295326228
295326228
SKRIPSI
Oleh:
ANISA PUTRI AYUNDA
NIM. 1423301082
ُس َوةٌ َح َسنَةٌ لِ َم ْن َكا َن يَ ْر ُجو اللَّ َه َوالْيَ ْوَم ْاْل ِخ َر َوذَ َك َر اللَّ َه َكثِ ًيرا ِ ِ لَ َق ْد َكا َن لَ ُكم فِي رس
ْ ول اللَّه أ َُ ْ
Artinya:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
dia banyak menyebut Allah.1 ( Al-Ahzab: 21)
1
Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: PT Syamiil Cipta Media),
hlm 150
v
PENANAMAN NILAI AKHLAK MELALUI PEMBIASAAN SHALAT
DHUHA DI SD IT HARAPAN BUNDA PURWOKERTO
vi
PERSEMBAHAN
Mama Yantinah tercinta dan Bapa Ahmad Jawahir tercinta, yang senantiasa
mendukung, mendoakan, dan bantuan dalam hal materi yang membuatku bisa
menyelesaikan skripsi ini dengan Izin Allah Swt.
Kakakku Alim Bahri terimakasih untuk doa dan dukungannya.
vii
KATA PENGANTAR
ﺑﺴﻢﷲاﻟﺮﺣﻤﻦاﻟﺮﺣﻴﻢ
Segala puji syukur bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kita, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini, yang
berjudul “Penanaman Nilai Akhlak Melalui Pembiasaan Shalat Dhuha di SD IT
Harapan Bunda Purwokerto”. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, serta para sahabatnya dengan
harapan semoga kelak kita termasuk dalam orang-orang yang mendapat syafaatnya
di hari akhir nanti.
Penulis menyadari bahwa tersusunnya skripsi ini, tidak lepas dari bantuan,
bimbingan, dan arahan oleh berbagai pihak. Maka dari itu dengan segala kerendahan
hati penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. H. Suwito, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Purwokerto;
2. Dr. Suparjo, S.Ag, M.A, selaku Wakil Dekan I Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
keguruan IAIN Purwokerto:
3. Dr. Subur, M.Ag., selaku Wakil Dekan II Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Purwokerto;
4. Drs. Sumiarti, M.Ag., selaku Wakil Dekan III Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan;
5. Dr.H.M. Slamet Yahya, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam;
6. DR.Drs.H.Asdlori, M.Pd.I, selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar
membimbing dan mengarahkan penulis selama menyelesaikan skripsi ini;
7. Drs. Ahsan Hasbulah, M.Pd., selaku Penasehat Akademik PAI C Tahun 2014;
8. Segenap dosen, karyawan, dan civitas akademika IAIN Purwokerto;
9. Abah Kyai Taufiqurrahman, selaku pengasuh Pondok Pesantren Darul Abror
Watumas;
10. Kawan-kawan seperjuangan kamar Annur 4 dan annur 5 Pondok Pesantren
Darul Abror Watumas, yang telah memeberikan warna-warni kehidupan;
viii
ix
DAFTAR ISI
x
2. Dasar Metode Pembiasaan………………………………… 24
3. Tujuan Metode Pembiasaan……………………………….. 25
4. Bentuk-Bentuk Metode Pembiasaan………………………. 26
5. Cara Penerapan Metode Pembiasaan…………………… ..... 27
6. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembiasaan ................ 27
C. Shalat Dhuha
1. Pengertian Shalat Dhuha…………………………… ........... 28
2. Keutamaan Shalat Dhuha…………………………… .......... 29
3. Bilangan Rakaat Shalat Dhuha……………………… .......... 32
4. Waktu Pelaksanaan Shalat Dhuha…………………… ......... 34
5. Adab dan Etika Shalat Dhuha………………………. ........... 35
6. Tata Cara Melaksanakan Shalat Dhuha…………… ............. 36
7. Nilai Edukasi Shalat Dhuha…………………………. .......... 39
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian……………………………………………. ......... 41
B. Setting Penelitian(tempat dan waktu penelitian)……… ............... 41
C. Objek dan Subjek Penelitian……………………………. ............ 42
D. Teknik Pengumpulan Data……………………………… ........... 43
E. Teknik Analisis Data………………………………… ................. 44
BAB IV PEMBIASAAN SHALAT DHUHA DI SD IT HARAPAN
BUNDA PURWOKERTO
A. Gambaran Umum SD IT Harapan Bunda Purwokerto
1. Profil SD IT Harapan Bunda Purwokerto………………......... 46
2. Letak Geografis SD IT Harapan Bunda Purwokerto…… ........ 46
3. Visi dan Misi SD IT Harapan Bunda Purwokerto……… ........ 47
4. Kurikulum SD IT Harapan Bunda Purwokerto………… ........ 47
5. Keadaan Guru dan Siswa SD IT Harapan Bunda
Purwokerto………………………………………………........ 47
6. Sarana dan Prasarana SD IT Harapan Bunda
Purwokerto………………………………………………........ 49
xi
B. Pembiasaan Shalat Dhuha di SD IT Harapan Bunda
Purwokerto
1. Pelaksanaan Pembiasaan Shalat Dhua di SD IT Harapan
Bunda
Purwokerto……........................................................................ 50
2. Penanaman Nilai Akhlak di SD IT Harapan Bunda
Purwokerto……………………………………………............ 52
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………… ........ 58
B. Saran………………………………………………………. ......... 59
C. Kata Penutup……………………………………………… ........ 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf,(Jakarta:PT Raja Grafindo) ,hlm.1.
2
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta:Balai Pustaka, 1990), hlm.117.
1
2
3
Humardi Tatapangarsa, Pengantar Kuliah Akhlak, (Surabaya:Bina Ilmu 2003), hlm.8.
4
M. Athiyah al-abrasyi,Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, cet 7 (Jakarta:Bulan
Bintang,1993), hlm.104.
5
Ash-Shiddieqy,Tengku M. Habsyi, Pedoman Shalat, (Semarang:Pustaka Rizki,2001),
hlm.287.
3
6
Alim, Zezen Zainal,The Power of Shalat Dhuha, (Jakarta: Quantum Media,2008). hlm.63.
7
Wawancara dengan Ustadz Sigit selaku bagian Kesiswaan SD IT Harapan Bunda
Purwokerto pada tanggal 5 Desember 2018
4
B. Fokus Kajian
1. Penanaman Nilai Akhlak
a. Penanaman
Menurut KBBI, Penanaman merupakan susunan dari kata “pe-na-
nam-an” yang artinya proses, cara, perbuatan menanam,menanami atau
menanamkan.9
8
Wawancara dengan Ustad Sigit selaku bagian Kesiswaan SD IT Harapan Bunda
Purwokerto pada tanggal 5 Desember 2018
9
Pusat Bahasa, KBBI,(Jakarta: Balai Pustaka,2010).
5
b. Nilai
Nilai adalah harapan tentang suatu hal yang
berguna,bermanfaat,selalu dijunjung tinggi dan sebagai acuan tingkah
laku bagi kehidupan manusia.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata nilai dapat diartikan
sebagai sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi
kemanusiaan.10 Sedangkan menurut Sutarjo Adi Susilo nilai akan selalu
berhubungan dengan kebaikan serta keluhuran budi dan menjadi sesuatu
yang di hargai dan dijunjung tinggi, serta dikejar oleh seseorang sehingga
ia merasakan adanya suatu kepuasan dan ia merasa menjadi manusia yang
sebenarnya.11
c. Akhlak
Akhlak kepada Allah Swt dapat diartikan sebagai sikap atau
perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk
Tuhan. Berkenaan dengan akhlak kepada Allah dapat dilakukan dengan
cara memujinya,yakni menjadikan Allah sebagai satu-satunya yang
menguasai dirinya. Salah satu cara untuk kita berakhlak kepada Allah
yaitu dengan beribadah.12
2. Pembiasaan
Pembiasaan adalah upaya praktis dalam pembinaan dan pembentukan
anak.13 Hasil dari pembiasaan yang dilakukan oleh pendidik adalah
terciptanya suatu kebiasaan bagi anak didik. Kebiasaan adalah suatu tingkah
laku tertentu yang sifatnya otomatis tanpa direncanakan terlebih dahulu, dan
berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi.14 Proses pembiasaan harus dimulai
dan ditanamkan pada anak sejak usia dini. Potensi ruh keimanan manusia
10
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Departemen pendidikan Dan kebudayaan, 1998), hlm.783.
11
Sutarjo adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2012).
hlm 56-57.
12
Yatimin Abdullah,Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur‟an, (Jakarta: Amzah,2007). hlm
201.
13
Andrew dikutip oleh Ramayulis,Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta Pusat: Kalam
Mulia,1994).hlm.184.
14
S.Nasution dikutip oleh Ramayulis, Ilmu Pendidikan……,hlm.184.
6
yang berada dalam pribadi bisa berubah-ubah, sehingga potensi ruh yang
diberikan oleh Allah Swt harus senantiasa dipupuk dan dipelihara dengan
memberikan pelatihan-pelatihan dalam ibadah.15 Jika pembiasaan sudah di
tanamkan, maka anak tidak akan merasa berat lagi untuk beribadah, bahkan
ibadah akan menjadi bingkai amal dan sumber kenikmatan dalam hidupnya
karena mereka bisa berkomunikasi langsung dengan Allah dan sesama
manusia.
3. Shalat Dhuha
Shalat Dhuha merupakan amalan istimewa yang dilakukan oleh
manusia yang mengharap ridha Allah Swt. Shalat dhuha dilakukan yaitu saat
ketinggian matahari pagi di sebelah timur di perkirakan sama dengan
ketinggian sore disebelah barat saat masuknya shalat ashar atau sejak terbit
sampai condong. Shalat dhuha bisa di lakukan 2 rakaat,4 rakaat,8 rakaat,
bahkan ada pula yang mengatakan bahwa Rasulullah saw pernah
melaksanakan shalat dhuha 12 rakaat.16
4. SD IT Harapan Bunda Purwokerto
SD IT Harapan Bunda Purwokerto adalah salah satu sekolah yang
menerapkan pembiasaan shalat dhuha pada siswanya dari kelas 1 sampai
dengan kelas 6. Pembiasaan ini sudah di terapkan selama 4 tahun. SD IT
Harapan Bunda Purwokerto berlokasi di Jl.KH.Wahid Hasyim Gg.Pesarean
Rt. 01 Rw. 01 KarangKlesem Kecamatan Purwokerto Selatan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di kemukakan diatas, maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan pembiasaan sholat dhuha di SD IT Harapan Bunda
Purwokerto ?
15
Zayadi, Ahmad dan Abdul Majid, Tadzkiyah Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
Berdasarkan Pendekatan Kontekstual, (Jakarta:Raja Grafindo Persadah,2005). hlm.64.
16
A’yunin, The Power Of Dhuha: Kunci Memaksimalkan Shalat Dhuha Dengan Doa-doa
Mustajab, (Jakarta: Kalil PT Gramedia Pustaka Utama).
7
E. Kajian Pustaka
Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai penanaman nilai
akhlak melalui pembiasaan shalat dhuha. Beberapa diantaranya yaitu :
Skripsi pertama,oleh Izzul Mustafa Hadi tahun 2012 yang berjudul
“Upaya Pembiasaan Ibadah Shalat Siswa di Mts Negeri Model Purwokerto
Kabupaten Banyumas Tahun 2011/2012” yang memuat tentang upaya yang
dilakukan oleh guru agama dalam mengamalkan pentingnya shalat berjama’ah.
8
Skripsi kedua, oleh Mahdi Zuhdi tahun 2013 yang berjudul “Penanaman
Nilai-Nilai Akhlak Siswa di SMP Ma’arif Nu 01 Purwokerto Tahun Pelajaran
2013-2014” yang membahas tentang penanaman nila-nilai akhlak yang dilakukan
oleh pihak sekolah kepada siswa-siswanya.
Skripsi ketiga, oleh Lathifatul Markhamah tahun 2014 yang berjudul
“Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Islam Darul
Falah Tambak Banyumas Tahun Pelajaran 2014/2015” yang membahas tentang
pemberian metode dan materi oleh sekolah dalam menanamkan nilai-nilai
Pendidikan Agama Islam pada siswa-siswinya.
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan ini merupakan kerangka skripsi secara umum,
yang bertujuan memberi petunjuk kepada pembaca mengenai permasalahan yang
akan dibahas dalam penelitian ini. Dengan demikian, berikut penulis
menggambarkan sistematika pembahasan yang akan dijabarkan sebagai berikut:
Pada bagian awal skripsi berisi halaman, halaman pernyataan keaslian,
halaman pengesahan, halaman nota dinas pembimbing, halaman motto, halaman
persembahan, halaman abstrak, kata pengantar, daftar isi dan halaman daftar
lampiran. Pada bagian kedua merupakan pokok-pokok pembahasan skripsi yang
terdiri dari lima bab pemahaman yaitu:
BAB I Pendahuluan, yaitu terdiri dari latar belakang masalah, fokus
kajian, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,dan sistematika
pembahasan.
BAB II Landasan Teori, yaitu akan dipaparkan tentang teori-teori yang
akan menjadi dasar atas penelitian ini terutama pada teori-teori tentang
Penanaman Nilai Akhlak Melalui Pembiasaan Shalat Dhuha yang telah diuji
kebenarannya.
BAB III Metode Penelitian, yang meliputi : jenis penelitian, tempat dan
waktu penelitian, subjek dan objek penelitian, teknik pengumpulan data dan
teknik analisis data.
9
17
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1998), hlm. 895.
18
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka), hlm. 273.
19
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan,1988), hlm. 783.
20
Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012),
hlm.56-57.
21
Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2004), hlm. 114.
10
11
Bertolak dari beberapa pengertian nilai menurut para ahli maka yang
disebut nilai adalah rujukan dan keyakinan seseorang dalam menentukan
pilihannya sebagai hal yang abstrak yang harganya mensifati dan disifatkan
pada sesuatu hal dan ciri-cirinya dapat dilihat dari tingkah laku.
Akhlak secara etimologis (lughatan) akhlak (Bahasa Arab) adalah
bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti,perangai,tingkah laku atau
tabiat. Berakar dari kata khuluqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan
kata khaliq ( Pencipta), makhluq (yang diciptakan) dan khalaq (penciptaan).22
Zainudin Ali menjelaskan “Akhlak adalah hal ihwal yang melekat
dalam Jiwa dari padanya timbul perbuatan-perbuatan yang mudah tanpa
dipikirkan dan diteliti oleh manusia.”23
Menurut Imam Al-Ghazali sebagaimana yang dikutip oleh Yunahar
Ilyas menjelaskan “Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.”24
Menurut Ibnu Maskawaih sebagaimana yang dikutip oleh Mansur
menjelaskan “Akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya
untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran
lebih dulu.”25 Dapat dirinci sebuah akhlak Islami harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut:
a. Kondisi jiwa yang tertanam kuat
b. Melahirkan sikap amal
c. Tanpa butuh pemikiran dan pertimbangan.26
Akhlak bersumber dari apa yang menjadi ukuran baik dabn buruk atau
mulia dan tercela. Sebagaimana keseluruhan ajaran Islam, sumber akhlak
22
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset,1999), hlm. 1.
23
Zainuddin Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), hlm. 29.
24
Yunahar Ilyas, Kuliah…, hlm. 1-2.
25
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005),
hlm.221.
26
Wahid Ahmadi, Risalah akhlak: Panduan Perilaku Muslim Modern, (Solo: Era Intermedia,
2004), hlm 15-16.
12
27
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: Prenada Media Group,2003), hlm.223.
28
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam; upaya pembentukan pemikiran dan
kepribadian muslim, ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 160.
16
yang terletak suatu jarak tertentu yang tidak dapat dicapai kecuali dengan
usaha melalui proses tertentu.29 Sehingga tujuan merupakan sesuatu yang
ingin dicapai dalam sebuah proses yang sedang atau akan dijalani oleh
seseorang.
Akhlak mulia merupakan tujuan pokok dalam pendidikan Islam.
Akhlak seseorang dianggap mulia jika perbuatannya mencerminkan nilai-
nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an. Dengan penanaman nilai akhlak
diharapkan mampu mewujudkan masyarakat beriman yang senantiasa
berjalan diatas kebenaran dan konsistensi dengan nilai-nilai keadilan,
kebaikan dan musyawarah serta menciptakan masyarakat yang berwawasan
demi tercapainya kehidupan manusia yang berlandaskan pada nilai-nilai
humanisme yang mulia.
5. Metode Penanaman Nilai Akhlak
Metode memiliki kedudukan yang sangat penting dalam proses
pendidikan Islam untuk terciptanya tujuan pendidikan. Tanpa adanya suatu
metode yang jelas, maka materi yang disampaikan tidak akan berproses
dengan efektif dalam mencapai tujuan. Suatu metode dikatakan baik bila
memiliki relevansi dengan tujuan pendidikan itu. Metode ini merupakan cara
yang dapat ditempuh untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan
akhlak kepada anak agar tercapai dari tujuan pendidikan akhlak.30
Dalam mendidik, metode merupakan hal yang sangat penting untuk
diperhatikan. Pemilihan metode yang digunakan harus sesuai dengan
perkembangan anak. Metode penanaman nilai akhlak untuk anak usia dasar
diantaranya:
a. Dengan keteladanan
Sebagaimana menurut Abdullah Nasih Ulwan bahwa memberikan
teladan yang baik dalam pandangan Islam merupakan metode yang paling
membekas pada anak-anak. Ketika seorang anak menemukan pada diri
kedua orang tua suatu teladan yang baik dalam segala hal,maka ia telah
29
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,2002), hlm. 133.
30
Abdullah Nasih Ulwan,Pendidikan Anak Dalam Islam 2, (Jakarta: Pustaka Amani,2007),
hlm. 141.
17
31
Abdullah Nasih Ulwan,Pedoman Pendidikan…,hlm. 142.
32
Abdullah Nasih Ulwan,Pedoman Pendidikan…,hlm. 142.
33
Abdullah Nasih Ulwan,Pedoman Pendidikan…,hlm. 203.
34
Hery Noer Aly,Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Logos,1999), hlm. 134.
35
Nasirudin, Pendidikan Tasawuf,(Semarang: RaSAIL, 2010), hlm. 38.
18
c. Dengan Pengetahuan
Proses pengetahuan dapat dilakukan dengan cara
menginformasikan tentang haikat nilai-nilai kebaikan yang terkandung di
dalam pembiasaan yang sering dilakukan.
Proses pengetahuan ini berfungsi sebagai penguat terhadap
pembiasaan yang dilakukan oleh si anak, karena setelah ia mengetahui
hakikat amalan yang ia lakukan, maka ia bertambah yakin dengan apa
yang ia lakukan. Sebagai contoh, memeberi pengetahuan tentang hakikat
bersedekah yaitu mengajarkan seorang anak supaya tidak menjadi orang
yang bakhil dan menjadi orang yang peduli sesama. Kemudian
mengajarkan tentang nilai-nilai kebaikannya, yaitu sedekah bisa
menghindarkan diri dari sebuah bencana.
Setelah memahami dan meyakini bahwa pembiasaan yang ia
lakukan itu mempunyai nilai, maka kemungkinan besar ia akan terus
melakukannya dan semakin yakin dengan apa yang dilakukannya
Melihat pemaparan diatas,maka perlu bagi orangtua atau seorang
pendidik memberikan informasi atau pengetahuan yang benar dan sesuai
dengan ajaran agama Islam, supaya mereka tidak terjerumus dalam
amalan-amalan yang sesat.
d. Dengan memberi Nasihat
Nasihat merupakan metode yang digunakan dalam pendidikan
akhlak anak untuk mempersiapkan dirinya baik secara moral, emosional
maupun secara sosial. Karena nasihat memiliki pengaruh yang cukup
besar dalam mendidik anak mereka menuju harkat dan martabat yang
luhur, menghiasinya dengan akhlak yang mulia, serta membekalinya
dengan prinsip-prinsip Islam.
Sebuah nasihat dapat membukakan anak-anak tentang hakikat
sesuatu dan mendorongnya menuju situasi luhur, menghiasinya dengan
akhlak mulia serta membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam. Cara
seperti ini banyak sekali di jumpai dalam Al-Qur’an, karena nasehat dan
cerita pada hakekatnya bersifat penyampaian pesan dari sumbernya
19
menjadi riang juga senang dengan pujian ini untuk kemudian semakin
aktif.38
6. Media Penanaman Nilai Akhlak
Gerlach dan Ely (1971) seperti yang dikutip oleh Azhar Arsyad
mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah
manusia, materi atau kejadian yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, ketrampilan atau sikap.39 Dapat dikatakan juga media adalah
segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau
informasi.
Media dalam penanaman nilai akhlak yaitu meliputi media bersifat
benda dan bukan benda (pergaulan), yaitu sebagai berikut:
a. Media yang bersifat benda yaitu meliputi:
1) Film kartun adalah media hiburan yang paling diminati sehingga
mencari film kartun yang mengandung unsur pendidikan adalah
diantara tugas pendidik yang ingin menjadikan media tersebut sebagai
mediator pendidikan akhlak mulia.
2) Poster yaitu sebagai kombinasi visual rancangan yang kuat dengan
warna dan pesan dengan maksud untuk menangkap perhatian orang
yang lewat.40 Menanamkan nilai akhlak dapat dilakukan menggunakan
media poster yang mengandung nilai akhlak didalamnya.
b. Media bukan benda yaitu berupa pergaulan yang membuat kondisi siswa
mungkin memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap diantaranyan
yaitu berupa keteladanan, perintah, larangan, ganjaran, dan hukuman.
Dengan demikian, dengan adanya media dalam penanaman nilai akhlak
diharapkan anak mempunyai pemahaman yang bagus dan memiliki moral
atau akhlak yang tinggi. Sehingga besar kemungkinan dengan
memperhatikan media dapat mencapai tujuan penanaman nilai akhlak
secara efisien dan efektif.
38
Abdullah Nasih Ulwan, Pedoman Pendidikan…, hlm. 312-315.
39
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm 3.
40
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2010), hlm. 51.
22
B. Metode Pembiasaan
Suatu pembelajaran dalam pendidikan membutuhkan metode dalam upaya
pencapaian tujuan yang dicita-citakan, karena tanpa metode suatu materi
pendidikan tidak mungkin terserap secara efektif dan efisien oleh anak didik.
Oleh karena itu metode merupakan syarat agar aktivitas pembelajaran dapat
berjalan dengan baik.
1. Pengertian Metode Pembiasaan
Pengertian metode pembiasaan sebagaimana yang dikemukakan oleh
para ahli pendidik, diantaranya:
a. Abdullah Nasih Ulwan
“ Metode pembiasaan adalah cara atau upaya yang praktis dalam
pembentukan (pembinaan) dan persiapan anak.”41
b. Ramayulis
“ Metode pembiasaan adalah cara untuk menciptakan suatu kebiasaan
atau tingkah laku tertentu bagi anak didik.” 42
c. Armai Arief
“ Metode pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk
membiasakan anak didik berpikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan
tuntunan ajaran agama Islam.”43
Dari beberapa definisi diatas, terlihat adanya kesamaan pandangan
walaupun redaksinya berbeda-beda. Namun pada prinsipnya mereka sepakat
bahwa pembiasaan merupakan salah satu upaya pendidikan yang baik dalam
pembentukan manusia dewasa. Oleh karena itu, dapat diambil suatu
pengertian bahwa yang dimaksud metode pembiasaan adalah sebuah cara
yangdipakai pendidik untuk membiasakan anak didik secara berulang-ulang
sehingga menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan dan akan terus terbawa
sampai di hari tuanya.
41
Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyah Al-Aulad fil Islam terj. Khalilullah Ahmad Masykur
Hakim, Pendidikan Anak Menurut Islam (Bandung: Rosda Karya, 1992), hlm. 60.
42
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), hlm. 103.
43
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pres,
2002), hlm. 110.
23
44
Armai Arief, Pengantar Ilmu…, hlm. 110.
45
Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyah Al-Aulad…, hlm.62.
24
46
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (Bandung: Rosdakarya,2000), hlm. 118.
47
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 101.
48
Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa ( Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2005), hlm. 73.
25
49
Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam terj. Salman Harun (Bandung: PT. Al-
Ma’arif, 19930, hlm. 363.
50
Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyah Al-Aulad…, hlm.65.
51
Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyah Al-Aulad…, hlm.64.
52
Muhammad Sa’id Mursy, Seni Mendidik Anak terj. Al-Gazira (Jakarta: Arroyan, 2001),
hlm. 140.
26
Selain itu, arti tepat dan positif diatas ialah selaras dengan norma dan
tata nilai moral yang berlaku, baik yang bersifat religius maupun tradisional
dan kultural.53
Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan di
adakannya metode pembiasaan di sekolah adalah untuk melatih serta
membiasakan anak didik secara konsisten dan kontinu dengan sebuah tujuan,
sehingga benar-benar tertanam pada diri anak dan akhirnya menjadi
kebiasaan yang sulit ditinggalkan di kemudian hari.
4. Bentuk-Bentuk Metode Pembiasaan
Pendidikan agama melalui kebiasaan dapat dilakukan dalam berbagai
bentuk, diantaranya:
a. Pembiasaan dalam akhlak, berupa pembiasaan bertingkah laku yang baik,
baik di sekolah maupun diluar sekolah seperti: berbicara sopan santun,
berpakaian bersih, hormat kepada orang yang lebih tua, dan sebagainya.
b. Pembiasaan dalam ibadah, berupa pembiasaan shalat berjamaah,
mengucapkan salam sewaktu masuk kelas serta membaca “basmallah”
dan “hamdallah” tatkala memulai dan menyudahi pelajaran.
c. Pembiasaan dalam keimanan, berupa pembiasaan agar anak beriman
dengan sepenuh jiwa dan hatinya, dengan membawa anak-anak
memperhatikan alam semesta, memikirkan dalam merenungkan ciptaan
langit dan bumi dengan berpindah secara bertahap dari alam natural
kealam spiritual.54
Pembentukan kebiasaan-kebiasaan tersebut terbentuk melalui
pengulangan dan memperoleh bentuknya yang tetap apabila disertai dengan
kepuasan. Menanamkan kebiasaan itu sulit dan kadang-kadang memerlukan
waktu yang lama. Kesulitan itu disebabkan pada mulanya seseorang atau anak
belum mengenal secara praktis sesuatu yang hendak dibiasakannya. Oleh
karena itu, pembiasaan hal-hal yang baik perlu dilakukan sedini mungkin
sehingga ketika dewasa nanti hal-hal yang baik telah menjadi kebiasaanya.
53
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan.., hlm. 123.
54
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), hlm.100.
27
C. Shalat Dhuha
1. Pengertian Shalat Dhuha
Shalat dari segi bahasa adalah do’a atau do’a dengan kebaikan. Dari
segi syara’ artinya beberapa ucapan dan perbuatan yang dibuka dengan takbir
dan diakhiri dengan salam. Shalat merupakan hubungan langsung antara
hamba dengan Tuhannya, dengan maksud untuk mengagungkan dan
bersyukur kepada Allah dengan rahmat dan istighfar untuk memperoleh
berbagai manfaat yang kembali untuk dirinya sendiri di dunia dan akhirat.58
Menurut terminologi bahasa Arab, shalat berarti doa. Shalat adalah doa
yang mendekatkan diri kepada Allah untuk beristighfar, memohonkan
ampunan atau menyatakan kesyukuran atas nikmat Allah atau untuk
memohon kepada-Nya perlindungan dari bahaya atau untuk beribadah
(berbuat amal karena mematuhi seruan-Nya dan bimbingan Rasulullah).
Begitu pula shalat adalah wujud pernyataan kehendak, nikmat dan harapan
kepada Al-Ma’bud (Rab yang disembah) dengan ungkapan dan perbuatan.59
Shalat merupakan ibadah mahdhah yang wajib dilaksanakan oleh orang
mukmin bagi yang sudah baligh dan berakal. Shalat merupakan manifestasi
gerak ibadah yang menjelmakan hubungan langsung dengan Allah yang dapat
meniscayakan tambatan tenaga batin dan menjelmakan petunjuk Tuhan
58
Ahmad bin Salim Baduewilan, Misteri Pengobatan dalam Shalat, (Jakarta: Mirqat Publishing,
2008), hal. 3.
59
A. Malik Ahmad, Shalat Membina Pribadi dan Masyarakat, (Jakarta: Al-Hidayah, 1987), hal.
11
29
berupa inyuisi dan inspirasi. Oleh sebab itu, shalat merupakan ibadah yang
bisa menunjukkan jalan yang lurus menuju Allah SWT, 60
Tujuan manusia dimuka bumi ini agar manusia mengabdi kepada Allah
Swt dengan selalu melakukan segala apa yang diperintahkanNya dan
menjauhi apa yang dilarangNya. Kewajiban dan syiar yang paling utama
adalah shalat, karena merupakan tiang agama Islam. Shalat merupakan ibadah
harian yangb terus berulang dan ibadah yang pertama kali dihisab atas setiap
mukmin di hari kiamat. Shalat merupakan garis pemisah antara iman dan
kufur, antara mukmin dan kafir. Dalam salah satu hadisnya beliau
menegaskan baina ar-rajuli wa baina al-kufri tarku ash-shalati (HR.
Muslim) (batas antara seseorang dengan kekufuran adalah meninggalkan
shalat).61
Shalat dhuha termasuk dalam golongan shalat sunnah yang memiliki
banyak keutamaan. Secara istilah shalat dhuha merupakan shalat sunnah yang
terdiri atas ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan tertentu atau khusus,
dimulai dengan takbir (takbiratul ihram) dan diakhiri dengan salam dengan
syarat-syarat tertentu yang dilaksanakan pada waktu pagi atau waktu dhuha
yakni ketika matahari sedang naik setinggi tombak atau naik sepenggalah,
yang kira-kira antara jam tujuh sampai masuk waktu shalat dhuhur.62
2. Keutamaan Shalat Dhuha
Shalat menurut Wahbah Zuhaily, merupakan suatu manifestasi dari
ketaatan kepada Allah. Shalat merupakan komunikasi hamba dan Khaliknya,
semakin kuat komunikasi tersebut, semakin kukuh keimanannya. 63
Shalat bukanlah hal yang sulit bagi mereka yang terbiasa
melaksanakannya. Hal ini dikarenakan Allah pun tidak mewajibkan
hambanya untuk melaksanakan shalat sehari semalam. Selain itu,gerakan-
gerakan shalat juga tidak terlalu sulit. Bahkan anak kecil sekali pun dapat
60
Muhammad Makhdlori, Menyingkap Mukjizat Shalat Dhuha, (Jogjakarta: Diva Press,
2007), hal. 36
61
Yusuf Qardhawi, Masyarakat Berbasis Syariat Islam, ( Solo: Era Intermedia, 2003)
62
Hanafi, Tuntunan Shalat Lengkap Dzikir dan Wirid, (Jakarta: Bintang Indonesia Jakarta:
2000), hlm.111.
63
Muhammad Fathurrohman, Budaya Religius,hlm. 61.
30
66
Muhammad. Makhdlori, Menyingkap Mukjizat Shalat Dhuha. (Jogjakarta: Diva Press,
2007). hlm. 21.
32
67
Muhammad. Makhdlori, Menyingkap Mukjizat Shalat Dhuha. (Jogjakarta: Diva Press,
2007). hlm. 22.
33
68
Labib Mz dan Muflihun HS, Menghafal Materi Hukum-hukum Thaharah, hlm.117.
69
Labib Mz dan Muflihun HS, Menghafal Materi Hukum-hukum Thaharah, hlm.117.
34
berselimut satu potong baju. Sesudah shalat saya (Ummu) terjadi pada waktu
dhuha”. (HR. Muslim).
d. Hadis yang menyebutkan shalat dhuha 12 rakaat
Hadis dari Anas bin Malik bahwa Nabi saw bersabda: “Barang siapa
mengajarkan shalat dhuha sebanyak 12 rakaat, maka Allah akan
membangunkan istana di surga”. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
4. Waktu Pelaksanaan Shalat Dhuha
Seperti halnya shalat-shalat yang lain untuk mengerjakan shalat dhuha
juga ada ketentuan waktunya. Dan waktu shalat dhuha sebagai berikut:
a. Waktu yang tepat
Menurut Quraisy syihab dalam A’yunin menjelaskan kapan
tepatnya waktu shalat dhuha jika menilik hadis-hadis Rasulullah saw,
maka waktu pelaksanaan shalat dhuha adalah ketika matahari mulai
merayap meninggalkan tempat terbitnya, sehingga ia tampak membayang
menjelang tengah hari.
Hadis berikut bisa dijadikan patokan dalam menentukan waktu
shalat dhuha, diantaranya yaitu:
1) Ali bin Abi Thalib ra. Berkata: “Rasulullah saw, shalat dhuha pada
saat (ketinggian) matahari disebelah timur sama dengan ketinggiannya
pada waktu shalat ashar di sebelah barat”. (HR. Ahmad)
2) Zaid bin Arqam melihat sekelompok orang sedang melaksanakan
shalat dhuha. Kemudian dia berkata: “ Sungguh sekiranya mereka
mengetahui bahwa shalat (dhuha yang dilakukan) bukan pada saat ini
(matahari belum tinggi) adalah lebih afdal(utama)! Sesungguhnya,
Rasulullah saw pernah bersabda: “ Shalat al-awwabir (dhuha) itu
dilakukan pada saat anak unta kepanasan.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
shalat dhuha dilakukan yaitu saat ketinggian matahari pagi disebelah
timur diperkirakan sama dengan ketinggian matahari sore disebelah barat
masuknya waktu shalat ashar atau sejak terbit matahari sampai zawal
(condong), sekitar pukul 7 sampai masuk waktu dhuhur. Adapun waktu
35
adab dan etikanya agar pelaksanaan shalat dhuha tidak sia-sia. Berikut adab
dan etika ketika menjalankan shalat dhuha, antara lain:70
a. Persiapkan diri dengan kondisi terbaik.
1) Membersihkan kotoran dibadan, pakaian, dan tempat shalat.
2) Suci dari hadas kecil maupun besar.
3) Menutup aurat dengan sempurna.
4) Berdiri menghadap kiblat
5) Merenggangkan keduan telapak kaki, dan lain-lain.
b. Kita harus mampu menghadirkan hati dengan tenang dan khusyuk.
1) Menjauhkan hati dari lalai.
2) Mengosongkan hati dari segala yang bersifat duniawi.
3) Abaikan diri dari berbagai pikiran buruk.
4) Pikirkan indahnya surge dan dahsyatnya neraka.
5) Pikirkan bahwa Allah melihat setiap perbuatan kita.
c. Menyucikan hati dari berbagai sifat buruk.
1) Hindari berdo’a dengan suara keras dan meminta yang bukan-bukan.
2) Menjauhkan diri dari sifat ria dalam shalat.
Selain adab dan etika diatas, ada suatu hal yang penting dan wajib
diperhatikan yaitu melaksanakan ibadah dengan penuh keikhlasan.
6. Tata Cara Melaksanakan Shalat Dhuha
Cara melaksanakan shalat dhuha sama dengan shalat fardhu dalam
setiap gerakannya, yang membedakan hanyalah niat shalatnya.
Lafaz niatnya:
َِ ََّحى َرْك َعتَ ْي َِن ُم ْستَ ْقبِ ََل ال ِْق ْب لَ َِة اَ َداء
ََلل ىتَ َعال ٰ صلِّى ُسنَّ َة الض
َ ُا
70
A’yunin, The Power Of Dhuha: Kunci Memaksimalkan Shalat Dhuha Dengan Doa-doa
Mustajab….., hlm 68.
37
71
M. Ali Hasan Syafii, Materi Pokok Pendidikan Pengamalan Ibadah,hlm. 136.
72
Zenzen Zainal Alim, Panduan Pintar Shalat Sunnah, (Jakarta: Qultum Media,2009)
hlm.53.
73
Imam Bashori Asy-syuyuti, Bimbingan Ibadah Shalat Lengkap,hlm. 85.
38
ِ ِ ِ
ُمَس مع اهللُ ل مم ْن مَح مده
7) Kemudian sujud, yaitu meletakkan dahi diatas tempat sujud, dan pada
saat bergerak turun sambil membaca takbir.
8) Dilanjutkan dengan duduk diantara dua sujud,yaitu duduk untuk
memisahkan sujud pertama dan sujud kedua.
9) Kemudian sujud kedua, gerakan dan bacaannya sama seperti sujud
pertama. Yang disebut rakaat pertama yaitu saat dimulainya takbiratul
ikhram hingga pada saat sujud kedua. Rakaat kedua yaitu, mulai bangkit
berdiri dari sujud kedua, dengan posisi tangan sedekap di dada seperti
pada rakaat pertama, gerakan dan bacaannya sama. Hanya saja pada
rakaat kedua tidak membaca doa iftitah.
10) Dan diakhiri dengan posisi tasyahud akhir setelah sujud kedua pada
rakaat kedua, yaitu kaki kiri dimasukkan ke bawah kaki kanan agar pantat
langsung menyentuh lantai dan jari-jari kaki kanan tetap menjejak lantai.
Sedangkan tangan diletakkan menggenggam diatas lutut dan menegadah
kedepan. Kemudian membaca doa tasyahud akhir. Dan diakhiri dengan
salam.
Setelah selesai melaksanakan shalat dhuha di sunnahkan membaca
doa shalat dhuha yaitu:
،ك ِ ام
موالْ ُقومة قُوتُ م،ك موا ْْلم مم مال مَجمالُ م، موالْبم مهاءم بم مهاءُ مك،ض محاءُ مك ُ ُّحآءم للهم ان الض م ُ
ك ِ ِ
ص ممتُ م ْ ص مم مة ع ْ موالْع،ك موالْ ُق ْد مرمة ُُ ْد مرتُ م
مخ ِر ْجهُ مواِ ْن مكا من
ْ ض فمأ ِ آء فمأمنْ ِزلْهُ مواِ ْن مكا من ِِف اْالم ْر
ِ امللهم اِ ْن مكا من ِرزقمى ِِف السم
م ْ ُ
ِ
ُم معسًرا فميم ِّس ْرهُ موا ْن مكا من محمر ًاما
ك آتِِ ْن ِ ِ ِ ِ
ك موقُ ْد مرتِ مك موقُوتِ م ِ
ض محاء مك موبم مهاء مك مو مَجمال م ُ فمطم ِّه ْرهُ موا ْن مكا من بمعْي ًدا فم مقِّربْهُ ِِبم ِّق
ت ِعبم ماد مك الصاِلِِ ْي ممآامتم ْي م
Allahumma innad-duhaa'a duhaa'uka wal bahaa'a bahaa'auka wal-
jamaala jamaaluka wal-quwwata quwwatuka wal-qudrota qudratuka
wal-'ismata 'ismatuka. Allaahumma in kaana rizqii fis-samaa'i fa
anzilhu, wa in kaana fil-ardi fa akhrijhu, wa in kaana mu'assiran fa
yassirhu, wa in kaana haraaman fa tahhirhu wa in kaana ba'iidan fa
39
74
A’yunin, The Power Of Dhuha: Kunci Memaksimalkan Shalat Dhuha Dengan Doa-doa
Mustajab….., hlm .99.
40
tetapi juga pada sesuatu yang di sunnahkan oleh Rasulullah saw seperti
shalat dhuha.
c. Manajemen waktu yang baik
Manajemen waktu sangat penting terutama untuk anda yang
memiliki kesibukan yang luar biasa padat, dan untuk untuk
menyeimbangkan waktu kita agar tidak hanya bermanfaat untuk dunia
melainkan juga untuk akhirat. Dengan waktu shalat dhuha yang berada
pada puncak kesibukan manusia, dengan adanya shalat dhuha ini
diharapkan agar manusia berhenti sejenak dari sinilah diharapkan
manusia bisa belajar untuk membagi dan mengatur waktu untuk menjadi
manusia yang disiplin karena bisa memanfaatkan waktu dengan baik.
d. Keikhlasan dalam beribadah
Setelah melakukan shalat dhuha dengan istikamah, maka dari
istikamah itulah akan ditemukan sebuah rasa keikhlasan yang akhirnya
akan menjadi akhlak baik yang melekat pada diri manusia. Selain itu,
dirinya berada dalam pengawasan Allah
e. Zuhud dunia
Zuhud disini diartikan sebagai kemampuan manusia dalam
menjaga hati dari tipu daya dunia, tanpa harus meninggalkan tipu daya
dunia sepenuhnya. Orang yang zuhud terhadap dunia akan selalu bekerja
dan berusaha namun keberadaan dunia tidak sedikitpun menguasai
hatinya ataupun imannya untuk berpaling dari Allah Swt, dan orang yang
zuhud dunia meyakini bahwa kehidupan akhirat merupakan tujuan utama.
Salah satu ibadah yang bisa menjadi pengingat di kala manusia tengah
sibuk dengan urusan dunianya adalah shalat dhuha.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian lapangan (field
research) yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara langsung di lokasi
penelitian.Penelitian ini memiliki sifat penyusunan deskriptif, dimana
ditunjukkan untuk menganalisis dan menyajikan keadaan yang sebenarnya terjadi
di lokasi penelitian, jenis datanya yaitu kualitatif.
Menurut Bogdan dan Taylor, metodologi kualitatif yaitu prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dari perilaku yang dapat diamati.75Pada hakikatnya penelitian
kualitatif merupakan suatu kegiatan sistematis untuk menemukan teori yang ada
di lapangan.
Penulis memilih jenis penelitian kualitatif karena penelitian ini bertujuan
menggambarkan bagaimana penanaman nilai akhlak melalui pembiasaan shalat
dhuha di SD IT Harapan Bunda Purwokerto.
75
Lexy J. Moleong,Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,2012).hlm.4.
41
42
76
Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D, (Bandung:
Alfabeta,2015).hlm.229.
43
77
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan…..,hlm.229.
78
Etta Mamang Sangaji, Sopiah, Metodologi Penelitian (Yogyakarta: CV. Andi
Offset,2010).hlm.172
79
Sugiyono,Metodologi Penelitian Pendidikan , (Bandung: CV. Alfabeta,2009).hlm.194.
80
Etta Mamang Sangaji, Sopiah, Metodologi Penelitian (Yogyakarta: CV. Andi
Offset,2010).hlm.171.
44
3. Metode dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan
(life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan.81Metode dokumentasi
ini penulisgunakan untuk mencari konsep, teori, proposisi dan data lain yang
berkaitan dengan masalah dengan penelitian, yang di dapat dari buku,
majalah, dokumen, peraturan dan catatan rapat pada setiap pertemuan.
81
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan,.,..,hlm.329.
82
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan,….,hlm.21.
83
Etta Mamang Sangaji, Sopiah, Metodologi Penelitian (Yogyakarta: CV. Andi
Offset,2010).hlm.199.
45
b. Penyajian Data
Miles dan Huberman mengemukakan bahwa penyajian data adalah
menyajikan sekumpulan data informasi tersusun yang memberi kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.84
Penyajian data yang telah didapat dalam bentuk kalimat-kalimat yang
bertujuan untuk menyampaikan berbagai fakta yang ditemukan di lapangan,
sekaligs dilakukan analisis terhadap data yang telah didapat dengan
mengkomparasikan antara data yang ada dengan teori yang digunakan.
c. Verifikasi (Conclusion Drawing)
Langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya. 85
Penarikan kesimpulan ini menggunakan metode berfikir induktif yakni
berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa yang konkret.
Kemudian dari fakta-fakta dan peristiwa-peristiwa yang khusus ditarik
generalisasi-generalisasi yang bersifat umum.86
Metode ini penulis gunakan untuk mengambil kesimpulan dan verifikasi
dari berbagai informasi yang di peroleh di SD IT Harapan Bunda Purwokerto,
baik itu hasil wawancara, observasi, maupun dokumentasi. Sehingga dapat
diketahui inti dari penelitian ini.
84
Etta Mamang Sangaji, Sopiah, Metodologi Penelitian…..,hlm.199.
85
Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D,(Bandung:
Alfabeta,2010).hlm.345.
86
Sutrisno Hadi, Metodologi Research JilidI,( Yogyakarta: Andi Offset,2001), hlm. 36.
BAB IV
PEMBIASAAN SHALAT DHUHA
DI SD IT HARAPAN BUNDA PURWOKERTO
46
47
b. Keadaan Siswa
Siswa sebagai obyek pendidikan juga tidak kalah penting dalam
menentukan keberhasilan tujuan pendidikan, tanpa adanya siswa kegiatan
belajar mengajar tidak akan terlaksana. Adapun siswa di SD IT Harapan
Bunda Purwokerto berjumlah 500 siswa yang terbagi dalam 6 kelas.
Table.2
I 3 46 38 84 46 38 84
II 3 50 32 82 50 32 82
III 3 47 37 84 47 37 84
IV 3 40 45 85 40 45 85
V 3 41 44 85 41 44 85
VI 3 42 38 80 42 38 80
KEADAAN
NO JENIS SARANA
JUMLAH
BAIK SEDANG RUSAK
1 Kursi Siswa 352 Baik
2 Meja Siswa 500 Baik
3 Kursi Guru 45 Baik
4 Meja Guru 40 Baik
5 Lemari 11 Baik
6 Papan Pajangan 22 Baik
7 Papan Tulis 36 Baik
8 Tempat Sampah 42 Baik
9 Tempat Cuci 15 Baik
Tangan
10 Jam Dinding 23 Baik
11 Kotak Kontak 2 Baik
12 Kursi Tamu 5 Baik
13 Papan pengumuman 1 Baik
14 Papan Majalah 1 Baik
dinding
15 Rak Buku 32 Baik
16 Komputer 9 Baik
17 LCD 4 Baik
18 Laptop 4 Baik
19 Tape recorder 4 Baik
20 Tv 9 Baik
21 Mesin Ketik - -
22 Alat PPPK Ada Baik
23 Lainnya Baik
50
KEADAAN
NO JENIS SARANA JUMLAH
BAIK SEDANG RUSAK
1 Kursi Siswa 352 Baik
2 Meja Siswa 500 Baik
3 Kursi Guru 45 Baik
4 Meja Guru 40 Baik
5 Lemari 11 Baik
6 Papan Pajangan 22 Baik
7 Papan Tulis 36 Baik
8 Tempat Sampah 42 Baik
9 Tempat Cuci Tangan 15 Baik
10 Jam Dinding 23 Baik
11 Kotak Kontak 2 Baik
12 Kursi Tamu 5 Baik
13 Papan pengumuman 1 Baik
14 Papan Majalah dinding 1 Baik
15 Rak Buku 32 Baik
16 Komputer 9 Baik
17 LCD 4 Baik
18 Laptop 4 Baik
19 Tape recorder 4 Baik
20 Tv 9 Baik
21 Mesin Ketik - -
22 Alat PPPK Ada Baik
23 Lainnya Baik
89
Hasil Observasi pada tanggal 31 Juli 2019 s/d 24 Agustus 2019.
90
Hasil Observasi pada tanggal 31 Juli 2019 s/d 24 Agustus 2019.
53
91
Hasil Wawancara dengan Ustadzah. Ishlakhul Ummah selaku kepala sekolah SD IT
Harapan Bunda Purwokerto pada tanggal 5 September 2019.
54
92
Hasil Wawancara dengan Ustadzah Nina selaku wali kelas 1 SD IT Harapan Bunda
Purwokerto pada tanggal 25 Agustus 2019.
93
Hasil Wawancara dengan Ustadzah Nina selaku wali kelas I SD IT Harapan Bunda
Purwokerto pada tanggal 25 Agustus 2019.
94
Hasil Wawancara kepada kepala sekolah SD IT Harapan Bunda Purwokerto pada tanggal
12 September 2019.
55
perintahkan dan di ingatkan lagi ketika sebelum pukul 07.00 wib mereka sudah
bersiap-siap untuk melaksanakan shalat dhuha.95
Kegiatan shalat dhuha juga tetap dilaksanakan sebelum upacara pada
hari senin dan ketika melaksanakan kegiatan diluar shalat dhuha juga tetap
dilaksanakan.
Mengenai hambatan-hambatan yang dirasakan oleh Ustadzah Nina
dalam pembiasaan shalat dhuha yakni masih ada siswa yang terkadang tidak mau
untuk melaksanakan shalat dhuha biasanya siswa kelas 1 yang masih seperti itu.
Namun siswa tersebut biasanya ditanya terlebih dulu kapan siap melaksanakan
shalat dhuha dan tetap diperintahkan untuk melaksanakan shalat dhuha meskipun
waktunya berbeda dan secara munfarid.
Langkah ini diambil bukan hanya demi mewujudkan siswa yang
berakhlakul karimah saja, melainkan juga untuk mencapai siswa yang
berprestasi, disiplin,dan berilmu sesuai visi dan misi sekolah.
Adanya buku amal yaumi juga menjadi pemicu siswa untuk tetap
melaksanakan kegiatan pembiasaan shalat dhuha karena didalam buku tersebut
terdapat catatan pelaksanaan shalat dhuha dan buku amal yaumi ini akan
disetorkan dan diperiksa oleh wali kelas masing-masing.
Pembiasaan shalat dhuha juga mendapat respon yang sangat baik dari
para guru dan siswa. Selain itu dengan adanya kebijakan waktu pelaksanaan
shalat dhuha yaitu pukul 07.00 wib. Seperti pendapat Hanafi bahwa shalat dhuha
adalah shalat sunnah yang dilaksanakan pada waktu pagi atau waktu dhuha yakni
ketika matahari sedang naik setinggi tombak atau naik sepenggalah,yang kira-
kira antara jam tujuh sampai masuk waktu shalat dhuhur.
Selanjutnya adanya pembinaan tentang shalat dhuha yaitu guru
memberikan sosialisasi dan pengawasan yang terus menerus kepada siswa. Hal
ini dilakukan setiap hari pada saat sebelum dan saat berlangsungnya shalat
dhuha. Sosialisasi tersebut berupa ajakan dan himbauan serta contoh secara
langsung. Sedangkan pengawasan yang dilakukan oleh guru adalah menjadi
pendamping ketika sedang melaksanakan shalat dhuha. Adanya hukuman bagi
95
Hasil Wawancara dengan Ustadzah Nina pada tanggal 4 September 2019.
56
siswa yang terlambat dan tidak melaksanakan shalat dhuha adalah shalat dhuha
secara munfarid.
Pembinaan yang sudah dijalankan di SD IT Harapan Bunda Purwokerto
merupakan pembiasaan-pembiasaan agar nilai agama tertanam dalam diri setiap
siswa, sehingga keimanan dan ketaqwaan siswa pun dapat terbangun seiring
berjalannya kegiatan tersebut.
Terbiasa melaksanakan shalat tepat waktunya juga memilki andil dalam
melatih kedisiplinan siswa. Siswa yang terbiasa melaksanakan shalat tepat waktu
menandakan siswa tersebut tidak menunda-nunda pekerjaan. Hal ini memiliki
pengaruh besar dalam melatih kedisiplinannya. Apabila manusia melaksanakan
ibadah dengan tepat waktu, maka secara otomatis tertanam nilai kedisiplinan
dalam diri orang tersebut. Selain itu shalat dhuha berjamaah yang dibiasakan oleh
sekolah mempererat tali persaudaraan antar siswa, dan antar guru dengan siswa.
Manifestasi dari akhlak misalnya melakukan kegiatan senyum, salam, sapa,
sopan, santun kepada guru, berjabat tangan dengan guru,menghargai dan
menyayangi teman,dan datang tepat waktu.
Dalam setiap pelaksanaan kegiatan pasti akan ada faktor pendukung dan
faktor penghambat, dimana keduanya sangat berpengaruh pada tingkat
keberhasilan suatu kegiatan tersebut. Demikian pula dengan pembiasaan shalat
dhuha di SD IT Harapan Bunda Purwokerto juga memiliki faktor pendukung dan
faktor penghambat, diantaranya96
1. Faktor Pendukung
a. Kepala Sekolah sangat memperhatikan proses kegiatan pembiasaan shalat
dhuha di SD IT Harapan Bunda Purwokerto.
b. Kegiatan ini tanggung jawab guru maupun karyawan,dengan cara mereka
memberikan contoh secara langsung.
c. Adanya hukuman.
d. Adanya tempat untuk melaksanakan kegiatan.
e. Kesadaran para siswa dalam melaksanakan kegiatan tersebut.
96
Hasil Wawancara dengan Ustadzah Nina pada tanggal 4 September 2019.
57
2. Faktor Penghambat
Faktor penghambat dalam kegiatan pembiasaan shalat dhuha ini yaitu:
a. Masih ada siswa yang kesadarannya rendah.
b. Motivasi dalam program shalat dhuha kurang ditekankan sehingga
siswa belum melaksanakannya dirumah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti dengan judul
“Penanaman Nilai Akhlak Melalui Pembiasaan Shalat Dhuha di SD IT Harapan
Bunda Purwokerto” berdasarkan hasil observasi,wawancara, dan dokumentasi
maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Shalat dhuha dilaksanakan setiap hari sebelum proses pembelajaran
berlangsung yaitu pukul 07.00 wib. Shalat dhuha dilaksanakan dikelas
masing-masing secara berjamaah dan yang bertugas menjadi imam adalah
siswa laki-laki secara bergantian sesuai jadwal,setelah shalat dhuha di lanjut
dzikir bersama. Shalat dhuha dibimbing dan didampingi oleh wali kelas
masing-masing.
2. Penanaman akhlak di SD IT Harapan Bunda Purwokerto adalah pembiasaan-
pembiasaan yang dilakukan oleh siswa melalui kegiatan shalat dhuha agar
nilai agama tertanam dalam diri setiap siswa sehingga keimanan dan
ketaqwaan siswa dapat tertanam seiring dengan berjalannya kegiatan tersebut.
Dan dengan pembiasaan ini harapannya agar dapat di implementasikan dalam
kehidupan sehari-hari,tidak hanya dilingkungan sekolah tetapi juga di
lingkungan masyarakat. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini antara
lain dengan menggunakan metode pembiasaan, keteladanan, pemberian
nasihat, memberi perhatian dan pengawasan terhadap siswa ketika
pelaksanaan shalat dhuha.
58
59
1) Siswa cukup mampu menerapkan rasa syukur mereka atas segala nikmat
Allah Swt baik melalui ucapan maupun perbuatan
2) Siswa merasa lebih tawakal setelah mereka berusaha semaksimalnya
dengan cara giat dan rajin belajar,baik di sekolah maupun di rumah.
3) Siswa dapat meningkatkan sikap keikhlasan.
b. Akhlak terhadap sesama manusia
1. Hal ini dapat di tujukkan dengan rasa persaudaraan mereka. Dan di
aplikasikan dengan menyambung tali silaturahmi, baik antar siswa
maupun dengan guru.
2. Siswa cukup mampu menerapkan adab kesopanan terhadap setiap
orang,terutama orang tua dan guru, baik berupa perkataan maupun
perbuatan.
3. Siswa dapat mengontrol emosi atau amarah, selain itu pikiran dan hati
siswa juga menjadi lebih tenang, sehingga akan memperlancar proses
pembelajaran.
4. Siswa menjadi memiliki sifat jujur,baik perkataan maupun perbuatan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang “Penanaman Nilai Akhlak Melalui
Pembiasaan Shalat Dhuha di SD IT Harapan Bunda Purwokerto” dan kesimpulan
diatas, maka ada beberapa saran yang penulis ajukan, yaitu:
1. Mempertahankan dan mengembangkan kegiatan keagamaan secara kontinu,
sehingga dapat membentuk warga sekolah yang handal.
2. Siswa agar senantiasa rajin dan semangat dalam menjalankan pembiasaan
shalat dhuha dan di harapkan siswa mampu melaksanakannya dalam
kehidupan sehari-hari baik di lingkungan maupun di lingkungan masyarakat.
3. Orang tua diharapkan terus memberikan dukungan kepada sekolah agar
pelaksanaan kegiatan pembiasaan shalat dhuha dapat terus berjalan.
4. Motivasi sekolah dalam menjalankan program shalat dhuha perlu ditekankan
lagi.
60
C. Kata Penutup
Syukur Alhamdulillah,berkat rahmat,inayah,dan taufiq dari Allah Swt,
penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini. Sebagai manusia biasa, penyusun
menyadari bahwa masih banyak dijumpai kesalahan dan kekurangan dalam
skripsi ini dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati,penyusun mengharap kritik, sara-saran kontruktif dan kontribusi
pemikiran guna kesempurnaan selanjutnya.
Hanya kepada Allahlah penyusun berserah diri, memohon rahmat peluk
kasihNya, dan cintaNya yang suci abadi. Tidak lupa penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkenan membantu penulis dalam
penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat kepada mahasiswa
khususnya dan masyarakat umumnya.
Akhirnya hanya kepada Allah Swt, penulis berserah diri dan semoga
Allah Swt selalu memberi jalan yang terbaik bagi kita aamiin.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam,Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2012.
Abdullah,Yatimin, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an, Jakarta:
Amzah,2007
Abdussalam,Yusuf, Suksesnya Tahajud dan Kayanya Dhuha,(Bantul: Media
Insani, 2009
Adisusilo, Sutarjo, Pembelajaran Nilai Karakter, Jakarta: Raja Grafindo
Persada,2012
Ahmad,Zayadi dan Abdul Majid, Tadzkiyah Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam, Berdasarkan Pendekatan Kontekstual, Jakarta: Raja Grafindo
Persada,2005.
Ahmadi, Wahid ,Risalah akhlak: Panduan Perilaku Muslim Modern, Solo: Era
Intermedia, 2004
Al-abrasyi M. Athiyah, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam,Jakarta:Bulan
Bintang,1993.
Ali,Zainuddin, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007
Aly, Hery Noer ,Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta: Logos,1999
Alim, Zezen Zainal, The Power of Shalat Dhuha, Jakarta: Quantum Media,2008
Andrew dikutip oleh Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta Pusat: Kalam
Mulia.1994.
Arief, Armai ,Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam,Jakarta: Ciputat
Pers, 2002.
Ash-Shiddieqy, Tengku M. Habsyi, Pedoman Shalat, Semarang:Pustaka
Rizki,2001.
Asy-syuyuti, Imam Bashori, Bimbingan Ibadah Shalat Lengkap
Az-Za’balawi, M. Sayyid Muhammad, Pendidikan Remaja Antara Islam Dan
Ilmu Jiwa,Jakarta: Gema Insani,2007
A’yunin, The Power Of Dhuha: Kunci Memaksimalkan Shalat Dhuha Dengan
Doa-doa Mustajab, Jakarta: Kalil PT Gramedia Pustaka Utama.
Darajat,Zakiyah, Dasar-dasar Agama Islam, Bandung: Bulan Bintang, 1996
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta:Balai Pustaka,1990.
Fathurrohman, Muhammad, Budaya Religius
Gunawan,Heri, Pendidikan Karakter Konsep Implementasi,Bandung:
Alfabeta,2012
Hanafi, Tuntunan Shalat Lengkap Dzikir dan Wirid, Jakarta: Bintang Indonesia
Jakarta: 2000.
Ilyas, Yunahar, Kuliah Akhlak, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset,1999.
Labib Mz dan Muflihun HS, Menghafal Materi Hukum-hukum Thaharah
Maimunah, Binti, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Yogyakarta: Teras, 2009
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005
Moloeng, Lexy J. 2005.Metode Penelitian Kualitatif, Bandung. PT Remaja Rosda
Karya.
Nata, Abudin Akhlak Tasawuf, Jakarta:PT Raja Grafindo,2003.
Pusat Bahasa, KBBI,Jakarta: Balai Pustaka,2007.
Qardhawi, Yusuf , Masyarakat Berbasis Syariat Islam,Solo: Era Intermedia, 2003
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia,2002.
Rosyadi, Khoiron, Pendidikan Profetik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2004
Sangaji, Etta Mamang dan Sopiah.Metodologi Penelitian, Yogyakarta. CV. Andi
Offset. 2010.
Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif dan Kulitatif, Bandung. Alfabeta. 2015.
S.Nasution dikutip oleh Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta Pusat: Kalam
Mulia.1994.
Tatapangarsa Humardi, Pengantar Kuliah Akhlak, Surabaya:Bina Ilmu,2003.
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998
Ulwan, Abdullah Nasih,Pendidikan Anak Dalam Islam 2, (Jakarta: Pustaka
Amani,2007
LAMPIRAN-LAMPIRAN
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
1. Pedoman Observasi
a. Bagaimana pelaksanaan pembiasaan sholat dhuha di SD IT Harapan Bunda
Purwokerto ?
b. Bagaimana penanaman nilai akhlak melalui pembiasaan sholat dhuha di SD IT
Harapan Bunda Purwokerto?
2. Pedoman Wawancara
a. Pedoman Wawancara dengan kepala sekolah
1. Sejak kapan pembiasaan shalat dhuha dilaksanakan?
2. Mengapa memilih pembiasaan shalat dhuha?
3. Bagaimana pelaksanaan pembiasaan shalat dhuha?
4. Bagaiman cara agar pembiasaan shalat dhuha tetap konsisten?
b. Pedoman Wawancara dengan beberapa guru
1. Sejak kapan pembiasaan shalat dhuha dilaksanakan?
2. Bagaimana pelaksanaan pembiasaan shalat dhuha?
3. Apa perbedaan pelaksanaan shalat dhuha setiap kelas?
4. Sudahkah nilai akhlak tertanam pada siswa?
5. Apakah faktor penghambat dan pendukungnya?
6. Mengapa masih mempertahankan pembiasaan shalat dhuha?
7. Mengapa memilih pembiasaan ini?
8. Bagaimana cara mengatasi faktor penghambat?
3. Pedoman Dokumentasi
a. Identitas Sekolah
b. Visi dan Misi
c. Keadaan Guru dan Siswa
d. Keadaan Sarana dan Prasarana
e. Foto-Foto Pelaksanaan Shalat Dhuha
HASIL WAWANCARA
P: Pewawancara
I: Informan
P: Begini ustadz, saya anisa putri ayunda dari iain purwokerto sedang melaksanakan observasi
penelitian disini dengan judul Penanaman Nilai Akhlak Melalui Pembiasaan Shalat dhuha di SD
IT Harapan Bunda Purwokerto.
I: Oh iya.
I: Pembiasaan tersebut sudah berjalan 4 tahun dari mulai kepala sekolah pertama ustadz Tafsir
Rohadi.
I: Kita biasanya masuk lebih gasik dari sekolah lain yaitu pukul 06.45, karena untuk persiapan
shalat dhuha. Shalat dhuha di laksanakan dikelas masing-masing dengan wali kelas.
P: Apakah shalat dhuha disini dilaksanakan secara berjamaah?
I: Iya, disini shalat dhuha dilaksanakan secara berjamaah tetapi dikelas masing-masing. Dulu
awal pelaksanaan di lakukan secara munfarid tetapi tidak kondusif
I: Alhamdulillah sudah, karena ketika kita akan melaksanakan pembelajaran diluar pun kita
melaksanakan shalat dhuha dahulu. Waktu itu juga pernah di dalam bis.
I: Kaitannya dengan akhlak kepada Allah, karena segala sesuatu yang kita lakukan harus
mengingat Allah
P: Mungkin itu dulu yang bisa saya tanyakan. Terimakasih ustadz atas waktunya,
wassalamualaikum
P: Pewawancara
I: Informan
P: Begini ustadz, saya anisa putri ayunda dari iain purwokerto sedang melaksanakan observasi
penelitian disini dengan judul Penanaman Nilai Akhlak Melalui Pembiasaan Shalat dhuha di SD
IT Harapan Bunda Purwokerto.
I: Oh enggih
I: iya, shalat dhuha disini dilaksanakan pagi hari pukul 07.00, biasanya anak-anak berangkat
sebelum jam 7. Shalat dhuha nya di laksanakan dikelas masing-masing. Untuk kelas 1 dan kelas
2 shalat dhuha dilaksanakan berjamaah dan masih dibimbing oleh wali kelas masing-
masing,bacaannya pun masih sederhana, dan mereka belum dikenalkan dengan surat yang di
sunnahkan dalam shalat dhuha, tetapi perbedaannya kalau untuk kelas 1 masih benar-benar di
bimbing dari mulai persiapan shalat,penataan shaf,saat pelaksanaan baik dari gerakan ataupun
bacaan shalat dan dzikirnya. Sedangkan kelas 2 sudah di kurangi sedikit demi sedikit
bimbingannya hanya saja hafalan surat dan dzikirnya di tambah. Untuk kelas 3,4,dan 5 pun
demikian shalat masih dilaksankan secara berjamaah dengan imam secara bergantian dan sudah
terjadwal tujuannya agar hafalan mereka tetap terjaga. Wali kelas hanya mendampingi saja dan
mereka sudah mulai dikenalkan dengan bacaan iftitah yang lain tujuannya agar mereka bebas
memilih menggunakan bacaan iftitah yang mana. Untuk kelas 6 mereka juga melaksanakan
shalat dhuha berjamaah di kelas masing-masing dengan imam bergantian yang sudah terjadwal.
Namun pada semester kedua sudah di anjurkan untuk langsung melaksanakan shalat dhuha
secara munfarid ketika baru datang ke sekolah.
I: Menurut saya ada itu jelas ada, karena anak-anak menjadi lebih disiplin, tepat waktu, sadar
diri, dan selalu mengingat Allah.
I: Iya itu dari awal mereka sekolah disini, ada MPLS pengenalan tentang shalat dan sebagainya.
Kita mengenalkan shalat dhuha, manfaatnya, pelaksanaanya, dan bacaannya.
I: Untuk kelas1 saat ini sih masih belum,karena kita belum mengingatkannya juga. Harapannya
nanti anak-anak bisa melaksanakan juga dirumah karena mereka hari sabtu dan minggu itu tidak
di sekolah. Tetapi untuk kelas atas sudah ada yang melaksanakan dirumah.
I: Iya ada,yang pertama ada buku amal yaumi yang di dalamnya ada catatan kegiatan shalat
dhuha dan buku itu nantinya di setorkan ke wali kelas dan di periksa. Kemudian ustadz dan
ustadzah pun memberikan contoh langsung, biasanya kalo ustadz ustadzah kelas 1 dianjurkan
shalat di depan anak-anak tetapi kalau kelas atas mengambil jam istirahat atau jam pelajaran dan
izin ke anak-anak. Biasanya mereka sudah tau kalau ustadz dan ustadzahnya mau shalat dhuha
I: Biasanya kita tanya dulu siapnya kapan, dan kita juga tetap mengharuskan anak tersebut
melaksanakan shalat dhuha meskipun dilaksanakan sendiri
P: Ya sudah mungkin itu dulu yang saya tanyakan, terimakasih ustadzah atas waktunya,
wassalamualaikum.
P: Pewawancara
I: Informan
P: Begini ustadz, saya anisa putri ayunda dari iain purwokerto sedang melaksanakan observasi
penelitian disini dengan judul Penanaman Nilai Akhlak Melalui Pembiasaan Shalat dhuha di SD
IT Harapan Bunda Purwokerto.
I: Oh enggih
I: Pelaksanaannya pagi hari, ketika anak-anak baru berangkat sekolah diawali dengan kegiatan
shalat dhuha setelah itu dilanjutkan dzikir pagi. Setiap hari.
I: Kita menyediakan alokasi waktu dipagi hari karena kalau pagi kan anak-anak masih seger dan
bersemangat selain itu bimbingan dari ustadz dan ustadzahnya.
I: Ya paling itu anak-anak yang belum siap dari rumah sehingga memerlukan pengkondisian
yang khusus dan anak-anak yang terlambat.
I: Iya sudah, menurut saya, anak-anak menjadi disiplin, ketika waktunya langsung melaksanakan
shalat dhuha karena mereka tau kenapa harus melaksanakan shalat dhuha, manfaatnya,
bacaannya dan yang lain. Dan mereka menjadi melibatkan Allah dalam setiap urusan mereka.
I: Ya karena shalat dhuha itu shalat sunnah yang di anjurkan, kita berharap anak-anak dapat
mengaplikasikan di rumah. Kalau ditanya sudah di aplikasikan atau belum ya ada yang sudah
ada yang belum. Kemudian jika anak-anak dari awal atau pagi hari sudah diingatkan kepada
Allah harapannya proses belajar mempunyai nilai ruhiyah.
I: Karena masuk program sekolah, jadi baik siswa, ustadz dan ustadzah serta karyawan harus
melaksanakan kegiatan ini sebelum proses pembelajaran.
P: Mungkin itu dulu yang bisa saya tanyakan ustadzah, maaf mengganggu waktu terimakasih
wassalamualaikum.
Waktu : 06.30
Ketika saya datang ke sekolah, saya melihat anak-anak ada yang diantar oleh orang tua
ada yang tidak. Mereka berlarian masuk ke sekolah dan sudah di sambut oleh ustadzah.
Kemudian anak-anak menyalami satu persatu ustadzah yang berdiri menyambut mereka. Setelah
itu mereka menuju kelas masing-masing untuk bersiap-siap melaksanakan shalat dhuha. Karena
sudah berwudhu dari rumah anak-anak tidak lagi mengambil air wudhu. Untuk siswa putri
karena seragam mereka baik kerudung maupun baju sudah panjang maka mereka tidak lagi
menggunakan mukena.
HASIL OBSERVASI
Dengan daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Yang membuat