Sifat-Sifat Teknis Tanah Dan Batuan
Sifat-Sifat Teknis Tanah Dan Batuan
Sifat-Sifat Teknis Tanah Dan Batuan
SIFAT-SIFAT TEKNIS
TANAH DAN BATUAN
1. SIFAT-SIFAT TEKNIS TANAH
DAN BATUAN
DURASI : 4 JP
i
DAFTAR ISI
TUJUAN PELAJARAN.......................................................................................................i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................................iv
1. TANAH.........................................................................................................................1
1.3. Kadar Air, Angka pori, porositas dan berat volume tanah....................................3
1.3.2. Hubungan Antara Berat Volume, Angka Pori, Kadar Air, dan Berat
Spesifik.......................................................................................................7
1.3.3. Hubungan Antara Berat Volume, Porositas dan Kadar Air.......................8
2. BATUAN...............................................................................................................24
1. TANAH
Secara umum proses pembentukan tanah ialah lapisan batuan yang mengalami pelapukan.
Tanah merupakan tenpat tumbuh dan berkembangnya vegetasi. Proses pembentukan tanah
dapat terjadi dengan tiga macam cara, yaitu:
1) Tanah terbentuk dari endapan pasir dan debu yang tebal oleh tanah.
2) Tanah terbentuk dari batuan-batuan yang ditumbuhi oleh tumbuhan perintis, misalnya
lumut.
Tenaga eksogen yang berupa tenaga sinar matahari dalam waktu yang lama dapat
melapukkan batuan. Batuan yang lapuk kemudian diangkut oleh tenaga air dan tenaga angin.
Batuan lapuk atau hancuran batuan dalam waktu yang sangat lama berubah menjadi tanah.
Jadi, pada dasarnya tanah berasal dari batuan.
a) Batuan Induk
Bahan asal yang nantinya akan terbentuk tanah disebut batuan induk. Pada umumnya
tanah berasal dari batuan dan sisa-sisa bahan organik. Daun dan ranting yang gugur dan
b) Iklim
Iklim mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembentukan tanah.
Komponen iklim yang paling berpengaruh dalam proses pembentukan tanah adalah
temperatur udara dan curah hujan, temperatur udara berperan pada proses pelapukan
batuan secara mekanik. Curah hujan berpengaruh pada proses pelapukan batuan secara
fisik dan kimia.
c) Organisme
Organisme hidup yang berperan dalam proses pembunuhan tanah terutama vegetasi dan
jasad renik. Vegetasi akan berpengaruh pada pelapukan fisik, kimia, dan organik,
sedangkan jasad renik akan mempercepat proses pembusukan sisa-sisa bahan organik.
d) Topografi
Topografi adalah keadaan (relief) muka bumi pada suatu daerah. Pembentukan tanah
memerlukan tempat atau relief tertentu. Pada daerah yang reliefnya datar, pembentukan
tanah akan lebih cepat daripada di daerah yang miring. Karena di daerah datar, tanah
yang sudah terbentuk sulit untuk tererosi.
e) Waktu
Perubahan batuan induk untuk menjadi tanah memerlukan waktu yang cukup lama.
Biasanya untuk membentuk tanah setebal 30 cm memerlukan waktu 100 tahun.
Tanah Vulkanis (batuan induk berasal dari abu gunung berapi) yang sebagaian besar ada di
Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, sebagian Sulawesi, dan Kepulauan Maluku. Tanah
Gamping atau tanah kapur yang tersebar di bagian barat Pulau Sumatra dan Pulau Jawa pada
perbukitan bagian selatan. Tanah Gambut, yang tersebar di Pulau Kalimantan, Sumatra, dan
Irian.
1.3. Kadar Air, Angka pori, porositas dan berat volume tanah
Tanah tersusun dari butiran tanah atau partikel lainnya dan rongga-rongga atau pori di antara
partikel butiran tanah. Rongga - rongga terisi sebagian atau seluruhnya dengan air atau zat cair
lainnya. Rongga-rongga tanah yang tidak terisi oleh air atau zat cair akan terisi oleh udara atau
bentuk lain dari gas. Volume yang ditempati oleh bagian besar tanah pada umumnya termasuk
bahan penyusun lainnya yaitu bagian padat, cair, dan gas (udara) yang selanjutnya dikenal
sebagai sistem tiga fase tanah (three-phase systems).
V = Vs + Vv = Vs + Vw + Va
Apabila udara dianggap tidak mempunyai berat, maka total dari contoh tanah dapat dinyatakan
sebagai:
W = Ws + Ww
Dimana:
Hubungan volume yang umum dipakai untuk elemen tanah adalah angka pori, porositas, dan
derajat kejenuhan. Angka pori didefinisikan sebagai perbandingan antara volume pori dan
volume butiran padat.
℮ = angka pori
Porositas didefinisikan sebagai perbandingan antara volume pori dan volume tanah total yang
dapat dinyatakan:
Dimana:
n = porositas
Derajat kejenuahan didefinisikan sebagai perbandingan antara volume air dengan volume pori
atau
Dimana:
Hubungan antara pori dan porositas dapat diturunkan dari persamaan di atas, sebagai berikut:
Istilah-istilah yang umum dipakai untuk hubungan berat adalah kadar air dan berat volume.
Kadar air (w) yang juga disebut sebagai water content didefinisikan sebagai perbandingan
antara berat air dan berat butiran padat dari volume tanah yang diselidiki.
Berat volume dapat juga dinyatakan dalam berat butiran padat, kadar air, dan volume total.
Kadang diperlukan untuk mengetahui berat kering per satuan volume tanah. Perbandingan
tersebut dinamakan berat volume kering.
Dari formula-formula di atas untuk hubungan berat volume, berat volume kering dan kadar air
dapat diformulakan sebagai berikut
Berat volume dinyatakan dalam satuan inggris sebagai: pound per kaki kubik (1b/ft 3). Dalam SI,
satuan yang digunakan adalah newton per meter kubik (N/m 3). Dikarenakan satuan Newton (N)
adalah satuan turunan, dapat pula menyatakan berat volume tanah dalam rapat masa tanah
(soil mass density, ρ). Satuan SI untuk rapat masa adalah kilogram per meter kubik (kg/m3).
Persamaan massa jenis dapat ditulis serupa dengan persamaan
dan,
Dimana :
ρ = kerapatan tanah (kg/m3)
ρͩ = kerapatan tanah kering (kg/m3)
m = massa tanah total yang di test (kg)
ms = massa butiran padat dari tanah yang ditest (kg)
1.3.2. Hubungan Antara Berat Volume, Angka Pori, Kadar Air, dan Berat Spesifik
Untuk mendapatkan hubungan antara berat volume, angka pori, dan kadar air, perhatikan
suatu elemen tanah dimana volume butiran padatnya adalah satu. Karena volume dari butiran
padat adalah 1, maka volume dari pori adalah sama dengan angka pori. Berat dari butiran
padat dan air dapat dinyatakan sebagai:
Dimana:
Gs = berat spesifik butiran padat
Dasar sistem Inggris, berat volume air adalah 62,4 1b/ft 3; dalam SI, berat volume air adalah
98,1 kN/m3.
Dengan menggunakan definisi berat volume dan berat volume kering, kita dapat menuliskan:
dan
Karena berat air dalam elemen yang ditinjau adalah ωGsYw, volume yang ditempati air adalah:
Atau
dan
Ws = GsYw (1 – n)
Ww = ω Ws = ω GsYw (1 – n)
Kadar air dari tanah yang jenuh air dapat dinyatakan sebagai:
Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah yang berbeda-
beda tapi mempunyai sifat yang serupa kedalam kelompok-kelompok dan subkelompok-
kelompok berdasarkan pemakaian-pemakaiannya. Sebagian besar sistem klasifikasi tanah
yang telah dikembangkan untuk tujuan rekayasa didasarkan pada sifat-sifat indeks tanah yang
sederhana seperti distribusi ukuran dan plastisitas.
Dalam arti umum, yang dimaksud dengan tekstur tanah adalah keadaan permukaan tanah
yang bersangkutan. Tekstur tanah dipengaruhi oleh ukuran tiap-tiap butir yang ada didalam
tanah. Pada umumnya tanah asli merupakan campuran dari butir-butir yang mempunyai ukuran
yang berbeda-beda. Dalam sistem klasifikasi tanah berdasarkan tekstur, tanah diberi nama
atas dasar komponen utama yang dikandungnya, misalnya lempung berpasir, lempung
berlanau dan seterusnya.
Klasifikasi berdasarkan tekstur adalah relatif sederhana karena ia hanya didasarkan distribusi
ukuran tanah saja. Dalam kenyataannya, jumlah dan jenis dari mineral lempung yang
terkandung oleh tanah sangat mempengaruhi sifat fisis tanah yang bersangkutan. Oleh karena
itu, kiranya perlu untuk memperhitungkan sifat plastisitas tanah yang disebabkan adanya
kandungan mineral lempung, agar dapat menafsirkan ciri-ciri suatu tanah. Karena sistem
klasifikasi berdasarkan tekstur tidak memperhitungkan plastisitas tanah dan secara
keseluruhan tidak menunjukkan sifat-sifat tanah yang penting, maka sistem tersebut dianggap
tidak memadai untuk sebagian besar dari keperluan teknik. Pada saat sekarang ada dua
sistem klasifikasi tanah yang selalu dipakai oleh para ahli teknik sipil. Sistem-sistem tersebut
adalah: Sistem klasifikasi AASHTO dan Sistem USCS.
Sistem Klasifikasi AASHTO dikembangkan dalam tahun 1929 sebagai Public Road
Administration Classification System. Sistem ini sudah mengalami beberapa perbaikan.
Klasifikasi ini didasarkan pada kriteria dibawah ini:
1) Ukuran butir :
- Kerikil: bagian tanah yang lolos ayakan dengan diameter 75 mm dan yang tertahan di
ayakan No.20 (2mm).
- Pasir: bagian tanah yang lolos ayakan No 10 (2mm) dan yang tertahan pada ayakan
No. 200 (0,075mm).
- Lanau dan lempung: bagian tanah yang lolos ayakan No. 200.
Nama berlanau dipakai apabila bagian-bagian yang halus dari tanah mempumyai indeks
plastisitas sebesar 10 atau kurang. Nama berlempung dipakai bila mana bagian-bagian
yang halus dari tanah mempunyai indeks plastis sebesar 11 atau lebih.
3) Apabila batuan (ukurannya lebih besar dari 75mm) ditemukan didalam contoh tanah yang
akan ditentukan klasifikasi tanahnya, maka batuan-batuan tersebut harus dikeluarkan
terlebih dahulu. Kemudian persentase dari batuan yang dikeluarkan tersebut harus dicatat.
Sistem Klasifikasi USCS diperkenalkan oleh Casagrande dalam tahun 1942 untuk digunakan
pasa pekerjakaan pemnuatan lapanagn terbang yang dilaksakan oleh The Army Corps of
Engineering selama perang dunia II. Dalam rangka kerja sama dengan United States Bureauof
Reclamation tahun 1952, sistem ini mengelompokkan tanah kedalam dua kelompok besar
yaitu:
1) Tanah berbutir kasr (coarse-grained-soil), yaitu: tanah kerikil dan pasir dimana kurang dari
50% berat total contoh tanah lolos ayakan No.200. Simbol dari kelompok ini dimulai dengan
huruf awal G atau S. G adalah untuk kerikil (gravel)atau tanah berkerikil dan S adalah untuk
pasir (sand) atau tanah berpasir.
2) Tanah berbutir halus (fine-granied-soil), yaitu tanah dimana lebih dari 50% berat total
contoh tanah lolos ayakan No.200. Simbol dari kelompok ini dimulai dengan huruf awal M
untuk lanau (silt) anorganik, C untuk lempung (clay) anorganik, dan O untuk lanau-
organikdan lempung-organik.
C : Clay
Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butir-butir tanah terhadap
desakan atau tarikan. Dengan dasar pengertian ini, bila tanah mengalami pembebanan akan
ditahan oleh:
- Kohesi tanah yang bergantung pada jenis tanah dan kepadatannya, tetapi tidak
tergantung dari tegangan normal yang bekerja pada bidang geser
- Gesekan antara butir-butir tanah yang besarnya berbanding lurus dengan tegangan
normal pada bidang gesernya.
Ada beberapa cara untuk menentukan kuat geser tanah, antara lain :
Uji Geser langsung adalah suatu percobaan untuk memperoleh kuat geser tanah dengan
percobaan geser langsung. Dimana tahanan geser diukur pada suatu cincin uji (proving ring),
dan harga maksimum adalah kekuatan geser tanah pada bidang keruntuhan.
Kuat geser tanah ini diperoleh dengan contoh tanah yang dibebani bermacam-macam beban
tekan dan digambar suatu grafik dari tegangan geser terhadap tegangan tekan, biasanya
memberikan suatu grafik garis lurus
Akibat beban normal (N) benda uji mengalami penurunan ∆ v, Akibat beban geser (F) benda uji
mengalami pergeseran ∆h, untuk waktu tertentu. Hasil uji DST berupa :
- c dan φ
Pengujian direst shear test ini memiliki beberapa kelemahan antara lain ;
- Benda uji dipaksa untuk mengalami keruntuhan (failure) pada bidang yang ditentukan.
- Pergeseran hanya terbatas pada gerakan maksimum sebesar alat Direct Shear Test
digerakan.
Luas bidang kontak antara tanah di kedua setengah bagian kotak geser berkurang ketika
pengujian berlangsung.
Uji kekuatan triaksial bertujuan untuk mengetahui karakteristik kekuatan tanah yang mencakup
informasi rinci pengaruh tekanan lateral, tekanan air pori, drainase dan konsolidasi. Uji triaksial
adalah metode uji yang sangat handal untuk menentukan sudut geser lempung dan lanau
alami maupun pasir cetak ulang, dan kekakuan (modulus) tanah pada regangan sedang
sampai besar.
Pengujian triaxial UU dilakukan dengan cara benda uji diberikan tegangan sel (σ3), tanpa
mengalami proses konsolidasi, kemudian dibebani dengan gaya aksial melalui tegangan
deviator (∆σ) sampai terjadi keruntuhan. Selama penggeseran, air pori tidak diijinkan keluar
dari benda uji. Oleh karena itu, gaya aksial tidak ditransfer ke butiran tanah.
Keadaan tanpa drainase menyebabkan tekanan pori berlebih (excess pore pressure) dan tidak
ada tahanan geser dari perlawanan dari butiran tanah. Pada kondisi tanah yang jenuh air, nilai
sudut gesek internal tanah (φ) dapat mencapai nol. Sehingga pada pengujiannya hanya
memperoleh nilai kohesi (c).
Pengujian triaxial CU dilakukan dengan cara benda uji diberikan tegangan sel (σ3) dan
dijenuhkan dengan pemberian tekanan balik (back pressure) agar mengalami proses
Selama proses konsolidasi terjadi perubahan volume benda uji. Namun, selama penggeseran,
air pori tidak diijinkan keluar dari benda uji maka tidak terjadi perubahan volume benda uji.
Keadaan tanpa drainase ini menyebabkan tekanan pori berlebih
(excess pore pressure).
Pengujian triaxial CD dilakukan dengan cara Benda uji diberikan tegangan sel (σ3) dan
dijenuhkan dengan pemberian tekanan balik (back pressure) agar mengalami proses
konsolidasi hingga selesai. Kemudian dibebani dengan gaya aksial melalui tegangan deviator
(∆σ) sampai terjadi keruntuhan. Selama proses konsolidasi terjadi perubahan volume benda uji.
Namun, selama penggeseran, air pori diijinkan keluar dari benda uji.
Pengujian ini untuk menentukan kuat tekan bebas tanah kohesif, pemiriksaanini dapat
dilakukan pada tanah asli maupun contoh tanah buatan. Uji kuat tekanbebas dimaksudkan
untuk memperoleh kuat geser dari tanah kohesif secaracepat dan ekonomis.
Kuat tekan bebas (qu) adalah harga tegangan aksial maksimum yang dapat ditahan oleh
benda uji silindris (dalam hal ini tanah) sebelum mengalami keruntuhan geser. Derajar
kepekaan (St) adalah rasio antara kuat tekan bebas dalam kondisi asli (Undisturbed) dan
dalam kondisi teremas (remolded)
Tanah yang mengalami tekanan mengakibatkan angka pori berkurang dan merubah sifat-sifat
mekanik tanah yang lain, seperti menambah tahanan geser Tanah yang berada dalam air akan
dipengaruhi oleh gaya hidrostatis. Berat tanah yang terendam disebut berat tanah efektif, dan
tegangan yang terjadi disebut tegangan efektif. Tegangan efektif merupakan tegangan yang
mempengaruhi kuat geser dan perubahan volume atau penurunan tanah. Penurunan muka air
tanah akan menyebabkan kenaikan tegangan efektif pada tanah, dan apabila besamya
tegangan efektif melampaui tegangan yang diterima tanah sebelumnya maka tanah akan
mengalami konsolidasi dan kompaksi yang mengakibatkan amblesan tanah pada daerah
konsolidasi normal.
Kekuatan geser suatu masa tanah merupakan perlawanan internal tanah tersebut per satuan
luas terhadap keruntuhan atau pergeseran sepanjang bidang geser dalam tanah tersebut.
Pengetahuan tentang kekuatan geser tanah dan sifat-sifat fisik tanah lainnya akan sangat
membantu dalam merencanakan suatu konstruksi yang sesuai dengan kondisi tanahnya,
aman, dan ekonomis.
Tegangan geser hanya dapat ditahan oleh butiran-butiran tanah, yaitu oleh gaya-gaya yang
berkembang pada bidang singgung antar butiran. Tegangan normal yang bekerja, ditahan oleh
tanah melalui penambahan gaya antar butirannya. Jika tanah dalam keadaan jenuh sempurna,
air yang mengisi ruang pori dapat juga menahan tegangan normal, dengan akibatnya akan
terjadi kenaikan tekanan air pori. Pada tanah granuler, seperti tanah pasir dan kerikil, secara
fisik tegangan efektif kadang-kadang disebut tegangan intergranuler. Luas bidang kontak
antar butiran sangat kecil, dimana untuk butiran bulat kontak antar butirnya berupa sebuah titik.
Prinsip tegangan efektif menurut Terzaghi hanya berlaku pada tanah yang jenuh sempurna,
yaitu :
1. Tegangan normal total (σ) pada suatu bidang di dalam massa tanah, yaitu tegangan
akibat berat tanah total termasuk air dalam ruang pori, per satuan luas yang arahnya
tegak lurus.
2. Tekanan pori (u), disebut juga dengan tekanan netral yang bekerja kesegala arah sama
besar, yaitu tekanan air yang mengisi rongga di dalam butiran padat.
3. Tegangan normal efektif (σ’) pada suatu bidang di dalam massa tanah, yaitu tegangan
yang dihasilkan dari beban berat butiran tanah per satuan luas bidangnya.
σ = σ’+ u
σ= γ.h , dan
dimana:
sehingga:
σ’=σ-u
Tegangan total pada titik A dapat dihitung dari berat volume tanah jenuh air dan berat volume
air diatasnya.
Dimana:
Tegangan efektif pada suatu titik di dalam massa tanah akan mengalami perubahan di
karenakan oleh adanya rembesan air yang melaluinya. Tegangan efektif ini akan bertambah
besar atau kecil tergantung pada arah dari rembesan.
menunjukkan suatu lapisan tanah berbutir didalam silinder dimana terdapat rembesan air
ke atas yang disebabkan oleh adanya penambahan air melalui saluran pada dasar
silinder. Kecepatan penambahan air dibuat tetap. Kehilangan tekanan yang disebabkan
oleh rembesan keatas antara titik A dan B adalah h. Perlu diingat bahwa tegangan total
pada suatu titik didalam massa tanah adalah disebabkan oleh berat air dan tanah diatas
titik bersangkutan.
Pada titik A.
Tegangan total: A = H1 γw
Pada titik B.
Pada titik C.
Gradien hidrolik yang disebabkan oleh rembesan air kebawah adalah sama dengan h/H2.
Tegangan total, tekanan air pori, dan tegangan efektif pada titik C adalah:
C = H1 γw + zγsat
uC = (H1 + z – iz )γw
= zγ' - iz γw
Gaya rembesan per satuan volume tanah dapat dihitung untuk memeriksa kemungkinan
keruntuhan suatu turap dimana rembesan dalam tanah mungkin dapat menyebakan
penggelembungan (heave) pada daerah hilir. Setelah melakukan banyak model percobaan,
Terzaghi (1922) menyimpulkan bahwa penggelembungan pada umumnya terjadi pada daerah
sampai sejauh D/2 dari turap (dimana D adalah kedalaman pemancangan turap). Oleh karena
itu, kita perlu menyelidiki kesetabilan tanah didaerah luasan D tersebut).
Dimana :
FS = faktor keamanan
W’ = berat tanah basah di daerah gelembung per satuan lebar turap
U = Gaya angkat yang disebabkan oleh rembesan pada tanah dengan volume yang sama
W’ = (D x 1/2D) x (γsat – γw) = ½ D2 γ'
U = (D x 1/2D) = Volume tanah x (irata-rata – γw) = ½ D2 x irata-rata x γw
Didalam tanah yang jenuh sebagian, air tidak mengisi seluruh ruang pori yang ada dalam
tanah. Jadi, dalam hal ini terdapat 3 sistem fase, yaitu butiran padat, air pori dan udara pori.
Maka dari itu, tegangan total pada setiap titik didalam tanah terdiri dari tegangan antar butir,
tegangan air pori, dan tegangan udara pori.Dari hasil percobaan dilaboratorium, Bishop, Alpan,
Blight, dan donal (1960) menyajikan suatu persamaan tegangan efektif untuk tanah yang jenuh
sebagian.
Dimana:
σ = tegangan total
Dalam persamaan diatas, χ merupakan bagian dari luasan penampang melintang yang
ditempati oleh air. Untuk tanah kering χ = 0 dan untuk tanah jenuh air, χ = 1.
Bishop, Alpan, Blight, dan donal telah menunjukkan bahwa harga tengah dari χ adalah
tergantung pada derajat kejenuhan (S) tanah. Tetapi harga tersebut juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain seperti stuktur tanah.
Ruang pori didalam tanah yang berhubungan satu sama lain dapat berperilaku sebagai
kumpulan tabung kapiler dengan luas penampang yang bervariasi. Tinggi kenaikan air didalam
pipa kapiler dapat dituliskan dengan rumus dibawah ini :
Dimana :
Τ = gaya tarik permukaan
Walaupun konsep kenaikan air kapiler yang didemonstrasikan dengan pipa kapiler yang ideal
dapat dipakai tanah, tapi perlu diperhatikan bahwa pipa kapiler yang terbentuk didalam tanah
mempunyai luas penampang yang bervariasi. hasil dari ketidakseragaman kenaikan air kapiler
dapat dilihat apabila suatu tanah berpasir yang kering didalam silinder diletakkan bersentuhan
dengan air.
Hazen (1930) memberikan perumusan untuk menentukan tinggi kenaikan air kapiler secara
pendekatan, yaitu:
dimana:
D10 = ukuran efektif (dalam mm)
e = angka pori
Tekanan air pori u pada suatu titik dalam lapisan tanah yang 100% jenuh oleh air kapiler sama
dengan - γwh ( h= tinggi suatu titikyang ditinjau dari muka air tanah ) dengan tekanan atmosfir
diambil sebagai datum. Apabila terdapat lapisan jenuh air sebagian yang disebabkan oleh
kapilaritas, maka tegangan air porinya dapat dituliskan sebagai berikut:
Dimana
S = derajat kejenuhan, dalam persen
Sifat teknis ialah sifat dimiliki oleh tanah terkait dengan kemampuannya jika diberikan pengaruh
dari luar. Dengan memerhatikan sifat teknis ini, kita bisa mengetahui kelayakan tanah bila
dipakai buat pekerjaan–pekerjaan teknis pada tanah tersebut.
Tanah yang labil tentunya sangat berbahaya bagi bangunan yang tak tahan perubahan struktur
tanahnya. Tanah yang secara teknis mempunyai sifat labil seringkali mengalami perubahan
susunan lapisan. Sehingga, hal tersebut bisa menyebabkan kerusakan bangunan.
Sifat ini sangat krusial bagi kehidupan sebab berkaitan erat dengan sirkulasi air dalam tanah.
Tentunya, jika kemampuan ini besar, maka tanah selalu dalam kondisi kering. Artinya, tak
memungkinkan adanya air yang menggenang di lingkungan tersebut. Hal ini sangat krusial bagi
kehidupan, terutama pada saat musim hujan. Pori–pori tanah ini sangat membantu pada
persoalan drainase lingkungan. Semakin bagus pori-porinya, maka semakin bagus pula daya
penyerapan air. Sehingga, wilayah tersebut tak gampang tergenang air.
Seringkali kita mendengar bahwa ada bangunan yang amblas ke tanah, sehingga
mempengaruhi tatanan dalam bangunan. Beberapa bangunan menjadi retak, bahkan bisa
roboh karenanya. Oleh sebab itulah, kita harus memperhitungkan aspek konsolidasi ini agar
penurunan tanah tak terlalu besar.
Penurunan lapisan tanah terjadi dampak isi pori tanah yang tertekan oleh beban tidak aktif dari
bangunan. Seperti kita ketahui, bangunan yang kita dirikan berada pada posisi yang tetap buat
waktu yang tidak terkirakan. Setiap saat, beban yang ada di dalam bangunan tersebut terus
bertambah. Apalagi jika bangunan tersebut berada di dekat jalan raya dan sebagainya yang
memungkinkan bertambahnya beban dari luar.
Sifat konsolidasi tanah ini dipergunakan buat mengetahui besarnya penurunan tanah sekaligus
bangunan yang ada di atas tanah. Penurunan tanah harus diperhitungkan pada ambang
keamanan. Sehingga, bangunan tak mengalami kerusakan dampak penurunan tanah tersebut.
Pada bangunan, sifat tegangan geser ini sangat penting, terutama pada saat kita menentukan
kekuatan pondasi atau bagian dasar bangunan. Pengetahuan tentang tegangan geser ini pun
memungkinkan bagi kita buat mengetahui kekuatan tanah isian atau tanah timbunan. Tanah
timbunan ini digunakan sebagai penahan tanah dankestabilan tanah itu sendiri. Kita harus
mengetahui sifat dasar tanah agar pekerjaan teknis kita tak mengalami kesulitan. Tanpa
pengetahuan tentang sifat dasar atau karakterisitik tanah, dikawatirkan kita tak bisa bekerja
secara maksimal. Oleh sebab itu, ketahui sifat dasar tanah sebelum kita memperlakukan tanah
buat kebutuhan kita.
2. BATUAN
Magma keluar di permukaan bumi antara lain melalui puncak gunung berapi. Gunung berapi
ada di daratan ada pula yang di lautan. Magma yang sudah mencapai permukaan bumi akan
membeku. Magma yang membeku kemudian menjadi batuan beku. Batuan beku muka bumi
selama beribu-ribu tahun lamanya dapat hancur terurai selama terkena panas, hujan, serta
aktivitas tumbuhan dan hewan. Selanjutnya hancuran batuan tersebut tersangkut oleh air,
angin atau hewan ke tempat lain untuk diendapkan. Hancuran batuan yang diendapkan disebut
batuan endapan atau batuan sedimen. Baik batuan sedimen atau beku dapat berubah bentuk
dalam waktu yang sangat lama karena adanya perubahan temperatur dan tekanan. Batuan
yang berubah bentuk disebut batuan malihan atau batuan metamorf.
Batuan dalam kondisi alam, terbentuk dari butiran-butiran yang terikat oleh kohesi yang kuat.
Tiga kelompok batuan yang terdapat di kulit bumi adalah : batuan igneous, batuan sedimen,
dan batuan metamorf. Batuan igneous merupakan batuan primer yang terbentuk dari
pembekuan magma, atau dari rekristalisasi dari batuan lama oleh panas dan tekanan yang
sangat tinggi sehingga membuatnya menjadi cair dan kemudian membeku kembali.
Batuan sedimen merupakan batuan yang dihasilkan dari pengendapan sisa-sisa tumbuh-
tumbuhan dan binatang serta dari material-material yang terbentuk oleh pembusukan secara
fisik maupun kimia dari batuan-batuan asalnya. Batuan metamorf merupakan batuan igneous
atau batuan sedimen yang telah berubah sifatnya oleh akibat tekanan yang tinggi atau oleh
akibat lain yang berlangsung secara kimia maupun fisik.
Struktur dan tekstur (texture). Struktur batu dapat berupa batuan massif, padat dan
berpori (banya mengandung pori). Tekstur batuan digambarkan sebagai batuan berbutir
kasar dan berbutir halus.
Kandungan Mineral. Batu terbentuk dari satu atau beberapa macam mineral-mineral
yang masing-masing mempunyai perbedaan dalam hal kekuatan dan kekerasannya.
Mineral-minerl dapat menjadikan batuan menjadi lebih kuat atau mudah pecah dalam hal
menahan geseran atau momen lentur.
Sedimentasi atau rekatan. Kumpulan mineral dapat mempunyai rekatan yang lemah
atau kuat pada sembarang tipe batuan. Bahkan dapat terjadi batuan masif yang keras
Mempunyai karakteristik material yang baik, keras, padat dan berkualitas baik bila
digunakan sebagai material bangunan.
Kapasitas dukung tinggi, sehingga sangat baik untuk mendukung fondasi bangunan.
Merupakan material yang keras dan kuat, dan hampir tidak terpengaruh oleh perubahan
cuaca.
Batu Kapur
Kekuatan batu kapur bervariasi dari lunak sampai keras tergantung dari macamnya.
Kuat gesernya tergantung dari tekstur batuannya. batuan kapur yang berpori banyak
mempunyai kuat geser yang rendah. Sebaliknya, batuan yang padat mempunyai
kuat geser yang tinggi.
Batu kapur dapat mengandung lapisan tipis batu pasir. Lapisan ini lebih mudah
meloloskan air dan kadang-kadang lebih lemah daripada batu kapurnya.
Batu Pasir
Kekuatan batu pasir bergantung pada derajat retakan dan tipe material rekatnya.
Serpih
Kekuatan serpih bervariasi. Serpih lunak dapat tergaruk dengan pemukul atau dapat
digali dengan alat berat tanpa menggunakan bahan peledak. Sedang serpih keras
harus digali dengan menggunakan bahan peledak.
Serpih mempunyai struktur berlapis dengan jarak dekat dan cenderung sangat
mudah terpisah di sepanjang bidang lapisannya. Ketika basah, kuat geser pada
batas lapisannya sangat rendah.
Serpih sering menjadi lunak atau menjadi lempung atau lanau tidak padat sesudah
terendam air dalam beberapa hari. Contoh tanah harus diuji sesudah pergantian
dari keadaan terendam ke kering.
Pada pekerjaan pondasi material batuan merupakan lapisan pendukung yang baik, dan dapat
mendukung beban yang besar bila di bawahnya tidak terletak lapisan tanah lunak. Bila lapisan
batuan sangat tebal, namun beban sangat besar, masih dibutuhkan pemeriksaan adaya
retakan-retakan, patahan dan kemiringannya. Untuk lapisan batuan yang terbentuk dari
bongkahan – bongkahan batu besar yang tida beraturan, maka dibutuhkan penyelidikan yang
teliti, bila di atasnya akan diletakkan pondasi dengan beban yang besar. Karena, bila terdapata
lapisan tanah yang lunak, bongkahan batu dapat terguling, sehingga membahayakan
bangunan. Bongkahan batu yang berada dalam lapisan tanah lunak akan menyulitkan