Tugas 1
Tugas 1
1. Jawa Barat.
a. Siapa Pemimpinnya
S.M. Kartosuwiryo
b. Sebab Pemberontakan.
Sebab pemberontakannya adalah adanya perjanjian renville, Salah satu keputusan Renville adalah
harus pindahnya pasukan RI dari daerah daerah yang diklaim dan diduduki Belanda ke daerah yang
dikuasai RI.
c. Jalannya Pemberontakan.
Di Jawa Barat, Divisi Siliwangi sebagai pasukan resmi RI pun dipindahkan ke Jawa Tengah karena
Jawa Barat dijadikan negara bagian Pasundan oleh Belanda. Akan tetapi laskar bersenjata Hizbullah
dan Sabilillah yang telah berada di bawah pengaruh Kartosuwiryo tidak bersedia pindah dan malah
membentuk Tentara Islam Indonesia (TII). Vakum (kosong)-nya kekuasaan RI di Jawa Barat segera
dimanfaatkan Kartosuwiryo. Meski awalnya ia memimpin perjuangan melawan Belanda dalam
rangka menunjang perjuangan RI, namun akhirnya perjuangan tersebut beralih menjadi perjuangan
untuk merealisasikan cita-citanya. Ia lalu menyatakan pembentukan Darul Islam (negara Islam/DI)
dengan dukungan TII, di Jawa Barat pada Agustus 1948. Persoalan timbul ketika pasukan Siliwangi
kembali balik ke Jawa Barat. Kartosuwiryo tidak mau mengakui tentara RI tersebut kecuali mereka
mau bergabung dengan DI/TII. Ini sama saja Kartosuwiryo dengan DI/TII nya tidak mau mengakui
pemerintah RI di Jawa Barat. Maka pemerintahpun bersikap tegas. Meski upaya menanggulangi
DI/TII Jawa Barat pada awalnya terlihat belum dilakukan secara terarah, namun sejak tahun 1959,
pemerintah mulai melakukan operasi militer. Operasi terpadu “Pagar Betis” digelar, dimana tentara
pemerintah menyertakan juga masyarakat untuk mengepung tempat-tempat pasukan DI/TII berada.
Operasi terpadu “Pagar Betis” digelar, dimana tentara pemerintah menyertakan juga masyarakat
untuk mengepung tempat-tempat pasukan DI/TII berada. Tujuan taktik ini adalah untuk
mempersempit ruang gerak dan memotong arus perbekalan pasukan lawan. Selain itu diadakan pula
operasi tempur dengan sasaran langsung basis-basis pasukan DI/TII.
d. Akhir Pemberontakan.
Melalui operasi ini pula Kartosuwiryo berhasil ditangkap pada tahun 1962. Ia lalu dijatuhi hukuman
mati, yang menandai pula berakhirnya pemberontakan DI/TII Kartosuwiryo.
2. Jawa Tengah ( Satu Saja )
a. Siapa Pemimpinnya
Amir Fatah
b. Sebab Pemberontakan.
Di Jawa Tengah, awal kasusnya juga mirip, dimana akibat persetujuan Renville daerah Pekalongan-
Brebes-Tegal ditinggalkan TNI (Tentara Nasional Indonesia) dan aparat pemerintahan. Terjadi
kevakuman di wilayah ini dan Amir Fatah beserta pasukan Hizbullah yang tidak mau di-TNI-kan
segera mengambil alih.
c. Jalannya Pemberontakan.
Saat pasukan TNI kemudian balik kembali ke wilayah tersebut setelah Belanda melakukan agresi
militernya yang kedua, sebenarnya telah terjadi kesepakatan antara Amir Fatah dan pasukannya
dengan pasukan TNI. Amir Fatah bahkan diangkat sebagai koordinator pasukan di daerah operasi
Tegal dan Brebes. Namun ketegangan karena berbagai persoalan antara pasukan Amir Fatah dengan
TNI sering timbul kembali. Amir Fatah pun semakin berubah pikiran setelah utusan Kartosuwiryo
datang menemuinya lalu mengangkatnya sebagai Panglima TII Jawa Tengah. Ia bahkan kemudian
ikut memproklamirkan berdirinya Negara Islam di Jawa Tengah. Sejak itu terjadi kekacauan dan
konflik terbuka antara pasukan Amir Fatah dengan pasukan TNI.
d. Akhir Pemberontakan.
Tetapi berbeda dengan DI/TII di Jawa Barat, perlawanan Amir Fatah tidak terlalu lama. Kurangnya
dukungan dari penduduk membuat perlawanannya cepat berakhir. Desember 1951, ia menyerah
3. Sulawesi Selatan
a. Siapa Pemimpinnya
Letnan Kolonel Kahar Muzakkar.
b. Sebab Pemberontakan.
Pada tahap awal, pemberontakan ini lebih disebabkan akibat ketidakpuasan para bekas pejuang
gerilya kemerdekaan terhadap kebijakan pemerintah dalam membentuk Tentara Republik dan
demobilisasi yang dilakukan di Sulawesi Selatan. Namun beberapa tahun kemudian pemberontakan
malah beralih dengan bergabungnya mereka ke dalam DI/TII Kartosuwiryo.
c. Jalannya Pemberontakan.
Pada awalnya, gerakan DI/TII tersebut bermula dari Kahar Muzakar menempatkan laskar-laskar
rakyat Sulawesi Selatan ke dalam lingkungan APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat).
Kahar muzakar memiliki keinginan untuk menjadi pimpinan APRIS di daerah Sulawesi Selatan. Oleh
karena itu, pada tanggal 30 April 1950 Kahar Muzakar mengirim surat kepada pemerintah pusat yang
menyatakan agar semua anggota dari KGGS (Komando Gerilya Sulawesi Selatan) dimasukkan dalam
APRIS serta mengusulkan pembentukan Brigade Hasanudin. Namun, permintaan Kahar Muzakar
tersebut ditolak oleh pemerintah pusat. Pemerintah pusat bersama dengan pimpinan APRIS
mengeluarkan kebijakan dengan memasukkan semua anggota KGSS ke dalam Corps Tjadangan
Nasional (CTN) dan Kahar Muzakar diangkat sebagai pimpinannya dengan pangkat letnan kolonel.
Kebijakan pemerintah tersebut mengecewakan Kahar Muzakar. Pada tanggal 17 Agustus 1951, Kahar
Muzakar bersama pasukannya melarikan diri ke hutan. Pada tahun 1952 Kahar Muzakar menyatakan
bahwa wilayah Sulawesi Selatan telah menjadi bagian dari Negara Islam Indonesia pimpinan
Kartosuwiryo.
d. Akhir Pemberontakan.
4. Kalimantan Selatan
a. Siapa Pemimpinnya
Ibnu Hajar
b. Sebab Pemberontakan.
Dilatarbelakangi oleh kekecewaan pasukan tentara yang harus didemobilisasi atau mendapatkan
posisi yang tidak sesuai dengan keinginan mereka.
c. Jalannya Pemberontakan.
pasukan tentara yang harus didemobilisasi atau mendapatkan posisi yang tidak sesuai dengan
keinginan mereka. Hal ini menyebabkan perasaan tidak adil bagi para pejuang kemerdekaan.
Gerakan di Kalimantan Selatan ini dipimpin oleh Ibnu Hadjar, mantan Letnan Dua TNI. Dia pernah
menyerah dan menghentikan pemberontakannya sehingga diterima kembali ke Angkatan Perang
Republik Indonesia, namun kembali kabur dan melanjutkan pemberontakannya.
Upaya Pemerintah dalam menumpas pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan pada mulanya
adalah dengan menggunakan jalur damai yaitu memberi kesempatan pada Ibnu Hajar kembali ke
pasukan. Dalam menghadapi pemberontakan Ibnu Hajar, pemerintah pusat menggunakan tokoh-
tokoh kharismatik lokal seperti Hasan Basery (mantan komandan Ibnu Khajar) dan Idham Khalid
seorang politikus dari Nahdiatul Ulama (NU), dan juga keluarga Ibnu Hajar untuk membujuk Ibnu
Khajar dan pasukannya agar meletakan senjata dan berdamai dengan pemerintah Indonesia.
d. Akhir Pemberontakan.
Namun demikian, karena jalan damai ini gagal maka pemerintah memutuskan untuk melaksanakan
operasi militer. Akhirnya pemerintah melakukan tindakan tegas dengan menangkap Ibnu Hajar pada
1959 dan dihukum mati pada 22 Maret 1965.
5. Aceh.
a. Siapa Pemimpinnya
Daud Beureuh.
b. Sebab Pemberontakan.
Ketika pada tahun 1950 pemerintah menetapkan wilayah Aceh sebagai bagian dari propinsi
Sumatera Utara. Para ulama Aceh yang tergabung dalam Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA)
menolak hal ini. Bagi mereka, pemerintah terlihat tidak menghargai masyarakat Aceh yang telah
berjuang membela republik. Mereka menuntut agar Aceh memiliki otonomi sendiri dan mengancam
akan bertindak bila tuntutan mereka tak dipenuhi
c. Jalannya Pemberontakan.
Pemerintah pusat kemudian berupaya menempuh jalan pertemuan. Wakil Presiden M. Hatta (1950),
Perdana Menteri M. Natsir (1951), bahkan Soekarno (1953?) menyempatkan diri ke Aceh untuk
menyelesaikan persoalan ini, namun mengalami kegagalan. Akhirnya pada tahun 1953, setelah Daud
Beureuh melakukan kontak dengan Kartosuwiryo, ia menyatakan Aceh sebagai bagian dari Negara
Islam Indonesia yang dipimpin Kartosuwiryo.
d. Akhir Pemberontakan.
Konflik antara pengikut Daud Beureuh dengan tentara RI pun berkecamuk dan tak menentu selama
beberapa tahun, sebelum akhirnya pemerintah mengakomodasi dan menjadikan Aceh sebagai
daerah istimewa pada tahun 1959. Tiga tahun setelah itu Daud Beureuh kembali dari pertempuran
yang telah selesai. Ia mendapat pengampunan.