0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
408 tayangan62 halaman

Laporan Minipro

Laporan ini membahas mini proyek yang dilakukan di Puskesmas Tanah Kali Kedinding Surabaya. Proyek ini bertujuan meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat terkait pemeriksaan dahak untuk mendeteksi tuberculosis. Proyek ini dilaksanakan selama satu bulan dengan melakukan survey, fokus group diskusi, dan penyuluhan kepada masyarakat.

Diunggah oleh

Hendry Setiawan
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
408 tayangan62 halaman

Laporan Minipro

Laporan ini membahas mini proyek yang dilakukan di Puskesmas Tanah Kali Kedinding Surabaya. Proyek ini bertujuan meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat terkait pemeriksaan dahak untuk mendeteksi tuberculosis. Proyek ini dilaksanakan selama satu bulan dengan melakukan survey, fokus group diskusi, dan penyuluhan kepada masyarakat.

Diunggah oleh

Hendry Setiawan
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 62

LAPORAN MINIPROJECT

PUSKESMAS TANAH KALI KEDINDING SURABAYA

Penyusun:
Edwin Satya J P 011723143081
Mikael Fery I 011723143139
Ari Fitria W R 011723143140
Adhyasta Nata P S 011723143141
Dyah Ratri W 011723143142
Ulinnuha Q A 011723143143

Pembimbing :
Dr. Sri Umijati, dr., M.S.

PuskesmasTanah Kali Kedinding Surabaya


Tanggal1 April – 20 April 2019

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


KEDOKTERAN PENCEGAHAN (IKM-KP)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN MINI PROJECT


PUSKESMAS TANAH KALI KEDINDING
KOTA SURABAYA – JAWA TIMUR

Diajukan sebagai syarat untuk memenuhi kepaniteraan muda selama di Departemen


Ilmu Kesehatan Masyarakat – Kedokteran Pencegahan (IKM-KP)

Telahdisetujui dan disahkan,


Pada Tanggal 20 April 2019

PembimbingAkademik IKM-KP FK UNAIR


di PuskesmasTanah Kali Kedinding,

Dr. Sri Umijati, dr., M.S


NIP. 196212051989022001

PembimbingOperasional
PuskesmasTanah Kali Kedinding,

Wahyu Hutomo, dr.

ii
UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, pujisyukur kami panjatkankehadirat Allah SWT, Tuhan Yang


Maha Esa atas segala rahmat dan karunia Nya kami dapat menyelesaikan laporan Mini
Project di PuskesmasTanah Kali Kedinding, Surabaya ini dengan sebaik-baiknya.
Izinkan kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :
1. Dr. Sri Umijati, dr., M.S. selaku pembimbing akademik kelompok Puskesmas
Tanah Kali Kedinding yang telah membimbing serta memberikan arahan dan
nasihat.
2. Isti Utami H., drg. Selaku Kepala Puskesmas Tanah Kali Kedinding yang
telah memberikan kesempatan kepada kami untuk belajar dan bekerja sesuai
arahan dan nasihat kepada kami sehingga laporan ini dapat terselesaikan
dengan sebaik-baiknya. Dan kepada seluruh staf dan karyawan Puskesmas
Tanah Kali Kedinding.
3. Rektor Universitas Airlangga yang telah memberikan fasilitas selama kami
membuat laporan ini.
4. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang telah memberikan
fasilitas selama kami membuat laporan ini.
5. Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Kedokteran Pencegahan Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga yang telah memberikan kesempatan dalam
proses pendidikan untuk melakukan penelitian ini.
6. Semua pihak yang tidak bias disebutkan satu per satu, yang telah membantu
kelancaran penyelesaian penelitian ini.

Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat baik bagi ilmu pengetahuan
maupun bagi para pembaca.

Surabaya, 10 April 2019

Dokter Muda

iii
DAFTAR ISI

Halaman

Sampul Dalam ........................................................................................................................... i

Halaman Pengesahan ............................................................................................................... ii

Ucapan Terima Kasih .............................................................................................................. iii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iv

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1

1.1.1 Data Geografis Wilayah Puskesmas ..................................................... 2

1.1.2 Profil Puskesmas ................................................................................... 5

1.2 Tujuan ................................................................................................................. 10

1.2.1 Tujuan Umum ..................................................................................... 10

1.2.2 Tujuan Khusus .................................................................................... 10

1.3 Manfaat ............................................................................................................... 10

1.3.1 Manfaat untuk Puskesmas ................................................................... 10

1.3.2 Manfaat untuk Dokter Muda .............................................................. 11

BAB 2 ANALISIS MASALAH

2.1 Ringkasan Proses Identifikasi Masalah ............................................................... 12

2.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 24

2.3 Proses Penentuan Prioritas .................................................................................. 34

2.4 Diagram Determinan Masalah Ishikawa ............................................................. 38

2.5 Identifikasi Penyebab Masalah............................................................................ 39

2.6 Alternatif Solusi dari Determinan Masalah ......................................................... 41

iv
2.7 Pemilihan Solusi dengan Delbeque Technic ....................................................... 42

BAB 3 PEMECAHAN MASALAH

3.1 Ringkasan Evidence Based untuk Usulan Strategi Pemecahan Masalah ............ 43

3.1.1 Artikel Penelitian Serupa ..................................................................... 43

3.1.2 Guideline dan Penelitian Internasional ................................................ 44

3.1.3 Kementrian Kesehatan Indonesia ........................................................ 46

3.2 Penetapan Tujuan Alternatif Penyelesaian Masalah ........................................... 46

3.3 Rencana Kegiata, Monitoring, dan Evaluasi ....................................................... 47

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 51

4.2 Saran.................................................................................................................... 51

Daftar Pustaka ........................................................................................................................ 52

Lampiran

Lampiran 1: Kasturi (Kader Sadar TB) ..................................................................... 55

Lampiran 1:Brosur Penyuluhan ................................................................................ 56

Lampiran 2: Kuisioner survey pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat


tentang pemeriksaan dahak ................................................................................... 57

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Puskesmas adalah unit pelaksana teknis daerah Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan
berwawasan lingkungan dalam rangka mewujudkan kecamatan sehat. Sebagai unit
pelaksana teknis, puskesmas berperan menyelenggarakan tugas teknis operasional
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota. Sementara itu pada pembangunan kesehatan,
puskesmas berperan terhadap penyelenggaraan upaya kesehatan demi
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Puskesmas berfungsi
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif demi mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya (Kemenkes, 2014).
Terdapat 6 tugas pokok puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan
bagi masyarakat, yaitu promosi kesehatan, upaya kesehatan lingkungan, upaya
perbaikan gizi, kesehatan ibu & anak dan keluarga berencana, pemberantasan
penyakit menular, dan pengobatan. Selain itu, puskesmas juga memiliki tiga fungsi,
antara lain menggerakkan masyarakat untuk berwawasan kesehatan, membina
peran serta masyarakat dalam mewujudkan perilaku untuk hidup bersih dan sehat
serta sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat.
Seiring dengan visi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yaitu
menjadikan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga menjadi salah satu Fakultas
Kedokteran terkemuka di kawasan regional ASEAN, pemuka dalam bidang
pendidikan, pemuka dalam penelitian, dan pemuka dalam pengabdian kepada
masyarakat, Universitas Airlangga menjalankan berbagai misi meliputi:
a. Menyelenggarakan pendidikan akademik, vokasional dan profesi, berbasis
teknologi pembelajaran modern.

1
b. Menyelenggarakan penelitian dasar, terapan dan penelitian kebijakan yang
inovatif untuk menunjang pengembangan pendidikan dan pengabdian kepada
masyarakat.
c. Mendharmabaktikan keahlian dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi,
humaniora, dan seni kepada masyarakat.
d. Mengupayakan pengembangan kelembagaan manajemen modern yang
berorientasi pada mutu dan kemampuan bersaing secara internasional.
Maka dari itu, kegiatan Kepaniteraan Klinik II (Paklin II) diselenggarakan di
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) wilayah Kota Surabaya. Pada kegiatan
ini dokter muda diharapkan dapat mengetahui alur pelayanan primer di puskesmas,
pengelolaan program pelayanan kedokteran atau kesehatan di puskesmas, tata cara
pemecahan suatu masalah kesehatan melalui pembuatan suatu mini project, tata
cara melakukan pendidikan kesehatan kepada masyarakat, serta menguasai sistim
pelaporan puskesmas demi tercapainya visi dan misi Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga.
Melalui IKM-KP, dokter muda diharapkan dapat mengetahui program
pelayanan kesehatan di tingkat puskesmas, mengetahui pendidikan kesehatan yang
ditujukan kepada masyarakat, mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di
wilayah kerja puskesmas, serta memberikan usulan solusi yang dikemas dalam
suatu bentuk miniproject.

1.1.1 Data Geografis Wilayah Puskesmas Tanah Kali Kedinding


a. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Tabel1.1 Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Kali Kedinding Tahun 2018

DATA KEPENDUDUKAN

Jumlah penduduk seluruhnya 52.251 orang

Laki-laki 25.871 orang

Perempuan 26.380 orang

2
b. Data Sarana Kesehatan
Jenis Pelayanan :
1. Pelayanan Pemeriksaan Umum
2. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
3. Pelayanan Spesialis Gigi (Perio)
4. Pelayanan KIA– KB – Kespro
5. Pelayanan 3 in 1: Kinik Gizi, Klinik Sanitasi, Promkes
6. Pelayanan Psikologi
7. Pelayanan Kestrad
8. Rawat Inap
9. Unit Gawat Darurat
10. Laboratorium
11. Pelayanan Kefarmasian
12. Pelayanan Persalinan

Layanan Unggulan :
a. Layanan Prioritas (Pelayanan TB)
b. Layanan Inovasi (Pelayanan 3 in 1, PKPR, Batra)
c. Program Inovasi (Wis Sehat Rek, Tanya Gue)
Persyaratan Pelayanan :
Pasien umum : membayar retribusi sesuai perda
Pasien BPJS : membawa kartu BPJS
Pasien Jamkesda dan SKTM : membawa kartu Jamkesda/ SKTM
+Fotocopy KK
Pasien anak sekolah : membawa buku UKS

Biaya Pelayanan : sesuai Perda


Retribusi pagi : Rp. 5.000,-
Retribusi sore : Rp. 10.000,-
Biaya Tindakan : sesuaiPerda yang ada
Jam Pelayanan :
A. Pelayanan Pagi: a. Senin - Kamis : 07.30 – 14.30 WIB

3
b. Jum’at : 07.30 – 11.30 WIB
c. Sabtu : 07.30 - 13.00 WIB
B. Pelayanan Sore: a. Senin - Jum’at : 14.30 - 17.30 WIB
Jumlah kunjungan per hari / perbulan : 210 orang / hari

Alur Proses Pelayanan

Pasien
datang

Gawat Pendaftaran
Darurat dan Rekam
Medik

Rawat
Inap Persalinan

Pemeriks Kesehatan
KIA - KB Psikologi Kestrad Gizi Sanitasi
aan Gigi &
Umum Mulut

Pelayanan Pelayan
Kefarmasian Laboratorium
3 in 1 Kespro

Rujuk ke
Pulang
RS

4
1.1.2 ProfilPuskesmas
a. IdentitasPuskesmas
Nama Puskesmas : Tanah Kali Kedinding
Nama KepalaPuskesmas : drg. Isti Utami H
Alamat : Jl. HM Noer 226 Kecamatan Kenjeran
No. Telp : 031 - 51501347
KontakPersonil : 081233433409
Email Puskesmas : [email protected]
TipePuskesmas : Rawat Inap
JenisPuskesmas : PuskesmasPerkotaan
Visi : Mewujudkan Puskesman dengan pelayanan
prima menuju kelurahan sehat
Misi :
1. Meningkatkan sistem manajemen mutu pelayanan.
2. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia.
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu
4. Meningkatkan pelayanan upaya kesehatan perongan dan upaya
kesehatan masyarakat.

b. Tugas dan FungsiPokokPuskesmas


Fungsi Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana tehnis Dinas Kesehatan Kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu
wilayah kecamatan.
Sebagai penyelenggara upaya kesehatan masyarakat yang memiliki fungsi
sebagai berikut :
a. Pusat pembangunan berwawasan kesehatan
b. Pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat
c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi :
• Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
• Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
Puskesmas yang melaksanakan upaya kesehatan dikelompokkan menjadi:

5
• Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya kesehatan minimal yang
harus dilaksanakan oleh tiap puskesmas, yang dikemas dalam ’basic six’

Upaya kesehatan wajib Puskesmas, (PMK 44 tahun 2016) meliputi :


• Upaya Promosi Kesehatan
• Upaya Kesehatan Lingkungan
• Upaya Kesehatan Ibu dan Anak termasuk KB
• Upaya Perbaikan Gizi
• Upaya Pemberantasan Penyakit Menular
• Upaya Pengobatan Dasar
• Upaya kesehatan pengembangan puskesmas
Merupakan upaya kesehatan yang dilaksanakan sesuai dengan masalah
kesehatan masyarakat yang ada dan sesuai dengan kemampuan
puskesmas.
Kegiatan Pokok Puskesmas
Berdasarkan Buku Pedoman Kinerja Puskesmas, usaha pokok kesehatan
puskesmas terdiri dari kegiatan pokok dan kegiatan pengembangan.
Adapun kegiatan-kegiatan tersebut antara lain:
Upaya Promosi Kesehatan
Upaya Kesehatan Lingkungan
Upaya Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Keluarga Berencana
Upaya Perbaikan Gizi
Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
Upaya Pengobatan dasar
Laboratorium kesehatan
Upaya Kesehatan Usia Lanjut
Upaya Kesehatan Indra
Upaya Kesehatan Jiwa
Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
Upaya Pencatatan dan Pelaporan
Upaya Pembinaan Kesehatan Tradisional
Upaya Pembinaan Kesehatan Kerja

6
c. Wilayah Kerja Puskesmas
Batas Wilayah:
Utara : Kelurahan Tambak Wedi
Timur : Kecamatan Bulak
Selatan : Kelurahan Gading
Barat : Kelurahan Sidootopo Wetan
Posisi Geografis
Puskesmas Tanah Kali Kedinding terletak di wilayah Kelurahan Tanah Kali
Kedinding Kecamatan Kenjeran, berjarak kira-kira 5.9 km dari pusat
pemerintahan Kota Surabaya dengan kondisi jalan penghubung seluruhnya
sudah beraspal. Puskesmas Tanah Kali Kedinding memiliki satu kelurahan,
yakni Kelurahan Tanah Kali Kedinding

d. Kondisi Internal Puskesmas


Jumlah Karyawan 49 orang, dengan rincian sbb:
Dokter umum : 5 orang
Dokter Gigi : 3 orang
Bidan : 12 orang
Perawat/Perawat Gigi : 14 orang
Petugas IT : 1 orang
SKM : 1 orang
Petugas Gizi : 2 orang
Petugas Sanitasi : 1 orang
Kasub Bag TU : 1 orang
Analis Kesehatan : 1 orang
Apoteker : 1 orang
Asisten Apoteker : 2 orang
Petugas Loket : 1 orang
Tenaga Entry : 1 orang
Administrasi : 2 orang
Kasir : 1 orang

7
Petugas Batra : 1 orang
Linmas : 4 orang
Rekam Medik : 1 orang
Sopir Pusling : 1 orang
Cleaning Service : 3 orang
Sanitarian : 1 orang

8
Struktur organisasi Puskesmas Tanah Kali Kedinding

Kepala
Puskesmas

KA. SUB.
BAG. TU

KA. UR. KA. UR.


Rumah Sistem
Tangga Informasi

KA. UR. KA. UR.


Keuangan Kepegawaian

P. J. UKM P. J. UKP

Pendaftar Poli Gigi Klinik


PROMKES P2 KES. JIWA an & RM dan Mulut Sanitasi

Poli Rawat
KESLING PERKESMAS KES. TRAD UGD
Psikologi Inap

KES. GIGI Poli Poli Kes. Persalin


KIA - KB ARU
MASY. Umum Trad an

Poli KIA- Klinik Kamar


GIZI UKK
KB Gizi Obat

Laborato
rium

DPS (Dokter BPM (Bidan P. J.


APOTEKER Praktek Praktek P. J. PUSTU
POSKESKEL
Swasta) Mandiri)

9
e. Keuangan
Sumber dana/ keuangan Puskesmas Tanah Kali Kedinding antara lain
berasal dari:
1. APBD Provinsi Jawa Timur
2. APBD Kota Surabaya
3. Dana BPJS

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami kinerja dan masalah kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas berikut pemecahan masalah kesehatan berdasarkan evidence
based sebagai unit organisasi fungsional yang melaksanakan Usaha
Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Perseorangan (UKP) secara menyeluruh,
terarah, dan terpadu kepada masyarakat.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Memahami keadaan wilayah kerja PuskesmasTanah Kali Kedinding.
2. Mempelajari struktur organisasi Puskesmas Tanah Kali Kedinding.
3. Mengetahui manajemen dan sumber daya Puskesmas Tanah Kali
Kedinding.
4. Mengetahui program-program Puskesmas Tanah Kali Kedinding dan
pelaksanaannya.
5. Mengetahui bentuk pencatatan dan pelaporan Puskesmas Tanah Kali
Kedinding.
6. Mengetahui permasalahan yang ada di Puskesmas Tanah Kali
Kedinding dan mencoba menentukan solusi yang dapat dilakukan.

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat untuk Puskesmas
1. Menjalin kerjasama antara pihak Puskesmas dengan dokter muda.
2. Adanya masukan dari laporan dan saran yang diberikan oleh dokter
mudayang dapat digunakan untuk perbaikan serta peningkatan mutu

10
pelayanan di tiap upaya kesehatan di wilayah Puskesmas Tanah Kali
Kedinding.

1.3.2 Manfaat untuk Dokter Muda


1. Memperoleh banyak pengetahuan tentang struktur organisasi, fungsi
maupun manajemen Puskesmas Tanah Kali Kedinding.
2. Mendapat pengetahuan mengenai sarana dan lingkungan Puskesmas
Tanah Kali Kedinding.
3. Memperoleh kesempatan untuk dapat menerapkan ilmu yang didapat
baik dalam bentuk promotif, preventif dan kuratif.
4. Memperoleh pengetahuan tentang 6 program pokok Puskesmas Tanah
Kali Kedinding berikut pelaksanaannya.

11
BAB II
ANALISIS MASALAH

2.1 Ringkasan Proses Identifikasi Masalah


Check list dan identifikasi masalah kesehatan sesuai SKDI 2012 di Puskesmas
PUSKESMAS : Tanah Kali Kedinding
PERIODE : 1 April – 20 April 2019
PEMBIMBING : Dr. Sri Ummijati, dr., MS.

Daftar Masalah Sumber data/


No. Kesehatan Data yang dicari Upaya Kesehatan Laporan Harapan/Target Capaian/Kenyataan
Masyarakat Puskesmas
dalam SKDI 2012
1. Kematian neonatus, 1. Jumlah kasus KIA PKP dan Tidak ada data 1. Kematian bayi: 4
bayi dan balita kematian AMP*) tulis Kasus (2 PJB,
neonatus singkatan Febris, Dehidrasi)
2. Penyebab
2. Kematian Balita: 4
kematian
neonatus Kasus
(GE+Kejang,
Diare, Dehidrasi,
Kejang)

2. Kematian Ibu 3. Jumlah kasus KIA PKP dan AM Tidak ada data 3. Kematian Ibu: 1
akibat kehamilan kematian Ibu P (Meningo

12
dan persalinan 4. Penyebab Jan 2015 Ensefalitis)
Kematian Ibu
(Periode 6
bulan terakhir)

13
Daftar Masalah Sumber data/
No. Kesehatan Data yang dicari Upaya Kesehatan Harapan/Target Capaian/Kenyataan
Laporan
Masyarakat
Puskesmas
dalam SKDI 2012
3. Kehamilan Resiko 5. Distribusi ibu KIA PKP dan Buk Tidak ada data Kehamilan Risti: 479
Tinggi dan Sangat hamil sesuai u Kehamilan Risren: 1.296
Tinggi identifikasi Kohort Ibu Bumil Baru: 1.775
kartu skor LB3 KIA
Poedji Rochjati
4. Tidak 6. Jumlah laporan KIA AMP Tidak ada data Tidak ada data
terlaksananya audit audit maternal
maternal perinatal perinatal yang
telah dilakukan
(periode 6
bulan terakhir)
5. Laktasi (termasuk 7. Cakupan ASI Perbaikan Gizi Buku laporan 7. Cakupan ASI Cakupan ASI Eksklusif
lingkungan kerja eksklusif KIA E1 – E6 dan Eksklusif: 47% Inisiasi Menyusu Dini
yang tidak 8. Inisiasi Observasi 8. IMD: 47% Semester 2 2018:
mendukung Menyusui Dini Mandiri 7. ASI Ekslusif: 73%
fasilitas laktasi) (opsional) 8. IMD: 76,9%
6. Imunisasi 9. Cakupan KIA & PKP dan Buk Imunisasi Dasar Imunisasi Dasar
pelayanan Pemberantasan u Lengkap: 95% Lengkap: 95,6%
imunisasi yang Penyakit Menular Imunisasi UCI Desa: 95% UCI Desa: 100%
meliputi: DT SD Kelas 1: DT SD Kelas 1: 91,7%
Imunisasi bayi: 98% Campak SD Kelas 1: 0%
• HB 0 – 7 hari Campak SD Kelas Imunisasi TT SD Kelas
• BCG 1: 98%
• DPT/HB 1 2 dan 3: 94,9%
Imunisasi TT SD

14
• DPT/HB 3 Kelas 2 dan 3: 98% TT – WUS: 36,7%
• Campak TT – WUS: 85% Pemantauan Suhu
Drop Out Pemantauan Suhu Lemari Es Vaksin: 100%
• DPT /HB 1 – Lemari Es Vaksin: Ketersediaan Vaksin:
Campak 100% 100%
• DPT /HB 1 – Ketersediaan
DPT/HB 3 Vaksin: 100%
UCI Desa
Imunisasi anak
kelas 1 SD : DT
dan Campak
Imunisasi TT
pada anak SD
kelas 2 dan 3
Imunisasi TT 5
pada WUS (15
– 45 tahun)
Pemantauan
suhu lemari es
vaksin
Ketersediaan
vaksin
7. Perilaku hidup 10. Capaian Promosi Kesehata PKP PHBS Rumah PHBS Rumah Tangga:
bersih dan sehat Rumah tangga n Puskesmas Tangga: 59% 70,9%
(PHBS) pada dan Institusi Laporan tahun Institusi Institusi Pendidikan:
masyarakat (sekolah dan 2018 Pendidikan: 69% 71,4%
termasuk anak usia TTU) yang Institusi Kesehatan: Institusi Kesehatan:
sekolah melaksanakan 100% 114,3%
PHBS TTU: 64% TTU: 72,7%
Tempat Kerja: 49% Tempat Kerja: 50%

15
Daftar Masalah Sumber data/
No. Kesehatan Data yang dicari Upaya Kesehatan Harapan/Target Capaian/Kenyataan
Laporan
Masyarakat
Puskesmas
dalam SKDI 2012
8. Anak dengan 11. Jumlah anak KIA PKP Tidak ada data 11. Jumlah
difabilitas (delay dengan Penyimpanngan
tumbuh kembang) penyimpangan KPSP: 0 Kasus
Skor DDTK
(Deteksi Dini
TumbuhKembang)
9. Kekerasan dan 12. Laporan Balai Pengobatan Rekam Medis Tidak ada data 12. Laporan Terkait
kejahatan seksual terkaitkekerasan & Non Puskesmas & Kantor KDRT: 0 kasus
(termasukpelecehan, dalam rumah Polsek 13. Kasus Medis
perkosaan,tindakan tangga(KDRT) Terduga
cabul,child abuse dan 13. Kasus medis KDRT: 0 kasus
neglected,sertakekerasan terdugakekerasan
rumah tangga) dalam rumahtangga
10. Kesehatan kerja 14. Laporan Balai Pengobatan Tidak ada data Tidak ada data
kejadian & Penyehatan
kecelakaankerja Lingkungan
15. Cakupan
pembinaanindustri
(rumah tangga
dan kecil)

16
Daftar Masalah Sumber data/
No. Kesehatan Data yang dicari Upaya Kesehatan Harapan/Target Capaian/Kenyataan
Laporan
Masyarakat
Puskesmas
dalam SKDI 2012
11. Audit Medik 16. Kepatuhan Tidak ada data Tidak ada data
terhadap
pedoman
pelaksanaan
Audit Medik
di Puskesmas
12. Pembiayaan 17. Rasio POA Tidak ada data Tidak ada data
pelayanan Kecukupan
kesehatan Pelayanan dan
Pembiayaan
Kesehatan
13. Kesehatan lansia 18. Status Kesehatan Usia Tidak ada data Kehadiran pada kegiatan
Kesehatan Lanjut posyandu lansia 100 %
Lansia (data
terkait
mortalitas dan
morbiditas)

19. Cakupan
kegiatan
posyandu
lansia

17
Daftar Masalah Sumber data/
No. Kesehatan Data yang dicari Upaya Kesehatan Harapan/ Target Capaian/ Kenyataan
Laporan
Masyarakat
Puskesmas
dalam SKDI 2012
14. Cakupan pelayanan 20. Hasil Balai Pengobatan 20. 20.
kesehatan yang pencapaian 1) 1)
masih rendah kelompok a. a.
kegiatan b. b.
Pengobatan c. c.

1) Kunjungan 2) 2)
rawat jalan a. 0 kasus a. 362 kasus GD
a. Jumlah b. 0 kasus b. 362 kasus GD
kunjungan c. 0 kasus sesuai standar
kasus baru c. 0 kasus rujukan
b. Jumah 21. Target GD ke RS sesuai
kunjungan Kunjungan standar
kasus lama Rumah (PHN):
c. Visit rate 80% 21. Kunjungan
(Jumlah 22. Rumah (PHN): 112%
kunjungan/ 22.
jumlah
penduduk)
2) Penanganan
Kasus
a. Jumlah kasus
GD yang
ditemukan

18
……….
Kasus
b. Jumlah kasus
GD yang
ditangani
Puskesmas
sesuai standar
c. Jumlah
rujukan kasus
GD ke RS
sesuai standar
21. Jumlah
kunjungan
rumah (PHN)
22. Jumlah
kunjungan rumah
penderita
penyakit
kronis

19
Daftar Masalah Sumber data/
No. Kesehatan Data yang dicari Upaya Kesehatan Harapan/Target Capaian/Kenyataan
Masyarakat Laporan
dalam SKDI Puskesmas
2012
15. Kepercayaan dan 23. Jumlah KIA 23. 0 orang 23. 0 orang
tradisi yang dukunberanak 24. 0 orang 24. 0 orang
mempengaruhi 24. Jumlah ibu
kesehatan yangmelahirkan di
dukunberanak
16. Kurangnya mutu 25. Tingkatkepuas KotakKepuasa Tidak ada data 25. Tingkat
fasilitas pelayanan anpasien n PKP Kepuasaan pasien:
kesehatan Semester 2 77,08%
tahun 2018
17. Sistem rujukan 26. Jumlah/ Balai Pengobatan 26. Rujukan non 26. Rujukan non
yang belum Persentaserujukan Spesialistik: <5% Spesialistik: 6%
berjalan baik yang 27. 27. Tidak ada data
dilakukan Tidak ada data
27. Persentase
rujukan balik
18. Kejadian Luar 28. Laporan/ Pemberantasan 28. 28.
Biasa indikasi Penyakit Menular DBD : Tidak ada DBD : 0 kasus KLB
terkait & Balai data Diare : 0 kasus KLB
kejadian luar Pengobatan Diare : Tidak Kusta : 0 kasus KLB
biasa ada data
Kusta : Tidak
ada data

20
Daftar Masalah Sumber data/
No. Kesehatan Data yang dicari Upaya Kesehatan Harapan/Target Capaian/Kenyataan
Masyarakat Laporan
dalam SKDI 2012 Puskesmas
19. Morbiditas dan 29. Peningkatan Pemberantasan (LB1) 29. 29.
mortalitas yangbermakna Penyakit Menular Semester 2 DBD DBD
penyakit- penyakit terhadap jumlah tahun 2018 Penanganan Penanganan Kasus:
menular dan tidak kasuspenyakit Kasus: 100% 75%
menular tertentu (DBD, Diare Diare
TB,Kusta, Diare, LROA: 100% LROA: 166,7%
ISPA) Zn: 100% Zn: 58,4%
Diare Balita: Diare Balita: 70,4%
100% Oralit: 64,2%
Oralit: 100% TB
TB Ditemukan & Diobati:
Ditemukan & 113%
Diobati: 100% Penemuan terduga:
Penemuan 61%
terduga: 100% Success Rate: 94%
Success Rate: Kusta
90% Pem. Kontak dari
Kusta Kusta Baru: 100%
Pem. Kontak dari Kasus Kusta yang
Kusta Baru: >80% dilakukan PFS: 100%
Kasus Kusta yang RFT: 100%
dilakukan ISPA
PFS: >95% Penemuan Penderita
RFT: >90% Pneumonia Balita: 18%

21
ISPA
Penemuan
Penderita
Pneumonia Balita:
85%

20. Kesehatan 30. Cakupan air Penyehatan 30. Cakupan air 30. Cakupan air bersih
lingkungan bersih dalam satu Lingkungan bersih 83% 99,5%
(termasuk sanitasi, wilayahPuskesmas 31. Cakupan 31. Cakupan Rumah
air bersih, dan 31. Cakupan Rumah Sehat 61% Sehat 130,1%
dampak pemanasan Rumah Sehat 32. Cakupan 32. Cakupan Jamban
global) 32. Cakupan Jamban Sehat 100,4%
Jamban Sehat Sehat 65% 33. Cakupan
33. Cakupan 33. Cakupan Pembinaan TTU 90,9%
pembinaan Pembinaan 34. Cakupan
danpengawasan TTU 87% Pengendalian Vektor
tempatumum 34. Cakupan (ABJ) 95%
34. Cakupan Pengendalian 35. tidak ada data
pengendalian Vektor (ABJ) 95%
vektor 35. tidak ada dat
35. Pembinaan a
kader
lingkungan

22
Daftar Masalah Sumber data/
No. Kesehatan Data yang dicari Upaya Kesehatan Harapan/Target Capaian/Kenyataan
Laporan
Masyarakat
Puskesmas
dalam SKDI 201
2
21. Beban Gizi Ganda 36. Jumlah balita Perbaikan Gizi Laporan Balita dibawah Balita dibawah garis
yang bulanan garis merah merah 0,4%
tetap/turun pelayanan gizi <1,8% N/D Posyandu: 100%
berat tingkat N/D Posyandu:
badannya puskesmas 60%
sesuai KMS
37. Jumlah balita
dengan status
gizi buruk/
kurang/ lebih

23
Berdasarkan data di atas, didapatkan lima permasalahan kesehatan yang masih harus
dihadapi oleh Puskesmas Tanah Kali Kedinding. Masalah kesehatan tersebut antara lain
kasus Tuberkulosis.
2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari masalah-masalah kesehatan yang ada, maka didapatkan perumusan
masalah sebagai berikut.
Masalah Kesehatan Terpilih 1 : Diare
SUMBER Acuan Temuan Terkait
No
INFORMASI Penelurusan Permasalahan Terpilih
1. Skrining pelayanan
kasus diare di
Perencanaan
posyandu.
Dokumen kegiatan yang
2. Pemberiaan oralit
1. RUK/RPK PKM telah dilakukan
pada kasus diare.
(Perencanaan-P1) terkait masalah
3. Pemberian tablet
kesehatan
Zinc pada kasus
diare.
Kesepakatan
Dokumen
mengenai
2. Lokakarya Mini Tidak ada data.
kegiatan dalam
PKM
periode berjalan
Penggunaan oralit
pada balita diare
Bulan Maret 2018
Target: 84%
Bulan April 2018
Target: 93%
Bulan Mei 2018
Target: 81%
Bulan Juli 2018
Target: 85%
Bulan Agustus 2018
Trend perbaikan
Target: 78%
Laporan Bulanan atau penurunan
3. Bulan September 2018
PKM masalah
Target: 94%
kesehatan
Bulan Oktober 2018
Target: 93%
Bulan November 2018
Target: 97%
Bulan Desember 2018
Target: 81%

Penggunaan
suplementasi zinc pada
balita diare
Bulan Maret 2018

24
Target: 80%
Bulan April 2018
Target: 93%
Bulan Mei 2018
Target: 88%
Bulan Juli 2018
Target: 87%
Bulan Agustus 2018
Target: 78%
Bulan September 2018
Target: 94%
Bulan Oktober 2018
Target: 93%
Bulan November 2018
Target: 97%
Bulan Desember 2018
Target: 0%

Laporan Triwulan Data di atas (nomor3)


4. Data tambahan
PKM
Laporan Kejadian Tidakada data
5. Data tambahan
Luar Biasa PKM
Laporan atau Tidak ada data
6. Data tambahan
dokumen lain
Laporan Pelayanan balita diare
7. Data tambahan
Kunjungan PKM 250 kasus dalam 1 tahun
Jumlah perkiraan kasus
diare tahun 2017
sebanyak 7.077.299
Prevalensi, kasus. Sedangkan
Jurnal ilmiah insiden, dan jumlah kasus diare yang
8.
penyebab ditangani di tahun
masalah tersebut sebanyak
4.274.790 kasus
(60.4%) (Kemenkes,
2018).
Sejak tahun 2019, sudah
terdapat Standar
Operasional Prosedur
(SOP) pada penderita
Wawancara dengan Potential target diare yaitu dengan
9.
Stakeholders intervensi pemberian Oralit dalam
200cc air pada setiap
kali bab cair dan
suplemen zinc dalam
jangka waktu 10 hari.

Hasil Rumusan Masalah:


1. Apa saja yang menyebabkan tidak tercapainya angka pemberian zinc dan oralit pada

25
balita diare?
2. Apa saja upaya yang telah dilakukan terkait masalah kesehatan tersebut?
3. Apa saja usulan yang bisa diberikan untuk menyelesaikan masalah tersebut?

Masalah Kesehatan Terpilih 2: ISPA pada balita


SUMBER Acuan Temuan Terkait
No
INFORMASI Penelurusan Permasalahan Terpilih
1. Skrining pneumonia
pada balita batuk dan
Perencanaan
kesulitan bernafas.
Dokumen kegiatan yang
2. Sosialisasi ISPA
1. RUK/RPK PKM telah dilakukan
Pneumonia.
(Perencanaan-P1) terkait masalah
3. Surveilans kasus
kesehatan
pneuomonia balita di
layanan swasta.
Kesepakatan
Dokumen
mengenai
2. Lokakarya Mini Tidak ada data
kegiatan dalam
PKM
periode berjalan
Penemuan Penderita
Trend perbaikan Pneumonia Balita
Laporan Bulanan atau penurunan Target: 85% (198 balita)
3.
PKM masalah Capaian: 21% (42
kesehatan balita)

Jumlah penderita tiga


Laporan Triwulan
4. Data tambahan bulan terakhir 22 orang
PKM
anak
Laporan Kejadian
5. Data tambahan Tidakada data
Luar Biasa PKM
Laporan atau
6. Data tambahan Tidakada data
dokumen lain
Laporan
7. Data tambahan Tidakada data
Kunjungan PKM
Target penemuan
pneumonia pada balita
tahun 2017 adalah
965.559 kasus
(Kemenkes RI, 2018).
Prevalensi,
Jumlah kasus
Jurnal ilmiah insiden, dan
8. pneumonia pada balita
penyebab
tahun 2017 sebanyak
masalah
447.331 kasus (46,34%)
(Kemenkes RI, 2018).
Jumlah kasus
pneumonia tahun 2016
di Kota Surabaya

26
sebanyak 3.925 kasus
(40,89%) (Binas
Kesehatan Kota
Surabaya, 2017).
Rendahnya angka
capaian penemuan kasus
pneumonia pada balita
menurut stakeholders
dapat dikarenakan
berbagai macam faktor,
antara lain
ketidaksesuaian
pengisian kode
Wawancara dengan Potential target diagnosis ICD,
9.
Stakeholders intervensi rendahnya jumlah kasus
yang memenuhi kriteria
diagnosis pneumonia,
dan tidak validnya
diagnosis ispa
dikarenakan jumlah
pasien yang terlalu
banyak dan waktu
operasional yang
terbatas.

Hasil Rumusan Masalah:


1. Apa saja yang menyebabkan rendahnya angka capaian penemuan penderita
pneumonia balita?
2. Apa saja upaya yang telah dilakukan terkait masalah kesehatan tersebut?
3. Apa saja usulan yang bisa diberikan untuk menyelesaikan masalah tersebut?

Masalah Kesehatan Terpilih 3 : Rujukan non Spesialistik

SUMBER Acuan Temuan Terkait


No
INFORMASI Penelurusan Permasalahan Terpilih
Perencanaan
Dokumen kegiatan yang
1. RUK/RPK PKM telah dilakukan Tidak ada data
(Perencanaan-P1) terkait masalah
kesehatan
Kesepakatan
Dokumen
mengenai
2. Lokakarya Mini Tidak ada data
kegiatan dalam
PKM
periode berjalan
Laporan Bulanan Instrumen Penemuan Rujukan non
3.
PKM Penilaian Kinerja Spesialistik di FKTP

27
Puskesmas 2018 Target: <5%
Capaian: 6%
Laporan Triwulan
4. Data tambahan Tidak ada data
PKM
Laporan Kejadian
5. Data tambahan Tidakada data
Luar Biasa PKM
Laporan atau
6. Data tambahan Tidakada data
dokumen lain
Laporan
7. Data tambahan Tidakada data
Kunjungan PKM
Hal-hal yang
mengakibatkan
tingginya angka
Rujukan non
Spesialistik Fasilitas
Kesehatan Tingkat
Pertama (Alawi et al,
2017):
• Jarak
• Wilayah Puskesmas
Banyaknya fasilitas
rujukan
mempengaruhi
dokter maupun
Prevalensi, pasien untuk
Jurnal ilmiah insiden, dan memanfaatkan
8.
penyebab fasilitas rujukan
masalah • Kecukupan alat
kesehatan
Ketiadaan atau
kekurangan alat
kesehatan akan
mengurangi dan
menghambat tugas
dokter dalam
melaksanakan
pekerjaannya.
• Pendistribusian obat
Meskipun distribusi
obat sudah teratur,
tetapi tidak
dipungkiri bahwa di
Puskesmas masih
kekurangan obat
dikarenakan
permintaannya tidak

28
sesuai dengan yang
didistribusikan.
Wawancara dengan Potential
9. Tidak ada data
Stakeholders intervensi target

Hasil Rumusan Masalah:


1. Apa saja yang menyebabkan tingginya angka capaian rujukan non spesialistik pada
Puskesmas Tanah Kali Kedinding?
2. Apa saja upaya yang telah dilakukan terkait masalah kesehatan tersebut?
3. Apa saja usulan yang bisa diberikan untuk menyelesaikan masalah tersebut?

Masalah Kesehatan Terpilih 4 : Imunisasi TT

SUMBER Acuan Temuan Terkait


No
INFORMASI Penelurusan Permasalahan Terpilih
Perencanaan
Dokumen kegiatan yang
1. RUK/RPK PKM telah dilakukan Tidak ada data
(Perencanaan-P1) terkait masalah
kesehatan
Kesepakatan
Dokumen
mengenai
2. Lokakarya Mini Tidak ada data
kegiatan dalam
PKM
periode berjalan
Cakupan Imunisasi TT
Instrumen pada anak kelas 2 dan 3
Laporan Bulanan Penilaiaan SD
3.
PKM Kinerja Target: 98%
Puskesmas 2018 Capaian: 94,9%

Laporan Triwulan
4. Data tambahan Tidak ada data
PKM
Laporan Kejadian
5. Data tambahan Tidak ada data
Luar Biasa PKM
Laporan atau
6. Data tambahan Tidak ada data
dokumen lain
Laporan
7. Data tambahan Tidak ada data
Kunjungan PKM
Cakupan imunisasi TT
pada anak sekolah dasar
Prevalensi, tahun 2013 sebesar
Jurnal ilmiah insiden, dan 94.3%
8.
penyebab
masalah Pada tahun 2016, di
Kota Surabaya tidak
ditemukan penyakit

29
tetanus Neonatorum
(Binas Kesehatan Kota
Surabaya, 2017).

Faktor yang
mempengaruhi
kelengkapan imunisasi
menurut Suparyanto
(2011) antara lain;

• Pendidikan
• Penghasilan
• Pengalaman
• Pekerjaan
• Dukungan Keluarga
• Motif
• Fasilitas Posyandu
• Lingkungan
• Tenaga Kesehatan
• Ketersediaan vaksin

Wawancara dengan Potential target Tidak ada data


9.
stakeholders intervensi

Hasil Rumusan Masalah:


1. Apa saja yang menyebabkan belum tercapai nya angka target imunisasi TT pada
anak usia SD kelas 2 dan 3?
2. Apa saja upaya yang telah dilakukan terkait masalah kesehatan tersebut?
3. Apa saja usulan yang bisa diberikan untuk menyelesaikan masalah tersebut?

Masalah Kesehatan Terpilih 5 : Tuberkulosis


SUMBER Acuan Temuan Terkait
No
INFORMASI Penelusuran Permasalahan Terpilih
1. Pelacakan dan
screening TB:
2. Kontak tracing dan
Perencanaan
investigasi kontak.
Dokumen kegiatan yang
3. Workshop
1. RUK/RPK PKM telah dilakukan
peningkatan peran
(Perencanaan-P1) terkait masalah
kader masyarakat.
kesehatan.
4. Penglibatan kader
satgas TB berbasis
wilayah.

30
5. Pelacakan pasien
TB.
6. Pemeriksaan HIV
pada semua pasien
TB yang diobati.
7. Pemeriksaan DM
pada semua pasien
TB yang diobati.
8. Pemberian PPINH
pada anak usia <5
tahun yang memiliki
kontak erat.
Kesepakatan
Dokumen
mengenai
2. Lokakarya Mini Tidak ada data
kegiatan dalam
PKM
periode berjalan
Trend perbaikan
Laporan Bulanan atau penurunan
3. Tidak ada data
PKM masalah
kesehatan
Triwulan III (2018)
Total : 28 kasus
Ekstra paru: 1 kasus
Baru: 17 kasus
Kambuh: 9 kasus
Putus berobat: 1 kasus
Cek HIV
Negatif: 10 kasus
Tidak dilakukan: 18
kasus
Laporan Triwulan
4. Data tambahan Triwulan IV (2018)
PKM
Total: 34 kasus
Ekstra paru: 2 kasus
Baru: 29 kasus
Kambuh: 3 kasus
Putus berobat: 0 kasus
Cek HIV
Positif: 2 kasus
Negatif: 1 kasus
Tidak dilakukan: 31
kasus

Laporan Kejadian
5. Data tambahan Tidakada data
Luar Biasa PKM
Laporan atau
6. Data tambahan Tidakada data
dokumen lain
Laporan
7. Data tambahan Tidakada data
Kunjungan PKM
8. Jurnal ilmiah Prevalensi, Jumlah cakupan

31
insiden, dan penemuan kasus
penyebab penyakit tuberkulosis
masalah tahun 2017 di Indonesia
sebanyak 360.770 kasus
(Kemenkes RI, 2018).
Jumlah total case
notification rate tahun
2017 sebanyak 138
kasus (Kemenkes,
2018).
Tidak tercapainya angka
penemuan terduga kasus
TB dikarenakan;
1. Masyarakat
kebanyakan merasa
tidak sakit meskipun
gejala yang dialami
mengarah ke
diagnosis
tuberkulosis
2. Kader yang masih
belum secara
maksimal
mengedukasi
masyarakat di
sekitarnya mengenai
tindakan utama yang
harus dilakukan
apabila terdapat
Wawancara dengan Potential target gejala tuberkulosis,
9.
stakeholders intervensi yakni cek dahak
sebelum foto dada.
Para kader juga
masih enggan
menggalakkan
program
pengumpulan dahak
di pot dahak karena
masih terdapat
stigma penularan
penyakit melalui
dahak.
3. Pelaporan dan
pencatatan yang
belum maksimal
dikarenakan belum
adanya kebijakan
untuk pencarian
kasus terduga
tuberkulosis.

32
Hasil Rumusan Masalah:
1. Apa saja yang menyebabkan tidak tercapainya target angka penemuan terduga kasus
TB ?
2. Apa saja upaya yang telah dilakukan terkait tidak tercapainya target angka
penemuan terduga kasus TB ?
3. Apa saja usulan yang bisa diberikan untuk menyelesaikan masalah tersebut?

33
2.3 Proses Penentuan Prioritas
Prioritas masalah ditentukan dengan menggunakan metode USG (Urgency,
Seriousness, Growth). Metode USG merupakan salah satu cara menetapkan urutan
prioritas masalah dengan metode teknik skoring 1 – 5 dengan mempertimbangkan
tiga komponen yakni;
1. Urgency
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan waktu yang
tersedia, serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan
masalah yang menyebabkan isu tadi
2. Seriousness
Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat yang timbul
dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut atau
akibat yang menimbulkan masalah – masalah lain jika maslah penyebab isu
tidak dipecahkan.
3. Growth
Seberapa besar kemungkinan isu tersebut menjadi berkembang dikaitkan
kemungkinan masalah penyebab isu yang akan menjadi semakin buruk bila
dibiarkan

2.3.1. Pemberian Oralit dan Suplementasi Zinc pada Balita Diare


No Nama Urgency Seriousness Growth Total
1 Edwin 1 1 1 3
2 Fery 1 1 1 3
3 Ria 1 2 1 4
4 Wira 1 1 1 3
5 Dyah 1 2 1 4
6 Ulin 1 2 2 5
Total 22
Urgency:Rendahnya angka pemberian terapi oralit dan zinc pada kasus diare
kini telah teratasi dengan adanya Standar Operasional Prosedur
(SOP) pada penderita diare yaitu dengan pemberian Oralit dalam
200cc air pada setiap kali bab cair dan suplemen zinc dalam
jangka waktu 10 hari.
Seriousnes:Rendahnya angka pemberian terapi oralit dan zinc pada kasus diare
menyebabkan penyembuhan yang lebih lama dan dapat menimbulkan
komplikasi seperti dehidrasi yang berujung dengan kematian.
Growth: Kemungkinan rendahnya angka pemberian terapi oralit dan zinc pada
kasus diare berkembang sangat minimal karenakan telah diintervensi
dengan adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) pada

34
penderita diare yaitu dengan pemberian Oralit dalam 200cc air
pada setiap kali bab cair dan suplemen zinc dalam jangka waktu
10 hari.

2.3.1. Penemuan Penderita Pneumonia Balita


No Nama Urgency Seriousness Growth Total
1 Edwin 4 3 3 10
2 Fery 4 2 2 8
3 Ria 3 2 4 9
4 Wira 4 3 3 10
5 Dyah 2 3 4 9
6 Ulin 4 3 3 10
Total 56
Urgency:Rendahnya angka penemuan penderita pneumonia pada balita tidak
diperlukan intervensi segera dikarenakan target penemuan balita
dengan pneumonia terlalu tinggi oleh Puskesmas.
Seriousness: Rendahnya angka penemuan penderita pneumonia pada balita
meningkatkan mortalitas dan morbidlitas.
Growth: Rendahnya angka penemuan penderita pneumonia pada balita maka
akan meningkatkan angka kematian balita sebagai komplikasi dari
pneumonia pada balita tersebut.

2.3.2. Rujukan non Spesialistik


No Nama Urgency Seriousness Growth Total
1 Edwin 2 1 1 4
2 Fery 2 1 2 5
3 Ria 1 1 1 3
4 Wira 1 2 1 4
5 Dyah 2 2 1 5
6 Ulin 1 1 2 4
Total 25
Urgency: Perubahan biaya kapitalisasi di Faskes tersebut tidak terjadi secara
singkat namun memerlukan waktu beberapa bulan sehingga tidak
harus diintervensi sedini mungkin.
Seriousness: Peningkatan angka rujukan non spesialistik yang dibiarkan dalam
jangka waktu panjang angka menyebabkan perubahan biaya kapitasi
pada FKTP tersebut dikemudian hari.
Growth: Peningkatan angka rujukan non spesialistik yang jika tidak ditangani
akan menimbulkan kerugian dan menambah beban pembiayaan

35
operasional FKTP.

2.3.3. Cakupan Imunisasi TT Anaks SD kelas 2 dan 3


No Nama Urgency Seriousness Growth Total
1 Edwin 3 2 2 7
2 Fery 2 2 1 5
3 Ria 2 2 2 6
4 Wira 3 2 1 6
5 Dyah 4 1 1 6
6 Ulin 2 1 1 4
Total 34
Urgency: Peningkatan transmisi penyakit antar manusia ke manusia jika
imunisasi TT pada saat anak Sekolah Dasar kelas 2 dan 3 masih ada
kesempatan pemberian imunisasi pada anak dengan jenis kelamin
wanita pada saat memasuki usia subur atau pada saat mengandung
dan program antenatalcare.
Seriousness:Risiko rendahnya angka pemberian imunisasi TT pada anak
Sekolah Dasar kelas 2 dan 3akan terlihat pada saat individu tersebut
melahirkan (akibat tidak muncul saat ini)
Growth: Kemungkinan masalah yang dapat berkembang dari rendahnya angka
pemberian imunisasi TT pada saat anak sekolah dasar kelas 2 dan 3
sangat minimal dikarenakan transmisi dari manusia ke manusia tidak
ada (tidak menular).

2.3.4. Penemuan Kasus Terduga Tuberkulosis


No Nama Urgency Seriousness Growth Total
1 Edwin 4 4 5 13
2 Fery 4 5 5 14
3 Ria 5 4 4 13
4 Wira 4 4 5 13
5 Dyah 3 5 5 13
6 Ulin 3 4 5 12
Total 78
Urgency: Rendahnya angka penemuan kasus tuberculosis apabila segera
ditangani akan meningkatkan angka kesakitan terhadap penyakit
tuberculosis hal ini dikarenakan penyakit tuberculosis memiliki
daya transmisi antar manusia ke manusia yang sangat tinggi.
Seriousness:Angka kesakitan tuberculosis yang tinggi dapat menyebabkan
turun nya produktifitas penderita tersebut dikarenakan masa

36
pengobatan penyakit tuberculosis yang sangat lama (6 sampai 9
bulan) dan disertai efek samping obat yang tidak nyaman.
Growth: Kemungkinan rendahnya angka penemuan kasus tuberculosis untuk
berkembang sangat besar dikarenakan transmisi penyakit
tuberculosis antar manusia ke manusia sangat tinggi sehingga
kemungkinan angka kesakitan tuberculosis dapat meningkat pesat.

Dari hasil USG di atas didapatkan nilai tertinggi pada masalah


kesehatan ke – 5 yaitu rendahnya penemuan terduga kasus tuberkulosis
di wilayah kerja Puskesmas Tanah Kali Kedinding Surabaya.

37
2.4 Diagram Determinan Masalah Ishikawa

MARKETING MONEY MAN

Jumlah tenaga Stigma bahwa batuk lama


Kader belum memiliki adalah batuk biasa
kesehatan yang
alat bantu penyuluhan
kurang
Alokasi dana BOK Warga lebih memilih foto dada
Warga tidak tahu ada TCM untuk TB tidak daripada periksa dahak
Kader enggan
di Puskesmas ada
mencari warga
terduga TB Kesadaran untuk memeriksakan
Sosialisasi TB berpusat karena takut diri kurang
tertular
di Puskesmas Penemuan
Kasus
Akses kader yang sulit Terduga TB
Sistem pelaporan
menjangkau karena
dan pencatatan
wilayah puskesmas luas yang sulit untuk
kader
Mobilitas penduduk di Petunjuk Teknis bagi
wilayah puskesmas kader TB masih
relatif tinggi belum ada untuk
tahun 2019

ENVIRONMENT METHOD

38
2.5 Identifikasi Penyebab Masalah

Telah didapatkan bahwa angka Case Detection Rate Tuberkulosis atau


penemuan kasus tuberkulosis yang rendah merupakan sebuah prioritas masalah yang
akan diselesaikan. Maka diperlukan analisa lebih lanjut determinan dari permasalahan
penemuan kasus tuberculosis. Kami menggunakan metode Ishikawa/Fishbone Diagram
yang kami sajikan pada gambar 2.1 dibawah.

Determinan-determinan yang kami temukan untuk permasalahan dari angka Case


Detection Rate Tuberkulosis atau penemuan kasus tuberkulosis yang rendah antara lain:

1. Dari segi man/pelaku:


- Pasien terduga TB kurang memiliki pengetahuan tentang tuberculosis dengan
benar, hal ini berdampak pada:
a. Stigma warga sekitar bahwa batuk lama (lebih dari 2 minggu) masih
dianggap sebagai batuk biasa yang tidak memerlukan penanganan khusus
sehingga enggan untuk memeriksakan diri ke petugas kesehatan.
b. Perilaku warga yang lebih memilih untuk foto dada (CXR) daripada
diperiksa dahak dan meminta langsung untuk dirujuk ke rumah sakit besar.
c. Kesadaran dari warga dengan gejala TB untuk memeriksakan diri ke
petugas kesehatan yang masih kurang.
- Para kader/satgas TB walaupun memiliki pengetahuan yang baik dalam hal TB
enggan mencari warga terduga TB dan mengambil specimen dahak untuk
diperiksakan karena takut tertular dengan penyakit TB.
- Jumlah tenaga kesehatan yang kurang.
2. Dari segi money/biaya:

Para kader TB pada tahun 2019 tidak mendapatkan alokasi dana dari Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK) dari DKK Surabaya. Hal ini juga berdampak pada
kemauan kader/satgas untuk melaksanakan tugasnya.

3. Dari segi Marketing:

Warga terduga TB masih belum semua mengetahui bahwa di puskesmas telah


tersedia alat pendeteksi TB secara cepat (TCM) sehingga kurang/tidak

39
memanfaatkan fasilitas tersebut. Penyuluhan tentang pemeriksaan dahak untuk
mendeteksi TB ini kebanyakan terpusat pada puskesmas, sehingga hanya mencakup
warga yang mencari pertolongan petugas kesehatan, dan tidak mencakup warga
yang tidak mencari pertolongan petugas kesehatan/ yang menganggap gejala TB
merupakan gejala batuk biasa yang tidak perlu memeriksakan diri ke petugas
kesehatan.Para Kader/Satgas TB juga belum memiliki alat bantu untuk mereka
dapat melakukan penyuluhan di masing-masing RW tempat mereka tinggal. Tidak
adanya alat bantu untuk penyuluhan ini juga berdampak pada keengganan para
kader/satgas TB untuk melakukan penyuluhan.

4. Dari segi method


- Petunjuk Teknis bagi para kader TB masih belum dibuat untuk tahun 2019,
sehingga para kader belum mengetahui cara untuk mencari terduga TB dan apa
yang perlu dilakukan apabila ada warga dengan gejala TB.
- Sistem pelaporan dan pencatatan sudah ada dari Dinas Kesehatan namun terlalu
panjang dan susah untuk dimengerti kader yang rata-rata sudah berumur 40 tahun
keatas.

5. Dari segi environment

Wilayah kerja dari Puskesmas sangat luas, akses kader/petugas puskesmas


yang sulit menjangkau warga terduga TB dan mobilitas penduduk di wilayah
puskesmas relatif tinggi menyulitkan penemuan kasus TB. Wilayah kerja dari
Puskesmas yang luas tidak sebanding dengan jumlah kader yang tersedia,
menyebabkan jangkauan setiap kader tidak maksimal.

40
2.6 Alternatif Solusi dari Determinan Masalah

DMP Alternatif Solusi


1. Man Alasan:
• Diadakannya • Solusi ini tidak dilakukan
• Warga belum tau penyuluhan mengenai karena para Kader telah
gejala TB dan lebih gejala tuberculosis yang melakukan penyuluhan secara
memiih pemeriksaan ditujukan untuk warga rutin kepada masyarakat pada
CXR daripada BTA. daerah kerja Puskesmas. setiap bulan nya.
• Kesadaran warga • Diadakannya • Solusi ini tidak dilakuan
berobat ke PKM penyuluhan mengenai karena Pusekesmas telah
rendah. tuberculosissetelah melakukan monitoring dan
merasakan adanya evaluasi pada setiap bulan nya
• Kader enggan ambil
gejala yang ditujukan terhadap kinerja dan masalah
spesimen dahak
untuk warga daerah yang ditemukan kader di
karena takut tertular.
kerja Puskesmas. masyarakat.

• Memberikan
penyuluhan kepada
Kader untuk
pengambilan spesimen
dahak yang baik dan
benar.

2. Money Alasan
• Mencanangkan alokasi • Solusi ini tidak dilakukan
• Tidak ada alokasi dana dari pihak karena membutuhkan rencana
dana untuk program Kecamatan. anggaran dana.
TB

3. Markerting Alasan
• Diadakannya sosialisasi • Solusi ini tidak dilakukan
• Banyak masyarakat oleh tenaga kesehatan karena sosialisasi yang
belum mengetahui maupun kader mengenai dilakukan oleh tenaga
bahwa jika di PKM fasilitas TCM yang kesehatan maupun kader
sudah tersedia tersedia di Puskesmas mengenai fasilitas
fasilitas pemeriksaan dapat diakses oleh pemeriksaan dahak di
dahak TCM (Tes seluruh warga. Pusekesmas.
Cepat Molekuler)

41
4. Material Alasan
• Pengadaan flipchart dan • Solusi ini kami pilih
• Kurang tersedianya leaflet dikarenakan kurang sesuai nya
alat bantu yang bahan dan objek yang dapat
digunakan untuk digunakan untuk sosialisasi
penyuluhan. maupun penyuluhan oleh kader
dan tenaga kesehatan.

5. Metode Alasan
• Pembuatan petunjuk • Solusi ini tidak dilakukan
• Belum terbentuknya klinis mengenai karena pembuatan petunjuk
petunjuk klinis tahun deskripsi kerja para klinis merupakan kewenangan
2019 yang menjadi Kader TB oleh dari pihak Puskesmas.
acuan dari deskripsi Puskesmas.
kerja para Kader TB.

6. Environment Alasan
• Penambahan anggota • Solusi ini tidak dilakukan
• Wilayah cakupan Kader TB diwilayah karena pemilihan kader dan
kerja Kader TB kerja Puskesmas agar jumlah kader merupakan
terlalu luas dengan luas wilayah dapat kewenangan dari pihak RW
jumlah Kader yang dijangkau oleh para masing-masing di wilayah
sedikit menyebabkan kader dan meningkatkan kerja Puskesmas.
efektivitasan kinerja keefektivitasan kinerja
Kader rendah. Kader.

2.7 Pemilihan Solusi dengan Delbeque Technic

No. Alternative Solution Rank-Order Jumlah Score Prioritas


Score
1. Penyuluhan warga 2+2+3+4+3+3 17 2
2. Alokasi dana RW/ 1+3+2+1+2+2 11 5
kelurahan
3. Sosialisasi & penyuluhan 2+2+4+1+2+3 14 4
kader
4. Leaflet 3+5+4+4+4+3 23 1
5. Sistem pelaporan dan 5+3+5+3+4+3 23 1
pencatatan dengan kartu
kader
5. Pembuatan Juknis 2+3+2+3+2+3 15 3
6. Penambahan jumlah kader 3+2+1+2+1+1 10 6

42
BAB III

PEMECAHAN MASALAH

3.1 Ringkasan Evidence Based untuk Usulan Strategi Pemecahan Masalah


3.1.1. Artikel Penelitian Serupa

Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit yang disebabkan oleh


Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini paling sering menyerang organ paru-
paru. TBC disebarkan dari orang ke orang melalui transmisi droplet dari
aktivitas bersin, batuk, berbicara dan lain-lain (WHO, 2017). Pada tahun 2017,
diperkirakan 10 juta orang menderita sakit TBC, 1,6 juta di dalamnya
meninggal karena penyakit tersebut. Indonesia merupakan satu dari delapan
negara penyumbang 2/3 kasus TB baru di tahun 2017 (WHO, 2017). Gejala
terkena penyakit TBC seperti batuk berdahak atau berdarah sepanjang waktu,
sakit dada, rasa lelah, penurunan berat badan, demam, dan keringat malam.

Deteksi kasus TB di banyak negara masih menggunakan smear sputum


dan dilihat secara mikroskopis apakah mengandung bakteri Mycobacterium
Tuberculosis atau tidak. Tehnik ini hanya bisa mendeteksi sekitar separuh kasus
TBC dan tidak bisa mendeteksi bahwa apakah seseorang terkena penyakit TBC
yang masih sensitif terhadap pengobatan standar atau tipe sudah resisten obat
(WHO, 2017).

Penggunaan tes cepat molekuler seperti GeneXpert MTB/RIFr sudah


digunakan secara luas semenjak WHO merekomendasikan penggunaannya.
Selain mendeteksi keberadaan kuman penyakit TBC, metode ini juga bisa
mendeteksi tipe penyakit TBC seseorang apakah yang jenis sensitif atau sudah
resisten terhadap pengobatan standar, yaitu menggunakan rifampisin (WHO,
2017).

Kemampuan deteksi penyakit TBC di atas hanya berguna jika sudah


menemukan suspek/ terduga kasus TBC. Namun dalam masyarakat,
problemnya disini bukan kecanggihan metode untuk mendeteksi seseorang
benar-benar terkena penyakit atau tidak, namun lebih ke arah penemuan
seseorang yang diduga memiliki gejala-gejala TBC. Pada awal 1995, WHO
telah merekomendasikan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-

43
course). Strategi ini dinilai mampu secara efektif dan ekonomis sebagai strategi
pengendalian dan pencegahan.

Lima komponen dari strategi ini yaitu komitmen pemerintah untuk menjaga kontrol
terhadap TB, deteksi dini kasus TB di antara suspek melalui pemeriksaan dahak, pengobatan
intensif dengan regimen standar dibawah supervisi, penjaminan suplai obat TB secara teratur,
dan pelaporan kasus untuk kontrol dan evaluasi kinerja (Aditama, 2012).
Deteksi dini kasus tidak lepas dari peran masyarakat. Selama ini, strategi yang
populer adalah passive case finding dan deteksi dini di dalam strategi DOTS masih menganut
prinsip ini. Hal ini dinilai kurang maksimal oleh Depkes (2017). Pengendalian TB menurut
Corbett et al. (2003) seharusnya menganut tiga strategi, yakni penemuan kasus secara aktif
(active case finding) dan pengobatan penyakit, pengobatan infeksi TB laten, serta vaksinasi
BCG. Diantara ketiga strategi ini, active case finding menjadi sarana utama untuk
mengendalikan transmisi dan mengurangi kejadian TB. Metode yang melibatkan masyarakat
untuk mendeteksi orang-orang di sekitarnya yang suspek TBC merupakan salah satu bentuk
Active case finding (Depkes , 2014), dimana kelompok masyarakat yang dimaksud
merupakan kader yang ditunjuk untuk mendeteksi kasus secara cepat untuk kemudian
melaporkan terduga kasus ini ke puskesmas untuk dilakukan tindakan diagnostik lebih lanjut.
Penelitian yang dilakukan Pratiwi et al. (2017) di beberapa puskesmas di area
Kabupaten Wonosobo menunjukkan bahwa intervensi peningkatan kemampuan kader
kesehatan TB oleh supervisor TB dapat meningkatkan pengetahuan kader, penemuan
tersangka, dan kasus smear (+). Hasil penelitian ini muncul setelah dilakukan pelatihan atau
refresing pengetahuan secara berkala baik untuk melatih kader baru maupun kader yang telah
senior. Meskipun begitu, kegiatan peningkatan pengetahuan tidak akan efektif jika hanya
dilakukan satu kali (Pratiwi et al., 2007).

Selain pentingnya pelatihan kader, peningkatan pengetahuan serta pelatihan berkala


untuk tenaga kesehatan juga penting untuk mengoptimalkan identifikasi suspek TB dan
diagnosis pasien TB di fasilitas kesehatan primer. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni et
al. (2007) di Sidoarjo menunjukkan bahwa minimalnya pelatihan yang diterima oleh perawat
dan teknisi laboratorium untuk identifikasi suspek TB, tidak cukupnya pengetahuan
mengenai cara ekstraksi sputum yang baik, insufisiensi kualitas laboratorium dalam
menegakkan diagnosis, serta beban kerja petugas yang berlebihan sangat memengaruhi
rendanya angka deteksi kasus TB (CDR).

3.1.2 Guideline dan Penelitian Internasional

44
Sebuah telaah artikel yang dilakukan Golub et al. (2005) dalam
InternationalJournal of Tuberculosis Lung Disease membahas mengenai beberapa
strategi penemuan kasus secara aktif penyakit TB paru dari beberapa jurnal yang
sudah diterbitkan sebelumnya. Beberapa strategi yang dirangkum di dalamnya adalah
radiografi masal, survey dari rumah ke rumah, enhanced case finding, skriningpada
pasien rawat jalan, sasaran kepopulasi resiko tinggi, dan perhitungan efektivitas biaya.
Di bagian ini yang akan dibahas hanya survey dari rumah ke rumah dan enhanced
case finding, karena keduanya yang memerlukan kerjasama dari masyarakat dalam
upaya deteksi kasus TBC.

Pada tahun 1968 di Korea melalui program nasional tuberkulosis dilakukan


strategi pengiriman tenaga kesehatan dari rumah ke rumah untuk mengambil sampel
sputum dari orang-orang yang bergejala. Hasilnya, Meski efektivitas pendeteksian
kasus jauh lebih baik jika dilakukan di pusat kesehatan, kunjungan dari rumah ke
rumah ini mendeteksi kasus TBC tiga kali lipat dibandingkan hanya melalui skrining
di pusat kesehatan karena cakupan masyarakatnya bisa lebih banyak dan cakupan
daerahnya bisa lebih luas (Sung, 1976).

Penelitian yang diadakan di Nepal Timur menyebutkan bahwa pasien yang


teridentifikasi melalui strategi active case finding dari rumah ke rumah lebih banyak
yang perempuan, berusia paruh baya, dan menolak atau putus obat dari pengobatan
sebelumnya (Cassels et al., 1982).

Sebuah penelitian membahas mengenai pentingnya kesadaran dan partisipasi


komunitas dalam deteksi kasus TB di masyarakat (Armstrong, 1921). Dalam
penelitian ini, pasien berbondong-bondong datang untuk skrining ke fasilitas
kesehatan akibat dari promosi kesehatan secara agresif tentang pentingnya
pemeriksaan fisik. Hasilnya, berhasil dilakukan diagnosis terhadap 16.000 penduduk
di Framingham, Massachusetts. Hasilnya 83% pasien dapat dideteksi positif di
stadium awal penyakit TB. Hal ini merupakan salah satu contoh keberhasilan
enhanced case finding.

Sebuah studi telah dilakukan di Indonesia, tepatnya di Sulawesi oleh Becx-Bleumink


et al. (2001) untuk mengetahui dampak edukasi komunitas terhadap angka deteksi kasus TB.
Komunitas yang mendapatkan pendidikan tentang TB dapat mendeteksi kasus tiga kali lipat

45
dibandingkan sebelum menerima pendidikan.Hal ini membuat case detection rate meningkat
menjadi 13%.

Pada tahun 2013, WHO membuat semacam panduan skrining sistematik untuk
penyakit TB aktif. Dalam panduan itu, bukan hanya dibahas pentingnya active case finding
atau passive case finding, namun juga kombinasi dari penemuan kasus secara pasif dan aktif.
Namun, pada guideline ini belum dibahas mengenai keterlibatan kader yang langsung turun
ke masyarakat untuk penemuan suspek TB dan menindaklanjutinya.

3.1.3 Kementrian Kesehatan Indonesia

Atas usul Wakil Presiden Republik Indonesia, Kemenkes pada tahun 2015 telah
memulai kegiatan Ketuk Pintu untuk memperkuat penemuan kasus TB secara aktif. Tahun
2017, kegiatan ini dilakukan serentak di 34 provinsi pada tanggal 6-20 Maret 2017. Para
kader kesehatan dibantu LSM, tenaga kesehatan, dan ormas melakukan kegiatan ketuk pintu.
Pelaporan sampai dengan tanggal 27 Maret 2017 telah berhasil diketuk sebanyak 565.798
rumah. Dari kunjungan ketuk pintu ini, telah berhasil dilakukan skrining dan edukasi TB
pada 1.590.529 orang dan ditemukan suspek 91.049 orang. 4.950 orang di antaranya
terkonfirmasi TB. Pendekatan melalui Ketuk Pintu sangat efektif untuk capaian Case
Detection rate di atas 70% (Kemenkes, 2017). Gerakan ini merupakan implementasi dari
program TOSS TB (Temukan TB Obati Sampai Sembuh) yang dicanangkan juga oleh
Menteri Kesehatan untuk mencapai target Indonesia bebas tuberkulosis tahun 2035.

3.2 Penetapan Tujuan Alternatif Penyelesaian Masalah

1. Untuk masalah kesehatan: Penemuan terduga kasus Tuberculosis yang belum


mencapai target.

2. Dengan determinan:

a. Man: Perilaku, pengetahuan, kesadaran masyarakat serta pengetahuan dan


kemauankader.

b. Money: Dana operasional yang dibutuhkan kader untuk pelaksaan program.

c. Methods:Petunjuk teknis bagi para kader.

d. Marketing: Media sosialisasi oleh tenaga kesehatan atau kader

e. Environment: Lokasi pasien dan akses menuju kediaman pasien.

3. Berdasarkan sumber daya:

a. Orang: Sejumlah 18 orang Kader Tuberculosis.

46
b. Waktu: Dalam jangka waktu 12 bulan.

c. Tempat: Puskesmas Tanah Kali Kedinding Surabaya, Balai RW Setempat.

d. Dana: Mengajukan rencana anggaran ke Dinas Kesehatan Kota Surabaya dan


bekerja sama dengan perangkat kelurahan

4. Serta mempertimbangkan program terkait: Penglibatan kader satgas TB berbasis


wilayah.

5. Maka tujuan dari mini project ini adalah: Meningkatkan angka penemuan terduga
kasus Tuberkulosis sebesar 10% dalam kurun waktu 12 bulan dengan dana
mengajukan rencana anggaran ke Dinas Kesehatan Kota maupun mengajukan kerja
sama dengan perangkat kelurahan dan dikerjakan bersama orang-orang / instansi
yang terkait yaitu: Kader Tuberculosis, Pihak RT, Pihak RW, Kelurahan,
Kecamatan dengan metode melakukan survei di awal program, pembuatan brosur
promosi, mengadakan kerja sama dengan pihak puskemas dan kader untuk
membagikan brosur dan melakukan penyuluhan, melakukan survei di akhir
program, serta memonitor kerja para kader tiap tiga bulan sekali.

3.3 Rencana Kegiatan, Monitoring, dan Evaluasi

Macam Kegiatan, Rancangan Monitoring dan Evaluasi

1. Pelatihan Kader
A. Kegiatan:

a. Membuat Kartu Kader Sadar TB yang berisi mengenai gejala orang


terduga TB dan perlakuan terhadap dahak, yang juga berisi tabel untuk
pengisian pasien terduga TB yang akan dibagikan ke setiap kader TB
di 12 RW di wilayah puskesmas Tanah Kali Kedinding.

b. Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan dalam kurun waktu 1 bulan, dan


diadakan minimal 2 kali pertemuan, yaitu pada pertemuan pertama
untuk sosialisasi mengenai program, cara penggunaan, manfaat, tujuan,
indikator capaian dan waktu evaluasi dari kartu yang sudah dibuat.

c. Pada pertemuan kedua dilakukan pelatihan, diskusi dan


tutorial pengambilan dahak.

B. Sasaran: Kader TB, ketua RT, RW, Kelurahan, dan Kecamatan di wilayah
kerja puskesmas Tanah Kali Kedinding.

C. Periode: 1 bulan

D. Penanggung jawab: P2M (Pemberantasan Penyakit Menular)

E. Dana: Pengajuan rencana anggaran ke Dinas Kesehatan Kota Surabaya dengan

47
rincian biaya sebagai berikut:

a. Konsumsi: Rp 5.000,00 x 20 = Rp 100.000,00

b. Uang kader: Rp 30.000,00 x 12 = Rp 360.000,00

c. Pengadaan kartu: Rp 5000,00 x 12 = Rp 60.000,00

Total Rp 520.000,00

F. Indikator capaian: kader memiliki kartu sebanyak 100%, kehadiran


kader 100%

G. Cara pengukuran: Absensi kehadiran

H. Waktu evaluasi: Akhir kegiatan pelatihan

2. Pelaporan Kasus Terduga TB


A. Kegiatan
a. Pencarian kasus TB oleh Kader TB
• Kader TB tiap RW mengumpulkan informasi dari masyarakat terkait
warga yang memenuhi kriteria terduga TB.
• Kader kemudian mengunjungi rumah warga terduga TB tersebut
untuk memastikan informasi dari warga sekitar.
• Bila warga memenuhi kriteria terduga TB maka Kader dapat
menawarkan warga langsung berobat ke Puskesmas.
• Bila Warga menolak untuk pergi ke puskesmas, kader dapat
menawarkan untuk mengambil spesimen dahak untuk diantar kader
dan akan diperiksakan di puskesmas.
• Bila Warga menolak untuk diambil dahaknya, Kader cukup
mencatat Nama dan alamat terduga TB tersebut dan memberikan
informasi kepada pihak P2M Puskesmas untuk ditindak lanjuti
b. Kader melaporkan hasil temuan kasus terduga TB dan mendapat kartu
baru apabila sudah penuh
c. Penyuluhan mengenai TB untuk penyegaran ilmu, diadakan minimal 3
kali dalam 1 periode
d. Monitoring dan evaluasi kegiatan temuan tiap bulan dan evaluasi
seluruh program pada pertemuan bulan terakhir.

B. Sasaran: Kader TB di wilayah kerja puskesmas Tanah Kali Kedinding.

C. Periode: 10 bulan

D. Penanggung jawab: P2M

E. Dana: Pengajuan rencana anggaran ke Dinas Kesehatan Kota Surabaya

48
dengan rincian biaya sebagai berikut:

a. Konsumsi: Rp 5.000,00 x 15 = Rp 75.000,00


b. Uang kader: Rp 30.000,00 x 12 x 10 = Rp 3.600.000,00

Total Rp 3.675.000,00

F. Indikator capaian: Setiap kader melaporkan minimal 1 orang terduga kasus


TB tiap bulannya, Kehadiran kader 80%
G. Cara pengukuran: Absensi kehadiran, Kartu Pelaporan
H. Waktu evaluasi: Monitoring dan evaluasi kegiatan setiap bulan.

3. Pemberian Brosur Promosi Pemeriksaan Dahak dari kader kepada masyarakat


A. Kegiatan:
a. Membuat brosur promosi pemeriksaan dahak yang berisi mengenai gejala
orang terduga TB dan perlakuan terhadap dahak, yang juga berisitentang
pentingnya pemeriksaan dahak kepada masyarakat.
b. Membagikan brosur kepada kader sebagai alat bantu penyuluhan yang akan
digunakan saat kegiatan penyuluhan yang sudah rutin dilakukan.

B. Metode:
a. Melakukan survey sebelum program ini dilakukan untuk mengetahui
pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat di wilayah kerja puskesmas
Tanah Kali Kedinding tentang TB terutama tentang periksa dahak.
b. Pembuatan brosur promosi pemeriksaan dahak untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat terhadap TB
c. Bekerjasama dengan pihak puskesmas dan kader TB tiap RW untuk
membagikan brosur
d. Bekerjasama dengan pihak puskesmas dan kader TB untuk melakukan
penyuluhan terkait pesan pemeriksaan dahak bila batuk lebih dari 2 minggu.
e. Melakukan survey sesudah program ini dilakukan untuk mengetahui
efektivitas dari program ini yang juga meliputi pengetahuan, sikap, dan
perilaku masyarakat terhadap TB di wilayah kerja puskesmas Tanah Kali
Kedinding.
f. Memantau/ memonitor kerja para kader TB dalam melakukan penyuluhan
tiap tiga bulan sekali.

C. Sasaran: Masyarakat di wilayah kerja puskesmas Tanah Kali Kedinding.

D. Periode: 12 bulan.

E. Penanggung jawab: P2M

49
F. Dana: Pengajuan rencana anggaran ke Dinas Kesehatan Kota Surabaya dengan
rincian biaya sebagai berikut:
a. Brosur: Rp 5.00,00 x 12 x 20 x 10 = Rp 1.200.000,00
b. Fotocopy Absensi: Rp 200,00 x 12 x 10 = Rp 24.000,00
Total Rp 1.224.000,00

G. Indikator capaian:
• Sebanyak 70% kader yang melakukan penyuluhan menggunakan media
brosur promosi pemeriksaan dahak tiap 3 bulan sekali.
• Sebanyak 60% masyarakat di wilayah kerja puskesmas Tanah Kali
Kedinding yang disurvei mengetahui pentingnya pemeriksaan dahak dan
mau memeriksakan dahaknya ke puskesmas.
• Cakupan riil penemuan kasus terduga TB naik sebesar 10% setelah
dilakukan intervensi melalui program ini selama 1 tahun

H. Cara pengukuran:
• Absensi warga yang mengikuti penyuluhan
• Survei yang berisi kuesioner pertanyaan pengetahuan, sikap, dan perilaku
tentang TB
• Jumlah warga terduga TB yang memeriksakan diri di puskesmas Tanah
Kali Kedinding.

I. Waktu evaluasi: Evaluasi dilakukan pada akhir program

50
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1.Kesimpulan

Berdasarkan data dari puskesmas Tanah Kali Kedinding tahun 2018 didapatkan
bahwa masih terdapat beberapa masalah kesehatan di wilayah kerja puskesmas Tanah
Kali Kedinding. Masalah yang terdeteksi melalui data diantaranya adalah pemberian oralit
dan suplementasi zinc pada balita diare, penemuan penderita pneumonia balita, rujukan non –
spesialistik, cakupan imuunisasi anak SD kelas 2 dan 3, dan penemuan kasus terduga
tuberkulosis (Case Detection Rate). Melalui proses penentuan prioritas masalah dengan
metode Urgency, Seriousness, Growth (USG) didapatkan bahwa masalah yang paling
realistis untuk dijadikan prioritas di Puskesmas Tanah Kali Kedinding adalah
penemuan kasus terduga tuberkulosis. Usulan program solusi peningkatan penemuan
kasus terduga tuberkulosis adalah Pemberian Brosur Promosi Pemeriksaan Dahak dari
kader kepada masyarakat

Usulan-usulan tersebut diharapkan mampu meningkatkan angka temuan kasus


terduga Tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Tanah Kali Kedinding Surabaya,
meningkatkan pengetahuan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tanah Kali
Kedinding Surabaya mengenai gejala Tuberkulosis dan pentingnya pemeriksaan
dahak diawal untuk mendiagnosis penyakit Tuberkulosis sebelum pemeriksaan
lainnya, serta pengetahuan tentang cara mengumpulkan dahak yang benar sehingga
menurunkan kemungkinan penularan penyakit.

4.2.Saran
Program-program peningkatan angka penemuan kasus terduga Tuberkulosis
yang diusulkan tentunya tidak lepas dari kelemahan dan kekurangan. Diharapkan melalui
monitoring dan evaluasi program didapatkan informasi mengenai efektivitas
program-program tersebut. Perbaikan-perbaikan metode penyampaian program dapat
membantu meningkatkan efektivitas program. Hendaknya juga terdapat alokasi dana
BOK Plan of Action untuk melancarkan program-program usulan tersebut. Kerjasama
antara pihak Puskesmas Tanah Kali Kedinding dan pihak institusi luar diharapkan
dapat terus terjalin untuk mengembangkan program – program serupa

51
DAFTAR PUSTAKA

Aditama, T. Y., 2012. TBC Masalah Kesehatan Dunia. Pusat Komunikasi Publik
Kementerian Kesehatan RI. Didapat dari:
https://www.depkes.go.id/article/print/1923/tuberkulosis-masih-merupakan-
masalah-kesehatan-penting-di-dunia-dan-di-indonesia.html [diakses tanggal 14
April 2019].

Alawi, M., Junadi, P. and Latifah, S. (2017). Analisis Faktor-Faktor yang


Berhubungan dengan Tingginya Rujukan Kasus Non Spesialistik Pasien
Jaminan Kesehatan Nasional pada Puskesmas di Kabupaten Sukabumi Tahun
2015. Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia, 2(1). Didapat dari:
http://journal.fkm.ui.ac.id/jurnal-eki/article/view/1954 [diakses tanggal 14 April
2019].

Armstrong D. B., 1921. Four Years of the Framingham Demonstration. New English
Journal Medicine. Vol. 177 pp. 660-663. Didapat dari:
https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJM191711081771906
[diaksestanggal 14 April 2019].

Becx-Bleumink M. et al., 2001. High Tuberculosis Notification and Treatment


Success Rates through Community Participation in Central Sulawesi, Republic
of Indonesia. Int J Tuberc Lung Dis. Vol. 5 pp. 920-925. Didapat dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11605885 [diakses tanggal 14 April
2019].

British Columbia CDC. 2017. Sputum Collection for Tuberculosis (TB) Testing.
Accessed on 18th April 2019. Available
on: https://www.healthlinkbc.ca/hlbc/files/documents/healthfiles/hfile51b.pdf
[diakses pada tanggal 18 April 2019].

Cassels A. et al., 1982. Tuberculosis Case-finding in Eastern Nepal. Tubercle. Vol.


63(3) pp. 175-185. Didapat dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/7179484 [diakses tanggal 14 April
2019].

52
Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Profil Kesehatan Tahun 2016. 2017. Pemerintahan
Kota Surabaya. Didapat dari:
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOTA_20
16/3578_Jatim_Kota_Surabaya_2016.pdf [diakses tanggal 14 April 2019].

Golub, J.E., et al., 2005. Active Case Finding of Tuberculosis: Historical Perspective
and Future Prospects. Int J Tuberc Lung Dis. Vol. 9(11) pp. 1183-1203. Didapat
dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4472641/pdf/nihms698464.pdf
[diakses tanggal 14 April 2019].

Kemenkes RI, 2017. Kemenkes Pecahkan Rekor Muri ‘Ketuk Pintu 500.000 Rumah’
untuk Penemuan Kasus TB. Didapat dari:
https://www.depkes.go.id/article/view/17040300007/kemenkes-pecahkan-rekor-
muri-ketuk-pintu-500-000-rumah-untuk-penemuan-kasus-tb-.html [diakses
tanggal 14 April 2019].

Kemenkes RI, 2017. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017. Didapat dari:
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-tahun-2017.pdf [diakses tanggal 14 April
2019]

Pratiwi R. D. et al., 2017. Peningkatan Kemampuan Kader Kesehatan TB dalam


Active Case Finding untuk Mendukung Case Detection Rate. Journal of Health
Education. Didapat dari: http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jhealthedu/
[diakses tanggal 14 April 2019].

Suparyanto. 2011. Kelengkapan Imunisasi

Sung C. K., 1976. Case-finding in Korean National Tuberculosis Programme. Bull Int
Union Tuberc. Vol. 51 pp. 381-382.
Didapatdarihttps://europepmc.org/article/med/829483 [diakses tanggal 14 April
2019].

Wahyuni C. U. et al., 2007. Obstacles for Optimal Tuberculosis Case Detection in


Primary Health Center (PHC) in Sidoarjo District, East Java, Indonesia. BMC
Health Services Research. Didapat dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2064920/#__ffn_sectitle
[diakses tanggal 14 April 2019].
53
WHO, 2013. Systematic Screening for Active Tuberculosis. Didapatdari:
https://www.who.int/tb/publications/tbscreening/en/ [diaksestanggal 14 April
2019].

WHO, 2017. Tuberculosis Fact-sheets. Didapatdari: https://www.who.int.news-


room/fact-sheets/detail/tuberculosis [diaksestanggal 14 April 2019].

54
LAMPIRAN

Lampiran 1: Kartu Kader Sadar TB

55
Lampiran 2 : Brosur Penyuluhan

56
Lampiran 3: Kuisioner survei pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat tentang
pemeriksaan dahak
KUISIONER PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MASYARAKAT
TENTANG PEMERIKSAAN DAHAK

A. Identitas Responden
Nama :
Umur :
Alamat :
Pendidikan : 1. Tidak tamat SD 3. SLTP 5. Sarjana
2. SD 4. SLTA

Pekerjaan : 1. Tidak bekerja 2. Bekerja

B. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Responden

1. Pemeriksaan pertama apa yang diperlukan bila seseorang batuk 2 minggu


a. Pemeriksaan dahak
b. Pemeriksaan foto rontgen dada
c. Pemeriksaan cek darah
2. Penyakit apa yang diwaspadai bila anda batuk 2 minggu
a. Asma
b. Tuberkulosis
c. Flu
3. Pemeriksaan dahak tersedia di
a. Klinik
b. Balai RW
c. Puskesmas
4. Apakah anda setuju bila batuk 2 minggu harus segera cek dahak
a. Setuju
b. Ragu – ragu
c. Tidak setuju
5. Apa yang akan anda lakukan bila anda batuk 2 minggu
a. Langsung ke rumah sakit untuk foto rontgen dada
b. Beli obat di warung
c. Ke puskemas untuk periksa dahak

57

Anda mungkin juga menyukai