Modul Sip II Kelompok 1
Modul Sip II Kelompok 1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan “Modul Sistem Informasi
Perencanaan II”. Modul ini disusun berdasarkan praktikum mata kuliah Sistem
Informasi Perencanaan II yang berlangsung selama satu semester pada semester
ganjil tahun akademik 2020. Modul ini berisi tentang praktek atau teknik analisis
dalam perencanaan wilayah dan kota dengan menggunakan aplikasi ArcGIS dan
aplikasi lainnya .
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian laporan ini terutama kepada:
1. Bapak Widiyanto Hari Subagyo Widodo, ST.,M.Sc dan Ibu Annisa
Hamidah Imaduddina ST.,MSc selaku Dosen Mata Kuliah Sistem Informasi
Perencanaan II yang telah memberikan banyak pengetahuan dan masukan
selama perkuliahan maupun bimbingan asistensi;
2. Teman-teman seperjuangan Planologi 2018 (Planogrownic) terkhususnya
teman-teman kelompok 1 yang telah saling memotivasi serta membantu
dalam penyusunan Modul ini, dan seluruh pihak yang turut membantu kami
yang belum mampu kami sebutkan satu persatu.
3. Serta Kedua orang tua dan saudara-saudari tercinta yang telah memberikan
nasihat, doa dan dukungan moril maupun materil untuk penulis dalam
menuntut ilmu, sehingga penyusunan modul ini dapat terselesaikan.
Kami merasa masih banyak kesalahan dalam penyusunan modul ini. Oleh
sebab itu kami sangat terbuka dalam menerima kritik dan saran yang membangun
untuk dijadikan sebagai bahan evaluasi. Demikian, semoga modul ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu meridhoi segala
usaha kita.
Malang, 30 September 2020
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENGINDERAAN JAUH
sistem pasif, yaitu yang merekam pantulan atau pancaran radiasi elektromagnetik
dari suatu objek yang biasanya bersumber dari matahari. Sedangkan sumber tenaga
buatan yang digunakan dalam penginderaan jauh system aktif, yaitu perekaman
dengan menggunakan sumber tenaga buatan seperti system RADAR dan LIDAR.
Sistem scanner ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu scanner opto-mekanik
(contohnya Landsat TM) dan scanner penyapu (push broom).
2) Atmosfer
Atmosfer bersifat selektif terhadap panjang gelombang, sehingga hanya
sebagian kecil saja tenaga elektromagnetik yang dapat mencapai permukaan bumi
dan dimanfaatkan untuk penginderaan jauh. Bagian spectrum elektromagnetik yang
mampu melalui atmosfer dan dapat mencapai permukaan bumi disebut “jendela
atmosfer”. Jendela atmosfer yang paling banyak digunakan dalam penginderaan
jauh adalah spectrum tampak
3) Sensor
Tiap sensor memiliki kepekaan tersendiri terhadap bagian spectrum
elektromagnetik. Semakin kecil objek yang dapat direkam oleh sensor, maka
semakin baik kualitas sensor itu dan semakin baik kemampuan sensor untuk
merekam gambar terkecil/resolusi spasial dari citra.
4) Perolehan Data
Perolehan data dapat dilakukan dengan cara manual yaitu dengan
interpretasi secara visual, dan dapat pula dengan cara numeric atau cara digital yaitu
dengan menggunakan computer. Foto udara pada umumnya diinterpretasi secara
manual, sedangkan data hasil penginderaan jauh secara elektronik dapat
diinterpretasi secara manual maupun secara numerik.
5) Pengguna Data
Pengguna data (orang, institusi, atau pemerintah) merupakan komponen
paling penting dalam penginderaan jauh karena para penggunalah yang dapat
menentukan diterima atau tidaknya hasil penginderaan jauh. Data yang dihasilkan
mencakup wilayah sumber daya alam suatu negara, yang merupakan data yang
sangat penting untuk kepentingan orang banyak, sehingga data ini penting untuk
dijaga penggunaannya
oleh objek yang diamati dalam frekuensi tertentu seperti inframerah, cahaya
tampak, gelombang mikro, dsb. Hal ini memungkinkan karena faktanya objek yang
diamati (tum
buhan, rumah, permukaan air, udara dll) memancarkan atau memantulkan radiasi
dalam panjang gelombang dan intensitas yang berbeda-beda. Metode penginderaan
jauh lainnya antara lain yaitu melalui gelombang suara, gravitasi atau medan
magnet.
1.7 Keunggulan Penginderaan Jauh
Menurut Sutanto (1994:18-23), penggunaan penginderaan jauh baik diukur dari
jumlah bidang penggunaannya maupun dari frekuensi penggunaannya pada tiap
bidang mengalami pengingkatan dengan pesat. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain :
1) Citra menggambarkan objek, daerah, dan gejala di permukaan bumi dengan;
wujud dan letak objek yang mirip ujud dan letak di permukaan bumi, relatif
lengkap, meliputi daerah yang luas, serta bersifat permanen.
2) Dari jenis citra tertentu dapat ditimbulkan gambaran tiga dimensional
apabila pengamatannya dilakukan dengan alat yang disebut stereoskop.
3) Karaktersitik objek yang tidak tampak dapat diwujudkan dalam bentukcitra
sehingga dimungkinkan pengenalan objeknya.
4) Citra dapat dibuat secara cepat meskipun untuk daerah yang sulit dijelajahi
secara terestrial.
5) Merupakan satu-satunya cara untuk pemetaan daerah bencana.
6) Citra sering dibuat dengan periode ulang yang pendek
1.8 Kelemahan Penginderaan Jauh
Walaupun mempunyai banyak kelebihan, penginderaan jauh juga memiliki
kelemahan antara lain sebagai berikut:
1) Orang yang menggunakan harus memiliki keahlian khusus;
2) Peralatan yang digunakan mahal;
3) Sulit untuk memperoleh citra foto ataupun citra nonfoto.
BAB II
ENVI
2.1 Komposit Band
Citra Landsat 8 diketahui memiliki 11 band. Diantaranya band Visible, Near
Infrared (NIR), Short Wave Infrared (SWIR), Panchromatic dan Thermal. Band
1,2,3,4,5,6,7 dan 9 mempunyai resolusi spasial 30 meter, band 8 mempunyai
resolusi spasial 15 meter, sementara band 10 dan 11 resolusi spasialnya 100 meter.
Detail kegunaan masing-masing band adalah sebagai berikut :
Tabel 2. 1 Kegunaan Band
Band Wavelength Useful For Mapping
Band 1-Coastal Aerosol 0,43-0,45 Coatsal and aerosol studies
Bathymetric mapping, distinguishing soil from
Band 2-Blue 0,45-0,51 vegetation and deciduous from coniferous
vegetation
Emphasizes peak vegetation, which is useful for
Band 3-Green 0,53-0,59
assessing plant vigor
Band 4-Red 0,64-0,67 Discriminates vegetation slopes
Band 5-Near Infrared (NIR) 0,85-0,88 Emphasizes biomass content and shorelines
Discriminates moisture content of soil and
Band 6-Short Wave Infrared (SWIR) 1 1,57-1,65
vegetation and thin cloud penetration
Improved moisture content of soil and vegetation
Band 7-Short Wave Infrared (SWIR) 2 2,11-2,29
and thin cloud penetration
Band 8-Panchromatic 50-68 15 meter resolution, sharper image definition
Band 9-Cirrus 1,36-1,38 Improved detection of cirrus cloud contamination
100 meter resolution, thermal mapping and
Band 10-TIRS 1 10,60-11,19
estimated soil moisture
100 meter resolution,improved thermal mapping
Band 11-TIRS 2 11,5-12,51
and estimated soil moisture
Dari masing-masing band memiliki kegunaan tersendiri. Untuk melakukan
analisis dari Citra Landsat tersebut, diperlukan kombinasi band untuk mendapatkan
tampilan Citra sesuai dengan tema atau tujuan dari analisis. Berikut penggunaan
kombinasi band pada Citra Landsat 8 :
Tabel 2. 2 Kombinasi Band
Aplikasi Kombinasi Band
Natural Color 4,3,2
False Color (Urban) 7,6,4
Color Infrared (Vegetation) 5,4,3
Agriculture 6,5,2
Atmospheric Penetration 7,6,5
Healthy Vegetation 5,6,2
Land/Water 5,6,4
Natural With Atmospheric Removal 7,5,3
Shortwave Infrared 7,5,4
inframerah dekat (0,7-1,1 µm). Semakin banyak daun tanaman, semakin panjang
gelombang cahaya yang terpengaruh.
Kemudian dapat ditunjukan juga bahwa perbedaan yang mencolok antara
kekuatan vegetasi dengan tanah (soil) dalam memantulkan gelombang
electromagnetic, sehingga dapat dijadikan sebagai konsep indeks vegetasi bahwa
setiap objek memiliki kemampuan (karakter spektral) yang berbeda-beda dalam
memantulkan gelombang electromagnetic.
Gambar 2. 2 Karakter Yang Berbeda Yang Ditunjukkan Oleh Vegetasi Dan Tanah
Dalam Memantulkan Gelombang Elektromagnetik
2. Search di toolbox “Band Math” > Masukkan rumus NDVI > Add to List >
Pilih Rumus yang telah di list > OK
4. Export hasil Citra NDVI kebentuk TIFF. Pilih File > Save As > Save
As…. (ENVI, NITF, TIFF, DTED) > Pilih Citra yang ingin di export >
OK > Pilih Format TIFF > Pilih tempat penyimpananCitra>OK.
5. Buka Software ArcMap 10.3 > Add data > Pilih Citra NDVI yang sudah
di export > Add. Lalu add data Shapefile.
7. Input Citra NDVI > Output Kecamatan_Singosari > Centang “Use Input
Features for Clipping Geometry (optional) > OK.
8. Selanjutnya klik arctoolbox > Spatial Analyst Tools > Reclass >
Reclassify . Input raster hasil clip sebelumnya tadi. Kemudian classify
sesuai dengan klasifikasi NDVI > Simpan > ok.
9. Klik kanan pada raster yang telah kita reclassify tadi > Open attribute
table > add field
10. Kemudian kita buat kolom dengan nama Luas_Ha dengan type double ,
dan kolom keterangan dengan type text .
11. Klik kanan lagi pada raster yang telah kita Reclassify > properties
12. Klik source > kita kalikan “30 x 30 jadi hasilnya 900” yang ada di baris
Cell Size (X, Y)
13. Klik kanan lagi pada hasil reclassify tadi > open attribute table > pada
kolom Luas_Ha > Field Calculator > Masukan rumus “Count x 900
(hasil perkalian cellsize)/10.000 (Satuan Ha dalam m) > Ok
15. Klik kanan pada reclassify > properties > symbology > Value field
“Keterangan” > atur colour scheme > add value satu persatu sesuai
dengan tingkatan klasifikasi ( karena value data raster tidak dapat diatur
seperti data vector ) > Ok
2014). LST adalah salah satu kunci parameter di berbagai studi lingkungan pada
disiplin-disiplin ilmu yang berbeda, seperti geologi, hidrologi, ekologi, oseanografi,
meteorologi, klimatologi, dan lain-lain (Jiménez-Muñoz dan Sobrino, 2008).
Temperatur permukaan tanah atau Land Surface Temperature (LST)
merupakan keadaan yang dikendalikan oleh keseimbangan energi permukaan,
atmosfer, sifat termal dari permukaan dan media bawah permukaan tanah.
Temperatur permukaan suatu wilayah dapat 30 diidentifikasikan dari citra satelit
Landsat yang diekstrak dari band thermal. Dalam penginderaan jauh, temperatur
permukaan tanah dapat didefinisikan sebagai suatu permukaan rata-rata dari suatu
permukaan, yang digambarkan dalam cakupan suatu piksel dengan berbagai tipe
permukaan yang berbeda (USGS, 2015 dalam Delarizka, 2016).
Beberapa manfaat dari Land Surface Temperature adalah :
a. Untuk pemetaan kawasan panas bumi (Geothermal)
b. Untuk penentuan emisi gas rumah kaca pada suatu tutupan lahan/penggunaan
lahan tertentu.
c. Penentuan Urban Heat Island untuk analisis-analisis terkait perencanaan
kawasan perkotaan (Urban Planning).
d. Untuk mengetahui tingkat kelembaban tanah (soil moisture) untuk keperluan
pertanian dan sebagainya.
Perhitungan LST atau brightness temperature dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Dimana :
BT = At Satellite Temperature :
W = Wave length of emitted Radiance (11.5 )
Pv = (NDVI – NDVI min/NDVI Max- NDVI Min)²
E = 0.004 Pv + 0.986
P = 14380.
2. Klik File > Open > Pilih “Shapefile (*.shp)” > Pilih SHP Batas
Administrasi “kota_malang” > Open
3. Klik Region of Interest (ROI) > Pada Geometry klik Rectangle > Digit
daerah sesuai dengan batas administrasi
6. Cari NDVI pada tools > klik NDVI > pilih file “Reflectance”> klik
choose > save file baru dengan nama “NDVI” .
8. Lihat NDVI nilai minimum dan maksimumnya > klik band math >
masukkan rumus Pv > ((B1-(-nilai NDVI min))/ (nilai NDVI maks-(-
nilai NDVI min)))^2 > add list
9. Pilih B1 > NDVI (Reflectance.dat) > klik choose > beri nama file “Pv”
10. Klik band math > masukkan rumus e > 0.004*(B1)+0.986 > add list
> pilih file B1 > pilih Pv band math > choose > beri nama file “e” >
ok.
11. Klik radiometric calibration pada tools > pilih file dengan akhiran
“…RT_MTL_Thermal” > klik spatial subset > cari tool subset by ROI
dipojok kanan atas > pilih dan centang ROI > ok
12. Pilih calibration type “Radiance” > choose > simpan nama file
“TIR_Radiance” > ok
13. Klik radiometric calibration pada tools > pilih file dengan akhiran
“…RT_MTL_Thermal” > klik spatial subset > cari tool subset by ROI
dipojok kanan atas > pilih dan centang ROI > ok
14. Pilih calibration type “Brightness Temperature” > choose > simpan
nama file “TIR_BT” > ok
15. Pilih band math > masukkan rumus B1-273.15 > add list > ok
16. Pilih B1 > klik map variable > pilih file “TIR_BT” > choose > beri
nama file TIR_BT-273.15 > ok
17. Klik band math > masukkan rumus LST > (B6/1)+(B7× (B6/14380))
× (alog(B8)) > pilih B6 dengan file TIR_BT Band Math (Thermal
Infrared 1..) > pilih B7 dengan file TIR Radiance (Thermal Infrared
1) > pilih B8 dengan e (Band Math…) > ok > choose > simpan dengan
nama “LST Final”
18. Klik kana pada file LST Final > new rastercolor slice > band math>
hasilnya akan seperti ini.
19. Klik file > pilih save as file > pilih save as (ENVI,TIFF….)> pilih
LST Final > Output format “TIFF” > pilih lokasi dan nama file yang
diinginkan > ok
20. Open ArcMap 10.3 – klik add data – pilih citra LST yang sudah di
export – klik add – add data shapefile LST.tif.
21. Search “Clip” > Klik Clip (Data Management) > Input Raster pilih
hasil NDWI “(Filename).tiff” > Output Extent pilih batas administrasi
“Admin Kota” > Centang Use Input Features for Clipping Geometry
> Pilih folder dan beri nama pada Output Raster Dataset > OK
23. Selanjutnya klik kanan pada hasil raster clip > properties > symbology
> classified > pilih class jadi 5 class > pilih warna yang sdiinginkan >
ok.
LST 2020
22.86643982 - 26.83102866
26.83102867 - 28.56553627
28.56553628 - 30.05225709
30.0522571 - 31.34074846
31.34074847 - 35.50356674
LST 2015
18.40421104 - 28.12522608
28.12522609 - 30.16350342
30.16350343 - 32.12338549
32.1233855 - 34.00487227
34.00487228 - 38.39500809
Pada hasil analisa LST yang dilakukan maka terlihat bahwa daerah di Kota
Malang memiliki luasan dengan suhu permukaan paling tinggi (panas) yaitu 30.319
Ha. Dengan suhu paling rendah adalah memiliki luasan sebesar 9.898 Ha. Maka
dapat disimpulkan bahwa dengan tipikal suhu permukaan tanah yang telah dianalisa
disebabkan karena banyaknya penambahan pembangunan karena diikuti dengan
jumlah penduduk yang semakin tahun semakin bertambah, sehingga menyebabkan
suhu permukaan tanah yang awalnya Kota Malang terkenal dengan Suhu yang
dingin tetapi pada saat sekarang suhunya terasa sudah mulai panas dan tidak dingin
seperti 10 tahun lalu. Dari hasil yang didapat menggunakan analisis LST adalah
pada tahun 2015 dan tahun 2020 terdapat perbedaan. Yaitu pada hasil LST tahun
2020 suhu Kota Malang meningkat dibandingkan 5 tahun sebelumnya. Maka dapat
disimpulkan bahwa semakin meningkatkan perkembangan Kota Malang baik dari
jumlah penduduk maupun pembangunan membuat Kota Malang menjadi lebih
panas dari tahun-tahun sebelumnya.
Dimana :
VCI = Vegetation Condition Index
NDVI =
NDVImax = Nilai maksimum NDVI
NDVImin = Nilai minimum NDVI
Tabel 2. 6 Klasifikasi VCI
Value Category
90-100% No Drought
80-90% No Drought
70-80% No Drought
60-70% No Drought
50-60% No Drought
40-50% No Drought
30-40% Light Drought
20-30% Moderate Drought
10-20% Severe Drought
0-10% Extreme Drought
(Sumber : Instituto de Investigaciones Agropecuarias (INIA)
bertindak dalam mengatasi kekeringan tersebut. Maka dari itu perlu dilakukannya
analisis potensi daerah rawan kekeringan pada lahan pertanian di Kota Malang pada
tahun 2019 yang bertujuan untuk mengetahui daerah yang berpotensi terjadinya
kekeringan. Adapun Metode penelitian yang “Modul Sistem Informasi Perencanaan II”
Page 122 digunakan berupa metode analisis dengan Sistem Informasi Geografi (SIG)
menggunakan analisis VCI (Vegetation Condition Index). Hasil dari analisis lahan
pertanian yang berpotensi kekeringan tersebut dapat digunakan sebagai upaya untuk
mengatasi kekeringan di Kota Malang
Langkah Kerja :
1. Buka aplikasi Envi lalu klik File > Open > Pilih hasil Kalibrasi Radiometrik
landsat “Radiometric calibration” > Open
3. Maka akan muncul hasil dari Normalized Difference Vegetation Index (NDVI)
4. Selanjutnya klik kanan pada hasil NDVI > Quick Stats (akan muncul statistik
NDVI) > Selanjutnya search di Toolbox “Band Math” > Klik Band Math >
Masukkan rumus VCI = (NDVI – NDVImin) / (NDVImax – NDVImin) (rumus
disesuaikan dengan statistik NDVI) > Add to List > OK > Kemudian Pilih Band
1 : NDVI > Pilih folder dan beri nama pada Output Filename > OK
6. Langkah selanjutnya untuk menyimpan data ke bentuk TIFF, klik File > Save
As > Save As…. (ENVI, NITF, TIFF, DTED) > Output Format “TIFF” > Pilih
folder dan beri nama pada Output Filename > OK
7. Langkah selanjutnya buka aplikasi Arcmap lalu klik Add Data > Pilih SHP
Batas Administrasi “Admin Kota”, hasil VCI dan SHP Lahan Pertanian “Lahan
Pertanian” > Add
8. Search (ctrl+f) “Clip” > Klik Clip (Data Management) > Input Raster pilih hasil
VCI “VCI.tiff” > Output Extent pilih batas administrasi “Admin Kota” >
Centang Use Input Features for Clipping Geometry > Pilih folder dan beri nama
pada Output Raster Dataset > OK
10. Untuk mengcrop daerah pertanian, search “Extract by Mask” > Klik Extract by
Mask (Spatial Analyst) > Input Raster pilih hasil VCI yang telah dicrop
“VCI_Clip.tiff” > Input Raster or Features Mask Data “Lahan Pertanian” >
Pilih folder dan beri nama pada Output Raster > OK
11. Selanjutnya search “Reclassify” > Klik Reclassify (Spatial Analyst) > Input
Raster hasil extract “ExtractVCI” > Classify sesuai dengan klasifikasi VCI >
Pilih folder dan beri nama pada Output Raster > OK
12. Klik kanan hasil reclass “Reclass_VCI.tif” > Open Attribute Table > Table
Options > Add Field > Name “Luas_Ha” > Type “Double” > OK (Lakukan
Add field lagi untuk membuat kolom Keterangan dengan Type “Text”)
13. Klik kanan hasil reclass “Reclass_VCI.tif” > Properties > Source > Kalikan
Value Cellsize X dan Y “30x30=900” > OK
14. Klik kanan hasil reclass “ReclassVCI” > Open Attribute Table > Klik kanan
kolom “Luas_Ha” > Field Calculator > Masukkan rumus “Count x 900(hasil
perkalian cellsize) / 10.000 (satuan ha dalam m) > OK
15. Select baris Value = 1 > Klik kanan kolom “Keterangan” > Field Calculator >
Beri keterangan sesuai klasifikasi VCI > OK (Lakukan step yang sama untuk
mengklasifikasi semua baris VCI)
16. Klik kanan hasil reclass “Reclass_VCI” > Properties > Symbology > Value
Field “Keterangan” > Atur Colour Scheme > Add Values satu persatu sesuai
dengan tingkatan klasifikasi (karena value data raster tidak dapat diatur seperti
data vektor) > OK > lakukan Add Values lagi seperti step sebelumnya hingga
semua klasifikasi muncul > OK
water index (NDWI). NDWI ini dikembangkan untuk menggambarkan badan air
dari citra satelit. Dengan formula :
2. Klik File > Open > Pilih “Shapefile (*.shp)” > Pilih SHP Batas Administrasi
“kota_malang” > Open
3. Klik Region of Interest (ROI) > Pada Geometry klik Rectangle > Digit
daerah sesuai dengan batas administrasi
6. Selanjutnya Search di Toolbox “Band Math” > Klik Band Math >
Masukkan rumus :
NDWI = NIR – SWIR 1 / NIR + SWIR1 > Add to List > OK > Pilih Band
5 : Near Infrared (NIR) dan Band 6 : SWIR 1 pada citra reflectance > Pilih
folder dan beri nama pada Output Filename > OK
8. Untuk menyimpan data ke bentuk TIFF, klik File > Save As > Save As….
(ENVI, NITF, TIFF, DTED) > Output Format “TIFF” > Pilih folder dan
beri nama pada Output Filename > OK.
9. Buka aplikasi Arcmap lalu klik Add Data > Pilih SHP Batas Administrasi
“Admin Kota” dan hasil NDWI > Add
10. Search “Clip” > Klik Clip (Data Management) > Input Raster pilih hasil
NDWI “(Filename).tiff” > Output Extent pilih batas administrasi “Admin
Kota” > Centang Use Input Features for Clipping Geometry > Pilih folder
dan beri nama pada Output Raster Dataset > OK.
12. Selanjutnya search “Reclassify” > Klik Reclassify (Spatial Analyst) > Input
Raster hasil clip “(Filename).tiff” > Classify sesuai dengan klasifikasi
NDWI > Pilih folder dan beri nama pada Output Raster > OK
13. Klik kanan hasil reclass “RECLASS” > Open Attribute Table > Table
Options > Add Field > Name “Luas_Ha” > Type “Double” > OK (Lakukan
Add field lagi untuk membuat kolom Keterangan dengan Type “Text”)
14. Klik kanan hasil reclass “RECLASS” > Properties > Source > Kalikan
Value Cellsize X dan Y “30x30=900” > OK
15. Klik kanan hasil reclass “RECLASS” > Open Attribute Table > Klik kanan
kolom “Luas_Ha” > Field Calculator > Masukkan rumus “Count x 900(hasil
perkalian cellsize) / 10.000 (satuan ha dalam m) > OK
16. Select baris Value = 1 > Klik kanan kolom “Keterangan” > Field Calculator
> Beri keterangan sesuai klasifikasi NDWI > OK (Lakukan step yang sama
untuk mengklasifikasi semua baris NDWI). Maka akan terlihat seperti ini.
17. Klik kanan hasil reclass “RECLASS” > Properties > Symbology > Value
Field “Keterangan” > Atur Colour Scheme > Add Values satu persatu sesuai
dengan tingkatan klasifikasi (karena value data raster tidak dapat diatur
seperti data vektor) > OK > lakukan Add Values lagi seperti step
sebelumnya hingga semua klasifikasi muncul > OK.
NDWI 2020
Tinggi
Tinggi
Tidak AdaAda
Tidak Air Air
Sedang
Sedang
Rendah
Rendah
Agak Tinggi
Agak Tinggi
Agak Rendah
Agak Rendah
19. Selanjutnya lakukan langkah yang sama untuk mendapatkan hasil NDWI
pada tahun 2015
NDWI 2015
Agak Rendah
Agak Tinggi
Rendah
Sedang
Tidak Ada Air
Tinggi
Dari hasil yang didapat menggunakan analisis NDWI adalah pada tahun
2015 dan tahun 2020 terdapat perbedaan. Yaitu pada hasil NDWI tahun 2020
kawasan dengan tidak ada air mengalami peningkatan (berwarna merah). Daerah di
Kota Malang yang memiliki tingkat kebasahan agak tinggi mengalami penurunan
yaitu pada tahun 2015 sebesar 2.535.930 Ha tetapi pada tahun 2020 turun menjadi
1.896.660 Ha. Maka pengembangan kawasan pertanian yang direncanakan oleh
planner tersebut menunjukan pada daerah tertentu yang mengalami perubahan
tingkat kebasahan dalam tingkat 5 tahun.
Dimana :
NDBI = Normalized Difference Built-Up
Index NIR = Band 5
SWIR 1 = Band 6
Tabel 2. 11 Klasifikasi NDBI
No Kelas Nilai Keterangan
1 Kelas 1 -1-0 Non Bangunan
2 Kelas 2 0-0,1 Kerapatan Bangunan Rendah
3 Kelas 3 0,1-0,2 Kerapatan Bangunan Sedang
4 Kelas 4 0,2>0,3 Kerapatan Bangunan Tinggi
(Sumber : Semnas Geomatika, 2018)
2.6.2 Studi Kasus
Lahan terbangun merupakan hal yang penting untuk wilayah perkotaan. Kota
Malangmerupakan salah satu kota berkembang dalam melakukan pembangunan.
Pembangunan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, namun
pembangunan yang dilakukan harus memperhatikan tata kota yang baik agar kualitas
hidup masyarakat tetap terjaga dan ada keharmonisan antara lingkungan alami dan
buatan. Lahan terbangun menjadi isu penting sehingga pemerintah mendukung dengan
mengeluarkannya PERPRES Nomor 54 Tahun 2008. Dibutuhkan sistem yang mampu
2. Klik File > Open > Pilih “Shapefile (*.shp)” > Pilih SHP Batas Administrasi
“Admin Kota” > Open
3. Klik Region of Interest (ROI) > Pada Geometry klik Rectangle > Digit daerah
sesuai dengan batas administrasi
6. Selanjutnya Search di Toolbox “Band Ratio” > Klik Band Math > Masukkan
rumus (B6-B5)/(B6+B5)> Add to List > OK > Pilih Band 5 : Near Infrared
(NIR) dan Band 6 : SWIR 1 pada citra reflectance > Pilih folder dan beri nama
pada Output Filename > OK
7. Maka akan muncul hasil dari Normalized Difference Built Index (NDBI)
8. Untuk menyimpan data > Save As > NDBI > Output Format “TIFF” > Pilih
folder dan beri nama pada Output Filename > OK
9. Buka aplikasi Arcmap lalu klik Add Data > Pilih SHP Batas Administrasi
“Admin Kota” dan hasil NDBI > Add
10. Search “Clip” > Klik Clip (Data Management) > Input Raster pilih hasil NDBI
“CITRA NDBI ENVI. > Output Extent pilih batas administrasi “Admin Kota”
> Centang Use Input Features for Clipping Geometry > Pilih folder dan beri
nama pada Output Raster Dataset > OK
12. Selanjutnya search “Reclassify” > Klik Reclassify (Spatial Analyst) > Input
Raster hasil clip “” > CLIPMLG2015 reclassify sesuai dengan klasifikasi NDBI
> Pilih folder dan beri nama pada Output Raster > OK
13. Klik kanan hasil reclass “NDBI 2015” > Open Attribute Table > Table Options
> Add Field > Name “Luas_Ha” > Type “Double” > OK (Lakukan Add field
lagi untuk membuat kolom Keterangan dengan Type “Text”)
14. Klik kanan hasil reclass “NDBI 2015” > Properties > Source > Kalikan Value
Cellsize X dan Y “30x30=900” > OK
15. Klik kanan hasil reclass “NDBI 2015” > Open Attribute Table > Klik kanan
kolom “Luas_Ha” > Field Calculator > Masukkan rumus “Count x 900(hasil
perkalian cellsize) / 10.000 (satuan ha dalam m) > OK
16. Select baris Value = 1 > Klik kanan kolom “Keterangan” > Field Calculator >
Beri keterangan sesuai klasifikasi NDBI > OK (Lakukan step yang sama untuk
mengklasifikasi semua baris NDBI)
17. Klik kanan hasil reclass “NDBI 2015” > Properties > Symbology > Value Field
“Keterangan” > Atur Colour Scheme > Add Values satu persatu sesuai dengan
tingkatan klasifikasi (karena value data raster tidak dapat diatur seperti data
vektor) > OK > lakukan Add Values lagi seperti step sebelumnya hingga semua
klasifikasi muncul > OK
18. Maka akan muncul hasil seperti ini NDBI tahun 2015
19. Selanjutnya lakukan langkah yang sama untuk mendapatkan hasil NDBI pada
tahun 2020
yang bisa mewakili untuk mengukur kenampakaan tertentu di daerah perkotaan. Salah
satunya adalah Normalized Difference built-up index (NDBI).
Tabel 2. 12 Hasil NDBI Tahun 2015
No Keterangan Luas (Ha)
1 Non Bangunan 1549
2 Kerapatan Bangunan Rendah 6245
3 Kerapatan Bangunan Sedang 2460
4 Kerapatan Bangunan Tinggi 707
Total 10.961
Tabel 2. 13 Hasil NDBI Tahun 2020
No Keterangan Luas (Ha)
1 Non Bangunan 1773
2 Kerapatan Bangunan Rendah 5212
3 Kerapatan Bangunan Sedang 2707
4 Kerapatan Bangunan Tinggi 1270
Total 10.962
Dari hasil analisa yang dilakukan dengan menggunakan Normalized Difference
Built-Up Index (NDBI) yang menggunakan data dari citra Landsat Kota Malang tahun
rekaman 2015 dan 2020 untuk mengidentifikasi perkembangan kerapatan penutupan
lahan. Ditemukan bahwa seiring bertambahnya penduduk di Kota Malang berbanding
lurus dengan meningkatnya jumlah kerapatan bangunan seperti yang terlihat pada
gambar 2 yang dapat menimbulkan peningkatan persentase kawasan kumuh di Kota
Malang dikarenakan terjadinya peningkatan kebutuhan tempat tinggal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teknologi penginderaan jauh atau seringkali dikenal dengan inderaja merupakan
alat yang ampuh dalam menganalisis wilayah yang luas dan seringkali sulit untuk
diakses (remote area). Teknologi penginderaan jauh seringkali dipadukan dengan
Sistem Informasi Geografis (SIG) sehingga menciptakan informasi yang sangat
bermanfaat. Inderaja ini biasanya digunakan oleh sektor kehutanan, geologi, kelautan,
geografi, pengembangan wilayah, dan lain-lain dengan tujuan yang berbeda-beda.
Dalam penginderaan jauh dikenal berbagai komponen agar teknologi ini dapat
digunakan. Komponen dalam inderaja di antaranya adalah sumber tenaga, atmosfer,
interaksi antara tenaga dengan objek di permukaan bumi, sensor, sistem pengolahan
data, dan berbagai penggunaan data.
Penginderaan jauh dimulai pada saat proses perekaman objek yang ada di
permukaan bumi. Tenaga yang digunakan dalam penginderaan jauh adalah tenaga
penghubung yang membawa data tentang objek ke sensor berupa bunyi, daya
magnetik, gaya berat, atau elektromagnetik. Namun, dalam inderaja hanya energi atau
tenaga yang berupa elektromagnetik saja yang dapat digunakan. Tenaga
elektromagnetik pada sistem pasif adalah cahaya matahari. Cahaya matahari yang
mengenai objek di permukaan bumi kemudian sebagian diserap dan sebagian
dipancarkan kembali oleh objek tersebut sehingga sensor dapat menangkap gelombang
elektromagnetik yang berasal dari objek-objek yang berada di permukaan bumi.
Didalam dunia tata ruang (planologi) seringkali kita diperhadapkan dengan
berbagai tugas maupun kerjaan yang mengharuskan kita untuk menganalisis suatu
kajian dengan metode analisis. Didalam modul ini semoga akan bermanfaat bagi para
pembaca terutama mahasiswa PWK ITN Malang agar dapat mempermudah dalam
menganalisis suatu kawasan dengan metode penginderaan jauh.
DAFTAR PUSTAKA
1) https://media.neliti.com/media/publications/83872-ID-analisis-hubungan-
variasi-land-surface-t.pdf
2) file:///C:/Users/ACER/Downloads/25141-51691-1-SM%20(1).pdf
3) http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geodesi/article/download/18145/17218
4) http://jurnal.lapan.go.id/index.php/jurnal_inderaja/article/view/2545
5) file:///C:/Users/ACER/Downloads/Modul%20SIP%20II.pdf
6) https://jurnal.uns.ac.id/jrrs/article/view/24324