Tantangan Penyelenggaraan Perfomance Based Maintenance Contract (PBMC) Pada Jalan Nasional
Tantangan Penyelenggaraan Perfomance Based Maintenance Contract (PBMC) Pada Jalan Nasional
Tantangan Penyelenggaraan Perfomance Based Maintenance Contract (PBMC) Pada Jalan Nasional
ABSTRACT
The applicaton of Performance Based Maintenance Contract (PBMC)is a kind of updated innovation which recently
applied conventional contract. The maintenance contract performance based was applied by General Director of
Highways (Bina Marga) to replace conventional maintenance contract. The contrast between conventional contract
and PBMC lied on The maintenance system conducted. Conventional contract maintains the input and maintenance,
however PBMC maintains the output and the outcome. The contractors independently determined the maintenance
work will be conducted. In shake of fulfilling users intentions, the contractors will raise the value added for the
maintenance process with fully creative and innovative. PBMC application training has been conducting since 2011
by director of highways, however the rapid overloading described that the condition of national roads application isn’t
yet ideal, the provision of infrastructure is unstabel and preservation handling isn’t quite assertive and hasn’t
completely conducted. In line with the well management principals, they are planning and organizing PMBC
application. The way to handle broken and failed infrastructure. There are some topics being discussed in this paper,
such as the deception of PBMC contract based on management principals, gap between field technically and basic
concepts. Some challenges ruined over the concept of PBMC in improving the maintenance of national roads near
future
Keywords: Performance Based Maintenence Contract (PBMC), Value Added, Maintenance, Output and Outcome
PENDAHULUAN
Transportasi merupakan urat-nadi kehidupan sosial budaya, ekonomi, pertahanan keamanan
nasional dan politik yang perannya sangat penting dalam ketahanan nasional. Untuk mendukung
pengembangan wilayah, pembangunan ekonomi, mobilitas manusia, barang, dan jasa dibutuhkan sistem
transportasi yang handal dengan memiliki kemampuan jaringan yang efektif dan efisien serta kemampuan
daya dukung struktur tinggi. Sistem transportasi yang handal tersebut tentulah sangat dipengaruhi oleh
prasarana jalan agar mampu meningkatkan pembangunan ekonomi suatu wilayah. Di Indonesia, prasarana
jalan merupakan kebutuhan primer dalam rangka meningkatkan sistem transportasi karenaberdasarkan data
real dilapangan bahwa prasarana jalan melayani sekitar 92% angkutan penumpang dan 90% angkutan
barang. Aset prasarana jalan nasional berperan dalam menurunkan biaya transportasi, total nilai kapitalisasi
telah melebihi dua ratus triliun Rupiah. Apabila prasarana jalan terus dikembangkan menjadi yang handal,
maka tentunya Indonesia akan mampu bersaing dalam bidang ekonomi di daerah maupun Internasional.
Perekonomian Nasional tentunya didukung oleh banyak bidang, khususnya sistem transportasi yang akan
memperlancar arus distribusi manusia, barang maupun jasa.
Dari sisi ekonomi makro, prasarana jalan akan mampu meningkatkan tingkat produktivitas
marginal modal swasta, meningkatkan kualitas hidup dan meningkatkan kesejahteraan manusia, akan
terlaksanakannya stabilitas makro ekonomi dan peningkatan kemakmuran nyata yakni semakin banyaknya
jasa kredit, keberlanjutan fiskal dan pasar tenaga kerja yang sejalan dengan 3 strategi pembangunan
ekonomi yaitu pro jobs, growth dan poor. Dari sisi ekonomi mikro, prasarana jalan akan mampu menekan
biaya transportasi yang mengakibatkan turunnya biaya produksi, meningkatkan produktivitas tenaga kerja,
meningkatkan nilai konsumsi dan semakin meluasnya pasar tenaga kerja yang akan memberikan multiplier
effect terhadap perekonomian lokal dan kawasan untuk memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi
angkatan kerja. Jaringan jalan sebagai prasara distribusi sekaligus pembentuk struktur ruang wilayah harus
dapat memberikan pelayanan transportasi secara lancar, selamat dan nyaman. Produktivitas masyarakat
yang akan mengembangkan produk-produk menjadi lebih kompetitif nantinya dapat difasilitasi dengan
adanya jaringan jalan yang merupakan bagian dari interaksi ruang dan sistem transportasi yang baik yang
berlandaskan aspek sosial ekonomi dan lingkungan sehingga konsep pro green yang dicanangkan
pemerintah dapat dijalankan dengan baik.
Sebagai penyelenggara jalan, Ditjen Bina Marga menghadapi tantangan yaitu adanya penambahan
panjang jalan nasional yang semakin berat. Bappenas (2014) menjelaskan bahwa Ditjen Bina Marga
periode 2015-2019 memiliki sasaran utama yaitu meningkatnya waktu tempuh koridor utama, mencapai
18
Jurnal Teknovasi
Volume 07, Nomor 01, 2020, 18 – 27
ISSN : 2540-8389
98% jalan mantap, dan meningkatnya tingkat kelaikan dan keselamatan jalan. Untuk mencapai sasaran
utama tersebut, (performance based maintanance contract - PBMC) adalah cara yang tepat karena kontrak
pemeliharaan berbasis kinerja ini menekankan kepada pencapaian kinerja (performance) jalan melalui
parameter output atau outcome, yang telah ditetapkan dengan jelas dan terukur. Berbeda dengan sistem
kontrak konvensional yang menekankan pada input dan proses. Bentuk kontrak di Indonesia dapat
dibedakan berdasarkan Yasin (2004) : (1) Fixed Lump Sum dan Unit Price untuk perhitungan biaya; (2)
Biaya Tanda Jasa, biaya ditambah jasa dan biaya ditambah jasa pasti untuk perhitungan Jasa; (3) sistem
pembayaran dilakukan dengan cara bulanan atas prestasi dan pra pendanaan penuh oleh penyedia jasa; (4)
kontrak konvensional, turnkey dan EPC (engineering procurement and contruction) merupakan aspek
pembagian tugas yang dilakukan. Bentuk kontrak kerja antara pengguna jasa dan penyedia jasa adalah
mengikat dalam jangka waktu pendek. Hal ini dilakukan agar pertanggungjawaban pelaksanaan pekerjaan
selama pelaksanaan fisik dapat dengan baik dilaksanakan sebagai contoh apabila terdapat kerusakan
konstruksi yang tidak sesuai dengan kesepakatan agar dapat terus diperbaiki.
Dari sisi kualitas pekerjaan, Performance Based Maintenance Contract (PBMC) atau kontrak
pemeliharaan berbasis kinerja digunakan nantinya dapat meningkatkan kualitas dari hasil kerja penyedia
jasa, sedangkan dari sisi pemeliharaan, nantinya penyedia jasa mampu mempertahankan kondisi minimum
yang telah disepakati. Kedua sisi tersebut bersifat dalam bentuk desain dan pelaksanaan pekerjaan secara
efisien agar mampu dipertangungjawabkan oleh penyedia jasa. Penelitian ini dimaksudkan untuk
memberikan gambaran tentang bagaimana konsep Performance Based Maintanence Contract (PBMC)
dapat memberikan manfaat yang besar dalam penyelanggaraan jalan khususnya dalam tahap pemeliharaan
(maintenance), dan bertujuan untuk melakukan evalusi terhadap pelaksanaan PBMC di Indonesia dan
memberikan masukkan bagi penerapan PBMC terkait tantangan dimasa mendatang.
METODE PENELITIAN
Penulisan ini merupakan hasil kajian yang dilakukan dengan menggunakan metodologi literature
review berupa lessons learned dari penerapan PBMC di beberapa negara juga berdasarkan pengamatan
dan pengalaman yang dialami dan dilakukan, sedemikian sehingga bisa dipetakan permasalahan yang
terjadi dan usulan pengembangan di masa mendatang, khususnya dalam pelaksanaannya di Indonesia.
Kerangka pemikiran (Gambar 1) didasari pada sistem penyelenggaraan jalan nasional khususnya pada tahap
pemeliharaan yang selama ini berbasiskan pada sistem kontrak konvensional. Beberapa pengalaman sudah
dilakukan di berbagai Negara juga di Indonesia selama beberapa periode belakangan. Namun demikian
ternyata implementasinya tidak semudah dan seberhasil yang diharapkan. Kajian ini berangkat untuk
melihat dan menemukan permasalahan – permasalahan yang ada, sehingga pada akhirnya dapat
memberikan masukkan bagi pelaksanaan PBMC ini di masa mendatang secara lebih baik pada jaringan
jalan nasional di Indonesia.
PENYELENGGARAAN PBMC
JALAN NASIONAL (PERFORMANCE
MAINTANANCE
BASED CONTRACT)
PEMBANGUNAN )
REHABILITASI/ MASALAH:
PRESERVASI 1. OVERLOAD TEORI DAN PRAKTEK
2. DATABASE
3. LAMBAT PENERAPAN PBC
PENANGANAN
4. LAIN - LAIN KETERBATASAN
HASIL
PERMASALAHAN OUTPUT
DAN HAL – HAL (DARI PENGALAMAN
DAN LESSON
YANG TIDAK BISA
LEARNED DARI
DILAKSANAKAN TANTANGAN / MANCANEGARA)
PENGEMBANGAN
Skema di atas menunjukkan Project life cycle yang merupakan pendekatan yang dilakukan dalam
sistem peneyelenggaraan jalan nasional yang dimulai dengan analisis kebutuhan hingga proses
pembangunan kembali secara berurutan guna meminumkan biaya.
20
Jurnal Teknovasi
Volume 07, Nomor 01, 2020, 18 – 27
ISSN : 2540-8389
Gambar 3. Struktur Organisasi Penyelenggaraan Jalan Nasional Pada Direktorat Jenderal Bina Marga,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Direktorat Jenderal Bina Marga, 2015)
Gambar 4. Struktur Organisasi Direktorat Preservasi Jalan Ditjen Bina Marga (Direktorat Jenderal Bina
Marga, 2015)
21
Jurnal Teknovasi
Volume 07, Nomor 01, 2020, 18 – 27
ISSN : 2540-8389
secara terus-menerus yang akan mendatangkan banjir dan longsor di sebagian wilayah yang akan merusak
jalan dan bahkan memutuskan jaringan jalan.
Kenapa PBMC
Pengertian PBMC dapat dijelaskan (Tamin, et.al., 2016) sebagai berikut: - capaian kinerja
kontraktor didasarkan atas hanya pada pencapaian output yang mengesampingkan input dan proses;
kontraktor secara leluasa menentukan hal-hal yang akan dilakukan, dengan atau tanpa sub-kontraktor, -
peluang kreatifitas/inovatif cukup besar bagi kontraktor dalam nilai tambah umur layanan dan peningkatan
22
Jurnal Teknovasi
Volume 07, Nomor 01, 2020, 18 – 27
ISSN : 2540-8389
mutu karena tidak dibatasinya input, metoda kerja, dan proses, - Penetapan indikator kinerja output dan
outcome harus jelas dan tepat, termasuk rencana pemantauannya serta toleransinya, pemberian reward and
punishment jika gagal atau terlampaui dari yang telah ditetapkan sebelumnya dimana jalan sebagai aset
infrastruktur utama yang dirancang dan dioperasikan selama periode perencanaan. Menurut Liataud (2001),
pertimbangan utama didalam menerapkan PBMC adalah pemeliharaan tepat waktu dan terus menerus
sesuai umur rencana, sehingga akan menurunkan biaya cost atau memberikan penghematan biaya modal
yang dikeluarkan pemerintah dalam jangka panjang. Dengan sistem ini secara tidak langsung dapat
mengalihkan risiko kegagalan kepada pihak kontraktor. Disamping itu dapat mengurangi beban
administrasi, claim dan adendum kontrak, fokus pada kinerja yang ingin dicapai yang mampu
meningkatkan upaya inisiatif dan inovatif kontraktor dan mampu menciptakan lapangan kerja, usaha dan
pelaku usaha baru serta akan membangun industri konstruksi.
Kegunaan PBMC
Menurut Tamin et.al., (2011) ada beberapa manfaat penerapan PBMC yaitu:
1. Efektifitas investasi akan meningkatkan jumlah kualitas dan adanya valueadded bagi penyelenggaraan
jalan nasional. Biaya manajemen akan semakin hemat karena pengurangan biaya lelang dan waktu dapat
dipersingkat.
2. Adanya indikator kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya akan memberikan hasil yang terjamin
sehingga resiko dapat dialihkan kepada kontraktor antara lain: perencanaan yang tidak cocok dengan
kondisi lapangan.
3. Anggaran yang telah ditetapkan sudah pasti dan tidak akan jauh melenceng serta tepat sasaran.
4. Adanya jaminan pekerjaan bagi kontraktor yang akan meningkatkan kreatifitas dan inovasi sehingga
pekerjaan akan lebih produktif dan efisien
5. Rantai pasok dengan pemasok alat berat dan material konstruksi dapat terbangun dengan baik.
23
Jurnal Teknovasi
Volume 07, Nomor 01, 2020, 18 – 27
ISSN : 2540-8389
24
Jurnal Teknovasi
Volume 07, Nomor 01, 2020, 18 – 27
ISSN : 2540-8389
2002). Ada sedikit sekali bukti PBMC dapat mengurangi kemungkinan terjadinya korupsi secara
signifikan. Di PBMC, petugas otoritas jalan akan mengawasi lokasi untuk memeriksa kinerja kontraktor.
Jika pejabat ini menerima suap selama pemeriksaan ini, situasinya akan lebih buruk dari sebelumnya. Studi
dari Tamin (2008) ini menunjukkan bahwa dokumen kontrak perlu dipersiapkan dan diimplementasikan
secara ketat dalam PBMC. Jika tidak, tidak ada jaminan bahwa PBMC akan bebas dari pengaruh politik
dan praktek korupsi di negara-negara berkembang.
25
Jurnal Teknovasi
Volume 07, Nomor 01, 2020, 18 – 27
ISSN : 2540-8389
sangat sedikit karena tingginya biaya tender dan penawaran. Hal ini dapat mengurangi persaingan di antara
para kontraktor dan meningkatkan rasa takut pada kontraktor kecil karena kehilangan pekerjaan mereka.
Namun, jalan keluar yang bisa dilakukan adalah kolaborasi kontraktor kecil dengan kontraktor besar
sebagai penyatuan untuk mendapatkan pekerjaan dan iklim dunia usaha yang sehat.
Tantangan-9 Biaya
Tinjauan dan penelitian literatur menunjukkan bahwa keberhasilan penerapan PBMC memerlukan
perkiraan biaya yang tepat. Sedangkan terkait syarat kontrak, dokumen dan standar kinerja akan bervariasi
di berbagai negara. Karena PBMC adalah kontrak jangka panjang, maka tidak mungkin mengubah apapun
setelah kontrak dimulai. Namun, Tamin (2008) menemukan bahwa negara-negara berkembang menghadapi
kesulitan dalam memperkirakan biaya pada tahap awal penerapan PBMC karena ini adalah konsep yang
sangat baru bagi mereka.
26
Jurnal Teknovasi
Volume 07, Nomor 01, 2020, 18 – 27
ISSN : 2540-8389
dilakukan kontraktor berdasarkan volume based bukan berdasarkan indikator kinerja jalan. Hal ini juga
terlihat dalam konsep penanganan jalan dengan metode long-segment yang saat ini sedang digalakkan,
konsepnya didasarkan pada indikator kinerja jalan namun pelaksanaan nya masih mengacu kepada volume
based. Beberapa saran yang dapat diberikan menjawab tantangan kedepan diantaranya :
a. Harus adanya perubahan metode konvensional menjadi metode PBMC yang memungkinkan dilakukan
secara efektif dan efisien sehingga akan mengalami peningkatan pemahaman dan kapasitas
penyelenggara (Ditjen Bina Marga) dan Kompetensi Kontraktor
b. Kunci keberhasilan PBMC adalah kontraktor yang berkualitas. Kinerja kontraktor akan dinilai dari
pencapaian output. Untuk itu perlu pembinaan yang massif namun terstruktur dan sistematis dalam
meningkatkan pengalaman dan kemampuan kontraktor dalam pelaksanaan PBMC.
c. Diperlukan aturan yang jelas, penyesuaian perundang-undangan yang berlaku, tegas dan indikator yang
rinci tentang sistem PBMC ini, sehingga tidak menimbulkan kerancuan khususnya pada proses audit
pembiayaan yang tidak akan menimbulkan permasalahan dibelakang hari.
d. Salah satu pertimbangan dari penerapan PBMC adalah terbukanya peluang bagi angkatan kerja, usaha
dan pelaku usaha baru. Hal ini sesuai dengan kebijakan pemerintah didalam meningkatkan investasi
untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
27