem apabila:
a) Berdiri sendiri
b) Merupakan perbedaan yang formal di dalam suatu deretan
c) Terdapat dalam kombinasi dengan unsur lain yang terdapat berdiri sendiri atau di
dalam kombinasi yang lain pula (Samsuri, 1978:178)
BAB III MORFEM, MORF, ALOMORF
Sebelum kita membicarakan apakah morfem, morf, dan alomorf itu lebi dahulu kita terangkan
tentang kata. Verhaar mengatakan tentang kata sebagi berikut:
Kita sudah tahu bahwakat, sebagai unsur leksikal (atau leksem, Inggris, Lekseme) merupakan
dasar untuk tiga jenis pembedaan yang penting dalam keseluruhan sistematik bahasa, yakni (i)
antara tata bahasa dan leksikkon, (ii) antara tata bahasa dan fonologi (iii) di dalam tata bahasa itu
sendiri, antara morfologi dan sintaksis. (Verhaar :1978:114)
Dari segi fonetik (bunyi) dapat ita katakan bahwa kata-kata Bahasa Indonesia dapat dimulai
dengan konsonan dan voal dan juga dapat diakhiri dengan konsonan dan vocal juga. Hanya sebagian
kecil konsonan tidak terdapat pada akhir kata yaitu /b, d, c, j, ny, g dan v/.
Dari sudut morfemis, kata adalah bentuk yang bebas, munngkin terdiri dari sebuah, dua buah, tiga
buah, atau lebihmorfem. Jadi kumpulan bunyi menulis terdiri dari dua buah morfem, menuliskan tediri
dari tiga buah morfem.
Dari segi ini sintaksis, kata adalah pementuk kalimat dan menurut Verhaar lagi kata dari segi
adalah setiap konstituen dan dapat : (i) dipisahkan dari konstituen yang berikutnya atau yang
mendahuluinya dalam kalimat tertentu, (ii) bertukar tempat, atau ber- permutasi (Inggris ;
permutation), dengan konstituen yang berikutnya atau yang mendahuluinya dalam alimat tertentu.
(Verhaar, 1978:115).
Bentuk-bentuk yang hanya terdiri dari sebeuah morfem saja kita sebut bentuk tunggal dan bentuk-
bentuknya ynag terdiri lebih dari satu morfem kita sebut bentuk kompleks
Kemungkinan bentuk kompleks ini terdiri dari lebih 4 morfem seperti pada kata:
mempertanggungjawabkan, memperjualbelikan.
Kalau kita bagankan ini maka akan kelihatan sebagai berikut:
Mempertanggungjawabkan memperjualbelikan
Mem per tanggung jawab kan
Mem per jual beli kan
Dan jelas di sini kelihatan kelia morfem tersebut. Bentuk-bentuk yang kompleks seperti ini
disebut bentuk rekrusif (recursive construction).
Afiks awalan yaitu: me, men, mem, meng, meny, menge dan Ø terdapat dalam pemakainnya
dan realisasinya. Semua bunyi-bunyi tersebut kita namakan alomorf.
Oleh sebab itu symbol atau lambang meng- itu bersifat abstrak, dan yang real (nyata) adalah
alomorf tersebut. Tiap-tiap bentuk dari alomorf itu dinamakan morf, dan keseluruhannya
dinamakn alomorf
BAB IV MORFEM DAN TERIKAT
Kalau kita katakan bahwa makan adalah sebuha morfem, dan meng- adalah sebuah morfem, jelaslah
bahwa kedua morfem itu tidak sama kedudukannnya. Morfem maka kita katakan bebas, karen dapat
kita pakai dalam kalimat tanpa bantuan morfem yang lain (free morpheme).
Morfem meng- tidak demikian halnya. Morfem ini tidak dapat dipakai tanpa melekatnya dengan
morfem yang lain. Morfem yang demikian dinamakan morfem terikat.
Semua morfem yang sama dengan morfem meng- ini yaitu semua afiks termasuk morfem terikat
(bound morpheme)
Dilihat dari sudut arti maka ‘maka’ mempunyai arti leksis sedangkan meng- sama sekali tidak
mempunyai arti leksis. Afiks meng- dan afiks yang lain hanya mempunyai arti gramatis, yaitu baru
mempunyai arti sesudah melekat dengan morfem yang lain.
Ditinjau dari sudut bebas tidaknya sebuah morfem, maka di samping afiks tersebut masih kita dapati
morfem-morfem ynag berbentuk kata terikat. Artinya walaupun dia berbentuk kata, tetapi tidak dapat
berdiri sendiri, artinya tidak dapat dipakai membentuk kalimat tanpa bantuan morfem lain
BAB V MORFOFONEMIK
Morfem/ meng/ umpamanya mempunyai bentuk sampai7 buah, an ini ditentukan oleh bunyi-bunyi
awal kata-kata yang dilekati oleh alomorf itu.
Bagaimana bentuk morfem-morfem (atau alomorf) tersebut ketika terjadi penggabungan tersebut
dipelajaru pada bagian linguistic yang dinamakan morfofonemik atau morfofonologi maupun
morfonologi.
Jadi dengan adanya gaktor fonologinya maka berbeda pula bentuk morfemnya, atau dengan
berbedanya fakto-faktor grammarnya maka berbeda pulalah fonemnya.
Morfofonemik membicarakan kenapa bentuk-bentuk itu berbeda. Apa sebab maka ada bentuk meng-,
men-, dll.
Tentu disini terjadi asimilasi, yaitu perubahan-perubahan bunyi yang satu lantaran pengaruh bunyi
yang lain. Perubahan itu dappat menambah, mengurangi, merubah dan menghilangkan bunyi-bunyi
tersebut
Dengan demikian akan didapati morfofonemik prefiks meng-, per-, ber-, ter-. Pada afiks lain tidak ada
morfofonemiknya karena tidak ada perubahannya seperti sufiks-i dan –kan.
BAB VI PROSES MORFOLOGI
1.Afiksasi
Afiksasi adalah proses atau hasil perubahan afiks pada kata dasar sehingga terbentuklah
kata baru. Sedangkan afiks adalah bentuk terikat yang bila ditambahkan pada bentuk yang lain
akan mengubah makna gramatikalnya. Afiks ini mencakup prefix,infiks,sufiks,konfiks dan
suprafiks.
1.1.Prefiks
Prefiks adalah awalan yang dibubuhkan didepan kata dasar, infiks di tengahnya, sufiks di
akhir , dan konfiks adalah imbuhann yang terdapat sebagian di awal dan sebagian lagi di akhir
dan masuknya sekaligus. Sedangkan seprafiks adalah afiks yang berupa fonem suprasegmental
berupa tekanan atau geminasi.
Banyak afiks asing yang masuk kedalam bahasa Indonesia baik dari bahasa Arab, Sanskerta
maupun bahasa Inggris. Semua afiks itu akan dianggap seagai afiks Indonesia apabila afiks itu
dapat kita gabungkan dengan kata-kata Indonesia, seperti –asi dalam kata mesinisasi,
pompanisasi,dll.
1.2.Sufiks
Sufiks –kan berfungsi sebagai pembentuk kata kerja dan berarti kausatif dan benefaktif seperti
contoh dibawah ini:
Mereka memeriahkan perayaan itu.
Dia akan menjalankan tugas itu.
Kausatif yang bersangkutan dengan kata kerja yang menyebabkan sesuatu itu terjadi seperti
contoh tersebut.dan benefaktif adalah bersangkutan dengan perbuatan (verba) yang dilakukan
untuk orang lain.Sufiks –kan sama dengan prefix per- memberntuk kata kerja imperative
bedanya hanya sufiks –kan sesutau yang dikerjakan belum dalam keadaan dikendaki sedangkan
prefix per- keadaannya sudah dikehendaki. Lihatlah perbedaan dibawah ini:
Besarkanlah gambar ini (belum besar)
Perbesarlah gambar ini (sudah besar)
Sufiks –I juga untuk kata kerja imperative, tetapi untuk diri sendiri bukan untuk orang lain.
Berbeda dengan per dank an dimana bendanya yag dikenai kata kerja sedangkan –I kata kerja
imperative adalah orangnya.
Perjauhilah si A dari sini (si A jadi jauh)
Jauhkanlah si A dari sini (si A jadi jauh)
Jauhilah si A (si A tidak jadi jauh)
Fungsi lain dari sufiks –I yaitu menunjukan intensif dalam kuantitas.
Makanilah jambu ini (berulang-ulang)
1.3. Infiks
Tentang infiks yang kita dapati hanya tiga buah, yaitu: -el, -er, dan –em. Ketiganya tidak
produktif lagi dan boleh dikatakan semuanya bentuk lama seperti :
Gerigi geletar
Temaram teluntuk
Pelatuk telapak
Gelembung kemuning
Arti dari infiks ini adalah intensif kuantitas.
1.4 Konfiks
Kata-kata kehujanan, berjatuhan,mengkhawatirkan, kesepian, keguguran, dan
menyedihkan, permulaan, dan penghabisan adalah bentuk yang telah diberi konfiks ke- -an, ber-
an, meng-kan, dan per-an serta pe-an. Jadi, konfiks ini dianggap sebagai morfem.
Ada enam syarta penentuan konfiks yakni sebagai berikut :
a.jika prefix tertentu mutlak diperlukan untuk mengubah kelas dari dasar tertentu mejadi verba,
maka prefix itu tinggi letaknya dalam hirarki penururnan kata.
b. jika prefiks tertentu terdapat bersama dengan sufiks tertentu dan kehadiran kedua afiks itu
terpadu dan maknanya pun tidak terpisahkan, maka baik prefiks maupun sufiks mempunyai
tempat hirarki penururnan kata yang sama tingginya. Dengan kata lain prefiks dan sufiks itu
merupakan konfiks.
c. jika prefiks tertentu terdapat pada verba dengan dasar nomina yang bersufiks tertentu, maka
sufiks itu lebih tinggi letaknya daripada prefiks dalam hirarki penurunan kata.
1.5 Suprafiks
Dapat kita ambil contoh bahasa batak toba atau batak karo. Dibahasa batak toba tekanan
kata termasuk supra segmental fonem dan di bahasa batak karo geminasi (perpanjangan bunyi)
yang termasuk supra segmental fonem.
Kata ‘bagian’ dengan tekanan pada kata gas-nya. Yang pertama berarti rumah dan kedua berarti
dalam. Begitu juga kata ‘bottar’ dan ‘hunik’. Tekanan pada ‘bot’ dan ‘hu’nya berarti putih dan
kunyit.. sedangkan tekanan pada ‘tar’ dan ‘nik’ berarti tulang dan kuning.
Dalam bahasa Karo, kata man berarti dari dan akan berbeda dengan man dengan
perpanjangannya a-nya. Yang kedua berarti makan. Dengan demikian tekanan pada bahasa Toba
dan geminasi pada bahasa Karo adalah suprafiks.
1.6 Afiks dari Bahasa Asing
Afiks yang masuk keIndonesia jumlahnya memang lumayan, tetapi tidak semua menjadi
afiks Indonesia. Kita kenal afiks –in, -at dari bahasa Arab , ism, al dari bahasa Inggris, -wan,
-man dari bahasa Sanskerta tetapi tidak semua afiks ini menjadi afiks Indonesia.
Bagi kita afiks-afiks itu dapat kita lekatkan kepada kata bahasa Indonesia barulah afiks
itu kita anggap sebagai afiks bahasa Indonesia.oleh sebab itu afiks-afiks yang masuk kedalam
bahasa Indonesia hanya beberapa saja yakni sebagai berikut :
A. Afiks –wan dan –wati
Afiks ini berasal dari bahasa Sanskerta dan memang sudah agak lama masuk kedalam
bahasa Indonesia.
Dalam bahasa Indonesia kita dapati kata-kata seperti : budayawan, sejarawan, bahasawan
dan agamawan.
Disamping itu, dipakai pula afiks –wati sebagai penunujuk kepada pakar feminism seperti
: budayawati, sejarawati, bahasawati, rohaniwati, dan agamawati. Arti lain dari –wan dan
–wati adalah sebagai orang yang pekerjaan dan pencahariannya dalam bidang tertentu.
B. Afiks –sasi
Afiks ini mempunyai beberapa alomorf seperti –asi, nisasi, isasi, dan –si. Afiks ini
mempunyai arti sama dengan afiks pe-an dalam bahasa Indonesia.
Contoh.
Indonesianisasi - pengindonesiaan
Nasionalisasi - penasionalan
Pompanisasi - pemompaan
C. Sufiks -logi
Afiks ini memang banyak kita pakai dan sudah pula memasuki kata-kata Indonesia,
sehingga jadilah –logi ini sebagai afiks Indonesia. Afiks ini berarti ilmu, sehingga kata-
kata yang dilekatinya berarti ilmu dibifang tersebut, seperti :
Sosiologi - ilmu social
Psikologi - ilmu psikis
Jawanologi - ilmu kejawaan
Balinologi - ilmu kebalian
D. Sufiks –tas
Kata-kata yang berafiks –tas adalah sebagai berikut:
Kualitas produktivitas
Kuantitas aktivitas
Objektivitas subjektivitas
2.Reduplikasi
Berbagai bentuk pengulangan kita dapati dalam bahasa Indonesia. Baik perulangan penuh
maupun perulangan sebagian atau perulangan sebagian atau perulanagn dengan afiks dan juga
perulangan dengan pergantian bunyi. Juga kita dapati perulangan yang tidak lagi kita ketahui asal
usulnya. Oleh sebab itu, maka perulangan itu dapat berupa perulangan kata-kata, perulangan arti,
maupun perulangan bunyi.
K.D.S Simatupang membagi reduplikasi menjadi dua macam:
1. Reduplikasi Morfemis
a. Reduplikasi Penuh
b. Reduplikasi dengan perubahan fonem
2. Reduplikasi Semantis
a. Reduplikasi tanpa Afiks
b. Reduplikasi Semantik dengan Afiks
Arti reduplikasi banyak, yakni :
Pertama, dengan arti plural (jamak) seperti (D+R) buku-buku, (D+R) + me- (memukul-mukul),
dll.
Kedua dengan arti resiprokal (berbalas-balaskan). Seperti (D+R = meng-i) hormat-menghorati.
Dll.
Ketiga, dengan arti intensditas (menguatkan). Seperti (D+R) kuat-kuat, cepat-cepat.
Keempat, dengan arti menyerupai. Seperti ((D+R) + ke- an) kekanak-kanakan, kemalu-maluan,
dan lain-lain.
Kelima dengan arti melemahkan. Seperti (D+R) makan-makan, duduk-duduk dan jalan-jalan.
Mengenai perulangan semantic (D+Rs) dan yang diulang disini bukanlah kata-katanya, tetapi
diulang artinya dengan memberi kata sinonimnya. Perulangan yang demikian tidak begitu
banyak kita dapati dalam bahasa Indonesia.
Simatupang memberi contoh :
1). Morfem bebas + morfem bebas
Cerdik pandai tutur kata
Arif bijaksana semak belukar
2). Morfem bebas + morfem terikat
Segar bugar gembira ria
Tumpah ruah suka ria
3). Morfem terikat + morfem terikat
Tumpang tindih coba uji
Sangkut paut campur baur
2.1 Perulangan Derivatif dan Paradigmatik
Reduplikasi derivative merupakan perulangan yang menjadikan identitasnya berubah dari
asalnya, walaupun kategori kelas katanya tidak berubah. Contoh bapak-bapak, ibu-ibu nenek-
nenek, om-om, dan lain-lain.
Verhaar mengatakan bahwa bila suatu pertanda morfemis terdapat pada konstituen penguasa,
sehingga penandaan menjadi dasar penguasaan konstituen itu dan sekaligus tidak merupakan
akibat penguasaan oleh suatu konstituen yang lebih tinggi, maka penanda morfemis tadi bersifat
derivasional dan tidak paradigmatic, sedangkan semua penanda morfemis yang lain bersifat
paradigmatic dan tidak derivasional. (1975).
Istilah lain untuk pembagian reduplikasi adalah:
1 Reduplikasi Gramis
a. Morfemis
b. Semantic
c. Sintaksis
d. Reduplikasi non-gramis (fonologis)
3.Komposisi
Pemajemukan atau perangkaian dua buah morfem yang menghasilkan satu kata, atau
gabungan dua kata yang menimbulkan kata baru.
Pemanduan, pemajemukkan atau perangkaian proses memadukan dua kelas kata menjadi
kata ketiga, seperti berikut :
Anak bangsawan buah baju
Anak genta buah betis
Anak tangga buah bibir
Kata tersebut disebut paduan kata majemuk. Kata Majemuk adalah sebuah kata yang asalnya
paduan dua buah kata atau lebih. Karena paduan itu adalah sebuah kata maka dengan sendirinya
syarat sebuah kata akan terpenuhi oleh kata majemuk tersebut.
Badudu mengatakan bahwa ciri-ciri kata majemuk adalah :
1) Komponen-komponen yang terdiri atas beberapa unsur langsung baik yang bebas
maupun terikat seperti : satwa, biak, juang.
2) Di antara kedua komponennya tidak dapat disisipkan unsur lain baik morfem bebas,
maupun morfem terikat.
3) Gabungan komponen membentuk satu pusat, artinya tiap komponennya tidak dapat
diperluas dengan atribut apapun juga. (1978: 178).
Contoh kata majemuk subordinatif adalah : peran serta, lomba lari, sepak bola, unjuk rasa, dll.
4 Perubahan Interen (Internal Change)
Ada sebagian bahasa-bahasa di dunia ini yang didalam pembentukkan kata-kata dari kata
yang telah ada (proses morfologi) dilakukan dengan perubahan inti. Sebagai contoh :
Tunggal Jamak Arti
Foot Feet Kaki
Mouse Mice Tikus
Tooth Teeth Gigi
5 Modifikasi Kosong (Zero Modification)
Walaupun pengertian sebuah kata telah berubah terkadang bentuknya sama saja dengan
bentuk asalnya. Oleh sebab itu maka bentuk perubahan yang demikian dinamakan perubahan
kosong (zero modification). Sebagai Contoh :
Tunggal Jamak Arti
Book books buku
Dog dogs anjing
Child children anak
6 Perubahan Seluruh (Suplisi)
Proses morfologi yang kita namakan dengan suplisi adalah sebuah proses pembentukkan
kata-kata dari kata yang telah ada dengan yang sama sekali tidak memperlihatkan unsur lamanya.
Bentuk itu sama sekali tidak baru. Sebagai contoh ;
Good better best
Bad worse worst
Didalam bahasa Indonesia hanya kita jumpai sebuah, yaitu dia yang menjadi –nya pada kata
bakunya.
7 Analogi
Salah satu cara lagi untuk menambha perbendaharaan kata dari kata-kata yang telah ada
ialah analogi. Kata-kata baru banyak yang juga terbentuk berdasarkan analogi ini.
Dahulu istilah analogi digunakan pada Historical and Comperative Liguistic (Linguistik
sejarah dan perbandingan), David Crystal mengatakan sebagai berikut :
A term used Histrical and Comperative linguistic, and Acquisition, reerring to a process of
regularization which effects the expesional forms in the Grammar to a language. The influence
of the regular pattern of plural formation in English, for example, can be heard in the treatment
of irregular forms in the early Utterances of childrens, e.g. mens, mans, mouses, the children are
producing the ferme ‘on analogy’ the regular pattern.( 1983:24)
8 Neologisme
Mario Pei mengatakan bahwa yang dimaksud dengan NEULOGISME adalah : ‘ The
coining and use of new words or the use of the established word in a new sense’ (Dictionary of
linguistic : 1983: 146).
Dalam bahasa Indonesia, neologisme aeperti contoh yang diberikan Slamet Mulyana itu banyak
juga kita dapati. Ada kata-kata atau istiah dari bahasa asing dan bahasa daerah.
Tunasusila - pelacur
Tunawisma - gelandangan
Tunanetra - buta
Tunakarna - tuli
Pada contoh-contoh ini bahwa proses kata baru dibentuk bukan karena pengertiannya tidak ada
namun bentuk-bentuk baru ini bermakna eufisme (pelembutan). Karena kata-kata yang telah ada
terasa agak kasar, maka terbentuklah kata-kata baru itu.
RINGKASAN BUKU PEMBANDING (KEDUA)
BAB I PENGERTIAN MORFOLOGI
A. Linguistik Menurut Kridalaksana (1984) menjelaskan linguistik dalam kamus linguistik
bahwa linguistik adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk bahasa secara umum.
B. Morfologi Hakikat morfologi menurut Kridalaksana (1984) adalah bidang linguistik yang
mempelajari morfem dan kombinasi – kombinasinya. Morfologi berasal dari kata bahasa
Inggris morphology, yakni ilmu tentang morfem. Dengan demikian, morfologi memiliki
keleluasaan dalam proses pembentukan morfem, kata, dan kombinasi – kombinasinya
baik pada kategori morfem bebas maupun terikat.
C. Linguistik dan Morfologi Sebagai Ilmu Linguistik sebagai ilmu mengkaji bahasa terdiri
dari beberapa cabang. Cabang linguistik antara lain: fonologi, morfologi, sintaksis,
semantik dan sebagainya. Sedangkan Morfologi adalah cabang ilmu linguistik yang
menyelidiki morfem bahasa dan penggabungan morfem tersebut menjadi satuan lingual
yang dikenal dengan kata polimorfemik. C.1 Satuan Lingual Sebagai Bentuk Kebahasaan
Dalam Ujaran Ujaran yang dihasilkan oleh seorang penutur dapat dikenali terdiri atas
bentuk – bentuk kebahasaan yang disebut dengan satuan lingual. Ciri Morfem sebagai
bagian dari ujaran yang mengandung pengertian. Ciri inilah yang mengandung pengertian
menjadikan satuan lingual itu menjadi fungsional dari dalam bahasa atau tidak
fungsioanal didalam bahasa. C.2 Prinsip Pengenalan Morfem Ada tiga prinsip
pengenalan morfem (Samsuri,1981). Pertama bentuk – bentuk yang berulang mempunyai
pengertian yang sama termasuk morfem yang sama. Kedua bentuk – bentuk yang mirip
yang memiliki pengertian yang sama, termasuk morfem yang sama apabila dibedakan
perbedaan itu dapat diterangkan secara fonologis. Dan yang ketiga bentuk – bentuk yang
berbeda susunan fonem – fonemnya yang tidak dapat diterangkan secara fonologis
perbedaan – perbedaannya masih bisa dianggap sebagai alomorf – alomorf yang sama
atau mirip, asal perbedaan – perbedaan itu bisa diterangkan secara fonologis.
BAB II MORFEM DAN RUANG LINGKUPNYA
A. Hakikat Morfem Morfem dari kata morphe dan ema. Morphe berarti bentuk, sedangkan
ema berarti yang mengandung arti. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa morfem
ialah kestuan bunyi terkecil yang mengandung arti serta tidak mempunyai bentuk lain
sebagai unsur pembentuknya. Contoh: kata Motor terdiri dari satu morfem. Sementara
kata Bermotor terdiri dari dua unsur, yakni unsur ber dan unsur motor. Selanjutnya unsur
tersebut tidak bisa diuraikan menjadi lebih kecil lagi. Nah kata motor dalam kata
bermotor itulah yang dinamakan morfem.
B. Jenis – Jenis Morfem Morfem adalah bentuk bahasa yang paling kecil yang tidak dapat
diuraikan lagi dalam kalimat. Morfem dapat dibedakan atas tiga bagian yaitu: Morfem
bebas, yaitu morfem yang dapat berdiri sendiri dan memiliki arti. Lalu Morfem terkait,
yaitu morfem yang selalu lekat dengan morfem lain . atau dapt memiliki makna setelah
bergabung dengan morfem yang bebas. Dan yang terakhir adalah morfem setengah bebas
yaitu morfem yang tidak dapat berdiri sendiri secara gramatikal.
C. Morfem Sebagai Satuan Gramatikal terkecil Istilah Morfem dan kata digunakan dalam
ilmu bahasa. Morfem sebagai satuan terkecil analisisi gramatikal. Kata sebagai satuan
dasar struktur gramatikal yang mengandung struktur internal.
D. Varian Morfem atau Alomorf Kata dapt memiliki bentuk – bentuk yang beda sesuai
dengan posisinya dalam kalima. Sifat ini jauh lebih luas dalam moerfem. D.1 Kriteria
Gramatikal Untuk Satuan Kata Penggalan – penggalan satuan gramatikal berupa kata.
Kata sebgai satuan memiliki makna, yaitu makna leksikal dan makna grammatikal.
Makna inilah yang menjadi dasar dalam penyebutan mengenai kata. Bentuk bebas artinya
dapt digunakan secara mandiri dalam bahasa. D.2 Kata Variable dan Kata Invariable
Kata Variable adlah kata yang didalamnya terdapat pangkat yang berurutan dan tertur
dari kata – kat yang berbeda secara gramatikal. Sedangkan kata invariable adlah kata
dalam bahasa Indonesia (bebas, kata apapun).
BAB III MORFEM DAN KATA
Sebuah morfem dapat dibentuk dengan sebuah kata, dan sebuah kata belum tentu terdiri dari
satu morfem saja bahkan lebih. Contoh: kalimat “adik membuat motor-motora”. Pada kalimat
tersebut secara sepintas akan diketahui ada 3 kata, namun jika diidentifikasi lebih lanjut ada 6
morfem yang terdapat pada kalimat yaitu adik=1, membuat=2 (me dan buat), motor – motoran=3
(motor, motor, dan an). Dari penjelasan diatas dapat didimpulkan bahwa kedudukan kata tidak
sama dengan morfem.
A. Morf dan Alomorf Alomorf adalah farian morfem atau variasi bentuk yang terjadi karena
adanya proses fonologis (perubahan bunyi). Alomorf muncul saat terjadi tautan antara
afiks dengan morfem bebas dan setengah bebas. Contoh: Be + ajar = belajar (bel) atau
ber + kerja = bekerja (be)
B. Bentuk Tunggal dan Bentuk Kompleks Pengertian “bentuk dalam bahasa” maksudnya
ialah bentuk linguistik atau linguistic form. Bentuk linguistik dalam bahasa Indonesia
ialah kesatun – kesatuan yang mengandung arti baik secara leksikal maupun gramatikal.
Sedangkan yang mengandung arti kata leksikal adalah kesatuan yang mengandung arti
sama dengan kamus. Contoh: Rumah = mengandung arti kata leksikal karena berati
bangunan tempat tinggal. Sedangkan Berumah = mengan dung makna grammatikal
sebagai akibat peristiwa pragmatis. Bentuk rumah tidak memiliki bentuk lebih kecil lagi
maka disebut bentuk tunggal. Sementara berumah disebut bentuk kompleks karena dapat
disederhanakan lagi menjadi bentuk rumah.
C. Bentuk Dasar Atau Kata Dasar Kata dasar adalah bentuk linguistik berupa kata asal
maupun bentuk kompleks yang menjadi dasar bentukan dari suatu bentuk kompleks.
D. Bentuk Asal tau Kata Asal Bentuk asal /kata asla ialah bentuk linguistik paling kecil
yang menjadi bagian dari pada bentuk kompleks. Sedangkan kata asal adalah kata yang
hanya berbentuk tunggal saja.
E. Deret Morfologis Deret morfologis ialah deretan kata – kata yang mempunyai hubungan
bentuk dan arti Contoh : angkatan, berangkat, terangkat, diangkat, mengangkat, dan
angkat
F. Unsur dan Unsur Langsung Morfem – morfem yang menjadi bagian suatu bentuk yang
lebih besar disebut unsure.
G. Nosi dan Fungsi Afiks 1. Nosi adalah arti yang timbul sebagai akibat proses morfologis.
Proses morfologis itu misalnya afiksasi, reduplikasi, atau pemajemukan. 2. Fungsi afiks
dalah fungsi dalam pembentukan kata jadian atau bentuk kompleks 3. Fungsi semantic
maksudnya adalah fungsi yang mendukung terbentukmya makna baru sebagai akibat
melekatnya suatu afiks pada sebuah morfem. 4. Fungsi gramatik ialah fungsi yang
mendukung peristiwa – peristiwa gramatik.
H. Akar Kata Kata – kata yang sama mengandung pengertian yang sama. Dengan demikian
kata – kata yang bersuku sama tersebut berasal dari satu unsure terkecil yang sama.
I. Pembentukan Kata Dasar Peristiwa pembentukan kata dasar dengan melihat kata-nya
dapat dibedakan menjadi berikut: tun + tun = tuntun, rus + sak = rusak.
BAB IV PROSES MORFOLOGIS
A. Hakikat Morfologis
Proses morfologis ialah peristiwa pembentukan kata – kata dengan menghubungkan
morfem yang satu dengan morfem yang lain. Proses Morfologis dan Bentuk – bentuknya
Proses yang merupakan pembentukan kata – kata dengan jalan menghubungkan morfem
yang satu dengan morfem yang lainnya. Contoh rincian ragam progress pembentukan
kata: pandai yang merupakn bentuk dasr menjadi terpandai yang berupa kata. Jenis –
Jenis proses Morfologis Ada tiga macam proses morfologis yaitu: afiksasi/pembubuhan
afiks yaitu proses morfologis dengan cara memberikan imbuan berupa awalan/akhiran
pada morfem lainnya. Reduplikasi/bentuk ulang ialah proses morfologis melalui
peristiwa pengulangan bentuk yang menghasilkan bentuk ulang. Dan yang ketiga
pemajemukan/kompositum yaitu penggabungan kata dengan kata yang menghasilkan
bentuk – bentuk majemuk atau kata majemuk. Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks
yang pada suatu bentuk baik perupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks.
BAB V PROSES AFIKSASI, NOSI, DAN FUNGSI AFIKS
Proses afiksasi adalah proses pembubuhan afiks sehingga terbentuk kata
jadian/kompleks. Beberapa imbuhan bahsa Indonesia yang dapat menjadi afiks dalam proses
afiksasi lain sebagai berikut : prefix, infiks, konfiks, sufiks.
B. Prosese Afiksasi
1) Prefiks me-
Fonem awal kata dasar= p, mendapat awal=m, jadi pukul menjadi memukul. Jika
imbuhan me diikuti kata dasar berfonem awal I,r,y,w tidak menimbulkan nasal. Prefiks di
Bentuk imbuan/awalan di tidak memiliki fariasi bentu. Peristiwa mengafikskan dengan
mempergunakan prefiks.
2) Prefiks pe-
Bentuk prefiks pe-mempunyai variasi bentuk (alomorf), yaitu pe(N), imbuan pe ini
mengikuti ketentuan – ketentuan persegauan.
3) Prefiks de-
Prefiks de- berfungsi membentuk kata benda dari jenis kata lain yang bukan kata benda.
4) Prefiks per-
Prefiks per- mempunyai verian sama dengan prefiks ber.
5) Prefiks ke-
Prefiks ke- sering dikacaukan dengan preposisi ke-. Keduanya berbeda dan penulisannya
ke-sebagai afiks tetap dirangkai.
6) Prefiks se-
Prefiks se- tidak mengalami perubahan bentuk ketika melekat pada morfem lain.
7) Prefiks ter-
Mempunyai varian dengan alomorf te, ter, dan tel I. Sufiks-I dan –kan Sebagai sufiks –I
dan –kan diletakkan pada bagian akhir kata dalam pemakaian selanjutnya bentuk yang
bersufiks –I/kan- ini masih dapat dibubuhi afiks lain lagi yakni prefiks me- dan di-.
Sufiks –an Sufiks an dalam pemakaian tidak mengalami perubahan bentuk. Fungsi sufiks
an ialah membentuk kata benda yang pada umumnya berasal dari jenis kata kerja. Sufiks
–wan dan –wati Bentuk sufiks –wan dan –wati melekat pada bentuk dasr bagian
belakang. Sufiks-nya Sufiks-nya menempel pada bagian belakang bentuk dasrnya M.
Bentuk –isme sudah dapat melekat pada kata Indonesia. Cara melekatnya tanpa
menimbulkan perubahan bunyi. Sufiks –is Sebagai sufiks maka bentuk – is melekat pada
bagian belakang yang dilekati dengan tanpa mengubah kata yang dilekatinya.
8) Konfiks ke-an
Bentuk konfiks ka-an melekat bersama – sama dengan bentuk dasrnya. Ke – an langsung
membentuk kata baru dengan bentuk dasr sehingga bukan dibentuk dengan an atau kan
terlebih dahulu. Bentuk konfiks pe – an yang melekat pada bentuk dasr mengalami nasal
karena itu konfiks ini harus mengikuti kaidah nasalisai. Konfiks Atau Simulasi Per-an
Fungsi konfiks per-an ialah membentuk kata benda dari jenis kat lain yang bukan kata
benda. Konfiks ber-an Berfungsi sebagai pembentuk kata kerja. Konfiks per-I dan per-
kan Fungsi konfi per-I dan per-kan adalah membentuk kata kerja kausatif, yaitu kata
kerja yang menyatakan arti menyebabkan atau membuat jadi yang tersebut pada bentuk
dasarnya. T. Bentuk biasanya se-nya ini melekat pada kata sifat. U.
9) Konfiks se-an Berfungsi untuk membentuk kata keterangan. Infiks-el, -em-, dan –er
Berbentuk sebagai tentunya melekatnya pada atau dalam kata. Bentuk Klitik Bentuk
klitik ialah bentuk yang hamper menyerupai afiks, namun memilki makna leksis.
BAB VI REDUPLIKASI
A. Hakikat Reduplikasi
Reduplikasi adalah perulangan bentuk atas suatu bentuk dasr. Bentuk baru sebgai hasil
perulangan tersebut lazim dibentuk kata ulang
B. Proses Terbentuknya Reduplikasi Atau Kata Ulang
Suatu kata ulang dapat dibentuk dengan jalan pengulanagn sebagian bentuk dasar,
pengulangan dengan memberikan variasi fonem, pengulangan atas seluruh bentuk dasr, atau
pengulangan bentuk dasar dengan imbuhan.
C. Menentukan bentuk Dasar
Kata dasar = anak dapat duilang menjadi anak – anak. Hal itu karena dengan melihat
bentuk dasr sebagai bentuk linguistik.
D. Jenis – Jenis kata ulang
Pengulangan seluruh bentuk dasar,pengulangan sebagian, pengulangan sebagian dengan
bentuk dasar, pengulanagn sebagian kata dasar, perulangan dengan berimbuhan tau
afiksasi,perulangan dengan fariasi fonem,kata ulang semu dan kata ulang bentuk unik.
E. Fungsi Reduplikasi
Kata Ulang Ada beberapa fungsi reduplikasi sebagai kata ulang diantaranya mengubah
golongan kata kerja menjadi kata benda, mengubah golongan kata sifat menjadi kata keterangan,
mengubah bentuk tunggal menjadi bentuk jamak,dan menyatakan intensitas.
F. Notasi kata Ulang/Arti
Kata Ulang Jika bentuk dasarnya kata benda maka kata ualang menyatakan maksud,
menyatakan menyerupai atau menirukan, banyak atau bermacam – macam, menyatakan
menyerupai jika berkomunikasi dengan-an. Jika bentuk dasarnya kata kerja maka menyatakan
hal yang berhubungan,pekerjaan dilakukan berulang – ulang,sesuatu yang dikenal karena
gerak/gayanya, menyatakan ketidak pastian, pekerjaan berbalasan. Jika bentuk dasarnya sifat
maka menyatakan agak/hamper, menytakan bermacam- macam atau banyak, menyatakan
meskipun, menyatakan sifat,jika berkomunikasi dengan se-nya menyatakan superlative.
G. Kata Ulang dwipura, Dwilingga, Dwilingga Saling Swara
1) Kata ulang dwilingga Kata ulang yang menggunakan penuh pada bentuk dasar contoh:
ibu – ibu .
2) Kata ulang dipura Ka ulan dwi pura adalah pengulangan suatu kata atas suku kata awal
dengsn mengalami pelemahan vocal dari posisi tengah menjdi pepet .
3) Kata ulang dwilingga saling swara Ialah bentuk perulangan atas seluruh suku kata yang
ada salah satu lingganya terjadi perubahan suara.
BAB VII PROSES PEMAJEMUKAN
A. Hakikat Kata Majemuk
Kata majemuk alah dua kata atau lebih yang menjadi satu pengertian baru.
B. Bentuk Unsur Kata Majemuk
1) Bentuk salah satu kata majemuk berupa satu kata dan satu pokok kata. Contoh: daya
tahan, daya juan.
2) Bentuk unsurnya berupa pokok katalain. Contoh: jual beli, simpan pinjam dll
3) Salah satu bentuk unsurnya brupa bentuk kompleks
C. Cirri – cirri kata majemuk
Kedua unsurnya menunjuk/membentuk/menimbulkan pengertian baru, hubungan antara
kedua unsurnya sangat erat dapat rapat sehingga tidak dapat diperuntukkan atau bolak –
balik, hubungan kdua unsure sangat rapat dan erat sehingga tidak dapat disisipi unsure,
hubungan antara kedua unsure sangat rapat sehingga jika diberi afiks harus kena pada
seluruh kata dan tidak boleh disisipkan diantara kedua unsurnya.
BAB VIII ANEKSI DAN RUANG LINGKUPNYA
A. Hakikat Aneksi
Dalam pemakaian bahasa Indonesia juga disebut susunan rangkai. Menurut C. A. Mees
(1983), aneksi ialah dua kata atau lebih yang menjadi satu dengan rapat/erat dan tidk
menimbulkan satu pengartian.
B. Jenis – Jenis Aneksi
1) Terdiri dari dua kata atau lebih yang hubungan keduaya sangat erat sehingga tidak dapat
disisipi.
2) Hubungan kedua kata atau lebih tersebut tidak menimbulkan pengertian baru.
3) Jika mendapat afiks tidak kena pada seluruh kata seperti halnya pada kata majemuk.
4) Karena hubungan kedua kata dalam aneksi rapat maka kedua kata tidak dapt ditukarkan
kedua tempatnya.
C. Macam – Macam Aneksi
Ada beberapa macam aneksi diantaranya aneksi substantive, aneksi dengan kata ganti
persona, aneksi ejektif, aneksi degan kata kerja, aneksi dengan kata depan.
BAB IX JENIS KATA DALAM BAHASA INDONESIA (Kata benda, Kata sifat, Kata
Kerja, kata ganti, dan Bilangan)
A. Kata benda adalah nama benda atau segala bentuk yang dibendakan
B. Kata Kerja adalah semua kata yang menyatakan kata perbuatan atau laku. Berdasarkan
ragamnya kata kerja dibedakan menjadi kata kerja aktif dank at kerja aktif.
C. Kata sifat atau kata keadaan adalah kata yang menyatakan sifat atau keaaan suatau benda
atau sesuatau yang dibendakan. Keadaan atau sifat tersebut misalnya tentang keadaan,
watak, lama, baru, tinggi, rendah, panas, dingin dll.
D. kata Ganti adalah segala kata yang dipakai untuk menggantikan kata benda atau kata
yang dibendakan
E. kata Bilangan adlah kata yang menyatakan jumlah suatau benda, jumlah umpulan, atau
menunjukan urutan tempat.
BAB X JENIS KATA DALAM BAHASA INDONESIA
A. Kata Keterangan adalah kata yang menerangakan kata buakan benda.
B. Kata Sambung adalah kaya yang menghubungkan dengan katalain, menghubungkan
kalimat dengan kalimat lain.
C. Kata depan adlah kata yang merangkaikan kata – kata yang berbeda jabatannya atau
bagian – bagian kalimat dalam suatu kalimat.
D. Kata sandang adalah kata yang menentukan kata benda atau membatasi kata benda.
E. Kata seru ialah kata yang mengungkapkan semua perasaan/ maksud seseorang dalam
bentuk macam kalimat sempurna.
BAB II
PEMBAHASAN
Kelebihan dan Kelemahan
A. Kelebihan buku I:
1. Dari Aspek Tampilan Buku (Face Value)
Dilihat dari aspek sampul, atau tampilan buku pertama yaitu buku Morfologi Bahasa
Indonesia, membuat buku sangat menarik, penggunaan judul dengan font yang sederhana
dan berukuran besar membuat buku mempunyai nilai estetis dan disertakan gambar yang
berkaitan dengan alat bunyi manusia atau fonologi.
2. Dari Aspek Layout
Jika dilihat dari aspek layout buku tersebut sangat menarik karna menggunakan jenis
huruf yang sederhana dan menarik, penggunaan bagan atau struktur mengenai gambaran
umum tentang morfologi dihalaman awal sehingga isi dalam buku lebih terstuktur dan
lebih mudah dipahami dengan adanya bagan tersebut.
3. Dari Aspek Isi Buku
Pengarang berani dan tegas menyampaikan pendapatnya mengenai topik bahasan.
Pengarang menambahkan informasi-informasi tambahan mengenai bahasan tentang
fonologi. Menampilkan lebuh banyak referensi buku yang sesuai dengan topil
Penggunaan atau pemasukan foto buku yang terkait, memuat gambar yang terkait dengan
topik bahasan, sehingga membuat pemahaman lebih mendalam, jika hendak mencari
buku yang diberikan, sudah ada contoh atau sampel di dalam buku, hal tersebut juga
merupakan variasi, agar mata pembaca tidak monoton melihat teks, sehingga selingan
gambar menjadi sesuatu yg baik dan menarik.
B. Kekurangan Isi Buku
1. Dari Aspek Tampilan Buku (Face Value)
Tampilan buku pertama yaitu Morfologi Bahasa Indonesia, memiliki kekurangan karna
penggunaan warna dasar putih yang membuat buku menjadi tidak terlalu menarik, jika
dibandingkan dengan penggunaan warna lain seperti biru muda atau warna cerah lainnya
juga penggunaan warna dasar putih membuat buku menjadi lebih mudah kotor atau
terlihat kusam jika sering digunakan nantinya. Kertas buku dengan lem perekatnya sangat
kurang, sehingga menjadikan buku mudah sobek dari tempelan dasar buku
2. Dari Aspek Layout
Ada beberapa penggunaan huruf kapital yang salah seperti huruf awalan kalimat tidak
memakai huruf besar atau huruf kapital.
3. Dari Aspek Isi
Kebanyakan pendapat ahli yang dikutip adalah Austin Warren dan Rene Wellek juga
Ratna, sehingga pendapat teori tidak beragam atau memiliki variasi karna hanya berfokus
pada beberapa pendapat ahli. Terdapat bebrapa kesalahan penulisan judul materi seperti
materi bahas Antropologi sastra didalam buku dibuat "Antropogi Sastra" (hal 48)
A. Kelebihan buku II:
1. Dari Aspek Tampilan Buku (Face Value)
Tampilan buku cukup menarik, judul yang besar sehingga mudah dilihat atau dicari
2. Dari Aspek Layout
Penggunaan jenis huruf yang sederhana sehingga lebih mudah dipahami dan dibaca,
pembuatan judul dengan huruf yang lebih besar atau lebih tebal.
3. Dari Aspek Isi Buku
Buku ini dibuat untuk pengenalan umum sastra, bukan untuk ahli sastra, sebuah
pernyataan yang ada dalam buku, sehingga buku tersebut ditujukan langsung untuk
pengenalan umum fonologi.
B. Kekurangan Isi Buku
1. Dari Aspek Tampilan Buku (Face Value)
Kekurangan buku Sastra dan Ilmu Sastra karya A. Teeuw yaitu pada covernya
penggunaan pemandangan alam, tidak sesuai dengan judul dan isi buku, nama pengarang
yang ditempatkan diatas dengan font yang besar dan sama dengan judul sehingga
membuat kekeliruan, apakah itu merupakan termasuk kedalam judul
2. Dari Aspek Layout
Penggunaan jenis font atau huruf yang sederhana namun terlalu monoton sehingga tidak
terdapat variasi
3.Dari Aspek Isi Buku
Penggunaan istilah-istilah baru yang membuat pemahaman terhadap buku menjadi
sedikit lebih sulit, seperti kosakata-kosakata baru yang sulit di mengerti.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari kedua buku ini memiliki banyak perbedaan dan ada beberapa persamaan dalam pembahasan
materinya. Buku utama dan buku kedua sebagai buku pembanding sudah memenuhi konten materi
yang sesuai dengan materi Ilmu Morfologi. Buku ini juga memiliki banyak manfaat dan juga memberikan
pembelajaran.
B. Saran
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh penulis, maka untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih mendasar lagi, disarankan kepada pembaca untuk membaca
literatur-literatur yang telah ditampilkan pada masing-masing materi buku. Serta memahami kembali
kata-kata yang rumit.
Daftar Pustaka
Lubis Malan. 2017. Bahan Ajar; Fonologi Bahasa Indonesia. Medan: Universitas Negri
Medan.
Wendi Widya Ratna Dewi. 2018. Morfologi Bhahasa Indonesia. Jakarta : PT Intan
Pariwara.