Makalah Senyawa Antar Halogen
Makalah Senyawa Antar Halogen
Makalah Senyawa Antar Halogen
Senyawa Antarhalogen
Oleh :
Kelompok 6
DEPARTEMEN KIMIA
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaiakn tugas makalah yang berjudul “Senyawa Antarhalogen”
dengan tepat waktu.
Makalah disusun unutk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Unsur. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Satya Candra Wibawa Sakti, M.Sc., Ph.D.,
Ibu Harsasi Setyawati, S.Si., M.Si., dan Ibu Dr. Alfa Akustia Widati, S.Si., M.Si.
selaku dosen mata kuliah Kimia Unsur serta kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan infomasi dan manfaat bagi pembaca
yang telah membaca makalah ini.
Tim Penyusun
II
DAFTAR ISI
COVER JUDUL……………………………………………………………………….i
III
BAB I
PENDAHULUAN
1
d. Bagaimanakah ikatan dalam senyawa antarhalogen?
e. Bagaimanakah struktur senyawa antarhalogen?
f. Bagaimanakah cara memperoleh senyawa antarhalogen?
g. Bagaimanakah karakterisasi senyawa antarhalogen?
h. Apa saja manfaat senyawa antarhalogen?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Unsur pada halogen terdiri dari Fluor (F), Klor (Cl), Brom(Br), Iod (I), dan
Astat (At). Menurut tabel periodik berada pada blok-p. Hanya saja memiliki
perbedaan kulit. Berikut penjelasannya :
1. Fluor (F) memiliki nomor atom 9. Memiliki konfigurasi elektron 1s 2 2s2 2p5.
Sehingga Flour (F) memiliki 2 kulit dengan sub kulit terakhir p.
2. Klor (Cl) memiliki nomor atom 17. Memiliki konfigurasi elektron [Ne] 3s 2
3p5 . Sehingga Klor (Cl) memiliki 3 kulit dengan sub kulit terakhir p.
3. Brom (Br) memiliki nomor atom 35. Memiliki konfigurasi elektron [Ar]
3d10 4s2 4p5 . Sehingga Brom (Br) memiliki 4 kulit dengan sub kulit terakhir p.
4. Iod (I) memiliki nomor atom 53. Memiliki konfigurasi elektron [Kr] 4d10
5s2 5p5 . Sehingga Iod (I) memiliki 5 kulit dengan sub kulit terakhir p.
5. Astat (At) memiliki nomor atom 85. Memiliki konfigurasi elektron [Xe]
4f14 5d10 6s2 6p5 . Sehingga Astatine (At) memiliki 6 kulit dengan sub kulit terakhir p.
3
2.2. Konfigurasi Unsur
4
(gambar konfigurasi electron senyawa halogen)
5
2.3. Keberadaan Di Alam
Ikatan yang terjadi pada senyawa antar halogen kebanyakan adalah ikatan
kovalen. Untuk senyawa antarhalogen dapat ditentukan jenis ikatan yang dimiliki
melalui rumus persentase karakterisasi ionic pauling (PIC) . Dengan adalah
nilai keelektronegatifan pauling.
6
( ) | |
Sehingga,nilai persentase karakter ionik dari senyawa antarhalogen yang lain dapat
dihitung dan mendapat hasil seperti pada tabel.
Dari perhitungan diatas, dapat disimpulkan bahwa ikatan yang dimiliki oleh
senyawa antarhalogen adalah ikatan kovalen karena kecilnya perbedaan
keelektronegatifan antara masing-masing unsur yang membuat karakteristik ioniknya
lebih kecil dan karakter ikatannya lebih bersifat kovalen.
I2Cl6
Planar
7
Piramida Segiempat
XF5
Pentagonal bipiramida
IF7
8
→
( )→
( )→
( )
3. Metode lainnya
Senyawa antarhalogen dapat dibuat dengan berbagai macam cara berikut:
Senyawa iodine monoklorida dibuat dari menyampurkan leburan I2 dan Cl2 dan
dilakukan kristalisasi fraksi untuk memperoleh kristal yang murni.
→
Klorin Monoflorida dapat dibuat dengan pencampuran langsung antara 2 senyawa
pada suhu (Saxena, P.B, 2007)
9
Atau dapat juga dibuat dengan mereaksikan klorin dengan asam florida pada suhu
kamar (Busch, 2003)
Klorin Triflorida ( ) Dapat dibuat dengan florinasi langsung dengan klorin atau
klorin monoflorida dalam fase gas pada suhu dalam tabung tembaga,
nikel atau monel (Greenwood & Earnshaw, 1997)
Iodin triklorida dapat dibuat dengan mereaksikan langsung klorin dengan iodin
pada suhu (Saxena, P.B, 2007)
Bromin triflorida dibuat dengan mencampurkan uap brom dan fluor dalam aliran
nitrogen atau dengan mereaksikan klorin triforida pada bromida dengan suhu
Dengan florinasi klorin tetraflorida pada suhu kamar dan tekanan 1 atm akan
diperoleh florin pentaklorida (Greenwood & Earnshaw, 1997)
→
Fluorinasi iodin pentafluoride (IF5) pada suhu sekitar 100°C kemudian dipanaskan
menjadi sekitar 270°C - 290°C untuk menghasilkan Iodin Heptafluoride yang
diinginkan (Schumb & Lynch, 1950).
→
Fluorinasi Kalium Iodida pada suhu 250°C (Greenwood & Earnshaw, 1997)
10
2.7. Cara Identifikasi
Senyawa Halogen
A. Fluor
Identifikasi fluorin dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain sebagai
berikut:
1. Fluorin dalam air berwarna kuning muda
2. Fluorin dengan air bereaksi hebat karena air terbakar di dalam fluorin
3. Fluorin dalam gas hydrogen berekasi hebat yang disertai ledakan
B. Klor
Identifikasi klorin dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain sebagai
berikut:
1. Klorin di dalam air berwarna hijau muda
2. Klorin dalam air tidak melarut sempurna dan reaksinya lambat
3. Klorin dan gas hydrogen bereaksi cepat dan jika dikenai sinar ultraviolet
akan mengakibatkan ledakan karena terjadi reaksi berantai
C. Brom
Identifikasi bromin dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain sebagai
berikut:
1. Bromin dalam air berwarna cokelat kemerahan
2. Bromin dalam air tidak melarut sempurna dan reaksinya lambat
3. Bromin dengan gas hydrogen bereaksi lambat
D. Iod
Identifikasi iodin dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain sebagai
berikut:
1. Iodin di dalam air berwana cokelat
2. Iodin tidak larut dan bereaksi dengan air
3. Reaksi iodin dengan gas hydrogen berlangsung lambat
E. Astatin
11
Identifikasi langsung dari beberapa senyawa astatin telah dibuat
dengan spektrometri massa. Kecuali sifat nuklir, satu-satunya sifat fisik astatin
yang diukur secara langsung adalah spektrum atom astatin. Sifat fisik lainnya
telah diprediksi dari teori dan dengan ekstrapolasi dari sifat unsur lain.
Astatin bebas dicirikan oleh volatilitas dari larutan dan kemampuan
ekstraksi menjadi pelarut organik. Ini mengalami disproporsionasi dalam
media alkali. Astatin di-coprecipitated dengan cesium iodida dan dengan
demikian tampaknya membentuk anion polialida. Astatin yang diekstraksi
menjadi kloroform telah terbukti kopresipitasi secara homogen dengan yodium
ketika sebagian dari yang terakhir dikristalisasi. Astatin tampaknya hadir
sebagai iodida, yang tampaknya lebih polar (yaitu, menunjukkan
pemisahan muatan listrik ) daripada yodium bromida. Ini agak larut dalam air
dan jauh lebih larut dalam benzena dan karbon tetraklorida .
Senyawa Antarhalogen
Halogen yang berbeda elektronegativitas dapat bersenyawa membentuk
senyawa antarhalogen. Ada beberapa jenis senyawa antarhalogen :
12
wujud ini ClF3 berwarna kuning kehijauan muda. Senyawa ini banyak
digunakan sebagai bahan bakar roket, berbagai proses di industri
semikonduktor, pengolahan bahan bakar nuklir, serta proses-proses industri
lainnya. Klorin trifluorida memiliki rumus ClF3 , titik didih 11,75°C, Massa
Molar 92,448 g/mol, dan kepadatan 1,77 g/cm³ dan bentuk molekul T-Shaped
13
7. F5 digunakan untuk agen florinasi
8. IF7 sebagai pembentuk polialida
2.9 Bahaya Senyawa Antarhalogen
Bersifat Korosif, Kontak dengan cairan dapat menyebabkan luka bakar yang
melepuh, iritasi, dan nyeri .Menyebabkan bakar parah pada setiap area kontak. Uap
dari senyawa ini menyebabkan iritasi parah pada kulit, mata dan saluran pernapasan.
Uap sangat mengiritasi dan dapat membakar selaput lendir dan saluran pernapasan.
Air mata yang berlebihan, rinitis, sesak di dada, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan
edema paru yang tertunda dapat terjadi. Mungkin fatal jika tertelan atau terhirup.
Orang dengan kelainan kulit yang sudah ada sebelumnya, masalah mata, gangguan
fungsi pernapasan, atau penyakit tiroid, paru-paru, atau ginjal mungkin lebih rentan
terhadap efek zat tersebut.
Senyawa ini berwujud gas tak berwarna, beracun, korosif, dan sangat reaktif.
Meledak ketika terkena bahan organik, bereaksi hebat dengan air. Senyawa ini akan
meledak bila terkena udara, mirip metana. Bau dari CIF3 jika dihirup akan berakibat
fatal pada pernafasan. CIF3 bisa membuat benda-benda yang tidak mudah terbakar,
seperti batu bata misalnya, bisa menyala bagaikan kertas yang terpanggang api.
Penggunaan CIF3 bersama dengan alat penyembur api bisa menghasilkan panas
hingga 2400 derajat Celcius, cukup panas untuk melelehkan besi.
Bereaksi hebat dengan air,pengoksidasi kuat, korosif dan mempunyai Toksisitas
akut. Dapat menyebabkan kebakaran atau ledakan karena merupakan Oksidator kuat.
Dapat berakibat fatal jika tertelan dan memasuki saluran udara. Menyebabkan kulit
terbakar parah dan kerusakan mata. Menyebabkan kerusakan pada organ melalui
paparan yang lama atau berulang. Jika terkena mata menyebabkan iritasi mata
kemerahan bahkan kerusakan yang dapat menyebabkan kebutaan dengan kerusakan
cepat pada kornea.
Senyawa ini adalah spesi korosif yang melepaskan asam HF yang berbahaya saat
terpapar air atau uap air. Mengeluarkan asap (atau gas) yang mengiritasi atau beracun
14
dalam api. Tidak mudah terbakar. Zat tersebut bersifat korosif terhadap mata, kulit
dan saluran pernafasan. Kontak dengan kulit menyebabkan sensasi terbakar, Nyeri
dan Kemerahan. Menghirup gas ini dapat menyebabkan edema paru, Cairan dapat
menyebabkan radang dingin, Batuk, Sakit tenggorokan, Sakit kepala dan Sesak napas.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas mengenai senyawa antarhalogen maka, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Senyawa antarhalogen merupakan molekul yang mengandung dua atau lebih
halogen atom dan tidak ada atom dari unsure kelompok lain.
2. Sebagian besar senyawa antarhalogen dikenal adalah biner (terdiri dari dua
elemen yang berbeda).
3. Rumus mereka umumnya XY n, dimana n = 1, 3, 5 atau 7, dan X adalah
kurang elektronegatif dari dua halogen.
4. Senyawa antarhalogen mempunyai banyak manfaat
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan terutama
dalam mendapatkan referensi. Sebaiknya, pembaca dapat mencari referensi lain
untuk menambah wawasan yang lebih banyak disebabkan terbatasnya materi dalam
makalah ini. Sehingga dapat lebih memahami tentang senyawa antarhalogen.
16
DAFTAR PUSTAKA
Antara, I K. G, I W. Budiarsa Suyasa dan A. A. Bawa Putra. Kajian Kapasitas Dan
Efektivitas Resin Penukar Anion Untuk Mengikat Klor Dan Aplikasinya Pada
Air.Jurnal Kimia 2, No. 2 (2008). H. 87-99.
17