6-Batch Reactor
6-Batch Reactor
6-Batch Reactor
6 – Batch Reactor
Cholila Tamzysi, S.T., M.Eng.
Semester VI - 2021
aA bB cC dD I
Mula NAo NBo NCo NDo NIo
Reaksi -NAo.xA -NAo.(b/a)xA +NAo.(c/a)xA +NAo.(d/a)xA 0
Setimbang NAo-NAo.xA NBo-NAo.(b/a)xA NCo+NAo.(c/a)xA NDo+NAo.(d/a)xA NIo
𝑑 𝐶𝐴 . 𝑉
− −𝑟𝐴 𝑉 =
Stokiometri reaksi. 𝑑𝑡
Mengubah variable
konsentrasi ke konversi 𝑑 𝐶𝐴
𝐶𝐴 = 𝐶𝐴0 1 − 𝑥𝐴 − 𝑘. 𝐶𝐴 =
𝑑𝑡
𝑑𝐶𝐴 = 𝑑 𝐶𝐴0 − 𝑑(𝐶𝐴0 . 𝑥𝐴 )
−𝐶𝐴0 𝑑(𝑥𝐴 )
− 𝑘. 𝐶𝐴0 1 − 𝑥𝐴 =
𝑑𝑡
𝑑(𝑥𝐴 )
𝑑𝑡 =
𝑘 1 − 𝑥𝐴
• Jika reaksi dijalankan pada kondisi isothermal (k tetap), maka CA=f(t)
• Untuk dapat mengintegralkan, persamaan laju reaksi (rate law) harus tersedia. Hasil
integrasi akan sangat tergantung dari bentuk persamaan laju reaksi.
• Persamaan kecepatan reaksi:
orde 0 : -rA= k.(CA)0= k
orde 1 terhadap A : -rA= k.(CA)1
orde 2 terhadap A : -rA= k.(CA)2
orde 2 terhadap A & B : -rA= k.(CA)1(CB)1
• Untuk keperluan perancangan, bentuk diferensial perlu diintegralkan sehingga parameter
perancangan bisa dihitung:
Diferensial Integral
CA
-rA dC A
t
dCA
dt
C A0
-rA
XA
dX A
-rA C A0 dX A t C A0 -rA
dt 0
Contoh soal 1. Neraca massa batch
Reaksi A→B berlangsung pada reaktor batch dengan konsentrasi A sebesar 10 mol/L. Jika kecepatan
reaksi A didalam reaktor konstan sebesar 0.3 mol/s.L (orde 0), berapa konsentrasi zat A setelah
reaksi berjalan 3 detik?
Neraca massa komponen (A)
𝑑𝑀𝐴 3 1 𝐶𝐴2
𝐹𝑖𝑛, 𝐴 − 𝐹𝑜𝑢𝑡, 𝐴 − 𝑀𝑔𝑒𝑛, 𝐴 = 𝑡 = 𝐶𝐴
𝑑𝑡 0 −0.3 10
𝑑 𝐶𝐴 𝑉 1 𝑚𝑜𝑙
0 − 0 − −𝑟𝐴 𝑉 = (3𝑠 − 0) = 𝐶𝐴2 − 10
𝑑𝑡 𝑚𝑜𝑙 𝐿
Volume reaktor (V) konstan, sehingga bisa −0.3
𝑠. 𝐿
dikeluarkan dari integrasi 𝑚𝑜𝑙 𝑚𝑜𝑙
𝑑 𝐶𝐴 −0.9 = 𝐶𝐴2 − 10
− −𝑟𝐴 = 𝐿 𝐿
𝑑𝑡 𝑚𝑜𝑙 𝑚𝑜𝑙
𝑑 𝐶𝐴 𝐶𝐴2 = 10 − 0.9
𝑑𝑡 = 𝐿 𝐿
− −𝑟𝐴 𝑚𝑜𝑙
𝑡2=3
1 𝐶𝐴2 𝐶𝐴2 = 9,1
𝑑𝑡 = 𝑑 𝐶𝐴 𝐿
𝑡1=0 −0.3 𝐶𝐴1=10
Contoh soal 2. Neraca massa batch
Reaksi A menjadi B
A→B
Dijalankan pada suatu reaktor bacth pada suhu 50oC dan tekanan 1 atm. Hitung
waktu reaksi yang dibutuhkan untuk mencapai konversi 90% jika:
• Reaksi order satu dengan k = 10-4 s-1
𝑑 𝐶𝐴
− 𝑘. 𝐶𝐴 =
𝑑𝑡
• Reaksi order dua dengan kCA0 = 10-3 s-1
𝑑 𝐶𝐴
− 𝑘. 𝐶𝐴2 =
𝑑𝑡
• Reaksi oder satu dengan k mengikuti persamaan Arrhenius dimana A:9130 s-1,
dan E: 45300 J/mol
−𝐸
𝑘 = 𝐴. 𝑒𝑥𝑝
𝑅𝑇
𝑑 𝐶𝐴
− −𝑟𝐴 =
𝑑𝑡
• Reaksi orde 1, −𝑟𝐴 = 𝑘. 𝐶𝐴 • Reaksi orde 2, −𝑟𝐴 = 𝑘. 𝐶𝐴2
𝑑 𝐶𝐴 𝑑 𝐶𝐴
− 𝑘. 𝐶𝐴 = −𝑘. 𝐶𝐴2 =
𝑑𝑡 𝑑𝑡
−𝐶𝐴0 𝑑(𝑥𝐴 ) 2 2
−𝐶𝐴0 𝑑(𝑥𝐴 )
− 𝑘. 𝐶𝐴0 1 − 𝑥𝐴 = − 𝑘. 𝐶𝐴0 1 − 𝑥𝐴 =
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑(𝑥𝐴 ) 𝑑(𝑥𝐴 )
𝑑𝑡 = 𝑑𝑡 =
𝑘 1 − 𝑥𝐴 𝑘. 𝐶𝐴0 1 − 𝑥𝐴 2
𝑡2 𝑥2
𝑡2
1 𝑥2 𝑑(𝑥𝐴 ) 1 𝑑(𝑥𝐴 )
𝑑𝑡 = 𝑑𝑡 =
𝑡1 𝑘 𝑥1 1 − 𝑥𝐴 𝑡1 𝑘. 𝐶𝐴0 𝑥1 1 − 𝑥𝐴 2
𝑥2
𝑡2 1 𝑥2 𝑡2 1 1
𝑡 = −𝑙𝑛 1 − 𝑥𝐴 𝑡 =
𝑡1 𝑘 𝑥1 𝑡1 𝑘. 𝐶𝐴0 1 − 𝑥𝐴 𝑥1
1 1 − 𝑥𝐴2 1 1 1
𝑡2 − 𝑡1 = −𝑙𝑛 𝑡2 − 𝑡1 = −
𝑘 1 − 𝑥𝐴1 𝑘. 𝐶𝐴0 1 − 𝑥𝐴2 1 − 𝑥𝐴1
Gant Chart
• Dalam perancangan proses-proses batch, dikenal istilah cycle time atau waktu siklus. Waktu siklus
adalah waktu keseluruhan yang dibutuhkan untuk sekali produksi (ttotal) pada reaktor batch meliputi
waktu pengisian(tfill), waktu reaksi (treaction), waktu pengosongan(tempty), dan waktu pembersihan
(tcleaning).
𝑡𝑡 = 𝑡𝑓 + 𝑡𝑟 + 𝑡𝑒 + 𝑡𝑐
• Jika diinginkan untuk memproduksi suatu produk dengan kapasitas tertentu seaca “kontinyu”, maka
perlu dilakukan penjadwalan proses batch.
Latihan soal
Bagaimana jika reaksi order dua bimolecular A bimolecular batch
(orde 1 terhadap masing-masing reaktan)? reaction that is first order
A+BC to both reactants is
carried out to 99.5%
Dengan A sebagai limiting reaktan, perbandingan conversion of A in 6.4
umpan reaktan dapat dinyatakan sebagai R, hours using 2% excess of
dengan: reactant B. If 5% excess B
𝐶𝐵0 is used, what time is
𝑅= ,𝑅 > 1 needed to reach the same
𝐶𝐴0
𝐶𝐴 = 𝐶𝐴0 1 − 𝑋𝐴 conversion?
𝐶𝐵 = 𝐶𝐵0 − 𝐶𝐴0 𝑋𝐴
......