OHT Persiapan Peledakan - 04072018

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 97

BIODATA PENYAJI

Donal R Nainggolan, S.T


Bangun Sari, 08 Januari 1986
Jl Encep Kartawiria Perumahan
Nusa Hijau GV 42 Cimahi

S1- Teknik Pertambangan


S2- Rekayasa Pertambangan
(Geomekanik)

[email protected]
Hp/WA 081373939018
Bagaimana merencanakan geometri peledakan,
pemeriksaan kondisi lubang ledak, hambatan pada lubang
ledak, pemeriksaan kondisi lokasi peledakan, dan
perangkaian setiap lubang ledak

1. Memeriksa geometri peledakan


2. Memeriksa kondisi lubang ledak
3. Mengatasi hambatan pada lubang ledak
4. Mengisikan bahan peledak ke dalam lubang ledak
5. Melakukan penyumbatan lubang ledak (stemming)
6. Memeriksa kondisi lokasi peledakan
7. Merangkai setiap lubang ledak
PERSIAPAN PELEDAKAN:

I. Merencanakan geometri peledakan; (Aspek Teknis, K3 dan Lingkungan)

II. Pemeriksaan kondisi lubang ledak;

III. Hambatan pada lubang ledak;

IV. Pemeriksaan kondisi lokasi peledakan;

V. Perangkaian setiap lubang ledak.


BAGIAN I
MERENCANAKAN GEOMETRI
PELEDAKAN; (ASPEK TEKNIS, K3
DAN LINGKUNGAN)
I. MERENCANAKAN GEOMETRI PELEDAKAN;
a. Geometri peledakan berdasarkan rencana peledakan
b. Kedalaman dan kemiringan lubang ledak
A. GEOMETRI PELEDAKAN BERDASARKAN RENCANA
PELEDAKAN

1. Diameter lubang ledak


𝐿
> 60
𝑑

Misal φ= 3 inci
𝐿
Maka > 60 , sehingga
3
L >180 inci =......m?
2. Tinggi jenjang
 Kemampuan alat bor
 Ukuran mangkok (bucket)
 Kestabilan jenjang

Source: B.V Gpkhale, 2011


Hubungan variasi diameter lubang ledak dengan tinggi jenjang
(Tamrock, 1988)
3. Burden

4. Spasi
5. Subdrill
6. Kolom Stemming
Perhitungan Geometri Peledakan
A. Rancangan menurut J.C. Konya
 Burden

dimana B = burden (ft), de = diameter bahan peledak (inci), ρe = berat jenis bahan
peledak dan ρr = berat jenis batuan

 Spasi
H > 4B maka S = 2B (instantaneous single-row blastholes)
H > 4B maka S = 1.4B (sequenced single-row blastholes)
 Stemming
T = B (batuan massif)
T = 0,7 B (batuan berlapis)
Tinggi jenjang (H) dan burden (B) sangat erat hubungannya untuk
keberhasilan peledakan dan ratio H/B (yang dinamakan Stifness Ratio) yang
bervariasi memberikan respon berbeda terhadap fragmentasi, airblast,
flyrock, dan getaran tanah yang hasilnya. Serta Aturan Lima (Rule of Five)”,
yaitu ketinggian jenjang (dalam feet) “Lima” kali diameter lubang ledaknya
(dalam inci).
Ad. Information
Hubungannya dengan Scale of Depth of Burial
(𝑆𝑡𝑒𝑚 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑡ℎ +5 D) m
SD = 3
10 D x(π 𝑥D2 x 250ρ)

D dalam m,
ρ dalam g/cc
Contoh-1: PT. XX mendapat proyek untuk memotong tebing yang akan
digunakan jalan raya. Tinggi jenjang maksimum 30 ft. Karena alat yang
akan digunakan kecil, maka fragmentasi harus sesuai dengan ukuran
peralatan tersebut. Terdapat 2 unit alat bor yang masing-masing bisa
membuat lubang ledak berdiameter 4 inci dan 6 inci. Bahan peledakan
yang akan digunakan ANFO 0,8 gr/cc. Densitas batuan yang akan
diledakkan 2,2 ton/m3 batuan terindikasi berlapis. Rancang geometrinya
agar pembongkaran tebing berhasil.
Penyelesaian
H/B = 3; dengan H = 30 ft diperoleh B = 30/3 = 10 ft.
de = 10/ (3,15 x 0,714)
= 4,4 inci
Spasi (S) = 1.4B
= 14 ft

Subdrill (J) = 0,3B


= 3 ft

Stemming (T)= 0,7B


= 7 ft
B. Rancangan menurut ICI-Explosives

(1) Tinggi jenjang (H): Secara empiris H = 60d – 140d


(2) Burden (B) antar baris; B = 25d – 40d
(3) Spasi antar lubang ledak sepanjang baris (S); S = 1B – 1,5B
(4) Subgrade (J); J = 8d – 12 d
(5) Stemming (T); T = 20d – 30d
(6) Powder Factor (PF) ;
(7) Kedalaman kolom lubang ledak (L) = H + J
(8) Panjang isian utama (PC) = L – T

PF =
Dengan kasus yang sama, coba dihitung geometri peledakan ICI
Explosive serta PF pada rancangan konya?
PERHITUNGAN KEBUTUHAN BAHAN PELEDAK
Whandak = PC x ρd
Wtotal handak = n x PC x ρd

Carcep = D2 ρ
1273

Sehingga dapat dihitung


PF dengan rumus:
PF = Whandak
BxSxH
Area Peledakan
 Area Peledakan Adalah Lokasi Yang Akan Diledakkan, Baik Pada Tambang Terbuka
Maupun Bawah Tanah
 Pada Tambang Terbuka Umumnya Mencakup Lokasi Yang Luas. Lebar Dan Panjang
Total Lokasi Peledakan Harus Diketahui, Yaitu Dgn Mengukur Spasi, Burden, Dan
Jumlah Baris, Shg Dapat Dihitung Luasnya
 Pada Tambang Bwh. Tanah Areanya Lebih Sempit. Cara Menghitungnya, Y.I. Luas
Area Bukaan Dikalikan Dgn. Kemajuan / Kedalaman Lubang Ledaknya
 Luas Area Peledakan Digunakan Untuk:
1. Menghitung Volume Peledakan Yang Akan Tergali
2. Menghitung Sisa Luas Cadangan, Yaitu Luas Lokasi Penambangan Sesuai Ijin
Yang Dimiliki (Kp, Sipd, P2kp) Dikurangi Luas Area Peledakan.
3. Menghitung Sisa Jumlah (Berat Atau Volume Total) Cadangan.
4. Point 2 Dan 3 Diperlukan Untuk Membuat Laporan Kemajuan Tambang Setiap
Enam Bulan Ke Pemerintah
48 m

m
2

15 m
2,5 m

6m
3m
B I D A N G B E B A S
4m

15 m Terbuka Arah kemajuan lubang


3m
KETERANGAN :
LUAS & VOLUME AREA
YANG AKAN DILEDAKKAN
LUBANG LEDAK

15 m

3,75 m OHT 3
PERHITUNGAN VOLUME DAN BERAT YANG AKAN
DILEDAKKAN

 VS = B x S x H (Bank)

 VL = B x S x H (Loose)
SF

 SF = Vs x 100%
VL

W=Vxρ
FRAGMENTASI PELEDAKAN
 Fragmentasi adalah istilah umum untuk menunjukkan ukuran setiap bongkah
batuan hasil peledakan. Keberhasilan peledakan adalah ukuran fragmentasi
hasil peledakan relatif seragam dengan maksimum bongkah 10-15% dari
produksi peledakan (Mc.Gregor, 1967).
 Ukuran fragmentasi tergantung pada proses selanjutnya.
 Ukuran fragmentasi terbesar biasanya dibatasi oleh dimensi mangkok alat gali
(excavator atau shovel) yang akan memuatnya ke dalam truck dan oleh ukuran
gap bukaan crusher .

Beberapa ketentuan umum tentang hubungan fragmentasi dengan lubang ledak :


 Lubang ledak > bongkahan fragmentasi >
 Explosive >, flyrock>
 Intensitas retakan tinggi > explosive <, dan spasi rapat fragmentasi kecil.
☻ PERENCANAAN PERSIAPAN PELEDAKAN (Adanya Air,
Perbedaan Kekuatan Lapisan Tanah, Unsur-unsur Kimia
Reaktif Di Dalam Lubang, dan Jarak Aman Lemparan)
☻ PENGORGANISASIAN (Pengaturan tenaga kerja, koordinasi
peledakan, dan komunikasi peledakan)
☻ PELAKSANAAN PERSIAPAN (Penjadwalan dan peringatan
sebelum peledakan)
☻ PENGONTROLAN PERSIAPAN PELEDAKAN
(mempersiapkan formulir pengisian yang menyangkut data-
data teknis lapangan termasuk formulir berita acara)
 Ambil peta lokasi yang akan diledakkan
 Perhatikan skalanya
 Hitung luas area yang akan diledakkan
 Hitung beda tinggi antara top bench dengan
floor bench, yaitu tinggi dari bidang bebas
 Hitung volume peledakan (dalam BCM)
B. KEDALAMAN DAN KEMIRINGAN LUBANG LEDAK

 Cara Pengukuran Kedalaman Lubang Ledak


Tujuan Penetapan Kedalaman Lubang Ledak
 Kemiringan Lubang Ledak
Tujuan Penetapan Kemiringan Lubang Ledak
Beberapa
kemungkinan
bentuk bidang
bebas
 Profiling dapat dilakukan
dengan cara manual atau
menggunakan instrument
pengukur, misalnya theodolit,
electronic distance
measurement dan alat ukur
laser
 Selanjutnya, profiling
menggunakan alat ukur tanah
dilaksanakan berdasarkan
acuan atau prosedur teknis
ukur tanah sesuai alat yang
digunakan
 Gambar di samping mem-
perlihatkan contoh teknik
profiling menggunakan alat
ukur laser dan perangkat
lunak.
Langkah-langkah pekerjaan profiling
manual adalah sebagai berikut:
1. Tarik meteran dari bagian atas jenjang (crest )
menuju suatu titik pada lantai jenjang dan catat
panjangnya (garis AC). Diperlukan minimal dua
orang, yaitu satu orang memegang meteran di
bagian crest dan satu orang lagi di lantai
jenjang. Utamakan keselamatan kerja terutama
bagi petugas yang berada di bagian crest.
2. Ukur kemiringan garis AC menggunakan
kompas. Pengukuran sudut diupayakan pada
bentangan meteran yang benar-benar lurus,
oleh sebab itu diperlukan satu orang lagi untuk
mengukur sudut kemiringan garis AC. Catat
kemiringannya.
3. Ukur dan catat panjang mendatar garis CD
(titik D adalah toe jenjang)
4. Serahkan seluruh catatan hasil pengukuran ke
Supervisor atau Pengelola Peledakan agar
ditentukan kemiringan relatif bidang bebas atau
garis AD
5. Informasikan kemiringan garis AD kapada Juru
bor, demikian juga dengan geometri peledakan
lainnya hasil olahan Supervisor.
Efek Pengeboran Miring
 Tunjukkan bagaimana Saudara mengukur
sudut vertikal 57 menggunakan kompas
tipe Brunton
 Peragakan teknik profiling manual di
ruang kelas dengan mengikuti prosedur
yang tertera pada OHT 9.
• Sangat dipengaruhi oleh kondisi, tujuan peledakan, alat yang
digunakan, dan keleluasaan kerja
• Tujuan peledakan bawah tanah, antara lain untuk:
– Pembuatan jalan masuk tambang (dari permukaan bumi),
– Pembuatan jalur ventilasi tambang,
– Penghubung antar level, cross cut, drift, adit, dll
– Produksi
• Secara umum persiapan peledakan hampir sama dengan pada tambang
terbuka
• Penekanan persiapan peledakan di bawah tanah terutama pada
pengamanan batuan disekitar bukaan yang diperkirakan akan jatuh
akibat getaran pengeboran atau aktifitas lain, sehingga membahayakan
operator dan karyawan lain disekitar lokasi tersebut
• Pengeboran lubang ledak ( blasthole drilling )
• Pengisian lubang ledak (charging )
• Peledakan (blasting )
• Ventilasi intensif (ventilation )
• Pengamanan dinding lubang bukaan hasil
peledakan dan penyemenan dinding (scaling and
grouting ) bila diperlukan
• Pemuatan dan pengangkutan (loading and hauling )
• Mempersiapkan pengeboran untuk siklus baru
(setting up of the new round )
1. Siapkan dan gunakan tongkat dengan panjang tertentu (scaling
bar) sebagai alat untuk menjatuhkan batu yang menggantung
pada bagian atap dan dinding kanan-kiri lubang bukaan yang
masih memungkinkan diupayakan untuk dijatuhkan secara
manual.
2. Seandainya terdapat bagian atap atau dinding lubang bukaan
yang perlu penyemenan (grouting) atau pemasangan baut
batuan (rock bolt) untuk memperkuat stabilitasnya, segera
laporkan ke Supervisor atau Pengelola Peledakan untuk ditindak
lanjuti agar siklus pembuatan terowongan atau yang lainnya
tidak terhambat.
3. Lakukan pemeriksaan akhir untuk seluruh atap dan dinding,
setelah yakin tidak ada batu yang menggantung, laporkan
hasilnya ke Supervisor bahwa kondisi lubang bukaan hasil
peledakan aman.
1. Gunakan scaling bar yang ringan dan
kuat serta panjangnya cukup
menjangkau atap.
2. Apabila atap terowongan tinggi, bisa
berdiri di atas alat gali dengan meminta
ijin kpd operatornya terlebih dahulu
3. Diperlukan minimal dua orang yang
mengerjakan scaling, 1 org memeriksa
batu menggantung menggunakan
scaling bar dan seorang lagi
mengawasinya.
4. Batu menggantung yang akan
dijatuhkan harus berada sekitar 3 - 4 m
di depan orang yang mengerjakan
scaling atau pada posisi yang
diperkirakan aman bila batu terjatuh
5. Pandangan selalu ke atas
 Pada tambang terbuka titik
lubang bor dapat ditandai oleh
batu yang besarnya cukup
mudah diamati dan disemprot
cat warna menyolok (merah) a b
 Jarak lubang bor sesuai dengan c d
ukuran spasi, burden, dan pola 1. Letakkan projektor pola pengeboran di atas
pengeborannya tripod atau kendaraan bawah tanah.
2. Tentukan dua titik sebagai acuan pada
 Pada tambang bwh tanah titik permuka kerja ( a dan b).
bor dapat langsung dicat pada
dinding yang akan dibor, atau 3. Pola pengeboran untuk satu siklus (round)
gunakan alat sorot seperti pada diproyeksikan pada permuka kerja dengan
gambar di samping mengacu pada dua titik tersebut di atas (c).
4. Bayangan titik-titik pola pengeboran yang
 Posisi titik lubang bor nampak di permuka kerja kemudian
disesuaikan dengan rancangan difokuskan agar nampak jelas, kemudian
pola pengeboran di bwh tanah titik-titik tersebut dicat dan siap dilakukan
pengeboran ( d ).
• BUATLAH SKETSA LUBANG-LUBANG
LEDAK PADA TEROWONGAN
• PERAGAKAN TEKNIK SCALING DI
RUANG KELAS DENGAN MENGIKUTI
PROSEDUR PADA OHT 13.
BAGIAN II
PEMERIKSAAN KONDISI LUBANG
LEDAK
1. Ada-tidaknya air di dalam lubang ledak
2. Kedalaman lubang ledak, spasi, dan
burden
3. Adanya penghambat di dalam lubang
ledak
4. Rongga dan retakan di dalam lubang
ledak
5. Menutup rongga dalam lubang ledak
 Jatuhkan batu kecil ke dalam lubang, apabila ada
airnya akan terdengar suara gema benda jatuh ke air
 Cara mengeluarkan air dari dalam lubang ledak:
– Gunakan kompresor untuk menekan air keluar
– Gunakan pompa isap
 Bila air mengalir kembali ke dalam lubang, maka:
– Gunakan cartridge bahan peledak atau emulsi sepanjang
kolom lubang ledak yg berair, atau
– Gunakan selubung plastik untuk ANFO sepanjang kolom
lubang ledak yg berair
 Alat yang digunakan adalah:
– meteran yang panjangnya cukup, atau
– tongkat bambu yang diberi skala untuk lubang yang
pendek
 Bila kedalaman tdk sesuai dgn rencana,
maka:
– bila terlalu dalam, isilah dengan bahan untuk stemming
kemudian dipadatkan sampai kedalamannya berkurang
dan sesuai dengan yang direncanakan
– bila kurang dalam, harus dilakukan pengeboran ulang
agar sesuai dengan kedalaman lubang yang
direncanakan
 Ukur dan catat kedalaman
lubang, spasi dan burden
 Ukur atau estimasi ketebalan
retakan / backbreak sepanjang
collar
 Gunakan tongkat bambu untuk mendorong material penyumbat
lubang, atau
 Gunakan besi pemukul/pemberat yang diikatkan ke tali
kemudian turunkan ke dalam lubang dan pukulkan berulang kali
ke penyumbat dgn cara menaik-turunkan talinya

 Apabila cara-cara di atas tidak berhasil perlu dibor ulang


perlahan-lahan
 Gunakan kaca (atau kaca jam tangan) yang diarahkan
ke dalam lubang dan dengan pantulan sinar matahari
diharapkan dapat terlihat ada-tidaknya rongga.
 Cek data log-bor dari Juru Bor yang memberikan
informasi adanya kenaikan penetrasi mendadak pada
kedalaman tertentu.
 Bila cara di atas tdk memungkinkan, maka:
– perhatikan kecepatan kenaikan bahan peledak,
– bila dirasakan lambat, harus dihentikan, kemudian isikan
material stemming secukupnya
 Apabila rongga berada diantara kolom “isian utama”, maka:
– isikan dahulu bahan peledak sampai batas bawah rongga,
– isi rongga oleh material stemming sampai diperkirakan tertutup,
– lanjutkan dengan pengisian bahan peledak sesuai rencana
 Apabila rongga terdapat di bagian dasar lubang, maka :
– tuangkan dahulu material stemming sampai rongga diperkirakan
tertutup,
– masukkan primer dan lanjutkan dengan pengisian bahan peledak
sesuai rencana.
– untuk meyakinkan bahwa isian bahan peledak terinisiasi seluruhnya
disarankan menggunakan primer yang dibuat bersama sumbu ledak.
– apabila bahan utk stemming terbatas, gunakan karton atau karung
kemasan bhn peledak sebagai penutup rongga
PERAGAKAN TENTANG:
 Pengukuran diameter lubang, kedalaman lubang
ledak, spasi, dan burden
 Pemeriksaan kondisi lubang ledak meng-gunakan
jam tangan Saudara dgn bantuan pantulan sinar
matahari
 Pemeriksaan kondisi lubang ledak menggunakan
tongkat atau tali yang digantungi pemberat
BAGIAN II
PEMERIKSAAN KONDISI LOKASI
PELEDAKAN
KONDISI LOKASI PELEDAKAN
A. Identifikasi Kondisi Tidak Aman di Lokasi Peledakan
Adapun sumber-sumber bahaya akibat kondisi tidak aman di lokasi
peledakan sebagai berikut:
1. Kontaminasi bahan kimia
2. Paparan panas matahari
3. Tumpahan bahan kimia
4. Arus liar (stray current) atau sambaran petir
5. Tertimpa batuan
6. Munculnya air tambang
Di samping bahaya akibat kondisi tidak aman terdapat pula
beberapa bahaya yang terjadi setelah dan selama peledakan
berlangsung, yaitu:

1. Batu Terbang (Fly rock)


2. Getaran tanah (ground vibration)
3. Gas Hasil Peledakan
Gas hasil peledakan dapat berupa fume dan smoke. Fume adalah
gas atau asap hasil peledakan yang beracun, yaitu nitrogen
monoksida (NO), Nitrogen Oksida (NO2) dan Karbon Monoksida
(CO). Sedangkan smoke merupakan gas yang tidak beracun
(non-toxic), yaitu uap air (H2O), Karbondioksida (CO2) dan
Nitrogen (N2).
4. Ledakan Udara (Air blast)
5. Kebisingan (Noise)
6. Pengecekan hasil peledakan
B. Pelaporan Kondisi Tidak Aman di Lokasi Peledakan
Berita acara peledakan merupakan suatu dokumen penting bagi
perusahaan yang paling tidak berfungsi sebagai bukti:
1. Kepemilikan bahan peledak yang sah secara hukum.
2. Penggunaan bahan peledak yang sah sesuai kebutuhan
produksi.
3. Pelaksanaan peledakan aman dan terkendali.
4. Personil Juru Ledak telah dibekali Kartu Izin Meledakkan (KIM).
C. Penanganan Kondisi Tidak Aman di Lokasi Peledakan
1. Pengendalian Batu Terbang
2. Pengendalian Bahaya Getaran
3. Pengendalian Gas Peledakan
4. Pengendalian Ledakan Udara dan Kebisingan
5. Pengendalian Kontaminasi Kimia
6. Pengendalian paparan panas matahari
7. Pengendalian tumpahan bahan kimia
8. Penghindaran arus liar dan sambaran petir
Untuk menghindari arus liar dilakukan antara lain:
a. Mengganti detonator listrik dengan detonator non-listrik (nonel) atau
detonator elektronik.
b. Menggabungkan ujung dua kabel detonator listrik pada saat penyimpanan di
dalam gudang detonator. Melakukan penyimpanan detonator listrik di dalam peti
kayu dan di kunci saat pengangkutan dari gudang bahan peledak ke lokasi
peledakan.
c. Dilarang membawa korek api, handphone, radio komunikasi, merokok atau
membuat nyala api di lokasi peledakan.
9. Pengendalian saat pengecekan hasil peledakan
10. Pengendalian tertimpa batuan
11. Pengendalian air tambang
MENGISIKAN BAHAN PELEDAK
KE DALAM LUBANG LEDAK
1)

a. Cara ke 1 b. Cara ke 2

Detonator listrik

2)

3)

Detonator biasa dengan a. Cara ke 1 b. Cara ke 2

sumbu api Sumbu ledak OHT 21


Dari detonator bisa berupa:
- Kabel listrik ; - Sumbu Ledak
- Sumbu nonel ; - Sumbu Api

Penyumbat
(stemming)

Kolom lubang
ledak

Bahan peledak TOP


utama (COLLAR)
DECK
(Primary Charge) PRIMING
(MIDDLE)
PRIMING

BOTTOM
PRIMING

OHT 22
Beberapa hal yang harus diperhatikan a.l:
 Hati-hati saat memasukkan primer ke dalam lubang
ledak agar detonator atau sumbu tidak terlepas dari
cartridge.
 Setelah primer terletak pada posisinya, ikatlah kawat
atau sumbu dengan batu atau kayu di bagian luar agar
tidak merosot masuk ke dalam lubang ledak.
 Kawat detonator listrik (legwire) jangan sampai
terkelupas akibat bergesekan dengan dinding lubang.
Disamping itu hindari legwire yang terlalu pendek,
kalau terpaksa dapat disambung dan sambungannya
harus diisolasi agar air tidak masuk ke kawat.
 Dilarang memadatkan (tamping) primer secara
berlebihan.
 Diameter primer harus lebih kecil sedikit dari diameter
lubang ledak. Bila waktu memasukkan primer agak
susah turunnya, maka dapat dibantu didorong dengan
tongkat kayu dengan perlahan-lahan.
 Hitung berat primer yang dipakai
 Untuk lubang tegak mengarah ke atap pada bukaan
bahwa tanah diperlukan retainer untuk menahan
primer agar tidak jatuh. Setelah itu “isian utama”,
misalnya ANFO, dipompakan ke dalam lubang dengan
tekanan antara 270 -340 kPa
 Peragakan pembuatan primer menggunakan
detonator biasa, listrik, dan nonel dengan
bahan peledak berbentuk cartridge dan padat
(booster)
 Peragakan cara memasukkan primer ke dalam
lubang ledak dan cara pengamanannya
Lubang ledak berdiameter “kecil” berukuran <50 mm (2”) dan “sedang”
antara 50 – 100 mm (2” – 4”)
Bisa dilakukan secara manual atau alat mekanis
Dengan cara manual, bahan peledak (biasanya ANFO) dituang langsung
ke dalam lubang ledak menggunakan tempat sederhana, misalnya ember
plastik, yang telah ditetapkan volumenya
Penuangan sedikit demi sedikit diiringi dengan pengukuran ketinggiannya
menggunakan selang plastik atau tongkat berskala sampai batas yang telah
direncanakan
Bila ANFO dituang ke dalam lubang ledak yang berair, maka harus
diproteksi oleh selubung plastik yang cukup kuat
Pada tambang bawah tanah biasanya menggunakan bahan peledak
cartridge yang dituang menggunakan alat mekanis khusus.
PT.Indocement, Cibinong, Bogor, Jawa Barat Semen Bosowa, Makassar

PT.Trumix Beton (andesit), Bogor, Jawa Barat Tambang batubara Bukit Baiduri, Samarinda
Tambang batubara KPC, Sangata, Kaltim oleh PT. Dahana
Diam. lubang Densitas bahan peledak, gr/cc
mm inci 0.70 0.80 0.85 0.90 1.00 1.15 1.20 1.25 1.30
76 3.00 3.18 3.63 3.86 4.08 4.54 5.22 5.44 5.67 5.90
89 3½ 4.35 4.98 5.29 5.60 6.22 7.15 7.47 7.78 8.09
102 4.00 5.72 6.54 6.95 7.35 8.17 9.40 9.81 10.21 10.62
108 4¼ 6.41 7.33 7.79 8.24 9.16 10.54 10.99 11.45 11.91
114 4½ 7.14 8.17 8.68 9.19 10.21 11.74 12.25 12.76 13.27
121 4¾ 8.05 9.20 9.77 10.35 11.50 13.22 13.80 14.37 14.95
127 5.00 8.87 10.13 10.77 11.40 12.67 14.57 15.20 15.83 16.47
130 9.29 10.62 11.28 11.95 13.27 15.26 15.93 16.59 17.26
140 5½ 10.78 12.32 13.08 13.85 15.39 17.70 18.47 19.24 20.01
152 6.00 12.70 14.52 15.42 16.33 18.15 20.87 21.78 22.68 23.59
159 6¼ 13.90 15.88 16.88 17.87 19.86 22.83 23.83 24.82 25.81
165 6½ 14.97 17.11 18.18 19.24 21.38 24.59 25.66 26.73 27.80
178 7.00 17.42 19.91 21.15 22.40 24.88 28.62 29.86 31.11 32.35
187 19.23 21.97 23.34 24.72 27.46 31.58 32.96 34.33 35.70
203 8.00 22.66 25.89 27.51 29.13 32.37 37.22 38.84 40.46 42.08
210 8¼ 24.25 27.71 29.44 31.17 34.64 39.83 41.56 43.30 45.03
229 9.00 28.83 32.95 35.01 37.07 41.19 47.37 49.42 51.48 53.54
MELAKUKAN PENYUMBATAN
LUBANG LEDAK (STEMMING)
Material stemming yang baik berupa krikil atau batu split berukuran 0,5
– 1 cm, agar setelah dimampatkan/dipadatkan butirannya akan saling
mengunci. Dengan dmk diharapkan stemming ejection tidak terjadi.
Bila tak ada dapat digunakan serbuk bor (cutting)
Lubang vertikal disumbat menggunakan penyumbat kayu atau alat
khusus utk itu
Menurut Kepmen 1827/K/30/MEM/2018
Poin J :
Peledakan tidur
Peledakan tidur (sleep blast) dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) tidak boleh menggunakan detonator di permukaan lubangledak;
2) dilakukan pengamanan terhadap daerah peledakan tidur; atau
3) apabila terjadi peledakan tidur yang tidak direncanakan karena masalah tertentu, KTT
harus melapor kepada KaIT/Kepala Dinas atas nama KaIT.
Secara teknis waktu tidur dpt dilakukan dengan memperhatikan jenis bhn peledak dan
mengacu pada spesifikasi dari pabrik pembuatnya.
Contoh waktu tidur bahan peledak seri “Titan 4000” dari Nitro Nobel seperti terlihat
pada tabel di bawah.
Jelaskan bagaimana penggunaan Tabel Pengisian
Lubang Ledak (blasthole loading density)
Jelaskan bagaimana Saudara mengidentifikasi waktu
tidur bahan peledak
Peragakan cara pengisian bahan peledak:
• ANFO ke lubang ledak kecil atau sedang
• ANFO ke lubang yang berair
• ANFO dan Emulsi ke lubang ledak besar
Peragakan cara pengisian stemming
BAGIAN V
PERANGKAIAN LUBANG LEDAK
Beberapa hal yang harus diperhatikan dlm penyambungan:
 Arus listrik yang harus dicegah disebut arus liar (stray current) dan
arus statis (static current) yang bisa muncul dari dalam bumi atau dari
udara
 Sambungan legwire dengan connecting wire di dalam lubang harus
diisolasi dengan baik dan kuat
 Penyambungan rangkaian antar lubang harus dilaksanakan
secepatnya.
 Ujung kawat harus selalu tersambung, baik legwire secara terpisah
maupun ujung kawat dari rangkaian yang akan disambung ke kawat
utama (lead wire).
 Rangkaian harus dibuat rapih dan efektif. Upayakan agar kawat tidak
kusut.
 Sebelum rangkaian disambung ke kawat utama, tahanan listrik dan
kesinambungan arus dari rangkaian harus diukur dengan
blastohmeter (BOM). Tahanan listrik rangkai harus sesuai dengan
perhitungan teoritis dgn toleransi ± 10% dianggap baik.
 Secara terpisah “kawat utama” harus diukur juga tahanannya.
 Pemegang kunci BM dan pelaku inisiasi hanya diijinkan kepada orang
yang benar-benar mengerti, cukup berpengalaman dan memiliki Kartu
Ijin Meledakkan (KIM) atas nama yang bersangkutan dan perusahaan.
a. b. c. (d) (e)

Langkah-langkah penyambungan:
1. Rapatkan sepasang kawat terbuka
2. Lengkungkan sepasang kawat
tersebut sekitar separuh dari
bagian kawat terbuka
3. Putar lengkungan kawat sebanyak
tiga kali
4. Letakkan sambungan di atas tanah
dan usahakan bagian yang terbuka
tidak menyentuh tanah. Caranya
bisa dengan melipat bagian yang
terselubung kemudian letakkan di
atas tanah (d) atau letakkan Quarry batugamping semen Bosowa,
sambungan di atas sebuah batu (e) Makassar
 Jenis rangkaian adalah seri,
paralel, dan gabungan (paralel Leg wire
Connecting wire
Kawat utama
dalam seri atau seri dalam
paralel)
 Penerapan rangkaian pada
peledakan listrik antara lain :
– Rangkaian seri diterapkan RTS  R1  R2  R3  ...  Rn
pada peledakan kecil dgn jml
detonator kurang dari 40 biji Imin seri = 1,5 Amp/rangkaian
atau maksimum 50 detonator
– Rangkaian paralel-seri dan V=IR
seri-paralel dipakai pada
peledakan dgn jml detonator
cukup banyak atau lebih dari
50 biji.
– Rangkaian paralel digunakan
pada aplikasi khusus,
biasanya pada tambang
bawah tanah. 1 1 1 1 1
    ... 
 Kontinuitas rangkaian seri dpt R TP R1 R 2 R 3 Rn
diuji secara akurat
Imin paralel = 0,5 Amp;
 Pengujian kontinuitas rangk
paralel akan akurat bila yakin Itotal = 0,5 x  detonator
bahwa setiap detonator
berfungsi V=IR
Paralel-seri (series in parallel)

Blasting Machine

Rangkaian peledakan
Seri-paralel (parallels in serie)

Blasting Machine

Rangkaian peledakan
Paralel -Seri (series in parallel)
Diketahui R setiap detonator listrik 1,6 Ω, R connecting wire 8 Ω, dan R
lead wire (firing cable) 5 Ω.
Apabila 50 detonator dirancang 5 baris seri dengan 10 detonator per
baris, hitung potensial (voltage) yang dibutuhkan !!

RS = 1,6x10= 16 Ω/baris I = 1,5x5= 7,5 Amp


RGRUP = 16/5 = 3,2 Ω Potensial = 7,5x16,2= 121,5 Volts
RT = 3,2+8+5 = 16,2 Ω
Seri-Paralel (parallels in serie)
Diketahui R setiap detonator listrik 1,6 Ω, R connecting wire 8 Ω, dan R
lead wire (firing cable) 5 Ω.
Apabila 50 detonator dirancang 5 grup paralel dihubungkan seri dengan
10 detonator per grup, hitung potensial (voltage) yang dibutuhkan !!

RP = 1,6/10= 0,16 Ω/grup IMin = 0,5x10= 5 Amp


RGRUP = 5x0,16 = 0,8 Ω Potensial = 5x13,8= 69 Volts
RT = 0,8+8+5 = 13,8 Ω
bidang bebas

3 2 1 0 1 2 3

4 3 2 1 2 3 4

5 4 3 2 3 4 5

• Nomor menunjukkan urutan peledakan (berapa ms ?)


• Tanda panah menunjukkan arah lemparan hasil peledakan
• Bagaimana susunan/pola waktu tunda untuk peledakan
antar baris (inter row pattern)?
OHT 34
 Peragakan cara mengukur tahanan kawat menggunakan
BOM dan baca hasilnya :
– panjang kawat 1 m
– panjang kawat 100 m
– panjang kawat 300 m
 Apa yang dapat Saudara simpulkan dari hasil pembacaan
tersebut di atas
 Peragakan cara menyambung kawat peledakan
 Peragakan cara merangkai seri lubang ledak di lapangan,
kemudian lakukan:
– Perhitungan tahanan dan voltage seluruh rangkaian
– Ukur tahanan seluruh rangkaian menggunakan BOM
– Bandingkan hasilnya
 Peragakan cara merangkai paralel lubang ledak di
lapangan, kemudian lakukan:
– Perhitungan tahanan dan voltage seluruh rangkaian
– Ukur tahanan seluruh rangkaian menggunakan BOM
– Bandingkan hasilnya
TIE UP DETONATOR
ELEKTRONIK
Harness
Leg wire

Hinged connector

Hinged-greased connector
(Orica)
Proses penyambungan
detonator elektronik
 Hanya dapat diterapkan pada bbrp lubang ledak, maks
sekitar 20 lubang, karena keterbatasan teknis dan
pertimbangan aspek keselamatan kerja
 Minimal panjang yang keluar dari lubang ledak sekitar 60
cm, karena kecepatan rambat sumbu api 60 cm/menit
 Penyambung yang digunakan bisa Multiple Fuse Ignitor
(MFI), Plastic Ignitor Cord (PIC), Bean-hole Connectors, dan
Slotted Connectors
 Bentuk setiap jenis penyambung tersebut di atas dapat
dilihat pada Modul 2: PERLENGKAPAN PELEDAKAN.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
 Sumbu api sudah dihubungkan dengan detonator biasa
 Bila peledakan setiap lubang dibedakan interval waktunya,
sumbu api harus dipotong dgn panjang berbeda
 Untuk peledakan beberapa lubang sekaligus, rangkai sumbu
api dengan PIC menggunakan salah satu konektor, yaitu
Multiple Fuse Ignitor (MFI), Bean-hole Connectors, atau
Slotted Connectors.
 Bila peledakan untuk beberapa lubang sekaligus tetapi tidak
memakai PIC dan konektor, maka penyulutan sumbu api
harus dilakukan oleh minimal 2 orang Juru Ledak yang salah
seorang diantaranya berperan sebagai Pengawas.
 Pelaku penyulutan hanya diijinkan kepada Juru Ledak yang
cukup berpengalaman dan memiliki Kartu Ijin Meledakkan
(KIM) atas nama yang bersangkutan dan perusahaan.
Sumbu api

MFI
1
Cara menghubungkan beberapa
sumbu api ke dalam MFI
2
MFI
Lubang ledak
Sumbu api dari lubang ledak ke MFI 3
1 Sumbu api utama atau penyuplai
pembakaran. Sumbu api ini bisa
disulut bergantian sesuai nomor
Contoh penggunaan MFI pada peledakan
urutnya atau sekaligus bersamaan bawah tanah (pembuatan terowongan)
• Peragakan cara menyambung detonator biasa
dengan sumbu api
• Peragakan cara membuat primer menggunakan
detonator biasa dengan cartridge
• Disiapkan 10 lubang ledak yang masing-masing
akan diledakkan secara berurutan dengan
sistem peledakan biasa. Bagaimana
merancangnya dengan:
– langsung tanpa menggunakan PIC, dan
– dengan menggunakan PIC dan konektor
 Aman dari resiko arus liar dan frekuensi radio
 Tidak sensitif terhadap panas dan benturan, baik di dalam lubang
maupun di permukaan
 Waktu tunda lebih presisi dan bervariasi dibanding detonator
listrik
 Tidak bersuara
 Tidak terpengaruh adanya symphatetic detonation
 Tidak ada pengaruh negatif terhadap bahan peledak di dalam
lubang ledak
 Jumlah lubang ledak banyak, bisa di atas 500 lubang
 Tahan terhadap air bertekanan tinggi
 Lentur dan tidak mudah patah walaupun pada musim dingin
OHT 38
 Uraian tentang perlengkapan untuk sistem peledakan nonel terdapat
pada Modul 2: PERLENGKAPAN PELEDAKAN
 Tie-in sumbu nonel adalah penyambungan sumbu nonel di permukaan
(surface / trunkline) dgn di dalam lubang (in-hole / downline). Karena
sumbu nonel dipermukaan dan di dalam lubang terdapat delay
detonators, maka disebut surface / trunkline delay dan in-hole /
downline delay.
 Perhatikan arah datangnya gelombang inisiasi yang menuju rangkaian
 Blok pengikat (bunch block) yang dilengkapi detonator tunda harus
diletakkan dekat dengan lubang ledak
 Disepanjang control line terdapat minimal 4 ikatkan sumbu nonel per
bunch block, yaitu 1 sumbu nonel tunda downline dan 3 sumbu nonel
tunda trunkline yang terdiri dari pengikatan 1 sumbu control line
“datang” dengan 1 sumbu nonel cabang dan 1 sumbu control line
“pergi”.
 Pada sumbu nonel cabang hanya terdapat 3 ikatan sumbu nonel per
bunch block, yaitu 1 sumbu nonel tunda downline, 1 sumbu nonel
OHT 39 tunda trunkline “datang”, dan 1 sumbu nonel tunda trunkline “pergi”.
Arah gelombang
masuk ke rangkaian Spasi
(IP) Blok pengikat sumbu
(bunch block) Control line

2 sumbu nonel tunda


permukaan (trunkline delay)
dilengkapi J-Hook, yaitu
sebagai control line dan
Burden
sumbu nonel cabang

2 sumbu nonel waktu tunda


dalam lubang (downline
delay) tanpa J-Hook
118 135 152 169 186 203 220 237 254 271

293 310 327 344 361 378 395 412 429 436
59 76 93 110 127 144 161 178 195 212

234 251 268 285 302 319 336 353 370 387
17 34 51 68 85 102 119 136 153

175 192 209 226 243 260 277 294 311 328

bidang bebas
IP (instant) waktu tunda permukaan waktu lubang meledak
sebenarnya
POLA PELEDAKAN
42 ms ke arah
Waktu tunda permukaan diagonal Waktu tunda dalam lubang
(surface atau trunkline delay ) : (in-hole atau downline delay ):
17 ms sebagai
- Menggunakan
control-line di depan
PRIMADET 175 ms
OHT 41
Free Face
334 434 534 634 734 834 934 1034 1051
309 409 509 609 709 809 909 1009 1026
284 384 484 584 684 784 884 984 1001
259 359 459 559 659 759 859 959 976
134 234 334 434 534 634 734 834 851
217 317 417 517 617 717 817 917 1017
192 292 392 492 592 692 792 892 992
167 267 367 467 567 667 767 867 967
142 242 342 442 542 642 742 842 942
17 117 217 317 417 517 617 717 817
200 300 400 500 600 700 800 900 1000
175 275 375 475 575 675 775 875 975
150 250 350 450 550 650 750 850 950
125 225 325 425 525 625 725 825 925

100 200 300 400 500 600 700 800

bidang bebas
IP (instant) waktu tunda permukaan waktu lubang meledak
sebenarnya
POLA PELEDAKAN
Waktu tunda permukaan 17 ms ke arah Waktu tunda dalam lubang
diagonal
(surface atau trunkline delay ) : (in-hole atau downline delay ):
100 ms sebagai - Menggunakan
control-line di depan PRIMADET 125 - 200 ms
Label waktu
tunda

Trunkline

Tampak samping
J-Hook J-Hook

(a)
Arah tarikan
sumbu nonel

Ultrasonic seal

Mulut lubang
ledak
1. Kaitkan J-Hooks ke trunkline
Trunkline detcord (a)
2. Genggam ikatan J Hooks dan
(b) trunkline detcord, kmd tarik
perlahan-lahan sumbu nonel ke
arah luar agar tdk kendur (b)
3. Atur posisi ikatan J Hooks dgn
menggesernya sepanjang trunkline
(c)
detcord ( c )
Hanging wall

Sumbu nonel

Kayu penopang
trunkline

Dinding samping
Dinding samping Detonator
pemicu

Trunkline
Ikatkan trunkline ke kayu
Lantai Tarik sumbu nonel dari penopang agar kencang
Dilarang memasang dalam lubang agar kencang dan tidak menyentuh dasar
detonator sebelum seluruh Detonator sebagai dan ikatkan ke trunkline
penyambungan rangkaian di pemicu ledak ke arah
permuka kerja selesai permuka kerja

Pembuatan terowongan Pembuatan sumuran


(tunneling) (shaft sinking)
• Peragakan cara tie-in untuk 2 baris lubang ledak
di ruang kelas untuk dua lubang ledak
• Peragakan cara tie-in dengan dua primer di dalam
lubang ledak untuk dua baris lubang
• Gambarkan pola peledakan dengan ketentuan
sbb:
– jumlah lubang 100 disusun dalam 3 baris
– trunkline delay disusun bahwa waktu tunda ke samping
(antar lubang) 17 ms dan antar baris 42 ms
– in-hole delay menggunakan satu delay 200 ms
– arah lemparan hasil peledakan ke salah satu pojok area
peledakan
• Sambungan harus memenuhi persyaratan sebagaimana telah diberikan
dalam petunjuk pada Modul 2: PERLENGKAPAN PELEDAKAN
• Jarak antar lubang tertentu agar tidak terjadi sympathetic detonation.
• Dilarang memotong sumbu ledak menggunakan alat dari besi.
• Pada waktu memotong sumbu ledak sebaiknya tidak digenggam
apalagi dililitkan di tangan.
• Hindari adanya rangkaian sumbu ledak yang saling menyilang atau
saling menumpang sehingga bersentuhan.
• Untuk mengurangi airblast dan noise pada peledakan tambang terbuka,
sebaiknya seluruh sumbu ledak dipermukaan ditutupi oleh material,
misalnya serbuk bor (cutting).
• Sambungan antara sumbu ledak utama dan sumbu ledak cabang, baik
yang masuk ke dalam lubang ledak maupun antar baris, harus benar-
benar baik dan harus membentuk sudut lebih besar dari 90.
• Pelaku inisiasi hanya diijinkan kepada orang yang benar-benar
mengerti, cukup berpengalaman dan memiliki Kartu Ijin Meledakkan
(KIM) atas nama yang bersangkutan dan perusahaan.
Sambungan ikat bunga Sambungan ikat bunga cengkeh dgn Simpul mati untuk memper-
cengkeh ujung diseloitip kearah downline panjang trunkline
bari menu bang
tnya
riku u
leda gelom
s be j
h
k
Ara

Arah gelombang ledak


Sumbu ledak cabang Selotip menuju lubang ledak
kuat berikutnya

Arah gelombang ledak Sumbu ledak


menuju lubang ledak menuju lubang
u

Sudut 900 Sudut 900 ledak


ama
leda Sumb
k ut

Lubang
ledak
rang ledak
pele kaian
an
dak
g
men mban
uju
lo

MS Connector
h ge
Ara
Bentangan sambungan Simpul bunga
sumbu ledak cengkeh

Posisi MS-
connector
DRC

DRC

b
• Buatlah primer dengan sumbu ledak menggunakan bahan
peledak cartridge dan padat (booster)
• Peragakan cara-cara penyambungan sumbu ledak di ruang
kelas
• Gambarkan pola peledakan sumbu ledak dengan ketentuan
sbb:
– jumlah lubang 100 disusun dalam 3 baris
– Surface delay menggunakan MS-connector 42 ms
– Arah peledakan ketengah-tengah area peledakan
• Gambarkan pola peledakan kombinasi nonel dengan sumbu
ledak dengan ketentuan sbb:
– jumlah lubang 100 disusun dalam 3 baris
– Sumbu ledak sebagai surface delay dan sumbu nonel sebagai
downline delay
– Surface delay menggunakan MS-connector 42 ms, dan in-hole
menggunakan 100 ms
– Arah peledakan kesalah satu pojok area peledakan

Anda mungkin juga menyukai