PBL Puskesmas Karangayu 2017 Kelompok 1
PBL Puskesmas Karangayu 2017 Kelompok 1
PBL Puskesmas Karangayu 2017 Kelompok 1
Disusun oleh :
Kelompok I
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2021
i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN
PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN
BLOK 21
Penguji, :
Pembimbing Lapangan :
Toto Suyoto Isma’il, SH, MS (PH) ...................................................
NIK.
Pembimbing Akademik I :
dr. Erwin Ulinnuha Fahreza ...................................................
NIK.
Mengetahui,
(Kepala Puskesmas Karangayu)
Wahyoto, SKM ...................................................
NIP.19701006 199403 1 004
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga dapat
menyelesaikan Laporan PBL Manajemen Pelayanan Kesehatan Puskesmas
Karangayu Jl. Kenconowungu III No.28 Kota Semarang. Laporan ini disusun
guna pembelajaran dan melengkapi tugas PBL Blok 21 Semester VII Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.
Laporan ini dapat terlaksana berkat bantuan, bimbingan dan dorongan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terimakasih sebesar – besarnya kepada :
1. dr. Wahju Budi Martono, Sp.THT-KL selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Semarang.
2. dr. Merry Tiyas Anggraini, M.Kes selaku Ketua Jurusan S1 Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.
3. Toto Suyoto Isma’il, SH, MS (PH) dan dr. Erwin Ulinnuha Fahreza selaku
dosen pembimbing akademik.
4. Wahyoto, SKM selaku Kepala Puskesmas Karangayu dan seluruh staf
Puskesmas Karangayu.
5. Berbagai pihak yang telah membantu dan tidak bisa disebutkan satu persatu.
Kami menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kami, Puskesmas Karangayu dan bagi pembaca pada umumnya.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
1. Tujuan Umum........................................................................................... 2
2.1 PUSKESMAS................................................................................................ 3
2.2 TB (Tuberculosis)........................................................................................ 28
2.2.1 Definisi.................................................................................................. 28
iv
2.2.3Tatalaksana TB (Tuberculosis) .............................................................. 29
1. Lokasi ..................................................................................................... 36
2. Waktu ..................................................................................................... 36
v
1. KIA dan KB ............................................................................................ 46
LAMPIRAN ......................................................................................................... 78
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Permasalahan TB masih menjadi masalah yang membutuhkan perhatian
dari pemerintah dan belum tercapainya angka CDR yang sesuai target. Oleh
sebab itu, berdasarkan data di atas, peneliti ingin mengetahui hubungan antara
pengetahuan, pendidikan, pelatihan, tugas rangkap, masa kerja, motivasi,
sikap, dan penjaringan suspek TB paru secara aktif dalam Case Detection Rate
(CDR).
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
1.3 Manfaat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PUSKESMAS
2.1.1 Pengertian
3
2. Pertanggungjawaban wilayah dimana Puskesmas menggerakkan
dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di
wilayah kerjanya.
3. Prinsip kemandirian masyarakat puskesmas mendorong
kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat. Melalui prinsip pemerataan, pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan oleh Puskesmas diharapkan dapat diakses
dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya
secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama,
budaya dan kepercayaan serta memanfaatkan.
4. Teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan,
mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi
lingkungan. Melalui prinsip keterpaduan dan kesinambungan,
puskesmas mengintegrasikan dan mengoordinasikan
penyelenggaraan UKM dan UKP lintas program dan lintas
sektor serta melaksanakan sistem Rujukan yang didukung
dengan manajemen Puskesmas.
4
Promosi kesehatan adalah upaya puskesmas melaksanakan
pemberdayaan kepada masyarakat untuk mencegah penyakit
dan meningkatkan kesehatan setiap individu, keluarga serta
lingkungannya secara mandiri dan mengembangkan upaya
kesehatan bersumber masyarakat. Kegiatan Promosi Kesehatan
dapat meliputi kegiatan di dalam gedung berupa pemberian
selebaran, media poster, edukasi melalui lisan oleh petugas
puskesmas, tanya jawab seputar promosi kesehatan di setiap
ruangan upaya (Poliklinik, KIA KB, BP umum) maupun
kegiatan di luar gedung seperti kunjungan rumah,
pemberdayaan berjenjang, pengorganisasian masyarakat.
a) Penyuluhan
Promosi kesehatan di sekolah pendidikan dasar.
Promosi pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan.
Penyuluhan kesehatan jiwa masyarakat dan napza.
Penyuluhan kesehatan jiwa bagi ibu hamil dan menyusui.
Penyuluhan kesehatan jiwa masyarakat dan napza pada
populasi beresiko (lansia, anak dan remaja). Penyuluhan
pada kelompok atau masyarakat tentang perilaku menjaga
kebersihan diri. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada
ibu hamil, anak balita, anak, remaja, dewasa, lansia
(pendekatan siklus kehidupan). Penyuluhan peningkatan
kesadaran masyarakat tentang imunisasi konseling
kesehatan reproduksi pada kelompok anak remaja.
Peningkatan pengetahuan komprehensif masyarakat
tentang pencegahan penularan HIV-AIDS dan IMS.
Peningkatan pengetahuan dan kepedulian masyarakat
tentang penyakit diare, tifoid dan hepatitis. Edukasi dan
konseling pemberian makanan bayi dan anak (PMBA)
meliputi ASI dan MP-ASI untuk balita sehat, balita kurang
gizi, dan balita gizi buruk rawat jalan. Edukasi dan
5
konseling mengenai pola makan, perilaku makan dan
aktifitas fisik bagi anak usia sekolah Edukasi dan
konseling mengenai pola makan, perilaku makan bagi
bumil KEK/kurus. Konseling dietetik kegiatan edukasi
dan konseling tentang swamedikasi dan penggunaan obat.
b) Pemberdayaan masyarakat
Memotivasi tokoh masyarakat dalam pembentukan
kader kesehatan atau pembentukan kelompok yang peduli
terhadap kesehatan. Membentuk jejaring dalam
pembentukan PHBS di masyarakat. Penggerakan
kelompok masyarakat dalam pemanfaatan posyandu.
c) Pelatihan
Melatih kader kesehatan tentang perawatan diri dan
mempraktikkan PHBS. Melatih kader kesehatan dalam
menyampaikan informasi pada kelompok atau masyarakat
tentang perawatan diri dan mempraktikkan PHBS di
daerah binaan.
d) Advokasi
Mengadvokasi masyarakat dan lintas terkait dalam praktik
PHBS dan penanggulangan masalah kesehatan tertentu
Advokasi tokoh masyarakat dalam membentuk kelompok
swabantu terkait perawatan masalah gizi.
B. Pelayanan kesehatan lingkungan;
Pelayanan kesehatan lingkungan adalah kegiatan atau
serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan
kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia,
biologi, maupun sosial guna mencegah penyakit dan/atau
gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor risiko
lingkungan. Kegiatan yang dilakukan dalam bentuk :
a) Konseling
6
Konseling dilakukan terhadap pasien oleh tenaga
kesehatan lingkungan yang dilaksanakan secara terintegrasi
dengan pelayanan pengobatan dan/atau perawatan.
b) Inspeksi kesehatan lingkungan
Inspeksi kesehatan lingkungan adalah kegiatan
pemeriksaan dan pengamatan secara langsung terhadap
media lingkungan dalam rangka pengawasan berdasarkan
standar, norma, dan baku mutu yang berlaku untuk
meningkatkan kualitas lingkungan sehat, yang dilakukan
dengan cara :
(1) Komunikasi, informasi, dan edukasi, serta
penggerakan/pemberdayaan masyarakat
(2) Pengukuran media lingkungan di tempat
(3) Uji laboratorium dan/atau
(4) Analisis risiko kesehatan lingkungan
c) Intervensi kesehatan lingkungan.
Intervensi kesehatan lingkungan adalah tindakan
penyehatan, pengamanan, dan pengendalian untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat dan baik dari
aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial. Intervensi
kesehatan lingkungan dapat berupa :
(1) Komunikasi, informasi, dan edukasi, serta
penggerakan/ pemberdayaan masyarakat.
(2) Perbaikan dan pembangunan sarana
(3) Pengembangan teknologi tepat guna dan/ atau
(4) Rekayasa lingkungan
Dalam rangka melaksanakan program kesehatan,
pengawasan kualitas media lingkungan secara berkala, atau
penanggulangan kejadian luar biasa/ wabah, tenaga
kesehatan lingkungan di puskesmas harus melakukan
inspeksi dan/ atau intervensi kesehatan lingkungan pada
7
pemukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, dan tempat dan
fasilitas umum sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang - undangan.2
C. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana
a. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui
pemberian pelayanan antenatal care (ANC) sekurang -
kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, dengan distribusi
waktu minimal 1 kali pada trimester pertama, 1 kali
pelayanan yang diberikan berupa deteksi dini faktor risiko,
pencegahan dan penanganan dini komplikasi kehamilan.
Pelayanan antenatal diupayakan agar memenuhi
standar kualitas 7 T, yaitu :
(1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan
(2) Pengukuran tekanan darah
(3) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri)
(4) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian
imunisasi tetanus toksoid sesuai status imunisasi
(5) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet
selama kehamilan
(6) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi
interpersonal dan konseling, termasuk keluarga
berencana) serta
(7) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes
hemoglobin darah (Hb) dan pemeriksaan golongan
darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya).3
b. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin
Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan
persalinan dimulai pada kala I sampai dengan kala IV
persalinan. Upaya kesehatan ibu bersalin dilaksanakan
8
dalam rangka mendorong agar setiap persalinan ditolong
oleh tenaga kesehatan terlatih dan dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan.
c. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Nifas adalah periode mulai dari 6 jam sampai
dengan 42 hari pasca persalinan. Pelayanan kesehatan ibu
nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai
standar yang dilakukan sekurang - kurangnya 3 (tiga) kali
sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada 6 jam sampai
dengan 3 hari pasca persalinan, pada hari ke-4 sampai
dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29
sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan.
d. Penanganan Komplikasi Maternal
Komplikasi maternal adalah kesakitan pada ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan atau janin dalam
kandungan, baik langsung maupun tidak langsung,
termasuk penyakit menular dan tidak menular yang dapat
mengancam jiwa ibu dan atau janin, yang tidak disebabkan
oleh trauma/kecelakaan.
e. Penanganan Komplikasi Neonatal
Komplikasi neonatal adalah neonatal dengan
penyakit dan atau kelainan yang dapat menyebabkan
kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia, ikterus,
hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma
lahir, BBLR (berat bayi lahir rendah), sindroma gangguan
pernafasan, dan kelainan kongenital maupun yang termasuk
klasifikasi kuning pada pemeriksaan dengan Manajemen
Terpadu Bayi Muda (MTBM).
f. Pelayanan Kesehatan Pada Bayi
Program ini terdiri dari pemberian imunisasi dasar,
Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang
9
(SDIDTK) bayi, pemberian vitamin A pada bayi, dan
penyuluhan perawatan kesehatan bayi serta penyuluhan
ASI Eksklusif, MPASI.
g. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)
Sasaran program KB adalah Pasangan Usia Subur
(PUS) yang lebih dititikberatkan pada kelompok Wanita
Usia Subur (WUS) yang berada pada kisaran usia 15-49
tahun. Keberhasilan program KB dapat diukur dengan
melihat cakupan KB aktif dan KB baru. Cakupan KB aktif
menggambarkan proporsi pasangan usia subur (PUS) yang
sedang menggunakan alat/metode kontrasepsi terhadap
jumlah PUS yang ada. Sedangkan cakupan KB baru adalah
jumlah PUS yang baru menggunakan alat/metode
kontrasepsi terhadap jumlah PUS.
h. Pelayanan Kesehatan pada Anak Balita
i. Kunjungan Neonatal
D. Pelayanan gizi
Kegiatan pada program ini meliputi peningkatan
pendidikan gizi, kurang vitamin A, keadaan zat gizi lebih,
penanggulangan kurang energi protein, anemia gizi besi,
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Peningkatan
survailans gizi, dan perberdayaan usaha perbaikan gizi
keluarga/masyarakat.
Kegiatan program gizi yang dilakukan harian adalah
sebagai peningkatan pemberian ASI Eksklusif, Pemberian MP-
ASI anak umur 6- 24 bulan, Pemberian tablet besi (90 tablet)
pada ibu hami, Pemberian PMT pemulihan pada Keluarga
Miskin. Kegiatan investigasi dan intervensi yang dilakukan
sekali saat jika ditemukan masalah gizi misalnya ditemukan
adanya kasus gizi buruk.
10
Kegiatan Program Gizi Bulanan yang dilakukan bulanan
adalah Pemantauan Pertumbuhan Berat Badan Balita, Kegiatan
konseling gizi. Kegiatan yang dilakukan setiap semester (6
bulan sekali) adalah Pemberian Kapsul Vitamin A (Dosis
200.000 SI) pada balita yakni bayi diberikan setahun sekali pada
bulan Februari dan Agustus dan untuk anak balita enam bulan
sekali dan secara serentak dalam bulan Februari dan Agustus.
Kegiatan yang dilakukan setahun sekali adalah Pemantauan
Status Gizi balita, Pemantaun konsumsi gizi, Pemantauan
penggunaan garam beryodium.3,4
E. Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular merupakan
program pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan
mengendalikan penyakit menular/infeksi. Kegiatan pokok
pemberantasan penyakit menular oleh puskesmas adalah sebagai
berikut:1,5
a. Pencegahan dan Penanggulangan Faktor Risiko
Selain pasien yang telah terinfeksi penyakit menular,
masyarakat yang memiliki risiko tinggi juga perlu
diperhatikan, karena masyarakat yang memiliki risiko tinggi
bisa memiliki risiko kapan saja terkena penyakit menular.
b. Peningkatan Imunisasi
Imunisasi sangat penting untuk mencegah dan
melindungi seseorang terjangkit penyakit menular.
c. Penemuan dan Tatalaksana Penderita
Penemuan dan tatalaksana penderita terdiri atas
upaya bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan
penemuan dan tatalaksana penderita, serta meningkatkan
kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk
melaksanakan program penemuan dan tatalaksana
penderita.
11
d. Peningkatan Surveilans Epidemiologi dan Penanggulangan
Wabah
Surveilans epidemiologi penyakit menular merupakan
kegiatan analisis secara sistematis dan terus-menerus
terhadap penyakit menular yang terjadi di suatu wilayah
tertentu agar dapat melakukan tindakan penanggulangaan
penyakit menular secara efektif dan efisien melalui proses
pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi
epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.
Dengan surveilans epidemiologi penyakit menular,
Puskesmas dapat mengetahui penyebaran dan hubungannya
dengan faktor risiko, surveilans epidemiologi ini dapat
mendukung pemberantasan penyakit menular dari data yang
didapat oleh puskesmas itu sendiri.
e. Peningkatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
Puskesmas juga memiliki upaya untuk meningkatkan
komunikasi, informasi, dan edukasi untuk pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular di suatu wilayah kerjanya.
Upaya kesehatan masyarakat pengembangan
merupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya
memerlukan upaya yang bersifat inovatif dan/atau bersifat
ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan
dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah
kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-
masing Puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan berupa:6
1) Kesehataan Sekolah
2) Kesehatan Olahraga
3) Perawatan Kesehatan Maasyarakat
4) Kesehatan Kerja
5) Kesehatan Gigi dan Mulut
6) Kesehatan Jiwa
12
7) Kesehatan Indra
8) Kesehatan Usia Lanjut
9) Pembinaan Pengobatan Tradisional
2) Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Pengembangan
merupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya
memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat
ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan
prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan
potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing Puskesmas.
Beberapa contoh UKM Pengembangan yang dapat dilaksanakan
di Puskesmas adalah sebagai berikut:
a. Upaya kesehatan sekolah (UKS)
Program pemerintah untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan, pendidikan kesehatan dan pembinaan lingkungan
sekolah sehat atau kemampuan hidup sehat bagi warga
sekolah.
b. Kesehatan jiwa
Pelayanan kesehatan jiwa meliputi promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif upaya promotif merupakan suatu
kegiatan dan/atau rangkaian kegiatan penyelenggaraan
pelayanan Kesehatan Jiwa yang bersifat promosi Kesehatan
Jiwa.7
c. Kesehatan gigi masyarakat
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
dalam bentuk peningkatan kesehatan gigi, pencegahan
penyakit gigi, pengobatan penyakit gigi, dan pemulihan
kesehatan gigi yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi
dan berkesinambungan dan dilaksanakan melalui pelayanan
kesehatan gigi perseorangan, pelayanan kesehatan gigi
13
masyarakat, usaha kesehatan gigi sekolah, serta pemerintah
dan pemerintah daerah wajib menjamin ketersediaan tenaga,
fasilitas pelayanan, alat dan obat kesehatan gigi dan mulut
dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan gigi dan
mulut yang aman, bermutu, dan terjangkau oleh masyarakat.
d. Kesehatan olahraga.2
Kesehatan olahraga adalah suatu bentuk olahraga untuk
tujuan kesehatan, dengan kegiatan olahraga yang melibatkan
raga dan jasmani manusia.
e. Kesehatan kerja
Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi
pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan
kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan, yang meliputi pekerja di sektor formal dan
informal.
f. Kesehatan lanjut usia
Upaya kesehatan usia lanjut adalah upaya kesehatan
paripurna dasar dan menyeluruh dibidang kesehatan usia
lanjut yang meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan,
pengobatan dan pemulihan. Tempat pelayanan kesehatan
tersebut bisa dilaksanakan di Puskesmas-puskesmas ataupun
Rumah Sakit serta panti-panti dan institusi lainya. Pelayanan
usia lanjut ini meliputi kegiatan upaya-upaya antara lain:
a) Upaya promotif, yaitu menggairahkan semangat hidup
bagi usia lanjut agar mereka tetap dihargai dan tetap
berguna baik P2 bagi dirinya sendiri, keluarga maupun
masyarakat. Upaya promotif dapat berupa kegiatan
penyuluhan, dimana penyuluhan masyarakat usia lanjut
merupakan hal yang penting sebagai penunjang program
pembinaan kesehatan usia lanjut.
14
b) Upaya preventif yaitu upaya pencegahan terhadap
kemungkinan terjadinya penyakit maupun komplikasi
penyakit yang disebabkan oleh proses ketuaan.
c) Upaya kuratif yaitu upaya pengobatan pada usia lanjut
dan dapat berupa kegiatan:
- Pelayanan kesehatan dasar
- Pelayanan kesehatan spesifikasi melalui sistem
rujukan
d) Upaya rehabilitatif yaitu upaya mengembalikan fungsi
organ yang telah menurun. Yang dapat berupa kegiatan:
- Memberikan informasi, pengetahuan dan pelayanan
tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya
alat pendengaran dan lain -lain agar usia lanjut dapat
memberikan karya dan tetap merasa berguna sesuai
kebutuhan dan kemampuan.
- Mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri dan
memperkuat mental penderita.
- Pembinaan usia dan hal pemenuhan kebutuhan
pribadi, aktifitas di dalam maupun diluar rumah.
- Nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit
yang diderita.
- Perawatan fisio terapi.
g. Kesehatan Tradisional dan Komplementer
Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan/
atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada
pengalaman dan ketrampilan turun menurun secara empiris
yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai
dengan norma yang berlaku dimasyarakat.
Pengobatan komplementer adalah pengobatan
nonkonvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat
kesehatan meliputi upaya meningkatkan, mencegah,
15
menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan yang
diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas,
keamanan dan efektivitas yang tinggi yang berlandaskan ilmu
pengetahuan biomedik, yang belum diterima dalam
kedokteran konvensional. Jenis pelayanan kesehatan
tradisional meliputi :
a) Pelayanan kesehatan empiris adalah perenrapan
kesehatan tradisional yang manfaat dan keamanannya
terbukti secara empiris.
b) Pelayanan kesehatan secara komplementer adalah
penerapan kesehatan tradisional yang memanfaatkan
ilmu biomedis dan biokultural dalam penjelasannya serta
manfaat dan keamanannya terbukti secara ilmiah.
c) Pelayanan kesehatan integrasi adalah suatu bentuk
kesehatan yang mengombinasikan pelayanan kesehatan
konvensional dengan pelayanan kesehatan
komplementer, baik bersifat pelengkap atau pengganti.
d) Dinas menyusun pelaksanaan dan petunjuk teknis
pembinaan dan pengawasan peayanan kesehatan
tradisional agar dapat dipertanggungjawabkan manfaat
dan keamanannya yang tidak bertentangan dengan
standar pengobatan berdasar peraturan perundang-
undangan.
e) Dinas menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk
teknis pemberian izin bagi setiap orang yang melakukan
pelayanan kesehatan tradisional dan / atau menggunakan
alat serta teknologi kesehatan.
f) Penggunaan alat dan teknologi dalam pelayanan
kesehatan tradisional harus dapat
dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya serta
tidak bertentangan dengan standar diagnosis dan terapi.
16
g) Masyarakat diberi kesempatan mengembangkan,
meningkatkan, menggunakan kesehatan tradisional yang
dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan
keamanannya, sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
h. Kesehatan Indera
Upaya kesehatan yang mencakup upaya kesehatan indera
penglihatan dan pendengaran.
17
secara definitif dan perlu mendapat tindakan atau perawatan
semi intensif (observasi) setelah 6 jam sampai 24 jam.8
d. Home care
Home care adalah suatu layanan perawatan pasien di
rumah. Yang membutuhkan perawatan di rumah baik pasien
yang masih sehat sampai yang sakit, pasien dengan berbagai
kondisi jenis penyakit dengan berbagai latar belakang yang
melandasi keputusan untuk menggunakan jasa ini di lingkungan
keluarga.
e. Rawat inap
Rawat inap tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan
perorangan yang bersifat umum dan dilaksanakan pada
puskesmas perawatan, untuk keperluan observasi, perawatan,
diagnosis, pengobatan, dan/atau pelayanan medis lainnya,
dimana peserta atau anggota keluarganya dirawat inap paling
singkat 1 (satu) hari.
f. Laboratorium
Pelayanan laboratorium dipuskesmas harus memenuhi
kriteria ketenagaan, sarana, prasarana, perlengkapan dan
peralatan. Pelayanan laboratorium di puskesmas sebagaimana
dimaksud adalah dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.8
18
mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya.
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran
keluarga, kelompok, dan masyarakat. Upaya Kesehatan
Perseorangan (UKP) adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan,
pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan
akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan.
Manajemen Puskesmas adalah rangkaian kegiatan perencanaan,
penggerakan dan pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan
penilaian kinerja yang secara sistematik dilaksanakan Puskesmas
dalam rangka menyelenggarakan tugas dan fungsi secara efektif dan
efisien yang didukung dengan pola kepemimpinan yang tepat.
1. Perencanaan (P1)
Perencanaan yang disusun melalui pengenalan
permasalahan secara tepat berdasarkan data yang akurat, serta
diperoleh dengan cara dan dalam waktu yang tepat, maka akan
dapat mengarahkan upaya kesehatan yang dilaksanakan
Puskesmas dalam mencapai sasaran dan tujuannya. Dalam upaya
mencakup seluas mungkin sasaran masyarakat yang harus
dilayani, serta mengingat ketersediaan sumber daya yang terbatas,
maka pelayanan kesehatan harus dapat dilaksanakan secara
terintegrasi baik lintas program maupun lintas sektor.
2. Penggerakan dan Pelaksanaan (P2)
Penggerakan dan Pelaksanaan program/kegiatan merupakan
kegiatan lanjutan dari RPK. Penggerakan pelaksanaan
program/kegiatan dapat dilakukan melalui berbagai cara,
diantaranya adalah rapat dinas, pengarahan pada saat apel
pegawai, pelaksanaan kegiatan dari setiap program sesuai
penjadwalan pada Rencana Pelaksanaan Kegiatan bulanan,
19
maupun dilakukan melalui forum yang dibentuk khusus. Forum
yang dibentuk khusus untuk melakukan penggerakan pelaksanaan
program/kegiatan tersebut dinamakan forum Lokakarya Mini
Puskesmas. Dalam rangka penggerakan dan pelaksanaan
program/kegiatan, Kepala Puskesmas dapat melakukan
pengorganisasian ulang petugas di Puskesmas dalam rangka
penguatan dan pemantapan organisasi. Lokakarya mini bulanan
bertujuan untuk menilai sampai seberapa jauh pencapaian dan
hambatan-hambatan yang dijumpai oleh para pelaksana
program/kegiatan pada bulan atau periode yang lalu sekaligus
pemantauan terhadap pelaksanaan rencana kegiatan Puskesmas
yang akan datang; sehingga dapat dibuat perencanaan ulang yang
lebih baik dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Disamping itu, kita ketahui bersama bahwa keberhasilan
pelaksanaan kegiatan Puskesmas memerlukan keterpaduan baik
lintas program maupun lintas sektor.
Lokakarya mini bulanan dilaksanakan pada setiap awal
bulan. Keterpaduan lintas program adalah keterpaduan internal
Puskesmas yang bertujuan agar seluruh petugas mempunyai rasa
memiliki dan motivasi yang tinggi dalam melaksanakan seluruh
kegiatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas secara
terintegrasi. Seluruh komponen Puskesmas harus memiliki
kesadaran bahwa Puskesmas merupakan satu sistem dan mereka
adalah subsistemnya. Pengorganisasian internal Puskesmas
sekaligus pemantauan kegiatan dilaksanakan melalui Lokakarya
mini bulanan Puskesmas yang menghasilkan perencanaan ulang.
Lokakarya mini bulanan Puskesmas diselenggarakan dalam 2
(dua) tahap yaitu:
a. Lokakarya Mini Bulanan yang pertama merupakan lokakarya
penggalangan tim, diselenggarakan dalam rangka
pengorganisasian untuk dapat terlaksananya RPK Puskesmas.
20
Pengorganisasian dilaksanakan dalam rangka penentuan
penanggungjawab dan pelaksana setiap kegiatan serta untuk
satuan wilayah kerja. Seluruh program kerja dan wilayah
kerja Puskesmas dilakukan pembagian habis kepada seluruh
pegawai Puskesmas, dengan mempertimbangkan kemampuan
yang dimilikinya.
b. Lokakarya Mini Tribulanan Rutin merupakan tindaklanjut
dari penggalangan kerjasama lintas sektoral yang telah
dilakukan dan selanjutnya dilakukan tiap tribulan secara
tetap. Penyelenggaraan lokakarya mini tribulanan rutin
dilakukan oleh camat dan Puskesmas dibantu sektor terkait
dikecamatan. Tahapan Lokakarya mini tribulanan rutin:
1) Masukan
- Laporan kegiatan pelaksanaan program kesehatan dan
dukungan sektor terkait.
- Inventarisasi masalah Analisis hambatan dan masalah
dukungan dari masingmasing sektor.
- Merumuskan cara penyelesaian masalah.
- Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan
menyepakati kegiatan berikutnya.
2) Luaran
- Rencana pelaksanaan kegiatan berikutnya.
- Kesepakatan bersama untuk menjalankan rencana.
21
pencapaian target output yang ditemukan pada proses pengawasan
dan pengendalian, dapat segera diatasi melalui penyesuaian
perencanaan selanjutnya. Selain melalui forum lokakarya mini,
pelaksanaan pengawasan dan pengendalian secara internal dapat
dilaksanakan melalui kegiatan monitoring rutin terhadap upaya
yang dilakukan, dengan berpedoman pada Norma, standar,
prosedur, kriteria (NSPK) masing-masing program. Hasil
pengawasan dan pengendalian akan dinilai didalam suatu proses
penilaian kinerja Puskesmas, yang juga merupakan
instrument/tools untuk menilai pelaksanaan proses manajemen
Puskesmas secara keseluruhan. Pengawasan Puskesmas
dibedakan menjadi dua, yaitu pengawasan internal dan eksternal.
a. Sosialisasi Internal
Pendekatan keluarga bukan hanya tugas pekerjaan
dari para Pembina Keluarga. Masalah kesehatan yang
dijumpai di keluarga, bantuan teknis profesional yang
diperlukan dalam pemecahannya merupakan tanggung
jawab para petugas profesional di Puskesmas, termasuk
masalah-masalah kesehatan serupa yang ditemukan pada
saat Puskesmas menyelenggarakan pengorganisasian
masyarakat. Kepala Puskesmas sebagai penanggung jawab
pelaksanaan pendekatan keluarga di Puskesmas wajib
mensosialisasikan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga kepada semua tenaga kesehatan di
Puskesmas, termasuk yang ada di jejaring seperti
Puskesmas pembantu (Pustu), Puskesmas keliling
(Pusling), bidan di desa, dan lain-lain.
b. Sosialisasi Eksternal
Petugas Puskesmas perlu melakukan sosialisasi
tentang pendekatan keluarga kepada camat, Ketua RT/RW,
Lurah/Kepala Desa, ketua-ketua organisasi kemasyarakatan
22
seperti PKK, dan pemuka-pemuka masyarakat agar
pelaksanaan pendekatan keluarga mendapat dukungan dari
masyarakat.
23
4) Analisisi berbagai alternatif;
5) Penentuan pilihan alternatif terbaik;
6) Pelaksanaan;
7) Evaluasi hasil yang dicapai.
c. Model PMPK (Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan)
BA.Fisher (Model Preskriptif): 14
1) Orientasi, menentukan bagaimana situasi yang sedang atau
akan dihadapi;
2) Evaluasi, menentukan sikap yang perlu diambil;
3) Pengawasan, menentukan apa yang harus dilakukan untuk
menghadapi situasi tersebut;
4) Pengambilan keputusan, menentukan pilihan atas berbagai
alternatif yang telah dievaluasi;
5) Pengendalian, melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
hasil keputusan.
Dari semua model di atas dapat disimpulkan secara garis besar
untuk tahapan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
pada dasarnya terdiri dari 4 (empat) langkah kegiatan utama
yaitu:14
a. Identifikasi masalah
b. Analisis masalah
c. Alternatif pemecahan
d. Menetapkan keputusan.
24
1. Proses Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan
Analisis penyebab
masalah
• Pengawasa Rencana
• Pengendalian pelaksanaan
• penilaian Pelaksanaan
a. Identifikasi masalah
Adanya masalah menunjukkan kesenjangan antara harapan
dengan pencapaian sekarang. Tahap identifikasi masalah
dilakukan dengan melakukan survey (data primer).15,16,17
b. Prioritas Masalah
Menurut Kepner Tregoe, ada 3 (tiga) aspek penting dalam
menentukan prioritas, yaitu dilihat dari tingkat mendesak
(Urgency), kegawatan (Seriousness) dan pertumbuhan(Growth).
Teori ini dikenal dengan singkatan ’U S G’.
1) Urgency (mendesak)
Kondisi ini dapat dipertimbangkan dari aspek waktu, yaitu
masih dapat ditunda atau harus segara ditanggulangi.
2) Seriousness (kegawatan)
Besarnya akibat atau kerugian yang dinyatakan secara
kuantitatif.
3) Growth (perkembangan)
Kecenderungan atau perkembangan akibat dari suatu
masalah.
25
c. Analisis penyebab masalah15,16,17
Analisis yang digunakan adalah analisis pendekatan sistem
dengan penyebab utama, yaitu:
a) Input, dipengaruhi oleh 5M yaitu: man, money, material,
methode, marketing, dan lingkungan
b) Process, terdiri dari perencanaan (P1), Pelaksanaan (P2),
Penilaian (P3)
c) Output, yaitu cakupan masalah yang menjadi prioritas
d. Alternatif pemecahan masalah
Pemilihan alternatif pemecahan dilakukan dengan
membandingkan total biaya dari program atau proyek dengan
manfaatnya. Cost Benefit Analysis (CBA) merupakan suatu
teknik yang paling sering digunakan pada awal program atau
proyek ketika pilihan yang berbeda atau program tindakan sedang
dinilai dan dibandingkan sebagai pilihan untuk memilih
pendekatan yang terbaik. CBA membantu memprediksi apakah
manfaaat dari kebijakan lebih besar daripada biaya, dan seberapa
banyak dibandingkan dengan alternatif lain. CBA mengukur
konsekuensi positif atau negatif dari proyek yang mungkin
termasuk efek pada pengguna atau peserta, efek pada non
pengguna atau non peserta, efek personalitas dan nilai cost benefit
lainnya.
e. Pengambilan keputusan
Yaitu mengambil satu kegiatan terpilih dari alternatif - alternatif
pemecahan masalah menggunakan metode Cost Benefit Analysis
(CBA).
f. Rencana Pelaksanaan
Secara umum POA (plan of action) disebut juga Rencana Usaha
Kegiatan (RUK) merupakan suatu proses yang ditempuh untuk
mencapai sasaran kegiatan guna mengatasi masalah kesehatan di
suatu wilayah tertentu. Penyusunan rencana kegiatan dilakukan
26
setelah identifikasi masalah, menetapkan urutan prioritas masalah,
merumuskan masalah, mencari penyebab masalah, dan
pengambilan keputusan. Langkah yang ditempuh dalam
menyusun rencana kegiatan mencakup 5W+1H sebagai berikut :
a) Who : Siapa yang harus bertanggung jawab untuk
melaksanakan rencana kegiatan ?
b) What : Pelayanan atau spesifik kegiatan apa yang akan
dilaksanakan ?
c) How much : Berapa banyak jumlah pelayanan atau kegiatan
yang spesifik ?
d) Whom : Siapa yang menjadi target sasaran atau populasi pada
pelaksanaan kegiatan atau program ?
e) Where : Dimana lokasi atau daerah pelaksanaan kegiatan atau
program ?
f) When : Kapan waktu pelaksanaan kegiatan atau program ?
Selain itu, langkah lain yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan POA adalah :
1) Bentuk kegiatan
2) Tujuan
3) Biaya dan sumbernya
4) Target pencapaian
5) Indikator keberhasilan untuk penilaian
Tahap penyusunan POA dilaksanaan secara bersama-sama,
terpadu, dan terintegrasi sesuai dengan azas penyelenggaraan
Puskesmas yaitu keterpaduan.
g. Pelaksanaan
a) Kegiatan dalam POA berupa pembagian tugas, penggerakan,
koordinasi dan motivasi.
b) Kepemimpinan memegang peran penting dalam menggerakan
dan mengkoordinir staf dan sumber daya lainnya untuk
27
mencapai target/tujuan yang telah ditetapkan dalam
perencanaan.
c) Keberhasilan pelaksanaan kegiatan ditentukan oleh model
kepemimpinan, interaksi pimpinan dan staf, interaksi antara
para staf, faktor lingkungan (lintas sektoral dan masyarakat),
peraturan, dan situasi sosial politik dan ekonomi.
h. Penilaian
Pada saat kegiatan berlangsung, pemantauan (antara lain lewat
supervise/ bimbingan/ bimbingan teknis/bimtek) dilakukan
dengan tujuan :
a) Mengatasi masalah yang muncul dengan segera.
b) Mengarahkan pencapaian tujuan.
c) Mengatasi penyimpangan dan pelaksanaan yang muncul.
d) Menyelaraskan bimtek disertai dengan kala karya dan
waskat
e) Mengevaluasi kegiatan yang dilakukan menyangkut proses,
hasil kegiatan dan dampak (jangka panjang). Evaluasi
dilakukan menggunakan alat berupa indikator keberhasilan
program, data - data yang telah ditelaah atau penelitian -
penelitian. Evaluasi dilakukan untuk memperbaiki
perencanaan dan pelaksanaan di waktu mendatang serta
evaluasi perlu disertai dengan umpan balik.
f) Kelemahan yang seringkali muncul dari pelaksanaan
program/proyek adalah minimnya perhatian (termasuk
dana) untuk melakukan monitoring dan evaluasi (bimtek).
2.2 TB (Tuberculosis)
2.2.1 Definisi
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies
Mycobacterium, antara lain: M. tuberculosis, M. africanum, M. bovis,
28
M. Lepraedsb. Yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan ``Asam
(BTA). Kelompok bakteri Mycobacteriumselain Mycobacterium
tuberculosisyang bisa menimbulkan gangguan pada saluran nafas
dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberculosis)
yang terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan
TBC.Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2
minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu
dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu
makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam
hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Pada
pasien dengan HIVpositif, batuk sering kali bukan merupakan gejala
TBC yang khas, sehingga gejala batuk tidak harus selalu selama 2
minggu atau lebih.
Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum sangat penting untuk diagnosis Tuberkulosis
yaitu dengan ditemukannya Basil Tahan Asam (BTA). Selain itu,
pemeriksaan ini juga mudah dan murah sehingga dapat dilakukan di
tingkat puskesmas. Pemeriksaan secara mikroskopi dilakukan 3 kali
dengan menggunakan sputum sewaktu-pagi-sewaktu. Untuk
menemukan BTA, pembuatan apusan dilakukan dengan pewarnaan
tahan asam dengan metode Ziehl-Neelsen.
2.2.3Tatalaksana TB (Tuberculosis)
29
b. Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang
telah diobati sebelumnya:
- Pasien kambuh
- Pasien gagal
- Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)
30
Catatan :
- Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis
maksimal untuk streptomisin adalah 500mg tanpa
memperhatikan berat badan.
- Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam
keadaan khusus.
Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan
menambahkan aquabidest sebanyak 3,7ml sehingga
menjadi 4ml (1ml = 250mg).
B. Pengobatan Tuberkulosis dengan infeksi HIV/AIDS
Tatalaksana pengobatan TB pada ODHA adalah sama seperti
pasien TB lainnya. Pada prinsipnya pengobatan TB diberikan
segera, sedangkan pengobatan ARV dimulai berdasarkan stadium
klinis HIV atau hasil CD4. Penting diperhatikan dari pengobatan
TB pada ODHA adalah apakah pasien tersebut sedang dalam
pengobatan ARV atau tidak.
Bila pasien tidak dalam pengobatan ARV, segera mulai
pengobatan TB.
Pemberian ARV dilakukan dengan prinsip :
- Semua ODHA dengan stadium klinis 3 perlu dipikirkan untuk
mulai pengobatan ARV bila CD4 < 350/mm3 tapi harus dimulai
sebelum CD4 turun dibawah 200/mm3.
- Semua ODHA stadium klinis 3 yang hamil atau menderita TB
dengan CD4 < 350/mm3 harus dimulai pengobatan ARV.
- Semua ODHA stadium klinis 4 perlu diberikan pengobatan ARV
tanpa memandang nilai CD4. Bila pasien sedang dalam pengobatan
ARV, sebaiknya pengobatan TB tidak dimulai di fasilitas
pelayanan kesehatan dasar (strata I), rujuk pasientersebut ke RS
rujukan pengobatan ARV.
31
Keterangan:
*) Paduan yang mengandung NVP hanya digunakan pada wanita
usia subur dengan pengobatan OAT (mengandung rifampisin),
yang perlu dimulai ART bila tidak ada alternatif lain. EFV tidak
dapat digunakan pada trimester I kehamilan (risiko kelainan janin).
Setelah pengobatan dengan rifampisin selesai dapat dipikirkan
untuk memberikan kembali NVP. Waktu mengganti kembali dari
EFV ke NVP tidak diperlukan leadin dose. Jika seorang ibu hamil
trimester ke 2 atau ke 3 menderita TB, paduan ART yang
mengandung EFV dapat dipertimbangkan untuk diberikan.
Alternatif lain, pada ibu hamil trimester pertama dengan CD4 >
250/mm3 atau jika CD4 tidak
diketahui, berikan paduan pengobatan ARV yang mengandung
NVP disertai pemantauan yang teliti. Bila terjadi gangguan fungsi
hati, rujuk ke rumah sakit.
C. Pengobatan Tuberkulosis Resistan Obat.
Secara umum, prinsip pengobatan TB resist obat, khususnya TB
dengan MDR adalah sebagai berikut :
- Pengobatan menggunakan minimal 4 macam OAT yang masih
efektif.
- Jangan menggunakan obat yang kemungkinan menimbulkan
resistan silang (cross-resistance)
- Membatasi pengunaan obat yang tidak aman
- Gunakan obat dari golongan/kelompok 1 - 5 secara hirarkis
sesuai potensinya. Penggunaan OAT golongan 5 harus
didasarkan pada pertimbangan khusus dari Tim Ahli Klinis
(TAK) dan disesuaikan dengan kondisi program.
32
- Paduan pengobatan ini diberikan dalam dua tahap yaitu tahap
awal dan tahap lanjutan. Tahap awal adalah tahap pemberian
suntikan dengan lama minimal 6 bulan atau 4 bulan setelah
terjadi konversi biakan.
- Lama pengobatan minimal adalah 18 bulan setelah konversi
biakan dikatakan konversi bila hasil pemeriksaan biakan 2 kali
berurutan dengan jarak pemeriksaan 30 hari.
- Pemberian obat selama periode pengobatan tahap awal dan
tahap lanjutan menganut prinsip DOT = Directly/Daily
Observed Treatment, dengan PMO diutamakan adalah tenaga
kesehatan atau kader kesehatan. Pilihan paduan baku OAT
untuk pasien TB dengan MDR saat ini adalah paduan standar
(standardized treatment). yaitu :
33
2.1 KERANGKA TEORI
Target cakupan
pengobatan semua
kasus TB yang
diobati Sebesar
86%
Angka Kesakitan
TB Meningkat
Diagnosis Masalah :
Rendahnya Cakupan
Rendahnya Cakupan
pengobatan semua
pengobatan semua kasus Tb
kasus TB yang
yang diobati (CDR)
diobati Sebesar 75%
Proses :
Man, Money,
P1 (Perencanaan) Analisis Penyebab Masalah:
Material, Methode,
Market P2 (Penggerakan, Pohon Masalah
Pelaksanaan)
P3 (Pengawasan,
Environment Pengendalian,
Penilaian)
Solusi Pemecahan
Masalah
Mengadakan Pendampingan
Petugas Gasurkes Baru di
Wilayah Kerja Puskesmas
Karangayu
34
2.2 KERANGKA KONSEP
Diagnosis Masalah :
Angka Kesakitan Rendahnya Cakupan
TB Meningkat pengobatan semua kasus Tb
yang diobati (CDR)
Pohon Masalah
Solusi Pemecahan
Masalah
35
BAB III
METODE PENGUMPULAN DATA
Jenis penelitian ini adalah praktik belajar lapangan blok 21 dengan metode
observatif.
1. Lokasi
2. Waktu
1. Data primer
2. Data sekunder
36
Masalah adalah kesenjangan antara target dan realisasi. Dalam
pembangunan kesehatan, target yang diharapkan tercapai dalam jangka
waktu tertentu. Jika hal tersebut tidak dapat dicapai maka akan timbul
masalah baru atau akan dihadapi konsekuensi dari ketidaktercapaian
tersebut. Masalah diidentifikasi dengan pengumpulan data primer, namun
bisa juga dilakukan dengan menganalisis data sekunder seperti
pelaksanaan kegiatan periode sebelumnya. Apabila dalam analisis masalah
menggunakan data primer maka yang didefinisikan sebagai masalah
adalah dependen variabel dalam pengumpulan data tersebut dengan alat
kuesioner dengan langkah-langkah sebagai berikut :
37
3. Analisis Penyebab
Analisis yang digunakan adalah analisis pendekatan sistem dengan 5
penyebab utama, yaitu:
38
Mini (Lokmin) setiap bulan dan dihadiri seluruh pegawai
puskesmas.
3) Penilaian (P3)
Pengawasan, penilaian dan pengendalian adalah pemantauan
serta peninjauan terhadap penyelenggaraan rencana tahunan
Puskesmas, baik rencana tahunan upaya wajib maupun upaya
kesehatan pengembangan, dalam mengatasi masalah kesehatan di
wilayah kerjanya. Untuk terselenggaranya pengawasan penilaian
dan pengendalian dibutuhkan pertanggungjawaban, aspek yang
diawasi, dan keefektifan proses penilaian.
5. Pengambilan Keputusan
Yaitu mengambil satu kegiatan terpilih dari alternatif - alternatif
pemecahan masalah menggunakan metode Cost Benefit Analysis (CBA).
39
Secara umum POA (plan of action) mencakup 5W+1H sebagai berikut :
a. Bentuk kegiatan
b. Tujuan
c. Sasaran
d. Tempat
e. Biaya dan sumbernya
f. Target pencapaian
g. Waktu pelaksanaan
h. Penanggungjawab
i. Indikator keberhasilan untuk penilaian
40
BAB IV
HASIL KEGIATAN
41
Puskesmas Karangayu memiliki empat kelurahan binaan.
Keempat kelurahan binaan mempunyai luas wilayah 208,7 Ha
dengan batas-batas wilayah :
Utara : Kelurahan Tawang Mas dan Kelurahan Krobokan
Selatan : Kelurahan Bongsari
Barat : Kelurahan Gisikdrono
Timur : Sungai Banjir Kanal Barat
Wilayah Kerja Puskesmas :
a. Kelurahan Karangayu
b. Kelurahan Salaman Mloyo
c. Kelurahan Cabean
d. Kelurahan Bojong Salaman
42
Karangayu tidak mempunyai Puskesmas Pembantu dan hanya
melayani kegiatan rawat jalan.
43
4.1.5 Fasilitas Fisik
1. Alat Komunikasi
44
Alat komunikasi yang dimiliki Puskesmas Karangayu yaitu telepon
sejumlah 1 unit, dan handphone sejumlah 9 unit.
2. Alat Transportasi
Alat transportasi yang dimiliki oleh Puskesmas yaitu kendaraan
bermotor roda dua sejumlah 4 unit dalam keadaan baik, dan kendaraan
beroda empat yaitu mobil pusling sejumlah 2 unit.
3. Anggaran
Sistem pembiayaan Puskesmas berasal dari anggaran APBD, BOK,
BLUD. Anggaran APBD tahun 2019 sebanyak 105.602.213. Anggaran
BOK tahun 2019 sebanyak 395.000.000. Anggaran BLUD tahun 2019
sebanyak 1.112.611.000, dan jumlah keseluruhan dana sebanyak
1.613.213.213.
45
- Penanggulangan penyakit menular seperti demam berdarah, TB
paru.
- Upaya kesehatan keluarga seperti menurunkan angka kematian
maternal dan perinatal.
- Upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit metabolik
melalui penyuluhan tentang gaya hidup sehat.
- Upaya penanggulangan gizi kurang.
- Upaya kesehatan lingkungan.
2. Tujuan jangka pendek :
- Menurunkan angka kesakitan demam berdarah.
- Menurunkan angka kematian maternal, perinatal, dan neonatal.
- Menurunkan angka prevalensi gizi kurang.
- Menurunkan angka kesakitan TB paru.
- Memberikan penyuluhan kesehatan.
- Menurunkan angka kesakitan penyakit tidak menular.
“SELALU SIAGA”
Senantiasa melayani setulus hati, kesehatan anda kebahagiaan bagi kami.
1. KIA dan KB
46
wawancara dengan Ibu Endang Purwaningsih, selaku penanggungjawab
program UKM pada Selasa 12 Januari 2020 pukul 12.00 WIB
didapatkan kesimpulan:
a. Pada input yang terdiri dari 5M+1E disimpulkan bahwa dalam
menjalankan program KIA dan KB sudah sesuai SOP yang
digunakan sebagai pedoman dalam menjalankan program tetapi ada
kendala pada dana BOK yang kurang.
b. Pada process yang terdiri dari P1, P2, dan P3 disimpulkan bahwa
sebelum menjalankan program dan kegiatan petugas KIA dan KB
telah melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring,
evaluasi dan pengawasan.
c. Pada output terdapat beberapa program yaitu
1) Kesehatan Ibu dan Kb
Terdapat beberapa kegiatan yaitu :
- Yang mencapai target sasaran : Jumlah K1, Jumlah K4,
Jumlah Persalinan oleh tenaga kesehatan di Fasilitas
kesehatan, Jumlah Deteksi Faktor Risiko Pada Ibu Hamil,
Jumlah Pendampingan Ibu Hamil RisikoTinggi, Jumlah
Penanganan Komplikasi Obstetri sesuai standar, Jumlah
Kematian Ibu, Jumlah Pelayanan Peserta KB Aktif, Jumlah
Pelayanan Peserta KB Aktif dengan Efek Samping Obat
- Yang tidak mencapai target sasaran : Jumlah Kunjungan Ibu
Nifas (60%), Jumlah Pelayanan KB Pasca Salin (22%), dan
Jumlah Pelayanan Peserta KB Aktif dengan Komplikasi
(0%)
2) Kesehatan anak
Semua kegiatan telah mencapai target sasaran yaitu : Jumlah
KN, Jumlah Kunjungan Bayi, Jumlah Neonatus resiko tinggi /
komplikasi yang ditangani, Cakupan bayi berat lahir rendah /
BBLR yang ditangani, Jumlah kematian Bayi yang ditemukan,
Jumlah yang di deteksi dan stimulasi tumbuh kembangnya/
47
SDIDTK, Jumlah siswa SD kelas 1-6 yang dijaring, Sekolah
SD/MI dengan dokter kecil, dan jumlah pelayanan kesehatan
korban kekerasan thd perempuan dan anak
3) Kesehatan remaja
Semua kegiatan telah mencapai target sasaran yaitu : Jumlah
Siswa SLTP/MTs kelas 7-9 yang diperiksa, Jumlah Remaja putri
yang mendapat tablet Fe, Jumlah Remaja yang mendapatkan
Penyuluhan, dan Jumlah remaja mendapatkan konseling
48
Jumlah tempat-tempat Umum (Tempat Ibadah, warung,
Ponpes,dll) sudah mencapai target sasaran
2) Penyuluhan program kesehatan
Jumlah kegiatan penyuluhan di Puskesmas dab jaringannya
semua topik meliputi, jumlah penyuluhan individu, jumlah
kunjungan rumah, jumlah penyuluhan kelompok, dan
Pembuatan iklan layanan masyarakat melalui Film Pendek
sudah memenuhi target sasaran.
49
2) Pengawasan dan pengendalian TTU/TPMM
Semua kegiatan meliputi, Jumlah TTU yang diperiksa, Jumlah
TTU yang tidak memenuhi syarat dan dilakukan intervensi,
Jumlah TPP yang diperiksa, dan Jumlah TPP yang tidak
memenuhi syarat dan dilakukan intervensi sudah mencapai
target sasaran.
3) Pengawasan dan pengendalian penyehatan lingkungan
pemukiman
- Terdapat beberapa kegiatan yang sudah mencapai target
sasaran meliputi, Jumlah rumah diperiksa yang tidak
memenuhi syarat dan dilakukan intervensi, Jumlah rumah
yang diperiksa SABnya, yang tidak memenuhi syarat dan
dilakukan intervensi, Jumlah rumah yang diperiksa
jambannya, yang tidak memenuhi syarat dan dilakukan
intervensi, Jumlah rumah yang diperiksa sampahnya, yang
tidak memenuhi syarat dan dilakukan intervensi, dan Jumlah
rumah yang diperiksa limbahnyanya, yang tidak memenuhi
syarat dan dilakukan intervensi
- Kegiatan yang tidak mencapai target sasaran adalah Jumlah
rumah yang diperiksa (41%)
4) Pembinaan penyehatan lingkungan sehat
Kegiatannya berupa :
- Pengelolaan sampah di puskesmas
Kegiatannya berupa, Adanya kegiatan komposting di
puskesmas, sudah mencapai target sasaran
- Klinik sanitasi
Kegiatannya berupa Adanya rujukan pasien penderita
penyakit berbasis lingkungan dari BP, Adanya konseling
dari petugas Penyehatan Lingkungan di puskesmas kepada
pasien rujukan dari BP, dan Kunjungan rumah terhadap
50
pasien yang sudah dikonseling, semua kegiatan tersebut
sudah memenuhi target sasaran
- Pemantauan kualitas air limbah
Kegiatan berupa SWA pantau limbah cair dan Adanya
kegiatan uji kualitas limbah cair sudah memenuhi target
sasaran
5) Pemanfaatan Sanitarian Kit
Kegiatannya berupa pemantauan kualitas lingkungan dengan
menggunakan sanitarian kit sudah mencapai target sasaran
6) Aplikasi Si Kempling
Kegiatannya berupa Pendataan 5 Pilar STBM dengan aplikasi Si
Kempling sudah mencapai target sasaran
51
pelacakan gizi buruk (Juml BB/U dilacak), dan Jumlah Ibu
hamil KEK
Ada satu kegiatan yang tidak mencapai target sasaran
yaitu Jumlah baduta stunting yang ditemukan (TB/U)
(9%)
- Pelayanan gizi pada masyarakat
Beberapa kegiatan yang telah mencapai target sasaran
yaitu Jumlah bufas mendapat vitamin A 2 kapsul, Jumlah
bumil yang diperiksa Hb, Jumlah BGM gakin (6-24 bl)
mendapat MP-ASI, Jumlah gizi buruk mendapat
perawatan, Pemantauan gizi buruk di RS, dan Jumlah
bumil KEK yang ditangani
Ada satu kegiatan yang belum mencapai target sasaran
yaitu Jumlah bumil yang mendapat 90 tablet Fe (77%).
Pada program yang belum mencapai target dikarenakan
ada beberapa ibu hamil yang periksanya tidak di
Puskesmas setempat.
- Penyelidikan epidemiologi
Kegiatannya meliputi Pemantauan Status Gizi,
Pemantauan Konsumsi Garam Beryodium, dan Kadarzi
sudah memenuhi target sasaran
- ASI eksklusif
Kegiatannya meliputi Promosi ASI Eksklusif dan Cakupan
ASI Eksklusif sudah memenuhi target sasaran
2) Upaya Pemberdayaan Masyarakat
Semua kegiatan sudah mencapai target sasaran meliputi,
Jumlah kunjungan ke posyandu >= 10 kali/tahun, Pencapaian
rumah tangga sehat (strata utama dan paripurna), Pencapaian
Posyandu strata purnama dan mandiri, Gerakan PSN (4
kali/bulan), dan Cakupan kelurahan siaga aktif
52
5. Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
53
Kegiatannya meliputi Pelaksanaan PE semua kasus DD,
Ketepatan laporan PE DD (< 24 jam), Penyelidikan
Epidemiologi (PE) penyakit DBD, Ketepatan laporan PE
DBD (< 24 jam, > 24-48 jam, > 48 jam)), Cakupan
pelaksanaan fogging sesuai dengan standart (< 5 hari, 6-7
hari, > 1 minggu), PE peny. Leptospirosis/suspek AI/suspek
Chikungunya/penyakit bersumber binatang semua
kegiatannya mencapai target sasaran.
- Diare dan ISPA
Kegiatan yang mencapai target sasaran adalah Cakupan
balita dengan pneumonia yang ditangani
Kegiatan yang belum mencapai target sasaran adalah
Penemuan Penderita Diare (0%)
- Kusta
Kegiatannya meliputi Cakupan kusta yang selesai
pengobatan sudah mencapai target sasaran
- Hepatitis
Kegiatannya meliputi Cakupan ibu hamil yang dites HBS
Ag dan Cakupan bayi yang mendapat HBIG sudah mencapai
target sasaran
- P2TB
Kegiatan yang mencapai target sasaran adalah angka
keberhasilan pengobatan pasien TB semua kasus (TSR),
Cure Rate TBC SO, Pasien TBC Tahu Status HIV, angka
keberhasilan pengobatan TB resisten obat (TSR TB-RO),
Cure Rate TBC RO, dan Suspek di periksa sesuai standar
Kegiatan yang tidak mencapai target yaitu Cakupan
pengobatan semua kasus Tb yang diobati (CDR) (75%).
Untuk kegiatan yang tidak mencapai target dikarenakan
kurangnya SDM, fasilitas yang kurang memadai, dan
lingkungan yang tidak mendukung, kurang efektifnya media
54
edukasi dari nakes puskesmas kepada masyarakat,
kurangnya pemanfaatan social media untuk edukasi
masyarakat.
- IMS, HIV, dan AIDS
IMS kegiatannya meliputi Cakupan Ibu Hamil yang dites
Sifilis, cakupan kasus IMS yang di obati, dan cakupan IMS
yang tes HIV sudah mencapai target sasaran semua
HIV kegiatannya meliputi Ibu Hamil yang dites HIV dan
tahu hasilnya, Jumlah klien yang dites HIV, Jumlah klien
positif HIV yang dirujuk ke layanan PDP, dan cakupan HIV
positif yag diskrining gejala TBC sudah mencapai target
sasaran
4) PTM
Kegiatannya meliputi
- Hipertensi, kegiatannya Jumlah penderita hipertensi sudah
mencapai target sasaran
- Diabetes mellitus kegiatannya, Jumlah pasien DM,
Kelengkapan Laporan PTM, Ketepatan laporan PTM, dan
Jumlah pasien gangguan jiwa yang dilayani di puskesmas
sudah mencapai target sasaran
1. Kesehatan Gigi
Data diperoleh melalui studi dokumen laporan puskesmas tahun
2019, RUK dan RPK tahun 2019, PKP 2019 dan wawancara dengan Ibu
Endang Purwaningsih, selaku penanggungjawab program UKM pada
Selasa 12 Januari 2020 pukul 12.00 WIB didapatkan kesimpulan:
a. Pada input yang terdiri dari 5M+1E disimpulkan bahwa dalam
menjalankan program kesehatan gigi sesuai dengan SOP yang ada.
b. Pada process yang terdiri dari P1, P2, dan P3 disimpulkan bahwa
sebelum menjalankan program dan kegiatan kesehatan gigi telah
55
melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring, evaluasi dan
pengawasan
c. Pada output terdapat beberapa program :
Kegiatannya meliputi UKGS Tahap II di SD/ MI, UKGS (tahap III) di
SD/MI, Inisiasi Pelayanan Ramah Anak di Puskesmas (PRAP), dan
Pengembangan Pelayanan Ramah Anak di Puskesmas (PRAP) telah
mencapai target sasaran.
2. POSBINDU (Pos Pembinaan Terpadu)
Data diperoleh melalui studi dokumen laporan puskesmas tahun
2019, RUK dan RPK tahun 2019, PKP 2019 dan wawancara dengan Ibu
Endang Purwaningsih, selaku penanggungjawab program UKM pada
Selasa 12 Januari 2020 pukul 12.00 WIB didapatkan kesimpulan:
a. Pada input yang terdiri dari 5M+1E disimpulkan bahwa dalam
menjalankan program POSBINDU tidak terdapat masalah.
b. Pada process yang terdiri dari P1, P2, dan P3 disimpulkan bahwa
sebelum menjalankan program dan kegiatan POSBINDU telah
melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring, evaluasi dan
pengawasan.
c. Pada output terdapat beberapa program :
Kegiatannya meliputi, Keaktifan anggota posbindu, Jenis pemeriksaan
posbindu, Kegiatan sebelum pemeriksaan posbindu, dan Sumber dana
kegiatan posbindu sudah mencapai target semua.
3. Kesehatan MATRA
Data diperoleh melalui studi dokumen laporan puskesmas tahun
2019, RUK dan RPK tahun 2019, PKP 2019 dan wawancara dengan Ibu
Endang Purwaningsih, selaku penanggungjawab program UKM pada
Selasa 12 Januari 2020 pukul 12.00 WIB didapatkan kesimpulan:
a. Pada input yang terdiri dari 5M+1E disimpulkan bahwa dalam
menjalankan program Kesehatan MATRA tidak terdapat masalah.
b. Pada process yang terdiri dari P1, P2, dan P3 disimpulkan bahwa
sebelum menjalankan program dan kegiatan Kesehatan MATRA telah
56
melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring, evaluasi dan
pengawasan.
c. Pada output terdapat beberapa program :
Semua kegiatan telah mencapai target sasaran diantaranya, Jumlah
calon jemaah haji yang diperiksa kesehatannya, Jumlah CJH yang
mendapat pembinaan (Penyuluhan, Pelatihan & Rujukan), Jumlah
CJH yg risiko tinggi ditangani, dan Jumlah jamaah Haji yg dilacak.
4. KEMITRAAN
Data diperoleh melalui studi dokumen laporan puskesmas tahun
2019, RUK dan RPK tahun 2019, PKP 2019 dan wawancara dengan Ibu
Endang Purwaningsih, selaku penanggungjawab program UKM pada
Selasa 12 Januari 2020 pukul 12.00 WIB didapatkan kesimpulan:
a. Pada input yang terdiri dari 5M+1E disimpulkan bahwa dalam
menjalankan program KEMITRAAN tidak terdapat masalah.
d. Pada process yang terdiri dari P1, P2, dan P3 disimpulkan bahwa
sebelum menjalankan program dan kegiatan KEMITRAAN telah
melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring, evaluasi dan
pengawasan.
e. Pada output terdapat beberapa program :
Semua kegiatan telah mencapai target sasaran meliputi, Jumlah
koordinasi linsek, Jumlah kemitraan dengan institusi kesehatan dan
pendidikan kesehatan, dan Jumlah kemitraan dengan
Ormas/LSM/Karang Taruna dll
5. KESEHATAN OLAHRAGA
Data diperoleh melalui studi dokumen laporan puskesmas tahun
2019, RUK dan RPK tahun 2019, PKP 2019 dan wawancara dengan Ibu
Endang Purwaningsih, selaku penanggungjawab program UKM pada
Selasa 12 Januari 2020 pukul 12.00 WIB didapatkan kesimpulan:
a. Pada input yang terdiri dari 5M+1E disimpulkan bahwa dalam
menjalankan program Kesehatan olahraga sudah sesuai SOP yang ada.
57
b. Pada process yang terdiri dari P1, P2, dan P3 disimpulkan bahwa
sebelum menjalankan program dan kegiatan Kesehatan olahraga telah
melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring, evaluasi dan
pengawasan.
c. Pada output terdapat beberapa program :
Kegiatannya meliputi
- Jumlah Pembinaan kelompok potensial/ klub, dalam kes.OR
Meliputi Pendataan kelompok potensial/ klub, dalam kes.OR,
Pemeriksaan kesehatan olahraga, dan Penyuluhan kesehatan olah
raga telah mencapai target sasaran
- Pelayanan Kesehatan Olahraga
Meliputi Konsultasi kesehatan olahraga, Pengukuran tingkat
kebugaran jasmani, Penanganan cedera olahraga akut, Pelayanan
kesehatan atlet pada event olahraga, dan Pelayanan kesehatan pada
anak sekolah dasar telah mencapai target sasaran.
6. KESEHATAN KERJA
Data diperoleh melalui studi dokumen laporan puskesmas tahun
2019, RUK dan RPK tahun 2019, PKP 2019 dan wawancara dengan Ibu
Endang Purwaningsih, selaku penanggungjawab program UKM pada
Selasa 12 Januari 2020 pukul 12.00 WIB didapatkan kesimpulan:
a. Pada input yang terdiri dari 5M+1E disimpulkan bahwa dalam
menjalankan program Kesehatan kerja sudah sesuai SOP yang ada.
b. Pada process yang terdiri dari P1, P2, dan P3 disimpulkan bahwa
sebelum menjalankan program dan kegiatan Kesehatan kerja telah
melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring, evaluasi dan
pengawasan.
c. Pada output terdapat beberapa program :
1. Masyarakat pekerja formal & informal yg mendapat kesehatan
kerja
58
Kegiatannya meliputi, Kasus penyakit umum pada pekerja, Kasus
diduga penyakit akibat kerja pada pekerja, dan Kasus kecelakaan
akibat kerja pada pekerja telah mencapai target sasaran
2. Sosialisasi kesehatan kerja bg pekerja informal & formal min 2x/th
Kegiatannya meliputi, Pelatihan kader kesehatan kerja min 1x/th,
Pembinaan nakes ke Pos UKK min 2x/th, dan Cakupan pos UKK
berfungsi baik min 50% (Cakupan Pos UKK strata Purnama dan
Mandiri min 50%) telah mencapai target sasaran.
7. KESEHATAN INDRA/ MATA
Data diperoleh melalui studi dokumen laporan puskesmas tahun
2019, RUK dan RPK tahun 2019, PKP 2019 dan wawancara dengan Ibu
Endang Purwaningsih, selaku penanggungjawab program UKM pada
Selasa 12 Januari 2020 pukul 12.00 WIB didapatkan kesimpulan:
a. Pada input yang terdiri dari 5M+1E disimpulkan bahwa dalam
menjalankan program Kesehatan indra/mata tidak terdapat masalah.
b. Pada process yang terdiri dari P1, P2, dan P3 disimpulkan bahwa
sebelum menjalankan program dan kegiatan Kesehatan indra/mata
telah melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring, evaluasi
dan pengawasan.
c. Pada output terdapat beberapa program :
Kegiatannya meliputi, Jumlah Penemuan kasus kelainan refraksi,
Jumlah Penemuan kasus penyakit mata yg diobati di Puskesmas,
Jumlah kasus penyakit mata yang dirujuk, Jumlah Penemuan kasus
penyakit telinga yg diobati di Puskesmas, dan Jumlah kasus penyakit
telinga yang dirujuk telah mencapai target sasaran.
8. Kesehatan LANSIA
Data diperoleh melalui studi dokumen laporan puskesmas tahun
2019, RUK dan RPK tahun 2019, PKP 2019 dan wawancara dengan Ibu
Endang Purwaningsih, selaku penanggungjawab program UKM pada
Selasa 12 Januari 2020 pukul 12.00 WIB didapatkan kesimpulan:
59
a. Pada input yang terdiri dari 5M+1E disimpulkan bahwa dalam
menjalankan program Kesehatan lansia sudah sesuai SOP yang ada.
b. Pada process yang terdiri dari P1, P2, dan P3 disimpulkan bahwa
sebelum menjalankan program dan kegiatan Kesehatan lansia telah
melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring, evaluasi dan
pengawasan.
c. Pada output terdapat beberapa program :
Kegiatannya meliputi, Pra lansia diperiksa, Lansia diperiksa, dan
Posyandu lansia yg dibina & dikunjungi telah mencapai target sasaran
9. Kesehatan Tradisional
Data diperoleh melalui studi dokumen laporan puskesmas tahun
2019, RUK dan RPK tahun 2019, PKP 2019 dan wawancara dengan Ibu
Endang Purwaningsih, selaku penanggungjawab program UKM pada
Selasa 12 Januari 2020 pukul 12.00 WIB didapatkan kesimpulan:
a. Pada input yang terdiri dari 5M+1E disimpulkan bahwa dalam
menjalankan program Kesehatan tradisional tidak terdapat yang
bermasalah.
b. Pada process yang terdiri dari P1, P2, dan P3 disimpulkan bahwa
sebelum menjalankan program dan kegiatan Kesehatan tradisional
telah melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring, evaluasi
dan pengawasan.
c. Pada output terdapat beberapa program :
Kegiatannya berupa Pembinaan penyehatan tradisional dan telah
mencapai target sasaran
60
a. Pada input yang terdiri dari 5M+1E disimpulkan bahwa dalam
menjalankan pelayanan pemeriksaan umum tidak didapatkan adanya
masalah.
b. Pada process yang terdiri dari P1, P2, dan P3 disimpulkan bahwa
sebelum menjalankan pelayanan pemeriksaan umum telah
melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring, evaluasi dan
pengawasan.
61
4.3.4 Pelayanan KIA-KB Bersifat UKP
62
b. Pada process yang terdiri dari P1, P2, dan P3 disimpulkan bahwa
sebelum menjalankan pelayanan laboratorium telah melakukan
perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring, evaluasi dan pengawasan.
c. Pada output terdapat beberapa program yaitu
a. Administrasi pelayanan
b. Pelayanan pemeriksaan
c. Penunjang pelayanan
d. Peningkatan mutu pelayanan.
Dari program tersebut, semua kegiatan telah tercapai sesuai target
63
4.4 Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan (PMPK)
KIA dan KB
Jumlah Kunjungan Ibu Nifas 95 60 35
Jumlah Pelayanan KB Pasca 35 22 13
Salin
Jumlah Pelayanan Peserta KB 3,5 0 3,5
Aktif dengan Komplikasi
KESEHATAN
LINGKUNGAN
Jumlah sampel mak/ min yang 100 0 100
tidak memenuhi syarat
kesehatan dan dilakukan
intervens
PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN
PENYAKIT
Penemuan Penderita Diare 70 11 59
GIZI
Jumlah baduta stunting yang 16,6 9 7,6
ditemukan (TB/U)
Jumlah bumil yang mendapat 90 97,4 77 20,4
tablet Fe
P2TB
Cakupan pengobatan semua 86 75 11
kasus Tb yang diobati (CDR)
Suspek di periksa sesuai standar 100 40 60
64
Tabel 4.2. USG
Urgency Seriousness Growth
Masalah Total Prioritas
(U) (S) (G)
Jumlah Pelayanan KB
3,0 3,1 3,3 9,4 VIII
Pasca Salin
Penemuan Penderita
3,4 3,3 2,9 9,6 VI
Diare
Cakupan pengobatan
semua kasus Tb yang 4,0 4,4 4,9 13,3 I
diobati (CDR)
Prioritas Masalah:
I. Cakupan pengobatan semua kasus Tb yang diobati (CDR)
II. Jumlah baduta stunting yang ditemukan (TB/U)
III. Jumlah bumil yang mendapat 90 tablet Fe
IV. Jumlah Pelayanan Peserta KB Aktif dengan Komplikasi
V. Jumlah Kunjungan Ibu Nifas
VI. Jumlah rumah yang diperiksa
65
VII. Penemuan Penderita Diare
VIII. Suspek di periksa sesuai standar
IX. Jumlah Pelayanan KB Pasca Salin
X. Jumlah sampel mak/ min yang tidak memenuhi syarat kesehatan
dan dilakukan intervens
66
jumlah tenaga kerja yang kurang menyebabkan gap antara target
dan capaian. Anggota program P2TB sendiri terdiri dari
pemegang program, penanggung jawab tugas surveilans 1 orang,
dibantu 1 tenaga gasurkes,4 kader dan dari promkes. Akan tetapi
untuk penyelesainanya semua program terlibat. Jumlah tenaga
kerja yang kurang dan SDM yang tidka bisa merencanakan
bagaimana melakukan edukasi, deteksi dini dan evaluasi PMO secara
efektif.
2) Money
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari wawancara
dengan kepala puskesmas Karangayu, tidak terdapat masalah
mengenai alokasi anggaran yang telah diberikan. Sumber dana
didapat dari dari BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) untuk
taraf pengobatan. Sedangkan untuk skrinning,edukasi dan
penemuan kasus didapatkan dari BOK (Biaya Operasional
Kesehatan).
3) Material
Sarana dan prasarana yang menunjang program DOTS
sudah memadai, karena sudah memiliki sarana pasarana
meliputi pot dahak yang berasal dari dropping Dinas, TCM (Tes
Cepat Molekuler) untuk pengiriman ke rumah sakit, dan tes
BTA untuk follow up bulan ke-2, lab pemeriksaan BTA.
Kendala ada pada ruang pemeriksaan khusus Tb, yaitu belum
ada ventilasi yang memadai dan ruangan belum sesuai dengan
SOP.
4) Methods
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemegang program
didapatkan hasil bahwa tidak terdapat masalah karena sudah
sesuai dengan SOP. Puskesmas Karangayu memiliki SOP yang
berkaitan dengan TB Paru seperti SOP alur pemeriksaan, SOP
pelacakan kontak serumah, SOP pengobatan, SOP pengiriman
67
dari pasien ke puskesmas, SOP pengiriman puskesmas ke
pasien, SOP Tb + dengan HIV, SOP pencegahan dan
pengendalian infeksi, SOP Tb resisten obat dan SOP tentang
pemeriksaan dahak. Penemuan kasus TB BTA positif (+) dapat
dilakukan dengan acara aktif dan pasif. Metode aktif oleh
petugas gasurkes yaitu petugas melakukan pelacakan kontak
serumah pada penderita TB Paru BTA positif (+) dan TB Anak.
Metode pasif yaitu pasien yang mendatangi langsung puskesmas
untuk dilakukan pemeriksaan dahak. Upaya pendampingan
bertujuan untuk memantau kepatuhan minum obat dengan
melibatkan kader Tb, masyarakat sekitar, serta keluarga pasien
sendiri.
5) Marketing
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemegang program
didapatkan hasil bahwa sudah terdapat sosialisasi mengenai
pelacakan Tb dari Dinas Kesehatan ke pemegang program.
Kegiatan P2TB terdapat media informasi cetak seperti leaflet
tentang pengetahuan TB Paru, cara pengeluaran dahak yang
benar, cara penularan penyakit dan kepatuhan minum obat yang
tersebar di sekitar puskesmas. Selain itu pemberian edukasi dan
informasi ke masyarakat dapat melalui penyuluhan tentang
penyakit Tb. Petugas juga memiliki nomor telepon masing-
masing pasien Tb untuk berkomunikasi dan emndapatkan
informasi.
6) Environment
a) Fisik
Lingkungan Puskesmas Karangayu dalam keadaan nyaman.
b) Non fisik
Masyarakat di lingkungan Puskesmas Karangayu adalah
masyarakat yang heterogen dengan berbagai tingkat
Pendidikan, usia, pekerjaan, dll. Dari hasil wawancara
68
didapatkan kurangnya pengetahuan masyarakat terkait TB.
Edukasi dan penyampaian dari pihak puskesmas ke
masyarakat sesuai dengan kemampuan pasien.
(DAUN)
(Batang)
(Akar)
Lemahnya Perencanaan
b. Process
1) P1 (perencanaan)
Berdasarkan wawancara dengan pemegang program TB, dalam
perencanaan kegiatan, sudah dibuatkan jadwal perencanaan
pengambilan obat, serta tersedia juga buku TCM. Untuk target
sasaran pelaksanaan program ini dilihat dari jumlah penduduk,
serta jumlah pasien Tb di 4 kelurahan dibawah Puskesmas
Karangayu. Pembagian tugas juga sudah terlaksana misalnya
untuk petugas yang bertugas di lapangan adalah dari gasurkes
dan petugas epidemiologi. SOP untuk pelaksanaan kegiatan
sudah tersedia dan dilaksanakan. Kendala di bagian perencanaan
69
ada beberapa, salah satunya yaitu dari kepatuhan berobat pasien
itu sendiri, sehingga angka capaian cakupan pengobatan Tb
tidak memenuhi target.
2) P2 (pelaksanaan)
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala puskesmas
didapatkan terdapat hambatan berupa kurangnya jumlah SDM.
Jumlah proporsi antara kasus ,wilayah, dengan jumlah tenaga
kerja yang kurang menyebabkan gap antara target dan capaian.
Anggota program P2TB sendiri terdiri dari pemegang program,
penanggung jawab tugas surveilans 1 orang, dibantu 4 tenaga
gasurkes, dan dari promkes. Untuk peran Pengawas Menelan
Obat (PMO) sudah jelas, yang dilibatkan adalah keluarga, akan
tetapi tenaga Kesehatan dari puskesmas juga ikut memantau.
Kendalanya pasien kurang patuh untuk disiplin dalam
pengobatan, sehingga diperlukan edukasi yang lebih efektif
untuk pasien.
3) P3 (Monitoring, Evaluasi dan Pengawasan)
Untuk monitoring dan evaluasi dilakukan tiap 1 bulan pada saat
lokakarya mini di puskesmas. Apabila terdapat kendala maka
masalah tersebut akan dibahas pada pertemuan yang
dilaksanakan 3 bulan sekali yang melibatkan kader Tb, serta
masyarakat. Tidak ada kendala tertentu dari monitoring,
evaluasi dan pengawasan kegiatan.
c. Output
Angka cakupan pengobatan semua kasus Tb yang diobati (CDR)
tidak memenuhi target, sehingga terjadi kesenjangan yang bermakna.
70
4.4.4 Alternatif Pemecahan Masalah
71
Mengadakan diklat online petugas gasurkes diwilayah kerja puskesmas
Karangayu.
72
jawab
73
- Kepala puskesmas (solusi dari akar masalah yang ditemukan
masahsiswa apa)
- Kepala puskesmas (agar menambahkan analisis fishbone dalam
laporan)
4. Klarifikasi dari Dosen Pembimbing Lapangan Pak Toto Suyoto Isma’il, SH,
MS (PH).
5. Penutup oleh Mc , dilanjutkan penyerahan plakat diwakili oleh mahasiswa
kepada puskesmas, keterangan :
Kesimpulan :
74
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
75
DAFTAR PUSTAKA
76
11. Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 31 Tahun 2019
Tentang Sistem Informasi Puskesmas. Menteri Kesehatan Republik
Indonesia. 2019.
77
LAMPIRAN
PPT Lokakarya Mini Khusus
78
Pemaparan hasil kegiatan di Puskesmas Karangayu
79
Pelaksanaan FGD dengan Kepala Puskesmas Karangayu
80
Pelaksanaan FGD dengan penanggungjawab UKP
81