Sejarah Ilmu Farmasi
Sejarah Ilmu Farmasi
Sejarah Ilmu Farmasi
A. SEJARAH PENGOBATAN
Ribuan tahun yang lalu manusia selalu hidup berkelompok dan selalu berpindah-
pindah tempat (nomaden). Nomaden memungkinkan manusia terserang berbagai penyakit
karena tidak menetap disuatu kawasan. Dengan segala keterbatasan pengetahuan yang
dimiliki, mereka tidak memperdulikan ketika penyakit menyerang, mereka tidak percaya
dengan penyakit yang menyerang, mereka lebih percaya bahwa itu merupakan kutukan
dari dewa atau semacam roh jahat yang masuk kedalam tubuh. Menyembuhkan penyakit
tersebut biasanya dengan cara memberi mantra, tetabuhan, atau sedikit lebih maju
menggunakan ramuan dari tumbuh-tumbuhan.
B. SEJARAH KEFARMASIAN
Farmasi sebagai profesi di Indonesia dikenal masih reatif muda yaitu setelah masa
kemerdekaan Republik Indonesia. Pada masa penjajahan, yakni saat Jepang dan Hindia
belanda menjajah, pertumbuhan kefarmasian Indonesia sangat lambat, dan profesi ini
masih belum dikenal secara luas pada kalangan masyarakat.
Tenaga apoteker pada masa penjajahan umumnya berasal dari Negara-negara luar
seperti Denmark, Austria, Jerman dan Belanda. Namun setelah masa kemerdekaan
Indonesia mulai ada perkembangan yang berarti, yakni didirikannya Perguruan Tinggi
Farmasi di Klaten pada tahun 1946 dan di Bandung pada tahun 1947. Lembaga Pendidikan
Tinggi Farmasi yang telah berdiri tersebut memberikan kemajuan yang mendukung dalam
perkembangan sejarah kefarmasian pada tahun berikutnya.
1. Sejarah Kefarmasian Indonesia
1.1 Periode zaman penjajahan sampai perang kemerdekaan
Awal dari sejarah kefarmasian pada masa ini umumnya dimulai dengan
pendidikan asisten apoteker pada masa pemerintahan Hindia Belanda.
1.2 Periode setelah perang kemerdekaan sampai tahun 1958
Pada masa ini jumlah tenaga farmasi, terutama tenaga asisten apoteker mulai
bertambah jumlahnya menjadi semakin banyak. Pada tahun 1950 di Jakarta
didirikan dan dibuka sekolah asisten apoteker Negeri (Republik) yang pertama,
dengan jangka waktu tempuh pendidikan selama dua tahun. Pada lulusan pertama
sekolah asisten apoteker ini meluluskan sekitar 30 orang, selanjutnya jumlah terus
meningkat pada tahun berikutnya, sedangkan jumlah apoteker juga mengalami
peningkatan baik yang berasal dari dalam negeri maupun lulusan luar negeri.
1.3 Periode tahun 1958 sampai tahun 1967
Pada masa ini sudah terdapat industry yang memproduksi obat, meskipun untuk
memproduksi obat sudah banyak dirintis, namun dalam kenyataannya industri-
industri farmasi menghadapi kesulitan dan hambatan, antara lain kekurangan
devisa, yang mengakibatkan terjadinya sistem penjatahan bahan baku obat. Oleh
karena itu, penyediaan obat menjadi sangat terbatas dan sebagian besar berasal
dari impor. Selain itu karena pengawasan belum dapat dilakukan dengan baik,
maka banyak terjadi kasus bahan baku maupun obat jadi yang tidak memenuhi
persyaratan standar.
Pada sekitar tahun 1960-1965 terdapat beberapa peraturan perundang-undangan
yang penting dan berkaitan dengan kefarmasian yang diterbitkan oleh
pemerintah, antara lain:
a. Undang-undang Nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan
b. Undang-undang Nomor 10 tahun 1961 tentang barang
c. Undang-undang Nomor 7 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan, dan
d. Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1965 tentang Apotek.
Pada tahun 1960-1965 terdapat peristiwa penting yaitu berakhirnya apotek dokter
dan apotek darurat. Peraturan ini tertulis dalam Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 33148/Kab/176 tanggal 8 Juni 1962, antara lain di tetapkan
tidak dikeluarkan lagi izin baru untuk pembukaan apotek-dokter, dan semua izin
apotek-dokter dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Januari 1963.
Sedangkan berakhirnya apotek darurat ditetapkan dengan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 770/Ph/63/b tanggal 29 Oktober 1963 yang isinya
antara lain:
a. Tidak dikeluarkan lagi izin baru untuk pembukaan apotek darurat
b. Semua izin apotek darurat Ibukota Daerah Tingkat I dinyatakan tidak berlaku
lagi sejak tanggal 1 Februari 1964, dan
c. Semua izin apotek darurat di Ibukota Daerah Tingkat II dan kota-kota lainnya
dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Mei 1964.
2. Sejarah kefarmasian dunia
2.1 Hippocrates (450-370 SM), merupakan seorang dokter Yunani yang dihargai
karena memperkenalkan farmasi dan kedokteran secara ilmiah, dikenal sebagai
“Bapak Ilmu Kedokteran”, belum dikenal adanya profesi farmasi. Ia
mendiagnosis penyakit, juga sekaligus berperan sebagai seorang “apoteker” yang
menyiapkan obat, dan melakukan dispensing obat ke pasien. Ia membuat
sistematika dalam pengobatan, serta menyusun uraian tentang beratus-ratus jenis
obat-obatan.
2.2 Dioscorides (abad ke-1 M), merupakan seorang dokter Yunani yang ahli dalam
bidang botani, ia adalah orang pertama yang menggunakan ilmu tumbuh-
tumbuhan sebagai ilmu farmasi terapan, beliau memiliki hasil karya yang terkenal
yaitu De Materia Medika, yang selajutnya mengembangkan ilmu farmakognosi.
Obat-obatan yang dibuat oleh Dioscorides antara lain napidium, opium, ergot,
hyosciamus, cinnamon.
2.3 Galen (120-130 SM), merupakan seorang dokter dan ahli farmasi berkebangsaan
Yunani, yang menciptakan suatu sistem pengobatan, fisiologi, patologi dan
banyak buku tentang ilmu kedokteran-farmasi. Hasil karyanya dibidang farmasi
uraian mengenai banyak obat, cara pencampurannya, dan sebagainya, yang
sekarang dikenal dengan “farmasi galenik”.
Seiring dengan meningkatny
a jenis obat-obatan dan rumitnya ilmu mengenai obat serta penanganan juga
penggunaanya. Pada tahun 1240 M, Raja Jerman Frederick II memerintahkan
pemisahan secara resmi antara farmasi dan kedokteran dalam dekritnya yang dikenal
“Two Silices”. Dari sejarah ini, satu hal yang perlu direnungkan adaah bahwa akar
ilmu farmasi dan ilmu kedokteran adalah sama.
3. Tujuan ilmu farmasi
Farmasi (bahasa inggris: pharmacy, bahasa Yunani: pharmacon, yang berarti: obat)
merupakan salah satu bidang professional kesehatan yang merupakan kombinasi dari
ilmu kedokteran (termasuk ilmu kesehatan secara umum) dan ilmu kimia, yang
mempunyai tanggung jawab memastikan efektivitas dan keamanan penggunaan obat.
Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu penyediaan
bahan obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai, untuk disalurkan dan
digunakan pada pengobatan dan pencegahan penyakit. Farmasi mencakup
pengetahuan mengenai identifikasi, pemilahan (selection), aksi farmakologis,
pengawetan, penggabungan, analisis, dan pembakuan bahan obat (drugs) dan sediaan
obat (medicin).
Pengetahuan kefarmasian mencakup pula penyaluran dan penggunaan obat yang
sesuai dan aman, baik melalui resep (prescription) dokter berizin, dokter gigi, dan
dokter hewan, maupun melalui cara lain yang sah, misalnya dengan cara menyalurkan
atau menjual langsung kepada pemakai. Tujuan dari praktek profesi farmasi adalah
untuk membantu pasien dalam menggunakan obat secara efektif dan efisien dari
pengobatannya.
4. Ruang lingkup ilmu farmasi
Spesifikasi ilmu bidang farmasi dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu: farmasi
komunitas, farmasi klinik, farmasi industry dan farmasi regulatorii (pendidikan dll).
Ke empat bidang ini memiliki spesifikasi tersendiri.
Farmasi komunitas yang dimaksud sering diidentikkan dengan kata “apoteker”.
Perannya yang spesifik adalah bersentuhan langsung dengan pasien untuk
menyerahkan obat (dispensing) dan memberikan informasi dan edukasi yang benar
tentang obat. Posisinya adalah sebagai rekan kerja dokter. Bidang farmasi industri dan
regulatori bergerak pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
kefarmasian. Spesifikasi dari farmasi klinik berkaitan dengan analisis dan penegakan
diagnose suatu penyakit serta cara penangannya. Pemahaman yang mendalam
terhadap ilmu biokimia dan anatomi fisiologi manusia meruakan ilmu dasar yang
sangat diperlukan pada bidang farmasi ini, namun diperlukan juga pengetahuan yang
mendalam mengenai pengobatan dan obat (termasuk sampai pada tingkat molekuler).