Tugas Industri Pariwisata - Konsep Pemberdayaan Masyarakat
Tugas Industri Pariwisata - Konsep Pemberdayaan Masyarakat
Tugas Industri Pariwisata - Konsep Pemberdayaan Masyarakat
DISUSUN OLEH
KELOMPOK :
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
Rahmat dan Hidyah-Nya, Tugas Akhir “KONSEP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
MELALUI PENGEMBANGAN KOMUNITAS BERBASIS POTENSI LOKAL (Studi
Wisata Di Desa Morella, Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah,Provinsi Maluku)”
dapat terselesaikan. Tugas Akhir ini dibuat untuk mata kuliah Perencanaan Industri
Pariwisata, Semester VI Program Studi Teknik Industri Universitas Pattimura.
Pada Tugas Akhir ini berisi tentang Perkembangan Wisata Desa Morella yang
didalamnya berisi, keadaaan geografis dan kondisi sosial masyarakat Desa Morella, potensi
wisata Desa Morella dan kendala – kendala dalam pengembangan Desa Morella, serta
Permberdayaan Masyarakat Morella Melalui Pengembangan Desa Wisata yang didalamnya
berisi tarif dan paket wisata Desa Morella, sistem pengelolaan organisasi, pemberdayaan
masyarakat Desa Morella, manfaat pengembangan Desa Wisata Morella dan strategi
mempertahankan eksistensi
Penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami harapkan
kritik dan saran dari Dosen demi perbaikan Tugas Akhir ini. Akhir kata kiranya Tugas Akhir
ini dapat memberikan pengetahuan tentang pengembangan pariwisata yang ada di Ambon,
khususnya Desa Morela. Sekian dan terima kasih.
Penyusun
Kelompok
ii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
seperti kerajinan tangan dan cindera mata, penginapan, transportasi secara ekonomi juga
dipandang sebagai industry.
Selain itu pariwisata juga disebut sebagai industry yang mulai berkembang di Indonesia
sejak tahun 1969, ketika disadari bahwa industry pariwisata merupakan usaha yang dapat
memberikan keuntungan pada pengusahanya. Sehualamn dengan itu Pemerintah Republik
Indonesia sejak dini megerluarkan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 1969 tanggal 6 Agustus
1969, menyatakan bahwa ‘’Usaha pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu
pengembangan industry pariwisata dan merupakan bagian dari usaha pengembangan dan
pembangunan serta kesejahteraan masyarakat dan Negara (Yeot, 1983)
2. Prasarana Wisata
Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia yang
mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti
jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain sebagainya. Untuk kesiapan
objek-objek wisata yang akan dikunjungi oleh wisatawan di daerah tujuan wisata, prasarana
wisata tersebut perlu dibangun dengan disesuaikan dengan lokasi dan kondisi objek wisata
yang bersangkutan. Pembangunan prasarana wisata yang mempertimbangkan kondisi dan
lokasi akan meningkatkan aksesibilitas suatu objek wisata yang pada gilirannya akan dapat
meningkatkan daya tarik objek wisata itu sendiri. Di samping berbagai kebutuhan yang telah
disebutkan di atas, kebutuhan wisatawan yang lain juga perlu disediakan di daerah tujuan
wisata, seperti bank, apotik, rumah sakit, pom bensin, pusat-pusat perbelanjaan, barbier, dan
sebagainya. Dalam melaksanakan pembangunan prasarana wisata diperlukan koordinasi yang
8
mantap antara instansi terkait bersama dengan instansi pariwisata di berbagai tingkat.
Dukungan instansi terkait dalam membangun prasarana wisata sangat diperlukan bagi
pengembangan pariwisata di daerah. Koordinasi di tingkat pelaksanaan merupakan modal
utama suksesnya pembangunan pariwisata. Dalam pembangunan prasarana pariwisata
pemerintah lebih dominan karena pemerintah dapat mengambil manfaat ganda dari
pembangunan tersebut, seperti untuk meningkatkan arus informasi, arus lalu lintas ekonomi,
arus mobilitas manusia antara daerah, dan sebagainya, yang tentu saja dapat meningkatkan
kesempatan berusaha dan bekerja masyarakat.
3. Sarana Wisata
Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk
melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya. Pembangunan sarana
wisata disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan baik kuantitatif maupun kualitatif. Lebih
dari itu selera pasar pun dapat menentukan tuntunan sarana yang dimaksud. Berbagai sarana
wisata yang harus disediakan di daerah tujuan wisata adalah hotel, biro perjalanan, alat
transportasi, restoran dan rumah makan serta sarana pendukung lainnya. Tak semua objek
wisata memerlukan sarana yang sama atau lengkap. Pengadaan sarana wisata tersebut harus
disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan. Sarana wisata kuantitatif menunjukkan pada
jumlah sarana wisata yang harus disediakan, dan secara kuantitatif yang menunjukkan pada
mutu pelayanan yang diberikan dan yang tercermin pada kepuasan wisatawan yang
memperoleh pelayanan. Dalam hualamnnya dengan jenis dan mutu pelayanan sarana wisata
di daerah tujuan wisata telah disusun suatu standart wisata yang baku, baik secara nasional
dan secara internasional, sehingga penyedia sarana wisata tinggal memilih atau menentukan
jenis dan kualitas yang akan disediakannya.
4. Tata Laksana/Infrastruktur
Infrastruktur adalah situasi yang mendukung fungsi sarana dan prasarana wisata, baik
yang berupa sistem pengaturan maupun bangunan fisik di atas permukaan tanah dan di bawah
tanah seperti:
a. Sistem pengairan, distribusi air bersih, sistem pembuangan air limbah yang membantu
sarana perhotelan/restoran.
b. Sumber listrik dan energi serta jaringan distribusikannya yang merupakan bagian vital
bagi terselenggaranya penyediaan sarana wisata yang memadai.
9
c. Sistem jalur angkutan dan terminal yang memadai dan lancar akan memudahkan
wisatawan untuk mengunjungi objek-objek wisata.
d. Sistem komunikasi yang memudahkan para wisatawan untuk mendapatkan informasi
maupun mengirimkan informasi secara cepat dan tepat.
e. Sistem keamanan atau pengawasan yang memberikan kemudahan di berbagai sektor
bagi para wisatawan. Keamanan diterminal, di perjalanan, dan di objek-objek wisata,
di pusat-pusat perbelanjaan, akan meningkatkan daya tarik suatu objek wisata maupun
daerah tujuan wisata. Di sini perlu ada kerjasama yang mantap antara petugas
keamanan, baik swasta maupun pemerintah, karena dengan banyaknya orang di
daerah tujuan wisata dan mobilitas manusia yang begitu cepat membutuhkan sistem
keamanan yang ketat dengan para petugas yang selalu siap setiap saat. Infrastruktur
yang memadai dan terlaksana dengan baik di daerah tujuan wisata akan membantu
meningkatkan fungsi sarana wisata, sekaligus membantu masyarakat dalam
meningkatkan kualitas hidupnya.
5. Masyarakat/Lingkungan
Daerah dan tujuan wisata yang memiliki berbagai objek dan daya tarik wisata akan
mengundang kehadiran wisatawan.
a. Masyarakat
Masyarakat di sekitar objek wisatalah yang akan menyambut kehadiran wisatawan
tersebut dan akan memberikan layanan yang diperlukan oleh para wisatawan. Untuk ini
masyarakat di sekitar objek wisata perlu mengetahui berbagai jenis dan kualitas layanan yang
dibutuhkan oleh para wisatawan. Dalam hal ini pemerintah melalui instansi-instansi terkait
telah menyelenggarakan berbagai penyuluhan kepada masyarakat. Salah satunya adalah
dalam bentuk bina masyarakat sadar wisata. Dengan terbinanya masyarakat yang sadar wisata
akan berdampak positif karena mereka akan memperoleh keuntungan dari para wisatawan
yang membelanjakan uangnya. Para wisatawan pun akan untung karena mendapat pelayanan
yang memadai dan juga mendapatkan berbagai kemudahan dalam memenuhi kebutuhannya.
b. Lingkungan
Di samping masyarakat di sekitar objek wisata, lingkungan alam di sekitar objek wisata
pun perlu diperhatikan dengan seksama agar tak rusak dan tercemar. Lalu lalang manusia
yang terus meningkat dari tahun ke tahun dapat mengakibatkan rusaknya ekosistem fauna dan
flora di sekitar objek wisata. Oleh sebab itu perlu adanya upaya menjaga kelestarian
10
lingkungan melalui penegakan berbagai aturan dan persyaratan dalam pengelolaan suatu
objek wisata.
c. Budaya
Lingkungan masyarakat dalam lingkungan alam di suatu objek wisata merupakan
lingkungan budaya yang menjadi pilar penyangga kelangsungan hidup suatu masyarakat.
Oleh karena itu lingkungan budaya ini pun kelestariannya tidak boleh tercemar oleh budaya
asing, tetapi harus ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan kenangan yang
mengesankan bagi tiap wisatawan yang berkunjung. Masyarakat yang memahami,
menghayati, dan mengamalkan sapta pesona wisata di daerah tujuan wisata menjadi harapan
semua pihak untuk mendorong pengembangan pariwisata yang pada akhirnya akan
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
Pemerintah telah menetapkan pengelompokan daerah tujuan wisata (DTW) ke dalam
wilayah tujuan wisata (WTW) dengan maksud untuk menyebarkan kunjungan wisatawan dan
pengembangan kepariwisataan di Indonesia.
Adapun pengelompokan dan pembagiannya adalah sebagai berikut:
1. Wilayah Tujuan Wisata (WTW) A yang terdiri dari Daerah istimewa Aceh, Sumatera
Utara, Sumatera Barat, dan Riau.
2. Wilayah Tujuan Wisata (WTW) B yang terdiri dari Sumatera Selatan, Jambi,
Bengkulu.
3. Wilayah Tujuan Wisata (WTW) C yang terdiri dari Lampung, DKI Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
4. Wilayah Tujuan Wisata (WTW) D yang terdiri dari Jawa Timur, Bali, Nusantara
Tenggara Timur.
5. Wilayah Tujuan Wisata (WTW) E yang terdiri dari Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur.
6. Wilayah Tujuan Wisata (WTW) F yang terdiri dari Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara,
Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah.
7. Wilayah Tujuan Wisata (WTW) G yang terdiri dari Propinsi Maluku dan Irian Jaya.
Menurut Samsurijal (1997), Peran serta masyarakat dalam pembangunan
kepariwisataan dapat terbina bila masyarakat memahami manfaat pariwisata untuk
kepentingan nasional, terutama bagi perbaikan hidup mereka sendiri. Apabila pariwisata
dapat memberi manfaat bagi masyarakat luas, serta merata masyarakat akan mendukung
pembangunan kepariwisataan.
11
Menurut Fandeli (2001), Obyek wisata adalah faktor yang paling menarik perhatian
para pelaku wisata, dalam hal ini pengunjung, baik itu obyek wisata alam maupun budaya.
Obyek wisata merupakan segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata, seperti hutan, sungai,
danau, pantai, laut, museum atau budaya tradisional lainnya. Sungai merupakan saluran alami
yang di dalamnya terdapat aliran air yang bermuara di danau atau laut.
Di dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan, menyatakan
bahwa:
1. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut dilakukan
secara sukarela bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.
2. Wisatawan adalah orang yang menikmati kegiatan wisata.
3. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhualamn dengan wisata, termasuk
pengusaha objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang
tersebut.
4. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhualamn dengan penyelenggaraan
pariwisata.
Pariwisata menjadi sesuatu yang kompleks karena ulah manusia memberikan pengaruh
perubahan pada alam. Nilai yang diciptakan oleh masyarakat dan image yang menyertai akan
menjadi penyebab berkembangnya pariwisata. Kesan dan kegiatan yang menyertainya
merupakan satu kesatuan utuh tak terpisahkan, semuanya didasari oleh sejumlah daya tarik
akan sesuatu untuk dilihat dan dialami. Tanpa atraksi, semuanya bukanlah pariwisata.
Bermacam atraksi akan memberikan dorongan yang besar untuk menyebabkan orang
melakukan perjalanan (berwisata). Selanjutnya, sambutan ramah juga merupakan hal penting
seperti juga kebutuhan akan fasilitas dan pelayanan.
Pada dasarnya, atraksi, pelayanan, dan fasilitas nilainya menjadi tak berarti apabila tidak
tersedia transportasi dan aksesbilitas lokasi. Oleh sebab itu, keterkaitan antara tempat asal
dan tujuan wisata adalah bagian vital yang lain dari kepariwisataan. Informasi dan petunjuk
wisata sebagai komponen penting terakhir merupakan pelengkap sistem kepariwisataan yang
disediakan melalui iklan, buku, pusat informasi, maupun dari mulut ke mulut. Demikian
seterusnya akan membentuk sebuah siklus, sebagaimana digambarkan dalam bagan berikut
(Gunn,1972:20):
12
Gambar 2.8. Siklus Kegiatan dalam Kepariwisataan
(Sumber : Gunn, 1972:22)
Gunn (1994) mengemukakan bahwa suatu kawasan wisata yang baik dan berhasil secara
optimal didasarkan kepada empat aspek yaitu;
1. Mempertahankan kelestarian lingkungannya
2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan tersebut
3. Menjamin kepuasan pengunjung
4. meningkatkan keterpaduan dan unity pembangunan masyarakat di sekitar kawasan
dan zone pengembangannya.
Disamping keempat aspek diatas, kemampuan daya dukung untuk setiap kawasan berbeda-
beda sehingga perencanaan secara spatial akan lebih bermakna, tergantung pada dimana
lokasi pengembangan wisata berada.
Gunn (2002) merekomendasikan komponenkomponen yang harus diperhatikan dalam
pengembangan wisata:
1. Atraksi atau sumberdaya alam dan budaya.
2. Perbaikan Infrstruktur transportasi
3. Perbaikan usaha-usaha jasa
4. Perbaikan fasilitas penunjang atraksi.
5. Peningkatan raihan dan Peluang Pasar
6. Peningkatan Promosi
7. Penguatan organisasi dan kelembagaan yang akan menjalankan proyek
8. Penguatan kompetensi Sumberdaya manusia
9. Penguatan ekonomi lokal, regional dan nasional
10. Dukungan kebijakan lingkungan,politik, dan ekonomi
11. Peningkatan kepuasan wisatawan
13
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
14
fenomena yang sedang diamati sehingga peneliti mengetahui lebih rinci tentang
permasalahan penelitian.
3.5. Metode Analisa Data
Metode analisis data adalah dengan pendekatan kualitatif- deskriptif- interpretatif
yaitu suatu model penelitian yang berusaha untuk membuat gambaran/paparan dan
menggali secara cermat serta mendalam tentang fenomena sosial tertentu tanpa
melakukan intervensi dan hipotesis dengan uraian analisis bersifat induktif.
3.6. Flowchart Penelitian
Start
Rumusan Masah
Tujuan Penulisan
Manfaat Penelitian
Tinjauan Pustaka
Metode Penelitian
NO
Hasil dan Pembahsan
YES
Penutup
End
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Desa Morela adalah salah satu desa di Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku tengah
dengan jumlah penduduk 3.150 jiwa, yang berada paling ujung kampung, topografi desa
tersebut adalah dataran rendah dan berbukit, berbatasan dengan desa mamala kabupaten
maluku tengah, Untuk bisa sampai di Kabupaten Maluku tengah masyarakat harus
menempuh jalur darat selama 2 s/d 3 jam dan laut dengan mengunakan kapal cepat selama 3
jam perjalanan untuk menjangkau desa tersebut bisa ditempuh dengan jalan darat dengan
kendaraan mobil penumpang.
Mata pencaharian masyarakat tersebuat sebagian besar adalah petani dan nelayan,
diantaranya juga ada yang berprofesi sebagai pedagang, pegawai swasta, negeri dan buruh
kasar, karena sebagian besar masyarakat berprofesi sebagai petani dan nelayan dengan
kondisi dan jarak tempuh yang sangat sulit dan jauh untuk menjangkaunya dengan sarana
prasarana yang sangat terbatas, sehingga hal inilah yang membuat masyarakat petani dan
nelayan tidak bisa meningkatkan ekonomi mereka.
B. Potensi Wisata Desa Morella
Pada kenyataannya Morella menyimpan banyak pesona yang dapat dijadikan sarana
untuk meningkatkan ekonomi masyarakat desa yaitu melalui Pariwisata, desa Morella
merupakan desa yang dapat memenuhi syarat untuk dijadikan desa Periwisata, karena
didalamnya tersimpan Pariwisata Sejarah, Pariwisata Alam, dan Pariwisata Adat/Budaya.
a)Pariwisata Sejarah
1. Benteng Kapahaha
Benteng Kapahaha adalah sebuah benteng alam (benteng pertahanan) pada
perang Ambon IV (Ruhmpius) atau sering disebut dengan Perang Kapahaha 1637-
1646. Letaknya ± 4 KM ke arah utara Pusat Uli Sailessy. Sebelum menjadi
Benteng Pertahanan tempat ini sudah dihuni oleh manusia sejak berabad-abad.
Manusia yang menghuni tempat ini berasal dari ula pokol di gunung Salahutu,
manusia pertama di Ulapokol tersebut adalah Uka Latu Tapil.
Dalam perkembangan selanjutnya anak-anak dari Uka Latu Tapil melakukan
perpindahan Ke Amaela (Gunung Kukusan), setelah itu kemudian mereka pindah
16
dan menetap di Kapahaha. Dari waktu ke waktu melalui proses perkawinan maka
semakin banyak manusia di tempat ini kemudian mereka membentuk sebuah
Aman/Hena (Negeri). Aman (negeri) tersebut terdiri dari beberapa rumah tau
yaitu : Rumah Tau Sasole, Rumah Tau Sialana,Rumah Tau Leikawa dan Rumah
Tau Manilet. Keempat rumah tau inilah yang merupakan turunan asli yang
menetap di aman (Negeri Lama) Kapahaha. Rumah Tau Manilet adalah turunan
dari seorang penyiar agama islam yang berasal dari timur tengah bernama Syekh
Qalam Abdul Kahar. Dia datang sekitar abad ke-8 Masehi dan mengislamkan
Penduduk Kapahaha (Tiga Rumah Tau Tsb).
Pada masa-masa selanjutnya Kapaha kemudian menjadi pusat pemerintahan
adat dari beberpa negeri sekitar yaitu iyal uli yang berjarak ± 2,5 KM dari Negeri
Morella, Ninggareta yang berjarak ± 9 KM dari Negeri Morella, dan Putulesi yang
berjarak ± 1,5 KM dari Negeri Morella. Lambang Pemerintahan adat negeri
Kapahaha yaitu Burung Manu Saliwangi yang sampai saat ini masih dipakai
sebagai lambang pemerintahan adat Negeri Morella, dan Baeleu Tomasiwa
sebagai tempat Musyawarah. Sementra itu, pusat keagamaan terletak di Negeri
Lama Iyal Uli.
b) Pariwisata Alam
1. Pantai Tilepuwai atau pantai Letang Morella
Pantai Tilepuwai merupakan salah satu pantai indah yang terletak di Negeri
Hausihu Morella kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah tepatnya dibawah
kaki Bukit Kapahaha, tak jauh dari Tanjung Setan. Meski belum populer, namun
pantai ini kerap dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun manca negara pada
setiap hari libur. Keindahannya yang sangat kental dengan nuansa alam
menyebabkan pantai ini sangat menarik perhatian setiap orang yang melintas di
jalan darat maupun dengan kenderaan laut. Selain panorama pantai yang indah,
Tilepuwai juga memiliki potensi keindahan dasar laut. Beberapa penyelam dan
photografer yang pernah datang di pantai ini mengatakan terumbu karang dan
jenis ikan hias yang ada di dalamnya sangat berpariasi. Di bagian selatan terdapat
banyak terumbu karang indah yang berderetan hingga ke tanjung setan, sedangkan
sebelah utara juga terdapat terumbu karang indah yang berderet sampai ke Teluk
Namanalu (tempat adannya gua laut). Di pesisir pantai banyak terdapat pepohonan
besar, pada beberapa tebing bukit tak jauh dari pantai ini nampak beringin-
beringin tua yang sering disinggahi burung, sehingga tak heran jika kita berada
17
disana banyak terdengar kicauannya. Saat menjelan sore hari nuansa alami pantai
Tilepuwai semakin terasa, suasana ini sangat cocok untuk para pemburu panorama
karena beberapa titik dipantai ini dapat dijadikan untuk menikmati Sunset.
Info Wisata Murah di pantai Tilepuwai Negeri Morella:
Jarak dari kota Ambon ± 34 km, dapat ditempu dengan angkutan umum dalam
waktu 1 jam, biaya transport Rp. 10.000 sekali jalan/orang
Jarak dari Pasar Hitu ± 8 km, dapat ditempu dengan angkutan darat (motor
ojek) dalam waktu 15 menit, biaya taraspot Rp. 15.000 sekali jalan/orang.
Jarak dari pusat Negeri Morella ± 4 km, dapat ditempu dengan angkutan darat
(motor ojek) dalam waktu 5 menit, biaya taraspot Rp. 5.000 sekali jalan/orang,
angkutan laut (perahu sampan) dalam waktu 25 menit.
2. Pantai Lubang Buaya
Pantai Lubang Buaya, adapula yang menyebutnya Pantai Namanalu. Terletak
di Desa/Negeri Morella Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah. Berada di
Jazirah Leihitu yang berbatasan dengan Laut Seram, Morella dan sekitarnya
memiliki beberapa pantai di antaranya Pantai Letang, Pantai Tanjung Setang,
Pantai Tilepuai, Pantai Moki dan salah satunya adalah Pantai Namanalu (Lubang
Buaya). Pantai-pantai tersebut dikenal memiliki spot-spot diving yang keren
dengan tebing-tebing terumbu karang, tidak kalah dengan pantai-pantai di Jazirah
Leitimur maupun kawasan Baguala seperti Leahari dan yang lainnya.
Pantai Lubang Buaya. Secara ukuran sebenarnya pantai ini tergolong kecil
namun cukup dalam. Airnya sekilas berwarna biru toska ketika penetrasi cahaya
matahari menembus perairan, dengan kecerahan lebih dari 10 meter sehingga
sangat mengasyikkan untuk diving. Apalagi lokasi ini cenderung lebih sepi dan
tenang karena orang-orang lebih mengenal Pantai Tanjung Setang yang jaraknya
tidak terlalu jauh dari Lubang Buaya.
Selain kondisi karangnya yang cukup bagus, di Pantai Lubang Buaya juga
dapat kita jumpai beberapa biota seperti moluska dari jenis kerang-kerangan
seperti kima (Tridacna spp.), kerang duri (Spondylus sp.), gastropoda, bintang laut
(Asteroidea), teripang (Holothuridea) dan biota lainnya.
c) Pariwisata Adat dan Budaya
Negeri Morella terbagi dalam 3 soa, masing-masing terdiri dari beberapa
rumah tau dan dipimpin oleh seorang kepala soa. Pembagian mata rumah tau untuk
setiap soa berdasarkan negeri lama asal. Negeri lama asal tersebut antara lain: Negeri
18
Lama Kapahaha, Negeri Lama Iyal Uli, Negeri Lama Ninggareta dan Negeri Lama
Putulesi.
Uraian ketiga soa tersebut antara lain:
1. Soa Kapahaha atau biasa disebut Soa Tomasiwa terdiri atas Enam Marga, yaitu:
a) Sasole
b) Sialana
c) Leikawa
d) Manilet
e) Ameth
f) Mony
Dengan Kepala Soa disebut Ela Helu dari Marga Sasole
2. Soa Ninggareta Putulesi atau biasa disebut Soa Pisi Hatu terdiri atas Tiga Marga
Yaitu :
a) Latukau
b) Ulath
c) Thenu
Dengan kepala soa disebut Ela Henahuhui dari marga Latukau
3. Soa Iyal Uli atau biasa disebut Soa Hatalesy terdiri atas Lima Marga yaitu :
a) Tawainlatu
b) Latulanit
c) Wakang
d) Lauselang
e) Pical
Dengan kepala soa disebut Ela Hatumena dari Marga Tawainlatu.
1. Budaya Hadrat
Morella merupakan salah satu negeri adat di Kecamatan Leihitu, Kabupaten
Maluku Tengah, Provinsi Maluku, dengan jumlah penduduk sebesar 3.150 jiwa,
memiliki banyak tradisi adat dan budaya yang sering kali dilakukan di waktu
tertentu, mulai saat awal Ramadhan, pertengahan, akhir hingga Lebaran tiba selalu
ada tradisi yang wajib dilakukan oleh warga setempat, dan banyak kebiasaan-
kebiasaan unik lainnya, sama halnya di daerah-daerah lain yang memiliki keunikan
dan keragaman budaya masing-masing. Hal ini sangat memperkaya budaya adat
istiadat di Indonesia.
19
Salah aatu kebiasaan warga Morella saat bulan Ramadhan, yakni Ramadhan
Hadrat atau sering disebut warga dengan hadrat di malam puasa, karena dilakukan
di bulan Ramdhan pada saat menjelang Sahur.
Budaya Hadrat di Negeri Morella Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku
Tengah, Provinsi Maluku yang merupakan perpaduan Budaya Arab, Eropa dan
Melayu. Biasanya selesai sholat Tarawi para pemuda berpenampilan rapi dengan
Jas (berwarna gelap), peci, sarung ditambah dengan selendangnya, berkumpul
didepan Baeleu Tomasiwa**. Sambil menunggu Pemerintah Negeri dan Imam
Masjid tiba di lokasi, para pemuda ini sudah siap di barisanya masing-masing,
setiap barisan terdiri dari 5 sampai 7 orang, sambil melantungkan syair-syair berisi
sholawat dan zikir, juga diiringan dengan bunyi rabana yang dimainkan oleh enam
orang.
2. Budaya Malam Tujuh Lekur
Tradisi lain yang juga sering dilakukan pada bulan Ramadhan, yakni tradisi
Malam Tujuh Lekur. Di Negeri Morella, pendudukanya yang 100% muslim juga
melaksanakan kewajiban-kewajiban itu. Dan juga melakukan tradisi adat yang
sudah turung temurung, salah satu tradisi yang sering dilakukan tiap malam 27
Ramadhan adalah tradisi Malam Tujuh Lekur atau sering disebut Malam Langansa
3. Budaya Pukul Manyapu
Tradisi upacara Pukul Manyapu yang biasanya dipentaskan di desa Mamala
dan Desa Morella. Berlangsung setiap 7 syawal (penanggalan islam) dimana
makna nilai yang terkandung dalam tradisi ini dipertunjukkan sebagai perayaan
keberhasilan pembangunan masjid yang selesai dibangun pada 7 syawal setelah
Idul Fitri, Tradisi ini juga dikaitkan dengan sejarah masyarakat setempat yaitu
untuk menandai kekalahan Kapiten Tulukabessy saat bertempur untuk
mempertahankan Benteng Kapahaha pada masa penjajahan Portugis dan VOC
pada abat ke-16 di tanah Maluku, selain itu Tradisi ini juga sebagai alat intuk
mempererat tali persaudaraan masyarakat di desa Mamala dan desa Morella.
C. Kendala – Kendala dalam Pengembangan Desa Morella
Setiap rencana pengembangan suatu desa pastilah memiliki kendala, apalagi desa
Morella. Kendala yang kami dapatkan di tempat penelitian sebagai berikut :
1. Kondisi jalan yang kurang bagus, karna jalan menuju ke Morella melalui jalan
perbukitan dan banyak memiliki tikungan tajam.
20
2. Transportasi yang terbatas menuju Morella, Transportasi menjadi masalah bagi
wisatawan karna waktu trayek angkot Morella yang terbatas.
3. Infrastruktur tempat wisata desa Morella yang kurang memadai, wisatawan bukan
hanya datang untuk melihat pemandangan saja tentu meraka membutuhkan
kenyamanan dalam perjalanan wisata mereka, infrasutruktur yang membaik juga
dapat meninggalkan kesan yang baik, contohnya.
Kamar ganti untuk para wisatawan pada wisata pantai.
Toilet pada setiap tempat pariwisata
Penginapan yang layak untuk para wisatawan, apalagi saat acar resmi desa
seperti upacara Adat.
4. Isu-isu yang beredar pada masyarakat luar desa Morella mengenai kondisis desa,
seperti perseteruan antara Desa Mamala dan Desa Morella. Isu-isu yang beredar
menciptakan asumsi pada para wisatawan bahwa lokasi tersebut tidak aman untuk
dikunjungi.
No JENIS-JENIS PARIWISATA
1 SEJARAH
Nama Wisata Nama Tarif
Sarana
Benteng Kapahaha Angkot Rp. 15.000
Parkiran Rp. 2000
Harga Rp. 10.000
Masuk
Toilet Rp. 2000
Umum
2 ALAM
Nama Wisata Nama Tarif
Sarana
- Pantai Letang Angkot Rp. 15.000
Parkiran Rp. 2000
Harga Rp. 5.000
Masuk
Toilet Rp. 2000
Umum
- Pantai Lubang Angkot Rp. 15.000
Buaya Parkiran Rp. 2000
21
Harga Rp. 15.000
Masuk
Toilet Rp. 2000
Umum
3 ADAT/BUDAYA
Nama Wisata Nama Tarif
Sarana
- Upacara Hadrat Angkot Rp. 15.000
Parkiran Rp. 2000
Harga -
Masuk
Toilet Rp. 2000
Umum
- Upacara Malam Angkot Rp. 15.000
Tujuh Lekur Parkiran Rp. 2000
Harga
Masuk
Toilet Rp. 2000
Umum
- Upacara Adat Angkot Rp. 15.000
Pukul Manyapu Parkiran Rp. 2000
Harga Rp. 10.000
Masuk
Toilet Rp. 2000
Umum
Proses pengelolahan lingkungan fisik dan sosial sebagai modal sosial lokal, yang
dilakukan masyarakat desa Morella yang dikembangkan menjadi kawasan desa binaan wisata
alam dan desa Morella sebagai kawasan desa wisata adat, adalah merupakan model yang baik
dalam upaya menciptakan lapangan kerja, sehingga mampu meningkatkan kondisi
kesejahteraan sosial masyarakat setempat.
Karakteristik lingkungan alam dan sosial masyarakat di desa Morella sangat
mendukung dalam pengembangan kawasan lingkungan desa Morella sebagai desa wisata
alam dan desa wisata adat/budaya. Desa Morella secara geografis dan sosiologis sangat
mendukung dalam pengembangan kota Ambon sebagai kota alam, oleh karena potensinya
tersebut maka desa Morella secara khusus dikembangkan sebagai desa wisata alam dan
kawasan pelestarian budaya. Penetapan desa Morella sebagai desa wisata, mengingat
masyarakat desa Morella masih memegang teguh tradisi-tradisi budaya (adat) setempat yang
bisa dijadikan sebagai daya tarik wisata.
22
Partisipasi masyarakat dalam mendukung program pengembangan dan pengelolaan
kawasan lingkungan desa Morella sebagai desa wisata alam dan desa wisata adat/budaya
sangat tinggi.
Sebagian besar masyarakat desa Morella memiliki sikap setuju dan mendukung
terhadap pengembangan kawasan desa Morella sebagai kawasan desa wisata alam, namun
demikian masih ada kehawatiran dari masyarakat yang diantaranya terutama berkaitan
dengan takutnya kaum pemodal masuk ke dalam menguasai program ini dan menguasai
pemasaran. Demikian pula, masyarakat setuju dengan pengembangan desa Morella sebagai
desa wisata adat/ budaya, mengingat bahwa desa Morella merupakan desa yang cukup
potensial dalam kerangka mendukung pariwisata kota Ambon dalam aspek pelestarian
adat/budaya masyarakat. Selain itu pengembangan kawasan desa Morella sebagai kawasaan
desa wisata adat/budaya akan membantu dalam mengembangkan dan melestarikan budaya
leluhur masyarakat setempat.
Dimensi-dimensi tradisi, nilai, dan norma yang ada di masyarakat desa Morella dapat
disimpulkan antara lain sebagai berikut:
1. Tradisi upacara Pukul Manyapu yang biasanya dipentaskan di desa Mamala dan Desa
Morella. Berlangsung setiap 7 syawal (penanggalan islam) dimana makna nilai yang
terkandung dalam Tradisi ini dipertunjukkan sebagai perayaan keberhasilan
pembangunan masjid yang selesai dibangun pada 7 syawal setelah Idul Fitri, Tradisi
ini juga dikaitkan dengan sejarah masyarakat setempat yaitu untuk menandai
kekalahan Kapiten Tulukabessy saat bertempur untuk mempertahankan Benteng
Kapahaha pada masa penjajahan Portugis dan VOC pada abat ke-16 di tanah Maluku,
selain itu Tradisi ini juga sebagai alat intuk mempererat tali persaudaraan masyarakat
di desa Mamala dan desa Morella.
2. Norma yang berupa aturan-aturan yang berlaku bagi anggota masyarakat di desa
Morella dimana mereka berkewajiban untuk selalu memperhatikan lingkungannya.
Aturan ini bersifat mengikat, sehingga seluruh anggota masyarakat harus
mematuhinya, dan secara umum nilai-nilai yang ada pada masyarakat desa Morella
menempatkan alam lingkungan sebagai bagian dari hidup mereka.
23
C. Pemberdayaan Masyarakat Desa Morella
Kegiatan-kegiatan dalam desa wisata ini banyak melibatkan peran masyarakat dalam
desa Morella sendiri. Misalnya kuliner melibatkan ibu-ibu rumah tangga dalam desa Morella,
Wisata seni dan budayanya melibatkan bapak-bapak dan pemuda menjadi pemandu
pariwisata. Orang yang umumnaya sudah sangat tua pun tidak ketinggalan, mereka juga
mempunyai kontribusi dalam wisata budi pekerti. Contohnya nenek-nenek mengunyah sirih
didepan rumah pada saat hari-hari besar dalam desa akan menggugah keinginan anak-anak
yang datang berkunjung ke desa ini. Sistem pemasaran desa wisata dengan sistem gethok
tular yaitu informasi dari mulut ke mulut.
Manfaat yang ditimbulkan dari program desa wisata alam Morella adalah:
1. Pengembangan perokonomian karena dapat menciptakan lapanga kerja dimana
masyarakat bisa berdagang pada tempat objek wisata
2. Lingkungan lebih tertata dengan baik, indah, asri dan serasi
3. Masyarakat bisa mendapatkan pengetahuan dalam hal pengelolaan lingkungan hidup,
khususnya tentang pemeliharaan objek wisata, karena adanya program penyuluhan
pengembangan pariwisata, sehingga masyaraka didesa Morella dapat menjadi lebih
kreatif.
Sedangkan manfaat dari pengembangan desa Morella sebagai desa wisata adat/ budaya
adalah antara lain:
1. Pelestraian terhadap nilai-nilai adat tradisi masyarakat desa Morella,
2. Pengembangan adat/budaya masyarakat desa Morella sebagai daya tarik wisata,
3. Berkembangnya eventevent tradisi budaya masyarakat desa Morella,
4. Pengembangan nilai tambah ekonomi dari pengelolaan adat/budaya dan tradisi
masyarakat desa Morella,dan
5. Hadirnya wisatawan yang memberikan apresiasi terhadap adat/budaya dan tradisi
masyarakat desa Morella.
Pengembangan desa wisata alam, merupakan bagian dari pengembangan ekowisata.
Memang secara konseptual ekowisata dapat dikatakan sebagai suatu konsep pengembangan
pariwisata berkelanjutan dengan tujuan untuk mendukung upaya pelestarian lingkungan alam
maupun budaya dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan, sehingga
memberi manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat. Dari segi pengelolaannya,
ekowisata dapat dikatakan suatu penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggungjawab di
24
tempat alami atau daerah yang dibuat berdasarkan kaidah alam, dan secara ekonomi
berkelanjutan untuk mendukung upaya pelestarian lingkungan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat setempat.
Salah satu identitas kota Ambon adalah kota yang identik dengan keragaman
adat/budaya dan potensi keindahan alam yang tersembunyi didalamnya, oleh karena itu
pengembangan kawasan wisata desa Morella mendapat perhatian dari pemerintah dan
masyarakat setempat. Desa Morella secara geografis dan sosiologis sangat mendukung dalam
pengembangan kota Ambon sebagai kota dengan potensi alamnya, oleh karena potensinya
tersebut maka desa Morella secara khusus dikembangkan sebagai desa wisata alam dan
kawasan pelestarian adat/budaya. Pariwisata memiliki peluang besar menjadi media yang
aplikatif dan efektif untuk menanggulangi masyarakat (community-based tourism) dapat
membuka jalan lebih lebar bagi kelompok masyarakat miskin untuk ikut menikmat peluang
dan hasil pengembangan pariwisata.
Pengembangan ekonomi local merupakan proses dimana pemerintah daerah dan/atau
kelompok berbasis komunitas mengelola sumber daya yang ada dan masuk kepada penataan
kemitraan baru dengan sktor swasta, atau di antara mereka sendiri, untuk menciptakan
pekerjaan baru dan merangsang kegiatan ekonomi wilayah.
Ciri utama pengembangan ekonomi local terletak pada titik sentralnya yang mengarah
pada kebijakan endogenous development menggunakan potensi sumberdaya manusia,
institusional dan fisik setempat. Orientasi ini mengarahkan kepada focus dalam proses
pembangunan untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang pertumbuhan kegiatan
ekonomi (Blakey, 1989).
Bagaimanapun bentuk kebijkan yang ditempuh, pengembangan ekonomi lokal
mempunyai satu orientasi, yaitu: meningkatkan jumlah dan variasi peluang kerja yang
tersedia untuk penduduk lokal. Dalam mencapai hal tersebut, pemerintah daerah dan
kelompok masyarakat dituntut untuk mengambil inisiatif dan bukan hanya berperan pasif
saja. Setiap kebijkan dan keputusan publik dan sektor usaha, serta keputusan dan tindakan
masyarakat, harus sesuai dengan orientasi pengembangan ekonomi lokal, atau sinkron dan
mendukung kebijakan pengembangan ekonomi daerah yang telah disepakati bersama.
Setiap komunitas mempunyai kondisi potensi lokal yang unik yang dapat membantu
atau menghambat pengembangan ekonominya. Atribut-atribut lokal ini akan membentuk
benih, yang dari situasi strategi Pengembangan Ekonomi Lokal dapat tumbuh memperbaiki
daya saing lokal. Untuk membangun daya saing tiap komunitas perlu memahami dan
25
bertindak atas dasar kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman untuk membuat daerahnya
menarik bagi kegiatan bisnis, kehadiran pekerja dan lembaga yang menunjang.
Dari data hasil penelitian selanjutnya dapat dikaji tentang konsep umum model
pemberdayaan masyarakat berbasis potensi local melalui pengembangan dan pengelolaan
desa wisata alam dan desa wisata adat/budaya pada lokasi penelitian dalam suatu model
skema sebagai berikut:
Nilai & Norma Masyarakat Pengelolaan Lingkungan Desa Wisata Nilai & Norma Masyarakat
Atas Lingkungan Alam & Desa Wisata Adat/Budaya Atas Lingkungan
26
E. Strategi Mempertahankan Eksistensi
DEPENDS UPON
B. PENINGKATAN PARTISIPASI
Peningkatan jumlah turis dan sejalan
dengan melibatkan banyak aktivitas
27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari permasalah diatas adalah
A. Seperti yang diketahui mata pencaharian masyarakat tersebut sebagian besar adalah
petani dan nelayan, diantaranya juga ada yang berprofesi sebagai pedagang,
pegawai swasta, negeri dan buruh kasar, karena sebagian besar masyarakat
berprofesi sebagai petani dan nelayan dengan kondisi peranain dan jarak tempuh
yang sangat sulit dan jauh untuk menjangkaunya dengan sarana prasarana yang
sangat terbatas, sehingga hal inilah yang membuat masyarakat petani dan nelayan
tidak bisa meningkatkan ekonomi mereka.
B. Langkah-langkah pendekatan pariwisata berbasis masyarakat adalah pengembangan
kawasan desa wisata ejarah, wisata alam, dan wisata adat/budaya pada desa
Morella adalah merupakan model konsep yang baik dalam program pemberdayaan
masyarakat (komunitas) berbasis potensi dan kearifan nilai lokal. Selain itu,
program ini juga mampu meningkatkan daya tarik Daerah Tujuan Wisata (DTW)
dalam mendukung program pengembangan desa Morella sebagai desa Pariwisata.
Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan,
pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian
lingkungan hidup.
5.2 Saran
Saran untuk permasalahan diatas adalah
A. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat di masukkan kedalam program-program
kerja yang sudah ada dan dapat dimanfaatkan dengan baik untuk pengembangan
wisata pada Desa Morella
B. Diharapkan melalui hasil keputusan daerah masyarakat setempat dapat
meningkatkan strategi pengembangan pariwisata.
28
DAFTAR PUSTAKA
Irwanto. 1998. Focus Group Discussion :Suatu Pengantar Praktis. Jakarta : Pusat
kajian pembangunan masyarakat - Unika Atmajaya.
Mardalis. 1998. Metode Penelitian : Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta : Bumi
Aksara.
Prihatini, S. Djuni & Hempri Suyatna (ed.). 2006. Pembangunan dan Kemiskinan.
Yogyakarta: Aditya Media.
Sunartiningsih, Agnes (Ed.). 2004. Pemberdayaan Masyarakat Desa Melalui Institusi
Lokal. Yogyakarta: Aditya Media.
Sunartiningsih, Agnes (ed.).2004. Strategi Pemberdayaan Masyarakat.
Yogyakarta:Aditya Media.
Soetomo. 2009. Pembangunan Masyarakat: Merangkai Sebuah Kerangka.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Trijono, Lambang. 2007. Pembangunan Sebagai Perdamaian. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Usman, Sunyoto. 2008. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
www.Tifatomaiwa.blogspot.com
www.pical33.wordpress.com
www.smileambon.com
www.pariwisata.rejanglebongkab.go.id
www.wikipedia.org/wiki/kota_ambon
www.roesda11.wordpress.com/lebaran_di_negeri_morella/
iv
LAMPIRAN
v
Gambar Benteng Kapahaha
vi
Gambar Pantai Namanalu atau Lubang Buaya
vii