Dhanka Brianta Ginting - 12030119120018 - Resume4
Dhanka Brianta Ginting - 12030119120018 - Resume4
Dhanka Brianta Ginting - 12030119120018 - Resume4
NIM : 12030119120018
Mata Kuliah : Pengauditan II
Kelas :C
A. Perbandingan Sampling Audit untuk Pengujian Atas Rincian Saldo dan Untuk
Pengujian Pengendalian serta Pengujian Substantif Atas Transaksi
Perbedaan utama antara pengujian pengendalian, pengujian substantif atas transaksi, dan
pengujian atas rincian saldo terletak pada apa yang ingin diukur oleh auditor. Auditor
melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi dengan tujuan
sebagai berikut:
Untuk menentukan apakah tingkat pengecualian populasi cukup rendah.
Untuk mengurangi penilaian resiko pengendalian dan karenanya mengurangi pengujian
atas rincian saldo.
Untuk perusahaan publik, guna menyimpulkan bahwa pengendalian telah beroperasi
secara efektif demi tujuan audit pengendalian internal atas pelaporan keuangan.
B. Sampling Nonstatistik
Ada 14 langkah yang diperlukan dalam sampling audit untuk pengujian atas rincian
saldo. Langkah-langkah tersebut selaras dengan 14 langkah yang digunakan untuk
pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi, walaupun tujuannya
berbeda.
1. Menyatakan Tujuan Pengujian Audit
Auditor mengambil sampel untuk pengujian atas rincian saldo guna menentukan
apakah saldo akun yang sedang diaudit telah dinyatakan secara wajar.
2. Memutuskan Apakah Sampling Audit Dapat Diterapkan
Sampling audit dapat diterapkan setiap kali auditor berencana membuat kesimpulan
mengenai populas berdasarkan sampel.
3. Mendefinisikan Salah Saji
Karena sampling audit untuk pengujian atas rincian saldo mengukur salah saji
moneter, yaitu salah saji yang terjadi apabila item sampel disalahsajikan.
4. Mendefiniskan Populasi
Dalam pengujian atas rincian saldo, populasi definiskan sebagai item yang
membentuk populasi mata uang yang tercatat.
5. Mendefinisikan Unit Sampling
Auditor dapat menggunakan item yang membentuk populasi yang tercatat sebagai
unit sampling untuk menguji semua tujuan audit kecuali kelengkapan. Jika auditor
berkepentingan dengan tujuan kelengkapan, mereka harus memilih sampel dari sumber
yang berbeda.
6. Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi
Auditor menggunakan salah saji yang dapat ditoleransi, untuk menentukan ukuran
sampel dan mengevaluasi hasil sampling nonstatistik. Auditor untuk memulainnya
dengan pertimbangan pendahuluan mengenai materialitas dan menggunakan total
tersebut untuk memutuskan salah saji yang dapat ditoleransi bagi setiap akun.
7. Menetapkan Risiko yang Dapat Diterima atas Penerimaan yang Salah
Risiko yang dapat diterima atas penerimaan yang salah (acceptable risk of incorrect
acceptance/ARIA) adalah jumlah risiko yang bersedia ditanggung auditor karena
menerima suatu saldo sebagai benar padahal salah saji yang sebenarnya dalam saldo
tersebut melampaui salah saji yang dapat ditoleransi. ARIA mengukur keyakinan yang
diinginkan auditor atas suatu saldo akun. Untuk memperoleh keyakinan yang lebih
besar ketika mengaudit suatu saldo, auditor akan menetapkan ARIA yang lebih rendah.
Perhatikan bahwa ARIA adalah istilah yang ekuivalen dengan ARACR (acceptable risk
of assessing control risk too low) untuk pengujian pengendalian dan pengujian
sebstantif atas transaksi. Seperti ARACR, ARIA dapat ditetapkan secara kualitatif
(seperti rendah, sedang, atau tinggi).
Ada hubungan terbalik antara ARIA dan ukuran sampel yang diperlukan. Sebuah
faktor penting yang mempengaruhi keputusan auditor mengenai ARIA adalah penilaian
risiko pengendalian dalam model risiko audit. Jika pengendalian internal sudah efektif,
risiko pengendalian dapat dikurangi sehingga memungkinkan auditor untuk
meningkatkan ARIA. Pada gilirannya, hal ini akan mengurangi ukuran sampel yang
diperlukan untuk pengujian atas rincian saldo akun yang berkaitan.
8. Mengestimasi Salah Saji dalam Populasi
Biasanya auditor membuat estimasi ini berdasarkan pengalaman sebelumnya dengan
klien dan dengan menilai risiko inheren, yang mempertimbangkan hasil pengujian
pengendalian, pengujian substantif atas transaksi, dan prosedur analitis yang telah
dilaksanakan. Ukuran sampel yang direncanakan akan meningkat apabila jumlah saji
yang diharapkan dalam populasi mendekati salah saji yang dapat ditoleransi.
9. Menentukan Ukuran sampai Awal
Jika menggunakan sampling nonstatistik, auditor menetukan ukuran sampel awal
dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang telah dibahas sejauh ini. Untuk
membantu auditor membuat keputusan menyangkut ukuran sampel, auditor seringkali
mengikuti pedoman yang disebabkan oleh kantor akuntannya atau beberapa sumber
lainnya.
10. Memilih Sampel
Untuk sampling nonstatistik, auditor baru akan membuat keputusan setelah
mempertimbangkan keunggulan dan kelemahan setiap metode. Untuk sampling
berstratifikasi, auditor akan memilih sampel secara independen dari setiap strata.
11. Melaksanakan Prosedur Audit
Untuk melaksanakan prosedur audit, auditor menerapkan prosedur audit yang tepat
pada setiap item sampel untuk menetukan apakah item tersebut mengandung salah saji.
Dalam konfirmasi piutang usaha, auditor mengirimkan sampel konfirmasi positif. Jika
terjadi nonrespons, mereka akan menggunakan prosedur alternatif untuk menentukan
salah saji.
12. Menggenerelisasi dari Sampel ke Populasi
Auditor harus menggeneralisasi dari sampel ke populasi dengan (1)
memproyeksikan salah saji dari hasil sampel ke populasi dan (2) mempertimbangkan
kesalahan sampling serta resiko sampling (ARIA). Karena itu, auditor harus
memproyesikan dari sampel ke populasi.
Langkah pertama adalah menghitung titik estimasi (point estimate). Titik estimasi
dapat dihitung dengan berbagai cara, tetapi pendekatan yang umum adalah
mengasumsikan bahwa salah saji populasi yang belum diaudit adalah proporsional
dengan salah saji sampel. Perhitungan tersebut harus dilakukan untuk setiap strata dan
kemudian dijumlahkan, bukan menggabungkan total salah saji dalam sampel.
Auditor, yang menggunakan sampling nonstatistik tidak dapat mengukur secara
formal kesalahan sampling sehingga harus mempertimbangkan secara subjektif
kemungkinan bahwa salah saji populasi yang sebenarnya melampaui jumlah yang dapat
ditoleransi. Auditor melakukan hal ini dengan mempertimbangkan: (1) Perbedaan
antara titik estimasi dan salah saji yang dapat ditoleransi (yang disebut perhitungan
kesalahan sampling), (2) Sejauh mana item dalam populasi telah diaudit 100 persen, (3)
Apakah salah saji cenderung mengoffset atau hanya bersifat satu arah, (4) Jumlah salah
saji individual, (5) Ukuran sampel.
13. Menganalisis Salah Saji
Auditor harus mengevaluasi sifat dan penyebab setiap salah saji yang ditemukan
dalam pengujian atas rincian saldo. Auditor harus menganalisis salah saji untuk
memutuskan apakah setiap modifikasi model risiko audit memang diperlukan. Dalam
paragraf sebelumnya, jika auditor menyimpulkan bahwa kelalaian untuk mencatat retur
yang disebabkan oleh lemahnya pengendalian internal, auditor mungkin perlu menilai
kembali resiko pengendalian. Hal tersebut pada gilirannya akan menyebabkan auditor
mengurangi ARIA, yang akan meningkatkan ukuran sampel yang direncanakan.
14. Tindakan yang Diambil Apabila Populasi Ditolak
Jika auditor menyimpulkan bahwa salah saji dalam suatu populasi mungkin lebih
besar dari salah saji yang dapat ditolerensi setelah mempertimbangkan kesalahan
sampling, populasi tidak dianggap dapat diterima. Pada titik tersebut, auditor memiliki
beberapa tindakan yang dapat dilakukan:
1) Tidak mengambil tindakan hingga pengujian atas bidang audit lainnya telah
selesai.
2) Melaksanakan pengujian audit yang diperluas pada bidang tertentu.
3) Meningkatkan ukuran sampel.
4) Menyesuaikan saldo akun.
5) Meminta klien untuk mengoreksi populasi.
6) Menolak untuk memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian.
D. Sampling Variabel
Sampling variabel dan sampling nonstatistik untuk pengujian atas rincian saldo memiliki
tujuan yang sama, yaitu mengukur salah saji dalam suatu saldo akun. Jika auditor
menentukan bahwa jumlah salah saji melampaui jumlah yang dapat ditoleransi, mereka akan
menolak populasi dan melakukan tindakan tambahan.
1. Perbedaan antara Sampling Variabel dan Nonstatistik
Penggunaan metode variable memiliki banyak kemiripan dengan sampling
nonstatistik. Ke-14 langkah dalam sampling nonstatistik harus dilaksanakan pada
metode variabel, dan sebagian besar tidak jauh berbeda.
2. Distribusi Sampling
Untuk setiap sampel, auditor menghitung nilai rata-rata item dalam sampel sebagai
berikut: