Contoh Tugas Proposal Penelitian (Metode Kuantitatif)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 44

ANALISIS PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN

LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA


KARYAWAN
(Studi Pada PT. Fajar Cahaya Cemerlang [Toserba Fajar Jalaksana] – Kuningan)

Tugas Pre Proposal


(Mata Kuliah Metode Kuantitatif)

Oleh:

Rovi Abdul Majied


20180510359

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS
KUNINGAN

TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Setiap organisasi pemerintah dituntut untuk dapat mengoptimalkan sumber

daya manusia dan bagaimana sumber daya manusia dikelola. Pengelolaan sumber

daya manusia tidak lepas dari faktor karyawan yang diharapkan dapat berprestasi

sebaik mungkin demi mencapai tujuan organisasi pemerintah. Karyawan

merupakan asset utama organisasi dan mempunyai peran yang strategis didalam

organisasi yaitu sebagai pemikir, perencana, dan pengendali aktivitas organisasi.

Demi tercapainya tujuan organisasi, karyawan memerlukan motivasi untuk

bekerja lebih rajin. Melihat pentingnya karyawan dalam organisasi, maka

karyawan diperlukan perhatian lebih serius terhadap tugas yang dikerjakan

sehingga tujuan organisasi tercapai. Dengan motivasi kerja yang tinggi, karyawan

akan bekerja lebih giat didalam melaksanakan pekerjaannya. Sebaliknya dengan

motivasi kerja yang rendah karyawan tidak mempunyai semangat bekerja, mudah

menyerah, dan kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Karyawan kurang

memiliki informasi yang jelas apakah pekerjaan mereka memiliki dampak positif

terhadap para penerima manfaatnya yaitu individu atau kelompok yang dilayani

organisasi ( Blau & Scott, 1962; Katz & Kahn, 1966 ). Signifikansi tugas

seringkali tidak pasti di organisasi - organisasi karena beberapa alasan. Pertama,

Karyawan di organisasi sering menemui prasangka buruk, yang bisa menghalangi

mereka untuk merasa bahwa mereka telah mencapai tujuan – tujuan ( Scott &

Pandey, 2005 ) dan membuat mereka ragu apakah misi mereka adalah mungkin
( Weick, 1984 ). Kedua, para karyawan seringkali hanya menerima umpan balik

langsung yang sedikit tentang bagaimana tindakan - tindakan mereka

mempengaruhi penerima manfaat, yang mungkin membuat mereka ragu apakah

misi mereka tercapai atau tidak.

Selain faktor motivasi kerja, lingkungan kerja tempat karyawan tersebut

bekerja juga tidak kalah pentingnya di dalam meningkatkan kinerja karyawan.

Dimana Lingkungan Kerja adalah kondisi – kondisi material dan psikologis yang

ada dalam organisasi. Maka dari itu organisasi harus menyediakan lingkungan

kerja yang memadai seperti lingkungan fisik ( tata ruang kantor yang nyaman,

lingkungan yang bersih, pertukaran udara yang baik, warna, penerangan yang

cukup maupun musik yang merdu ), serta lingkungan non fisik ( suasana kerja

karyawan, kesejahteraan karyawan, hubungan antar sesama karyawan, hubungan

antar karyawan dengan pimpinan, serta tempat ibadah ). Lingkungan kerja yang

baik dapat mendukung pelaksanaan kerja sehingga karyawan memiliki semangat

bekerja dan meningkatkan kinerja karyawan.

Untuk menciptakan kinerja yang tinggi, dibutuhkan adanya peningkatan

kerja yang optimal dan mampu mendayagunakan potensi Sumber Daya Manusia

yang dimiliki oleh karyawan guna menciptakan tujuan organisasi, sehingga akan

memberikan kontribusi positif bagi perkembangan organisasi. Selain itu,

organisasi perlu memperhatiksn berbagai faktor yang dapat mempengaruhi

motivasi karyawan, dalam hal ini diperlukan adanya peran organisasi dalam

meningkatkan motivasi dan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif guna


mendorong terciptanya sikap dan tindakan yang profesional dalam menyelesaikan

pekerjaan sesuai dengan bidang dan tanggung jawab masing – masing.

Sumber daya manusia berperan dalam mengolah dan memanfaatkan

sumber daya dan material sehingga menjadi produk. Oleh karena itu untuk

meningkatkan kinerja, perlu diperhatikan agar sumber daya manusia dapat bekerja

secara efisien dan menampilkan kinerja yang bisa memberi sumbangan terhadap

produktivitas merupakan masalah mendasar dari berbagai konsep manajemen dan

kepemimpinan.

Kinerja mengacu pada prestasi kerja karyawan diukur berdasarkan

standard atau kriteria yang telah ditetapkan organisasi. Pengelolaan untuk

mencapai kinerja karyawan yang sangat tinggi terutama untuk meningkatkan

kinerja organisasi secara keseluruhan.

PT. Fajar Cahya Cemerlang adalah salah satu perusahaan yang bergerak

dalam bidang perdagangan. Pembangunan perdagangan yang kokoh diarahkan

untuk menumbuh kembangkan perdagangan di kota Kuningan dalam menghadapi

persaingan global. dengan mengutamakan perdagangan melalui peningkatan

pengetahuan dan ketrampilan Sumber Daya Manusia dengan perkembangan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi ( IPTEK ), peningkatan perdaganggan menciptakan

iklim usaha yang kondusif serta perlindungan


Namun demikian, dalam upaya menciptakan kinerja karyawan PT. Fajar

Cahaya Cemerlang, nampaknya masih terdapat banyak kendala yang dihadapi

sehingga sulit untuk mencapai tujuan organisasi. Kondisi yang belum ideal masih

ada di PT. Fajar Cahaya Cemerlang. Dimana masih ada kendala lain di PT. Fajar

Cahaya Cemerlang antara lain karyawan datang kerja terlambat, istirahat lebih

awal dan terlambat masuk bekerja, kurangnya sarana dan prasarana, pulang kerja

lebih awal. Sehingga mengakibatkan kinerja karyawan menurun yang disebabkan

motivasi karyawan yang rendah dalam mengerjakan pekerjaan dan didukung

dengan lingkungan kerja yang kurang nyaman sehingga pekerjaan karyawan tidak

dapat terselesaikan sesuai dengan yang direncanakan.

Motivasi kerja yang rendah dapat berpengaruh pada kinerja karyawan yang tidak

maksimal ( Siagian, 2003 ). Karena penyelesaian pekerjaan secara tepat waktu,

teliti, cermat dan akurat belum dapat terpenuhi, sehingga pencapaian standar

pelayanan minimal yang harus dipenuhi oleh PT. Fajar Cahaya Cemerlang masih

belum sesuai dengan yang diharapkan.

Dalam kaitannya dengan kinerja karyawan, hal tersebut tentunya harus

segera dibenahi agar para pimpinan dan bawahan pada PT. Fajar Cahaya

Cemerlang dapat memberikan pelayanan yang prima kepada konsumen secara

lebih profesional. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah motivasi dan

lingkungan kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan

dalam suatu organisasi pemerintah. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi organisasi dalam memberikan motivasi kepada karyawan sehingga

tujuan organisasi dapat tercapai. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas,

maka dapat diajukan sebuah penelitian dengan judul “ Analisis Pengaruh

Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja karyawan ( Studi

Pada PT. Fajar Cahaya Cemerlang )”.


1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja

karyawan PT. Fajar Cahaya Cemerlang?

2. Bagaimana pengaruh lingkungan kerja terhadap

kinerja karyawan PT. Fajar Cahaya Cemerlang?

3. Bagaimana pengaruh motivasi dan lingkungan kerja

terhadap kinerja karyawan PT. Fajar Cahaya Cemerlang?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.3.1. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis pengaruh motivasi terhadap kinerja

karyawan PT. Fajar Cahaya Cemerlang.

2. Untuk menganalisis pengaruh lingkungan kerja terhadap

kinerja karyawan PT. Fajar Cahaya Cemerlang.

3. Untuk menganlisis pengaruh motivasi dan lingkungan

kerja terhadap kinerja karyawan PT. Fajar Cahaya

Cemerlang.

1.3.2. Manfaat Penelitian


1. Bagi pihak organisasi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan

pertimbangan berkaitan dengan motivasi kerja dan lingkungan

kerja untuk meningkatkan kinerja karyawan.

2. Bagi pihak akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran

dan pengaplikasian ilmu pengetahuan di bidang manajemen,

khususnya dalam bidang manajemen sumber daya manusia.

3. Bagi pihak lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan rujukan

bagi penelitian selanjutnya serta sebagai pertimbangan bagi

organisasi yang menghadapi masalah serupa.


1.4. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terdiri atas 5 bab, dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta

sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini diuraikan landasan teori yang nantinya akan

sangat membantu dalam analisis hasil – hasil penelitian,

kerangka pemikiran, dan hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan tentang deskripsi variabel - variabel

penelitian dan definisi operasional, penentuan sampel, jenis,

dan sumber data, metode pengumpulan data serta metode

analisis.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai deskripsi objek penelitian

serta analisis data dan pembahasan atas hasil pengolahan data.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini berisikan tentang kesimpulan dari penelitian

yang telah dilakukan serta sasaran – sasaran yang mungkin

nantiny berguna bagi organisasi maupun ilmu pengetahuan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori


2.1.1. Kinerja Karyawan
Kinerja karyawan sering diartikan sebagai pencapaian tugas, dimana

karyawan dalam bekerja harus sesuai dengan program kerja organisasi untuk

menunjukkan tingkat kinerja organisasi dalam mencapai visi, misi, dan tujuan

organisasi. Menurut Gibson ( 1996 ) kinerja karyawan adalah hasil yang

diinginkan dari pelaku. Kinerja karyawan adalah tingkat terhadapnya para

karyawan mencapai persyaratan pekerjaan ( Simamora: 2004 ). Penilaian kinerja

pada umumnya mencakup baik aspek kualitatif maupun kuntitatif dari kinerja

pelaksanaan pekerjaan. Menurut Mathis ( 2006 : 113 ) faktor yang

mempengaruhi kinerja karyawan yaitu kemampuan karyawan untuk pekerjaan

tersebut, tingkat usaha yang dicurahkan, dan dukungan organisasi yang

diterimanya. Sehubungan dengan fungsi manajemen manapun, aktivitas

manajemen sumber daya manusia harus dikembangkan, dievaluasi, dan diubah

apabila perlu sehingga mereka dapat memberikan kontribusi pada kinerja

kompetitif organisasi dan individu di tempat kerja. Faktor – faktor yang

mempengaruhi karyawan dalam bekerja, yaitu kemampuan karyawan untuk

melakukan pekerjan tersebut, tingkat usaha yang dicurahkan, dan dukungan

organisasi.

Kinerja karyawan berkurang apabila salah satu faktor ini berkurang atau

tidak ada. Sebagai contoh beberapa karyawan memiliki kemampuan untuk

melakukan pekerjaannya dan bekerja keras, tetapi organisasi memberikan


peralatan yang kuno. Masalah kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai

seseorang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan

kepada karyawan. Kinerja meliputi kualitas output serta kesadaran dalam

bekerja. Ada tiga alasan yang berkaitan mengapa penentuan sasaran

mempengaruhi kinerja, yaitu:

1. Penentuan sasaran mempunyai dampak mengarahkan, yaitu

memfokuskan aktivitas – aktivitas kearah tertentu dari pada kearah

lainnya.

2. Disebabkan oleh sasaran – sasaran yang telah diterima, maka orang – orang

cenderung mengarahkan upaya secara proporsional terhadap kesulitan

sasaran.

3. Sasaran – sasaran yang sukar akan membuahkan ketekunan

dibandingkan sasaran – sasaran yang ringan.

Kinerja karyawan pada dasarnya adalah hasil karya karyawan selama

periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya standar,

target / sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah

disepakati bersama. Menurut Handoko ( 2000: 135 – 137 ), penilaian prestasi

kinerja merupakan proses melalui mana organisasi – organisasi mengevaluasi atau

menilai prestasi kinerja karyawan. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan –

keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada karyawan tentang

pelaksanaan kinerja. Kegunaan – kegunaan penilaian prestasi kinerja sebagai

berikut:
1. Perbaikan prestasi kinerja

Umpan balik pelaksanaan kerja kemungkinan karyawan, manajer, dan

departemen personalia dapat membetulkan kegiatan – kegiatan mereka untuk

memperbaiki prestasi.

2. Penyesuaian – penyesuaian kompensasi

Evaluasi prestasi kerja membantu para pengambil keputusan dalam mnentukan

kenaikan upah, pemberian bonus, dan bentuk kompensasi lainnya.

3. Keputusan – keputusan penempatan

Promosi, transfer, dan demosi biasanya didasarkan pada prestasi kinerja masa

lalu atau antisipasinya. Promosi sering merupakan bentuk penghargaan

terhadap prestasi kerja masa lalu.

4. Kebutuhan – kebutuhan pelatihan dan pengembangan

Prestasi kinerja yang jelek mungkin menunjukkan kebutuhan latihan.

Demikian juga prestasi yang baik mungkin mencerminkan potensi yang harus

dikembangkan.

5. Perencanaan dan pengembangan karier

Umpan balik prestasi mengarahkan keputusan – keputusan karier, yaitu

tentang jalur karier tertentu yang harus diteliti.

6. Penyimpangan – penyimpangan proses staffing

Prestasi kinerja yang baik atau jelek mencerminkan kekuatan atau kelemahan

prosedur staffing departemen personalia.


7. Ketidak akuratan informasional

Prestasi kinerja yang jelek mungkin menunjukkan kesalahan – kesalahan

dalam informasi analisis jabatan, rencana – rencana sumber daya manusia,

atau komponen – komponen lain sistem manjemen personalia.

Menggantungkan diri pada informasi yang tidak akurat dapat menyebabkan

keputusan – keputusan personalia yang tidak diambil tepat.

8. Kesalahan – kesalahan desain pekerjaan


Prstasi kinerja yang jelek mungkin merupakan suatu tanda kesalahan dalam
desain pekerjaan. Penilaian prestasi membantu diagnose kesalahan –
kesalahan tersebut.
9. Kesempatan kinerja yang adil
Penilaian prestasi kinerja secara akurat akan menjamin keputusan – keputusan
penempatan internal diambil tanpa diskriminasi.
10. Tantangan – tantangan eksternal
Kadang – kadang prestasi kinerja dipengaruhi oleh faktor – faktor di luar
lingkungan kinerja, seperti keluarga, kesehatan, kondisi finansial, atau
masalah
– masalah pribadi lainnya.
Menurut Desler ( 1992 ), penilaian kinerja merupakan upaya

membandingkan prestasi aktual karyawan dan prestasi kerja yang diharapkan

darinya. Jika kinerja tidak sesuai dengan standar, maka untuk menyusun rencana

peningkatan kinerja. Dalam penilaian kinerja karyawan tidak hanya menilai secara

fisik, tetapi pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan menyangkut berbagai

bidang seperti kemampuan kerja, kerajinan, disiplin, hubungan kerja, atau

hal – hal khusus sesuai dengan bidang dan tingkatan pekerjaan. Faktor – faktor

penilaian kinerja adalah sebagai berikut:


1. Kualitas pekerjaan, meliputi akurasi, ketelitian, penampilan, dan penerimaan

keluaran;

2. Kuantitas pekerjaan, meliputi volume keluaran dan kontribusi;

3. Supervisi yang diperlukan, meliputi membutuhkan saran, arahan atau

perbaikan;

4. Kehadiran, meliputi ketepatan waktu, disisplin, dapat dipercaya / diandalkan;

5. Konservasi, meliputi pencegahan pemborosan, kerusakan, dan pemeliharaan

peralatan.

2.1.2. Motivasi Kerja


Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan, keinginan,

sebab, atau alasan seseorang melakukan sesuatu. Menurut Manullang dalam

manajemen personalia ( 1982; 150 ), motivasi adalah pemberian kegairahan

bekerja kepada karyawan. Dengan pemberian motivasi dimaksudkan pemberian

daya perangsang kepada karyawan yang bersangkutan agar karyawan tersebut

bekerja dengan segala upayanya. Sedangkan menurut Handoko ( 1999 ), motivasi

diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan

individu untuk melakukan kegiatan – kegiatan tertentu guna tujuan.

Menurut Malthis ( 2006; 114 ), motivasi adalah keinginan dalam diri

seseorang yang menyebabkan orang tersebut bertindak. Biasanya orang bertindak

karena suatu alasan untuk mencapai tujuan. Memahami motivasi sangatlah

penting karena kinerja, reaksi terhadap kompensasi dan persoalan sumber daya

manusia yang lain dipengaruhi dan mempengaruhi motivasi. Pendekatan untuk

memahami motivasi berbeda - beda, karena teori yang berbeda mengembangkan

pandangan dan model mereka sendiri. Teori motivasi manusia yang


dikembangkan oleh Maslow dalam Mathis, 2006, mengelompokkan kebutuhan

manusia menjadi lima kategori yang naik dalam urutan tertentu. Sebelum

kebutuhan lebih mendasar terpenuhi, seseorang tidak akan berusaha untuk

memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Hierarki Maslow yang terkenal terdiri

atas kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keselamatan dan keamanan, kebutuhan

akan kebersamaan dan kasih sayang, kebutuhan akan aktualisasi diri.

Kebutuhan seseorang merupakan dasar untuk model motivasi. Kebutuhan

adalah kekurangan yang dirasakan oleh seseorang pada saat tertentu yang

menimbulkan tegangan yang menyebabkan timbulnya keinginan. Karyawan akan

berusaha untuk menutupi kekurangannya dengan melakukan suatu aktivitas yang

lebih baik dalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan melakukan aktivitas yang

lebih banyak dan lebih baik karyawan akan memperoleh hasil yang lebih baik

pula sehingga keinginannya dapat terpenuhi. Keinginan yang timbul dalam diri

karyawan dapat berasal dari dalam dirinya sendiri maupun berasal dari luar

dirinya, baik yang berasal dari lingkungan kerjanya maupun dari luar lingkungan

kerjanya. Motivasi bukanlah merupakan sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan

ada beberapa faktor yang mempenagruhinya. Menurut Arep ( 2003; 51 ) ada

Sembilan faktor motivasi, yang dari kesembilan tersebut dapat dirangkum dalam

enam faktor secara garis besar, yaitu:

1. Faktor kebutuhan manusia

1. Kebutuhan dasar ( ekonomis )

Kebutuhan dasar yang dimaksud disini adalah kebutuhan akan

makanan, pakaian, dan perumahan yang biasa disebut sebagai kebutuhan


primer. Untuk memenuhi kebutuhan dasar ini sesorang akan bekerja keras

dengan mengerahkan segala kemampuannya, karena kebutuhan makanan,

pakaian, dan perumahan merupakan kebutuhan yang paling mendasr yang

harus di penuhi.

2. Kebutuhan rasa aman ( psikologis )

Yang termasuk dalam kategori kebutuhan psikologis disini diantaranya

adalah kebutuhan akan status, pengakuan, penghargaan, dan lain – lain.

Menurut Arep ( 2003 : 61 ) keinginan karyawan untuk mencapai status

tertentu atau untuk menjadi seorang “ tokoh “, bukan saja berarti bahwa

karyawan harus mempunyai kesempatan lebih banyak untuk mencapai

kemajuan, akan tetapi juga harus bersedia menerima kewajiban –

kewajiban lebih banyak. Artinya motivasi untuk meraih status yang diidam

– idamkan akan melekat kuat dalam dirinya.

3. Kebutuhan sosial

Menurut Robert Carison:” Satu cara meyakinkan para karyawan betah

bekerja adalah dengan meyakinkan bahwa dirinya memiliki banyak mitra

di organisasi “. Karyawan dalam suatu organisasi memerlukan berinteraksi

dengan sesama karyawan dan dengan sesama atasannya serta

menumbuhkan pengakuan atas prestasi kerjanya.

2. Faktor Kompensasi

Menurut Handoko ( 2001: 155 ), kompensasi adalah segala sesuatu yang

diterima para karyawan sebagai balas jasa bekerja. Apabila kompensasi

diberikan secara benar, para karyawan akan lebih terpuaskan dan termotivasi
untuk mencapai sasaran – sasaran organisasi. Kompensasi penting bagi

karyawan, karena kompensasi mencerminkan nilai karya karyawan itu sendiri,

keluarga, dan masyarakat. Dalam hal pemberian gaji beberapa faktor yang

harus diperhatiakn, diantaranya:

1. Arti gaji bagi karyawan

Bagi seorang karyawan gaji mempunyai arti yang mendalam, yakni

sesuatu yang dapat mempengaruhi tingkat kehidupan karyawan yang

bersangkutan bersama keluarganya.

2. Dasar pemberian gaji

Ada beberapa dasar dalam pemberian gaji. Satu diantaranya adalah “ hasil

kerja “ yakni gaji diberikan berdasarkan jumlah atau nilai barang yang

dijual atau yang dihasilkan.

3. Faktor Komunikasi

Menurut Arep dalam manajemen personalia ( 2003: 81 ), komunikasi yang

lancar adalah komunikasi terbuka dimana informasi mengalir secara bebas

dari atas ke bawah atau sebaliknya, Dalam suatu organisasi komunikasi perlu

dijalin secara baik antara atasan dengan bawahan atau sesama bawahan,

karena dengan komunikasi yang lancar maka arus komunikasi akan berjalan

lancar pula serta tidak terjadi adanya mis komunikasi yang akan

mengakibatkan kesimpang siuran dalam melaksanakan pekerjaan dalam

organisasi. Dengan komunikasi yang lancar kebijakan organisasi akan dapat

lebih mudah dimengerti.


4. Faktor Kepemimpinan

Menurut Arep dalam manajemen personalia ( 2003: 93 ), kepemimpinan

adalah kemampuan seseorang untuk memguasai atau mempengaruhi orang

lain atau masyarakat yang berbeda – beda menuju pencapaian tertentu. Dalam

mencapai tujuan yakni untuk dapat menguasai atau mempengaruhi serta

memotivasi orang lain, maka dalam penerapan manajemen sumber daya

manusia digunakan beberapa gaya kepemimpinan, diantaranya:

1. Democratic Leadership, adalah suatu gaya kepemimpinan yang

menitikberatkan kepada “ kemampuan untuk menciptakan MORAL “ dan

“ kemampuan untuk menciptakan KEPERCAYAAN “.

2. Dictatorial atau autocratic Leadership, yakni suatu gaya Leadership yang

menitikberatkankepada “ kesanggupan untuk MEMAKSAKAN “

keinginannya yang mampu mengumpulkan pengikut – pengikutnya untuk

kepentingan pribadinya dan / atau golongannya dengan kesediaan untuk

menerima segala resiko apapun.

3. Paternalistik Leadership, yakni bentuk antara gaya pertama ( democratic )

dan kedua ( dictatorial ) diatas.

4. Free Rain Leadership, yakni salah satu gaya kepemimpinan yang 100%

menyerahkan sepenuhnya seluruh kebijaksanaan pengoperasiaan

manajemen sumber daya manusia kepada bawahannya dengan hanya

berpegang kepada ketentuan – ketentuan pokok yang ditetapkan oleh

atasan mereka.
5. Faktor pelatihan

Pelatihan merupakan suatu sarana untuk meningkatkan kemampuan

karyawan dalam suatu organisasi. Untuk lebih meningkatkan kualitas sumber

daya manusia setiap organisasi perlu melaksanakan pendidikan dan pelatihan

bagi karyawannya, baik yang diselenggarakan di dalam maupun di luar

organisasi. Menurut Arep ( 2003: 108 ), pelatihan merupakan salah satu usaha

untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama dalam hal

pengetahuan, kemampuan, keahlian, dan sikap.

Manfaat pelatihan bagi karyawan adalah:

1. Meningkatkan motivasi

2. Meningkatkan pengetahuan, kemmapuan, dan ketrampilan dalam

melaksanakan tugas sehari – hari.

3. Meningkatakn rasa percaya diri dan menghilangkan rasa rendah diri

4. Memperlancar pelaksanaan tugas

5. Menumbuhkan sikap positif terhadap organisasi

6. Meningkatkan semangat dan gairah kerja

7. Mempertinggi rasa peduli terhadap organisasi

8. Meningkatkan rasa saling menghargai antar karyawan

9. Memberikan dorongan bagi karyawan untuk menghasilkan yang terbaik

10. Memberikan dorongan bagi karyawan untuk memberikan pelayanan

yang terbaik.
6. Faktor prestasi

Penilaian presasi kerja karyawan bagi organisasi merupakan sarana untuk

mengembangkan sumber daya manusia. Sedangkan bagi karyawan penilaian

prestasi dapat memacu semangat kerja, guna peningkatkan kinerja

selanjutnya. Karena dengan penilaian prestasi ini akan merasa bahwa hasil

kerja mereka diakui oleh pihak organisasi dan kemudian menimbulkan

harapan untuk memperoleh kompensasi dari organisasi. Hal ini merupakan

sumber motivasi kerja yang sangat mempengaruhi kinerja karyawan.

Untuk lebih jelasnya, penulis akan menekankan pengertian dan makna

motivasi kerja yaitu suatu sikap dan kepuasan dengan keinginan yang terus –

menerus dan kesediaan untuk mengejar tujuan organisasi, serta faktor – faktor

yang mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi kerja di dalam suatu organisasi

khususnya pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Semarang antara

lain:

1. Absensi

Absensi disini diantaranya waktu yang hilang, sakit / kecelakaan, serta

pergi meninggalkan pekerjaan karena keperluan pribadi baik diberi wewenang

maupun tidak. Yang tidak diperhitungkan dalam absensi yaitu tidak ada

pekerjaan, cuti yang sah, periode libur panjang, dan diberhentikan kerja atau

pemberhentian bekerja.
2. Kerjasama

kerjasama ini meliputi keaktifan di dalam organisasi dan kesediaan karyawan

untuk bekerja sama dan saling membantu, baik dengan pimpinan maupun teman

– teman sekerja untuk mendapatkan tujuan bersama.

3. Disiplin

Menurut Haryoto ( 2002 ) disiplin adalah kesediaan dan kesadaran

karyawan untuk menaati peraturan yang berlaku, baik menaati perintah

kedinasan yang diberkan oleh pimpinan, selalau menaati jam kerja, selalu

memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan sebaik – baiknya sesuai

dengan bidang tugasnya.

Dari beberapa penjelasan di atas disimpulkan bahwa beberapa ukuran

untuk mengukur disiplin kerja yang antara lain:

1. Kepatuhan karyawan pada jam kerja.

2. Kepatuhan pelayanan pada perintah / instruksi dari pimpinan serta

menaati peraturan dan tata tertib yang berlaku.

3. Berpakaian yang baik, sopan, dan menggunakan tanda – tanda

pengenal instansi.

4. Menggunakan dan memelihara bahan – bahan dan alat – alat perlengkapan

kantor dengan hati – hati.

5. Bekerja dengan mengikuti peraturan yang telah ditentukan oleh organisasi.

2.1.3. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor penting dalam menciptakan

kinerja karyawan. Karena Lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung


terhadap karyawan didalam menyelesaikan pekerjaan yang pada akhirnya akan

meningkatkan kinerja oragnisasi. Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan baik

apabila karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman, dan

nyaman. Oleh karena itu penentuan dan penciptaan lingkungan kerja yang baik

akan sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Sebaliknya

apabila lingkungan kerja yang tidak baik akan dapat menurunkan motivasi serta

semangat kerja dan akhirnya dapat menurunkan kinerja karyawan.

Kondisi dan suasana lingkungan kerja yang baik akan dapat tercipta dengan

adanya penyusunan organisasi secara baik dan benar sebagaimana yang dikatakan

oleh Sarwoto ( 1991 ) bahwa suasana kerja yang baik dihasilkan terutama dalam

organisasi yang tersusun secara baik, sedangkan suasana kerja yang kurang baik

banyak ditimbulkan oleh organisasi yang tidak tersusun dengan baik pula. Dari

pendapat tersebut dapat diterangkan bahwa terciptanya suasana kerja sangat

dipengaruhi oleh struktur organisasi yang ada dalam organisasi tersebut.

Menurut Sedarmayanti ( 2001 ) menyatakan bahwa secara garis besar, jenis

lingkungan kerja terbagi menjadi 2 yaitu:

1. Lingkungan Kerja Fisik

Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang

terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik

secara langsung maupun secara tidak langsung ( Sedarmayanti, 2001 ).

Menurut Komarudin ( 2002 ) Lingkungan kerja fisik adalah keseluruhan atau

setiap aspek dari gejala fisik dan sosial - kultural yang mengelilingi atau

mempengaruhi individu. Menurut Alex S. Nitisemito ( 2002 )


Lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja

yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas - tugas yang

dibebankan, misalnya penerangan, suhu udara, ruang gerak, keamanan,

kebersihan, musik dan lain-lain.

Berdasarkan definisi tersebut bahwa lingkungan kerja fisik adalah segala

sesuatu yang ada di sekitar tempat kerja karyawan lebih banyak berfokus

pada benda – benda dan situasi sekitar tempat kerja sehingga dapat

mempengaruhi karyawan dalam melaksanakan tugasnya, Masalah

lingkungan kerja dalam suatu organisasi sangat penting, dalam hal ini

diperlukan adanya pengaturan maupun penataan faktor - faktor lingkungan

kerja fisik dalam penyelenggaraan aktivitas organisasi.

Faktor - faktor lingkungan kerja fisik adalah sebagai berikut:

1. Pewarnaan

Masalah warna dapat berpengaruh terhadap karyawan didalam

melaksanakan pekerjaan, akan tetapi banyak perusahaan yang kurang

memperhatikan masalah warna. Dengan demikian pengaturan hendaknya

memberi manfaat, sehingga dapat meningkatkan semangat kerja karyawan.

Pewarnaan pada dinding ruang kerja hendaknya mempergunakan warna

yang lembut.

2. Penerangan

Penerangan dalam ruang kerja karyawan memegang peranan yang sangat

penting dalam meningkatkan semangat karyawan sehingga mereka akan

dapat menunjukkan hasil kerja yang baik, yang berarti


bahwa penerangan tempat kerja yang cukup sangat membantu berhasilnya

kegiatan-kegiatan operasional organisasi.

3. Udara

Di dalam ruangan kerja karyawan dibutuhkan udara yang cukup, dimana

dengan adanya pertukaran udara yang cukup, akan menyebabkan

kesegaran fisik dari karyawan tersebut. Suhu udara yang terlalu panas

akan menurunkan semangat kerja karyawan di dalam melaksanakan

pekerjaan.

4. Suara bising

Suara yang bunyi bisa sangat menganggu para karyawan dalam bekerja.

Suara bising tersebut dapat merusak konsentrasi kerja karyawan

sehingga kinerja karyawan bisa menjadi tidak optimal. Oleh karena itu

setiap organisasi harus selalu berusaha untuk menghilangkan suara

bising tersebut atau paling tidak menekannya untuk memperkecil suara

bising tersebut. Kemampuan organisasi didalam menyediakan dana

untuk keperluan pengendalian suara bising tersebut, juga merupakan

salah satu faktor yang menentukan pilihan cara pengendalian suara

bising dalam suatu organisasi.

5. Ruang Gerak

suatu organisasi sebaiknya karyawan yang bekerja mendapat tempat yang

cukup untuk melaksanakan pekerjaan atau tugas. Karyawan tidak mungkin

dapat bekerja dengan tenang dan maksimal jika tempat yang tersedia tidak

dapat memberikan kenyamanan. Dengan demikian ruang


gerak untuk tempat karyawan bekerja seharusnya direncanakan terlebih

dahulu agar para karyawan tidak terganggu di dalam melaksanakan

pekerjaan disamping itu juga perusahaan harus dapat menghindari dari

pemborosan dan menekan pengeluaran biaya yang banyak.

6. Keamanan

Rasa aman bagi karyawan sangat berpengaruh terhadap semangat kerja

dan kinerja karyawan. Di sini yang dimaksud dengan keamanan yaitu

keamanan yang dapat dimasukkan ke dalam lingkungan kerja fisik. Jika

di tempat kerja tidak aman karyawan tersebut akan menjadi gelisah, tidak

bisa berkonsentrasi dengan pekerjaannya serta semangat kerja karyawan

tersebut akan mengalami penurunan. Oleh karena itu sebaiknya suatu

organisasi terus berusaha untuk menciptakan dan mempertahankan suatu

keadaan dan suasana aman tersebut sehingga karyawan merasa senang

dan nyaman dalam bekerja.

7. Kebersihan

Lingkungan kerja yang bersih akan menciptakan keadaan disekitarnya

menjadi sehat. Oleh karena itu setiap organisasi hendaknya selalu

menjaga kebersihan lingkungan kerja. Dengan adanya lingkungan yang

bersih karyawan akan merasa senang sehingga kinerja karyawan akan

meningkat.
2. Lingkungan Kerja Non Fisik

Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang

berkaitan dengan hubungsn kerja, baik hubungan dengan atasan maupun

hubungan dengan bawahan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan

bawahan ( Sedamayanti, 2001 ). Lingkungan kerja non fisik ini tidak kalah

pentingnya dengan lingkungan kerja fisik. Semangat kerja karyawan sangat

dipengaruhi oleh keadaan lingkungan kerja non fisik, misalnya hubungan

dengan sesama karyawan dan dengan pemimpinnya. Apabila hubungan

seorang karyawan dengan karyawan lain dan dengan pimpinan berjalan

dengan sangat baik maka akan dapat membuat karyawan merasa lebih nyaman

berada di lingkungan kerjanya. Dengan begitu semangat kerja karyawan akan

meningkat dan kinerja pun juga akan ikut meningkat.

Ada 5 aspek lingkungan kerja non fisik yang bisa mempengaruhi perilaku

karyawan, yaitu:

1. Struktur kerja, yaitu sejauh mana bahwa pekerjaan yang diberikan

kepadanya memiliki struktur kerja dan organisasi yang baik.

2. Tanggung jawab kerja, yaitu sejauh mana pekerja merasakan bahwa

pekerjaan mengerti tanggung jawab mereka serta bertanggung jawab atas

tindakan mereka.

3. Perhatian dan dukungan pemimpin, yaitu sejauh mana karyawan

merasakan bahwa pimpinan sering memberikan pengarahan, keyakinan,

perhatian serta menghargai mereka.


4. Kerja sama antar kelompok, yaitu sejauh mana karyawan merasakan ada

kerjasama yang baik diantara kelompok kerja yang ada.

5. Kelancaran komunikasi, yaitu sejauh mana karyawan merasakan adanya

komunikasi yang baik, terbuka, dan lancar, baik antara teman sekerja

ataupun dengan pimpinan.

Kedua jenis lingkungan kerja di atas harus selalu diperhatikan oleh

organisasi. Keduanya tidak bisa dipisahkan begitu saja. Terkadang organisasi

hanya mengutamakan salah satu jenis lingkungan kerja di atas, tetapi akan lebih

baik lagi apabila keduanya dilaksanakan secara maksimal. Dengan begitu kinerja

karyawan bisa akan lebih maksimal. Peran seorang pemimpin benar – benar

diperlukan dalam hal ini. Pemimpin harus bisa menciptakan sebuah lingkungan

kerja baik dan mampu meningkatkan kinerja karyawan.

1.1.4. Hubungan antara Motivasi dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja

karyawan

Motivasi adalah hasrat untuk berupaya guna memberikan manfaat bagi

orang lain ( Grant, 2008a dalam jurnal of Applied Psychology, 93, 48 – 58 )

menunjukkan tingkat dimana perilaku para karyawan berhasil di dalam

memberikan kontribusi tujuan-tujuan organisasi ( Motowidlo, 2003 dalam jurnal

Applied Psychology ). Kami menggunakan teori kepercayaan dan teori desain

pekerjaan untuk menyatakan bahwa para karyawan akan lebih memiliki keyakinan

terhadap komunikasi misi dan tindakan para manajer yang dapat dipercaya. Ini

akan memungkinkan karyawan untuk melihat bagaimana pekerjaan mereka

membantu pihak yang menerima manfaat serta meningkatkan kinerja karyawan.


Selain itu lingkungan kerja juga tidak kalah pentingnya di dalam pencapaian

kinerja karyawan. Dimana lingkungan kerja mempengaruhi karyawan dalam

menyelesaikan pekerjaannya. Dengan adanya lingkungan kerja yang memadai

tentunya akan membuat karyawan betah bekerja, sehingga akan timbul semangat

kerja dan kegairahan kerja karyawan dalam melakasanakan pekerjaannya, kinerja

karyawan akan meningkat. Sedangkan lingkungan kerja yang tidak memadai

dapat mengggangu konsentrasi karyawan dalam melaksanakan pekerjaaannya

sehingga menimbulkan kesalahan dalam bekerja dan kinerja karyawan akan

menurun.

2.2. Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan motivasi kerja,

lingkungan kerja, dan kinerja karyawan. Emilia Rosyana Putri ( 2001 )dalam

penelitiannya yang berjudul pengaruh faktor – faktor motivasi terhadap kinerja

karyawan. Analisis penelitian yang digunakan adalah analisis regresi berganda

menggunakan program SPSS. Hasil dari penelitian adalah adanya faktor – faktor

motivasi seperti gaji, lingkungan kerja, hubungan interpersonal, dan keamanan

kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa motivasi prososial dapat

memprediksikan tingkat kinerja yang lebih tinggi di dalam pekerjaan pemerintah

( Perry & Hondeghem, 2008 ), pemadaman kebakaran dan penggalangan dana

( Grant, 2008a; Rioux & Penner, 2001 ), perawatan ( Riggio & Taylor, 2000 ),

pekerjaan rumah sakit dan pendidikan ( Ilies, Scott, & Judge, 2006 ), dan
engineering ( Kamdar & Van Dyne, 2007; Moon, Kamdar, Mayer, & Takeuchi,

2008 ).

Sedangkan menurut Joko Purnomo ( 2008 ) dalam penelitiannya mengenai

kepemimpinan, motivasi kerja, dan lingkungan kerja, terhadap kinerja karyawan

menunjukkan hasil yang signifikan. Dimana variabel motivasi kerja dan

lingkungan yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja

karyawan. Penelitian ini sendiri dilakukan terhadap pegawai negeri sipil pada

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Jepara. terbukti mempengaruhi

Dalam penelitian ini, faktor

– faktor tersebut dianalisis untuk menentukan pengaruh motivasi kerja dan

lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan Dinas Perindustrian dan perdagangan

Kota Semarang.

2.3. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan landasan teori dan penelitian terdahulu, maka dapat

disusun suatu kerangka pemikiran dalam penelitan ini, seperti yang disajikan

dalam gambar berikut ini:

Gambar 2.3

Kerangka

Pemikiran

Motivasi Kerja
( X1 )
Kinerja Karyawan
X1 (Y)

X2
Lingkungan Kerja
( X2 )
Sumber : dikembangkan untuk penelitian, 2009
2.3. Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang kedudukannya belum sekuat

proposisi atau dalil ( Umar, 2000 ). Sesuai dengan variabel – variabel yang akan

diteliti maka hipotesis yang akan diajukan dalan penelitian ini adalah:

1. H1: Motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan

2. H2: Lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.1.1. Variabel Penelitian

Pengertian variabel penelitian menurut F Sugiyono ( 1999 ) adalah sesuatu

hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Menurut Hatch dan Fardahany ( 1987; dalam sugiyono, 1999 ),

secara teoritis variabel sendiri dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau

objek yang mempunyai variasi satu orang dengan yang lain atau satu objek

dengan objek yang lain. Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu:

1. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang menjadi pusat perhatian utama

peneliti. Hakekat sebuah masalah mudah terlihat dengan mengenali berbagai

variabel dependen yang digunakan dalam sebuah model. Variabilitas dari atau

atas faktor inilah yang berusaha untuk dijelaskan oleh seorang peneliti

( Ferdinand, 2006 ). Dalam peneliti ini yang menjadi variabel dependen

adalah: Kinerja Karyawan ( Y ).

2. Variabel Independen

Variabel independen yang dilambangkan dengan ( X ) adalah variabel

yang mempengaruhi variabel dependen, baik yang pengaruhnya positif

maupun yang pengaruhnya negatif ( Ferdinand, 2006 ). Variabel independen

dalam penelitian ini adalah:


1. Motivasi Kerja ( X1 )

2. Lingkungan Kerja ( X2 )

3.1.2. Definisi Operasional

Definisi operasional menurut Supranto ( 2003 ) adalah terdiri dari upaya

mereduksi konsep dari tingkat abstraksi ( tidak jelas ) menuju ke tingkat yang

lebih konkret, dengan jalan merinci atau memecah menjadi dimensi kemudian

elemen, diikuti dengan upaya menjawab pertanyaan – pertanyaan apa yang terkait

dengan elemen – elemen, dimensi dari suatu konsep.

Beberapa variabel yang termasuk dalam penelitian ini antara lain:

1. Variabel Independen

1. Motivasi Kerja

Motivasi kerja karyawan adalah kondisi kegairahan kerja yang

dikembangkan oleh Alfred Lateiner ( 1985 ) dalam jurnal of Applied

Psychology, terdapat empat dimensi yaitu:

1. Disiplin yaitu suatu sikap mental yang patut dan taat terhadap

peraturan, perintah serta instruksi.

2. Kerja sama yaitu serangkaian usaha yang dilakukan secara bersama –

sama dengan teratur dan serasi, meliputi tugas sendiri maupun tugas

kelompok.

3. Keamanan yaitu jaminan rasa aman dalam melaksanakan pekerjaan

dan hari tua.

4. Kepuasan yaitu sikap perasaan puas hati terhadap apa yang

diharapkan, dengan kenyataan yang telah diterima karyawan.


Dalam penelitian ini variabel independen Motivasi Kerja diberi notasi X1

2. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja yang mengacu pada kondisi fisik tempat kerja dimana

karyawan melaksanakan tugas dan tanggung jawab sehari – hari,

seperti:

1. Pimpinan / atasan di tempat kerja

2. Teman – teman di tempat kerja


3. Keadaan penerangan / cahaya di tempat kerja
4. Keadaan udara di tempat kerja
5. Keadaaan suara di tempat kerja
6. Keadaan perlengkapan kerja
Dalan penelitian ini variabel independen Lingkungan Kerja diberi notasi
X2.
3. Variabel Dependen
Kinerja karyawan merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan

individu dalam bekerja baik secara kualitas maupun kuantitas sesuai dengan

tanggung jawab yang telah diberikan kepada Gibson ( 1996 : 13 ) kinerja

karyawan adalah hasil yang diinginkan dari pelaku / karyawan. Dalam rangka

usaha untuk lebih menjamin keobyektivitas dalam pembinaan pegawai negeri

sipil berdasarkan sistem karier dan sisem prestasi kerja, maka perlu diadakan

penilaian pelaksanan pegawai negeri sipil yang disebut Daftar Penilaian

Pelaksanaan Pekerjaan ( DP3 ).


No Unsur yang dinilai uraian Nilai Keterangan
1. Kesetiaan 1. Selalu menjunjung 1. 100 - 91 amat
tinggi kehormatan
baik 2. 90 – 76 baik
negara dan atau
pemerintahan serta 3. 75 – 61 cukup
senantiasa
4. 60 – 51 sedang
mengutamakan
kepentingan negara 5. 50 kebawah kurang
daripada kepentingan
diri sendiri atau
golongan.
2. Kalau ada dorongan
baru mau berusaha dengan
sungguh – sungguh
mempelajari dan
memperdalam
pengetahuannya tentang
UUD 1945, Haluan
Negara, politik pemerintah,
dan Pancasila
3. Kurang berusaha
mempelajari dan
mmeperdalam pengetahuan
tentang Pancasila, UUD
1945, haluan Negara,
politik pemerintah, dan
rencana – rencana
peemrintah sesuai dengan
bidang tugasnya.
4. Terpengaruh oleh
orang lain atau
lingkungan menjadi ikut
– ikutan bersikap atau
bertingkah laku yang
dapat dinilai kurang
menjunjung tinggi
kehormatan Negara dan
atau pemerintah, dan baru
sadar akan kekeliruannya
setelah diberikan
peringatan yang keras.
5. Walaupun telah
diberikan peringatan, tetapi
masih bersikap atau
bertingkah laku yang dapat
dinilai kurang menjunjung
tinggi kehormatan Negara
atau pemerintah.
2 Prestasi Kerja 1.Mempunyai 1. 100 - 91 amat
pengalaman, baik 2. 90 – 76 baik
pengetahuan,dan 3. 75 – 61 cukup
ketrampilan yang sangat 4. 60 – 51 sedang
baik dalam melaksanakan 5. 50 kebawah kurang
tugasnya.
2. Selalu bersungguh –
sungguh dalam
melaksanakan tugasnya.
3.Mempunyai
pengetahuan, pengalaman,
dan ketrampilan yang
cukup dalam
melaksanakan tugasnya.
4. Hasil kerjanya selalu
dibawah hasil kerja rata –
rata yang ditentukan.
3 Tanggung Jawab 1. Menyelesaikan tugas 1. 100 - 91 amat
tepat waktu. baik 2. 90 – 76 baik
2.Mengutamakan 3. 75 – 61 cukup
kepentingan 4. 60 – 51 sedang
perusahaan dari pada 5. 50 kebawah kurang
kepentingan diri sendiri
atau golongan.
3. Berani memikul risiko
dari keputusan yang
diambil atau tindakan
yang dilakukannya,
4. Tidak pernah
melemparkan kesalahan
yang telah dibuatnya
kepada orang lain.
5. Sering meninggalkan
tugas dan melemparkan
tugas tersebut kepada
orang lain.
4 Ketaatan 1. Selalu menaati peraturan 1. 100 - 91 amat
pemerintah dan perusahaan baik 2. 90 – 76 baik
yang telah diberikan oleh 3. 75 – 61 cukup
atasan yang 4. 60 – 51 sedang
berwenang.dengan sebaik 5. 50 kebawah kurang
– baiknya.
2. Memberikan pelayanan
yang baik kepada
konsumen.
3. Masuk kerja atau
terlambat masuk kerja
dan pulang kerja lebih
awal dari waktu yang
telah ditentukan bahkan
tidak masuk kerja tanpa
keterangan.
4. Kurang menunjukkan
sikap sopan santun.
5 Kejujuran 1. Melaksanakan tugas dan 1. 100 - 91 amat
melaporkan hasil kerjanya baik 2. 90 – 76 baik
kepada atasan menurut 3. 75 – 61 cukup
keadaan yang sebenarnya. 4. 60 – 51 sedang
2. Tidak pernah 5. 50 kebawah kurang
menyalahkan gunakan
wewenangnya.
6 Kerjasama 1. Menghargai pendapat 1. 100 - 91 amat baik
orang lain. 2. 90 – 76 baik
2. Mengetahui secara 3. 75 – 61 cukup
mendalam bidang tugas 4. 60 – 51 sedang
orang lain yang ada 5. 50 kebawah kurang
hubungannya dengan
bidang tugasnya maupun
tidak.
3. Bekerjasama dengan
orang lain menurut waktu
dan bidang tugas yang
ditentukan.
4. Kurang mengahrgai
pendapat orang lain.
7 Prakarsa 1. Tanpa menunggu 1. 100 - 91 amat baik
petunjuk atau perintah dari 2. 90 – 76 baik
atasan, mengambil 3. 75 – 61 cukup
keputusan atau emlakukan 4. 60 – 51 sedang
tindakan yang diperlukan 5. 50 kebawah kurang
dalam melaksanakan
tugasnya tetapi tidak
bertentangan dengan
kebijaksanaan umum
pimpinan.
2. Selalu berusaha
memberikan saran yang
dipandangnya baik dan
berguna kepada atasan,
baik diminta atau tidak
diminta yang ada
hubungannya dengan
pelaksanaan tugasnya.
3. tidak berani memberikan
saran kepada pimpinan.
8 Kepemimpinan 1. Menguasai segala 1. 100 - 91 amat
bidang tugas baik 2. 90 – 76 baik
2. Mengambil keputusan 3. 75 – 61 cukup
dengan cepat dan tepat. 4. 60 – 51 sedang
3. Mengetahui dengan 5. 50 kebawah kurang
baik kemampuan dan
batas kemampuan
bawahan.
4. Memperhatikan nasib
dan mendorong
kemajuan
karyawannya.

3.2 Populasi

Populasi adalah sejumlah keseluruhan individu dari unit analisa yang

cirinya akan diduga. Umar ( 2000 ) mengartikan bahwa populasi sebagai wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai karakteristik

tertentu dan mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota

sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT. Fajar Cahaya

Cemerlang. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 74 orang karyawan PT.

Fajar Cahaya Cemerlang.

Sensus adalah Pengumpulan data yang mencakup seluruh elemen atau

anggota populasi yang ditelili. Sensus dalam penelitian ini adalah karyawan PT.

Fajar Cahaya Cemerlang yang berjumlah 74 karyawan.


3.3. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini digunakan dua jenis data yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung dan segera dapat diperoleh dari

sumbernya, diamati, dan dicatat pertama kalinya. Dalam penelitian ini

data primer yang digunakan bersumber dari responden yang merupakan

karyawan PT. Fajar Cahaya Cemerlang, yang terdiri dari identitas

responden, tanggapan responden terhadap motivasi kerja, lingkungan

kerja, dan kinerja karyawan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri penelitiannya,

seperti jumlah karyawan, struktur organisasi PT. Fajar Cahaya

Cemerlang.

1.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data yang

dibutuhkan dalam penelitian ini adalah dengan membagikan angket langsung

kepada karyawan PT. Fajar Cahaya Cemerlang. Pembagian angket bertujuan

untuk mengetahui pendapat responden mengenai motivasi kerja, lingkungan kerja,

dan kinerja karyawan.

Metode Pengolahan Data yaitu sebagai berikut:

1. Pengeditan ( editing )

Pengeditan adalah proses yang bertujuan agar data yang dikumpulkan dapat

memberikan kejelasan, mudah dibaca, konsisten, dan lengkap.


2. Pemberian kode ( coding )

Pemberian kode merupakan suatu cara untuk memberikan kode tertentu

terhadap berbagai macam jawaban kuesioner untuk dikelompokkkan pada

kategori yang sama.

3. Proses Pemberian Skor ( scoring )

Setiap pilihan jawaban responden diberi skor nilai atau bobot yang disusun

secara bertingkat berdasarkan skala Likert.

Untuk angket Motivasi Kerja dan lingkungan kerja, skor yang diberikan

adalah sebagai berikut:

1. Sangat Setuju ( SS ) =5

2. Setuju ( S ) =4

3. Kurang Setuju ( KS ) =3

4. Tidak Setuju ( TS ) =2

5. Sangat Tidak Setuju ( STS ) = 1

Sedangkan untuk angket Kinerja karyawan , skor yang diberikan adalah:

1. Sangat Setuju ( SS ) =5

2. Setuju ( S ) =4

3. Kurang Setuju ( KS ) =3

4. Tidak Setuju ( TS ) =2

5. Sangat Tidak Setuju ( STS ) = 1


3.4.1 Teknik Analisis Data

1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif merupakan analisis data yang tidak dapat

dinominasikan dengan menggunakan angka, melainkan disajikan

berupa keterangan, penjelasan, dan pembahasan teori

2. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif adalah analisis data dalam bentuk angka-angka

yang pembahasannya, melalui penghitungan statistik berdasarkan

jawaban kuesioner dari responden. Hasil penghitungan dari skor atau

nilai tersebut kemudian dalam analisis statistik yang dilakukan dengan

bantuan program SPSS untuk membuktikan hubungan dan pengaruh

antara variabel - variabel penelitian, dengan melakukan uji data

sebagai berikut:

1. Uji Validitas

Digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu

kuesioner. Uji validitas dilakukan untuk memastikan bahwa

masing

- masing pertanyaan akan terklarifikasi pada variabel - variabel

yang telah ditentukan. Item-item pertanyaan dapat dikatakan valid

jika memiliki factor loading lebih dari 0,40.

2. Uji reliabilitas

dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap

konsisten, jika dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap

gejala dengan gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur


yang sama. Uji reliabilitas dilakukan dengan menghitung cronbach

alpha dari masing - masing instrumen dalam suatu variabel.

Instrumen yang dipakai dikatakan andal ( reliable ) jika memiliki

nilai croncbach alpha lebih dari 0,6.

3. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik harus dilakukan untuk menguji layak tidaknya

model analisis regresi yang digunakan dalam penelitian. Uji ini

meliputi:

1. Uji Multikolinieritas

Bertujuan untuk menguji ada tidaknya korelasi antara variabel

bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi di atas 0,09

mengindikasikan terjadinya multikolinieritas. Model regresi

mensyaratkan tidak terjadinya multikolinieritas.

2. Uji Heteroskedastisitas

Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain. Model regresi mensyaratkan tidak terjadi

heteroskedastisitas.

3. Uji Normalitas

Bertujuan untuk menguji tingkat kenormalan variabel terikat

dan variabel bebas. Menurut Ghozali (2001) model regresi yang

baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau

mendekati normal.
4. Analisis Regresi

Pengujian hipotesis dilakukan dengan persamaan regresi berganda,

dengan rumus:

Y = a + b1X1 + b2X2

Keterangan :

Y= motivasi

kerja a=

konstanta

X1= lingkungan kerja

X2= Kinerja Karyawan

1. Uji t ( regresi parsial )

1. Menentukan formulasi hipotesis

Ho : b1 = 0 artinya, tidak ada pengaruh dari masing-masing

variabel bebas ( x ) terhadap variable terikat ( y ).

Ha : b1 ≠ 0 artinya, ada pengaruh dari masing-masing

variabel bebas ( x ) terhadap variable terikat ( y

).

2. Menentukan derajat kepercayaan 95% ( α = 0.05 ).

3. Menentukan signifikansi

nilai signifikansi ( P value ) ≤ 0,05, maka Ho ditolak dan

Ha diterima.

nilai signifikansi ( P value ) > 0,05, maka Ho diterima

dan Ha ditolak.

2. Uji f ( regresi simultan )

1. Menentukan formulasi hipotesis


Ho : b1 = 0 artinya, semua variabel bebas ( x ) secara

simultan tidak mempengaruhi variable terikat ( y ).

Ha : b1 ≠ 0 artinya, semua varibael bebas ( x ) secara

simultan mempengaruhi variable terikat ( y

).

2. Menentukan derajat kepercayaan 95% ( α = 0,05 ).

3. Menentukan signifikansi

nilai signifikansi ( P valu e) ≤ 0,05, maka Ho ditolak dan

Ha diterima.

nilai signifikansi ( P value ) > 0,05, maka Ho

diterima dan Ha ditolak.


DAFTAR PUSTAKA

Analisa, Lucky Wulan. 2011. E Print Universitas Diponegoro.

http://eprints.undip.ac.id/26826/1/skripsi_MSDM_-_Lucky%28r%29.pdf.

Diakses pada tanggal 17 April 2020.

Murdiyanto, Agus. 2012. Analisis Pengaruh otivasi dan Lingkungan Kerja

Terhadap Kinerja Karyawan Motor Hepy Cabang Jawa Tengah.

https://media.neliti.com/media/publications/249336-analisis-pengaruh-

motivasi-dan-lingkunga-336569ea.pdf. Diakses pada tanggal 17 April

2020.

Pratama, Budi Yofanda. 2015. E Print Universitas Yogyakarta.

https://eprints.uny.ac.id/27866/1/YofandaBudiPratama_10408141024.pdf

. Diakses pada tanggal 17 April 2020.

Anda mungkin juga menyukai