Modul LCCM 2021
Modul LCCM 2021
A. Pengantar
1Diambil dan disarikan dari buku Sejarah Permuseuman di Indonesia, diterbitkan oleh Direktorat Permuseuman pata tahun
2011
1
Mencari rempah-rempah di Nusantara, sebenarnya merupakan tujuan utama bangsa
Eropa datang ke sini. Sebagai negara tropis, tentu saja banyak hal tidak dapat dijumpai di
Eropa. Rupa-rupanya mereka tertarik dengan flora, fauna, dan budaya Nusantara yang
dianggap eksotik. Karena rasa keingintahuan yang besar, maka mereka melakukan berbagai
ekspedisi dan penelitian ilmiah sampai ke daerah pedalaman.
Peneliti yang paling sering disebut adalah Georg Eberhard Rumpf (1628-1702). Dia
seorang naturalis kelahiran Jerman tetapi bekerja untuk VOC. Pada 1660 ketika menjadi
saudagar, Rumpf mulai tertarik kepada dunia alam Pulau Ambon. Pada 1662 dia mulai
mengumpulkan berbagai spesies tumbuhan dan kerang di rumahnya. Sejak itu namanya lebih
terkenal sebagai Rumphius sesuai selera ilmu pengetahuan pada zaman Renaisans yang
gandrung akan nama-nama Latin atau Yunani.
Di Batavia, sejumlah orang Eropa mendirikan Bataviaasch Genootschap van Kunsten
en Wetenschappen pada 24 April 1778. Berbagai benda arkeologi dan etnografi milik para
kolektor dan cendekiawan dikumpulkan di sini, antara lain milik J.C.M. Radermacher (1741-
1783) dan Egbert Willem van Orsoy de Flines (1886-1964). Radermacher adalah kolektor
numismatik, sementara Orsoy de Flines adalah kolektor keramik. Lembaga ini menjadi cikal
bakal Museum Nasional.
Raden Saleh Sjarif Bustaman (1814-1880) selain sebagai pelukis, dikenal sebagai
bangsawan dan ilmuwan. Dia sering melakukan perjalanan budaya ke Jawa untuk mencari
benda-benda arkeologi dan manuskrip yang masih dimiliki oleh keluarga-keluarga pribumi.
Bahkan Raden Saleh sering kali melakukan ekskavasi untuk mencari fosil. Sumbangan Raden
Saleh terhadap Bataviaasch Genootschap dinilai sangat besar. Demikian pula F.W. Junghuhn
(1809-1864). Dia menyumbangkan temuan-temuan fosil mamalia. Sumbangan lain untuk
Bataviaasch Genootschaap datang dari Bupati Galuh, Kinsbergen, dan Canter Visscher.
Di tanah Jawa beberapa bangsawan juga menaruh perhatian besar pada bidang
kebudayaan. Pada masa pemerintahan Paku Buwono IX, K.R.A Sosrodiningrat IV berperan
mendirikan Museum Radya Pustaka (1890) di Surakarta. Museum ini mendapat dukungan
dari kalangan keraton, seperti R.T.H. Joyodiningrat II dan G.P.H. Hadiwijaya. Museum
Sonobudoyo di Yogyakarta berawal dari Java Instituut yang bergerak dalam bidang
kebudayaan Jawa, Madura, Bali, dan Lombok. Yayasan itu berdiri pada 1919 di Surakarta
dipelopori oleh sejumlah ilmuwan Belanda. Museum Sonobudojo diresmikan oleh Sri Sultan
Hamengku Buwono VII pada 6 November 1935.
R.A.A. Kromodjojo Adinegoro mempunyai andil dalam mengumpulkan koleksi di
daerah Trowulan, Jawa Timur. Pada 1912 dia mendirikan Museum Mojokerto, namun sisa-
sisanya sukar dilacak kembali. Pada 1924 arsitek Belanda Ir. Henry Maclaine Pont
mendirikan Oudheidkundige Vereniging Majapahit (OVM). Museum Mpu Tantular, juga di
Jawa Timur, merupakan kelanjutan dari Stedelijk Historisch Museum Surabaya, didirikan
oleh Godfried Hariowald Von Faber pada 1933 dan diresmikan pada 25 Juni 1937. Selain di
Jawa, museum sejarah dan kebudayaan didirikan di Bali. Pemrakarsanya adalah Dr. W.F.J.
Kroon didukung para raja dan bangsawan Bali. Museum Bali dibuka secara resmi pada 1932.
Di Bukittinggi pada 1935 diresmikan Museum Rumah Adat Baanjuang. Pendirinya adalah
2
seorang Belanda, Mondelar. Museum-museum tersebut umumnya merupakan bagian dari
bidang sejarah dan kebudayaan.
Museum-museum bersifat ilmu pengetahuan sains didirikan di Bogor, yakni Museum
Zoologi (1894). Pendirinya adalah Dr. J.C. Koningsberger. Di Bandung, pemerintah Hindia
Belanda mendirikan Museum Geologi (1929). Demikianlah sedikit gambaran tentang upaya
pendirian museum yang dilakukan oleh kalangan bangsawan, kolektor, dan cendekiawan.
Uraian lebih lengkap terdapat pada Bab II dan Bab III buku ini.
Semua langkah awal pembangunan museum di Indonesia tersebut harus dapat
didokumentasikan secara baik. Sejalan dengan tujuan tersebut maka perlu disusun sebuah
buku yang dapat merangkum perjalanan sejarah permuseuman di Indonesia. Diharapkan buku
tersebut dapat menjadi referensi dalam membincangkan permuseuman Indonesia.
3
Dengan kepergian Portugis dan Spanyol, Belanda berhasil memonopoli
perdagangan tidak hanya wilayah Maluku tetapi mencakup seluruh Nusantara. Sesuai dengan
sifat dagang, Belanda dengan segala cara dan strategi berupaya mencari keuntungan yang
sebesar-besarnya. Untuk mendapatkan untung besar itu ada dua acara. Pertama, mampu
bersaing dengan pedagang lain, atau menjadi pedagang tunggal alias memonopoli. Dalam
perkembangan selanjutnya tidak hanya komoditi rempah-rempah yang dimonopoli tetapi juga
berbagai tambang, hutan, pertanian, dan perkebunan. Untuk menyatukan beberapa
perusahaan Belanda yang saling bersaing didirikanlah Verenigde Oost-Indische Compagnie
(VOC) atau “Persekutuan Dagang Hindia Timur” pada 20 Maret 1602 dengan akte pendirian
dari Staaten General (Parlemen Belanda).
Perkumpulan dagang VOC ternyata memiliki hak berdagang yang amat luas, tidak
hanya wilayah Nusantara tetapi mulai dari Tanjung Harapan sampai Selat Magellan,
termasuk pulau-pulau Selatan Pasifik, Kepulauan Jepang, Sri Lanka, dan Cina Selatan. VOC
juga diberi kewenangan membentuk angkatan perang, mengawasi para raja dari wilayah
kegiatannya, menyatakan perang, menerima perdamaian, membuat perjanjian, serta memaksa
raja tunduk kepada VOC. Selain itu juga kewenangan untuk membuat Undang-Undang,
Peraturan, serta membentuk Pengadilan dan Mahkamah Agung.
Kehadiran bangsa Belanda di wilayah Nusantara dengan seperangkat kewenangan
itu telah meninggalkan pengaruh besar di bidang kebudayaan. Pengaruh itu ada yang masuk
secara alami tetapi tidak sedikit yang dengan tekanan terhadap segala unsur budaya bangsa.
Sisa-sisa pengaruh itu hingga kini masih ada, baik terhadap tinggalan berupa benda budaya
(tangible cultural aspect), budaya yang bersifat nonfisik atau tak benda (intangible cultural
aspect), hasil penelitian, perlindungan, pengembangan maupun tinggalan dalam bentuk
kelembagaan kebudayaan.
Salah satu contoh pengaruh yang berlangsung dalam bentuk tekanan itu dapat
dilihat dari pembuatan surat perjanjian (Perjanjian Gianti) yang mengatur wilayah kekuasaan
antara pihak Belanda dengan raja Paku Buwono VII dari Surakarta. Perjanjian itu membawa
pengaruh besar terhadap tata pemerintahan di Jawa dan selanjutnya berdampak terhadap tata
budaya Jawa. Akibat dari penandatanganan perjanjian itu, menurut sejarahwan Darsiti
Soeratman, menyebabkan terjadinya kemerosotan kekuasaan dan pemerintahan keraton
Surakarta selama satu abad. Penandatanganan perjanjian itu membuktikan posisi raja sebagai
pemegang kekuasaan menjadi lemah ketika menghadapi Pemerintah Hindia Belanda.
Sebaliknya, posisi Pemerintah Hindia Belanda sangat menentukan dalam kehidupan
pemerintahan kerajaan. Merosotnya kekuasaan dalam bidang politik ini membawa pengaruh
terhadap kedudukan sosial raja. Intervensi terhadap bidang itu semakin mendalam dan terus
berjalan selama pemerintahan para penggantinya, dan akhirnya pada pemerintahan PB X
kekuasaan dalam bidang pengadilan sepenuhnya jatuh ke tangan Pemerintah Hindia Belanda
(1903). Akibat dari kebijakan Belanda itu Sunan lebih banyak mencurahkan perhatiannya
pada kemegahan dengan menyelenggarakan upacara dan pesta di keraton secara besar-
besaran yang cenderung meniru budaya Belanda. Di samping itu, tindakan PB X dengan
sangat sering bepergian ke luar daerah, menampakkan diri di muka umum, mendatangi
4
tokoh-tokoh daerah, hanyalah merupakan suatu usaha untuk menunjukkan wibawa dan
kebesarannya.
Kenyataan seperti itu tidak hanya terjadi di Keraton Kasunanan Surakarta. Hampir
di seluruh kerajaan atau kesultanan, kekuasaannya dilemahkan dengan memberlakukan
perjanjian dan segala peraturan perundang-undangan yang dibuat semata-mata hanya untuk
kepentingan pengekalan penjajahan. Tidak aneh bila kehidupan rakyat menjadi sengsara,
sebaliknya kehidupan pihak penjajah penuh dengan kemewahan. Politik diskriminasi
diterapkan dengan ketat sehingga kehidupan masyarakat pribumi ditindas dalam segala hal.
Orang bumiputra mendapatkan berbagai macam sebutan, seperti pribumi, nonpribumi, dan
indander, dihadapkan dengan sebutan indo, asing, dan Timur asing yang memang dengan
sengaja dikembangkan sebagai bagian dari politik pembagian kelas antara penduduk asli dan
pendatang, dalam hal ini kaum penjajah atau bangsa asing lainnya.
Masyarakat dibagi menjadi tiga kelas. Masyarakat kulit putih (Eropa) menempati
posisi paling terhormat. Yang menduduki posisi terhormat kedua adalah masyarakat Timur
Asing, yakni orang-orang yang berkebangsaan non-Eropa seperti Cina dan India. Kelas
ketiga justru ditempati oleh masyarakat pribumi yang secara turun-temurun dan berabad-abad
mendiami wilayah Nusantara. Bentuk kebijakan seperti itu memberikan pengaruh besar
terhadap gaya hidup masyarakat dan perkembangan kebudayaan bangsa. Bila ada kaum
pribumi yang ”terpilih” mendapat kesempatan boleh mengikuti pendidikan, kaum pribumi itu
dididik menjadi kebarat-baratan, sehingga tercabut dari akar kebudayaannya. Bahasa Belanda
ditetapkan sebagai bahasa pengantar, mengakibatkan bahasa lokal terpinggirkan. Dalam
bidang kesenian, penyajian seni tradisional digantikan oleh kesenian Barat: bidang seni rupa,
seni musik, seni suara, dan seni pertunjukan. Di bidang seni bangunan (arsitektur) banyak
berdiri bangunan dengan gaya “kolonial” atau menurut Djoko Sukiman disebut gaya “Indis” .
Memasuki abad ke-18 pemerintahan masa VOC/Hindia Belanda yang berpusat di
Batavia mulai menaruh perhatian terhadap upaya pemeliharaan, pembinaan, dan
pengembangan kebudayaan yang ada di wilayah Nederlandsch-Indie. Perhatian itu antara lain
dilakukan melalui pembentukan lembaga-lembaga kebudayaan di berbagai daerah. Perhatian
pemerintah Belanda terhadap kebudayaan dengan membentuk lembaga-lembaga itu dapat
dinilai sebagai sumbangan yang besar dalam menelusuri jejak perjalanan sejarah kebudayaan
bangsa.
Lembaga kebudayaan yang berdiri pada masa itu antara lain: (1) Bataviaasch
Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BGKW), 1778; (2) Instituut voor de
Javaansche Taal, 1832; (3) Vereeniging van Oudheid, Land, Taal en Volkenkunde
(Perhimpunan Kepurbakalaan, Negeri, Bahasa dan Ilmu Banga-Bangsa) di Jogyakarta, 1886;
(4) s’Landarchief (Lembaga Arsip), 1892; (5) Commissie in Nederlandsch-Indie voor
Oudheidkundige onderzoek op Java en Madoera, 1901; (6) Commissie voor de Inlandsche
School en Volkslectuur, yang kemudian tahun 1917 berubah menjadi Volklectuur (Balai
Pustaka), 1908; (7) gedung pertunjukan seni Schouwburg, 1911; (8) Oudheidkundige Dienst
(OD) van Nederlandsch-Indie (Lembaga Purbakala), 1913; (9) Bataviaasch Kunstkring
(Lingkaran Seni Batavia), 1914; (10) Vereeniging tot bevordering van het Bibliotheekwezen
in Nederlandsch Indie (Perhimpunan untuk Memajukan Kehidupan Perpustakaan), 1916; (11)
5
Java-Instituut, 1919; dan (12) Oudheidkundige Vereeniging Madjapahit (Perhimpunan
Kepurbakalaan Madjapahit), 1924.
Selain lembaga-lembaga kebudayaan di atas, pemerintah Belanda juga telah
mendirikan berbagai museum di berbagai daerah. Lembaga-lembaga museum itu setelah
Indonesia merdeka menjadi modal dasar pengembangan museum di Indonesia. Lembaga
museum yang didirikan antara lain: (1) Museum van het BGKW, 1778; (2) Museum Radya
Pustaka, 1890; (3) Museum Zoologi Bogor, 1894; (4) Museum Zoologi Bukittinggi, 1894; (5)
Museum Mojokerto, 1912; (6) Museum Rumoh Aceh, 1915; (7) Museum Mangkunegoro
Surakarta, 1918; (8) Museum Trowulan, 1926; (9) Museum Gedong Kirtya Singaraja, 1928;
(10) Museum Geologi Bandung, 1929; (11) Museum Bali Denpasar, 1932; (12) Museum
Rumah Adat Banjuang Bukittinggi, 1933; (13) Museum Stedelijk Historisch Surabaya, 1933;
(14) Museum Sonobudoyo Yogyakarta, 1935; (15) Museum Simalungun Sumatera Utara,
1938; (16) Museum Kota Batavia Lama (Oud Bataviasch Museum), 1939.
Pada masa pemerintahan kolonial Inggris (1811-1816) dapat dikatakan kebijakan di
bidang kebudayaan tidak jauh berbeda dengan pemerintah Belanda. Tradisi keilmuan yang
telah berkembang di bangsa-bangsa Eropa oleh Gubernur Jenderal T.S. Raffles dilanjutkan
dan dikembangkan. Langkah pertama yang dilakukan adalah mengganti nomenklatur BGKW
menjadi Literary Society. Posisi lembaga Literary Society di pemerintahan berada di bawah
Letnan Gubernur Jawa (Lieutenant Governor of Java), yang dijabat oleh Raffles. Misi
lembaga ini dititikberatkan pada upaya melakukan penelitian, pencatatan, dan pemeliharaan
kebudayaan untuk penyusunan buku sejarah. Lahirlah buku sejarah yang terkenal, History of
Java, yang oleh John Bastin dan Bea Brommer disebut sebagai “mahakarya” yang berisi
topografi Jawa yang benar-benar penting . Pada masa Raffles, beberapa ahli mendapat tugas
melakukan penggambaran, pencatatan, dan penelitian terhadap peninggalan sejarah dan
purbakala.
Langkah kedua yang dilakukan oleh Inggris adalah memindahkan kantor BGKW
dari Jalan Pintu Besar Selatan ke Jalan Majapahit, dekat gedung Societeit Harmonie (1815).
Selama memerintah, Inggris tidak membangun museum kecuali hanya memindahkan kantor
BGKW. Dalam bekerja Raffles telah memanfaatkan bantuan orang bumiputra sebagai nara
sumber. Setelah Inggris menyerahkan eks Hindia Belanda kepada Belanda sesuai Konvensi
London 1814, kebijakan pengurusan kebudayaan yang telah diletakkan oleh Raffles
dilanjutkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Prof. C.G.C. Reinward yang datang ke Jawa
tahun 1816, selain diserahi tugas di bidang kesenian dan pengetahuan (kunst en
wetenschappen), juga di bidang kepurbakalaan (oudheiden).
Berbeda dengan kedatangan bangsa Barat, Jepang sebagai bangsa dan negara di
benua Asia, datang dengan cita-cita membangun imperium di benua Asia menjadi Asia
Timur Raya. Bangsa Barat yang menjajah di negara-negara Asia dipukul mundur oleh
Jepang. Politik penjajahan yang diterapkan oleh Jepang memang sangat keras. Dalam tempo
tiga setengah tahun rakyat Indonesia dibuat sangat menderita baik fisik maupun batin. Rakyat
dipaksa bekerja tanpa diberi upah. Pemuda-pemuda dipaksa menjadi tentara, dilatih dengan
disiplin yang keras. Tidak sedikit rakyat yang meninggal karena dihukum, dipaksa perang
dan kerja rodi, sakit dan kelaparan. Tetapi dari balik segala penderitaan itu terselip suatu nilai
6
positif bagi bangsa Indonesia. Kehadiran Jepang “secara tidak langsung lebih membantu
mendorong perkembangan kebudayaan Indonesia, khususnya dalam bidang bahasa, drama,
musik, seni rupa” . Di mata Sanoesi Pane tentara Dai Nippon “sanggup mengenyahkan
imperialis Belanda dan kita sekarang dapat kesempatan memperbaiki taman kebudayaan kita
kembali” . Sikap pemerintah Jepang yang anti kebudayaan Barat telah menjadi pelajaran
berharga dalam mengubah pola pikir rakyat Indonesia dari bangsa kuli, jongos, dan inlander
menjadi bangsa yang memiliki rasa percaya diri dan berani. Bangsa yang memiliki rasa
bangga terhadap bangsa dan kebudayaannya, bangkit menegakkan harkat dan martabatnya.
Salah satu departemen yang dibentuk pada masa pemerintahan Jepang adalah
Sendenbu, yakni departemen yang mengurus Urusan Propaganda. Di dalam departemen ini
dibentuk lagi organisasi-organisasi (Domei) yang berada dalam pengawasan dan tanggung
jawabnya, yaitu: (1) Hoso Kanri Kyoku atau Jawatan Radio, dibentuk Oktober 1942; (2)
Jawa Shinbunkai yang mengurus persuratkabaran, dibentuk Desember 1942; (3) Eiga
Haikyusha yang mengurus Pengedar Film, dibentuk Desember 1942; dan (4) Keimin Bunka
Sidosho atau Pusat Kebudayaan, dibentuk April 1943.
Selanjutnya, Keimin Bunka Sidosho dibagi ke dalam bidang-bidang berserta
pimpinannya. Sesuai kebijakan yang telah digariskan bahwa perlu diusahakan agar
kedatangan Jepang mendapatkan dukungan rakyat, maka pimpinan bidang-bidang dalam
organisasi Keimin Bunka Sidosho didamping oleh orang bumiputra. Bidang-bidang yang ada
dalam Keimin Bunka Sidosho adalah: (1) Bagian Kesusastraan, dipimpin Rintaro Tekada,
pendampingnya Armijn Pane dan Usmar Ismail; (2) Bagian Lukisan dan Ukiran dipimpin T.
Kono, tanpa ada pendamping; (3) Bidang Musik dipimpin oleh N. Iida, dengan pendamping
Cornel Simandjuntak; (4) Bidang Sandiwara dan Tari menari, dipimpin K. Yasuda,
pendamping tidak ada; (5) Bidang Film, dipimpin oleh Soitji Oja yang merangkap sebagai
Ketua Keimin Bunka Sidosho.
Antara pemerintah kolonial Belanda dan Inggris dengan pemerintah Jepang
mempunyai kesamaan dan perbedaan kebijakan dalam menjalin kerja sama dengan kaum
bumiputra. Dalam menjalankan pemerintahannya Belanda juga memerlukan dukungan kaum
bumiputra, tetapi hanya untuk jabatan-jabatan yang menengah dan rendah. Inggris
menggunakan pendekatan politik kerja sama dengan pemerintah kerajaan dan masyarakat
yang lebih lunak dibandingkan dengan Belanda. Pada masa pemerintahan Belanda jabatan
tinggi hanya diduduki oleh orang-orang Belanda. Kebijakan itu ditempuh karena selain untuk
mendapatkan simpati, gaji untuk tenaga bumiputra dibayar rendah. Pemerintah Jepang juga
memerlukan dukungan dan simpati dari kaum bumiputra tetapi kaum bumiputra dapat
mengisi jabatan-jabatan tinggi, seperti tersebut di atas.
Keimin Bunka Sidosho dibentuk dengan tujuan untuk membangunkan dan
memimpin kebudayaan, terutama berusaha memelihara kesenian klasik dan kesenian asli
Indonesia, di samping untuk menanam dan menyebarkan kesenian Nippon. Selain itu, untuk
mendidik dan melatih para ahli kesenian di segala lapangan, serta menghargai dan
menghadiahi pekerjaan ahli kesenian yang utama. Keimin Bunka Sidosho juga
mengusahakan agar nantinya mereka dapat diutus ke Nippon. Dengan penetapan kebijakan
7
dan tujuan seperti itu dinilai kebudayaan dapat dijadikan media dalam mengambil simpati
rakyat untuk mendukung kehadirannya di Indonesia.
Sementara itu, mengenai perhatian pemerintah Jepang terhadap bidang museum dan
kepurbakalaan tidak begitu besar dibandingkan dengan bidang seni (rupa, sastra, musik, tari,
drama dan film) tradisi dan bahasa. Bidang-bidang itu dinilai memiliki nilai strategis bagi
upaya melakukan propaganda. Tidak demikian halnya dengan bidang permuseuman dan
kepurbakalaan, tidak memiliki potensi untuk dimanfaatkan untuk propaganda. Tetapi ada satu
hal menarik dari sikap penjajah Jepang yang berbeda dengan sikap penjajah Belanda dan
Inggris. Meskipun selama menjajah Jepang dinilai telah merampas harta benda masyarakat,
tetapi terhadap berbagai koleksi yang disimpan di beberapa museum yang memiliki nilai
historis dan ekonomis yang tinggi justru pemerintah Jepang tidak mau mengambil, bahkan
sebaliknya membela keselamatannya.
Sebelum Jepang datang ke Batavia, banyak koleksi museum dibawa ke rumah
perseorangan untuk diselamatkan oleh pengurus BGKW. Mereka khawatir penjajah Jepang
menjarah koleksi yang telah dikumpulkan itu. Benda-benda itu kemudian dijaga oleh para
petugas museum. Keberadaan benda koleksi itu sempat kocar-kacir, dan bahkan ada yang
jatuh ke tangan orang Cina untuk dipajang di rumah masing-masing. Setelah Jepang benar-
benar masuk Batavia, pengurus BGKW termasuk orang-orang yang menyimpan benda
koleksi ditangkap dan diinternir. Pemerintah Jepang memerintahkan agar benda-benda
koleksi dicari dan dikembalikan ke museum, termasuk yang berada di tangan beberapa orang
Cina.
Selain untuk pengamanan benda-benda koleksi oleh perseorangan, pihak Belanda
juga telah menyusun rencana untuk membawa harta museum BGKW ke Australia. Terlebih
dulu benda-benda berharga itu akan dibawa ke Bandung, kemudian kalau keadaan memaksa
akan dibawa ke Cilacap dan dari sana akan diberangkatkan ke Australia. Benda-benda
tersebut dipak dalam peti-peti, diberangkatkan ke Bandung pada Agustus 1942 dan dititipkan
kepada de Javasche Bank. Tetapi pada November, Kinoshita, yang diberi tugas memimpin
museum oleh pemerintah Jepang, meminta kembali benda-benda tersebut. Ketika tiba
kembali di museum seorang petugas bernama Naiman diminta meneliti apakah ada benda
yang palsu atau tidak. Berkat ketelitian dan ketajaman ingatan, benda-benda tersebut
dinyatakan masih sama seperti dulu.
Di bidang kepurbakalaan, menurut Soekmono, pemerintah Jepang telah
memberikan pelajaran yang sangat berguna. Seorang pembesar Jepang di Magelang yang
mengetahui bahwa di belakang timbunan batu-batu yang mengelilingi kaki Candi Borobudur
terdapat sejumlah relief yang melukiskan adegan-adegan Karmawibhangga, telah
membongkar tumpukan batu-batu di sisi Tenggara. Pekerjaan itu dilakukan secara ceroboh,
asal bongkar saja, sehingga batu-batu bongkaran itu tidak dapat dikembalikan ke posisi
semula.
Uraian di atas memberikan gambaran tentang tujuan dan misi pembentukan Keimin
Bunka Sidosho sebagai lembaga-lembaga yang berhubungan dengan masalah-masalah
kebudayaan selama pemerintahan militer Jepang. Selain melakukan usaha-usaha itu, lembaga
ini juga menerbitkan peraturan-peraturan yang bertujuan membatasi pemberitaan-
8
pemberitaan yang dianggap menyimpang dari kebijakan pemerintahan militer. Selama
memerintah, Jepang tidak membangun museum kecuali menyelamatkan koleksi Museum van
het BGKW.
9
1. Museum van het BGKW, Batavia
Keberadaan museum ini tidak dapat dipisakan dari sejarah berdirinya BGKW.
Tempat kedudukan, waktu pendirian, dan tujuan BGKW dinyatakan dalam Statuten16 Pasal
1 sampai 3. Lembaga ini berkedudukan di Batavia. Tujuan pendiriannya sebagaimana
dinyatakan dalam Pasal 2 ialah ”Memajukan pengetahuan-pengetahuan kebudayaan, sejauh
hal-hal ini berkepentingan bagi pengenalan kebudayaan di Kepulauan Indonesia dan
kepulauan sekitarnya”. Slogannya berbunyi “Ten Nutte van het Algemeen” atau “Untuk
Kepentingan Masyarakat Umum”.
Dalam Pasal 3 Statuten dinyatakan bahwa untuk mencapai tujuannya ialah: (1)
memelihara museum termasuk perpustakaan; (2) mengusahakan majalah-majalah dan
penerbitan-penerbitan lainnya di samping pengumpulan hasil penulisan dari BGKW sendiri;
(3) mengadakan dan mengembangkan penelitian di samping memberikan penerangan dan
kerja sama dengan semua yang melakukan studi sesuai dengan lingkungan studi BGKW; dan
(4) memperbanyak penerangan bagi Pemerintah Hindia Belanda.
Semakin lama benda koleksi arkeologi dan etnografi itu semakin banyak. Koleksi
itu tidak hanya berasal dari usaha pengumpulan oleh BGKW tetapi juga milik para kolektor
dan cendekiawan yang disatukan di lembaga ini. Benda-benda koleksi museum semakin
banyak dan gedung di Jalan Majapahit itu sudah tidak memadai. Dimulailah rintisan
pendirian gedung museum pada 1862 dengan membuat rancangan sebuah gedung museum
baru. Lokasi yang dipilih adalah tanah bekas lapangan dan kandang kuda Perkumpulan
Penggemar Kuda “Batavia Wedloop Societeit” yang didirikan oleh Gubernur Jendral Van der
Capellen (1825), di Koningsplein West atau Jalan Merdeka Barat No.12 sekarang. Sembilan
puluh tahun sejak berdirinya BGKW gedung baru itu diresmikan, statusnya tetap di bawah
BGKW dengan nama Museum van Het BGKW.
Kegiatan museum diatur di Pasal 19 yang meliputi: (1) perbukuan (boekreij); (2)
himpunan etnografis; (3) himpunan kepurbakalaan; (4) himpunan prasejarah; (5) himpunan
keramik; (6) himpunan musikologi; (7) himpunan numismatik, pening, dan cap; (8)
himpunan naskah (handschriften) dan dapat diperluas dengan himpunan-himpunan lainnya
atas keputusan Direksi BGKW. Yang menarik, dalam Pasal 20 Statuten dinyatakan bahwa
semua benda yang telah menjadi himpunan museum atau BGKW tidak boleh dipinjamkan
dengan cara apa pun kepada pihak ketiga dan anggota-anggota atau bukan anggota untuk
dipakai atau disimpan, kecuali mengenai perbukuan dan himpunan naskah.
Pengenalan warisan budaya bangsa yang disimpan di Museum van Het BGKW
tidak hanya untuk masyarakat dalam negeri, tetapi juga ke luar negeri. Lembaga ini juga
berjasa dalam menyebarluaskan informasi hasil penelitian ke berbagai lembaga ilmiah di
berbagai benua dan juga memperkenalkan kebudayaan bumiputra melalui pameran
internasional.
Koleksi Museum van Het Batavia dan beberapa museum lainnya mulai dikenalkan
kepada masyarakat Eropa dengan mengikuti berbagai Pameran Internasional. Pameran
pertama diselenggarakan tahun 1851, yaitu Great Exhibition of the Works of Industry of all
Nations di kota London, Inggris. Disusul tahun 1883, The International Colonial and Export
10
Trade Exhibition, di Amsterdam, Belanda. Tahun 1889, pindah ke kota Paris, de l’Exposition
Universelle de Paris. Tahun 1900, diselenggarakan Netherlandsche Gids op de Parijsche
Tentoonstelling. Tahun 1910, di kota Brussels, Belgia diselenggarakan World Exhibition, dan
berikutnya tahun 1931 diselenggarakan lagi Exposition Coloniale Internationale, di kota Bois
de Vincennes, Prancis. Dalam pameran-pameran itu Museum van Het BGKW terlibat sebagai
penyelenggara atas nama negara Belanda.
Dalam kelembagaan BGKW telah masuk tenaga ahli dan staf dari kalangan
bumiputra yang menjadi perintis dalam penelitian kebudayaan setelah Indonesia merdeka.
Bila dibandingkan keberadaan lembaga-lembaga BGKW dengan lembaga-lembaga
kebudayaan (penelitian) masa sekarang, dapat disimpulkan adanya kecenderungan penurunan
dalam berbagai hal: vitalitas, mentalitas, dan kualitas penelitian tidak hanya di bidang
arkeologi.
11
3. Museum Zoologi, Bogor
Pada Agustus 1894 Dr. J.C. Koningberger mendirikan Museum Zoologicum
Bogoriensis (MZB), merupakan bagian dari ‘s Lands Plantentuin. Fungsi awalnya adalah
laboratorium zoologi sebagai wadah penelitian bidang pertanian dan zoologi, dengan nama
Landbouw Zoologisch Museum. Pembangunan gedung museum baru selesai akhir Agustus
1931. Tujuan pendirian museum ini adalah mengumpulkan dan memamerkan koleksi
binatang-binatang yang telah diawetkan dari jenis mamalia, reptilia, serangga, burung,
amfibia, ikan, dan moluska. Juga himpunan concyologia dari Jawa khususnya HindiaBelanda
pada umumnya serta himpunan carcinaogia termasuk jenis kerang-kerang dari Kepulauan
Indonesia.
Tugas dan kewajiban Museum Zoologi didasarkan pada Surat Keputusan
Pemerintah tanggal 26 Januari 1908 No. 42 Departement van Landbouw (Departemen
Pertanian) . Museum ini bergabung dengan Laboratorium di Bogor dan dengan Stasiun
Perikanan (Visserij station) di Batavia.
13
8. Museum Trowulan, Mojokerto
Pendirian museum ini diawali dengan berdirinya OVM oleh R.A.A. Kromojoyo
Adinegoro, Bupati Mojokerto bekerja sama dengan seorang arsitek dan
arkeolog,Ir.Henry Maclaine Pont. Tujuan dari perkumpulan ini adalah melakukan penelitian
peninggalan situs bekas kerajaan Majapahit dan mencegah pencurian artefak dari situs
Majapahit. Kantor OVM menempati sebuah rumah di situs Trowulan.
Untuk menyimpan dan merawat berbagai benda temuan, dibangun sebuah gudang.
Karena benda koleksi semakin banyak dan timbul keinginan untuk memamerkan, maka
direncanakanlah pembangunan museum. Berkat peran Bupati Kromojoyo Adinegoro
keinginan itu akhirnya tercapai dengan diremikannya Museum Trowulan pada 1926 di dekat
situs. Ketika Jepang datang pada 1942 Maclaine Pont ditawan, sehingga museum ditutup
untuk umum.
14
naskah-naskah mana yang dianggap cukup berharga untuk disimpan dalam koleksi itu.
Lontar-lontar itu disalin seteliti mungkin oleh sebuah kelompok, dengan bentuk huruf yang
sama dan di atas bahan yang sama (daun lontar). Barulah kemudian lontar-lontar (pinjaman)
itu dikembalikan kepada pemiliknya.
15
Rencana tersebut mendapat dukungan dari raja-raja Bali, di antaranya I Gusti Bagus
Jelantik (Raja Karangasem), I Gusti Alit Ngurah (Bestruurder Penegara Badung), I Gusti
Ketut Jelantik (Raja Buleleng), Raja Tabanan, serta unsur-unsur masyarakat dan seniman.
Tim tersebut membangun museum dengan perpaduan antara arsitektur pura (tempat ibadah)
dan puri (rumah bangsawan). Arsiteknya adalah I Gusti Gede Ketut Kandel dari banjar
Abasan, I Gusti Ketut Rai dari banjar Belong, dan Curt Grundler dari Jerman. Dana dan
material pembangunan disokong oleh raja Buleleng, Tabanan, Badung, dan Karangasem.
16
nama Museum Negeri Mpu Tantular. Pada 1975, lokasi museum dipindah ke Jalan Taman
Mayangkara 6, Surabaya, yang peresmiannya dilakukan pada 12 Agustus 1977.
17
seperti sumbangan pengunjung, pemerintah Kabupaten Simalungun, dan Pemerintah Kota
Pematangsiantar.
18
Dalam hal awal pendirian museum di Indonesia, kebanyakan merupakan bagian dari
kegiatan lembaga ilmu pengetahuan atau penelitian, kekayaan alam dan kebudayaan, serta
peradaban masa lalu, terutama dari masyarakat Jawa, Bali, Lombok, Madura, dan Sumatera.
Menurut Luthfi Asiarto, oleh pemerintah kolonial museum-museum kebudayaan beserta
lembaga penelitiannya itu mereka manfaatkan untuk mengenal kebudayaan rakyat jajahan.
Untuk mengeksploitasi sumber-sumber kekayaan alam negara kita, mereka mendirikan
museum-museum sains (Asiarto, 1987: 1-2).
Dalam hal pendiri museum, selain atas inisiatif dari kalangan bangsa Barat, ada
beberapa nama bumiputra yang telah memiliki kesadaran akan pentingnya museum.
Kemudian mereka tampil berperan dalam pendirian museum. Sejumlah nama yang patut
dicatat dalam sejarah, antara lain Pangeran Sosrodiningrat IV (pendiri Museum Radya
Pustaka), R.A.A. Kromojoyo Adinegoro (pendiri Museum Mojokerto), Dr. Husein
Jayadiningrat (salah seorang pendiri Museum Sonobudoyo); Pangeran Prangwadono atau
Mangkunegoro VII (Museum Sonobudoyo dan Museum Mangkunegaran). Di Bali peran I
Gusti Bagus Jelantik (Raja Karangasem), I Gusti Alit Ngurah (Bestruurder Penegara
Badung), dan I Gusti Ketut Jelantik (Raja Buleleng), juga besar dalam mendirikan Museum
Bali.
Mengenai tema dan koleksi yang dipamerkan ada beberapa macam. Museum
Zoologi di Bogor dan Bukittinggi serta Museum Geologi Bandung melestarikan tinggalan
sejarah alam berupa keanekaragaman flora, fauna, bebatuan, tambang, fosil, dan lain-lain.
Museum Radya Pustaka, Sonobudoyo, Mangkunegaran, dan Museum Bali menggambarkan
sejarah dan kekayaan budaya kehidupan kerajaan, meskipun di dalamnya juga terdapat
koleksi arkeologi. Sementara itu, Museum Mojokerto, Museum Trowulan, dan BGKW
menyimpan koleksi tinggalan arkeologi. Dua museum yang bertujuan melestarikan sejarah
kota adalah Stedelijk Historisch Museum yang menggambarkan sejarah kota Surabaya dan
Oud Batavia Museum yang mengggambarkan sejarah kota Batavia. Selanjutnya ada empat
museum yang berbasis pada penggambaran adat dan budaya daerah dan benda etnografi,
yakni Museum BGKW, Museum Rumoh Aceh, Museum Simalungun, dan Museum Rumah
Adat Baanjuang di Bukittinggi. Adapun Museum Gedong Kirtya di Singaraja awalnya lebih
mengarah pada pelestarian naskah kuno dalam bentuk lontara.
Menutup uraian dalam bab ini disimpulkan bahwa pendirian lembaga museum di
Indonesia pada masa kolonial Belanda tidak dapat dipisahkan dengan sistem politik
penjajahan. Berkat keanekaragaman budaya yang dijadikan koleksi museum pemerintah
Hindia Belanda dapat mengangkat derajat bangsa Belanda di mata bangsa-bangsa Eropa
(Barat). Negeri Belanda yang kecil saja berhasil menduduki urutan ketiga di antara negara-
negara kolonial karena berbagai koleksi museum di Hindia Belanda dipamerkan dalam
berbagai pameran kolonial (Colonial Exhibition) di Eropa dan Amerika Serikat. Oleh para
ahli kolonial di Prancis diakui bahwa produktivitas Indonesia sebagai daerah jajahan sangat
menguntungkan Belanda. Dalam koran L’Echo de Paris 10 Mei 1931 yang dikutip oleh
Frances Gouda dinyatakan, ”Belanda kecil, bagaimanapun, merupakan kekuatan kolonial
ketiga di dunia, dan negara jajahannya Indonesia selalu menguntungkan sepanjang waktu” .
Bagi Belanda, Indonesia adalah negeri jajahan yang setelah merdeka seperti ”surga yang
19
hilang”. Hal ini membuat M.B. van der Jagt, mantan Gubernur Surakarta dalam bukunya
”Memoires” yang dikutip oleh Gouda mengatakan, ”Dengan adanya penyerahan kedaulatan
kepada Republik Indonesia, Belanda dipaksa untuk meninggalkan karyanya yang sangat
berharga, yang merupakan hasil kerja keras selama tiga setengah abad, kehilangan kerjaan
Hindianya, kekayaan tropisnya…dst.” .
Pada mulanya gagasan pokok untuk mendirikan museum umum di setiap ibu kota
provinsi adalah agar dapat mencerminkan falsafah umum museum seperti yang tersirat dalam
rumusan definisi museum menurut ICOM (The International Council of Museums). Dalam
kenyataannya, museum umum yang memiliki koleksi beragam, belum dianggap sebagai
integrated museum. Hal itu menyebabkan jumlah museum khusus jauh lebih banyak
dibandingkan museum umum.
Berbagai perubahan yang terjadi dalam organisasi lembaga yang dipercaya untuk
melakukan pembinaan terhadap museum-museum, menunjukkan adanya proses
perkembangan kelembagaan museum di Indonesia. Hal itu juga menunjukkan adanya
prioritas kedudukan permuseuman dalam hubungan pembangunan nasional di bidang
kebudayaan.
Dengan adanya pembangunan nasional yang dilaksanakan melalui Rencana
Pembangunan Lima Tahun (Repelita), maka pembangunan permuseuman di Indonesia
selangkah lebih maju. Hal itu terjadi karena semakin jelas arah pengembangan dan
pembangunan museum, sejak Pelita I sampai dengan Pelita VI atau dalam kurun 30 tahun.
Jumlah museum di Indonesia tercatat 262 buah, dikelola oleh pemerintah dan oleh
swasta. Pembangunan permuseuman yang direncanakan dari Pelita I sampai dengan Pelita VI
dilaksanakan dengan dasar keinginan untuk menyelamatkan dan melestarikan warisan budaya
dan warisan alam. Selain itu juga untuk memperkenalkan kepada masyarakat tentang latar
21
belakang budaya provinsi yang bersangkutan dengan berbagai ciri yang dimiliki, meliputi
lingkungan alam dan budaya. (Asiarto. dkk, 1999: iii – vii).
Pembangunan museum yang monumental dan menarik, dengan sarana yang mutakhir,
tentunya memerlukan dana besar. Hal inilah yang menyebabkan pembangunan permuseuman
dilakukan secara bertahap. Masalah lain terkait dengan studi kelayakan pendirian museum
menyangkut lokasi, bangunan, koleksi, peralatan museum, organisasi, dan ketenagaan. Selain
itu perlu memperhatikan kondisi sosial, budaya, ekonomi, serta strategi pertahanan nasional
dan proses yang bersangkutan.
Pada era pembangunan nasional, di setiap ibu kota provinsi dibangun sebuah museum
negeri provinsi. Pembangunan dan pengembangan museum-museum negeri provinsi berjalan
melalui suatu proses. Proses itu dimulai dengan studi kelayakan yang bertujuan untuk
menghasilkan suatu profil daerah dilihat dari pandangan keperluan museum umum.
Profil daerah tersebut dapat digunakan sebagai dasar penyusunan suatu rencana induk.
Rencana induk yang disusun merupakan suatu dasar untuk menentukan perangkat lunak,
perangkat keras, dan ketenagaan museum serta desain bangunan museum negeri provinsi.
Permasalahan yang sering timbul adalah penentuan letak lahan bangunan museum
yang akan didirikan. Begitu pula pentahapan pembangunan museum yang setiap tahun tidak
selalu mendapat persetujuan dari Direktorat Jenderal Anggaran dan Bappenas, karena sangat
dipengaruhi oleh dana yang tersedia.
Pada Pelita I (Tahun anggaran 1969/1970 – 1973/1974) pembangunan museum
didanai melalui Proyek Rehabilitasi dan Perluasan Museum (lihat tabel 1).
Tabel 1. Museum Pelita I
No Nama Museum
1 Museum Pusat
2 Museum Negeri Provinsi Bali
3 Museum Negeri Provinsi D.I. Yogyakarta “Sonobudoyo”
Sumber: Asiarto, 1999
22
12 Museum Negeri Provinsi Nusa Tenggara Barat
13 Museum Negeri Provinsi Maluku “Siwalima”
14 Museum Negeri Provinsi Sumatera Selatan “Bala Putra Dewa”
15 Museum Negeri Provinsi Jawa Tengah “Ronggowarsito”
16 Museum Negeri Provinsi Riau “Sang Nila Utama”
17 Museum Negeri Provinsi Sulawesi Tengah
18 Museum Negeri Provinsi Nusa Tenggara Timur
19 Museum Negeri Provinsi Bengkulu
20 Museum Negeri Provinsi Lampung “Ruwa Jurai”
21 Museum Negeri Provinsi Kalimantan Selatan “Lambung
Mangkurat”
22 Museum Negeri Provinsi Sulawesi Tenggara
23 Museum Negeri Provinsi D.I Aceh
24 Museum Negeri Provinsi Jambi
25 Museum Negeri Provinsi Kalimantan Tengah “Balanga”
Sumber: Asiarto, 1999
Pada Pelita III beberapa museum yang telah dibangun dan direhabilitasi pada Pelita II
dikembangkan lagi (lihat tabel 3), ditambah pembangunan satu museum baru, yaitu museum
provinsi Irian Jaya (sekarang Papua).
Tabel 3. Museum Pelita III
No Nama Museum
1 Museum Pusat
2 Museum Negeri Provinsi Bali
3 Museum Negeri Provinsi D.I. Yogyakarta “Sonobudoyo”
4 Museum Negeri Provinsi Jawa Barat (Sri Baduga)
5 Museum Negeri Provinsi Jawa Timur “Mpu Tantular”
6 Museum Negeri Provinsi Sulawesi Selatan “La Galigo”
7 Museum Negeri Provinsi Sumatera Barat “Adityawarman”
8 Museem Negeri Provinsi Kalimantan Barat
9 Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara “Wanua Paksinata”
10 Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara
11 Museum Kalimantan Timur “Mulawarman”
12 Museum Negeri Provinsi Nusa Tenggara Barat
13 Museum Negeri Provinsi Maluku “Siwalima”
14 Museum Negeri Provinsi Sumatera Selatan “Bala Putra Dewa”
15 Museum Negeri Provinsi Jawa Tengah “Ronggowarsito”
16 Museum Negeri Provinsi Riau “Sang Nila Utama”
17 Museum Negeri Provinsi Sulawesi Tengah
18 Museum Negeri Provinsi Nusa Tenggara Timur
19 Museum Negeri Provinsi Bengkulu
20 Museum Negeri Provinsi Lampung “Ruwa Jurai”
21 Museum Negeri Provinsi Kalimantan Selatan “Lambung
Mangkurat”
22 Museum Negeri Provinsi Sulawesi Tenggara
23 Museum Negeri Provinsi D.I Aceh
24 Museum Negeri Provinsi Jambi
25 Museum Negeri Provinsi Kalimantan Tengah “Balanga”
26 Museum Negeri Provinsi Irian Jaya (sekarang Papua)
Sumber: Asiarto, 1999
23
Pada pembangunan dan pengembangan museum sejak Pelita I sampai Pelita III
terdapat berbagai kendala. Oleh karenanya pada 1980 Direktorat Permuseuman, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, menetapkan pedoman pembakuan museum umum tingkat
provinsi. Ada tiga dasar penetapan pembakuan ini, yaitu 1) memberikan arahan bagi museum
umum negeri tingkat provinsi terhadap penyusunan dan pengaturan ruang-ruang, sirkulasi
antarruang, sirkulasi barang, jasa, dan benda; 2) kondisi lingkungan alam makro dan mikro
yang berbeda di setiap wilayah; dan 3) koleksi dan sasaran pemanfaatannya.
Dalam pedoman pembakuan tersebut disusun standarisasi museum umum negeri
provinsi yang didasarkan pada segi kependudukan, etnis, politik dan keamanan, pariwisata,
potensi ketenagaan, penerimaan dana rutin dan pembangunan daerah, dan kebudayaan. Hal
ini kemudian mendorong ditetapkannya tiga tipe museum, yaitu:
1. Tipe A: Museum Umum Negeri Provinsi yang tergolong besar
2. Tipe B: Museum Umum Negeri Provinsi yang tergolong sedang
3. Tipe C: Museum Umum Negeri Provinsi yang tergolong kecil (Sutaarga, dkk. 1980:
1-5).
Pada Pelita IV (tahun anggaran 1984/1985-1988/1989) beberapa museum yang telah
dibangun dan direhabilitasi pada Pelita III dikembangkan lagi (lihat tabel 4). Pengembangan
permuseuman pada Pelita IV secara umum akan ditekankan pada masalah-masalah:
1. Menyelesaikan pembangunan Museum Tingkat Provinsi.
2. Memantapkan secara merata fungsi museum-museum di lingkungan Depdikbud.
3. Memantapkan kerja sama dengan museum-museum maupun lembaga permuseuman
di luar negeri, dengan tujuan mengembangkan dan memperluas cakrawala pengertian
kebudayaan masyarakat Indonesia, melalui pameran-pameran internasional.
4. Mulai membangun beberapa Museum Khusus tingkat nasional untuk meningkatkan
apresiasi masyarakat terhadap ilmu dan teknologi.
5. Merintis penyusunan seluruh permuseuman ke dalam suatu sistem terpadu melalui
penyusunan dan pengesahan Undang-undang Permuseuman.
6. Mengembangkan program-program fungsionalisasi museum yang diorientasikan
secara jelas kepada pembangunan nasional dan untuk mencapai kemampuan tinggal
landas pada Repelita IV.
7. Pengembangan Museum Nasional sebagai museum induk akan dilanjutkan dan
ditingkatkan.
8. Dalam rangka peningkatan fungsionalisasi, museum menyelenggarakan pameran
khusus dan pameran keliling.
9. Bantuan kepada museum-museum swasta, berjumlah sekitar seratus museum.
10. Peningkatan apresiasi terhadap permuseuman di kalangan generasi muda dan
apresiasi masyarakat pada umumnya.
24
Tabel 4. Museum Pelita IV
No Nama Museum
1 Museum Pusat
2 Museum Negeri Provinsi Bali
3 Museum Negeri Provinsi D.I. Yogyakarta “Sonobudoyo”
4 Museum Negeri Provinsi Jawa Barat (Sri Baduga)
5 Museum Negeri Provinsi Jawa Timur “Mpu Tantular”
6 Museum Negeri Provinsi Sulawesi Selatan “La Galigo”
7 Museum Negeri Provinsi Sumatera Barat “Adityawarman”
8 Museem Negeri Provinsi Kalimantan Barat
9 Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara “Wanua Paksinata”
10 Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara
11 Museum Kalimantan Timur “Mulawarman”
12 Museum Negeri Provinsi Nusa Tenggara Barat
13 Museum Negeri Provinsi Maluku “Siwalima”
14 Museum Negeri Provinsi Sumatera Selatan “Bala Putra Dewa”
15 Museum Negeri Provinsi Jawa Tengah “Ronggowarsito”
16 Museum Negeri Provinsi Riau “Sang Nila Utama”
17 Museum Negeri Provinsi Sulawesi Tengah
18 Museum Negeri Provinsi Nusa Tenggara Timur
19 Museum Negeri Provinsi Bengkulu
20 Museum Negeri Provinsi Lampung “Ruwa Jurai”
21 Museum Negeri Provinsi Kalimantan Selatan “Lambung
Mangkurat”
22 Museum Negeri Provinsi Sulawesi Tenggara
23 Museum Negeri Provinsi D.I Aceh
24 Museum Negeri Provinsi Jambi
25 Museum Negeri Provinsi Kalimantan Tengah “Balanga”
26 Museum Negeri Provinsi Irian Jaya (sekarang Papua)
Sumber: Asiarto, 1999
Pada Pelita V beberapa museum yang telah dibangun dan direhabilitasi pada Pelita V
dikembangkan lagi (lihat tabel 5).
Tabel 5. Museum Pelita V
No Nama Museum
1 Museum Pusat
2 Museum Negeri Provinsi Bali
3 Museum Negeri Provinsi D.I. Yogyakarta “Sonobudoyo”
4 Museum Negeri Provinsi Jawa Barat (Sri Baduga)
5 Museum Negeri Provinsi Jawa Timur “Mpu Tantular”
6 Museum Negeri Provinsi Sulawesi Selatan “La Galigo”
7 Museum Negeri Provinsi Sumatera Barat “Adityawarman”
8 Museem Negeri Provinsi Kalimantan Barat
9 Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara “Wanua Paksinata”
10 Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara
11 Museum Kalimantan Timur “Mulawarman”
12 Museum Negeri Provinsi Nusa Tenggara Barat
13 Museum Negeri Provinsi Maluku “Siwalima”
14 Museum Negeri Provinsi Sumatera Selatan “Bala Putra Dewa”
15 Museum Negeri Provinsi Jawa Tengah “Ronggowarsito”
25
16 Museum Negeri Provinsi Riau “Sang Nila Utama”
17 Museum Negeri Provinsi Sulawesi Tengah
18 Museum Negeri Provinsi Nusa Tenggara Timur
19 Museum Negeri Provinsi Bengkulu
20 Museum Negeri Provinsi Lampung “Ruwa Jurai”
21 Museum Negeri Provinsi Kalimantan Selatan “Lambung
Mangkurat”
22 Museum Negeri Provinsi Sulawesi Tenggara
23 Museum Negeri Provinsi D.I Aceh
24 Museum Negeri Provinsi Jambi
25 Museum Negeri Provinsi Kalimantan Tengah “Balanga”
26 Museum Negeri Provinsi Irian Jaya (sekarang Papua)
Sumber: Asiarto, 1999
Pada Pelita VI dibangun satu Museum Negeri Provinsi termuda, yaitu Timor Timur
(Tahun anggaran 1994/1905 – 1998/1999). Beberapa museum yang telah dibangun dan
direhabilitasi pada Pelita V dikembangkan lagi (lihat tabel 6).
Tabel 6. Museum Pelita VI
No Nama Museum
1 Museum Pusat
2 Museum Negeri Provinsi Bali
3 Museum Negeri Provinsi D.I. Yogyakarta “Sonobudoyo”
4 Museum Negeri Provinsi Jawa Barat (Sri Baduga)
5 Museum Negeri Provinsi Jawa Timur “Mpu Tantular”
6 Museum Negeri Provinsi Sulawesi Selatan “La Galigo”
7 Museum Negeri Provinsi Sumatera Barat “Adityawarman”
8 Museem Negeri Provinsi Kalimantan Barat
9 Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara “Wanua Paksinata”
10 Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara
11 Museum Kalimantan Timur “Mulawarman”
12 Museum Negeri Provinsi Nusa Tenggara Barat
13 Museum Negeri Provinsi Maluku “Siwalima”
14 Museum Negeri Provinsi Sumatera Selatan “Bala Putra Dewa”
15 Museum Negeri Provinsi Jawa Tengah “Ronggowarsito”
16 Museum Negeri Provinsi Riau “Sang Nila Utama”
17 Museum Negeri Provinsi Sulawesi Tengah
18 Museum Negeri Provinsi Nusa Tenggara Timur
19 Museum Negeri Provinsi Bengkulu
20 Museum Negeri Provinsi Lampung “Ruwa Jurai”
21 Museum Negeri Provinsi Kalimantan Selatan “Lambung
Mangkurat”
22 Museum Negeri Provinsi Sulawesi Tenggara
23 Museum Negeri Provinsi D.I Aceh
24 Museum Negeri Provinsi Jambi
25 Museum Negeri Provinsi Kalimantan Tengah “Balanga”
26 Museum Negeri Provinsi Irian Jaya (sekarang Papua)
27 Museum Negeri Provinsi Timor Timur
Sumber: Asiarto, 1999
Selain Museum Negeri Provinsi, juga dibangun museum khusus, misalnya Museum
Kebangkitan Nasional, Museum Sumpah Pemuda, Museum Perumusan Naskah Proklamasi,
26
Museum Joang 45, dan Monumen Nasional untuk kepentingan penanaman nilai perjuangan
bangsa. Museum-museum di atas didirikan dan dibangun pada masa kepemimpinan Drs.
Moh. Amir Sutaarga (1965-1980), Drs. Bambang Soemadio (1980-1991), Dra. Soejatmi
Satari (1991-1996), dan Drs. Tedjo Susilo (1996-1998).
Pembinaan dan pengembangan permuseuman di Indonesia, khususnya di lingkungan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan meliputi bidang koleksi, fisik bangunan,
ketenagaan, sarana penunjang, fungsionalisasi, serta peranan museum sebagai pembina
museum daerah dan swasta (Soemadio, dkk. 1986: 6).
28
Upaya yang dilakukan adalah megadakan peralatan dan perlengkapan yang sesuai
dengan standarisasi permuseuman yang telah ditetapkan, baik peralatan dan perlengkapan
teknis permuseuman maupun peralatan dan perlengkapan kantor.
f. Sumber Dana
Masalah sumber dana akan menyebabkan munculnya masalah sarana, prasarana, dan
tidak lancarnya kegiatan fungsionalisasi museum. Bila museum-museum pemerintah hanya
mengandalkan dana dari pemerintah dan museum swasta hanya mengandalkan sumber dana
dari yayasan penyelenggara, maka kebutuhan dana museum tidak akan terpenuhi.
Upaya untuk mengatasi kendala ini adalah setiap museum harus “memasarkan”
dirinya untuk mencari sponsor dan donatur. Oleh karenanya museum-museum di Indonesia
harus berusaha mencapai terobosan-terobosan yang kreatif.
g. Apresiasi Masyarakat
Masalah yang dihadapi museum adalah kurangnya apresiasi masyarakat. Museum
identik dengan tempat sepi yang jarang dikunjungi oleh masyarakat. Kendala tersebut dapat
diselesaikan dengan kegiatan yang inovatif dan kreatif, agar masyarakat mengapresiasi
museum. Di samping itu perlu dilakukan kajian pengunjung untuk mengetahui ekspektasi
masyarakat terhadap museum.
Sasaran pembinaan dan pengembangan permuseuman di Indonesia menargetkan
peningkatan fungsi dan peran seluruh komponen yang mendukung tugas-tugas museum
sebagai lembaga tempat studi, pendidikan, dan rekreasi. Jumlah museum yang didirikan dapat
dilihat pada tabel 9.
Tabel 7. Jumlah Museum sebelum Otonomi Daerah
No Jenis Museum Jumlah
1 Museum Tingkat Nasional 1 buah
2 Museum Negeri Provinsi 26 buah
3 Museum Khusus di lingkungan Depdikbud 4 buah
4 Museum-museum di luar lingkungan Depdikbud 231 buah
29
rangka menunjang usaha pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan usaha
memajukan kebudayaan nasional.
Dalam pembakuan museum tersebut, dibuat kebijakan operasional yang menyangkut
usaha-usaha atau tindakan-tindakan berupa peningkatan dan pengembangan baik untuk
Museum Nasional, Museum Umum, maupun Museum Khusus yang meliputi koleksi, fisik
bangunan, ketenagaan, sarana penunjang, fungsionalisasi, dan museum pembina. Yang
dimaksud dengan museum pembinaan adalah Museum Nasional dan museum-museum negeri
provinsi diharapkan menjadi contoh dan membina permuseuman di daerahnya.
30
Permasalahan dan potensi museum tersebut mendorong Presiden Republik Indonesia
menetapkan program prioritas nasional melalui Inpres nomor 1 tahun 2010 tentang
Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan, menetapkan Revitalisasi Museum sebagai
Program Prioritas Pembangunan Nasional khususnya dalam Prioritas 11: Kebudayaan,
Kreativitas, dan Inovasi Teknologi. Berdasarkan hal tersebut, Revitalisasi Museum menjadi
salah satu Program Unggulan yang tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata 2010-2014.
Revitalisasi museum adalah upaya untuk meningkatkan kualitas museum dalam
melayani masyarakat sesuai dengan fungsinya, sehingga museum dapat menjadi tempat yang
dirasakan sebagai kebutuhan untuk dikunjungi. Visi revitalisasi museum yaitu “museum di
Indonesia menjadi sarana edukasi dan rekreasi yang berkualitas”. Sementara misinya adalah:
1. Meningkatkan tampilan museum menjadi lebih menarik.
2. Meningkatkan profesionalisme dalam pengelolaan museum dan pelayanan
pengunjung.
3. Mengembangkan program yang inovatif dan kreatif.
4. Mewujudkan dan memperkuat jejaring museum dan komunitas.
5. Menetapkan kebijakan pengelolaan museum.
6. Meningkatkan pencitraan museum.
1. Fisik
Aspek fisik terdiri atas penataan interior, penataan eksterior, rehabilitasi fisik, fasilitas
penunjang, perluasan bangunan museum, dan pendirian museum baru. Penataan interior
meliputi renovasi ruang pameran tetap, penataan ruang penyimpanan koleksi (storage),
penataan laboratorium, penataan ruang pengenalan, dan penataan bengkel kerja preparasi.
Sementara penataan eksterior museum, meliputi penataan taman, pembuatan papan nama
museum, penanda, dan billboard calendar of event.
Rehabilitasi fisik mencakup dua perlakuan yang berbeda, yaitu rehabilitasi fisik
bangunan cagar budaya dan bukan cagar budaya. Jika bangunan yang digunakan sebagai
museum adalah bangunan cagar budaya, maka ketentuan pelaksanaan rehabilitasi harus
menganut pada prinsip-prinsip pelestarian cagar budaya sesuai dengan aturan perundang-
undangan. Sedangkan jika bangunan yang digunakan museum adalah bangunan bukan cagar
budaya, maka bangunan tersebut dapat direhabilitasi sesuai dengan perencanaan museum
masing-masing.
Fasilitas Penunjang meliputi sarana yang dapat digunakan oleh publik, seperti
perbaikan/pembuatan toilet, perbaikan ruang audiovisual, perbaikan auditorium, perbaikan
kantin dan toko cenderamata, pengadaan bangku istirahat pengunjung, pengadaan ramp untuk
kursi roda, dan pengadaan lemari penitipan barang.
Perluasan bangunan museum ini tidak diterapkan pada semua museum. Perluasan
yang dimaksud adalah penambahan ruang yang berkaitan langsung dengan pengembangan
31
ruang pamer dan rehabilitasi fisik bangunan. Hal ini juga berlaku untuk bangunan bukan
cagar budaya.
Pendirian museum baru ini dikhususkan untuk daerah yang tidak memiliki museum.
Usulan yang terkait dengan usulan pendirian museum baru, ketentuan pelaksanaannya
merujuk pada Surat Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
Nomor KM.33/PL.303/MKP/2004 tentang Museum dan Peraturan Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata Nomor 18 Tahun 2010 tentang Pedoman Permuseuman.
2. Manajemen
Manajemen pada Revitalisasi Museum terdiri atas empat bagian, yaitu manajemen
koleksi, manajemen sumber daya manusia, manajemen keuangan, dan manajemen layanan
pengunjung. Manajemen yang cenderung dijalankan oleh pemerintah pusat adalah
manajemen sumber daya manusia, sedangkan tiga manajemen lainnya diharapkan
pelaksanaannya dilakukan oleh museum masing-masing dengan bantuan dinas yang
membidangi kebudayaan.
Manajemen sumber daya manusia meliputi upaya peningkatan sumber daya manusia
yang dilakukan oleh pemerintah pusat dalam hal ini Direktorat Permuseuman, Direktorat
Jenderal Sejarah dan Purbakala di antaranya Peningkatan Kemampuan dan Keterampilan
Tingkat Dasar, Menengah, dan Lanjut; Pelatihan Keterampilan Tenaga Museum Bidang
Museum untuk Publik (Public Programming); Workshop Konservasi Kerja Sama dengan
CCF, Workshop Manajemen Storage Kerja Sama dengan UNESCO; dan Pemberian
Beasiswa Program Spesialis Keahlian Museum Strata-2 bekerja sama dengan Universitas
Indonesia.
Manajemen koleksi adalah serangkaian penanganan koleksi museum, sejak
pengadaan koleksi hingga dipamerkan atau disimpan. Manajemen koleksi pada revitalisasi
mencakup pengadaan koleksi, database koleksi, registrasi koleksi, konservasi koleksi,
penelitian, dan dokumentasi.
Manajemen pelayanan pengunjung merupakan usaha museum dalam memberikan
informasi secara baik kepada pengunjung, tujuannya agar mereka mendapatkan kepuasan
berkaitan dengan pengetahuan tentang koleksi yang dipamerkan. Pelayanan informasi yang
diberikan ini erat hubungannya dengan tujuan museum sebagai pusat studi, pendidikan dan
“rekreasi”. Pelayanan pengunjung meliputi pengaturan pengunjung, bimbingan edukatif
kultural di museum, ceramah, dan layanan masyarakat lainnya.
Manajemen keuangan adalah pengelolaan finansial di museum, yang akan menjadi
sumber pendanaan museum. Masing-masing museum mempunyai manajemen yang berbeda
dalam hal pengelolaan keuangan, karena sumber dana atau cara perolehan dananya berbeda.
Museum pemerintah akan mempunyai pengelolaan finansial yang berbeda dengan museum
swasta yang sumber dananya dikumpulkan secara mandiri.
3. Jejaring
Pada aspek jejaring, terdapat empat hal yang diutamakan, yaitu pemberdayaan
masyarakat serta kemitraan dalam dan luar negeri. Pemberdayaan masyarakat mencakup
32
pendampingan komunitas, pengembangan relawan museum, sarasehan, workshop, dan
program pemberdayaan lainnya. Sementara kemitraan dalam dan luar negeri mencakup kerja
sama dengan perguruan tinggi, kerja sama dengan dunia usaha, kerja sama dengan asosiasi,
komunitas, dan akreditasi museum.
4. Kebijakan
Implikasi disempurnakannya Undang-undang No.5 Tahun 1995 tentang Benda Cagar
Budaya menjadi Undang-undang No.11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya membuat
sejumlah kebijakan harus dibuat. Beberapa kebijakan yang dibuat dalam bentuk pedoman
adalah Pedoman Akreditasi Museum dan Pedoman Penilaian Koleksi sebagai kekayaan
negara.
Selain itu terdapat Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 33 Tahun
2004 tentang Museum yang dijadikan sebagai Norma Standar Prosedur dan Kriteria (NSPK).
Saat ini telah disusun dan disiapkan Peraturan Pemerintah tentang Museum sebagai pengganti
dari Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995 tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan
Benda Cagar Budaya di Museum.
5. Pencitraan
Pencitraan dilakukan dengan berbagai kegiatan, di antaranya kampanye Gerakan
Nasional Cinta Museum (GNCM), publikasi cetak dan elektronik, serta peningkatan
pelayanan pengunjung. Pencitraan dilakukan untuk memperbaiki citra museum di mata
masyarakat.
6. Program
Tujuan dari aspek program adalah mengembangkan program yang inovatif dan
kreatif. Program yang dimaksud adalah program di dalam museum (in house), seperti lomba,
festival, sayembara, dan program edukasi. Sementara program di luar museum (outreach),
antara lain museum keliling, museum masuk sekolah, dan museum masuk mal.
Selain Revitalisasi Museum, Direktorat Permuseuman memiliki program utama lain,
yaitu GNCM. GNCM adalah upaya penggalangan kebersamaan antar pemangku kepentingan
dan pemilik kepentingan dalam rangka pencapaian fungsionalisasi museum guna
memperkuat apresiasi masyarakat terhadap nilai kesejarahan dan budaya bangsa.
Gerakan ini didasarkan atas pemikiran bahwa museum sebagai bagian dari pranata
sosial dan sebagai suatu lembaga, memiliki tanggung jawab untuk mencerdaskan bangsa,
menggalang persatuan dan kesatuan, wawasan nusantara, serta memberikan layanan kepada
masyarakat. Oleh karena itu museum dituntut melestarikan aset bangsa tersebut sebagai
sumber penguatan pemahaman, apresiasi, dan kepedulian jati diri bangsa. Namun, kondisi
museum saat ini kurang berfungsi sebagai lembaga yang memberikan layanan kepada
masyarakat. Untuk mengatasi kendala tersebut, perlu upaya menggalang kebersamaan antar
pemangku dan pemilik kepentingan (share dan stakeholder) dalam memperkuat fungsi
museum pada posisi yang dicita-citakan, dengan membuat sebuah Gerakan yaitu GNCM.
Tahun Kunjung Museum (TKM) 2010 yang telah dicanangkan oleh Menteri
Kebudayaan dan Pariwisata pada 30 Desember 2009 merupakan momentum awal GNCM.
33
TKM ini merupakan upaya Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata untuk mengajak
masyarakat mengunjungi museum, bersama-sama membenahi dan mengevaluasi berbagai
masalah, serta membuka peluang museum ke depan. Hal ini didasari pemikiran bahwa
museum merupakan pranata sosial yang memiliki tanggung jawab mencerdaskan bangsa,
menggalang persatuan dan kesatuan, memberikan layanan kepada masyarakat, serta
melestarikan aset bangsa sebagai sumber penguatan pemahaman, apresiasi, dan kepedulian
pada jati diri bangsa.
GNCM ini lebih dikenal dengan tagline Museum di Hatiku, bertujuan:
1. Terjadinya peningkatan kesadaran dan apresiasi masyarakat terhadap nilai penting
budaya bangsa;
2. Semakin kuatnya kepedulian dan peran serta pemangku kepentingan dalam
pengembangan museum;
3. Terwujudnya museum sebagai media belajar dan kesenangan yang dinamis dan
atraktif bagi pengunjung;
4. Terwujudnya museum sebagai kebanggaan publik;
5. Terwujudnya kualitas pelayanan museum;
6. Peningkatan jumlah kunjungan ke museum.
Fokus GNCM adalah membenahi peran dan posisi museum yang difokuskan pada
aspek internal dan eksternal. Aspek internal berupa revitalisasi fungsi museum dalam rangka
penguatan pencitraan melalui pendekatan konsep manajemen yang terkait dengan fisik dan
nonfisik; sementara aspek eksternal berupa konsep kemasan program yaitu menggunakan
bentuk sosialisasi dan kampanye pada masyarakat sebagai bagian dari stakeholder.
Sasaran GNCM adalah menciptakan peran museum sebagai bagian dari pranata
kehidupan ekonomi, politik, sosial, dan budaya bangsa; mewujudkan landasan yang kokoh
bagi masyarakat untuk meningkatkan apresiasi kesejarahan dan kebudayaan dalam upaya
memperkuat jati diri bangsa; menciptakan kerja sama yang berimbang dan saling
menguntungkan antara museum dengan pemangku kepentingan; kuantitas dan kualitas
kunjungan ke museum-museum seluruh Indonesia; membentuk rumusan kebijakan-kebijakan
terkait dengan penyelenggaraan museum yang tidak saja menekankan kepada kepentingan
ideologis dan kepentingan akademis, tetapi juga pada kepentingan lain dalam pemanfaatan
museum; serta terbentuknya sinergisitas dari para pemangku kepentingan khususnya di
bidang pariwisata untuk menempatkan museum sebagai lembaga yang memiliki daya tarik
wisata budaya untuk dikunjungi.
Dukungan dari beberapa komunitas untuk mempromosikan museum kepada publik
juga berperan dalam GNCM ini. Beberapa komunitas tersebut adalah Komunitas Jelajah
Budaya, Komunitas Historia Indonesia, dan Sahabat Museum.
Komunitas Jelajah Budaya (KJB) merupakan komunitas yang peduli pada seni,
budaya, bangunan tua serta peninggalan sejarah bangsa. KJB didirikan pada 17 Agustus 2003
sebagai bentuk keprihatinan terhadap kurangnya perhatian dan apresiasi masyarakat terhadap
warisan budaya bangsanya. Salah satu tujuan KJB adalah, memperkenalkan museum sebagai
sebuah lembaga yang memberi perhatian besar bagi pelestarian budaya bangsa. Beberapa
34
kegiatan yang baru saja diselenggarakan oleh KJB adalah Night Time Journey at Museum,
The Big Five Museum, dan Bank Tempoe Doeloe.
Komunitas Historia Indonesia (KHI) merupakan komunitas yang peduli terhadap
potensi sejarah dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia. KHI yang didirikan pada 22
Maret 2003 ini membina hubungan baik dengan berbagai pihak, terutama yang terkait dengan
pendidikan, pariwisata, sejarah dan museum. Beberapa museum yang dijadikan mitra yaitu
Museum Sejarah Jakarta, Museum Bank Mandiri, Museum Bank Indonesia, Museum Juang
45, Museum Bahari, dan Museum Kebangkitan Nasional.
Sahabat Museum merupakan komunitas anak muda yang peduli dan mempunyai
minat yang sama mengenai peninggalan sejarah dan budaya nusantara. Tujuan komunitas ini
adalah untuk berbagi informasi mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan sejarah,
seni dan budaya, baik mengenai Indonesia pada umumnya, maupun Jakarta pada khususnya.
Kegiatan Sahabat Museum di antaranya adalah kunjungan ke museum, lokasi dan bangunan
yang mempunyai nilai sejarah.
Selain komunitas, Program Tanggung Jawab Sosial (CSR) pada perusahaan juga
diperlukan untuk mempopulerkan museum. Beberapa museum bahkan telah bermitra dengan
perusahaan melalui CSRnya. PT Pertamina (Persero) telah membantu pengembangan
Museum Migas Graha Widya Patra (Gawitra). Bantuan dalam bentuk dokumentasi
(pembuatan film dokumenter, pengadaan buku panduan, perlengkapan komputer dan laptop),
peralatan pengamanan (tabung pemadam dan portable fire pump), dan perbaikan diorama
serta penambahan sarana di ruang pamer.
CSR Starbucks Coffee juga membantu pelestarian budaya dalam bentuk Kampanye
Museum. Bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan keberadaan museum di Jakarta,
Starbucks membagikan tiket gratis ke museum di lebih dari 50 gerai di Jabodetabek. Tiket
tersebut untuk lima museum, yaitu Museum Nasional, Museum Sejarah Jakarta (Fatahillah),
Museum Wayang, Museum Seni Rupa dan Keramik, serta Museum Tekstil. Selain untuk
memperkenalkan museum, hal ini juga untuk meningkatkan kecintaan publik terhadap
peninggalan budaya bangsa dan membantu mempromosikan keberadaan museum-museum di
Jakarta sebagai pusat sejarah, budaya, dan edukasi.
Keberhasilan Revitalisasi Museum dan GNCM ini amat bergantung pada komitmen
semua pihak khususnya pengelola museum dan stakeholder terkait lainnya, baik yang berada
pada tingkat nasional maupun daerah, untuk menjalankannya. Walaupun diakui masih banyak
isu penting untuk dirumuskan dalam dunia permuseuman di Indonesia, namun diharapkan
berbagai aktivitas dalam program ini dapat dikembangkan sedemikian rupa untuk
mengakomodasi kekurangan dan keterbatasan tersebut.
35
MUSEUM NASIONAL
de Harmonie’). Bangunan ini berlokasi di Jalan Majapahit nomor 3. Sekarang di tempat ini
berdiri kompleks gedung Sekretariat Negara, di dekat Istana Kepresidenan.
Jumlah koleksi milik BG terus meningkat hingga museum di Jalan Majapahit tidak dapat
lagi menampung koleksinya. Pada tahun 1862, pemerintah Hindia-Belanda memutuskan
untuk membangun sebuah gedung museum baru di lokasi yang sekarang, yaitu Jalan Medan
Merdeka Barat No. 12 (dulu disebut Koningsplein West). Tanahnya meliputi area yang
kemudian di atasnya dibangun gedung Rechst Hogeschool atau ‘Sekolah Tinggi Hukum’
(pernah dipakai untuk markas Kenpetai di masa pendudukan Jepang, dan sekarang
Departemen Pertahanan dan Keamanan). Gedung museum ini baru dibuka untuk umum pada
tahun 1868.
40
Museum ini sangat dikenal di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya penduduk
Jakarta. Mereka menyebutnya ‘Gedung Gajah’ atau ‘Museum Gajah’ karena di halaman
depan museum terdapat sebuah patung gajah perunggu hadiah dari Raja Chulalongkorn
(Rama V) dari Thailand yang pernah berkunjung ke museum pada tahun 1871. Kadang kala
disebut juga ‘Gedung Arca’ karena di dalam gedung memang banyak tersimpan berbagai
jenis dan bentuk arca yang berasal dari berbagai periode.
Pada tahun 1923 perkumpulan ini memperoleh gelar ‘koninklijk’ karena jasanya dalam
bidang ilmiah dan proyek pemerintah sehingga lengkapnya menjadi Koninklijk Bataviaasch
Genootschap van Kunsten en Wetenschappen.
Pada tahun 1931, sebagian koleksi museum diikutsertakan dalam pameran kebudayaan
dunia di Paris. Malangnya, kebakaran di ruang pameran telah memusnahkan stan pameran
sehingga menghancurkan semua benda yang ada. Museum menerima uang asuransi sebagai
ganti rugi atas museibah kebakaran itu, dan tahun berikutnya dana tesebut digunakan untuk
membangun ruang pameran keramik, ruang perunggu, dan khazanah di lantai 2.
Pada tanggal 26 Januari 1950, Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en
Wetenschappen diubah namanya menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia. Perubahan ini
disesuaikan dengan kondisi waktu itu, sebagaimana tercermin dalam semboyan barunya:
“memajukan ilmu-ilmu kebudayaan yang berfaedah untuk meningkatkan pengetahuan
tentang kepulauan Indonesia dan negeri-negeri sekitarnya”.
Mengingat pentingnya museum ini bagi bangsa Indonesia maka pada tanggal 17
September 1962 Lembaga Kebudayaan Indonesia menyerahkan pengelolaan museum kepada
pemerintah Indonesia, yang kemudian menjadi Museum Pusat. Akhirnya, berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, No.092/O/1979 tertanggal 28 Mei 1979,
Museum Pusat ditingkatkan statusnya menjadi Museum Nasional.
Tahun 1987, koleksi Museum Nasional berupa naskah-naskah kuno dan buku-buku
pustaka di boyog ke Perpustakaan Nasional di Jalan Salemba Raya 28. Begitu pula dengan
koleksi seni rupa (tahun 2000) ditempatkan di Galeri Nasional di Jalan Medan Merdeka
Timur 14.
Hingga saat ini Museum nasional menyimpan lebih dari 196.000 koleksi benda-benda
bernilai sejarah yang terdiri dari koleksi prasejarah, arkeologi, etnografi, geografi, sejarah,
numismatik dan heraldik serta koleksi keramik. Saat ini Museum Nasional terdiri dari dua
gedung yaitu gedung lama (gedung A/gedung gajah) yang dibangun tahun 1862 dan gedung
baru (gedung B/gedung arca) yang diresmikan pada tanggal 20 Juni 2007 oleh Dr. Susilo
Bambang Yudhoyono, presiden ke-6 Republik Indonesia.
41
B. Gedung B Museum Nasional
Tahun 1996 - 2007 merupakan tahap-tahap pembangunan gedung baru Museum Nasional
di sebelah Utara gedung lama (Gedung A). Sejalan dengan pembangunan tersebut Museum
Nasional pun menyiapkan konsep pameran untuk mengisi ruang-ruang di sayap baru ini.
Berbeda dengan penataan pameran di gedung lama, di Gedung B ini alur ceritanya didasarkan
pada kerangka unsur-unsur kebudayaan, yang oleh Prof. Koentjaraningrat dikelompokkan
menjadi tujuh isi pokok kebudayaan, meliputi: [1] Sistem Religi dan Upacara Keagamaan;
[2] Sistem dan Organisasi Kemasyarakatan; [3] Sistem Pengetahuan; [4] Bahasa; [5]
Kesenian; [6] Sistem Matapencaharian Hidup; [7]. Sistem Teknologi dan Peralatan.
Setiap benda budaya karya manusia tentu menggambarkan fungsinya ke dalam unsur-
unsur tersebut. Artinya, dilihat dari dimensi bentuk (form), ada koleksi yang menggambarkan
sistem religi, sistem mata pencaharian hidup, kesenian, dan seterusnya. Dimensi bentuk
tersebut kemudian dipadukan dengan pemilahan berdasarkan dimensi waktu (time). Dimensi
waktu yang dipakai bersifat makro yang kemudian dapat diurai ke dalam rincian waktu yang
lebih mikro. Pembagian dimensi waktu yang bersifat makro tersebut misalnya: masa
prasejarah, masa pengaruh Hindu-Buddha, masa Kolonial, dan seterusnya.
Penataan koleksi dengan konsep pemaduan antara parameter unsur budaya dalam dimensi
bentuk dan ruang serta parameter dimensi waktu tersebut diharapkan lebih memperjelas
gambaran kepada para pengunjung. Dengan demikian benda-benda koleksi yang dipamerkan
bisa lebih banyak berbicara karena satu sama lain saling melengkapi sehingga koleksi yang
dipamerkan menjadi satu kesatuan yang utuh, tidak sekedar sekumpulan koleksi yang
diletakkan di dalam suatu ruang.
Selain menggunakan parameter unsur budaya yang dipadu dalam dimensi bentuk, waktu,
dan ruang, (form, time, and space), ada sejumlah koleksi yang diperlakukan secara khusus,
yaitu koleksi khasanah dan koleksi keramik.
42
masyarakat, keramik sudah memiliki tempat khusus yang oleh kalangan penggemarnya
(kolektor keramik) dianggap sebagai barang seni yang mempunyai nilai tinggi, seperti halnya
lukisan atau perhiasan. Koleksi keramik Museum Nasional mempunyai arti khusus karena
keramik dari luar Indonesia tersebut semuanya ditemukan di Indonesia, jadi dapat menjadi
bukti betapa intensifnya hubungan dagang dengan negara-negara penghasil keramik tersebut
pada masa lalu.
Kini Museum Nasional telah selesai membangun gedung baru di sisi Utara yang terdiri
atas 7 (tujuh) lantai, dan empat di antaranya adalah ruang pameran tetap. Penataannya adalah
sebagai berikut: [a] Lantai 1: Manusia dan lingkungan; [b] Lantai 2: Ilmu Pengetahuan,
Teknologi, dan Ekonomi; [c] Lantai 3: Organisasi Sosial dan Pola Pemukiman; [d] Lantai 4:
Ruang Khasanah dan Keramik.
Bila dikaitkan dengan konsep unsur-unsur kebudayaan di atas memang belum semuanya
terakomodir dalam penataan pameran di keempat lantai tersebut. Diharapkan pembangunan
tahap berikutnya segera direalisasikan, sehingga penggambaran kerangka unsur-unsur
kebudayaan tersebut dapat disajikan secara lengkap.
43
Daratan. Hal yang sama terjadi pula pada bagian timur Indonesia, hingga menyatukan
Australia, Papua, Papua Nugini, dan Tasmania dalam Paparan Sahul.
Perubahan terakhir terjadi ketika memasuki Kala Holosen sekitar 11.000 tahun silam yang
menghasilkan bentangan alam seperti yang sekarang terlihat. Pulau Jawa, Sumatera,
Kalimantan menjadi pulau yang independen dan terpisah dari daratan Asia Tenggara.
2. Manusia Purba
Menyajikan informasi tentang manusia purba jenis Homo Erectus yang hidup pada kala
plestosen. Manusia purba yang ditemukan di Indonesia dapat dibedakan menjadi tiga
tingkatan evolutif selama lebih dari satu juta tahun, yaitu:
* Homo Erectus Arkaik
Hidup pada kala Plestosen Bawah antara 1,5 - 0,9 juta tahun yang lalu, dan merupakan
fosil paling purba di Indonesia. Volume otaknya sekitar 800 cc, dengan tengkorak yang
menunjukkan struktur yang kekar, tebal tulang tengkorak kadang mencapai 1,2 cm.
Jenis manusia ini di temukan pada lapisan lempung hitam Seri Pucangan di Sangiran,
dan endapan vulkanik di Perning-Mojokerto. Belum pernah ditemukan artefak dari
Homo erectus arkaik ini.
* Homo Erectus Tipik
Merupakan jenis yang paling umum ditemukan, hidup pada kala Plestosen Tengah,
antara 0,8- 0,4 juta tahun yang lalu. Volume otak sekitar 900 cc, dengan struktur
tengkorak yang lebih ramping dibandingkan dengan jenis arkaik. Homo erectus tipik
merupakan jenis manusia purba yang banyak ditemukan, berasal dari lapisan pasir
fluvio vulkanik Seri Kabuh di Sangiran, Trinil, Kedungbrubus, dan Patiayam.Telah
sangat pandai membuat alat batu, antara lain jenis kapak perimbas (chopper), kapak
penatak (chopping tool), maupun alat-alat serpih (flake).
* Homo Erectus Progresif
Hidup pada akhir Kala Plestosen Tengah antara 200.000 - 100.000 tahun yang lalu.
Ukuran tengkorak lebih besar, lebih tinggi dan lebih bundar dibandingkan dengan jenis
arkaik dan tipik, dengan volume otak 1,100 cc, sehingga menunjukkan jenis yang
paling berevolusi, ditemukan di Ngandong, Sambungmacan, dan Ngawi. Seperti halnya
jenis tipik, Homo erectus progresif juga telah membuat alat batu dan tulang.
44
erectus, beberapa daerah di luar Jawa banyak ditemukan fosil-fosil dalam taxon yang lebih
muda, seperti Homo sapiens atau manusia subresen.
Di Pulau Jawa, situs-situs hominid tersebar di wilayah yang mencakup bagian timur Jawa
Tengah hingga bagian barat Jawa Timur. Situs-situs tersebut terutama dijumpai di sepanjang
aliran Sungai Bengawan Solo, seperti Sangiran, Sambungmacan, Ngandong, Ngawi, Trinil
dan Kedungrubus, dan Perning, di Mojokerto. Situs hominid lainnya adalah Patiayam,
terletak di kaki Gunung Muria, dekat Kudus. Selain itu, terdapat pula berbagai situs Kala
Plestosen yang sangat terkenal dengan penemuan alat-alat paleolitiknya, yang mungkin
merupakan produk budaya Homo erectus, adalah Kali Baksoka di Punung (Pacitan), maupun
Sungai Wallanae, di Sulawesi Selatan.
5. Kehidupan Gua
Sub tema ini menggambarkan kehidupan manusia pada awal Holosen, sekitar 11.500
tahun yang lalu, kehidupan manusia purba sudah berkembang lebih maju dibandingkan
dengan sebelumnya. Di masa ini manusia sudah mulai memanfaatkan gua-gua alam dan
ceruk. Mereka memilih tinggal di gua untuk berlindung dari serangan binatang buas atau dari
cuaca dan iklim yang tidak bersahabat. Mereka menetap untuk waktu tertentu, hingga suatu
saat berpindah jika tak mungkin lagi hidup di tempat tersebut.
Para penghuni gua yang sudah termasuk Homo sapiens ini memanfaatkan gua sebagai
tempat untuk melakukan berbagai aktifitas, seperti pembuatan alat-alat serpih bilah atau
penguburan. Mereka bahkan menggunakan dinding-dinding gua sebagai media ekspresi seni
lukisnya. Beberapa lukisan gua dapat dijumpai di situs-situs prasejarah di Kalimantan dan
Sulawesi. Sementara pada Situs Song Keplek, di Pacitan, Jawa Timur, kehidupan gua
mengindikasikan bahwa para penghuninya telah mengenal konsep tata ruang dengan adanya
pengelompokan kegiatan industri, perapian, penguburan, dan hunian.
45
6. Akhir Prasejarah dan Temuan Fosil Ras-ras Manusia
Sub tema ini menyajikan informasi tentang kehidupan manusia pada akhir masa
prasejarah. Pada masa akhir prasejarah, perkampungan makin besar dan jumlah penduduknya
pun makin banyak. Kebutuhan hidup manusia juga makin bervariasi dan tidak semua mampu
dibuatnya sendiri. Maka mulailah dikenal pekerjaan khusus yang biasa disebut tukang
(undagi), seperti pembuat gerabah, pandai besi, pembuat perhiasan, dan lain-lain, di samping
petani atau nelayan. Saat itu pula orang memulai aktivitas bertukar barang yang merupakan
awal dari perdagangan.
Seiring dengan berkembangnya teknologi logam, penggunaan alat logam (metal) mulai
semakin banyak, menggantikan peralatan batu yang berangsur mulai ditinggalkan, sehingga
selain disebut masa perundagian, masa akhir prasejarah juga sering disebut masa tradisi
paleometalik.
Satu lagi tradisi yang menonjol dari masa perundagian ini adalah sistem penguburan.
Selain penguburan langsung (primer), dikenal pula penguburan sekunder, yaitu penguburan
kedua, setelah jasad menjadi kerangka. Kedua cara penguburan itu dilakukan dengan wadah
kubur maupun tidak. Wadah kubur yang sering digunakan adalah tempayan, di samping
kubur batu. Posisi penguburan juga beragam, seperti terlentang, meringkuk atau terlipat.
Bersamaan dengan penguburan tersebut, sering pula disertai dengan bekal kubur yang isinya
berbeda-beda, tergantung pada tingkat sosial orang yang dikubur. Tentu saja sistem
penguburan seperti ini menunjukkan sistem religi yang telah maju.
46
Aksara Pallawa, diambil dari Dinasti Pallawa di India yang konon menciptakannya,
menurunkan berbagai variannya di wilayah Asia Tenggara seperti Campa (Vietnam), Khmer
(Kamboja), Thailand, Laos, Burma (Myanmar) dan Indonesia. Khusus di Indonesia, aksara
ini sudah berkembang sejak abad ke-5, menurunkan aksara Jawa Kuna, Sunda Kuna, dan Bali
Kuna. Selanjutnya mulai abad ke-16, muncul aksara-aksara "pasca Pallawa" di berbagai
daerah di Indonesia, antara lain Lampung, Batak dan Bugis.
Aksara Nagari (disebut juga aksara siddhamatrika atau siddham) asalnya dari India bagian
timur laut, pertama kali muncul di Indonesia sekitar abad ke-8. Sejak awal munculnya
hingga abad ke-9, aksara ini disebut Pranagari. Mulai abad ke-10 sd 15, aksara ini
berkembang, disebut sebagai aksara Nagari. Di India, aksara ini digunakan secara nasional,
disebut aksara Dewanagari. Aksara Nagari banyak digunakan pada prasasti-prasasti yang
bernafaskan agama Budha, seperti terlihat pada tablet-tablet tanah liat yang berisi mantra-
mantra Budhis.
Aksara Tamil adalah aksara yang keberadaannya di Indonesia termasuk jarang. Di India,
aksara ini umumnya digunakan oleh orang-orang yang berdiam di wilayah Tamil Nadu (India
Selatan), juga di negara Srilangka. Pertama muncul di Indonesia dalam abad ke-11,
khususnya di Sumatra bagian utara karena di sana ada komunitas orang-orang India
berbahasa Tamil yang umumnya adalah pedagang.
Tulisan Arab selalu diidentikan dengan agama Islam, karena memang agama ini terlahir di
jazirah Arab. Bukti tertua saat ini mengenai keberadaan Islam di Indonesia adalah sebuah
batu nisan yang ditemukan di Leran (dekat Gresik, Jawa Timur), ditulis dalam aksara dan
bahasa Arab. Batu nisan itu memuat keterangan tentang meninggalnya seorang perempuan
bernama Fatimah binti Maimun dalam tahun 1082 M. Agama Islam juga menyebar ke pulau-
pulau seperti Sumatra, Kalimantan, Maluku, Sulawesi, dan lain-lain.
Dalam sejarah perkembangan tulisan Arab, dikenal dua tipe dasar, yaitu tipe tegak dan
kursif. Tipe tulisan Arab tegak tidak banyak mengalami evolusi; kufi merupakan contoh tipe
tulisan Arab tegak yang sering digunakan untuk menulis Qur'an dan inskripsi pada bangunan
mesjid atau batu nisan. Lain halnya dengan tipe tulisan Arab kursif yang sangat berkembang
sehingga bentuk dan gaya penulisan banyak macamnya. Enam di antaranya merupakan tipe
tulisan Arab kursif yang utama yaitu thuluth, naskhi, muhaqaq, rahyani, tawqi dan riqa.
Aksara Arab di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat signifikan.
Selainmenggunakan aksara Arab dengan lafal Arab, beberapa daerah mengembangkan aksara
Arab yang disesuaikan dengan lafal daerah. Modifikasi tulisan Arab dengan lafal bahasa
Jawa disebut Pegon, sedangkan tulisan Arab dengan lafal bahasa Melayu disebut Jawi atau
Arab-Melayu.
Kehadiran orang Cina di Indonesia diketahui sudah ada sejak abad ke-5, dan mulai marak
pada abad ke-14. Namun demikian akulturasi budaya Cina dengan budaya-budaya lokal tidak
begitu signifikan. Ini dapat dilihat dari peninggalan budaya materi seperti misalnya prasasti.
Kalau pun ada prasasti dalam aksara dan bahasa Cina di Indonesia tentunya ditulis oleh orang
Cina sendiri. Aksara Cina memang rumit dan tidak mudah dipelajari; dewasa ini tercatat
47
sekitar 4000 karakter (aksara) Cina yang diciptakan. Kesulitan makin bertambah dengan
banyak ragam dialek dalam bahasa Cina yang memiliki ciri tersendiri.
Secara umum inskripsi-inskripsi Cina dapat berupa tanda peringatan bagi seseorang yang
telah meninggal (berupa nisan dan papan arwah atau shenwei), mata uang, dan sebagai hiasan
dekoratif/ornamental.
Berikutnya, aksara Latin adalah aksara yang pertama kali diciptakan oleh bangsa Romawi
Kuna di semenanjung Itali. Aksara ini diperkenalkan oleh orang orang Eropa, terutama
bangsa Portugis, yang datang ke Indonesia pada awal abad ke-16. Mereka menyebarluaskan
aksara ini ketika menuliskan perjanjian-perjanjian di atas kertas, batu tanda peringatan seperti
padrao, tanda pendirian bangunan dan nisan. Bahasa yang digunakan pun beragam seperti
portugis, Belanda, Inggris, Perancis, dan lain-lain.
2. Hukum di Indonesia
Hukum adalah seperangkat aturan yang harus dipatuhi kelompok masyarakat, baik dalam
komunitas kesukuan, kebangsaan, kerajaan, maupun negara. Sistem hukum di wilayah
Indonesia telah terbentuk sejak kurang lebih abad ke-7. Awalnya berupa Hukum Adat yang
berlandaskan kepercayaan/religi yang dianut banyak suku bangsa di Indonesia.
Hukum-hukum adat ini memiliki asas-asas dan falsafah yang berbeda satu dengan yang
lainnya, akan tetapi mungkin terdapat dua unsur yang sama dimiliki oleh berbagai Hukum
Adat tersebut. Pertama, sifatnya yang kekeluargaan, dan kedua, sifatnya yang tidak tertulis.
Sanksi bagi pelanggar Hukum Adat dapat berupa hukuman yang paling ringan, misalnya
diasingkan/dikucilkan, sampai kepada hukuman yang paling berat, misalnya hukuman mati.
Unsur-unsur budaya asing seperti India (Hindu-Budha), Arab (Islam) dan Eropa (Kristen),
pada akhirnya turut memperkaya Hukum Adat yang sudah lama ada.
Bagi suku-suku bangsa yang mengenal budaya tulis, seperangkat aturan itu tentunya sudah
dituangkan menjadi sebuah naskah/kitab hukum. Beberapa naskah hukum di Jawa dan Bali
pada masa lampau contohnya, merupakan olahan dari naskah-naskah hukum di India.
Gambaran penerapan hukum di Indonesia, khususnya Jawa, pada masa lampau terdapat
dalam beberapa prasasti yang berisi keputusan pengadilan (jayapatra, jayasong dan
suddhapatra) dan keterangan tentang sukhadukha (berbagai tindak pidana dan perdata)
Pada masa pengaruh Islam hukum sudah berlandaskan kitab Al-Qur'an dan Hadits Nabi,
seperti yang dipegang teguh oleh orang Minang: adat basandi syarak, syarak basandi
kitabullah (Adat bersendi Syari'at Islam, Syari'at Islam bersendi kitab Al-Qur'an). Pada saat
ini di Nanggroe Aceh Darusalam (NAD) juga sudah diberlakukan hukum berdasarkan
Syari'at Islam.
Pada masa kolonial Belanda, diberlakukan semacam undang-undang dasar bagi wilayah
Indonesia yang bernama Indische Staatsregeling. Pada masa itu pemerintah Hindia-Belanda
berusaha untuk melakukan unifikasi hukum di Indonesia. Berkat perjuangan Van
48
Vollenhoven, hukum adat juga dimasukkan dalam sistem Hukum Kolonial Belanda, sehingga
terdapat Indische Staatsregeling yang berada di pusatnya dan sistem Hukum Adat, sistem
Hukum Islam, serta sistem Hukum Barat berada di luarnya.
4. Arsitektur
Salah satu kebutuhan pokok manusia, selain sandang dan pangan, adalah "papan" untuk
tempat tinggal. Di masa prasejarah, manusia memanfaatkan gua, ceruk atau tempat
berlindung (shelter) lain sebagai tempat tinggal untuk melindungi diri dari perubahan cuaca
dan gangguan binatang buas. Perkembangan selanjutnya, manusia sudah mulai
49
memanfaatkan dan mengolah bahan-bahan yang disediakan alam seperti kayu, dedaunan,
tanah dan batu; maka jadilah sebuah rumah tinggal yang dibangun secara sederhana maupun
rumit.
Rumah tinggal yang dibangun disesuaikan dengan kondisi geografis dan iklim yang ada;
rumah tinggal yang dibangun di daerah pegunungan yang beriklim dingin tentu beda rancang
bangunnya dengan rumah di daerah pesisir pantai yang cenderung beriklim panas. Pada
akhirnya "seni" juga lah yang membedakan antara bangunan di suatu daerah dengan daerah
lain. Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa mengembangkan seni rancang bangun
(arsitektur) dengan ciri khasnya masing-masing, diturunkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Inilah yang kemudian disebut dengan istilah "rumah tradisional".
Latar keagamaan atau religi ikut berperan juga dalam perkembangan arsitektur; bangunan
profan (rumah tinggal) arsitekturnya beda dengan bangunan untuk ibadah (candi, pura,
mesjid, gereja, kelenteng) yang biasanya ditandai dengan simbol-simbol keagamaan.
Pengaruh-pengaruh asing turut memperkaya arsitektur tradisional Indonesia, sehingga
muncul langgam atau gaya. Contoh rumah tradisional Betawi bergaya Eropa, dan sebagainya.
50
candi dan artefak menunjukkan bahwa masyarakat pada waktu itu sudah mengetahui cara
mengolah makanan dengan cara direbus (dengan air), dipanggang (di atas api) dan digoreng
(dengan minyak). Mereka juga mengenal bagaimana meracik bumbu untuk menambah cita
rasa pada makanan dan membangkitkan selera makan. Untuk membuat makanan tahan lebih
lama, mereka mengawetkan makanan dan minuman dengan berbagai cara, dikeringkan atau
dijemur di bawah sinar mata-hari, dengan atau tanpa garam, diasapi, diasamkan, dan
difermentasikan. Cara yang terakhir khususnya diterapkan dalam pembuatan minuman.
Keragaman sumberdaya hayati juga dimanfaatkan untuk menyembuhkan dan mencegah
berbagai penyakit. Nenek moyang kita mewariskan berbagai cara pengobatan tradisional,
contohnya meracik jamu yang masih diproduksi hingga sekarang. Suku-suku bangsa di
Indonesia masing-masing memiliki pengetahuan berbagai pengobatan tradisional yang
memanfaatkan bahan-bahan alam. Dari sekitar 30.000 jenis tanaman baru sekitar 940 jenis
yang diketahui memiliki daya penyembuhan atau dipakai sebagai ramuan dalam pengobatan.
Produk obat-obatan ini selain digunakan sebagai obat telan juga obat luar untuk
menyembuhkan penyakit kulit, gigitan binatang dan luka-luka lain.
Di samping penyembuhan melalui pengobatan tradisional, banyak suku bangsa di
Indonesia mempraktekkan pengobatan dengan kekuatan gaib (supranatural), memohon
kesembuhan kepada roh-roh leluhur atau dewa, juga melalui kemukjizatan benda-benda
pusaka/bertuah. Secara umum, orang yang melakukan penyembuhan dengan kekuatan gaib
disebut 'dukun'; di Bali disebut dengan istilah balian, sedangkan orang-orang di Sumatra
menyebutnya datu.
Dukun adalah orang yang banyak pengetahuannya tentang penyembuhan penyakit, melalui
ramuan-ramuan tradisional dan kekuatan gaib, sebagaimana didokumentasikan dalam lontar
usada (Bali) dan pustaha laklak (Batak). Pustaha laklak contohnya, tidak hanya memberi
keterangan tentang penyembuhan melalui ramuan-ramuan tradisional, melainkan juga
mantra-mantra gaib. Ada keyakinan bahwa penyakit tidak hanya disebabkan oleh faktor fisik,
melainkan juga faktor non-fisik. Oleh karena itu, proses penyembuhan juga melibatkan
metode non-fisik. Orang Batak meyakini bahwa perbuatan-perbuatan salah terhadap orang
lain dapat mendatangkan penyakit bagi orang atau anggota keluarganya. Agar sembuh dari
penyakit, diperlukan permohonan maaf dari tetua adat yang telah meninggal.
6. Alat Perlindungan
Seperti halnya pangan dan papan (tempat tinggal), manusia juga membutuhkan sandang
(pakaian) untuk melindungi diri dari perubahan cuaca (panas dan dingin) dan serangan musuh
(baju zirah). Pada awalnya manusia prasejarah menggunakan kulit binatang hasil buruannya
untuk menutupi sebagian tubuhnya. Sejalan dengan perkembangan intelegensi manusia,
mereka mulai memanfaatkan dan mengolah bahan-bahan yang disediakan alam seperti kulit
kayu, serat-serat tanaman untuk dijadikan pakaian.Lebih jauh lagi, mereka mulai mengenal
kapas dan membudidayakan tanaman ini karena menghasilkan serat yang lebih halus, bahkan
51
juga sudah dapat membudidayakan ulat sutera untuk diambil benangnya yang teramat halus
dan ringan untuk dijadikan pakaian.
Perkembangan selanjutnya adalah bahwa pakaian tidak sekedar untuk melindungi diri dari
cuaca, tetapi sudah diberi pola-pola untuk memberikan nilai lebih, yaitu simbol status,
sehingga dapat dibedakan antara pakaian yang dikenakan para bangsawan dan rakyat biasa.
Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa juga memiliki teknologi pembuatan pakaian
dengan kekhasannya masing-masing, contohnya tenun ikat, songket dan batik.
Termasuk dalam kategori alat perlindungan diri adalah senjata dan perisai. Senjata yang
diciptakan manusia untuk melindungi diri dari serangan musuh dan binatang buas adalah
senjata tajam/tusuk seperti klewang, mandau, pedang, keris, tombak, panah, juga senjata api
seperti senapan, pistol dan meriam. Seperti halnya pakaian, senjata juga ada yang bermakna
status sosial dan ritual, contohnya keris yang pada upacara tertentu lebih banyak dipakai
kaum pria atau mempresentasikan pengantin pria (pada upacara perkawinan).
7. Alat Produksi
Teknologi tidak hanya menyangkut produk olahan seperti gerabah, pakaian, pisau, pacul,
mata uang, dan sebagainya, melainkan juga alat pembuat produk tersebut. Contohnya alat
pintal benang, alat tenun kain, alat untuk membatik, alat penumbuk padi, alat membuat
gerabah (tatap-landas dan meja putar/pottery wheel), alat pertukangan logam (pandai besi),
alat cetak uang, dan sebagainya. Alat-alat produksi semacam itu merupakan aset dalam
kegiatan ekonomi.
Tempat untuk membuat produk olahan disebut industri atau pabrik. Di dalam industri
logam yang dijalankan secara sederhana, contohnya bengkel pandai besi, terdapat komponen
seperti tungku peleburan (tanur atau prapen) wadah pelebur logam (kowi), tabung pompa
angin (ububan), cetakan untuk logam cair, tang jepit, landasan tempa (paron), palu, kikir, dan
bak air pendingin. Alat-alat produksi yang digunakan dalam industri logam yang besar tentu
saja berbeda dari yang disebutkan di atas, lebih kompleks dan moderen.
Alat-alat produksi biasanya dibuat secara terbatas karena bukanlah barang konsumtif yang
siap pakai. Sebagai instrumen yang menghasilkan sesuatu, tidak setiap orang dapat
menggunakannya, dan perlu keahlian. Orang yang menguasai alat-alat produksi disebut
produsen, biasanya dikerjakan sendiri atau dengan bantuan orang lain (pekerja/buruh).
Barang-barang olahan yang dihasilkan dengan peralatan ini kemudian dipasarkan kepada
konsumen sebagai barang siap pakai.
8. Alat Komunikasi
Komunikasi adalah suatu upaya bagaimana manusia berhubungan dengan sesamanya,
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi langsung biasanya dilakukan
secara tatap muka atau dengan bantuan peralatan seperti telepon. Pada telepon, suara manusia
52
diubah menjadi sinyal-sinyal listrik yang kemudian diubah menjadi suara lagi ke telinga
lawan bicara, begitu seterusnya secara timbal balik. Inilah cikal bakal alat komunikasi yang
moderen.
Sebelum itu manusia berkomunikasi secara tidak langsung dengan isyarat bunyi-bunyian.
Contohnya kentongan yang pada saat ini masih digunakan di pedesaan-pedesaan di Jawa dan
Bali untuk memberikan isyarat tanda bahaya atau musibah (ada orang sakit atau meninggal)
jika dipukul dengan frekuensi tertentu. Dengan cara yang sama, genta atau bel dibunyikan
untuk memanggil umat agama tertentu agar datang beribadah ke kuil atau gereja. Sama
halnya dengan bedug yang ditabuh untuk menandai waktu sholat dan memanggil umat Islam
agar datang ke mesjid.
Alat komunikasi lain yang disampaikan secara tidak langsung adalah surat menyurat. Di
sini orang menyampaikan pesan ke dalam bahasa tulisan, lewat kurir diberikan kepada orang
yang dituju. Prasasti mungkin dapat dikatakan sebagai bentuk awal surat menyurat, karena
isinya berupa maklumat yang perlu atau harus diketahui oleh orang bersangkutan atau
masyarakat. Sebab orang menulis "pesan" (prasasti) tidak hanya pada batu, melainkan juga
pada tembaga (tamra) dan lontar (ripta).
Alat komunikasi moderen, baik langsung maupun tidak langsung, saat ini sudah
memanfaatkan berbagai media, khususnya media elektronik. Komputer adalah salah satu
media yang paling umum digunakan saat ini. Komputer yang berkemampuan multimedia
dapat dimanfaatkan untuk komunikasi secara langsung seperti chatting, teleconference, atau
tidak langsung seperti menulis pesan singkat (short message service) dan surat elektronik (e-
mail).
9. Alat Transportasi
Manusia dapat dikatakan sebagai makhluk yang dinamis, artinya ia tidak hanya berdiam di
satu tempat melainkan juga bergerak ke tempat lain untuk melakukan aktivitas. Jika tempat
yang dituju relatif dekat dan mudah dijangkau, barangkali cukup berjalan kaki untuk
mencapai tempat dimaksud. Mulai timbul kendala ketika tempat yang dituju berjarak jauh
dan relatif sulit dijangkau. Untuk mengatasi hambatan tersebut manusia menciptakan sarana
atau memanfaat-kan sarana yang sudah ada, yaitu transportasi.
Transportasi adalah sarana untuk mengangkut manusia, binatang atau barang dari satu
tempat ke tempat lain. Sarana ini menjadi sangat penting untuk menjalankan roda
perekonomian karena pasokan barang dagangan kepada konsumen akan tetap berlangsung.
Ketiadaan atau kesulitan transportasi menyebabkan pasokan barang yang dibutuhkan
konsumen menjadi terganggu sehingga ketersediaan barang di pasar menjadi langka dan
harganya pun mahal.
Awalnya manusia memanfaatkan sarana transportasi yang sudah ada, yaitu hewan-hewan
tunggangan seperti kuda, keledai, unta, sapi atau gajah. Selanjutnya manusia
mengembangkan kendaraan yang ditarik hewan kuda atau sapi sebagai transportasi darat
53
untuk mengangkut dirinya dan barang-barang bawaan atau dagangan, maka terciptalah
pedati, delman, dokar dan sejenisnya.
Selain transportasi darat, manusia juga menciptakan perahu dan kapal sebagai transportasi
air (sungai dan laut). Dengan diciptakannya transportasi air inilah manusia Indonesia dikenal
sebagai pelaut-pelaut yang berani mengarungi lautan luas untuk menjangkau pulau-pulau
yang jauh dari tempat tinggalnya. Dari sini kemudian berkembang hubungan perdagangan
antar pulau dan antar negara.
Alat transportasi makin berkembang pesat setelah ditemukannya mesin yang digerakkan
uap air, bahan bakar minyak, dan listrik seperti kereta api, mobil, motor, kapal uap.
Memasuki abad ke-20, terciptalah pesawat terbang sebagai sarana transportasi udara,
sehingga perjalanan jauh dapat ditempuh dalam waktu yang singkat.
10. Ekonomi
Ekonomi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang menaruh perhatian pada
aspek produksi, distribusi, pertukaran dan konsumsi barang serta pelayanan jasa. Standar
ekonomi dapat dibagi menjadi dua bagian besar. Pertama, teori nilai atau mikro ekonomi
yang menjelaskan betapa saling pengaruh antara persediaan (supply) dan permintaan
(demand) dalam pasar yang kompetitif, menciptakan sejumlah besar nilai-nilai individu
seperti nilai upah, ketentuan laba, dan perubahan-perubahan harga. Kedua, makro ekonomi,
berkaitan dengan penjelasan-penjelasan tentang pendapatan nasional dan perburuhan,
melibatkan konsumen, pengusaha/penanam modal, dan pemerintah.
Termasuk dalam aspek-aspek ekonomi yaitu perdagangan dan perpajakan. Perdagangan,
secara sederhana diartikan sebagai interaksi timbal balik yang dilakukan oleh dua pihak atau
lebih untuk mendapatkan barang dan jasa melalui pertukaran, secara barter atau dengan alat
tukar (uang). Dalam sistem perdagangan ada beberapa aktivitas, antara lain [1] perolehan
bahan baku; [2] produksi: menghasilkan barang dagangan; [3] distribusi: menyangkut arus
perpindahan barang atau pemasaran; [4] konsumsi atau penggunaan barang.
Dengan adanya aktivitas perdagangan maka roda perekonomian Indonesia secara lokal,
regional dan global terus berjalan sejak masa prasejarah hingga sekarang. Selain dari sektor
perdagangan perekonomian suatu kerajaan atau negara juga ditopang oleh pajak. Dari sektor
perpajakan pemerintah memperoleh pajak barang dan jasa yang dipungut dari rakyat.
Pendapatan kerajaan/negara ini nantinya juga dikembalikan kepada rakyat dalam bentuk
pembangunan infrastruktur seperti membangun jalan, jembatan, dan lain-lain, atau digunakan
untuk membayar gaji para pegawai pemerintah/kerajaan. Pajak tidak identik dengan upeti
walau pun pada prakteknya sama yaitu "mengurangi/memungut sebagian penghasilan
rakyat". Upeti adalah semacam pungutan yang diberikan kepada individu (raja, bupati) bukan
kepada institusinya (kerajaan, negara).
54
Lantai 3: ORGANISASI SOSIAL DAN POLA PEMUKIMAN
Di dalam kehidupan masyarakat terdapat pengorganisasian untuk mengatur kehidupan
masyarakatnya dan pengorganisasian yang paling mudah dilihat adalah dari strata-strata yang
membedakan status seseorang dengan orang lainnya. Perbedaan itu dapat jelas terlihat
misalnya dalam cara berpakaian, perhiasan yang digunakan, pembagian pekerjaan antara laki-
laki dengan perempuan dan sebagainya.
Masa Prasejarah
Sejak masa prasejarah manusia telah hidup dalam kelompok, yang kemudian semakin
berkembang dan semakin rumit penataannya hingga membentuk masyarakat yang terdiri dari
sejumlah golongan dan bahkan strata. Diferensiasi sosial berdasarkan status bahkan telah
terlihat pada peninggalan masa prasejarah dari masa Perundagian yang berupa tata
penguburan yang menunjukkan adanya perbedaan di antara kerangka-kerangka dilihat dari
bekal kubur yang menyertainya. Tokoh-tokoh di dalam masyarakat misalnya, mempunyai
status sosial yang tinggi sehingga terdapat perbedaaan dalam penyertaan bekal kuburnya
mulai dari wadah kubur maupun benda-benda bekal kubur lainnya.
Masa Hindu-Budha
Dalam masa Hindu-Budha penataan masyarakat terdapat adanya penggolongan
masyarakat berdasarkan pekerjaan bahkan adanya jabatan-jabatan tertentu dalam sistem
ketatanegaraan yang tertulis dalam prasasti Telaga Batu yang berasal dari kerajaan Sriwijaya.
Dalam abad-abad selanjutnya di lingkungan kerajaan-kerajaan di Jawa, golongan-golongan
dalam masyarakat menjadi lebih kompleks lagi. Pada masa itu penyebutan masyarakatnya
lebih berdasarkan pada jenis pekerjaan yang dilakukan seseorang. Bahkan di dalam masa
Majapahit juga dikenal adanya kaum komunitas khusus yaitu kaum Rsi. Pada masa itu
muncul penggolongan-penggolongan di dalam masyarakat dengan lebih jelas dengan adanya
kerajaan dengan raja sebagai pemimpin dan rakyat sebagai komunitas yang kemudian
mengembangkan sistem negara. Sebagai contoh, koleksi dari prasasti Telaga Batu yang
berasal dari kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 yang berisi tentang adanya pejabat dan
penggolongan dalam kerajaan tersebut. Misalnya, selain adanya raja terdapat putra mahkota,
bupati, senapati, hakim dan sebagainya.
Masa Islam
Ketika agama Islam masuk ke Nusantara, sistem kerajaan bercorak agama Islam
demikian pula penataan masyarakatnyapun berbeda dari keadaan masa sebelumnya. Pada
masa ini perniagaan laut terjadi dengan pesat sehingga penataan masyarakat kerajaan terdapat
pula kelompok niagawan lokal maupun asing yang mempengaruhi perkembangan politik dan
ekonomi suatu kerajaan. Pada masa ini masih dikenal adanya kelompok bangsawan dan
rakyat jelata, padahal dalam Islam tidak membedakan status sosial seseorang. Masuknya
Islam di Indonesia membawa perubahan dalam berbagai aspek kebudayaan misalnya adanya
bangunan suci seperti masjid, cara berbusana tokoh-tokoh ulama dan sebagainya.
55
Masa Kolonial
Periode pemerintahan Kolonial Belanda masanya berbeda-beda antara satu daerah
dengan daerah lainnya di Indonesia. Dasar pembentukkan pelapisan masyarakatnya agaknya
lebih berdasar atau disesuaikan dengan kepentingan politik penjajahan Belanda. Dimana
masyarakatnya terbagi kedalam kelompok-kelompok dengan tatanan sebagai masyarakat
kelas satu yaitu orang Belanda dan bangsa Eropa lainnya, warga kelas dua adalah bangsa
Timur Asing seperti Cina, Arab, India, pribumi feodal, kaum priyayi, agamawan, rakyat biasa
dan golongan budak.
Orang Belanda hidup dalam kebudayaan yang berbeda dengan bangsa Indonesia mereka
hidup dalam bagian-bagian kota dan mempunyai tempat tinggal di dalam benteng dengan
perabot-perabotan khusus.
Pakaian
Pada mulanya pakaian hanya berfungsi sebagai penutup dan pelindung dari cuaca, namun
dalam perkembangan selanjutnya pakaian berfungsi sebagai simbol status atau sebagai
lambang keunggulan dan gengsi bagi pemakainya Hal ini dapat dilihat dari motif yang
terdapat pada kain, warna maupun bahan yang digunakan serta daerah wilayah pemakaian.
Sebagai contoh kain batik dapat dibagi menjadi batik pedalaman dan batik pesisiran, batik
pedalaman adalah kain yang biasanya dipakai oleh kaum bangsawan sedangkan batik
pesisiran adalah kain yang digunakan oleh masyarakat yang tinggal didaerah pantai
khususnya pantai utara Jawa.
Perhiasan
Seseorang berpakaian adat dalam suatu upacara tertentu tidak akan merasa lengkap
apabila tidak menggunakan perhiasan. Bagi suku-suku bangsa di Indonesia perhiasan dan
kain mempunyai banyak arti dan fungsi dalam kehidupan sosial maupun keagamaan.
Perhiasan dan kain umumnya merupakan harta pusaka atau warisan dari nenek moyangnya
yang kemudian diturunkan secara turun temurun dan hanya dipakai pada acara atau upacara
adat yang amat khusus.
56
Peralatan Kenikmatan
Hampir seluruh wilayah Indonesia mempunyai tradisi makan sirih yang merupakan
kesenangan pribadi. Makan sirih terutama atau biasanya juga di lakukan pada waktu upacara,
misalnya perkawinan atau saat menyambut tamu. Namun menyirih atau juga merokok bagi
sebagain orang yang melakukannya merupakan suatu kesenangan yang amat pribadi sifatnya.
Menyirih juga merupakan suatu lambang atau simbol dari keramahan dan kebersamaan.
Simbol Kekuasaan
Kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa ditampilkan melalui bermacam-macam simbol.
Pada umumnya berupa benda-benda yang dianggap dapat menambah kewibawaan seorang
penguasa sehingga rakyat atau golongan yang mendukung penguasa tersebut menjadi
semakin percaya bahwa sang penguasa mempunyai kelebihan melalui benda-benda yang
dipakai atau dimiliki.
Pola Pemukiman
Pola pemukiman di Indonesia biasanya terdiri dari desa-desa yang terletak berderet-deret
yang dipimpin oleh seorang kepala desa. Desa terdiri dari dua bagian utama yaitu daerah
kediaman utama atau pusat desa dan daerah hutan, ladang pertanian. Di daerah kediaman
utama biasanya ada tempat kegiatan agama, pemerintahan desa sehingga didalamnya terdapat
balai adat, pasar dan kantor kepala desa. Pada umumnya rumah-rumah tradisional di
Indonesia dibuat dari kayu dan bambu dan merupakan rumah panggung. Rumah panggung
dimungkinkan sebagai sarana keamanan dari gangguan binatang maupun banjir dan biasanya
dibawah rumah panggung juga berfungsi sebagai tempat untuk kandang ternak seperti ayam.
Masyarakat Nelayan
Disamping adanya masyarakat yang digolongan berdasarkan pada status sosial melalui
stratifikasi sosial, terdapat juga masyarakat yang dapat dikelompokkan berdasarkan
pekerjaannya seperti masyarakat nelayan. Masyarakat yang tinggal di daerah pantai hampir
semuanya memanfaatkan laut sebagai penangkap ikan serta hasil laut lainnya sebagai mata
pencaharian pokoknya. Penangkapan ikan oleh nelayan di pantai biasanya dilakukan oleh
kelompok-kelompok atau rumah tangga sendiri, alat-alat yang penting adalah kail, jala, jerat,
bubu, perahu dan sebagainya.
57
Lantai 4: Khazanah Emas dan Keramik
a. Ruang Khazanah Emas
Khasanah Emas Arkeologi
Kecintaan akan emas adalah salah satu sifat manusia yang paling tua karena emas atau
Aurum (Au) adalah logam kuning yang tahan terhadap korosi dan sebagian besar bahan
kimia tidak dapat mempengaruhinya. Benda-benda dari bahan logam mulia tersebut memiliki
nilai yang sangat tinggi karena memiliki kekhususan bahan, bentuk maupun fungsi. Di
Museum Nasional benda-benda tersebut dikelompokkan ke dalam kelompok khasanah.
Benda-benda khasanah tersebut selain berbahan logam mulia juga dilengkapi dengan batuan
mulia.
Dalam Sejarah Kebudayaan Indonesia, disebutkan tentang Suwarnadwipa atau
Suwarnabhumi (pulau emas) yang kemungkinan mengacu kepada pulau Sumatera dan Jawa
mengingat bahwa pada masa Hindu-Buddha di nusantara, emas banyak ditemukan di kedua
pulau tersebut. Selain itu emas juga dibawa oleh para pedagang dari Arab, Cina dan
Semenanjung Malaka. Sampai saat ini seni pandai emas dan perak masih berpusat di pulau-
pulau yang berada dalam jalur perdagangan internasional seperti pulau Sumatera, Jawa, Bali,
Sulawesi dan Kalimantan.
Koleksi khasanah emas Arkeologi mencakup benda-benda emas yang berasal dari masa
Hindu-Budha, abad ke-8 M hingga abad ke-15 M. Koleksi-koleksi tersebut merupakan hasil
penemuan atau penggalian para ahli Arkeologi sejak jaman Hindia-Belanda hingga penemuan
di masa sekarang. Umumnya benda-benda tersebut digunakan sebagai perhiasan dan
peralatan upacara.
Salah satu benda-benda yang tergolong dalam khasanah masa Hindu-Buddha dan dianggap
penemuan yang spektakuler pada masa ini adalah benda-benda penemuan dari desa
Wonoboyo, Klaten, Jawa Tengah dan penemuan dari desa Muteran, Mojokerto, Jawa Timur.
Benda-benda ini ditemukan dalam kurun waktu yang berbeda namun memiliki kesamaan
bentuk dan keindahan.
1. Khasanah Wonoboyo
Benda-benda khasanah Wonoboyo ditemukan secara tidak sengaja oleh Cipto Suwarno
beserta keenam tetangganya yang bernama Witalakon, Hadisihono, Widodo, Suhadi, Surip
dan Sumarno, pada tanggal 17 Oktober 1990 di lahan milik Cipto Suwarno sendiri, yang
bermaksud menggali tanah tersebut untuk djual sebagai tanah urugan. Benda-benda ini
tersimpan di dalam empat buah guci Cina dari masa Dinasti Tang (618-907 M) yang
berwarna olive-green dan sebuah boks bundar besar dari perunggu yang tertimbun
dikedalaman + 2,75 m.
Tidak kurang dari 35 kilogram emas termasuk 6396 keping emas “piloncito” dan 600
keping mata uang perak yang ditemukan di situs Wonoboyo ini. Benda-benda berupa emas
dan perak ini kemudian disimpan di Museum Nasional sedangkan wadah-wadah penyimpan
berupa guci dan boks perunggu disimpan di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP 3)
58
Yogyakarta. Nama Khasanah Wonoboyo diambil dari nama desa Wonoboyo sebagai tempat
penemuannya yang terletak di kecamatan Jogonalan kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Benda-
benda penemuan Wonoboyo ini dapat dikelompokkan menjadi:
▪ Kelompok Perhiasan: Sebagaimana diketahui perhiasan memiliki arti benda-benda yang
dipakai oleh seseorang pada tubuhnya dalam upaya memperindah diri. Selain itu
perhiasan identik dengan sifat mewah (luxury) khususnya yang berbahan emas dengan
dilengkapi batuan mulia. Dalam kehidupan masyarakat Hindu-Buddha, perhiasan emas
merupakan barang mewah dan mahal, oleh karena itu hanya kalangan bangsawan dan
keluarga kerajaan saja yang menggunakan benda-benda ini sebagai perhiasan sehari-hari.
Dapat dikatakan penggunaan emas masa itu, juga mencerminkan perbedaan status sosial.
Perhiasan yang dikenal pada masa itu adalah kalung, cincin, hiasan telinga, hiasan kepala,
hiasan dada, hiasan pinggang dan berbagai perhiasan lainnya.
▪ Kelompok Peralatan Upacara: Peralatan upacara adalah berbagai bentuk benda sebagai
kelengkapan upacara yang digunakan dalam upacara tertentu. Upacara yang dimaksud
pada masa Hindu-Buddha adalah upacara keagamaan dan upacara lainnya seperti upacara
sima, yaitu upacara penetapan desa perdikan (desa dimana pajaknya masuk ke kas desa
bukan ke kas kerajaan) yang dilakukan oleh seorang raja. Pada saat upacara ini, seorang
raja akan memberi hadiah kepada orang-orang yang dianggap berjasa, berupa mata uang
emas, perak dan sebagainya. Benda-benda upacara yang dipamerkan di pada ruang ini
meliputi wadah-wadah berupa piring, mangkuk, gayung, payung dan sebagainya.
▪ Bagian keris dan benda-benda yang belum diketahui fungsinya: Benda-benda
penemuan dari Wonoboyo selain digunakan sebagai perhiasan atau peralatan upacara,
ada juga yang merupakan bagian dari senjata seperti keris. Namun ada beberapa benda
penemuan yang belum diketahui secara pasti penggunaannya seperti lempengan emas
berukuran panjang dan untiran emas yang menyerupai spiral. Keris dan senjata lainnya
telah ada sejak jaman Hindu dan Buddha di Indonesia, seperti keris yang telah ada atau
dibuat pada jaman Singosari. Ditinjau dari cara penggunaannya, ada persamaan antara
cara pakai senjata pada jaman Jawa Kuna dengan cara pemakaian senjata ini pada jaman
sekarang, khususnya di daerah Jawa.
2. Khasanah Muteran
Di tahun 1881 tepatnya pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, di sebuah desa bernama
Muteran (saat ini secara administratif masuk kecamatan Trowulan, kabupaten Mojokerto,
Jawa Timur), ditemukan benda-benda purbakala berupa benda-benda emas dan perak secara
tidak sengaja oleh beberapa petani yang sedang menggarap tegalan. Benda-benda tersebut
tersimpan dalam sebuah wadah perunggu besar dan tertimbun di kedalaman 1,5 m. Benda-
benda tersebut kemudian disimpan di Museum Nasional dan dikenal sebagai khasanah
Muteran.
59
Khasanah Muteran diperkirakan berasal dari kisaran abad ke-9 Masehi atau abad ke-10
Masehi hingga abad ke-14 Masehi. Hal ini didasarkan pada beberapa analisis, seperti : (1)
Jenis aksara yang terdapat pada pinggan perak. Menurut Louis Charles Damais, penanggalan
pinggan perak ini diperkirakan berasal dari tahun 775-825 Masehi ; (2) Letak desa Muteran
yang terletak di sekitar Turen dekat desa Tambelang. Kata Tambelang ada kemiripan dengan
Tamwlang, ibukota kerajaan Sindok (prasasti Turyyan 929 Masehi); (3) Adanya dua candi
Buddhis, Brahu dan Gentong di sekitar Muteran. Ditinjau dari gayanya, candi Brahu berasal
dari masa antara tahun 1410 - 1446 Masehi, diperkirakan candi Gentong dibangun pada masa
yang sama dengan candi Brahu.
Berdasarkan tinjauan fungsi, benda-benda Khasanah Muteran dikelompokkan sebagai
berikut:
▪ Benda-benda Perhiasan: Benda-benda perhiasan khasanah Muteran meliputi benda-
benda berupa kelat bahu, tusuk konde, bagian dari mahkota, kalung dan hiasan pinggang.
▪ Benda-benda upacara
Benda-benda upacara yang termasuk dalam kelompok khasanah Muteran meliputi benda-
benda berupa pinggan perak beraksara, cermin, gelang kaki wadah, cerat wadah air dan
arca-arca dewa Buddha. Salah satu perbedaan antara penemuan Wonoboyo dan Muteran
adalah ditemukannya beberapa arca dewa Buddha di Muteran yang tidak ditemukan pada
penemuan benda-benda khasanah Wonoboyo.
60
1. Fungsi yang meliputi: (1) Benda-benda regalia atau pusaka kerajaan; (2) Hewan
sebagai wadah dan simbol kerajaan; (3) Peralatan menyirih atau menginang; (4)
Perhiasan; (5) Peralatan upacara dalam agama Hindu; serta (6)Seni pertunjukan.
2. Sejarah pengumpulan koleksi terdiri dari: (1) Hadiah raja; dan (2) Koleksi dari ekspedisi
militer.
61
Untuk keperluan menyirih, selain daun sirih (Piper betle) dan pinang (Areca catechu)
ditambah dengan ramuan lainnya, seperti kapur sirih (Calcium exyde) dan gambir
(Unracia gambir).
▪ Perhiasan
Perhiasan adalah istilah untuk menyebut hiasan seperti cincin, liontin, dan batu permata
yang dikaitkan dengan suatu gagasan tentang keindahan, kebesaran, dan keagungan serta
dimaksudkan untuk dipamerkan ke publik. Pada masyarakat Indonesia, perhiasan
memiliki peranan penting dalam kegiatan sosial maupun upacara-upacara.
Setiap daerah di Indonesia memiliki perhiasan yang berlainan. Masing-masing daerah
juga memiliki teknik pembuatan perhiasan yang bervariasi. Suatu perhiasan dapat
diketahui asalnya dengan melihat hasil tuangan, teknik dan hiasan-hiasan yang
diterapkannya.
Pada masa lampau, raja-raja atau sultan-sultan yang memiliki begitu besar kekuasaan
dapat memperkerjakan pandai-pandai logam mulia. Perhiasan-perhiasan yang berasal dari
masa jayanya para pandai logam mulia sekarang sebagian besar menjadi koleksi museum.
▪ Benda-benda yang digunakan dalam upacara agama Hindu Dharma
Agama Hindu Dharma adalah salah satu dari lima agama yang diakui di Indonesia.
Agama ini tidak hanya dianut oleh hampir seluruh penduduk Pulau Bali, tetapi juga oleh
orang Bali yang tinggal di Lombok dan di wilayah-wilayah lain di Indonesia.
Benda-benda upacara yang dimiliki oleh istana-istana di Bali dan Lombok terbuat dari
bahan-bahan yang berharga, seperti emas dan perak dan kadang-kadang dihias dengan
batu permata.
Benda-benda upacara dalam agama Hindu yang dipamerkan meliputi: (a) benda-benda
yang digunakan oleh pendeta untuk upacara; (b) benda-benda yang digunakan untuk
upacara pemujaan kepada dewa-dewa; dan (c) benda-benda yang digunakan untuk
upacara daur hidup.
▪ Seni Pertunjukan
Pada masa lalu istana tidak hanya berfungsi sebagai pusat pemerintahan, tetapi juga
sebagai pusat kebudayaan. Seni di lingkungan istana dapat tumbuh dan berkembang
karena mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari raja. Kesenian seperti seni musik,
seni pertunjukan wayang, topeng, tarian serta teater berkembang dengan sangat baik di
dalam lingkungan istana.
62
Pada masa kolonial, penguasa-penguasa Indonesia memberikan hadiah pada gubernur
jenderal. Jika tidak mau menyimpan hadiah-hadiah tersebut, mereka memberikannya ke
Museum Bataviaasch Genootschap (sekarang Museum Nasional).
Hadiah-hadiah itu biasanya dibuat dari bahan-bahan yang berharga dan dihias dengan
keahlian yang sangat tinggi. Hadiah-hadiah tersebut diberikan pada berbagai peristiwa
penting.
Pemerintah Belanda juga memberikan hadiah, kadang-kadang sebagai penghargaan atas
dukungan dari penguasa-penguasa Indonesia.
▪ Ekspedisi Militer
Ekspedisi militer Belanda ke berbagai wilayah di Indonesia untuk menaklukkan suatu
daerah sekaligus merupakan kegiatan pengumpulan koleksi. Setelah menaklukkan suatu
wilayah atau kerajaan, maka benda-benda pusaka (regalia) dan benda-benda istana
lainnya diambil dan sebagian diserahkan oleh pemerintah kolonial Belanda ke Museum
Bataviaasch Genootschaap di Batavia dan museum-museum di Belanda.
Perang Banjar (Kalimantan Selatan), Perang Aceh (Sumatera), peristiwa peperangan
Lombok, aksi-aksi militer di Bone dan Gowa (Sulawesi Selatan), peristiwa perang
‘puputan’ di Bali merupakan contoh-contoh ekspedisi militer yang sekaligus kegiatan
pengumpulan koleksi.
b. Khazanah Keramik
Pengunjung yang datang di Museum Nasional, akan melihat koleksi keramik kuno yang
dipajang dalam jumlah banyak. Sesekali pernah timbul pertanyaan yang sederhana dari
pengunjung, mengapa keramik yang bukan buatan Indonesia ternyata dikumpulkan,
dilindungi, dan dipelajari ? Mereka tidak menyadari bahwa keramik-keramik itu erat
hubungannya dengan berbagai kegiatan di masa lampau yang merupakan peristiwa sejarah
kuno, bahwa kedatangan keramik sudah ada dari sekitar abad ke-2-3 sampai awal abad ke-20.
Kita ketahui semua bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah
perairan yang cukup luas. Letak kepulauan Indonesia yang disebut juga Nusantara sangat
strategis yakni berada di persimpangan jalan laut melalui Selat Malaka yang menghubungkan
daerah perdagangan antara wilayah timur seperti Cina dan Asia Tenggara ke wilayah barat
seperti India dan Eropa. Berdasarkan hasil penelitian bahwa perkembangan teknologi
kebaharian dan perkapalan sejalan dengan perkembangan perdagangan lintas samudera.
Sekitar abad ke-2-3 masehi diduga telah ada jaringan pelayaran dan perdagangan antara
Nusantara dan India, bukti - bukti berupa tembikar buatan Arikamedu, di India Selatan yang
ditemukan di situs Buni, Jawa Barat (lihat gambar).
Nusantara dengan tanahnya yang subur, sehingga tumbuh bermacam tanaman dan hidup
bermacam hewan, juga kaya akan hasil tambang. Sejak sekitar awal masehi, karena berbagai
hasil bumi menjadi barang dagangan utama, misal cengkeh, pala, kapur barus, dan kayu
63
cendana, menyebabkan wilayah Indonesia mempunyai peran yang sangat penting di bidang
perdagangan. Kapal-kapal asing datang dengan tujuan utama mencari barang dagangan
rempah-rempah seperti cengkeh dan pala yang tumbuh subur dan tidak dihasilkan di tempat
lain maka bernilai sangat tinggi sehingga hanya mampu dimiliki oleh orang berada.
Manfaatnya banyak dibutuhkan untuk keperluan sehari-hari sebagai campuran bumbu
mengolah dan mengawetkan makanan serta pengobatan (D.G.E. Hall, 1988; RZ. Leirissa,
1999). Pedagang asing yang datang antara lain India, Cina, Campa, Kamboja, Myanmar,
Arab, Persia, sampai kedatangan bangsa Eropa, yakni Portugis, pada tahun 1511, di Selat
Malaka dan Belanda, pada tahun 1596, di Banten. Pelayaran dan perdagangan di Asia
Tenggara, termasuk Nusantara menjadi ramai dan bersifat internasional, ditambah lagi karena
adanya jalur persimpangan Selat Malaka yang menghubungkan antara dua jalur pusat
perdagangan kuno India dan Cina
Bangsa Cina datang membawa komoditi unggulan mereka yakni keramik yang banyak
disukai, karena bentuk, warna, dan kwalitasnya dari yang baik sampai yang terbaik. Selain
keramik, ekspor utama dari Cina yang sangat terkenal adalah sutera dan teh. Kemudian
pembuatan keramik diikuti pula oleh Thailand (abad ke-14-16), Vietnam (abad ke-14-17),
dan Jepang (abad ke-17-19), dengan alasan karena banyak mendapatkan keuntungan.
Keramiknya dibuat terutama dari bahan dasar porselin dan batuan (stoneware) dimana
akhirnya banyak dikenal dan hampir seluruh lapisan masyarakat dapat memiliki karena ada
yang murah berarti berkwalitas kasar sampai yang mahal berarti yang berkwalitas terbaik.
Keramik-keramik yang datang diperdagangkan dengan cara barter (pertukaran benda
dengan benda) atau cara pembelian dengan uang. Pada masa-masa awal yang terjadi adalah
cara barter, misal antara keramik dengan rempah-rempah. Di Indonesia banyak ditemukan
keramik, hampir di seluruh wilayah dan yang terbanyak adalah yang berasal dari Cina (masa
dinasti Han, 206 SM - 220 M sampai masa dinasti Qing, 1644 - 1912). Tempat temuannya
antara lain di daerah pantai sampai di pedalaman, baik di bekas pusat kerajaan, daerah
percandian, pemakaman, pemukiman penduduk, mesjid, sampai ke daerah terpencil di
pegunungan, bahkan terdapat juga keramik temuan di dasar laut. Temuan terbanyak adalah
keramik berkwalitas kasar yang diproduksi massal dan biasanya dipakai untuk peralatan
rumah tangga, antara lain piring, mangkuk, cepuk, buli-buli, guci, tempayan, sendok, kendi
dan ceret.
Berdasarkan tempat pembuatannya, maka kadang disebut juga keramik asing karena
dibuat oleh bangsa lain atau bangsa asing. Koleksi keramik asing di Museum Nasional
dirintis oleh E. W. van Orsoy de Flines sejak tahun 1928 -1959, merupakan milik pribadi
yang kemudian dihibahkan kepada pemerintah Indonesia. Beliau mengumpulkan dari
seluruh Indonesia dengan cara pembelian dan menerima hibah. Kondisi keramik masih cukup
baik yang dibeli langsung dari pemiliknya karena mereka menyimpan dan merawat keramik
sebagai benda pusaka turun-temurun. Didalam pengumpulan rupanya de Flines sudah
memandang penting keramik temuan dasar laut yang ditempeli tanaman laut (lihat gambar).
Keramik sebagai salah satu data sejarah, dapat mengungkapkan berbagai kegiatan di masa
lampau dari berbagai aspek, terutama aspek sosial-budaya, seperti fungsinya untuk apa, siapa
64
pemakainya, atau tradisi penggunaan dan aspek ekonomi, seperti jalur pelayaran atau sistem
perdagangan.
Sebagai contoh koleksi keramik yang berada di lantai 4, Gedung Baru ini adalah berasal
dari India, Cina, Thailand, Vietnam, dan Jepang. Sebagian adalah koleksi yang dikumpulkan
oleh de Flines dan sebagian merupakan hasil kerjasama Direktorat Bawah Air (Direktorat
Jenderal Kebudayaan) dan Museum Nasional dari eksplorasi di dasar laut tahun 1999. Yakni
eksplorasi kapal Tek-Sing yang tenggelam tahun 1822 di perairan selat Gelasa, pulau
Bangka, Sumatra, karena cuaca buruk kemudian kapal menabrak batu karang. Selat Gelasa
di masa lalu adalah salah satu jalur kapal yang paling sering dilayari selain selat Malaka dan
selat Bangka. Temuan dasar laut itu, antara lain dapat mengungkapkan tentang pengetahuan
kebaharian termasuk teknologi perkapalan; berbagai macam komoditi dagang yang dibawa
dan seberapa besar kapal yang dipakai; jumlah keramik yang banyak dapat menunjukkan
kebutuhan yang tinggi dari masyarakat; atau kwalitas dan bentuk keramik juga dapat
menunjukkan keadaan dan penggunaannya. Bahwa masyarakat perlu mengetahui bahwa
keramik asing ini, baik yang ditemukan di daratan atau temuan di dalam laut perairan kita,
termasuk data sejarah atau Benda Cagar Budaya yang perlu dilindungi dan dimanfaatkan,
karena dapat mengungkapkan berbagai aspek kehidupan masyarakat di masa lalu.
65
Contoh Koleksi Museum Nasional
1. Koleksi Prasejarah
Kjokkenmoddinger
(Sampah dapur)
Fosil rangka manusia
Moko praaksara Situs
Gilimanuk (replika)
Kapak persegi
Dinding kubur batu
Diorama kehidupan
manusia purba
Candrasa
Gelang
Nekara
Kapak corong/kapak sepatu
2. Koleksi Arkeologi
Arca Prajnaparamitha
Prasasti Kelurak
Prasasti Tugu
Arca Jambhala
Prasasti Gajah Mada
Prasasti Ciaruteun
(replica)
Arca Nandi
Mangkuk Ramayana
Prasasti Amogapasha
Prasasti Telaga Batu
Miniatur barong
Keket atau Barong Ket Patung nenek moyang
dari Bali dari Maluku
Miniatur rumah gadang
dari Sumatera Barat Paidon/tempolong
Kenyalang dari
Wadah pesihungan dari Kalimantan
Cap batik
Lampung
Patung korwar dari
Papua
Kompas kapal
Dandel
Padrau
Wadah (brankas)
Contoh Koleksi Museum Nasional
Lantai 1
No Koleksi Museum Nasional Foto
1 Fosil Gading Stegodon, fosil ini ditemukan pada lapisan kabuh. Dalam evolusinya, gajah
harus memanjangkan taring atasnya menjadi gading untuk mempertahankan diri dari
serangan hewan-hewan pemangsa. Bibir atas juga ikut memanjang menjadi belalai agar
gajah dapat merumput ditanah.
2 Toxaster merupakan jenis fauna yang hidup pada Zaman Kapur, sekitar 145 sampai 65 juta
tahun yang lalu. Ciri-ciri utama fosilnya seperti batu kapur namun sangat keras dan memiliki
titik-titik kecil. Di bagian atasnya terdapat guratan seperti bintang, sementara bagian
bawahnya terdapat lubang menyerupai mulut.
3 Cetakan Fosil Amonit, termasuk dalam spesies Hungarites yatesi (Anis), merupakan fauna
yang terbentuk dari material yang masuk dan mengendap dalam cangkang moluska. Ciri
utama fosil fauna Zaman Trias ini memiliki garis sulur serta sisa-sisa cangkang.
4 Fosil Gajah, Kuda Nil dan Badak, Fosil gigi gajah (Elephas namadicus), rahang atas gajah
(Stegodon sp.), rahang bawah kuda nil (Hippopotamus), dan rahang bawah badak
(Rhinoceros sp.) ini ditemukan pada lapisan Kabuh. Habitat jenis-jenis vertebrata tersebut
menggambarkan keadaan alam Sangiran yang saat itu masih berupa hutan-hutan lebat dan
terbuka dengan sungai-sungainya.
5 Tengkorak Perning / Si Anak yang Tertua, Tengkorak anak berusia anak 5-7 tahun ini,
diperkirakan merupakan fosil manusia purba tertua di Indonesia. Dikenal juga dengan nama
Homo mojokertensis, tengkorak ini ditemukan oleh Tjokrohandodjo dalam endapan lumpur
bercampur lapisan marin berkala Plestosen Awal.
6 Sangiran 8 / Rahang Bawah Homo Erectus Arkaik, Fragmen rahang bawah (mandibula)
sangiran delapan ini dikenal juga dengan nama meganthropus B, tetapi sebagian ahli
meragukan statusnya sebagai meganthropus. Belakang dimasukan ke dalam kelompok Homo
erectus arkaik. Ditemukan oleh Teuku Jacob dan S. Sartono pada lapisan Grenzbank.
9 Cetakan Otak Homo Erectus Progresif ini dibuat berdasarkan fosil tengkorak Homo
soloensis IV dengan volume sebesar 1.100 cc . Homo soloensis merupakan jenis manusia
purba paling maju (progresif) dalam tingkatan evolusi Homo erectus. Kelompok
pendahulunya, Homo erectus arkaik dan tipik, hanya mempunyai ukuran volume otak antara
900-1000 cc .
10 Homo Soloensis IX / Pembuat Alat Tulang Pertama
Salah satu dari sebelas fosil manusia purba Ngandong yang dikenal juga dengan nama Homo
Soloensis. Termasuk dalam kelompok Homo Erectus progresif yang pertama kali membuat
alat dari tulang dan diperkirakan hidup pada akhir Kala Plestosen Tengah. Volume otaknya
sudah mencapai sekitar 1.100 cc.
11 Fosil Manusia Purba Ngandong salah satu dari sebelas fosil manusia purba Ngandong yang
ditemukan oleh W.F.F Oppenoorth dan C Ter Haar antara tahun 1931-1933. Manusia
Ngandong dikenal juga dengan nama Homo Soloensis, termasuk dalam kelompok Homo
Erectus progresif yang pertama kali membuat alat dari tulang. Mereka hidup pada akhir kala
Plestosen Tengah, sekitar 200.000 tahun yang lalu. ukuran volume otaknya sekitar 1.100 cc.
12 Tengkorak Homo wajakenesis I adalah temuan manusia purba pertama yang dilaporkan dari
Indonesia. Ditemukan oleh B.D. van Rietschoten pada tahun 1889. Termasuk dalam jenis
Homo sapiens. Manusia Wajakenesis inilah yang menjadi alasan Eugine Dubois untuk
memindahkan pencarian missing linknya ke Pulau Jawa.
13 Tulang Paha dan Tengkorak (Manusia Jawa yang Menggemparkan) Pithecanthropus erectus
atau Manusia Jawa ini adalah temuan fosil manusia purba yang paling menggemparkan
dalam sejarah dunia palaeoantropologi. Temuan fosil tulang paha (femur) menunjukan
bahwa pemiliknya sudah dapat berjalan tegak. Dubois sempat menganggapnya sebagai
missing link (mata rantai yang hilang) dalam teori evolusi manusia. Fosil tengkorak ini
tergolong dalam kelompok Homo erectus Tipik, dan sekarang lazimnya Pithecanthropus
disebut sebagai Homo erectus.
14 Fosil Manusia Purba Homo Floresiensis ini adalah salah satu dari tujuh rangka Manusia
Flores yang menghebohkan dunia ilmu pengetahuan. Rangka manusia ini ditenggarai
merupakan "penghubung"antara Homo Erectus termuda yang berusia antara 200.000
sampai 100.000 tahun, dengan Homo Sapiens tertua yang berusia antara 20.000 sampai
13.000 tahun. Tempat penemuannya di Gua Liang Bua, Flores pada tahun 2003 dengan
perkiraan usia 30.000-18.000 tahun.
15 Kehidupan Gua. Gua bagi manusia prasejarah saat itu berfungsi untuk melindungi diri dari
cuaca dan serangan hewan buas. Gua juga dijadikan sebagai lokasi penguburan. Ada dua
jenis penguburan yaitu primer dan sekunder. Penguburan primer merupakan cara
penguburan secara langsung (tanpa ada proses pemindahan), sedangkan penguburan
sekunder merupakan cara penguburan yang dilakukan sebanyak dua kali, apabila jasad telah
menjadi berubah menjadi tulang maka dipindahkan ke dalam wadah. Contoh kuburan
primer adalah Gua Song Keplek di Pacitan, Jawa Timur. Ditemukan rangka manusia berjenis
kelamin wanita berusia 18 - 60 tahun ini, berasal dari ras Australomelanesid. Ini adalah
temuan rangka individu ke 4 dari penggalian situs Song Keplek. Diperkirakan hidup pada
masa budaya mesolitik. Rangka ditemukan terkubur di kedalaman 100 - 112 cm dalam posisi
terlipat beserta alat-alat serpih bilah.
16 Situs Gilimanuk. Kuburan primer manusia prasejarah juga ditemukan di Situs Gilimauk,
Jembrana, Bali, Tahun 1985. Rangka manusia tersebut diperkirakan berasal dari tahun 2.200
sampai 1.800 tahun yang lalu. Merupakan penguburan primer (primary burial). Di sisi rangka
terdapat senjata tajam dari logam berbentuk parang (atau mata tombak?) mungkin alat kerja
sehari-hari atau benda kesayangan si rangka saat masih hidup.
Lantai 2
No Koleksi Museum Nasional Foto
1 Prasasti Yūpa (Muarakaman) I, Prasasti berbentuk tugu (yūpa), ditulis dalam aksara Pallawa
dan bahasa Sanskerta. Isinya menyebutkan silsilah Raja Mūlavarman, dimulai dari Kunduŋga
yang berputra Asvavarman, yang mempunyai putra 3 orang. Yang terkemuka di antara ketiga
anaknya itu adalah Mūlavarman, raja yang berperadaban baik, kuat dan berkuasa.
2 Prasasti Kota Kapur Beraksara Pallawa akhir, bahasa Malayu Kuna. Isinya berupa kutukan bagi
mereka yang apabila berbuat jahat dan tidak setia terhadap raja akan mendapat celaka, dan
usaha Sriwijaya untuk menaklukan Bhumi Jawa yang tidak tunduk kepada Sriwijaya.
3 Prasasti Śiwagrha Prasasti berbahasa dan beraksara Jawa Kuna ini dinamakan prasasti
Śiwagrha karena isinya mengenai peresmian sebuah bangunan suci untuk dewa Śiwa
(Śiwagrha) beserta arca induknya. Menurut para ahli, bangunan suci dan arca yang
dimaksudkan dalam prasasti kemungkinan adalah Candi Śiwa di kompleks Candi Prambanan.
4 Prasasti Ciaruteun (Replika), berasal dari masa pemerintahan Raja Purnawarmman dari
kerajaan Tarumanagara, ditulis dalam aksara Pallawa bahasa Sanskerta. Berisi tentang puji-
pujian kepada Raja Purnawarman yang tapak kakinya disamakan dengan tapak kaki Dewa
Wisnu. Juga ditemukan pahatan tapak kaki, laba-laba, tulisan 'ikal' yang belum dapat dibaca.
5 Prasasti Porlak Dolok, Prasasti ini ditulis dalam dua aksara dan bahasa, yaitu aksara Sumatera
Kuna dan Tamil, bahasa Melayu Kuna (lokal) dan Tamil. Menyebutkan seorang pejabat yaitu
Senapati Rakan Dipangkara yang melaksanakan perbuatan amal mendirikan mahligai
(bangunan suci?) untuk Paduka Sri Maharaja.
6 Prasasti Sapu Angin, Berbahasa Jawa Kuna dan aksara Kadiri kuadrat. Menyebutkan tentang
pendirian sebuah pertapaan sebagai hadiah dari raja Kertajaya.
7 Prasasti Janggala, Berbahasa dan aksara Jawa Kuna. Prasasti pendek yang isinya berupa titi
mangsa: "Sakakala kala 1307".
8 Prasasti Gajah Mada, Beraksara dan berbahasa Jawa Kuna. Prasasti ini dikeluarkan oleh Sang
Mahamantrimukya Rakryan Mapatih Mpu Mada pada bulan Waiśakha tahun 1273 Śaka (= 27
April 1351 Masehi) dalam rangka pendirian sebuah bangunan çaitya untuk memperingati
gugurnya Pāduka Bhaṭāra Sang Lumafi ri Siwa Buddha (Raja Kertanagara) bersama para
pendeta dan pejabat tinggi kerajaan pada bulan Jyesta tahun 1213 Ś
9 Prasasti Mula Malurung, Aksara dan bahasa Jawa Kuna. Isinya menyebutkan Sang Nararya
Smining Rat, nama lain raja Wisnuwarddhana. Memberi anugrah kepada Sang Pranaraja
berupa status perdikan desa Mula dan Malurung karena ia menunjukkan kesetiaan yang tidak
terhingga kepada raja.
10 Prasasti Munggu Antan, Berisi tentang Sang pamgat Munggu bersama adiknya Sang Hadyan
Palutungan meresmikan desa Munggu Antan menjadi perdikan bagi sebuah biara. Sang
Hadyan Palutungan adalah istri dari seseorang yang dimakamkan di Pastika. Prasasti ini
dikeluarkan oleh Sang Pamgat Munggu yang menjadi saksi adalah Sri Maharaja Rake
Gurunwangi.
11 Prasasti Kelurak, Berbahasa Sansekerta dengan aksara Pra Nagari/ Siddham. Prasasti ini
berisikan tentang pentahbisan arca Mañjuśrī di sebuah bangunan suci yang diidentifikasikan
sebagai Candi Sewu dan upacara pentahbisan dipimpin oleh seorang Guru dari Gaudidvīpa
(daerah Benggala, India) .
12 Prasasti Balawi, Prasasti ini dibuat atas perintah raja Majapahit yang pertama, Sri Kertarajasa
Jayawarddhana atau Raden Wijaya, ditulis dalam aksara dan bahasa Jawa Kuna. Isinya
mengenai pengukuhan desa Balawi sebagai daerah perdikan atas permohonan Sang Wirapati.
Juga menyebutkan bahwa Raden Wijaya adalah menantu raja Kertanagara, karena
memperistri keempat anaknya.
13 Nisan Sultanah Nahrasiyah (Replika), aslinya terdapat di Samudra Pasai, Aceh terbuat dari
pualam yang dipesan dari Gujarat, India. Nisan ini serupa dengan nisan Syeh Maulana Malik
Ibrahim di Gresik, yang memakai nukilan huruf Arab dengan gaya tulisan kufic. Tulisan di nisan
menerangkan bahwa kubur ini merupakan kubur seorang Ratu lengkap dengan asal usul nama
keturunannya, yang mangkat pada hari 831 H/ 1428.
14 Tika Penanggalan, Penanggalan pada masyarakat Bali berfungsi sebagai pengatur kehidupan
social dan keagamaan seperti untuk menentukan hari perkawinan, upacara potong gigi,
upacara pembakaran jenazah (ngaben) dan ketika akan membangun Rumah. Penanggalan
berdasarkan tahun wuku disebut Tika. Pembuatan tanggalan sangat rumit, biasanya dilakukan
oleh seorang pendeta Brahmana /Dukun.
15 Prasasti Wurudu Kidul, ditulis dalam aksara dan bahasa Jawa Kuna. Isinya merupakan sebuah
jayapattra (surat keputusan mengenai kewarganegaraan). Penduduk desa Wurudu Kidul yang
bernama Dhanadi mengadu ke pengadilan karena dituduh merupakan warga keturunan asing
(Khmer). Prasasti inilah yang merupakan akta bagi Dhanadi yang mengukuhkan bahwa ia
adalah warga pribumi agar tidak ada gugatan dikemudian hari.
16 Kompas Kapal, Kompas berfungsi sebagai penunjuk arah. Pada zaman dahulu pelaut tidak
menggunakan kompas, tetapi hanya dengan melihat bintang, lingkungan sekitar serta desiran
ombak. Sejak sekitar abad ke-19 mulai dikenal pemakaian kompas dalam pelayaran.
17 Pistol, Pistol merupakan alat navigasi, yang digunakan untuk keperluan keamanan serta
memberi tanda pada saat kapal yang akan bersandar di pelabuhan.
18 Sextan, Sextant merupakan alat navigasi untuk mengukur jarak sudut antara benda astronomi
(matahari, bulan, bintang, dll.) dan garis cakrawala. Dalam dunia transportasi misalnya,
pengukuran ini bermanfaat untuk menentukan posisi kapal di laut ataupun pesawat terbang di
udara.
19 Peta Kepulauan Maluku pada tahun 1729, dibuat di Leiden oleh Pierre van der Aa. Bentuk
pulau belum sempurna. Garis katulistiwa memotong bagian tengah kepulauan ini.
20 Lonceng Kapal ini digunakan di kapal pada situasi tertentu, misalnya dalam keadaan bahaya
untuk memberikan kode. Biasanya dipakai pada kapal angkutan barang atau penumpang kapal
samudera atau nusantara
21 Peta Dunia (Replika), Peta dunia berukuran panjang 54 cm dan lebar 38 cm ini aslinya dibuat
pada tahun 1482 berdasarkan pengetahuan Cladius Ptolemy yang ditulisnya dalam buku
"Geographia" ± 150 Masehi. Saat ini peta yang asli menjadi koleksi R.A Skelton.
22 Dandel, Alat ini sangat vital digunakan dalam pelayaran terutama untuk kapal-kapal yang
bobot matinya tinggi. Berfungsi untuk memperkirakan waktu tiba di tujuan pelayaran, serta
untuk mempercepat ataupun memperlambat kapal.
23 Chronometer, merupakan alat untuk mengukur waktu secara tepat dan akurat. Alat ini sejenis
dengan jam tetapi mempunyai ketepatan dan keakuratan yang lebih tinggi, biasa dipakai untuk
keperluan ilmiah, juga biasa dipakai dalam pelayaran yaitu digunakan pada kapal kecil, antara
lain kapal antar pulau, perahu layar bermotor dan kapal pandu. Bentuk dari chronometer ini
juga mirip dengan jam yaitu dengan menggunakan tiga buah jarum sebagai penunjuk waktu
(jam, menit, detik), tetapi strip angkanya lebih lengkap.
24 Jam Kapal, Jam sejenis ini biasanya digunakan oleh kapal-kapal yang berdaya angkut tinggi,
misalnya pada kapal samudera, kapal nusantara, serta kapal pesiar. Merupakan alat navigasi
yang sangat penting, yaitu sebagai petunjuk waktu. Biasanya diletakkan di dekat pengemudi
kapal.
25 Teropong, Dahulu dalam berlayar digunakan pedoman bintang-bintang serta situasi alam
untuk mengetahui keadaan dan posisi kapal. Pada abad ke-19 mulai digunakan teropong dan
didukung oleh peta. Teropong ini menggunakan dua lensa yang berfungsi untuk melihat
benda yang tidak terjangkau oleh mata telanjang.
26 Lampu Kapal, Lampu jenis ini biasanya dipakai oleh kapal angkutan barang sebagai
penerangan dalam keadaan darurat (listrik mati). Digunakan pada saat kapal bersandar,
merupakan lampu yang tahan terhadap angin dan hujan.
27 Batu Duga,
Biasanya digunakan oleh pelaut tradisional sebagai alat untuk mengetahui kedalaman laut
demi keselamatan pelayaran. Kedalaman laut dapat diketahui dengan mengulur batu duga ini
ke kedalaman laut sampai ke dasar laut dengan arah tegak lurus, sehingga kedalaman laut
dapat diketahui dengan mengukur panjang tali yang terulur ke dalam air laut.
28 Haut Relief, Relief yang menggambarkan beberapa pendeta di suatu pertapaan (memegang
tasbih) dan sedang memberikan wejangan kepada murid-muridnya. Tampak di sini atap rumah
pertapaan berbentuk segi enam dan memiliki tiang-tiang bangunan.
29 Gendeng Suwungan, Terbuat dari keramik dan berfungsi sebagai dekorasi pada bagian atap
rumah. Banyak ditemui di daerah Kudus, Jawa Tengah.
30 Kemuncak Bangunan, Salah satu hiasan bangunan yang terletak di atas bangunan. Kemuncak
ini berbentuk 'caitya' dengan bagian atas semakin mengecil., berhias bunga mekar, dan
suluran.
31 Pancuran Air, Pancuran air dalam bahasa Sansekerta disebut jaladwara . Biasanya terdapat
pada bangunan candi ataupun pemandian di masa Jawa kuna.
34 Batu ulekan/Cobek, Terdiri dari sepasang batu, yaitu lumpang yang berbentuk bulat dan alu /
penumbuk. Lumpang dan penumbuk digunakan untuk menumbuk makanan dan ramuan obat-
obatan.
35 Pipisan dan penggilingan, Kemungkinan alat ini digunakan untuk menggiling ramuan obat
tradisional.
36 Patung Tabib, Patung yang menggambarkan figur India Muslim. Pada masa Hindia Belanda
ditempatkan di balai pengobatan atau toko obat.
37 Lumpang dan Panggilingan, Kemungkinan benda ini digunakan untuk membuat ramuan obat-
obatan tradisional.
38 Wadah Kelapa Laut (Poh Jenggi), Digunakan sebagai wadah ramuan obat-obatan tradisional.
39 Pipisan dan Gandik, Alat ini terdiri dari dua bagian yaitu pipisan dan gandik (penggilian).
Diduga benda ini digunakan untuk membuat ramuan obat-obatan tradisional dengan cara
ditumbuk.
40 Pendil, Pendil adalah salah satu bukti kemajuan teknologi. Hal tersebut disebabkan pada saat
proses pembuatan pendil dibutuhkan komposisi bahan serta pembakaran yang tepat. Benda
ini memiliki bentuk yang membundar serta terdapat karinasi. Selain itu, di bagian badan
terlihat adanya hiasan geometris. Pendil ini kemungkinan digunakan sebagai wadah untuk
aktivitas sehari--hari atau bekal kubur.
42 Jamasj
Tameng atau dalam bahasa lokalnya disebut jamasj ini bergaya khas Asmat Tengah. Tameng ini
terbuat kayu mangrove berukuran besar. Bentuknya persegi panjang dengan ragam hias yang
diukir cukup dalam. Bagian atas tameng terdapat figur tjemen yang merupakan lambang
phallus atau alat kelamin laki-laki. Ragam hias pada tameng ini menyerupai sosok manusia
jongkok yang direpresentasikan dengan figur yang terdiri dari dua belalang sembah/ belalang
sentadu yang disebut wenet.
43 Canting Cap, Canting cap merupakan alat untuk menorehkan lilin atau malam pada kain polos
untuk menghasilkan suatu ragam hias pada proses pembuatan kain batik. Canting cap mulai
dikenal sekira tahun 1850 di kawasan pesisir utara Jawa yang terkenal dengan industri
batiknya. Batik cap lebih cepat proses pembuatannya.
44 Pemukul Kulit Kayu, Selain ditemukan di Kalimantan (Ampah) juga ditemukan di Sulawesi
(Kalumpang dan Minanga Sipakka). Berbentuk segi empat pada salah satu sisinya beralur
sejajar. Kegunaan dari alat pemukul kulit kayu adalah untuk menyiapkan bahan pakaian
dengan cara memukul-mukul kulit kayu sampai halus serta membuat motif pada kulit kayu.
Saat ini pemukul kulit kayu masih digunakan di Papua dan Sulawesi.
45 Alat Cetak Uang Kasha, Sepasang alat cetak uang pada bagian permukaan berukir 6 sisi mata
uang (= 3 buah) yang berbeda. Pada cetakan 3 sisi mata uang tertera huruf Arab, dibaca "wau"
dan tahun 1267 terbalik dikelilingi bulatan-bulatan kecil. Cetakan 3 sisi lainnya tertera tulisan
Arab "Bandar Aceh Darassalam" terbalik dikelilingi bulatan-bulatan kecil.
46 Pelandas, Benda ini digunakan sebagai pelandas dalam proses pembuatan benda-benda
tembikar.
47 Alat Pembuat Tepung Sagu, Merupakan salah satu contoh teknologi memproduksi sagu.
49 Kowi, Kowi merupakan wadah pelebur logam, berbentuk seperti cawan, berukuran kecil, polos
tanpa hiasan. Terkadang benda perunggu yang tidak dipakai biasanya dilebur kembali guna
memuat barang baru.
50 Alat Pintal, Alat pemintal benang yang merupakan bagian dari peralatan menenun kain.
51 Kentongan
Kentongan biasanya dipukul sebagai pemberi isyarat atau untuk memanggil warga atau tanda
bahaya.
52 Genta Candi, Genta candi memiliki ukuran yang besar. Genta candi digunakan di lingkungan
percandian atau kuil sebagai alat komunikasi untuk memanggil umatnya beribadah. Oleh
karena hiasan pada puncak genta berbentuk arca dan dinding luar genta cukup raya maka
kemungkinan dibuat dengan teknik pengecoran logam sistem cetak lilin hilang dan patri.
53 Sepeda, Sepeda zaman dahulu memiliki roda belakang yang lebih besar dibandingkan roda
depan. Sepeda sejenis ini diperkirakan dimiliki oleh orang-orang kaya pada masa Hindia
Belanda, berasal dari abad ke 19.
54 Model Pesawat Terbang, Model pesawat terbang tipe F VII dengan huruf pendaftaran H-
NACC. Penerbangan pertama dari Belanda ke Indonesia pada tanggal 1 Oktober hingga 24
November 1924, dengan penumpang Van Der Hoop, Van Weerden Poelman dari Van En
Broeke.
55 Uang Gobog, Bagian tengah berlubang tembus sisi lainnya. Di sekitar lubang terdapat motif
bintang bersudut enam. Sisi muka bergambar relief wayang (Semar, Kresna), seekor gajah dan
ular. Sisi lainnya tertera tulisan Arab yang merupakan kalimat Syahadat "La ilaha Illallah,
Muhammad Rasulullah" . Uang ini disebut juga "pisis" dan diperkirakan beredar pada masa
akhir Kerajaan Majapahit.
56 Uang Kampua, Jenis uang ini terbuat dari sehelai kecil tenunan kasar berbentuk persegi
panjang. Tenunan ini dibuat oleh putri-putri istana dengan jumlah dan corak yang ditentukan
di bawah pengawasan Manteri Besar. Setiap tahun coraknya dibuat berbeda untuk
menghindari pemalsuan. Pemalsu uang "Kampua" dapat dituntut hukuman mati.
66 Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia banyak menerbikan mata uang sendiri seperti Samudra
Pasai (derham dan Kasha), Kerajaan Palembang (Piti Buntu dan Piti Teboh). Kerajaan Cirebon
(Kasha) Kerajaan Buton (Kampua), Kerajaan Goa (Jingara), Kerajaan Banjarmasin (Keping), dab
lain-lain sebagai akibat meningkatnya hubungan perdagangan internasional dengan negara-
negara Timur Tengah. Umumnya uang tulisan ini tertera tulisan Arab dengan kata sultihan
sebagai pengganti gelar raja dan juga tahun Hijriyah, kecual uang Kampua/Bida dari Buton.
72 Ani-ani, Sumatera
Alat yang digunakan untuk memotong padi
3 Prasasti Kanjuruhan, Prasasti ini ditulis dalam aksara Jawa Kuna dan bahasa Sansekerta. Isinya
mengenai seorang raja bernama Gajayana yang bertahta di Kanjuruhan pada tanggal 1
Kresnapaksa bulan Margasira tahun 682 Saka mendirikan sebuah bangunan suci untuk
menempatkan arca Agastya dari batu hitam sebagai pengganti arca Agastya yang telah dibuat
oleh nenek moyangnya dari kayu cendana.
4 Rumah Kyai , Model rumah yang merupakan tiruan dari rumah milik seorang kyai di Kudus,
Jawa Tengah. Rumah dengan bentuk limasan ini dindingnya dihiasi dengan banyak ukiran yang
biasanya dimiliki oleh pedagang kaya dan terkadang juga sebagai pemimpin agama atau kepala
kampung.
5 Miniatur Masjid, Arsitektur masjid ini merupakan perpaduan gaya arsitektur masa Hindu-
Buddha dengan masa Islam, memiliki atap tumpang bersusun tiga dengan puncaknya
berbentuk seperti stupa seperti pada bangunan candi. Bentuk puncak bersusun ini mirip
dengan bentuk pura meru yang banyak ditemui di Bali dan daerah Cakranegara di Lombok.
6 Stempel, Stempel ini bertuliskan aksara Arab bahasa Melayu yang berbunyi "Pangeran
Penghulu Nata Alam Hamim al Qadhir Syara fil Balad al Palembang" dan terdapat angka tahun
hijriah 1294
7 Gelas Berkaki, Keberadaan gelas berkaki di Indonesia merupakan salah satu pengaruh
kedatangan bangsa Eropa. Gelas berkaki umumnya digunakan sebagai wadah minuman anggur
dan minuman beralkohol lainnya. Pada badan gelas dihias kapal layar khas Belanda dan
terdapat kalimat "Het Oost Indische Compagnie Welvaren" yang artinya "Kesejahteraan
Perseroan Hindia Timur".
8 Piring, Piring ini merupakan bagian dari satu set perlengkapan makan. Pada bagian tengah
piring terdapat gambar seekor macan dan gajah sedang memegang tulisan "CJW", sedangkan di
bawah kaki keduanya terdapat tulisan "Mallacca". Penduduk Malaka memberikan
perlengkapan makan ini kepada pemimpin Angkatan Laut Belanda "Constantijn Johan
Wolterbeek", karena pada tahun 1818 telah berhasil merebut kembali Malaka dari Inggris.
9 Medali, Medali tanda penghargaan 350 tahun kelahiran Jan Pieter Zoon Coen (1587 - 1937),
pendiri kota Batavia, Hindia Belanda (Indonesia).
10 Segel Mata Uang 20 Gulden, Berbentuk seperti anak timbangan, terdiri dari 2 bagian,
pegangan dan kepala segel. Pegangan berbentuk kecil bulat, kepala segel berbentuk silindris
yang mengecil di bagian bawah. Permukaan segel (bagian bawah) berukir lambang Kerajaan
Belanda diapit nilai nominal dan tulisan yang digambarkan secara terbalik.
11 Peti Besi,
Peti memiliki makna yang cukup penting bagi kehidupan bagi bangsa Eropa dan biasanya
digunakan untuk menyimpan benda berharga, arsip, pakaian dan lain-lain. Peti ini dihias
dengan gaya Barok yang berkembang pada masa pemerintahan raja Louis XIV di Perancis pada
abad ke-17 M. Peti serupa ini berfungsi untuk menyimpan uang.
12 Sesako, Lampung. Merupakan seperangkat kursi kebesaran, yang digunakan dalam upacara
papadon yaitu pengangkatan seorang kepala Marga dari salah satu suku bangsa. Sesako ini
merupakan bagian belakang bangku pendek dimana calon kepala suku itu duduk bersimpuh.
Upacara diadakan pada ruang upacara di dalam rumah adat. Motif naga merupakan simbol
kekuatan, motif burung merupakan simbol kekayaan, motif ikan simbol dari kesuburan dan
muka manusia merupakan simbol kekuasaan. Semua simbol ini merupakan cerminan hidup
seorang kepala adat.
13 Kursi Upacara Dayak Ngaju, Kalimantan Tengah. Digunakan oleh kepala suku Dayak Ngaju di
Kalimantan Tengah. Berbentuk seorang laki-laki dengan menggunakan hiasan kepala perpaduan
antara burung enggang dan naga yang disebut 'Aso'. Laki-laki tersebut memegang seekor ular
yang dikelilingi oleh seekor naga. Suku Dayak Ngaju merupakan bagian dari kelompok Dayak
Barito yang terkenal dengan pahatannya, khususnya ukiran benda-benda upacara. 'Aso' pada
kursi tersebut merefleksikan kepercayaan bahwa burung enggang mewakili surga dan naga
simbol dari neraka.
14 Batik Per Keper, Ragam hias pada kain batik ini dikenal sebagai per keper yang berarti kupu-
kupu. Makna dari ragam hias ini adalah cinta yang abadi. Sebagai salah satu sentra batik
pesisiran, ragam hias batik Pamekasan banyak terinspirasi dari flora, fauna, dan hasil kontak
budaya dengan pihak luar. Dalam pemilihan warna cenderung cerah dan berani dibandingkan
batik pedalaman yang berasal dari Yogyakarta dan Surakarta.
15 Ulos Ragi Idup, Ulos ragi idup merupakan kain yang sangat bernilai bagi orang Batak Toba. Kain
ini biasanya dipakai dalam upacara daur hidup seperti upacara kelahiran, perkawinan dan
kematian. Ulos dipakai oleh laki-laki maupun perempuan, laki-laki memakainya sebagai selimut
penutup bahu sedangkan perempuan memakainya sebagai kain penutup dada sampai
kepinggang. Kain ulos yang berwarna putih merah mempunyai nilai yang tinggi, ia dipercaya
dapat menjauhkan sipemakai dari gangguan terhadap tubuh atau sebagai penolak bala yang
memberikan kehangatan kepada tubuh sipemakai. Kain ulos ini merupakan hadiah dari pihak
perempuan kepada pihak laki-laki pada upacara perkawinan.
16 Selendang songket, Palembang dikenal sebagai daerah penghasil songket yang menggunakan
benang emas. Benang emas sangat bernilai dan menunjukkan status sosial bagi pemakainya.
Motif pucuk rebung pada kepala kain dipercaya dapat menolak pengaruh jahat. Kain songket
biasanya juga menjadi warisan turun temurun yang hanya dipakai pada upacara keluarga yang
amat penting saja.
17 Sireuw, Manik-manik kaca merupakan benda yang dianggap sebagai benda yang bernilai tinggi
bagi masyarakat Papua yang berada di daerah Teluk Humbolt dan Danau Sentani. Di daerah
Danau Sentani, manik-manik yang tua sangat berharga sebagai bagian dari mas kawin selain
kapak batu dan gelang manik-manik. Mereka percaya bahwa manik-manik dengan bentuk atau
warna tertentu mempunyai kekuatan tertentu yang hanya boleh dipakai oleh kepala adat atau
dukun yang kemungkinan dapat mengendalikan kekuatannya. Sireuw dipakai oleh wanita
dalam upacara adat, umumnya pada saat tarian.
18 Kain Kofo, Orang Sangir Talaud memanfaatkan serat pohon pisang dipadukan dengan benang
kapas untuk membuat kain kofo. Ragam hias pada kain kofo dibuat menggunakan teknik
songket. Kain ini tahan air dan bertekstur keras. Pemanfaatan kain kofo tergantung pada
ukurannya. Kain kofo berukuran kecil digunakan sebagai taplak meja. Sedangkan yang
berukuran besar digunakan sebagai pembatas ruangan.
19 Tapis, Tapis merupakan kerajinan tradisional masyarakat Lampung dalam menyelaraskan
kehidupannya terhadap Tuhan dan lingkungannya. Tapis dipakai oleh perempuan pada saat
upacara adat, misalnya saat upacara pernikahan. Tapis digunakan pada bagian pinggang ke
bawah berbentuk sarung dengan bahannya terbuat dari benang kapas dengan motif alam, flora
dan fauna yang disulam dengan benang emas dan benang perak.
20 Sarung, Sarung tenun khas Sumba yang permukaannya dipenuhi sulam aplikasi kerang dan
manik-manik motif fauna. Motif ini memiliki makna penting bagi kehidupan orang Sumba. Kain
ini juga dikenal dengan "Paliri Mbola" yang artinya bagian dasar sebuah keranjang dan ba gian
dari mas kawin. Selain itu, sarung ini juga dipakai dalam upacara kematian dan sebagai bekal
kubur.
21 Kalabubu, Nias. Dalam bahasa setempat kalung ini disebut kalabubu, dibuat dari tempurung
kelapa. Dipakai oleh laki-laki pada waktu berburu yang merupakan simbol kesuksesan dalam
berperang.
22 Perhiasan Kepala, Sangir Taulud, Perhiasan kepala yang dibuat dari kulit penyu berbentuk
seperti perahu. Perahu merupakan sarana transportasi dan komunikasi yang penting bagi
masyarakat Taulud. Dipakai oleh wanita di hari pernikahan
23 Gelang Kaki Madura, Madura. Para wanita di Madura mempunyai adat kebiasaan memakai
gelang di pergelangan kaki, digunakan terutama pada acara-acara tertentu sebagai pelengkap
pakaian adat.
24 Pipa Rokok, Pipa rokok ini biasanya digunakan secara bergantian diantara para laki-laki ketika
sedang berkumpul bersama di beranda rumah atau pada upacara-upacara adat lainnya.
25 Paidon,
Paidon ini digunakan sebagai wadah ludah sirih. Ragam hias pada bagian bawah paidon
berbentuk sulur-suluran dan bunga yang dipengaruhi oleh motif Eropa.
26 Pinggan,
Dibuat dari kayu, dengan bentuk bulat lonjong, permukaannya halus berwarna hitam, wadah ini
digunakan untuk tempat makanan yang akan disajikan. Pada bagian luar permukaan wadah
terdapat ukiran timbul bermotif binatang melata.
27 Kendi Pengantin,
Tulang Bawang.
Kendi ini berfungsi sebagai wadah air, namun dapat pula digunakan sebagai wadah jamu, dan
juga dalam upacara perkawinan. Kendi bercorot dua dengan figur pengantin perempuan
merupakan benda ritual dalam upacara perkawinan, sebagai simbol perkawinan yang langgeng.
28 Keris, Bangkalan, Madura.Keris bersarung perak dengan berbentuk raksasa duduk dan
bermahkota. Berhias motif sulur dan spiral. Keris dapat merupakan bagian dari perlengkapan
dalam berpakaian adat atau dalam masyarakat tertentu juga merupakan benda yang diwariskan
secara turun temurun sebagai warisan.
29 Model Rumah Gadang, Minangkabau, Sumatera Barat
Model rumah tinggal seseorang kepala adat di Padang, Sumatera Barat. Jenis rumah ini disebut
kelas lumbung atau apabila dilihat bentuk atapnya dinamakan gajah menyusui anak. Di
dindingnya penuh hiasan yang menunjukkan bahwa rumah ini dihuni oleh keluarga bangsawan.
Rumah gadang dihuni oleh keluarga besar matrilineal, yang terdiri dari kepala rumah tangga,
ibu, anak, serta kemenakan-kemenakan dari pihak keluarga.
30 Model Rakit Palembang, Model rumah rakit merupakan jenis bangunan yang digunakan oleh
masyarakat yang tinggal di sungai. Rumah rakit merupakan tempat tinggal permanen yang
dibangun di atas rakit. Rumah rakit merupakan rumah tertua di Palembang dan mungkin sudah
ada sejak zaman kerajaan Sriwijaya. Selain digunakan sebagai tempat tinggal, juga digunakan
sebagai gudang dan kegiatan ekonomi.
31 Balai Adat, Ambon. Balai adat merupakan sarana tempat berkumpulnya warga desa untuk
mengadakan pertemuan atau rapat untuk membicarakan masalah-masalah adat yang
memerlukan kesepakatan-kesepakatan bersama.
32 Hiasan Ujung Perahu, Dekorasi ujung perahu ini adalah kombinasi bentuk naga dan gajah.
Bentuk ini menyerupai bentuk makara di kuil Hindu-Budha. Kemungkinan besar dekorasi
perahu ini dipengaruhi oleh seni dari periode Hindu-Buddha yang terus berkembang sampai
periode kesultanan. Berdasarkan bentuk dan dekorasi besar, dekorasi perahu ini lebih
cenderung digunakan untuk menghias ujung perahu kerajaan.
Selain fungsi estetika, dekorasi ujung perahu ini juga digunakan untuk menghindari pengaruh
jahat selama pelayaran.
33 Sandal, Kayu
Dibuat dari kayu ringan, digunakan pada waktu upacara peralihan seseorang dari masa anak-
anak menjadi dewasa.
35 Cager,
Masyarakat yang tinggal di tepi pantai menggunakan bermacam-macam alat untuk menangkap
ikan. Peralatan yang digunakan sangat sederhana seperti bubu yang dibuat dari bambu yang
diletakkan di dasat laut dan berfungsi sebagai perangkap.
55 Medali
Medali Ratu Wilhelmina yang dipertuan di Negeri Beanda dan Hindia Belanda (Indonesia) serta
di daerah koloninya pada tahun 1902.
56 Medali
Medali sebagai tanda peringatan wafatnya mantan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Johannes
Graaf van den Bosch pada 28 Januari 1844
57 Model Lumbung (Rangkiang)
Tempat menyimpan padi dari Sumtera Barat
3 Puncak Payung, Ujung puncak payung yang berbentuk bunga teratai, di tengahnya terdapat
sebuah kamandalu, kendi tanpa pegangan atau tanpa corot (wadah air suci atau
amerta). Puncak payung emas merupakan sebuah lambang kekuasaan. Bunga teratai
mempunyai peranan penting dalam kesenian Hindu dan Buddha. Hanya saja penggambaran
teratai yang seperti ini jarang dijumpai.
4 Sekelompok Cincin, Dalam berbagai prasasti Jawa Kuna, cincin disebut simsim . Cincin yang
ditemukan di desa Wonoboyo ini terdiri dari berbagai motif, yaitu cincin stempel, cincin
bermata batu mulia, dan cincin tanpa batu permata yang dibentuk motif kelopak bunga. Pada
cincin stempel terdapat inskripsi "sri". Kadang-kadang tulisan "sri" diubah menjadi motif
purnakumbha di atas padmāsana. S elain itu ada dua buah cincin yang sangat menarik
dengan hiasan śańkha (siput) bersayap dan visvavajra yang kemungkinan dipakai oleh
raja/penguasa, mengingat umumnya raja menggap dirinya sebagai titisan dewa Wisnu yang
menjaga keselamatan dunia.
5 Hiasan Telinga, Lempengan emas tipis bentuk helai daun panjang dengan pangkal teratai
mekar yang mungkin dipakai sebagai perhiasan telinga (sumping , bahasa Jawa). Bentuk
sumping seperti ini hingga sekarang di Jawa masih dipakai oleh raja-raja dan pengantin laki-
laki (sumping daun).
6 Sekelompok Anting-Anting, Anting-Anting yang ditemukan di situs Wonoboyo ini bervariasi
dalam bentuk ukuran maupun hiasan. Anting-anting yang berbentuk seperti segitiga dihiasi
dengan batu-batu permata warna ungu, putih, merah. Adapula yang berbentuk menyerupai
cincin, dan ada pula yang berbentuk cembung bermotif bunga teratai.
7 Sekelompok Perhiasan Telinga Bentuk Untiran, Benda berbentuk untiran bersusun ini tidak
hanya ditemukan di situs Wonoboyo, tetapi juga ditemukan di daerah lain di pulau Jawa.
Benda ini diperkirakan merupakan perhiasan telinga yang dibuat dengan berbagai variasi
ukuran, bentuk, dan motif. Masyarakat Jawa Kuno sering menggunakan banyak perhiasan
untuk menutupi lubang telinga mereka.
8 Mata Uang, Mata Uang yang ditemukan di desa Wonoboyo jumlahnya sangat banyak, yaitu
kurang lebih 6396 keping mata uang emas "piloncito" dan 600 keping mata uang perak. Mata
uang emas "piloncito" berbentuk seperti butiran jagung dengan cap huruf Nagari berbunyi ta ,
singkatan dari tahil dengan berat 2,4 gram. Mata uang perak yang berbentuk bundar
memiliki cap huruf Jawa Kuna berbunyi ma , singkatan dari masa pada satu sisinya,
sedangkan pada sisi yang lainnya terdapat cap bergambar bunga berkelopak empat. Mata
uang ma dari perak ini tidak hanya ditemukan di Jawa melainkan juga di Bali dan Sumatera.
Mata uang ma perak ini beratnya sekitar 2,4 gram dan sudah digunakan sejak abad ke-9
Masehi.
9 Lempengan Emas, Lempengan emas ini terkadang juga sering disebut sebagai kertas emas.
Belum diketahui fungsinya secara pasti. Kemungkinan lempengan emas polos ini digunakan
sebagai bahan untuk membuat prasasti yang berisi mantra-mantra keagamaan atau sebagai
bahan untuk membuat perhiasan.
10 Ikatan-Ikatan Emas Berbentuk Bundar, Ikatan-ikatan emas berbentuk bundar ini belum
diketahui fungsinya secara pasti. Setiap ikatan berbeda-beda jumlahnya dan berbeda-beda
beratnya.
Khasanah Muteran
Khasanah Muteran, Di tahun 1881tepatnya pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, di
sebuah desa yang bernama Muteran (saat ini secara administratif masuk kecamatan
Trowulan, kabupaten Mojokerto, Jawa Timur), ditemukan benda-benda purbakala berupa
benda-benda emas dan perak secara tidak sengaja oleh beberapa petani yang sedang
menggarap tegalan. Benda-benda tersebut kemudian disimpan di Museum Nasional dan
dikenal sebagai khasanah Muteran. Khasanah Muteran diperkirakan berasal dari abad ke-9
Masehi atau abad ke-10 Masehi hingga abad ke-14 Masehi. Hal ini didasarkan pada beberapa
analisis seperti: (1) Jenis aksara yang terdapat pada pinggan perak. Menurut Louis Charles
Damais, penanggalan pinggan perak ini diperkirakan berasal dari tahun 775-825 Masehi; (2)
Letak desa Muteran yang terletak disekitar Turen dekat desa Tambelang. Kata Tambelang ada
kemiripan dengan Tamwlang, Ibukota kerajaan Sindok (Prasasti Turyyan 929 Masehi); (3)
Adanya dua candi Buddhis, Brahu dan Gentong di sekitar Muteran. Ditinjau dari gayanya,
candi Brahu berasal dari masa antara tahun 1410-1446 Masehi, diperkirakan candi Gentong
dibangun pada masa yang sama dengan candi Brahu.
11 Wadah, Di dalam wadah perunggu tertutup dan berukuran besar ini tersimpan seluruh
"Khasanah Muteran" yang terbuat dari emas dan perak yang tertimbun di dalam tanah
sedalam 1.5 kaki.
12 Arca Jambhala, Dewa kekayaan atau kemakmuran dalam agama Hindu dikenal sebagai
Kuwera sedangkan dalam agama Buddha disebut Jambhala. Ditinjau dari segi ikonografi, ciri-
ciri kedua arca ini sama, yaitu perut besar dan dikelilingi oleh pundi-pundi harta. Akan tetapi,
arca Jambhala selalu menggunakan payung di atas kepalanya, sedangkan arca Kuwera tidak.
13 Kelat Bahu, Kelat bahu atau keyura dalam bahasa Sansekerta digunakan secara melingkar di
bahu dengan bantuan ikatan tali. Pada penggunaannya, hiasan kelat bahu menghadap ke
depan, dan ada pula yang mengarah ke samping. Bentuk kelat bahu ada yang menyerupai
helai daun dengan hiasan motif floral, susunan mutiara yang membentuk ceplok bunga, sulur-
suluran, dan manik-manik halus. Sulur-suluran kemungkinan menggambarkan keadaan alam
pulau Jawa yang subur.
Khasanah Emas Kesultanan,
Khasanah Emas Kesultanan, Ruang khasanah emas etnografi Gedung B Museum Nasional
menampilkan koleksi-koleksi yang berasal dari kerajaan-kerajaan Nusantara dari abad ke-16
hingga ke-20 Masehi. Koleksi dipamerkan menurut fungsi dan sejarah pengumpulannya. Di
banyak kebudayaan, emas dianggap sebagai benda yang prestisius dan memiliki nilai tinggi.
Secara fisik, emas tidak berubah sepanjang waktu, mudah dibentuk, dan berwarna menarik.
Karena kekhususannya, emas banyak digunakan sebagai bahan utama pembuatan benda -
benda regalia kerajaan dan perhiasan. Makna emas juga dikaitkan dengan kemakmuran,
kesuburan, dan kebahagiaan. Selain koleksi berbahan emas, dipamerkan pula benda yang
berasal dari logam dan batu berharga lainnya.
21 Mangkuk dan Sendok Porselen Tek Sing, Cina, dinasti Qing (abad ke-18-19 Masehi)
Mangkuk dengan hiasan kelinci yang melambangkan kebijaksanaan. Sendoknya bergaya khas
Cina yang unik, dimana bentuknya berbeda dengan sendok pengaruh Eropa seperti yang kita
pakai sekarang
25 Cepuk dari Kapal Tek-Sing, Cina (dinasti Qing, abad ke-18-19 Masehi)
Salah satu contoh dari muatan kapal “Tek-Sing” adalah cepuk warna putih, buatan
Fujian, dengan bahan dasar porselin halus, serta dibuat dengan teknik cetak tekan.
e. bahwa . . .
-2-
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG CAGAR BUDAYA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat
kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan
Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar
Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat
dan/atau di air yang perlu dilestarikan
keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi
sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama,
dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.
2. Benda . . .
-3-
9. Dikuasai . . .
-4-
17. Penetapan . . .
-5-
26. Zonasi . . .
-6-
33. Pemanfaatan . . .
-7-
BAB II
ASAS, TUJUAN, DAN LINGKUP
Pasal 2
Pelestarian Cagar Budaya berasaskan:
a. Pancasila;
b. Bhinneka Tunggal Ika;
c. kenusantaraan;
d. keadilan;
e. ketertiban dan kepastian hukum;
f. kemanfaatan . . .
-8-
f. kemanfaatan;
g. keberlanjutan;
h. partisipasi; dan
i. transparansi dan akuntabilitas.
Pasal 3
Pelestarian Cagar Budaya bertujuan:
a. melestarikan warisan budaya bangsa dan warisan
umat manusia;
b. meningkatkan harkat dan martabat bangsa melalui
Cagar Budaya;
c. memperkuat kepribadian bangsa;
d. meningkatkan kesejahteraan rakyat; dan
e. mempromosikan warisan budaya bangsa kepada
masyarakat internasional.
Pasal 4
Lingkup Pelestarian Cagar Budaya meliputi Pelindungan,
Pengembangan, dan Pemanfaatan Cagar Budaya di darat
dan di air.
BAB III
KRITERIA CAGAR BUDAYA
Bagian Kesatu
Benda, Bangunan, dan Struktur
Pasal 5
Benda, bangunan, atau struktur dapat diusulkan sebagai
Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, atau
Struktur Cagar Budaya apabila memenuhi kriteria:
a. berusia . . .
-9-
Pasal 6
Benda Cagar Budaya dapat:
a. berupa benda alam dan/atau benda buatan manusia
yang dimanfaatkan oleh manusia, serta sisa-sisa biota
yang dapat dihubungkan dengan kegiatan manusia
dan/atau dapat dihubungkan dengan sejarah
manusia;
b. bersifat bergerak atau tidak bergerak; dan
c. merupakan kesatuan atau kelompok.
Pasal 7
Bangunan Cagar Budaya dapat:
a. berunsur tunggal atau banyak; dan/atau
b. berdiri bebas atau menyatu dengan formasi alam.
Pasal 8
Struktur Cagar Budaya dapat:
a. berunsur tunggal atau banyak; dan/atau
b. sebagian atau seluruhnya menyatu dengan formasi
alam.
Bagian Kedua . . .
- 10 -
Bagian Kedua
Situs dan Kawasan
Pasal 9
Lokasi dapat ditetapkan sebagai Situs Cagar Budaya
apabila:
a. mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar
Budaya, dan/atau Struktur Cagar Budaya; dan
b. menyimpan informasi kegiatan manusia pada masa
lalu.
Pasal 10
Satuan ruang geografis dapat ditetapkan sebagai
Kawasan Cagar Budaya apabila:
a. mengandung 2 (dua) Situs Cagar Budaya atau lebih
yang letaknya berdekatan;
b. berupa lanskap budaya hasil bentukan manusia
berusia paling sedikit 50 (lima puluh) tahun;
c. memiliki pola yang memperlihatkan fungsi ruang pada
masa lalu berusia paling sedikit 50 (lima puluh)
tahun;
d. memperlihatkan pengaruh manusia masa lalu pada
proses pemanfaatan ruang berskala luas;
e. memperlihatkan bukti pembentukan lanskap budaya;
dan
f. memiliki lapisan tanah terbenam yang mengandung
bukti kegiatan manusia atau endapan fosil.
Pasal 11
Benda, bangunan, struktur, lokasi, atau satuan ruang
geografis yang atas dasar penelitian memiliki arti khusus
bagi masyarakat atau bangsa Indonesia, tetapi tidak
memenuhi kriteria Cagar Budaya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 sampai dengan Pasal 10 dapat diusulkan
sebagai Cagar Budaya.
BAB IV . . .
- 11 -
BAB IV
PEMILIKAN DAN PENGUASAAN
Pasal 12
(1) Setiap orang dapat memiliki dan/atau menguasai
Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya,
Struktur Cagar Budaya, dan/atau Situs Cagar
Budaya dengan tetap memperhatikan fungsi
sosialnya sepanjang tidak bertentangan dengan
ketentuan Undang-Undang ini.
(2) Setiap orang dapat memiliki dan/atau menguasai
Cagar Budaya apabila jumlah dan jenis Benda
Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur
Cagar Budaya, dan/atau Situs Cagar Budaya
tersebut telah memenuhi kebutuhan negara.
(3) Kepemilikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) dapat diperoleh melalui pewarisan,
hibah, tukar-menukar, hadiah, pembelian,
dan/atau putusan atau penetapan pengadilan,
kecuali yang dikuasai oleh Negara.
(4) Pemilik Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar
Budaya, Struktur Cagar Budaya, dan/atau Situs
Cagar Budaya yang tidak ada ahli warisnya atau
tidak menyerahkannya kepada orang lain
berdasarkan wasiat, hibah, atau hadiah setelah
pemiliknya meninggal, kepemilikannya diambil alih
oleh negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 13
Kawasan Cagar Budaya hanya dapat dimiliki dan/atau
dikuasai oleh Negara, kecuali yang secara turun-temurun
dimiliki oleh masyarakat hukum adat.
Pasal 14 . . .
- 12 -
Pasal 14
(1) Warga negara asing dan/atau badan hukum asing
tidak dapat memiliki dan/atau menguasai Cagar
Budaya, kecuali warga negara asing dan/atau
badan hukum asing yang tinggal dan menetap di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(2) Warga negara asing dan/atau badan hukum asing
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang
membawa Cagar Budaya, baik seluruh maupun
bagian-bagiannya, ke luar wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Pasal 15
Cagar Budaya yang tidak diketahui kepemilikannya
dikuasai oleh Negara.
Pasal 16
(1) Cagar Budaya yang dimiliki setiap orang dapat
dialihkan kepemilikannya kepada negara atau
setiap orang lain.
(2) Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
didahulukan atas pengalihan kepemilikan Cagar
Budaya.
(3) Pengalihan kepemilikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat dilakukan dengan cara
diwariskan, dihibahkan, ditukarkan, dihadiahkan,
dijual, diganti rugi, dan/atau penetapan atau
putusan pengadilan.
(4) Cagar Budaya yang telah dimiliki oleh Negara tidak
dapat dialihkan kepemilikannya.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengalihan
kepemilikan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
Pasal 17 . . .
- 13 -
Pasal 17
(1) Setiap orang dilarang mengalihkan kepemilikan
Cagar Budaya peringkat nasional, peringkat
provinsi, atau peringkat kabupaten/kota, baik
seluruh maupun bagian-bagiannya, kecuali dengan
izin Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai
dengan tingkatannya.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian izin
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
Pasal 18
(1) Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya,
dan/atau Struktur Cagar Budaya bergerak yang
dimiliki oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
dan/atau setiap orang dapat disimpan dan/atau
dirawat di museum.
(2) Museum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan lembaga yang berfungsi melindungi,
mengembangkan, memanfaatkan koleksi berupa
benda, bangunan, dan/atau struktur yang telah
ditetapkan sebagai Cagar Budaya atau yang bukan
Cagar Budaya, dan mengomunikasikannya kepada
masyarakat.
(3) Pelindungan, Pengembangan, dan Pemanfaatan
koleksi museum sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) berada di bawah tanggung jawab pengelola
museum.
(4) Dalam pelaksanaan tanggung jawab sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), museum wajib memiliki
Kurator.
(5) Ketentuan . . .
- 14 -
Pasal 19
(1) Setiap orang yang memiliki dan/atau menguasai
Cagar Budaya paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
diketahuinya Cagar Budaya yang dimiliki dan/atau
dikuasainya rusak, hilang, atau musnah wajib
melaporkannya kepada instansi yang berwenang di
bidang kebudayaan, Kepolisian Negara Republik
Indonesia, dan/atau instansi terkait.
(2) Setiap orang yang tidak melapor rusaknya Cagar
Budaya yang dimiliki dan/atau dikuasainya kepada
instansi yang berwenang di bidang kebudayaan,
Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan/atau
instansi terkait paling lama 30 (tiga puluh) hari
sejak diketahuinya Cagar Budaya yang dimiliki
dan/atau dikuasainya tersebut rusak dapat diambil
alih pengelolaannya oleh Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah.
Pasal 20
Pengembalian Cagar Budaya asal Indonesia yang ada di
luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
dilakukan oleh Pemerintah sesuai dengan perjanjian
internasional yang sudah diratifikasi, perjanjian bilateral,
atau diserahkan langsung oleh pemiliknya, kecuali
diperjanjikan lain sepanjang tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 21 . . .
- 15 -
Pasal 21
(1) Cagar Budaya atau benda, bangunan, struktur,
lokasi, atau satuan ruang geografis yang diduga
sebagai Cagar Budaya yang disita oleh aparat
penegak hukum dilarang dimusnahkan atau
dilelang.
(2) Cagar Budaya atau benda, bangunan, struktur,
lokasi, atau satuan ruang geografis yang diduga
sebagai Cagar Budaya yang disita sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilindungi oleh aparat
penegak hukum sesuai dengan ketentuan dalam
Undang-Undang ini.
(3) Dalam melakukan Pelindungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), aparat penegak hukum
dapat meminta bantuan kepada instansi yang
berwenang di bidang kebudayaan.
Pasal 22
(1) Setiap orang yang memiliki dan/atau menguasai
Cagar Budaya berhak memperoleh Kompensasi
apabila telah melakukan kewajibannya melindungi
Cagar Budaya.
(2) Insentif berupa pengurangan pajak bumi dan
bangunan dan/atau pajak penghasilan dapat
diberikan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah
kepada pemilik Cagar Budaya yang telah melakukan
Pelindungan Cagar Budaya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian
Kompensasi dan Insentif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
BAB V . . .
- 16 -
BAB V
PENEMUAN DAN PENCARIAN
Bagian Kesatu
Penemuan
Pasal 23
(1) Setiap orang yang menemukan benda yang diduga
Benda Cagar Budaya, bangunan yang diduga
Bangunan Cagar Budaya, struktur yang diduga
Struktur Cagar Budaya, dan/atau lokasi yang
diduga Situs Cagar Budaya wajib melaporkannya
kepada instansi yang berwenang di bidang
kebudayaan, Kepolisian Negara Republik Indonesia,
dan/atau instansi terkait paling lama
30 (tiga puluh) hari sejak ditemukannya.
(2) Temuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
tidak dilaporkan oleh penemunya dapat diambil alih
oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), instansi yang berwenang di bidang
kebudayaan melakukan pengkajian terhadap
temuan.
Pasal 24
(1) Setiap orang berhak memperoleh kompensasi
apabila benda, bangunan, struktur, atau lokasi
yang ditemukannya ditetapkan sebagai Cagar
Budaya.
(2) Apabila temuan yang telah ditetapkan sebagai Cagar
Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sangat
langka jenisnya, unik rancangannya, dan sedikit
jumlahnya di Indonesia, dikuasai oleh Negara.
(3) Apabila . . .
- 17 -
Pasal 25
Ketentuan lebih lanjut mengenai penemuan Cagar
Budaya dan kompensasinya diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
Bagian Kedua
Pencarian
Pasal 26
(1) Pemerintah berkewajiban melakukan pencarian
benda, bangunan, struktur, dan/atau lokasi yang
diduga sebagai Cagar Budaya.
(2) Pencarian Cagar Budaya atau yang diduga Cagar
Budaya dapat dilakukan oleh setiap orang dengan
penggalian, penyelaman, dan/atau pengangkatan di
darat dan/atau di air.
(3) Pencarian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) hanya dapat dilakukan melalui penelitian
dengan tetap memperhatikan hak kepemilikan
dan/atau penguasaan lokasi.
(4) Setiap orang dilarang melakukan pencarian Cagar
Budaya atau yang diduga Cagar Budaya dengan
penggalian, penyelaman, dan/atau pengangkatan di
darat dan/atau di air sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), kecuali dengan izin Pemerintah atau
Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.
(5) Ketentuan . . .
- 18 -
Pasal 27
Ketentuan lebih lanjut mengenai pencarian Cagar
Budaya atau yang diduga Cagar Budaya diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
BAB VI
REGISTER NASIONAL CAGAR BUDAYA
Bagian Kesatu
Pendaftaran
Pasal 28
Pemerintah kabupaten/kota bekerja sama dengan setiap
orang dalam melakukan Pendaftaran.
Pasal 29
(1) Setiap orang yang memiliki dan/atau menguasai
Cagar Budaya wajib mendaftarkannya kepada
pemerintah kabupaten/kota tanpa dipungut biaya.
(2) Setiap orang dapat berpartisipasi dalam melakukan
pendaftaran terhadap benda, bangunan, struktur,
dan lokasi yang diduga sebagai Cagar Budaya
meskipun tidak memiliki atau menguasainya.
(3) Pemerintah kabupaten/kota melaksanakan
pendaftaran Cagar Budaya yang dikuasai oleh
Negara atau yang tidak diketahui pemiliknya sesuai
dengan tingkat kewenangannya.
(4) Pendaftaran . . .
- 19 -
Pasal 30
Pemerintah memfasilitasi pembentukan sistem dan
jejaring Pendaftaran Cagar Budaya secara digital
dan/atau nondigital.
Bagian Kedua
Pengkajian
Pasal 31
(1) Hasil pendaftaran diserahkan kepada Tim Ahli
Cagar Budaya untuk dikaji kelayakannya sebagai
Cagar Budaya atau bukan Cagar Budaya.
(2) Pengkajian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan melakukan identifikasi dan klasifikasi
terhadap benda, bangunan, struktur, lokasi, dan
satuan ruang geografis yang diusulkan untuk
ditetapkan sebagai Cagar Budaya.
(3) Tim Ahli Cagar Budaya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan dengan:
a. Keputusan Menteri untuk tingkat nasional;
b. Keputusan Gubernur untuk tingkat provinsi; dan
c. Keputusan Bupati/Wali Kota untuk tingkat
kabupaten/kota.
(4) Dalam . . .
- 20 -
Pasal 32
Pengkajian terhadap koleksi museum yang didaftarkan
dilakukan oleh Kurator dan selanjutnya diserahkan
kepada Tim Ahli Cagar Budaya.
Bagian Ketiga
Penetapan
Pasal 33
(1) Bupati/wali kota mengeluarkan penetapan status
Cagar Budaya paling lama 30 (tiga puluh) hari
setelah rekomendasi diterima dari Tim Ahli Cagar
Budaya yang menyatakan benda, bangunan,
struktur, lokasi, dan/atau satuan ruang geografis
yang didaftarkan layak sebagai Cagar Budaya.
(2) Setelah tercatat dalam Register Nasional Cagar
Budaya, pemilik Cagar Budaya berhak memperoleh
jaminan hukum berupa:
a. surat keterangan status Cagar Budaya; dan
b. surat keterangan kepemilikan berdasarkan bukti
yang sah.
(3) Penemu benda, bangunan, dan/atau struktur yang
telah ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya,
Bangunan Cagar Budaya, dan/atau Struktur Cagar
Budaya berhak mendapat Kompensasi.
Pasal 34 . . .
- 21 -
Pasal 34
(1) Situs Cagar Budaya atau Kawasan Cagar Budaya
yang berada di 2 (dua) kabupaten/kota atau lebih
ditetapkan sebagai Cagar Budaya provinsi.
(2) Situs Cagar Budaya atau Kawasan Cagar Budaya
yang berada di 2 (dua) provinsi atau lebih
ditetapkan sebagai Cagar Budaya nasional.
Pasal 35
Pemerintah kabupaten/kota menyampaikan hasil
penetapan kepada pemerintah provinsi dan selanjutnya
diteruskan kepada Pemerintah.
Pasal 36
Benda, bangunan, struktur, lokasi, atau satuan ruang
geografis yang memiliki arti khusus bagi masyarakat
atau bangsa Indonesia sebagaimana dalam Pasal 11
dapat ditetapkan sebagai Cagar Budaya dengan
Keputusan Menteri atau Keputusan Gubernur setelah
memperoleh rekomendasi Tim Ahli Cagar Budaya sesuai
dengan tingkatannya.
Bagian Keempat
Pencatatan
Pasal 37
(1) Pemerintah membentuk sistem Register Nasional
Cagar Budaya untuk mencatat data Cagar Budaya.
(2) Benda, bangunan, struktur, lokasi, dan satuan
ruang geografis yang telah ditetapkan sebagai Cagar
Budaya harus dicatat di dalam Register Nasional
Cagar Budaya.
Pasal 38 . . .
- 22 -
Pasal 38
Koleksi museum yang memenuhi kriteria sebagai Cagar
Budaya dicatat di dalam Register Nasional Cagar Budaya.
Pasal 39
Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan upaya
aktif mencatat dan menyebarluaskan informasi tentang
Cagar Budaya dengan tetap memperhatikan keamanan
dan kerahasiaan data yang dianggap perlu sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 40
(1) Pengelolaan Register Nasional Cagar Budaya yang
datanya berasal dari instansi Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan luar negeri menjadi
tanggung jawab Menteri.
(2) Pengelolaan Register Nasional Cagar Budaya di
daerah sesuai dengan tingkatannya menjadi
tanggung jawab pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota.
(3) Pemerintah melakukan pengawasan dan pembinaan
terhadap Register Nasional Cagar Budaya yang
dikelola oleh pemerintah provinsi.
(4) Pemerintah provinsi melakukan pengawasan dan
pembinaan terhadap Register Nasional Cagar
Budaya yang dikelola oleh pemerintah
kabupaten/kota.
Bagian Kelima . . .
- 23 -
Bagian Kelima
Pemeringkatan
Pasal 41
Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat melakukan
pemeringkatan Cagar Budaya berdasarkan
kepentingannya menjadi peringkat nasional, peringkat
provinsi, dan peringkat kabupaten/kota berdasarkan
rekomendasi Tim Ahli Cagar Budaya.
Pasal 42
Cagar Budaya dapat ditetapkan menjadi Cagar Budaya
peringkat nasional apabila memenuhi syarat sebagai:
a. wujud kesatuan dan persatuan bangsa;
b. karya adiluhung yang mencerminkan kekhasan
kebudayaan bangsa Indonesia;
c. Cagar Budaya yang sangat langka jenisnya, unik
rancangannya, dan sedikit jumlahnya di Indonesia;
d. bukti evolusi peradaban bangsa serta pertukaran
budaya lintas negara dan lintas daerah, baik yang
telah punah maupun yang masih hidup di
masyarakat; dan/atau
e. contoh penting kawasan permukiman tradisional,
lanskap budaya, dan/atau pemanfaatan ruang
bersifat khas yang terancam punah.
Pasal 43
Cagar Budaya dapat ditetapkan menjadi Cagar Budaya
peringkat provinsi apabila memenuhi syarat:
a. mewakili kepentingan pelestarian Kawasan Cagar
Budaya lintas kabupaten/kota;
b. mewakili karya kreatif yang khas dalam wilayah
provinsi;
c. langka . . .
- 24 -
Pasal 44
Cagar Budaya dapat ditetapkan menjadi Cagar Budaya
peringkat kabupaten/kota apabila memenuhi syarat:
a. sebagai Cagar Budaya yang diutamakan untuk
dilestarikan dalam wilayah kabupaten/kota;
b. mewakili masa gaya yang khas;
c. tingkat keterancamannya tinggi;
d. jenisnya sedikit; dan/atau
e. jumlahnya terbatas.
Pasal 45
Pemeringkatan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 41 untuk tingkat nasional ditetapkan
dengan Keputusan Menteri, tingkat provinsi dengan
Keputusan Gubernur, atau tingkat kabupaten/kota
dengan Keputusan Bupati/Wali Kota.
Pasal 46
Cagar Budaya peringkat nasional yang telah ditetapkan
sebagai Cagar Budaya Nasional dapat diusulkan oleh
Pemerintah menjadi warisan budaya dunia.
Pasal 47 . . .
- 25 -
Pasal 47
Cagar Budaya yang tidak lagi memenuhi syarat untuk
ditetapkan sebagai peringkat nasional, peringkat
provinsi, atau peringkat kabupaten/kota dapat dikoreksi
peringkatnya berdasarkan rekomendasi Tim Ahli Cagar
Budaya di setiap tingkatan.
Pasal 48
Peringkat Cagar Budaya dapat dicabut apabila Cagar
Budaya:
a. musnah;
b. kehilangan wujud dan bentuk aslinya;
c. kehilangan sebagian besar unsurnya; atau
d. tidak lagi sesuai dengan syarat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 42, Pasal 43, atau Pasal 44.
Pasal 49
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemeringkatan Cagar
Budaya diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Bagian Keenam
Penghapusan
Pasal 50
(1) Cagar Budaya yang sudah tercatat dalam Register
Nasional hanya dapat dihapus dengan Keputusan
Menteri atas rekomendasi Tim Ahli Cagar Budaya di
tingkat Pemerintah.
(2) Keputusan penghapusan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus ditindaklanjuti oleh Pemerintah
Daerah.
Pasal 51 . . .
- 26 -
Pasal 51
(1) Penghapusan Cagar Budaya dari Register Nasional
Cagar Budaya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 50 dilakukan apabila Cagar Budaya:
a. musnah;
b. hilang dan dalam jangka waktu 6 (enam) tahun
tidak ditemukan;
c. mengalami perubahan wujud dan gaya sehingga
kehilangan keasliannya; atau
d. di kemudian hari diketahui statusnya bukan
Cagar Budaya.
(2) Penghapusan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dengan tidak
menghilangkan data dalam Register Nasional Cagar
Budaya dan dokumen yang menyertainya.
(3) Dalam hal Cagar Budaya yang hilang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b ditemukan kembali,
Cagar Budaya wajib dicatat ulang ke dalam Register
Nasional Cagar Budaya.
Pasal 52
Ketentuan lebih lanjut mengenai Register Nasional Cagar
Budaya diatur dalam Peraturan Pemerintah.
BAB VII
PELESTARIAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 53
(1) Pelestarian Cagar Budaya dilakukan berdasarkan
hasil studi kelayakan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara akademis, teknis,
dan administratif.
(2) Kegiatan . . .
- 27 -
Pasal 54
Setiap orang berhak memperoleh dukungan teknis
dan/atau kepakaran dari Pemerintah atau Pemerintah
Daerah atas upaya Pelestarian Cagar Budaya yang
dimiliki dan/atau yang dikuasai.
Pasal 55
Setiap orang dilarang dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi, atau menggagalkan upaya
Pelestarian Cagar Budaya.
Bagian Kedua
Pelindungan
Pasal 56
Setiap orang dapat berperan serta melakukan
Pelindungan Cagar Budaya.
Paragraf 1 . . .
- 28 -
Paragraf 1
Penyelamatan
Pasal 57
Setiap orang berhak melakukan Penyelamatan Cagar
Budaya yang dimiliki atau yang dikuasainya dalam
keadaan darurat atau yang memaksa untuk dilakukan
tindakan penyelamatan.
Pasal 58
(1) Penyelamatan Cagar Budaya dilakukan untuk:
a. mencegah kerusakan karena faktor manusia
dan/atau alam yang mengakibatkan berubahnya
keaslian dan nilai-nilai yang menyertainya; dan
b. mencegah pemindahan dan beralihnya pemilikan
dan/atau penguasaan Cagar Budaya yang
bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Penyelamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dilakukan dalam keadaan darurat dan
keadaan biasa.
Pasal 59
(1) Cagar Budaya yang terancam rusak, hancur, atau
musnah dapat dipindahkan ke tempat lain yang
aman.
(2) Pemindahan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dengan tata cara yang
menjamin keutuhan dan keselamatannya di bawah
koodinasi Tenaga Ahli Pelestarian.
(3) Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau setiap orang
yang melakukan Penyelamatan wajib menjaga dan
merawat Cagar Budaya dari pencurian, pelapukan,
atau kerusakan baru.
Pasal 60 . . .
- 29 -
Pasal 60
Ketentuan lebih lanjut mengenai Penyelamatan Cagar
Budaya diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Paragraf 2
Pengamanan
Pasal 61
(1) Pengamanan dilakukan untuk menjaga dan
mencegah Cagar Budaya agar tidak hilang, rusak,
hancur, atau musnah.
(2) Pengamanan Cagar Budaya merupakan kewajiban
pemilik dan/atau yang menguasainya.
Pasal 62
(1) Pengamanan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 61 dapat dilakukan oleh juru pelihara
dan/atau polisi khusus.
(2) Polisi khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berwenang:
a. melakukan patroli di dalam Kawasan Cagar
Budaya sesuai dengan wilayah hukumnya;
b. memeriksa surat atau dokumen yang berkaitan
dengan pengembangan dan pemanfaatan Cagar
Budaya;
c. menerima dan membuat laporan tentang telah
terjadinya tindak pidana terkait dengan Cagar
Budaya serta meneruskannya kepada instansi
yang berwenang di bidang kebudayaan, Kepolisian
Negara Republik Indonesia, atau instansi terkait;
dan
d. menangkap tersangka untuk diserahkan kepada
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Pasal 63 . . .
- 30 -
Pasal 63
Masyarakat dapat berperan serta melakukan
Pengamanan Cagar Budaya.
Pasal 64
Pengamanan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 61 dan Pasal 62 harus memperhatikan
pemanfaatannya bagi kepentingan sosial, pendidikan,
pengembangan ilmu pengetahuan, agama, kebudayaan,
dan/atau pariwisata.
Pasal 65
Pengamanan Cagar Budaya dapat dilakukan dengan
memberi pelindung, menyimpan, dan/atau
menempatkannya pada tempat yang terhindar dari
gangguan alam dan manusia.
Pasal 66
(1) Setiap orang dilarang merusak Cagar Budaya, baik
seluruh maupun bagian-bagiannya, dari kesatuan,
kelompok, dan/atau dari letak asal.
(2) Setiap orang dilarang mencuri Cagar Budaya, baik
seluruh maupun bagian-bagiannya, dari kesatuan,
kelompok, dan/atau dari letak asal.
Pasal 67
(1) Setiap orang dilarang memindahkan Cagar Budaya
peringkat nasional, peringkat provinsi, atau
peringkat kabupaten/kota, baik seluruh maupun
bagian-bagiannya, kecuali dengan izin Menteri,
gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan
tingkatannya.
(2) Setiap . . .
- 31 -
Pasal 68
(1) Cagar Budaya, baik seluruh maupun bagian-
bagiannya, hanya dapat dibawa ke luar wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk
kepentingan penelitian, promosi kebudayaan,
dan/atau pameran.
(2) Setiap orang dilarang membawa Cagar Budaya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kecuali
dengan izin Menteri.
Pasal 69
(1) Cagar Budaya, baik seluruh maupun bagian-
bagiannya, hanya dapat dibawa ke luar wilayah
provinsi atau kabupaten/kota untuk kepentingan
penelitian, promosi kebudayaan, dan/atau
pameran.
(2) Setiap orang dilarang membawa Cagar Budaya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kecuali
dengan izin gubernur atau bupati/wali kota sesuai
dengan kewenangannya.
Pasal 70 . . .
- 32 -
Pasal 70
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian izin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 dan Pasal 69
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 71
Ketentuan lebih lanjut mengenai Pengamanan Cagar
Budaya diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Paragraf 3
Zonasi
Pasal 72
(1) Pelindungan Cagar Budaya dilakukan dengan
menetapkan batas-batas keluasannya dan
pemanfaatan ruang melalui sistem Zonasi
berdasarkan hasil kajian.
(2) Sistem Zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh:
a. Menteri apabila telah ditetapkan sebagai Cagar
Budaya nasional atau mencakup 2 (dua) provinsi
atau lebih;
b. gubernur apabila telah ditetapkan sebagai Cagar
Budaya provinsi atau mencakup 2 (dua)
kabupaten/kota atau lebih; atau
c. bupati/wali kota sesuai dengan keluasan Situs
Cagar Budaya atau Kawasan Cagar Budaya di
wilayah kabupaten/kota.
(3) Pemanfaatan zona pada Cagar Budaya dapat
dilakukan untuk tujuan rekreatif, edukatif,
apresiatif, dan/atau religi.
Pasal 73 . . .
- 33 -
Pasal 73
(1) Sistem Zonasi mengatur fungsi ruang pada Cagar
Budaya, baik vertikal maupun horizontal.
(2) Pengaturan Zonasi secara vertikal dapat dilakukan
terhadap lingkungan alam di atas Cagar Budaya di
darat dan/atau di air.
(3) Sistem Zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat terdiri atas:
a. zona inti;
b. zona penyangga;
c. zona pengembangan; dan/atau
d. zona penunjang.
(4) Penetapan luas, tata letak, dan fungsi zona
ditentukan berdasarkan hasil kajian dengan
mengutamakan peluang peningkatan kesejahteraan
rakyat.
Pasal 74
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan
sistem Zonasi diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Paragraf 4
Pemeliharaan
Pasal 75
(1) Setiap orang wajib memelihara Cagar Budaya yang
dimiliki dan/atau dikuasainya.
(2) Cagar Budaya yang ditelantarkan oleh pemilik
dan/atau yang menguasainya dapat dikuasai oleh
Negara.
Pasal 76 . . .
- 34 -
Pasal 76
(1) Pemeliharaan dilakukan dengan cara merawat
Cagar Budaya untuk mencegah dan menanggulangi
kerusakan akibat pengaruh alam dan/atau
perbuatan manusia.
(2) Pemeliharaan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat dilakukan di lokasi asli atau di
tempat lain, setelah lebih dahulu didokumentasikan
secara lengkap.
(3) Perawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan pembersihan, pengawetan, dan
perbaikan atas kerusakan dengan memperhatikan
keaslian bentuk, tata letak, gaya, bahan, dan/atau
teknologi Cagar Budaya.
(4) Perawatan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) yang berasal dari air harus dilakukan
sejak proses pengangkatan sampai ke tempat
penyimpanannya dengan tata cara khusus.
(5) Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat
mengangkat atau menempatkan juru pelihara
untuk melakukan perawatan Cagar Budaya.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pemeliharaan
Cagar Budaya diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Paragraf 5
Pemugaran
Pasal 77
(1) Pemugaran Bangunan Cagar Budaya dan Struktur
Cagar Budaya yang rusak dilakukan untuk
mengembalikan kondisi fisik dengan cara
memperbaiki, memperkuat, dan/atau
mengawetkannya melalui pekerjaan rekonstruksi,
konsolidasi, rehabilitasi, dan restorasi.
(2) Pemugaran . . .
- 35 -
Bagian Ketiga
Pengembangan
Paragraf 1
Umum
Pasal 78
(1) Pengembangan Cagar Budaya dilakukan dengan
memperhatikan prinsip kemanfaatan, keamanan,
keterawatan, keaslian, dan nilai-nilai yang melekat
padanya.
(2) Setiap . . .
- 36 -
Paragraf 2
Penelitian
Pasal 79
(1) Penelitian dilakukan pada setiap rencana
pengembangan Cagar Budaya untuk menghimpun
informasi serta mengungkap, memperdalam, dan
menjelaskan nilai-nilai budaya.
(2) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan terhadap Cagar Budaya melalui:
a. penelitian dasar untuk pengembangan ilmu
pengetahuan; dan
b. penelitian terapan untuk pengembangan teknologi
atau tujuan praktis yang bersifat aplikatif.
(3) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan sebagai bagian dari analisis
mengenai dampak lingkungan atau berdiri sendiri.
(4) Proses . . .
- 37 -
Paragraf 3
Revitalisasi
Pasal 80
(1) Revitalisasi potensi Situs Cagar Budaya atau
Kawasan Cagar Budaya memperhatikan tata ruang,
tata letak, fungsi sosial, dan/atau lanskap budaya
asli berdasarkan kajian.
(2) Revitalisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan menata kembali fungsi ruang,
nilai budaya, dan penguatan informasi tentang
Cagar Budaya.
Pasal 81
(1) Setiap orang dilarang mengubah fungsi ruang Situs
Cagar Budaya dan/atau Kawasan Cagar Budaya
peringkat nasional, peringkat provinsi, atau
peringkat kabupaten/kota, baik seluruh maupun
bagian-bagiannya, kecuali dengan izin Menteri,
gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan
tingkatannya.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian izin
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
Pasal 82 . . .
- 38 -
Pasal 82
Revitalisasi Cagar Budaya harus memberi manfaat untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan
mempertahankan ciri budaya lokal.
Paragraf 4
Adaptasi
Pasal 83
(1) Bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar
Budaya dapat dilakukan adaptasi untuk memenuhi
kebutuhan masa kini dengan tetap
mempertahankan:
a. ciri asli dan/atau muka Bangunan Cagar Budaya
atau Struktur Cagar Budaya; dan/atau
b. ciri asli lanskap budaya dan/atau permukaan
tanah Situs Cagar Budaya atau Kawasan Cagar
Budaya sebelum dilakukan adaptasi.
(2) Adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan:
a. mempertahankan nilai-nilai yang melekat pada
Cagar Budaya;
b. menambah fasilitas sesuai dengan kebutuhan;
c. mengubah susunan ruang secara terbatas;
dan/atau
d. mempertahankan gaya arsitektur, konstruksi asli,
dan keharmonisan estetika lingkungan di
sekitarnya.
Pasal 84
Ketentuan lebih lanjut mengenai Pengembangan Cagar
Budaya diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Bagian Keempat . . .
- 39 -
Bagian Keempat
Pemanfaatan
Pasal 85
(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan setiap orang
dapat memanfaatkan Cagar Budaya untuk
kepentingan agama, sosial, pendidikan, ilmu
pengetahuan, teknologi, kebudayaan, dan
pariwisata.
(2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah memfasilitasi
pemanfaatan dan promosi Cagar Budaya yang
dilakukan oleh setiap orang.
(3) Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berupa izin Pemanfaatan, dukungan Tenaga Ahli
Pelestarian, dukungan dana, dan/atau pelatihan.
(4) Promosi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan untuk memperkuat identitas budaya
serta meningkatkan kualitas hidup dan pendapatan
masyarakat.
Pasal 86
Pemanfaatan yang dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan wajib didahului dengan kajian, penelitian,
dan/atau analisis mengenai dampak lingkungan.
Pasal 87
(1) Cagar Budaya yang pada saat ditemukan sudah
tidak berfungsi seperti semula dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan tertentu.
(2) Pemanfaatan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dengan izin Pemerintah
atau Pemerintah Daerah sesuai dengan peringkat
Cagar Budaya dan/atau masyarakat hukum adat
yang memiliki dan/atau menguasainya.
Pasal 88 . . .
- 40 -
Pasal 88
(1) Pemanfaatan lokasi temuan yang telah ditetapkan
sebagai Situs Cagar Budaya wajib memperhatikan
fungsi ruang dan pelindungannya.
(2) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dapat
menghentikan pemanfaatan atau membatalkan izin
pemanfaatan Cagar Budaya apabila pemilik
dan/atau yang menguasai terbukti melakukan
perusakan atau menyebabkan rusaknya Cagar
Budaya.
(3) Cagar Budaya yang tidak lagi dimanfaatkan harus
dikembalikan seperti keadaan semula sebelum
dimanfaatkan.
(4) Biaya pengembalian seperti keadaan semula
dibebankan kepada yang memanfaatkan Cagar
Budaya.
Pasal 89
Pemanfaatan dengan cara perbanyakan Benda Cagar
Budaya yang tercatat sebagai peringkat nasional,
peringkat provinsi, peringkat kabupaten/kota hanya
dapat dilakukan atas izin Menteri, gubernur, atau
bupati/wali kota sesuai dengan tingkatannya.
Pasal 90
Pemanfaatan dengan cara perbanyakan Benda Cagar
Budaya yang dimiliki dan/atau dikuasai setiap orang
atau dikuasai negara dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 91
Pemanfaatan koleksi berupa Cagar Budaya di museum
dilakukan untuk sebesar-besarnya pengembangan
pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, sosial,
dan/atau pariwisata.
Pasal 92 . . .
- 41 -
Pasal 92
Setiap orang dilarang mendokumentasikan Cagar
Budaya baik seluruh maupun bagian-bagiannya untuk
kepentingan komersial tanpa seizin pemilik dan/atau
yang menguasainya.
Pasal 93
(1) Setiap orang dilarang memanfaatkan Cagar Budaya
peringkat nasional, peringkat provinsi, atau
peringkat kabupaten/kota, baik seluruh maupun
bagian-bagiannya, dengan cara perbanyakan,
kecuali dengan izin Menteri, gubernur, atau
bupati/wali kota sesuai dengan tingkatannya.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian izin
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
Pasal 94
Ketentuan lebih lanjut mengenai Pemanfaatan Cagar
Budaya diatur dalam Peraturan Pemerintah.
BAB VIII
TUGAS DAN WEWENANG
Bagian Kesatu
Tugas
Pasal 95
(1) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah
mempunyai tugas melakukan Pelindungan,
Pengembangan, dan Pemanfaatan Cagar Budaya.
(2) Pemerintah . . .
- 42 -
Bagian Kedua
Wewenang
Pasal 96
(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan
tingkatannya mempunyai wewenang:
a. menetapkan . . .
- 43 -
(2) Selain . . .
- 44 -
Pasal 97
(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah memfasilitasi
pengelolaan Kawasan Cagar Budaya.
(2) Pengelolaan kawasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan tidak bertentangan dengan
kepentingan masyarakat terhadap Cagar Budaya
dan kehidupan sosial.
(3) Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh badan
pengelola yang dibentuk oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat hukum
adat.
(4) Badan Pengelola sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dapat terdiri atas unsur Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah, dunia usaha, dan
masyarakat.
(5) Ketentuan . . .
- 45 -
BAB IX
PENDANAAN
Pasal 98
(1) Pendanaan Pelestarian Cagar Budaya menjadi
tanggung jawab bersama antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan masyarakat.
(2) Pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berasal dari:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
c. hasil pemanfaatan Cagar Budaya; dan/atau
d. sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
(3) Pemerintah dan Pemerintah Daerah mengalokasikan
anggaran untuk Pelindungan, Pengembangan,
Pemanfaatan, dan Kompensasi Cagar Budaya
dengan memperhatikan prinsip proporsional.
(4) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyediakan
dana cadangan untuk Penyelamatan Cagar Budaya
dalam keadaan darurat dan penemuan yang telah
ditetapkan sebagai Cagar Budaya.
BAB X . . .
- 46 -
BAB X
PENGAWASAN DAN PENYIDIKAN
Bagian Kesatu
Pengawasan
Pasal 99
(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung
jawab terhadap pengawasan Pelestarian Cagar
Budaya sesuai dengan kewenangannya.
(2) Masyarakat ikut berperan serta dalam pengawasan
Pelestarian Cagar Budaya.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
Bagian Kedua
Penyidikan
Pasal 100
(1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil merupakan pejabat
pegawai negeri sipil yang lingkup tugas dan
tanggung jawabnya di bidang Pelestarian Cagar
Budaya yang diberi wewenang khusus melakukan
penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang tentang Hukum Acara Pidana terhadap
tindak pidana Cagar Budaya.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berwenang:
a. menerima Iaporan atau pengaduan dari seorang
tentang adanya tindak pidana Cagar Budaya;
b. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian
perkara;
c. menyuruh . . .
- 47 -
BAB XI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 101
Setiap orang yang tanpa izin mengalihkan kepemilikan
Cagar Budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3
(tiga) bulan dan paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
denda paling sedikit Rp400.000.000,00 (empat ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu
miliar lima ratus juta rupiah).
Pasal 102 . . .
- 48 -
Pasal 102
Setiap orang yang dengan sengaja tidak melaporkan
temuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1),
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).
Pasal 103
Setiap orang yang tanpa izin Pemerintah atau Pemerintah
Daerah melakukan pencarian Cagar Budaya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (4) dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) bulan dan
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling
sedikit Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta
rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
Pasal 104
Setiap orang yang dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi, atau menggagalkan upaya
Pelestarian Cagar Budaya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 55 dipidana dengan pidana penjara paling lama
5 (lima) tahun dan/atau denda paling sedikit
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Pasal 105
Setiap orang yang dengan sengaja merusak Cagar
Budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan/atau
denda paling sedikit Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah).
Pasal 106 . . .
- 49 -
Pasal 106
(1) Setiap orang yang mencuri Cagar Budaya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2),
dipidana dengan pidana penjara paling singkat
6 (enam) bulan dan paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp250.000.000,00
(dua ratus lima puluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus
juta rupiah).
(2) Setiap orang yang menadah hasil pencurian Cagar
Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dipidana dengan pidana penjara paling singkat
3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah) dan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Pasal 107
Setiap orang yang tanpa izin Menteri, gubernur, atau
bupati/wali kota, memindahkan Cagar Budaya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) bulan dan
paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling sedikit
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 108
Setiap orang yang tanpa izin Menteri, gubernur atau
bupati/wali kota, memisahkan Cagar Budaya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat (2) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).
Pasal 109 . . .
- 50 -
Pasal 109
(1) Setiap orang yang tanpa izin Menteri, membawa
Cagar Budaya ke luar wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 68 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 10
(sepuluh) tahun dan/atau denda paling sedikit
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima
ratus juta rupiah).
(2) Setiap orang yang tanpa izin gubernur atau izin
bupati/wali kota, membawa Cagar Budaya ke luar
wilayah provinsi atau kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 69 ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta
rupiah) dan paling banyak Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah).
Pasal 110
Setiap orang yang tanpa izin Menteri, gubernur, atau
bupati/wali kota mengubah fungsi ruang Situs Cagar
Budaya dan/atau Kawasan Cagar Budaya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 81 ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
denda paling sedikit Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 111 . . .
- 51 -
Pasal 111
Setiap orang yang tanpa izin pemilik dan/atau yang
menguasainya, mendokumentasikan Cagar Budaya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).
Pasal 112
Setiap orang yang dengan sengaja memanfaatkan Cagar
Budaya dengan cara perbanyakan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 93 ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
Pasal 113
(1) Tindak pidana yang dilakukan oleh badan usaha
berbadan hukum dan/atau badan usaha bukan
berbadan hukum, dijatuhkan kepada:
a. badan usaha; dan/atau
b. orang yang memberi perintah untuk melakukan
tindak pidana.
(2) Tindak pidana yang dilakukan oleh badan usaha
berbadan hukum dan/atau badan usaha bukan
berbadan hukum, dipidana dengan ditambah
1/3 (sepertiga) dari pidana denda sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 101 sampai dengan
Pasal 112.
(3) Tindak pidana yang dilakukan orang yang memberi
perintah untuk melakukan tindak pidana, dipidana
dengan ditambah 1/3 (sepertiga) dari pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 sampai
dengan Pasal 112.
Pasal 114 . . .
- 52 -
Pasal 114
Jika pejabat karena melakukan perbuatan pidana
melanggar suatu kewajiban khusus dari jabatannya,
atau pada waktu melakukan perbuatan pidana memakai
kekuasaan, kesempatan, atau sarana yang diberikan
kepadanya karena jabatannya terkait dengan Pelestarian
Cagar Budaya, pidananya dapat ditambah
1/3 (sepertiga).
Pasal 115
(1) Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang ini, terhadap setiap orang yang
melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 101 sampai dengan Pasal 114 dikenai
tindakan pidana tambahan berupa:
a. kewajiban mengembalikan bahan, bentuk, tata
letak, dan/atau teknik pengerjaan sesuai dengan
aslinya atas tanggungan sendiri; dan/atau
b. perampasan keuntungan yang diperoleh dari
tindak pidana.
(2) Selain pidana tambahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), terhadap badan usaha berbadan
hukum dan/atau badan usaha bukan berbadan
hukum dikenai tindakan pidana tambahan berupa
pencabutan izin usaha.
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 116
Pengelolaan Cagar Budaya yang telah memiliki izin wajib
menyesuaikan ketentuan persyaratan berdasarkan
Undang-Undang ini paling lama 2 (dua) tahun sejak
berlakunya Undang-Undang ini.
BAB XIII . . .
- 53 -
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 117
Peraturan perundang-undangan sebagai pelaksanaan
Undang-Undang ini ditetapkan paling lambat 1 (satu)
tahun sejak tanggal pengundangan Undang-Undang ini.
Pasal 118
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua
peraturan perundang-undangan yang merupakan
peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 27,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3470) dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-
Undang ini.
Pasal 119
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar
Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3470) dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Pasal 120
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar . . .
- 54 -
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 24 November 2010
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 24 November 2010
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
PATRIALIS AKBAR
Wisnu Setiawan
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 11 TAHUN 2010
TENTANG
CAGAR BUDAYA
I. UMUM
Warisan . . .
-2-
Cagar Budaya sebagai sumber daya budaya memiliki sifat rapuh, unik,
langka, terbatas, dan tidak terbarui. Dalam rangka menjaga Cagar
Budaya dari ancaman pembangunan fisik, baik di wilayah perkotaan,
pedesaan, maupun yang berada di lingkungan air, diperlukan
pengaturan untuk menjamin eksistensinya. Oleh karena itu, upaya
pelestariannya mencakup tujuan untuk melindungi, mengembangkan,
dan memanfaatkannya. Hal itu berarti bahwa upaya pelestarian perlu
memperhatikan keseimbangan antara kepentingan akademis, ideologis,
dan ekonomis.
Pelestarian . . .
-3-
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Huruf a
Yang dimaksud dengan “asas Pancasila” adalah Pelestarian
Cagar Budaya dilaksanakan berdasarkan nilai-nilai
Pancasila.
Huruf b . . .
-4-
Huruf b
Yang dimaksud dengan “asas Bhineka Tunggal Ika” adalah
Pelestarian Cagar Budaya senantiasa memperhatikan
keberagaman penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi
khusus daerah, dan budaya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “asas kenusantaraan” adalah bahwa
setiap upaya Pelestarian Cagar Budaya harus
memperhatikan kepentingan seluruh wilayah negara
Indonesia.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “asas keadilan” adalah Pelestarian
Cagar Budaya mencerminkan rasa keadilan dan kesetaraan
secara proporsional bagi setiap warga negara Indonesia.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “asas ketertiban dan kepastian
hukum” adalah bahwa setiap pengelolaan Pelestarian Cagar
Budaya harus dapat menimbulkan ketertiban dalam
masyarakat melalui jaminan adanya kepastian hukum.
Huruf f
Yang dimaksud dengan “asas kemanfaatan” adalah
Pelestarian Cagar Budaya dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan kesejahteraan rakyat dalam aspek agama,
sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi,
kebudayaan, dan pariwisata.
Huruf g
Yang dimaksud dengan “asas keberlanjutan” adalah upaya
Pelestarian Cagar Budaya yang dilakukan secara terus-
menerus dengan memperhatikan keseimbangan aspek
ekologis.
Huruf h . . .
-5-
Huruf h
Yang dimaksud dengan “asas partisipasi” adalah setiap
anggota masyarakat didorong untuk berperan aktif dalam
Pelestarian Cagar Budaya.
Huruf i
Yang dimaksud dengan “asas transparansi dan akuntabilitas”
adalah Pelestarian Cagar Budaya dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat secara transparan dan terbuka dengan
memberikan informasi yang benar, jujur, dan tidak
diskriminatif.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Yang dimaksud dengan “di air” adalah laut, sungai, danau, waduk,
sumur, dan rawa.
Pasal 5
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “masa gaya” adalah ciri yang
mewakili masa gaya tertentu yang berlangsung
sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, antara lain
tulisan, karangan, pemakaian bahasa, dan bangunan rumah,
misalnya gedung Bank Indonesia yang memiliki gaya
arsitektur tropis modern Indonesia pertama.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Pasal 6 . . .
-6-
Pasal 6
Huruf a
Yang dimaksud dengan “sisa-sisa biota” adalah bagian yang
tertinggal dari flora dan fauna yang terkait dengan suatu
daerah.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “bersifat bergerak” adalah Benda
Cagar Budaya yang karena sifatnya mudah dipindahkan,
misalnya keramik, arca, keris, dan kain batik.
Huruf c
Cukup jelas.
Pasal 7
Huruf a
Yang dimaksud dengan “berunsur tunggal” adalah bangunan
yang dibuat dari satu jenis bahan dan tidak mungkin
dipisahkan dari kesatuannya.
Yang dimaksud dengan “berunsur banyak” adalah bangunan
yang dibuat lebih dari satu jenis bahan dan dapat dipisahkan
dari kesatuannya.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “berdiri bebas” adalah bangunan
yang tidak terikat dengan formasi alam, kecuali yang menjadi
tempat kedudukannya.
Yang dimaksud dengan “menyatu dengan formasi alam”
adalah struktur yang dibuat di atas tanah atau pada formasi
alam lain, baik seluruh maupun bagian-bagian strukturnya.
Pasal 8
Huruf a
Yang dimaksud dengan “berunsur tunggal” adalah struktur
yang dibuat dari satu jenis bahan dan tidak mungkin
dipisahkan dari kesatuannya.
Yang . . .
-7-
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “lanskap budaya” adalah bentang
alam hasil bentukan manusia yang mencerminkan
pemanfaatan situs atau kawasan pada masa lalu.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Pasal 11
Yang dimaksud dengan “arti khusus bagi masyarakat” adalah
memiliki nilai penting bagi masyarakat kebudayaan tertentu.
Yang dimaksud dengan “arti khusus bagi bangsa” adalah memiliki
nilai penting bagi negara dan rakyat Indonesia yang menjadi
simbol pemersatu, kebanggaan jati diri bangsa, atau yang
merupakan peristiwa luar biasa berskala nasional atau dunia.
Pasal 12 . . .
-8-
Pasal 12
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “fungsi sosialnya” adalah pada
prinsipnya Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya,
Struktur Cagar Budaya, dan/atau Situs Cagar Budaya yang
dimiliki oleh seseorang pemanfaatannya tidak hanya
berfungsi untuk kepentingan pribadi, tetapi juga untuk
kepentingan umum, misalnya untuk kepentingan ilmu
pengetahuan, teknologi, pendidikan, pariwisata, agama,
sejarah, dan kebudayaan.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “telah memenuhi kebutuhan negara”
adalah apabila negara sudah memiliki Benda Cagar Budaya,
Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur Cagar Budaya yang
jumlah dan jenisnya secara nasional telah tersimpan di
museum Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah serta di
situs tempat ditemukannya.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 13
Yang dimaksud dengan “masyarakat hukum adat” adalah
kelompok masyarakat yang bermukim di wilayah geografis
tertentu yang memiliki perasaan kelompok (in-group feeling),
pranata pemerintahan adat, harta kekayaan/benda adat, dan
perangkat norma hukum adat.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15 . . .
-9-
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “koleksi” adalah benda-benda bukti
material hasil budaya, termasuk naskah kuno, serta material
alam dan lingkungannya yang mempunyai nilai penting bagi
sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, kebudayaan,
teknologi, dan/atau pariwisata.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 19
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “instansi yang berwenang di bidang
kebudayaan” adalah unit pelaksana teknis untuk tingkat
pusat dan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) untuk
tingkat daerah.
Ayat (2) . . .
- 10 -
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Ayat (1)
Yang termasuk “aparat penegak hukum”, antara lain, adalah
polisi, jaksa, dan hakim.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28 . . .
- 11 -
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan “dilindungi dan diperlakukan sebagai
Cagar Budaya” adalah benda, bangunan, struktur, atau
lokasi yang dianggap telah memenuhi kriteria sebagai Cagar
Budaya.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2) . . .
- 12 -
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Contoh “bukti yang sah”, antara lain, adalah sertifikat
hak milik atas tanah, kuitansi pembelian, dan surat
wasiat yang disahkan oleh notaris.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Penyebarluasan informasi tentang Cagar Budaya dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain melalui penyuluhan, media cetak, media
elektronik, dan pementasan seni.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41 . . .
- 13 -
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “adiluhung” adalah Cagar Budaya
yang mengandung nilai-nilai yang paling tinggi.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48 . . .
- 14 -
Pasal 48
Huruf a
Yang dimaksud dengan “musnah” adalah tidak dapat
ditemukan lagi.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4) . . .
- 15 -
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “kegiatan pendokumentasian” adalah
pendataan, antara lain uraian teks, grafis, audio, video, foto,
film, dan gambar.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Yang dimaksud dengan “keadaan darurat” adalah kondisi yang
mengancam kelestarian Cagar Budaya, seperti terjadinya
kebakaran, banjir, gempa bumi, dan perang.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63 . . .
- 16 -
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Cukup jelas.
Pasal 72
Cukup jelas.
Pasal 73
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2) . . .
- 17 -
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “zona inti” adalah area
pelindungan utama untuk menjaga bagian terpenting
Cagar Budaya.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “zona penyangga” adalah area
yang melindungi zona inti.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “zona pengembangan” adalah
area yang diperuntukan bagi pengembangan potensi
Cagar Budaya bagi kepentingan rekreasi, daerah
konservasi lingkungan alam, lanskap budaya,
kehidupan budaya tradisional, keagamaan, dan
kepariwisataan.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “zona penunjang” adalah area
yang diperuntukan bagi sarana dan prasarana
penunjang serta untuk kegiatan komersial dan rekreasi
umum.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76 . . .
- 18 -
Pasal 76
Ayat (1)
Yang termasuk dalam konteks kerusakan adalah deteriorasi
(deterioration), yaitu fenomena penurunan karakteristik dan
kualitas Benda Cagar Budaya, baik akibat faktor fisik
(misalnya air, api, dan cahaya), mekanis (misalnya retak, dan
patah), kimiawi (misalnya asam keras, dan basa keras),
maupun biologis (misalnya jamur, bakteri, dan serangga).
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 77
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “rekonstruksi” adalah upaya
mengembalikan Bangunan Cagar Budaya dan Struktur Cagar
Budaya sebatas kondisi yang diketahui dengan tetap
mengutamakan prinsip keaslian bahan, teknik pengerjaan,
dan tata letak, termasuk dalam menggunakan bahan baru
sebagai pengganti bahan asli.
Yang dimaksud dengan “konsolidasi” adalah perbaikan
terhadap Bangunan Cagar Budaya dan Struktur Cagar
Budaya yang bertujuan memperkuat konstruksi dan
menghambat proses kerusakan lebih lanjut.
Yang . . .
- 19 -
Pasal 78
Cukup jelas.
Pasal 79 . . .
- 20 -
Pasal 79
Cukup jelas.
Pasal 80
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “fungsi sosial” adalah tidak hanya
berfungsi untuk kepentingan pribadi, tetapi juga untuk
kepentingan umum, misalnya untuk kepentingan ilmu
pengetahuan, teknologi, pendidikan, pariwisata, agama,
sejarah, dan kebudayaan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 81
Cukup jelas.
Pasal 82
Cukup jelas.
Pasal 83
Cukup jelas.
Pasal 84
Cukup jelas.
Pasal 85
Cukup jelas.
Pasal 86
Cukup jelas.
Pasal 87
Ayat (1)
Contoh dari kepentingan tertentu adalah untuk upacara
kenegaraan, keagamaan, dan tradisi.
Ayat (2) . . .
- 21 -
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 88
Cukup jelas.
Pasal 89
Cukup jelas.
Pasal 90
Cukup jelas.
Pasal 91
Cukup jelas.
Pasal 92
Cukup jelas.
Pasal 93
Cukup jelas.
Pasal 94
Cukup jelas.
Pasal 95
Cukup jelas.
Pasal 96
Cukup jelas.
Pasal 97
Cukup jelas.
Pasal 98
Cukup jelas.
Pasal 99 . . .
- 22 -
Pasal 99
Cukup jelas.
Pasal 100
Cukup jelas.
Pasal 101
Cukup jelas.
Pasal 102
Cukup jelas.
Pasal 103
Cukup jelas.
Pasal 104
Cukup jelas.
Pasal 105
Cukup jelas.
Pasal 106
Cukup jelas.
Pasal 107
Cukup jelas.
Pasal 108
Cukup jelas.
Pasal 109
Cukup jelas.
Pasal 110
Cukup jelas.
Pasal 111 . . .
- 23 -
Pasal 111
Cukup jelas.
Pasal 112
Cukup jelas.
Pasal 113
Cukup jelas.
Pasal 114
Cukup jelas.
Pasal 115
Cukup jelas.
Pasal 116
Cukup jelas.
Pasal 117
Cukup jelas.
Pasal 118
Cukup jelas.
Pasal 119
Cukup jelas.
Pasal 120
Cukup jelas.
TENTANG
MUSEUM
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Museum . . .
-2-
1. Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi,
mengembangkan, memanfaatkan koleksi, dan
mengomunikasikannya kepada masyarakat.
8. Pemilik . . .
-3-
8. Pemilik Museum adalah pemerintah, pemerintah
daerah, setiap orang atau masyarakat hukum adat yang
mendirikan museum.
9. Pengelola Museum adalah sejumlah orang yang
menjalankan kegiatan Museum.
10. Registrasi adalah proses pencatatan dan
pendokumentasian Benda Cagar Budaya, Bangunan
Cagar Budaya, dan/atau Struktur Cagar Budaya atau
Bukan Cagar Budaya yang telah ditetapkan menjadi
Koleksi.
11. Inventarisasi adalah kegiatan pencatatan Koleksi ke
dalam buku inventaris.
12. Pengelolaan Museum adalah upaya terpadu melindungi,
mengembangkan, dan memanfaatkan Koleksi melalui
kebijakan pengaturan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan
masyarakat.
13. Pengkajian Museum adalah kegiatan ilmiah yang
dilakukan menurut kaidah dan metode yang sistematis
untuk memperoleh data, informasi, dan keterangan
bagi kepentingan pelestarian.
14. Pemanfaatan Museum adalah pendayagunaan Koleksi
untuk kepentingan sebesar-besarnya kesejahteraan
masyarakat dengan tetap mempertahankan
kelestariannya.
15. Kompensasi adalah imbalan berupa uang dan/atau
bukan uang dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah.
16. Setiap Orang adalah perseorangan, kelompok orang,
masyarakat, badan usaha berbadan hukum, dan/atau
badan usaha bukan berbadan hukum.
17. Masyarakat Hukum Adat adalah kelompok masyarakat
yang bermukim di wilayah geografis tertentu yang
memiliki perasaan kelompok, pranata pemerintahan
adat, harta kekayaan/benda adat, dan perangkat
norma hukum adat.
18. Pemerintah . . .
-4-
18. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah,
adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
19. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau
walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
20. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kebudayaan.
Pasal 2
BAB II
KELEMBAGAAN MUSEUM
Bagian Kesatu
Pendirian, Standardisasi, dan Evaluasi Museum
Paragraf 1
Pendirian Museum
Pasal 3
d. memiliki . . .
-5-
d. memiliki sumber daya manusia;
e. memiliki sumber pendanaan tetap; dan
f. memiliki nama Museum.
(3) Dalam hal pendirian Museum dilakukan oleh Setiap
Orang atau Masyarakat Hukum Adat selain memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
memenuhi persyaratan berbadan hukum Yayasan.
(4) Museum yang didirikan dapat berjenis:
a. Museum umum; dan
b. Museum khusus.
(5) Museum khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
huruf b dapat berupa Museum Kepresidenan.
(6) Museum Kepresidenan sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) terdiri atas Museum Kepresidenan yang
didirikan dan dikelola oleh:
a. Pemerintah;
b. Pemerintah Daerah;
c. Setiap Orang; atau
d. Masyarakat Hukum Adat.
(7) Museum Kepresidenan yang didirikan dan dikelola oleh
Pemerintah atau Pemerintah Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) huruf a dan huruf b,
pengelolaan Museumnya dibiayai oleh anggaran
pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran
pendapatan dan belanja daerah.
(8) Museum Kepresidenan yang didirikan dan dikelola oleh
Setiap Orang atau Masyarakat Hukum Adat
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf c dan huruf
d, pengelolaan Museumnya dapat memperoleh bantuan
dari anggaran pendapatan dan belanja Negara dan/atau
anggaran pendapatan dan belanja daerah.
(9) Pendirian dan Pengelolaan Museum Kepresidenan
sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dan ayat (8) diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Presiden.
Pasal 4 . . .
-6-
Pasal 4
Paragraf 2 . . .
-7-
Paragraf 2
Standardisasi Museum
Pasal 5
Paragraf 3
Evaluasi Museum
Pasal 6
d. tidak . . .
-8-
d. tidak memenuhi standardisasi.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai evaluasi Museum
diatur dengan Peraturan Menteri.
Bagian Kedua
Paragraf 1
Penggabungan
Pasal 7
(5) Apabila . . .
-9-
(5) Apabila jangka waktu pelaporan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) tidak dipenuhi, Menteri,
gubernur, bupati, atau walikota sesuai dengan
kewenangannya, mencabut izin pendirian Museum yang
telah diberikan.
Paragraf 2
Pemecahan
Pasal 8
(4) Apabila . . .
- 10 -
(4) Apabila jangka waktu pendaftaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) tidak dipenuhi, Menteri,
gubernur, bupati, atau walikota sesuai dengan
kewenangannya, mencabut izin pendirian Museum yang
telah diberikan.
Paragraf 3
Pembubaran
Pasal 9
Paragraf 4
Pasal 10
a. terjadi . . .
- 11 -
a. terjadi penggabungan Museum;
b. Pemilik Museum menghendaki;
c. terjadi peristiwa hukum; dan/atau
d. Pemilik Museum tidak mampu melakukan
Pengelolaan Museum.
(2) Pemilik Museum yang mengalihkan kepemilikan
Museum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
memberitahukan pengalihan kepemilikan Museum
kepada instansi Pemerintah atau Pemerintah Daerah
yang bertanggungjawab di bidang permuseuman sesuai
dengan kewenangannya.
BAB III
Pasal 11
(2) Sumber . . .
- 12 -
(2) Sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling sedikit terdiri atas kepala Museum,
tenaga teknis, dan tenaga administrasi.
Pasal 12
BAB IV
PENGELOLAAN KOLEKSI
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 13
Bagian Kedua
Pengelolaan Administrasi
Paragraf 1
Koleksi
Pasal 14
a. benda utuh;
b. fragmen . . .
- 13 -
b. fragmen;
c. benda hasil perbanyakan atau replika;
d. spesimen;
e. hasil rekonstruksi; dan/atau
f. hasil restorasi.
(2) Koleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi syarat:
Paragraf 2
Pasal 15
Pasal 16
a. ilmiah . . .
- 14 -
a. ilmiah;
b. legalitas; dan
c. fisik.
(3) Hasil kajian sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diserahkan oleh tim pengadaan Koleksi kepada kepala
Museum.
a. penyelamatan;
b. pengamanan; dan/atau
c. pemeliharaan.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengadaan Koleksi
diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 17
Paragraf 3 . . .
- 15 -
Paragraf 3
Pasal 18
a. rusak;
b. hilang;
c. musnah; dan/atau
d. material atau bahannya membahayakan.
(2) Koleksi dapat dialihkan hak kepemilikannya apabila:
Pasal 19 . . .
- 16 -
Pasal 19
a. ilmiah; dan
b. fisik.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penghapusan Koleksi
diatur dengan Peraturan Menteri.
Paragraf 4
Peminjaman Koleksi
Pasal 20
a. kepentingan kebudayaan;
b. pengembangan pendidikan dan/atau ilmu
pengetahuan;
c. penelitian; dan/atau
d. promosi dan informasi.
(2) Peminjaman Koleksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dengan syarat:
(3) Perjanjian . . .
- 17 -
(3) Perjanjian tertulis peminjaman Koleksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b paling sedikit memuat:
a. identitas para pihak;
b. daftar Koleksi yang menjadi objek perjanjian;
c. tujuan peminjaman;
d. rencana penggunaan;
e. jangka waktu peminjaman;
f. hak dan kewajiban para pihak;
g. wanprestasi;
h. keadaan tak terduga di luar kemampuan manusia;
dan
i. penyelesaian apabila terjadi sengketa.
Pasal 21
Pasal 22 . . .
- 18 -
Pasal 22
Bagian Ketiga
Paragraf 1
Umum
Pasal 23
a. penyimpanan; dan
b. pemeliharaan.
Paragraf 2 . . .
- 19 -
Paragraf 2
Penyimpanan
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 26 . . .
- 20 -
Pasal 26
Pasal 27
Pasal 28
Paragraf 3
Pemeliharaan
Pasal 29
(2) Pengelola . . .
- 21 -
(2) Pengelola Museum wajib membuat prosedur operasional
standar untuk Pemeliharaan Koleksi.
(3) Kepala Museum bertanggungjawab menyediakan
sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk
pemeliharaan Koleksi.
Pasal 30
Pasal 31
BAB V
PENGAMANAN MUSEUM
Pasal 32
(3) Dalam . . .
- 22 -
(3) Dalam melaksanakan pengamanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Pengelola Museum dapat
melibatkan penyedia jasa pengamanan.
(4) Penyedia jasa pengamanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) tidak dapat melakukan pengamanan di
ruang penyimpanan dan ruang pamer.
(5) Pengamanan Museum sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) menjadi tanggung jawab
kepala Museum.
(6) Dalam rangka pengamanan Museum, kepala Museum
melakukan koodinasi dan kerja sama dengan Kepolisian
Republik Indonesia.
(7) Pengamanan bangunan gedung Museum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.
Pasal 33
BAB VI
PENGEMBANGAN
Bagian Kesatu
Pengkajian
Pasal 34
a. Koleksi . . .
- 23 -
a. Koleksi;
b. pengelolaan;
c. pengunjung; dan/atau
d. program.
(2) Pengkajian di Museum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1):
Pasal 35
Pasal 36
b. mengukur . . .
- 24 -
b. mengukur dan meningkatkan kinerja Pengelola
Museum; dan/atau
c. pengembangan kebijakan Pengelolaan Museum.
Pasal 37
Pasal 38
Bagian Kedua
Kerja Sama
Pasal 39
a. kesepakatan;
b. kesetaraan dan saling menguntungkan;
c. tidak merusak Koleksi;
d. tidak mengomersialkan Koleksi; dan
e. tidak digunakan untuk kepentingan politik tertentu.
(3) Kerja sama dalam pengembangan Museum dilakukan
oleh:
a. Pemerintah;
b. Pemerintah Daerah;
c. Setiap Orang; atau
d. Masyarakat Hukum Adat.
(4) Kerja sama dilakukan dalam bentuk:
a. pameran;
b. penelitian;
c. program publik;
d. pelatihan sumber daya manusia;
e. publikasi;
f. perbanyakan atau replika Koleksi; dan/atau
g. promosi dan informasi.
Pasal 40
a. bilateral; dan/atau
b. multilateral.
(2) Kerja sama dengan negara lain sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus berdasarkan perjanjian antarnegara
di bidang kebudayaan.
BAB VII
PEMANFAATAN
Pasal 41
Pasal 42 . . .
- 27 -
Pasal 42
Pasal 43
a. tujuan pemanfaatan;
b. waktu pemanfaatan;
c. lokasi pemanfaatan;
d. cara pemanfaatan;
e. bentuk pemanfaatan; dan
f. jumlah orang yang melakukan pemanfaatan.
(2) Cara pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d dilakukan berdasarkan ketentuan yang berlaku
di Museum yang bersangkutan.
(5) Pemanfaatan . . .
- 28 -
(5) Pemanfaatan dengan cara perbanyakan atau replika
terhadap Koleksi Bukan Cagar Budaya oleh Setiap
Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat dilakukan
dengan izin kepala Museum.
BAB VIII
Pasal 44
Pasal 45
a. kelembagaan Museum;
b. pengelolaan Koleksi;
c. peningkatan sumber daya manusia;
d. pengembangan Museum; dan
e. pemanfaatan Museum.
Pasal 46 . . .
- 29 -
Pasal 46
Pasal 47
BAB IX
PENDANAAN
Pasal 48
Pasal 49
b. anggaran . . .
- 30 -
b. anggaran pendapatan dan belanja daerah; dan/atau
c. sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 50
a. pembangunan Museum;
b. revitalisasi Museum; dan/atau
c. peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Pasal 51
BAB X
Pasal 52
(2) Peran . . .
- 31 -
(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan sesuai dengan visi dan misi Museum.
Pasal 53
Pasal 54
a. ide;
b. sarana dan/atau prasarana Museum;
c. penyerahan Koleksi;
d. penitipan Koleksi;
e. tenaga; dan/atau
f. pendanaan Museum.
(2) Penyerahan Koleksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c yang merupakan Cagar Budaya, harus
berdasarkan izin pejabat yang berwenang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Penitipan . . .
- 32 -
(4) Penitipan Koleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d yang merupakan Cagar Budaya, harus
berdasarkan izin pejabat yang berwenang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 55
BAB XI . . .
- 33 -
BAB XI
KOMPENSASI
Pasal 56
a. pendampingan;
b. tenaga teknis;
c. tenaga ahli;
d. sarana dan prasarana; dan/atau
e. tanda penghargaan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Kompensasi yang
diberikan oleh Menteri diatur dengan Peraturan
Menteri.
BAB XII. . .
- 34 -
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 57
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 58
Pasal 59
Pasal 60
Agar . . .
- 35 -
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 19 Agustus 2015
ttd.
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 19 Agustus 2015
ttd.
YASONNA H. LAOLY
ATAS
TENTANG
MUSEUM
I. UMUM
Secara konstitusional, Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa “negara
memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia
dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya”, sehingga kebudayaan Indonesia
perlu dihayati oleh seluruh warga negara. Berdasarkan landasan
konstitusi tersebut, kebudayaan Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai
luhur bangsa harus dilestarikan guna memperkukuh jati diri bangsa,
mempertinggi harkat dan martabat bangsa, memperkuat ikatan rasa
kesatuan dan persatuan, memperkuat pengamalan Pancasila,
meningkatkan kualitas hidup, memperkuat dan memperkukuh persatuan
bangsa, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai arah
kehidupan bangsa demi terwujudnya cita-cita bangsa pada masa depan.
Berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Pemerintah mempunyai kewajiban memajukan
kebudayaan secara utuh untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Sehubungan dengan itu, seluruh hasil karya bangsa Indonesia, baik pada
masa lalu, masa kini, maupun yang akan datang, perlu dimanfaatkan
sebagai modal pembangunan. Sebagai karya warisan budaya masa lalu,
Cagar Budaya dan Bukan Cagar Budaya menjadi perlu untuk
dipertahankan keberadaannya karena mengandung nilai-nilai penting
bagi umat manusia, seperti sejarah, estetika, ilmu pengetahuan, etnologi,
dan keunikan yang terwujud dalam bentuk Benda Cagar Budaya,
Bangunan Cagar Budaya, dan/atau Struktur Cagar Budaya dan Bukan
Cagar Budaya. Oleh karena itu, upaya pelestariannya mencakup tujuan
untuk melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya.
Berdasarkan . . .
-2-
Berdasarkan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010
tentang Cagar Budaya, upaya Pelestarian Benda Cagar Budaya,
Bangunan Cagar Budaya, dan/atau Struktur Cagar Budaya dan Bukan
Cagar Budaya dilakukan oleh Museum sebagai lembaga permanen yang
tidak mencari keuntungan guna melayani masyarakat dengan tujuan
pengkajian, pendidikan, dan kesenangan. Tidak setiap lembaga
mempunyai koleksi sebagai Museum. Museum mempunyai persyaratan
pada saat didirikan dan keberadaannya dengan sumber daya manusia
yang mempunyai kualifikasi tertentu untuk pengelolaan Museum. Setiap
Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat dapat berperan serta
melakukan pelestarian melalui pelindungan, pengembangan, dan
pemanfaatannya. Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat yang
berperan dalam Pelestarian Koleksi memperoleh penghargaan berupa
kompensasi.
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2) . . .
-3-
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan “nama Museum” adalah nama
dari Museum yang didirikan, tapi bukan pemberian
nama dengan sebutan Museum nasional, Museum
provinsi, dan Museum kabupaten atau kota karena
sebutan tersebut hanya ada 1 (satu) di ibukota negara
untuk Museum nasional, di provinsi untuk Museum
provinsi, di kabupaten atau kota untuk Museum
kabupaten atau kota.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “Museum umum” adalah
Museum yang menginformasikan tentang berbagai
cabang seni, peristiwa, disiplin ilmu dan teknologi yang
koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material
manusia dan/atau lingkungannya. Misalnya antara lain
Museum nasional, Museum provinsi, dan Museum
kabupaten atau kota.
Huruf b . . .
-4-
Huruf b
Yang dimaksud dengan “Museum khusus” adalah
Museum yang menginformasikan tentang 1 (satu)
peristiwa, 1 (satu) riwayat hidup seseorang, 1 (satu)
cabang seni, 1 (satu) cabang ilmu, atau 1 (satu) cabang
teknologi yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti
material manusia dan/atau lingkungannya. Misalnya
Misalnya Museum Kebangkitan Nasional, Museum
Panglima Besar Soedirman Yogyakarta, Museum Neka
Bali, Museum Basoeki Abdullah Jakarta, Museum
Transportasi Taman Mini Indonesia Indah, Museum
Geologi Bandung, dan Museum Kepresidenan di Istana
Presiden Bogor.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang termasuk dalam Pengelolaan Museum antara lain
bangunan, sumber daya manusia, Koleksi, program publik,
dan pendanaan.
Ayat (3) . . .
-5-
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Ayat (1)
Pemilik Museum yang melakukan penggabungan harus
membuat kesepakatan secara tertulis.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b . . .
-6-
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “terjadi peristiwa hukum”
misalnya pemilik Museum meninggal dunia yang
menyebabkan kehilangan statusnya sebagai subjek
hukum dan kepemilikannya beralih kepada ahli waris.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 11
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Kepala Museum mempunyai tugas dan tanggung jawab
terhadap seluruh proses Pengelolaan Museum sesuai dengan
visi dan misi Museum.
Yang dimaksud dengan “tenaga teknis” adalah:
a. register yaitu petugas teknis yang melakukan kegiatan
pencatatan dan pendokumentasian Koleksi;
b. Kurator yaitu petugas teknis yang karena kompetensi
keahliannya bertanggungjawab dalam pengelolaan
Koleksi;
c. konservator yaitu petugas teknis yang melakukan
kegiatan pemeliharaan dan perawatan Koleksi;
d. penata . . .
-7-
d. penata pameran yaitu petugas teknis yang melakukan
kegiatan perancangan dan penataan di museum;
e. edukator yaitu petugas teknis yang melakukan kegiatan
edukasi dan penyampaian informasi Koleksi; dan
f. hubungan masyarakat dan pemasaran yaitu petugas
teknis melakukan kegiatan komunikasi dan pemasaran
program-program Museum.
Yang dimaksud dengan “tenaga administrasi” adalah tenaga
yang melaksanakan pekerjaan:
a. ketatausahaan;
b. kepegawaian;
c. keuangan;
d. keamanan; dan/atau
e. kerumahtanggaan.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “benda utuh” meliputi benda,
bangunan, dan/atau struktur yang dalam keadaan
sempurna sebagaimana adanya atau sebagaimana
semula (tidak berubah, tidak rusak, dan tidak
berkurang).
Huruf b
Yang dimaksud dengan “fragmen” adalah bagian atau
pecahan dari suatu benda yang:
1. dapat diidentifikasi bentuk utuhnya; dan
2. terdapat . . .
-8-
2. terdapat ragam hias yang memiliki arti penting bagi
ilmu pengetahuan, sejarah, seni, dan/atau
kebudayaan.
Huruf c
Huruf d
Huruf e
Huruf f
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 15 . . .
-9-
Pasal 15
Konversi dilakukan apabila ditemukan Koleksi di Museum yang
tidak diketahui asal usulnya.
Pasal 16
Ayat (1)
Tim pengadaan Koleksi terdiri atas:
a. Kurator;
b. Register; dan
c. Konservator.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “Registrasi Koleksi” adalah
pendokumentasian Koleksi ke dalam buku Registrasi yang
dilakukan oleh register, yang meliputi pemberian nomor
Registrasi, pembuatan foto Koleksi, dan pencatatan lalu lintas
Koleksi.
Yang . . .
- 10 -
Yang dimaksud dengan “Inventarisasi Koleksi” adalah
pencatatan dan pengelolaan Koleksi yang dilakukan oleh
kurator, yang meliputi pengklasifikasian Koleksi, pemberian
nomor inventaris, pencatatan pada buku inventaris,
pembuatan kartu katalog Koleksi, dan pengisian lembar kerja
kuratorial.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 18
Ayat (1)
Huruf a
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4) . . .
- 11 -
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 19
Ayat (1)
a. register;
b. kurator; dan
c. konservator.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24 . . .
- 12 -
Pasal 24
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Pasal 25
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28 . . .
- 13 -
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Ayat (1)
Huruf a
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3) . . .
- 14 -
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39 . . .
- 15 -
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 42
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c . . .
- 16 -
Huruf c
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Pasal 50 . . .
- 17 -
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Pasal 52
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c . . .
- 18 -
Huruf c
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Huruf f
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56 . . .
- 19 -
Pasal 56
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60 . . .
- 20 -
Pasal 60
Cukup jelas.
SALINAN
PRE S I DEN
RE PUBLI K INDONESI A
Dengan ...
-----~ -
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-2 -
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
MEMUTUSKAN:
Menetapkan UNDANG-UNDANG TENTANG PEMAJUAN KEBUDAYAAN .
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
6 . Pemanfaatan ... ·
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-3 -
6. Pemanfaatan adalah upaya pendayagunaan Objek
Pemajuan Kebudayaan untuk menguatkan ideologi,
politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan
keamanan dalam mewujudkan tujuan nasional.
7. Pembinaan adalah upaya pemberdayaan Sumber
Daya Manusia Kebudayaan , lembaga Kebudayaan,
dan pranata Kebudayaan dalam meningkatkan dan
memperluas peran aktif dan inisiatif masyarakat.
8. Objek Pemajuan Kebudayaan adalah unsur
Kebudayaan yang menjadi sasaran utama Pemajuan
Kebudayaan.
9. Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah adalah dokumen
yang memuat kondisi faktual dan permasalahan
yang dihadapi daerah dalam upaya Pemajuan
Kebudayaan beserta usulan penyelesaiannya.
10. Strategi Kebudayaan adalah dokumen tentang arah
Pemajuan Kebudayaan yang berlandaskan pada
potensi, situasi, dan kondisi Kebudayaan Indonesia
untuk mewujudkan tujuan nasional.
11. Rencana Induk Pemajuan Kebudayaan adalah
pedoman bagi Pemerintah Pusat dalam
melaksanakan Pemajuan Kebudayaan.
12. Sistem Pendataan Kebudayaan Terpadu adalah
sistem data utama Kebudayaan yang
mengintegrasikan seluruh data Kebudayaan dari
berbagai sumber.
13. Sumber Daya Manusia Kebudayaan adalah orang
yang bergiat, bekerja, dan/ atau berkarya dalam
bidang yang berkaitan dengan Objek Pemajuan
Kebudayaan .
14. Setiap Orang adalah orang perseorangan, kelompok
orang, orgamsas1 masyarakat, dan/ a tau badan
usaha yang berbentuk badan hukum atau bukan
badan hukum.
15 . Pemerintah ...
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-4-
15. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan
negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil
Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
16. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerin tahan daerah yang
memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah otonom.
17. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang Kebudayaan.
Pasal 2
Pasal3
Pasal4 ...
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-5-
Pasal4
Pasal5
BAB II ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-6 -
BAB II
PEMAJUAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal6
Pasal 7
Pasal8
Pasal9
Pasal 10 ...
PRES I DEN
REPUBLI K INDONESIA
- 27--
Pasal 10
Pasal 11
(3) Anggaran . . .
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-8-
(3) Anggaran penyusunan Pokok Pikiran Kebudayaan
Daerah kabupatenjkota dibebankan kepada
anggaran pendapatan dan belanja daerah.
(4) Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah kabupatenjkota
ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
penyusunan Pokok Pikiran Ke budayaan Daerah
kabupatenjkota sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) sampai dengan ayat (4) diatur dengan Peraturan
Presiden.
Pasal 12
(3) Anggaran . . . ·
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-9 -
(3) Anggaran penyusunan Pokok Pikiran Kebudayaan
Daerah provms1 dibebankan kepada anggaran
pendapatan dan belanja daerah.
(4) Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah provms1
ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengena1 tata cara
penyusunan Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah
provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sampai dengan ayat (4) diatur dengan Peraturan
Presiden.
Pasal 13
b. peta ... .
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 10-
b. peta perkembangan faktor budaya di luar Objek
Pemajuan Kebudayaan;
c. peta Sumber Daya Manusia Kebudayaan,
lembaga Kebudayaan, dan pranata Kebudayaan
di seluruh wilayah Indonesia;
d. identifikasi sarana dan prasarana Kebudayaan di
seluruh wilayah Indonesia;
e. peta permasalahan dalam Pemajuan Kebudayaan
di seluruh wilayah Indonesia; dan
f. analisis permasalahan dalam Pemajuan
Kebudayaan di seluruh wilayah Indonesia.
(4) Penyusunan Strategi Kebudayaan dilakukan dengan:
a . menggunakan pendekatan yang komprehensif;
b. menyusun kajian yang bersifat multidisipliner;
dan
c. memperhatikan sifat saling terkait, saling
terhui?ung, dan saling tergantung antar-
Kebudayaan di Indonesia.
(5) Anggaran penyusunan Strategi Kebudayaan
dibebankan kepada anggaran pendapatan dan
belanja negara.
(6) Strategi Kebudayaan ditetapkan oleh Presiden.
(7) Ketentuan Jebih lanjut mengenm tata cara
penyusunan Strategi Kebudayaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (6)
diatur dengan Peraturan Presiden .
Pasal 14
- 11 -
(2) Rencana Induk Pemajuan Kebudayaan berisi:
a. visi dan misi Pemajuan Kebudayaan;
b. tujuan dan sasaran;
c. perencanaan;
d. pembagian wewenang; dan
e. alat ukur capaian.
(3) Rencana Induk Pemajuan Kebudayaan disusun
untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun dan dapat
ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Rencana Induk
Pemajuan Kebudayaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) , ayat (2) , dan ayat (3) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Pasal 15
- 12 -
(5) Sistem Pendataan Kebudayaan Terpadu harus dapat
diakses oleh Setiap Orang.
(6) Pengelolaan Sistem Pendataan Kebudayaan Terpadu
harus mempertimbangkan kedaulatan, keamanan,
dan ketahanan nasional.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai Sistem Pendataan
Kebudayaan Terpadu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sampai dengan ayat (6) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Bagian Kedua
Pelindungan
Paragraf 1
In ven tarisasi
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18 ...
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 13 -
Pasal 18
Pasal 19
Pasal20
Pasal 21 ...
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 14 -
Pasal 21
Paragraf 2
Pengamanan
Pasal 22
Pasal 23
Paragraf 3 ...
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 15 -
Paragraf 3
Pemeliharaan
Pasal24
Pasal25
Paragraf 4 ...
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 16-
Paragraf 4
Penyelamatan
Pasal 26
Pasal27
Paragraf 5
Publikasi
Pasal28
- 17 -
(2) Setiap Orang dapat berperan aktif dalam melakukan
publikasi terhadap informasi yang berkaitan dengan
inventarisasi, pengamanan, pemeliharaan, dan
penyelamatan Objek Pemajuan Kebudayaan.
(3) Publikasi dilakukan untuk penyebaran informasi
kepada publik baik di dalam negeri maupun di luar
negeri dengan menggunakan berbagai bentuk media.
Pasal29
Bagian Ketiga
Pengembangan
Pasal30
c. pengayaan keberagaman.
Pasal 31 ...
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 18 -
Pasal 31
Bagian Keempat
Pemanfaatan
Pasal32
Pasal 33
- 19 -
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pemanfaatan Objek
Pemajuan Kebudayaan untuk membangun karakter
bangsa dan meningkatkan ketahanan budaya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Pasal 34
Pasal 35
- 24 -
1. menggunakan Kebudayaan sebagai salah satu media
diplomasi internasional;
J. meningkatkan kerja sama internasional di bidang
Kebudayaan; dan
k. menghidupkan dan menjaga ekosistem Kebudayaan
yang berkelanjutan.
Pasal44
Bagian Kedua
Wewenang
Pasal45
a . merumuskan . . .
PRE S I DEN
REPUBLI K INDONESI A
- 25-
a. merumu skan dan menetapkan kebijakan Pemajuan
Kebud ayaan;
b. merencanakan, menyelenggarakan, dan mengawas1
Pemajuan Kebudayaan;
c. merumuskan dan menetapkan mekanisme
pendanaan dalam Pemajuan Kebudayaan; dan
d. merumuskan dan menetapkan norma, standar,
prosedur, dan kriteria Pemajuan Kebudayaan.
Pasal 46
BABV ...
PRES I DEN
REP UBLI K INDONESIA
- 26-
BABV
PENDANAAN
Pasal47
Pasal48
Pasal49
BAB VI ...
PRES I DEN
REP UBLI K INDONESI A
- 27-
BAB VI
PENGHARGAAN
Pasal 50
Pasal 51
Pasal 52 ...
P RES I DEN
REP UBLI K I N DO NES I A
- 28 -
Pasal 52
BAB VII
LARANGAN
Pasal 53
Pasal54
BAB VIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 55
mengakibatkan .. .
PRES I DE N
REP U BLIK IN DO N E SIA
- 29-
mengakibatkan tidak dapat dipakainya sarana dan
prasarana Pemajuan Kebudayaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 53 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda
paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah).
Pasal 56
Pasal57
e. pelarangan . . .
PRES I DEN
REP U BLIK I N DO N E S I A
- 30 -
e. pelarangan kepada pengurus tersebut untuk
mendirikan korporasi dalam bidang usaha yang
sama.
Pasal 58
BABIX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal59
Pasal60
Pasal 61
Agar ...
PRES I DEN
REP U BLIK I N DO N E SIA
- 31 -
Agar setiap orang mengetahuinya , memerin tahkan
pengundangan U ndang-U ndang m1 dengan
penempatanny a dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Disahkan di Jakarta
padatanggal24Mei 2 017
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd .
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta
padatanggal29Mei2017
MENTER! HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd .
YASONNA H. LAOLY
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOM OR 5 TAHUN 2017
TENTANG
PEMAJUAN KEBUDAYAAN
I. UMUM
Indonesia ...
P RE S I DEN
RE PU B LI K I N DONE S I A
-2 -
Indonesia menghadapi berbagai masalah, tantangan, dan peluang
dalam memajukan Kebudayaan Nasional Indonesia.
Untuk itu, diperlukan langkah strategis berupa upaya Pemajuan
Kebudayaan melalui Pelindungan, Pengembangan, Pemanfaatan, dan
Pembinaan guna mewujudkan masyarakat Indonesia sesuai dengan
prinsip "Trisakti" yang disampaikan oleh Ir. Soekarno sebagai pendiri
Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam pidato tanggal 17
Agustus 1964, yaitu berdaulat secara politik, berdikari secara
ekonomi, dan berkepribadian dalam Kebudayaan.
Langkah strategis berupa upaya Pemajuan Kebudayaan tersebut
harus dipandang sebagai investasi untuk membangun masa depan
dan peradaban bangsa, bukan sebagai beban biaya .
Pemajuan Kebudayaan Nasional Indonesia dilaksanakan
berlandaskan Pancasila, Undang-Undang Dasar · Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
Bhinneka Tunggal Ika. Asas Pemajuan Kebudayaan Nasional
Indonesia adalah toleransi, keberagaman, kelokalan, lintas wilayah ,
partisipatif, manfaat, keberlanjutan, kebebasan berekspresi,
keterpaduan, kesederajatan, dan gotong royong. Adapun tujuannya
adalah untuk mengembangkan nilai-nilai luhur budaya bangsa,
memperkaya keberagaman budaya , memperteguh jati diri bangsa,
memperteguh persatuan dan · kesatuan bangsa, m encerdaskan
kehidupan bangsa, meningkatkan citra bangsa, mewujudkan
masyarakat madani, meningkatkan kesejahteraan rakyat,
melestarikan warisan budaya bangsa, dan mempengaruhi arah
perkembangan peradaban dunia sehingga Kebudayaan menjadi
haluan pembangunan nasional.
Dalam usaha memajukan Kebudayaan Nasional Indonesia
diperlukan payung hukum yang memadai sebagai pedoman dalam
Pemajuan Kebudayaan secara menyeluruh dan terpadu sehingga
perlu disusun Undang-Undang tentang Pemajuan Kebudayaan.
Undang-Undang ...
PRES I DEN
REP U BLIK INDONESIA
-3 -
Undang-Undang tentang Pemajuan Kebudayaan secara umum
mengatur materi pokok mengenai Ketentuan Umum, Pemajuan, Hak
dan Kewajiban, Tugas dan Wewenang, Pendanaan, Penghargaan,
Larangan, Ketentuan Pidana, dan Ketentuan Penutup yang diuraikan
dalam batang tubuh Undang-Undang tentang Pemajuan Kebudayaan
serta penj elasannya.
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Huruf a
Yang dimaksud dengan "asas toleransi" adalah bahwa
Pemajuan Kebudayaan dilandasi dengan saling menghargai
dan menghormati.
Hurufb
Yang dimaksud dengan "asas keberagaman" adalah bahwa
Pemajuan Kebudayaan mengakui dan memelihara perbedaan
suku bangsa, ras, agama, dan kepercayaan.
Huruf c
Yang dimaksud dengan "asas kelokalan" adalah bahwa
Pemajuan Kebudayaan memperhatikan karakteristik sumber
daya alam, ekosistem, kondisi geografis, budaya masyarakat
setempat, dan kearifan lokal.
Hurufd ...
P RES I DEN
REP UBLI K I N DONE S I A
-4 -
Huruf d
Yang dimaksud dengan "asas lintas wilayah" adalah bahwa
Pemajuan Kebudayaan memperhatikan dinamika budaya
lokal tanpa dibatasi oleh batas administratif.
Hurufe
Yang dimaksud dengan "asas partisipatif' adalah bahwa
Pemajuan Kebudayaan dilakukan dengan melibatkan peran
aktif Setiap Orang baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Huruff
Yang dimaksud dengan "asas manfaat" adalah bahwa
Pemajuan Kebudayaan berorientasi pada investasi masa
depan sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal
bagi kesejahteraan rakyat.
Huruf g
Yang dimaksud dengan "asas keberlanjutan" adalah bahwa
Pemajuan Kebudayaan dilaksanakan secara sistematis,
terencana, berkesinambungan, dan berlangsung terus-
menerus dengan memastikan terjadi regenerasi Sumber
Daya Manusia Kebudayaan dan memperhatikan kepentingan
generasi yang akan datang.
Hurufh
Yang dimaksud dengan "asas kebebasan berekspresi" adalah
bahwa upaya Pemajuan Kebudayaan menjamin kebebasan
individu atau kelompok dalam menyampaikan ekspresi
kebudayaannya sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan.
Huruf i ...
PRES I DE N
REP U B LI K I N DONE S I A
-5 -
Huruf i
Yang dimaksud dengan "asas keterpaduan" adalah bahwa
Pemajuan Kebudayaan dilaksanakan secara terhubung dan
terkoordinasi lintas sektor, lintas wilayah, dan lintas
pemangku kepentingan.
Hurufj
Yang dimaksud dengan "asas kesederajatan" adalah bahwa
Pemajuan Kebudayaan menjamin kedudukan yang sama
dalam masyarakat yang memiliki Kebudayaan yang beragam.
Hurufk
Yang dimaksud dengan "asas go tong royong" adalah bahwa
Pemajuan Kebudayaan dilaksanakan dengan semangat kerja
bersama yang tulus.
Pasal4
Cukup jelas.
Pasal 5
Huruf a
Yang dimaksud dengan "tradisi lisan" adalah tuturan yang
diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat, antara
lain, sejarah lisan, dongeng, rapalan, pantun, dan cerita
rakyat.
Hurufb ...
PRE S I DEN
R EPUBLI K I N DONESI A
-6 -
Hurufb
Yang dimaksud dengan "manuskrip" adalah naskah beserta
segala informasi yang terkandung di dalamnya, yang
memiliki nilai budaya dan sejarah, antara lain, serat, babad,
hikayat, dan kitab.
Huruf c
Yang dimaksud dengan "adat istiadat" adalah ke biasaan
yang didasarkan pada nilai tertentu dan dilakukan oleh
kelompok masyarakat secara terus-menerus dan diwariskan
pada generasi berikutnya, antara lain, tata kelola lingkungan
dan tata cara penyelesaian sengketa.
Huruf d
Yang dimaksud dengan "ritus" adalah tata cara pelaksanaan
upacara atau kegiatan yang didasarkan pada nilai tertentu
dan dilakukan oleh kelompok masyarakat secara terus-
menerus dan diwariskan pada generasi berikutnya, antara
lain, berbagai perayaan, peringatan kelahiran, upacara
perkawinan, upacara kematian, dan ritual kepercayaan
beserta perlengkapannya.
Huruf e
Yang dimaksud dengan "pengetahuan tradisional" adalah
seluruh ide dan gagasan dalam masyarakat, yang
mengandung nilai-nilai setempat sebagai hasil pengalaman
nyata dalam berinteraksi dengan lingkungan, dikembangkan
secara terus-menerus dan diwariskan pada . generas1
berikutnya.
Pengetahuan ...
PRE S I DEN
R EPUBLI K INDONESI A
-7-
Pengetahuan tradisional antara lain kerajinan, busana,
metode penyehatan, Jamu, makanan dan minuman
tradisional, serta pengetahuan dan kebiasaan perilaku
mengenai alam dan semesta.
Huruf f
Yang dimaksud dengan "teknologi tradisional" adalah
keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang atau
cara yang diperlukan bagi kelangsungan atau kenyamanan
hidup manusia dalam bentuk produk, kemahiran, dan
keterampilan masyarakat sebagai hasil pengalaman nyata
dalam berinteraksi dengan lingkungan, dikembangkan
secara terus-menerus dan diwariskan pada generasi
berikutnya.
Hurufg
Yang dimaksud dengan "seni" adalah ekspresi artistik
individu, kolektif, atau komunal, yang berbasis warisan
budaya maupun berbasis kreativitas penciptaan baru, yang
terwujud dalam berbagai bentuk kegiatan dan/ a tau
medium. Seni antara lain seni pertunjukan, seni rupa, seni
sastra, film, seni musik, dan seni media.
Hurufh
Yang dimaksud dengan "bahasa" adalah sarana komunikasi
antarmanusia, baik berbentuk lisan, tulisan, maupun
isyarat, antara lain , bahasa Indonesia dan bahasa daerah .
Huruf i ...
PRES I D EN
REP UBLI K I N DO N ESI A
-8-
Huruf i
Yang dimaksud dengan "permainan rakyat" adalah berbagai
perma1nan yang didasarkan pada nilai tertentu dan
dilakukan oleh kelompok masyarakat secara terus menerus
·dan diwariskan pada generasi berikutnya, yang bertujuan
untuk menghibur diri, antara lain, permainan kelereng,
congklak, gasing, dan gobak sodor.
Hurufj
Yang dimaksud dengan "olah raga tradisional" adalah
berbagai aktivitas fisik dan/ atau mental yang bertujuan
untuk menyehatkan diri, peningkatan daya tahan tubuh ,
didasarkan pada nilai tertentu, dilakukan oleh kelompok
masyarakat secara terus-menerus, dan 'diwariskan pada
generasi berikutnya, antara lain, bela diri, pasola, lompat
batu, dan debus.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Yang dimaksud dengan "pengarusutamaan Kebudayaan" adalah
strategi yang dilakukan secara rasional dan sistematis melalui
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi kebijakan
serta rangkaian program yang memperhatikan Pelindungan ,
Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9 ...
P RES I D E N
REP UBLI K INDONE S I A
-9 -
Pasal 9
Yang dimaksud dengan "berjenjang" adalah penyusunan
serangkaian dokumen secara berurutan dari Pokok Pikiran
Pemajuan Kebudayaan Daerah kabupatenjkota, Pokok Pikiran
Pemajuan Kebudayaan Daerah provinsi, Strategi Kebudayaan,
sampai dengan Rencana Induk Pemajuan Kebudayaan.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Ayat(1)
Yang dimaksud dengan "kompetensi" adalah tingkat
penguasaan pengetah uan, keteram pilan, dan/ a tau keahlian
serta sikap yang relevan dalam suatu bidang.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 12 . ..
PRES I DEN
REP U BLIK IN DO NES I A
- 10 -
Pasal 12
Ayat (1)
Pemangku kepentingan antara lain pemangku adat, tokoh
masyarakat, dan komunitas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 13
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "kompetensi" adalah tingkat
penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan/ a tau keahlian
serta sikap yang relevan dalam suatu bidang.
- 11 -
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan "abstrak" adalah rangkuman dari
isi tulisan dalam format yang sangat singkat atau dengan
kata lain penyajian atau gambaran ringkas yang benar,
tepat, dan jelas mengenai isi dokumen.
Hurufb
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Hurufd
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Hurufb
Faktor bud aya di luar Objek Pemajuan Kebudayaan
antara lain eagar budaya , masyarakat adat, lingkungan
hidup, dan data maritim di seluruh wilayah Indonesia.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf d ...
PRES I DEN
REP U BLIK I NDONES I A
- 12 -
Huruf d
Cukup j elas.
· Huruf e
Cukup j elas.
Huruf f
Cukup jelas.
Ay at (4)
Cukup jelas.
Ay at (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ay at (7)
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Ay at(1)
Cukup jelas.
Ay at (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Hurufb ...
P RES I DEN
RE PUBLI K INDONESI A
- 13 -
Hurufb
Cukup jelas.
· Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Data lain terkait kebudayaan seperti eagar budaya,
museum, film, dan buku.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 16
Ayat(1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan "pencatatan dan
pendokumentasian" adalah upaya merekam untuk
menggambarkan ...
P RES I D E N
RE PUBLI K INDONE S I A
- 14 -
menggambarkan keadaan Objek Pemajuan Kebudayaan
baik wujud fisik maupun arti sosialnya dengan tujuan
untuk mengidentifikasi Objek Pemajuan Kebudayaan.
· Hurufb
Cukup jelas.
Hurufc
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Ayat(1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "memfasili tasi" adalah segala
dukungan, berupa dana atau sumber daya lainnya, yang
diberikan untuk memudahkan Setiap Orang dalam
melakukan pencatatan dan pendokumentasian, sesua1
dengan kemampuan keuangan negara.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 19 ...
PRES IDEN
REP U BLIK I N D ON E S I A
- 15-
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "pihak asing" adalah warga negara
asing, organisasi asing, badan hukum ·asing, korporasi asing,
atau negara asing.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal24
Cukup jelas.
Pasal 25 .. .
PRES I DEN
REP UBLI K INDONESI A
- 16 -
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Yang dimaksud dengan "revitalisasi" adalah
menghidupkan kembali Objek Pemajuan Kebudayaan
yang telah atau hampir musnah. Revitalisasi dilakukan,
an tara lain:
a. menggali atau mempelajari kembali berbagai data
Objek Pernajuan Kebudayaan dan/ a tau Objek
Pemajuan Kebudayaan yang . telah atau hampir
musnah, yang terdapat baik di dalam maupun di luar
negen;
b. mewujudkan kembali Objek Pemajuan Kebudayaan
yang telah atau hampir musnah; dan
c . mendorong kembali penggunaan Objek Pemajuan
Kebudayaan yang telah atau hampir musnah .
Hurufb
Yang dimaksud dengan "repatriasi" adalah
mengembalikan Objek Pemajuan Kebudayaan yang
berada di luar wilayah Republik Indonesia ke dalam
wilayah Republik Indonesia. Repatriasi dilakukan, antara
lain ...
PRES I DEN
REP UBLI K I NDONES IA
- 17 -
lain, dengan pembelian Objek Pemajuan Kebudayaan
yang ada di luar negeri, kerja sama pengembalian Objek
Pemajuan Kebudayaan dengan negara asing, dan
advokasi di tingkat internasional.
Huruf c
Yang dimaksud dengan "restorasi" adalah
mengembalikan atau memulihkan Objek Pemajuan
Ke budayaan ke keadaan semula.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Bentuk media yang digunakan untuk publikasi disesuaikan
dengan sasaran dan tujuan publikasi.
Pasal 29
Cuku p j elas.
Pasal 30
Ayat(1)
Cukup jelas.
- 18 -
Ayat (2)
Cukup j elas.
Ayat (3)
· Huruf a
Penyebarluasan dilakukan melalui diseminasi dan
diaspora. Diseminasi dilakukan, antara lain, melalui
penyebaran nilai-nilai budaya ke luar negeri, pertukaran
budaya, pameran, dan festival. Diaspora dilakukan,
antara lain, m elalui penyebaran pelaku budaya dan
identitas budaya k e luar negeri.
Hurufb
Pengkajian dilakukan baik melalui · penelitian ilmiah
maupun metode kajian tradisional untuk menggali
kembali nilai kearifan lokal untuk pengembanga n
Kebudayaan masa depan.
Huruf c
Pengayaan keberagaman dilakukan, antara lain, melalui
penggabungan budaya (asimilasi) , penyesuaian budaya
sesuai dengan konteks ruang dan waktu (adaptasi) ,
penciptaan kreasi baru atau kreasi hasil dari
pengembangan budaya sebelumnya (inovasi), dan
penyerapan budaya asing menjadi bagian dari budaya
Indonesia (akulturasi).
Pasal 31
Cuku p j elas .
Pasal 32 ...
PR ES I DEN
R EP U B LI K I N DO NES I A
- 19 -
Pasal 32
Ayat(l)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Hurufb
Yang dimaksud dengan "ketahanan budaya " adala h
kemampuan suatu kebudayaan dalam mempertahankan
dan mengembangkan identitas, p engeta huan, serta
praktik budayanya yang r elevan.
Hurufc
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Pasal 33
Ayat(l)
Huruf a
Yang dimaksud denga n "internalisasi nila i budaya "
adalah upaya menanamkan nilai budaya yang
menimbulkan kesadaran dan k eyakinan untuk
diwujudkan dalam sikap dan perilaku.
Hurufb
Cukup jelas.
Huruf c ...
PRE S I DEN
REP UBLI K INDONESIA
- 20-
Huruf c
Cukup jelas.
Hurufd
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 34
Ayat (1)
Pengolahan Objek Pemajuan Kebudayaan menjadi produk,
antara lain, di bidang perdagangan, perindustrian, dan
pariwisata.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal37 ... .
PRES I D E N
REP UBLI K I N DO N E S I A
- 21 -
Pasal37
Ayat (1)
Kriteria industri besar didasarkan pada ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur bidang perindustrian
· dan perdagangan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Menghidupkan dan menJaga ekosistem Objek Pemajuan
Kebudayaan terkait, misalnya pada kain tenun, yaitu
memastikan ketersediaan pemintal, penenun, bahan baku ,
keterampilan, teknik pengerjaan, dan pewarna alami.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal40
Cukup jelas.
· Pasal41 ...
P RES I DEN
REP U B LI K I N DON ES I A
- 22 -
Pasal41
Huruf a
Cukup jelas.
Hurufb
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Hurufd
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan "sarana dan prasarana Kebudayaan"
adalah fasilitas penunJang terselenggaranya aktivitas
Kebudayaan, antara lain, museum, ruang pertunjukan,
galeri, sanggar, bioskop publik, perpustakaan, taman kota,
ke bun raya, gelanggang, dan taman budaya.
Huruff
Cukup jelas.
Pasal42
Huruf a
Cukup jelas.
Hurufb
Cukup jelas.
Huruf c . ..
PRES I DE N
REP U B LI K INDO N E SIA
- 23-
Hurufc
Cukup jelas.
Huruf d
· Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan "sarana dan prasarana Kebudayaan"
adalah fasilitas penunJang terselenggaranya aktivitas
Kebudayaan, antara lain museum, ruang pertunjukan,
galeri, sanggar, bioskop publik, perpustakaan, taman kota,
ke bun raya , gelanggang, dan taman budaya .
Pasal43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal46
Cuku p j elas.
Pasal47
Cukup jelas.
Pasal 48
Ayat (1)
Cukup jelas.
- 24 -
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Hurufb
Cukup jelas.
Hurufc
Cukup jelas.
Huruf d
Bentuk sumber lain yang sah dan tidak mengikat antara
lain bantuanjhibah dari negara lain, hibah dari lembaga
internasional, hibah dari lembaga nasional, dan
pendanaan dari masyarakat.
Pasal49
Cukup jelas.
Pasal 50
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pihak yang berprestasi a tau
berkontribusi luar biasa" adalah pihak yang memiliki
pengaruh besar dan memberikan manfaat bagi masyarakat
secara 1uas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 51 ...
PRE S I DEN
REPUBLIK INDONESI A
- 25-
Pasal 51
Ayat(l)
Fasilitas meliputi, an tara lain, biaya hid up, materi, dan/ a tau
sarana prasarana, sesuai dengan kemampuan keuangan
negara.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 52
Ayat (1)
Contoh insentif berupa pengurangan dan/ a tau pembebasan
pajak, pengurangan danjatau pembebasan pungutan lain,
serta pembebasan bea impor j ekspor semen tara.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 53 ...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 26 -
Pasal53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Masih ingatkah kamu, mengapa Indonesia mendapat julukan negara kepulauan? Ya, karena pulau-
pulau di Indonesia berjumlah ribuan. Indonesia dikelilingi lautan, membentang dari Sabang sampai
Merauke. Wilayah Indonesia yang tersebar di berbagai pulau menyebabkan munculnya beragam suku,
adat istiadat, bahasa, pakaian, bentuk rumah, dan sebagainya.
Meskipun terdiri beraneka ragam budaya, bangsa kita tetap bersatu. Masih ingat arti semboyan
“Bhinneka Tunggal Ika”? Ya, walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu juga. Istilah yang lengkap
sebenarnya adalah ”Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa”. Ungkapan tersebut ditulis
oleh Mpu Tantular dalam buku Sutasoma.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika merupakan karya pujangga zaman dahulu. Hal ini membuktikan
bahwa kerukunan hidup di Indonesia sudah berkembang sejak dahulu. Keanekaragaman yang dimiliki
bangsa Indonesia harus dipelihara dengan baik karena merupakan identitas bangsa.
Tahukah kamu, di mana semboyan Bhinneka Tunggal Ika dapat kamu temukan? Coba lihatlah lambang
negara Indonesia! Lambang negara berupa Burung Garuda. Bhinneka Tunggal Ika tertulis pada pita
yang dicengkeram kaki Burung Garuda.
Penduduk Indonesia tinggal di berbagai pulau dengan beraneka ragam budaya. Kita harus menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa. Kita harus menghindari segala hal yang memicu perpecahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). NKRI harus tetap dijaga oleh seluruh rakyat Indonesia sesuai cita-
cita awal pendirian bangsa ini yang tertulis dalam Pembukaan UUD 1945.
Persatuan harus diutamakan meskipun kita berbeda-beda. Kita harus tetap menghargai perbedaan
yang ada. Hal ini sesuai dengan tujuan Negara Indonesia yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia. Keanekaragaman bangsa, baik adat istiadat, bahasa, dan agama yang dimiliki
bangsa Indonesia bukan merupakan penghalang untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan.
Persatuan dan kesatuan harus dipupuk dan dijaga melalui kerja sama di berbagai bidang tanpa
memandang perbedaan yang ada.
Dari semua perbedaan dan keanekaragaman yang ada, ingatlah bahwa bangsa Indonesia mempunyai
alat pemersatu. Alat pemersatu itu seperti dasar negara Pancasila, bendera nasional yaitu Merah
Putih, lgu kebangsaan Indonesia Raya, bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia, dan sejarah
perjuangan bangsa Indonesia dalam memperoleh kemerdekaan.
Kebudayaan merupakan ciri khas setiap suku bangsa. Kebudayaan membedakan suku bangsa satu
dengan suku bangsa lainnya. Tahukah kamu yang dimaksud kebudayaan? Kebudayaan adalah
keseluruhan perilaku dan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia. Semua itu tersusun dalam tata
kehidupan masyarakat. Unsur-unsur kebudayaan terlihat dalam kehidupan sehari-hari tiap suku
bangsa. Unsur-unsur tersebut antara lain sistem keagamaan, sistem kemasyarakatan, sistem
pengetahuan, sistem bahasa, sistem kesenian, sistem ekonomi, dan sistem teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan, ekonomi, sosial, dan budaya didalam masyarakat masa kini secara
perlahan mengikis kekayaan warisan budaya sehingga banyak hasil karya dan ekspresi budaya yang
kondisinya terancam punah. Kekayaan warisan budaya Indonesia perlu dilindungi sebagai upaya
penguatan jati diri bangsa. Diperlukan upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan kekayaan
warisan budaya beserta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dengan cara melindungi,
mengembangkan dan memanfaatkan kekayaan budaya tersebut.
Keanekaragaman warisan budaya terbagi menjadi dua warisan budaya yaitu warisan budaya benda/
bendawi/kebendaan (Tangible cultural heritage) dan warisan budaya tak benda (Intangible cultural
heritage). Contoh warisan budaya bersifat benda/bendawi/kebendaan (Intangible cultural heritage)
adalah berupa Cagar Budaya yang terdiri dari Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya,
Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya baik di darat dan/atau di air
yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,
pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan. Warisan budaya tak benda
(Intangible cultural heritage) adalah seluruh hasil perbuatan dan pemikiran yang terwujud dalam
identitas, ideologi, mitologi, ungkapan-ungkapan konkrit dalam bentuk suara, gerak, maupun gagasan
yang termuat dalam benda, sistem perilaku, sistem kepercayaan, dan adat istiadat di Indonesia.
Contoh warisan budaya tak benda ini antara lain keanekaragaman yang dapat dilihat dalam bentuk
budaya tiap daerah seperti bahasa daerah, rumah adat, upacara adat, system kekerabatan, pakaian
adat, makanan khas, tarian daerah, alat musik tradisional, seni pertunjukan, senjata tradisional, dan
lagu daerah.
DAFTAR CAGAR BUDAYA PERINGKAT NASIONAL
52 Pesanggrahan Ngeksiganda
46 Naskah Nagarakertagama Difungsikan sebagai tempat
Merupakan sebuah naskah peristirahatan raja dan
karya sastra Jawa Kuna keluarganya pada masa
berbentuk kakawin dari masa pemerintahan Sri Sultan HB
Majapahit yang ditulis oleh IX. Tahun 1948, bangunan ini
seorang pujangga bernama beserta Wisma Kaliurang
samaran Rakawi Prapañca digunakan sebagai tempat
(Mpu Prapañca). perundingan KTN.
81 Candi Badut
Kab. Malang Jawa Timur 87 Prasasti Cidanghiang
Purbatjaraka mengaitkan Pandeglang, Provinsi Banten
Candi Badut dengan Prasasti Peninggalan Kerajaan
Dinoyo karena tempat Tarumanagara, bertuliskan
temuan prasasti tidak jauh aksara Pallawa dalam bahasa
dari Candi Badut, maka diduga Sanskerta berisi puji-pujian
bahwa apa yang dimaksudkan terhadap Raja Purnawarman
dalam prasasti dinoyo adalah
Candi Badut. 88 Rumah/Markas Gerilya
Angkatan Perang Republik
82 Candi Jago Indonesia (Apri) Panglima
Kab. Malang Jawa Timur Besar Jenderal Soedirman
Didirikan pada masa Kerajaan Kab. Pacitan, Jawa Timur
Singhasari. Candi ini Salah satu markas yang digu-
dihubungkan dengan tokoh nakan Jend. Soedirman ketika
Wisnuwardhana, salah bergerilya setelah AMB II
seorang raja Singhasari
tempat pendharmaannya 89 Istana Bung Hatta
83 Candi Kidal Bukittinggi, Sumatera Barat
Kab. Malang Jawa Timur Setelah Indonesia merdeka,
Didirikan pada masa Kerajaan gedung ini dikenal dengan
Singhasari, merupakan nama Rumah Tamu Agung,
tempat pendharmaan Raja pernah dijadikan tempat
Anusapati, raja kedua tinggal dan kantor wakil
Singhasari, putra tiri Ken Arok presiden Bung Hatta selama
dan Putra Ken Dedes. bertugas di Bukittinggi pada
tahun 1947-1948
84 Kompleks Makam Raja Tallo
Kerajaan Tallo merupakan 90 Masjid Raya Al-Ma’shun
hasil dari pembagian Medan, Sumatera Utara
kekuasaan Kerajaan Gowa Peninggalan Kesultanan Deli,
yang dilakukan oleh Raja dibangun pada masa
Gowa ke VI Tunatangka Lopi pemerintahan Sultan Ma'mun
(1445-1460). Dua kerajaan ini Al-Rasyid Perkasa Alamsyah
kembali bersatu melalui (1873-1942), terletak tidak
persekutuan pada tahun 1528 jauh dari lstana Maimun
dan menghasilkan Kerajaan
Makassar yang
91 Masjid Agung Surakarta 97 Gambar Rancangan Asli
Kauman, Jawa Tengah Lambang Negara Indonesia
Keberadaan masjid ini tidak Gambar Rancangan Asli
terlepas dari peristiwa pemin- Lambang Negara Indonesia
dahan Keraton Kartasura ke (LNI) merupakan sketsa
Surakarta tahun 1745. Pemba- rancangan Sultan Hamid II
ngunan keraton baru juga beserta surat disposisi Bung
diikuti pembangunan masjid Karno yang tercantum di
yang dirintis Pakubuwana II. dalamnya.
92 Percandian Dieng
Kab. Wonosobo, Jawa Tengah
Para ahli memperkirakan
bahwa kumpulan candi ini 98 Prasasti Muara Cianten
dibangun atas perintah raja- Bogor, Jawa Barat
raja dari Wangsa Sanjaya. Bertuliskan huruf ikal atau
dibangun antara akhir abad huruf sangkha, seperti pada
ke-8 sampai awal abad ke-9. Prasasti Ciaruteun-B dan
Prasasti Pasir Awi. Tulisan
93 Kompleks Sendang Duwur pada prasasti ini masih dapat
Kab. Lamongan Jawa Timur belum dibaca
Kompleks terdiri atas 3
halaman bertingkat, dengan 99 Prasasti Jambu (Prasasti
bangunan masjid terdapat Pasir Koleangkek)
pada tingkat tertinggi. Bogor, Jawa Barat
Makam-makam kuno terdapat Ditulis dalam aksara Pallawa
pada halaman bertingkat berbahasa Sanskerta,
peninggalan kerajaan Taru-
94 Gedung Sate managara berisi puji-pujian
Bandung, Jawa Barat terhadap Purnawarman
Dibangun pada tahun 1920
dengan menghabiskan 6 juta 100 Tugu Kebangkitan Nasional
Golden. Kini dipergunakan (Tugu Lilin)
sebagai Kantor Pusat Surakarta, Jawa Tengah
Pemerintahan Jawa Barat. Dibangun dalam rangka
memperingati 25 tahun
95 Candi Sukuh berdirinya Boedi Oetomo.
Karanganyar, Jawa Tengah Perwujudan tugu tersebut
Diperkirakan dibangun pada merupakan replika lilin yang
masa akhir Kerajaan menyala sebagai simbol dari
Majapahit, yaitu abad ke-15, semangat yang menerangi.
pada masa pemerintahan
Ratu Suhita (1429-1446) 101 Kawasan Keraton
Kasunanan Surakarta
96 Taman Narmada Hadiningrat
Kab. Lombok Barat, NTB Surakarta, Jawa Tengah
Nama Narmada berasal dari
anak Sungai Gangga di India.
Dahulunya digunakan sebagai
tempat peristirahatan raja
dan sebagai tempat upacara 102 Rumah Sakit Dr. Kariadi
pakelem atau upacara meras Semarang, Jawa Tengah
danoe
103 Tugu Muda 109 Arca Garuda Wisnu No. Inv.
Semarang, Jawa Tengah 1256/Bta/Mjk/24/Pim
Keberadaannya tidak lepas Koleksi Pengelola Informasi
dari peristiwa Pertempuran 5 Majapahit
Hari di Semarang yang terjadi Mojokerto, Jawa Timur
setelah Indonesia merdeka. Arca Dewa Wisnu dalam
Bentuk api menggambarkan posisi duduk di atas Garuda.
semangat juang untuk mem- Perwujudan raja Airlangga
pertahankan kemerdekaan
yang tidak akn pernah padam 110 Perkampungan Adat Jorong
Padang Ranah Dan Tanah
104 Smp N 1 Bukittinggi Bato Nagari Sijunjung
Sumatera Barat (Sumatera Barat)
Sampai sekarang bangunan Perkampungan ini diperkira-
ini masih berfungsi sebagai kan mulai ada sejak masa Ke-
sekolah rajaan Pagaruyung (abad XVI)
yang memperlihatkan pola
105 Gereja Katholik Bukittinggi pemukiman Minangkabau
Sumatera Barat
111 Kawasan Cagar Budaya
Permukiman, Pemandian,
Dan Pemakaman Tradisional
106 Museum Kereta Api Megalitik Bawomataluo
Ambarawa (Jawa Tengah) Pulau Nias, Sumatera Utara
Museum ini memanfaatkan Sampai tahun 1950-an tradisi
komponen bangunan yang megalitik di Pulau Nias masih
merupakan bagian dari dapat dikatakan bertahan.
fasilits stasiun: emplasemen,
peron, depo/bengkel, jalur 112 Tugu Jong Soematra
rel, rumah dinas, menara air, Padang, Sumatera Barat
pemutar lokomotif, dan Dibangun sebagai peringatan
gudang. Merupakan satu- Kongres Pertama JSB (Jong
satunya museum kereta api Sumatranen Bond).
yang menyimpan koleksi
lokomotif tenaga uap beserta 113 Gedung Nasional Indonesia
komponennya. Juga memiliki (GNI) Di Surabaya
koleksi lokomotif berbahan Surabaya, Jawa Timur
bakar kayu dan batu bara.
1 Rencong, merupakan simbol keberanian dan kegagahan masyarakat Aceh. Pada masa
lalu, siapa saja yang memegang senjata ini akan merasa lebih berani di dalam
menghadapi musuh.
2 Tari Saman, merupakan warisan budaya mayarakat Gayo, dikembangkan oleh Syekh
Saman dengan memasukkan pesan keagamaan. Umumnya dimainkan oleh belasan laki-
laki berjumlah ganjil. Para penari duduk berlutut berbaris rapat. Kostum yang dipakai
berwarna hitam, dibordir dengan motif Gayo yang berwarna-warni. Unsur dasar dalam
Tarian Saman yaitu tepuk tangan dan tepuk dada.
3 Tari Seudati, ditarikan oleh delapan laki-laki sebagai penari utama, yang terdiri dari satu
syeh, satu orang pembantu syeh, dua orang pembantu disebelah kiri (disebut apeetwie,
satu orang pembantu di belakang yang disebut peet bak, dan tiga orang pembantu biasa.
Selain itu, ada pula dua orang penyanyi sebagai pengiring tari yang disebut aneuk syahi.
5 Mak Meugang, tradisi memasak daging dan menikmatinya bersama keluarga, kerabat
dan yatim piatu oleh masyarakat Aceh. Atau bisa diartikan pula tradisi menyembelih
kurban berupa kambing atau sapi dan dilaksanakan setahun tiga kali, yakni Ramadhan,
Idul Adha, dan idul fitri. Selain kambing dan sapi, juga bisa menyembelih ayam dan bebek
7 Tari Laweut disebut juga Tari Seudati Inong karena dilihat dari jumlah penari, gerakan-
gerakannya, polatarian, proses dan teknik dari tarian ini mirip seperti Tari Seudati. Kedua
tari ini sama-sama ditarikan oleh 8 orang penari wanita dan 1 orang syahi (penyanyi)
musik sekaligus yang memimpin gerakan penari lainnya. Yang membedakan yaitu
kekhasan Tari Seudati menggunakan tepukan dada sedangkanTari Laweut menggunakan
tepukan paha bukan dada.
2. Sumatera Utara
1 Tor-tor, awalnya tor-tor bukan tarian, tetapi sebagai pelengkap gondang (uning-uningan).
Dalam upacara adat di Mandailing dimana gondang dibunyikan (margondang), selalu
dilengkapi manortor. Dalam perkembangannya juga dilakukan pada acara hiburan dengan
memodifikasi tor-tor agar lebih menarik bagi penonton yang kemudian menjadi tarian.
2 Gondang Sembilan, kesembilan gendang mempunyai ukuran yang berurutan dari yang
besar ke yang paling kecil. Gordang Sambilan dikenal pada masa sebelum Islam yang
berfungsi untuk upacara memanggil roh nenek moyang. Upacara tersebut dinamakan
paturuan Sibaso yang berarti memanggil roh untuk merasuki medium Sibaso).
3 Omo Hada, merupakan arsitektur tradisional yang menjadi khas di Nias. Omo Hada
memiliki bentuk beragam, terutama yang ada di Nias Utara dan Nias Selatan. Omo Hada
di Nias Utara ada yang berbentuk oval dan persegi panjang, sedangkan di Nias Selatan
berbentuk rumah panggung berukuran besar yang memanjang ke belakang seperti kapal.
4 Tari Serampang Duabelas, tarian ini menceritakan kisah tentang cinta suci dua anak
manusia yang muncul sejak pandangan pertama dan diakhiri pernikahan yang direstui
oleh kedua orang tua. Oleh karena menceritakan proses bertemunya dua hati tersebut,
maka tarian ini biasanya dimainkan secara berpasangan, laki-laki dan perempuan.
5 Ulos, adalah kain tenun khas Batak berbentuk selendang, yang melambangkan ikatan
kasih sayang antara orang tua dan anak-anaknya atau antara seseorang dan orang lain.
Pada mulanya fungsi Ulos adalah untuk menghangatkan badan, tetapi kini Ulos memiliki
fungsi simbolik untuk hal-hal lain dalam segala aspek kehidupan orang Batak
6 Gotong. Sebutan penutup kepala pria bagi masyarakat Simalungun, di bagi dalam 3 (tiga)
penyebutan. Gotong merupakan aksesoris penutup kepala yang khusus digunakan pada
upacara perayaan/suka cita (malasniuhur) oleh kaum pria di Simalungun sebagai
kelengkapan pakaian adat.
7 Kalabubu adalah salah satu aksesoris sejenis kalung asal Nias bagian selatan. Aksesoris
yang saat ini tengah digalakkan pemasarannya oleh masyarakat berbentuk lingkaran
yang sangat unik, yakni besar di tengah, lalu mengecil sampai ke ujungnya. Di masa lalu,
kalabubu ini merupakan salah satu perlengkapan perang yang dikenakan oleh seluruh
laki-laki di desa-desa yang ada di Nias bagian selatan. Tujuan utama dari dikenakannya
kalabubu ini adalah melindungi leher ketika perang
3. Sumatera Barat
1 Randang ata Rendang, Pengertian randang yang diambil dari kata marandang, yakni
suatu proses pengolahan lauk berbahan dasar santan yang dimasak sampai kandungan
airnya berkurang, bahkan sampai kering sehingga apabila disebut randang itu artinya
olahan masakan yang kering tanpa mengandung air.
3 Randai, merupakan Seni Pertunjukan yang menggabungkan berbagai unsur seni, seperti
bela diri silat, drama, tari, musik, dan sastra. Randai tidak hanya memuat pesan-pesan
moral dan pendidikan, tapi juga memiliki unsur historis karena cerita yang dimainkan
sebagain besar adalah cerita klasik Minangkabau yang mengandung nilai sejarah.
4 Tari Piriang (Tari Piring), Awalnya tari ini dilakukan sebagai ritual guna mengucapkan
rasa syukur masyarakat setempat kepada dewa-dewa. Tarian dilakukan oleh beberapa
wanita dengan makanan yang diletakkan di dalam piring. Setelah Islam masuk ke, tradisi
Tari Piring tetap dilangsungkan namun hanya sebagai hiburan pada acara keramaian.
5 Tato Mentawai, adalah seni rupa masyarakat adat Mentawai Kepulauan Mentawai.
Dalam masyarakatnya Mentawai tato merupakan peninggalan masyarakat prasejarah
dari kebudayaan Neolithik. Penatoan dimulai dari telapak tangan, tangan, kaki, lalu ke
seluruh tubuh.
6 Batombe adalah sejenis pantun yang berfungsi sebagai ungkapan perasan hati yang
memiliki makna yang sangat mendalam bagi masyrakat Abai. Dengan kata lain Batombe
adalah seni berbalas pantun antara Laki-laki dan perempuan yang kemudian menjadi
budaya Minangkabau
7 Ulu ambek adalah salah satu bentuk seni pertunjukan yang menampilkan konflik atau
pertarungan secara estetis, yang bersumber dari sejenis pencak silat tanpa persentuhan
fisik di antara kedua petarung. atau tarian rakyat yang gerakan-gerakannya berasal dari
silek bayang (silat bayang) yakni aliran silat yang menggunakan kekuatan magis sehingga
tidak memerlukan kontak fisik secara langsung
4. Riau
1 Pacu Jalur, adalah sejenis lomba dayung tradisional khas daerah Kuantan Singingi
(Kuansing) yang hingga sekarang masih ada dan berkembang di Propinsi Riau. Lomba
dayung ini menggunakan perahu yang terbuat dari kayu gelondongan yang oleh
masyarakat sekitar juga sering disebut jalur.
2 Perahu Beganduang, artinya perahu yang bergandeng 2 atau 3 perahu kemudian dihiasi
dengan umbul-umbul adat yang ditambah atribut-atribut adat daerah Lubuk Jambi dan
sekitarnya yang melambangkan kebesaran suku atau adat itu. ditampilkan di hari raya
kedua bulan Syawal. Perahu itu digandeng sepanjang 20 meter untuk menjemput limau.
3 Batobo, adalah kegiatan gotong royong untuk mengerjakan ladang yang dilakukan
bersama-sama. Anggota Batobo bergiliran mengerjakan sawah mereka yang tergabung
dalam kelompok tersebut. Biasanya anggota Batobo terdiri dari 10 sampai 15 orang.
Sebagai hiburan pengobat penat dan letih, maka para petani saling berpantun.
4 Menumbai, Tradisi untuk mengambil sarang lebah di pohon sialang untuk diambil
madunya. Agar tidak disengat lebah, aktivitas ini dilakukan oleh seorang spesialis yang
disebut juagan (juragan) atau lazim juga disebut sebagai dukun lebah. Juagan akan
membujuk lebah-lebah dengan menyanyikan serangkaian mantra berupa pantun. Pantun
mantra tersebut menjadi lirik lagu yang dinyanyikan sepanjang prosesi.
5 Silat Perisai, adalah sebuah seni pertunjukan dari seni pencak. Dimainkan oleh sepasang
atau beberapa pasang pemuda dan pemudi sebagai pertunjukan seni tradisional guna
menyambut kedatangan tamu pejabat pada sebuah upacara acara. Kelompok Silat
Perisai tampil dengan diiringi musik Calempong Oguong. Busana pesilat berwarna hitam
berikat kepala dengan properti sebilah pedang dan sebuah perisai.
6 Nandung Indragiri Hulu. Tradisi menidurkan anak sambil bersenandung hampir tersebar
di setiap daerah yang ada di Provinsi Riau dengan cara yang persis atau jauh berbeda,
salah satunya nandung. Dilihat dari bentuk dan pola baris serta irama akhir di setiap
kalimat termasuk pada bentuk pantun Tetapi ketika nandung dilafaskan atau
dinyanyikan, bentuknya mendekati pola irama syair, sebab bentuk dan pola syair dapat
dilafazkan dengan irama
7 Ghatib Beghanyut adalah suatu kegiatan dzikir di atas perahu dan berhanyut seiring arus
sungai. Ghatib beghanyut ini dilakukan sejumlah jamaah masjid, mushalla serta warga
muslim di daerah Siak. Tradisi ghatib beghanyut merupakan bentuk ritual tolak bala
dengan mendengungkan do'a dan dzikir di atas permukaan air sungai. Ritual ini
bertujuan agar seseorang maupun masyarakat yang ada di daerah tertentu terhindar dari
sial, penyakit, kejadian-kejadian buruk.
5. Kepulauan Riau
1 Makyong, Di Kepulauan Riau, Tradisi lisan ini berkembang pesat pada masa
pemerintahan Kesultanan Riau (1722-1911). Seni pertunjukan teater Makyong dimainkan
dengan tarian, nyanyian, dan lawakan yang terjalin dalam suatu alur cerita. Pemainnya
20 orang, yang pria bertopeng sedangkan yang wanita mengenakan kostum gemerlap.
2 Gurindam Dua Belas, Kumpulan Gurindam Duabelas dikarang oleh Raja Ali Haji dari
Riau. Dinamakan Gurindam Dua Belas oleh karena berisi 12 pasal, antara lain tentang
ibadah, kewajiban raja, kewajiban anak terhadap orang tua, tugas orang tua kepada
anak, budi pekerti dan hidup bermasyarakat.
3 Langlang Buana, seni pertunjukan yang berkembang pada masyarakat Melayu Natuna.
Tradisi ini menggabungkan unsur-unsur ritual, lakon, tari, nyanyian dan musik yang
menjadi satu kesatuan di dalam pementasannya. Syarat pementasan yang tidak bisa
dirubah dari teater tradisi Langlang Buana adalah pertunjukannya harus dilakukan di atas
panggung. Hal ini semata-mata disebabkan karena para pemainnya tidak boleh
menginjak tanah selama pertunjukan berlangsung.
4 Bejenjang, adalah sebuah ritual pengobatan tradisional yang dilakukan terhadap si sakit
yang dihadiri oleh seluruh masyarakat dan masyarakat diharapkan juga akan terhindar
dari penyakit termasuk seluruh kawasan kampung. Ritual pengobatan bejenjang sudah
ada sejak lama yang dipercaya oleh masyarakat sekitar sebagai penjagaan kampung.
5 Tari Inai, diambil dari nama daun inai yang digunakan oleh orang Melayu untuk pewarna
jari tangan pengantin melaksanakan acara pernikahan. Gerakan-gerakan Tari Inai terdiri
atas gerakan menanam, memetik, mencuci, dan menggiling, dan menyusun Inai, yang
kemudian dipersembahkan kepada Mak Andam (juru rias pengantin).
6 Bubur lambok adalah makanan khas Lingga di Kabupaten Lingga berupa bubur yang
terbuat dari bahan sagu yang dilenggang serta digongseng hingga menjadi Sagu
Lenggang dan disiapkan juga sayur Rampai. Bubur ini disantap untuk sarapan atau dapat
juga dijadikan pengganti makan siang karena bahan dasarnya yang dapat
mengenyangkan
7 Silat pengantin merupakan tradisi yang digelar oleh masyarakat Lingga dalam perhelatan
Nikah kawin, silat yang dilakukan ini untuk menyambut pengantin laki-laki menuju
kepelaminan. Tidak hanya itu Silat pengantin diperuntukkan penyambutan tamu-tamu
besar yang datang ke negeri Bunda tanah Melayu.
1 Muang Jong, Muang Jong sendiri berarti melepaskan perahu kecil ke laut. Perahu kecil itu
berbentuk kerangka yang berisikan sesajian. Tradisi ini dilakukan setiap tahun oleh
masyarakat Suku Sawang di Kab. Belitung sekitar Agustus atau September. Ritual ini
bertujuan memohon perlindungan agar terhindar dari bencana terutama di laut.
3 Upacara Adat Nujuh Jerami, ritual yang diselenggarakan setiap tahun berdasarkan
penanggalan Cina, yaitu pada 13 hari bulan yang bertepatan dengan bulan purnama.
Dalam penanggalan masehi, biasanya jatuh setiap bulan April. Ritual ini sebagai bentuk
rasa syukur warga adat, baik atas keberhasilan panen
6 Tari Serimbang, Tarian dari Kota Tempilang, Provinsi Bangka Belitung yang
menggambarkan tentang burung Cebuk atau mengadopsi tingkah laku burung Cebuk.
Burung Cebuk memiliki daya pikat yang membuat burung-burung hutan lainnya tertarik
untuk melihat dan mengelilinginya pada saat burung Cebuk berkicau dan mengepak-
ngepakkan sayapnya seperti sedang menari.
7 Kopiah resam adalah peci yang terbuat dari tumbuhan resam (Dicranopteris
linearissyn.Gleichenia linearis) dan digunakan oleh masyarakat bangka umat muslim
dalam kegiatan sehari-hari seperti ibadah solat, menghadiri pesta, kegiatan adat, dan
kegiatan lainnya.
7. Jambi
1 Tauh (Betauh), tarian tradisional yang terdapat di Kab Bungo, merupakan gambaran dari
pergaulan muda-mudi saat bergotong royong dalam tradisi yang disebut beselang. Keuni-
kan tari ini terletak pada kesederhanaan gerak dan adanya seutas tali sebagai pembatas
penari lelaki dan wanita. Tari ini berfungsi sbagai hiburan ketika selesai panen dan di
sanalah terjadi interaksi, bahkan seringkali beberapa dari mereka menemukan jodohnya.
2 Tari Besayak, dapat dikategorikan sebagai tari bebancian, karena penarinya laki-laki tapi
gerakan tarinya menirukan perempuan, termasuk kostumnya. ini dikaitkan dengan
filosofi: 1. Perempuan tidak diizinkan menari dan dilihat oleh laki-laki yang bukan
muhrimnya; 2. Untuk menghindari wanita yang diambil oleh penjajah pada saat itu
3 Upacara Besale, adalah upacara yang dilaksanakan untuk pengobatan bagi Suku Anak
Dalam (SAD) Batin 9 di beberapa desa provinsi Jambi. Upacara dimulai dengan persiapan
alat-alat pendukung upacara seperti: kemenyan; balai; bertih. Selanjutnya Sang dukun
akan membacakan mantera diikuti oleh pengiringnya yang disebut pembayun
4 Upacara Asyeik, upacara tradisional masyarakat Kerinci untuk kesembuhan atau upacara
pengobatan. Biasanya bila ada warga yang sakit, walaupun sudah diperiksa oleh yang ahli
dan telah pula diberi obat oleh yang pintar, namun penyakitnya tidak mau juga hilang,
maka diadakanlah upacara Asyeik sebagai sebuah alternatif mencari kesembuhan.
5 Cawot, adalah pakaian sehari-hari yang digunakan oleh Orang Rimbo. Cawat berasal dari
kain yang berfungsi sebagai penutup organ vital manusia, terutama untuk laki-laki rimba.
Cara pemakaiannya yang sangat sederhana, yaitu diikatkan diantara paha hingga ke
pinggang, sehingga menutupi bagian tubuh yang menurut mereka harus ditutup.
6 Perkampungan Rumah Tuo Rantau Panjang, adalah sebuah lokasi perkampungan yang
masih mempertahankan bangunan-bangunan tua/lama tinggalan kira-kira 300-400 tahun
yang lalu. Disebut perkempungan rumah tuo, karena di kampung tersebut masih berdiri
sebuah rumah tua/rumah tuo/rumah lamo yang didirikan tahun 1330, dan masih
bertahan hingga sekarang, Masih terdapat sekitar 40 -50 buah rumah yang masih berdiri
kokoh dan telah berumur ratusan tahun.
7 Tari Iyo-iyo adalah sebuah tari tradisi yang biasanya dilaksanakan bersamaan dengan
upacara kenduri Sko. Tari ini sudah ada sejak lama dan kehadirannya bersamaan dengan
kenduri sko itu sendiri. Sampai saat ini tari Iyo-Iyo masih berfungsi dalam kehidupan
masyarakat di Kota Sungai Penuh serta Kab Kerinci yang dipergunakan pada saat Kenduri
Sko, baik pada saat penurunan dan pencucian benda pusaka maupun pada saat
pengangkatan Pemangku Adat/Depati
8. Sumatera Selatan
1 Tari Gending Sriwijaya, merupakan tarian tradisional untuk masyarakat Sumatera Selatan
untuk menyambut tamu kehormatan dengan diiringi lagu Gending Sriwijaya. Penari
berjumlah 9 orang ditambah 2 orang pembawa tombak dan satu orang pembawa payung
yang berdiri di belakang penari.
2 Pempek, Bahannya berupa adonan campuran ikan dan sagu dilepekan kemudian
dibentuk sesuai bentuk-bentuk tertentu. Kata dilepekan ini yang selanjutnya dijadikan
sebagai nama makanan tersebut yaitu pempek. Pempek biasanya disajikan bersama
Cuko pedas yang memiliki rasa yang khas.
3 Senjang, adalah bentuk media yang menghubungkan orang tua dengan generasi muda
atau antara masyarakat dengan Pemerintah dalam penyampaian aspirasi maupun
ungkapan rasa gembira. Dinamakan Senjang karena antara lagu dan musik tidak saling
bertemu, artinya kalau syair berlagu musik berhenti, kalau musik berbunyi orang yang
ber-Senjang diam sehingga keduanya tidak pernah bertemu.
4 Bidar, lomba bidar adalah lomba mendayung perahu yang dinamai ‘bidar’. Seni dayung
tradisional Palembang ini hidup sejak zaman kesultanan Palembang.
5 Lak, merupakan sebutan untuk kriya khas Palembang, yang merupakan hasil akulturasi
dengan kebudayaan Tiongkok. Lak didapat dari liur serangga, yang dikenal sebagai kutu
lak (Laccifer lacca Kerr). Liur yang kemudian diolah sebagai bahan cat, dikenal sebagai
malau.
6 Ngobeng, sebuah sebutan untuk Ngidang atau hidangan yang merupakan sistem
penyajian makanan dalam acara adat, seperti pernikahan, khitanan, dan syukuran. Tradisi
Ngobeng telah ada sejak masa Kesultanan Palembang Darussalam. Ngobeng adalah salah
satu tradisi kental masyarakat Palembang dalam menjalani kebersamaan, tradisi ini
ditandai makan bersama duduk bersila dan makan menggunakan tangan secara langsung
7 Surat Ulu merupakan produk tradisi tulis di Sumatera Selatan yang menggunakan aksara
Kaganga yang kini tidak dipergunakan lagi. Surat Ulu biasanya ditulis di atas bahan kulit
kayu atau kakhas dan gelondongan bambu. Surat Ulu biasanya diwariskan secara turun
temurun dari Kepala Marga (Pesirah) kepada anak cucunya
9. Bengkulu
1 Bekejai (Upacara Perkawinan Suku Rejang) Setiap suku atau daerah mempunyai tata
cara pelaksanaan upacara perkawinan. Untuk daerah Bengkulu Utara tata cara
pelaksanaan perkawinan disebut dengan Bekejai. Upacara perkawinan adat kejai adalah
adalah upacara perkawinan yang dalam pelaksanaannya tidak terlepas dari tradisi yang
berkaitan dengan Suku Rejang.
2 Kain Besurek, adalah kain batik hasil kerajinan tradisional daerah Bengkulu. Meskipun
diyakini sebagai hasil budaya masyarakat Melayu Bengkulu, tapi pada motifnya terlihat
pengaruh unsur-unsur kebudayaan Islam, yaitu motifnya yang bernuansa kaligrafi Arab.
3 Kain Lantung, terbuat dari serat kulit kayu pohon atau lantung. Bagi masyarakat
Bengkulu kain ini merupakan bagian dari perjalanan sejarah. Keberadaannya lahir pada
masa perjuangan melawan penjajah yang berfungsi sebagai pakaian. Diperkirakan sekitar
tahun 1943 atau satu tahun Jepang menanamkan kekuasaannya di Indonesia.
4 Uemak Potong Jang, Uemak Potong Jang atau Rumah Tradisional Rejang asli dapat
dikatakan sudah punah. Umeak berarti rumah, Potong berarti buatan, dan Jang
maksudnya Rejang. Jadi, Umeak Potong Jang = rumah buatan rejang. Rumah ini juga
biasa disebut Umeak-An, rumah yang kuno/lama
5 Tari Kejai, merupakan kesenian rakyat Rejang yang dilakukan pada setiap musim panen
raya datang. Tarian ini dimainkan oleh para muda-mudi di pusat-pusat desa pada malam
hari di tengah-tengah penerangan lampion. Kekhasan tari ini adalah alat-alat musik
pengiringnya terbuat dari bambu, seperti kulintang, seruling dan gong.
6 Tari Gandai merupakan tarian dari Bengkulu yag yang ditarikan oleh para penari secara
ganda atau berpasangan. Satu pasang terdiri dari dua orang penari. Meskipun jumlah
penari yang tampil berjumlah banyak namun mereka tetap akan menari dengan formasi
saling berpasangan.
7 Guritan Kaur Bengkulu. Guritan pada dasarnya ialah puisi balada yaitu puisi rakyat yang
berisi cerita tentang orang-orang perkasa, tokoh pujaan, orang yang menjadi pusat
perhatian. Guritan di pertunjukan oleh seseorang. Pertunjukan guritan yaitu suatu episod
atau suatu puisi balada yang dilagukan atau dinyanyika. Guna pertunjukan Guritan ini
adalah untuk menghibur orang yang ditimpa musibah kematian
10. Lampung
1 Tapis, tapis bermakna menimpa/ditimpa adalah jenis tenunan berbentuk seperti kain
sarung, dipakai oleh kaum wanita suku bangsa Lampung, terbuat dari benang kapas, pada
umumnya bermotif dasar garis horizontal, pada bidang tertentu diberi hiasan sulaman
benang emas, benang perak, atau sutera dengan menggunakan sistem sulam (cucuk)
2 Lamban Pesagi, adalah rumah adat orang Lampung. Arti kata lamban adalah rumah dan
pesagi adalah persegi, karena denahnya berbentuk segi empat. Lamban pesagi
merupakan rumah panggung dengan atap perisai yang memiliki teritis panjang
berbentuk pelana.
3 Seruit, adalah semacam sambal hasil perpaduan antara tempoyak durian, sambal terasi
dan pindang ikan, ditambah sedikit air jeruk lesom (air aren yang untuk dibuat gula aren
yang tidak jadi). Sambal seruit merupakan makanan khas untuk teman nasi di Kabupaten
Way Kanan pada khususnya.
4 Sigeh Penguten, Tari Sigeh Penguten adalah bagian dari budaya masyarakat Lampung
yang berfungsi sebagai media komunikasi, ajang silaturahmi, dan sebagai hiburan.
Umumnya tari Sigeh Penguten dilakukan sebagai tarian untuk menyambut tamu
kehormatan.
7 Pahakh adalah satu peralatan rumah tangga yang berbentuk bundar, selintas mirip
piring berdiameter kurang lebih 30 sentimeter. Berdasarkan bentuknya terdapat talam
berkaki dan talam tidak berkaki. Pahakh (pahar) dibawa ada yang diletakkan diatas
kepala dan di jinjing, isi pahakh ada yg berupa makanan sayuran anatara lain
2 Kerak Telor, bahan utama kerak telor terdiri dari beras ketan putih, telur ayam, ebi
(udang kering yang diasinkan) yang disangrai kering ditambah bawang merah goreng,
lalu diberi bumbu yang dihaluskan berupa kelapa sangrai, cabai merah, kencur, jahe,
merica butiran, garam dan gula pasir.
3 Tanjidor, adalah musik atau orkes rakyat Betawi yang menggunakan alat musik barat
terutama alat musik tiup. Biasa disingkat tanji. Tanji artinya menabuh. Karena yang
ditabuh adalah tambur yang berbuji dor dor dor, maka digabunglah menjadi tanjidor.
4 (Buka) Palang Pintu, adalah salah satu upacara yang diselenggarakan menjelang akad
nikah. Dahulu Buka Palang Pintu disebut Nyapun, artinya berkomunikasi atau berdialog
dengan sopan dan santun. Sopan dan santun diungkapkan dengan cara berbalas pantun
5 Gado-gado Betawi, merupakan masakan hasil campuran dari sayur-sayuran yang direbus
dan dicampur dengan potong mentimun dengan irisan tipis potong tahu tempe goreng
bentuk dadu kecil, ditambah labu siem, nangka muda, kangkung, tauge.
6 Bir Pletok merupakan salah satu minuman hangat dan menyegarkan, dan tidak
mengandung unsure alkohol. bir pletok diolah dari bahan rempah seperti jahe, serai,
kayu manis, serta daun pandan. Bir pletok terkenal sebagai minuman tradisional khasnya
masyarakat Betawi.
7 Tari Uncul adalah kesenian dari DKI Jakarta berupa seni beladiri yang memadukan antara
gerakan silat beladiri dengan campuran gerakan Tari. Tarian Uncul memiliki fungsi
memberi rangsangan dan tantangan kepada lawan dalam arena ujungan. Biasanya
ditarikan pada saat sesudah masa panen dengan gerak tarian lucu, seperti gerakan
monyet, dilakukan untuk memancing dan memanaskan hati lawan.
12. Banten
1 Debus Banten, sebenarnya debus adalah nama sebuah alat terbuat dari besi sepanjang 40
cm dengan ujung runcing dan pangkalnya diberi alas (dudukan). Dalam permainan, besi itu
ditusukan tubuh, bahkan dipalu bagian pangkalnya, agar bisa menembus bagian tubuh
yang ditusuk. Anehnya, walaupun tubuhnya tertembus alat itu pemain tidak merasa sakit
dan tidak mengalami cedera, padahal dialaminya dalam keadaan sadar.
2 Ubrug, termasuk teater rakyat yang memadukan unsur lakon, musik, tari, dan pencak
silat. Gaya pengungkapan ceritanya penuh dengan banyolan yang vulgar namun bernada
satire dan disampaikan dalam bahasa Sunda, Jawa, maupun Indonesia dalam dialek
Banten. Pementasannya terbagi 4 bagian, yaitu tatalu, nandung, bodoran, dan lalakon.
3 Seni Rampak Bedug, berasal dari tradisi Ngadu Bedug yang merupakan kebiasaan
masyarakat Pandeglang dalam rangka memeriahkan Ramadhan, dilakukan menjelang
dan setelah Hari Raya Idhul Fitri. Ngadu Bedug dilakukan oleh dua atau lebih kampung
yang berbeda, secara bersahutan
4 Sate Bandeng, Olahan makanan dengan bahan dasarnya ikan bandeng yang diolah
sedemikian rupa sehingga duri-duri kecil ikan bandeng dapat dihilangkan. Namun
demikian, bentuk hidangan tersebut masih menampilkan sosok ikan bandeng
5 Seba Baduy, Seba itu sendiri dapat diartikan sebagai kunjungan resmi (sowan) yang
merupakan peristiwa dalam untaian adat masyarakat Baduy sebagai wujud nyata tanda
kesetiaan dan ketaatan kepada Pemerintah Republik Indonesia, yang dilaksanakan
kepada Penguasa Pemerintahan dimulai dari Bupati Lebak dan Gubernur Banten.
6 Seren taun adalah tradisi ritual pascapanen padi yang dilakukan oleh masyarakat Banten
Selatan berupa penyerahan padi hasil panen dari masyarakat kepada ketua adat. Padi ini
akan dimasukkan ke dalam leuit (lumbung) utama dan lumbung-lumbung pendamping.
Dari asal katanya tradisi ini berarti serah terima tahun yang lalu ke tahun yang akan
datang dan merupakan wahana bersyukur kepada Tuhan YME atas hasil pertanian pada
tahun ini, seraya berharap hasil pertanian akan meningkat pada tahun yang akan datang.
7 Koja atau Jarog, yaitu tas khas dari suku Baduy yang digunakan dalam menjalankan
aktivitas sehari-hari seperti berladang, bercocok tanam, hingga menangkap ikan di
sungai. Terbuat dari kulit kayu pohon teureup atau terap yang memiliki ketahanan
terhadap rayap, koja diproduksi dengan cara yang tradisional. Bentuknya yang
menyerupai kotak dan mudah dibawa menjadikan tas ini selalu terlihat mendampingi
dimana pun Suku Baduy berada.
1 Kujang, Kujang menempati satu posisi yang sangat khusus di kalangan masyarakat Jawa
Barat (Sunda). Di masa lalu Kujang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat
Sunda karena fungsinya sebagai peralatan pertanian.
2 Angklung, masyarakat umum menganggap Kujang merupakan senjata khas Jawa Barat
(orang Sunda). Di masa lalu Kujang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat
Sunda karena fungsinya sebagai peralatan pertanian. Kedua pinggirnya tajam dan
ujungnya lancip, bagian punggungnya berlubang.
3 Jaipong, merupakan salah satu identitas kesenian Jawa Barat. Tari ini sering dipentaskan
saat acara penting, seperti penyambutan tamu dari negara asing yang mengunjungi Jawa
Barat bahkan untuk misi-misi kesenian ke luar negeri.
4 Mamaos Cianjuran, merupakan sebuah seni tradisi yang menggambungkan permainan
kecapi dengan pembacaan kisah-kisah adiluhung
6 Sate Maranggi, merupakan kuliner khas Purwakarta, Jawa Barat berupa daging diiris-iris
yang kemudian ditusuk dengan bambu dengan cita rasa yang khas. Sate Maranggi
sebagai sebuah karya budaya adalah murni tidak memiliki latar belakang ritual.
Kemunculan kuliner ini lebih didasarkan pada nilai ekonomi dan kreativitas masyarakat
pada waktu itu yang ingin menambah wawasan budaya kuliner pada menu olahan daging
7 Tarawangsa adalah jenis kesenian masyarakat agraris tradisional di Jawa Barat berupa
alat musik yang dimainkan dengan cara digesek. Tarawangsa merupakan perkembangan
dari alat musik rebab. Dahulu, tarawangsa merupakan kesenian penyambutan bagi hasil
panen padi tumbuhan yang sangat bergantung pada matahari sebagai simbol rasa syukur
terhadap Tuhan YME
1 Keris, Senjata tikam golongan belati (berujung runcing dan tajam pada kedua sisinya)
dengan banyak fungsi budaya yang dikenal di kawasan Nusantara bagian barat dan
tengah. Bentuknya khas tidak simetris di bagian pangkal, seringkali bilahnya berkelok-
kelok, dan banyak di antaranya memiliki pamor.
2 Lumpia Semarang, Lumpia Semarang bahan utamanya rebung, rasanya gurih manis dan
dimakan dengan saus kental agak manis dengan acar mentimun, cabai rawit, dan daun
bawang.
3 Ukir Jepara, Ukiran asli Jepara terlihat dari motif Jumbai atau ujung relung dimana
daunnya seperti kipas yang sedang terbuka yang pada ujung daun tersebut meruncing.
Selain itu juga ada buah tiga atau empat biji keluar dari pangkal daun. Selain itu,tangkai
relungnya memutar dengan gaya memenjang dan menjalar membentuk cabang-cabang
kecil yang mengisi ruang atau memperindah.
4 Meron Pati, Tradisi Meron merupakan tradisi tahunan yang digelar masyarakat Desa
Sukolilo setiap peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Upacara ini ditandai dengan
arak-arakan nasi tumpeng gunungan yang menyerupai tombak yang ujungnya terdapat
lingkaran berisi ayam jago atau masjid.
5 Tari Gambyong, Tari gambyong adalah tradisi kecil yang berkembang menjadi bagian
tradisi besar. Tari ini pada mulanya merupakan tari tldhk yang hidup berkembang di
lingkungan rakyat, dan kemudian berkembang menjadi tarian istana atau keraton
6 Rumah Adat Kudus atau Joglo Pencu mempunyai karakter khas Jawa Pesisiran, yaitu
egaliter, terbuka, dan lugas. Rumah Adat Kudus memiliki atap genteng yang disebutAtap
Pencu, dengan bangunan yang didominasi seni ukir yang sederhana khas kabupaten Kudus
yang merupakan perpaduan gaya dari budaya Jawa (Hindu), Persia (Islam), Cina
(Tionghoa) dan Eropa (Belanda)
7 Gethuk goreng Sokaraja merupakan nama makanan tradisional dari daerah Kecamatan
Sokaraja, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Makanan ini rasanya manis legit
dibuat dari bahan dasar ubi singkong. Pengolahan gethuk goreng Sokaraja ini pada
dasarnya hampir sama dengan gethuk singkong lainnya atau gethuk basah, hanya ada
beberapa perbedaan pada cara pembuatannya, yaitu digoreng dengan minyak kelapa.
15. DI Yogyakarta
1 Rumah Joglo Yogyakarta, Rumah joglo mempunyai kerangka bangunan utama yang
terdiri dari soko guru berupa empat tiang utama penyangga struktur bangunan serta
tumpang sari yang berupa susunan balok yang disangga soko guru.
2 Upacara Mubeng Beteng, Tradisi mubeng beteng dilaksanakan setiap delapan tahun
sekali bertepatan dengan tahun Dal dan dilaksanakan bersamaan peringatan Maulud
Nabi. Tradisi ini disertai kirab pusaka Kangjeng Kyai Tunggulwulung dilaksanakan oleh
Karaton Yogyakarta secara besar-besaran.
3 Gudeg, Olahan makanan yang terbuat Gori atau buah nangka yang tidak terlalu muda
dipotong-potong, telur rebus dan yang dikupas kulitnya, daging ayam, air kelapa, daun
salam, lengkuas, gula Jawa dan santan.
4 Lurik Yogyakarta, Lurik merupakan nama kain, kata lurik berasal dari akar kata rik yang
artinya garis atau parit yang dimaknai sebagai pagar atau pelindung bagi pemakainya
5 Blangkon Yogyakarta, ikat kepala pria dalam tradisi busana Jawa. Terbuat dari jalinan
kain polos atau bermotif hias (batik), dilipat, dililit, dijahit, sehingga menjadi semacam
topi yang dapat langsung dipakai. Di samping fungsinya sebagai penutup kepala juga
terkandung maksud simbolik berupa pengharapan dalam bobot nilai-nilai hidup.
6 Brongkos Yogyakarta. Brongkos termasuk dalam klarifikasi lauk-pauk pada kuliner Jawa.
Lauk-pauk yang dimaksudkan disini adalah lauk pauk berkuah santan, berwarna coklat
kehitaman karena terdapatnya keluwak ( pangiun edule) sebagai salah satu bumbu
utamanya
1 Reog Ponorogo, Biasanya satu group Reyog terdiri dari seorang Warok Tua, sejumlah
warok muda, pembarong dan penari Bujang Ganong dan Prabu Kelono Suwandono.
Jumlahnya berkisar antara 20 hingga 30-an orang, peran sentral berada pada tangan
warok dan pembarongnya.
2 Keraben Sape (Karapan Sapi), Karapan sapi merupakan salah satu jenis
kesenian/olahraga/permainan tradisional yang selalu dilakukan oleh masyarakat P.
Madura, Jawa Timur.
3 Kasada, Kasada merupakan ritual adat suku Tengger. Kasada merupakan kelanjutan dari
sistem kepercayaan masa prasejarah yang terfokus pada pemujaan arwah leluhur dan
kultus Gunung Bromo sebagai pancering jagad
4 Ludruk, adalah suatu drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian
yang mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan dan lain -
lain. Drama diselingi lawakan dan diiringi musik gamelan. Dialog/monolog ludruk bersifat
menghibur dan membuat penonton tertawa, menggunakan bahasa khas Surabaya
5 Jaran Kecak, Jaran Kencak (Jaran artinya Kuda, Kencak artinya menari). adalah sebuah
kesenian dari Lumajang, jawa Timur dengan menggunakan kelincahan seekor kuda yang
di hias pakaian zirah
6 Celurit atau Clurit bukan sekadar senjata tradisional khas dari Madura namun tak dapat
dipisahkan dari budaya dan tradisi masyarakat Madura. Celurit itu adalah simbol
kejantanan laki-laki. Senjata tradisional ini memiliki bilah terbuat dari besi berbentuk
melengkung mirip bukan sabit sebagai ciri khasnya. Pada umumnya clurit diwadahi
sarung terbuat dari kulit sapi atau kerbau yang tebal, memiliki gagang (hulu) terbuat dari
kayu.
7 Kuliner Lodho adalah masakan dari ayam kampung yang dibakar kemudian dimasukkan
ke dalam adonan santan kental. Kuliner ini merupakan khas dari Tulungagung. Rasa yang
ditawarkan dari ayam lodho ini adalah pedas, jadi sangat cocok bagi anda pecinta
masakan pedas. Aromanya pun khas aroma gurih santan dan rempah yang kental serta
taburan bawang goreng yang menambah keharuman.
1 Kledik, Alat musik kledik terdapat di Kabupaten Melawi, khususnya di Kecamatan Nanga
Pinoh. Cara memainkannya adalah dengan meniupnya melalui lubang yang tersedia pada
alat musik ini. Alat musik ini dimainkan dengan tiupan melalui lubang pada buah bambu,
kemudian tangan kiri memegang bagian bawah bambu yang berlubang,
2 Bubur Paddas, merupakan makanan khas dari Sambas. Bahan bumbunya : beras, kelapa,
lada hitam/putih, ikan teri, ketumbar, dll. Bahan sayurnya : nangka muda, jagung muda,
jamur kuping, kacang panjang, ubi rambat, rebung, kangkung, pakis merah, dll.
3 Meriam Karbit, dinamakan meriam karbit karena memiliki bentuk dan menghasilkan
suara yang sangat keras sehingga memekakan telinga seperti meriam yang menggunakan
bahan karbit. Permainan meriam karbit ini biasa dilaksanakan di sepanjang Sungai
Kapuas.
4 Tarian Jonggan, merupakan tarian tradisional masyarakat Dayak Kanayant yang berada
di Kalimantan Barat. Nama Jonggan diambil dari bahasa dayang yang berarti joget atau
menari. Sebagai tari pergaulan masyarakat Suku Dayak Kanayatn tarian ini benar-benar
menceritakan suka cita dan kebahagiaan dalam pergaulan muda-mudi Suku Dayak
Kanayant.
5 Sape Kalimantan Barat, Selain sebagai sarana hiburan Sape juga digunakan sebagai
sarana pengiring tarian serta pendukung dari upacara ritual adat beberapa Suku Dayak.
Terdapat dua jenis Sape yaitu Sape Kayaan dan Sape Kenyah. Secara umum kedua jenis
sape tersebut tidak mempunyai perbedaan.
6 Nyobekng/Nyobeng merupakan sebuah ritual penghormatan terhadap hasil pengayauan
(kayau) yang telah dilakukan sejak zaman dahulu kala, khususnya oleh suku Dayak
Bidayuh. Kayau adalah sebuah istilah lokal yang mengandung arti pemenggalan kepala
musuh dalam sebuah peperangan. Meskipun telah bertahun-tahun lamanya tradisi
mengayau tidak dilakukan lagi, tetapi tradisi nyobeng tetap dipertahankan secara turun
temurun. Kegiatan utama dalam upacara Nyobekng adalah memandikan tengkorak yang
disimpan di Rumah Balug (rumah adat suku Dayak Bidayuh), sebagai wujud dari
penghormatan kepada arwah para leluhur.
7 Silotong adalah alat musik yang terbuat dari bambu yang direkayasa oleh penduduk asli
suku Jagoi, Kalimantan Barat. Bambu digunakan sebagai pembuatan badan instrumen dan
digunakan penambahan bahan rotan sebagai ornamen. Suara silotong saat dimainkan
yaitu bunyi tang-tung-tang-tong sehingga didasarkan pada bunyi tersebut maka alat musik
ini dinamakan silotong
1 Handep, adalah praktek gotong royong yang dilakukan masyarakat Dayak di Kalimantan
Tengah. Bentuk kerjasama ini biasanya di bidang pertanian ataupun di bidang upacara
kematian. Sekelompok orang melakukan perjanjian secara tidak tertulis dan kemudian
sekelompok orang tersebut akan mengerjakan ladang milik mereka secara bergantian.
3 Sapundu, merupakan salah satu bentuk seni ukir tradisional masyarakat Dayak Ngaju di
Kalimantan Tengah, berupa patung-patung dengan motif dan fungsi yang khas. hampir
seluruhnya menggambarkan tentang manusia.
4 Wadian Dadas, mengandung unsur nilai-nilai religi dalam bentuk Ritual Pengobatan
Tradisional, dan dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi warga masyarakat. Berfungsi
pula sebagai pertunjukan kesenian dalam bentuk mantera doa berbahasa sastra klasik
Dayak Maanyan, musik nyanyian/kidung doa, tari, seni lukis, pakaian, dan sasajen.
5 Sapundu merupakan salah satu bentuk seni ukir tradisional masyarakat Dayak Ngaju di
Kalimantan Tengah, berupa patung-patung dengan motif dan fungsi yang khas. Sapundu
merupakan alat kelengkapan dari upacara Tiwah. Dalam upacara tersebut sapundu
digunakan untuk mengikat hewan-hewan yang akan dikurbankan
7 Nahunan, merupakan salah satu ritus dalam siklus kehidupan masyarakat Dayak Ngaju,
terutama bagi pemeluk kepercayaan Kaharingan. Tujuannya adalah untuk memberikan
nama kepada anak agar dikenal oleh masyarakat dalam pergaulan keseharian dengan
harapan diberikan keselamatan dan diberkahi rejeki berlimpah oleh Ranying Hatalla
Langit (Tuhan Yang Maha Esa).
19. Kalimantan Utara
1 Bening dayak kenyah kalimantan utara (Gendongan Bayi), Bening adalah salah satu alat
tradisional untuk mengendong bayi suku dayak di Kalimantan utara yang turun temurun
yang digunakan semasa lampau. Bening atau gendongan bayi suku dayak ini dipakai pada
saat anak umur 6 bulan sampai dengan 1,5 tahun.
2 Bepadaw, adalah Budaya Tradisi asli orang suku Tidung yang biasanya dilakukan dua
tahun sekali berupa kegiatan penurunan perahu Padaw Tuju Dulung (Tujuh Haluan).
Perahu ini diarak keliling Kota dan berbentuk sangat khas.
3 Jugit Demaring (Tari Klasik Kesultanan Bulungan), walaupun milik keraton, namun ia
boleh di persembahkan di luar Istana, karena itu biasanya dalam setiap penyambutan
tamu di luar istana, misalnya di dermaga istana atau dalam Biduk Bebandung atau kapal
layar Kesultanan,
4 Lalatip, Lalatip artinya menjepit. Tarian ini muncul sebagai latihan ketangkasan kaki
dalam melompat dan menghindari rintangan. Tarian ini mendebarkan karena penari
dapat terjepit atau terapit kakinya oleh batang kayu bila terlambat menghindar apalagi
saat penari menari dengan ditutup kedua matanya.
5 Biduk Bebandung adalah tradisi berupa atraksi adat yang menghadirkan Dua Buah
Perahu atau Lebih di rapit atau di gandeng menjadi satu sebagai Transportasi di Sungai
Kayan Provinsi Kalimantan Utara
6 Jatung utang adalah alat musik tradisional yang menyerupai kulintang, yang terbuat dari
kayu. Pada jaman dahulu alat musik ini digantung dengan mengunakan rotan atau tali,
tetapi sekarang sudah dikreasikan mengikuti perkembangan jaman dengan dibuatkan
kotak kayu untuk meletakan kayu-kayu yang berfungsi sebagai not-not musik.
7 Baju Inter Kesuma, adalah Baju Pengantin Bulungan yang di pakai saat pernikahan
kebanyakan masyarakat suku bulungan terlebih lagi oleh kerabat Kesultanan Bulungan.
warna dan coraknya ada 2 macam, yang satu dengan warna kuning keseluruhan untuk di
pakai oleh Putra/i dan Kerabat Kesultanan Bulungan, sedangkan yang berwarna kuning di
padukan dengan warna merah untuk masyarakat Bulungan/Masyarakat biasa (kampung)
1 Hudoq, Tari Hudoq merupakan tarian sakral yang erat kaitannya dengan prosesi ritual
atau upacara adat. Saat menari, para penari Hudoq menggunakan topeng menyerupai
binatang buas dan terbuat dari kayu. Tubuh mereka ditutupi dengan daun pisang, daun
kelapa, atau daun pinang.
2 Upacara Adat Kwangkay, adalah pemakaman terakhir Suku Dayak Benuaq tempat
Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kutai Barat. Pelaksanaan prosesi upacara adat tersebut
pada bulan Januari - Maret. Upacara ini dilaksanakan oleh anggota keluarga yang masih
hidup agar para mendiang dapat tiba di tempat yang tinggi di Puncak Lumut.
5 Sarung Tenun Samarinda, ditenun dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin
(ATBM) yang disebut Gedokan. Bahan bakunya menggunakan sutera yang didatangkan
dari Cina. Sarung asli tidak pernah disambung menggunakan mesin jahit. Inilah salah satu
cara untuk membedakan kain yang asli dari yang palsu atau buatan mesin pabrik.
7 Petis Udang Paser adalah makanan khas orang Paser. Petis Udang Paser berasal dari
pemanfaatan pengolahan Kepala Udang untuk diambil kaldunya dengan cara direbus.
Awal mulanya petis ini berasal dari nenek moyang masyarakat Paser yang berasal dari
suku laut Bajo. Bahan utama Petis Udang Paser adalah Kepala Udang, Gula Jawa dan
bumbu penyedap.
Belian bawo adalah Tradisi ritual pengobatan alternatif orang sakit. Upacara belian bawo
berkaitan dengan alam kepercayaan Suku Dayak Benuaq, yang didasari keyakinan
religiusitasnya. Oleh karena itu upacara belian bawo sarat dengan fungsi spiritual
(religius) dalam penghormatan arwah nenek moyang, kepercayaan akan adanya
kekuatan-kekuatan gaib, dan makhluk-makhluk halus.
1 Sasirangan, sejenis kain yang dibuat dengan teknik tusuk jelujur, kemudian diikat dengan
benang atau tali raffia dan selanjutnya dicelup. Jenis kain ini merupakan sejenis batik
sandang yang juga disebut dengan istilah kain calapan atau celupan yang didekorasi
dengan motif tradisional khas Kalimantan Selatan, baik dari segi warna maupun motifnya.
4 Bubungan Tinggi, Rumah adat banjar disebut juga rumah Bubungan merupakan rumah
tradisional suku banjar di Kalimantan Selatan. Rumah adat Bubungan sudah lahir sejak
abad ke-16 pada masa Pangeran Samudra, sebelum suku banjar memeluk agama islam.
Mappanretasi Pagatan berarti suatu kegiatan yang bersifat ritual dan dilaksanakan
secara adat oleh sekelompok masyarakat nelayan bersama pemerintah setempat dengan
jalan memberikan berbagai macam makanan atau sesajen di laut. pelaksanaan upacar aini
merupakan wujud nyata rasa syukur para nelayan suku Bugis Pagatan kepada Tuhan atas
hasil laut yang diberikan dan diselenggarakan setiap tahun pada bulan April
Tari Baksa Kambang Tari ini merupakan tari tunggal dan dapat dimainkan oleh beberapa
penari wanita. Tarian ini bercerita tentang seorang gadis remaja yang sedang merangkai
bunga. Sering dimainkan di lingkungan istana. Dalam perkembangannya tari ini beralih
fungsi sebagai tari penyambutan tamu. Tari Baksa Kembang termasuk jenis tari klasik,
yang hidup dan berkembang di keraton Banjar, yang ditarikan oleh putri-putri keraton.
22. Bali
1 Makepung, adalah atraksi balapan kerbau berasal dari Kabupaten Jembrana, Bali. Kata
Makepung berasal dari kata makepung-kepungan (bahasa Bali) artinya berkejar-kejaran,
inspirasinya muncul dari kegiatan tahapan proses pengolahan tanah sawah yaitu tahap
melumatkan tanah menjadi lumpur dengan memakai lampit.
2 Gringsing Tenganan, kain tenun tradisional Indonesia yang berasal dari Desa Tenganan
Bali yang dibuat menggunakan teknik ikat ganda (dobel ikat) yaitu pada sisi lungsi dan
pakan sehingga membutuhkan ketrampilan dan ketelitian tingggi.
3 Barong Ket, Barong merupakan tarian tradisional Bali yang ditandai dengan topeng dan
kostum badan yang dikenakan penarinya. Dari wujudnya, Barong Ket menyerupai hewan
dengan hiasan rumit di badannya.
4 Ngrebeg Mekotek, tradisi dilakukan oleh kaum laki-laki yang ada di Desa Munggu, Kec.
Mengwi pada hari raya Kuningan. Atraksi dilakukan dengan menggabungkan kayu-kayu
pullet sepanjang 2 - 3,5 meter hingga membentuk kerucut, satu pemuda menaiki kayu
hingga di ujung dengan posisi berdiri. Ini juga dilakukan oleh kelompok lain yang
nantinya kedua kelompok dipertemukan untuk berperang layaknya panglima perang.
5 Betutu, adalah nama masakan yang terbuat dari bahan dasar daging yang utuh tanpa
dipotong-potong. Daging yang dipakai biasanya ayam atau bebek. Masakan ini diolah
dengan cara dibakar atau dipanggang di atas bara yang sebelumnya dibaluri dengan
bumbu, sehingga menjadikan betutu ini sangat harum.
6 Magibung merupakan tradisi makan bersama dalam satu wadah (sela) yang ada dalam
kehidupan masyarakat Karangasem, Bali. Magibung mengandung syarat makna dan nilai
sosial yakni meningkatkan kebersamaan masyarakat karena dalam magibung orang-orang
akan makan bersama tanpa membedakan status sosial maupun kasta. Dengan demikian
akan muncul rasa kekeluargaan, rasa sosial, rasa gotong royong dan rasa saling harga
menghargai satu dengan lainnya.
7 Tari Sanghyang merupakan tarian sakral yang biasanya bukan untuk tontonan masal.
Tarian ini dilakukan saat suatu desa dilanda bahaya atau musibah. Sampai saat ini, tari
Sanghyang tidak diadakan sekedar sebagai sebuah tontonan. Tari Sanghyang adalah tari
kerauhan yang ditarikan di dalam keadaan tidak sadarkan diri (intrance). Tari ini
mempunyai arti magis, penolak bahaya untuk menyelamatkan Desa dari malapetaka
karena adanya wabah penyakit, bencana alam, dan lain sebagainya. Tari ini tidak diiringi
gamelan, melainkan hany diiringi dengan nyanyian-nyanyian atau vocal saja.
1 Perisean, merupakan pertarungan satu lawan satu menggunakan alat pemukul terbuat
dari batang rotan disebut penyalin dan alat penangkis terbuat dari kulit kerbau, sapi atau
rusa yang disebut ende. Peresean merupakan perpaduan antara permainan tradisional,
olah raga tradisional, kesenian, dan tradisi masyarakat.
2 Ayam Taliwang, merupakan ayam bakar khas Lombok Nusa Tenggara Barat. Ayam yang
digunakan adalah ayam kampung, ayam arab, atau ayam pejantan berumur 3 bulan
sehingga ukurannya tidak terlalu besar atau tua.
3 Pacoa Jara, Pacu Mbojo, pertama kali diadakan di Bima tahun 1927, awalnya
dimaksudkan untuk merayakan hari kelahiran Ratu Wilhelmina, kemudian berkembang
menjadi olahraga masyarakat lokal yang diadakan 4 (empat) kali dalam setahun. Kegiatan
ini tergolong unik dan menarik karena joki-joki yang ada biasanya seorang anak yang
berumur 5-12 tahun tanpa menggunakan pelana.
4 Gegerok Tandak, diperkirakan terbentuk sejak adanya islam di Bayan, hal ini disimpulkan
dari fungsi Tarian Gegerok itu sendiri yang hanya digunakan untuk Ritual Qhitanan
(sunatan). Gegerok Tandak merupakan tari ritual yang dipertunjukkan pada saat ada
upacara ritual Megawe Beliq (Sunatan, Bayar Nazar atau Kaul).
5 Gendang Beleq, disebut gendang beleq karena gendang berukuran besar dibandingkan
dengan ukuran gendang pada umumnya. Gendang berarti kendang dan beleq berarti
besar. Gendang beleq ada dua jenis yaitu gendang mama (laki-laki) dan gendang nina
(perempuan). Perbedaan keduanya bukan pada bentuk fisiknya melainkan pada suara
yang dihasilkan yaitu gendang mama lebih nyaring daripada gendang nina.
6 Bau Nyale merupakan salah satu tradisi turun temurun yang dilakukan oleh masyarakat
Lombok Tengah berupa kegiatan menangkap cacing laut. Tradisi ini berkaitan dengan
cerita mitos Putri Mandalika yang rela mengorbankan jiwa dan raganya demi keselamatan
orang banyak, dengan membuang dirinya ke tengah lautan dan menjelma menjadi nyale
(cacing)
7 Kareku Kandei adalah tradisi masyarakat Mbojo, Kabupaten Bima yang dilakukan oleh
sekelompok perempuan dengan cara menumbuk pada lesung secara terus-menerus
dengan tempo dan ragam ritme yang ditata sedemikian rupa sehingga menghasilkan
irama yang teratur. Kareku Kandei yang merupakan tradisi agraris yang berkembang
ditengah kehidupan masyarakat Mbojo yang dominan sebagai petani.
1 Sasandu (Sasando), adalah alat musik petik khas Orang Rote, Nusa Tenggara Timur, yang
terbuat dari daun lontar dan kayu. Sasando yang seharusnya bernama Sasandu (bunyi
yang dihasilkan dari getar) lahir dari inspirasi penemunya dari hasil interaksi dengan
alam.
2 Caci, adalah tradisi permainan pada suku manggarai dengan beranggotakan dua orang
pemain yang saling memukul menggunakan rotan dan perisai kulit kerbau. Pemenangnya
adalah orang yang telah berhasil melukai lawannya di bagian wajah.
3 Mbaru Niang Wae Rebo, Kampung adat Wae Rebo adalah salah satu kampung adat di
Manggarai yang masih tersisa dan masih asli. Salah satu ciri khas dari kampung adat wae
rebo adalah masih memiliki 7 buah mbaru Niang (Rumah Adat) dan 4 di antaranya dilihat
dari segi bentuknya masih mempertahankan keasliannya.
4 Pasola, merupakan bentuk aktivisas saling melempar lembing kayu dari atas punggung
kuda yang sedang dipacu kencang antara dua kelompok yang berlawanan. Pasola sangat
berhubungan dengan prosesi ritual orang Sumba yang menganut Marapu (kepercayaan
lokal masyarakat sumba)
5 Etu, (Tinju Tradisional) merupakan upacara ritual pertanian yang diselenggarakan setiap
tahun berdasarkan pada peputaran bulan. Upacara Etu meliputi beberapa tahap sampai
mencapai puncaknya pada waktu Etu (Tinju Tradisional)
6 Leva nuang adalah tradisi penangkapan ikan paus masyarakat Desa Lamalera, Kabupaten
Lembata, Nusa Tenggara Timur dengan hanya menggunakan peralatan sederhana untuk
pemenuhan kebutuhan hidup di desa nelayan Lamalera. Tradisi unik ini tetap hidup dan
berkembang sejak zaman nenek moyang dan tetap bertahan hingga sekarang
7 Lodok merupakan warisan budaya masyarakat Manggarai di desa Meler yang dipercaya
telah berumur lebih dari 150 tahun, bahkan mencapai 200 tahun. Tanah-tanah adat di
Kabupaten Manggarai disebut lingko, yang dibagi kepada warga dengan sistim Lodok
atau juga dikenal dengan pembagian sawah dengan sistem jaring laba-laba. Dari sisi
sosial dan budaya, Lodok berarti persatuan suatu kampung dalam hal pembagian tanah
yang berdasarkan status sosial warganya.
1 Tari Maengket, Tari tradisional masyarakat Minahasa. Tarian ini dilakukan oleh
sekelompok orang yang menyanyi sambil menari bahkan saling berpegangan tangan dan
di pimpin oleh seseorang (Kapel) yang akan mengangkat suara/lagu pertama (Tumutuur)
serta tambur sebagai alat pengiringnya.
2 Kolintang, Kolintang adalah alat musik khas dari Minahasa (Sulawesi Utara) yang
mempunyai bahan dasar kayu, jika dipukul dapat mengeluarkan bunyi yang cukup
panjang dan dapat mencapai nada-nada tinggi maupun rendah.
3 Kain Koffo, Koffo adalah tenunan dari serat pelepah pohon pisang abaka yang dikerjakan
oleh para pengrajin dengan alat tenun sederhana dan tersebar di kepulauan Sangihe dan
Kepulauan Talaud
4 Kabela, adalah wadah berbentuk kotak yang terbuat dari pelepah pohon rumbia,
dibungkus dengan kain merah dan dihiasi dengan manik-manik. Digunakan sebagai
tempat sirih, pinang, tembakau, dan kapur sirih yang disuguhkan kepada tamu ketika
datang berkunjung di daerah Bolaang Mongondow sebagai ungkapan rasa hormat.
5 Tinutuan atau bubur Manado merupakan salah satu penanda identitas bagi warga
Manado dan Minahasa. Tinutuan mulai hadir ketika jaman pendudukan Jepang, saat itu
warga mengungsi ke hutan lalu mengumpulkan bahan makanan sayuran, umbi-umbian
dan memsaknya. Lama kelamaan Tinutaan menjadi menu lokal bagi warga Minahasa dan
Manado
6 Musik Bia adalah alat musik tiup tradisional yang terbuat dari bahan rumah kerang laut.
Bia atau kerang (dalam ukuran cukup besar dapat dipegang dengan kedua tangan
manusia). Musik Bia telah menjadi salah satu seni musik tradisional yang turut
memberikan nilai tambah bagi masyarakat Kota Manado. Dengan hadirnya musik ini pada
pagelaran kesenian dan acara tertentu, telah menimbulkan daya tarik tersendiri bagi
wisatawan baik mancanegara maupun nusantara.
7 Figura adalah kegiatan festival yang dilaksanakan secara rutian setiap tahun di Kota
Manado, Sulawesi Utara dalam rangka mengakhiri tahun dan memasuki tahun baru
tepatnya setiap minggu ke-4 bulan januari sebagai pesta kunci taong (tahun). Peserta
Figura diikuti masyarakat dengan mengenakan kostum berbeda-beda dan unik sehingga
dapat mengundang gelak tawa para penonton
26. Gorontalo
1 Binthe Biluhuta, (Milu Siram atau Sup Jagung) adalah masakan khas Gorontalo. Bahan
pembuatan Binthe Biluhata adalah jagung yang dipilih dan dicampur dengan udang, ikan
tuna, sambal, jeruk nipis dan bawang di iris halus. Binte artinya jagung dan orang
Gorontalo sering menyebutnya Milu sedangkan Biluhuta artinya disiram jadi kalau
diartikan namanya menjadi jagung yang disiram
2 Permainan Polo Palo, adalah salah satu permainan rakyat Gorontalo, terbuat dari bambu
kering, saat dipukul mengeluarkan bunyi yang nyaring. Pada bagian atas pangkal
pegangan dibuatkan lubang kecil yang berfungsi sebagai tempat keluar bunyi. Saat alat
dipukul, lubang tersebut dibuka/ditutup dengan jari sehingga mengeluarkandua suara
yaitu nada tinggi dan nada rendah.
4 Langga merupakan seni beladiri tradisional masyarakat Gorontalo, seni beladiri ini tidak
digunakan untuk membunuh, melainkan menjaga diri dan melumpuhkan lawan, tetapi
tidak diwajibkan untuk hal-hal yang menimbulkan korban jiwa. Di dalamnya terdapat
sebuah ritual untuk memberikan kekuatan kepada pemain Langga, yang dilakukan
melalui pemanggilan lati.
5 Tari Molapi Saronde adalah tarian ritual pernikahan adat Gorontalo. Tarian ini
dilaksanakan oleh pengantin laki-laki pada malam hari perkawinan mereka. Bahan yang
digunakan adalah tiga macam selendang yakni warna hijau, kuning, dan kuning telur.
Pelaksanaan ritual ini bertempatkan di tempat mempelai wanita.
1 Kaledo, merupakan masakan khas Sulawesi Tengah yang diolah dari daging dan tulang
kaki sapi dan disajikan dengan kuah panas dengan rasa yang khas.
4 Upacara Melabot Tumpe, upacara pengiriman telur burung Maleo yang bertelur
pertama kali. Diawali dengan pengumpulan telur burung Maleo sebanyak 160 butir dan
membawanya ke rumah ketua adat, kemudian menyiapkan parahu dan 7 orang
pengantar telur terdiri atas 3 orang Tua-tua Adat, dan 4 orang pendayung. Sebelum dibe-
rangkatkan ke Banggai, telur dibungkus dengan daun komunong (sejenis daun palma).
5 Modulu dulu, artinya Tradisi masyarakat Kab. Poso berupa makan nasi bersama yang di
mana 4-6 orang duduk berkeliling dengan makanan yang ditumpuk di atas daun tave
sebagai alas, sementara makanan di atas daun dibawa oleh masing-masing orang dari
rumah dan disantap bersama.
6 Kain Tenun Donggala Kain ini dibuat dari bahan benang kapas yang dibuat dengan teknik
ikat. Cara mengikat benang untuk ragam hias dalam proses mencelup ini, sama dengan
cara menutup pola hias batik, yaitu dengan malam atau lilin lebah, cuma bedanya jika
pada penutupan dengan lilin, setelah proses pencelupan selesai diakhiri dengan
menghilangkan lilin lebah tadi melalui pengerikan. Sedangkan pada teknik ikat dalam
tenun bagian yang diikat hanya dibuka ikatannya
7 Dade Ndate adalah salah satu kesenian yang dibawakan dalam lagu dan syair yang
panjang-panjang antara Pria dan Wanita. Dade Ndate itu sendiri diambil dari kata Dade
dan Ndate. Dade artinya lagu atau syair dan Ndate artinya panjang, jadi Dade Ndate
suatu bentuk kesenian yang dipersembahkan melalui nyanyian dan syair yang panjang
dengan menyampaikan pesan dan kesan.
1 Sandeq, adalah tipe perahu bercadik khas Mandar dengan layar berbentuk segi tiga.
perahu sande yang pada mulanya digunakan untuk menangkap ikan, sekarang digunakan
sebagai perahu lomba.
3 Calong, adalah alat musik pukul yang terbuat dari buah kelapa tua yang dipotong
permukaan atas dan bawah, kemudian pada permukaan atasnya diberi besi dan bambu
yang dipotong sebanyak empat dengan ukuran panjang 30 cm. Cara memainkannya
dengan dipukul dengan menggunakan potongan bambu.
4 Keke/Pakeke adalah alat kesenian dari Sulawesi barat yang terbuat dari bambu kecil
yang diberi lubang tiga sampai enam, ukuranntya sekitar 10 cm, pada ujung bambu dilit
daung lontar yang bentuknya menyerupai trompet
5 Pupuq merupakan makanan pelengkap sejenis lauk dari masyarakat Mandar, Sulawesi
Barat. Pupuq ini terbuat dari ikan laut dan rempah-rempah lainnya yang ditumbuk hingga
halus. Bentuknya segitiga yang dicetak dengan daun pisang yang kering.
6 Massossor Manurung / Manossor Manurung adalah suatu upacara ritual yang terwujud
dalam bentuk pencucian/pembersihan terhadap benda pusaka kerajaan Mamuju berupa
keris pusaka. Keris Manurung (pusaka) merupakan keris pusaka kerajaan Mamuju yang
berasal dari Badung dan menjadi simbol persahabatan antara kedua kerajaan. Oleh
karena itu pada saat ritual ini diadakan, pihak dari kerajaan Badung juga datang untuk
mengikutinya.
1 Pinisi identik dengan suku Bugis-Makassar. Hal ini dikarenakan kapal layar tersebut
banyak digunakan orang Bugis-Makassar untuk mengarungi samudera sejak tahun 1500-
an. Tidak hanya dalam pelayaran di Nusantara, tapi juga terbukti tangguh dalam pelayaran
ke berbagai negara di belahan dunia, khususnya di masa perdagangan rempah-rempah.
3 Pepe-pepeka Ri Makka, Tarian ini berasal Pepe’ dan Rimakka dimana Pepe’ berarti api,
Rimakka adalah tanah suci Mekkah. Tarian di bawakan oleh 6 atau 8 penari laki-laki yang
berpakaian baju adat rakyat etnik Makassar. Para penari membakar sarung, tangan
mereka tanpa merasa kepanasan.
5 Badik, merupakan salah satu simbol identitas masyarakat Sulawesi. Badik secara
universal berbicara bentuk, bahan, dan metode dimana di tiga wilayah ini akan
ditemukan perbedaan-perbedaan dari tiap wilayah di Sulawesi.
6 Rambu Solo, merupakan upacara pemakaman secara adat di Tana Toraja Propinsi
Sulawesi Selatan. Upacara Bagi masyarakat Tana Toraja upacara ini mempunyai makna
yang penting karena merupakan bentuk penghormatan terakhir kepada orang tua
ataupun saudara yang telah meninggal dunia.
7 Kapurung, adalah salah satu makanan khas tradisional yang terbuat dari sari atau tepung
sagu di Sulawesi Selatan, khususnya masyarakat daerah Luwu Raya, dimasak dengan
campuran ikan atau daging ayam dan aneka sayuran
30. Sulawesi Tenggara
1 Kabhanti, merupakan tradisi berucap pantun, baik yang diucapkan sendiri (monolog)
maupun secara berbalas pantun. Isi kabhanti biasanya menyampaikan pesan moral bagi
masyarakat, nilai keagamaan, petunjuk kehidupan/petuah, sindiran, percintaan, serta
nilai budaya dan adat istiadat. Bagi masyarakat Muna, kabhanti bertujuan untuk
memperkokoh nilai dan norma dalam masyarakat.
2 Istana Malige Buton, merupakan kediaman Sultan Buton ke-37 Muhammad Hamidi
beserta keluarganya. Istana ini dibangun pada tahun 1930-an, terbuat dari kayu jati dan
wola dengan konstruksi rumah panggung yang semua pasaknya terbuat dari kayu tanpa
menggunakan paku.
4 Lulo/Molulo tarian khas suku Tolaki yang merupakan penduduk asli kota kendari
menjadi sarana dan media masyarakat Tolaki untuk mengeratkan pergaulan dengan
warga masyarakat. Tarian dilakukan bersama membentuk lingkaran bergerak maju
mundur dan mengayunkan kaki dengan iringan musik
6 Kalo atau kalosara merupakan sebuah benda yang terbuat dari tiga utas rotan yang
dipilin atau dililit membentuk sebuah lingkaran. Lilitan atau pilinan tiga utas rotan
merupakan symbol yang memiliki makna persatuan dan kesatuan dari tiga stratifikasi
orang Tolaki di jaman dahulu
7 Kantola adalah sejenis permainan tradisional, dimana pemainnya terdiri atas kelompok
laki-laki dan kelompok perempuan yang berdiri saling berhadapan berbalas pantun
(kabhanti) dengan irama lagu ruuruunte. Keberadaan penutur kantola yang disebut
pokantolano saat ini umumnya sudah berusia lanjut, namun demikian mereka masih
fasih melantunkan syair-syair kantola.
1 Bambu Gila, dikenal dengan nama Buluh Gila. Tarian /seni pertunjukan yang dilakukan
oleh lebih dari sepuluh orang dengan memegang satu batang bambu sepanjang satu
meter/ sesuai kebutuhan. Pemegang bambu dipertontonkan tidak kuat.
2 Soya-soya, tarian ini tercipta pada masa Sultan Baabullah (Kesultanan Ternate) untuk
mengobarkan semagat pasukan pascatewasnya Sultan Khairun. Saat itu, tarian ini
dimaknai sebagai perang pembebasan dari Portugis. Para penari menampilkan tarian
yang lincah yang merefleksikan gerak menyerang, mengelak dan menangkis. Jumlah
penari tidak ditentukan. Bisa hanya empat orang bahkan hingga ribuan penari.
3 Sasadu, Sasadu merupakan Rumah Adat Suku Sahu, salah satu suku yang berasal dari
Pulau Halmahera. Rumah adat Sasadu memiliki bentuk yang simpel atau sederhana yaitu
berupa rumah panggung yang dibangun menggunakan bahan kayu sebagai pilar atau
tiang penyangga, anyaman daun sagu sebagai penutup atap rumah adat.
4 Hibua Lamo adalah rumah adat dari Halmahera Utara adalah rumah adat dari Halmahera
Utara yang diperkirakan sudah ada sejak tahun 1400an. Dalam sejarahnya istilah
Hibualamo muncul ketika suku bangsa di Halmahera Utara turun dan bermukim di wilayah
pesisir.
6 Tarian Tide Tide merupakan tari pasangan yang berasal dari Maluku Utara, Kabupaten
Halmahera Utara, berasal dari suku Togela (Tobelo dan Galela). Tarian ini secara umum
menggambarkan kehidupan pergaulan antara laki-laki dan perempuan pada masyarakat
Maluku utara. Tarian ini pada umumnya di bawakan oleh sekelompok penari pria dan
wanita yang berjumlah 12 orang sambil diiringi tabuhan tifa, gong dan violin/biola
7 Tari Legu Sahu, berasal dari kata “Legu” yang artinya “pesta”. Sehingga Legu Sahu berarti
pesta masyarakat Sahu atau Pesta perayaan panen padi yang diadakan setiap tahun.
Tarian ini merepresentasikan luapan kegembiraan rakyat saat panen padi. Tarian ini
menggambarkan rasa syukur rakyat akan kesuksesan panen padi.
32. Maluku
1 Maku-maku, Tari Maku-maku adalah tarian tradisional yang bersifat sosial yakni
merupakan tarian pergaulan yang bertujuan untuk mempererat keakraban antara
anggota masyarakat dalam hal ini anak cucu Maluku. Tarian ini secara garis besar
merupakan lambang persekutuan anak-anak masyarakat Maluku.
2 Baileo, adalah rumah adat dari Maluku dan Maluku Utara. Baileo bisa berarti Balai
Bersama atau tempat pertemuan, karena salah satu tujuan dan fungsi didirikan rumah
adat baileo adalah untuk tempat bermusyawarah bagi masyarakat adat atau kelompok-
kelompok setempat yang terdiri dari tetua adat dan masyarakat, dalam mencari solusi
atau pemecahan atas permasalahan yang ada.
3 Minyak Kayu Putih, Penduduk asli Kepulauan Buru sejak zaman dahulu telah
menggunakan daun-daunan sebagai obat tradisional. Begitupula dengan tanaman daun
kayu putih oleh masyarakat Buru berupaya menggunakan pengetahuan mereka untuk
menjadikan daun kayu putih sebagai tanaman yang berkhasiat dan sebagai obat
tradisional
4 Tais Pet, Kain tenun tradisional masyarakat Tanimbar, memberikan nuansa warna
sebagai simbol status sosial, sehingga memberikan petunjuk terhadap status seseorang
dalam struktur masyarakat. Warna hitam dan coklat merupakan warna kebesaran atau
kewibawaan dalam diri seorang pemimpin. Warna merah, kuning dan putih merupakan
cermin keberanian, kejujuran, ketulusan, keiklasan dan kesucian hati masyarakat
5 Belang banda, Belang merupakan alat transportasi tradisional masyarakat Banda yang
digunakan sebelum peralatan modern masuk ke Banda. Perahu ini berukuran panjang 40
meter, lebar tengah 2 meter, dan tinggi 1 meter. Kapasitas daya angkutnya 36 orang,
terdiri dari 1 orang pemuka belang, 1 orang juru mudi, 2 orang juru kabata atau bahasa-
bahasa adat, 2 orang penimba ruang dan 30 penumpang.
6 Tari Lenso, Secara etimologis kata lenso berasal dari bahasa portugis yang artinya sapu
tangan. Nama tarian ini berkaitan dengan properti yang digunakan oleh penari yakni dua
buah lenso pada masing-masing penari. Biasanya lenso (sapu tangan) yang digunakan
berwarna putih dan merah, namun tidak terdapat makna simbolik dari warna lenso yang
digunakan oleh masing-masing penari.
7 Pataheri/Matahena, merupakan sebuah ritual adat pendewasaan bagi seorang anak laki-
laki yang akan meranjak remaja/dewasa. Upacara ini ditandai dengan pemakaian celana
pendek (cidaku atau ayunte) dan ikat kepala merah (karinunu) selain itu terdapat ritual
pemenggalan kepala kusu (kus kus)
1 Mansorandak, adalah tradisi Suku Doreri berupa upacara penyambutan seseorang yang
pergi dan pulang dari tempat yang baru dikunjunginya, atau seseorang yang pertama kali
menginjakkan kakinya ditempat yang baru. Hal ini dimaknai sebagai suatu ungkapan
syukur karena orang tersebut telah pulang dengan selamat. Mansorandak juga dilakukan
terhadap tamu atau pembesar yang baru pertama kali datang ke suatu tempat.
2 Kuk Kir Kna, upacara tikam/lubang telinga yang berlaku untuk anak perempuan terutama
untuk anak perempuan sulung yang berusia berusia kurang lebih dua sampai lima tahun.
3 Banondit (rumput Kebar) merupakan salah satu tumbuhan endemik yang hidup dan
berkembang pada desa Kebar Kabupaten Manokwari Papua Barat. Pada umumnya
disebut dengan Rumput Kebar. Masyarakat Kebar sudah menggunakan tumbuhan
(banondit) sejak dahulu kala yang merupakan warisan nenek moyangnya.Rumput Kebar
ini digunakan oleh masyarakat Kebar sebagai obat tradisional yang mempunyai fungsi
untuk mengobati kaum wanita yang mandul.
4 Tari Bihim/Tari tumbutana biasanya oleh orang Arfak disebut dengan istilah tari ular.
Penyebutan ini disebabkan oleh gerak dan formasi tari yang menyerupai liukan ular
mengikuti irama lagu yang yang dinyanyikan. Bihim bagi suku Arfak diartikan sebagai
sebuah ekspresi yang dilakukan kapan saja dalam acara mencari jodoh, menang perang,
perdamaian antar suku, penyambutan tamu dan pernikahan.
5 Anu Beta Tubat pada dasarnya adalah praktek gotong royong, dimana beban satu orang
sama-sama dipikul, yang dilakukan oleh masyarakat Maybrat di Provinsi Papua Barat.
Anu Beta Tubat yang berarti bersama kita semua mengangkat suatu beban dimana
masyarakat bahu-membahu berswadaya mengatasi berbagai hambatan atau tantangan
seperti membuka kebun atau ladang, menyekolahkan anak, pembayaran maskawin
(mahar) atau denda adat menurut adat istiadat setempat, dan pembangunan rumah
permanen
6 Papeda merupakan makananan tradisional yang terbuat dari bahan sagu. Papeda
bertekstur menyerupai gel berwarna putih bening. Umumnya disajikan dengan kuah ikan
kuning yaitu ikan yang dimasak dengan campuran bumbu-bumbu yang menghasilkan
kuah berwarna kuning. Papeda sendiri pada dasarnya tidak memiliki rasa. Kuah ikan
kuning inilah yang memberi rasa enak dan gurih pada santapan papeda.
7 Igya Ser Hanjop merupakan pengetahuan mengenai pengelolaan kepemilikan wilayah
hutan yang sudah ratusan tahun dimiliki masyarakat suku Hatam Sougb dan Meyah.
Mereka memanfaatkan hasil-hasil hutan berupa buah, binatang dan kayu sebagai
sumber kehidupan. Kearifan lokal Igya Ser Hanjop adalah cara masyarakat suku Arfak
menjaga dan melestarikan hutannya agar tidak rusak dan dapat digunakan oleh anak
cucunya di masa yang akan datang.
34. Papua
1 Yosim Pancar, atau Tari Yospan adalah tarian pergaulan atau persahabatan para muda-
mudi masyarakat Papua. Pertunjukan Tarian Yosim Pancar biasanya dilakukan lebih dari
satu orang, dan memiliki gerakan dasar yang penuh semangat.
2 Ukiran Asmat, Sejak tahun 1700-an, suku Asmat di Papua telah dikenal dunia dengan
keterampilan mengukirnya. Kesenian mengukir di Asmat merupakan aktualisasi dari
kepercayaan terhadap arwah nenek moyang yang disimbolkan dalam bentuk patung
serta ukiran.
3 Noken, yaitu tas tradisional masyarakat Papua yang dibawa dengan menggunakan kepala
dan terbuat dari serat kulit kayu. Sama dengan tas pada umumnya tas ini digunakan
untuk membawa barang-barang kebutuhan sehari-hari.
4 Koteka, adalah penutup bagian khusus alat kelamin pria yang dipakai beberapa suku
bangsa di Papua. Kata Koteka berasal dari salah satu suku di Paniai, artinya pakaian. Di
beberapa suku lain menyebutnya dengan berbeda seperti di Paniai menyebutnya
“Bobee’ di Wamena disebut “Holim” dan pada masyarakat di Amungme menyebutnya
“Sanok” Bahan dasar pembuatan Koteka adalah buah labu yang sudah masak.
5 Honai, berasal dari kata hun yang berarti laki-laki dewasa dan ai yang berarti rumah. Jadi,
sebutan umum untuk rumah orang Dani adalah honai yang sekarang ini juga semakin
dikenal luas oleh orang-orang di mana saja, baik di dalam dan di luar negeri
6 Karamo, adalah tarian tradisional Orang Isirawa (Kabupaten Sarmi) provinsi Papua yang
dilakukan pada waktu tertentu sebagai wujud kegembiraan, ungkapan syukur, dan
kebanggaan atas dilakukannya kegiatan budaya tertentu. Waktu pertunjukan
pelaksanaan Karamo dilakukan pada saat membawa anak turun tanah, memindahkan
tulang-belulang leluhur yang telah meninggal, dan pada saat kegiatan tertentu lainnya
7 Akonipuk, adalah tradisi masyarakat Papua yang mendiami kawasan lembah Baliem
berupa proses mengeringkan jasad manusia yang telah meninggal (mumifikasi). Namun
yang membedakan mumifikasi di Papua dengan mumifikasi dari belahan dunia lainnya
adalah prosesnya yang menggunakan teknik pengasapan, sementara mumifikasi pada
umumnya - salah satunya seperti di Mesir
Contoh Daftar Penetapan Warisan Bersama Budaya Tak Benda
1 Aksara dan Naskah Ka Ga Nga, Dalam perspektif sejarah, secara umum kita mengenal
aksara daerah di Indonesia pada dasarnya berasal dari India, termasuk diantaranya
aksara Ka Ga Nga. Penyebaran aksara Ka Ga Nga banyak terdapat di daerah Bengkulu,
Jambi, Sumatera Selatan dan Lampung.
2 Tabot atau Tabuik, awalnya digunakan oleh untuk mengenang gugurnya Husein bin Ali
bin Abi Thalib, namun belakangan, sejak satu dekade terakhir, selain melaksanakan
wasiat leluhur, upacara ini juga dimaksudkan sebagai wujud partisipasi masyarakat
dalam pembinaan dan pengembangan budaya daerah setempat.
3 Calung Banyumas dan Jawa Barat, Pada masa awal penyebaran Islam, seni calung
sering dipadu dengan lengger (le = thole = sebutan untuk anak laki-laki, dan ngger =
angger = sebutan untuk anak perempuan). Seni calung digunakan sebagai alat untuk
memanggil atau mengumpulkan anak-anak untuk diberikan pengetahuan baru yaitu
tentang ajaran Islam.
5 Karungut, Puisi tradisional suku Dayak Ngaju. Karungut berasal dari kata karunya yang
diambil dari bahasa Sangiang dan bahasa Sangen/Ngaju Kuno. Karunya berarti tembang.
Puisi tradisional atau puisi rakyat yang dikenal di Kalimantan Tengah ini diwariskan oleh
nenek moyang mereka dalam bentuk lagu dan syair yang disusun sendiri oleh
penciptanya, sepanjang tidak menyimpang dari kaidah yang telah dianggap baku.
8 Barappen, Bakar batu merupakan aktifitas memasak yang dilakukan oleh masayarakat
suku Dani di Papua, dengan menggunakan media batu yang dipanaskan di api hingga
menjadi berwarna merah kemudian akan diselipkan bahan-bahan yang akan dimasak
untuk dikonsumsi secara bersama-sama. Bahan utama yang digunakan adalah daging
babi, saat ini dikembangkan selain babi (ikan, kelinci, ayam, kambing, dsb.
6 Tifa, Alat musik perkusi khas Papua simbol perdamaian bagi masyarakat Papua tempo
dulu. Bila terjadi perang, para tua adat membunyikan tifa untuk memanggil wakil dari
kedua pihak berdamai. Kini, tifa lebih digunakan dalam rituil adat, seperti pesta adat,
perkawinan, menyambut tamu-tamu penting dan lain-lain. Daerah sebarannya
umumnya dapat ditemui pada provinsi Papua, Papua Barat, Maluku, dan NTT
7 Batik Indonesia, Batik ditetapkan oleh UNESCO sebagai keseluruhan teknik, teknologi,
serta pengembangan motif dan budaya terkait. Batik dietapkan sebagai Warisan
Kemanusiaan untuk Budaya Lisan yang memiliki nilai-nilai budaya takbenda terkai ritual
yang disimbolkan dalam pola dan motif sebagai identitas budaya lokal.
8 Wayang, Wayang ditetapkan sebagai salah satu Warisan Dunia oleh UNESCO sebagai
Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity. Wayang berasal dari kata
bayang yang berasal dari zaman prasejarah sebagai ritual untuk memanggil roh orang
yang meninggal. Ada beberapa jenis Wayang menurut bahan pembuatannya antara lain
Wayang Kulit, Wayang Kayu, Wayang Orang, dan Wayang Rumput.
9 Sekaten, adalah suatu upacara ritual yang terkenal di Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta,
yang diselenggarakan setiap tahun sekali, yaitu pada saat menjelang peringatan Maulid
Nabi Muhammad SAW. Sekaten dilakukan selama satu minggu, yaitu sejak 5 Rabiulawal.
Tujuan sekaten adalah untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
10 Pawukon, merupakan horoskop atau sistem kalender yang mempunyai waktu terukur
dan asli budaya Nusantara yang dikenal hampir diseluruh wilayah Nusantara. Rotasi
perubahan pawukon terjadi dalam waktu 7 hari (satu minggu, dari redite/minggu
sampai tumpak/sabtu). Pawukon bersandar pada konsep Astronomi dan membaginya
menjadi 30 wuku. Tiap wuku bergeser tiap 7 hari sehingga dalam satu rotasi wuku
terdiri dari 210 hari (7 hari x 30 wuku).
Daftar Lagu Nasional dan Penciptanya
Bangun Pemudi Pemuda (Alfred Simanjuntak) Melati di Tapal Batas (Ismail Marzuki)
Bhinneka Tunggal Ika (Binsar Sitompul/A Thalib) Pada Pahlawan (Cornel Simanjuntak/Usmar
Ismail)
Dari Sabang Sampai Merauke (R Soerardjo)
Pahlawan Merdeka (Wage Rudolf Soepratman)
Di Timur Matahari (Wage Rudolf Soepratman)
Pahlawan Tanpa Tanda Jasa (Sartono)
Garuda Pancasila (Sudharnoto)
Rayuan Pulau Kelapa (Ismail Marzuki)
Gugur Bunga (Ismail Marzuki)
Satu Nusa Satu Bangsa (Liberty Manik)
Hari Merdeka (Husein Mutahar)
Selamat Datang Pahlawan Muda (Ismail
Himne Kemerdekaan (Ibu Soed/Wiratmo Sukito)
Marzuki)
Ibu Kita Kartini (Wage Rudolf Soepratman)
Syukur (Husein Mutahar)
Indonesia Bersatulah (Alfred Simanjuntak)
Tanah Airku (Ibu Soed)
Indonesia Jaya (Chaken M)
Tanah Airku (Iskak)
Indonesia Raya (Wage Rudolf Soepratman)
Tanah Tumpah Darahku (Cornel
Indonesia Subur (M Syafei) Simanjuntak/Sanusi Pane)
Daftar Isi v
BAB I
KEHIDUPAN ZAMAN
PRAAKSARA
DI INDONESIA
1
Homo Erectus
Sumber: www.sangiran.info
C oba kalian perhatikan fosil manusia purba di atas! Saat ini, fosil tersebut disimpan di
Museum Sangiran Surakarta. Usianya puluhan ribu tahun yang lalu. Manusia purba
hidupnya sangat bergantung dari alam. Mereka hanya mengambil apa yang tersedia dari
alam untuk memenuhi kebutuhannya. Awalnya, mereka tidak memiliki senjata, hanya
menggunakan tangan dan kakinya untuk mencari makan. Semakin lama, mereka semakin
mengenal alat untuk mempermudah dalam memenuhi kebutuhannya. Itulah teknologi awal
yang mereka gunakan. Fosil manusia purba dan alat yang ditinggalkan menggambarkan
kehidupan manusia zaman dahulu. Zaman kehidupan manusia purba disebut juga zaman
praaksara. Dari berbagai bukti, diketahui bahwa kehidupan manusia di Indonesia telah
berlangsung ratusan ribu tahun lalu. Tahukah kalian bagaimana perkembangan manusia
purba di Indonesia?
Kenali Tokoh
Professor Dr. Gustav Heinrich Ralph (G. H. R.) von Koenigswald (1902-1982) lahir di
Berlin pada 13 November 1902. Ia mulai mengoleksi fosil vertebrata ketika berumur
15 tahun. Koenigswald mempelajari geologi dan palaeontologi di Berlin, Tübingen,
Cologne and Munich. Ia dikenal sebagai seorang paleontologis dan geologis yang
melakukan penelitian terhadap homo, termasuk Homo erectus. Ralph von Koensinswald
telah memberikan banyak kontribusi dalam bidang palaeontologi selama kariernya.
Penemuan dan penelitiannya mengenai fosil-fosil di Jawa dan penelitian fosil lainnya
di Asia Tenggara menempatkannya sebagai salah satu pemimpin figur antropologi
manusia abad 20. Von Koenigswald meninggal di rumahnya di Bad Homburg dekat Frankfurt-am-Main Jerman
Barat pada 10 Juli 1982.
Sumber www.wikipedia.org
c. Homo
Ada dua jenis fosil homo yang ditemukan di Indonesia, yaitu Homo
Wajakensis dan Homo Soloensis. Homo Wajakensis berarti manusia
dari Wajak. Eugene Dubois menemukan fosil ini pada tahun 1889 di
dekat Wajak, Tulungagung Jawa Timur. Homo Wajakensis diperkirakan
menjadi nenek moyang dari ras Australoid yang merupakan penduduk
asli Australia. Homo Soloensis artinya manusia dari Solo ditemukan
di Ngandong, lembah Bengawan Solo antara tahun 1931–1934.
Penemunya adalah Ter Haar dan Oppenorth. Kehidupan Homo
Soloensis sudah lebih maju dengan berbagai alat untuk memenuhi
kebutuhan dan mempertahankan hidup dari berbagai ancaman.
Ciri-ciri homo, antara lain
1) muka lebar dengan hidung yang lebar;
2) mulutnya menonjol;
3) dahinya juga masih menonjol, sekalipun tidak seperti jenis
Pithecanthropus;
4) bentuk fisik ya sudah seperti manusia sekarang;
5) tingginya 130–210 cm;
6) berat badan 30–150 kg;
7) hidupnya sekitar 40.000–25.000 tahun yang lalu.
2) Hidup Berkelompok
Pada umumnya, manusia purba hidup secara berkelompok.
Mereka memilih tempat yang banyak bahan makanan dan air. Padang
rumput dan hutan yang berdekatan dengan sungai mereka pilih
sebagai tempat hidup berkelompok. Tempat tersebut dipilih karena Di Sekitar Kita
banyak terdapat bahan makanan dan dilewati binatang buruan.
Selain di Indonesia,
3) Bertempat Tinggal Sementara manusia purba banyak
Pada perkembangannya, sebagian manusia purba ada yang mulai pula ditemukan di luar
negeri.
bertempat tinggal sementara. Mereka biasanya tinggal di gua-gua,
• Cina: Sinanthropus
tepi danau, ataupun di ceruk-ceruk di tepi pantai. Tempat-tempat
Pekinensis
tersebut mereka gunakan untuk berteduh dan menimbun bahan
• Jerman: Homo
makanan.
Heidelbergensis
• Afrika: Homo
b. Masa Bermukim dan Bercocok Tanam Africanus
Melalui pengalaman hidupnya, manusia purba menemukan cara • Inggris: Pilthdown
baru untuk memenuhi kebutuhannya. Mereka menemukan cara dan Sussex
bercocok tanam. Seiring dengan masa bercocok tanam, mereka • Eropa: Homo
mulai hidup menetap. Kebudayaan lainnya ikut berkembang dengan Neanderthalensis
pesat. Alat pertanian berkembang semakin maju. Begitu pula dengan
sistem sosial dan sistem kepercayaan mulai terbina secara teratur.
Masa bermukim dan bercocok tanam sering disebut masa revolusi
kebudayaan. Hal ini didasarkan pada terjadinya perubahan besar
pada berbagai corak kehidupan manusia purba.
1. Zaman Batu
Pada Zaman Batu, peralatan yang digunakan manusia purba terbuat
dari batu. Zaman Batu dibedakan menjadi empat zaman, yaitu Zaman
Palaeolithikum, Mesolithikum, Neolithikum, dan Megalithikum.
a. Zaman Palaeolithikum (Zaman Batu Tua)
Disebut Zaman Batu Tua karena hasil kebudayaan dibuat dari batu
dan pengerjaannya masih sederhana dan kasar. Hasil kebudayaan
Jendela Info
pada Zaman Palaeolithikum yang terkenal adalah kebudayaan Pacitan
Pada zaman batu, tidak dan kebudayaan Ngandong.
berar ti manusia purba 1) Kebudayaan Pacitan
hanya memakai alat dari Pacitan adalah nama salah satu kabupaten di Jawa Timur yang
batu. Mereka juga meng- berbatasan dengan Jawa Tengah. Pada zaman purba, diperkirakan
gunakan alat dari kayu. aliran Bengawan Solo mengalir ke selatan dan bermuara di pantai
Namun, bekasnya tidak Pacitan. Pada 1935, Von Koenigswald menemukan beberapa alat
bisa ditemukan lagi karena
dari batu di Pacitan. Alat-alat tersebut bentuknya menyerupai kapak,
sudah lapuk.
tetapi tidak bertangkai sehingga menggunakan kapak tersebut
1) Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger berasal dari bahasa Denmark. Kjokken berarti
dapur dan modding berarti sampah. Jadi, kjokkenmoddinger adalah
sampah-sampah dapur. Kjokkenmoddinger merupakan timbunan
kulit siput dan kerang yang menggunung. Di dalam Kjokkenmoddinger
ditemukan banyak kapak genggam. Kapak tersebut berbeda
dengan chopper (kapak genggam dari Zaman Palaeolithikum).
1) Kapak Persegi
Kapak persegi berbentuk persegi panjang atau trapesium. Kapak
persegi yang besar sering disebut beliung atau pacul (cangkul).
Sementara yang berukuran kecil disebut trah (tatah) yang digunakan
untuk mengerjakan kayu. Alat-alat itu, terutama beliung, sudah diberi
tangkai. Daerah persebaran kapak persegi adalah daerah Indonesia
bagian barat, misalnya di daerah Sumatra, Jawa, dan Bali.
2) Kapak Lonjong
Kapak lonjong dibuat dari batu berbentuk lonjong yang sudah
diasah halus dan diberi tangkai. Fungsi alat ini diperkirakan untuk
kegiatan menebang pohon. Daerah persebaran kapak lonjong
umumnya di daerah Indonesia Bagian Timur, misalnya di daerah
Irian, Seram, Tanimbar, dan Minahasa.
Pada Zaman Neolithikum, di samping ada berbagai kapak, juga Gambar 1.9 Kapak Lonjong
ditemukan berbagai alat perhiasan. Misalnya, di Jawa ditemukan Sumber: www.e-dukasi.net
gelang-gelang dari batu indah dan alat-alat tembikar atau gerabah.
Pada zaman itu sudah dikenal adanya pakaian. Hal ini terbukti dengan
ditemukannya alat pemukul kulit kayu yang dijadikan sebagai bahan
pakaian.
1) Menhir
Menhir adalah tiang atau tugu batu yang didirikan sebagai sarana
untuk memuja arwah nenek moyang. Menhir banyak ditemukan di
Sumatra Selatan, Kalimantan, dan Sulawesi Tengah.
2) Dolmen
Dolmen merupakan bangunan berbentuk seperti meja batu,
berkaki menhir (menhir yang agak pendek). Bangunan ini digunakan
sebagai tempat sesaji dan pemujaan terhadap nenek moyang. Ada
juga dolmen yang di bawahnya berfungsi sebagai kuburan. Bangunan
semacam ini dinamakan pandusha.
3) Sarkofagus
Sarkofagus adalah peti kubur batu yang bentuknya seperti lesung
dan mempunyai tutup. Sarkofagus banyak ditemukan di daerah Bali.
Bersama Sarkofagus juga ditemukan tulang-tulang manusia beserta
bekal kubur, seperti perhiasan, periuk, dan beliung.
5) Punden Berundak
Punden berundak adalah bangunan dari batu yang disusun secara
bertingkat. Fungsi bangunan ini adalah untuk pemujaan. Punden
berundak ditemukan di daerah Lebak Sibedug, Banten Selatan.
6) Arca
Arca adalah patung yang dibuat menyerupai bentuk manusia dan
binatang. Binatang yang digambarkan, di antaranya gajah, kerbau,
kera, dan harimau. Arca ini banyak ditemukan, antara lain di Sumatra
Selatan, Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
2. Zaman Logam
Pada Zaman Logam, manusia telah mengembangkan teknologi
yang cukup tinggi. Mengapa dikatakan teknologi tinggi? Sebab batu
tinggal membentuk sesuai kehendak pemahat. Logam sementara itu
tidak dapat dipahat dengan mudah sebagaimana halnya batu.
Manusia purba membuat peralatan dari logam seperti perunggu
dan besi. Mereka telah mengolah bahan tersebut menjadi beraneka
a. Gelombang Pertama
Gelombang pertama diperkirakan datang sekitar tahun 2000
SM–1500 SM. Dari Vietnam ini, rombongan orang-orang dari Yunnan
terbagi menjadi dua kelompok besar. Kelompok pertama meneruskan
perjalanan dan berlayar sampai ke Malaka, Sumatra, Jawa, Bali,
dan tempat-tempat lain, seperti di Kalimantan Barat. Kemudian,
kelompok yang lain (kelompok kedua) berlayar ke arah perairan
b. Gelombang Kedua
Kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia gelombang kedua
diperkirakan terjadi sekitar tahun 500 SM. Pada waktu itu, orang-
orang Austronesia bergerak dari Tonkin, terus melewati Malaka
(Malaysia) Barat. Mereka menyebar ke Sumatra, Jawa, Madura,
Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan sekitarnya. Dengan
demikian, dapat ditegaskan bahwa kedatangan nenek moyang
bangsa Indonesia gelombang kedua ini hanya satu kelompok besar,
yaitu orang-orang Austronesia. Mereka menyebar ke Indonesia melalui
Indonesia bagian barat.
Orang-orang Yunnan ataupun Tonkin yang termasuk rumpun
bangsa Austronesia, baik itu Ras Mongoloid maupun Austro
Melanesoid, baik yang datang pada gelombang pertama maupun
yang datang pada gelombang kedua, menetap di Kepulauan
Indonesia. Mereka bercampur dan berpadu membentuk komunitas
di Kepulauan Indonesia. Merekalah yang menjadi nenek moyang
bangsa Indonesia. Dengan demikian, nenek moyang bangsa
Indonesia bukanlah mereka yang dikenal dengan Pithecantrhopus
atau Meganthropus, melainkan orang-orang dari Yunnan yang datang
secara bergelombang ke Indonesia.
Mengapa nenek moyang kita melakukan perjalanan sejauh itu?
Diperkirakan pada masa tersebut situasi di Asia Tengah (termasuk
daerah Yunnan) terjadi persaingan ketat antarsuku. Akibatnya, nenek
moyang kita menyingkir untuk mencari kehidupan yang lebih aman.
Selain itu, mereka juga ingin mendapatkan daerah baru yang lebih
makmur untuk memenuhi kehidupannya. Karena dorongan untuk
maju itulah, nenek moyang rela melakukan perjalanan jauh dengan
peralatan sederhana. Padahal, mereka menghadapi rintangan yang
ganas dan sulit.
19
Candi Borobudur
Sumber: yulian.firdaus.or.id
K alian pasti sudah tahu bangunan apakah itu. Bangunan tersebut merupakan salah
satu kebanggaan bangsa kita. Hingga saat ini, Borobudur masih berdiri megah dan
digunakan untuk pariwisata ataupun upacara umat Buddha. Wisatawan dalam dan luar
negeri mengunjungi Candi Borobudur. Kalian juga sudah mempelajari bahwa Candi Borobudur
merupakan salah satu peninggalan masyarakat Indonesia pada masa Kerajaan Hindu Buddha.
Selain Borobudur, kita juga menemukan candi-candi lain di Indonesia. Candi Prambanan
ditemukan di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah sebagai peninggalan
agama Hindu. Agama Hindu dan Buddha inilah yang berpengaruh besar di Indonesia setelah
Masa Praaksara. Pengaruh Hindu Buddha di Indonesia masih kita rasakan hingga saat ini.
Keduanya memengaruhi, baik kehidupan agama, sosial, ekonomi, politik, maupun ekonomi
masyarakat Indonesia.
1. Kerajaan Kutai
Coba kalian perhatikan gambar 10.5! Peninggalan ini memberikan
keterangan tentang keberadaan Kerajaan Hindu tertua di Indonesia
yang bernama Kutai.
2. Kerajaan Tarumanegara
Sekitar abad ke-5 Masehi di Jawa Barat berdiri Kerajaan Taruma
negara. Tahukah kalian di mana tepatnya letak Kerajaan Taruma
negara? Coba kalian perhatikan peta di bawah ini.
1) Prasasti Ciaruteun
Di dekat muara tepi Sungai Ciaruteun ditemukan prasasti yang
dipahat pada batu. Pada prasasti tersebut terdapat gambar sepasang
Jendela Info
Selain prasasti, Kerajaan
Tarumanegara juga me
ninggalkan beberapa arca
peninggalan, yaitu
a. Arca Rajarsi
b. Arca Wisnu Cibuaya I
c. Arca Wisnu Cibuaya II Gambar 10.7 Prasasti Ciaruteun
Sumber: www.wikimedia.org
4) Prasasti Tugu
Prasasti Tugu ditemukan di Desa Tugu, Cilincing, Jakarta Utara.
Isinya, antara lain menerangkan tentang penggalian saluran Gomati
dan Sungai Candrabhaga. Panjang saluran adalah 12 km dan
dikerjakan dalam waktu 12 hari. Setelah pembuatan saluran selesai,
diadakan selamatan dengan menyerahkan 1.000 ekor sapi kepada
para brahmana.
Prasasti ini sangat penting artinya karena menunjukkan keseriusan
Kerajaan Tarumanegara dalam mengembangkan pertanian.
Penggalian Sungai Gomati menggambarkan bahwa teknologi Gambar 2.8 Prasasti Tugu di
pertanian dikembangkan sangat maju. Kerajaan Tarumanegara Monumen Nasional.
Sumber: www.wikipedia.org
telah mengenal sistem irigasi. Selain itu, juga menunjukkan bahwa
keberadaan sungai dapat digunakan untuk transportasi air dan
perikanan.
7) Prasasti Lebak
Prasasti Lebak ditemukan di tepi Sungai Cidanghiang, Kecamatan
Muncul, Banten Selatan. Isi Prasasti Lebak hampir sama dengan
Prasasti Tugu. Prasasti Lebak juga menerangkan keperwiraan,
1) Prasasti Canggal
Prasasti Canggal berangka tahun 732 M, ditulis dengan huruf
Palawa dan bahasa Sanskerta. Prasasti ini berisi tentang asal
usul Dinasti Sanjaya dan pembangunan sebuah lingga di Bukit
Stirangga.
2) Prasasti Kalasan
Prasasti Kalasan berangka tahun 778 M, berhuruf Pranagari
dan bahasa Sanskerta. Prasasti ini memberitakan terdesaknya
Dinasti Sanjaya ke utara karena kedatangan Dinasti Syailendra.
3) Prasasti Klurak
Prasasti Klurak berangka tahun 782 M dan ditemukan di daerah
Prambanan. Isinya tentang pembuatan Arca Manjusri yang
terletak di sebelah utara Prambanan.
4) Prasasti Kedu atau Prasasti Balitung
Prasasti Kedu berangka tahun 907 M. Isinya tentang silsilah
raja-raja keturunan Sanjaya.
c. Perjalanan Pemerintahan
Apakah kalian tahu siapa saja yang memerintah Kerajaan
Mataram Kuno? Bagaimana perkembangan kerajaan tersebut?
Berikut ini beberapa pemerintahan di Kerajaan Mataram Kuno.
1) Pemerintahan Sanjaya
Pada 717–780 M Raja Sanjaya mulai memerintah Kerajaan
Mataram. Bukti sejarah yang menunjukkan pemerintahan Raja
Sanjaya adalah Prasasti Canggal. Sanjaya disebutkan merupakan
keturunan Dinasti Syailendra.
Pada masa pemerintahannya, Raja Sanjaya berhasil menaklukkan
beberapa kerajaan kecil yang pada masa pemerintahan Sanna
melepaskan diri. Sanjaya juga seorang raja yang memerhatikan
perkembangan agama. Hal ini dibuktikan dengan pendirian bangunan
suci pada 732 M. Bangunan suci tersebut digunakan sebagai tempat
pemujaan, yaitu berupa lingga yang berada di atas Gunung Wukir
(Bukit Stirangga), Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Perhatian raja
yang besar terhadap keagamaan ini juga menunjukkan bahwa rakyat
Mataram merupakan rakyat yang taat beragama. Sebab, sikap baik
raja merupakan cermin sikap baik rakyatnya.
Sanjaya
Panangkaran Syailendra
Warak Samaratungga
Garung
Kayuwangi
Watuhumalang
Dyah Balitung
Daksa
Tulodong
Wawa
Keterangan:
×: menikah
d. Keruntuhan Mataram
Sepeninggal Balitung, Mataram berturut-turut diperintah oleh
Daksa, Tulodhong, Wawa, dan Mpu Sendok. Kala itu seiring
berkembangnya Kerajaan Sriwijaya, Mataram mengalami penurunan.
Keruntuhan Mataram juga dihubungkan dengan faktor alam. Pada
awal abad XI, Gunung Merapi meletus dengan dahsyat. Letusan
Gambar 2.14 Gunung
Merapi Gunung Merapi diperkirakan banyak mengubur berbagai bangunan
Sumber: www.telukbayurport. penting Kerajaan Mataram. Selain itu, berbagai penyakit dan
com.
kegagalan pertanian mendorong Mpu Sendok untuk memindahkan
pusat kerajaan ke Jawa Timur. Di Jawa Timur, keluarga ini membentuk
keluarga Isyana (Wangsa Isyana). Bagaimana perkembangan Wangsa
Isyana, akan kita pelajari pada bagian selanjutnya.
5. Kerajaan Sriwijaya
Coba kalian ingat kembali silsilah Kerajaan Mataram pada materi
sebelumnya. Perhatikan posisi Balaputradewa. Kala itu dalam suatu
pemberontakan, Balaputradewa kalah dalam konflik di Mataram.
Ia kemudian menyingkir ke Sumatra. Di Sumatra, Balaputradewa
menjadi salah satu tokoh penting dalam kerajaan besar, yaitu
Sriwijaya. Bagaimana perkembangan Kerajaan Sriwijaya? Bagai
mana pula peran Balaputradewa? Mari kita pelajari bersama!
e. Keruntuhan Sriwijaya
Sekitar abad ke-11 M, Kerajaan Sriwijaya mulai mengalami
kemunduran. Beberapa penyebab kemunduran Kerajaan Sriwijaya
adalah sebagai berikut.
1) Perubahan kondisi alam. Pusat Kerajaan Sriwijaya semakin jauh
dari pantai akibat pengendapan lumpur. Pendangkalan Sungai
Musi secara terus-menerus menyebabkan air laut semakin jauh
karena terbentuknya daratan-daratan baru.
2) Angkatan laut mengalami kemunduran sehingga banyak daerah
kekuasaan melepaskan diri.
3) Beberapa kali Sriwijaya mendapat serangan dari kerajaan
lain. Pada 1017 M, Sriwijaya mendapat serangan dari Raja
Rajendracola dari Colamandala. Tahun 1025 serangan itu diulangi
sehingga Raja Sriwijaya Sri Sanggramawijayattunggawarman
ditahan oleh pihak Kerajaan Colamandala. Pada 1275 M, Raja
Kertanegara dari Singasari melakukan ekspedisi Pamalayu. Hal
itu menyebabkan daerah Melayu lepas dari kekuasaan Sriwijaya.
Serangan armada angkatan laut Majapahit atas Sriwijaya pada
1377 M mengakhiri riwayat Kerajaan Sriwijaya.
Makutawangsawardana
b. Makutawangsawardana
Pengganti Mpu Sendok adalah anak perempuannya bernama
Sri Isyanatunggawijaya. Isyanatunggawijaya mempunyai putra
yang bernama Makutawangsawardana. Makutawangsawardana
menggantikan Isyanatunggawijaya sebagai raja.
Makutawangsawardana memiliki putri bernama Mahendradata
yang sering disebut dengan Gunapriyadarmapatni. Mahendradata
menikah dengan pangeran dari Bali bernama Udayana. Pasangan
inilah yang kemudian menurunkan Airlangga. Kelak Airlangga akan
menjadi salah satu tokoh raja yang sangat terkenal. Pengganti
Makutawangsawardana adalah Darmawangsa (anak laki-laki
Makutawangsawardana).
d. Airlangga
Tahukah kalian siapakah Airlangga sebenarnya? Ia adalah putra
Raja Udayana dari Bali. Selama kurang lebih dua tahun setelah
Pralaya, Airlangga hidup di tengah hutan. Pada tahun 1019 M,
Airlangga dinobatkan sebagai raja oleh para pendeta. Airlangga
membangun pusat pemerintahannya di Kahuripan. Narotama
diangkat sebagai patih kerajaan.
Dengan dukungan rakyat, Airlangga terus menghimpun kekuatan.
Daerah atau kerajaan-kerajaan yang dulu di bawah kekuasaan
Darmawangsa satu per satu dapat dikuasai kembali. Tahun 1033
Wura-Wari berhasil ditundukkan. Wilayah kekuasaan Airlangga
semakin luas meliputi Jawa Timur, sebagian Jawa Tengah, dan
sebagian Pulau Bali. Airlangga memerintah pada tahun 1019–1049
M. Kerajaannya kemudian disebut Kahuripan.
Airlangga berusaha untuk memajukan perekonomian rakyatnya.
Usaha-usaha pembangunan bagi kesejahteraan rakyatnya, antara
lain sebagai berikut:
1) Bidang Ekonomi
Dalam bidang ekonomi, Airlangga berusaha untuk memajukan
pertanian dengan irigasi melalui pembangunan Bendungan Waringin
Sapta.
2) Seni Sastra
Kitab Arjunawiwaha ditulis oleh Mpu Kanwa pada tahun 1035
M. Isi kitab ini merupakan kiasan dari kehidupan Airlangga yang
digambarkan dengan cerita Arjuna yang mendapat senjata dari Dewa
Syiwa setelah bertapa.
3) Agama
Airlangga membangun asrama untuk para pendeta. Ia
juga membangun pertapaan di Pucangan, di lereng Gunung
Penanggungan. Airlangga memiliki seorang putri yang bernama
Sanggramawijaya. Putri dari permaisuri yang seharusnya memiliki
hak untuk memegang takhta sepeninggal Airlangga ternyata menolak
a. Raja-Raja Kediri
Raja terkenal Kediri adalah Raja Jayabaya yang memerintah
mulai 1135 M hingga 1157 M. Jayabaya terkenal dengan berbagai
ramalannya yang hingga kini masih dipercayai oleh sebagian
masyarakat. Selain ramalannya, kebesaran Jayabaya juga diwarnai
dengan terbitnya kitab gubahan. Kitab tersebut adalah Bharatayuda.
1) Kitab Baratayuda
Masih ingatkah kalian dengan Perang Panjalu dan Jenggala?
Perang tersebut adalah perang saudara karena kedua rajanya berasal
dari satu keturunan. Pada masa pemerintahan Jayabaya, lahirlah
sebuah kitab yang dikenal, yaitu Kitab Baratayuda yang digubah Mpu
Sedah dan diselesaikan Mpu Panuluh. Kitab ini menggambarkan
Perang Pandawa dan Kurawa yang tercermin dalam Perang Panjalu
dan Jenggala.
2) Kitab Kresnayana
Kitab Kresnayana ditulis oleh Empu Triguna pada zaman Raja
Jayaswara. Isinya mengenai perkawinan antara Kresna dan Dewi
Jendela Info Rukmini.
Pada masa pemerintahan
Kameswara juga banyak 3) Kitab Smaradahana
dihasilkan karya sastra, di Kitab Smaradahana ditulis oleh Empu Darmaja. Isinya menceritakan
antaranya kitab Simarada sepasang suami istri, Smara dan Rati yang menggoda Dewa Syiwa
hana karya Mpu Darmaja, yang sedang bertapa. Smara dan Rati terkena kutuk dan mati terbakar
kitab Lubdaka dan Wer oleh api (dahana) karena kesaktian Dewa Syiwa. Akan tetapi, kedua
tasancaya karya Mpu Tan suami istri itu dihidupkan lagi dan menjelma sebagai Kameswara
Akung, kitab Kresnayana dan permaisurinya.
karya Mpu Triguna, dan
kitab Sumanasantaka ka
4) Kitab Lubdaka
rya Mpu Monaguna.
Kitab Lubdaka ditulis oleh Empu Tanakung. Isinya tentang seorang
Sumber: www.e-dukasi.net pemburu bernama Lubdaka. Ia sudah banyak membunuh. Pada
8. Kerajaan Singasari
Kalian sudah mengetahui bahwa Singasari adalah kerajaan yang
didirikan oleh Ken Arok setelah ia berhasil mengalahkan Tunggul
Ametung. Kerajaan Singasari diperkirakan terletak di Malang,
Jawa Timur. Berbagai bukti sejarah yang ditemukan menunjukkan
keberadaannya. Bagaimana perkembangan Kerajaan Singasari?
Kita akan mempelajarinya bersama.
4 Ranggawuni
Mahisa Cempaka Wisnuwardhana
(Ratu Angabaya) (1248 - 1268)
5 Kertanegara
Lembu Tal
(1268 - 1292)
b. Anusapati (1227–1248 M)
Anusapati menggantikan kedudukan Ken Arok sebagai raja. Ia
memerintah selama 21 tahun. Walaupun memerintah cukup lama,
Anusapati tidak banyak membuat perubahan dalam pemerintahannya.
Ia sangat gemar menyabung ayam dan kurang memerhatikan
kerajaannya. Pada suatu hari saat sedang menyabung ayam, Tohjaya
berhasil membunuh Anusapati. Tohjaya adalah anak Ken Arok dari
Ken Umang. Ia tidak terima ayahnya dibunuh oleh Anusapati.
c. Tohjaya (1248 M)
Tohjaya yang menjadi Raja Singasari ketiga hanya memerintah
selama beberapa bulan. Ranggawuni, anak Anusapati meminta
haknya. Pasukan Tohjaya di bawah pimpinan Lembu Ampal gagal
menghancurkan perlawanan Ranggawuni. Pasukan Tohjaya kalah,
bahkan ia terbunuh dalam suatu pertempuran.
d. Ranggawuni (1248–1268 M)
Ranggawuni bergelar Sri Jaya Wisnuwardana, memerintah
Singasari didampingi oleh Mahisa Cempaka. Pemerintahan
e. Kertanegara (1268–1292 M)
Pada 1268 M Kertanegara naik takhta dan bergelar Sri
Maharajadiraja Sri Kertanegara. Kertanegara merupakan raja
terbesar sekaligus terakhir di Singasari. Ia bercita-cita agar Singasari
menjadi kerajaan besar dengan wilayah kekuasaan yang luas,
yaitu meliputi seluruh nusantara. Pada 1275 M, Raja Kertanegara
mengirim Ekspedisi Pamalayu di bawah pimpinan Mahesa Anabrang Di Sekitar Kita
(Kebo Anabrang). Sasaran dari ekspedisi ini adalah menguasai
Sriwijaya. Beberapa daerah akhirnya berhasil ditaklukkan, misalnya Candi Singasari terletak
Bali, Kalimantan Barat Daya, Maluku, Sunda, dan Pahang. di Kecamatan Singosari
Utusan Raja Kubilai Khan berkali-kali datang dan memaksa lebih kurang 11 km se
Kertanegara agar mau mengakui kekuasaan Kerajaan Mongol, tetapi belah utara dari pusat
ditolak Kertanegara karena memandang Cina sebagai saingan. Kota Malang. Candi ini
Terakhir pada 1289 M, datang utusan Cina yang dipimpin oleh Meng- merupakan makam Raja
Kertanegara (1268–1292)
ki. Kertanegara marah, Meng-ki disakiti dan disuruh kembali ke Cina.
sebagai Bhirawa atau
Hal inilah yang membuat Kubilai Khan marah besar. Ia merencanakan
Dewa Syiwa dalam bentuk
untuk membalas tindakan Kertanegara. ganas.
Sumber: www.malangkab.
f. Akhir Kerajaan Singasari go.id
Singasari runtuh akibat pemberontakan yang dilakukan oleh
Jayakatwang, Raja Kediri. Saat Kertanegara sedang berpesta pora,
secara tiba-tiba Jayakatwang menyerbu istana Kerajaan Singasari.
Kertanegara menugaskan pasukan di bawah pimpinan R. Wijaya dan
Pangeran Ardaraja. Ardaraja adalah anak Jayakatwang dan menantu
Kartanegara. Pasukan Kediri dari arah utara dapat dikalahkan oleh
pasukan R. Wijaya. Akan tetapi, pasukan inti dari Kediri dengan
leluasa akhirnya masuk dan menyerang istana sehingga berhasil
menewaskan Kertanegara. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1292 M.
Raden Wijaya dan pengikutnya kemudian meloloskan diri setelah
mengetahui istana kerajaan dihancurkan oleh pasukan Kediri.
Sementara Ardaraja membalik bergabung dengan pasukan Kediri.
Dengan terbunuhnya Kertanegara maka berakhirlah Kerajaan
Singasari.
9. Kerajaan Majapahit
Berkembangnya Kerajaan Majapahit erat kaitannya dengan runtuh
nya Kerajaan Singasari. Orang yang mempunyai peran besar ada
lah Raden Wijaya. Bagaimana proses lahir dan berkembangnya
Majapahit hingga menjadi kerajaan besar di Indonesia? Mari kita
pelajari bersama.
2) Jayanegara (1309–1328 M)
Setelah Raden Wijaya wafat, Jayanegara menggantikan
Jendela Info kedudukannya sebagai Raja Majapahit. Masa pemerintahan
Raden Wijaya mempunyai Jayanegara juga diwarnai oleh berbagai pemberontakan.
tiga anak . Dari Tribu Pemberontakan tersebut merupakan kelanjutan dari pemberontakan
waneswari mempunyai pu yang pernah terjadi pada masa pemerintahan ayahnya.
tra Kalagemet (Jayanegara)
dan dari Gayatri rnempunyai Beberapa pemberontakan yang terjadi, antara lain sebagai
dua putri Sri Gitarja atau berikut.
Tribuwana dan Dyah Wiyat.
(a) Pemberontakan Ranggalawe (1309 M)
Sri Gitarja sebagai Bhre
Kahuripan (penguasa di Ranggalawe merasa tidak puas karena ia menginginkan
Kahuripan) dan Dyah Wiyat kedudukan Patih Majapahit, tetapi yang diangkat justru Nambi
sebagai Bhre Daha. (anak Arya Wiraraja). Pemberontakan ini dapat dipadamkan dan
Ranggalawe terbunuh.
(b) Pemberontakan Lembu Sora (1311 M)
Ia masih memiliki hubungan keluarga dengan Ranggalawe. Karena
difitnah maka ia memberontak. Pemberontakan ini juga berhasil
dipadamkan.
(c) Pemberontakan Nambi (1316 M)
Nambi yang sudah menjadi patih ternyata juga kecewa. Hal
ini disebabkan oleh tindakan Mahapatih yang ingin menjadi Patih
Majapahit. Nambi melancarkan pemberontakan, namun akhirnya
dapat dipadamkan.
(d) Pemberontakan Kuti (1319 M)
Ini merupakan pemberontakan yang paling berbahaya. Kuti
berhasil menduduki ibu kota Majapahit. Raja Jayanegara terpaksa
melarikan diri ke daerah Badander. Ia dikawal oleh sejumlah pasukan
Bayangkari yang dipimpin oleh Gajah Mada. Berkat kecerdikan Gajah
Mada, akhirnya pemberontakan Kuti dapat dipadamkan. Jayanegara
dapat kembali ke istana dengan selamat dan kembali berkuasa.
Karena jasanya, Gajah Mada diangkat sebagai Patih Kahuripan.
Setelah pemberontakan dapat dipadamkan, kerajaan berangsur-
angsur menjadi tenang. Pada tahun 1328 M Jayanegara wafat karena
dibunuh oleh tabib istana yang bernama Tanca. Akhirnya, Tanca
dibunuh oleh Gajah Mada.
Kenali Tokoh
Gajah Mada
Tidak diketahui secara pasti kapan dan di mana Gajah Mada lahir. Ia memulai kariernya
di Majapahit sebagai bekel. Karena berhasil menyelamatkan Prabu Jayanegara dan
mengatasi Pemberontakan Kuti, ia diangkat sebagai Patih Kahuripan pada 1319. Dua
tahun kemudian, ia diangkat sebagai Patih Kediri. Pada 1329, Patih Majapahit, yaitu Aryo
Tadah (Mpu Krewes) ingin mengundurkan diri dari jabatannya. Ia menunjuk Patih Gajah
Mada dari Kediri sebagai penggantinya. Patih Gajah Mada tak langsung setuju. Ia ingin
membuat jasa dahulu pada Majapahit dengan menaklukkan Kuti dan Sadeng yang saat itu
sedang melakukan pemberotakan terhadap Majapahit. Kuti dan Sadeng pun akhirnya takluk. Patih Gajah Mada
kemudian diangkat secara resmi oleh Ratu Tribuwanatunggadewi sebagai patih di Majapahit (1334). Gajah Mada
wafat pada 1286 Saka atau 1364 Masehi.
Sumber: www.wikipedia.org
d. Kehidupan Keagamaan
Kehidupan keagamaan di Majapahit sangat teratur dan penuh
toleransi. Di Majapahit berkembang dua agama, yaitu agama Hindu
dan agama Buddha. Mereka dapat hidup berdampingan secara
damai. Untuk mengatur kehidupan beragama, dibentuk badan atau
pejabat yang disebut Dharmadyaksa.
1. Candi
Dasar bangunan candi sebenarnya adalah punden berundak.
Bangunan ini pernah berkembang pada Zaman Megalithikum.
Candi-candi yang berhasil ditemukan di Indonesia, di antaranya
sebagai berikut.
2) Candi Prambanan
Candi Prambanan merupakan candi Hindu terbesar di Asia
Tenggara. Candi ini merupakan karya monumental dari Dinasti Jendela Info
Sanjaya setelah kembali berkuasa di Mataram. Candi Prambanan
bahkan merupakan tandingan Candi Borobudur. Kelebihan Candi Sejak tahun 1991, Candi
Prambanan adalah gayanya yang lebih demokratis, jumlah candi Prambanan merupakan
situs yang dilindungi oleh
lebih banyak, terlebih lagi candi perwaranya. Candi utamanya Candi
UNESCO, termasuk saat
Syiwa terkenal dengan nama sebutan Candi Roro Jonggrang (artinya
terjadi peperangan.
gadis yang langsing).
b. Candi Buddha
Candi-candi Buddha lebih banyak dibangun sejak zaman Dinasti
Syailendra. Candi-candi itu adalah sebagai berikut.
1) Candi Kalasan (778 M)
Sumbernya berasal dari Prasasti Kalasan yang menyebutkan
bahwa para guru sang raja mestika keluarga. Syailendra telah berhasil
membujuk Maharaja Tejapurnapana Pangangkaran untuk mendirikan
bangunan suci Dewa Tara dan sebuah biara untuk para pendeta
dalam kerajaan keluarga Syailendra.
2) Candi Mendut
Candi Mendut merupakan candi Buddha yang didirikan oleh Raja
Gambar 2.30 Candi
Indra (824 M). Di dalam candi terdapat tiga patung, yaitu Buddha
Kalasan Cahyamuni yang duduk bersila, Avalokiteswara, dan Maitrya. Antara
Sumber: Mengenal Candi Candi Mendut, Borobudur, dan Pawon terdapat hubungan khas, yaitu
ketiganya terletak pada satu garis lurus.
5) Candi Sewu
Candi Sewu merupakan candi Buddha, tetapi menggunakan
susunan candi Hindu Prambanan sehingga merupakan semacam
akulturasi. Candi Sewu terdiri dari satu candi induk dan dikelilingi oleh
550 candi perwara (kecil-kecil), yang tersusun dalam empat baris.
Semuanya dikelilingi oleh tembok benteng yang berbentuk persegi
empat. Disebut Candi Sewu karena jumlahnya sangat banyak. Candi
Sewu dibangun pada akhir abad ke-9 M, pada masa pemerintahan
Pramodhawardani.
2. Seni Ukir
Seni ukir yang paling berkembang pada masa Hindu Buddha adalah
relief yang dipahatkan pada dinding-dinding candi. Hiasan yang dipahat
kan umumnya adalah sulur-sulur tanaman, sejarah kehidupan atau
cerita. Relief pada Candi Borobudur menceritakan sejarah Buddha,
sedangkan pada Candi Prambanan adalah cerita Ramayana.
Gambar 2.33 Relief Prambanan Gambar 2.34 Relief pada dinding Candi Borobudur.
Sumber: Mengenal Candi Sumber: Mengenal Candi
3. Arca
Arca merupakan hasil pahatan pada kayu, batu, atau bahan lain
yang membentuk tiruan manusia, hewan ataupun bentuk lainnya.
Pada para penganut Hindu, raja yang sudah meninggal kemudian
dibuatkan arca. Di samping untuk menghormati raja, arca juga sering
digunakan untuk menggambarkan para dewa dalam agama Hindu.
Sementara dalam penganut Buddha, arca sering digunakan untuk
menggambarkan sang Buddha Gautama.
5. Karya Sastra
Pada zaman Hindu Buddha, karya sastra mengalami perkembangan.
Karya sastra tersebut sangat berguna untuk memberikan gambaran
tentang kehidupan pada zaman Hindu dan Buddha. Karya sastra
yang terkenal, antara lain sebagai berikut.
Gambar 10.35 Arca Dewa
Hindu bertangan empat.
a. Kitab Negarakertagama
Sumber: Mengenal Candi Negarakertagama merupakan karya sastra paling terkenal pada
zaman Majapahit. Kitab ini ditulis oleh Empu Prapanca pada tahun
1365 M. Di samping menunjukkan kemajuan Majapahit di bidang
sastra, Negarakertagama juga menjadi sumber sejarah Majapahit.
b. Kitab Sutasoma
Sutasoma juga merupakan karya sastra yang terkenal dari
Kerajaan Majapahit. Kitab ini disusun oleh Empu Tantular. Kitab
Sutasoma memuat kata-kata yang sekarang menjadi semboyan
negara Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
c. Kitab Baratayuda
Kitab Baratayuda digubah Mpu Sedah dan Mpu Panuluh pada
zaman Jayabaya untuk memberikan gambaran terjadinya perang
saudara antara Panjalu melawan Jenggala. Perang saudara itu
digambarkan sebagai perang antara Kurawa dengan Pandawa yang
Gambar 10.36 Arca Sidharta
masing-masing merupakan keturunan Barata.
Gautama.
Sumber: Mengenal Candi d. Kitab Kresnayana
Kitab Kresnayana ditulis oleh Empu Triguna pada zaman Raja
Jayaswara. Isinya mengenai perkawinan antara Kresna dengan Dewi
Rukmini.
f. Kitab Lubdaka
Kitab Lubdaka ditulis oleh Empu Tanakung. Isinya tentang seorang
pemburu bernama Lubdaka. Ia sudah banyak membunuh. Pada suatu
ketika, ia mengadakan pemujaan istimewa terhadap Syiwa sehingga
roh yang semestinya masuk neraka akhirnya masuk surga.
PERKEMBANGAN ISLAM
DI INDONESIA
63
Perayaan Sekaten
Sumber: http://mycityblogging.com
D i Daerah Istimewa Yogyakarta dan Surakarta, masyarakat tidak asing lagi dengan
acara Sekaten. Acara yang berlangsung setiap tahun ini diselenggarakan oleh Keraton
Yogyakarta ataupun Surakarta. Sekaten berlangsung sejak ratusan tahun silam, yaitu saat
di Indonesia berkembang kerajaan-kerajaan Islam. Apabila ada kesempatan, coba kalian
kunjungi perayaan Sekaten di Surakarta dan Yogyakarta. Perayaan Sekaten diisi dengan
tabuhan gamelan. Para tokoh penyebar Islam di Indonesia seperti para wali memanfaatkan
kesenian sebagai sarana penyebaran agama Islam. Pada masa Kerajaan Islam, setiap
tahun dilakukan tradisi upacara pesta rakyat. Berbagai kesenian dan pasar malam dibuka
di alun-alun keraton. Rakyat berduyun-duyun dari berbagai pelosok kerajaan. Kesempatan
ini digunakan para wali untuk menyebarkan agama Islam. Sunan Kalijaga memperkenalkan
gamelan Sekaten. Ketika masyarakat berkumpul untuk mendengarkan gamelan, di situlah
dilakukan upacara masuk agama Islam. Mereka melafalkan dua kalimat syahadat sebagai
tanda telah masuk Islam. Sekaten memang berasal dari bahasa Arab Syahadata’in.
Acara Sekaten dilaksanakan setiap bulan Maulud (tahun Hijriah) setiap tahunnya. Itulah
salah satu metode dakwah atau penyiaran agama Islam di Indonesia. Bagaimana proses
penyebaran agama Islam di daerah lain? Apa saja pengaruh perkembangan agama Islam
di Indonesia?
Coba kalian cari letak Kota Mekkah pada peta di atas. Nah, di
situlah pertama kali agama Islam lahir di dunia. Nabi Muhammad
adalah pembawa agama Islam.
2) Hadis
Hadis adalah setiap pemberitaan yang berkaitan dengan ucapan,
sikap, tindakan, dan keteladanan dalam kehidupan Nabi Muhammad
saw.
Setelah Nabi Muhammad wafat, agama Islam semakin berkem
bang pesat. Dalam ajaran Islam, menyebarkan agama adalah
kewajiban kaum Muslim laki-laki dan perempuan. Sejak masa
khalifah Arrasyidin, Islam berkembang ke berbagai penjuru dunia.
Islam bahkan sampai di Eropa dan Asia. Akhirnya, agama Islam
menyebar ke berbagai penjuru dunia, termasuk ke Indonesia.
Kapan agama Islam pertama kali sampai di Indonesia? Berikut ini
uraiannya.
a. Dari Gujarat
Pendapat ini didasarkan pada adanya kesamaan nisan-nisan
yang ditemukan di beberapa wilayah Nusantara berlanggam Gujarat.
Pendapat ini diperkuat oleh berita dari Marco Polo (1292 M) yang
b. Persia
Pendapat ini didasarkan pada adanya pengaruh kebudayaan
Persia di Indonesia. Pengaruh itu, misalnya dalam hal ejaan.
Dikenalkannya ejaan-ejaan khas Parsi, seperti Jabar, Jeer, dan Pees.
Sementara dalam bahasa Arab, ejaan tersebut adalah Fatah, Kasroh,
dan Dhomah. Ditambahkan juga adanya huruf sin yang tidak bergigi,
sedangkan huruf sin Arab bergigi.
c. Cina
Sebelum lahirnya agama Islam, jalur perdagangan Asia Barat
dan Cina sudah ramai. Pada masa perkembangan Islam, pelayaran
Asia Barat ke Asia Timur melalui Asia Tenggara juga telah ramai.
Disimpulkan bahwa banyak musafir Cina yang menyebarkan agama
Islam ke Indonesia. Laksamana Cheng Ho adalah salah satu
bahariwan Cina yang pernah melakukan pelayaran ke Indonesia saat
Kerajaan Majapahit masih berdiri.
c. Jalur Politik
Penyebaran Islam dengan jalan politik dilakukan oleh para
penguasa. Cara ini cukup berhasil karena mereka mempunyai
pengaruh dan wibawa sehingga ketika para penguasa masuk Islam,
rakyatnya segera mengikuti. Akibatnya, seiring semakin luasnya
daerah kekuasaan penguasa, penyebaran pengaruh Islam semakin
luas.
d. Jalur Dakwah
Penyebaran Islam lewat jalur dakwah dilakukan oleh para
wali, ulama, dan tokoh agama yang menyebarkan agama Islam di
lingkungannya masing-masing. Dengan demikian, agama Islam
menyebar di seluruh kalangan masyarakat. Para ulama melakukan
pengembangan atau penyebaran agama Islam dengan terjun Jendela Info
langsung ke masyarakat, pasar, dan tempat umum di mana banyak
rakyat yang beraktivitas. Penyebaran Islam melalui
pondok pesantren dipelo
e. Jalur Pendidikan pori oleh Sunan Ampel
yang mendirikan Pondok
Penyebaran Islam melalui jalur pendidikan dilakukan melalui
Pesantren Ampel Denta di
pondok pesantren. Para ulama mendirikan pesantren-pesantren yang
Surabaya Jawa Timur.
mendidik murid-murid mereka tentang ilmu-ilmu agama. Para ulama
mendirikan lembaga pendidikan pesantren karena pola ini dianggap
sama dengan model padepokan yang berdiri pada masa Hindu.
Setelah para santri keluar dari pesantren, mereka aktif menyebarkan
agama Islam sehingga penganut Islam semakin banyak.
f. Jalur Kesenian
Penyebaran Islam yang dilakukan melalui jalur kesenian, antara
lain melalui wayang, syair, kaligrafi, dan lain-lain. Untuk mendekatkan
diri dengan penganut Hindu Buddha, mereka menggunakan bentuk
akulturasi, yaitu menggunakan jenis budaya setempat yang dialiri
dengan ajaran Islam di dalamnya, misalnya upacara Sekaten
menggunakan seni musik gamelan yang gendingnya berisi ajaran
Islam. Demikian pula dengan kesenian wayang yang berasal dari
agama Hindu di India, kemudian pada masa Islam tetap dilestarikan,
namun ceritanya dialiri napas Islam. Seni hias dan ukir pun turut
digunakan dalam penyebaran agama Islam. Misalnya, hiasan ukir Gambar 3.6 Wayang
yang mirip dengan ukir-ukiran kebudayaan Hindu. Seni suara, merupakan salah satu jalur
misalnya lagu “Ilir-Ilir” dan “Jamuran” ciptaan Sunan Giri. Lagu itu penyebaran agama Islam.
Sumber: www.jawatengah.
mengandung ajaran Islam. Dalam seni bangunan, bentuk bangunan go.id
Islam mirip dengan bentuk bangunan Hindu.
1. Kerajaan Perlak
Hasil Seminar Sejarah Islam di Medan tahun 1963 telah menyim
pulkan bahwa Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah Kerajaan
Perlak. Kesimpulan seminar tersebut kemudian dikukuhkan dalam
Seminar Sejarah Islam di Banda Aceh tahun 1978. Kesimpulan
ini kemudian dikukuhkan lagi dalam Seminar Sejarah Masuk dan
Berkembangnya Islam di Aceh dan Nusantara tahun 1980 di Banda
Aceh. Dengan demikian, semakin kuatlah kesimpulan bahwa
Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah Kerajaan Perlak. Pen
dapat ini semakin dapat diterima karena keberadaan Kerajaan
Perlak didukung oleh adanya sumber-sumber dan bukti-bukti
sejarah.
2) Stempel Kerajaan
Stempel kerajaan ini bertuliskan huruf Arab dengan model tulisan
Gambar 3.8 Mata uang
tenggelam. emas peninggalan
Kerajaan bercorak Islam
Sumber: Dokumen penulis
3) Makam Raja Benoa
Benoa merupakan negara bagian dari Kerajaan Perlak. Batu nisan
makam ini bertuliskan huruf Arab.
3. Kerajaan Malaka
Kerajaan Malaka sangat penting artinya bagi perkembangan agama
Islam di Indonesia. Coba kalian perhatikan peta di bawah ini. Kalian
dapat melihat kalau posisi Malaka sangat strategis, bukan?
Kerajaan
Malaka
Raden Patah
(1500—1518)
1. Sunan Prawoto
Kenali Tokoh
Pangeran Sabrang Lor
Tahukah kalian mengapa Pati Unus mendapat sebutan Pangeran Sabrang Lor? Coba kalian perhatikan peta
Indonesia dan Malaysia. Di manakah arah kedudukan Malaka? Dari Kerajaan Demak, untuk mencapai Malaka
harus menyeberangi Laut Jawa di utara Kerajaan Demak. Pati Unus merupakan putra mahkota yang memimpin
penyerangan ke Malaka tahun 1513. Oleh karena itu, ia mendapat sebutan Pangeran Sabrang Lor. Artinya, Pangeran
(putra raja) yang menyeberangi lautan ke utara.
6. Kerajaan Pajang
Arya Penangsang terbunuh pada tahun 1568. Selanjutnya, Hadi
wijaya memindahkan pusat pemerintahan Demak ke Pajang.
Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan Kerajaan Islam di Demak
dan muncullah Kerajaan Pajang. Kerajaan Pajang terletak di Jawa
Tengah pedalaman.
Raja pertama Kerajaan Pajang adalah Hadiwijaya (1568–1582).
Daerah-daerah yang berada di bawah kekuasaan Pajang, antara
lain Pati, Pemalang, Selarong (Banyumas), Krapyak (Kedu Selatan),
Mataram (Yogyakarta), dan beberapa daerah di Jawa Timur, seperti
Tuban, Surabaya, Madiun, Blitar, dan Kediri.
Tahun 1582, Sultan Hadiwijaya wafat. Dengan wafatnya Hadiwijaya,
Arya Panggiri yang menjadi adipati di Demak, berusaha untuk merebut
Kasunanan Surakarta
Kasunanan Yogyakarta
Mangkunegaran
Pakualaman
Hindia Belanda
8. Kerajaan Cirebon
Cirebon adalah salah satu pusat penyebaran agama Islam di Jawa
Barat. Sunan yang terkenal di tempat ini adalah Sunan Gunung
Jati. Ia merupakan salah satu pendiri Kerajaan Cirebon. Bagaimana
sejarah perkembangan Kerajaan Cirebon?
9. Kerajaan Banten
Pada awalnya, Banten merupakan salah satu pelabuhan
Kerajaan Sunda. Pelabuhan ini kemudian direbut oleh pasukan
gabungan Demak dan Cirebon pada 1525. Setelah ditaklukkan,
daerah ini kemudian diislamkan oleh Sunan Gunung Jati. Pada
perkembangannya, Banten berusaha untuk melepaskan diri
dari Kerajaan Demak dan berdiri sendiri sebagai kerajaan baru.
Perkembangan Banten menjadi kerajaan berdaulat tidak lepas dari
peran raja-raja yang memerintah berikut ini.
Raja pertama Kerajaan Islam Banten adalah Hasanuddin.
Ia merupakan putra Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah). Ia
memerintah sekitar tahun 1527–1570. Di bawah kepemimpinan
Hasanuddin, Banten mampu memperluas wilayah hingga ke luar
Jawa. Lampung, Indrapura, Selebar, dan Bengkulu dapat dikuasai.
Raja-raja Kerajaan Banten, di antaranya Pangeran Yusuf
(1570–1580), Maulana Muhammad (1580–1596), Abdulmufakir,
Silsilah Raja Banten
Abumaali Achmad, Sultan Abdulfattah atau Sultan Ageng Tirtayasa
Sultan Hasannuddin (1651–1682), dan Sultan Abdulnasar Abdulkahar. Di antara raja-raja
(1552 – 1570) tersebut, Sultan Ageng Tirtayasa paling terkenal karena kebesarannya.
Pada masa pemerintahannya, kekuasaan Banten bertambah luas.
Maulana Yusuf
Ia juga dikenal dengan kegigihannya dalam mengusir Belanda dari
(1570–1580)
Jakarta. Sayangnya, usaha Sultan Ageng belum membuahkan hasil.
Maulana Muhammad Kegagalan penyerangan Sultan Ageng mendorong Belanda (VOC)
(1580–1593) melakukan adu domba. VOC turut campur dalam urusan Kerajaan
Banten. Waktu itu antara Sultan Ageng dan Sultan Haji terjadi
Sultan Abul Mufaki perselisihan pendapat. VOC memihak Sultan Haji. Perselisihan
(1598– 1640) mengakibatkan pertentangan yang berakhir dengan jatuhnya
kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa. Berakhirnya kekuasaan Sultan
Sultan Ageng Tirtayasa
(1651–1672) Ageng Tirtayasa membuat semakin kuatnya kekuasaan VOC di
Banten. Raja-raja yang berkuasa berikutnya bukanlah raja-raja yang
Sumber: www.wikipedia.org kuat. Hal ini membawa kemunduran pada Kerajaan Banten.
Jendela Info
Kerajaan Makassar mempu
nyai buku Undang-Undang
Hukum Perdagangan yang
bernama Ade Allopiloping
Bacanna Pabalue. Undang-
undang ini mengatur perda
gangan dan pelayaran di
wilayah Kerajaan Makas
sar.
Di Sekitar Kita
b. Makam
Pernahkah kalian berziarah atau berkunjung ke salah satu
makam Wali Songo? Makam-makam di Jawa Tengah dan Jawa Timur
memiliki keunikan tersendiri dibandingkan makam di daerah lain.
Apa keunikan bangunan makam tersebut? Makam-makam tokoh
Islam di Jawa dibangun di tempat yang lebih tinggi. Misalnya, makam
Sunan Muria dan makam Sunan Gunung Jati. Pada makam-makam
tersebut biasanya dibangun berbagai ornamen indah dan unik.
Coba perhatikan makam Sunan Kalijaga di Demak Jawa Tengah
ini. Makam digunakan untuk mengubur jenazah. Masyarakat Hindu
sebagian besar tidak menguburkan jenazah. Orang yang telah mati
pada masyarakat Hindu jenazahnya dibakar. Upacara pembakaran
jenazah ini disebut Ngaben. Upacara Ngaben pada saat ini dapat
kalian lihat, terutama di Pulau Bali.
Apa makna makam para tokoh muslim bagi kehidupan sekarang?
Makam tokoh muslim dapat menunjukkan kepada kita kapan
tokoh tersebut hidup. Sebab biasanya, pada batu nisan ditulis
tahun meninggalnya seorang tokoh. Dengan demikian, kita dapat
Gambar 3.30 Suasana
mengetahui waktu-waktu penting perjalanan sejarah bangsa kita.
ziarah di Makam Sunan
Makam juga dapat menunjukkan kehidupan masyarakat waktu itu. Kudus.
Misalnya, makam Islam di Troloyo Mojokerto, Jawa Timur. Makam ini Sumber: Dokumen Pribadi
Jendela Info
Arti Wali Songo
Ada beberapa pendapat mengenai arti Walisongo. Pertama adalah wali yang sembilan, menandakan jumlah wali
yang ada sembilan (sanga dalam bahasa Jawa). Pendapat kedua menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal
dari kata tsana yang dalam bahasa Arab berarti mulia. Pendapat lainnya menyebut kata sana berasal dari bahasa
Jawa, yang berarti tempat. Ada juga yang mengatakan bahwa Walisongo ini adalah sebuah dewan yang didirikan
oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel) pada 1474. Saat itu, dewan Walisongo beranggotakan Raden Hasan (Pangeran
Bintara); (Sunan Bonang, Sunan Drajad, Usman Haji (Pangeran Ngudung, ayah dari Sunan Kudus); Sunan Giri;
Syekh Suta Maharaja; Raden Hamzah (Pangeran Tumapel); Raden Mahmud.
Sumber: www.wikipedia.org
2. Seni Ukir
Pada masa Hindu Buddha, bangunan candi dan berbagai bentuk
relief banyak berkembang. Berbagai patung dapat kita temukan
di berbagai bekas Kerajaan Hindu Buddha. Pada masa Kerajaan
Islam, kita tidak lagi dapat menemukan berbagai bentuk patung
sebab agama Islam melarang pembuatan patung. Tetapi, seni pahat
tersebut tidak hilang. Justru seni pahat terus berkembang. Salah
satunya adalah seni ukir. Untuk menghindari menggambar makhluk
hidup, para seniman Islam mengembangkan seni hias dan seni ukir
dengan motif daun-daunan dan bunga-bungaan.
3. Seni Pertunjukan
Coba kalian perhatikan berbagai bentuk kesenian pertunjukan
yang bercorak Islam di berbagai wilayah Indonesia. Kalian tentu
tidak asing dengan istilah debus, wayang kulit, dan seudati. Ketiga
seni tersebut merupakan contoh peninggalan kebudayaan Islam di
Indonesia. Apa yang dimaksud dengan debus, wayang, dan seudati?
Di mana kita dapat menemukan ketiga bentuk kesenian tersebut?
a. Permainan debus, yaitu tarian yang pada puncak acara para
penari menusukkan benda tajam ke tubuhnya tanpa mening
galkan luka dan mengeluarkan darah. Tarian ini dapat kalian
temui di Banten dan Minangkabau.
b. Seudati, sebuah bentuk tarian dari Aceh. Seudati berasal dari
kata syaidati yang artinya permainan orang-orang besar. Seudati
sering disebut saman yang artinya delapan. Para pemain
menyanyikan lagu yang isinya, antara lain salawat nabi.
b. Babad
Babad berisi cerita sejarah, tetapi isinya tidak selalu berdasarkan
fakta. Tulisan babad biasanya berisi campuran antara fakta sejarah,
mitos, dan kepercayaan. Di tanah Melayu tulisan yang mirip dengan
babad dikenal dengan sebutan tambo atau silsilah. Contoh babad
adalah Babad Tanah Jawi, Babad Cirebon, Babad Pajajaran, Babad
Mataram, dan Babad Surakarta.
c. Suluk
Suluk adalah karya sastra berupa kitab-kitab dan isinya
menjelaskan soal-soal tasawuf. Contoh suluk, antara lain sebagai
berikut.
1) Suluk Sukarsa, isinya mengisahkan perjalanan hidup Ki Sukarsa
dalam mencari ilmu untuk mendapatkan kesempurnaan hidup.
2) Suluk Wujil, berisi wejangan atau ajaran Sunan Bonang kepada
Wujil, yaitu seorang kerdil yang pernah menjadi abdi di Kerajaan
Majapahit.
3) Suluk Malang Sumirang, berisi penghormatan dan pujian
terhadap seseorang yang telah mencapai kesempurnaan,
mendekatkan diri, dan menyatu dengan Tuhan.
PERKEMBANGAN
IMPERIALISME
DAN KOLONIALISME
BARAT DI INDONESIA
1. Portugis
2. Spanyol Terhadap Portugis Terhadap Belanda
3. Inggris
4. Belanda
1. Ternate 1. Maluku
2. Demak 2. Makassar
3. Aceh 3. Mataram
4. Banten
93
C oba kalian perhatikan gambar di atas! Kapal-kapal besar tersebut adalah kapal pedagang
Belanda yang berlabuh di Banten. Sementara perahu-perahu kecil di sampingnya
adalah para pedagang bangsa Indonesia. Mereka akan melakukan transaksi perdagangan.
Bangsa Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat dibutuhkan di negeri Belanda
dan Eropa secara umum, yaitu rempah-rempah. Belanda dapat membeli rempah-rempah di
Indonesia dengan harga murah, kemudian mereka jual di Eropa dengan harga tinggi. Belanda
mendapatkan keuntungan luar biasa dari perdagangan ini sehingga berduyun-duyunlah
bangsa Belanda yang lain, juga bangsa-bangsa Eropa mencari rempah-rempah di Indonesia.
Keinginan bangsa Belanda untuk terus memperoleh keuntungan tinggi dari perdagangan
menyebabkan mereka berusaha untuk memonopoli perdagangan di Indonesia. Hal inilah yang
mendorong terjadinya perselisihan antara Belanda dengan rakyat Indonesia. Dalam perjalanan
sejarah, Belanda tidak hanya berhasil melakukan monopoli perdagangan di Indonesia, tetapi
juga menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia. Belanda kemudian melakukan imperialisme
dan kolonialisme di Indonesia. Tidak hanya Belanda yang pernah menjajah Indonesia.
Portugis dan Inggris adalah bangsa Barat yang pernah menjajah Indonesia. Bagaimana
proses penjajahan bangsa-bangsa Barat di Indonesia? Bagaimana kondisi bangsa Indonesia
pada masa penjajahan?
a. Terbentuknya VOC
Persaingan tidak hanya terjadi antara pedagang Belanda, tetapi
juga dengan para pedagang Eropa dan Asia lainnya. Saingan utama
Belanda adalah Portugis yang lebih dahulu menanamkan pengaruh
perdagangan di Nusantara. Masalah ini dianggap merugikan
kepentingan Belanda. Untuk mengatasi permasalahan tersebut,
dengan dukungan pemerintah Belanda, pada 20 Maret 1602
Gambar 4.10 Salah satu
dibentuklah Veredigde Oost-Indische Compagnie atau disingkat VOC
kapal VOC. (Persekutuan Perusahaan Dagang Hindia Timur). Ide pembentukan
Sumber: www.carillon.org VOC berasal dari seorang anggota Parlemen Belanda bernama
Johan van Oldebarnevelt. VOC merupakan penggabungan beberapa
perusahaan dagang Belanda.
Apa keistimewaan VOC? Selain dipimpin oleh seorang gubernur
jenderal, VOC mempunyai hak monopoli dan kedaulatan. Hak-hak
istimewa yang tercantum dalam Oktroi (Piagam/Charta) pada 20
Maret 1602 meliputi berikut ini.
1) Hak monopoli untuk berdagang dan berlayar di wilayah sebelah
Gambar 4.11 Lambang VOC timur Tanjung Harapan dan sebelah barat Selat Magelhaens
Sumber: www.wikipedia.org serta menguasai perdagangan untuk kepentingan sendiri.
2) Hak kedaulatan (soevereiniteit) sehingga dapat bertindak layak
nya suatu negara untuk
a) memelihara angkatan perang;
b) memaklumkan perang dan mengadakan perdamaian;
c) merebut dan menduduki daerah-daerah asing di luar Belanda;
d) memerintah daerah-daerah tersebut;
e) menetapkan/mengeluarkan mata uang sendiri;
f) memungut pajak.
b. Perlawanan Demak
Dominasi Portugis di Malaka telah mendesak dan merugikan
kegiatan perdagangan orang-orang Islam. Kedudukan kerajaan-
kerajaan Islam yang mempunyai kepentingan perdagangan di sana
ikut dirugikan, termasuk Demak. Oleh karena itu, Raden Patah
mengirim pasukannya di bawah Pati Unus untuk menyerang Portugis
di Malaka. Pati Unus melancarkan serangannya pada 1512 dan
1513. Ia memimpin pasukan yang terdiri dari 100 kapal laut dan
lebih dari 10.000 pasukan. Serangan ini belum berhasil.
Pada tahun 1527, tentara Demak kembali melancarkan
serangan terhadap Portugis di Sunda Kelapa. Kala itu Portugis
mulai menanamkan pengaruhnya di Sunda Kelapa. Di bawah
pimpinan Fatahillah, tentara Demak berhasil mengusir Portugis
dari Sunda Kelapa. Nama Sunda Kelapa kemudian diubah menjadi
Jayakarta.
c. Perlawanan Aceh
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607–1639),
armada kekuatan Aceh telah disiapkan untuk menyerang kedudukan
Portugis di Malaka. Saat itu, Kerajaan Aceh telah memiliki armada
laut yang mampu mengangkut 800 prajurit. Wilayahnya telah sampai
di Sumatra Timur dan Sumatra Barat.
Pada tahun 1629 Aceh mencoba untuk menaklukkan Portugis.
Penyerangan yang dilakukan Aceh ini belum berhasil. Meskipun
demikian, Aceh masih tetap berdiri sebagai kerajaan yang merdeka.
b. Makassar
Setelah Maluku jatuh, ancaman VOC di Indonesia Timur tinggal
Kerajaan Gowa di Sulawesi Selatan. Gowa adalah kerajaan yang
kuat dan mempunyai armada sangat besar. Kala itu sedang terjadi
perselisihan antara Arung Palaka dari Kerajaan Bone dengan raja
Gowa. VOC memanfaatkan perselisihan tersebut dengan memberikan
Gambar 4.15 Sultan dukungan kepada Arung Palaka.
Hasanuddin Belanda berhasil memanfaatkan Arung Palaka untuk menyerang
Sumber: www.foto-foto.com
Gowa tahun 1666. Pihak Belanda dengan bantuan Arung Palaka
memenangkan pertempuran dan Sultan Hasanuddin dari Kerajaan
Gowa dipaksa untuk menandatangani perjanjian Bongaya pada 18
November 1667.
Perjanjian Bongaya baru terlaksana tahun 1669 karena Sultan
Hasanuddin masih melakukan perlawanan kembali. Akhirnya,
Makassar harus merelakan benteng di Ujungpandang kepada VOC.
Sejak masa itu, tidak ada lagi kekuatan besar yang mengancam
kekuasaan VOC di Indonesia timur. Gorontalo, Limboto, dan negara-
negara kecil Minahasa lainnya telah takluk pada VOC.
Perjanjian Bongaya adalah perjanjian antara Sultan Hasanuddin
dengan VOC, yang isinya sebagai berikut.
1) VOC mendapatkan wilayah yang direbut selama perang.
2) Bima diserahkan kepada VOC.
3) Kegiatan pelayaran para pedagang Makassar dibatasi di bawah
pengawasan VOC.
4) Penutupan Makassar sebagai bandar perdagangan dengan
bangsa Eropa, selain VOC, dan monopoli oleh VOC.
5) Alat tukar/mata uang yang digunakan di Makassar adalah mata
uang Belanda.
6) Pembebasan cukai dan penyerahan 1.500 budak kepada VOC.
Perjanjian Bongaya telah memangkas kekuasaan Kerajaan Gowa
sebagai kerajaan terkuat di Sulawesi. Tinggal kerajaan-kerajaan kecil
yang sulit melakukan perlawanan terhadap VOC.
Kenali Tokoh
Sultan Hasanuddin merupakan Raja Gowa ke-16. Ia lahir pada 11 Januari 1631 dengan nama I Mallombasi
Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe. Setelah memeluk agama Islam, ia mendapat
c. Mataram
Kalian tentu masih ingat dengan keberadaan Kerajaan Mataram
Jendela Info
Islam, bukan? Mataram merupakan salah satu kerajaan Islam
terbesar di Pulau Jawa. Pada masa pemerintahan Sultan Agung, Serangan pertama yang
Belanda telah mendirikan kantor dagang di Batavia. Keberadaan dilakukan Mataram terha
VOC di Batavia sangat membahayakan Mataram. d a p VO C p a d a t a h u n
Selanjutnya, terjadi perselisihan antara Mataram dengan Belanda 1628 gagal karena hal-hal
karena nafsu monopoli Belanda. Pada 8 November 1618, Gubernur berikut.
Jenderal VOC Jan Pieterzoon Coen memerintahkan Van der Marct a. M a t a r a m k u r a n g
teliti dalam memper
untuk menyerang Jepara. Kerugian Mataram sangat besar. Peristiwa
hitungkan medan per
tersebut memperuncing perselisihan antara Mataram dengan
tempuran.
Belanda. b. Mereka kekurangan per
Sultan Agung segera menyiapkan penyerangan terhadap bekalan.
kedudukan VOC di Batavia. Serangan pertama dilakukan pada tahun c. Mereka kalah dalam
1628. Pasukan Mataram dipimpin oleh Tumenggung Baurekso tiba persenjataan.
di Batavia pada 22 Agustus 1628. Kemudian, disusul oleh pasukan
Tumenggung Sura Agul-Agul dan kedua bersaudara, yaitu Kiai Dipati
Mandurejo dan Upa Santa.
Serangan pertama gagal, pasukan ditarik ke Mataram pada 3
Desember 1628. Tidak kurang dari seribu prajurit Mataram gugur
dalam perlawanan tersebut. Mataram segera mempersiapkan
serangan kedua, dengan pimpinan Kiai Adipati Juminah, K.A. Puger,
dan K.A. Purbaya. Persiapan dilakukan dengan lebih matang. Gudang-
gudang dan lumbung persediaan makanan didirikan di berbagai
tempat. Persiapan pengepungan secara total terhadap Batavia
dilakukan. Serangan dimulai pada 1 Agustus dan berakhir 1 Oktober
1629. Sayangnya, serangan kedua ini pun gagal. Selain karena
faktor kelemahan pada serangan pertama, lumbung padi persediaan
makanan banyak dihancurkan Belanda.
Jendela Info
d. Banten
Banten mencapai zaman keemasan pada masa Sultan Ageng Perlawanan rakyat Banten
Tirtayasa. Ia sangat bersimpati dengan perjuangan mengusir tidak berhenti begitu saja.
Belanda. Salah satu kepeduliannya ditunjukkan dengan memberi Perjuangan melawan VOC
bantuan amunisi senjata kepada Trunojoyo yang melawan Belanda dilanjutkan oleh Kiai Tapa,
di Mataram. Ratu Bagus dengan dibantu
oleh Ibnu Iskandar dan
Perlawanan Banten terhadap Belanda terjadi sejak awal Belanda
Syekh Yusuf.
menginjakkan kaki di Banten. Perlawanan terbesar dilakukan oleh
Sumber: www.wikipedia.org
Di Sekitar Kita
KONDISI BANGSA
INDONESIA PADA MASA
PEMERINTAHAN HINDIA
BELANDA
111
Lambang VOC
Sumber: www.bataviawerf.nl
T ahukah kalian logo apakah itu? Logo tersebut adalah logo yang digunakan oleh kongsi
dagang Belanda VOC. Kalian sudah mempelajari pada materi sebelumnya bahwa VOC
sebagai imperium kolonialisme Belanda pertama di Indonesia bubar pada 1799. Penyebab
utama kehancuran VOC adalah korupsi. Setelah VOC bubar, pemerintah Hindia Belanda
mengambil alih kekuasaan VOC di Indonesia mulai 1 Januari 1800. Dengan demikian,
secara langsung pemerintah Hindia Belanda melakukan pemerintahan terhadap bangsa
Indonesia. Bagaimana kondisi bangsa Indonesia pada masa pemerintahan Hindia Belanda?
Apa saja pengaruh perluasan kolonialisme dan imperialisme yang dilakukan pemerintah
Hindia Belanda?
Gambar 5.4 Van den Bosch Beberapa ketentuan tanam paksa adalah sebagai berikut.
Sumber: www.wikipedia.org a. Penduduk wajib menyerahkan seperlima tanahnya untuk
ditanami tanaman wajib.
b. Tanah yang ditanami tanaman wajib bebas dari pajak.
c. Waktu yang digunakan untuk pengerjaan tanaman wajib tidak
melebihi waktu untuk menanam padi.
d. Apabila harga tanaman wajib setelah dijual melebihi besarnya
pajak tanah, kelebihannya dikembalikan kepada penduduk.
e. Kegagalan panen tanaman wajib bukan karena kesalahan
penduduk menjadi tanggung jawab Pemerintah Belanda.
Jendela Info f. Penduduk dalam pekerjaannya dipimpin penguasa pribumi,
sedangkan pegawai Eropa sebagai pengawas, pemungut, dan
Tanaman wajib t anam pengangkut.
paksa antara lain kopi,
g. Penduduk yang tidak memiliki tanah harus melakukan kerja wajib
gula, dan kina.
selama seperlima tahun (66 hari) dan mendapatkan upah.
Kenali Tokoh
Thomas Matulessy atau Kapitan Pattimura lahir di Desa Haria, Pulau Saparua pada 8 Juni
1783. Thomas Matulessy adalah seorang kesatria keturunan dari keluarga besar Matulessia
(Matulessy) yang tidak lain masih bersaudara dengan raja Maluku. Pattimura beserta
pasukannya sempat berhasil menguasai benteng Duurstede, namun akhirnya tertangkap oleh
Belanda. Perlawanan sejati ia tunjukkan dengan keteguhannya yang tidak mau berkompromi
dengan Belanda. Beberapa kali Belanda berusaha membujuk Pattimura untuk mau bekerja
sama, tetapi selalu ditolaknya. Ia lebih memilih gugur di tiang gantungan sebagai pahlawan
daripada hidup sebagai pengkhianat.
Sumber www.tokohindonesia.com
Di Sekitar Kita
Museum Diponegoro
Museum Diponegoro terletak di sayap kiri Pendopo Karesidenan Kedu. Saat ini, di museum tersimpan
benda-benda bernilai sejarah, antara lain jubah berukuran tinggi 1.57 m, lebar 1.35 m terbuat dari
kain santung, kitab tahrib, balai-balai tempat sembahyang, 7 cangkir tempat 7 macam minuman
kegemaran beliau, dan lain-lain. Satu hal yang menarik, di museum tersebut, terdapat pula meja
kursi bekas kemarahan beliau berupa guratan kuku. Pangeran Diponegoro memang ditangkap
secara licik dalam suatu perundingan dengan Belanda di karesidenan Kedu Magelang.
Sumber: www.students.ukdw.ac.id
Gambar 5.17 Kapal Belanda yang Gambar 5.18 Korban Perang Puputan. Gambar 5.19 Raja gugur
berlabuh di Bali. Sumber: www.balivision.com dalam Perang Puputan
Sumber: www.ukdw.ac.id Sumber: www.ukdw.ac.id
KESADARAN NASIONAL
DAN PERKEMBANGAN
PERGERAKAN
KEBANGSAAN
INDONESIA
Kegagalan Perjuangan
Kedaerahan
Organisasi Modern
Pendidikan Modern
131
Sumber: www.joker.si
P ertempuran bersenjata merupakan salah satu upaya bangsa Indonesia untuk melakukan
perlawanan terhadap Belanda. Menurut kalian, efektifkah perjuangan lewat pertempuran
bersenjata? Sejak awal perjuangan, bangsa Indonesia sudah mengerahkan kekuatan untuk
melawan Belanda lewat pertempuran. Kekuatan bangsa Indonesia yang belum dilakukan, yaitu
melakukan perlawanan secara nasional dengan sistem modern. Upaya ini akhirnya tercapai
pada awal abad XX. Perjuangan yang bersifat kedaerahan bergeser menjadi perjuangan
nasional dengan tujuan Indonesia merdeka. Bagaimana proses perkembangan nasionalisme
bangsa Indonesia pada abad XX? Perjuangan apa saja yang dilakukan bangsa Indonesia?
c. Sosial
Perubahan yang terjadi di bidang sosial, antara lain sebagai
berikut.
1) Penyakit-penyakit sosial, seperti gelandangan, pengemis, dan
pencurian terjadi karena terimpitnya rakyat oleh kesulitan
ekonomi.
2) Menurunnya pertumbuhan penduduk karena tingginya angka
kematian.
c) Pendidikan Islam
Sebelum masa penjajahan, agama Islam telah banyak melakukan
jenis pendidikan, antara lain berikut ini.
(1) Pendidikan Masjid/Langgar
Di dalam setiap komunitas Islam, pasti berdiri masjid/surau.
Selain sebagai tempat ibadah, masjid/surau merupakan tempat
pendidikan, baik agama maupun kemasyarakatan. Sistem pendidikan
masjid/surau masih berlanjut hingga sekarang. Akan tetapi, sistem
pendidikan masjid biasanya tidak mempunyai kurikulum yang
formal.
(2) Pondok Pesantren
Pendidikan pondok pesantren sudah menggunakan sistem yang
lebih terorganisasi. Pimpinannya adalah kiai. Selain mengajarkan
ilmu agama, juga mengajarkan ilmu kemasyarakatan. Zaman dahulu,
b. Golongan Profesional
Tidak hanya para cendekiawan yang mengobarkan semangat
nasionalisme. Beberapa golongan profesional merupakan bara
bangkitnya nasionalisme.
1) Guru
Guru merupakan ujung tombak penyebar semangat nasionalisme.
Sebagian masyarakat yang berhasil mengenyam pendidikan
kemudian memilih menjadi guru. Dalam mengajar siswanya, para
guru banyak menanamkan semangat kebangsaan. Hampir setiap
tokoh perjuangan nasional pernah menjadi guru.
Pada 1920, Ki Hajar Dewantoro mendirikan Perguruan Taman
Siswa di Yogyakarta. Tujuannya untuk memberikan beasiswa bagi
masyarakat Indonesia yang tidak mampu, tetapi pandai untuk
belajar di Taman Siswa. Sekolah ini banyak mengajarkan kesadaran
nasionalisme dan patriotisme.
Mohammad Syafei mendirikan sekolah Indonesische Neder-
landsche School (INS) di Kayu Tanam. Sekolah ini banyak menanam-
kan perasaan antipenjajahan dan semangat persatuan untuk
mengusir penjajah.
2) Pedagang
Banyak pedagang yang merasa sangat dirugikan oleh penjajah.
Tokoh pedagang yang terkenal menumbuhkan kesadaran nasional
adalah H. Samanhudi, seorang pedagang batik di Solo. Pada 1909, ia
mendirikan Serikat Dagang Islam (SDI). Tujuan utamanya melindungi
kesejahteraan para pedagang kecil.
2. Organisasi Kedaerahan
a. Tri Koro Dharmo (Tiga Tujuan Mulia)
Pendiri Tri Koro Dharmo adalah R. Satiman Wiryosanjoyo,
Kadarman, dan Sunardi di Gedung Stovia Jakarta pada 7 Maret
1915. Tri Koro Dharmo merupakan organisasi pemuda pertama di
Indonesia. Semboyan Tri Koro Dharmo adalah budi, bakti, dan sakti.
Tujuan utamanya adalah meningkatkan persaudaraan antara pelajar
Jawa dan Madura, guna meningkatkan kesejahteraan daerahnya.
Dalam kongres pertama di Solo, Tri Koro Dharmo berubah menjadi
Jong Java. Walaupun sebagai organisasi kedaerahan, para anggotanya
kemudian aktif dalam upaya pembentukan kesadaran nasional.
b. Jong Java
Setelah Tri Koro Dharmo dibubarkan, namanya diganti menjadi
Jong Java pada 12 Juni 1918. Jong Java mempunyai tujuan
membangun persatuan Jawa Raya. Kegiatan utamanya adalah dalam
bidang sosial, budaya, dan pengembangan pendidikan Suku Jawa.
Jong Jawa pada kongres bulan Mei 1922 memutuskan untuk tidak
berurusan dengan kegiatan politik. Pada perkembangannya, Jong Java
terpengaruh oleh perkembangan Serikat Islam sebagai organisasi yang
bergerak dalam bidang politik. Sebagian anggota Jong Java yang ingin
melakukan kegiatan politik, seperti H. Agus Salim, kemudian mendirikan
Jong Islamiten Bond, dengan Islam sebagai dasar perjuangan.
Kenali Tokoh
H. Agus Salim
Masyhudul Haq atau Agus Salim lahir di Bukittinggi, Sumatra Barat pada 9 Oktober
1884. Pendidikan di bangku sekolah hanya ditempuh hingga menamatkan HBS pada
tahun 1903. Sesudah itu, ia belajar sendiri. Tidak kurang dari sembilan bahasa asing
dikuasai, antara lain bahasa Belanda, Inggris, Jepang, Prancis, Arab, Turki, dan Jepang.
Ketika muda, ia merantau hingga Arab Saudi untuk memperkaya pemikiran dan
ilmunya. Ia juga pernah menjadi penerjemah di Konsulat Belanda di Jeddah Arab Saudi.
Agus Salim pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri pada periode 3 Juli 1947-
20 Desember 1949. Ia merupakan salah satu diplomat ulung Indonesia yang dikenal
sering mewakili Indonesia di berbagai konferensi dan pertemuan internasional.
c. Muhammadiyah
Pendiri Muhammadiyah adalah K.H. Ahmad Dahlan. Muham-
madiyah didirikan pada 18 November 1912 di Kauman Yogyakarta.
Tujuan Muhammadiyah, antara lain
1) mengembangkan dakwah Islam;
2) mengembalikan ajaran Islam sesuai dengan Al-Qur’an dan
Sunah (Hadis);
3) membersihkan praktik keagamaan dari syirik dan bid’ah;
Gambar 6.7 K.H. Ahmad 4) mengembangkan pendidikan agama dan umum secara modern.
Dahlan Muhammadiyah bukan organisasi politik sehingga Pemerintah
Sumber: www.swara muslim.
Belanda memberikan pengakuan Badan Hukum. K.H. Ahmad Dahlan
com
mengembangkan dakwah dan pendidikan meniru beberapa sistem
Barat. Misalnya, biasanya untuk belajar mengaji sistem pondok
f. Al-Jamiatul Washiyah
Al-Jamiatul Washiyah didirikan di Medan, Sumatra Utara pada
1930.
• Belum terorganisasi secara nasional dan • Telah terorganisasi secara nasional dan
modern modern
Di Sekitar Kita
Museum Sumpah Pemuda
2. Masa Radikal
Pada masa ini, perjuangan kebangsaan telah mencapai titik jelas,
yaitu mencapai Indonesia merdeka. Berdirinya parta-partai politik
bertujuan untuk mencapai kemerdekaan. Mereka menyadari bahwa
perjuangan kemerdekaan hanya dapat dicapai dengan perjuangan
sendiri. Mereka cenderung bersifat nonkooperatif (tidak mau bekerja
sama) dengan Belanda.
Beberapa organisasi yang radikal, misalnya Serikat Islam,
Perhimpunan Indonesia, Partai Nasional Indonesia, dan Partai
Komunis Indonesia. Proses radikalisasi semakin menggelora setelah
Perang Dunia I. Perjuangan nasionalisme di Asia dan Afrika telah
memberikan inspirasi para tokoh perjuangan Indonesia.
Karena sifatnya yang radikal, Belanda menjadi khawatir. Belanda
akhirnya melakukan tindak kekerasan dengan membubarkan
organisasi-organisasi radikal dan memenjarakan tokoh-tokohnya
pada tahun 1930-an.
3. Masa Moderat
Setelah para pemimpin ditangkap dan sebagian organisasi
dibubarkan, para tokoh perjuangan berganti taktik. Perjuangan
dilakukan secara moderat (kooperatif). Mereka memanfaatkan
Volksraad (Dewan Rakyat) untuk memperjuangkan aspirasi. Pada
masa moderat ini, organisasi yang masih ada dan berdiri adalah
Parindra, Gerindo, dan GAPI. Para tokoh pergerakan menyampaikan
tuntutan-tuntutan dalam Volksraad, baik menyangkut masalah politik,
ekonomi, sosial, maupun pendidikan.
MASA PENDUDUKAN
JEPANG DAN PERSIAPAN
KEMERDEKAAN
INDONESIA
Perang Dunia II
kronologi
menyebabkan Penderitaan
Jepang Menguasai Indonesia Rakyat Indonesia
kronologi
menyebabkan
Jepang Terdesak Perlawanan
oleh Sekutu Rakyat Indonesia
menyebabkan menyebabkan
menyebabkan menyebabkan
Persiapan
Kemerdekaan Indonesia
Proklamasi Kemerdekaan
17 Agustus 1945
157
Penyerangan atas Pearl Harbour
Sumber: www.wikipedia.org
K alian sudah tahu bukan bahwa salah satu penyebab Perang Dunia II adalah penyerangan
Jepang atas Pearl Harbour. Jepang adalah salah satu negara yang terlibat dalam perang
tersebut. Jepang ingin menguasai seluruh daerah Asia Tenggara dan Asia Timur. Indonesia
termasuk wilayah yang diincar untuk memperluas kekuasaan Jepang. Pada tahun 1942,
Jepang berhasil mengalahkan Belanda yang berkuasa di Indonesia. Akibatnya, bangsa
Indonesia beralih menjadi jajahan Jepang. Masa penjajahan Jepang hanyalah sebentar,
namun luka akibat penjajahan Jepang masih terasa hingga sekarang. Di sisi lain, pada masa
pendudukan Jepang di Indonesia, usaha pergerakan kebangsaan Indonesia untuk mencapai
kemerdekaan semakin jelas. Mengapa negara kecil seperti Jepang dapat menjajah Indonesia?
Bagaimana Jepang masuk dan menguasai Indonesia? Bagaimana usaha bangsa Indonesia
untuk mempersiapkan kemerdekaan pada masa pendudukan Jepang? Mari kita telusuri
melalui pembahasan berikut ini!
b. Pendudukan Sumatra
Di Sumatra, Jepang telah berhasil mendaratkan pasukan pada
14 Februari. Palembang berhasil diduduki pada 16 Februari 1942.
Selanjutnya, Jepang mengarahkan penyerangan ke Pulau Jawa yang
merupakan pusat pemerintahan Belanda.
c. Jawa Hokokai
Jawa Hokokai (Gerakan Kebaktian Jawa) dibentuk pada 1944.
Kegiatan ini langsung di bawah pengawasan para pejabat Jepang.
Tujuan pokoknya adalah menggalang dukungan untuk rela berkorban
demi pemerintah Jepang. Jawa Hokokai juga mempunyai tugas untuk
mengerahkan rakyat mengumpulkan padi, besi tua, dan barang-
barang berharga lainnya. Selain itu, rakyat juga ditugaskan untuk
Jendela Info menanam jarak.
Kenali Tokoh
Ki Hadjar Dewantara
Ki Hadjar Dewantara merupakan seorang pelopor pendidikan bagi kaum pribumi
Indonesia pada zaman penjajahan Belanda. Ia lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889
dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Salah satu peranannya dalam
pendidikan adalah mendirikan perguruan Taman Siswa. Tulisan Ki Hajar Dewantara yang
terkenal adalah “Seandainya Aku Seorang Belanda” (judul asli: Als ik eens Nederlander
was ), dimuat dalam surat kabar de Expres milik Dr. Douwes Dekker, tahun 1913. Artikel
tersebut merupakan protes terhadap rencana Belanda mengumpulkan sumbangan dari
Hindia Belanda untuk merayakan kemerdekaan Belanda dari Prancis. Ia wafat pada
26 April 1959 dan dimakamkan di Wijayabrata, Yogyakarta. Tanggal lahirnya, 2 Mei,
kemudian dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional di Indonesia. Ki Hajar Dewantara
dikenal sebagai Bapak Pendidikan Indonesia.
b. Pembentukan BPUPKI
Janji pemerintah Jepang baru tampak serius setelah kedudukannya
kritis. Angkatan perang Sekutu telah berhasil menguasai Papua Nugini
dan sekitarnya. Kedudukan Jepang di Indonesia juga telah diserang
oleh Sekutu. Situasi Jepang benar-benar kritis.
Akhirnya pada 1 Maret 1945, panglima pemerintahan di Jawa,
yaitu Jenderal Kumakici Harada mengumumkan dibentuknya Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau
PROKLAMASI
KEMERDEKAAN
DAN PROSES
TERBENTUKNYA
NEGARA KESATUAN
REPUBLIK INDONESIA
Kekalahan Jepang
oleh Sekutu
menyebabkan
menyebabkan
Peristiwa Rengasdengklok
menyebabkan
173
Bom di Nagasaki
Sumber: www.wikipedia.org
K alian tentu sudah mengetahui dari buku-buku yang sudah kalian baca bahwa pemboman
atas Hiroshima dan Nagasaki berakibat sangat fatal. Akibat ledakan tersebut, banyak
nyawa melayang dan seluruh kota rata dengan tanah. Pemboman Amerika Serikat atas
Hiroshima dan Nagasaki menyebabkan Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.
Jepang harus meninggalkan Indonesia. Bangsa Indonesia menggunakan saat tersebut
untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Setelah melalui perjuangan berat, akhirnya
pada 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan. Proklamasi
kemerdekaan bukan merupakan peristiwa yang terjadi secara kebetulan. Perjuangan untuk
memproklamasikan kemerdekaan memerlukan perjuangan keras. Perjuangan bangsa
Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan juga tidak ringan. Bagaimana proses proklamasi
kemerdekaan Indonesia? Bagaimana perjuangan para tokoh bangsa Indonesia dalam
mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia?
Proklamasi Kemerdekaan dan Proses Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia 175
e. Pada 12 Agustus 1945, Jenderal Besar Terauci menyampaikan
kepada tokoh pergerakan yang diundang, yaitu Ir. Soekarno, Drs.
Moh. Hatta, dan dr. Radjiman Wediodiningrat bahwa pemerintah
kemaharajaan telah memutuskan untuk memberikan
kemerdekaan kepada Indonesia pada 24 Agustus 1945.
Pelaksanaannya akan dilakukan oleh PPKI.
f. Pada 14 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada
Sekutu akibat dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan
Nagasaki.
2. Peristiwa Rengasdengklok
Jendela Info Penyerahan Jepang kepada Sekutu menyebabkan reaksi yang
Rengasdengklok adalah berbeda di antara para tokoh pergerakan kemerdekaan bangsa
salah satu kota kecamatan Indonesia. Para anggota PPKI, seperti Soekarno dan Hatta tetap
di Kabupaten Karawang menginginkan proklamasi dilakukan sesuai mekanisme PPKI.
Jawa Barat. Ke kota inilah Alasannya kekuasaan Jepang di Indonesia belum diambil alih. Tetapi,
Ir. Soekarno dan Drs. Moh. golongan muda, seperti Tan Malaka dan Sukarni menginginkan
Hatta pernah dibawa se- proklamasi kemerdekaan dilaksanakan sesegera mungkin. Para
cara paksa oleh kelompok pemuda mendesak agar Soekarno dan Hatta memproklamasikan
pemuda revolusioner yang kemerdekaan secepatnya. Alasan mereka adalah Indonesia dalam
menghendaki kemerdekaan keadaan vakum atau kekosongan kekuasaan. Pertentangan
Indonesia untuk segera pendapat antara golongan tua dan golongan muda inilah yang
dikumandangkan secepat- melatarbelakangi terjadinya peristiwa Rengasdengklok. Bagaimana
nya. Peristiwa heroik ini dip- jalannya peristiwa Rengasdengklok? Di mana lokasi peristiwa
icu oleh adanya perbedaan Rengasdengklok? Mari kita simak uraian di bawah ini!
paham antara golongan
tua yang moderat, dengan a. Golongan Tua
golongan pemuda yang Mereka yang dicap sebagai golongan tua adalah para anggota
revolusioner dalam pelak- PPKI yang diwakili oleh Soekarno dan Hatta. Mereka adalah
sanaan proklamasi. kelompok konservatif yang menghendaki pelaksanaan proklamasi
harus melalui PPKI sesuai dengan prosedur maklumat Jepang pada
24 Agustus 1945. Alasan mereka adalah meskipun Jepang telah
kalah, kekuatan militernya di Indonesia harus diperhitungkan demi
menjaga hal-hal yang tidak diinginkan. Kembalinya Tentara Belanda
ke Indonesia dianggap lebih berbahaya daripada sekadar masalah
waktu pelaksanaan proklamasi itu sendiri.
b. Golongan Muda
Menanggapi sikap konservatif golongan tua, golongan muda yang
diwakili oleh para anggota PETA dan mahasiswa merasa kecewa.
Mereka tidak setuju terhadap sikap golongan tua dan menganggap
bahwa PPKI adalah bentukan Jepang. Oleh karena itu, mereka
menolak jika proklamasi dilaksanakan melalui PPKI. Sebaliknya,
mereka menghendaki terlaksananya proklamasi kemerdekaan
dengan kekuatan sendiri, terbebas dari pengaruh Jepang. Sutan
Syahrir termasuk tokoh pertama yang mendesak Soekarno dan Hatta
untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Proklamasi Kemerdekaan dan Proses Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia 177
Di Jakarta, dialog antara golongan muda yang diwakili oleh Wikana
dan golongan tua Ahmad Subardjo mencapai kata sepakat. Proklamasi
Kemerdekaan harus dilaksanakan di Jakarta dan diumumkan pada
17 Agustus 1945. Golongan pemuda kemudian mengutus Yusuf
Kunto untuk mengantar Ahmad Subardjo ke Rengasdengklok dalam
rangka menjemput Soekarno dan Hatta. Ahmad Subardjo memberi
jaminan pada golongan pemuda bahwa Proklamasi Kemerdekaan
akan diumumkan pada 17 Agustus 1945 selambat-lambatnya pukul
12.00. Dengan jaminan itu, Cudanco Subeno (Komandan Kompi PETA
Gambar 8.2 Soekarno dan
Hatta di Rengasdengklok. Rengasdengklok) bersedia melepaskan Soekarno dan Hatta untuk
Sumber: www.swaramuslim. kembali ke Jakarta dalam rangka mempersiapkan kelengkapan untuk
com melaksanakan Proklamasi Kemerdekaan.
Proklamasi
Djakarta, 17-8-‘05
Wakil-wakil bangsa Indonesia
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan
Indonesia.
Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan d.l.l., diseleng-
garakan dengan tjara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-
singkatnya.
Djakarta, hari 17 boelan 8 Tahoen ‘05
Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno–Hatta
Proklamasi Kemerdekaan dan Proses Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia 179
Jendela Info
Betapa besar jiwa nasional-
isme bangsa Indonesia yang
ditunjukkan pada masa
revolusi fisik kemerdekaan,
sebagaimana yang ditun-
jukkan oleh golongan muda
dan para foundhing father
untuk mewujudkan cita-cita
proklamasi kemerdekaan
Indonesia yang bebas dari
segala ikatan belenggu
tangan asing yang jahil.
Masihkah ada sikap-si-
kap nasionalisme dan ke- Gambar 8.4 Teks Proklamasi setelah disahkan.
satria semacam itu pada Sumber: www.wikipedia.org
anak bangsa sekarang ini?
Bukankah bangsa yang
heterogen ini akan han- B. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
cur tanpa adanya ikatan Tujuan dari perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan
nasionalisme yang telah adalah tercapainya Indonesia Merdeka. Proklamasi adalah simbol
dengan letih mengukuh- yang sangat penting artinya bagi bangsa Indonesia. Karena dari
kan bangunan bangsa ini. situlah bangsa Indonesia baru dapat diakui keberadaannya oleh
Marilah kita renungkan dunia internasional. Semangat para pemuda dan seluruh rakyat
sejenak, kemudian berpikir-
Indonesia bergelora dalam mewujudkan Indonesia merdeka.
lah apakah nasionalisme
masih ada di dada kalian,
atau sudah lumpuh sama 1. Persiapan Pembacaan Teks Proklamasi
sekali? Karena masa depan Setelah selesai merumuskan dan mengesahkan teks proklamasi,
bangsa benar-benar berada pagi harinya pada 17 Agustus 1945 para pemimpin nasional dan para
di pundak kalian. pemuda kembali ke rumah masing-masing untuk mempersiapkan
penyelenggaraan pembacaan teks proklamasi. Rakyat dan tentara
Jepang menyangka pembacaan proklamasi akan dilaksanakan di
Lapangan Ikada sehingga tentara Jepang memblokade Lapangan
Ikada. Bahkan Barisan Pemuda telah berdatangan ke Lapangan
Ikada dalam rangka menyaksikan pembacaan teks proklamasi.
Pemimpin Barisan Pelopor Sudiro juga datang ke Lapangan Ikada
dan melihat pasukan Jepang dengan senjata lengkap menjaga
ketat lapangan itu. Sudiro kemudian melaporkan keadaan itu
kepada Muwardi, Kepala Keamanan Soekarno. Oleh karena itu,
disepakati bahwa proklamasi akan diikrarkan di rumah Soekarno
Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta.
Halaman rumah Soekarno sudah dipadati oleh massa menjelang
pembacaan teks proklamasi. Dr. Muwardi memerintahkan kepada
Latief Hendraningrat untuk menjaga keamanan pelaksanaan
upacara. Latif dibantu oleh Arifin Abdurrahman berusaha untuk
mengantisipasi gangguan tentara Jepang. Terlihat suasana sangat
Kenali Tokoh
Ir. Soekarno merupakan Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945
-1966. Soekarno lahir pada 6 Juni 1901. Ia memainkan peran penting dalam masa
pergerakan nasional. Salah satunya dengan menjadi Ketua Partai Nasional Indonesia.
Sikapnya yang terang-terangan menentang Belanda membuat Soekarno beberapa kali
ditahan oleh Belanda. Soekarno juga memainkan peran sebagai penggali Pancasila.
Pada saat proklamasi, Bung Karno berperan dalam menyusun sekaligus membaca teks
proklamasi. Bersama dengan Muhammad Hatta, ia dijuluki sang proklamator.
Proklamasi Kemerdekaan dan Proses Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia 181
2. Pelaksanaan Upacara Proklamasi Kemerdekaan
Upacara dipimpin oleh Latief Hendraningrat dan tanpa protokol.
Latief segera memimpin barisan dan menyiapkan untuk berdiri
dengan sikap sempurna. Soekarno kemudian mempersiapkan diri
dan mendekati mikrofon. Sebelum membacakan teks proklamasi,
Soekarno membacakan pidato singkat yang isinya adalah sebagai
berikut.
a. Perjuangan melawan kolonial telah cukup panjang dan
memerlukan keteguhan hati.
b. Cita-cita perjuangan itu adalah kemerdekaan Indonesia.
c. Indonesia yang berdaulat harus mampu menentukan arah dan
kebijakannya sendiri, menjadi negara yang diakui oleh bangsa-
bangsa lain di dunia.
Gambar 8.6 Rumah Bung Setelah itu, Soekarno membacakan teks proklamasi yang diketik
Karno di Jalan Pegangsaan oleh Sayuti Melik. Pidato ditutup dengan kalimat: “demikianlah
Timur saudara-saudara! Kita sekarang telah merdeka. Tidak ada satu
Sumber: ww.swaramuslim.net
ikatan lagi yang mengikat tanah air kita dan bangsa kita! Mulai saat
ini, kita menyusun negara kita 1 negara merdeka, negara Republik
Indonesia Merdeka, kekal dan abadi. Insya Allah, Tuhan memberkati
kemerdekaan Indonesia”.
Acara berikutnya setelah pembacaan selesai adalah pengibaran
bendera merah putih yang dilakukan oleh Latief dan Suhud secara
perlahan-lahan. Bendera merah putih dinaikkan dengan diiringi lagu
“Indonesia Raya” yang secara spontan dinyanyikan oleh para hadirin.
Selesai pengibaran bendera, upacara ditutup dengan sambutan
Gambar 8.7 Pengibaran Wakil Walikota Suwiryo dan Muwardi. Dengan demikian, selesailah
bendera dengan menyanyikan
lagu “Indonesia Raya”.
upacara proklamasi kemerdekaan yang menjadi tonggak berdirinya
Sumber: www.swaramuslim. negara Republik Indonesia yang berdaulat.
com
Proklamasi Kemerdekaan dan Proses Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia 183
1. Pengesahan UUD 1945
Rapat pertama PPKI untuk mengesahkan UUD 1945 tanggal 18
Agustus 1945 dilaksanakan di Pejambon Jakarta. Sebelumnya,
Soekarno dan Hatta meminta Ki Bagus Hadikusumo, K.H.Wachid
Hasjim, Mr. Kasman Singodimedjo, dan Mr.Teuku Mohammad Hassan
untuk mengkaji rancangan pembukaan UUD. Hal ini sebagaimana
tercantum dalam Piagam Jakarta yang dianut oleh BPUPKI pada
22 Juni 1945, khususnya berkaitan dengan kalimat “Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi para pemeluk-
pemeluknya”. Hal ini perlu dikaji karena pemeluk agama lain
merasa keberatan jika kalimat itu dimasukkan dalam UUD. Akhirnya,
setelah dilakukan pembicaraan yang dipimpin oleh Hatta, dicapai
kata sepakat bahwa kalimat tersebut dihilangkan untuk menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa.
Rapat pleno dimulai pada pukul 11.30 di bawah pimpinan Soekarno
dan Hatta. Dalam membicarakan UUD ini, rapat berlangsung lancar.
Rapat berhasil menyepakati bersama rancangan Pembukaan dan
UUD Negara Republik Indonesia. Rancangan yang dimaksud adalah
Piagam Jakarta yang dibuat oleh BPUPKI dengan sedikit perubahan
disahkan menjadi UUD. Isi dari UUD meliputi Pembukaan, Batang
Tubuh yang terdiri dari 37 Pasal, 4 Pasal Aturan Peralihan, dan 2 Ayat
Aturan Tambahan disertai dengan penjelasan. Dengan demikian,
Indonesia memiliki landasan hukum yang kuat dalam hidup bernegara
dengan menentukan arahnya sendiri.
4. Pembentukan Kementerian
Setelah rapat menetapkan wilayah, Panitia Kecil yang dipimpin
oleh Mr. Ahmad Soebardjo menyampaikan laporannya. Panitia Kecil
mengajukan tiga belas kementerian. Sidang kemudian membahas
usulan tersebut dan menetapkan perihal kementerian. Selanjutnya,
rapat memutuskan adanya dua belas departemen dan satu
kementerian negara.
Proklamasi Kemerdekaan dan Proses Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia 185
6. Membentuk Kekuatan Pertahanan dan Keamanan
Tahukah kalian bahwa pada 23 Agustus Presiden Soekarno menge-
sahkan secara resmi berdirinya BKR sebagai badan kepolisian yang
bertugas menjaga keamanan? Mayoritas angota BKR terdiri dari
mantan anggota PETA, KNIL, dan Heiho. Terpilih sebagai pimpinan
BKR pusat adalah Kaprawi.
Dalam perkembangannya, kebutuhan untuk membentuk tentara
Gambar 8.9 Rapat Kerja tidak dapat diabaikan lagi. Apalagi setelah Sekutu membebaskan para
BPKNIP di Jakarta Dipimpin
oleh Sutan Sjahrir. serdadu Belanda bekas tawanan Jepang dan melakukan tindakan-
Sumber: 30 Tahun Indonesia tindakan yang mengancam pertahanan dan keamanan. Soekarno
Merdeka kemudian memanggil mantan Mayor KNIL Oerip Soemohardjo
dari Yogyakarta ke Jakarta. Oerip Soemohardjo diberi tugas untuk
membentuk tentara nasional.
Berdasarkan maklumat Presiden RI, pada 5 Oktober berdirilah
Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Soepriyadi (tokoh perlawanan
tentara PETA terhadap Jepang di Blitar) terpilih sebagai pimpinan
TKR. Atas dasar maklumat itu, Oerip Soemohardjo segera membentuk
Markas Besar TKR yang dipusatkan di Yogyakarta.
Pada perkembangannya, Tentara Keamanan Rakyat berubah
menjadi Tentara Keselamatan Rakyat pada 7 Januari 1946. Nama itu
berubah kembali menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) pada 24
Januari 1946. TRI berubah nama menjadi Tentara Nasional
Indonesia (TNI) pada 3 Juni 1947. Dengan demikian, hingga
pertengahan 1947 pemerintah telah berhasil menyusun,
mengonsolidasi, sekaligus menyatukan alat pertahanan dan
keamanan.
Proklamasi Kemerdekaan dan Proses Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia 187
Rapat raksasa di Lapangan Ikada merupakan manifestasi
pertama dari kewibawaan pemerintah Republik Indonesia kepada
rakyatnya. Sekalipun rapat ini berlangsung singkat, tetapi telah
berhasil mempertemukan rakyat dengan para pemimpinnya sekaligus
memberikan kepercayaan rakyat kepada para pemimpinnya.
b. Peristiwa di Bandung
Di Bandung, para pemuda berhasil mengambil alih gedung-gedung
pemerintahan pada bulan September. Tokoh pemuda Sutoko segera
melakukan perundingan dengan Jenderal Mabuchi, panglima tentara
Jepang di Jawa Barat berkaitan dengan masalah senjata. Pada 14
Oktober 1945 tercapai suatu kesepakatan antara Mabuchi dengan
Puradireja (Residen Priaangan). Isi pokok perjanjiannya adalah
sebagai berikut.
c. Peristiwa di Semarang
Para pemuda Semarang juga berhasil merebut kekuasaan.
Dalam aksi perebutan kekuasaan, sempat terjadi bentrokan yang
dahsyat antara para pemuda melawan Jepang. Pihak Jepang merasa
terancam karena para pemuda berusaha merebut senjata mereka.
Pemimpin pemuda Semarang yang terkenal adalah S. Karno dan
Ibnu Parna. Peristiwa ini dipengaruhi oleh aksi Mabuchi di Bandung.
Pada peristiwa ini pembunuhan terhadap serdadu Jepang kerap kali
dilakukan oleh para pemuda.
Pada 14 Oktober 1945, para pemuda mengangkut empat ratus
orang tawanan Jepang dari Pabrik Gula Cepiring ke Penjara Bulu
Semarang. Sebelum sampai di Penjara Bulu, banyak tawanan yang
melarikan diri dan meminta perlindungan kepada Batalion Kido.
Para pemuda menjadi marah sehingga berusaha menguasai kantor
pemerintah. Orang-orang Jepang banyak yang dipenjarakan. Pagi
harinya pasukan Jepang menyerang kota Semarang yang kesatuannya
di Jatingaleh. Inilah pemicu terjadinya Pertempuran Lima Hari di
Semarang yang menimbulkan korban jiwa dari kedua belah pihak
hampir seribu orang.
Dampak dari Pertempuran Lima Hari adalah para pemuda terpaksa
harus mundur dari Semarang. Kota ini kemudian sepenuhnya berada
di bawah kekuasaan Jepang. Ketika pasukan Sekutu di bawah
pimpinan Jenderal Bethel tiba di Semarang, mereka mendapatkan
kota Semarang dalam keadaan tenang.
d. Peristiwa di Yogyakarta
Pengambilalihan secara serentak oleh para pemuda dimulai
pada 26 September hingga 7 Oktober 1945. Para pegawai, baik
Proklamasi Kemerdekaan dan Proses Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia 189
instansi pemerintah maupun perusahaan milik Jepang melakukan
aksi mogok. Mereka memaksa Jepang untuk menyerahkan semua
kantor dan perusahaan kepada pihak Indonesia. KNI Daerah
Yogyakarta mengumumkan bahwa kekuasaan daerah telah dikuasai
oleh pemerintah RI.
Upaya merebut senjata Jepang juga dilakukan oleh para
pemuda yang tergabung dalam BKR. Hal ini dilakukan karena upaya
perundingan untuk pelucutan senjata mengalami jalan buntu. Pada 7
Oktober malam, pemuda BKR dan Pemuda Polisi Istimewa bergerak
menuju Kota Baru dan menyerbu markas Otsuka Butai. Korban
mencapai delapan belas orang dari pemuda polisi, namun kemudian
Otsuka Butai menyerah. Peristiwa spontan tidak mengesampingkan
peran Sultan Yogyakarta. Bahkan pada 26 Oktober 1945, Sultan dan
Paku Alam membentuk badan perjuangan yang diberi nama Laskar
Rakyat Indonesia.
e. Peristiwa di Surakarta
Para pemuda yang tergabung dalam Barisan Pelopor dan Angkatan
Muda memelopori upaya pengambilalihan kekuasaan di Surakarta.
Di kota ini, pengambilalihan kekuasaan tidak hanya dilakukan atas
bangunan pemerintah, tetapi juga pabrik-pabrik gula seperti di
daerah Klaten dan Sragen. Pada 1 Oktober 1945, para pemuda
yang tergabung dalam badan-badan perjuangan mengadakan pawai
kemerdekaan. Pada waktu berikutnya, para pemuda berusaha
merebut bangunan dan pangkalan militer. Mereka berhasil memaksa
Jepang untuk menyerahkan senjata pada 6 Oktober 1945.
f. Peristiwa di Kalimantan
Aksi spontan mendukung kemerdekaan tidak hanya terjadi
di Jawa, tetapi juga di luar Jawa seperti halnya di Kalimantan. Di
Balikpapan misalnya, pada 14 November 1945 sekitar delapan
ratus orang berkumpul di depan kompleks NICA sambil membawa
bendera merah putih. Namun, tentara Sekutu yang sudah mendarat
mengeluarkan ultimatum melarang semua kegiatan politik seperti
demonstrasi dan mengibarkan bendera merah putih. Tetapi, kaum
nasionalis dengan gigih tetap melaksanakannya.
j. Peristiwa di Palembang
Pengalihan kekuasaan di Palembang berjalan tanpa insiden sebab
orang-orang Jepang telah menghindar ketika terjadi demonstrasi.
Pengalihan kekuasaan ini terjadi pada 8 Oktober 1945, di mana
A.K. Gani, Residen Sumatra Selatan bersama pegawai Gunseibu
menaikkan bendera merah putih dalam suatu upacara. Pada saat
itulah, keluar maklumat bahwa seluruh Karesidenan Palembang
berada di bawah pemerintahan Republik Indonesia.
k. Peristiwa di Makassar
Para pemuda di Makassar juga berusaha untuk menyegel gedung-
gedung pemerintah. Mereka membentuk badan perjuangan dengan
nama Barisan Berani Mati. Namun pada 28 Oktober 1945, pasukan
Australia melucuti para pemuda yang akan berusaha menduduki
gedung-gedung pemerintah. Sejak itu, gerakan pemuda yang
tergabung dalam Barisan Berani Mati dipindahkan dari Ujungpandang
ke Plombobangkeng. Itulah beberapa peristiwa spontan dalam rangka
mendukung kemerdekaan. Sebenarnya, masih banyak lagi peristiwa
lain di berbagai daerah di Indonesia.
Proklamasi Kemerdekaan dan Proses Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia 191
192 IPS SMP/MTs Kelas VIII
Bab
IX
Perjuangan
Mempertahankan
Kemerdekaan
Pendahuluan
Setelah memproklamasikan kemerdekaannya pada 17
Agustus 1945, bangsa Indonesia masih harus menghadapi
pihak Belanda yang ingin mengembalikan kekuasaannya
atas Indonesia. Dengan melakukan cara perjuangan
bersenjata dan diplomasi, bangsa Indonesia berusaha
berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan dan
menegakkan kedaulatan wilayah Negara Kesatuan RepubIik
Indonesia. Pada bab ini, akan diuraikan tentang usaha
bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan.
193
Sebelum kamu mempelajari materi tentang perjuangan
mempertahankan kemerdekaan lebih dalam, terlebih
dahulu perhatikan peta konsep berikut. Hal ini akan
mempermudah kamu dalam dan memahami usaha
perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Konflik Indonesia
dengan Belanda
194
A. Faktor Penyebab Konflik
Antara Indonesia dan Belanda
1. Keinginan Belanda untuk Menduduki Kembali Indonesia
195
Sebagai tindakan awal, pada 14 September 1945, Mayor
Greenhalgh bersama pasukannya mempersiapkan markas
besar Sekutu di Jakarta. Disusul dengan berlabuhnya
kapal penjelajah Cumberland yang membawa pasukan
di Tanjung Priok pada 29 September 1945. Pasukan ini
dipimpin oleh Panglima Skuadron Penjelajah V Inggris,
Laksamana Muda W.R. Patterson.
Pasukan ini merupakan komando bawahan dengan
tiga divisi dari SEAC yang diberi nama Allied Forces
Netherlands East Indies (AFNEI) yang dipimpin oleh
Letnan Jenderal Sir Philip Christison. Tugas utama
AFNEI, yaitu sebagai berikut.
a. Menerima penyerahan tentara Jepang tanpa syarat,
melucuti, dan mengembalikan mereka ke tanah
airnya.
b. Membebaskan tawanan perang dan interniran Sekutu
atau Allied Prisoners and War Internees (APWI).
c. Menjaga keamanan dan ketertiban sehingga memung-
kinkan pemerintahan sipil berfungsi kembali.
d. Mencari keterangan tentang penjahat perang dan
mengadilinya di depan pengadilan Sekutu.
Awalnya, kedatangan pasukan Sekutu disambut
dengan sikap yang netral oleh pihak Indonesia. Sikap
Indonesia mulai berubah sejak mengetahui kedatangan
pasukan Inggris ini membawa pejabat-pejabat NICA
yang dikirim secara diam-diam.
Letnan Jenderal Sir Philip Christison melakukan
upaya politik dengan melakukan perundingan dengan
pihak Indonesia. Perundingan ini terjadi pada 25
Oktober 1945. Hasilnya adalah pengakuan secara de facto
atas Republik Indonesia oleh AFNEI sebagai pimpinan
militer sementara di Indonesia. Christison menyatakan
tidak akan mencampuri persoalan yang menyangkut
status ketatanegaraan Indonesia. Pada kenyataannya,
kedatangan pasukan Sekutu di kota-kota yang ditujunya
selalu diikuti oleh insiden-insiden bahkan pertempuran
dengan bangsa Indonesia. Penyebabnya adalah Sekutu
seringkali tidak menghormati kedaulatan republik
Indonesia dan tidak menghargai pemimpin-pemimpin
Indonesia, baik di tingkat pusat maupun di daerah.
196
B. Proses Terjadinya Konflik
antara Indonesia dan Belanda
1. Perjuangan Bersenjata
a. Pertempuran Lima Hari di Semarang
Peristiwa ini berawal ketika para tawanan veteran
angkatan laut Jepang akan dipindahkan dari penjara
Cipinang Jakarta ke Semarang. Mereka ditugaskan untuk
mengubah pabrik gula di Cepiring, Kendal menjadi pabrik
senjata. Pemindahan ini dikawal oleh polisi Indonesia.
Di tengah perjalanan, mereka memberontak dan
melarikan diri. Mereka selanjutnya bergabung dengan
batalyon Jepang yang berada di bawah pimpinan Mayor
Kido yang masih bersenjata di Jatingaleh, Semarang.
Sementara itu, tersiar isu bahwa cadangan air minum
di daerah Candi, Semarang telah diracun. Polisi Indonesia
yang menjaga cadangan air minum tersebut dilucuti oleh
Jepang. Untuk mengecek kebenaran tersebut, Kepala
Laboratorium Rumah Sakit Rakyat, dr. Karyadi, datang
ke Candi. Namun, ia kemudian ditemukan telah tewas.
Orang menduga pelakunya orang Jepang. Akibatnya,
terjadi ketegangan di Semarang. Pertempuran akhirnya
tidak bisa dihindarkan lagi.
Pada 15 sampai dengan 20 Oktober 1945, terjadi
pertempuran antara Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
yang dibantu oleh barisan pemuda dan tentara Jepang
yang persenjataannya lebih lengkap.
Pertempuran baru berakhir ketika pemerintah
pusat mengirim utusan perdamaian, yaitu Kasman
Singodimedjo dan Mr. Sartono. Mereka kemudian
mengadakan perundingan dengan pihak Jepang
yang diwakili oleh Letnan Kolonel Nomura. Dalam
pertempuran tersebut, diperkirakan 2.000 orang rakyat
Indonesia dan 100 orang Jepang tewas.
197
b. Pertempuran Lima Hari di Semarang
Pertempuran Surabaya merupakan satu rangkaian
peristiwa yang dimulai sejak Brigade 49/Divisi India
ke-23 tentara Sekutu di bawah komando Brigadir
Jenderal A.W.S. Mallaby mendarat untuk pertama kali
di Surabaya pada 25 Oktober 1945. Tugasnya adalah
melucuti tentara Jepang dan menyelamatkan para
interniran Sekutu di Indonesia.
Pada 27 Oktober 1945, tentara Sekutu dengan kekuatan
1 peleton menyerbu penjara Kalisosok untuk membebaskan
seorang kolonel Angkatan Laut Belanda yang bernama
Kolonel Huiyer dan para pegawai Relief of Allied Prisoners
of War and Internees (RAPWI) yang ditawan pemerintah RI.
Selain itu, tentara Sekutu juga menduduki tempat-tempat
strategis di Surabaya, antara lain Pelabuhan Tanjung Perak,
Gedung Bank Internatio, dan Kantor Pos Besar. Tindakan-
tindakan Sekutu itu menyulut pertempuran.
Pada 27 Oktober 1945 pukul 14.00, terjadi kontak
senjata yang pertama antara pemuda Surabaya dengan
pihak Sekutu. Keesokan harinya, 28 Oktober 1945,
rakyat Surabaya menyerang hampir seluruh pos Sekutu
yang berada di Surabaya. Pada 29 Oktober 1945, para
pemuda dapat merebut objek-objek penting di Surabaya.
Tentara Sekutu menjadi kewalahan, kemudian meminta
bantuan para pemimpin Indonesia di Jakarta untuk
menghentikan pertempuran di Surabaya.
Pada 31 Oktober 1945, Presiden Soekarno didampingi
Wakil Presiden Drs. Mohammad Hatta dan Menteri
Penerangan Amir Syarifuddin datang ke Surabaya. Mereka
kemudian berunding dengan Mallaby. Perundingan
itu menghasilkan keputusan untuk menghentikan
pertempuran. Pada perundingan itu juga dipilih anggota-
anggota Panitia Penghubung (Contact Committee) dari
kedua pihak. Setelah perundingan selesai, Presiden
Soekarno dan rombongan meninggalkan Surabaya.
Ternyata, meskipun telah disepakati gencatan senjata,
di beberapa tempat masih terjadi kontak senjata. Panitia
Penghubung segera mendatangi objek-objek yang masih
terjadi pertempuran guna menghentikannya. Namun,
ketika mereka mengunjungi Gedung Bank Internatio
198
di Jembatan Merah, terjadi insiden. Gedung ini masih
diduduki oleh tentara Sekutu. Para pemuda yang TKR
dan laskar menuntut agar pasukan Mallaby menyerah.
Namun, Mallaby menolak tuntutan tersebut. Kejadian
itu segera diikuti dengan kontak senjata yang lebih besar
dan berakhir dengan terbunuhnya Mallaby.
Insiden terbunuhnya Mallaby telah mendorong
tentara Sekutu mengirimkan pasukan dalam jumlah besar
ke Surabaya. Pasukan baru tersebut berada di bawah
pimpinan Mayor Jenderal R.C. Mansergh. Selanjutnya,
pada 9 November 1945, pimpinan Sekutu mengeluarkan
ultimatum kepada rakyat Surabaya agar semua pimpinan
dan orang-orang Indonesia yang bersenjata harus melapor
dan meletakkan senjatanya di tempat-tempat yang
telah ditentukan, selanjutnya menyerahkan diri dengan
mengangkat tangan di atas. Batas waktu ultimatum tersebut
adalah pukul 06.00 tanggal 10 November 1945. Namun,
ultimatum tersebut tidak dihiraukan sehingga pertempuran
baru yang lebih besar meletus pada 10 November 1945.
Dalam pertempuran tersebut, tentara Sekutu
mengerahkan lebih dari satu divisi infantri, yaitu Divisi
India ke-5 beserta sisa Brigade Mallaby dengan jumlah
keseluruhan kurang lebih 15.000 orang. Mereka dibantu
oleh meriam-meriam kapal penjelajah Sussex dan
beberapa kapal perusak serta pesawat-pesawat Mosquito
dan Thunderbolt. Sebaliknya, rakyat Surabaya hanya
menggunakan persenjataan yang sederhana, seperti golok,
bambu runcing, panah, serta persenjataan hasil rampasan
dari tentara Jepang.
Pertempuran tidak seimbang yang berlangsung
sampai awal Desember 1945 tersebut telah menelan
korban ribuan pejuang Surabaya. Untuk menghormati
kepahlawanan rakyat Surabaya, Pemerintah menetapkan
tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan.
199
Pematang Siantar dan Brastagi. Oleh karena seringnya
terjadi berbagai insiden, pada 18 Oktober 1945, Sekutu
mengeluarkan ultimatum yang melarang rakyat membawa
senjata dan semua senjata yang ada harus diserahkan
kepada Sekutu.
Pada 1 Desember 1945, tentara Sekutu memasang
papan-papan yang bertuliskan Fixed Boundaries Medan
Areas di pinggiran Kota Medan dengan tujuan untuk
menunjukkan daerah kekuasaan mereka. Dengan
penentuan batas wilayah tersebut, Sekutu memiliki
kewenangan untuk melakukan aksi “pembersihan”
terhadap unsur-unsur RI yang berada di Kota Medan.
Pada 10 Desember 1945, tentara Sekutu melancarkan
aksi pembersihan secara besar-besaran terhadap para
pengikut republik dengan mengikutsertakan pesawat-
pesawat tempurnya. Para pejuang Indonesia membalas aksi-
aksi tersebut sehingga menimbulkan berbagai bentrokan di
seluruh kota yang menelan korban dari kedua pihak.
d. Pertempuran Ambarawa
Pada 20 Oktober 1945, tentara Sekutu mendarat di
Semarang di bawah pimpinan Brigadir Jenderal Bethel. Pada
awalnya, pendaratan Sekutu di Semarang bertujuan untuk
melucuti senjata tentara Jepang dan mengurus tawanan
perang tentara Jepang yang ada di Jawa Tengah.
Tanpa sepengetahuan pihak Indonesia, tentara Sekutu
telah mengikutkan tentara NICA. Selain itu, mereka
membebaskan tawanan perang Belanda di Magelang dan
Ambarawa. Tindakan ini akhirnya dapat diketahui oleh
pihak Indonesia dan menimbulkan insiden yang kemudian
meluas menjadi sebuah pertempuran terbuka. Setelah
diadakan perundingan antara Presiden Soekarno dan
Brigadir Jenderal Bethel, tentara Sekutu secara diam-diam
mulai meninggalkan Magelang dan mundur ke Ambarawa
pada 21 November 1945.
Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letkol
M. Sarbini melakukan pengejaran terhadap tentara
Sekutu. Gerak mundur tentara Sekutu ini tertahan
karena dihadang pasukan Angkatan Muda pimpinan
Sastrodihardjo yang diperkuat gabungan pasukan dari
Ambarawa, Suruh, dan Solo. Di Desa Ngipik, tentara
Sekutu kembali dihadang Batalyon Suryosumpeno.
Pada saat pengunduran diri itu, tentara Sekutu
mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa.
200
Dalam usaha merebut kedua desa itu, gugurlah Komandan
Resimen Banyumas Letkol Isdiman. Dengan gugurnya
Letkol Isdiman, Panglima Divisi Banyumas Kolonel
Sudirman terjun langsung memimpin pertempuran.
Pada 12 Desember 1945, TKR dan laskar-laskar
perjuangan secara serentak menyerang Ambarawa dari
berbagai arah. Akhirnya, pada 15 Desember 1945, tentara
Sekutu mengundurkan diri menuju Semarang.
201
Penangkapan tersebut mengundang reaksi dari
para pendukung RI, terutama para pemuda dan para
mantan anggota KNIL yang berasal dari Indonesia
(Tangsi Hitam). Mereka membentuk Pasukan Pemuda
Indonesia (PPI) untuk menampung perjuangannya
melawan NICA.
PPI mengadakan pertemuan rahasia sejak per-
tengahan Januari 1946. Namun, suatu saat kegiatan ini
dapat diketahui NICA. Akibatnya, beberapa pemimpin
PPI ditangkap dan anggota KNIL dari Tangsi Hitam
dilucuti senjatanya.
Pada 14 Februari 1946, 8 orang anggota PPI menyerbu
kedudukan NICA di Tangsi Putih Teling. Meskipun
Sumber: Album Perjuangan Kemerdekaan senjata mereka tanpa dilengkapi peluru, mereka mampu
1975 membebaskan para tokoh pejuang RI yang ditawan dan
menawan komandan NICA beserta pasukannya di tempat
Gambar 9.1
itu. Beberapa anggota PPI kemudian mengambil bendera
Ch. Taulu, pemimpin perlawanan Belanda yang disimpan di pos penjagaan, merobek warna
terhadap Belanda di Manado pada
1946. birunya, dan mengibarkannya sebagai bendera Merah
Putih. Selanjutnya, PPI mampu menguasai markas NICA
di Tomohon dan Tondano.
Setelah Sulawesi Utara dapat direbut dari NICA,
para pendukung RI membentuk pemerintah sipil pada
16 Februari 1946. B.W. Lapian diangkat sebagai residen.
Selain itu, PPI membentuk TRI yang dipimpin oleh
Ch. Taulu, Wuisan, dan J. Kaseger. Berita mengenai
penegakan kedaulatan Indonesia di Manado tersebut
segera dikirimkan ke pemerintah pusat di Yogyakarta.
202
Situasi yang tidak aman tersebut mendorong tentara
Sekutu mengeluarkan ultimatum kedua pada 23 Maret 1946
agar para pejuang Bandung mundur sejauh 11 km dari batas
rel kereta api. Pemerintah RI di Jakarta memerintahkan agar
para pejuang di Bandung mematuhi ultimatum tersebut dan
harus segera mengosongkan Kota Bandung.
Akhirnya, para pejuang Bandung mematuhi perintah
dari Jakarta walaupun dengan berat hati. Sambil mening-
galkan Bandung, para pejuang melancarkan serangan
umum ke arah kedudukan-kedudukan Sekutu dan
membumi hangus Kota Bandung.
g. Puputan Margarana
Pada 2 dan 3 Maret 1946, Belanda mendaratkan sekitar
2000-an tentara disertai tokoh-tokoh yang bersedia bekerja
sama dengan Belanda di Bali. Saat itu, Belanda sedang giat-
giatnya mengusahakan berdirinya sebuah negara boneka
yang diberi nama Negara Indonesia Timur. Belanda
kemudian membujuk Letkol I Gusti Ngurah Rai untuk
bergabung. Namun, bujukan tersebut ditolak.
Pada 18 November 1946, I Gusti Ngurah Rai menye- Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka,
rang kedudukan Belanda di daerah Tabanan. Satu 1977
detasemen polisi lengkap dengan senjatanya berhasil
Gambar 9.2
dilumpuhkan.
Untuk menghadapi pasukan Ngurah Rai, Belanda I Gusti Ngurah Rai, pemimpin
Puputan Margarana.
mengerahkan seluruh pasukan yang berada di Bali dan
Lombok. Ngurah Rai dapat dikalahkan dalam pertempuran
puputan di Margarana, sebelah utara Tabanan. I Gusti
Ngurah Rai beserta seluruh pasukannya gugur.
203
perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Perjuangan
rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan
tersebut dilakukan dengan dua cara, yaitu perjuangan
bersenjata dan perjuangan diplomasi. Perjuangan bersenjata
dilakukan melalui berbagai pertempuran yang mengandal-
kan kekuatan senjata di setiap wilayah Indonesia agar tidak
diduduki secara militer oleh Belanda.
Adapun perjuangan diplomasi adalah perjuangan
dengan cara melakukan berbagai perundingan agar
kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia diakui oleh Belanda
dan dunia internasional. Cara perjuangan bersenjata
maupun diplomasi merupakan bentuk perjuangan yang
sama pentingnya dan saling mengisi satu sama lain.
Berikut proses terjadinya konflik antara Indonesia
dan Belanda di tingkat pusat, berbagai daerah, maupun
di dunia internasional.
Akibat adanya perlawanan dari rakyat dan pemerintah
RI, pasukan Inggris menyadari bahwa Sekutu tidak akan
berhasil menjalankan tugasnya dengan baik tanpa adanya
bantuan dari pemerintah RI. Oleh karena itu, terjadi
perundingan-perundingan antara Indonesia dan Belanda
yang diprakarsai Sekutu (Inggris).
a. Pertemuan Jakarta
Pada 10 Februari 1946, diselenggarakan perundingan
pertama antara Indonesia dan Belanda di Jakarta yang
diprakarsai Inggris. Delegasi Indonesia dipimpin Perdana
Menteri Sutan Syahrir, sedangkan delegasi Belanda
dipimpin oleh Dr. H.J. Van Mook yang merupakan wakil
Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Adapun delegasi
Inggris diwakili oleh Sir Archibald Clark Kerr.
Wakil Belanda, Van Mook, dalam perundingan itu
mengajukan usulan yang isinya sama dengan pidato
Ratu Belanda pada 7 Desember 1942. Usulan tersebut,
yaitu sebagai berikut.
1) Indonesia akan dijadikan negara persemakmuran
berbentuk federasi yang memiliki pemerintahan
sendiri di dalam lingkungan Kerajaan Belanda.
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka, 1977 2) Masalah dalam negeri diurus oleh Indonesia sendiri,
sedang kan urusan luar negeri oleh pemerintah
Gambar 9.4 Belanda.
Dr. H.J. Van Mook, Wakil Gubernur 3) Sebelum dibentuk persemakmuran, akan dibentuk
Jenderal Hindia Belanda di Indonesia. pemerintahan peralihan selama 10 tahun.
4) Indonesia akan dimasukkan sebagai anggota PBB.
204
Atas usulan wakil Belanda itu, pada 12 Maret 1946,
pemerintah Indonesia secara resmi menyusun usulan
balasan yang berisi sebagai berikut.
1) Republik Indonesia harus diakui sebagi negara yang
berdaulat penuh atas wilayah bekas Hindia Belanda.
2) Pinjaman-pinjaman pemerintah Belanda sebelum
8 Maret 1942 menjadi tanggungan pemerintah RI.
3) Federasi Indonesia-Belanda akan dilaksanakan pada
masa tertentu, dan mengenai urusan luar negeri dan
pertahanan diserahkan kepada suatu badan federasi
yang terdiri atas orang-orang Indonesia dan Belanda.
4) Tentara Belanda segera ditarik dari Indonesia dan jika
perlu diganti dengan Tentara Republik Indonesia.
5) Pemerintah Belanda harus membantu pemerintah
Indonesia untuk dapat diterima sebagai anggota
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
6) Selama perundingan berlangsung, semua aksi militer
harus dihentikan dan pihak republik akan melakukan
pengawasan terhadap pengungsian tawanan Belanda
dan interniran lainnya.
Usulan Indonesia tersebut ditolak pemerintah
Belanda. Setelah usulan Indonesia ditolak, Van Mook
secara pribadi mengajukan usul untuk mengadakan
kerja sama dalam rangka pembentukan negara federasi
yang bebas dalam lingkungan Kerajaan Belanda.
Usulan tersebut dijawab oleh Sutan Syahrir pada 27
Maret 1946. Isi usulan tersebut adalah sebagai berikut.
1) Supaya pemerintah Belanda mengakui kedaulatan
RI secara de facto atas Jawa dan Sumatra.
2) Supaya RI dan Belanda bekerja sama dalam mem-
bentuk negara Republik Indonesia Serikat (RIS).
3) Republik Indonesia Serikat bersama-sama dengan
Belanda, Suriname, dan Curocao menjadi peserta
dalam suatu ikatan kenegaraan Belanda.
205
oleh daerah-daerah yang diduduki oleh pasukan Belanda
di Indonesia. Dengan ditolaknya semua usulan Indonesia,
hubungan Indonesia-Belanda menjadi terputus.
Pada 2 Mei 1946, Van Mook atas nama pemerintah
Belanda kembali mengajukan usulan yang isinya sama
dengan usulan pemerintah Belanda sebelumnya. Namun,
pemerintah Indonesia menolak usulan tersebut.
b. Perundingan Jakarta
Atas usulan diplomat Inggris, Lord Killearn, delegasi
Indonesia dan Belanda mengadakan perundingan di
Jakarta pada 7 Oktober 1946, tepatnya di rumah kediaman
Konsul Jenderal Inggris. Delegasi Indonesia dipimpin
oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir, sedangkan delegasi
Belanda dipimpin oleh Prof. Schermerhorn. Perundingan
tersebut mencapai tiga kesepakatan sebagai berikut.
1) Gencatan senjata antara Indonesia dan Belanda.
2) Dibentuk Komisi Bersama Gencatan Senjata untuk
menangani masalah gencatan senjata dan teknis
pelaksanaannya.
3) Disepakati bahwa Indonesia dan Belanda harus segera
melaksanakan perundingan secepat mungkin.
d. Perundingan Linggajati
dilanjutkan. Indonesia membentuk delegasi khusus yang
dipimpin Perdana Menteri Sutan Syahrir dengan anggota
Mr. Moh. Roem, Mr. Susanto Tirtoprodjo, dan dr. A.K.
Gani, disertai anggota cadangan di antaranya Mr. Amir
Syarifuddin, dr. Sudarsono, dan dr. J. Leimena. Pihak
pemerintah Belanda diwakili suatu Komisi Jenderal yang
dipimpin oleh Prof. Schermerhorn dengan anggotanya Max
Van Poll, F. de Boer, dan H.J. van Mook. Adapun diplomat
Inggris Lord Killearn bertindak sebagai pengawas.
Perundingan yang dilangsungkan di Linggajati, pada
10 sampai 15 November 1946, menghasilkan keputusan
sebagai berikut.
1) Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia
dengan wilayah kekuasaan yang meliputi Sumatra,
Jawa, dan Madura. Belanda sudah harus meninggalkan
daerah de facto paling lambat 1 Januari 1949.
2) Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama
dalam membentuk Republik Indonesia Serikat (RIS),
salah satu bagiannya adalah Republik Indonesia.
206
3) RIS dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia-
Belanda yang diketuai oleh Ratu Belanda.
Perundingan Linggajati menimbulkan pro dan
kontra di kalangan RI. Hasil perundingan ini terutama
berpengaruh terhadap keutuhan wilayah Negara Kesatuan
RI yang telah dicanangkan sejak Proklamasi Kemerdekaan
17 Agustus 1945. Golongan yang pro menilai hasil
perundingan tersebut sebagai langkah bertahap sebelum
diakuinya kedaulatan seluruh wilayah Negara Kesatuan
RI oleh Belanda. Sebaliknya, golongan yang kontra menilai
hasil perundingan tersebut sebagai suatu kekalahan
diplomasi RI karena wilayahnya menjadi semakin sempit
dikurung oleh wilayah Belanda. Sementara itu, dalam
waktu yang sama, pihak Belanda telah mensponsori
pembentukan negara-negara boneka di wilayah-wilayah
RI, seperti Negara Pasundan, Negara Indonesia Timur,
Negara Sumatra Timur, dan Negara Jawa Timur.
SAMUDRA PASIFIK
LAUT CINA SELATAN
MEDAN TARAKAN
P. HALMAHERA
SINGAPURA
PONTIANAK
SAMARINDA
SE
LA
MERAUKE
T
K
PEKANBARU
A
P. SERAM
R
IM
A
TA
MAKASSAR
LAUT BANDA
CIREBON
BANTEN
SAMUDRA HINDIA MADURA
BANDUNG SEMARANG
SURABAYA SUMBAWA P. FLORES
YOGYAKARTA
P. TIMOR
BALI
P. TIMUR
LOMBOK
207
Belanda tetap kukuh terhadap penafsiran tersebut.
Kekukuhan Belanda ini diperlihatkan dengan melakukan
penyerangan secara tiba-tiba terhadap daerah-daerah yang
menjadi wilayah RI sesuai hasil Perjanjian Linggajati, yaitu
Jawa, Sumatra, dan Madura pada 21 Juli 1947. Peristiwa
ini dikenal sebagai Agresi Militer Belanda I.
Agresi Militer Belanda I ini mendapat reaksi
keras dari dunia internasional dan mendesak Dewan
Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk
mengambil tindakan pada setiap usaha yang mengancam
keamanan dan ketertiban internasional. Hasilnya. Pada
31 Juli 1947, nasib Indonesia akhirnya dibicarakan dalam
sidang Dewan Keamanan PBB.
Hasil sidang Dewan Keamanan PBB dibacakan
pada 1 Agustus 1947. PBB menyerukan agar Indonesia-
Belanda menghentikan kegiatan tembak-menembak.
Seruan Dewan Keamanan PBB di atas ditindaklanjuti
dengan seruan berikutnya, yaitu:
1) agar para konsul asing di Jakarta melaporkan tentang
keadaan sesungguhnya yang terjadi di Indonesia;
2) agar dibentuk sebuah komisi yang terdiri atas tiga negara
yang bertugas memberikan perantaraan jasa-jasa baik
dalam penyelesaian pertikaian Indonesia-Belanda.
Dewan Keamanan PBB akhirnya pada 14 Agustus 1947
mengadakan sidang yang membahas masalah-masalah
Indonesia-Belanda. Para diplomat Indonesia seperti Sutan
Syahrir, H. Agus Salim, Dr. Sumitro Djojohadikusumo,
Sudjatmoko, dan Charles Tumbun menyampaikan
laporan mengenai situasi di Indonesia akibat agresi militer
Belanda.
208
5. Perundingan Renville
Setelah resmi dibentuk, tugas pertama KTN di
Indonesia adalah berusaha mendekati pihak-pihak
yang bertikai. Belanda meng inginkan perundingan
berlangsung di Jakarta. Usulan Belanda kemudian ditolak
Indonesia karena Indonesia menginginkan perundingan
dilaksanakan di tempat yang netral. KTN kemudian
mengusulkan perundingan diselenggarakan di atas
kapal Angkatan Laut Amerika Serikat yang bernama
USS Renville. Indonesia dan Belanda menyetujuinya.
Selanjutnya, dilangsungkan Perundingan pada
8 Desember 1947. Delegasi Indonesia dipimpin
Mr. Amir Syarifuddin, sedangkan delegasi Belanda
dipimpin Abdul Kadir Widjojoatmodjo, seorang Indonesia Jendela Info
yang memihak kepada Belanda.
Perundingan di atas kapal tersebut berakhir pada
17 Januari 1948. Persetujuan Renville, antara lain berisi Berdasarkan Persetujuan
hal-hal berikut. Renville, wilayah RI semakin
dipersempit dengan adanya
a. Persetujuan gencatan senjata antara Indonesia dan garis Demarkasi Van Mook,
Belanda. yang dikenal dengan istilah
b. Enam pokok prinsip tambahan untuk perundingan Kantong. Kesatuan TNI yang
guna mencapai penyelesaian politik yang meliputi: berada di dalam wilayah
1) Belanda tetap memegang kedaulatan atas Belanda harus meninggalkan
daerah tersebut. Di Jawa Barat,
seluruh wilayah Indonesia sampai dibentuknya semua pasukan Siliwangi
Republik Indonesia Serikat (RIS); sebanyak 35.000 orang,
2) sebelum RIS dibentuk, Belanda dapat menyerahkan pada 26 Februari 1948 telah
sebagian kekuasaannya pada pemerintah federal meninggalkan daerah-daerah
gerilyanya menuju ke daerah
sementara; RI di Jawa Tengah. Adapun
3) RIS sederajat dengan Belanda dan menjadi pasukan TNI di Jawa Timur
bagian dari Uni-Indonesia Belanda dengan Ratu yang harus hijrah ke daerah
Belanda sebagai ketua uni tersebut; RI di Jawa Tengah sebanyak
6.000 pasukan. Peristiwa ini
4) Republik Indonesia merupakan bagian dari RIS; dikenal dengan nama Hijrah.
5) Akan diadakan penentuan pendapat rakyat
(plebisit) di Jawa, Madura, dan Sumatra untuk
menentukan apakah rakyat akan bergabung
dengan RI atau RIS.
6) Dalam waktu 6 bulan sampai satu tahun akan
diadakan pemilu untuk membentuk Dewan
Konstitusi RIS.
Perundingan Renville semakin menyulitkan posisi
Indonesia. Wilayah Indonesia kembali menjadi semakin
sempit. Sementara, Belanda melakukan blokade ekonomi
terhadap Indonesia. Tidak heran jika Perundingan
209
Renville mendapat reaksi keras dari berbagai golongan
masyarakat di Indonesia. Akibatnya, Kabinet Amir
Syarifuddin jatuh dan bermunculan kelompok anti
pemerintah. Kabinet baru, yaitu Kabinet Hatta terpaksa
harus melaksanakan hasil kesepakatan Perundingan
Renville meskipun sangat merugikan RI.
Salah satu hasil keputusan Perundingan Renville adalah
ketentuan tentang wilayah yang telah dikuasai oleh Belanda
harus dikosongkan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Sekitar 35.000-an pasukan Divisi Siliwangi dari Jawa Barat
yang sudah dikuasai Belanda harus dipindahkan ke daerah
Jawa Tengah dan Yogyakarta yang masih dikuasai RI. Hal
yang sama juga dilakukan oleh pasukan RI di Jawa Timur.
Peristiwa ini dikenal sebagai hijrah.
210
ketentuan Dewan Keamanan (DK). Dewan Keamanan
kemudian bersidang pada 22 Desember 1948, dan
menghasilkan resolusi yang mendesak supaya permusuhan
segera dihentikan dan pemimpin Indonesia yang ditawan
segera dibebaskan. KTN ditugaskan untuk menjadi
pengawas pelaksanaan resolusi itu.
Gambar 9.7
7. Konferensi Asia
Perjuangan bangsa Indonesia menghadapi agresi
Belanda mendapat simpati internasional terutama dari
negara-negara Asia dan Afrika yang pernah menjadi korban
dari imperialisme. Perdana Menteri India, Jawaharlal
Nehru, pada 23 Januari 1949 atas nama Konferensi Asia
di New Delhi yang diprakarsai oleh India dan Birma,
Konfrensi Asia menuntut dipulihkannya Republik Jendela Info
Indonesia kepada keadaan semula, tentara Belanda
ditarik mundur, diserahkannya kedaulatan kepada rakyat
Indonesia, dan diperluasnya wewenang KTN. Simpati yang mengalir dari
Konferensi New Delhi dihadiri oleh wakil-wakil dari dunia internasional terhadap
negara Afghanistan, Australia, Burma, Sri Lanka, Mesir, nasib bangsa Indonesia, bagi
Ethiopia, India, Iran, Irak, Lebanon, Pakistan, Filipina, Saudi Belanda dirasakan sebagai
Arabia, Suriah, dan Yaman sebagai peserta dan wakil dari tekanan. Belanda tidak bisa
negara Cina, Nepal, Selandia Baru, dan Muangthai sebagai membohongi dunia lagi. Oleh
karena itu, Belanda tidak
peninjau. Delegasi Indonesia dalam konferensi itu terdiri dapat menolak ketika PBB
atas Mr. A.A. Maramis (Menteri Luar Negeri PDRI), Mr. membentuk United Nation
Utoyo (Wakil Indonesia di Singapura), Dr. Sudarsono (Wakil Comission for Indonesia
Indonesia di India), dan Dr. Sumitro Djojohadikusumo (UNCI). UNCI merupakan
(Wakil Dagang Indonesia di Amerika Serikat). komisi pengganti KTN yang
Atas desakan para peserta Konferensi New Delhi, mendesak Indonesia dan
Belanda agar kembali ke meja
Dewan Keamanan PBB pada 28 Januari 1949 bersidang perundingan.
dengan menghasilkan keputusan sebagai berikut.
211
a. Segera melakukan gencatan senjata.
b. Pemimpin-pemimpin Republik Indonesia segera
dibebaskan dan dikembalikan ke Yogyakarta.
c. Pengembalian pemerintahan RI ke Yogyakarta.
d. KTN diganti menjadi United Nations Commission for
Indonesia (UNCI).
212
Konferensi Inter-Indonesia melahirkan keputusan
sebagai berikut.
a. Negara Indonesia Serikat dinamakan Republik
Indonesia Serikat (RIS).
b. RIS akan dikepalai seorang presiden dibantu menteri
yang bertanggung jawab kepada presiden. Soekarno-
Hatta akan menjadi presiden dan wakil presiden.
c. RIS akan menerima penyerahan kedaulatan, baik dari
RI maupun dari kerajaan Belanda.
d. Angkatan Perang RIS adalah Angkatan Perang
Nasional. Presiden RIS adalah Panglima Tertinggi
Angkatan Perang RIS.
Hasil keputusan dalam konferensi Inter-Indonesia
tersebut menjadi bahan pembicaraan dalam Konferensi
Meja Bundar.
213
f. Tentara Belanda akan ditarik dari Indonesia dan
untuk KNIL akan digabungkan ke dalam Angkatan
Perang RIS.
Keputusan KMB kemudian ditandatangani pada 27
Desember 1949 oleh Ratu Juliana dan Drs. Moh Hatta
di Amsterdam, Belanda. Dalam waktu yang bersamaan,
di Istana Merdeka, Jakarta dilakukan penandatanganan
keputusan KMB oleh wakil pemerintah Belanda A.J.H.
Lovink dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai wakil
pemerintah Indonesia. Peristiwa tersebut dilanjutkan
dengan penaikan bendera Indonesia dan penurunan
bendera Belanda. Penandatanganan keputusan KMB ini
mengakhiri masa penjajahan Belanda di Indonesia secara
formal.
214
3. Gigihnya Perjuangan Bangsa
Indonesia di Bidang Diplomasi
Selain melalui perjuangan bersenjata, perjuangan
bangsa Indonesia dilakukan juga melalui saluran-saluran
diplomasi, baik di dalam negeri maupun di dunia
internasional. Berbagai perundingan dengan pihak Belanda
dilakukan untuk mempertahankan kemerdekaan dan
mewujudkan pengakuan kedaulatan Belanda atas wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Meskipun cara
diplomasi tersebut tidak secara langsung menghasilkan
tujuan yang diharapkan, namun lambat laun pengakuan
secara de facto maupun de jure dapat diperoleh.
215
216
Bab
X
Perkembangan Politik
dan Ekonomi Pasca
Pengakuan Kedaulatan
Pendahuluan
Setelah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia pada
27 Desember 1949, terjadi berbagai peristiwa di bidang politik
dan ekonomi Indonesia, antara lain kembalinya Republik
Indonesia sebagai negara kesatuan, berbagai peristiwa yang
berhubungan dengan Pemilihan Umum 1955 di tingkat pusat
dan daerah, Dekrit Presiden 5 Juli 1959, dan pengaruh yang
ditimbulkannya, serta kehidupan sosial politik nasional dan
daerah sampai awal tahun 1960-an.
217
Sebelum kamu mempelajari materi tentang per-
kembangan politik dan ekonomi Indonesia pasca
pengakuan kedaulatan lebih dalam, terlebih dahulu
perhatikan peta konsep berikut. Hal ini akan mempermudah
kamu dalam mendeskripsikan peristiwa-peristiwa politik
dan ekonomi Indonesia pasca pengakuan kedaulatan.
Indonesia menjadi
NKRI
1. APRA (23 Januari 1950)
2. Pemberontakan Andi Azis
(5 April 1950)
Gerakan 3. RMS (25 April 1950)
Pemberontakan 4. PRRI/Permesta
meliputi (15 Februari 1958)
Politik
a. Ketidakstabilan politik
Pemilu
dan pengantian kabinet
1955
b. Pelaksanaan Pemilu
1955
Perke angan dibagi
atas Dekrit Presiden
P itik an k n i
5 Juli 1959 dan
Pas a Pengakuan
Pengaruh yang
Ke au atan
Ditimbulkan
a. Nasionalisasi De
Javasche Bank
b. Gunting Syafruddin
c. Sistem Ekonomi
meliputi Gerakan Benteng
ekonomi
d. Rencana Soemitro
e. Sistem Ali-Baba
f. Devaluasi uang rupiah
g. Pembentukan Depernas
h. Deklarasi Ekonomi dan
Peraturan 26 Mei 1963
218
A. Indonesia Kembali Menjadi
Negara Kesatuan
Sejak 27 Desember 1949, bentuk Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) berubah menjadi Republik a
Indonesia Serikat (RIS). Bentuk RIS adalah bentuk negara
hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag,
Belanda pada 23 Agustus-2 November 1949. Wilayah
RIS meliputi:
1. negara bagian yang meliputi Negara Indonesia Timur,
Negara Pasundan, Negara Jawa Timur, Negara Madura,
Negara Sumatra, Negara Sumatra Timur, dan Republik
Indonesia;
2. satuan-satuan kenegaraan, yang meliputi Kalimantan
Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tenggara,
Banjar, Dayak Besar, Bangka, Belitung, Riau, dan
Jawa Tengah;
3. daerah Swapraja yang meliputi Kota Waringin, b
Sabang, dan Padang.
Kepala negara RIS yang pertama adalah Ir. Soekarno
dengan Perdana Menteri Drs. Mohammad. Hatta. Ketua
DPR RIS adalah Mr. Sartono. Pembentukan DPR dan Senat
yang anggotanya diambil dari tiap negara bagian sebanyak
dua orang wakil. Dengan demikian, jumlah anggota senat
adalah 32 orang yang berasal dari 16 negara bagian.
Pelantikan Presiden Soekarno sebagai Presiden RIS
dilaksanakan pada 17 Desember 1949 di Yogyakarta,
sekaligus dilakukan serah terima jabatan Presiden RI
kepada Mr. Asaat.
Tokoh-tokoh yang duduk dalam kabinet RIS, antara Sumber : Album Perjuangan
Kemerdekaan, 1975
lain Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Ir. Djuanda, Mr.
Wilopo, Prof. Dr. Supomo, dr. J. Leimena, Ir. Herling
Laoh, Sultan Hamid II, Arnold Monomutu, dan Ida Anak Gambar 10.1
Agung Gde Agung. Kabinet RIS pertama ini disebut Zaken a) Sultan Hamid II
Kabinet, artinya kabinet yang mengutamakan keahlian b) Ida Anak Agung Gde Agung
219
Jendela Info Untuk menampung aspirasi masyarakat di negara-
negara bagian, Pemerintah RIS, dengan persetujuan DPR
dan Senat RIS, akhirnya mengeluarkan Undang-Undang
Berikut 6 negara bagian dan Darurat No. 11 tahun 1950 pada 8 Maret 1950, yang
9 satuan kenegaraan serta berisi tentang tata cara perubahan susunan kenegaraan
tanggal pembentukannya. RIS. Dengan adanya dasar hukum Undang-Undang
1. Negara Bagian: Darurat, banyak negara bagian RIS yang kemudian
a. Negara Indonesia Timur
(24 Desember 1946); menggabungkan diri dengan negara RI.
b. Negara Sumatra Timur Di antaranya, tuntutan rakyat Jawa Barat pada 8
(24 Maret 1948); Maret 1950, yang melakukan demonstrasi di Bandung
c. Negara Sumatra Selatan agar Negara Pasundan dibubarkan dan dimasukkan
(30 Agustus 1948);
d. Negara Jawa Timur seluruhnya ke dalam NKRI. Demikian pula yang
(26 November 1948); dilakukan pemerintah Negara Indonesia Timur dan
e. Negara Madura Negara Sumatra Timur yang menyatakan keinginannya
(20 Februari 1948); untuk bergabung kembali ke dalam wilayah NKRI.
f. Negara Pasundan
(5 Maret 1948).
Kedua negara bagian tersebut kemudian memberikan
mandatnya kepada pemerintah RIS guna mengadakan
2. Satuan kenegaraan
Kalimantan Barat (Oktober pembicaraan mengenai pembentukan Negara Kesatuan
1946), Kalimantan Timur dengan pemerintah RI pada 12 Mei 1950.
(Februari 1948), Kalimantan Tindak lanjut dari persetujuan tersebut, dibentuk
Tengah (Desember 1946), Panitia Gabungan RIS–RI yang dipimpin oleh Prof. Dr.
Banjar (Januari 1948),
Kalimantan Tenggara (Maret
Mr. Soepomo. Tugas panitia ini merancang UUD negara
1947), Bangka, Belitung, dan kesatuan. Dua bulan kemudian, terbentuk rancangan UUD
Riau (Januari 1947), serta negara kesatuan pada 20 Juli 1950. Setelah disetujui dan
Jawa Tengah (Maret 1949). diterima baik oleh DPR, pada 15 Agustus 1950, Presiden
RIS Soekarno menandatangani rancangan UUD tersebut
yang kemudian dikenal sebagai Undang-Undang Dasar
Sementara Republik Indonesia 1950 (UUDS 1950).
Akhirnya, pada 19 Mei 1950, ditandatangani
sebuah piagam persetujuan antara Pemerintah RIS dan
Pemerintah RI. Piagam itu menyatakan kedua pihak
dalam waktu singkat akan bersama-sama melaksanakan
pembentukan negara kesatuan. RIS pun bubar dan
berganti menjadi Republik Indonesia pada 17 Agustus
1950. Bersamaan dengan itu, kabinet RIS yang dipimpin
Hatta mengakhiri masa tugasnya.
Gambar 10.2
220
B. Gerakan Pemberontakan Pasca
Pengakuan Kedaulatan Indonesia
221
Pemerintah RI memerintahkan Andi Azis untuk
menghentikan pergerakannya dan mengultimatum
agar datang ke Jakarta dalam waktu 4 × 24 jam untuk
mempertanggungjawabkan tindakan Andi Azis. Namun,
ultimatum tersebut tidak dilaksanakan oleh Andi Azis.
Oleh karena itu, pemerintah RI melaksanakan operasi
militer untuk menumpas pemberontakan Andi Azis.
Pasukan penumpas pemberontakan Andi Azis,
dipimpin oleh Kolonel A.E. Kawilarang dengan
kekuatan 2 Brigade dan 1 batalyon. Batalyon Worang
mendarat di Makassar pada 21 April 1950 dan disusul
oleh pasukan pimpinan Kawilarang pada 26 April 1950.
Pasukan tersebut masuk ke Makassar dan mempersempit
pergerakan pemberontak. Akhirnya, pasukan Andi Azis
menyerah dan ditangkap oleh pasukan militer RI.
222
hebat dengan korban yang cukup banyak. Setelah Kota
Ambon dapat dikuasai pasukan pemerintah Indonesia,
sisa pasukan RMS melarikan diri ke dalam hutan.
223
Untuk menumpas pemberontakan PRRI/Permesta,
pemerintah melancarkan operasi militer gabungan unsur
darat, laut, dan udara. Operasi militer tersebut, antara
lain sebagai berikut.
1. Operasi Tegas, dipimpin Letkol Kaharudin Nasution
di Riau.
2. Operasi 17 Agustus, dipimpin Kolonel Ahmad Yani
di Sumatra Barat.
3. Operasi Sapta Marga, dipimpin Brigjen Djatikoesoemo
di Sumatra Utara.
4. Operasi Sadar, dipimpin Letkol Ibnu Sutowo di
Sumatra Selatan.
5. Operasi Merdeka, dipimpin Letkol Rukminto
Hendraningrat
223 di Sulawesi dan Indonesia Timur.
Gerakan penumpasan PRRI ditujukan ke daerah-
daerah minyak yang memiliki modal asing. Pada 14
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka, 1977 Maret 1958, Pekanbaru dapat dikuasai APRI. Kemudian
tanggal 4 Mei 1958, Bukittinggi dapat direbut kembali.
Gambar 10.5 Pada 29 Mei 1961, Ahmad Husein dan tokoh-tokoh sipil
yang menyokong PRRI akhirnya menyerah.
Operasi penumpasan PRRI/Permesta.
224
e. Kabinet Burhanuddin Harahap (Agustus 1955–Maret
1956).
f. Kabinet Ali Sastroamidjojo II (Maret 1956–Maret 1957).
g. Kabinet Djuanda (Maret 1957–Juli 1959).
Kabinet yang berkuasa tidak dapat menjalankan
program-programnya karena parlemen terlalu sering
menjatuhkan kabinet yang berkuasa jika ada kelompok
oposisi yang kuat. Akibatnya, program yang telah
direncanakan akhirnya tidak tercapai.
Partai-partai yang ada saat itu, terus-menerus
mengadakan perebutan kekuasaan dalam lapangan
pemerintahan. Akibatnya, cara yang ditempuh oleh
partai sering dilakukan dengan jalan mengadakan oposisi
terhadap pemerintah yang berkuasa dan dilakukan
dengan cara yang tidak sehat.
225
Pada 15 Desember 1955, dilangsungkan pemilihan
umum untuk konstituante. Hasil pemilu untuk
konstituante tidak jauh berbeda dengan hasil pemilu
untuk DPR. Anggota DPR hasil Pemilu 1955 dilantik
pada 20 Maret 1956, sedangkan pelantikan anggota
Konstituante dilaksanakan pada 10 November 1956.
Gambar 10.6
226
semakin tidak menentu mendorong Presiden Soekarno
untuk mengumumkan konsepsinya agar kembali ke UUD
1945, yang dikenal dengan nama Konsepsi Presiden pada
21 Februari 1957 di Istana Merdeka. Konsepsi tersebut
berisi tiga hal penting sebagai berikut.
a. Sistem Demokrasi Parlementer secara Barat tidak sesuai
dengan kepribadian Indonesia. Oleh karena itu, harus
diganti dengan Sistem Demokrasi Terpimpin.
b. Untuk melaksanakan Demokrasi Terpimpin perlu
dibentuk suatu Kabinet Gotong Royong yang anggota-
nya terdiri atas partai dan organisasi berdasarkan per-
imbangan kekuatan yang ada di dalam masyarakat.
c. Pembentukan Dewan Nasional yang terdiri atas
golongan fungsional dalam masyarakat yang
bertugas memberi nasihat kepada kabinet, baik
diminta maupun tidak.
Konsepsi Presiden ditolak Masyumi, NU, PSII,
Partai Katolik, dan Partai Rakyat Indonesia. Mereka
berpendapat bahwa perubahan sistem pemerintahan
dan susunan ketatanegaraan secara radikal adalah
wewenang Konstituante. Secara prinsip, partai-partai
tersebut menolak keterlibatan PKI sebagai salah satu
partai terbesar hasil Pemilu 1955 dalam pemerintahan.
Dalam keadaan masyarakat yang pro dan kontra
akibat adanya konsepsi presiden tersebut, pada 25 April
1959 Presiden Soekarno menyampaikan amanat di depan
para anggota Konstituante yang berisi anjuran untuk
kembali ke UUD 1945. Amanat Presiden ini kemudian
menjadi bahan perdebatan di Konstituante sehingga
diputuskan untuk mengadakan pemungutan suara.
Setelah dilakukan pemungutan suara sebanyak tiga
kali, masing-masing pada 30 Mei, 1 Juni, dan 2 Juni 1959,
didapat hasil yang menunjukkan bahwa mayoritas para
anggota Konstituante menghendaki untuk kembali ke
UUD 1945. Namun, jumlah suaranya tidak mencapai 2/3
dari jumlah suara yang masuk sebagaimana disyaratkan
dalam pasal 137 UUDS 1950. Pada 3 Juni 1959, Konstituante
mengadakan reses yang ternyata untuk selamanya.
Kegagalan konstituante menyebabkan situasi politik
Indonesia semakin gawat. Kondisi ini mendorong Presiden
Soekarno mengambil langkah yang bertentangan dengan
undang-undang (inkonstitusional).
227
2. Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Pada 5 Juli 1959, dalam suatu upacara resmi di Istana
Merdeka, Presiden Soekarno mengeluarkan sebuah dekrit
yang dikenal sebagai Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Isi dari
dekrit tersebut, yaitu:
a. pembubaran Konstituante;
b. berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka, 1977
UUDS 1950;
c. pembentukan MPRS dan DPAS.
Gambar 10.7 Dengan diberlakukannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959,
Pemungutan suara di Konstituante berarti Kabinet Parlementer Perdana Menteri Djuanda
mengenai anjuran Presiden Soekarno dinyatakan demisioner dan diganti oleh Kabinet Presidensial
untuk kembali ke UUD 1945.
yang langsung dipimpin oleh Presiden Soekarno.
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 mendapat dukungan dari
rakyat dan lembaga-lembaga negara. Kepala Staf Angkatan
Darat mengeluarkan perintah harian kepada seluruh anggota
TNI untuk melaksanakan dan mengamankan dekrit tersebut.
Demikian pula MA yang membenarkan dekrit tersebut.
Adapun DPR hasil pemilu 1955 dalam sidangnya pada 22
Juli 1959 bersedia bekerja terus berdasarkan UUD 1945
E. Kehidupan Ekonomi
Masyarakat Indonesia Pasca-
Pengakuan Kedaulatan
Kondisi kehidupan ekonomi bangsa Indonesia pada
masa awal kemerdekaan (1945-1949) sangat sulit. Setelah
pengakuan kedaulatan oleh Belanda pada 27 Desember
1949, pemerintah Indonesia mulai menitikberatkan
pada pembangunan masalah ekonomi. Berikut beberapa
Pojok Istilah kebijakan yang bertujuan untuk mengubah ekonomi
kolonial menjadi ekonomi nasional.
• Zaken Kabinet
• Federal 1. Pendirian Bank Negara Indonesia
• Undang-Undang Darurat
• APRIS Pada Agustus 1946, Pemerintah RI secara resmi
• KNIL mendirikan Bank Negara Indonesia (BNI) sebagai bank
• NKRI pertama milik negara yang lahir setelah kemerdekaan
• RIS Indonesia. Pendirian bank ini diresmikan dengan
• KNIP keluarnya Peraturan Pengganti Undang-Undang
(Perpu) No. 2 tahun 1946 pada 5 Juli 1946.
228
BNI merupakan bank umum pertama milik pemerintah
sebagai wadah atau gabungan dari bank-bank yang dikuasai
pemerintah. Adapun tokoh yang diangkat sebagai gubernur
BNI adalah Margono Djojohadikusumo.
2. Gunting Syafruddin
Kebijakan Gunting Syafruddin dikeluarkan oleh
menteri keuangan pada Kabinet Natsir, Syafruddin
Prawiranegara pada 20 Maret 1950. Kebijakan ini mengatur
tentang keharusan memotong semua uang kertas yang
bernilai Rp 2,50 ke atas menjadi dua sehingga nilainya
tinggal setengah.
Melalui kebijakan Gunting Syafruddin, pemerintah
berhasil mengumpulkan pinjaman wajib dari rakyat
sebesar Rp 1,6 milyar. Di samping itu, dengan kebijakan
ini pemerintah berhasil mengurangi jumlah uang yang
beredar di masyarakat.
229
Sasaran kebijakan Rencana Soemitro lebih ditekankan
pada pembangunan industri dasar, antara lain pendirian
pabrik semen, pabrik pemintalan, pabrik karung,
peningkatan produksi pangan, perbaikan sarana dan
prasarana pertanian, dan masalah penanaman modal
asing.
230
6. Sistem Ali Baba
Pada pemerintahan Kabinet Ali Sastroamidjojo I
(Agustus 1954-Agustus 1955), Menteri Perekonomian
Mr. Iskaq Tjokroadisurjo memprakarsai sistem ekonomi
yang dikenal dengan nama Sistem Ali-Baba. Sistem ini
merupakan bentuk kerja sama ekonomi antara pengusaha
pribumi yang diidentikkan dengan Ali dan pengusaha
Cina yang diidentikkan dengan Baba. Sistem ekonomi
ini bertujuan mendorong tumbuh dan berkembangnya
pengusaha-pengusaha swasta nasional pribumi.
Dalam pelaksanaannya, sistem ekonomi Ali-
Baba tidak berjalan sebagaimana diharapkan. Hal ini
disebabkan para pengusaha nonpribumi (Cina) lebih
berpengalaman daripada pengusaha pribumi. Selain itu,
para pengusaha pribumi akhirnya hanya dijadikan sebagai
alat bagi para pengusaha Cina untuk mendapatkan kredit
dari pemerintah.
231
Rancangan Undang-Undang tersebut disetujui oleh MPRS
dan ditetapkan dalam Tap MPRS No. 2 Tahun 1960.
Pada 1963, Depernas diganti namanya menjadi Badan
Perancang Pembangunan Nasional (Bappenas). Ketuanya
dijabat secara langsung oleh Presiden Soekarno. Tugas
badan ini menyusun rencana pembangunan jangka panjang
dan jangka pendek secara nasional dan daerah, mengawasi
dan menilai pelaksanaan pembangunan, dan menyiapkan
serta menilai hasil kerja mandataris untuk MPRS.
232
Bab
XI
Pembebasan Irian Barat
Pendahuluan
Upaya Indonesia membebaskan Irian Barat melalui A. Perjuangan
proses yang panjang dan tidak mudah. Berbagai
upaya dilakukan untuk menyelesaikan masalah Irian
Mengembalikan
Barat. Diawali perjuangan diplomasi dan konfrontasi Irian Barat
ekonomi. Semua usaha tersebut agar Irian Barat B. Penentuan Pendapat
kembali bersatu dengan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pada bab ini, akan dibahas mengenai usaha
Rakyat (Pepera)
pemerintahan Indonesia dalam upaya membebaskan
Irian Barat. Mengapa kedaulatan bangsa Indonesia
harus dipertahankan? Pertanyaan tersebut dapat kamu
jawab setelah mempelajari materi pada bab ini.
233
Sebelum kamu mempelajari materi tentang pem-
bebasan Irian Barat lebih dalam, terlebih dahulu perhatikan
peta konsep berikut. Hal ini akan mempermudah kamu
dalam mendeskripsikan perjuangan bangsa Indonesia
merebut Irian Barat.
meliputi
Pe e asan
Irian Barat
234
A. Perjuangan Mengembalikan
Irian Barat
Setelah satu tahun peristiwa KMB, masalah Irian
Pojok Istilah
Barat belum terselesaikan. Oleh karena itu, pemerintah
RI melakukan berbagai upaya untuk mengembalikan
Irian Barat. Upaya yang ditempuh antara lain dengan • KMB
perjuangan diplomasi, konfrontasi politik dan ekonomi, • Trikora
Trikora, dan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera).
• Pepera
1. Perjuangan Diplomasi
Upaya diplomasi ini merupakan langkah agar Irian
Barat dapat berintegrasi dengan NKRI. Adapun upaya
diplomasi tersebut, di antaranya sebagai berikut.
a. Pemerintah RI melakukan pendekatan bilateral
terhadap Belanda dengan membentuk komite
bersama untuk Irian Barat pada Maret 1950.
b. Pemerintah RI memasukkan masalah Irian Barat
dalam agenda Konferensi Asia-Afrika 1955.
c. Pemerintah RI memasukkan masalah Irian Barat
dalam agenda sidang Dewan Keamanan dan Sidang
Umum PBB.
d. Pada 30 September 1960, Presiden Soekarno
menyampaikan masalah Irian Barat dalam pidatonya
yang berjudul To build the world a new (Membangun
Dunia Baru) di depan Sidang Majelis Umum PBB.
e. Pada Sidang Umum PBB tahun 1961, utusan Indonesia
kem bali memperdebatkan masalah Irian Barat.
Akhirnya, Sekretaris Jendral PBB U Thant menganjurkan
kepada diplomat Amerika Serikat Ellsworth Bunker
untuk membantu menyelesaikan masalah Irian.
235
meliputi wilayah Irian yang masih diduduki Belanda
dan Tidore, Oba, Weda, Patani, serta Wasile di
Maluku Utara. Sebagai gubernur pertama Irian Barat
yang pertama diangkat Sultan Tidore, Zainal Abidin
Syah pada September 1956.
d. Pada 18 November 1957, diadakan rapat umum
pembebasan Irian Barat di Jakarta.
e. Diadakan aksi pemogokan total buruh-buruh yang
bekerja di perusahaan-perusahaan Belanda pada 2
Desember 1957.
f. Pada 2 Desember 1957, pemerintah melarang
peredaran semua terbitan dan Àlm yang menggunakan
bahasa Belanda.
Sumber: 30 Tahun Indonesia g. Melarang maskapai penerbangan Belanda (KLM)
Merdeka, 1977 mendarat dan terbang di atas wilayah Indonesia.
h. Pada 5 Desember 1957, pemerintah meminta semua
Gambar 11.2
kegiatan perwakilan konsuler Belanda di Indonesia
Pengambilalihan Bank Escompto milik dihentikan.
Belanda oleh rakyat pada 9 Desember i. Membentuk Front Nasional Pembebasan Irian Barat
1957. pada 10 Februari 1958.
j. Memulangkan warga negara Belanda yang masih
berada di Indonesia pada 1959 secara besar-besaran.
k. Para buruh melakukan aksi-aksi pengambilalihan
perusahaan-perusahan milik Belanda tempat mereka
bekerja, seperti Nederlandsche Handel Maatschappij
N.V., Bank Escompto, Percetakan De Unie, Philips,
dan KLM. Aksi-aksi pengambilalihan ini kemudian
ditampung dan diatur oleh peme rintah lewat
Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 1958.
l. Pemerintah RI memutuskan hubungan diplomatik
dengan Belanda yang diumumkan melalui pidato
Jendela Info Presiden Soekarno yang berjudul “Jalannya Revolusi
Kita Bagaikan Malaikat Turun dari Langit” (Jarek)
di halaman Istana Negara pada perayaan hari ulang
Tempat dan tanggal tahun kemerdekaan RI, 17 Agustus 1960.
pelaksanaan Trikora dipilih
dengan maksud, agar peristiwa 3. Tri Komando Rakyat
tersebut mengingatkan Agresi
Militer Belanda II pada 19
Upaya diplomasi dan konfrontasi politik serta
Desember 1948. Berdasarkan ekonomi pemerintah RI ternyata gagal. Oleh karena itu,
hal tersebut, diharapkan pemerintah RI mengambil keputusan untuk merebut
adanya Trikora dapat Irian Barat dari Belanda dengan kekuatan militer.
menggugah semangat juang
Persiapan awal merebut Irian adalah meminta
rakyat Indonesia, mengusir
Belanda dari tanah Irian Barat. bantuan senjata ke luar negeri. Pada Desember 1960,
Menteri Keamanan Nasional Jenderal A.H. Nasution
236
berangkat ke Moskow. akhirnya, Uni Sovyet memberikan
bantuan dan A.H. Nasution menandatangani perjanjian
pembelian senjata pada 4 Maret 1961 atas dasar kredit
jangka panjang.
Persiapan selanjutnya adalah meminta pendapat be-
berapa negara jika Indonesia melakukan tindakan militer
untuk merebut Irian Barat. Negara yang dikunjungi, antara
lain India, Pakistan, Thailand, Filipina, Australia, Selandia Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka, 1977
Baru, Jerman, Prancis, dan Inggris.
Gambar 11.3
Rencana perebutan Irian Barat dengan kekuatan
militer diketahui oleh Belanda. Pemerintah Belanda Penandatanganan pembelian
senjata dari Uni Soviet pada 4 Maret
mengajukan protes kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa 1961 yang dilakukan oleh Menteri
bahwa Indonesia melakukan agresi. Lalu pemerintah Keamanan Nasional Jenderal
Belanda memperkuat kedudukannya di Irian Barat A.H. Nasution.
dengan cara mendatangkan bantuan militer dan
mengirimkan Kapal Induk Karel Doorman ke perairan iran
Irian pada Agustus 1961.
Peristiwa tersebut mendorong Presiden Soekarno arnono
mengeluarkan tiga komando dalam sebuah rapat raksasa saasaa
di Yogyakarta pada 19 Desember 1961. Tiga komando ndo o
tersebut dikenal sebagai Tri Komando Rakyat (Trikora), oraa),
isinya gagalkan pembentukan negara boneka Papua pua
buatan Kolonial Belanda, kibarkanlah Sang Merah Putih utihh
di Irian Barat Tanah Air Indonesia, bersiap melakukan uka
kan
mobilisasi umum untuk mempertahankan kemerdeka kaan n
an
dan kesatuan Tanah Air dan Bangsa.
Pada 2 Januari 1962, Presiden Soekarno mengeluarkan rkan
Surat Keputusan Nomor 1 Tahun 1962 tentang ang
pembentukan Komando Mandala Pembebasan Irian
Barat dan menunjuk Mayjen Soeharto sebagai panglima-
nya. Adapun tugas Komando Mandala Pem bebasan
Irian Barat adalah sebagai berikut.
a. Merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggara-
kan operasi-operasi militer dengan tujuan pengem-
balian wilayah Provinsi Irian Barat ke dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b. Mengembangkan situasi militer di wilayah Provinsi
Irian Barat sesuai dengan taraf perjuangan diplomasi,
dan dalam waktu singkat di wilayah Irian Barat dapat
secara “de facto” diciptakan daerah-daerah bebas atau
diduduki unsur kekuasaan pemerintah daerah RI.
Komando Mandala menyusun sebuah strategi dengan
tahapan sebagai berikut.
237
a. Tahap Infiltrasi (sampai akhir tahun 1962)
Memasukkan 10 kompi di sasaran tertentu untuk
menciptakan daerah de facto. Kesatuan-kesatuan ini harus
dapat mengembangkan penguasaan wilayah dengan
membawa serta rakyat Irian Barat dalam perjuangan
fisik untuk membebaskan wilayah tersebut.
b. Tahap Eksploitasi (dimulai awal tahun 1963)
Meng adakan serangan terbuka terhadap induk
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka, 1977 militer lawan dan menduduki semua pos pertahanan
musuh yang penting.
Gambar 11.4
c. Tahap Konsolidasi (awal tahun 1964)
Lima orang putra Irian Barat, antara
lain A.B. Kurubuy, J. Dimara, Lucas Menegakkan kekuasaan RI secara mutlak di seluruh
Roemkorem, A. Mallo, dan Herman
Irian Barat.
Wajoi sebagai wakil dari para
pemimpin dan tokoh masyarakat Sementara itu, diplomat Amerika Serikat, Ellsworth
Irian Barat menyatakan kesetiaannya
kepada negara Republik Indonesia.
Bunker mengajukan usul yang dikenal sebagai Rencana
Bunker. Isi Rencana Bunker adalah pemerintah Irian Barat
harus diserahkan kepada RI, sesudah sekian tahun, rakyat
Irian Barat harus diberi kesempatan untuk menentukan
pendapat, apakah tetap dalam RI atau memisahkan diri,
pelaksanaan penyelesaian Irian Barat akan diselesaikan
dalam jangka waktu 2 tahun, untuk menghindari bentrokan
fisik antara pihak yang bersengketa, diadakan masa
peralihan di bawah pengawasan PBB selama 1 tahun.
Rencana Bunker diterima secara baik oleh Indonesia.
Sebaliknya, rencana tersebut ditolak Belanda. Hal ini
mendorong Indonesia untuk melaksanakan operasi-
operasi pendaratan melalui laut dan penerjunan di daerah
Irian Barat pada Maret 1961. Operasi-operasi tersebut telah
berhasil mendaratkan pasukan TNI dan para sukarelawan
di berbagai tempat di Irian Barat, di antaranya Operasi
Banteng di Fakfak dan Kaimana, Operasi Srigala di
Sorong dan Teminabuan, Operasi Naga di Merauke, dan
Operasi Jatayu di Sorong, Kaimana, serta Merauke. Upaya
Pojok Istilah selanjutnya, Indonesia mempersiapkan rencana serangan
terbuka terhadap kedudukan-kedudukan Belanda di Irian
Barat melalui Operasi Jayawijaya.
• Tri Komando Rakyat Strategi yang disusun itu menunjukkan hasil ketika
• Komando Mandala Taminabuan jatuh ke tangan pasukan Indonesia. selain
• Kapal Induk Karel Doorman itu, Belanda mendapat tekanan dari Amerika Serikat
• Rencana Bunker untuk berunding dengan Indonesia guna men cegah
• Operasi Jayawijaya terseretnya Amerika Serikat dan Uni Soviet dalam
masalah Irian.
238
Akhirnya pada 15 Agustus 1962, di markas besar
PBB di New York, persetujuan antara Pemerintah RI
dan Belanda mengenai Irian Barat tercapai. Operasi
Jayawijaya pun batal dilaksanakan.
Persetujuan yang dikenal sebagai Persetujuan New
York tersebut berisi beberapa hal berikut.
a. Setelah pengesahan persetujuan antara Indonesia
dan Belanda, selambat-lambatnya pada 1 Oktober
1962 Pemerintah Sementara PBB atau United Nations
Temporary Executive Authority (UNTEA) akan
tiba di Irian Barat untuk melakukan serah terima
pemerintahan dari tangan Belanda.
b. UNTEA akan memakai tenaga-tenaga Indonesia,
Pojok Istilah
baik sipil maupun alat-alat keamanan, bersama-sama
dengan alat-alat keamanan putra-putra Irian Barat
sendiri dan pegawai-pegawai Belanda yang masih
• UNTEA
diperlukan.
• UNSF
c. Pasukan-pasukan Indonesia yang sudah ada di Irian
Barat tetap tinggal di Irian Barat di bawah UNTEA.
d. Angkatan perang Belanda secara berangsur-angsur
dikembalikan.
e. Antara Irian Barat dan Indonesia lainnya berlaku lalu
lintas bebas.
f. Pada 31 Desember 1962, bendera Indonesia mulai
berkibar di samping bendera PBB.
g. Pemulangan anggota-anggota sipil dan militer
Belanda sudah selesai pada 1 Mei 1963 dan selambat-
lambatnya pada 1 Mei 1963 Pemerintah RI menerima
Irian Barat dari UNTEA.
Selanjutnya untuk menjamin keamanan di wilayah
Irian Barat, dibentuk suatu pasukan keamanan PBB yang
dinamakan United Nations Security Forces (UNSF) di bawah
pimpinan Brigjen Said Uddin Khan dari Pakistan.
239
B. Penentuan Pendapat Rakyat
(Pepera)
240
Bab
XII
Gerakan Pemberontakan
Pendahuluan
Perkembangan kehidupan bangsa pada periode
akhit tahun 50-an hingga masa Orde Baru diwarnai oleh
berbagai peristiwa penting. Peristiwa-peristiwa penting
tersebut, antara lain pelaksanaan kebijakan tentang
perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional,
pemberontakan DI/TII di Jawa Barat, Jawa Tengah,
Aceh, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan.
Selain itu, terjadi juga peristiwa pasca–kemerdekaan
dan pengakuan kedaulatan Indonesia, seperti peristiwa
PKI Madiun 1948 dan G 30 S/PKI 1965. Bagaimanakah
peristiwa-peristiwa tersebut terjadi? Pelajarilah uraian
materi pada bab ini untuk menemukan jawabannya.
241
Sebelum kamu mempelajari materi tentang gerakan
pemberontakan lebih dalam, terlebih dahulu perhatikan
peta konsep berikut. Hal ini akan mempermudah kamu
dalam mendeskripsikan peristiwa pemberontakan yang
terjadi, seperti DI/TII, PKI Madiun 1948, dan G 30 S/
PKI. Selain itu, kamu juga dapat meneladani sikap
patriotik rakyat Indonesia dalam menghadapi gerakan
pemberontakan tersebut.
Pemberontakan PKI
Madiun 1948
erakan meliputi
Pe er ntakan
242
A. Pemberontakan DI/TII
dan PKI Madiun 1948
1. Pemberontakan DI/TII
a. DI/TII di Jawa Barat
Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat dipimpin oleh
Sekarmadji Maridjan Kartosuwirdjo (S. M. Kartosuwirdjo).
Kartosuwirdjo merupakan tokoh pergerakan Islam Indonesia.
Saat pendudukan Jepang, Kartosuwirdjo menjadi anggota
Masyumi. Kartosuwirdjo memiliki cita-cita untuk mendirikan
Negara Islam Indonesia. Untuk mewujudkan cita-citanya,
Kartosuwirdjo mendirikan Pesantren Sufah di Malangbong,
Garut. Selain menjadi tempat menimba ilmu keagamaan,
Pesantren Sufah juga dijadikan sebagai tempat latihan
kemiliteran Hizbullah dan Sabilillah. Kartosuwirdjo berhasil
mengumpulkan massa yang dijadikan bagian dari pasukan
Tentara Islam Indonesia (TII).
Pada 1948, pemerintah RI menandatangani Perjanjian
Renville yang mengharuskan kelompok pro-RI mengosongkan
wilayah Jawa Barat dan pindah ke Jawa Tengah. Hal ini
dianggap Kartosuwirdjo sebagai bentuk pengkhianatan
Pemerintah RI terhadap perjuangan rakyat Jawa Barat.
Bersama 2000 pengikutnya yang terdiri atas laskar Hizbullah
dan Sabilillah, Kartosuwirdjo menolak hijrah dan mulai
merintis usaha mendirikan Negara Islam Indonesia (NII).
Akhirnya, Proklamasi NII dilaksanakan pada 7 Agustus
1949.
Gambar 12.1
TNI Divisi Siliwangi dan masyarakat
Jawa Barat hijrah ke Yogyakarta.
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka, 1977
243
Pemerintah RI berusaha menyelesaikan persoalan
ini dengan cara damai. Pemerintah membentuk sebuah
komite yang dipimpin oleh Natsir (Ketua Masyumi), tetapi
usaha ini gagal. Oleh karena itu, pada 27 Agustus 1949
pemerintah melakukan operasi penumpasan gerombolan
DI/TII yang disebut dengan Operasi Baratayudha.
b. DI/TII di Jawa Tengah
Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah, dipimpin Amir
Fatah dan Mahfu’dz Abdurachman (Kyai Somalangu).
Amir Fatah ialah seorang komandan laskar Hizbullah di
Tulangan, Sidoarjo, dan Mojokerto. Setelah mendapatkan
pengikut, Amir Fatah kemudian memproklamasikan diri
untuk bergabung dengan DI/TII pada 23 Agustus 1949
di Desa Pangarasan, Tegal. Amir Fatah diangkat sebagai
Komandan Pertempuran Jawa Tengah dengan pangkat
Mayor Jenderal Tentara Islam Indonesia.
Pemberontakan DI/TII terjadi juga di Kebumen yang
dilakukan Angkatan Umat Islam (AUI) pimpinan Kyai
Somalangu. Kedua gerakan ini bergabung dengan DI/TII
Jawa Barat, pimpinan Kartosuwirdjo. Pemberontakan di
Jawa Tengah ini menjadi semakin kuat setelah Batalyon
624 pada Desember 1951 membelot dan menggabungkan
diri dengan DI/TII di daerah Kudus dan Magelang.
Gambar 12.2
244
pimpinan Letnan Kolonel Sarbini, kemudian diganti oleh
Letnan Kolonel M. Bachrun, dan selanjutnya dipegang
oleh Letnan Kolonel A. Yani. Pada 1954, pemberontakan
DI/TII di Jawa Tengah dapat ditumpas. Adapun untuk
menyelesaikan pembelotan Batalyon 624, pemerintah
melancarkan Operasi Merdeka Timur yang dipimpin
Letnan Kolonel Soeharto.
c. DI/TII di Aceh
Pemberontakan DI/TII di Aceh, dipimpin Daud
Beureuh. Daud Beureuh menjabat sebagai Gubernur
Militer Aceh, Langkat, dan Tanah Karo, serta mantan
gubernur Aceh pertama.
Pemberontakan DI/TII di Aceh muncul karena
ketidakpuasan rakyat Aceh terhadap kebijakan pemerintah
karena Daerah Istimewa Aceh diubah menjadi karesidenan
di bawah Sumatra Utara. Faktor penyebab lainnya, yaitu
menyangkut masalah otonomi daerah, pertentangan
antargolongan, serta ketidaklancaran rehabilitasi dan
modernisasi di Aceh. Pada 20 September 1953, Daud
Beureuh memproklamasikan Aceh sebagai bagian dari
wilayah NII Kartosuwirdjo.
Gambar 12.3
245
diwakili oleh A. Gani Usman. Musyawarah tersebut
memutuskan memberikan kembali status daerah istimewa
bagi Aceh dengan hak-hak otonomi yang luas dalam bidang
agama, pendidikan, dan peradatan. Hasil keputusan ini
dituangkan dalam Keputusan Perdana Menteri RI No.
I/Misi/1959 tertanggal 26 Mei 1959, dilanjutkan dengan
keputusan penguasa perang 7 April 1962, No. KPTS/
PEPERDA-061/3/1962 tentang pelaksanaan ajaran Islam
bagi pemeluknya di Daerah Istimewa Aceh.
Untuk menyelesaikan konflik dengan Daud Beureuh,
pada 17–21 Desember 1962, pemerintah RI mengadakan
Musyawarah Kerukunan rakyat Aceh. Musyawarah ini
digagas oleh Pangdam I/Iskandar Muda Kolonel M. Jasin.
Keputusan dari musyawarah tersebut, yaitu Daud Beureuh
akan diberikan amnesti jika ia bersedia menyerahkan diri
dan kembali ke masyarakat Aceh.
d. DI/TII di Sulawesi Selatan
Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan dipimpin
Kahar Mudzakar. Setelah perang kemerdekaan selesai,
Kahar Mudzakar kembali ke Sulawesi Selatan dan
memimpin laskar-laskar perjuangan Sulawesi Selatan
yang tergabung dalam Komando Gerilya Sulawesi Selatan
(KGSS). Kahar Mudzakar melakukan pemberontakan
karena ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah
tentang rasionalisasi. Kebijakan pemerintah mengharuskan
adanya seleksi terhadap anggota laskar KGSS untuk
menjadi anggota Angkatan Perang Republik Indonesia
Serikat (APRIS). Kahar Mudzakar dalam suratnya pada
30 April 1950 menuntut agar semua anggota KGSS
dimasukkan ke dalam APRIS dengan nama Brigade
Hasanuddin.
Pemerintah tidak dapat memenuhi tuntutan tersebut
dan mengambil kebijakan untuk menyalurkan anggota
gerilyawan ke dalam Korps Cadangan Nasional dan Kahar
Mudzakar diberi pangkat Letnan Kolonel. Namun, ketika
Sumber: 30 Tahun pelantikan pada 17 Agustus 1951, Kahar Mudzakar dan
Indonesia Merdeka, 1977
pengikutnya melarikan diri ke hutan dengan membawa
perlengkapan senjata. Pada Januari 1952, Kahar Mudzakar
Gambar 12.4 menyatakan daerah Sulawesi Selatan sebagai bagian dari
Kahar Mudzakar NII di bawah Kartosuwirdjo.
Untuk mengatasi pemberontakan Kahar Mudzakar,
pemerintah RI mengadakan operasi militer yang berintikan
pasukan dari Divisi Siliwangi. Penumpasan pemberontakan
Kahar Mudzakar memerlukan waktu yang cukup lama
246
karena gerombolan sudah mengenal baik keadaan medan
pertempuran dan telah mengenal karakter rakyat Sulawesi
Selatan yang mempunyai kesukuan yang kuat.
Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan berakhir
dengan tewasnya Kahar Mudzakar pada Februari 1965
dalam penyergapan militer. Kondisi Sulawesi Selatan
dapat pulih kembali setelah Gerungan (orang kedua
setelah Kahar Mudzakar) ditangkap pada Juli 1965.
d. DI/TII di Kalimantan Selatan
Pemberontakan DI/TII di Kalimatan Selatan dipimpin
Ibnu Hajar atau Haderi bin Umar alias Angli. Ibnu Hajar
ialah mantan Letnan Dua TNI yang membelot dengan
membentuk gerakan Kesatuan Rakyat Yang Tertindas
(KRYT) dan menyatakan gerakannya sebagai bagian
dari gerakan DI/TII Kartosuwirdjo. Pada Oktober 1950,
pasukan Ibnu Hajar melakukan penyerangan terhadap
pos-pos APRIS di Kalimantan Selatan. Untuk menghadapi Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka,
1977
pemberontakan Ibnu Hajar, pemerintah melaksanakan
operasi militer. Akhir 1959, pasukan Ibnu Hajar dapat Gambar 12.5
ditumpas. Ibnu Hajar ditangkap dan dihukum mati pada Ibnu Hajar
Juli 1963.
247
Pemberontakan PKI di Madiun dapat ditumpas
pemerintah RI dengan Gerakan Operasi Militer (GOM)
hanya dalam dua minggu. Pada 30 September 1948,
Madiun berhasil direbut kembali oleh pemerintah RI.
Gambar 12.6
Presiden Soekarno dan Wakil
Presiden Moch. Hatta sedang
mengheningkan cipta untuk para
korban pemberontakan PKI di Madiun.
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka, 1977
248
Menurut PKI, Dewan Jenderal TNI Angkatan Darat yang
dituduh sebagai our local army friends akan mengadakan
kudeta dengan bantuan agen Nekolim (Neo Kolonialisme)
Amerika Serikat dan Inggris pada ulang tahun ABRI,
5 Oktober 1965. Tuduhan ini dijawab secara resmi oleh
Menpangad Letjen. Ahmad Yani dengan menyebutkan
bahwa di TNI AD tidak ada Dewan Jenderal, tetapi hanya
ada Wanjakti (Dewan Jabatan dan Kepangkatan Tinggi)
yang bertugas memberikan saran-saran kepada Menpangad
tentang jabatan dan kepangkatan para perwira tinggi di
lingkungan TNI AD.
Di tengah ketegangan dan persaingan politik tersebut,
pada Juli 1965 muncul berita tentang memburuknya
kesehatan Presiden Soekarno. Ketegangan dan persaingan
politik antara Angkatan Darat dan PKI semakin memuncak
ketika pada 27 September 1965, TNI AD secara resmi
mengumumkan penolakan terhadap penerapan prinsip
Nasionalisme, Agama, dan Komunis (Nasakom) ke dalam
jajaran TNI dan pembentukan “angkatan kelima” yang
digagas D.N. Aidit pada 14 Januari 1965.
249
a b c
Gambar 12.8
250
yang sebenarnya kepada rakyat. Pada 2 Oktober 1965,
RPKAD pimpinan Kolonel Sarwo Edhi Wibowo berhasil
sepenuhnya menguasai keadaan di Jakarta.
Atas bantuan Brigadir Polisi Sukitman, satuan-satuan
TNI pada 3 Oktober 1965 berhasil menemukan lokasi sumur
tua di daerah Lubang Buaya yang digunakan oleh G 30 S/
PKI untuk mengubur jenazah para perwira TNI AD.
Pada 4 Oktober 1965, dengan dipimpin Mayor Jenderal
Soeharto, anggota-anggota Kesatuan Intai Para Amphibi
(Kipam) dari Korps Komando (KKO) Angkatan Laut
menggali dan mengangkat jenazah para perwira TNI
AD. Pukul 15.00 WIB, semua jenazah berhasil diangkat
dan diangkut ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat
(RSPAD).
Bertepatan dengan Hari Ulang Tahun ABRI pada 5
Oktober 1965, dilakukan upacara pemakaman jenazah
para perwira tinggi AD korban Gerakan 30 September
di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Dengan
Keputusan Presiden Nomor 111/KOTI/1965 tanggal 5
Oktober 1965, keenam perwira tinggi Angkatan Darat
tersebut diangkat sebagai Pahlawan Revolusi serta
diberi kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi.
Tokoh-tokoh yang dianggap terlibat G 30 S/
PKI yang berhasil ditangkap, kemudian diajukan ke
Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub), di antaranya
Nyono, Letkol. Untung, Kolonel Latief, Dr. Subandrio,
Omar Dhani, Sjam Kamaruzaman, Sudisman, Oetomo
Ramelan, Kolonel Sakirman, Mayor Mulyono, dan Brigjen
Soeparjo.
Kolonel Latief, mantan Komandan Brigade Infantri
I/Kodam V Jaya berhasil ditangkap di Jakarta pada 9 Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka, 1977
Oktober 1965. Pada 11 Oktober 1965, Letkol Untung
tertangkap di daerah Tegal oleh anggota Pertahanan Sipil
Gambar 12.10
dan rakyat. Ketua PKI D.N. Aidit diberitakan kematiannya
Suasana sidang Mahmilub yang
pada 24 November 1966.
mengadili Letkol Untung.
251
Bab
XIII
Masa Orde Baru dan
Lahirnya Reformasi
Pendahuluan
Keberhasilan Orde Baru membangun Indonesia
A. Lahirnya
selama 30 tahun lebih harus berakhir pada 1998.
Gelombang reformasi yang menginginkan perubahan Pemerintahan
mendorong Soeharto untuk menanggalkan tugasnya Orde Baru
sebagai presiden.
Indonesia mengalami transisi di bidang politik,
B. Jatuhnya
ketatanegaraan, ekonomi, dan bidang sosial. Transisi Pemerintahan
tersebut menimbulkan pengaruh terhadap bangsa Orde Baru
Indonesia, seperti munculnya tuntutan reformasi dan
kebebasan, terutama dalam bidang politik.
C. Lahirnya Reformasi
253
Sebelum kamu mempelajari materi Orde Baru dan
Lahirnya Reformasi lebih dalam, terlebih dahulu perhatikan
peta konsep berikut. Hal ini akan mempermudah kamu
dalam memahami berbagai peristiwa pada masa Orde
Baru dan lahirnya reformasi.
a. Kelahiran Orba
r e Baru Lahirnya Orde Baru b. Supersemar
c. Kebijakan Politik dan
Ekonomi Orba
254
A. Lahirnya Pemerintahan Orde Baru
Gambar 13.1
Rapat akbar Front Pancasila diadakan
pada 26 Oktober 1965 di Lapangan
Banteng, Jakarta.
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka, 1977
255
Kabinet Dwikora disempurnakan yang terdiri atas 100 orang
menteri. Pada 24 Februari 1966, Kabinet Dwikora dilantik
di Istana Merdeka Jakarta. Pada saat pelantikan Kabinet
Dwikora inilah salah seorang mahasiswa UI yang sedang
berdemonstrasi bernama Arief Rahman Hakim terkena
tembakan akibat bentrokan dengan pasukan pengawal
presiden. Dua hari setelah peristiwa tersebut (26 Februari
1965), Presiden Soekarno membubarkan KAMI dan menutup
kampus Universitas Indonesia pada 3 Maret 1966. Tindakan
Presiden Soekarno itu semakin memperuncing keadaan.
Pada 11 Maret 1966, di Istana Negara dilangsungkan
sidang Kabinet Dwikora yang disempurnakan. Namun,
sebelum sidang berakhir, terdengar berita dari Komandan
Pasukan Pengawal Presiden Cakrabirawa, Brigjen
Sabur, bahwa di luar Istana Bogor banyak pasukan yang
Sumber : 30 Tahun Indonesia Merdeka, 1977
tidak dikenal identitasnya. Mendengar laporan itu,
Presiden Soekarno gusar dan menyerahkan pimpinan
Gambar 13.2
sidang kepada Wakil Perdana Menteri II Dr. J. Leimena.
Demo mahasiswa di Gedung Selanjutnya, beliau bersama Wakil Perdana Menteri I Dr.
Sekretariat Negara dengan membawa
jaket Arif Rahman Hakim yang
Subandrio dan Wakil Perdana Menteri III Chaerul Saleh
berlumuran darah. meninggalkan sidang menuju Istana Bogor.
a b c
Gambar 13.3
256
menyampaikan pesan, bahwa Letnan Jenderal Soeharto
sanggup menyelesaikan kemelut politik dan memulihkan
keamanan dan ketertiban di ibu kota.
Presiden Soekarno memberikan perintah kepada
Letnan Jenderal Soeharto sebagai Panglima Angkatan
Darat dan Pangkopkamtib untuk memulihkan keadaan
dan wibawa pemerintah pada 11 Maret 1966 yang dikenal
sebagai Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar).
Gambar 13.4
257
Pada 20 Juni sampai dengan 5 Juli 1966, MPRS
mengadakan Sidang Umum di Jakarta. Dalam sidang
tersebut, dihasilkan 24 Ketetapan MPRS tentang penataan
kembali kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sebelumnya, Presiden Soekarno pada 22 Juni
1966 telah menyampaikan amanat berjudul Nawaksara
(Sembilan Pasal). Namun, amanat tersebut dipandang
MPRS tidak memuat secara jelas tentang kebijakan
Presiden sebagai Mandataris MPRS mengenai peristiwa
Gerakan 30 September beserta epilognya.
Sebagai hasil Sidang Umum MPRS, pada 25 Juli 1966
Presiden Soekarno membentuk Kabinet Amanat Penderitaan
Rakyat (Ampera) yang terdiri atas tiga unsur, yaitu:
a. pimpinan kabinet dipegang Presiden Soekarno;
b. pembantu pimpinan yang terdiri atas lima orang
menteri utama yang merupakan suatu Presidium;
c. anggota kabinet terdiri atas 24 menteri.
Tugas pokok Kabinet Ampera disebut Dwi Darma,
yaitu mewujudkan stabilitas politik dan menciptakan
stabilitas ekonomi. Adapun program kerjanya disebut
Catur Karya, yaitu sebagai berikut.
a. Memperbaiki kehidupan rakyat, terutama di bidang
sandang dan pangan.
b. Melaksanakan pemilu dalam batas waktu sebagaimana
disebutkan di dalam Tap MPRS No. XI/MPRS/l966,
yaitu 5 Juli 1968.
c. Melaksanakan politik luar negeri yang bebas dan
aktif untuk kepentingan nasional sesuai Tap MPRS
No. XI/MPRS/1966.
d. Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonial-
isme dalam segala bentuk dan manifestasinya.
Pada 22 Februari 1967, berdasarkan Tap MPRS No.
XV/MPRS/1966 tentang Pemilihan/Penunjukan wakil
presiden dan tata cara pengangkatan Pejabat Presiden
berlangsung penyerahan kekuasaan pemerintahan dari
Presiden Soekarno kepada Jenderal Soeharto. Dengan
terjadinya penyerahan kekuasaan tersebut, pada 4 Maret
1967 Jenderal Soeharto memberikan keterangan resmi
mengenai pemerintahan di hadapan sidang DPRGR,
setelah sebelumnya pada 24 Februari 1967 Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) mengeluarkan
kebulatan tekad untuk meng aman kan penyerahan
kekuasaan tersebut.
258
Sebagai tindak lanjut dari penyerahan kekuasaan
tersebut, MPRS mengadakan Sidang Istimewa pada 7–12
Maret 1967. Dalam Sidang Istimewa tersebut, MPRS
berhasil merumuskan Tap MPRS No.XXXIII/MPRS/1967
tentang pencabutan kekuasaan pemerintah negara dari
Presiden Soekarno dan pengangkatan Jenderal Soeharto
sebagai Pejabat Presiden hingga dipilihnya presiden Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka, 1977
menurut hasil pemilu.
Pada 21–30 Maret 1968, berlangsung Sidang Umum
MPRS yang mengukuhkan Pejabat Presiden Jenderal Gambar 13.5
TNI Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia Pengambilan sumpah Soeharto
sampai dengan terpilihnya Presiden RI hasil Pemilu. sebagai Presiden RI.
Pengambilan sumpahnya dilakukan pada 27 Maret 1968.
Sejak saat itu, Soeharto secara resmi menjabat sebagai
Presiden RI yang kedua.
259
1) Kepada rakyat Sabah dan Serawak akan diberi
kesempatan menegaskan lagi keputusan yang telah
mereka ambil mengenai kedudukan mereka dalam
Malaysia.
2) Kedua pemerintah menyetujui memulihkan hubungan
diplomatik.
3) Menghentikan tindakan-tindakan permusuhan.
Sebagai tindak lanjut dari Persetujuan Bangkok,
Indonesia dan Malaysia pada 11 Agustus 1966 menan-
datangani naskah persetujuan normalisasi hubungan
Malaysia-Indonesia di Jakarta. Malaysia diwakili oleh
Menteri Luar Negeri Tun Abdul Razak dan Indonesia
diwakili oleh Menteri Luar Negeri Adam Malik.
Selanjutnya, pada 31 Agustus 1967, kedua pemerintahan
telah membuka kembali hubungan diplomatik pada
tingkat kedutaan besar.
Gambar 13.6
260
Pelita merupakan dasar bagi lajunya pembangunan
Jendela Info
Indonesia. Berikut waktu program Pelita yang telah
dilaksanakan oleh pemerintahan Orde Baru.
1) Pelita I (1 April 1969–31 Maret 1974).
Pancakrida Kabinet
2) Pelita II (1 April 1974–31 Maret 1979).
Pembangunan, yaitu sebagai
3) Pelita III (1 April 1979–31 Maret 1984). berikut.
4) Pelita IV (1 April 1984–31 Maret 1989). 1. Menciptakan stabilitas
5) Pelita V (1 April 1989–31 Maret 1994). politik dan ekonomi.
6) Pelita VI (1 April 1994–31 Maret 1999). 2. Menyusun dan
merencanakan Rencana
Pembangunan Lembar
d. Pemilihan Umum
Kegiatan Siswa Lima Tahun.
Sesuai ketetapan Sidang Umum MPRS 1966, 3. Melaksanakan pemilihan
penyelenggaraan pemilu paling lambat pada 5 Juli 1968. umum.
Namun, hal tersebut tidak bisa dilaksanakan karena 4. Mengembalikan ketertiban
dan keamanan masyarakat.
DPRGR dan pemerintah belum bisa menyelesaikan UU
5. Melanjutkan
tentang Pemilu. DPRGR menyetujui tentang Pemilihan penyempurnaan dan
Umum Anggota-Anggota Badan Permusyawaratan/ pembersihan secara
Perwakilan Daerah dan tentang Susunan dan Kedudukan menyeluruh aparatur
MPR, DPR, dan DPRD pada 10 November 1969. Kedua negara, baik di tigkat pusat
maupun di tingkat daerah.
rancangan undang-undang tersebut, kemudian disahkan
sebagai undang-undang oleh pemerintah pada 17
Desember 1969. Berdasarkan kedua undang-undang
tersebut, pemerintah Orde Baru menyeleng garakan
pemilu yang pertama pada 3 Juli 1971. Lebih dari 58 juta
rakyat Indonesia yang berhak memilih melaksanakan
hak konstitusionalnya untuk memilih wakil-wakilnya
di DPR, DPRD Tingkat I, dan DPRD Tingkat II.
Pemilu 1971 diikuti oleh 10 kontestan, yaitu Partai
Sarikat Islam Indonesia (PSII), Nahdlatul Ulama
(NU), Partai Muslimin Indonesia (Parmusi), Partai
Katholik (Parkindo), Golongan Karya (Golkar), Partai
Kristen Indonesia, Murba, Partai Nasional Indonesia
(PNI), Partai Tarbiyah Islamiyah (PERTI), dan Ikatan
Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI).
Berdasarkan undang-undang yang berlaku pada
saat itu, anggota DPR berjumlah 460, dengan perincian
360 dipilih melalui pemilu dan 100 orang diangkat, di
antaranya 75 orang mewakili golongan karya ABRI yang
pada pemilu kali ini tidak menggunakan hak pilihnya.
Pemilu pada masa pemerintahan Orde Baru
selanjutnya diselenggarakan setiap lima tahun sekali,
yaitu pada 2 Mei 1977, 4 Mei 1982, 23 April 1987, 9 Juli
1992, dan 29 Mei 1997. Pada pemilihan umum tersebut,
jumlah kontestan hanya 3, yaitu Partai Persatuan
261
Pembangunan (PPP), Golongan Karya (Golkar), dan
Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Hal ini berkaitan
dengan adanya penyederhanaan sistem kepartaian
sesuai ketetapan MPR.
Pojok Istilah
• KOTA
• UDT
• PSST
• Apodeti
• Trabalhista
• Fretelin
• PBB
262
UDT, Apodeti, KOTA, dan Trabalhista menyampai-
kan proklamasi tandingan di Balibo pada 30 November
1975 yang berisi keinginan Timor Timur untuk
berintegrasi dengan Republik Indonesia. Pada 7
Desember 1975, Kota Dili berhasil diduduki kelompok
pendukung integrasi yang mendapat bantuan militer
dari Indonesia melalui Operasi Seroja.
Kelompok pendukung integrasi yang terdiri atas
Arnaldo dos Reis Araujo yang mewakili Apodeti, Sumber: Forum Keadilan, 5 September 1999
Fransisco Xavier Lopez da Cruz yang mewakili UDT,
Thomas Diaz Xemenes yang mewakili KOTA, dan Gambar 13.7
Domingus C. Pareira yang mewakili Trabalhista sepakat
Pendaratan pasukan Indonesia di
membentuk Pemerintahan Sementara Timor Timur Timor Timur tahun 1975.
(PSTT) pada 17 Desember 1975. Adapun pemerintahan
Sementara Timor Timur (PSTT) dipimpin oleh Arnaldo
dos Reis Araujo. Setelah itu, pada Mei 1976, DPRD Timor
Timur secara resmi menerima Petisi Integrasi Timor
Timur dengan Republik Indonesia dari masyarakat
Timor Timur pro-integrasi.
Timor Timur akhirnya secara resmi menjadi sebuah
provinsi dari Republik Indonesia setelah UU No. 7 tahun
1976 disahkan oleh DPR pada 17 Juli 1976. Ketentuan
ini, kemudian diperkuat oleh Ketetapan MPR No.VI/
MPR/1978 pada 22 Maret 1978.
Pada 27 Januari 1999, Presiden B.J. Habibie menawar-
kan pilihan, antara pemberian otonomi khusus kepada
Timor Timur di dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia atau memisahkan diri dari Indonesia. Melalui
perundingan yang disponsori oleh PBB, akhirnya pada
5 Mei 1999 di New York ditandatangani kesepakatan
tripartit antara Indonesia, Portugal, dan PBB untuk
melakukan jajak pendapat mengenai status masa depan
Timor Timur. Pihak Indonesia diwakili oleh Menteri
Luar Negeri Ali Alatas, pihak Portugal diwakili oleh
Menteri Luar Negeri Jaime Gama, dan pihak PBB
diwakili oleh Sekjen PBB Kofi Annan.
Pada 11 Juni 1999, Dewan Keamanan PBB membentuk
sebuah misi perdamaian untuk Timor Timur atau United
Nation Mission for East Timor (UNAMET). Misi PBB ini
bertugas melaksanakan jajak pendapat bagi warga Timor
Timur, baik yang berada di Timor Timur maupun di
negara-negara lain. Jajak pendapat diseleng garakan
pada 30 Agustus 1999. Hasilnya diumumkan oleh
263
Sekjen PBB Kofi Annan pada 4 September 1999. Kubu
Pro–Kemerdekaan memperoleh 78,5% suara, sedangkan
dari Kubu Pro–Integrasi mem peroleh 21,5% suara.
Meskipun hasil ini diprotes oleh Kubu Prointegrasi, PBB
tetap mengesahkan.
Kemerdekaan bagi rakyat Timor Timur akhirnya
secara resmi disahkan pada 19 Oktober 1999 dalam rapat
paripurna ke-12 Sidang Umum MPR. Pengesahan ini
berdasarkan pada Ketetapan MPR No. V/MPR/1999
tentang Penentuan Jajak Pendapat di Timor Timur.
Pada sidang ke-54 tanggal 17 Desember 1999, Majelis
Umum PBB di New York secara bulat memutuskan
menerima resolusi yang diajukan Indonesia dan
Portugal untuk menghapus masalah Timor Timur dari
agenda PBB.
Gambar 13.8
264
macet pada dana perbankan, banyaknya bank bermasalah
yang mengharuskan dilikuidasi pemerintah, pertumbuhan
ekonomi menjadi minus sekitar 20%–30%, dan terkuaknya
praktik korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) di kalangan para
pejabat pemerintah.
Kondisi krisis ekonomi yang demikian buruk telah
memaksa pemerintah Soeharto meminta bantuan dana
dari International Monetary Fund (IMF). IMF mengucurkan
bantuan sebesar US$ 40 miliar lebih kepada Indonesia
dengan disertai syarat-syarat tertentu. Kondisi krisis
ekonomi dan krisis kepercayaan rakyat terhadap
pemerintah ini pula yang telah mendorong ribuan
mahasiswa turun ke jalan untuk berdemonstrasi.
Pada 12 Mei 1998, terjadi Peristiwa Semanggi (Tragedi
Trisakti), yaitu ketika empat mahasiswa Universitas Trisakti
tewas tertembak aparat keamanan saat berdemonstrasi.
Keempat orang mahasiswa tersebut ialah sebagai berikut.
1. Elang Mulya Lesmana, mahasiswa Arsitektur
angkatan 1996.
2. Herry Hartanto, mahasiswa Teknik Industri Jurusan
Mesin angkatan 1995.
3. Hendriawan Lesmana, mahasiswa Fakultas Ekonomi
angkatan 1996.
4. HaÀdhin Royan, mahasiswa Teknik Sipil angkatan
1995.
Gambar 13.9
265
Keempat mahasiswa tersebut dikenal sebagai Pahlawan
Reformasi. Peristiwa tersebut menyulut kerusuhan besar di
Jakarta pada 14 Mei 1998 yang merembet ke kota-kota yang
lain, seperti Solo, Surabaya, Medan, dan Padang. Ratusan
bangunan dan kendaraan dihancurkan dan dibakar massa.
Mahasiswa bersama-sama rakyat yang berdemonstrasi di
jalan-jalan semakin gencar menuntut Presiden Soeharto
untuk mundur dari jabatannya. Bahkan, gedung DPR/
MPR pun diduduki oleh ribuan mahasiswa.
Sumber: Detik-detik Pada 21 Mei 1998, Presiden Soeharto akhirnya
yang Menentukan, 2006 mengundurkan diri dan segera digantikan oleh B.J. Habibie
yang sebelumnya menjabat wakil presiden. Naiknya B.J.
Gambar 13.10 Habibie ke kursi presiden ke-3 RI itu tidak diterima secara
Mahasiswa menduduki Gedung MPR bulat oleh semua kelompok masyarakat, namun memberikan
RI ketika menuntut reformasi harapan baru menuju Indonesia yang lebih baik.
di Indonesia.
Gambar 13.11
Pelantikan B.J Habibie sebagai
Presiden RI pada 21 Mei 1998. Apa
yang kamu ketahui mengenai sosok
B.J Habibie?
266
C. Lahirnya Reformasi
267
dan Yusril Ihza Mahendra. Namun, Yusril menyatakan
mundur dari pencalonan sebelum pemungutan suara
dilakukan. Hasilnya, Gus Dur dinyatakan sebagai
pemenang dengan meraih 373 suara dan Megawati meraih
313 suara dan 5 suara lainnya abstain. Dengan demikian,
Presiden ke-4 RI untuk masa bakti 1999-2004 ialah K.H.
Abdurrahman Wahid. Adapun Megawati Soekarnoputri
terpilih sebagai Wakil Presiden RI setelah meraih 396 suara
dalam pemungutan suara mengalahkan Hamzah Haz yang
hanya meraih 284 suara. Dua calon wakil presiden lainnya,
yaitu Jenderal Wiranto dan Akbar Tanjung mengundurkan
diri. Pelantikan Abdurrahman Wahid sebagai Presiden
Republik Indonesia dilaksanakan pada 20 Oktober 1999.
Adapun pelantikan Wakil Presiden Republik Indonesia
dilaksanakan pada 21 Oktober 1999.
Selain telah berhasil mengangkat presiden dan wakil
presiden yang baru, SU MPR yang berlangsung dari
1–21 Oktober 1999, juga telah berhasil menetapkan 9
ketetapan MPR dan mengamandemen UUD 1945 untuk
pertama kalinya.
268
Pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid dan
Megawati Soekarnoputri terdapat berbagai persoalan
bangsa akibat krisis yang diwariskan, baik oleh
pemerintahan Soeharto maupun Habibie. Oleh karena
itu, segera setelah pelantikannya, Presiden Abdurrahman
Wahid membentuk kabinet yang kemudian diberi nama
Kabinet Persatuan Nasional. Komposisi kabinet ini
Sumber: Detik-Detik yang
merupakan gabungan dari para tokoh profesional dan Menentukan, 2006
para tokoh partai pendukung pemerintahan koalisi.
Pembentukan kabinet baru tersebut disambut positif
Gambar 13.13
oleh masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari menguatnya
Mantan Presiden Habibie menyalami
nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika hingga Abdurrahman Wahid setelah terpilih
mencapai Rp7.000 setelah diumumkannya komposisi menjadi Presiden Indonesia yang ke-4.
kabinet tersebut. Pada masa pemerintahannya, Presiden
Abdurrahman Wahid berjasa dalam menumbuhkan
kebebasan berpendapat di kalangan masyarakat dan
kalangan pers. Namun, pemerintahannya secara umum
belum bisa membawa bangsa Indonesia keluar dari
krisis ekonomi. Hal ini terlihat dari masih terpuruknya
nilai tukar rupiah terhadap dollar, meningkatnya angka
pengangguran, membengkaknya jumlah utang luar negeri,
dan bertambahnya jumlah penduduk yang hidup di
bawah garis kemiskinan. Demikian pula dengan masalah
ancaman disintegrasi bangsa di Aceh, Maluku, dan Papua,
serta masalah pemberantasan KKN belum terselesaikan.
269
Jendela Info oleh pimpinan partai politik besar lainnya, seperti PDI
Perjuangan, Golkar, PPP, PAN, dan PBB.
Pada saat yang genting tersebut, Presiden
Abdurrahman Wahid mengangkat Komisaris Jenderal
Otonomi daerah adalah hak,
(Pol) Chaerudin Ismail sebagai Pemangku Sementara
wewenang, dan kewajiban
daerah untuk mengatur dan Jabatan Kepala Kepolisian RI menggantikan Jenderal
mengurus rumah tangganya Bimantoro yang sebelumnya telah dinonaktifkan (20 Juli
sendiri sesuai dengan 2001 pukul 17.45). Selanjutnya, Presiden mengadakan
peraturan perundang-undangan konferensi pers pada pukul 18.00. Ia menyatakan bahwa
yang berlaku.
Otonomi daerah adalah hak,
apabila sampai 31 Juli 2001 tidak ada penyelesaian
wewenang, dan kewajiban masalah melalui kompromi politik, ia akan menetapkan
daerah untuk mengatur dan negara dalam keadaan darurat konstitusi. Kompromi
mengurus rumah tangganya politik yang dimaksud adalah MPR sepakat tidak akan
sendiri sesuai dengan
mengeluarkan Rancangan Ketetapan (Rantap) MPR
peraturan perundang-undangan
yang berlaku. tentang pertanggungjawaban Presiden dalam SI MPR.
Sumber: Sejarah Indonesia Malam itu juga, pukul 21.10, MPR mengadakan
Modern 1200-2005, 2005 rapat pimpinan. Rapat tersebut memutuskan untuk
mempercepat SI MPR menjadi 21 Juli 2001 pukul
10.00 dan mengundang Presiden untuk memberikan
pertanggungjawabannya pada 23 Juli 2001.
Menanggapi tindakan tersebut, Presiden Abdurrahman
Wahid menjawab dengan menegaskan bahwa ia tidak
akan datang dalam SI MPR karena sidang itu melanggar
tata tertib MPR sehingga tidak sah dan ilegal. Presiden
juga menegaskan dirinya tidak akan mengundurkan diri
dari jabatannya karena ia harus mempertahankan UUD
1945. Meskipun demikian, Presiden tetap mengharapkan
terjadinya kompromi politik secara damai.
Sementara itu, sejumlah pimpinan partai politik terbesar
datang ke kediaman Megawati Soekarnoputri pada 22 Juli
2001. Pertemuan tersebut merupakan upaya memberikan
dorongan moril kepada Megawati Soekarnoputri untuk
maju sebagai presiden selanjutnya, melihat situasi dan
stabilitas politik yang kurang menentu.
Perkembangan tersebut mendorong Presiden
Abdurrahman Wahid mengeluarkan dekrit pada 23 Juli
2001 pukul 1.10 dini hari. Pada 23 Juli 2001, pukul 8.00
WIB, SI MPR memutuskan bahwa dekrit yang dikeluarkan
Presiden telah melanggar haluan negara. Hal ini diperkuat
oleh Mahkamah Agung (MA) yang dibacakan langsung
pada sidang tersebut.
270
Maklumat Presiden Republik Indonesia
Setelah melihat dan memerhatikan dengan saksama perkembangan politik yang menuju pada kebun-
tuan politik akibat krisis konstitusional yang berlarut-larut yang telah memperparah krisis ekonomi dan
menghalangi usaha penegakan hukum dan pemberantasan korupsi yang tidak mengindahkan lagi
kaidah-kaidah perundang-undangan.
Apabila tidak dicegah, akan segera menghancurkan berdirinya Negara Kesatuan Republik
Indonesia, maka dengan keyakinan dan tanggung jawab untuk menyelamatkan negara dan bangsa serta
berdasarkan kehendak sebagian terbesar masyarakat Indonesia, kami selaku Kepala Negara Republik
Indonesia, terpaksa mengambil langkah-langkah luar biasa dengan memaklumkan:
1. Membekukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia dan Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia.
2. Mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dan mengambil tindakan serta menyusun badan yang
diperlukan untuk menyelenggarakan pemilihan umum dalam waktu satu tahun.
3. Menyelamatkan gerakan reformasi total dari hambatan unsur-unsur Orde Baru, dengan membekukan
Partai Golkar sambil menunggu keputusan Mahkamah Agung.
Untuk itu, kami memerintahkan seluruh jajaran TNI dan Polri untuk mengamankan langkah-langkah
penyelamatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia
untuk tetap tenang serta menjalankan kehidupan sosial ekonomi seperti biasa.
Semoga Tuhan yang Maha Kuasa meridhai negara dan bangsa Indonesia.
271
Pojok Istilah Pada 9 Agustus 2001, Presiden Megawati Soekarnoputri
mengumumkan komposisi kabinetnya yang diberi nama
Kabinet Gotong Royong. Seperti kabinet sebelumnya,
• Reformasi komposisi kabinet ini merupakan gabungan dari para
• Dekrit tokoh profesional dan para tokoh partai pendukung
• Kabinet pemerintahan koalisi. Tugas pemerintahan Presiden
Megawati Soekarnoputri dan Wakil Presiden Hamzah Haz
sangat berat karena harus menghadapi berbagai persoalan
bangsa yang semakin bertambah kompleks.
5. Pemilu 2004
Pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri
berakhir tahun 2004. Mulai 2004, pemilihan eksekutif
dan legislatif dipilih langsung oleh rakyat. Pemilu 2004,
diikuti oleh 24 partai. Pemilu presiden diikuti oleh
lima pasang calon, yaitu Wiranto-Solahudin Wahid,
Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi, Amien Rais-
Siswono Yudohusodo, Soesilo Bambang Yudhoyono
(SBY)-Jusuf Kalla, dan Hamzah Haz-Agum Gumelar.
Setelah dua putaran pemilihan, SBY terpilih menjadi
Presiden ke-6 RI, dilantik pada 20 Oktober 2004, dan
membentuk Kabinet Indonesia Bersatu yang terdiri atas
36 menteri.
Gambar 13.14
Abdurrachman Megawati Susilo Bambang
Presiden RI pertama sampai dengan
sekarang.
Wahid Soekarnoputri Yudhoyono
272
FOTO PAHLAWAN NASIONAL INDONESIA
Sumber: https://direktoratk2krs.kemsos.go.id/pahlawannasional
DAFTAR PAHLAWAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
(Sumber: https://direktoratk2krs.kemsos.go.id/datapahlawan)