LP HHD
LP HHD
LP HHD
1. KONSEP PENYAKIT
1.1 Defenisi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. (Somantri,
2018). Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104
mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan
hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini
berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari
peningkatan sistolik. (Paula, 2016). Hipertensi Heart Disease (HHD) adalah istilah
yang diterapkan untuk menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari
left ventricle hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan
penyakit jantung kronis, yang disebabkan karena peningkatan tekanan darah, baik
secara langsung maupun tidak langsung. (Morton, 2016).
1.2 Etiologi
Menurut Oman (2017), hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan
menjadi 2 golongan besar yaitu :
1. hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a) Faktor keturunan Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya
adalah penderita hipertensi.
b) Ciri perseorangan, ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah :
- Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat.
- Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan).
c) Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
d) Kebiasaan hidup yaitu kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah:
- Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr).
- Kegemukan atau makan berlebihan.
- Stress.
- Merokok.
- Minum alcohol.
- Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin).
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
a) Ginjal : Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor.
b) Vascular : Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli
kolestrol, Vaskulitis.
c) Kelainan endokrin : DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme.
d) Saraf : Stroke, Ensepalitis, SGB.
e) Obat – obatan : Kontrasepsi oral, Kortikosteroid.
Menurut Mansjoer (2008), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia
adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :
a) Elastisitas dinding aorta menurun.
b) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karenakurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
e) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
1.3 Patofisiologi
Penyulit utama pada penyakit jantung hipertensif adalah hipertrofi ventrikel kiri
yang terjadi sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh
darah perifer dan beban akhir ventrikel kiri. Faktor yang menentukan hipertrofi
ventrikel kiri adalah derajat dan lamanya peningkatan diastole. Pengaruh beberapa
faktor humoral seperti rangsangan simpato-adrenal yang meningkat dan peningkatan
aktivasi system renin-angiotensin-aldosteron (RAA) belum diketahui, mungkin
sebagai penunjang saja. Fungsi pompa ventrikel kiri selama hipertensi berhubungan
erat dengan penyebab hipertrofi dan terjadinya aterosklerosis primer.
Pada stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yang terjadi adalah difus
(konsentrik). Rasio massa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri meningkat tanpa
perubahan yang berarti pada fungsi pompa efektif ventrikel kiri. Pada stadium
selanjutnya, karena penyakir berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak teratur, dan
akhirnya eksentrik, akibat terbatasnya aliran darah koroner. Khas pada jantung
dengan hipertrofi eksentrik menggambarkan berkurangnya rasio antara massa dan
volume, oleh karena meningkatnya volume diastolik akhir. Hal ini diperlihatkan
sebagai penurunan secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksi ejeksi),
peningkatan tegangan dinding ventrikel pada saat sistol dan konsumsi oksigen otot
jantung. Hal-hal yang memperburuk fungsi mekanik ventrikel kiri berhubungan erat
bila disertai dengan penyakit jantung koroner.
Walaupun tekanan perfusi koroner meningkat, tahanan pembuluh koroner juga
meningkat. Jadi cadangan aliran darah koroner berkurang. Perubahan-perubahan
hemodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan erat dengan derajat
hipertrofi otot jantung. Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran
darah koroner, yaitu :
a) Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi umum otot polos
pembuluh darah resistensi arteriol (arteriolar resistance vessels) seluruh badan.
Kemudian terjadi retensi garam dan air yang mengakibatkan berkurangnya
compliance pembuluh-pembuluh ini dan mengakibatkan tahanan perifer;
b) Hipertrofi yang meningkat mengakibatkan kurangnya kepadatan kepiler per unit
otot jantung bila timbul hipertrofi eksentrik. Peningkatan jarak difusi antara
kapiler dan serat otot yang hipertrofik menjadi factor utama pada stadium lanjut
dari gambaran hemodinamik ini. Jadi, faktor koroner pada hipertensi berkembang
menjadi akibat penyakit, meskipun tampak sebagai penyebab patologis yang
utama dari gangguan aktifitas mekanik ventrikel kiri. (Chang, 2009)
1.4 Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik mungkin tidak di jumpai kelainan apapun selain tekanan
darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
perdarahan, eksudat (kupulan cairan), penyenpitan pembuluh darah, dan pada kasus
berat, edema pupil (edema pada diskus optikus). Individu yang menderita hipertensi
kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada, biasanya
menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem
organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Penyakit arteri
koroner dan angina adalah gejala yang menyertai hipertensi. Hipertrofi ventrikel kiri
terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel saat dipake berkontrasi
melawan tekanan sistemik yang meningkat.
Apabia jantung tidak mampu lagi anahan peningkatkan beban kerja, maka dapat
terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifetasi
sebagai nokturis (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azoremia (peningkatan
nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat
menimbulkan stroks atau serangan stremik transien yang termanifestasi sebagai
patolisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan. Pada
penderita stroks, dan pada penderita hipertensi disertai serangan iskemia ansidens
infark oatak mencapai 80%.
1.6 Penatalaksaan
Pengobatan pasien dengan penyakit jantung hipertensi terbagi dalam dua kategori
pengobatan dan pencegahan tekanan darah yang tinggi dan pengobatan penyakit
jantung hipertensi. Tekanan darah ideal adalah kurang dari 140/90 pada pasien tanpa
penyakit diabetes dan penyakit ginjal kronik dan kurang dari 130/90 pada pasien
dengan penyakit diatas. Berbagai macam strategi pengobatan penyakit jantung
hipertensi menurut Oman (2018), yaitu :
1. Pengaturan Diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan atau dengan
obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan bisa memperbaiki
keadaan LVH. Beberapa diet yang dianjurkan, yaitu :
- Rendah garam,beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah garam dapat
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.Dengan pengurangan
komsumsi garam dapat mengurangi stimulasi system renin-angiotensin
sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi.Jumlah intake sodium yang
dianjurkan 50–100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
- Diet kaya buah dan sayur.
- Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
- Tidak mengkomsumsi Alkohol.
2. Olahraga Teratur
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk
menurunkan tekanan darah dan dapat memperbaiki keadaan jantung. Olaharaga
isotonik dapat juga bisa meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan
mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4
kali dalam satu minggu sangat dinjurkan untuk menurunkan tekanan darah.
- Penurunan Berat Badan yaitu pada beberapa studi menunjukkan bahwa
obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi dan LVH. Jadi penurunan
berat badan adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah.
Penurunan berat badan (1kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan berat
badan dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus
karena umumnya obat penurun berat badan yang terjual bebas mengandung
simpatomimetik, sehingga dapat meningkatan tekanan darah, memperburuk
angina atau gejala gagal jantung dan terjainya eksaserbasi aritmia.
Menghindari obat-obatan seperti NSAIDs, simpatomimetik, dan MAO yang
dapat meningkatkan tekanan darah atau menggunakannya dengan obat
antihipertensi.
- Farmakoterapi yaitu pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi
dapat menggunakan berbagai kelompok obat antihipertensi seperti thiazide,
beta-blocker dan kombinasi alpha dan beta blocker, calcium channel blockers,
ACE inhibitor, angiotensin receptor blocker dan vasodilator seperti
hydralazine. Hampir pada semua pasien memerlukan dua atau lebih obat
antihipertensi untuk mencapai tekanan darah yang diinginkan.
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HHD ( HIPERTENSI HEART DISEASE )
A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data ini dari berbagai sumber data untuk engevaluasi
dan untuk mengindenfiklasi status kesehatan klien. (Nursalam 2017 : 17). Wawancara,
memberikan data yang perawat dapatkan dari pasien dan orang terdekat lainnya melalui
percakapan dan pengamatan :
1. Identitas klien : Meliputi nama, umur, pendidikan, jenis kelamin, agama, pekerjaan,
status marital, suku bangsa, diagnosa medis, tanggal masuk, tanggal pengkajian,
no.rekam medis, ruang dan alamat.
Identitas penanggung jawab : Meliputi nama, umur, pendidikan, hubungan dengan
klien dan alamat.
2. Riwayat kesehatan :
a. Keluhan utama : apa yang paling dirasakan saat ini ditanyakan meliputi
paliative/propokativ, quality, region/radian, skala dan time (PQRST).
b. Riwayat kesehatan sekarang : dikaji tentang proses penjalaran penyakit sampai
dengan timbulnyakeluhan 1 faktor yang memperberat dan yang memperingan
kualitas dari keluhan dan bagaimana klien menggambarkan yang dirasakan.
c. Riwayat kesehatan dahulu : dikaji penyakit yang pernah dialami klienyang
berhubungan dengan penyakit sekarang/penyakit lain seperti riwayat penyakit
kandung kemih (gagal jantung), penyakit sistemik (DM), dan hipertensi.
d. Riwayat kesehatan keluarga : dikaji kemungkinan pada keluarga ada riwayat
penyakit gangguan perkemihan, riwayat kesehatan yang menular/keturunan.
3. Pemeriksaan fisik.
a. Dikaji keadaan umum dan tanda-tanda vital.
b. Sistem penglihatan : dikaji bentuk simetris, reflek pupil terhadap cahaya positif,
bisa membaca papan nama perawat dalam jarak 30 cm.
c. Sistem pernafasan : dikaji bentuk hidung simetris, mukosa hidung lembab, septum
letar ditengah, tidak terdapat pernafasan cupig hidung, pada palpasi sinus frontalis
dan sinus maksilaris tidak terdapat nyeri tekan, trakea ditengah, tidak terdapat
retraksi dinding dada, frekuensi nafas 24 x/menit, paru-paru resonan.
d. Sistem pencernaan : dikaji bentuk bibir simetris, mukosa merah muda lembab,
jumlah gigi, tidak terdapat caries uvula ditengah, tidak ada pembesaran, tonsil
refleks menelan, bentuk abdomen, turgor, bising usus 10 x/menit.
e. Sistem kardiovaskuler : dikaji konjungtiva, oedema, sianosis, peningkatan JVC,
bunyi jantung, tekanan darah.
f. Sistem perkemihan : dikaji vesika urinaria, pembesaran ginjal, ada nyeri tekan.
g. Sistem persyarafan dikaji :
- sistem syaraf cranial, dikaji GCS dan 12 nervus saraf otak.
- Sistem motorik, dikaji gerakan tubuh dari ujung kepala sampai kaki.
- Sistem sensorik, dikaji respon klien dengan menggunakan rangsangan.
- Sistem endokrin : dikaji pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar lemfe, dan
menanyakan riwayat penyakit DM.
- Sistem integumen : dikaji suhu tubuh, turgor, lesi dan luka, warna kulit,
kepala.
- Sistem genetalia, dikaji genetalia jika klien mau.
- Data sosial, dikaji tingkat pendidikan, hubungan sosial, gaya hidup, dan pola
interaksi melalui wawancara / menanyakan kepada orang terdekat (keluarga).
- Data psikologis, dikaji status emosi, gaya komunikasi, konsep diri, immage,
harga diri, ideal diri, peran diri, identitas diri.
- Data spiritual, dikaji ibadah yang dilakukan klien jika berada di rumah sakit.
4. Pemeriksaan diagnostik
- Jadwal rutin pemantauan tekanan darah.
- Rontgen foto.
- Pemeriksaan hematologi.
- Pemeriksaan urinalisa.
- Elektrokardiografi (EJG).
- Pemeriksaan kimia darah
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan hipertensi heart desease
adalah;
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik jaringan ditandai dengan adanya keluhan
nyeri pada dada, wajah meringis, gelisah sampai adanya perubahan tingkat kesadaran,
perubahan nadi, tensi.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokard,
perubahan irama dan frekuensi jantung, peubahan struktur ventrikel kiri ditandai
dengan takikardi, disritmia, perubahan tekanan darah, bunyi jantung ekstra (S3, S4),
nyeri dada, nadi perifer tak teraba, ekstremitas dingin.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan umum ditandai dengan adanya
ungkapan verbal tentang kelemahan, respon tensi terhadap aktivitas abnormal, adanya
perasaan tidak nyaman saat beraktivitas, dispnoe, adanya tanda-tanda iskemik yang
dapat dilihat dari hasil pemeriksaan EKG.
No Diagnosa NOC NIC Rasional
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan tirah baring pada 1. Meminimalkan stimulasi dan
dengan iskemik jaringan perawatan diharapkanpasien fase akut meningkatkan relaksasi.
ditandai dengan adanya mampu melaporkan adanya 2. Lakukan tindakan distraksi dan 2. Tindakan yang menurunkan
keluhan nyeri pada dada, pengurangan rasa nyeri/nyeri relaksasi, ciptakan lingkungan tekanan vascular dan memblok
wajah meringis, gelisah terkontrol, pasien mampu yang tenang respon simpatis efektif
sampai adanya mengungkapkan metode 3. Minimalkan aktivitas mengurangi rasa sakit dan
perubahan tingkat pengurangan nyeri, pasien vasokonstriksi yang dapat komplikasinya.
kesadaran, perubahan mengikuti theraphy farmakologi meningkatkan nyeri seperti batuk 3. Aktivitas vasokonstriksi akan
nadi,tensi. yang diberikan untuk mengurangi panjang, membungkuk dll. meningkatkan tekanan vascular
nyeri. 4. Kolaborasi pemberian analgesic jantung.
4. Untuk menurunkan/
mengontrol nyeri dengan
mengontrol rangsangan system
saraf simpatis.
2. Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji frekuensi dan irama jantung. 1. Biasanya terjadi takikardi
berhubungan dengan perawatan diharapkan pasien 2. Catat bunyi jantung. sebagai kompensasi penurunan
perubahan kontraktilitas menunjukan tanda vital dalam 3. Kaji kulit terhadap pucat dan kontraktilitas ventrikel.
miokard, perubahan batas yang dapat diterima, bebas sianosis. 2. Irama gallop umum dihasilkan
irama dan frekuensi dari gejala gagal jantung 4. Kaji perubahan pada sensori dari ventrikel yang distensi.
jantung, peubahan seperti letargi, bingung, cemas, 3. Pucat menunjukan penurunan
struktur ventrikel kiri depresi. perfusi akibat penurunan curah
ditandai dengan 5. Berikan istirahat dengan jantung.
takikardi, disritmia, lingkungan yang tenang, Bantu 4. Untuk mengetahui adekuatnya
perubahan tekanan darah, pasien menghindari stress. perfusi serebral terhadap
bunyi jantung ekstra (S3, 6. Kolaborasi pemberian oksigen penurunan curah jantung.
S4), nyeri dada, nadi dengan kanul/masker sesuai 5. stress menghasilkan vaso
perifer tak teraba, indikasi. konstriksi yang meningkatkan
ekstremitas dingin 7. Kolaborasi pemberian vasodilator tekanan darah dan
meningkatkan frekuensi kerja
jantung.
6. Untuk meningkatkan kesediaan
oksigen untuk kebutuhan
miokard dan jaringan serta
melawan efek hipoksia.
7. Vasodilator digunakan untuk
meningkatkan curah jantung.
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji respon pasien terhadap 1. Dengan mengetahui parameter
berhubungan dengan perawatan diharapkan pasien aktivitas, perhatikan adanya tersebut, akan membantu
kelelahan umum ditandai mampu berpartisipasi dalam perubahan tanda vital, dipsnoe, mengkaji respon fisiologis
dengan adanya ungkapan aktivitas yang diinginkan, nyeri dada, kelelahan yang terhadap stress aktivitas dan bila
verbal tentang melaporkan peningkatan toleransi berlebihan. muncul berarti terjadi kelebihan
kelemahan, respon tensi terhadap aktivitas yang dapat 2. Intruksikan pasien tentang cara tingkat aktivitas.
terhadap aktivitas diukur. penghematan energi dan lakukan 2. Tehnik menghemat energi
abnormal, adanya aktivitas secara perlahan. mengurangi penggunaan energi
perasaan tidak nyaman 3. Dorong pasien untuk melakukan dan membantu keseimbangan
saat beraktivitas, aktivitas secara bertahap jika antara suplai dan kebutuhan
dispnoe, adanya tanda- dapat ditolerir, beri bantuan sesuai oksigen.
tanda iskemik yang dapat dengan kebutuhan. 3. Aktivitas bertahap mencegah
dilihat dari hasil peningkatan kerja jantung
pemeriksaan EKG secara tiba-tiba,
memberibantuan sesuai
kebutuhan akan mendorong
memandirikan pasien dalam
beraktivitas.
DAFTAR PUSTAKA