1 KTI Luh Cakrawartya Setelah Revisi Ujian

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 177

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PEMBERIAN TERAPI INHALASI


UAP AIR HANGAT DAN MINYAK KAYU PUTIH DALAM MEMBANTU
MENGENCERKAN SEKRET PADA KELUARGA DENGAN ANAK ISPA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MATARAM
TAHUN 2020

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan


Program Studi Diploma III (D.III) Keperawatan Mataram
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Mataram
Tahun Akademik 2019/2020

OLEH

LUH CAKRAWARTYA BELLA APSARI


NIM. P07120117072

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN MATARAM

2020
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Luh Cakrawartya Bella Apsari


NIM : P07120117072
Program Studi : DIII Keperawatan Mataram
Institusi : Poltekkes Kemenkes Mataram
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini adalah
benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan pengambilan alihan
tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya
sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Mataram, Juni 2020


Pembuat Pernyataan

Luh Cakrawartya Bella Apsari


Mengetahui:

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

AKHMAD FATHONI, S.Kep.,M.Kes. DEWI PURNAMAWATI, M.Kep


NIP.197208132000031001 NIP. 197108071998032003
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah oleh LUH CAKRAWARTYA BELLA APSARI NIM.

P07120117072 dengan judul “Asuhan Keperawatan Dengan Terapi Inhalasi Uap

Air Hangat Dan Minyak Kayu Putih Dalam Membantu Mengencerkan Sekret

Pada Keluarga Dengan Anak ISPA Di Wilayah Kerja Puskesmas Mataram”

telah diperiksa dan mendapatkan persetujuan untuk diujikan di depan tim penguji

Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram Jurusan Keperawatan Program Studi D.III

Keperawatan Mataram Tahun Akademik 2019/2020.

Mataram,10Juni 2020
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

AKHMAD FATHONI, S.Kep.,M.Kes. DEWI PURNAMAWATI, M.Kep


NIP.197208132000031001 NIP. 197108071998032003

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh LUH CAKRAWARTYA BELLA APSARI NIM.

P07120117072 dengan judul “Asuhan Keperawatan Dengan Terapi Inhalasi Uap

Air Hangat Dan Minyak Kayu Putih Dalam Membantu Mengencerkan Sekret

Pada Keluarga Dengan Anak ISPA Di Wilayah Kerja Puskesmas Mataram”

telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal :

Dewan Penguji
Penguji Ketua Penguji Anggota I Penguji Anggota II

Ni Putu Sumartini, M.Kep Akhmad Fathoni, S.Kep.,M.Kes. Dewi Purnamawati, M.Kep


NIP. 197905132002122001 NIP. 197208132000031001 NIP. 197108071998032003

Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan,

RUSMINI, S.Kep.Ns., MM
NIP. 197010161989032001

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya

Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul “Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian

Terapi Inhalasi Uap Air Hangat dan Minyak Kayu Putih Dalam Membantu

Mengecerkan Sekret Pada Keluarga Dengan Anak ISPA Di Wilayah Kerja

Puskesmas Mataram” dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan KTI ini

dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Diploma

III pada Program Studi DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Mataram. Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan KTI ini sangatlah

sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan KTI ini.

Untuk itu pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih

kepada:

1. Bapak H. Awan Dramawan, S.Pd.,M.Kes. selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Mataram.

2. Ibu Rusmini, S.Kep. Ns.,MM. selaku Ketua Jurusan Keperawatan di Politeknik

Kesehatan Kemenkes Mataram.

3. Bapak H. Moh. Arip, S.Kp.,M.Kes. selaku Ketua Program Studi D.III

Keperawatan Mataram di Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram.

4. Bapak Akhmad Fathoni, S.Kep.,M.Kes sebagai pembimbing utama yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan dengan penuh kesabaran dan memberikan

v
motivasi serta saran-saran yang bermanfaat dalam penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini.

5. Ibu Dewi Purnamawati, M.Kep. selaku pembimbing pendamping yang telah

memberikan saran dan bimbingannya demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah

ini.

6. Ibu Ni Putu Sumartini, M.Kep selaku penguji yang telah memberikan saran dan

bimbingannya demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Ibu dr. Wiwik Nurlaela selaku Kepala Puskesmas Mataram yang telah

memberikan izin untuk melakukan penelitian serta memberikan saran dan

bimbingannya demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Dosen-dosen Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram

yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis.

9. Kedua orang tua tersayang, adik-adikku dan semua teman terima kasih atas kasih

sayang, do’a, dukungan dan pengorbanannya, sehingga penulis bisa tetap

semangat dan terus maju dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahawa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak

kekurangannya, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan untuk perbaikan selanjutnya.

Demikian, semoga Karya Tulis Ilmiah ini bisa bermanfaat dan menambah

wawasan bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.

Mataram, Juni 2020


Penulis

vi
Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Terapi Inhalasi Uap Air Hangat
Dan Minyak Kayu Putih Dalam Membantu Mengencerkan Sekret Pada
Keluarga Dengan Anak ISPA Di Wilayah Kerja Puskesmas Mataram

Luh Cakrawartya Bella Apsari1, Akhmad Fathoni, S.Kep.,M.Kes2, Dewi


Purnamawati, M.Kep3
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Mataram Jl. Kesehatan V/10
Mataram Telp. (0370) 621383
Email: [email protected]

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan infeksi saluran pernapasan


yang meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian
bawah. Gejala yang sering muncul seperti demam, hidung tersumbat, batuk atau
sakit tenggorokan. Masalah yang sering muncul yaitu ketidakefektifan bersihan
jalan napas. Terapi inhalasi uap sederhana adalah terapi yang menggunakan uap
dari air panas dengan suhu 42-44ᵒC dengan tambahan aroma terapi seperti minyak
kayu putih.
Metode penelitian menggunakan metode studi kasus deskriptif dengan subyek
satu orang sesuai kriteria hasil. Lokasi penelitian di wilayah kerja Puskesmas
Mataram dan waktu penelitian pada tanggal 11-14 April 2020. Studi kasus ini
menggunakan pendekatan metodologi keperawatan.
Hasil penelitian dalam asuhan keperawatan ISPA dengan terapi inhalasi uap air
hangat dan minyak kayu putih dalam membantu mengencerkan sekret pada
keluarga dengan anak ISPA dilaksanakan melalui pendekatan proses keperawatan
mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan
evaluasi. Pada tahap pengkajian, implementasi dan evaluasi dilaksanakan sesuai
konsep, sedangkan diagnosa keperawatan yang diangkat yaitu 3 diagnosa
keperawatan. Dalam tahap intervensi rencana yang tidak dibuat sebanyak 2
rencana tindakan.
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengeluaran sekret pada
pasien dapat bertambah selama 3 hari pemberian tindakan keperawatan. Terapi
inhalasi uap sederhana direkomendasikan sebagai alternatif non farmakologi
untuk mengencerkan sekret pada keluarga dengan anak ISPA yang bisa dilakukan
di rumah.

Kata Kunci : ISPA, Keluarga dengan Anak ISPA, Terapi Inhalasi Uap Sederhana
1
Mahasiswa Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Mataram
2,3
Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Mataram

vii
Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Terapi Inhalasi Uap Air Hangat
Dan Minyak Kayu Putih Dalam Membantu Mengencerkan Sekret Pada
Keluarga Dengan Anak ISPA Di Wilayah Kerja Puskesmas Mataram

Luh Cakrawartya Bella Apsari1, Akhmad Fathoni, S.Kep.,M.Kes2, Dewi


Purnamawati, M.Kep3
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Mataram Jl. Kesehatan V/10
Mataram Telp. (0370) 621383
Email: [email protected]

Acute respiratory tract infections (ARI) are respiratory infections that include the
upper respiratory tract and lower respiratory tract. Symptoms that often appear
include fever, nasal congestion, cough or sore throat. The problem that often
arises is the ineffectiveness of airway clearance. Simple steam inhalation therapy
is a therapy that uses steam from hot water with a temperature of 42-44ᵒC with
the added aroma of therapy such as eucalyptus oil.
The research method uses descriptive case study method with the subject of one
person according to the results criteria. The research location was in the working
area of the Mataram Public Health Center and the time of the study was on 11-14
April 2020. This case study used a nursing methodology approach.
The results of research in ISPA nursing care with inhalation therapy of warm
water vapor and eucalyptus oil in helping thin the secretions of families with
ISPA children are carried out through a nursing process approach starting from
the assessment, nursing diagnosis, intervention, implementation and evaluation.
At the stage of assessment, implementation and evaluation are carried out
according to the concept, while the nursing diagnoses raised are 3 nursing
diagnoses. In the intervention phase, 2 action plans were not made.
The conclusions of this study indicate that secretion spending on patients can
increase during 3 days of nursing actions. Simple steam inhalation therapy is
recommended as a non-pharmacological alternative to thin the secretions in
families with ARI children that can be done at home.

Keywords: ARI, Family with ARI Children, Simple Steam Inhalation Therapy
1
Student of Nursing Department, Poltekkes Kemenkes Mataram
2,3
Lecturer of Nursing Department in the Health Ministry of Health, Mataram

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................... iv
KATA PENGANTAR............................................................................................... v
ABSTRAK................................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................xii
DAFTAR TABEL......................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 4
1.3 Tujuan......................................................................................................... 5
1.4 Manfaat....................................................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Keluarga................................................................................ 7
2.1.1. Definisi keluarga ................................................................................. 7
2.1.2. Tipe atau bentuk keluarga.................................................................... 8
2.1.3. Peranan keluarga................................................................................. 13
2.1.4 Struktur keluarga ................................................................................. 14
2.1.5 Tugas Perkembangan Keluarga Sesuai Tahap Perkembangan............ 15
2.1.6. Fungsi keluarga................................................................................... 17
2.1.7 Tugas keluarga dalam bidang kesehatan.............................................. 18
2.2 Konsep Dasar Penyakit............................................................................... 19
2.2.1 Definisi............................................................................................... 19
2.2.2. Etiologi.............................................................................................. 20

ix
2.2.3. Patofisiologi...................................................................................... 21
2.2.4. Pathway............................................................................................. 23
2.2.5. Manifestasi klinik.............................................................................. 24
2.2.6. Pemeriksaan penunjang.................................................................... 26
2.2.7. Penatalaksanaan................................................................................ 27
2.2.8. Komplikasi........................................................................................ 29
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan .................................................................... 30
2.3.1. Pengkajian ........................................................................................ 30
2.3.2. Diagnosa Keperawatan .................................................................... 38
2.3.3. Intervensi........................................................................................... 41
2.3.4. Implementasi .................................................................................... 44
2.3.5. Evaluasi ............................................................................................ 45
2.4 Terapi Inhalasi Uap Sederhana .................................................................. 46
2.4.1. Pengertian ........................................................................................ 46
2.4.2. Teknik prosedur ............................................................................... 47
2.5 Hubungan Terapi Inhalasi Uap Dengan Pasien ISPA................................. 49
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Studi Kasus .............................................................................. 51
3.2 Subyek Studi Kasus ................................................................................... 51
3.3 Fokus Studi ................................................................................................ 52
3.4 Definisi Operasional................................................................................... 52
3.5 Instrumen Studi Kasus................................................................................ 53
3.6 Prosedur Penelitian..................................................................................... 53
3.7 Tempat dan Waktu ..................................................................................... 54
3.8 Pengumpulan Data ..................................................................................... 55
3.9 Penyajian Data ........................................................................................... 56
3.10 Etika Studi Kasus ..................................................................................... 56

BAB 4 HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN.......................................... 58

4.1 Hasil Studi Kasus........................................................................................ 58

x
4.2 Pembahasan................................................................................................. 86
4.3 Keterbatasan................................................................................................ 96
BAB 5 KESIMPULAN.............................................................................................. 97
5.1 Kesimpulan................................................................................................. 97
5.2 Saran........................................................................................................... 98
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 100

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pathway ISPA.........................................................................................23

Gambar 2. Genogram................................................................................................59

Gambar 3. Denah rumah keluarga Tn.I....................................................................62

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tugas Perkembangan Keluarga Sesuai Tahap Perkembangan....................15

Tabel 2. Penatalaksanaan ISPA.................................................................................27

Tabel 3. Penilaian (skoring) Diagnosa Keperawatan.................................................40

Tabel 4. Intervensi Keperawatan ISPA......................................................................42

Tabel 5. SOP Pemberian Inhalasi Uap Sederhana.....................................................47

Tabel 6. Komposisi keluarga.....................................................................................59

Tabel 7. Pemeriksaan fisik.........................................................................................68

Tabel 8. Analisa data..................................................................................................70

Tabel 9. Skala prioritas..............................................................................................71

Tabel 10. Intervensi kasus .........................................................................................75

Tabel 11. Implementasi kasus....................................................................................76`

Tabel 12. Evaluasi kasus............................................................................................84

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Penjelasan Untuk Mengikuti Penelitian

Lampiran 2 : Informed Consent

Lampiran 3 : Format Asuhan Keperawatan Pada Keluarga

Lampiran 4 : SOP Pemberian Inhalasi Uap Sederhana

Lampiran 5 : Checklist Batuk Efektif

Lampiran 6 : Satuan Acara Penyuluhan ISPA

Lampiran 7 : Leaflet ISPA

Lampiran 8 : Poster ISPA

Lampiran 9 : Satuan Acara Penyuluhan Bahaya Merokok

Lampiran 10 : Leaflet Bahaya Merokok

Lampiran 11 : Poster Bahaya Merokok

xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan infeksi saluran

pernapasan yang meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan

bagian bawah. Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu atau lebih bagian

dari saluran napas mulai dari hidung (saluran bagian atas) hingga jaringan

didalam paru-paru (saluran bagian bawah). Penyebab dari ISPA terdiri dari

bakteri, virus, jamur, dan aspirasi (Irianto, 2014). ISPA meliputi saluran

pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bawah. Salah satu yang termasuk

dalam infeksi saluran pernafasan bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit

telinga, radang tenggorokan, influenza, bronchitis dan sinusitis. Sedangkan

infeksi yang menyerang saluran pernafasan bagian bawah seperti pneumonia

( Depkes RI, 2009).

Sebagian keluarga masih belum mengerti dalam melakukan perawatan

yang dapat dilakukan di rumah pada anak yang mengalami ISPA. Keluarga masih

sering memberikan makan atau minum yang kurang tepat kepada anaknya saat

mengalami ISPA dan tidak memberikan kompres pada anak yang mengalami

demam. Selain itu, keluarga juga belum melaksanakan secara baik dalam

memodifikasi lingkungan yang menunjang kesehatan dan kurang memanfaatkan

pelayanan kesehatan yang ada ( Agustina, dkk, 2013).

1
2

World Health Organization ( WHO) tahun 2018 menyebutkan bahwa

pada tahun 2012 kasus ISPA sebanyak 25% selanjutnya pada tahun 2016

meningkat menjadi 28,7% dan pada tahun 2018 terjadi perubahan yang signifikan

dimana kasus ISPA mengalami penurunan menjadi 15% ( WHO, 2018).

Sedangkan di Indonesia pada tahun 2018 prevalensi infeksi saluran pernafasan

akut sebesar 4%. Berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dengan insiden paling

banyak pada kelompok usia 1-4 tahun yaitu sebanyak 42,53%. Dan kasus infeksi

saluran pernafasan atas ( ISPA) di Nusa Tenggara Barat berada di urutan ke-6

terbanyak dari provinsi di Indonesia sebesar 11,2% (Riskesdas, 2018).

Berdasarkan data Profil Dinas Kesehatan Provinsi NTB pada tahun 2017

jumlah kasus ISPA sebanyak 581.280 sedangkan pada tahun 2018 jumlah kasus

ISPA sebanyak 318.578. Walaupun terjadi penurunan, ISPA masih menjadi kasus

paling tertinggi di dalam 10 penyakit terbanyak dari 10 Kabupaten/Kota dimana

Lombok Timur 8.620 kasus, Lombok Tengah 6.125 kasus, Lombok Barat 4.221

kasus, Sumbawa 3.036 kasus, Bima 2.982 kasus, Kota Mataram 2.825 kasus,

Dompu 1.780 kasus, Lombok Utara 1.381 kasus, Kota Bima 1.083 kasus dan

Sumbawa Barat 888 kasus ( Profil Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2018). Dari

data Puskesmas Mataram pada tahun 2018 didapatkan data yang mengalami ISPA

sebanyak 5.439 kasus yang dimana mengalami kenaikan dan menempati penyakit

pertama dalam 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Mataram.

Faktor kepadatan penghuni, ventilasi, suhu dan pencahayaan ikut

berpengaruh pada kejadian penyakit ISPA dalam suatu keluarga ( Suryani, dkk,

2015). Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA) adalah infeksi akut yang
3

menyerang salah satu alveoli dengan tanda dan gejala seperti hidung tersumbat

atau berair, paru-paru terasa terhambat, batuk-batuk, merasa kelelahan dan tubuh

merasa sakit. Jika tidak ditangani lebih lanjut seperti memberikan terapi inhalasi

uap sebagai salah satu contoh maka ISPA akan bertambah parah dengan gejala

seperti kesulitan bernafas, demam tinggi, tingkat oksigen dalam darah rendah dan

kesadaran menurun bahkan pingsan.

Dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap klien dengan ISPA

perawat berperan melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Upaya promotif meliputi pemberian pendidikan kesehatan tentang penyakit ISPA,

upaya preventif yaitu merupakan pencegahan terhadap timbulnya komplikasi bagi

klien ISPA, upaya kuratif yaitu memberikan pengobatan dan menganjurkan klien

untuk mematuhi terapi, serta upaya rehabilitasi meliputi pemulihan kesehatan

dengan menganjurkan klien untuk meneruskan terapi yang telah diberikan.

Tindakan atau intervensi yang biasa dilakukan untuk menangani ISPA

berupa pemberian terapi nebulizer untuk membantu mengencerkan sekret,

pemberian obat-obatan bronkodilator untuk mengurangi sesak, permberian terapi

oksigenasi, mengajarkan batuk efektif dan relaksasi nafas dalam untuk mengatasi

ketidakefektifan bersihan jalan nafas pasien (NANDA, 2015-2017). Pada

umumnya perawatan pasien dengan ISPA biasanya dilanjutkan dengan rawat

jalan dimana terapi yang dapat dilakukan keluarga di rumah adalah dengan

menggunakan terapi inhalasi uap menggunakan air hangat yang ditambahkan

minyak kayu putih. Cara kerja terapi ini sama dengan nebulizer yaitu sama-sama

menggunakan uap tetapi menggunakan alat yang lebih sederhana yang dapat
4

dilakukan keluarga di rumah yang bertujuan untuk membantu mengencerkan

sekret sehingga bersihan jalan nafas pasien tidak terganggu.

Intervensi berupa terapi inhalasi uap air hangat dengan menggunakan

minyak kayu putih berpengaruh terhadap bersihan jalan nafas pada pasien ISPA,

yaitu terjadinya bersihan jalan nafas yang signifikan sesudah melakukan terapi

inhalasi uap panas dengan menggunakan minyak kayu putih.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 08

Februari 2020 di Puskesmas Mataram didapatkan kasus ISPA masih menjadi

kasus yang paling sering dialami anak-anak. Hasil wawancara dengan orang tua

anak yang mengalami ISPA bahwa mereka biasanya hanya memberikan minum

air hangat kepada anaknya dan mengoleskan minyak kayu putih di sekitar hidung

dan dada sang anak. Mereka mengatakan belum pernah melakukan terapi inhalasi

uap air hangat dan minyak kayu putih kepada anaknya di rumah.

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian tentang “ Asuhan Keperawatan dalam Pemberian

Terapi inhalasi uap sederhana dalam membantu mengencerkan sekret pada

keluarga dengan anak ISPA Di Wilayah Kerja Puskesmas Mataram”.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan dengan pemberian terapi inhalasi uap

sederhana dalam membantu mengencerkan sekret pada keluarga dengan anak

ISPA Di Wilayah Kerja Puskesmas Mataram?


5

1.3 Tujuan

Tujuan studi kasus mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai

dengan studi kasus terhadap masalah yang telah dikemukakan pada bagian

sebelumnya. Tujuan terdiri dari dua bagian yaitu, tujuan umum dan tujuan khusus

seperti berikut:

a. Tujuan Umum

Menggambarkan asuhan keperawatan keluarga dengan anak ISPA Di Wilayah

Kerja Puskesmas Mataram.

b. Tujuan Khusus

1) Mampu melakukan pengkajian pada keluarga yang memiliki anak dengan

ISPA Di Wilayah Kerja Puskesmas Mataram.

2) Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada keluarga yang memiliki

anak dengan ISPA Di Wilayah Kerja Puskesmas Mataram.

3) Mampu menyususn perencanaan keperawatan pada keluarga yang

memiliki anak dengan ISPA Di Wilayah Kerja Puskesmas Mataram.

4) Mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada keluarga yang

memiliki anak dengan ISPA Di Wilayah Kerja Puskesmas Mataram.

5) Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada keluarga yang memiliki

anak dengan ISPA Di Wilayah Kerja Puskesmas Mataram.

1.4 Manfaat

a. Pasien/ Keluarga

Pasein/ keluarga dapat melakukan terapi inhalasi uap sederhana secara

mandiri di rumah saat ada keluarga yang menderita penyakit ISPA.


6

b. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan

dalam pemberian inhalasi uap sederhana dalam membantu mengencerkan

sekret pada keluarga dengan anak ISPA.

c. Bagi Instansi Kesehatan

Menambah informasi kepada tenaga kesehatan sehingga dapat

memberikan dedukasi dan komunikasi tentang pemberian terapi inhalasi uap

sederhana dalam membantu mengencerkan sekret pada keluarga dengan anak

ISPA.

d. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan digunakan sebagai data acuan pada

penelitian selanjutnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Keluarga

2.1.1. Definisi keluarga

Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama,

sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam

interaksi sosial, peran dan tugas (Allender& Spradley, 2001). Keluarga

adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan

darah, perkawinan atau adopsi dan tiap-tiap anggota kelurga selalu

berinterkasi satu sama lain (Harmoko, 2010).

Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama,

sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam

interelasi sosial, peran dan tugas . Dua individu yang tergabung karena

hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka

hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam

perannya masing – masing menciptakan serta mempertahankan

kebudayaan (Friedman, 2010).

Menurut Friedman (2010) Keluarga yang merupakan bagian dari

masyarakat sesungguhnya mempunyai peranan yang sangat penting dalam

membentuk budaya dan perilaku sehat. Dari keluargalah pendidikan

kepada individu dimulai, tatanan masyarakat yang baik diciptakan, budaya

dan perilaku sehat dapat lebih dini ditanamkan. Oleh karena itu, keluarga

7
8

mempunyai posisi yang strategis untuk dijadikan sebagai unit pelayanan

kesehatan karena masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan

saling mempengaruhi antar anggota keluarga, yang pada akhirnya juga

akan mempengaruhi juga keluarga dan masyarakat yang ada disekitarnya.

Pada tahapan ini keluarga bertujuan mempertahankan sensasi

kesejahteraan dan kesehatan saat ini lebih banyak wanita yang mulai

hidup dalam gaya hidup yang lebih sehat dengan mengontrol berat

badannya, melaksanakan diet seimbang, memiliki program olahraga yang

teraturdan memiliki waktu istirahata yang adekuat, yang teratur, dan

memiliki waktu istirahat yang adekuat, serta mendapatkan dan menikmati

presentari karier, kerja atau presentasi kreatif lainnya.

Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :

a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,

perkawinan atau adopsi.

b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka

tetap memperhatikan satu sama lain.

c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masih – masing

mempunyai peran sosial : suami, istri, anak, kakak dan adik.

d. Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya,

meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.

2.1.2. Tipe atau bentuk keluarga

Gambaran tentang pembagian tipe keluarga sangat beraneka ragam,

tergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan,


9

namun secara umum pembagian tipe keluarga dapat dikelompokkan

sebagai berikut :

a. Pengelompokan secara Tradisional

Secara Tradisional, Tipe Keluarga dapat dikelompokkan

dalam 11 macam, yaitu :

1) Nuclear Family (Keluarga Inti)

Adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak

yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.

2) Extended Family (Keluarga Besar)

Adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang

masih mempunyai hubungan darah, seperti kakek, nenek, paman,

dan bibi.

3) The Dyad Family

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri tanpa anak yang

hidup bersama dalam satu rumah.

4) Keluarga Usila

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua

dengan anak yang sudah memisahkan diri.

5) The Childless Family

Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk

mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena

mengejar karier/ pendidikan yang terjadi pada wanita.


10

6) The Single-Parent Family

Keluarga yang terdiri dari satu orangtua ( ayah atau ibu)

dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses penceraian,

kematian atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).

7) Commuter Family

Kedua orangtua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah

satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orangtua yang

bekerja di luar kota bisa kumpul pada anggota keluarga pada saat

“weekends” atau pada waktu-waktu tertentu.

8) Multigenerational Family

Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur

yang tinggal bersama dalam satu rumah.

9) Kin-Network Family

Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau

saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan

pelayanan yang sama. Contoh: dapur, kamar mandi, televisi,

telepon, dan lain-lain.

10) Blended Family

Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah

kembali dan membesarkan anak dari hasil perkawinan atau dari

perkawinan sebelumnya
11

11) The Single Adult Living Alone/ Single-Adult Family

Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup

sendiri karena pilihannya atau perpisahan ( separasi) seperti:

perceraian atau ditinggal mati.

b. Pengelompokan secara Non Tradisional

Dipengaruhi oleh semakin berkembangnya peran individu dan

meningkatnya rasa individualism, maka tipe keluarga non tradisional

dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam, diantaranya :

1) The Unmarried Teenage Mother

Keluarga yang terdiri dari orangtua ( terutama ibu) dengan

anak dari hubungan tanpa nikah.

2) The Stepparent Family

Keluarga dengan orangtua tiri.

3) Commune Family

Beberapa pasangan keluarga ( dengan anaknya) yang tidak

ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah,

sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi

anak dengan melalui aktivitas kelompok/ membesarkan anak

bersama.

4) The Nonmarital Heterosexual Cohabiting Family

Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan

tanpa melalui pernikahan.


12

5) Gay and Lesbian Families

Seseorang yang mempunyai persamaan seks hidup bersama

sebagaimana “marital partners”.

6) Cohabitating Family

Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan

karena beberapa alasan tertentu.

7) Group-Marriage Family

Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah

tangga bersama, yang saling merasa saling menikah satu dengan

yang lainnya, berbagai sesuatu termasuk seksual dan membesarkan

anaknya.

8) Group Network Family

Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/ nilai-nilai,

hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-

barang rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab

membesarkan anaknya.

9) Foster Family

Keluarga menerima anaknya yang tidak ada hubungan

keluarga/ saudara di dalam waktu sementara, pada saat orangtua

anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan

kembali keluarga yang aslinya.


13

10) Homeless Family

Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai

perlindungan yang permanen karena krisis personal yang

dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem

kesehatan mental.

11) Gang

Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang

muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang

mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan

criminal dalam kehidupannya.

2.1.3. Peranan keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar

pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan

situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan

pola perilaku dan keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan

yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :

a. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak – anak, berperan

sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa

aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok

sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkunganya.

b. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya, ibu mempunyai

peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan

pendidik bagi anak – anaknya, pelindung dan sebagai salah satu


14

kelompok dari peranan sosial serta sebagai anggota masyarakat di

lingkungannya, disamping itu juga ibu perperan sebagai pencari

nafkah tambahan dalam keluarganya.

c. Anak – anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan

tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

2.1.4. Struktur keluarga

Struktur sebuah keluarga memberikan gambaran tentang bagaimana

suatu keluarga itu melaksanakan fungsinya dalam masyarakat. Adapun

macam-macam Struktur Keluarga diantaranya adalah :

a. Patrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah

dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur

garis ayah.

b. Matrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah

dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur

garis ibu.

c. Matrilokal

Sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

istri.

d. Patrilokal

Sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

suami.
15

e. Keluarga Kawin

Hubungan suami-istri sebagai dasar bagi pembinaan

keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian

keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

2.1.5. Tugas Perkembangan Keluarga Sesuai Tahap Perkembangan

Tabel 1. Tugas Perkembangan Keluarga Sesuai Tahap Perkembangan


(Suprajitno, 2004)

Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan (Utama)


1. Keluarga baru - Membina hubungan intim yang
menikah memuaskan
- Membina hubungan dengan keluarga
lain, teman dan kelompok social
- Mendiskusikan rencana memiliki anak
2. Keluarga dengan - Mempersiapkan menjadi orang tua
anak baru lahir - Adaptasi dengan perubahan adanya
anggota keluarga, interaksi keluarga,
hubungan seksualdan kegiatan
- Mempertahankan hubungan dalam
rangka memuaskan pasangannya

3. Keluarga dengan - Memenuhi kebutuhan anggota


anak usia pra- keluarga, misal kebutuhan tempat
sekolah tinggal, privasi dan rasa aman
- Membantu anak untuk bersosialisasi
- Beradaptasi dengan anak yang baru
lahir, sementara kebutuhan anak yang
lain ( tua) juga harus terpenuhi
- Mempertahankan hubungan yang sehat,
baik di dalam atau luar keluarga
(keluarga lain dan lingkungan sekitar)
- Pembagian waktu untuk individu,
pasangan dan anak ( biasanya keluarga
mempunyai tingkat kerepotan yang
tinggi)
- Pembagian tanggung jawab anggota
keluarga
16

Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan (Utama)


4. Keluarga dengan - Membantu sosialisasi anak terhadap
usia anak sekolah lingkungan luar rumah, sekolah dan
lingkungan lebih luas ( yang tidak/
kurang diperoleh dari sekolah atau
masyarakat)
- Mempertahankan keintiman pasangan
- Memenuhi kebutuhan yang meningkat,
termasuk biaya kehidupan dan
kesehatan anggota keluarga
5. Keluarga dengan - Memberikan kebebasan yang seimbang
anak remaja dan bertanggung jawab mengingat
remaja adalah seorang dewasa muda
dan mulai memiliki otonomi
- Mempertahankan hubungan intim
dalam keluarga
Mempertahankan komunikasi terbuka
antara anak dan orang tua. Hindarkan
terjadinya perdebatan, kecurigaan dan
permusuhan
- Mempersiapkan peubahan sistem peran
dan peraturan ( anggota) keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang
anngota keluarga
6. Keluarga dengan - Memperluas jaringan keluarga dari
anak dewasa keluarga inti menjadi keluarga besar
- Mempertahankan keintiman pasangan
- Membantu anak untuk mandiri sebagai
keluarga baru di masyarakat
- Penataan kembali peran orang tua dan
kegiatan di rumah
7. Keluarga usia - Mempertahanka kesehatan individu dan
pertengahan pasangan usia pertengahan
- Mempertahankan hubungan yang serasi
dan memuaskan dengan anak-anaknya
dan sebaya
- Meningkatkan keakraban pasangan

8. Keluarga usia tua - Mempertahankan suasana kehidupan


rumah tangga yang saling
menyenangkan pasangannya
- Adaptasi dengan perubahan yang akan
17

Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan (Utama)


terjadi: kehilangan pasangan, kekuatan
fisik dan penghasilan keluarga
- Mempertahankan keakraban pasangan
dan saling merawat
- Melakukan life review masa lalu

2.1.6. Fungsi keluarga menurut friedmen (2010) sebagai berikut :

a. Fungsi afektif

Fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu

untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang

lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan

psikososial anggota keluarga.

b. Fungsi sosialisasi

Fungsi mengembangkan dan sebagai tempat melatih anak

untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk

berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

c. Fungsi reproduksi

Fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga

kelangsungan keluarga.

d. Fungsi ekonomi.

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga

secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan

individu meningkatkan penghasilan dalam rangka memenuhi

kebutuhan keluarga.
18

e. Fungsi pemeliharaan kesehatan

Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota

keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini

dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.

2.1.7. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan

Menurut Friedman (2010) sesuai dengan Fungsi Pemeliharaan

Kesehatan, keluarga mempunyai Tugas-tugas dalam bidang kesehatan

yang perlu dipahami dan dilakukan, yaitu :

a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarganya

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh

diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti

dank arena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan

dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan

perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan

sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung

menjadi perhatian orang tua/ keluarga. Apabila menyadari adanya

perubahan keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa

yang terjadi dan seberapa besar perubahannya.

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi

keluarga

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk

mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,

dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai


19

kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.

Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tetap

agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika

keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada

orang di lingkungan tinggal keluarga agar memperoleh bantuan.

c. Memberikan perawatan bagi anggotanya yang sakit atau yang tidak

mampu membantu dirinya sendiri

Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan

benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh

keluarga sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami

gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau

perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan

dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila

keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk

pertolongan pertama.

d. Mempertahankan lingkungan/ suasana dirumah yang dapat

meningkatkan kesehatan

e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi

keluarga

2.2 Konsep Dasar Penyakit

2.2.1. Pengertian

ISPA adalah Infeksi saluran pernafasan yang berlangsung sampai

14 hari yang dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin maupun
20

udara pernafasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat

(Depkes RI, 2012).

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan infeksi saluran

pernapasan yang meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran

pernapasan bagian bawah. Penyakit infeksi akut yang menyerang salah

satu atau lebih bagian dari saluran napas mulai dari hidung (saluran bagian

atas) hingga jaringan didalam paru-paru (saluran bagian bawah) ( Irianto,

2014).

ISPA adalah penyakit saluran pernafasan yang bersifat akut dengan

berbagai macam gejala ( sindrom), dan disebabkan oleh berbagai sebab

( multifaktorial). Meskipun organ saluran pernafasan terlibat adalah

hidung, laring, tenggorokan, bronkus, trakea dan paru-paru tetapi yang

menjadi fokus adalah paru-paru. Titik perhatian ini disepakati karena

tingginya tingkat mortalitas radang paru-paru.

2.2.2. Etiologi

Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia

sebagai berikut:

Bakteri :Diplococcus pneumoniae, Pneumococcus, Streptococcus

pyogenes, Staphylococcus aureus, Haemophilus Influenzae

dan lain-lain.

Virus : Influenza, adenovirus, sitomegalovirus

Jamur : Aspergilus sp., Candida albicans, Histoplasma dan lain-

lain.
21

Aspirasi : Makanan, asap kendaraan bermotor, BBM ( bahan bakar

minyak), biasanya minyak tanah, cairan amnion pada saat

lahir, benda asing ( biji-bijian, mainan plastic kecil dan lain-

lain).

Bakteri tersebut di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran

pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri

tersebut menyerang anak-anak yang kekebalan tubuhnya lemah misalnya

saat perubahan musim panas ke musim hujan (PD PERSI, 2002).

2.2.3. Patofisiologi

Penyakit ISPA disebabkan oleh virus dan bakteri yang disebarkan

melalui saluran pernafasan yang kemudian dihirup dan masuk ke dalam

tubuh, sehingga menyebabkan respon pertahanan bergerak yang kemudian

masuk dan menempel pada saluran pernafasan yang menyebabkan reaksi

imun menurun dan dapat menginfeksi saluran pernafasan yang

mengakibatkan sekresi mucus meningkat dan mengakibatkan saluran nafas

tersumbat dan mengakibatkan sesak nafas dan batuk produktif.

Ketika saluran pernafasan telah terinfeksi oleh virus dan bakteri

yang kemudian terjadi reaksi inflamasi yang ditandai dengan rubor dan

dolor yang mengakibatkan aliran darah meningkat pada daerah inflamasi

dengan tanda kemerahan pada faring mengakibatkan hipersensitifitas

meningkat dan menyebabkan timbulnya nyeri. Tanda inflamasi berikutnya

adalah kalor, yang mengakibatkan suhu tubuh meningkat dan

menyebabkan hipertermi yang mengakibatkan peningkatan kebutuhan


22

cairan yang kemudian mengalami dehidrasi. Tumor, adanya pembesaran

pada tonsil yang mengakibatkan kesulitan dalam menelan yang

menyebabkan intake nutrisi dan cairan inadekuat. Fungsiolesa, adanya

kerusakan struktur lapisan dinding saluran pernafasan sehingga

meningkatkan kerja kelenjar mucus dan cairan mucus meningkat yang

menyebabkan batuk.

Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi

sekunder bakteri. Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mucus

bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga

menimbulkan sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif.

Dampak infeksi sekunder bakteri pun bisa menyerang saluran nafas

bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam

saluran pernafasan atas, setelah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi

paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (Sylvia, 2005).


23

2.2.4. Pathway

Virus bakteri atipikal Bayi lebih umur


(mikroplasma)
aspirasi substansi
Aspirasi
mekonium
Terhirup bersama
udara melalui hidung Penurunan daya tahan
tubuh

Infeksi berlanjut
Proses inflamasi
Edema dan
fasodilatasi
Resiko Infeksi Hipertermi

Obstruksi Gangguan
jalan nafas pola tidur

Muntah, sukar
Bersihan jalan menelan
nafas tidak efektif

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Gambar 1. Pathway ISPA Menurut ( Wong’s et al, 2001)


24

2.2.5. Manifestasi klinik

Gambaran klinis infeksi saluran pernafasan akut bergantung pada

tempat infeksi serta mikroorganisme penyebab infeksi. Semua manifestasi

klinis terjadi akibat proses peradangan dan adanya kerusakan langsung

akibat mikroorganisme. Manifestasi klinis antara lain :

a. Batuk

b. Bersin dan kongesti nasal

c. Pengeluaran mukus dan rabas dari hidung

d. Sakit kepala

e. Demam

f. Malaise

Menurut Suyudi (2002) gejala ISPA adalah sebagai berikut :

a. Gejala ISPA ringan

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika

ditemukan gejala sebagai berikut :

1) Batuk

2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara

(misalnya pada waktu berbicara atau menangis).

3) Pilek yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.

4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370C atau jika dahi

anak diraba dengan punggung tangan terasa panas.

Jika anak menderita ISPA ringan maka perawatan cukup

dilakukan di rumah tidak perlu dibawa ke dokter atau Puskesmas. Di


25

rumah dapat diberi obat penurun panas yang dijual bebas di toko-toko

atau Apotik tetapi jika dalam dua hari gejala belum hilang, anak harus

segera di bawa ke dokter atau Puskesmas terdekat.

b. Gejala ISPA sedang

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika di

jumpai gejala ISPA ringan dengan disertai gejala sebagai berikut :

1) Pernapasan lebih dari 50 kali /menit pada anak umur kurang dari

satu tahun atau lebih dari 40 kali/menit pada anak satu tahun atau

lebih.

2) Suhu lebih dari 390C.

3) Tenggorokan berwarna merah.

4) Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak

5) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga

6) Pernafasan berbunyi seperti mendengkur.

7) Pernafasan berbunyi seperti mencuit-cuit.

Dari gejala ISPA sedang ini, orangtua perlu hati-hati

karena jika anak menderita ISPA ringan, sedangkan anak badan

panas lebih dari 39ᵒC, gizinya kurang, umurnya empat bulan atau

kurang maka anak tersebut menderita ISPA sedang dan harus

mendapat pertolongan petugas kesehatan.


26

c. Gejala ISPA berat

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika ada gejala

ISPA ringan atau sedang disertai satu atau lebih gejala sebagai

berikut:

1) Bibir atau kulit membiru

2) Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada

waktu bernapas

3) Anak tidak sadar atau kesadarannya menurun

4) Pernafasan berbunyi mengorok dan anak tampak gelisah

5) Pernafasan menciut dan anak tampak gelisah

6) Nadi lebih cepat dari 60x/menit

7) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas

8) Tenggorokan berwarna merah

2.2.6. Pemeriksaan penunjang

Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan

pemeriksaan laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan

yang dilakukan yaitu:

a. Biakan virus

b. Serologis

c. Diagnostik virus secara langsung

Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri dilakukan dengan

pemeriksaan sputum, biakan darah, biakan cairan pleura. Fokus utama


27

pada pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman, usaha serta

irama dari pernafasan.

a. Pola cepat atau normal

b. Kedalaman nafas normal, dangkal atau terlalu dalamyang

biasanya dapat kita amati melalui pergerakan rongga dada dan

pergerakan abdomen

c. Usaha kontinyu, terputus-putus atau tiba-tiba berhenti disertai

dengan adanya bersin

d. Irama pernapasan bervariasi tergantung pola dan kedalaman

pernapasan

e. Observasi lainnya adalah terjadinya infeksi yang biasanya

ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, adanya batuk, suara

napas wheezing. Bisa juga didapati adanya sianosis, nyeri pada

rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum.

2.2.7. Penatalaksanaan

a. Usia < 2 Bulan

Tabel 2. Penatalaksanaan ISPA ( Depkes RI, 1993)

TANDA - Nafas cepat: > 60x - Tidak ada nafas


per menit cepat: < 60x per
menit
- Tarikan dinding - Tidak ada tarikan
dada bagian bawah dinding dada bagian
ke arah dalam bawah ke arah dalam
yang kuat

KLASIFIKASI PNEUMONIA BUKAN PNEUMONIA


BERAT
28

TINDAKAN - Kirim segera ke - Beri nasihat cara


sarana rujukan perawatan di rumah
- Beri antibiotik satu - Jaga agar bayi tidak
dosis kedinginan
- Teruskan pemberian
ASI dan berikan ASI
lebih sering
- Bersihkan hidung
bila tersumbat
- Anjurkan ibu untuk
kembali kontrol,
bila:
- Keadaan bayi
memburuk
- Nafas menjadi cepat
- Bayi sulit bernafas
- Bayi sulit untuk
minum

b. Usia 2 Bulan sampai < 5 Tahun


TANDA Tarikan dinding - Tidak ada - Tidak ada
dada bagian tarikan tarikan
bawah kea rah dinding dada dinding dada
dalam bagian bawah bagian
kea rah dalam bawah ke
- Nafas cepat: arah dalam
2 bln - < 12 - Tidak ada
bln: > 50x/ nafas cepat:
menit 2 bln - < 12
1 thn - < 5 bln: <50x/
thn: > menit
40x/menit 1 thn - < 5
thn: <
40x/menit
KLASIFI PNEUMONIA PNEUMONIA BUKAN
KASI BERAT PNEUMONIA
TINDAK - Rujuk - Nasihati ibu - Jika batuk
AN segera ke untuk berlangsung
sarana melakukan selama 30
kesehatan perawatan di hari, rujuk
- Beri rumah untuk
antibiotik - Beri antibiotik pemeriksaan
29

satu dosis selama 5 hari lanjutan


bila jarak - Anjurkan ibu - Obati
sarana untuk control penyakit lain
kesehatan setelah 2 hari bila ada
jauh atau lebih - Nasihati ibu
cepat bila untuk
- Obati bila keadaan anak melakukan
demam memburuk perawatan di
- Obati bila - Obati bila rumah
ada demam - Obati bila
Wheezing - Obati bila ada demam
Wheezing - Obati bila
ada
Wheezing

2.2.8. Komplikasi

Adapun komplikasi menurut Dedi Prasityao ( 2007) adalah

a. Meningitis

Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meningen,

yaitu lapisan pelindung yang menyelimuti otak dan saraf tulang

belakang. Meningitis terkadang sulit dikenali, karena penyakit ini

memiliki gejala awal yang serupa dengan flu, seperti demam dan

sakit kepala.

b. OMA

Otitis Media adalah infeksi pada telinga bagian tengah,

tepatnya pada rongga di belakang gendang telinga. Infeksi telinga

bagian tengah ini sering kali timbul akibat batuk pilek, flu atau alergi

sebelumnya dan penyakit ini sering terjadi pada anak-anak.


30

c. Mastoiditis

Mastoiditis adalah keadaan infeksi pada rongga tulang mastoid

yang merupakan komplikasi dari adanya infeksi telinga tengah yang

terjadi dalam waktu yang cukup lama.

d. Kematian

Jika tidak ditangani dengan cepat maka ISPA dapat berujung

kematian.

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada

praktik keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai tatanan

pelayanan kesehatan dengan menggunakan lima proses keperawatan yaitu

pengkajian, diangnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

2.3.1. Pengkajian Anak

Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan

keperawatan dimana seorang perawat mengumpulkan informasi secara

terus menerus tentang pasien yang dibinanya.

a. Identitas

b. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang

a) Keluhan Utama

Keluhan yang menjadi penyebab pasien dibawa ke

instansi kesehatan seperti rumah sakit atau puskesmas.


31

b) Keluhan pada saat pengkajian

Keluhan yang sedang dirasakan pasien saat dilakukan

pengkajian.

2) Riwayat Kesehatan Lalu

Penyakit yang pernah dialami pasien sebelumnya.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Menjelaskan anggota keluarga lain yang menderita

penyakit infeksi yang sama dapat menularkan ke anggota

keluarga yang lain dan membuatnya dalam genogram.

4) Immunisasi

Jenis imunisasi yang pernah didapatkan seperti

imunisasi BCG, DPT (I, II, III), Polio (I, II, III), Campak,

Hepatitis.

5) Riwayat Tumbuh Kembang

a) Pertumbuhan Fisik

Meliputi berat badan, tinggi badan dan waktu tumbuh

gigi pasien.

b) Perkembangan Tiap tahap Usia Anak

Pada tahap ini tanyakan kapan atau pada umur berapa

anak bisa berguling, duduk, merangkak, berdiri, berjalan,

senyum kepada orang lain, bicara pertama kali dan

berpakaian tanpa bantuan.


32

6) Riwayat Nutrisi

Menanyakan kepada orang tua tentang asupan nutrisi

sang anak contohnya pemberian ASI.

7) Riwayat Psikologi

Bagaimana anak beradaptasi dengan lingkungan sekitar

rumah dan orang-orang terdekatnya.

8) Riwayat Spiritual

9) Aktivitas sehari-hari

Secara umum pasien dengan ISPA mengalami kesulitan

atau gangguan tidur yang dikarenakan adanya penumpukan

sekret pada hidung dan sakit kepala. Selain itu pasien dengan

ISPA juga mengalami gangguan pola makan dikarenakan

mengalami malaise atau tidak nafsu makan dan yang terakhir

pasien dengan ISPA juga merasa lemas sehingga aktivitas atau

kegiatan sehari-hari dapat terganggu.

10) Pemeriksaan Fisik

Secara umum temuan pemeriksaan fisik pada ISPA dapat

berupa adanya sekret pada hidung yang biasanya berbentuk cairan

transparan, eritema dan edema mukosa nasal, adanya suara nafas

rhonchi/ wheezing dan adanya peningkatan respirasi dan suhu

klien.
33

11) Pemeriksaan Tingkat Perkembangan

Pemeriksaan ini dilakukan pada usia anak 0- 6 tahun dengan

menggunakan Denver Developmental Screening Tests ( DDST).

2.3.2. Pengkajian Keluarga

Pengkajian adalah suatu tahapan dimana perawat mengambil

informasi dengan pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan

menganalisa, sehingga dapat diketahui kebutuhan keluarga yang

dibinanya. Metode dalam pengkajian bisa melalui wawancara, observasi

fasilitas dan keadaan rumah, pemeriksaan fisik dari anggota keluarga dan

measurement dari data sekunder ( hasil lab, papsmear, dll).

a. Data Umum

1) Identitas kepala keluarga (nama, alamat, pekerjaan, pendidikan).

2) Komposisi keluarga (daftar anggota keluarga dan genogram).

3) Tipe keluarga

Menjelaskan mengenai jenis atau tipe keluarga.Untuk

menentukan tipe keluarga, lakukan identifikasi terhadap KK-nya.

Kemudian lakukan penentuan tipe atau jenis sesuai dengan tipe

atau jenis keluarga yang ada.

4) Suku bangsa

Mengkaji budaya suku bangsa keluarga dapat digunakan

untuk mengidentifikasi budaya suku bangsa yang terkait dengan

kesehatan, juga dapat mengidentifikasi bahasa sehari-hari yang

digunakan oleh keluarga.


34

5) Agama

Mengidentifikasi agama dan kepercayaan keluarga yang

dianut yang dapat memengaruhi kesehatan.

6) Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh

penghasilan seluruh anggota keluarga ( orang tua maupun anak

yang telah bekerja dan membantunya). Status sosial ekonomi

juga dipengaruhi oleh kebutuhan dan barang yang dimiliki oleh

keluarga.

7) Aktifitas rekreasi keluarga

Yang dimaksud rekreasi keluarga bukan hanya

bepergian ke luar rumah secara bersama atau sendiri menuju

tempat rekreasi tetapi kesempatan berkumpul di rumah untuk

menikmati hiburan radio atau televise bersama juga

bercengkerama.

b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh usia anak

tertua dari keluarga inti.

2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Bagian ini menjelaskan tentang tugas keluarga yang

belum terpenuhi dan kendala yang dihadapi keluarga.Juga


35

dilakukan pengidentifikasian mengapa tugas keluarga belum

terpenuhi dan upaya yang telah dilakukannya.

3) Riwayat kesehatan keluarga inti

Menjelaskan riwayat kesehatan keluarga inti, riwayat

kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap

upaya pencegahan penyakit, upaya dan pengalaman keluarga

terhadap pelayanan kesehatan dalam rangka pemenuhan

kebutuhan kesehatan.

4) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

Menjelaskan riwayat kesehatan generasi di atas

keluarga tentang riwayat penyakit keturunan, upaya generasi

tersebut tentang upaya penanggulangan penyakit, upaya

kesehatan yang dipertahankan sampai saat ini.

c. Data Lingkungan

1) Karakteristik rumah

Menjelaskan tentang hasil identifikasi rumah yang

dihuni keluarga.

2) Karakteristik tetangga dan komunitasnya

Menjelaskan tentang karakteristik dari tetangga dan

komunitas setempat.
36

3) Mobilitas geografis keluarga

Menggambarkan mobilitas keluarga, apakah keluarga

sering berpindah tempat atau ada anggota keluarga yang

tinggal jauh dan sering berkunjung pada keluarga yang dibina.

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga

untuk berkumpul dan sejauh mana keluarga berinteraksi

dengan masyarakat sekitarnya.

5) Sistem pendukung keluarga

Jumlah anggota keluarga yang sehat dan fasilitas

keluarga yang menunjang kesehatan

d. Struktur Keluarga

1) Struktur peran

Menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga

secara formal maupun informal baik di keluarga atau

masyarakat.

2) Nilai atau norma keluarga

Menjelaskan nilai atau norma yang dipelajari dan dianut

oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.

3) Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan bagaimana cara keluarga berkomunikasi,

siapa pengambil keputusan utama dan bagaimana peran

anggota keluarga dalam menciptakan komunikasi.


37

4) Struktur kekuatan keluarga

Menjelaskan kemampuan keluarga untuk memengaruhi

dan mengendalikan anngota keluarga untuk mengubah perilaku

yang berhubungan dengan kesehatan.

e. Fungsi Keluarga

1) Fungsi afektif

Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota

keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga,

dukungan anggota keluarga, hubungan psikososial dalam

keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap

saling menghargai.

2) Fungsi sosialisasi

Menjelaskan tentang hubungan anggota keluarga dan

masyarakat sekitar.

3) Fungsi Perawatan Kesehatan

a) Kemampuan mengenal masalah kesehatan

b) Kemampuan mengambil keputusan untuk melakukan

tindakan

c) Kemampuan melakukan perawatan terhadap anggota

keluarga yang sakit

d) Kemampuan menciptakan lingkungan yang dapat

meningkatkan kesehatan
38

e) Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan

yang ada

f. Stress dan Koping Keluarga

Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor menjelaskan

bagaimana keluarga berespon terhadap stressor yang ada.

g. Harapan Keluarga

Perlu dikaji bagaimana harapan keluarga terhadap perawat

(petugas kesehatan) untuk membantu menyelesaikan maasalah

kesehatan yang terjadi.

h. Pemeriksaan Kesehatan

Pemeriksaan kesehatan pada individu anggota keluarga yang

dilakukan tidak berbeda jauh dengan pemeriksaan pada klien di

klinik (rumah sakit) meliputi pengkajian kebutuhan dasar individu,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang perlu.

2.3.1. Diagnosa Keperawatan

Menurut Suprajitno (2004) pada tahap ini beberapa kegiatan yang perlu

dilakukan perawat sebagai berikut:

a. Pengelompokan Data

Kegiatan ini tidak berbeda analisis dan sintesis pada asuhan

keperawatan klinik. Perawat mengelompokkan data hasil pengkajian

dalam data subjektif dan objektif setiap kelompok diagnose

keperawatan.
39

b. Perumusan Diagnosa Keperawatan

Perumusan diagnosa keperawatan keluarga menggunakan

aturan yang telah disepakati, terdiri dari

1) Masalah (Problem) adalah pernyataan tidak terpenuhinya

kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota

keluarga.

2) Penyebab (Etiologi) adalah suatu pernyataan yang dapat

menyebabkan masalah dengan mengacu kepada lima tugas

keluarga, yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan yang

tepat, merawat anggota keluarga, memelihara lingkungan atau

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

3) Tanda (Symptom) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif

yang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak

yang mendukung masalah dan penyebab.

Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada

keluarga yangmengalami ISPA mengacu pada problem

(NANDA,2015-2017) dan etiologi (Friedman, 2010) adalah :

1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah.

2) Hipertermia berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam

merawat anggota keluarga yang sakit.


40

3) Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota

keluarga yang sakit.

4) Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga dalam mengenal masalah.

c. Penilaian (skoring) Diagnosa Keperawatan

Penilaian dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa

keperawatan lebih dari satu. Proses skoring menggunakan skala yang

telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglaya ( 1978). Proses skoringnya

dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan:

1) Tentukan skoringnya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat.

2) Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan bobot.

Skor yang diperoleh x bobot

Skor tertinggi

3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria ( skor maksimum sama

dengan jumlah bobot, yaitu 5).

Tabel 3. Penilaian (skoring) Diagnosa Keperawatan


(Bailon& Maglaya, 1978)

No Kriteria Skor Bobot


1. Sifat masalah :
a. Aktual (tidak/kurang sehat) 3 1
b. Ancaman kesehatan 2
c. Keadaan sejahtera 1
41

2. Kemungkinan masalah dapat diubah :


a. Mudah 2 2
b. Sebagian 1
c. Tidak dapat 0
3. Potensi masalah untuk dicegah :
a. Tinggi 3 1
b. Cukup 2
c. Rendah 1
4. Menonjolnya masalah:
a. Masalah berat, harus segera 2 1
ditangani
b. Ada masalah, tetapi tidak perlu 1
ditangani
c. Masalah tidak dirasakan 0

2.3.2. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian,

diagnosis keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga,

dengan merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternatif

dan sumber, serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin,

acak, atau standar, tetapi dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa

perawat keluarga sedang bekerja (Friedman, 2010).

a. Prioritas Masalah

Prioritas masalah didasarkan pada diagnosis keperawatan yang

mempunyai skor tertinggi dan disusun berurutan sampai yang

mempunyai skor terendah.


42

b. Intervensi Keperawatan

Tabel 4. Intervensi Keperawatan ISPA( NANDA,2015-2017)

No Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan

1. Ketidakefektifan NOC: - Monitor tanda-tanda


bersihan jalan - Respiratory status: vital klien
nafas Ventilation - Atur posisi klien
- Respiratory status: menjadi semi fowler
Airway patency - Ajarkan batuk
- Kriteria hasil: efektif dan relaksasi
1. Mendemostrasi nafas dalam
kan batuk - Berikan terapi
efektif dan inhalasi seperti
suara nafas nebulizer dan uap
yang bersih. sederhana
2. Mampu
mengeluarkan
sputum dan
mampu
bernafas dengan
mudah.
3. Menunjukkan
jalan napas
yang paten,
tidak ada suara
napas abnormal.

2. Hipertermia Setelah dilakukan - Monitor tanda-tanda


tindakan keperawatan vital klien
diharapkan anak - Berikan kompres
mencapai suhu dalam hangat
batas normal (36ᵒC- - Tingkatkan intake
37ᵒC) dengan kriteria cairan dan nutrisi
hasil: - Kolaborasi
pemberian
Thermoregulation antipiretik
1. Suhu normal
( 36ᵒC-37ᵒC)
2. Tidak ada
perubahan warna
kulit
43

3. Kulit tidak hangat


ketika disentuh
3. Resiko NOC: - Identifikasi faktor
ketidakseimbang - Nutritional status: yang mempengaruhi
an nutrisi kurang food and fluid kehilangan nafsu
dari kebutuhan intake makan
- Nutritional status: - Berikan makanan
nutrient intake sedikit tapi sering
weight control - Berikan informasi
- kriteria hasil: yang tepat tentang
1. Adanya kebutuhan nutrisi
peningkatan berat - Kolaborasi dengan
badan sesuai ahli gizi
dengan tujuan. - Kolaborasi dengan
2. Berat badan ideal dokter dalam
sesuai dengan pemberian obat
tinggi badan.
3. Menunjukkan
peningkatan fungsi
pengecapan dari
menelan.
4. Pasien mau
makan.

4. Defisit NOC: - Kaji pengetahuan


Pengetahuan - Knowledge: disease keluarga tentang
process ISPA
- Knowledge: health - Berikan penyuluhan
behavior tentang ISPA
- Kriteria Hasil: - Berikan umpan balik
1. Pasien dan keluarga berupa pertanyaan
menyatakan seputar ISPA
pemahaman tentang - Ajarkan keluarga
penyakit, kondisi, untuk melakukan
prognosis dan inhalasi uap
program sederhana di rumah
pengobatan.
2. Pasien dan keluarga
mampu
melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara
benar.
44

2.3.3. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah suatu proses pelaksanaan terapi keperawatan

keluarga yang berbentuk intervensi mandiri atau kolaborasi melalui

pemanfaatan sumber-sumber yang dimiliki keluarga. Implementasi di

prioritaskan sesuai dengan kemampuan keluarga dan sumber yang dimiliki

keluarga (Friedman, 2010).

Sedangkan menurut Sudiharto (2007), implementasi keperawatan

keluarga adalah suatu proses aktualisasi rencana intervensi yang

memanfaatkan berbagai sumber di dalam keluarga dan memandirikan

keluarga dalam bidang kesehatan. Keluarga di didik untuk dapat menilai

potensi yang dimiliki mereka dan mengembangkannya melalui

implementasi yang bersifat memampukan keluarga untuk mengenal

masalah kesehatannya, mengambil keputusan berkaitan dengan persoalan

kesehatan yang dihadapi, merawat dan membina anggota keluarga sesuai

kondisi kesehatannya, memodifikasi lingkungan yang sehat bagi setiap

anggota keluarga, serta memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan

terdekat.

2.3.4. Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil

implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk

melihat keberhasilannya.Bila hasil evaluasi tidak atau berhasil sebagian,

perlu disusun rencana keperawatan yang baru. Perlu diperhatikan juga

bahwa evaluasi perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga


45

sehingga perlu pula direncanakan waktu yang sesuai dengan kesediaan

keluarga dengan menggunakan SOAP yang operasional.

Hasil evaluasi yang diharapkan yaitu sesuai dengan kriteria hasil

yang telah ditentukan. Pada diagnosa pertama hasil evaluasi yang

diharapkan yaitu, mampu mendemonstrasikan batuk efektif dan suara

nafas yang bersih, mampu mengeluarkan sputum dan mampu bernafas

dengan mudah serta menunjukkan jalan napas yang paten, tidak ada suara

napas abnormal. Pada diagnosa kedua hasil evaluasi yang diharapkan

yaitu, suhu klien normal (36ᵒC-37ᵒC), Tidak ada perubahan warna kulit

dan kulit tidak hangat ketika disentuh.

Selanjutnya pada diagnosa ketiga hasil evaluasi yang diharapkan

yaitu, adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan, berat badan

ideal sesuai dengan tinggi badan dan menunjukkan peningkatan fungsi

pengecapan dari menelan, serta pasien mau makan. Terakhir, pada

diagnosa keempat hasil evaluasi yang diharapkan yaitu, pasien dan

keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis

dan program pengobatan serta pasien dan keluarga mampu melaksanakan

prosedur yang dijelaskan secara benar.

2.4 Terapi Inhalasi Uap Sederhana

2.4.1. Pengertian

Inhalasi merupakan salah satu cara yang diperkenalkan dalam

penggunaan metode terapi yang paling sederhana dan cepat. Cara kerja

dari inhalasi ini adalah uap masuk dari luar tubuh ke dalam tubuh, dengan
46

mudah akan melewati paru-paru dan dialirkan ke pembuluh darah melalui

alveoli ( Buckle, 1999).

Steam inhalation ( inhalasi uap) adalah menghirup uap hangat dari

air mendidih ( Akhavani, 2005). Penguapan tersebut menggunakan air

panas dengan suhu 42- 44ᵒC. tindakan ini memiliki sejumlah efek

terapeutik, diantaranya berguna untuk mengencerkan lendir di saluran

hidung dan sinus serta di bawah saluran pernapasan. Penguapan ini juga

berguna sebagai ekspektoran alami dan penekan batuk.

Namun, perlu diperhatikan pula kekurangan dari tindakan

pemberian uap air panas ini yaitu kemungkinan terjadi luka bakar saat

menghirup uap panas tersebut. Luka bakar disebabkan oleh semangkuk air

panas tumpah ke dada pasien. Disarankan pada saat dilakukan inhalasi uap

anak dipangku atau diperhatikan oleh orang tuanya ( Murphy, dkk, 2004).

Berikut ini teknik pemberian steam inhalation yang diambil dari

beberapa literature yaitu dahulu membuat corong dari sebuah kertas yang

digulung, cara ini adalah cara yang baik untuk menghirup uap dari

mangkuk atau gelas. Kemudian menempatkan air panas mendidih dengan

suhu 42-44ᵒC dalam mangkuk atau gelas. Klien menghirup uap selama 10-

15 menit dilakukan 2 sampai 4 kali sehari dan minyak kayu putih dapat

ditambahkan ke air panas tersebut untuk meningkatkan efektivitas

( Wong, 2008).

Minyak kayu putih digunakan untuk mengatasi masuk angin,

meningkatkan mood dan ketahanan tubuh terhadap infeksi. Aromanya


47

dapat melapangkan rongga pernapasan dan sangat membantu

menghilangkan bercak-bercak pada kulit. Minyak ini bersifat sebagai

penyejuk, stimulan dan membangkit energi. Karena minyak ini dapat

menimbulkan iritasi makan sebelum digunakan harus diencerkan terlebih

dahulu.

2.4.2. Teknik Prosedur Terapi Inhalasi uap Sederhana

Tabel 5. SOP Pemberian Inhalasi Uap Sederhana


(Nani, Desiyani, 2012)

SOP PEMBERIAN INHALASI UAP SEDERHANA


Pengertian Pemberian inhalasi uap sederhana yaitu memberikan obat
dengan cara dihirup dalam bentuk uap ke dalam saluran
pernafasan yang dilakukan dengan bahan dan cara yang
sederhana serta dapat dilakukan dalam lingkungan keluarga.
Tujuan 1. Mengencerkan sekret agar mudah keluar
2. Melonggarkan jalan nafas
Peralatan 1. Air hangat
2. Botol air mineral 600ml
3. Gelas
4. Aroma terapi seperti minyak kayu putih
5. Baskom/mangkuk
6. Thermometer untuk mengukur suhu air
Kebijakan Bahwa semua pasien yang mengalami gangguan bersihan
jalan nafas dengan dapat diberikan terapi inhalasi uap
sederhana.
Prosedur Waktu yang dibutuhkan untuk menjelaskan dan melakukan
pemberian terapi inhalasi uap sederhana yaitu 5-10 menit
yang akan dilakukan 2 kali sehari dalam 3 kali kunjungan.
Pasien/ keluarga diminta untuk memperhatikan cara
menggunakan terapi inhalasi uap sederhana.
1. Tahap Pra Interaksi
a. Mencuci tangan
b. Menyiapkan alat
2. Tahap Orientasi
a. Memberikan salam dan sapa pada pasien
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
c. Menanyakan persetujuan/ kesiapan pasien
48

3. Tahap Kerja
a. Menjaga privacy klien
b. Mencuci tangan
c. Mengatur klien dalam posisi duduk
d. Menempatkan meja/ troly di depan pasien
e. Meletakkan gelas, botol berisi air panas di atas meja
klien yang diberi pengalas
f. Mengukur suhu air menggunakan thermometer
dengan suhu sekitar 42-44ᵒC
g. Tuangkan air hangat ke dalam gelas/ baskom kecil
dan tambahkan 10 tetes aroma terapi (minyak kayu
putih)
h. Gunakan corong atau handuk untuk memaksimalkan
uap terhirup oleh pasien
i. Berikan inhalasi uap sederhana ke pasien 5-10 menit
j. Merapikan pasien
4. Tahap Terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan
b. Berpamitan dengan pasien/keluarga
c. Membereskan alat
d. Mencuci tangan
e. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan
2.5 Hubungan Pemberian Terapi Inhalasi Uap Sederhana dengan Pasien ISPA

Salah satu terapi yang dapat diberikan untuk mengobati ISPA pada anak

adalah dengan memberikan terapi inhalasi uap sederhana menggunakan minyak

kayu putih dengan cara diteteskan pada air hangat lalu uapnya dihirup. Ada

beberapa penelitian yang mengatakan bahwa terapi inhalasi minyak kayu putih

sangat bermanfaat untuk anak yang mengalami infeksi saluran pernafasan akut

(ISPA), diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Zulfa (2017) dan Dary (2018)

Penelitian yang dilakukan oleh Zulfa (2017), yang mengatakan inhalasi

minyak kayu putih sangat berpengaruh terhadap penurunan sesak nafas pada anak

yang mengalami infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), dengan cara pemberian

yaitu minyak kayu putih diteteskan sebanyak 10 tetes kedalam air hangat
49

kemudian pasien diminta untuk menghirup selama 30 menit melalui sehelai kertas

yang dibentuk menjadi kerucut. Metode ini dianjurkan untuk dilakukan rutin

selama seminggu pada malam hari saat sebelum tidur. Hasil penelitian

menunjukkan ada penurunan frekuensi nafas sebelum dan sesudah dilakukan

metode ini.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Dary (2018), dimana

metode yang diterapkan yaitu dengan memberikan tetesan minyak kayu putih

sebanyak 20 tetes kedalam satu mangkuk air hangat dan dihirupkan kepada anak

yang mengalami ISPA. Hasilnya, beberapa orang tua yang anaknya dijadikan

sampel mengatakan bahwa anaknya sudah mulai bisa bernafas dengan normal

seiring dengan rutinnya pemberian terapi inhalasi minyak kayu putih ini.

Dari beberapa penjelasan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan

bahwa minyak kayu putih sangat bermanfaat bagi penurunan sesak nafas pada

penderita ISPA. Hal ini disebabkan karena minyak kayu putih yang diproduksi

dari daun tumbuhan Melaleuca leucadendra dengan kandungan terbesarnya

adalah eucalyptol (cineole) yang memberikan efek mukolitik (mengencerkan

dahak) dan membuat sensasi hangat, bronchodilating (melegakan pernafasan),

anti inflamasi dan menurunkan rata-rata kasus paru obstruktif kronis dengan baik

seperti pada kasus pasien dengan asma dan rhinosinusitis. Selain itu, terdapat

bukti yang menunjukkan bahwa uap minyak esensial dari Eucalyptus globulus

efektif sebagai anti bakteri dan layak dipertimbangkan penggunaannya dalam

pengobatan atau pencegahan pasien dengan infeksi saluran pernapasan dimana

uap air hangat tersebut akan mengalami evaporasi dan kondensasi saat dihirup
50

masuk kedalam saluran nafas. Uap air ini akan meningkatkan transportasi aliran

udara dari mulut ke trakea dan bronkus bagian atas, meningkatkan aktifitas

mukosiliaris hidung dan membantu pengeluaran lendir (Agustina, 2018).


BAB 3
METODE STUDI KASUS

3.1 Rancangan Studi Kasus

Studi kasus merupakan salah satu jenis penelitian yang meneliti

permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal

yang menjadi studi kasus tersebut secara mendalam dianalisis baik dari segi yang

berhubungan dengan kasus itu sendiri, faktor-faktor yang mempengaruhi

kejadian-kejadian khusus yang muncul sehubungan dengan kasus maupun

tindakan dan reaksi kasus terhadap suatu perlakuan atau pemaparan tertentu.

Meskipun dalam studi kasus ini yang diteliti hanya berbentuk unit tunggal namun

di analisis mendalam mencakup berbagai aspek yang cukup luas (Notoatmodjo,

2010:47)

Studi kasus ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Penelitian

deskriptif adalah penelitian yang bertujuan mendapatkan gambaran yang akurat

dari sejumlah karakteristik masalah yang diteliti. Penelitian deskriptif berguna

untuk mendapatkan makna baru, mengambarkan kategori suatu masalah,

menjelaskan frekuensi suatu kejadian dari sebuah fenomena (Putra, 2012).

3.2 Subyek Studi Kasus

Subyek pada penelitian ini adalah keluarga dengan anak yang mengalami

ISPA.

51
52

1. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Keluarga dengan anak berumur 3-5 tahun yang sedang mengalami

ISPA.

b. Keluarga yang bersedia diwawancara.

c. Mampu berkomunikasi secara kooperatif.

d. Bersedia sebagai subjek studi.

2. Kriteria Eksklusi dalam penelitian ini adalah:

a. Keluarga yang memiliki anak diatas 5 tahun yang mengalami ISPA

b. Keluarga yang tidak bersedia diwawancara.

c. Tidak mampu berkomunikasi secara kooperatif.

d. Tidak bersedia sebagai subjek studi.

3.3 Fokus Studi

Fokus studi merupakan kajian utama dari permasalahan yang akan

dijadikan titik acuan studi kasus. Dalam studi kasus ini yang menjadi fokus studi

adalah penerapan terapi inhalasi uap sederhana dalam membantu mengencerkan

sekret pada keluarga dengan anak ISPA.

3.4 Definisi Operasional

a. Asuhan Keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada

praktik keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai

tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan lima proses keperawatan

yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan

evaluasi.
53

b. Terapi inhalasi uap sederhana adalah terapi yang menggunakan uap dari air

panas dengan suhu 42-44ᵒC dengan tambahan aroma terapi seperti minyak

kayu putih untuk membantu mengencerkan sekret pada penderita ISPA.

3.5 Instrumen Studi Kasus

Instrumen yang digunakan dalam studi kasus ini adalah:

a. Format Asuhan Keperawatan Keluarga ( Terlampir)

b. Alat dan bahan yang digunakan dalam pemberian terapi inhalasi uap

sederhana:

1) Handuk/corong

2) Baskom kecil/gelas

3) Aroma terapi (minyak kayu putih)

4) Air hangat

5) Thermometer

3.6 Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini agar pelaksanaannya terarah dan sistematis maka

disusun tahapan- tahapan penelitian. Menurut Moleong (2007), ada empat tahapan

dalam pelaksanaan penelitian yaitu sebagai berikut:

a. Tahap pra lapangan

Peneliti mengadakan survei pendahuluan yakni dengan mencari

subyek sebagai narasumber. Selama proses survei ini peneliti melakukan

penjajagan lapangan terhadap latar penelitian, mencari data dan informasi

ilmiah melalui penelusuran literature buku dan referensi pendukung

penelitian. Pada tahap ini peneliti melakukan penyusunan rancangan


54

penelitian yang meliputi garis besar metode penelitian yang digunakan dalam

melakukan penelitian. Tahap pra lapangan dilakukan peneliti selama bulan

November- Desember 2019.

b. Tahap pekerjaan lapangan

Dalam hal ini peneliti memasuki dan memahami latar penelitian dalam

rangka pengumpulan data. Tahap ini dilaksanakan selama bulan Januari-

Februari 2020.

c. Tahap analisa data

Peneliti dalam tahapan ini melakukan serangkaian proses analisis data

kualitatif sampai pada interpretasi data-data yang telah diperoleh

sebelumnya. Tahap analisis data dilakukan selama bulan Januari- Februari

2020.

d. Tahap evaluasi dan pelaporan

Pada tahap ini peneliti berusaha melakukan konsultasi dan

pembimbingan dengan dosen pembimbing yang telah ditentukan. Tahap ini

dilakukan selama bulan Desember 2019- Februari 2020.

3.7 Tempat dan Waktu

a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Mataram yaitu,


di daerah Monjok.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11-14 April 2020.


55

3.8 Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diberlakukan dalam suatu

penelitian. Teknik pengumpulan data yang relevan dalam studi kasus ini, peneliti

akan menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan

dokumentasi.

a. Wawancara

Teknik wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur,

yaitu wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara

sistematis dan pertanyaan yang diajukan telah disusun.

b. Observasi

Menurut Notoatmodjo (2012), observasi adalah teknik pengumpulan

data yang berencana antara lain meliputi: melihat, mencatat jumlah antar

aktivitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.

Observasi direncanakan setiap hari dan pada waktu tertentu dimulai dari klien

datang.

c. Dokumentasi

Dokumentasi berupa catatan medis yang dijadikan sumber informasi

penting bagi tenaga kesehatan untuk mengidentifikasi masalah, menegakkan

diagnosa, merencanakan tindakan dan memonitor respon pasien terhadap

tindakan ( Notoatmodjo, 2012).


56

3.9 Penyajian Data

Data yang telah didapatkan dari responden dengan wawancara dan telah

diolah kemudian disajikan dalam narasi beserta interprestasinya. Interprestasinya

adalah pengambilan kesimpulan dari suatu data, data ditulis dalam bentuk narasi

atau tekstuler dan dapat disertai dengan cuplikan ungkapan verbal dari subyek

studi kasus yang merupakan data pendukungnya. Narasi atau (tekstuler) Adalah

penyajian data hasil penelitian dalam bentuk kalimat (Notoatmojo, 2010:188).

3.10 Etika Studi Kasus

Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap

kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti

(subjek penelitian) dan masyarakat yang akan akan memperoleh dampak hasil

penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010). Sebelum melakukan penelitian, peneliti

terlebih dahulu mendapat rekomendasi dari institusi untuk mengajukan permohon

ijin kepada institusi/lembaga tempat penelitian. Menurut Hidayat (2008), dalam

melaksanakan penelitian ini penulis menekankan masalah etika yang meliputi:

a. Lembar Persetujuan (informed consent)

Inforemed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan, Informed

consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan

lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan

tujuan penelitian, serta mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka


57

mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak

bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien.

Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut

antara lain; partisipasi responden, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data

yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial yang akan

terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain

(Hidayat, 2008).

b. Tanpa Nama (Anonimity)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan

atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan (Hidayat, 2008). Untuk menjaga kerahasiaan pada lembar

yang telah diisi oleh responden, penulis tidak mencantumkan nama secara

lengkap, responden cukup mencantumkan nama inisial saja.

c. Kerahasiaan (Confidentiality)

Merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan

hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua

informasi yang telah dikampulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti,

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat,

2008). Peneliti menjelaskan bahwa data yang diperoleh dari responden akan

dijaga kerahasiaanya oleh peneliti.


BAB 4

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

Bagian ini terdiri dari dua bagian yaitu, bagian pertama berisikan tentang

uraian hasil yang diperoleh dari studi kasus. Bagian kedua memuat uraian tentang

pembahasan atas temuan-temuan studi kasus atau studi kasus yang telah

dikemukakan pada bagian pertama dan keterkaitannya dengan teori. Bagian ini juga

dilengkapi dengan keterbatasan dari studi kasus yang dilaksanakan sebagai berikut:

4.1 Hasil Studi Kasus

Pada bagian ini menguraikan paparan data yang diperoleh sesuai dengan

fokus studi, dengan merujuk pada rumusan masalah atau tujuan dilaksanakannya

studi kasus. Pemaparan data studi kasus didapatkan melalui wawancara mupun

observasi atau pengukuran lain yang bisa didapatkan dari subyek studi kasus

maupun sumber lain yang dapat dipertanggungjawabkan dengan menggunakan

lima proses keperawatan yaitu, pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,

implementasi dan evaluasi.

4.1.1. Pengkajian

a. Data Umum

1) Nama KK : Tn. I

2) Pekerjaan KK : Tani

3) Pendidikan KK : SMA

4) Agama KK : Islam

5) Alamat : Monjok

58
59

6) Komposisi Anggota Keluarga

Tabel 6. Komposisi Anggota Keluarga

N Nama JK Umur pddkn Status Imunisasi Keluhan


o
BCG DPT Polio Hepatitis Campak
1. Ny.R P 22thn SMP      Tidak
ada
2. An.N P 4thn -      ISPA

7) Genogram

Suami Istri

? ? ?

39 35 22 37 34

29 22

Gambar 2. Genogram

Keterangan:

= Laki-laki

= Perempuan

X = Meninggal dunia
60

---- = Tinggal bersama

___ = Menikah

= Pasien

G1:orang tua dari Tn.I masih lengkap dan ayah dari Ny.R

sudah meninggal sebelum dia lahir kedunia

G2: Tn. I anak ketiga dari empat bersaudara, Ny. R anak

bungsu dari ketiga bersaudara dan semuanya perempuan

G3 : Tn.I mempunyai 1 orang anak dan Tn. I tinggal

besrsama istri dan anaknya.

8) Tipe Keluarga

Kelurga Inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya

terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari

keturunannya atau adopsi atau keduanya.

9) Suku Bangsa

Keluarga yang terdiri suami, istri, dan anak memiliki suku

yaitu suku Bugis.

10) Agama

Keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak menganut

agama Islam.

11) Status Sosial Ekonomi

Keluarga Tn.I memiliki penghasilan dari hasil

bertani, sumber pendapatan yang diperoleh hanya dari Tn.I.


61

12) Aktifitas Rekreasi Keluarga

Keluarga mengisi waktu luang dengan menonton TV.

Keluarga memiliki waktu untuk berkumpul dan bekomunikasi

secara santai pada saat nonton TV. Keluarga jarang rekreasi.

b. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga

1) Tahap Perkembangan Keluarga saat ini

Tahap II : Keluarga kelahiran anak pertama /child-bearing family

( oldest child birth to 4 years).

2) Tugas Perkembangan Keluarga

Tugas perkembangan keluarga yang sudah terpenuhi :

a) Persiapan menjadi orang tua

b) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi

c) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan

Tugas Perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :

a) Tidak ada tahapan keluarga yang berlum terpenuhi

3) Riwayat keluarga inti

a) Tn. I tidak memiliki riwayat penyakit keturunan namun klien

memiliki riwayat penyakit demam typoid.

b) Ny. R tidak memiliki riwayat penyakit keturunan namun klien

memiliki riwayat penyakit gastritis.

c) An. N tidak memiliki riwayat peyakit


62

4) Riwayat keluarga sebelumnya

Keluarga dari pihak suami dan istri tidak memiliki riwayat

peyakit keturunan.

c. Lingkungan

1) Karakteristik Rumah

Keluarga Tn. I memiliki jenis rumah papan dengan status

yang dimiliki milik sendiri luas rumah sekitar 12 x 6 meter pesegi

dengan jumlah ruangan 5 ruangan yang terdiri dari teras, ruang

tamu, 2 kamar, dan dapur. Penerangan disiang hari dengan

masuknya cahaya matahari namun dimalam hari menggunakan

lampu untuk penerangan, memiliki ventilasi, dengan kebersihan

cukup bersih, tidak memiliki spal, sumber air minum yang

dikonsumsi dari air sumur yang dipanaskan, dan memiliki jamban

leher angsa.

2) Denah Rumah

T B

Gambar 3. Denah Rumah


63

Ket:

a. Teras Depan

b. Ruang tamu dan ruang keluarga

c. Kamar 1

d. Kamar 2

e. Dapur

f. WC/Toilet

g. = Pintu

3) Karakteristik Tetangga dan Komunitas RT /RW/Dusun

Keluarga Tn. I memiliki hubungan dengan tetangga dan

warga sekitar terjalin baik dan saling mengunjungi satu sama lain.

4) Mobilitas Geografis Keluarga

Keluarga Tn. I tidak memiliki kebiasaan berpindah tempat.

5) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat

Perkumpulan biasanya dilakukan ketika ada acara-acara

keluarga atau mengikuti kegiatan yang ada dilingkungan seperti

senam yang diadakan oleh tenaga puskesmas, interaksi yang

dilakukan baik dengan menggunakan bahasa daerah dan kadang

menggunakan Bahasa Indonesia.

6) Sistem Pendukung Keluarga

Dalam keluarga memiliki sistem pendukung yang baik


64

ketika ada anggota keluarga yang sakit saling mendukung untuk

memeriksakan kesehatan di puskesmas.

d. Struktur Keluarga

1) Pola Komunikasi keluarga

Dalam keluarga Tn. I saling terbuka satu sama lain. Dalam

permasalahan yang dihadapi selalu dibicarakan dengan Ny. R.

2) Struktur Kekuatan Keluarga

Keluarga Tn. I saling menghargai satu sama lain, saling

membantu serta saling mendukung dan apabila ada masalah Ny.

R diskusi dengan suami dan meminta nasihat kepadanya.

3) Struktur Peran

a) Tn. I

Dalam keluarga Tn.I berperan sebagai suami bagi

istrinya dan sebagai ayah bagi anaknya serta sebagai pencari

nafkah dengan bertani.

b) Ny.R

Dalam keluarga Ny.R berperan sebagai seorang istri

dan ibu serta sebagai ibu rumah tangga.

c) An. N

Dalam keluarga An.N berperan sebagai anak yang

menjadi penyemangat bagi orang tuanya.


65

4) Nilai dan Norma Keluarga

Dalam keluarga Tn. I menerapkan aturan-aturan sesuai

dengan ajaran agama islam dan mengharapkan anaknya kelak

dapat menjadi anak yang sholeha, dan dalam keluarga diterapkan

hidup bersih sebelum makan mencuci tangan.

e. Fungsi Keluarga

1) Fungsi Afektif

Dalam keluarga menjalin hubungan yang baik sehingga

tercipta suasana saling mengerti, dan saling menyayangi. Dalam

anggota keluarga saling bertanggung jawab dengan peran masing-

masing dalam keluarga.

2) Fungsi Sosialisasi

Keluarga Tn.I menekankan perlunya berhubungan dengan

orang lain, mereka membiasakan anaknya bermain dengan teman-

temannya.

3) Fungsi Reproduksi

Dalam keluarga Tn. I memiliki 1 orang anak, tidak

merencanakan jumlah anak, dan metode yang digunakan dalam

mengendalikan jumlah anak dengan Ny.R menggunakan

kontrasepsi KB jenis suntik.


66

4) Fungsi Ekonomi

Kurang baik, pendapatan keluarga yang didapatkan dari

hasil bertani suami dan yang didapatkan dicukupkan untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari.

5) Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga

a) Kemampuan keluarga mengenal masalah

Kurang baik, keluarga tidak tau apa itu ISPA, apa saja faktor

penyebabnya, serta cara mencegah terjadinya ISPA.

b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai

tindakan yang tepat

Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan cukup baik.

c) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

Kurang baik, keluarga belum mengerti bagaimna cara merawat

keluarga yang sedang sakit, keluarga hanya mengetahui ketika

sakit langsung diberi obat namun dalam proses penyembuhan

dapat diperbaiki di dalam pola makanan yang sehat.

d) Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan/ memelihara

lingkungan yang sehat untuk perawatan anggota keluarga yang

sakit

Keluarga Tn.I selalu menjaga kebersihan rumah namun Tn.I

mengatakan sering lupa menjauhkan asap rokok dari anaknya

ketika sedang merokok.


67

e) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan

kesehatan di masyarakat

Cukup baik, keluarga mengatakan ketika ada anggota keluarga

yang sakit tidak langsung memeriksakan diri ke puskesmas

namun hanya mengkonsumsi obat warung saja atau mengambil

obat pada perawat terdekat, namun ketika penyakit sudah parah

baru memeriksakan diri ke puskesmas.

f. Stres Dan Koping Keluarga

1) Stressor jangka pendek dan jangka panjang

a) Stressor jangka pendek (< 6 bln)

Keluarga mengatakan sangat cemas terhadap anaknya

karena penyakit anaknya tidak sembuh-sembuh.

b) Stressor jangka panjang (> 6 bln)

Klien tidak memiliki stres dalam jangka panjang.

2) Respon keluarga terhadap stressor dan Mekanisme Koping yang

digunakan

a) Respon keluarga terhadap stressor

Jika ada masalah dalam keluarga biasanya mereka

mencoba mandiri dalam menyelesaikan masalah yang

dihadapinya bersama.

b) Strategi koping yang digunakan

Ny.R mendiskusikan setiap ada masalah pada Tn.I


68

sehingga masukan atau solusi yang diberikan dapat membantu

menyelesaikan masalahnya.

3) Strategi adaptasi disfungsional

Dari hasil pengkajian yang dilakukan tidak adanya

cara-cara keluarga mengatasi masalah secara mal adaftif.

g. Pemeriksaan Fisik

Tabel 7. Pemeriksaan Fisik

Data Tn. I Ny. R An. N

TTV
- TD 120/80mmhg 100/70mmhg -
- Nadi 80 76 92
- Respirasi 18 20 26
- Suhu 36,50 36,20C 37,50C
Kepala:
- Bentuk Simetris Simetris Simetris
- Rambut Hitam Hitam Hitam
- Kulit Kepala Bersih Bersih Bersih
Mata:
- Sclera
- Kongjungtiva Tidak Tidak Anemis
- Palpebra anemi anemi
- Fungsi Baik Baik Baik
Telinga :
- Bentuk Simetris Simetris Simetris
- Keadaan Bersih Bersih Bersih
- Fungsi Normal Normal Normal
Hidung
- Bentuk Simetris Simetris Simetris
- Keadaan Bersih Bersih Terdapat
sekret
- Fungsi Normal Normal Normal
Mulut:
- Gigi Lengkap Lengkap Lengkap
- Fungsi Baik Baik Baik
Menelan
69

Leher
- Pembesaran
kelenjar tiroid Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Dada:
- Bentuk Simetris Simetris Simetris
- Suara paru Vesikuler vesikuler Ronchi
- Bunyi jantung
Abdomen:
- Bentuk Simetris Simetris Simetris
- Nyeri Tekan Tidak Tidak Tidak
ada ada ada
Ekstremitas
- Oedema Tidak Tidak Tidak
- Kotrak-tur ada ada ada
- Gerakan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Integumen:
- Turgor Elastis Elastis Elastis
- Keadaan Normal Normal Normal
- Kuku Bersih Bersih Bersih

h. Harapan Keluarga

Keluarga memiliki harapan untuk meningkatkan kesejahteraan

mereka dan dapat menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang

pendidikan yang lebih tinggi dari mereka. Selain itu harapan

keluarga dengan adanya mahasiswa yang melakukan praktek

keluarga dapat memiliki pengetahuan lebih tentang penyakit yang

sedang di alami, pentingnya menjaga kesehatan dan lingkungan serta

berharap sangat membantu keluarga mencegah penyakit.


70

4.1.2. Analisa Data

Tabel 8. Analisa Data

Data Masalah

DS: Ketidakefektifan Bersihan Jalan


- Ny. R mengatakan anaknya Nafas
batuk berdahak dan pilek
sejak 1 minggu yang lalu
DO:
- An. N tampak lemas
- An. N terdengar suara serak
- An. N tampak rewel
- An. N tampak sesak napas
- TTV= N: 92 x/menit
R: 26 x/menit
S: 37,5 C

DS: Defisit Pengetahuan


- Keluarga Tn.I mengatakan
kurang mengetahui tentang
ISPA dan cara
pencegahannya

- Keluarga Tn.I
mengatakan cemas
terhadap penyakit yang di
derita anaknya.

DO:
- Keluarga Tn. I banyak
bertanya tentang ISPA

- Keluarga Tn. I tampak


cemas
71

DS: Perilaku Kesehatan Cenderung


- Ny. R mengatakan bahwa Beresiko
Tn. I selalu merokok di
dekat anaknya
DO:
- Tn.I tampak merokok

4.1.3. Skala Prioritas Masalah

Tabel 10. Skala Prioritas Masalah

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

No Kriteria Perhitungan Bobot Pembenaran


1. Sifat
masalah:
- Aktual (tidak/ 3
kurang sehat)
- Ancaman 2 1 3/3 x 1 = 1
kesehatan
- Keadaan 1
sejahtera
2. Kemungkinan
masalah dapat
diubah:
- Mudah 2
- Sebagian 1 2 2/2 x 2 = 2
- Tidak dapat 0
3. Potensial
pencegahan:
- Tinggi 3 1/3 x 3 = 1/3
- Cukup 2 1
- Rendah 1
4. Menonjolnya
masalah:
- masalah berat
harus segera 2
ditangani
- ada masalah
tapi tidak perlu 1 1 2/2 x 1 = 1
segera
ditangani
72

- masalah tidak 0
dirasakan
Jumlah Skor = 4 1/3

b. Defisit pengetahuan

No Kriteria Perhitungan Bobot Pembenaran


1. Sifat
masalah:
- Aktual (tidak/ 3
kurang sehat)
- Ancaman 2 1 3/3 x 1 = 1
kesehatan
- Keadaan 1
sejahtera
2. Kemungkinan
masalah dapat
diubah:
- Mudah 2
- Sebagian 1 2 1/2 x 2 = 1
- Tidak dapat 0
3. Potensial
pencegahan:
- Tinggi 3 1/3 x 3 = 1/3
- Cukup 2 1
- Rendah 1
4. Menonjolnya
masalah:
- masalah berat
harus segera 2
ditangani
- ada masalah
tapi tidak perlu 1 1 2/2 x 1 = 1
segera
ditangani
- masalah tidak 0
dirasakan
Jumlah Skor = 3 1/3
73

c. Perilaku kesehatan cenderung beresiko

No Kriteria Perhitungan Bobot Pembenaran


1. Sifat
masalah:
- Aktual (tidak/ 3
kurang sehat)
- Ancaman 2 1 3/3 x 1 = 1
kesehatan
- Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan
masalah dapat
diubah:
- Mudah 2
- Sebagian 1 2 1/2 x 2 = 1
- Tidak dapat 0
3. Potensial
pencegahan:
- Tinggi 3 1/3 x 3 =
- Cukup 2 1 1/3
- Rendah 1
4. Menonjolnya
masalah:
- masalah berat
harus segera 2
ditangani
- ada masalah tapi
tidak perlu segera 1 1 0/2 x 1 = 0
ditangani
- masalah tidak
dirasakan 0
Jumlah Skor = 2 1/3
74

4.1.4. Rumusan Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas pada keluarga Tn.I khususnya

An.N berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal

masalah ditandai dengan Ny. R mengatakan anaknya batuk berdahak

dan pilek sejak 1 minggu yang lalu, An. N nampak lemas, An.N

terdengar suara serak, An.N nampak rewel, nampak mata memerah

dan An.N nampak sesak napas.

b. Defisit pengetahuan pada keluarga Tn.I berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah ditandai dengan

Keluarga Tn.I mengatakan cemas terhadap penyakit yang di derita

anaknya, keluarga Tn.I nampak bertanya-tanya, keluarga Tn. I

nampak cemas.

c. Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada keluarga Tn.I khususnya

Tn.I berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam

menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan ditandai

dengan Ny. R mengatakan bahwa Tn. I selalu merokok di dekat

anaknya dan Tn.I tampak merokok


75

4.1.5. Intervensi Keperawatan

Tabel 10. Intervensi Pada kasus

N Diagnosa Tujuan Rencana


o.
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-
bersihan jalan keperawatan 3x 4 jam tanda vital klien
napas pada diharapkan ketidakefektifan 2. Monitor status
keluarga Tn.I bersihan jalan nafas klien pernapasan
khususnya An.N teratasi dengan kriteria hasil: 3. Ajarkan batuk
berhubungan efektif dan
dengan 1. Mendemostrasikan relaksasi nafas
ketidakmampuan batuk efektif dan suara dalam
keluarga nafas yang bersih. 4. Berikan terapi uap
mengenal 2. Mampu mengeluarkan seperti nebulizer
masalah sputum dan mampu atau terapi uap
bernafas dengan sederhana
mudah.
3. Menunjukkan jalan
napas yang paten,
tidak ada suara napas
abnormal.

2. Defisit Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pengetahuan


pengetahuan pada keperawatan 3x 4 jam keluarga tentang
keluarga Tn.I diharapkan defisit ISPA
berhubungan pengetahuan keluarga klien 2. Berikan
dengan teratasi dengan kriteria Hasil: penyuluhan
ketidakmampuan tentang ISPA
keluarga 1. Pasien dan keluarga 3. Berikan umpan
mengenal menyatakan balik berupa
masalah pemahaman tentang pertanyaan seputar
penyakit, kondisi, ISPA
prognosis dan program 4. Ajarkan keluarga
pengobatan. untuk melakukan
2. Pasien dan keluarga inhalasi uap
mampu melaksanakan sederhana di
prosedur yang
76

dijelaskan secara rumah


benar.

3. Perilaku Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pengetahuan


kesehatan keperawatan 3x 4 jam keluarga tentang
cenderung diharapkan perilaku pentingnya tidak
beresiko pada kesehatan cenderung beresiko merokok di
keluarga Tn.I pada klien teratasi dengan lingkungan rumah
khususnya Tn.I Kriteria Hasil: 2. Berikan
berhubungan penyuluhan
dengan 1. Keluarga memahami tentang
ketidakmampuan tentang pentingnya pentingnya tidak
keluarga dalam tidak merokok merokok di rumah
menciptakan 3. Berikan umpan
lingkungan yang balik berupa
dapat pertanyaan
meningkatkan tentang
kesehatan pentingnya tidak
merokok

4.1.6. Implementasi Keperawatan

Tabel 11. Implementasi Pada Kasus

No Hari D Implementasi Respon Hasil Paraf


/tgl X

1 12 I 1. Memonitor tanda- 1. TTV:


April tanda vital klien N: 92 x/mnt
2020 R: 26 x/mnt
10.00 S: 37,5 C
2. Memonitor status 2. Klien terlihat
pernapasan klien sedikit kesulitan
bernafas karena
adanya sekret di
10.10 hidung
3. Mengajarkan klien 3. Klien tampak
batuk efektif belum mau
mengikuti
tindakan
10.25
4. Memberikan terapi 4. Klien masih
77

inhalasi uap sederhana takut ketika


a. Tahap Pra Interaksi dilakukan
1) Mencuci tangan tindakan dan
2) Menyiapkan alat RR = 26 x/menit
b. Tahap Orientasi
1) Memberikan
salam dan sapa
pada pasien
2) Menjelaskan
tujuan dan
prosedur
pelaksanaan
3) Menanyakan
persetujuan/
kesiapan pasien
c.Tahap Kerja
1) Menjaga privacy
klien
2) Mencuci tangan
3) Mengatur klien
dalam posisi
duduk
4) Menempatkan
meja/ troly di
depan pasien
5) Meletakkan gelas,
botol berisi air
panas di atas meja
klien yang diberi
pengalas
6) Mengukur suhu air
menggunakan
thermometer
dengan suhu
sekitar 42-44ᵒC
7) Tuangkan air
hangat ke dalam
gelas/ baskom
kecil dan
tambahkan 10 tetes
aroma terapi
(minyak kayu
putih)
8) Gunakan corong
78

atau handuk untuk


memaksimalkan
uap terhirup oleh
pasien
9) Berikan inhalasi
uap sederhana ke
pasien 5-10 menit
10) Merapikan pasien
d. Tahap Terminasi
1) Melakukan
evaluasi tindakan
2) Berpamitan
dengan
pasien/keluarga
3) Membereskan alat
4) Mencuci tangan
5) Mencatat kegiatan
dalam lembar
catatan
keperawatan
17.00
5. Memberikan terapi 5. Sesak klien
inhalasi uap sederhana berkurang
a. Tahap Pra Interaksi dengan RR= 25
1) Mencuci tangan x/mnt
2) Menyiapkan alat
b. Tahap Orientasi
1) Memberikan
salam dan sapa
pada pasien
2) Menjelaskan
tujuan dan
prosedur
pelaksanaan
3) Menanyakan
persetujuan/
kesiapan pasien
c. Tahap Kerja
1) Menjaga privacy
klien
2) Mencuci tangan
3) Mengatur klien
dalam posisi
duduk
79

4) Menempatkan
meja/ troly di
depan pasien
5) Meletakkan gelas,
botol berisi air
panas di atas meja
klien yang diberi
pengalas
6) Mengukur suhu
air menggunakan
thermometer
dengan suhu
sekitar 42-44ᵒC
7) Tuangkan air
hangat ke dalam
gelas/ baskom
kecil dan
tambahkan 10
tetes aroma terapi
(minyak kayu
putih)
8) Gunakan corong
atau handuk
untuk
memaksimalkan
uap terhirup oleh
pasien
9) Berikan inhalasi
uap sederhana ke
pasien 5-10 menit
10) Merapikan pasien
d. Tahap Terminasi
1) Melakukan
evaluasi tindakan
2) Berpamitan
dengan
pasien/keluarga
3) Membereskan
alat
4) Mencuci tangan
5) Mencatat
kegiatan dalam
lembar catatan
keperawatan
80

17.15 6. Mengkaji pengetahuan


II keluarga tentang ISPA 6. Keluarga hanya
mengetahui
bahwa anaknya
17.20 7. Memberikan mengalami batuk
penyuluhan tentang dan pilek
ISPA
7. Keluarga tampak
memperhatikan
17.30 8. Memberikan umpan
balik berupa 8. Keluarga dapat
pertanyaan ( pengertian menjelaskan
ISPA) pengertian
ISPA dengan
bahasanya
17.40 9. Mengajarkan keluarga sendiri
cara melakukan terapi 9. Keluarga
inhalasi uap sederhana tampak
secara mandiri di memperhatikan
rumah

17.45 10. Mengkaji pengetahuan


III keluarga tentang 10. Tn. I
pentingnya tidak mengatakan
merokok di lingkungan jika sesekali
rumah merokok tidak
17.50 11. Memberikan masalah
penyuluhan tentang
pentingnya tidak 11. Tn.I tampak
merokok di lingkungan memperhatikan
rumah
18.00 12. Memberikan umpan
balik berupa 12. Tn. I dapat
pertanyaan ( Bahaya menyebutkan 3
merokok) dari 6 bahaya
merokok
2. 13 I 1. Memonitor tanda- 1. TTV:
April tanda vital klien N: 94 x/mnt
2020 R: 25 x/mnt
S: 37ᵒC
10.00 2. Memonitor status 2. Klien masih
pernapasan klien terlihat sedikit
sesak karena
81

adanya sekret di
10.10 hidung
3. Mengajarkan klien 3. Klien mau
batuk efektif melakukan di
dampingi ibunya
10.20
4. Memberikan terapi 4. Klien terlihat
inhalasi uap sederhana nyaman saat
a. Tahap Pra bernapas, sesak
Interaksi klien berkurang
1) Mencuci tangan
2) Menyiapkan
alat
b. Tahap Orientasi
1) Memberikan
salam dan sapa
pada pasien
2) Menjelaskan
tujuan dan
prosedur
pelaksanaan
3) Menanyakan
persetujuan/
kesiapan pasien
c. Tahap Kerja
1) Menjaga privacy
klien
2) Mencuci tangan
3) Mengatur klien
dalam posisi
duduk
4) Menempatkan
meja/ troly di
depan pasien
5) Meletakkan
gelas, botol
berisi air panas
di atas meja
klien yang diberi
pengalas
6) Mengukur suhu
air menggunakan
thermometer
dengan suhu
82

sekitar 42-44ᵒC
7) Tuangkan air
hangat ke dalam
gelas/ baskom
kecil dan
tambahkan 10
tetes aroma
terapi (minyak
kayu putih)
8) Gunakan corong
atau handuk
5. Keluarga tampak
untuk
memperhatikan
memaksimalkan
uap terhirup oleh
pasien
6. Keluarga dapat
9) Berikan inhalasi
menyebutkan 3
uap sederhana ke
dari 6 tanda-
pasien 5-10
tanda ISPA
menit
10) Merapikan
pasien
7. Keluarga
d. Tahap Terminasi
melakukan terapi
1) Melakukan
inhalasi kepada
evaluasi
anaknya dengan
tindakan
didampingi
2) Berpamitan
mahasiswa, RR
dengan
klien = 23x/mnt
pasien/keluarga
3) Membereskan
8. Tn.I tampak
alat
memperhatikan
4) Mencuci tangan
5) Mencatat
kegiatan dalam
lembar catatan
9. Tn.I dapat
keperawatan
menyebutkan 3
dari 6 alasan
10.45 II
mengapa harus
5. Memberikan
berhenti
penyuluhan tentang
ISPA
10.55
6. Memberikan umpan
balik berupa
pertanyaan ( Tanda-
83

tanda ISPA)

17.00

7. Menganjurkan
keluarga
mempraktekkan
sendiri cara
melakukan terapi
inhalasi uap sederhana
17.15 III di rumah

8. Memberikan
penyuluhan tentang
pentingnya tidak
17.25 merokok di
lingkungan rumah
9. Memberikan umpan
balik berupa
pertanyaan ( alasan
mengapa harus
berhenti merokok)
1.
3. 14 I 1. Memonitor tanda- 1. TTV:
April tanda vital klien N: 90 x/mnt
2020 RR: 24
x/mnt
S: 36,8ᵒC
09.30 2. Memonitor status 2. Ibu klien
pernapasan klien mengatakan
sekret anaknya
sudah
berkurang dan
sesak anaknya
berkurang
09.35 3. Mengajarkan klien 3. Klien mau
batuk efektif melakukan
didampingi
ibunya

09.45 4. Memberikan terapi 4. Sesak klien


inhalasi uap sederhana berkurang
a. Tahap Pra dengan RR =
Interaksi 24x/mnt
1) Mencuci tangan
84

2) Menyiapkan
alat
b. Tahap Orientasi
1) Memberikan
salam dan sapa
pada pasien
2) Menjelaskan
tujuan dan
prosedur
pelaksanaan
3) Menanyakan
persetujuan/
kesiapan pasien
c. Tahap Kerja
1) Menjaga privacy
klien
2) Mencuci tangan
3) Mengatur klien
dalam posisi
duduk
4) Menempatkan
meja/ troly di
depan pasien
5) Meletakkan
gelas, botol
berisi air panas
di atas meja
klien yang diberi
pengalas
6) Mengukur suhu
air menggunakan
thermometer
dengan suhu
sekitar 42-44ᵒC
7) Tuangkan air
hangat ke dalam
gelas/ baskom
kecil dan
tambahkan 10
tetes aroma
terapi (minyak
kayu putih)
8) Gunakan corong
atau handuk
85

untuk
memaksimalkan
uap terhirup oleh
pasien
9) Berikan inhalasi
uap sederhana ke
pasien 5-10
menit
10) Merapikan
pasien
d. Tahap Terminasi
1) Melakukan
evaluasi tindakan
2) Berpamitan
dengan
pasien/keluarga
3) Membereskan
alat
4) Mencuci tangan
5) Mencatat
kegiatan dalam
lembar catatan
keperawatan
10.10 II 5. Keluarga
5. Memberikan tampak
penyuluhan tentang memperhatikan
ISPA
10.20 6. Keluarga dapat
6. Memberikan umpan menyebutkan
balik berupa pencegahan
pertanyaan ISPA
( Pencegahan ISPA)
16.30 7. Keluarga dapat
7. Mengajarkan keluarga melakukan
cara melakukan terapi secara mandiri,
inhalasi uap sederhana sesak klien
secara mandiri di berkurang
rumah dengan RR=
22x/mnt

16.45 III 8. Keluarga


8. Memberikan tampak
penyuluhan tentang memperhatikan
pentingnya tidak
86

merokok di
16.50 lingkungan rumah 9. Tn.I dapat
9. Memberikan umpan menyebutkan 3
balik berupa dari 7 cara
pertanyaan ( cara berhenti
berhenti merokok) merokok

4.1.7. Evaluasi

Tabel 13. Evaluasi Pada kasus

No. DX Hari/ Tgl Evaluasi Paraf

1. I 14 April S:
2020 - Ibu klien mengatakan
sekret anaknya sudah
17.00 berkurang

O:
- Klien mau diberikan
terapi inhalasi uap
sederhana
- Klien dapat melakukan
batuk efektif dengan
didampingi ibunya
- Sesak klien berkurang
- TTV:
N: 90 x/mnt
RR: 22 x/mnt
S: 36,8ᵒC

A: Masalah Teratasi
Sebagian

P: Intervensi dilanjutkan
- Berikan terapi inhalasi
uap sederhana secara
mandiri
- Lakukan batuk efektif
jika diperlukan
87

2. II 14 April S:
2020 - Keluarga dapat menyebutkan
pengertian ISPA dengan
17.00 bahasanya sendiri
- Keluarga dapat menyebutkan
tanda-tanda ISPA seperti
demam, batuk, pilek dan tidak
nafsu makan
- Keluarga dapat menyebutkan
pencegahan ISPA seperti
menjag kebersihan
lingkungan, menjaga gizi anak
tetap baik dan tidak merokok

O:
- Keluarga dapat melakukan
terapi inhalasi uap sederhana
dengan mandiri

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

3. III 14 April S:
2020 - Tn.I dapat menyebutkan
bahaya dari merokok
17.00 seperti menyebabkan
penyakit berbahaya,
kecanduan dan
menggangu pernapasan
- Tn.I dapat menyebutkan
alasan mengapa harus
berhenti merokok seperti
mengurangi resiko
menderita penyakit dan
menjadi lebih sehat
- Tn.I dapat menyebutkan
cara berhenti merokok
seperti hindari pergaulan
merokok dan lakukan
aktivitas lainnya

O:
- Tn.I tampak mengerti
88

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

4.2. Pembahasan

Asuhan keperawatan keluarga dilakukan pada keluarga Tn.I dengan

ISPA pada An. N. Kunjungan dimulai pada tanggal 11- 14 April 2020.

Dengan kunjungan dilakukan 2 kali dalam sehari selama 3 hari. Berikut

peneliti akan mendeskripsikan hasil studi kasus secara narasi.

Setelah dilakukan penerapan asuhan keperawatan keluarga pada

kasus ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Mataram Kecamatan Selaparang

Kota Mataram yang telah dilakukan sejak tanggal 11- 14 April 2020

selama 2 kali kunjungan sehari, maka pada bab pembahasan penulis akan

menjabarkan adanya kesesuaian maupun kesenjangan yang terdapat pada

partisipan. Tahapan pembahasan sesuai dengan tahapan asuhan

keperawatan yang dimulai dari pengkajian, merumuskan diagnosa,

merumuskan rencana tindakan, pelaksanaan tindakan dan evaluasi

keperawatan.

a. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses perawatan dan

merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari

berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengindentifikasi suatu

kesehatan kilen. Kebenaran data sangat penting dalam merumuskan


89

suatu diagnosa keperawatan dan memberikan pelayanan keperawatan

sesuai dengan respon individu (Nursalam, 2011 dalam Siska 2017).

Sesuai dengan teori yang dijabarkan diatas, penulis melakukan

pengkajian pada An. N serta keluarga dengan menggunakan metode

pengkajian keluarga, wawancara dan pemeriksaan fisik untuk

menambah data yang diperlukan.

Berdasarkan teori gejala atau manifestasi klinis pada ISPA

ditemukan bahwa gejala utama yang sering ditemukan adalah batuk,

bersin, pengeluaran mukus/ sekret, sakit kepala dan demam. Namun

dalam pengkajian yang diperoleh dari kasus di lapangan didapatkan

data anak batuk berdahak, pilek dan sesak. Berdasarkan data yang ada

terjadi kesenjangan antara teori dengan kasus yang di peroleh di

lapangan karena gejala yang terdapat di teori tidak semuanya ada pada

kasus di lapangan. Ini dikarenakan An.N sudah mengalami pilek sejak

satu minggu yang lalu. Pada hari pertama mengalami pilek An.N juga

mengalami demam dan diberikan obat penurun panas oleh ibunya

sehingga pada saat dilakukan pengkajian klien sudah tidak mengalami

demam.

b. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan keluarga mengacu pada P-E-S dimana

untuk problem (P) dapat digunakan tipologi dari (NANDA, 2015-

2017) dan etiologi (E) berkenaan dengan 5 tugas keluarga dalam hal

kesehatan/keperawatan menurut (Friedman, 2010). Pada perumusan


90

diagnosa yang didapatkan dari analisa data berdasarkan data subjektif

dan objektif. Terdapat kesenjangan antara teori dan praktek. Diagnosa

yang timbul pada klien diantaranya yaitu:

1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas pada keluarga Tn.I

khususnya An.N berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah ditandai dengan Ny. R mengatakan anaknya

batuk berdahak dan pilek sejak 1 minggu yang lalu, An. N nampak

lemas, An.N terdengar suara serak, An.N nampak rewel, nampak

mata memerah dan An.N nampak sesak napas.

2) Defisit pengetahuan pada keluarga Tn.I berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah ditandai dengan

Keluarga Tn.I mengatakan cemas terhadap penyakit yang di derita

anaknya, keluarga Tn.I nampak bertanya-tanya, keluarga Tn. I

nampak cemas.

3) Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada keluarga Tn.I

khususnya Tn.I berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

dalam menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan

kesehatan ditandai dengan Ny. R mengatakan bahwa Tn. I selalu

merokok di dekat anaknya dan Tn.I tampak merokok.

Selain diagnosa yang muncul tersebut penulis mengangkat

satu diagnosa tambahan yaitu perilaku kesehatan cenderung beresiko

karena dilihat dari adanya data yang menunjukkan bahwa ayah klien
91

sering merokok di sekitar anaknya yang dimana dapat

mempengaruhi baik kesehatan anaknya maupun keluarga.

Sedangkan diagnosa yang tidak muncul pada kasus yang

diperoleh di lapangan yaitu:

1) Hipertermia pada keluarga Tn.I khususnya An.N berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan untuk

melakukan tindakan.

2) Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

pada keluarga Tn.I khususnya An.N berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga melakukan perawatan terhadap

anggota keluarga yang sakit.

Diagnosa diatas tidak muncul dikarenakan sebagai berikut:

1) Suhu klien dalam batas normal yaitu 37ᵒC

2) Klien mau makan tetapi lebih sedikit dari biasanya yaitu ½ porsi

dalam sekali makan, BB klien tidak kurang dari 20% atau lebih

di bawah BB Ideal (BB klien= 14 kg dan BB ideal= 16 kg) dan

klien tidak mengalami diare atau pengeluaran cairan yang

berlebih.

c. Intervensi
92

Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan

pengkajian, diagnosis keperawatan, pernyataan keluarga, dan

perencanaan keluarga, dengan merumuskan tujuan, mengidentifikasi

strategi intervensi alternative dan sumber, serta menentukan prioritas,

intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau standar, tetapi dirancang bagi

keluarga tertentu dengan siapa perawat keluarga sedang bekerja

(Friedman, 2010).

Setelah ditemukan masalah keperawatan maka penulis

melakukan intervensi pada setiap diagnosa yang diangkat yaitu

pertama, ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah. Dimana

intervensi ketidakefektifan bersihan jalan napas yang direncanakan di

lapangan yaitu monitor tanda- tanda vital klien, ajarkan batuk efektif,

monitor status pernapasan klien dan berikan terapi inhalasi uap

sederhana. Sedangkan intervensi menurut teori yaitu, monitor tanda-

tanda vital klien, monitor status pernapasan klien, pemberian obat-

obatan bronkodilator, pemberian terapi oksigenasi, ajarkan batuk

efektif dan relaksasi nafas dalam, berikan terapi inlasasi seperti

nebulizer atau terapi inhalasi uap sederhana. Berdasarkan uaraian

tersebut terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus yang diperoleh

di lapangan. Ini terjadi karena sebagian tindakan tidak dapat dilakukan

di rumah seperti pemberian terapi oksigenasi dan pemberian obat-


93

obatan bronkodilator yang hanya bisa diberikan di instansi kesehatan

seperti rumah sakit dan puskesmas.

Sehingga untuk mencapai tujuan tersebut penulis menyusun

perencanaan keperawatan dengan fokus intervensi pada studi kasus ini

yaitu pemberian terapi inhalasi uap air hangat dan minyak kayu putih.

Terapi ini menggunakan minyak kayu putih karena minyak kayu putih

sangat bermanfaat bagi penurunan sesak nafas pada penderita ISPA.

Hal ini disebabkan karena minyak kayu putih yang diproduksi dari

daun tumbuhan Melaleuca leucadendra dengan kandungan

terbesarnya adalah eucalyptol (cineole) yang memberikan efek

mukolitik (mengencerkan dahak) dan membuat sensasi hangat,

bronchodilating (melegakan pernafasan), anti inflamasi dan

menurunkan rata-rata kasus paru obstruktif kronis dengan baik seperti

pada kasus pasien dengan asma dan rhinosinusitis. Uap air ini akan

meningkatkan transportasi aliran udara dari mulut ke trakea dan

bronkus bagian atas, meningkatkan aktifitas mukosiliaris hidung dan

membantu pengeluaran lendir (Agustina, 2018).

Inhalasi minyak kayu putih sangat berpengaruh terhadap

penurunan sesak nafas pada anak yang mengalami infeksi saluran

pernafasan akut (ISPA), dengan cara pemberian yaitu minyak kayu

putih diteteskan sebanyak 10 tetes kedalam air hangat kemudian

pasien diminta untuk menghirup selama 30 menit melalui sehelai

kertas yang dibentuk menjadi kerucut. Metode ini dianjurkan untuk


94

dilakukan rutin selama seminggu pada malam hari saat sebelum tidur.

Hasil penelitian menunjukkan ada penurunan frekuensi nafas sebelum

dan sesudah dilakukan metode ini (Zulfa, 2017)

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Dary (2018),

dimana metode yang diterapkan yaitu dengan memberikan tetesan

minyak kayu putih sebanyak 20 tetes kedalam satu mangkuk air

hangat dan dihirupkan kepada anak yang mengalami ISPA. Hasilnya,

beberapa orang tua yang anaknya dijadikan sampel mengatakan bahwa

anaknya sudah mulai bisa bernafas dengan normal seiring dengan

rutinnya pemberian terapi inhalasi minyak kayu putih ini.

Pada diagnosa kedua yaitu, defisit pengetahuan pada keluarga

Tn.I berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal

masalah. Dimana intervensi yang direncanakan di lapangan sama

dengan intervensi yang ada di teori yaitu, kaji pengetahuan keluarga

tentang ISPA, berikan penyuluhan tentang ISPA, berikan umpan balik

berupa pertanyaan serta ajarkan keluarga untuk melakukan terapi

inhalasi uap sederhana secara mandiri. Berdasarkan uraian tersebut

tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus yang diperoleh di

lapangan.

Pada diagnosa ketiga yaitu, perilaku kesehatan cenderung

beresiko pada keluarga Tn.I khususnya Tn.I berhubungan dengan


95

ketidakmampuan keluarga. Dimana intervensi yang direncanakan di

lapangan sama dengan intervensi yang ada di teori yaitu, kaji

pengetahuan keluarga tentang pentingnya tidak merokok, berikan

penyuluhan tentang penitngnya tidak merokok dan berikan umpan

balik berupa pertanyaan. Berdasarkan uraian tersebut tidak terdapat

kesenjangan antara teori dengan kasus yang diperoleh di lapangan.

d. Implementasi

Implementasi dilakukan sesuai dengan tindakan yang sudah

direncanakan. Pada diagnosa pertama yaitu, ketidakefektifan

bersihan jalan napas terdapat intervensi yang tidak dapat

diimplementasikan di lapangan seperti memberikan terapi oksigenasi

dan terapi nebulizer serta memberikan obat-obatan bronkodilator

dikarenakan hanya bisa dilakukan di rumah sakit atau puskesmas.

Solusi yang dilakukan penulis adalah dengan melakukan terapi

inhalasi uap sederhana yang dimana keluarga mampu melakukannya

di rumah dengan alat dan bahan yang dimiliki sendiri seperti baskom

kecil/gelas, handuk dan minyak kayu putih.

Terapi inhalasi uap sederhana menggunakan minyak kayu

putih dilakukan sesuai SOP yang sudah disediakan. Terapi inhalasi

uap sederhana ini dikalukan 2 kali sehari selama 3 hari yaitu pada

pagi hari dan malam hari. Terapi ini dilakukan selama 5 – 10 menit

setiap satu kali terapi. Terapi inhalasi uap sederhana dilakukan

sesuai dengan SOP yang telah ada. Kendala saat dilakukan tindakan
96

adalah saat pertama kali dilakukan tindakan anak merasa takut dan

rewel sehingga waktu pemberian tidak maksimal ( kurang dari 5

menit) dan sungkup tidak digunakan. Tetapi setelah dilakukan

pendekatan di hari berikutnya anak mulai berani dilakukan tindakan

dengan waktu pemberian yang sesuai (5-10 menit) dan

menggunakan sungkup dengan ditemani ibunya. Setiap kunjungan

ke rumah klien penulis membawa alat dan bahan berupa baskom

kecil, sungkup/ handuk kecil dan minyak kayu putih sendiri untuk

dilakukannya terapi inhalasi uap sederhana ini. Pada hari terakhir

penulis memberikan alat dan bahan tersebut kepada keluarga agar

selanjutnya keluarga dapat menggunakannya saat melakukan terapi

inhalasi uap sederhana ini secara mandiri.

Pada diagnosa kedua yaitu defisit pengetahuan, dimana semua

intervensi yang telah direncanakan dapat diimplementasikan seperti,

mengkaji pengetahuan keluarga tentang ISPA, memberikan

penyuluhan tentang ISPA, memberikan umpan balik berupa

pertanyaan dan mengajarkan keluarga untuk melakukan terapi

inhalasi uap sederhana. Penulis menggunakan leaflet yang telah

dibuat dan menggunakan poster yang telah ditempelkan di rumah

klien sehingga keluarga dapat mengerti dengan apa yang dijelaskan.

Pada diagnosa ketiga yaitu, perilaku kesehatan cenderung

beresiko, dimana semua intervensi yang telah direncanakan dapat

diimplementasikan seperti, mengkaji pengetahuan keluarga tentang


97

pentingnya tidak merokok, memberikan penyuluhan tentang

pentingnya tidak merokok dan memberikan umpan balik berupa

pertanyaan. Penulis menggunakan leaflet yang telah dibuat dan

menggunakan poster yang telah ditempelkan di rumah klien

sehingga keluarga dapat mengerti dengan apa yang dijelaskan.

e. Evaluasi

Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dan alat ukur untuk

mengevaluasi keberhasilan pemberian asuhan keperawatan.

Pelaksanaan evaluasi dilakukan sesuai dengan teori yang

menggunakan metode SOAP. Pada diagnosa ketidakefektifan

bersihan jalan napas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

dengan dilakukannya terapi inhalasi uap sederhana yang bertujuan

untuk mengencerkan sekret ini dapat disimpulkan dengan hasil yang

diperoleh yaitu sekret pada hidung klien masih ada tetapi berkurang

dan sesak klien berkurang maka masalah pada diagnosa pertama

teratasi sebagian dan intervensi dilanjutkan dengan memberikan

terapi inhalasi uap sederhana dan mengajarkan batuk efektif.

Pada diagnosa kedua yaitu defisit pengetahuan berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah dimana

keluarga dapat menyebutkan dan menjelaskan pengertian ISPA,

tanda dan gejala ISPA, cara pencegahan ISPA serta dapat melakukan

terapi inhalasi uap sederhana secara mandiri maka masalah untuk

diagnosa kedua teratasi dan intervensi dihentikan. Pada diagnosa


98

ketiga yaitu pemeliharaan kesehatan cenderung beresiko

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam menciptakan

lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dimana keluarga

dapat menyebutkan bahaya dari merokok, alasan mengapa harus

berhenti merokok dan cara yang dapat dilakukan untuk berhenti

merokok maka masalah pada diagnosa ketiga teratasi dan intervensi

dihentikan.

4.3 Keterbatasan

1. Di Puskesmas Mataram tidak ada memiliki SOP tentang terapi inhalasi

uap sederhana sehingga peneliti menggunakan SOP yang disediakan

sendiri.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian penutup memuat dua hal pokok, yaitu kesimpulan dan saran.

Dimana kesimpulan memuat intisari dari hasil pembahasan yang telah dijabarkan

sebelumnya dan saran merupakan usul atau pendapat dari seorang peneliti yang

berkaitan dengan studi kasus yang dilakukan agar kedepannya menjadi lebih baik.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi kasus penerapan asuhan keperawatan keluarga pada

kasus ISPA Di Wilayah Kerja Puskesmas Mataram Kecamatan Selaparang Kota

Mataram, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

a. Pada hasil pengkajian didapatkan kesamaan data dari kasus yang diangkat

dengan teori yang sudah ada walaupun tidak semuanya. Dimana dapat dilihat

dari data yang diperoleh bahwa anak mengalami batuk berdahak, pilek dan

sesak nafas dengan RR= 26x/menit.

b. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus ini diagnosa keperawatan

yang muncul ketidakefektifan bersihan jalan napas, defisit pengetahuan, dan

perilaku kesehatan cenderung beresiko.

c. Intervensi keperawatan yang direncanakan tergantung kepada masalah

keperawatan yang ditemukan. Intervensi yang dilakukan dirumuskan

berdasarkan diagnosa yang telah didapatkan dengan memberikan terapi

97
98

inhalasi uap air hangat dan minyak kayu putih serta melakukan penyuluhan

tentang ISPA untuk meningkatkan pengetahuan.

d. Implementasi yang telah dilaksanakan yaitu memberikan terapi inhalasi uap

air hangat dan minyak kayu putih serta melakukan penyuluhan tentang ISPA,

membimbing dan memotivasi keluarga dalam mengambil keputusan untuk

mengatasi masalah ISPA.

e. Pada tahap akhir peneliti mengevaluasi dengan menanyakan perasaan klien

setelah dilakukan terapi inhalasi uap air hangat dan minyak kayu putih serta

menanyakan kembali pada keluarga tentang penyuluhan yang telah diberikan.

5.2 Saran

a. Bagi Puskesmas

Diharapkan bisa lebih meningkatkan pelayanan kesehatan dan

mempertahankan kerja sama baik antar tim kesehatan maupun dengan klien

sehingga asuhan keperawatan yang diberikan dapat mendukung kesembuhan

klien.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan bisa lebih meningkatkan pendidikan yang lebih berkualitas

dan professional sehingga tercipta perawat yang terampil inovatif dan

professional yang mampu memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan

kode etik keperawatan khusunya pemberian asuhan keperaatan dengan kasus

ISPA.
99

c. Bagi Klien dan Keluarga

Diharapkan keluarga mampu mengetahui tentang penyakit ISPA dan

cara perawatan anggota keluarga dengan ISPA.

d. Bagi Penulis

Diharapkan bisa memberikan asuhan keperawatan dengan baik

khususnya pada penderita ISPA.


DAFTAR PUSTAKA

Agustina Sitanggang, Y., Qur'aniati, N., & Krisnana, I. (2013). Hubungan


Penatalaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Dengan Kejadian ISPA Pada
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Martapura.

Agustina, Z., & Suharmiati. (2017). Pemanfaatan Minyak Kayu Putih ( Melaleuca
Leucadendra Linn) Sebagai Alternatif Pencegahan ISPA: Studi Etnografi di
Pulau Buru. Jurnal Kefarmasian Indonesia, 124-125
Akhavani, M. (2005). Steam inhalation Treatment For Children. British Journal of
General Practice, 516, 557
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2018). Riset Kesehatan Dasar
2018. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Bailon, S., & Maglaya, A. (1997). Family Health Nursing: The Process. Philiphiness:
UP College on Nursing Diliman.
Buckle, J. (1999). Use of Aromatheraphy as Complementary Treatment for Chronic
Pain. Journal Alternative therapies, 42-51.
Crinnion, W. (2007). Components of Practical Detox Programs-sauna as a
Therapeutic.
Dary, P., & Luhukay, J. (2018). Peran Keluarga Dalam Penanganan Anak Dengan
ISPA di RSUD Piru. Jurnal Keperawatan, 44-47.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Pedoman Pengendalian Penyakit
Infeksi Saluran Pernafasan Akut, Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Desiyani, N. (2012). Terapi Inhalasi Sederhana (Jurnal) Keperawatan Universitas
Jendral Soedirman. Purwokerto.
Dinas Kesehatan NTB. (2018). Profil Kesehatan Nusa Tenggara Barat. Mataram:
Depkes NTB.
Friedman. (2010). Buku Ajar: Keperawatan Keluarga Riset, Teori & Praktik. Jakarta:
EGC.
Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hidayat, A. A. (2007). Metode Penelitian dan Teknik Analisis2. Jakarta: Salemba
Medika.

100
101

Irianto, K. (2014). Epidemologi Penyakit Menular dan Tidak Menular Panduan


Klinis. Bandung: Alfabeta.
Murphy, M., Murray, D., Smith, S., & David. (2004). Burns Caused by Steam
Inhalation for Respiratory Tract Infections in Children. BMJ, 757-762.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Oktaviani, D., Fajar, & Purba, I. (2010). Hubungan kondisi fisik rumah dan perilaku
keluarga terhadap kejadian ISPA pada anak balita di Kelurahan Cambai Kota
Prambulih. Jurnal Pengembangan Manusia, 4-12.
Price, S. A. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit Edisi 6.
Jakarta: EGC.
RI, D. (1993). Bimibingan Keterampilan Dalam Tata Laksana Penderita ISPA Pada
Anak . Jakarta.
Sudiharto. (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan Keperawatan
Transkultural . Jakarta: EGC.
Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta:
EGC.
Suryadi, I., Edison, & Naza, J. (2015). Hubungan Lingkungan Fisik dan Tindakan
Penduduk dengan Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Lubuk Buaya. Jurnal Kesehatan Andalas.
Wijayaningsih, K. S. (2013). Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta: TIM.
Lampiran 1

Penjelasan Untuk Mengikuti Penelitian (PSP)

102
103
Lampiran 2

Informed Consent

104
Lampiran 3

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

1. Pengkajian

a. Data Umum

1) Nama KK : Tn. I

2) Pekerjaan KK : Tani

3) Pendidikan KK : SMA

4) Agama KK : Islam

5) Alamat : Monjok

6) Komposisi Anggota Keluarga

N Nama JK Umur pddkn Status Imunisasi Keluhan


o
BCG DPT Polio Hepatitis Campak
1. Ny.R P 22thn SMP      Tidak
ada
2. An.N P 4thn -      ISPA

7) Genogram

Suami Istri

? ? ?

39 35 22 37 34

29 22

4
105
Keterangan:

= Laki-laki

= Perempuan

X = Meninggal dunia

---- = Tinggal bersama

___ = Menikah

= Pasien

G1:orang tua dari Tn.I masih lengkap dan ayah dari Ny.R

sudah meninggal sebelum dia lahir kedunia

G2: Tn. I anak ketiga dari empat bersaudara, Ny. R anak

bungsu dari ketiga bersaudara dan semuanya perempuan

G3 : Tn.I mempunyai 1 orang anak dan Tn. I tinggal

besrsama istri dan anaknya.

8) Tipe Keluarga

Kelurga Inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya

terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau

adopsi atau keduanya.

9) Suku Bangsa

Keluarga yang terdiri suami, istri, dan anak memiliki suku

yaitu suku Sasak.

10) Agama

Keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak menganut

agama Islam.

106
11) Status Sosial Ekonomi

KeluargaTn.I memiliki penghasilan dari hasil bertani,

sumber pendapatan yang diperoleh hanya dari Tn.I.

12) Aktifitas Rekreasi Keluarga

Keluarga mengisi waktu luang dengan menonton TV. Keluarga

memiliki waktu untuk berkumpul dan bekomunikasi secara santai pada

saat nonton TV. Keluarga jarang rekreasi.

b. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga

1) Tahap Perkembangan Keluarga saat ini

Tahap II : Keluarga kelahiran anak pertama /child-bearing

family ( oldest child birth to 4 years).

2) Tugas Perkembangan Keluarga

Tugas perkembangan keluarga yang sudah terpenuhi :

a) Persiapan menjadi orang tua

b) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi

c) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan

Tugas Perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :

a) Tidak ada tahapan keluarga yang berlum terpenuhi

3) Riwayat keluarga inti

a) Tn. I tidak memiliki riwayat penyakit keturunan namun klien

memiliki riwayat penyakit demam typoid.

b) Ny. R tidak memiliki riwayat penyakit keturunan namun klien

107
memiliki riwayat penyakit gastritis.

c) An. N tidak memiliki riwayat peyakit

4) Riwayat keluarga sebelumnya

Keluarga dari pihak suami dan istri tidak memiliki riwayat

peyakit keturunan.

c. Lingkungan

1) Karakteristik Rumah

Keluarga Tn. I memiliki jenis rumah papan dengan status yang

dimiliki milik sendiri luas rumah sekitar 12 x 6 meter pesegi dengan

jumlah ruangan 5 ruangan yang terdiri dari teras, ruang tamu, 2 kamar,

dan dapur. Penerangan disiang hari dengan masuknya cahaya matahari

namun dimalam hari menggunakan lampu untuk penerangan, memiliki

ventilasi, dengan kebersihan cukup bersih, tidak memiliki spal, sumber

air minum yang dikonsumsi dari air sumur yang dipanaskan, dan

memiliki jamban leher angsa.

2) Denah Rumah
U

B
S

108
Ket:

a. Teras Depan

b. Ruang tamu dan ruang keluarga

c. Kamar 1

d. Kamar 2

e. Dapur

f. WC/Toilet

g. = Pintu

3) Karakteristik Tetangga dan Komunitas RT /RW/Dusun

Keluarga Tn. I memiliki hubungan dengan tetangga dan warga

sekitar terjalin baik dan saling mengunjungi satu sama lain.

4) Mobilitas Geografis Keluarga

Keluarga Tn. I tidak memiliki kebiasaan berpindah tempat.

5) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat

Perkumpulan biasanya dilakukan ketika ada acara-acara

keluarga atau mengikuti kegiatan yang ada dilingkungan seperti senam

yang diadakan oleh tenaga puskesmas, interaksi yang dilakukan baik

dengan menggunakan bahasa daerah dan kadang menggunakan Bahasa

Indonesia.

6) Sistem Pendukung Keluarga

109
Dalam keluarga memiliki sistem pendukung yang baik ketika

ada anggota keluarga yang sakit saling mendukung untuk

memeriksakan kesehatan di puskesmas.

d. Struktur Keluarga

1) Pola Komunikasi keluarga

Dalam keluarga Tn. I saling terbuka satu sama lain. Dalam

permasalahan yang dihadapi selalu dibicarakan dengan Ny. R.

2) Struktur Kekuatan Keluarga

Keluarga Tn. I saling menghargai satu sama lain, saling

membantu serta saling mendukung dan apabila ada masalah Ny. R

diskusi dengan suami dan meminta nasihat kepadanya.

3) Struktur Peran

a) Tn. I

Dalam keluarga Tn.I berperan sebagai suami bagi istrinya

dan sebagai ayah bagi anaknya serta sebagai pencari nafkah

dengan bertani.

b) Ny.R

Dalam keluarga Ny.R berperan sebagai seorang istri dan ibu

serta sebagai ibu rumah tangga.

c) An. N

Dalam keluarga An.N berperan sebagai anak yang menjadi

penyemangat bagi orang tuanya.

110
4) Nilai dan Norma Keluarga

Dalam keluarga Tn. I menerapkan aturan-aturan sesuai dengan

ajaran agama islam dan mengharapkan anaknya kelak dapat menjadi

anak yang sholeha, dan dalam keluarga diterapkan hidup bersih

sebelum makan mencuci tangan.

e. Fungsi Keluarga

1) Fungsi Afektif

Dalam keluarga menjalin hubungan yang baik sehingga

tercipta suasana saling mengerti, dan saling menyayangi. Dalam

anggota keluarga saling bertanggung jawab dengan peran masing-

masing dalam keluarga.

2) Fungsi Sosialisasi

Keluarga Tn.I menekankan perlunya berhubungan dengan

orang lain, mereka membiasakan anaknya bermain dengan teman-

temannya.

3) Fungsi Reproduksi

Dalam keluarga Tn. I memiliki 1 orang anak, tidak

merencanakan jumlah anak, dan metode yang digunakan dalam

mengendalikan jumlah anak dengan Ny.R menggunakan kontrasepsi

KB jenis suntik.

111
4) Fungsi Ekonomi

Kurang baik, pendapatan keluarga yang didapatkan dari hasil

bertani suami dan yang didapatkan dicukupkan untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari.

5) Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga

a) Kemampuan keluarga mengenal masalah

Kurang baik, keluarga tidak tau apa itu ISPA, apa saja

faktor penyebabnya, serta cara mencegah terjadinya ISPA.

b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan

yang tepat

Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan cukup baik.

c) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

Kurang baik, keluarga belum mengerti bagaimna cara

merawat keluarga yang sedang sakit, keluarga hanya mengetahui

ketika sakit langsung diberi obat namun dalam proses

penyembuhan dapat diperbaiki di dalam pola makanan yang

sehat.

d) Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan/ memelihara

lingkungan yang sehat untuk perawatan anggota keluarga yang

sakit

112
Keluarga Tn.I selalu menjaga kebersihan rumah namun

Tn.I mengatakan sering lupa menjauhkan asap rokok dari anaknya

ketika sedang merokok.

e) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan

di masyarakat

Cukup baik, keluarga mengatakan ketika ada anggota

keluarga yang sakit tidak langsung memeriksakan diri ke

puskesmas namun hanya mengkonsumsi obat warung saja atau

mengambil obat pada perawat terdekat, namun ketika penyakit

sudah parah baru memeriksakan diri ke puskesmas.

f. Stres Dan Koping Keluarga

1) Stressor jangka pendek dan jangka panjang

a) Stressor jangka pendek (< 6 bln)

Keluarga mengatakan sangat cemas terhadap anaknya karena

penyakit anaknya tidak sembuh-sembuh.

b) Stressor jangka panjang (> 6 bln)

Klien tidak memiliki stres dalam jangka panjang.

2) Respon keluarga terhadap stressor dan Mekanisme Koping yang

digunakan

a) Respon keluarga terhadap stressor

Jika ada masalah dalam keluarga biasanya mereka mencoba

mandiri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya

113
bersama.

b) Strategi koping yang digunakan

Ny.R mendiskusikan setiap ada masalah pada Tn.I sehingga

masukan atau solusi yang diberikan dapat membantu

menyelesaikan masalahnya.

3) Strategi adaptasi disfungsional

Dari hasil pengkajian yang dilakukan tidak adanya cara-cara

keluarga mengatasi masalah secara mal adaftif.

g. Pemeriksaan Fisik

Data Tn. I Ny. R An. N

TTV
- TD 120/80mmhg 100/70mmhg -
- Nadi 80 76 92
- Respirasi 18 20 26
0 0
- Suhu 36,5 36,2 C 37,50C
Kepala:
- Bentuk Simetris Simetris Simetris
- Rambut Hitam Hitam Hitam
- Kulit Kepala Bersih Bersih Bersih
Mata:
- Sclera
- Kongjungtiva Tidak Tidak Anemis
- Palpebra anemi anemi
- Fungsi Baik Baik Baik
Telinga :
- Bentuk Simetris Simetris Simetris
- Keadaan Bersih Bersih Bersih
- Fungsi Normal Normal Normal
Hidung
- Bentuk Simetris Simetris Simetris
- Keadaan Bersih Bersih Terdapat
sekret
- Fungsi Normal Normal Normal

114
Mulut:
- Gigi Lengkap Lengkap Lengkap
- Fungsi Baik Baik Baik
Menelan
Leher
- Pembesaran
kelenjar tiroid Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Dada:
- Bentuk Simetris Simetris Simetris
- Suara paru Vesikuler vesikuler Ronchi
- Bunyi jantung
Abdomen:
- Bentuk Simetris Simetris Simetris
- Nyeri Tekan Tidak Tidak Tidak
ada ada ada
Ekstremitas
- Oedema Tidak Tidak Tidak
- Kotrak-tur ada ada ada
- Gerakan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Integumen:
- Turgor Elastis Elastis Elastis
- Keadaan Normal Normal Normal
- Kuku Bersih Bersih Bersih

h. Harapan Keluarga

Keluarga memiliki harapan untuk meningkatkan kesejahteraan

mereka dan dapat menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang pendidikan

yang lebih tinggi dari mereka. Selain itu harapan keluarga dengan adanya

mahasiswa yang melakukan praktek keluarga dapat memiliki

pengetahuan lebih tentang penyakit yang sedang di alami, pentingnya

menjaga kesehatan dan lingkungan serta berharap sangat membantu

keluarga mencegah penyakit.

115
2. Analisa Data

Data Masalah

DS: Ketidakefektifan Bersihan Jalan


- Ny. R mengatakan anaknya Nafas
batuk berdahak dan pilek
sejak 1 minggu yang lalu
DO:
- An. N tampak lemas
- An. N terdengar suara serak
- An. N tampak rewel
- An. N tampak sesak napas
- TTV= N: 92 x/menit
R: 26 x/menit
S: 37,5 C

DS: Defisit Pengetahuan


- Keluarga Tn.I mengatakan
kurang mengetahui tentang
ISPA dan cara
pencegahannya

- Keluarga Tn.I
mengatakan cemas
terhadap penyakit yang di
derita anaknya.

DO:
- Keluarga Tn. I banyak
bertanya tentang ISPA

- Keluarga Tn. I tampak


cemas
DS: Perilaku Kesehatan Cenderung
- Ny. R mengatakan bahwa Beresiko
Tn. I selalu merokok di
dekat anaknya
DO:
- Tn.I tampak merokok

116
2. Skala Prioritas Masalah

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

No Kriteria Perhitungan Bobot Pembenaran


1. Sifat
masalah:
- Aktual (tidak/ 3
kurang sehat)
- Ancaman 2 1 3/3 x 1 = 1
kesehatan
- Keadaan 1
sejahtera
2. Kemungkinan
masalah dapat
diubah:
- Mudah 2
- Sebagian 1 2 2/2 x 2 = 2
- Tidak dapat 0
3. Potensial
pencegahan:
- Tinggi 3 1/3 x 3 = 1/3
- Cukup 2 1
- Rendah 1
4. Menonjolnya
masalah:
- masalah berat
harus segera 2
ditangani
- ada masalah
tapi tidak perlu 1 1 2/2 x 1 = 1
segera
ditangani
- masalah tidak 0
dirasakan
Jumlah Skor = 4 1/3

117
b. Defisit pengetahuan

No Kriteria Perhitungan Bobot Pembenaran


1. Sifat
masalah:
- Aktual (tidak/ 3
kurang sehat)
- Ancaman 2 1 3/3 x 1 = 1
kesehatan
- Keadaan 1
sejahtera
2. Kemungkinan
masalah dapat
diubah:
- Mudah 2
- Sebagian 1 2 1/2 x 2 = 1
- Tidak dapat 0
3. Potensial
pencegahan:
- Tinggi 3 1/3 x 3 = 1/3
- Cukup 2 1
- Rendah 1
4. Menonjolnya
masalah:
- masalah berat
harus segera 2
ditangani
- ada masalah
tapi tidak perlu 1 1 2/2 x 1 = 1
segera
ditangani
- masalah tidak 0
dirasakan
Jumlah Skor = 3 1/3

118
c. Perilaku kesehatan cenderung beresiko

3. Rumusan Diagnosa Keperawatan

119
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas pada keluarga Tn.I khususnya An.N

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah ditandai

dengan Ny. R mengatakan anaknya batuk berdahak dan pilek sejak 1 minggu

yang lalu, An. N nampak lemas, An.N terdengar suara serak, An.N nampak

rewel, nampak mata memerah dan An.N nampak sesak napas.

b. Defisit pengetahuan pada keluarga Tn.I berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah ditandai dengan Keluarga Tn.I

mengatakan cemas terhadap penyakit yang di derita anaknya, keluarga Tn.I

nampak bertanya-tanya, keluarga Tn. I nampak cemas.

c. Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada keluarga Tn.I khususnya Tn.I

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam menciptakan

lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan ditandai dengan Ny. R

mengatakan bahwa Tn. I selalu merokok di dekat anaknya dan Tn.I tampak

merokok

4. Intervensi Keperawatan

120
No. Diagnosa Tujuan Rencana

1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda- tanda


bersihan jalan napas keperawatan 3x 4 jam vital klien
pada keluarga Tn.I diharapkan ketidakefektifan 2. Monitor status
khususnya An.N bersihan jalan nafas klien pernapasan
berhubungan dengan teratasi dengan kriteria hasil: 3. Ajarkan batuk efektif
ketidakmampuan dan relaksasi nafas
keluarga mengenal 1. Mendemostrasikan dalam
masalah batuk efektif dan suara 4. Berikan terapi uap
nafas yang bersih. seperti nebulizer atau
2. Mampu mengeluarkan terapi uap sederhana
sputum dan mampu
bernafas dengan
mudah.
3. Menunjukkan jalan
napas yang paten,
tidak ada suara napas
abnormal.

2. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pengetahuan


pada keluarga Tn.I keperawatan 3x 4 jam keluarga tentang
berhubungan dengan diharapkan defisit ISPA
ketidakmampuan pengetahuan keluarga klien 2. Berikan penyuluhan
keluarga mengenal teratasi dengan kriteria Hasil: tentang ISPA
masalah 3. Berikan umpan
1. Pasien dan keluarga balik berupa
menyatakan pertanyaan seputar
pemahaman tentang ISPA
penyakit, kondisi, 4. Ajarkan keluarga
prognosis dan program untuk melakukan
pengobatan. inhalasi uap
2. Pasien dan keluarga sederhana di rumah
mampu melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara
benar.

3. Perilaku kesehatan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pengetahuan


cenderung beresiko keperawatan 3x24 jam keluarga tentang
pada keluarga Tn.I diharapkan perilaku pentingnya tidak
khususnya Tn.I kesehatan cenderung beresiko merokok di
berhubungan dengan pada klien teratasi dengan

121
ketidakmampuan Kriteria Hasil: lingkungan rumah
keluarga dalam 2. Berikan penyuluhan
menciptakan 1. Keluarga memahami tentang pentingnya
lingkungan yang dapat tentang pentingnya tidak merokok di
meningkatkan tidak merokok rumah
kesehatan 3. Berikan umpan
balik berupa
pertanyaan tentang
pentingnya tidak
merokok

6. Implementasi Keperawatan

No Hari D Implementasi Respon Hasil Paraf


/tgl X

1 12 I 1. Memonitor tanda- 1. TTV:


April tanda vital klien N: 92 x/mnt
2020 R: 26 x/mnt
10.00 S: 37,5 C
2. Memonitor status 2. Klien terlihat
pernapasan klien sedikit kesulitan
bernafas karena
adanya sekret di
10.10 hidung
3. Mengajarkan klien 3. Klien tampak
batuk efektif belum mau
mengikuti
tindakan
10.25
4. Memberikan terapi 4. Klien masih
inhalasi uap sederhana takut ketika
a. Tahap Pra Interaksi dilakukan
1) Mencuci tangan tindakan dan
2) Menyiapkan alat RR = 26 x/menit
b. Tahap Orientasi
1) Memberikan
salam dan sapa
pada pasien
2) Menjelaskan
tujuan dan
prosedur

122
pelaksanaan
3) Menanyakan
persetujuan/
kesiapan pasien
c. Tahap Kerja
1) Menjaga privacy
klien
2) Mencuci tangan
3) Mengatur klien
dalam posisi
duduk
4) Menempatkan
meja/ troly di
depan pasien
5) Meletakkan gelas,
botol berisi air
panas di atas meja
klien yang diberi
pengalas
6) Mengukur suhu air
menggunakan
thermometer
dengan suhu
sekitar 42-44ᵒC
7) Tuangkan air
hangat ke dalam
gelas/ baskom
kecil dan
tambahkan 10 tetes
aroma terapi
(minyak kayu
putih)
8) Gunakan corong
atau handuk untuk
memaksimalkan
uap terhirup oleh
pasien
9) Berikan inhalasi
uap sederhana ke
pasien 5-10 menit
10) Merapikan pasien
d. Tahap Terminasi
1) Melakukan
evaluasi tindakan

123
2) Berpamitan
dengan
pasien/keluarga
3) Membereskan alat
4) Mencuci tangan
5) Mencatat kegiatan
dalam lembar
catatan
keperawatan

17.00 5. Memberikan terapi 5. Sesak klien


inhalasi uap sederhana berkurang
a. Tahap Pra Interaksi dengan RR= 25
1) Mencuci tangan x/mnt
2) Menyiapkan alat
b. Tahap Orientasi
1) Memberikan
salam dan sapa
pada pasien
2) Menjelaskan
tujuan dan
prosedur
pelaksanaan
3) Menanyakan
persetujuan/
kesiapan pasien
c. Tahap Kerja
1) Menjaga privacy
klien
2) Mencuci tangan
3) Mengatur klien
dalam posisi
duduk
4) Menempatkan
meja/ troly di
depan pasien
5) Meletakkan gelas,
botol berisi air
panas di atas meja
klien yang diberi
pengalas
6) Mengukur suhu
air menggunakan
thermometer

124
dengan suhu
sekitar 42-44ᵒC
7) Tuangkan air
hangat ke dalam
gelas/ baskom
kecil dan
tambahkan 10
tetes aroma terapi
(minyak kayu
putih)
8) Gunakan corong
atau handuk
untuk
memaksimalkan
uap terhirup oleh
pasien
9) Berikan inhalasi
uap sederhana ke
pasien 5-10 menit
10) Merapikan pasien
d. Tahap Terminasi
1) Melakukan
evaluasi tindakan
2) Berpamitan
dengan
pasien/keluarga
3) Membereskan
alat
4) Mencuci tangan
5) Mencatat
kegiatan dalam
lembar catatan
keperawatan

17.15 II 6. Mengkaji pengetahuan 6. Keluarga hanya


keluarga tentang ISPA mengetahui
bahwa anaknya
mengalami batuk
dan pilek
17.20 7. Memberikan
penyuluhan tentang 7. Keluarga tampak
ISPA memperhatikan

8. Keluarga dapat

125
17.30 8. Memberikan umpan menjelaskan
balik berupa pengertian
pertanyaan ( pengertian ISPA dengan
ISPA) bahasanya
sendiri
9. Keluarga
17.40 9. Mengajarkan keluarga tampak
cara melakukan terapi memperhatikan
inhalasi uap sederhana
secara mandiri di
rumah

17.45 III 10. Mengkaji pengetahuan 10. Tn. I


keluarga tentang mengatakan
pentingnya tidak jika sesekali
merokok di lingkungan merokok tidak
rumah masalah

17.50 11. Memberikan 11. Tn.I tampak


penyuluhan tentang memperhatikan
pentingnya tidak
merokok di lingkungan
rumah
18.00 12. Memberikan umpan 12. Tn. I dapat
balik berupa menyebutkan 3
pertanyaan ( Bahaya dari 6 bahaya
merokok) merokok

2. 13 I 1. Memonitor tanda- 1. TTV:


April tanda vital klien N: 94 x/mnt
2020 R: 25 x/mnt
S: 37ᵒC
10.00 2. Memonitor status 2. Klien masih
pernapasan klien terlihat sedikit
sesak karena
adanya sekret di
10.10 hidung
3. Mengajarkan klien 3. Klien mau
batuk efektif melakukan di
dampingi ibunya
10.20
4. Memberikan terapi 4. Klien terlihat
inhalasi uap sederhana nyaman saat
a. Tahap Pra bernapas, sesak

126
Interaksi klien berkurang
1) Mencuci tangan
2) Menyiapkan
alat
b. Tahap Orientasi
1) Memberikan
salam dan sapa
pada pasien
2) Menjelaskan
tujuan dan
prosedur
pelaksanaan
3) Menanyakan
persetujuan/
kesiapan pasien
c. Tahap Kerja
1) Menjaga privacy
klien
2) Mencuci tangan
3) Mengatur klien
dalam posisi
duduk
4) Menempatkan
meja/ troly di
depan pasien
5) Meletakkan
gelas, botol
berisi air panas
di atas meja
klien yang diberi
pengalas
6) Mengukur suhu
air menggunakan
thermometer
dengan suhu
sekitar 42-44ᵒC
7) Tuangkan air
hangat ke dalam
gelas/ baskom
kecil dan
tambahkan 10
tetes aroma
terapi (minyak
kayu putih)

127
8) Gunakan corong
atau handuk
untuk 5. Keluarga tampak
memaksimalkan memperhatikan
uap terhirup oleh
pasien 6. Keluarga dapat
9) Berikan inhalasi menyebutkan 3
uap sederhana ke dari 6 tanda-
pasien 5-10 tanda ISPA
menit
10) Merapikan
pasien 7. Keluarga
d. Tahap Terminasi melakukan terapi
1) Melakukan inhalasi kepada
evaluasi anaknya dengan
tindakan didampingi
2) Berpamitan mahasiswa, RR
dengan klien = 23x/mnt
pasien/keluarga
3) Membereskan 8. Tn.I tampak
alat memperhatikan
4) Mencuci tangan
5) Mencatat
kegiatan dalam
lembar catatan 9. Tn.I dapat
keperawatan menyebutkan 3
10.45 II dari 6 alasan
5. Memberikan mengapa harus
penyuluhan tentang berhenti
10.55 ISPA

6. Memberikan umpan
balik berupa
pertanyaan ( Tanda-
tanda ISPA)
17.00
7. Menganjurkan
keluarga
mempraktekkan
sendiri cara
melakukan terapi
inhalasi uap sederhana
di rumah
17.15 III

128
8. Memberikan
penyuluhan tentang
pentingnya tidak
merokok di
17.25 lingkungan rumah
9. Memberikan umpan
balik berupa
pertanyaan ( alasan
mengapa harus
berhenti merokok)
1.
3. 14 I 1. Memonitor tanda- 1. TTV:
April tanda vital klien N: 90 x/mnt
2020 RR: 24
x/mnt
S: 36,8ᵒC
09.30 2. Memonitor status 2. Ibu klien
pernapasan klien mengatakan
sekret anaknya
sudah
berkurang dan
sesak anaknya
berkurang
09.35 3. Mengajarkan klien 3. Klien mau
batuk efektif melakukan
didampingi
ibunya

09.45 4. Memberikan terapi 4. Sesak klien


inhalasi uap sederhana berkurang
a. Tahap Pra dengan RR =
Interaksi 24x/mnt
1) Mencuci tangan
2) Menyiapkan
alat
b. Tahap Orientasi
1) Memberikan
salam dan sapa
pada pasien
2) Menjelaskan
tujuan dan
prosedur
pelaksanaan
3) Menanyakan

129
persetujuan/
kesiapan pasien
c. Tahap Kerja
1) Menjaga privacy
klien
2) Mencuci tangan
3) Mengatur klien
dalam posisi
duduk
4) Menempatkan
meja/ troly di
depan pasien
5) Meletakkan
gelas, botol
berisi air panas
di atas meja
klien yang diberi
pengalas
6) Mengukur suhu
air menggunakan
thermometer
dengan suhu
sekitar 42-44ᵒC
7) Tuangkan air
hangat ke dalam
gelas/ baskom
kecil dan
tambahkan 10
tetes aroma
terapi (minyak
kayu putih)
8) Gunakan corong
atau handuk
untuk
memaksimalkan
uap terhirup oleh
pasien
9) Berikan inhalasi
uap sederhana ke
pasien 5-10
menit
10) Merapikan
pasien
d. Tahap Terminasi

130
1) Melakukan
evaluasi tindakan
2) Berpamitan
dengan
pasien/keluarga
3) Membereskan
alat
4) Mencuci tangan
5) Mencatat
kegiatan dalam
lembar catatan
keperawatan
10.10 II 5. Keluarga
5. Memberikan tampak
penyuluhan tentang memperhatikan
ISPA
10.20 6. Keluarga dapat
6. Memberikan umpan menyebutkan
balik berupa pencegahan
pertanyaan ISPA
( Pencegahan ISPA)
16.30 7. Keluarga dapat
7. Mengajarkan keluarga melakukan
cara melakukan terapi secara mandiri,
inhalasi uap sederhana sesak klien
secara mandiri di berkurang
rumah dengan RR=
22x/mnt

16.45 III 8. Keluarga


8. Memberikan tampak
penyuluhan tentang memperhatikan
pentingnya tidak
merokok di
16.50 lingkungan rumah 9. Tn.I dapat
9. Memberikan umpan menyebutkan 3
balik berupa dari 7 cara
pertanyaan ( cara berhenti
berhenti merokok) merokok
7. Evaluasi

No. DX Hari/ Tgl Evaluasi Paraf

1. I 14 April S:

131
2020 - Ibu klien mengatakan sekret
anaknya sudah berkurang
17.00
O:
- Klien mau diberikan terapi inhalasi
uap sederhana
- Klien dapat melakukan batuk efektif
dengan didampingi ibunya
- Sesak klien berkurang
- TTV:
N: 90 x/mnt
RR: 22 x/mnt
S: 36,8ᵒC

A: Masalah Teratasi Sebagian

P: Intervensi dilanjutkan
- Berikan terapi inhalasi uap sederhana
secara mandiri
- Lakukan batuk efektif jika diperlukan

2. II 14 April S:
2020 - Keluarga dapat menyebutkan pengertian
ISPA dengan bahasanya sendiri
17.00 - Keluarga dapat menyebutkan tanda-tanda
ISPA seperti demam, batuk, pilek dan
tidak nafsu makan
- Keluarga dapat menyebutkan pencegahan
ISPA seperti menjag kebersihan
lingkungan, menjaga gizi anak tetap baik
dan tidak merokok

O:
- Keluarga dapat melakukan terapi inhalasi
uap sederhana dengan mandiri

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

132
3. III 14 April S:
2020 - Tn.I dapat menyebutkan bahaya dari
merokok seperti menyebabkan
17.00 penyakit berbahaya, kecanduan dan
menggangu pernapasan
- Tn.I dapat menyebutkan alasan
mengapa harus berhenti merokok
seperti mengurangi resiko menderita
penyakit dan menjadi lebih sehat
- Tn.I dapat menyebutkan cara berhenti
merokok seperti hindari pergaulan
merokok dan lakukan aktivitas lainnya

O:
- Tn.I tampak mengerti

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

Lampiran 4

Tabel 5. SOP Pemberian Inhalasi Uap Sederhana


(Nani, Desiyani, 2012)

SOP PEMBERIAN INHALASI UAP SEDERHANA


Pengertian Pemberian inhalasi uap sederhana yaitu memberikan obat
dengan cara dihirup dalam bentuk uap ke dalam saluran
pernafasan yang dilakukan dengan bahan dan cara yang
sederhana serta dapat dilakukan dalam lingkungan keluarga.

Tujuan 1. Mengencerkan sekret agar mudah keluar


2. Melonggarkan jalan nafas

Peralatan 1. Air hangat


2. Botol air mineral 600ml
3. Gelas
4. Aroma terapi seperti minyak kayu putih
5. Baskom/mangkuk
6. Thermometer untuk mengukur suhu air

133
Kebijakan Bahwa semua pasien yang mengalami gangguan bersihan
jalan nafas dengan dapat diberikan terapi inhalasi uap
sederhana.

Prosedur Waktu yang dibutuhkan untuk menjelaskan dan melakukan


pemberian terapi inhalasi uap sederhana yaitu 5-10 menit
yang akan dilakukan 2 kali sehari dalam 3 kali kunjungan.
Pasien/ keluarga diminta untuk memperhatikan cara
menggunakan terapi inhalasi uap sederhana.
1. Tahap Pra Interaksi
a. Mencuci tangan
b. Menyiapkan alat
2. Tahap Orientasi
a. Memberikan salam dan sapa pada pasien
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
c. Menanyakan persetujuan/ kesiapan pasien
3. Tahap Kerja
a. Menjaga privacy klien
b. Mencuci tangan
c. Mengatur klien dalam posisi duduk
d. Menempatkan meja/ troly di depan pasien
e. Meletakkan gelas, botol berisi air panas di atas meja
klien yang diberi pengalas
f. Mengukur suhu air menggunakan thermometer
dengan suhu sekitar 42-44ᵒC
g. Tuangkan air hangat ke dalam gelas/ baskom kecil
dan tambahkan 10 tetes aroma terapi (minyak kayu
putih)
h. Gunakan corong atau handuk untuk memaksimalkan
uap terhirup oleh pasien
i. Berikan inhalasi uap sederhana ke pasien 5-10 menit
j. Merapikan pasien
4. Tahap Terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan
b. Berpamitan dengan pasien/keluarga
c. Membereskan alat
d. Mencuci tangan
e. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan

134
135
Lampiran 5

CHECKLIST BATUK EFEKTIF


Nama :.................................................... No. Mhs :........................................

Nilai
Aspek yang dinilai
0 1 2
Definisi :
Batuk efektif merupakan latihan batuk untuk mengeluarkan
sekret (sputum).
Tujuan :
a) Merangsang terbukanya system kolateral.
b) Meningkatkan distribusi ventilasi.
c) Meningkatkan volume paru
d) Memfasilitasi pembersihan saluran napas

Indikasi :
 COPD/PPOK,
 Emphysema,
 Fibrosis,
 Asma,
 Chest infection,
 Pasien bedrest, atau
 Post operasi

Persiapan Alat :
 Sputum pot
 Lisol 2-3%
 Handuk pengalas
 Peniti
 Bantal (jika dperlukan)
 Tisu
 Bengkok

Tahap Pre interaksi


1. Cuci tangan
2. Siapkan alat-alat
Tahap orientasi
1. Memberi salam, panggil klien dengan panggilan yang
disenangi
2. Memperkaenalkan nama perawat
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau
keluarga

136
4. Menjelaskan tentang kerahasiaan
Tahap kerja
1. Atur posisi yang nyaman bagi klien dengan posisi
setengah duduk di tempat tidur atau dengan lying
position (posisi berbaring) di tempat tidur dengan
satu bantal.
2. Fleksikan lutut klien untuk merilekskan otot
abdomen.
3. Tempatkan satu atau dua tangan pada abdomen,tepat
dibawah tulang iga.
4. Tarik nafas dalam melalui hidung ,jaga mulut tetap
tertutup. Hitung sampai 3 selama inspirasi.
5. Hembuskan napas lewat bibir,seperti meniup dan
ekspirasi secara perlahan dan kuat sehingga
terbentuk suara hembusan tanpa menggembungkan
dari pipi.
6. Batukkan 2 kali, batuk pertama untuk melepaskan
mucus dan batuk kedua untuk mengeluarkan sekret.
Jika klien merasa nyeri dada pada saat batuk, tekan
dada dengan bantal.
7. Tampung sekret pada sputum pot yang berisi lisol.
8. Untuk batuk menghembus, sedikit maju ke depan
dan ekspirasi kuat dengan suara “hembusan”.
Teknik ini menjaga jalan napas terbuka ketika
sekresi bergerak ke atas dan keluar paru.
9. Inspirasi dengan napas pendek cepat secara
bergantian (menghirup) untuk mencegah mucus
bergerak kembali ke jalan napas yang sempit.
10. Istirahat.
11. Hindari baruk yang terlalu lama karena dapat
menyebabkan kelelahan dan hipoksia.
12. Cuci tangan.
Tahap terminasi
1. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah
dilakukan kegiatan
2. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
3. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
4. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan kelien
Tahap dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan
Keterangan :

0 = Tidak dikerjakan

1 = Dikerjakan dengan lengkap/ tidak sempurna

137
2 = Dikerjakan dengan benar/ sempurna

Lampiran 6

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

Topik                           : ISPA

Pokok bahasan            : ISPA

Sub pokok bahasan     : Pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan pencegahan

Sasaran                        : Keluarga

Waktu pertemuan        :  1 x 15 menit

Analisis Situasi : Tempat : Rumah klien

Penerangan : Cukup

Ukuran tempat : Luas

A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah mengikuti penyuluhan selama 15 menit keluarga diharapkan mampu

memahami tentang ISPA.

B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah dilakukan proses penyuluhan selama 15 menit keluarga diharapkan

mampu:

1. Menyebutkan pengertian ISPA

138
2. Menyebutkan tanda dan gejala ISPA

3. Menyebutkan penyebab ISPA

4. Menyebutkan pencegahan ISPA

C. Materi Penyuluhan (Terlampir)

1. Pengertian ISPA

2. Tanda dan gejala ISPA

3. Penyebab ISPA

4. Pencegahan ISPA

D. Uraian Kegiatan Penyuluhan

No. WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA


1. 2 Pembukaan :
menit - Membuka kegiatan dengan- Menjawab salam
mengucapkan salam.
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan tujuan dari- Mendengarkan
penyuluhan - Memperhatikan
- Menyebutkan materi yang
akan diberikan - Memperhatikan

2. 10 Pelaksanaan :
menit - Menjelaskan pengertian
   - Mendengarkan &
ISPA memperhatikan
- Menjelaskan tanda dan - Mendengarkan &
gejala ISPA memperhatikan
- Memberikan kesempatan - Bertanya
audiens bertanya
- Menjelaskan penyebab
ISPA - Mendengarkan &
- Menjelaskan pencegahan memperhatikan
ISPA - Mendengarkan &
memperhatikan

3. 2 Evaluasi :

139
menit - Menanyakan kepada
     - Menjawab pertanyaan
peserta tentang materi
yang telah diberikan, dan
reinforcement kepada
yang dapat menjawab
pertanyaan.
- mengucapkan terimakasih - Mendengarkan
atas peran serta peserta.
- Mengucapkan salam
penutup - Menjawab salam

E.   Alat dan Media Pengajaran

 Media: - Leaflet

F. Evaluasi Hasil Pengajaran

Metode            : Tanya jawab / Lisan

Instrumen        : Warga dapat menjawab pertanyaan mahasiswa sebagai penyuluh

dengan kriteria:

1. Sebanyak 80% keluarga dapat menyebutkan pengertian ISPA dengan

bahasanya sendiri.

2. Sebanyak 80% keluarga mampu menyebutkan apa saja tanda dan gejala

ISPA.

3. Sebanyak 80% keluarga mampu menyebutkan penyebab ISPA.

4. Sebanyak 80% keluarga mampu menyebutkan cara pencegahan ISPA

140
MATERI SATUAN ACARA PENYULUHAN

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

A. Pengertian

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi saluran

pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Saluran pernapasan meliputi

organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ

disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) meliputi saluran pernapasan

bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.Sebagian besar dari infeksi

saluran pernapasan bersifat ringan, misalnya batuk pilek dan tidak

memerlukan pengobatan dengan antibiotik.Namun demikian jangan dianggap

enteng, bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat

menyebabkan anak menderita pneumoni yang dapat berujung pada kematian.

B. Tanda dan Gejala

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) disebabkan oleh virus atau

kuman golongan streptococus, stapilococus, haemophylus influenzae,

clamydia trachomatis, mycoplasma, dan pneumokokus yang menyerang dan

menginflamasi saluran pernafasan (hidung, pharing, laring) dan memiliki

manifestasi klinis seperti batuk, bersin, pengeluaran mucus atau sekret, sakit

kepala, demam, sesak dan malaise.

141
C. Penyebab ISPA

Penyakit ISPA disebabkan oleh virus dan bakteri yang disebarkan

melalui saluran pernafasan yang kemudian dihirup dan masuk ke dalam tubuh,

sehingga menyebabkan respon pertahanan bergerak yang kemudian masuk

dan menempel pada saluran pernafasan yang menyebabkan reaksi imun

menurun dan dapat menginfeksi saluran pernafasan yang mengakibatkan

sekresi mucus meningkat dan mengakibatkan saluran nafas tersumbat dan

mengakibatkan sesak nafas dan batuk produktif.

D. Pencegahan ISPA

Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :

1) Upaya pencegahan

a. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.

b. Immunisasi.

c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.

d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA

2) Pengobatan dan perawatan

a. Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari

b. Meningkatkan makanan bergizi

c. Bila demam beri kompres dan banyak minum

d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan

sapu tangan yang bersih

142
e. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis

tidak terlalu ketat.

f. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak

tersebut masih menetek.

3) Pengobatan antara lain :

a) Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau

dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera

dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari.

Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian

digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan

menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).

b) Mengatasi batuk, d ianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu

ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan

kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.

143
144
Lampiran 7

145
Lampiran 8

146
Lampiran 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENTINGNYA TIDAK MEROKOK

Topik                           : Pentingnya Tidak Merokok

Pokok bahasan            : Pentingnya Tidak Merokok

Sub pokok bahasan     : Pengertian, kandungan rokok, tipe perokok, bahaya merokok

dan upaya pencegahan.

Sasaran                        : Keluarga

Waktu pertemuan        :  1 x 15 menit

Analisis Situasi : Tempat : Rumah klien

Penerangan : Cukup

Ukuran tempat : Luas

A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah mengikuti penyuluhan selama 15 menit keluarga diharapkan mampu

memahami tentang pentingnya tidak merokok.

B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah dilakukan proses penyuluhan selama 15 menit keluarga diharapkan

mampu:

1. Menyebutkan pengertian rokok

147
2. Menyebutkan apa saja yang terkandung dalam rokok

3. Menyebutkan tipe perokok

4. Menyebutkan bahaya merokok

5. Menyebutkan upaya pencegahan

C. Materi Penyuluhan (Terlampir)

1. Pengertian rokok

2. Kandungan rokok

3. Tipe perokok

4. Bahaya merokok

5. Upaya pencegahan

D. Uraian Kegiatan Penyuluhan

No. WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA


1. 2 Pembukaan :
menit - Membuka kegiatan dengan- Menjawab salam
mengucapkan salam.
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan tujuan dari- Mendengarkan
penyuluhan - Memperhatikan
- Menyebutkan materi yang
akan diberikan - Memperhatikan

2. 10 Pelaksanaan :
menit - Menjelaskan pengertian
   - Mendengarkan &
rokok memperhatikan
- Menjelaskan kandungan - Mendengarkan &
yang terdapat dalam rokok memperhatikan
- Memberikan kesempatan
audiens bertanya - Bertanya
- Menjelaskan tipe perokok
- Menjelaskan bahaya dari
merokok - Mendengarkan &
- Menjelaskan upaya memperhatikan

148
pencegahan - Mendengarkan &
memperhatikan
- Mendengarkan &
memperhatikan

3. 2 Evaluasi :
menit - Menanyakan kepada
     - Menjawab pertanyaan
peserta tentang materi
yang telah diberikan, dan
reinforcement kepada
yang dapat menjawab
pertanyaan.
- mengucapkan terimakasih - Mendengarkan
atas peran serta peserta.
- Mengucapkan salam
penutup - Menjawab salam

E. Alat dan Media Pengajaran

 Media: - Leaflet

F. Evaluasi Hasil Pengajaran

Metode            : Tanya jawab / Lisan

Instrumen        : Warga dapat menjawab pertanyaan mahasiswa sebagai penyuluh

dengan kriteria:

1. Sebanyak 80% keluarga dapat menyebutkan pengertian rokok dengan

bahasanya sendiri.

2. Sebanyak 80% keluarga mampu menyebutkan apa saja kandungan dalam

rokok.

3. Sebanyak 80% keluarga mampu menyebutkan tipe perokok

4. Sebanyak 80% keluarga mampu menyebutkan bahaya merokok

2. Sebanyak 80% keluarga mampu menyebutkan upaya pencegahan

149
G. Referensi

Bahan Kuliah II Kesehatan Reproduksi: Reproductive Health Program Faculty Of

Public Health University Indonesia

MATERI SATUAN ACARA PENYULUHAN

150
PENTINGNYA TIDAK MEROKOK

A. Pengertian Rokok

Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan

mengakibatkan bahaya kesehatan bagi diri sendiri maupun masyarakat, oleh

karena itu diperlukan berbagai kegiatan pengamanan rokok bagi kesehatan.

Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk

lainnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.

B. Kandungan Rokok

1. Karbon Monoksida

Adalah sejenis gas yang tidak berbau. Unsur ini dihasilkan oleh

pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Zat ini

sangat beracun, racun karbon monoksida membuat seseorang gampang

capek dan gerogi.

2. Nikotin

Adalah cairan berminyak yang tidak berwarna dan dapat membuat rasa

perih yang sangat. Nikotin ini menghalangi kontraksi rasa lapar, itu

sebabnya seseorang bisa merasakan tidak lapar karena merokok.

3. Ammonia

Adalah gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan hydrogen.

Zat ini sangat tajam baunya dan sangat merangsang, sehingga kalau

disuntikkan sedikitpun ke dalam darah akan mengakibatkan seseorang

pingsan atau koma.

151
4. Hydrogen Cianida

Adalah sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak

mempunyai rasa. Zat ini sangat efisien untuk menghalangi pernapasan.

Sianida adalah salah satu zat yang mengandung racun yang berbahaya,

sedikit saja dimasukkan ke dalam tubuh dapat mengakibatkan kematian.

5. Formaldehyde

Adalah sejenis gas yang tidak berwarna dengan bau yang tajam. Gas ini

tergolong pengawet dan pembasmi hama yang beracun.

6. Tar

Zat ini sejenis cairan kental berwarna cokelat tua atau hitam yang

diperoleh dengan cara distilasi dari kayu atau arang. Terdapat dalam rokok

yang terdiri dari ratusan bahan kimia yang dapat menyebabkan kanker

paru-paru.

7. Methanol

Adalah sejenis cairan ringan yang mudah menguap dan mudah terbakar.

Meminum atau menghisap methanol dapat mengakibatkan kebutaan

bahkan kematian.

C. Tipe Perokok

Menurut WHO ( 2013) tipe perokok dibagi 3 yaitu:

a. Perokok ringan : merokok 1- 10 batang per hari

b. Perokok sedang : merokok 11-20 batang per hari

c. Perokok berat : merokok lebih dari 20 batang per hari

D. Bahaya Rokok

152
Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti

merasa lebih jantan. Di balik kegunaan atau manfaat rokok yang secuil itu

terkandung bahaya yang sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang

di sekitar perokok yang bukan perokok. Dalam asap rokok terdapat 4000 zat

kimia yang berbahaya untuk kesehatan, dua diantaranya adalah nikotin yang

bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik ( Bahar, 2002).

Racun dan karsinogen yang timbul akibat pembakaran tembakau

dapat memicu kanker. Pada awalnya rokok mengandung 8-20 mg nikotin dan

setelah dibakar nikotin yang masuk kedalam sirkulasi darah hanya 25%.

Walaupun demikian jumlah kecil tersebut memiliki waktu hanya 15 detik

sampai ke otak manusia. Beberapa bahaya rokok diantaranya :

a. Rokok juga meningkatkan resiko kefatalan bagi penderita pneumonia

dan gagal jantung, serta tekanan darah tinggi.

b. Asap rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200

diantaranya beracun dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker

bagi tubuh. Beberapa zat yang sangat berbahaya yaitu tar, nikotin,

karbon monoksida, dsb.

c. Asap rokok yang baru mati di asbak mengandung tiga kali lipat bahan

pemicu kanker di udara dan 50 kali mengandung bahan pengeiritasi

mata dan pernapasan. Semakin pendek rokok semakin tinggi kadar

racun yang siap melayang ke udara. Suatu tempat yang dipenuhi polusi

asap rokok adalah tempat yang lebih berbahaya daripada polusi di

jalanan raya yang macet.

153
d. Seseorang yang mencoba merokok biasanya akan ketagihan karena

rokok bersifat candu yang sulit dilepaskan dalam kondisi apapun.

Seorang perokok berat akan memilih merokok daripada makan jika

uang yang dimilikinya terbatas.

e. Harga rokok yang mahal akan sangat memberatkan orang yang

tergolong miskin, sehingga dana kesejahteraan dan kesehatan

keluarganya sering dialihkan untuk membeli rokok. Rokok dengan

merk terkenal biasanya dimiliki oleh perusahaan rokok asing yang

berasal dari luar negeri, sehingga uang yang dibelanjakan perokok

sebagaian akan lari ke luar negeri yang mengurangi devisa negara.

Pabrik rokok yang mempekerjakan banyak buruh tidak akan mampu

meningkatkan taraf hidup pegawainya, sehingga apabila pabrik rokok

ditutup para buruh dapat dipekerjakan di tempat usaha lain yang lebih

kreatif dan mendatangkan devisa.

f. Sebagian perokok biasanya akan mengajak orang lain yang belum

merokok untuk merokok agar merasakan penderitaan yang sama

dengannya, yaitu terjebak dalam ketagihan asap rokok yang jahat.

Sebagian perokok juga ada yang secara sengaja merokok di tempat

umum agar asap rokok yang dihembuskan dapat terhirup orang lain,

sehingga orang lain akan terkena penyakit kanker.

g. Kegiatan yang merusak tubuh adalah perbuatan dosa, sehingga rokok

dapat dikategorikan sebagai benda atau barang haram yang harus

154
dihindari dan dijauhi sejauh mungkin. Ulama atau ahli agama yang

merokok mungkin akan memiliki persepsi yang berbeda dalam hal ini.

E. Alasan Seseorang Harus Berhenti/ tidak Perlu Merokok

1. Kemungkinan/ resiko anda untuk menderita serangan jantung dan kanker

paru akan berkurang.

2. Anda akan bernafas lebih mudah, lega dan nyaman

3. Keluhan batuk- batuk yang anda derita terutama pada pagi hari akan

berkurang, bahkan menghilang.

4. Anda dapat menghemat uang untuk keperluan lain yang lebih berarti dan

bermanfaat.

5. Penampilan paras muka, bibir, kulit dan bau lebih baik

6. Stamina dan energy akan bertambah

7. Agar anda dapat mencapai kesehatan yang optimal

8. Anda terbebas dari belenggu perbudakan dan kecanduan rokok, sehingga

anda akan merasakan kepercayaan terhadap diri sendiri yang lebih mantap

dan kuat.

F. Cara/ langkah berhenti Merokok

1. Tancapkan niat dalam hati anda, kalau anda memiliki keinginan untuk

berhenti merokok

2. Jika anda terbiasa menikmati rokok sewaktu merasa bosan, susah

berkonsentarasi, untuk istirahat sejenak, bercakap- cakap/ ngobrol dengan

teman- teman atau sehabis makan, sekarang dengan sengaja lakukan

155
sesuatu pada situasi tersebut untuk merubah kebiasaan anda dari merokok

kegiatan/ kebiasaan lain sepert

a. Bila anda merasa bosan, lakukan tugas- tugas yang anda tunda selama

ini

b. Sulit berkonsentrasi, gigitlah tusuk gigi, kayu manis, wortel, ketimun

atau buah lainnya/ makanlah permen.

c. Istirahat sejenak dan minumlah segelas air jeruk

d. Sehabis makan, segera lakukan aktifitas yang tidak membuat anda

ingin merokok, misalnya membaca majalah, olahraga dipagi hari,

berkebun dll.

3. Cari hobi/ kesibukan atau kegiatan yang anda senangi dan lakukan segera

setelah anda berhenti merokok seperti berenang, berkebun, membaca buku

dll.

4. Beritahu kepada keluarga dan teman- teman bahwa anda berniat untuk

berhenti merokok. Minta mereka mengingatkan anda apabila anda

menyalakan rokok. Dan minta mereka membantu untuk mengalihkan

perhatian anda dari rokok dan mengajak untuk melakukan kegiatan yang

lebih bermanfaat.

5. Setiap kali anda ingin merokok, cobalah untuk menarik nafas panjang

beberapa kali. Kepalkan tangan anda dan lepaskan perlahan, perasaan

keinginan untuk merokok akan berkurang.

6. Jauhkan diri anda dari tempat- tempat, teman- teman, pergaulan dan

situasi dimana anda mungkin tergoda untuk ingin merokok.

156
7.  Hilangkan dari sekitar lingkungan rumah anda dan ditempat kerja jika

memungkinkan seperti korek api, rokok, mencis, asbak dan semua hal

yang menggoda untuk merokok, seperti poster, gambar atau benda lain

yang mengingatkan atau menggoda anda untuk merokok kembali.

8. Jangan sekali- kali menyerah untuk kembali merokok tidak juga untuk

mengatakan “ hanya sebatang rokok saja.

G. Upaya Pencegahan

Dalam upaya prevensi, motivasi untuk menghentikan perilaku

merokok penting untuk dipertimbangkan dan dikembangkan. Dengan

menumbuhkan motivasi dalam diri untuk berhenti atau tidak mencoba untuk

merokok, akan membuat mereka mampu untuk tidak terpengaruh oleh godaan

merokok yang datang dari teman, media massa atau kebiasaan

keluarga/orangtua. 

Suatu program kampanye anti merokok yang dilakukan dapat

dijadikan contoh dalam melakukan upaya pencegahan agar tidak merokok,

karena ternyata program tersebut membawa hasil yang menggembirakan.

Kampanye anti merokok ini dilakukan dengan cara membuat berbagai poster,

film dan diskusi-diskusi tentang berbagai aspek yang berhubungan dengan

merokok. Lahan yang digunakan untuk kampanye ini adalah sekolah-sekolah,

televisi atau radio. Pesan-pesan yang disampaikan meliputi:

1. Meskipun orang tuamu merokok, kamu tidak perlu harus meniru, karena

kamu mempunyai akal yang dapat kamu pakai untuk membuat keputusan

sendiri.

157
2.  Iklan-iklan merokok sebenarnya menjerumuskan orang. Sebaiknya kamu

mulai belajar untuk tidak terpengaruh oleh iklan seperti itu. 

Kamu tidak harus ikut merokok hanya karena teman-temanmu merokok.

Kamu bisa menolak ajakan mereka untuk ikut merokok.

Perilaku merokok akan memberikan dampak bagi kesehatan secara jangka

pendek maupun jangka panjang yang nantinya akan ditanggung tidak saja

oleh diri kamu sendiri tetapi juga akan dapat membebani orang lain

(misalnya: orangtua).

158
Lampiran 10

159
160
Lampiran 11

161

Anda mungkin juga menyukai