Makalah Senyawa Antar Halogen

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KIMIA UNSUR

Senyawa Antarhalogen

Oleh :

Kelompok 6

1. Nadya Rana Taushiya (081911533042)

2. Arpandu Bratiska (081911533044)

3. Melinda Intan Novitalina (081911533046)

4. Shabrina Paramesti (081911533050)

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2021

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaiakn tugas makalah yang berjudul “Senyawa Antarhalogen”
dengan tepat waktu.

Makalah disusun unutk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Unsur. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Satya Candra Wibawa Sakti, M.Sc., Ph.D.,
Ibu Harsasi Setyawati, S.Si., M.Si., dan Ibu Dr. Alfa Akustia Widati, S.Si., M.Si.
selaku dosen mata kuliah Kimia Unsur serta kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan infomasi dan manfaat bagi pembaca
yang telah membaca makalah ini.

Surabaya, 27 September 2021

Tim Penyusun

II
DAFTAR ISI
COVER JUDUL……………………………………………………………………….i

KATA PENGANTAR ………………………………………………….…………….ii

DAFTAR ISI ………………………….……………………………………………...iii

BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………………………1

1.1. Latar Belakang …………………………………………………………...1

1.2. Rumusan Masalah ………………………………………………………..1

1.3. Tujuan Penulisan …………………………………………………………2

BAB II. PEMBAHASAN ………………………………………………………….…3

2.1. Posisi dalam Blok ………………………………………………………...3

2.2. Konfigurasi Unsur ………………………………………………………..4

2.3. Terdapatnya/Keberadaan di Alam ………………………………………..6

2.4. Jenis Ikatan Senyawa Antar Halogen …………………………………….6

2.5. Struktur Senyawa Antar Halogen ………………………………………...7

2.6. Proses Pembuatan/Cara Memperoleh Senyawa Antar Halogen ………….8

2.7. Cara Identifikasi/karakterisasi Senyawa Antar Halogen ………………..11

2.8 Manfaat Senyawa Antar Halogen ………………………………………..13

2.9 Bahaya Senyawa Antar Halogen ………………………………………...14

BAB III. PENUTUP …………………………….…………………………………...16

3.1. Kesimpulan ……………………………………………………………...16

3.2. Saran ………………………………………………………..…………...16

DAFTAR PUSTAKA ……………………..………………………………………...17

III
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Halogen merupakan salah satu golongan unsur kimia yang berada pada tabel
periodik pada kolom VII A dengan elektron valensi ns2 np5. Karena elektron
valensinya ini, unsur golongan ini membutuhkan satu elektron untuk stabil seperti gas
mulia dan paling reaktif diantara unsur nonlogam lainnya.. Pada golongan ini terdiri
dari 6 unsur, yaitu fluor (F), klor (Cl), brom (Br), yodium (I), astantin (At), dan
ununseptium (Uus) dimana belum ditemukan. Nama halogen sendiri diambil dari
bahasa Perancis yang diadaptasi dari bahasa Yunani, halo genes yang memiliki arti
pembentukan garam.
Unsur-unsur halogen secara alamiah berbentuk diatomik dan membutuhkan
tambahan satu elektron untuk mengisi orbit elektron terluarnya, sehingga cenderung
membentuk ion negatif bermuatan satu. Molekul diatomik ini disebut senyawa
antarhalogen. Senyawa antarhalogen adalah molekul yang terdiri dari dua atau lebih
atom halogen itu sendiri. Secara umum senyawa antarhalogen adalah biner (terdiri
dari dua materi yang berbeda). Rumus umum senyawa antarhalogen sendiri yaitu XY
n, dimana n = 1, 3, 5 atau 7, dan X adalah kurang elektronegatif dari dua halogen.
Senyawa antarhalogen rentan terhadap hidrolisis dan mengionisasi yang
menyebabkan ion polihalogen.
Seyawa interhalogen sederhana seperti klorin monoflourida dan bromin
monoklorida memiliki warna antar kedua warna unsur-unsur penyusunnya tapi titik
leleh dan titik didih senyawa interhalogen sedikit lebih tinggi dari rata-rata unsur
penyusunnya, disebabkan molekul-molekul interhalogen memiliki sifat polar. Dalam
larutan, molekul interhalogen terhidrolisis membentuk asam hidrohalida dari halogen
yang memiliki elektronegatif lebih besar dan asam hipohalit dari halogen yang
elektonegatifannya lebih rendah.

1.2 Rumusan Masalah


a. Dimanakah posisi dalam blok senyawa antarhalogen?
b. Bagaimanakah konfigurasi senyawa antarhalogen?
c. Bagaimanakah keberadaan senyawa antarhalogen dialam?

1
d. Bagaimanakah ikatan dalam senyawa antarhalogen?
e. Bagaimanakah struktur senyawa antarhalogen?
f. Bagaimanakah cara memperoleh senyawa antarhalogen?
g. Bagaimanakah karakterisasi senyawa antarhalogen?
h. Apa saja manfaat senyawa antarhalogen?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Menjelaskan posisi dalam blok senyawa antarhalogen
b. Menjelaskan konfigurasi senyawa antarhalogen
c. Menjelaskan keberadaan senyawa antarhalogen dialam
d. Menjelaskan ikatan dalam senyawa antarhalogen
e. Menjelaskan struktur senyawa antarhalogen
f. Menjelaskan cara memperoleh senyawa antarhalogen
g. Menjelaskan karakterisasi senyawa antarhalogen
h. Menyebutkan manfaat senyawa antarhalogen

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Posisi dalam blok

Pada tabel periodik terdapat pengelompokkan berdasarkan golongan blok.


Pengelompokan blok pada tabel periodik berdasarkan kesamaan konfigrasi elektron
terluar unsur-unsur, yaitu pada orbital terakhir elektron berada. Blok s -berarti kulit
valensi ada di sub kulit s- berisi unsur pada golongan 1 & 2, blok p pada golongan 13-
18, blok d pada golongan 3-12 dan blok f pada golongan lantanida dan aktinida.

Unsur pada halogen terdiri dari Fluor (F), Klor (Cl), Brom(Br), Iod (I), dan
Astat (At). Menurut tabel periodik berada pada blok-p. Hanya saja memiliki
perbedaan kulit. Berikut penjelasannya :
1. Fluor (F) memiliki nomor atom 9. Memiliki konfigurasi elektron 1s 2 2s2 2p5.
Sehingga Flour (F) memiliki 2 kulit dengan sub kulit terakhir p.
2. Klor (Cl) memiliki nomor atom 17. Memiliki konfigurasi elektron [Ne] 3s 2
3p5 . Sehingga Klor (Cl) memiliki 3 kulit dengan sub kulit terakhir p.
3. Brom (Br) memiliki nomor atom 35. Memiliki konfigurasi elektron [Ar]
3d10 4s2 4p5 . Sehingga Brom (Br) memiliki 4 kulit dengan sub kulit terakhir p.
4. Iod (I) memiliki nomor atom 53. Memiliki konfigurasi elektron [Kr] 4d10
5s2 5p5 . Sehingga Iod (I) memiliki 5 kulit dengan sub kulit terakhir p.
5. Astat (At) memiliki nomor atom 85. Memiliki konfigurasi elektron [Xe]
4f14 5d10 6s2 6p5 . Sehingga Astatine (At) memiliki 6 kulit dengan sub kulit terakhir p.

3
2.2. Konfigurasi Unsur

Halogen adalah unsur-unsur golongan VIIA atau sekarang lebih dikenal


dengan golongan 17 dalam tabel sistem periodik unsur. Halogen merupakan
sekumpulan unsur nonlogam paling reaktif, karena unsur-unsurnya memiliki
konfigurasi elektron pada subkulit ns2 np5, dan secara alamiah bentuk molekulnya
diatomic, sehingga unsur-unsur ini tidak ditemukan di alam dalam keadaan bebas,
melainkan dalam bentuk garamnya. Halogen digolongkan sebagai pengoksidator kuat
karena kecenderungannya membentuk ion negatif. Sifat sifat unsur halogen
diantaranya memiliki elektronegativitas yang tinggi, dimana F merupakan unsur
dengan elektronegativitas tertinggi, dan menurun dari F ke I.

Elements Atomic Electron Configuration Valence


Number Electron
2 2 5
Fluor 9 1s 2s 2p 2s2 2p5
Klor 17 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5 3s2 3p5
Brom 35 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s2 4p5 4s2 4p5
Iod 53 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s2 4p6 4d10 5s2 5s2 5p5
5p5
Astatin 85 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s2 4p6 4d10 6s2 6p5
4f14 5s2 5p6 5d10 6s2 6p5

4
(gambar konfigurasi electron senyawa halogen)

Setiap atom halogen pada keadaan dasar dapat melengkapi electron


oktetnya dari elektron unsur yang kurang elektronegatif, misalnya dari logam
alkali, atau bergabung dengan elektron tidak berpasangan dalam orbital p unsur
lain membentuk ikatan kovalen. Jika sebuah atom halogen dalam keadaan dasar
bersenyawa dengan unsur yang kurang elektronegatif, ia akan menunjukkan
tingkat oksidasi -1. Pada sisi lain, jika ia bersenyawa dengan unsur-unsur yang
lebih elektronegatif, maka akan memiliki tingkat oksidasi +1. Karena F adalah
unsur yang paling elektronegatif, maka selalu menunjukkan tingkat oksidasi hanya
-1. Ia tidak memiliki tingkat oksidasi positif, sedangkan Cl, Br, dan I memiliki
kemampuan mengeksitasi elektron valensinya ke orbital d pada kulit yang sama,
sehingga dapat juga menunjukkan tingkat oksidasi +3, +5, dan +7.

5
2.3. Keberadaan Di Alam

Fluor ditemukan dalam mineral-mineral fluorspar juga dalam gigi manusia


dan hewan terdapat sedikit fluor. Klor dapat diperoleh di kerak bumi sebagai mineral
ion-ion klorida seperti batu garam NaCl, karnalit KCl.MgCl2.6H2O, dan kloroargirit
AgCl, dan juga pada air laut dalam bentuk garam-garam halide (X-). Ion klorida
adalah anion terbanyak yang ada di plasma darah dan cairan tubuh. Brom ditemukan
di air laut, endapan garam, dan air mineral, dan mineral bromoargirit. Iodin di alam
ditemukan dalam air laut. Kristal iodin bisa melukai kulit, sedangkan uapnya bisa
melukai mata dan selaput lendir. Selain itu, iodin terdapat dalam senyawa natrium
iodat juga beberapa jenis lumut dan ganggang ditemukan kandungan iodium. Astatin
ditemukan di alam dalam jumlah yang sangat sedikit bahkan dikatakan tidak dijumpai
di alam, sebab unsur ini memiliki sifat radioaktif sehingga mudah berubah menjadi
unsur lain yang lebih stabil. Jumlah astatin di kerak bumi sangat sedikit kurang dari
30 gram.

2.4. Ikatan dalam Senyawa Antarhalogen

Ikatan yang terjadi pada senyawa antar halogen kebanyakan adalah ikatan
kovalen. Untuk senyawa antarhalogen dapat ditentukan jenis ikatan yang dimiliki
melalui rumus persentase karakterisasi ionic pauling (PIC) . Dengan adalah
nilai keelektronegatifan pauling.

6
( ) | |

Sehingga,nilai persentase karakter ionik dari senyawa antarhalogen yang lain dapat
dihitung dan mendapat hasil seperti pada tabel.

Senyawa %Ionik %kovalen Jenis ikatan


ClF 1% 99% Ikatan Kovalen
BrF 23% 77% Ikatan Kovalen
IF 3% 97% Ikatan Kovalen
BrCl 15% 85% Ikatan Kovalen
ICl 5% 95% Ikatan Kovalen
IBr 5% 95% Ikatan Kovalen

Dari perhitungan diatas, dapat disimpulkan bahwa ikatan yang dimiliki oleh
senyawa antarhalogen adalah ikatan kovalen karena kecilnya perbedaan
keelektronegatifan antara masing-masing unsur yang membuat karakteristik ioniknya
lebih kecil dan karakter ikatannya lebih bersifat kovalen.

2.5. Struktur Senyawa Antarhalogen

Senyawa Struktur Senyawa


XY Linear
XY3 (IF3, ClF3, BrF3) Bentuk T

I2Cl6
Planar

7
Piramida Segiempat

XF5

Pentagonal bipiramida

IF7

Struktur senyawa yang dimiliki oleh senyawa antar-halogen hampir semuanya


mengikuti aturan VSEPR (Valence shell Electron Pair Repulsion), yaitu pendekatan
yang memberikan metode untuk memprediksi bentuk molekul berdasarkan tolakan
elektrostatis pasangan elektron. Hanya iodin triklorida yang tidak memenuhi aturan
VSEPR karena iodin triklorida membentuk struktur dimer I2Cl6 yang planar dimana
atom iodine berperan sebagai asam lewis yang menerima pasangan elektron bebas
dari atom klorida

2.6 Cara Memperoleh Senyawa Antarhalogen


1. Dari senyawa antarhalogen sederhana
Dibuat dari interaksi senyawa antar halogen sederhana dengan halogen.

8

2. Mereaksikan langsung beberapa halogen.


Semua senyawa anterhalogen, kecuali IF7, dapat dibuat dengan
mengkombinasikan halogen dalam kondisi tertentu. Kelebihan dari atom Y
digunakan dalam pembuatan senyawa antarhalogen XY3 atau XY5.

( )→

( )→
( )

3. Metode lainnya
Senyawa antarhalogen dapat dibuat dengan berbagai macam cara berikut:

Cara pembuatan masing-masing senyawa antarhalogen:

Senyawa iodine monoklorida dibuat dari menyampurkan leburan I2 dan Cl2 dan
dilakukan kristalisasi fraksi untuk memperoleh kristal yang murni.

Bromin Monoflorida dibuat dengan mencampurkan langsung antara 2 senyawa


pada suhu


Klorin Monoflorida dapat dibuat dengan pencampuran langsung antara 2 senyawa
pada suhu (Saxena, P.B, 2007)

9
Atau dapat juga dibuat dengan mereaksikan klorin dengan asam florida pada suhu
kamar (Busch, 2003)

Klorin Triflorida ( ) Dapat dibuat dengan florinasi langsung dengan klorin atau
klorin monoflorida dalam fase gas pada suhu dalam tabung tembaga,
nikel atau monel (Greenwood & Earnshaw, 1997)

Iodin triklorida dapat dibuat dengan mereaksikan langsung klorin dengan iodin
pada suhu (Saxena, P.B, 2007)

Bromin triflorida dibuat dengan mencampurkan uap brom dan fluor dalam aliran
nitrogen atau dengan mereaksikan klorin triforida pada bromida dengan suhu

Dengan melewatkan florin ke dalam bromin trifluorida pada suhu kemudian


gas yang dihasilkan dipanaskan akan didapatkan bromin pentaflorida
(Saxena, P.B, 2007)

Iodin Pentaflorida dibuat dengan melewatkan flor (yang diencerkan dengan


nitrogen) di atas yodium dalam tabung kuarsa panas. (Saxena, P.B, 2007)

Dengan florinasi klorin tetraflorida pada suhu kamar dan tekanan 1 atm akan
diperoleh florin pentaklorida (Greenwood & Earnshaw, 1997)


Fluorinasi iodin pentafluoride (IF5) pada suhu sekitar 100°C kemudian dipanaskan
menjadi sekitar 270°C - 290°C untuk menghasilkan Iodin Heptafluoride yang
diinginkan (Schumb & Lynch, 1950).


Fluorinasi Kalium Iodida pada suhu 250°C (Greenwood & Earnshaw, 1997)

10
2.7. Cara Identifikasi
 Senyawa Halogen
A. Fluor
Identifikasi fluorin dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain sebagai
berikut:
1. Fluorin dalam air berwarna kuning muda
2. Fluorin dengan air bereaksi hebat karena air terbakar di dalam fluorin
3. Fluorin dalam gas hydrogen berekasi hebat yang disertai ledakan

B. Klor
Identifikasi klorin dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain sebagai
berikut:
1. Klorin di dalam air berwarna hijau muda
2. Klorin dalam air tidak melarut sempurna dan reaksinya lambat
3. Klorin dan gas hydrogen bereaksi cepat dan jika dikenai sinar ultraviolet
akan mengakibatkan ledakan karena terjadi reaksi berantai

C. Brom
Identifikasi bromin dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain sebagai
berikut:
1. Bromin dalam air berwarna cokelat kemerahan
2. Bromin dalam air tidak melarut sempurna dan reaksinya lambat
3. Bromin dengan gas hydrogen bereaksi lambat

D. Iod
Identifikasi iodin dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain sebagai
berikut:
1. Iodin di dalam air berwana cokelat
2. Iodin tidak larut dan bereaksi dengan air
3. Reaksi iodin dengan gas hydrogen berlangsung lambat

E. Astatin

11
Identifikasi langsung dari beberapa senyawa astatin telah dibuat
dengan spektrometri massa. Kecuali sifat nuklir, satu-satunya sifat fisik astatin
yang diukur secara langsung adalah spektrum atom astatin. Sifat fisik lainnya
telah diprediksi dari teori dan dengan ekstrapolasi dari sifat unsur lain.
Astatin bebas dicirikan oleh volatilitas dari larutan dan kemampuan
ekstraksi menjadi pelarut organik. Ini mengalami disproporsionasi dalam
media alkali. Astatin di-coprecipitated dengan cesium iodida dan dengan
demikian tampaknya membentuk anion polialida. Astatin yang diekstraksi
menjadi kloroform telah terbukti kopresipitasi secara homogen dengan yodium
ketika sebagian dari yang terakhir dikristalisasi. Astatin tampaknya hadir
sebagai iodida, yang tampaknya lebih polar (yaitu, menunjukkan
pemisahan muatan listrik ) daripada yodium bromida. Ini agak larut dalam air
dan jauh lebih larut dalam benzena dan karbon tetraklorida .

 Senyawa Antarhalogen
Halogen yang berbeda elektronegativitas dapat bersenyawa membentuk
senyawa antarhalogen. Ada beberapa jenis senyawa antarhalogen :

A. Tipe AB, misalnya ClF, BrF, BrCl, ICl, IBr.


Contoh identifikasi senyawa antar halogen dengan tipe ini adalah
identifikasi dari senyawa ICl (Yodium klorida). Yodium monoklorida adalah
senyawa interhalogen dengan rumus ICl. Ini adalah senyawa kimia merah-
coklat yang meleleh mendekati suhu kamar. Karena perbedaan
elektronegativitas yodium dan klor, molekul ini sangat polar dan berperilaku
sebagai sumber I⁺. Senyawa ini memiliki Rumus: ICl, Titik didih: 97,4°C,
Massa molar: 162,35 g/mol, Kepadatan: 3,1 g/cm³, Titik lebur: 27°C

B. Tipe AB3, misalnya ClF3, BrF3, ICl3


Contoh identifikasi senyawa antar halogen dengan tipe ini adalah
identifikasi dari senyawa ClF3 (klorin trifluorida). Klorin trifluorida adalah
sebuah senyawa interhalogen dengan rumus kimia ClF3. Senyawa ini
berwujud gas tak berwarna, beracun, korosif, dan sangat reaktif. Senyawa ini
sering dijual dalam bentuk cair (dengan diberi tekanan tinggi), dan dalam

12
wujud ini ClF3 berwarna kuning kehijauan muda. Senyawa ini banyak
digunakan sebagai bahan bakar roket, berbagai proses di industri
semikonduktor, pengolahan bahan bakar nuklir, serta proses-proses industri
lainnya. Klorin trifluorida memiliki rumus ClF3 , titik didih 11,75°C, Massa
Molar 92,448 g/mol, dan kepadatan 1,77 g/cm³ dan bentuk molekul T-Shaped

C. Tipe AB5, misalnya BrF5, IF5


Contoh identifikasi senyawa antar halogen dengan tipe ini adalah
identifikasi dari senyawa Bromin pentafluorida, BrF5. Senyawa ini merupakan
senyawa interhalogen dan fluorida brom. Ini adalah reagen fluorinasi yang
kuat. BrF5 digunakan dalam analisis isotop oksigen. Ablasi laser dari silikat
padat dengan adanya bromin pentafluorida melepaskan O2 untuk analisis
selanjutnya. Bromin pentafluorida memiliki rumus BrF5 , titik didih 40,25°C,
Massa Molar 174,894 g/mol, dan kepadatan 2,47 g/cm³.

D. Tipe AB7, misalnya IF7


Contoh identifikasi senyawa antar halogen dengan tipe ini adalah
identifikasi dari senyawa Iodine heptafluoride, juga dikenal sebagai iodine
(VII) fluoride atau iodine fluoride. Senyawa ini adalah senyawa interhalogen
dengan rumus kimia IF7. Ini memiliki struktur bipyramidal pentagonal yang
tidak biasa, seperti yang diprediksi oleh teori VSEPR. Iodin heptafluorida
memiliki massa molar 259,9 g/mol, titik lebur 4,5°C, titik didih 4,8°C, dan
kepadatan 2,6 g/cm³

2.8. Manfaat Senyawa Antar Halogen


Berikut beberapa manfaat dari senyawa antarhalogen:
1. ClF sebagai zat peng-fluorinasi dan oksidator yang kuat
2. ClF3 berfungsi dalam pemrosesan kembali bahan bakar nuklir
3. ICl juga berfungsi sebagai pengukur kejenuhan lemak dan minyak serta
sebagai katalisator untuk beberapa reaksi
4. ICl3 digunakan dalam pengobatan dan juga untuk menyiapkan polihalida
5. BrF3 juga berfungsi sebagai pelarut non-aqueous & untuk menyiapkan
polihalida
6. BrF5 digunakan dalam sintesis organik dan juga menyiapkan florida.

13
7. F5 digunakan untuk agen florinasi
8. IF7 sebagai pembentuk polialida
2.9 Bahaya Senyawa Antarhalogen

Bersifat Korosif, Kontak dengan cairan dapat menyebabkan luka bakar yang
melepuh, iritasi, dan nyeri .Menyebabkan bakar parah pada setiap area kontak. Uap
dari senyawa ini menyebabkan iritasi parah pada kulit, mata dan saluran pernapasan.
Uap sangat mengiritasi dan dapat membakar selaput lendir dan saluran pernapasan.
Air mata yang berlebihan, rinitis, sesak di dada, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan
edema paru yang tertunda dapat terjadi. Mungkin fatal jika tertelan atau terhirup.
Orang dengan kelainan kulit yang sudah ada sebelumnya, masalah mata, gangguan
fungsi pernapasan, atau penyakit tiroid, paru-paru, atau ginjal mungkin lebih rentan
terhadap efek zat tersebut.

Senyawa ini berwujud gas tak berwarna, beracun, korosif, dan sangat reaktif.
Meledak ketika terkena bahan organik, bereaksi hebat dengan air. Senyawa ini akan
meledak bila terkena udara, mirip metana. Bau dari CIF3 jika dihirup akan berakibat
fatal pada pernafasan. CIF3 bisa membuat benda-benda yang tidak mudah terbakar,
seperti batu bata misalnya, bisa menyala bagaikan kertas yang terpanggang api.
Penggunaan CIF3 bersama dengan alat penyembur api bisa menghasilkan panas
hingga 2400 derajat Celcius, cukup panas untuk melelehkan besi.


Bereaksi hebat dengan air,pengoksidasi kuat, korosif dan mempunyai Toksisitas
akut. Dapat menyebabkan kebakaran atau ledakan karena merupakan Oksidator kuat.
Dapat berakibat fatal jika tertelan dan memasuki saluran udara. Menyebabkan kulit
terbakar parah dan kerusakan mata. Menyebabkan kerusakan pada organ melalui
paparan yang lama atau berulang. Jika terkena mata menyebabkan iritasi mata
kemerahan bahkan kerusakan yang dapat menyebabkan kebutaan dengan kerusakan
cepat pada kornea.

Senyawa ini adalah spesi korosif yang melepaskan asam HF yang berbahaya saat
terpapar air atau uap air. Mengeluarkan asap (atau gas) yang mengiritasi atau beracun

14
dalam api. Tidak mudah terbakar. Zat tersebut bersifat korosif terhadap mata, kulit
dan saluran pernafasan. Kontak dengan kulit menyebabkan sensasi terbakar, Nyeri
dan Kemerahan. Menghirup gas ini dapat menyebabkan edema paru, Cairan dapat
menyebabkan radang dingin, Batuk, Sakit tenggorokan, Sakit kepala dan Sesak napas.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas mengenai senyawa antarhalogen maka, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Senyawa antarhalogen merupakan molekul yang mengandung dua atau lebih
halogen atom dan tidak ada atom dari unsure kelompok lain.
2. Sebagian besar senyawa antarhalogen dikenal adalah biner (terdiri dari dua
elemen yang berbeda).
3. Rumus mereka umumnya XY n, dimana n = 1, 3, 5 atau 7, dan X adalah
kurang elektronegatif dari dua halogen.
4. Senyawa antarhalogen mempunyai banyak manfaat

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan terutama
dalam mendapatkan referensi. Sebaiknya, pembaca dapat mencari referensi lain
untuk menambah wawasan yang lebih banyak disebabkan terbatasnya materi dalam
makalah ini. Sehingga dapat lebih memahami tentang senyawa antarhalogen.

16
DAFTAR PUSTAKA
Antara, I K. G, I W. Budiarsa Suyasa dan A. A. Bawa Putra. Kajian Kapasitas Dan
Efektivitas Resin Penukar Anion Untuk Mengikat Klor Dan Aplikasinya Pada
Air.Jurnal Kimia 2, No. 2 (2008). H. 87-99.

Chang, Raymond.General Chemistry,terj. Muhammad Abdul KadirMartoprawiro, dkk,


Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Jakarta: Erlangga,2005.

Cotton, F Albert dan Geoffrey Wilkinson,Basic Inorganic Chemistry, terj.


SahatiSuharto, Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI-Press. 2009.Keenan,
Charles W, Donal C. Kleinfelter dan Jesse H. Wood.

General CollegeChemistry, terj. Hadyana. Ilmu Kimia Untuk Universitas.


Jakarta:Erlangga, 1984.

Petrucci, Ralp H. General Chemistry Principles and Modern Applications,


terj.Suminar Setiati Achmadi. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern.
Jakarta: Erlangga, 2005.

Satria, Vani. Uraian Lengkap Sistem Periodik Unsur Kimia. Jakarta:


Erlangga,2008.Sunarya, Yayan. Kimia Dasar 2. Bandung: Yrama Widya, 2012

17

Anda mungkin juga menyukai