Makalah Sosiologi Pendidikan
Makalah Sosiologi Pendidikan
Makalah Sosiologi Pendidikan
Disusun oleh:
Nama: Era Melinda Fitriah
Npm: 19211060
Prodi: PAI 5A
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyusun makalah Sosiologi Pendidikan yang berjudul “Masyarakat dan
Kebudayaan Sekolah ”. Penyusunan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sosiologi Pendidikan. Makalah ini disusun dari berbagai referensi mengenai judul tersebut.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bisa memotivasi penulis agar bisa
lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat serta dapat membantu proses kegiatan
belajar mengajar. Sekian dari penulis sekiranya ada kesalahan baik yang di sengaja maupun tidak
disengaja kami mohon maaf.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………….i
DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 1
C. Tujuan ..................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Masyarakat........................................................................... 2
B. Kebudayaan...........................................................................2
C. Kebudayaan Sekolah...............................................................2
D Norma-Norma Sosial dalam Situasi belajar..............................2
E. Latar Belakang Guru..............................................................2
BAB III.... PENUTUP
A Kesimpulan............................................................................3
B. Saran..................................................................................... 3
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................4
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dari lahir sampai mati manusia hidup sebagai anggota masyarakat. Hidup dalam
masyrakat berarti adanya interaksi sosial dengan orang-orang di sekitar dan dengan demikian
mengalami pengaruh dan mempengaruhi orang lain. Interaksi sosial sangat utama dalam tiap
masyarakat. Hubungan antara individu itu bukan sepihak melainkan timbal balik. Kebudayaan
mempengaruhi individu dengan berbagai cara akan tetapi individu juga mempengaruhi
kebudayaan sehingga terjadi perubahan sosial.
Sekolah merupakan suatu system sosial yang mempunyai organisasi dan pola relasi
diantara para anggotanya yang bersifat unik, hal ini dikarenakan tiap-tiap sekolah memiliki
aturan tata tertib, kebiasaan, upacara-upacara, mars/hymne sekolah, pakaian seragam, dan
lambang-lambang yang lain yang memberikan corak khas kepada sekolah yang
bersangkutan. Oleh karena itu sekolah juga dikatakan sebagai institusi yang bersifat
kemasyarakatan.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian masyarakat sekolah dan macam-macamnya?
2. Apa pengertian kebudayaan sekolah dan macam-macamnya?
3. Apa pengertian norma dan apa saja norma dalam situasi belajar?
3. Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Masyarakat
Menurut Nasution (2010:60), manusia adalah makhluk sosial, ia hidup dalam hubungannya
dengan orang lain dan hidupnya bergantung pada orang lain. Karena itu manusia tidak mungkin
hidup layak di luar masyarakat. Masyarakat sangat luas meliputi seluruh umat manusia.
Masyarakat terdiri atas bebagai kelompok besar maupun kecil. Dalam kamus lengkap bahasa
Indonesia, masyarakat adalah sejumlah orang dalam kelompok tertentu yang membentuk
perikehidupan yang berbudaya.
Masyarakat memiliki pengertian hubungan yang terjalin antar beberapa kelompok orang
untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Dengan kata lain masyarakat adalah wadah
atau segenap hubungan sosial sekelompok orang yang terdiri dari banyak kelompok-kelompok
dan tiap-tiap kelompok memiliki kelompok kecil atau sub kelompok, dengan demikian individu
atau penduduk adalah bagian dari masyarakat. Jika diartikan lebih rinci masyarakat dapat dilihat
dari ciri-cirinya sebagai berikut:
1. Yang tinggal pada suatu daerah atau wilayah tertentu (ikatan geografis).
2. Hidup bersama dalam arti luas.
3. Yang mengadakan hubungan atau interaksi satu sama lain yang teratus dan tetap.
4. Sebagai akibat antar hubungan atau interaksi antar manusia.
5. Mereka akan terikat satu sama lainya karena mereka memiliki kepentingan bersama.
6. Mempunyai tujuan bersama, dan oleh karenanya mereka memiliki kepentingan
bersama.
7. Mengadakan ikatan/kesatuan atas dasar unsure-unsur sebelumnya.
8. Atas dasar pengalaman mereka mempunyai perasaan solidaritas perasaan untuk
membagi sesuatu secara bersama.
9. Sadar akan ketergantungan (interpendensi) satu sama lainya.
10. Berdasarkan system yang terbentuk mereka dengan sendirinya membentuk norma-
normanya.
11. Atas dasar unsur-unsur diatas akhirnya membentuk kebudayaan bersama dari
hubungan antar manusia.
Masyarakat sangat luas dan dapat meliputi seluruh umat manusia. Dalam pengelompokan
tersebut sering dibedakan antara kelompok primer dan sekunder. Kelompok primer merupakan
kelompok pertama dimana ia mula-mula berinteraksi dengan orang lain, yakni keluarga,
kelompok sepermainan dan lingkungan tetangga. Dalam kelompok primer terdapat hubungan
temu muka langsung dalam suasana akrab. Dalam kelompok ini ia mempelajari kebiasaan
5
fundamental seperti bahasa, soal baik buruk, kemampuan untuk mengurus diri sendiri, kerjasama
dan bersaing, disiplin dan sebagainya. Kelompok primer ini juga sering disebut gemeinschaft.
Kelompok sekunder dibentuk dengan sengaja atas pertimbangan tertentu berdasarkan
kebutuhan tertentu seperti perkumpulan profesi, organisasi agama, dan partai politik yang
anggotanya mungkin tidak pernah saling bertemu. Kelompok sekunder ini dapat hidup lama
melampau suatu generasi. Kelompok sekunder sering disebut dengan gesellschaft.
Penggolongan berdasarkan fungsinya ada dua yaitu kelompok “orang-dalam” (in-group) dan
kelompok “orang-luar” (out- group). Kelompok orang dalam terdapat dalam kelompok primer
maupun sekunder, dalah kelompok yang kita rasakan sebagai solider, setia, akrab, bersahabat dan
rapat. Kita merasa bersatu seperasaan, sepemikiran, seperbuatan dengan mereka, dan rela
mempertahankan, melindungi dan berkorban sehingga kita saling merasa senang, memahami
penuh cinta dan simpati. Rasa in- group sangat kuat dikalangan murid- murid, khususnya pada
tingkat SMTA.
Terhadap kelompok orang luar kita merasa tidak senang, bahkan benci, menganggapnya
sebagai sainggan, lawan dan ancaman. Dalam kelompok ini suatu kelompok akan merasa lebih
baik dari pada kelompok orang lain. Bangsa, agama, sekolah dirasa melebihi kelompok orang
lain.
6
4. Karl Marx
Masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau
perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara
ekonomi.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah manusia yang majemuk yang
hidup bersama di suatu wilayah tertentu dalam waktu yang cukup lama yang mana mereka
semua saling berhubungan dan berinteraksi satu sama lain dan mempunyai kebiasaan,
tradisi/kebudayaan, sikap, dan perasaan persatuan yang sama.
“Secara kualitatif dan kuantitatif anggota masyarakat, terdiri dari berbagai ragam pendidikan,
profesi, keahlian, suku bangsa, kebudayaan, agama, lapisan sosial sehingga menjadi masyarakat
yang majemuk. Dilihat dari konsep pendidikan, masyarakat adalah sekumpulan banyak orang
dengan berbagai ragam kualitas diri mulai dari yang tidak berpendidikan sampai dengan yang
berpendidikan tinggi. Sementara itu, dilihat dari lingkungan pendidikan, masyarakat disebut
lingkungan pendidikan nonformal yang memberikan pendidikan secara sengaja dan berencana
kepada seluruh anggotanya, akan tetapi tidak sistematis.
2. Unsur-Unsur Masyarakat
3. Ciri-Ciri Masyarakat
Menurut Marion Levy diperlukan empat kriteria yang harus dipenuhi agar sekumpulan
manusia disebut sebagai masyarakat yaitu:
1. Ada sistem tindakan utama.
2. Saling setia pada sistem tindakan utama.
3. Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota.
7
4. Sebagian atau seluruh anggota baru didapat dari kelahiran/reproduksi.
B. KEBUDAYAAN
1. Pengertian Kebudayaan
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, kebudayaan adalah hasil kegiatan dan
penciptaan akal budi manusia. Kebudayaan (cultuur dalam Bahasa Belanda), (culture dalam
Bahasa Inggris), berasal dari Bahasa Latin “colere” yang berarti mengolah, mengerjakan,
menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini
maka berkembanglah arti cultureyang berarti “segala daya dan aktivitas manusia untuk
mengubah alam” . Sedangkan dari sudut Bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari Bahasa
Sansekerta “buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau akal.
Pendapat lain mengatakan bahwa kata budaya adalah sebagai perkembangan dari kata majemuk
yaitu budi daya yang berarti daya dari budi, karena itu dibedakan antara pengertian budaya
dengan kebudayaan. Pendapat lain mengatakan bahwa kata budaya adalah sebagai
perkembangan dari kata majemuk yaitu budi daya yang berarti daya dari budi, karena itu
dibedakan antara pengertian budaya dengan kebudayaa. Budaya adalah daya dari budi yang
berupa cipta, rasa dan karsa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta rasa dan karsa
tersebut, dimana pengertian dari cipta itu sendiri ialah merupakan tenaga-tenaga yang dapat
menciptakan sesuatu dan memecahkan persoalan-persoalan, dapat mencari jalan yang tepat
untuk suatu kegiatan.
Rasa meliputi tenaga-tenaga yang memberi sifat pada kegiatan-kegiatan berupa keharusan,
kesenang-senangan, ketidak senangan dan lain-lain yang ada hubungan erat dengan jasmaniah
seperti rasa sakit, rasa dingin dan sebagainya. Sedangkan Pendapat lain mengatakan bahwa kata
budaya adalah sebagai perkembangan dari kata majemuk yaitu budi daya yang berarti daya dari
budi, karena itu dibedakan antara pengertian budaya dengan kebudayaan.
Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, rasa dan karsa, sedangkan kebudayaan
adalah hasil dari cipta rasa dan karsa tersebut, dimana pengertian dari cipta itu sendiri ialah
merupakan tenaga-tenaga yang dapat menciptakan sesuatu dan memecahkan persoalan-
persoalan, dapat mencari jalan yang tepat untuk suatu kegiatan. Rasa meliputi tenaga-tenaga
yang memberi sifat pada kegiatan-kegiatan berupa keharusan, kesenang-senangan, ketidak
senangan dan lain-lain yang ada hubungan erat dengan jasmaniah seperti rasa sakit, rasa dingin
dan sebagainya. Sedangkan karsa ialah meliputi tenaga-tenaga yang merupakan sumber
dorongan (kekuatan) dari suatau kegiatan, termasuk didalamnya dorongan-dorongan nafsu atau
keinginan-keinginan, hasrat-hasrat dan kemauan. Kebudayaan sendiri berarti keseluruhan yang
8
kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenangan, sosial, hukum, adat istiadat,
dan kemampuan lain seperti kebiasaan-kebiasaan yang diadakan oleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Dalam istilah “antropologi-budaya” perbedaan itu ditiadakan. Kata “budaya”disini
hanya dipakai sebagai suatu singkatan saja dari “kebudayaan” dengan arti yang
sama.an karsa ialah meliputi tenaga-tenaga yang merupakan sumber dorongan (kekuatan) dari
suatau kegiatan, termasuk didalamnya dorongan-dorongan nafsu atau keinginan-keinginan,
hasrat-hasrat dan kemauan. Kebudayaan sendiri berarti keseluruhan yang kompleks yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenangan, sosial, hukum, adat istiadat, dan kemampuan
lain seperti kebiasaan-kebiasaan yang diadakan oleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Dalam istilah “antropologi-budaya” perbedaan itu ditiadakan. Kata “budaya”disini
hanya dipakai sebagai suatu singkatan saja dari “kebudayaan” dengan arti yang sama.
Kebudayaan dapat dipandang sebagai cara mengatasi. Kebudayan juga dipengaruhi oleh
lingkungan fisik seperti iklim, topografi, kekayaan alam dan sebagainya. Kebudayaan daerah
tropis berbeda dengan kebudayaan didaerah dingin, kebudayaan didaerah gurun berbeda dengan
kebudayaan daerah berhutan. Namun manusia tidak semata- mata pasif. Adanya barang tambang
tidak dengan sendirinya menimbulkan industri.
Menurut Nasution (2010:62-63), kebudayaan juga dipengaruhi oleh kontak dengan
kebudayaan lain yang dipercepat oleh perkembangan komunikasi dan transportasi. Kebudayaan
dapat dibedakan sebagai berikut:
Pertama, kebudayaan eksplisit yaitu kebudayaan yang dapat diamati secara langsung dalam
kelakuan verbal maupun non- verbal pada anggota- anggota masyarakat. Contohnya: kelakuan
dua orang atau lebih dalam situasi- situasi normal menurut peranan masing- masing misalnya
dalam interaksi antara suami- istri, orang tua- anak, guru- murid, atasan- bawahan dan
sebagainya.
Kedua, kebudayaan implisit yaitu kebudayaan yang terdiri atas kepercayaan, nilai- nilai dan
norma- norma yang dapat ditafsirkan ahli antropologi untuk menjelaskan berbagai kelakuan
anggota masyarakat. Dengan nilai pantas, baik, atau seharusnya. Nilai- nilai dapat bersifat positif
yakni apa yang diinginkan. Contohnya: soal kebersihan dan kesopanan dan bersifat negatif yakni
apa yang tidak diinginkan misalnya soal penipuan dan kekerasan.
9
kebudayaan masyarakat kepada anak. Sekolah merupakan suatu system sosial yang mempunyai
organisasi dan pola relasi diantara para anggotanya yang bersifat unik, hal ini dikarenakan tiap-
tiap sekolah memiliki aturan tata tertib, kebiasaan, upacara-upacara, mars/hymne
sekolah,pakaian seragam dan lambang-lambang yang lain yang memberikan corak khas kepada
sekolah yang bersangkutan. Penelitian oleh Wilson(1959) pada beberapa sekolah menengah
menunjukan bahwa ethos suatu sekolah memiliki pengaruh prestasi akademik dan aspirasi pada
siswa mengenai pekerjaan.
Timbulnya sub-Kebudayaan sekolah juga terjadi oleh sebab sebagian yang cukup
besar dari waktu murid terpisah dari kehidupan orang dewasa. Dalam situasi serupa ini dapat
berkembang pola kelakuan yang khas bagi anak muda yang tampak dari pakaian, bahasa,
kebiasaan kegiatan-kegiatan serta upacara-upacara. Sebab lain timbulnya kebudayaan sekolah
ialah tugas sekolah yang khas yakni mendidik anak dengan menyampaikan sejumlah
pengetahuan, sikap, terampilan yang sesuai dengan kurikulum dengan metode dan teknik control
tertentu yang berlaku disekolah itu.
Dalam melaksanakan kurikulum dan ekstra kurikulum berkembang sejumlah pola
kelakuan yang khas bagi sekolah yang berbeda dengan yang terdapat pada kelompok-kelompok
lain dalam masyarakat. Tiap kebudayaan mengandung bentuk kelakuan yang yang diharapkan
dari anggotanya. Di sekolah diharapkan bentuk kelakuan tertentu dari semua murid dan guru.
Itulah yang menjadi norma bagi setiap murid dan guru. Norma ini nyata dalam kelakuan murid
dan guru, dalam peraturan-peraturan sekolah, dalam tindakan dan hukuman terhadap
pelanggaran, juga dalam berbagai kegiatan seperti upacara-upacara.
Sistem pendidikan mengembangkan pola kelakuan tertentu sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh masyarakat dan murid-murid. Kehidupan di sekolah serta norma-norma yang
berlaku di situ dapat disebut dengan Kebudayaan Sekolah. Kebudayaan sekolah itu memiliki
beberapa unsur-unsur penting yaitu:
a) Letak lingkungan dan prasarana fisik sekolah (gedung sekolah dan perlengkapan
lainnya).
b) Kurikulum sekolah yang memuat gagasan-gagasan maupun fakta-fakta yang
menjadi keseluruhan program pendidikan.
c) Pribadi-pribadi yang merupakan warga sekolah yang terdiri atas guru-guru, siswa,
tenaga administrasi, tata usaha, dan non teaching spesialis.
d) Nilai-nilai norma, system peraturan, dan iklim kehidupan sekolah.
10
3) bahasa komunikasi,
4) narasi sekolah, dan narasi tokoh-tokoh,
5) struktur organisasi
6) ritual, dan upacara,
7) prosedur belajar mengajar,
8) peraturan sistem ganjaran/ hukuman,
9) layanan psikologi sosial,
10) pola interaksi sekolah dengan orang tua, masyarakat dan yang meteriil dapat berupa :
fasilitas dan peralatan, artifiak dan tanda kenangan serta pakaian seragam.
Para ahli sosiologi pada umumnya sependapat bahwa isi dari kebudayaaan itu dapat menjadi
dua unsur komponen yang nyata, yaitu :
a. Kebudayaan materi
Bagian materi dari kebudayaan itu meliputi segala sesuatu yang telah diciptakan dan
digunakan oleh manusia dan mempunyai bentuk yang dapat dilihat dan diraba. Dengan kata lain
eksistensi yang konkrit dari suatu produk buatan manusia tanpa memandang apapun juga ukuran,
kerumitan pembuatan, tujuan, ataupun bentuknya, memberikan ciri kepada kebudayaan itu.
Rumah, pakaian, mobil, kapal, gedung dan pesawat televisi, semuanya ini adalah contoh-contoh
dari kebudayaan materi tersebut.
Kebudayaan materi itu mudah dikenali, kebudayaan tersebut mempunyai kaitan dengan
aspek-aspek nonmateri dari kebudayaan yang tidak begitu dipahami. Ini dibuktikan oleh
kenyataan bahwa benda yang sama boleh jadi mempunyai kegunaan atau arti yang berbeda
dalam kebudayaan yang berlainan.
b. Kebudayaan non-materi
Aspek non-materi dari kebudayaan ini merangkum semua buah karya manusia yang ia
gunakan untuk menjelaskan serta dijadikan pedoman bagi tindakan-tindakannya, dan itu tak
hanya dapat ditemukan didalam pikirannya orang-orang. Dikenal dua buah kategori dari
kebudayaan non-materi itu. Kategori pertama meliputi apa yang secara luas dapat didefenisikan
sebagai norma-norma individu, sedangkan kategori kedua meliputi kelompok-kelompok norma-
norma yang membentuk pranata sosial (social institutions).
Norma-norma ini dapat didefenisikan sebagai standar-standar tingkah laku yang terdapat
disemua masyarakat seperti bagaimana sarannya berpakaian pada peristiwa-peristiwa tertentu
atau bagaimana menegur atau menyapa orang-orang dari kelas-kelas berlainan.Sebagai suatu
bagian dari kebudayaan non-materi, norma-norma tersebut menyatakan konsepsi-konsepsi yang
teridealisir dari tingkah laku.
Istilah norma itu di interprestasikan mencakup pengetahuan, keyakinan dan nilai-nilai.
Konsep-konsep ini telah banyak di defenisikan dan di bahas secara unsur-unsur dari sistem-
sistem sosial. Didalam pengertian kebudayaan ide-ide merangkum folklore (kisah-kisah rakyat),
11
doktrin-doktrin keagamaan, teori dan prinsip ilmu pengetahuan, filsafat pendidikan dan
pemerintah, aturan- aturan olahraga, perasaan-perasaan,system-sistem moralitas serta etika,
maupun penjelasa-penjelasan dari dunia dimana seseorang itu hidup.
Institusi- institusi
Institusi-institusi sosial pada hakikatnya adalah kumpulan-kumpulan dari norma (sturuktur-
struktur social) yang telah diciptakan untuk dapat melaksanakan suatu fungsi dari masyarakat .
Institusi-institusi ini berbeda dari norma-norma diatas ,diddalam pengertian bahwa institusi-
instituisi tersebut meliputi kumpulan-kumpulan norma dan bukannya norma-norma yang berdiri
sendiri.
Relativisme Kebudayaan
Menurut Ahmadi (2004: 205-207), standar- standar tingkah laku berhubungan dengan
kebudayaan dimana standar- standar itu belaku, yaitu suatu gejala yang disebut dengan istilah
relativitas kebudayaan. Sifat relative dari kebudayaan itu memberikan suatu penjelasan mengenai
tingkah laku.
Unsur-unsur pokok suatu kebudayaan sering disusun menjadi suatu sistem yang
dilembagakan. Dalam tiap kelompok, keluarga, sekolah, masyarakat terdapat cara-cara berpikir
dan berbuat yang diterima dan diharapkan oleh setiap anggota kelompok atau masyrakat.Pola
kelakuan yang secara umum terdapat dalam suatu masyarakat disebut kebudayaan. Kebudayaan
meliputi keseluruhan pengetahuan kepercayaan, ketermpilan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kebiasaan manusia sebagi anggota masyarakat. Kebudayaan yang terdiri atas buah
12
pikiran, sikap, nilai-nilai dan kebiasaan individu-individu, dipelajari berkat hidup mereka dalam
lingkungan sosial.
Bagi individu yang baru lahir, kebudayaan merupakan bantuan untuk melatihnya hidup
efektif didunia ini. Generasi baru tidak perlu menemukan segala sesuatu dari mulanya akan tetapi
dapat belajar dari orang-orang di sekitarnya.Tiap manusia merupakan individu yang unik, namun
banyak kelakuannya dipengaruhi oleh kebudayaan seperti pikiran, bahasa, cara member hormat,
cara makan, apa dimakan, dan seribu satu hal lainnya. Perbedaan individual terdapat dalam
bentuk variasi-variasi dalam kerangka kebudayaan itu, ada diantaranya yang boleh dikatakan
diikuti oleh semua. Yang disebut universalseperti bahasa,moral perkawinan. Selain itu ada pula
pola kelakuan yang memungkinkan pilihan, misalnya perkawinan catatan sipil, dengan atau
tanpa upacra adat, agama, atau pesta, Ini disebut alternative. Akhirnya ada pula pola kelakuan
yang khas misalnya bagi dokter, guru, penerbang, siswa, dan sebagiannya yang
disebut speciality atau kelakuan yang khas.
Dalam tiap masyarakat besar terdapat kelompok-kelompok yang mempunyai sub-
kebudayaan atau subculture yang tersendiri. Mereka menggunakan bahasa tersendiri yakni kata-
kata yang mempunyai makna yang khas bagi mereka, mereka mempunyai norma-norma
tersendiri dan mempunyai buak pikiran yang tidak dimiliki oleh masyarakat
umumnya. Subculture ini terdapat di kalangan pemuda, pemudi, (golongan menurut usia dan
jenis kelamin), juga di kalangan mereka yang mempuyai pekerjaan tertentu (nelayan, calo,
pencopet) atau termasuk golongan etnik, atau suku bangsa tertentu. Guru hendaknya berusaha
memahami subkebudayaan murid-muridnya. Nilai-nilai kebudayaan anggota masyarakat
mengetahui apakah yang layak.
Kebudayaan Sekolah
Menurut Nasution (2010: 64), sistem pendidikan mengembangkan pola kelakuan tertentu
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat dari murid-murid. Kehidupan disekolah dan
norma-norma yang berlaku dapat disebut dengan kebudayaan sekolah. Walaupun kebudayaan
sekolah merupakan kebudayaan dari kebudayaan masyarakat luas, namun mempunyai ciri-ciri
yang khas sebagai suatu “subculture”. Sekolah bertugas untuk menyampaikan kebudayaan
kepada generasi baru dan karena itu harus selalu memperhatikan masyarakat dan kebudayaan
umum.
Timbulnya sub-kebudayaan sekolah juga terjadi oleh sebab sebagian yang cukup besar dari
waktu murid yang terpisah dari kehidupan orang dewasa. Dalam situasi yang serupa ini dapat
berkembang pola kelakuan yang khas bagi anak muda yang tampak dari pakaian, bahasa,
kebiasaan kegiatan-kegiatan serta upacara-upacara. Sebab lain timbulnya kebudayaan sekolah
adalah tugas sekolah yang khas yakni mendidik anak dengan menyampaikan sejumlah
pengetahuan, sikap, keterampilan yang sesuai dengan kurikulum dengan metode dan teknik
kontrol tertentu yang berlaku disekolah itu.
Tiap kebudayaan mengandung bentuk kelakuan yang diharapkan dari anggotanya. Disekolah
diharapkan bentuk kelakuan tertentu dari semua murid dan guru. Itulah yang menjadi norma bagi
setiap murid dan guru.
1. Kenaikan kelas
Belajar dengan rajin agar naik kelas merupakan patokan yang mempengaruhi kehidupan
anak selama bersekolah. Untuk itu ia harus menguasai bahan pelajaran yang ditentukan oleh
kurikulum yang sering diolah dalam bentuk buku pelajaran, diktat atau kitab catatan.
13
Dengan nilai atau tes ulangan guru menilai kemampuan anak. Hak guru memberi angka
memberinya kekuasaan yang disegani murid.Ada juga guru yang bila perlu menggunakan angka
itu untuk menegakkan kekuasaannya. Guru itu disebut “killer” sangat ditakuti.
Angka rapor menjadi dasar bagi kenaikan kelas. Pemberian rapor dan penentuan kenaikan
kelas sering dilakukan dengan upacara tertentu sekalipun sederhana. Tinggal kelas merupakan
masalah yang berat bagi murid. Bagi anak yang bersangkutan ini bahwa ia akan ditinggalkan
oleh teman-temannya selama setidaknya satu tahun dan ia harus masuk kelompok anak-anak
yang lebih muda daripadanya yang selama ini lebih rendah kedudukannya. Oleh sebab itu
kenaikan kelas merupakan hal yang sangat penting maka murid-murid biasanya belajar untuk
mempe roleh angka yang baik , walaupun ilmu itu juga penting.
2. Upacara-upacara
Peristiwa yang biasanya dilakukan dengan upacara ialah penerimaan murid baru. Pada
waktu yang lalu murid-murid SMA turut melakukan masa perkenalan, meniru kakak-kakaknya
diperguruan tinggi. Sebenarnya mereka mengikuti jejak mahasiswa zaman kolonial, yang
menerima mahasiswa baru dengan upacaraperpeloncoan. Masa “perkenalan” itu memang
banyak dan sering menyimpang dari tujuannya yakni memperkenalkan sekolah sebagai lembaga
pendidikan kepada siswa-siswa baru.
Upacara yang menggembirakan ialah upacara wisuda yang melepaskan para siswa yang
telah lulus yang kemudian akan melanjutkan pelajaran pada lembaga pendidikan yang lebih
tinggi atau mengadu nasibnya dalam dunia pekerjaan. Upacara itu melambangkan beberapa hal:
1. Untuk menyatakan besarnya nilai pendidikan bagi pembinaan generasi muda dan kepercayaan
bahwa pendidikan membawa kemajuan bagi setiap siswa. Dalam penyelenggaraan sekolah
sering diperlukan dukungan dan bantuan orang tua, spiritual, maupun materiil
sebagai partner pemerintah.
2. Bagi mereka yang lulus, wisuda itu merupakan pengakuan atas taraf pendidikan yang telah
mereka capai.Wisuda mengakhiri periode tertentu dalam hidupnya dan membuka lembaran baru
serta memasukiperiode yang baru dan masa menuju kedewasaan.Selain itu wisuda merupakan
tanda penghargaan atas keberhasilan siswa dalam pelajarannya yang diperoleh dengan jerih
payah.
3. Upacara Bendera
Ada sekolah yang memulai sekolah dengan mengumpulkan murid-murid untuk upacara,
namun ada juga sekolah swasta mungkin mulai dengan do’a serta pengumuman dan petunjuk
dari kepala sekolah. Ada pula yang memulai dengan senam pagi atau dengan kegiatan lain.
Upacara ini selain mempunyai fungsi kontrol juga menanamkan rasa identifikasi anak dengan
sekolahnya dan semangat persatuan serta rasa turut bertanggung jawab atas nama baik
sekolahnya.
Suatu upacara yang diwajibkan bagi tiap sekolah dinegara kita adalah upacara bendera pada
setiap hari senin tiap minggu dan pada tanggal 17 tiap bulan. Upacara bertujuan untuk
menanamkan rasa kebangsaan dengan meresapkan dasar pikiran, dan cita-cita serta norma-norma
yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar 1945, Pancasila, dan Sumpah Pemuda.
Kesempatan ini juga dapat digunakan oleh Kepala Sekolah untuk berbagai pengumuman dan
petunjuk-petunjuk lainnya demi kebaikan sekolah. Upacara dianggap sebagai kesempatan yang
yang penting untuk menyampaikan dan menerima pesan-pesan.
14
Upacara-upacara lain yang terdapat disekolah ialah pergantian pengurus OSIS, penyerahan
tanda penghargaan atas kemenangan atas kemenangan dalam berbagai pertandingan dan
perlombaan kemenangan ini sangat meningkatkan rasa kebangsaaan atas sekolah sendiri serta
identifikasi murid dengan sekolahnya.
Dalam terminologi kebudayaan, pendidikan yang berwujud dalam bentuk lembaga atau
instansi sekolah dapat dianggap sebagai pranata sosial yang di dalamnya berlangsung kegiatan
tertentu yaitu interaksi antara pendidik dan peserta didik sehingga mewujudkan suatu sistem nilai
atau keyakinan, norma juga kebiasaan yang di pegang bersama.
Pendidikan sendiri adalah suatu proses budaya. Namun nilai-nilai yang mana yang
seharusnya dikembangkan atau dibudayakan dalam proses pendidikan yang berkualitas. Dengan
demikian sekolah menjadi tempat dalam mensosialisasikan nilai-nilai budaya yang tidak hanya
terbatas pada nilai-nilai keilmuan saja, melainkan semua nilai-nilai kehidupan yang
memungkinkan mampu mewujudkan manusia yang berbudaya. Dalam hal ini
Karakteristik peran kultur sekolah berdasarkan sifatnya dapat dibedakan menjadi tiga yakni :
a. Bernilai Strategis
Adalah kultur yang dapat berimbas dalam kehidupan sekolah secara dinamis. Misalnya
memberi peluang pada warga sekolah untuk bekerja secara efisien, disiplin dan tertib.
b. Memiliki Daya Ungkit
Kultur yang memliki daya gerak akan mendorong semua warga sekolah untuk berprestasi,
sehingga kerja guru dan semangat belajar siswa akan tumbuh bilamana dipacu dan di dorong,
dengan dukungan budaya yang memiliki daya ungkit yang tinggi. Misalnya kinerja sekolah dapat
meningkat jika disertai dengan imbalan yang pantas, penghargaan yang cukup, dan proporsi
tugas yang seimbang. Begitu juga dengan siswa akan meningkat semangat belajarnya, bila
mereka diberi penghargaan yang memadai, pelayanan yang prima, serta didukung dengan sarana
yang memadai.
c. Berpeluang Sukses
Budaya yang berpeluang sukses adalah budaya yang memiliki daya gerak yang tinggi. Hal
ini sangat penting untuk menumbuhkan rasa keberhasilan dan rasa mampu untuk melaksanakan
tugas dengan baik. Misalnya budaya gemar membaca. Budaya membaca di kalangan siswa akan
dapat mendorong mereka untuk banyak tahui tentang berbagai macam persoalan yang mereka
pelajari di lingkungan sekolah. Demikian juga bagi guru mereka semakin banyak pengetahuan
yang diperolah, tingkat pemahaman semakin luas, semua ini dapat berlangsung jika disertai
dengan kesadaran, bahwa mutu/ kualitas yang akan menentukan keberhasilan seseorang.
Dengan berpijak pada karakteristik diatas, maka didapatkan peran kultur sekolah adalah
untuk memperbaiki kinerja sekolah, membangun komitmen warga sekolah, serta membuat
suasana kekeluargaan, kolaborasi, ketahanan belajar, semangat terus maju, dorongan bekerja
keras dan tidak mudah mengeluh dan suasana batin yang menyenangkan di antara warga sekolah.
Sekolah yang berorentasi penuh kepada kehidupan masyarakat disebut Community school
atau sekolah masyarakat. Sekolah ini berorentasi pada masalah-masalah kehidupan dalam
masyarakat seperti masalah usaha manusia melestarikan alam, memanfaatkan sumber-suber alam
dan manusia, masalah kesehatan, kewarganegaraan, penggunaan waktu senggang, komunikasi,
transport, dan sebagainya. Dalam kurikulum ini anak dididik agar turut serta dalam kegiatan
masyarakat. Pelajaran mengutamakan kerja kelompok. Dengan sendirinya kurikulum itu
15
fleksibel, berbeda dari sekolah ke sekolah, dari tahun ke tahun dan tidak dapat ditentukan secara
uniform. Murid-murid mempelajari lingkungan sosialnya untuk mengidentifikasi masalah-
masalah yang dapat dijadikan pokok bagi suatu unit pelajaran. Khususnya yang memberi
kesempatan kepada murid-murid untuk meningkatkan mutu kehidupan dalam masyarakat
sekitarnya.
Dalam melaksanakan program sekolah, masyarakat turut sertakan. Tokoh-tokoh dari setiap
aspek kehidupan masyarakat seperti dari dunia perusahaan, pemerintah, agama, politik, dan
sebagainya diminta bekerja sama dengan sekolah dalam peroyek perbaikan masyarakat. Untuk
itu diperlukan masyarakat yang turut bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat dan
pendidikan anak. Sekolah dan masyarakat dalam hal ini bekerja sama dalam suatu aksi social.
Bayak kesulitan yang dihadapi bila kita ingin menjalankan sekolah seperti itu. Meminta
waktu dan tenaga tokoh-tokoh masyarakat dalam suatu proyek pelajaran sekolah akan banyak
menemui rintangan. Demikian pula bila anak ingin mengunjungi berbagai kantor, Pabrik,
Perusahaan dan sebagainya. Kurikulum sekolah sepenuhnya di dasarkan atas masalah-masalah
masyarakat yang mendapat kencaman yang pedas dari golongan yang menginginkan kurikulum
akademis berdasarkan disiplin ilmu. Setelah peluncuran sputnik kurikulum yang subject-centered
berupa mata pelajaran atau bidang studi kembali mendapat peranan utama.
Sekarang mungkin jarang terdapat orang yang berpegang sepenuhnya pada prinsip-prinsip
community school. Akan tetapi walaupun kurikulum bersifat subject-centered, perlu juga
berorientasi pada anak dan masyarakat. Tak mungkin kurikulum efektif tanpa memperhitungkan
anak dan tak ada kurikulum yang tidak mempersiapkan anak untuk masyarakat. Setiap sekolah
harus relevan dengan kebutuhan masyarakat karena sekolah didiirikan oleh masyarakat untuk
mempersiapkan anak untuk masyarakat. Maka kerena itu guru perlu mempelajari dan mengenal
masyarakat sekitarnya.
16
menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya.
Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu kelompok agar
bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk. Pada dasarnya, norma disusun agar
hubungan di antara manusia dalam masyarakat dapat berlangsung tertib sebagaimana yang
diharapkan.
a) Norma Agama : agama adalah suatu petunjuk hidup yang berasal dari tuhan bagi
penganutnya agar mereka mematuhi segala perintah dan larangannya. Yang berisikan
peraturan hidup yang diterima sebagai perintah, larangan, anjuran yang berasal dari Tuhan.
Contohnya adalah berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran.
b) Norma Kesopanan : adalah peraturan hidup yang timbul dari pergaulan segolongan manusia
dan dianggap sebagai tuntunan pergaulan sehari – hari sekelompok masyarakat. Contohnya
sikap saling menghargai baik ketika guru menerangkan ataupun ada siswa lain yang
memberikan pendapat.
c) Norma Kelaziman : kelaziman adalah tindakan manusia mengikuti kebiasaan yang
umumnya dilakukan tanpa pikir panjang karena kebiasaan itu dianggap baik, patut,
sopan dan sesuai dengan tata krama. Contohnya memberikan salam kepada guru
d) Norma Kesusilaan : kesusilaan adalah pedoman yang mengandung makna dan
dianggap penting bagi kesejahteraan masyarakat dan dianggap sebagai aturan yang
datang dari suara hati sanubari manusia. Contohnya menghargai perbedaan gender
antara laki-laki dan perempuan beserta perannya.
e) Norma Hukum : aturan tertulis maupun tidak yang berisi perintah atau larangan yang
memaksa dan yang akan memberikan sanksi yang tegas bagi setiap orang yang
17
melanggarnya. Contohnya peraturan didalam kelas ketika sedang belajar tidak boleh
mengobrol atau pun tidur.
Norma-norma di sekolah juga harus memperhatikan apa yang diharapkan oleh masyarakat. Guru
harus memanfaatkan harapan-harapan orang tua dan menerapkannya dalam kelasnya dalam
bentuk norma-norma. Sedapat mungkin norma-norma yang dijalankan di sekolah jangan
bertentangan dengan norma yang berlaku dalam keluarga anak didik. Dalam hal ini pribadi guru
dan latar belakangnya turut menentukan cara menginterpretasikan norma-norma masyarakat ke
dalam situasi kelas.
7. Latar Belakang Guru
Menurut penelitian di Amerika serikat sebagian besar dari guru-guru berasal dari golongan
menengah-rendah seperti petani, pengusaha kecil, buruh harian, dan hanya sebagian kecil saja
yang ayahnya dari golongan profesional atau golongan tinggi. Guru-guru kebanyakan berasal
dari daerah pedesaan atau kota kecil. Latar belakang guru yakni berasal dari golongan petani dan
kaum buruh perlu dipertimbangkan dalam pola kebudayaan di sekolah yang banyak dipengaruhi
oleh guru itu.
Guru akan membawa norma-norma dan kebudayaan yang diperolehnya melalui pendidikan
dari orang tuanya ke dalam kelas yang diajarnya. Walaupun guru itu sendiri berkat
pendidikannya dapat mempertinggi tingkat kulturalnya, namun ia akan tetap terikat oleh latar
belakangnya, yakni nilai-nilai pedesaan golongan menengah-rendah yang mungkin sekali
berbeda dengan norma murid-murid, khususnya di kota-kota. Banyak orang tua murid, antara
lain di sekolah menengah yang golongan sosialnya lebih tinggi dari guru sendiri.
Dalam kelas gurulah merupakan daya utama yang menentukan norma-norma di dalam
kelasnya dan otoritas guru sukar dibantah. Dialah menentukan apa yang harus dilakukan oleh
murid agar ia belajar. Ia menuntut agar anak-anak menghadiri setiap pelajaran agar mereka
berlaku jujur dalam ulangan, datang pada waktunya ke sekolah, melakukan tugasnya dengan
penuh tanggung jawab.
Juga dalam kelakuan anak sehari-hari, tentang berpakaian, cara bergaul, cara mengatasi
konflik dan hal-hal moral, pergaulan antar-gender, soal kejujuran sikap terhadap agama, terhadap
atasan orangtua, dan pemerintah guru itu akan dipengaruhi norma-norma golongan dari mana ia
berasal. Tentang peraturan-peraturan sekolah telah ada yang ditentukan oleh pemerintah ada pula
oleh kepala sekolah dan staf guru, misalnya mengenai kehadiran di sekolah, larangan merokok,
pembayaran iuran sekolah, dan sebagainya yang harus dipatuhi oleh semua anak, lepas dari
status sosial orang tua anak.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masyarakat memiliki pengertian hubungan yang terjalin antar beberapa kelompok orang untuk
bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Sedangkan masyarakat sekolah berarti hubungan
yang terjalin antar beberapa kelompok orang yang ada di dalam lingkungan sekolah untuk
bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama.
Budaya sekolah merupakan kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma, ritual, mitos yang dibentuk
dalam perjalanan panjang sekolah yang dipegang bersama oleh kepala sekolah, guru, staf
administrasi, dan siswa sebagai dasar mereka dalam memahami dan memecahkan berbagai
persoalan yang muncul di sekolah. Interaksi yang terus-menerus antara guru dengan murid dalam
situasi belajar mengharuskan masing-masing memahami norma-norma kelakuan serta isyarat-
isyarat yang melambangkan norma-norma tertentu. Norma-norma sosial yang terdapat dalam
situasi belajar diantaranya adalah norma agama, norma kesopanan, norma kelaziman, norma
kesusilaan, dan norma hukum.
B. Saran
Masyarakat dan kebudayaan sekolah memiliki hubungan yang saling berkaitan dengan erat,
dimana sekolah berperan sebagai saluran untuk mewariskan nilai-nilai kebudayaan masyarakat
dari generasi ke generasi. Oleh karena itu guru harus sedapat mungkin menciptakan interaksi di
kelas baik antara guru dengan murid atau murid dengan murid yang sesuai dengan nilai-nilai
19
budaya setempat dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu, guru juga harus mampu
menegakkan norma-norma sosial dalam belajar agar tujuan belajar dapat tercapai secara efektif
dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
20
Artikelsiana. (2014). Pengertian Norma dan Fungsi Norma. [Online]. Tersedia :
http://www.artikelsiana.com/2014/10/pengertian-norma-fungsi-norma-definisi.html#_.[diakses
tanggal 20 Maret 2015].
TBP, UNJ. (2011). Kondisi Belajar. [Online]. Tersedia: http://tbp-
unj.blogspot.com/2011/10/kondisi-belajar.html. [diakses tanggal 20 Maret 2015].
Wikipedia. (2013). Norma sosial. [Online]. Tersedia : http://id.wikipedia.org/wiki/Norma_sosial.
[diakses tanggal 20 Maret 2015].
21