F Laporan Aktualisasi Jan Reinaldo Purba Fix

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 60

PELATIHAN DASAR CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL BATCH II

BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PUPR WILAYAH IV BANDUNG


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

LAPORAN PELAKSANAAN AKTUALISASI

OPTIMALISASI SISTEM PENGENDALIAN INTERN (SPI)


DAN PENYUSUNAN BOOKLET MANAJEMEN RISIKO DALAM
PENYELENGGARAAN PROGRAM BANTUAN STIMULAN PERUMAHAN
SWADAYA (BSPS) DI PROVINSI MALUKU

DISUSUN OLEH:
NAMA : JAN REINALDO PURBA, S.T.
NIP : 19930303 201903 1 005

BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PUPR WILAYAH IV BANDUNG


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
TAHUN 2019
PELATIHAN DASAR CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL BATCH II
BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PUPR WILAYAH IV BANDUNG
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PELAKSANAAN AKTUALISASI
OPTIMALISASI SISTEM PENGENDALIAN INTERN (SPI)
DAN PENYUSUNAN BOOKLET MANAJEMEN RISIKO DALAM
PENYELENGGARAAN PROGRAM BANTUAN STIMULAN PERUMAHAN
SWADAYA (BSPS) DI PROVINSI MALUKU

Disusun Oleh:
Jan Reinaldo Purba, S.T.
NIP. 19930303 201903 1 005

DISEMINARKAN PADA:
HARI : Jumat
TANGGAL : 26 September 2019

MENTOR COACH KEPALA BALAI DIKLAT PUPR


WILAYAH IV BANDUNG

Sigit H. Pamungkas, S.H., M.Sc. Ir. Kesya R. Rapa, M.T. Hasto A. Sapoetro, S.ST., M.T.
NIP. 19800608 200604 1 007 NIP. 19650327 199203 2 008 NIP. 19630721 199203 1 003

KEPALA PUSDIKLAT MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN JABATAN FUNGSIONAL


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Ir. Moeh. Adam, M.M.


NIP. 19650303 199203 1 002
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT | i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulisan Laporan Aktualisasi ini dapat selesai. Laporan Aktualisasi berjudul:
“Optimalisasi Sistem Pengendalian Intern (SPI) dan Penyusunan Booklet Manajemen
Risiko dalam Penyelenggaraan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) di Provinsi
Maluku” ini disusun untuk memenuhi Tugas Latihan Dasar CPNS 2018 Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Laporan ini berisikan informasi mengenai Penerapan Sistem Manajemen Risiko untuk
mencegah hingga meminimalisir dampak dari permasalahan yang muncul dengan
menguraikan risiko-risiko yang mungkin ada dalam Penyelenggaraan Program BSPS.
Penerapan Sistem Manajemen Risiko sendiri merupakan pengembangan dari Sistem
Pengendalian Intern (SPI) yang dimiliki oleh Kementerian PUPR. Penerapannya hingga
saat ini belum maksimal, karna masih bergantung pada Inspektorat Jenderal (Itjen) selaku
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) di lingkungan Kementerian PUPR.

Bilamana ada kesalahan dalam penulisan laporan ini, penulis menghaturkan permohonan
maaf. Penulis berharap Laporan ini dapat memberikan informasi dan inspirasi bagi
pembaca, terutama bagi pihak-pihak yang terkait dengan Program BSPS.

Ambon, 8 September 2019

Jan Reinaldo Purba

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT | ii


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN …….….….……………………………………………………………i


KATA PENGANTAR ..…………………………………………………………………………….ii

DAFTAR ISI ………………………….……….……….…………….…………………………….iii


DAFTAR TABEL …………………………………………………………….….….….………….iv
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………………..……v

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………..…1


Latar Belakang ..……………………………………………………………………..……………..1
Tujuan Kegiatan ……………………………………………………………………………………3

Manfaat ..……………………………………………………………………………………...…….3
Ruang Lingkup ……………………………………………………………………………………..4
BAB II DESKRIPSI PERANCANGAN AKTUALISASI ……………………………….……….5

Penetapan Isu ………..………………………………………………………………..….….…….5


Gagasan dan Dampak Pemecahan Isu ………………………….…….……..…………………7
Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi ………………………….……………….………10

Matriks Rencana Kegiatan Aktualisasi .….………..….…..….….…….……….……..…..……14


Rencana Kerja Aktualisasi …………………….……….….…….………..…….……………….18
BAB III PELAKSANAAN AKTUALISASI …………………………………………….……….19

Pelaksanaan Tahap Persiapan …..…….……….…………………...………….….…….….....19


Pelaksanaan Identifikasi Risiko dan Analisis Risiko …………………………………………..20

Perumusan Mitigasi Risiko dan Daftar Kegiatan Pengendali Risiko ………………………..25


Penyusunan Draft Konten Booklet …..………………………………………………....…..…..27
Presentasi Hasil …………………………………………………………………..….……….…..28

BAB IV PENUTUP………………………………………………….…….…….…….…………..31
Kesimpulan …………………………………………………………………………………….….31
Saran ……………………………………………………………….……….…….……….………31

PUSTAKA …………………………………………………………………………………………32
LAMPIRAN ………………………………………………………………………………………..33

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT | iii


DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Analisis Isu dengan Metode APKL ………………………………………….……6
Tabel 2.2 Matriks Rencana Kegiatan Aktualisasi ………………….…….…….…….……17

Tabel 2.3 Rencana Kerja Aktualisasi ………………………………………………….……18


Tabel 3.1 Identifikasi Risiko ……………………………….……….……….……….………22
Tabel 3.2 Skala Risiko ……………………………………………………………………….22

Tabel 3.3 Rekapitulasi Skor Kemungkinan dan Dampak …………………………………23


Tabel 3.4 Mitigasi Risiko ……………………….…….…….…..…….…….……….……….26
Tabel 3.5 Rencana Pengendalian Risiko …………………………………………………..27

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT | iv


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram SPI ………………………………………….….……..……….…….7


Gambar 2.2 Three Lines of Defense ………………….…….…….…….………………...8

Gambar 2.3 Tahapan Penyelesaian Isu …………………….………….……….….……10


Gambar 3.1 Foto Dokumentasi Kegiatan ………………….………..….……..…………20
Gambar 3.2 Foto Dokumentasi Kegiatan ………………………………………………..20

Gambar 3.3 Petunjuk Membaca Peta Risiko ………………….…….…….…….………24


Gambar 3.4 Peta Risiko Hasil Analisis ……………….….….…..……….………………24
Gambar 3.5 Foto Dokumentasi Kegiatan ………………………………………………..25

Gambar 3.6 Foto Dokumentasi Kegiatan ………………………………………………..25


Gambar 3.7 Foto Dokumentasi Kegiatan ………………………………………………..28
Gambar 3.8 Foto Dokumentasi Kegiatan ………………………………………………..28

Gambar 3.9 Foto Dokumentasi Kegiatan ………………………………………………..29

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT | v


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam melaksanakan
pembangunan nasional memiliki visi mewujudkan infrastruktur pekerjaan umum dan
perumahan rakyat yang handal dalam mendukung Indonesia yang berdaulat, mandiri,
dan berkepribadian berlandaskan gotong royong. Dalam mewujudkan visi tersebut,
Unit-unit organisasi di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat harus dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan optimal. Kewajiban
untuk mewujudkan visi utama tersebut, juga dilakukan Direktorat Jenderal (Ditjen)
Penyediaan Perumahan.

Berdasarkan Perpres No. 15 Tahun 2015, Tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, Ditjen Penyediaan Perumahan bertugas untuk menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penyediaan perumahan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan Rencana Strategis
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019, Ada 5
kegiatan utama yang menjadi prioritas Ditjen Penyediaan Perumahan dalam
mewujudkan visi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, yaitu:
a. Dukungan Manajemen Penyelenggaraan Penyediaan Perumahan
b. Penyusunan Perencanaan Penyediaan Perumahan
c. Pembinaan dan Pengembangan Rumah Umum dan Komersial
d. Pemberdayaan Perumahan Swadaya
e. Penyediaan Rumah Susun

Pemberdayaan Perumahan Swadaya termasuk dalam kegiatan utama yang menjadi


prioritas Ditjen Penyediaan Perumahan. Kegiatan Pemberdayaan Perumahan
Swadaya ini, berada di bawah kendali Direktorat Rumah Swadaya. Berdasarkan
Permen PUPR No. 3 Tahun 2019, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
PUPR, Direktorat Rumah Swadaya memiliki tugas melaksanakan bantuan stimulan di
bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya. Dalam mendorong keswadayaan
masyarakat untuk mewujudkan rumah layak huni, Direktorat Rumah Swadaya memiliki

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT | 1


Program Penyelenggaraan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS).
Berdasarkan Peraturan Menteri PUPR No. 7 Tahun 2018, Tentang Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya, BSPS adalah bantuan pemerintah bagi masyarakat
berpenghasilan rendah untuk mendorong dan meningkatkan keswadayaan dalam
peningkatan kualitas rumah dan pembangunan baru rumah. Jenis rumah yang
dibangun adalah Rumah Swadaya. Rumah Swadaya adalah Rumah yang dibangun
atas prakarsa dan upaya masyarakat.

Dalam Penyelenggaraan Program BSPS, terkhususnya yang terjadi di SNVT


Penyediaan Perumahan Provinsi Maluku, salah satu problematika yang mencolok
adalah keterlambatan penyelesaian kegiatan di beberapa tahapannya. Penyebab-
penyebab keterlambatan itu terindikasi berulang setiap tahunnya tanpa ada
pemecahan permasalahan yang baik. Keterlambatan ini harusnya dapat diminimalisir
apabila ada evaluasi dan pencegahan berdasarkan permasalahan di masa lalu.

Untuk mengatasi permasalahan keterlambatan Penyelenggaraan BSPS di SNVT


Penyediaan Perumahan Provinsi Maluku, penerapan Sistem Pengendalian Intern
dapat menjadi salah satu cara yang efektif. Berdasarkan Peraturan Menteri PUPR No.
20 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di
Kementerian PUPR, Sistem Pengendalian Intern adalah proses integral pada tindakan
dan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan seluruh
pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi
melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Penerapan Sistem Pengendalian Intern ini berfokus pada Unsur Penilaian Risiko dan
Unsur Kegiatan Pengendalian. Di Kementerian PUPR sendiri, terutama di Lingkungan
Satuan Kerja, pengembangan kedua unsur ini sering disebut Sistem Manajemen
Risiko. Kedua unsur tersebut akan menjadi alat untuk menganalisis risiko-risiko yang
dapat mengganggu jalannya kegiatan Penyelenggaraan BSPS di SNVT PP Provinsi
Maluku. Dengan menganalisis risiko-risiko tersebut, tindakan preventif akan dapat
dilakukan untuk meminimalisir keterlambatan progress pekerjaan Penyelenggaraan
Program BSPS.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT | 2


Berdasarkan permasalahan di atas, output aktualisasi ini diharapkan dapat menjadi
panduan untuk meminimalisir keterlambatan Penyelenggaraan BSPS akibat
permasalahan yang berulang di Provinsi Maluku. Panduan ini akan dikemas dalam
bentuk booklet. Selain sebagai syarat kelulusan pelatihan dasar, Diharapkan output
yang dihasilkan kegiatan ini dapat bermanfaat bagi lingkungan SNVT PP Provinsi
Maluku.

1.2. Tujuan
Tujuan dari Rancangan Aktualisasi ini adalah:
a. Melakukan internalisasi nilai-nilai dasar serta kode etik dan kode perilaku ASN di
lingkungan kerja;
b. Membantu pihak-pihak yang terlibat dalam Penyelenggaraan BSPS untuk
mencegah atau meminimalisir risiko pada Penyelenggaraan BSPS;
c. Memberi panduan bagi SNVT dalam Penerapan Manajemen Risiko pada tingkat
satuan kerja;
d. Memenuhi syarat kelulusan Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 2019.

1.3. Manfaat
Rancangan Aktualisasi ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Bagi unit kerja, dapat meningkatkan komitmen mutu dalam pelaksanaan pekerjaan,
terutama Penyelenggaraan BSPS di Provinsi Maluku;
b. Bagi Peserta Latihan Dasar, dapat meningkatkan pemahaman mengenai tugas,
fungsi, dan program yang dilaksanakan oleh unit kerja yang menjadi tempat
berlangsungnya kegiatan aktualisasi.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT | 3


1.4. Ruang Lingkup
Aktualisasi ini dilaksanakan di SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Maluku. Ruang
lingkup Kegiatan Aktualisasi ini adalah:
a. Isu yang didapat berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan selama
melaksanakan On The Job Training di lingkungan SNVT Penyediaan Perumahan
Provinsi Maluku;
b. Informasi yang ditampilkan berasal dari arsip dan analisis-analisis program kerja
yang terdapat di SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Maluku. Informasi yang
didapat telah dipelajari dan diambil dari poin-poin tertentu;
c. Informasi yang ditampilkan berupa Jadwal Penyelenggaraan BSPS di Maluku,
uraian, risiko, analisis risiko, mitigasi risiko, dan kegiatan pengendaliannya.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT | 4


BAB II

DESKRIPSI RANCANGAN AKTUALISASI

2.1. PENETAPAN ISU


Berdasarkan atas hasil Environmental Scanning, penulis menetapkan beberapa
permasalahan, sebagai berikut:
1) Keterlambatan Progress Pekerjaan Penyelenggaraan BSPS di Provinsi Maluku;
Keterlambatan progress pekerjaan selalu terjadi di dalam Penyelenggaraan BSPS
di Provinsi Maluku. Keterlambatan mulainya kegiatan koordinasi hingga
keterlambatan pembuatan laporan oleh TFL masih sering terjadi. Keterlambatan
yang terjadi terkadang disebabkan oleh kelalaian dalam mengatur jadwal
koordinasi hingga minimnya pengetahuan tentang alurnya pertanggungjawaban di
lingkungan pekerjaan. Keterlambatan pun sering terjadi akibat keteledoran dalam
melaksanakan mekanisme pekerjaan akibat kompetensi pihak yang terkait
terbatas. Pergantian TFL dan pihak-pihak terkait yg cukup sering semakin
memperumit permasalahan ini. Dibutuhkan panduan untuk mencegah kesalahan
yang sama berulang kembali dan sebagai media informasi bagi pihak-pihak yang
baru saja berkiprah di Penyelenggaraan BSPS.
2) Permasalahan Sosialisasi Program BSPS pada Masyarakat yang belum maksimal;
Permasalahan sosialisasi Program BSPS masih belum maksimal. Selain karna
kendala bahasa, ketersediaan media yang minim, dan juga antusiasme masyarakat
yang kecil juga menjadi alasan. DIbutuhkan inovasi baru mengembangkan
sosialisasi tentang Program BSPS.
3) Direktori Dokumentasi Pekerjaan Rumah Swadaya belum tertata rapi.
Rumah Swadaya pada umumnya menghasilkan banyak arsip akibat banyaknya
dokumentasi yang dilakukan untuk mendata progress kerja rumah-rumah yang
sedang dibangun. Data dokumentasi masih disimpan secara manual dan rawan
hilang.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT | 5


Berdasarkan isu-isu di atas, dilakukan analisis tapisan isu dengan menggunakan
metode Aktual, Problematik, Kekhalayakan, Kelayakan (APKL). Berikut merupakan
hasil tapisan isu dengan menggunakan metode APKL:
No. Isu Aktual Problematik Kekhalayakan Kelayakan Total
1. Keterlambatan Progress
Pekerjaan Penyelenggaraan 5 4 5 4 18
BSPS di Provinsi Maluku
2.
Permasalahan Sosialisasi
Program BSPS pada
4 3 4 3 14
Masyarakat yang belum
maksimal

3. Direktori Dokumentasi
Pekerjaan Rumah Swadaya
4 3 2 3 12
belum tertata rapi.

Tabel 2.1 Analisis Isu Berdasarkan Metode APKL

Berdasarkan hasil penapisan dengan metode APKL, terpilih Isu Keterlambatan


Progress Pekerjaan Penyelenggaraan BSPS di Provinsi Maluku. Permasalahan ini
tinggi keaktualannya. Karna merupakan bagian dari Penyelenggaraan BSPS, tentu
saja nilai Kekhalayakannya juga tinggi.

Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya merupakan salah satu program unggulan


Kementerian PUPR karna merupakan program yang efeknya dapat langsung
dirasakan oleh masyarakat terutama masyarakat kecil. Berdasarkan Peraturan Menteri
No. 7 Tahun 2018 Tentang BSPS, BSPS adalah bantuan pemerintah bagi masyarakat
berpenghasilan rendah untuk mendorong dan meningkatkan keswadayaan dalam
peningkatan kualitas rumah dan pembangunan baru rumah beserta prasarana, sarana,
dan utilitas umum.

Pentingnya keberadaan BSPS itu tidak dibarengin dengan ketepatan waktu dalam
penyelenggaraannya. Beberapa kegiatannya masih sering saja sering mengalami
kendala yang berimbas pada keterlambatan progress pekerjaan. Permasalahan-
permasalahan yang terjadi juga kebanyakan merupakan permasalahan yang terjadi di
tahun-tahun sebelumnya. Hal ini sungguh sangat merugikan karna pada dasarnya
apabila dilakukan evaluasi dan pencegahan, hal-hal yang dapat memperlambat
kegiatan Penyelenggaraan BSPS ini dapat diminimalisir.
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT | 6
2.2. Gagasan dan Dampak Pemecahan Isu
Untuk memecahkan Masalah Keterlambatan Progress Pekerjaan Penyelenggaraan
BSPS di Provinsi Maluku, digunakan metode Sistem Pengendalian Intern.
Berdasarkan Peraturan Menteri PUPR No. 20 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Kementerian PUPR, Sistem Pengendalian
Intern adalah proses integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus-
menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai
atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan
pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan. Berikut merupakan detail Unsur-Unsur Sistem Pengendalian
Intern (Sumber: PPT Pengantar SPIP, 2019), antara lain:

Diagram. 2.1. Unsur-Unsur SPI

Gambar 2.1 Diagram SPI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT | 7


Berdasarkan paparan Sekretaris Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan, Dr.
Dadang Rukmana dalam Rapat Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan BSPS, ada 3
tingkatan pertahanan yang seharusnya dimiliki oleh Kementerian PUPR, yaitu Tingkat
Satuan Kerja sebagai pertahanan pertama, diikuti oleh Unit Organisasi, dalam hal ini
Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan, dan Inspektorat Jenderal sebagai
pertahanan terakhir atau sering disebut Aparat Pengawasan Sistem Pemerintah
(APIP). Berikut adalah diagramnya:

Gambar 2.2 Three Lines of Defense

Dalam penerapannya, Sistem Pengendalian Intern yang dimiliki oleh Kementerian


PUPR belum optimal karna masih sangat bergantung pada Inspektorat Jenderal (Itjen)
dan belum menjangkau tingkat Satuan Kerja. Untuk itu dibutuhkan Unit Kepatuhan
Internal (UKI) sebagai mitra Itjen yang bertugas untuk memantau pengendalian internal
dalam tingkat Satuan Kerja.

Pada tingkat SNVT, Sistem Pengendalian Intern yang digunakan berfokus pada Unsur
Penilaian Risiko, yang terdiri atas Identifikasi Risiko dan Analisis Risiko. Ditjen
Penyediaan Perumahan sendiri sudah mengembangkan unsur Penilaian Risiko ini
menjadi Sistem Manajemen Risiko. Penerapan Sistem Manajemen Risiko pada
Masalah Keterlambatan Progress Pekerjaan Penyelenggaraan BSPS di Provinsi
Maluku, bertujuan untuk mengidentifikasi risiko-risiko apa yang akan muncul
berdasarkan jadwal Penyelenggaraan BSPS di Provinsi Maluku kemudian

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT | 8


menganalisisnya. Dengan melakukan analisis risiko berdasarkan jadwal kegiatan,
akan muncul kegiatan pengendalian yang runtut, sehingga permasalahan-
permasalahan yang umum terjadi dapat dicegah, dan tingkat keterlambatan dapat
diminimalisir. Ada 5 tahapan Manajemen Risiko yang dikembangkan dari Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi Risiko
Identifikasi Risiko adalah kegiatan untuk menemukan, mengenali, dan
menguraikan risiko yang dapat menghalangi organisasi dalam mencapai
sasarannya. Dalam menentukan risiko tersebut, diperlukan diskusi antarpihak
terkait pada Program BSPS di SNVT PP Provinsi Maluku.
2. Analisis Risiko
Analisis Risiko adalah kegiatan menentukan karakteristik risiko, termasuk tingkat
risikonya, dengan memerhatikan kemungkinan risiko dan dampak risikonya. Untuk
menentukan tingkat risikonya, diperlukan penyebaran Kuisioner Skala Risiko
terlebih dahulu. Setelah pengisian kuisioner, akan didapat peringkat dari setiap
pernyataan risiko. Hasil dari pengurutan risiko-risiko tersebut kemudian disajikan
dalam bentuk Peta Risiko.
3. Mitigasi Risiko
Mitigasi Risiko merupakan langkah penanganan risiko untuk mencegah,
menghindari, atau mengurangi kemungkinan risiko dapat terjadi. Kegiatan Mitigasi
Risiko juga dapat ditelusuri melalui rangkuman kegiatan pengendali apa yang
sebelumnya sudah dimiliki oleh SNVT.
4. Rencana Tindak Pengendalian Risiko
Rencana Tindak Pengendalian Risiko merupakan kegiatan menentukan
pengendalian apa yang bisa diambil untuk memaksimalkan atau meningkatkan
acuan pengendalian yang sudah ada. Dikategorikan ke dalam 3 hal utama yaitu
Kegiatan Detektif, Preventif, dan Korektif.
5. Monitoring dan Review
Monitoring dilaksanakan selama kegiatan BSPS dilaksanakan dengan
memerhatikan titik-titik kritis yang dapat muncul. Seiring berjalannya kegiatan,
Review berkala dapat dilaksanakan untuk memastikan tindakan pengendalian
berjalan dengan baik.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT | 9


2.3. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi

Penerapan Manajemen Risiko pada pelaksanaan aktualisasi ini dibagi atas 2 tahap
yaitu Tahap I mengerjakan Penilaian Risiko yang mencakup Identifikasi Risiko dan
Analisis Risiko, dan Tahap II mencakup Mitigasi Risiko dan Rencana Tindak
Pengendalian. Untuk bagian Monitoring dan Review merupakan kegiatan lanjutan
selama Penyelenggaraan BSPS berlangsung. Hasil dari Monitoring dan Review
menjadi bahan pertimbangan untuk pembuatan Manajemen Risiko di masa yang akan
datang. Berikut merupakan tahapan penyelesaian isu yang dilakukan:

Gambar 2.3 Tahapan Penyelesaian Isu

Output dari kegiatan ini adalah Tabel Manajemen Risiko dan booklet yang berisi
Panduan Penerapan Manajemen Risiko dan prediksi masalah-masalah apa saja yang
bisa muncul pada Penyelenggaraan BSPS. Beberapa tahapan yang dilakukan untuk
menghasilkan output tersebut adalah:
1. Tahap Persiapan (pengumpulan dokumen yang diperlukan)
a. Tahap Kegiatan
• Diskusi dengan tim ahli untuk persiapan rancangan aktualisasi
• Meminta saran dan rekomendasi satker ataupun tim ahli
• Mengumpulkan dokumen yang diperlukan (Buku panduan, sisdalmen, dll)
• Penyusunan jadwal rinci BSPS berdasarkan dokumen dan diskusi internal

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT | 10


b. Hasil Kegiatan
• Catatan hasil diskusi
• Saran dan rekomendasi
• Data yang terkumpul
• Jadwal Penyelenggaraan BSPS
c. Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan
• Akuntabilitas, tercermin dari tahapan pengumpulan data dan penyusunan
jadwal yang valid;
• Etika Publik, diperlukan etika yang baik untuk dapat berkoordinasi dengan
pegawai lain;
• Komitmen Mutu, terlihat dari pengurutan jadwal pekerjaan yang rinci
berdasarkan data yang valid (Sisdalmen).
2. Pelaksanaan Identifikasi Risiko dan Analisis Risiko
a. Tahap Kegiatan
• Identifikasi risiko berdasarkan jadwal pelaksanaan Program BSPS
• Penyebaran kuisioner berdasarkan identifikasi risiko untuk mengatahui
skala dampak risiko
• Kalkulasi penilaian skala dampak risiko
• Melakukan analisis risiko secara kolektif dengan tim ahli di SNVT
• Analisis peta risiko sekaligus menentukan seberapa besar pengaruh risiko
terhadap kegiatan SNVT
• Penyusunan rekap kegiatan pengendalian risiko baik yang sudah pernah
dilakukan ataupun yang akan dilakukan
b. Hasil Kegiatan
• Pernyataan Risiko
• Skala Dampak Risiko
• Peta Risiko
• Tabel Identifikasi Risiko
• Tabel Analisis Risiko

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT | 11


c. Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan
• Akuntabilitas, kegiatan menghasilkan hasil yang konkret dan dapat
dipertanggungjawabkan;
• Etika Publik, penyebaran kuisioner membutuhkan komunikasi dan sopan
santun karna harus mengambil waktu luang orang lain;
• Komitmen Mutu, data berdasarkan pegawai-pegawai yang sudah lama
berkutat di bidangnya, data bisa dipertanggungjawabkan;
• Anti Korupsi, proses penyebaran kuisioner dan pengumpulan data tidak
menghilangkan informasi apapun.
3. Merumuskan Mitigasi Risiko dan Rencana Tindak Pengendalian Risiko
a. Tahap Kegiatan
• Diskusi dengan tim ahli untuk merumuskan Mitigasi Risiko dan menyusun
Rencana Tindak Pengendalian Risiko yang dapat diimplementasikan
• Penyusunan Daftar Mitigasi Risiko dan Rencana Tindak Pengendalian
Risiko berdasarkan jadwal Penyelenggaraan BSPS di Provinsi Maluku
b. Hasil Kegiatan
• Tersusunnya Daftar Mitigasi Risiko dan Rencanan Tindak Pengendalian
Risiko berdasarkan jadwal kegiatan
• Tabel Lengkap Manajemen Risiko
c. Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan
• Akuntabilitas, perumusan kegiatan-kegiatan pengendalian membutuhkan
tanggung jawab karna merupakan penentuan solusi menghadapi beberapa
permasalahan Program BSPS nantinya;
• Etika Publik, perumusan membutuhkan diskusi, dan dalam berdiskusi
dibutuhkan etika yang baik;
• Komitmen Mutu, mutu kegiatan tetap terjaga karna ada komunikasi dan
tanya jawab dengan tim ahli.
4. Penyusunan Draft Untuk Konten Booklet
a. Tahap Kegiatan
• Mencari referensi desain booklet
• Penyusunan tata letak konten di dalam booklet

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT | 12


• Diskusi dengan tim ahli mengenal konten dalam booklet
• Pengerjaan booklet
b. Hasil Kegiatan
• Softfile booklet
c. Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan
• Akuntabilitas, penyusunan draft harus sesuai dengan data yang sudah
terkumpul;
• Etika Publik, ada kegiatan diskusi dan dibutuhkan etika dalam
melaksanakannya;
• Komitmen Mutu, pengerjaan memerlukan waktu mencari referensi dan
pembanding. Diskusi dengan pegawai lain juga dilakukan sehingga
menjamin kualitas pekerjaan.
5. Presentasi Hasil
a. Tahap Kegiatan
• Pencetakan Tabel Manajemen Risiko
• Pencetakan booklet
• Membagikan Tabel Manajemen Risiko dan booklet kepada pihak-pihak
terkait
b. Hasil Kegiatan
• Hardfile Tabel Manajemen Risiko
• Hardfile booklet
c. Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan
• Akuntabilitas, produk kegiatan harus selesai dan diberikan kepada pihak-
pihak yang membutuhkan tambahan ilmu pengetahuan;
• Nasionalisme, produk yang dihasilkan secara tidak langsung membantu
pengembangan penyediaan rumah di Indonesia karna dapat meningkatkan
efisiensi pekerjaan;
• Anti Korupsi, produk berhasil diluncurkan yang berarti menunjukkan tidak
ada perilaku korupsi.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT | 13


2.4. Matriks Rencana Kegiatan Aktualisasi
Unit Kerja : Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan
SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Maluku
Identifikasi Isu : 1. Keterlambatan Progress Pekerjaan Penyelenggaraan BSPS di Provinsi Maluku;
2. Permasalahan Sosialisasi Program BSPS pada Masyarakat yang belum maksimal;
3. Direktori Dokumentasi Pekerjaan Rumah Swadaya belum tertata rapi.

Isu yang Diangkat : Keterlambatan Progress Pekerjaan Penyelenggaraan BSPS di Provinsi Maluku.
Gagasan Pemecahan Isu : Optimalisasi Sistem Pengendalian Intern dan Penyusunan Booklet.

Keterkaitan Kontribusi
Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Substansi Terhadap Visi-
Organisasi
Mata Pelatihan MIsi Organisasi

1. Tahap Persiapan Diskusi dengan tim ahli untuk Catatan hasil Etika Publik Meningkatkan Peningkatan
(pengumpulan persiapan rancangan diskusi, saran, Komitmen akses Nilai Etika,
dokumen yang aktualisasi dan rekomendasi Mutu informasi bagi Orientasi Misi,
diperlukan) pihak terkait Visioner.
Meminta saran dan Etika Publik dalam
rekomendasi satker ataupun Komitmen meningkatkan
tim ahli Mutu progress kerja
BSPS

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT | 14


Mengumpulkan dokumen Data yang Akuntabilitas Penerapan Nilai
yang diperlukan (buku terkumpul Komitmen Integritas.
panduan, sisdalmen, dll) Mutu
Penyusunan jadwal rinci Jadwal BSPS Akuntabilitas Penerapan Nilai
BSPS berdasarkan dokumen Komitmen Integritas dan
dan diskusi internal Mutu Profesionalisme.
2. Pelaksanaan Identifikasi risiko Pernyataan Komitmen Meningkatkan Penerapan Nilai
Identifikasi Risiko berdasarkan jadwal risiko, penyebab Mutu akses Profesional dan
dan Analisis pelaksanaan Program BSPS dan dampak informasi bagi Pemikiran yang
Risiko risiko tersusun. pihak terkait Visioner.
dalam
Penyebaran kuisioner Penilaian staf Akuntabilitas meningkatkan Penerapan Nilai
berdasarkan identifikasi risiko terhadap Komitmen progress kerja Profesional dan
untuk mengatahui skala pernyataan risiko Mutu BSPS Orientasi Misi
dampat risiko dan dampaknya Anti Korupsi
Kalkulasi penilaian skala Nilai rata-rata Komitmen Penerapan Nilai
dampak risiko skala risiko Mutu Profesional dan
Melakukan analisis risiko Analisis risiko Etika Publik Integritas
secara kolektif dengan tim secara kolektif Komitmen
ahli di SNVT Mutu
Anti Korupsi
Analisis peta risiko sekaligus Peta Risiko; Komitmen
menentukan seberapa besar Analisis Mutu
pengaruh risiko terhadap kemungkinan
kegiatan SNVT risiko itu
memengaruhi
pekerjaan suatu
pekerjaan

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT | 15


Penyusunan rekap kegiatan Tindakan- Akuntabilitas
pengendalian risiko baik tindakan Komitmen
yang sudah pernah dilakukan pengendalian Mutu
ataupun yang akan dilakukan yang akan
dilakukan
3. Perumusan Diskusi dengan tim ahli untuk Tersusunnya Akuntabilitas Meningkatkan Penerapan Nilai
Mitigasi Risiko merumuskan Mitigasi Risiko Tabel Mitigasi Etika Publik akses Etika, Integritas,
dan Rencana Risiko dan Komitmen informasi bagi Profesional, dan
dan menyusun Rencana
Tindak Rencana Tindak Mutu pihak terkait Nilai Orientasi
Pengendalian Tindak Pengendalian Risiko Pengendalian dalam Misi
Risiko yang dapat yang meningkatkan
berdasarkan progress kerja
diimplementasikan
jadwal BSPS
penyelenggaraan
Penyusunan Daftar Mitigasi BSPS Akuntabilitas Penerapan Nilai
Risiko dan Rencana Tindak Komitmen Profesional dan
Mutu Orientasi Misi
Pengendalian Risiko
berdasarkan jadwal
Penyelenggaraan BSPS di
Maluku

4. Penyusunan draft Mencari referensi desain Softfile booklet Komitmen Meningkatkan Penerapan Nilai
untuk konten booklet Mutu akses Integritas,
booklet informasi bagi Profesional, dan
pihak terkait Visioner.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT | 16


Penyusunan tata letak Akuntabilitas dalam Penerapan Nilai
konten di dalam booklet Komitmen meningkatkan Profesional,
Mutu progress kerja Visioner, dan
Diskusi dengan tim ahli Etika Publik BSPS Orientasi Misi.
mengenal konten dalam Komitmen
booklet Mutu
Pengerjaan booklet Komitmen Penerapan Nilai
Mutu Integritas dan
Profesional

5. Presentasi hasil Pencetakan Tabel Hardfile Tabel Anti Korupsi Menfasilitasi Penerapan Nilai
Manajemen Risiko dan Manajemen dan Integritas, Nilai
booklet Risiko dan meningkatkan Profesional,
booklet akses Visioner dan
informasi bagi Orientasi Misi
pihak terkait
Membagikan Tabel Akuntabilitas dalam Penerapan Nilai
Manajemen Risiko dan Nasionalisme meningkatkan Integritas dan
booklet kepada pihak-pihak progress kerja Profesional
terkait BSPS

Tabel 2.2 Matriks Rencana Kegiatan Aktualisasi

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT | 17


2.5. Rencana Kerja Aktualisasi

…………………revisi terlampir
Tabel 2.3 Rencana Kerja Aktualisasi

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT | 18


BAB III

DESKRIPSI PELAKSANAAN AKTUALISASI

3.1. PELAKSANAAN TAHAP PERSIAPAN


A. Pelaksanaan
Dalam Pelaksanaan Tahap Persiapan, Hal-hal yang penulis lakukan antara
lain:
1. Diskusi dengan tim ahli untuk persiapan rancangan aktualisasi.
Kegiatan diskusi ini bertujuan untuk memperkenalkan kegiatan aktualisasi
secara garis besar kepada pihak-pihak yang terkait pada kegiatan BSPS.
2. Meminta saran dan rekomendasi satker ataupun tim ahli. Tujuan dari
kegiatan ini adalah untuk mendapatkan opsi yang beragam dari satker dan
tim ahli mengenai topik aktualisasi yang berhubungan dengan Program
BSPS ini.
3. Mengumpulkan dokumen yang diperlukan (buku panduan, sisdalmen,
dll). Pengumpulan dokumen ini bertujuan untuk mendapatkan dasar
informasi yang valid mengenai Program BSPS.
4. Penyusunan jadwal rinci BSPS berdasarkan dokumen dan diskusi
internal. Penyusunan jadwal rinci ini berfungsi sebagai acuan untuk
menguraikan risiko-risiko yang mungkin timbul selama Kegiatan BSPS..

B. Hasil Internalisasi Nilai ANEKA


Beberapa Nilai ANEKA yang diterapkan pada tahapan persiapan ini adalah:
1. Akuntabilitas, tercermin dari tahapan pengumpulan data-data dan
dokumen-dokumen valid yang berkaitan dengan Kegiatan BSPS.
Pengumpulan data dari pihak-pihak yang kredibel akan membantu untuk
menghasilkan output yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya.
2. Etika Publik, tercermin dari kegiatan diskusi dan meminta masukan dari
pihak-pihak yang terkait dengan Program BSPS. Etika publik juga terlihat
pada saat meminta data-data pihak-pihak terkait.
3. Komitmen Mutu, untuk menjaga kualitas aktualisasi, acuan yang
digunakan adalah acuan yang valid berdasarkan buku panduan ataupun
sisdalmen. Untuk menjaga mutu juga terlihat dari penyusunan ulang jadwal

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT | 19


secara rinci agar risiko-risiko yang muncul dalam Kegiatan BSPS dapat
diminimalisir ataupun dicegah.

C. Dokumentasi
Berikut merupakan dokumentasi dari kegiatan tahap persiapan:

Gambar 3.1 Pengecekan Sisdalmen

3.2. PELAKSANAAN IDENTIFIKASI RISIKO DAN ANALISIS RISIKO


A. Pelaksanaan
Pada tahapan ini, ada 2 hal utama yang dilaksanakan yaitu:
1. Identifikasi Risiko
Identifikasi Risiko merupakan kegiatan untuk menemukan, mengenali, dan
menguraikan risiko-risiko yang mungkin muncul dan dapat menghalangi
suatu organisasi/kegiatan dalam mencapai sasarannya. Pada Program
BSPS, Proses pengidentifikasian risiko ini dapat dilakukan melalui
rangkuman permasalahan yang sudah pernah terjadi di masa lalu, ataupun
prediksi permasalahan yang mungkin muncul dalam pelaksanaan suatu
kegiatan. Hal-hal yang penting dalam Pengidentifikasian risiko, antara lain:
a. Pernyataan Risiko
b. Penyebab
c. Sumber Risiko
d. Dampak Risiko
e. Pemilik Risiko
f. Tahapan Kegiatan

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT | 20


Hal pertama yang perlu diketahui dalam penetapan pernyataan risiko
adalah pengertian risiko itu sendiri. Berdasarkan PP No. 60 Tahun 2008
Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Risiko adalah
kemungkinan kejadian yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran
instansi pemerintah. Unsur-unsur risiko antara lain:

• Peristiwa/kejadian
• Kemungkinan terjadi
• Memiliki dampak

Dalam membuat pernyataan risiko, ketiga unsur tersebut harus dapat


dipenuhi. Contoh pernyataan risiko dalam Penyelenggaraan BSPS adalah:
“Penetapan lokasi penerima bantuan pada Program BSPS bermasalah.”
Apabila diuraikan, maka:

Peristiwa/kejadian : Ya, ada permasalahan penetapan lokasi pada BSPS.

Kemungkinan : Ya, ada kemungkinan terjadi.

Dampak : Penyelenggaraan Program BSPS tidak optimal.

Tahapan selanjutnya setelah pernyataan risiko adalah menjelaskan


penyebab munculnya risiko tersebut, Pada pernyataan risiko tadi,
penyebabnya adalah:

• SOP pengusulan tidak dipatuhi;


• Pengusulan masih manual;
• Pengelompokan lokasi yang ditunjuk oleh pusat tidak sesuai dengan
lokasi di lapangan.

Setelah penyebab risiko diketahui, tahap selanjutnya adalah penentuan


sumber risiko apakah berasal dari internal penyelenggara BSPS ataukah
eksternal. Setelah itu diuraikan pula dampak dari risiko tersebut.
Berdasarkan pernyataan risiko ini, dampak yang mungkin muncul adalah:

• Penyelenggaraan BSPS tidak tepat waktu;


• Mobilisasi TFL antarpulau sulit dan memakan banyak waktu.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT | 21


Setelah penentuan dampak risiko, ditentukan juga pihak-pihak yang terlibat
dan berada di tahapan mana risiko tersebut dapat muncul. Untuk
memudahkan penjabarannya, perhatikan tabel berikut:

No Pernyataan Penyebab Sumber Dampak Risiko Pemilik Tahap


Risiko Risiko Risiko Kegiatan
1 Penetapan SOP pengusulan lokasi Internal Penyelenggaraan Ditjen PP, Persiapan
lokasi tidak dipatuhi; BSPS tidak tepat SNVT,
penerima Pengusulan masih waktu; Mobilisasi TFL Pemkot/
bantuan manual; antarpulau/daerah Pemda,
pada Pengelompokan lokasi sulit dan memakan PPK.
program yang ditunjuk oleh banyak waktu.
BSPS pusat tidak
bermasalah menyesuaikan dengan
situasi di lapangan.
…………………detail terlampir
Tabel 3.1 Identifikasi Risiko

2. Analisis Risiko
Analisis Risiko adalah kegiatan menentukan karakteristik risiko, termasuk
tingkat risikonya, dnegan memerhatikan kemungkinan risiko dan dampak
risikonya. Untuk menentukan tingkat risikonya, diperlukan penyebaran
Kuisioner Skala Risiko terlebih dahulu. Kuisioner Skala Risiko tersebut
mencakup pernyataan risiko, kemungkinan risiko tersebut muncul, dan
dampak risiko. Berikut merupakan contoh penerapannya:

No Pernyataan Pendapat Anggota Rata- Dampak Terhadap Pendapat Anggota Rata-


Risiko Terhadap Skala Rata Capaian Tujuan Terhadap Skala Rata
Kemungkinan Dampak
Terjadi
1 2 3…12 1 2 3…12
1 Penetapan 3 3 3… 3 Penyelenggaraan BSPS 3 3 2… 2.75
lokasi penerima tidak tepat waktu;
bantuan pada Mobilisasi TFL
program BSPS antarpulau/daerah sulit
bermasalah dan memakan banyak
waktu.
…………………detail terlampir

Tabel 3.2 Skala Risiko

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT | 22


Pada tabel tersebut, terdapat 2 skala yang digunakan, yaitu:
• Skala Kemungkinan
1) Sangat jarang
2) Jarang
3) Sering
4) Sangat Sering
• Skala Dampak
1) Sangat kecil
2) Kecil
3) Besar
4) Sangat Besar

Setelah Kuisioner Skala Risiko diisi, tahapan selanjutnya adalah


melakukan rekapitulasi skor. Berikut merupakan contoh rekapitulasi skor
Skala Risiko:

No Pernyataan Pemilik Penyebab Dampak Skor Skor Total Peringkat


Risiko Risiko Risiko Risiko Kemungkinan Dampak
Terjadi
1 Penetapan Ditjen SOP pengusulan Penyelengga- 3 2.75 8.25 5
lokasi penerima PP, lokasi tidak raan BSPS
bantuan pada SNVT, dipatuhi; tidak tepat
Program BSPS Pemkot/ Pengusulan waktu;
bermasalah Pemda masih manual; Mobilisasi
PPK Pengelompokan TFL
lokasi yang antarpulau/
ditunjuk oleh daerah sulit
pusat tidak dan
menyesuaikan memakan
dengan situasi banyak
di lapangan. waktu.
…………………detail terlampir

Tabel 3.3 Rekapitulasi Skor Kemungkinan dan Dampak

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT | 23


Setelah angka Skala Risiko direkapitulasi dan akan muncul Peta Risiko
sebagai dasar analisis seberapa berpengaruh sebuah risiko itu. Berikut
merupakan petunjuk membaca dan Peta Risiko hasil rekapitulasi:

…………………detail terlampir
Gambar 3.3 Petunjuk Membaca Peta Risiko Gambar 3.4 Peta Risiko Hasil Analisis

Titik-titik yang terdapat pada Peta Risiko di atas menunjukkan posisi setiap
Pernyataan Risiko yang telah diidentifikasi. Apabila titik Pernyataan Risiko
semakin dekat ke posisi kanan atas, semakin tinggi tingkat urgensi dari
risiko tersebut. Begitu juga sebaliknya. Berdasarkan Peta Risiko tersebut,
dapat disimpulkan bahwa Daftar Pernyataan Risiko yang telah disusun
tidak ada yang mencapai tahap urgensi tertinggi (area merah).

Berdasarkan hasil Analisis Risiko di atas, diskusi mengenai Mitigasi Risiko


dan Kegiatan Pengendalian sudah dapat dimulai. Kegiatan Mitigasi Risiko
dan Pengendalian dapat mulai disusun berdasarkan pengalaman-
pengalaman pihak-pihak yang terkait pada Kegiatan BSPS di
penyelenggaraan sebelumnya.

B. Hasil Internalisasi Nilai ANEKA


Beberapa Nilai ANEKA yang diterapkan pada tahapan Identifikasi Risiko dan
Analisis Risiko ini adalah:
1. Akuntabilitas, Kegiatan pengisian kuisioner merupakan wujud menjaga
kredibilitas informasi dan membutuhkan integritas yang baik antara

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT | 24


pembagi kuisioner dan pihak-pihak yang mengisi kuisioner. Hasil dari
kuisioner harus dapat dipertanggungjawabkan dan sesuai dengan kondisi
sebenarnya
2. Etika Publik, diskusi internal dan proses penyebaran kuisioner
membutuhkan komunikasi dan sopan santun dalam pelaksanaan. Proses
merekap data dan melaksanakan analisis juga membutuhkan etika publik
yang baik.
3. Komitmen Mutu, pelaksanaan diskusi, kegiatan penyebaran kuisioner
dan diskusi internal menunjukkan komitmen penulis untuk menghasilkan
output yang efektif dan efisien. Kerja sama dengan pihak-pihak terkait juga
merupakan upaya untuk menjaga kualitas output.
4. Anti Korupsi, proses penyebaran dan pengumpulan kuisioner merupakan
tindakan yang berusaha menunjukkan transparansi suatu masalah pada
Kegiatan BSPS.

C. Dokumentasi

Gambar 3.2 Pengisian Kuisioner Gambar 3.3 Rekapitulasi Skala


Dampak Risiko

3.3. PERUMUSAN MITIGASI RISIKO DAN RENCANA TINDAK PENGENDALIAN


RISIKO
A. Pelaksanaan

Pada tahap Perumusan Mitigasi Risiko dan Rencana Tindak Pengendalian


Risiko ini, hal yang pertama dilakukan adalah melaksanakan diskusi dengan
pihak-pihak yang terkait dengan Kegiatan BSPS di Provinsi Maluku. Tujuan dari
pelaksanaan diskusi ini adalah:

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT | 25


1. Mitigasi Risiko
Mitigasi Risiko adalah langkah penanganan risiko untuk mencegah,
menghindari, atau mengurangi kemungkinan-kemungkinan risiko dapat
terjadi. Hal yang penting diperhatikan dalam Mitigasi Risiko adalah mitigasi
terhadap penyebab suatu risiko dan mitigasi terhadap dampak risiko.
Mitigasi terhadap penyebab pada umumnya merupakan tindakan
pencegahan dan mitigasi terhadap dampak tujuannya adalah mengurangi
dampak risiko terhadap tujuan suatu kegiatan. Perhatikan tabel berikut:

No Pernyataan Risiko Penyebab Mitigasi Penyebab Mitigasi Dampak


1 Penetapan lokasi SOP pengusulan lokasi Mensosialisasikan Desa-desa yang
penerima bantuan tidak dipatuhi; penggunaan aplikasi agar memiliki kendala
pada Program Pengusulan masih lebih efektif dan efisien; segera diganti dengan
BSPS bermasalah manual; Memastikan data usulan desa lain dengan
Pengelompokan lokasi dari daerah merupakan jumlah tetap
yang ditunjuk oleh data terbaru yang ada di menyesuaikan dengan
pusat tidak aplikasi; Mendengarkan yang ditetapkan oleh
menyesuaikan dengan saran dari daerah oleh pusat; Pembuatan
situasi di lapangan. pusat untuk penunjukan surat pernyataan oleh
lokasi bantuan BSPS. Kades setempat.

Tabel 3.4 Mitigasi Risiko

2. Rencana Tindak Pengendali Risiko


Pada Kegiatan Penyusunan Rencana Tindak Pengendali Risiko, hal yang
dilakukan adalah melakukan diskusi mengenai tindakan-tindakan
pengendalian apa yang bisa dilakukan untuk mencegah Pernyataan Risiko
terjadi di Kegiatan BSPS. Setelah pelaksanaan diskusi, dibuatlah Tabel
Kegiatan Pengendalian yang mencakup tindakan pengendalian apa yang
sudah dimiliki dan tindakan apa yang perlu dilakukan untuk
memperbaiki/meningkatkan pengendalian yang sudah ada.
Hal lain yang tidak kalah penting adalah mengategorikan jenis-jenis
pengendalian tersebut terhadap 3 hal utama, yaitu tindakan detektif,
tindakan korektif, dan tindakan preventif. Tindakan detektif dikategorikan
sebagai tindakan penanganan apabila suatu risiko terjadi. Tindakan korektif
adalah tindakan perbaikan atau peningkatan mutu. Tindakan preventif

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT | 26


adalah tindakan pencegahan agar suatu risiko tidak terjadi. Berikut
merupakan contoh penerapannya:

No Pernyataan Penyebab Pengendalian Perbaikan Detektif/ Waktu


Risiko yang sudah Pengendalian Korektif/ Pelaksanaan
ada Preventif

1 Penetapan SOP pengusulan SOP, Mensosialisasikan Korektif, Preventif Persiapan


lokasi lokasi tidak Data TNP2K, penggunaan
penerima dipatuhi; Aplikasi aplikasi agar lebih
bantuan Pengusulan SIBARU, efektif dan efisien.
pada masih manual; eRTLH.
Program Pengelompokan
BSPS lokasi yang
bermasalah ditunjuk oleh
pusat tidak
menyesuaikan
dengan situasi
di lapangan.
…………………detail terlampir

Tabel 3.5 Rencana Pengendalian Risiko

Hasil dari kegiatan ini adalah Tabel Mitigasi Risiko dan Rencana Tindak
Pengendalian Risiko yang sudah terisi lengkap berdasarkan diskusi dengan
pihak-pihak yang terkait dengan Kegiatan BSPS. Tabel ini akan menjadi acuan
untuk dalam melaksanakan Tahapan Terakhir Manajemen Risiko, yaitu
Kegiatan Monitoring dan Review selama Kegiatan BSPS berlangsung.

B. Hasil Internalisasi Nilai ANEKA


Beberapa Nilai ANEKA yang diterapkan pada tahapan ini adalah:
1. Akuntabilitas, Perumusan Mitigasi Risiko dan penyusunan daftar Rencana
Tindak Pengendalian Risiko membutuhkan tim yang kredibel dan
berpengalaman di bidangnya agar daftar kendali dapat
dipertanggungjawabkan. Kegiatan diskusi secara bersama-sama bertujuan
untuk menghasilkan hasil analisis yang tepat sasaran dan dapat diterapkan.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT | 27


2. Etika Publik, penerapan etika publik pada tahapan ini terlihat dari kegiatan
diskusi internal. Sikap sopan santun saat berbicara terutama pada saat
menyampaikan pendapat harus dapat dilakukan dengan tepat.
3. Komitmen Mutu, mengadakan kegiatan diskusi pada tahapan ini bertujuan
untuk menjaga kualitas pekerjaan agar tidak melenceng dari tujuan awal
dan menghasilkan output yang dapat diterapkan.

C. Dokumentasi

Gambar 3.4 Perumusan Mitigasi Risiko


dan Tindakan Pengendalian

3.4. PENYUSUNAN DRAFT KONTEN BOOKLET


A. Pelaksanaan
Kegiatan selanjutnya yang dilakukan adalah penyusunan draft konten booklet.
Hal pertama yang penulis lakukan adalah mencari referensi desain booklet
kemudian menyusun tata letak konten. Setelah disusun, langkah selanjutnya
adalah berdiskusi dengan tim ahli mengenai konten booklet yang tepat.
Penambahan konten diluar kegiatan penilaian risiko dimungkinkan untuk
menambah bobot konten booklet.

B. Hasil Internalisasi Nilai ANEKA


Beberapa Nilai ANEKA yang diterapkan pada tahapan ini adalah:
1. Akuntabilitas, tercermin dari kegiatan mencari referensi desain booklet
yang baik dan informatif. Setelah menemukan beberapa bentuk
penyusunan, kemudian dilaksanakan diskusi-diskusi singkat untuk
menentukan konten dan desain yang tepat.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT | 28


2. Etika Publik, terlihat dari kegiatan diskusi dan meminta pendapat dari pihak-
pihak terkait. Kegiatan ini membutuhkan sopan santun.
3. Komitmen Mutu, terlihat dari pengumpulan opsi-opsi desain cover ataupun
konten di dalam buku. Diskusi mengenai konten buku juga bertujuan untuk
menghasilkan kualitas output yang baik.

C. Dokumentasi

Gambar 3.5 Mencari Referensi Booklet

3.5. PRESENTASI HASIL


A. Pelaksanaan
Tahap terakhir adalah presentasi hasil dari kegiatan habituasi. Tabel
Manajemen Risiko dan Booklet dicetak dan hardfile kemudian diberikan kepada
pihak terkait dalam Penyelenggaraan BSPS di lingkun gan SNVT PP Provinsi
Maluku. Untuk softfile juga diberikan kepada internal SNVT sebagai
pertimbangan Penyelenggaraan BSPS di masa depan.

B. Hasil Internalisasi Nilai ANEKA


Beberapa Nilai ANEKA yang diterapkan pada tahapan ini adalah:
1. Akuntabilitas, terlihat dari pencetakan output yang dapat
dipertanggungjawabkan karna melibatkan pihak-pihak terkait pada Kegiatan
BSPS.
2. Nasionalisme, penerapan Manajemen Risiko ini berkaitan dengan Kegiatan
BSPS, yang secara langsung menyentuh rakyat kecil pada pelaksanaannya.
Dengan adanya panduan di kegiatan ini, tentu nantinya akan mampu

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT | 29


membantu masyarakat, terutama mereka yang berpenghasilan rendah dan
berada di daerah tertinggal.
3. Anti Korupsi, terlihat dari pembagian hardfile dan softfile Tabel Manajemen
Risiko dan booklet. Dicetaknya kedua output tersebut menunjukkan bahwa
kegiatan aktualisasi benar-benar di lakukan di lingkungan SNVT PP Provinsi
Maluku.

C. Dokumentasi

Gambar 3.6 Presentasi pada Asisten Gambar 3.7 Presentasi pada PPK Rumah
Kasatker Swadaya

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT | 30


BAB IV

PENUTUP

4.1. KESIMPULAN
Berdasarkan pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi ini, beberapa hal yang bisa
disimpulkan adalah:
1. Pelaksanaan internalisasi nilai-nilai dasar selama proses pengerjaan
aktualisasi dapat berjalan dengan baik. Pelaksanaan internalisasi nilai-nilai
dasar ini juga turut membentuk paradigma baru bagi penulis untuk
melaksanakan setiap kegiatan di lingkungan kerja dengan berpedoman pada
Nilai ANEKA.
2. Penerapan Manajemen Risiko mampu untuk membantu pihak-pihak yang
terlibat dalam Penyelenggaraan BSPS untuk meminimalisir keterlambatan
selama kegiatan. Penerapan Manajemen Risiko ini juga dapat memberikan
deskripsi yang baik kepada pihak-pihak yang terlibat, mengenai hal-hal apa
saja yang bisa menghambat pelaksanaan Kegiatan BSPS.
3. Tabel Manajemen Risiko dan Booklet Penerapan Manajemen Risiko pada
Penyelenggaraan BSPS diharapkan mampu memberikan panduan bagi SNVT
PP pada umumnya dan SNVT PP Provinsi Maluku khususnya, untuk membuat
Manajemen Risiko terlebih dahulu sebelum melaksanakan Penyelenggaraan
BSPS di daerah masing-masihg.
4. Pelaksanaan kegiatan aktualisasi ini diharapkan juga mampu membantu
penulis untuk memenuhi persyaratan kelulusan menjadi Pegawai Negeri Sipil
di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

4.2. SARAN
Dalam penyusunan Manajemen Risiko pada Penyelenggaraan BSPS ini tentu
masih ada beberapa aspek yang masih perlu ditingkatkan, terutama inovasi-inovasi
apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi risiko-risiko.

Monitoring dan Review merupakan elemen yang penting pada Penerapan


Manajemen Risiko. Monitoring dan Review dari Unit Kepatuhan Internal (UKI)
sangat diperlukan untuk menindaklanjuti Uraian Risiko pada Program BSPS.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT | 31


PUSTAKA

Kementerian PUPR. 2018. Surat Edaran Tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan


Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya. Jakarta.

Kementerian PUPR. 2019. Buku Kerja Pendampingan BSPS 2019 Edisi 1.2. Jakarta.

Republik Indonesia. 2008. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah. Jakarta.

Republik Indonesia. 2015. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 Tentang


Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Jakarta.

Republik Indonesia. 2018. Peraturan Menteri PUPR Nomor 20 Tahun 2018 Tentang
Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat. Jakarta.

Republik Indonesia. 2018. Peraturan Menteri PUPR Nomor 7 Tahun 2018 Tentang
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya. Jakarta.

Republik Indonesia. 2019. Peraturan Menteri PUPR Nomor 3 Tahun 2019 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Jakarta.

Rukmana, Dadang. 2019. Manajemen Risiko. Presentasi pada Rapat Koordinasi


Pelaksanaan BSPS Tahun 2019, 23-24 Agustus 2019, Tangerang.

Silalahi, Maringan. 2019. Pengantar Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Presentasi


pada Evaluasi Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA) dan Sosialisasi Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), 19-21 Juni2019, Jogjakarta.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT | 32


LAMPIRAN

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT | 33


REVISI RENCANA KERJA AKTUALISASI

Jadwal Kegiatan (26 Hari)


No. Kegiatan Tahapan Kegiatan
13 14 15 16 19 20 21 22 23 26 27 28 29 30 2 3 4 5 6 9 10 11 12 13 16 17
Diskusi dengan tim ahli untuk persiapan
a.
rancangan aktualisasi
Meminta saran dan rekomendasi satker
b.
ataupun tim ahli
Tahap Persiapan (Pengumpulan
1 Mengumpulkan dokumen yang diperlukan
Dokumen yang diperlukan) c. (SOP, Sisdalmen, dll)

Penyusunan jadwal rinci BSPS berdasarkan


d. dokumen dan diskusi internal

Identifikasi risiko berdasarkan jadwal


a. pelaksanaan Program BSPS

Penyebaran kuisioner berdasarkan


b. Identifikasi Risiko untuk mengetahui skala
dampak risiko
Kalkulasi penilaian skala dampak risiko
c.
Pelaksanaan Identifikasi Risiko dan Melakukan analisis risiko secara kolektif
2 d. dengan tim ahli di SNVT
Analisis Risiko
Analisis peta risiko sekaligus menentukan D D D D D
seberapa besar pengaruh risiko terhadap I I I I I
e.
kegiatan SNVT N N N N N
A A A A A
Penyusunan rekap kegiatan pengendalian S S S S S
risiko baik yang sudah pernah dilakukan
f.
ataupun yang akan dilakukan L L L L L
U U U U U
Diskusi dengan tim ahli untuk A A A A A
merumuskan Mitigasi Risiko dan R R R R R
a. menyusun Kegiatan Pengendali Risiko
yang dapat diimplementasikan
Perumusan Mitigas Risiko dan
3
Daftar Kegiatan Pengendali Risiko
Penyusunan Daftar Mitigasi Risiko dan
Kegiatan Pengendali Risiko berdasarkan
b. jadwal Penyelenggaraan BSPS di Maluku

Mencari referensi desain booklet


a.

Penyusunan tata letak konten di dalam


Penyusunan draft untuk konten b.
4 booklet
booklet
Diskusi dengan tim ahli mengenai konten
c. dalam booklet

d. Pengerjaan booklet
Pencetakan Tabel Manajemen Risiko dan
a.
booklet
5 Presentasi hasil Membagikan Tabel Manajemen Risiko dan
b. booklet kepada pihak-pihak terkait.
IDENTIFIKASI RISIKO

UNIT ORGANISASI : Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) Penyediaan Perumahan Provinsi Maluku
KEGIATAN : Penyelenggaraan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) Provinsi Maluku
TUJUAN KEGIATAN 1. Mendorong Prakarsa dan Upaya Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Rumah Layak Huni Secara Swadaya
2. Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya (PKRS) yang Layak Huni
3.
4.

Internal/
No Pernyataan Risiko Penyebab Dampak pada Capaian Tujuan Pemilik Risiko Tahap Kegiatan
Eksternal
1 2 4 3 8 9 10
1 Penetapan lokasi penerima bantuan pada SOP pengusulan lokasi tidak dipatuhi; Internal Penyelenggaraan BSPS tidak Ditjen Penyediaan Persiapan
Program BSPS bermasalah. Pengusulan masih manual; tepat waktu; Mobilisasi TFL Perumahan, SNVT,
Pengelompokan lokasi yang ditunjuk oleh antarpulau/daerah sulit dan Pemkot/Pemda, PPK
pusat tidak menyesuaikan dengan situasi memakan banyak waktu.
di lapangan.

2 Kapasitas Sumber Daya Manusia Kesatkeran Pemahaman terhadap program, tugas, Internal Penyelenggaraan BSPS tidak Ditjen Penyediaan Persiapan
kurang. dan fungsi kurang. optimal; Koordinasi terhambat. Perumahan, SNVT,
PPK
3 Sebagian besar anggota tim (PPK, KMProv, KI, Tim belum mendapatkan Internal Penyelenggaraan BSPS tidak PPK, KI, KMProv, TFL, Persiapan
TFL, Korfas) belum menguasai lingkup pekerjaan sosialisasi/diklat/workshop berkala optimal; Koordinasi terhambat; Korfas
yang menjadi tanggung jawabnya. tentang tanggung jawab yang mereka Penerima Bantuan sulit
miliki; Kualifikasi TFL dan Korfas masih memahami tujuan BSPS; Hasil
belum memenuhi syarat (kebanyakan sosialisasi tidak berjalan
masih baru) ; Seleksi TFL dan Korfas optimal.
kurang transparan.

4 Banyak tanah yang ditempati oleh masyarakat Tidak adanya kegiatan pengarsipan Eksternal Penyelenggaraan BSPS tidak Pemkot/Pemda, Tim Persiapan
Calon Penerima Bantuan (CPB) merupakan tanah selama ini mengenai kepemilikan tanah tepat waktu; Proses pengurusan Teknis, TFL, Korfas
adat. ada di Provinsi Maluku. dokumen semakin panjang.
5 Ketidaklengkapan dokumen Calon Penerima Akses masyarakat calon penerima Eksternal Penyelenggaraan BSPS tidak KPB, Tim Teknis,TFL, Persiapan
Bantuan BSPS, terutama kepemilikan Sertifikat bantuan ke tempat pengurusan dokumen tepat waktu; Proses pengurusan Korfas, KMProv
Tanah. Masyarakat hanya memiliki Surat cukup jauh. Dikarenakan kondisi ekonomi dokumen semakin panjang.
Keterangan Kepemilikan Tanah yang diterbitkan dan ketidaktahuan, banyak masyarakat
Kepala Desa setempat. yang mengabaikan pentingnya sertifikat
kepemilikan tanah; Data RTLH PKP dan
Data TNP2K belum update.

6 Sosialiasasi Penyelenggaraan BSPS kepada Masyarakat kurang memahami bahasa Eksternal Penyelenggaraan BSPS tidak Tim Teknis, TFL, Persiapan
masyarakat secara kolektif belum maksimal. teknis dan memiliki kecenderungan segan optimal; Masyarakat keliru Korfas, KMProv
bertanya. mengenai tujuan utama BSPS;
Pembangunan rumah
mengalami banyak masalah.
7 Pembatalan menerima bantuan pembangunan Calon penerima bantuan sudah menerima Eksternal Penyelenggaraan BSPS tidak Tim Teknis, TFL, Persiapan
rumah oleh calon penerima bantuan. bantuan sejenis dari dinas/instansi lain. optimal; Dibutuhkan waktu Korfas, KMProv, PPK
tambahan untuk mencari Calon
Penerima Bantuan lainnya.

8 Perubahan nama Calon Penerima Bantuan BSPS Kekeliruan dalam pendataan masyarakat Internal Penyelenggaraan BSPS tidak Tim Teknis, TFL, Persiapan
setelah tahap verifikasi awal. berpenghasilan rendah; Pendataan yang tepat waktu; Dibutuhkan waktu Korfas, KMProv, PPK
kurang maksimal; CPB menerima bantuan tambahan untuk mencari Calon
sejenis dari instansi lain; CPB meninggal Penerima Bantuan lainnya.
dunia.
9 Kegiatan verifikasi rumah yang memerlukan Proses identifikasi dalam verifikasi Internal Penyelenggaraan BSPS tidak Tim Teknis, TFL, Persiapan
bantuan tidak tepat waktu. memerlukan waktu yg cukup lama karna tepat waktu; Kegiatan Korfas, KMProv
bersifat spesifik setiap rumah; Lokasi pembangunan rumah
Kegiatan BSPS cukup sulit; Kemampuan mengalami keterlambatan.
TFL dan Korfas juga masih belum
mumpuni karna kebanyakan dari mereka
masih baru dan belum berpengalaman.
10 Ketergantungan BSPS pada toko bangunan Hanya tersedia beberapa toko bangunan Eksternal Penyelenggaraan BSPS tidak KPB, TFL, Korfas, Persiapan
tertentu. yang memenuhi syarat; Banyak dari toko optimal; Toko bangunan yang Pemilik Toko
yang menolak sistem pembayaran yang terlibat hanya beberapa saja
dilakukan pada Penyelenggaraan BSPS; dan menyalahi aturan; Suplai
Pembimbingan TFL terhadap masyarakat bahan bangunan tidak bisa
dalam memilih toko belum maksimal. sekaligus.

11 Koordinasi antar TFL, Korfas, Tim Teknis, dan Keterbatasan bahasa teknis dan Internal Penyelenggaraan BSPS tidak KPB, Tim Teknis, TFL, Persiapan
Penerima Bantuan tidak berjalan maksimal. kemampuan masyarakat dalam menerima optimal; Koordinasi sulit dan Korfas, KMProv
informasi dan melaksanakan anjuran; membutuhkan persiapan jauh-
Jarak akses tim dengan lokasi Penerima jauh hari.
bantuan bervariasi dan kebanyakan
sangat jauh.

12 Keterbatasan jumlah dan kemampuan Tukang yang bekerja dalam Eksternal Penyelenggaraan BSPS tidak KPB, TFL, Korfas, Pelaksanaan
tukang/masyarakat yang berswadaya. pembangunan dan perbaikan rumah optimal; Bangunan tidak sesuai KMProv, PPK
swadaya adalah masyarakat setempat dengan standar; Bangunan
dan memiliki pekerjaan lain. tidak selesai tepat waktu;
Keswadayaan masyarakat tidak
berjalan.
13 Keterlambatan penyaluran bahan bangunan ke Keterbatasan transportasi terutama untuk Eksternal Penyelenggaraan BSPS tidak KPB, TFL, Korfas, Pelaksanaan
beberapa lokasi Penyelenggaraan BSPS. daerah yang hanya bisa diakses melalui tepat waktu; Beberapa KMProv, PPK
jalur air dan udara; Gangguan cuaca. pekerjaan bangunan harus
menunggu material lain datang
sebelum menggunakan material
yang tersedia; Pekerjaan
bangunan tertunda berkali-kali.

14 Proses penyaluran dana ke penerima bantuan Beberapa dokumen belum dipenuhi Internal Penyelenggaraan BSPS tidak Pemilik Toko, Bank, Pelaksanaan
dan pembayaran kepada toko bangunan sering sehingga bank menunda menyalurkan optimal; Proses pembayaran ke SNVT, Korfas, TFL, KPB
mengalami keterlambatan. dana ke Penerima Bantuan; Beberapa toko bangunan tertunda; Toko
dokumen juga belum dipenuhi sehingga bangunan menunda penyaluran
pihak bank menunda untuk menyalurkan bahan bangunan tahap
pembayaran ke toko bangunan; Personil selanjutnya akibat tidak mampu
pihak bank terbatas. menanggung biaya operasional.
15 Pembangunan beberapa lokasi tertunda akibat Masyarakat masih taat berbagai kegiatan Eksternal Penyelenggaraan BSPS tidak Tim Teknis, TFL, Pelaksanaan
kegiatan adat dan Hari Raya Lebaran. adat yang mensyaratkan untuk fokus tepat waktu; Pekerjaan Korfas, KMProv, PPK
dalam pelaksanaannya, sehingga kegiatan bangunan harus tertunda.
pembangunan tidak dapat dilaksanakan.

16 Rumah yang dibangun tidak sesuai dengan Kecenderungan tukang untuk Eksternal Penyelenggaraan BSPS tidak TFL, Korfas, KMProv, Pelaksanaan
standar yang telah ditetapkan. melaksanakan kegiatan berdasarkan optimal; Bangunan rumah tidak PPK
pengalaman dan kebiasaan turun- memenuhi standar layak huni;
temurun; Pembimbingan oleh TFL kepada Masyarakat gagal mendapatkan
masyarakat belum maksimal. edukasi dari Penyelenggaraan
BSPS.
17 Laporan progress pembangunan rumah swadaya Kurangnya kunjungan dan dokumentasi Internal Laporan tidak akuntabel; TFL, Korfas, KMProv, Pelaporan
pada SIRUS belum maksimal dan KMProv dan Korfas ke lokasi Kredibilitas tim dipertanyakan; PPK
rawan/berpotensi dimanipulasi. penyelenggaran BSPS; Akses internet Pada saat evaluasi nasional,
terbatas. penilaian terhadap SNVT buruk.

18 Informasi permasalahan di lapangan tidak KMProv dan Korfas bekerja kurang Internal Laporan tidak akuntabel; TFL, Korfas, KMProv, Pelaporan
diinput ke SIRUS. maksimal dalam pengisian isian di SIRUS; Kredibilitas tim dipertanyakan; PPK
Akses internet terbatas. Masalah yang muncul di
lapangan sulit diselesaikan.

19 Informasi progress pekerjaan mingguan dan KMProv bekerja kurang maksimal dalam Internal Laporan tidak akuntabel; TFL, Korfas, KMProv, Pelaporan
bulanan belum maksimal. merangkum laporan; Korfas tidak Kredibilitas tim dipertanyakan; PPK
mendokumentasikan laporan sesuai Pada saat evaluasi nasional,
dengan prosedur yang ada; Akses internet penilaian terhadap SNVT buruk.
terbatas.
Kertas Kerja Pengisian Skala Dampak dan Kemungkinan

Pendapat Anggota kelompok terhadap Skala


Rata- Pendapat anggota kelompok terhadap Skala Dampak Rata-
No Pernyataan Resiko Kemungkinan Dampak
Rata Rata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Penetapan lokasi penerima bantuan pada Program 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Penyelenggaraan BSPS tidak tepat waktu; 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2.75
BSPS bermasalah. Mobilisasi TFL antarpulau/daerah sulit dan
memakan banyak waktu.
2 Kapasitas Sumber Daya Manusia Kesatkeran kurang. 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2.58 Penyelenggaraan BSPS tidak optimal; Koordinasi 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2.25
terhambat.
3 Sebagian besar anggota tim (PPK, KMProv, KI, TFL, 2 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2.58 Penyelenggaraan BSPS tidak optimal; Koordinasi 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2.75
Korfas) belum menguasai lingkup pekerjaan yang terhambat; Penerima Bantuan sulit memahami
menjadi tanggung jawabnya. tujuan BSPS; Hasil sosialisasi tidak berjalan optimal.

4 Banyak tanah yang ditempati oleh masyarakat Calon 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3.25 Penyelenggaraan BSPS tidak tepat waktu; Proses 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2.25
Penerima Bantuan (CPB) merupakan tanah adat. pengurusan dokumen semakin panjang.

5 Ketidaklengkapan dokumen Calon Penerima 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2.83 Penyelenggaraan BSPS tidak tepat waktu; Proses 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2.25
Bantuan BSPS, terutama kepemilikan Sertifikat pengurusan dokumen semakin panjang.
Tanah. Masyarakat hanya memiliki Surat
Keterangan Kepemilikan Tanah yang diterbitkan
Kepala Desa setempat.
6 Sosialiasasi Penyelenggaraan BSPS kepada 3 4 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2.75 Penyelenggaraan BSPS tidak optimal; Masyarakat 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2.167
masyarakat secara kolektif belum maksimal. keliru mengenai tujuan utama BSPS;
Pembangunan rumah mengalami banyak masalah.

7 Pembatalan menerima bantuan pembangunan 3 3 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1.92 Penyelenggaraan BSPS tidak optimal; Dibutuhkan 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1.833
rumah oleh calon penerima bantuan. waktu tambahan untuk mencari Calon Penerima
Bantuan lainnya.
8 Perubahan nama Calon Penerima Bantuan BSPS 3 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1.92 Penyelenggaraan BSPS tidak tepat waktu; 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
setelah tahap verifikasi awal. Dibutuhkan waktu tambahan untuk mencari Calon
Penerima Bantuan lainnya.
9 Kegiatan verifikasi rumah yang memerlukan 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3.08 Penyelenggaraan BSPS tidak tepat waktu; Kegiatan 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2.75
bantuan tidak tepat waktu. pembangunan rumah mengalami keterlambatan.

10 Ketergantungan BSPS pada toko bangunan 2 3 2 2 2 2 1 3 3 2 2 2 2.17 Penyelenggaraan BSPS tidak optimal; Toko 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2.167
tertentu. bangunan yang terlibat hanya beberapa saja dan
menyalahi aturan; Suplai bahan bangunan tidak
bisa sekaligus.
11 Koordinasi antar TFL, Korfas, Tim Teknis, dan 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2.83 Penyelenggaraan BSPS tidak optimal; Koordinasi 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2.667
Penerima Bantuan tidak berjalan maksimal. sulit dan membutuhkan persiapan jauh-jauh hari.

12 Keterbatasan jumlah dan kemampuan 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2.83 Penyelenggaraan BSPS tidak optimal; Bangunan 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2.833
tukang/masyarakat yang berswadaya. tidak sesuai dengan standar; Bangunan tidak
selesai tepat waktu; Keswadayaan masyarakat
tidak berjalan.
13 Keterlambatan penyaluran bahan bangunan ke 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3.08 Penyelenggaraan BSPS tidak tepat waktu; 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2.833
beberapa lokasi Penyelenggaraan BSPS. Beberapa pekerjaan bangunan harus menunggu
material lain datang sebelum menggunakan
material yang tersedia; Pekerjaan bangunan
tertunda berkali-kali.
14 Proses penyaluran dana ke penerima bantuan dan 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2.83 Penyelenggaraan BSPS tidak optimal; Proses 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2.917
pembayaran kepada toko bangunan sering pembayaran ke toko bangunan tertunda; Toko
mengalami keterlambatan. bangunan menunda penyaluran bahan bangunan
tahap selanjutnya akibat tidak mampu
menanggung biaya operasional.
15 Pembangunan beberapa lokasi tertunda akibat 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 2 3 2.92 Penyelenggaraan BSPS tidak tepat waktu; 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2.083
kegiatan adat dan Hari Raya Lebaran. Pekerjaan bangunan harus tertunda.
16 Rumah yang dibangun tidak sesuai dengan standar 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2.83 Penyelenggaraan BSPS tidak optimal; Bangunan 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2.75
yang telah ditetapkan. rumah tidak memenuhi standar layak huni;
Masyarakat gagal mendapatkan edukasi dari
Penyelenggaraan BSPS.
17 Laporan progress pembangunan rumah swadaya 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Laporan tidak akuntabel; Kredibilitas tim 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2.833
pada SIRUS belum maksimal dan rawan/berpotensi dipertanyakan; Pada saat evaluasi nasional,
dimanipulasi. penilaian terhadap SNVT buruk.
18 Informasi permasalahan di lapangan tidak diinput 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3.25 Laporan tidak akuntabel; Kredibilitas tim 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2.5
ke SIRUS. dipertanyakan; Masalah yang muncul di lapangan
sulit diselesaikan.
19 Informasi progress pekerjaan mingguan dan 3 4 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3.08 Laporan tidak akuntabel; Kredibilitas tim 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2.667
bulanan belum maksimal. dipertanyakan; Pada saat evaluasi nasional,
penilaian terhadap SNVT buruk.

Skala Kemungkinan Skala Dampak


1 Sangat jarang 1 Sangat kecil
2 Jarang 2 Kecil
3 Sering 3 Besar
4 Sangat sering 4 Sangat besar
HASIL ANALISIS RISIKO

UNIT ORGANISASI : Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) Penyediaan Perumahan Provinsi Maluku
KEGIATAN : Penyelenggaraan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) Provinsi Maluku
TUJUAN KEGIATAN 1. Mendorong Prakarsa dan Upaya Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Rumah Layak Huni Secara Swadaya
2. Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya (PKRS) yang Layak Huni
3.
4.

Skor
Skor Total Skor
No Pernyataan Risiko Pemilik Risiko Penyebab Dampak pada Capaian Tujuan Kemungkinan Rangking
Dampak (6x7)
terjadi
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Penetapan lokasi penerima bantuan pada Ditjen Penyediaan SOP pengusulan lokasi tidak dipatuhi; Penyelenggaraan BSPS tidak tepat 3.00 2.75 8.25 5
Program BSPS bermasalah. Perumahan, SNVT, Pengusulan masih manual; waktu; Mobilisasi TFL
Pemkot/Pemda, Pengelompokan lokasi yang ditunjuk antarpulau/daerah sulit dan
PPK oleh pusat tidak menyesuaikan memakan banyak waktu.
dengan situasi di lapangan.

2 Kapasitas Sumber Daya Manusia Ditjen Penyediaan Pemahaman terhadap program, Penyelenggaraan BSPS tidak optimal; 2.58 2.25 5.81 16
Kesatkeran kurang. Perumahan, SNVT, tugas, dan fungsi kurang. Koordinasi terhambat.
PPK

3 Sebagian besar anggota tim (PPK, KMProv, PPK, KI, KMProv, Tim belum mendapatkan Penyelenggaraan BSPS tidak optimal; 2.58 2.75 7.10 12
KI, TFL, Korfas) belum menguasai lingkup TFL, Korfas sosialisasi/diklat/workshop berkala Koordinasi terhambat; Penerima
pekerjaan yang menjadi tanggung tentang tanggung jawab yang mereka Bantuan sulit memahami tujuan
jawabnya. miliki; Kualifikasi TFL dan Korfas BSPS; Hasil sosialisasi tidak berjalan
masih belum memenuhi syarat optimal.
(kebanyakan masih baru) ; Seleksi TFL
dan Korfas kurang transparan.

4 Banyak tanah yang ditempati oleh Pemkot/Pemda, Tidak adanya kegiatan pengarsipan Penyelenggaraan BSPS tidak tepat 3.25 2.25 7.31 11
masyarakat Calon Penerima Bantuan (CPB) Tim Teknis, TFL, selama ini mengenai kepemilikan waktu; Proses pengurusan dokumen
merupakan tanah adat. Korfas tanah ada di Provinsi Maluku. semakin panjang.
5 Ketidaklengkapan dokumen Calon KPB, Tim Akses masyarakat calon penerima Penyelenggaraan BSPS tidak tepat 2.83 2.25 6.38 13
Penerima Bantuan BSPS, terutama Teknis,TFL, Korfas, bantuan ke tempat pengurusan waktu; Proses pengurusan dokumen
kepemilikan Sertifikat Tanah. Masyarakat KMProv dokumen cukup jauh. Dikarenakan semakin panjang.
hanya memiliki Surat Keterangan kondisi ekonomi dan ketidaktahuan,
Kepemilikan Tanah yang diterbitkan Kepala banyak masyarakat yang
Desa setempat. mengabaikan pentingnya sertifikat
kepemilikan tanah; Data RTLH PKP
dan Data TNP2K belum update.

6 Sosialiasasi Penyelenggaraan BSPS kepada Tim Teknis, TFL, Masyarakat kurang memahami Penyelenggaraan BSPS tidak optimal; 2.75 2.17 5.96 15
masyarakat secara kolektif belum Korfas, KMProv bahasa teknis dan memiliki Masyarakat keliru mengenai tujuan
maksimal. kecenderungan segan bertanya. utama BSPS; Pembangunan rumah
mengalami banyak masalah.

7 Pembatalan menerima bantuan Tim Teknis, TFL, Calon penerima bantuan sudah Penyelenggaraan BSPS tidak optimal; 1.92 1.83 3.51 19
pembangunan rumah oleh calon penerima Korfas, KMProv, menerima bantuan sejenis dari Dibutuhkan waktu tambahan untuk
bantuan. PPK dinas/instansi lain. mencari Calon Penerima Bantuan
lainnya.
8 Perubahan nama Calon Penerima Bantuan Tim Teknis, TFL, Kekeliruan dalam pendataan Penyelenggaraan BSPS tidak tepat 1.92 2.00 3.83 18
BSPS setelah tahap verifikasi awal. Korfas, KMProv, masyarakat berpenghasilan rendah; waktu; Dibutuhkan waktu tambahan
PPK Pendataan yang kurang maksimal; untuk mencari Calon Penerima
CPB menerima bantuan sejenis dari Bantuan lainnya.
instansi lain; CPB meninggal dunia.

9 Kegiatan verifikasi rumah yang Tim Teknis, TFL, Proses identifikasi dalam verifikasi Penyelenggaraan BSPS tidak tepat 3.08 2.75 8.48 3
memerlukan bantuan tidak tepat waktu. Korfas, KMProv memerlukan waktu yg cukup lama waktu; Kegiatan pembangunan
karna bersifat spesifik setiap rumah; rumah mengalami keterlambatan.
Lokasi Kegiatan BSPS cukup sulit;
Kemampuan TFL dan Korfas juga
masih belum mumpuni karna
kebanyakan dari mereka masih baru
dan belum berpengalaman.
10 Ketergantungan BSPS pada toko bangunan KPB, TFL, Korfas, Hanya tersedia beberapa toko Penyelenggaraan BSPS tidak optimal; 2.17 2.17 4.69 17
tertentu. Pemilik Toko bangunan yang memenuhi syarat; Toko bangunan yang terlibat hanya
Banyak dari toko yang menolak beberapa saja dan menyalahi aturan;
sistem pembayaran yang dilakukan Suplai bahan bangunan tidak bisa
pada Penyelenggaraan BSPS; sekaligus.
Pembimbingan TFL terhadap
masyarakat dalam memilih toko
belum maksimal.
11 Koordinasi antar TFL, Korfas, Tim Teknis, KPB, Tim Teknis, Keterbatasan bahasa teknis dan Penyelenggaraan BSPS tidak optimal; 2.83 2.67 7.56 10
dan Penerima Bantuan tidak berjalan TFL, Korfas, kemampuan masyarakat dalam Koordinasi sulit dan membutuhkan
maksimal. KMProv menerima informasi dan persiapan jauh-jauh hari.
melaksanakan anjuran; Jarak akses
tim dengan lokasi Penerima bantuan
bervariasi dan kebanyakan sangat
jauh.
12 Keterbatasan jumlah dan kemampuan KPB, TFL, Korfas, Tukang yang bekerja dalam Penyelenggaraan BSPS tidak optimal; 2.83 2.83 8.03 8
tukang/masyarakat yang berswadaya. KMProv, PPK pembangunan dan perbaikan rumah Bangunan tidak sesuai dengan
swadaya adalah masyarakat standar; Bangunan tidak selesai
setempat dan memiliki pekerjaan tepat waktu; Keswadayaan
lain. masyarakat tidak berjalan.

13 Keterlambatan penyaluran bahan KPB, TFL, Korfas, Keterbatasan transportasi terutama Penyelenggaraan BSPS tidak tepat 3.08 2.83 8.74 1
bangunan ke beberapa lokasi KMProv, PPK untuk daerah yang hanya bisa diakses waktu; Beberapa pekerjaan
Penyelenggaraan BSPS. melalui jalur air dan udara; Gangguan bangunan harus menunggu material
cuaca. lain datang sebelum menggunakan
material yang tersedia; Pekerjaan
bangunan tertunda berkali-kali.

14 Proses penyaluran dana ke penerima Pemilik Toko, Beberapa dokumen belum dipenuhi Penyelenggaraan BSPS tidak optimal; 2.83 2.92 8.26 4
bantuan dan pembayaran kepada toko Bank, SNVT, sehingga bank menunda Proses pembayaran ke toko
bangunan sering mengalami Korfas, TFL, KPB menyalurkan dana ke Penerima bangunan tertunda; Toko bangunan
keterlambatan. Bantuan; Beberapa dokumen juga menunda penyaluran bahan
belum dipenuhi sehingga pihak bank bangunan tahap selanjutnya akibat
menunda untuk menyalurkan tidak mampu menanggung biaya
pembayaran ke toko bangunan; operasional.
Personil pihak bank terbatas.

15 Pembangunan beberapa lokasi tertunda Tim Teknis, TFL, Masyarakat masih taat berbagai Penyelenggaraan BSPS tidak tepat 2.92 2.08 6.08 14
akibat kegiatan adat dan Hari Raya Korfas, KMProv, kegiatan adat yang mensyaratkan waktu; Pekerjaan bangunan harus
Lebaran. PPK untuk fokus dalam pelaksanaannya, tertunda.
sehingga kegiatan pembangunan
tidak dapat dilaksanakan.
16 Rumah yang dibangun tidak sesuai dengan TFL, Korfas, Kecenderungan tukang untuk Penyelenggaraan BSPS tidak optimal; 2.83 2.75 7.79 9
standar yang telah ditetapkan. KMProv, PPK melaksanakan kegiatan berdasarkan Bangunan rumah tidak memenuhi
pengalaman dan kebiasaan turun- standar layak huni; Masyarakat gagal
temurun; Pembimbingan oleh TFL mendapatkan edukasi dari
kepada masyarakat belum maksimal. Penyelenggaraan BSPS.

17 Laporan progress pembangunan rumah TFL, Korfas, Kurangnya kunjungan dan Laporan tidak akuntabel; Kredibilitas 3.00 2.83 8.50 2
swadaya pada SIRUS belum maksimal dan KMProv, PPK dokumentasi KMProv dan Korfas ke tim dipertanyakan; Pada saat
rawan/berpotensi dimanipulasi. lokasi penyelenggaran BSPS; Akses evaluasi nasional, penilaian terhadap
internet terbatas. SNVT buruk.
18 Informasi permasalahan di lapangan tidak TFL, Korfas, KMProv dan Korfas bekerja kurang Laporan tidak akuntabel; Kredibilitas 3.25 2.50 8.13 7
diinput ke SIRUS. KMProv, PPK maksimal dalam pengisian isian di tim dipertanyakan; Masalah yang
SIRUS; Akses internet terbatas. muncul di lapangan sulit
diselesaikan.
19 Informasi progress pekerjaan mingguan TFL, Korfas, KMProv bekerja kurang maksimal Laporan tidak akuntabel; Kredibilitas 3.08 2.67 8.22 6
dan bulanan belum maksimal. KMProv, PPK dalam merangkum laporan; Korfas tim dipertanyakan; Pada saat
tidak mendokumentasikan laporan evaluasi nasional, penilaian terhadap
sesuai dengan prosedur yang ada; SNVT buruk.
Akses internet terbatas.
PETA RISIKO
4.00

3.50

3.00
Dampak

2.50

2.00

1.50

1.00
1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00
Kemungkinan
MITIGASI RISIKO

UNIT ORGANISASI : Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) Penyediaan Perumahan Provinsi Maluku
KEGIATAN : Penyelenggaraan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) Provinsi Maluku
TUJUAN KEGIATAN 1. Mendorong Prakarsa dan Upaya Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Rumah Layak Huni Secara Swadaya
2. Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya (PKRS) yang Layak Huni
3.
4.

No Pernyataan Risiko Penyebab Mitigasi Penyebab Mitigasi Dampak

1 2 3 4 5
1 Penetapan lokasi penerima bantuan SOP pengusulan lokasi tidak dipatuhi; Mensosialisasikan penggunaan Desa-desa yang memiliki kendala
pada Program BSPS bermasalah. Pengusulan masih manual; Pengelompokan aplikasi agar lebih efektif dan efisien; segera diganti dengan desa lain tapi
lokasi yang ditunjuk oleh pusat tidak Memastikan data usulan dari daerah jumlah tetap menyesuaikan dengan
menyesuaikan dengan situasi di lapangan. merupakan data terbaru yang ada di yang ditetapkan pusat; Pembuatan
aplikasi; Mendengarkan saran dari surat pernyataan oleh Kades
daerah oleh pusat untuk penunjukan setempat.
lokasi bantuan BSPS.

2 Kapasitas Sumber Daya Manusia Pemahaman terhadap program, tugas, dan Pelaksanaan pembekalan berkala Melakukan penilaian kinerja
Kesatkeran kurang. fungsi kurang. hingga Pelaksanaan BSPS selesai; antarpihak yang terlibat di Kegiatan
Mendorong pihak terkait untuk BSPS pada saat evaluasi. Evaluasi
mengikuti Pendidikan dan Pelatihan sendiri sebaiknya dilakukan secara
yang diselenggarakan PUPR. berkala.

3 Sebagian besar anggota tim (PPK, Tim belum mendapatkan Perbaikan seleksi TFL dan Korfas agar Evaluasi kinerja secara berkala dan
KMProv, KI, TFL, Korfas) belum sosialisasi/diklat/workshop berkala tentang lebih transparan; Rekam jejak berjenjang; Pengendalian melalui
menguasai lingkup pekerjaan yang tanggung jawab yang mereka miliki; pekerjaan harus lebih diperhatikan; gaji; Permintaan untuk membuat
menjadi tanggung jawabnya. Kualifikasi TFL dan Korfas masih belum Latar belakang pendidikan harus laporan berkala setiap bulannya.
memenuhi syarat (kebanyakan masih baru) dijadikan pertimbangan; Pelatihan
; Seleksi TFL dan Korfas kurang transparan. yang lebih terorganisir dan intens
bagi TFL..
4 Banyak tanah yang ditempati oleh Tidak adanya kegiatan pengarsipan selama Komunikasi dengan Pemangku Adat
masyarakat Calon Penerima Bantuan ini mengenai kepemilikan tanah ada di setempat atau Tetua Desa;
(CPB) merupakan tanah adat. Provinsi Maluku. Menyiapkan Surat
- keterangan/pernyataan yang
ditandatangani oleh Pemangku Adat
setempat.
5 Ketidaklengkapan dokumen Calon Pelaksanaan pendataan yang benar di awal; Pelaksanaan pendataan yang benar Bekerjasama dengan Intansi terkait
Penerima Bantuan BSPS, terutama Tindakan edukasi pada masyarakat akan di awal; Tindakan edukasi pada seperti Dukcapil untuk melengkapi
kepemilikan Sertifikat Tanah. pentingnya melengkapi dokumen. masyarakat akan pentingnya data-data masyarakat; Membantu
Masyarakat hanya memiliki Surat melengkapi dokumen. masyarakat melengkapi dokumen-
Keterangan Kepemilikan Tanah yang dokumen yang menjadi persyaratan;
diterbitkan Kepala Desa setempat. Mencari Calon Penerima Baru.

6 Sosialiasasi Penyelenggaraan BSPS Masyarakat kurang memahami bahasa Penggunaan brosur dan ilustrasi Melaksanakan sosialisasi dari rumah-
kepada masyarakat secara kolektif teknis dan memiliki kecenderungan segan informatif pada saat pelaksanaan rumah oleh TFL dan Korfas pada saat
belum maksimal. bertanya. sosialisasi; Pembekalan cara pendataan keswadayaan yang
berkomunikasi yang baik bagi TFL dimiliki oleh Calon Penerima
dan Korfas. Bantuan.

7 Pembatalan menerima bantuan Calon penerima bantuan sudah menerima Mengingatkan masyarakat untuk Menyiapkan surat pernyataan
pembangunan rumah oleh calon bantuan sejenis dari dinas/instansi lain. tidak mengikuti kegiatan sejenis pembatalan dan mencari calon
penerima bantuan. selama menerima Program BSPS penerima bantuan baru.
berlangsung.

8 Perubahan nama Calon Penerima Kekeliruan dalam pendataan masyarakat Pemeriksaan lebih teliti terhadap Mencari calon penerima bantuan
Bantuan BSPS setelah tahap verifikasi berpenghasilan rendah; Pendataan yang dokumen-dokumen yang dimiliki oleh baru dengan segera; Memastikan
awal. kurang maksimal; CPB menerima bantuan masyarakat; Komunikasi personal calon penerima bantuan baru
sejenis dari instansi lain; CPB meninggal dengan masyarakat secara berkala. memenuhi persyaratan; Percepatan
dunia. pengurusan dokumen.
9 Kegiatan verifikasi rumah yang Proses identifikasi dalam verifikasi Peningkatan kompetensi tim Mengingatkan TFL dan Korfas untuk
memerlukan bantuan tidak tepat waktu. memerlukan waktu yg cukup lama karna verifikasi di lapangan; mempercepat proses verifikasi;
bersifat spesifik setiap rumah; Lokasi Memberdayakan kendaraan yang Pengetatan deadline verifikasi.
Kegiatan BSPS cukup sulit; Kemampuan TFL dimiliki masyarakat setempat
dan Korfas juga masih belum mumpuni ataupun milik Pemda; Penerapan
karna kebanyakan dari mereka masih baru deadline pada setiap tahapan
dan belum berpengalaman. kegiatan verifikasi.

10 Ketergantungan BSPS pada toko Hanya tersedia beberapa toko bangunan Pemetaan dan pendataan lokasi- Bila terpaksa mengambil dari toko
bangunan tertentu. yang memenuhi syarat; Banyak dari toko lokasi toko bangunan yang selama ini bangunan yang sama, harus disertai
yang menolak sistem pembayaran yang sudah memenuhi kriteria; Berita Acara yang menyatakan
dilakukan pada Penyelenggaraan BSPS; Merekomendasikan toko bangunan bahwa beberapa toko bangunan lain
Pembimbingan TFL terhadap masyarakat yang memenuhi syarat di tidak memenuhi persyaratan.
dalam memilih toko belum maksimal. Penyelenggaraan BSPS sebelumnya,
kepada masyarakat yang melakukan
survey.
11 Koordinasi antar TFL, Korfas, Tim Teknis, Keterbatasan bahasa teknis dan Pendampingan yang lebih baik oleh Peningkatan kualitas koordinasi
dan Penerima Bantuan tidak berjalan kemampuan masyarakat dalam menerima TFL dengan memberikan alasan- dengan mencantumkan prioritas
maksimal. informasi dan melaksanakan anjuran; Jarak alasan yang lebih mudah dimengerti pembahasan pada saat pertemuan.
akses tim dengan lokasi Penerima bantuan masyarakat; Menyesuaikan waktu
bervariasi dan kebanyakan sangat jauh. dengan memperhatikan jadwal
keberangkatan transportasi menuju
lokasi.

12 Keterbatasan jumlah dan kemampuan Tukang yang bekerja dalam pembangunan Mengatur jadwal pekerjaan yang Mengajak masyarakat lain untuk ikut
tukang/masyarakat yang berswadaya. dan perbaikan rumah swadaya adalah disetujui oleh tukang, KPB, dan TFL; berswadaya (menambah jumlah
masyarakat setempat dan memiliki Mengajak masyarakat untuk ikut terutama dari masyarakat yang
pekerjaan lain. berswadaya, tidak hanya sudah selesai membangun) dengan
menyaksikan Penyelenggaraan BSPS. ikut membantu pada saat proses
pembangunan berlangsung.
13 Keterlambatan penyaluran bahan Keterbatasan transportasi terutama untuk Menentukan waktu keberangkatan Bekerjasama dengan pemerintah
bangunan ke beberapa lokasi daerah yang hanya bisa diakses melalui dari jauh-jauh hari dengan daerah untuk menyiapkan kendaraan
Penyelenggaraan BSPS. jalur air dan udara; Gangguan cuaca. memperhatikan ketersediaan pengangkut; Menghimpun
kendaraan dan jadwal keberangkatan keswadayaan dari masyarakat untuk
kapal. jasa pengangkutan.

14 Proses penyaluran dana ke penerima Beberapa dokumen belum dipenuhi Pembekalan mengenai alur Mengingatkan kepada bank penyalur
bantuan dan pembayaran kepada toko sehingga bank menunda menyalurkan dana pencairan dana ke tabungan kepada untuk segera menyalurkan dana.
bangunan sering mengalami ke Penerima Bantuan; Beberapa dokumen TFL dan pihak bank. Perbaikan proses
keterlambatan. juga belum dipenuhi sehingga pihak bank seleksi bank, terutama kecukupan
menunda untuk menyalurkan pembayaran personil.
ke toko bangunan; Personil pihak bank
terbatas.

15 Pembangunan beberapa lokasi tertunda Masyarakat masih taat berbagai kegiatan Melakukan pendataan acara adat Pelaksaan pembangunan dipecepat
akibat kegiatan adat dan Hari Raya adat yang mensyaratkan untuk fokus dalam yang berlangsung di setiap bulannya; dengan memanfaatkan keswadayaan
Lebaran. pelaksanaannya, sehingga kegiatan Mengatur jadwal yang saling masyarakat, beberapa proses
pembangunan tidak dapat dilaksanakan. berkesinambungan dengan kegiatan seharusnya bisa diselesaikan
Hari Raya Lebaran; Percepatan sebelum Hari Raya Lebaran.
pembangunan.
16 Rumah yang dibangun tidak sesuai Kecenderungan tukang untuk Penegasan oleh TFL kepada tukang Pelaksanaan perbaikan; Pembuatan
dengan standar yang telah ditetapkan. melaksanakan kegiatan berdasarkan untuk mengikuti penjelasan teknis disertai surat
pengalaman dan kebiasaan turun-temurun; Juknis;Mengingatkan secara berkala pernyataan oleh pemilik rumah.
Pembimbingan oleh TFL kepada masyarakat kepada masyarakat akan pentingnya
belum maksimal. kekuatan struktur.
17 Laporan progress pembangunan rumah Kurangnya kunjungan dan dokumentasi Kunjungan berkala KMProv ke lokasi Mengingatkan TFL, Korfas dan
swadaya pada SIRUS belum maksimal KMProv dan Korfas ke lokasi untuk mendokumentasikan KMProv akan pentingnya
dan rawan/berpotensi dimanipulasi. penyelenggaran BSPS; Akses internet Penyelenggaraan BSPS dan mengisi melaporkan data di lapangan;
terbatas. isian di SIRUS. Pendataan secara manual melalui
tabel hingga tersedia akses internet.
18 Informasi permasalahan di lapangan KMProv dan Korfas bekerja kurang Mengingatkan secara berkala kepada Mengingatkan TFL, Korfas dan
tidak diinput ke SIRUS. maksimal dalam pengisian isian di SIRUS; KMProv dan Korfas untuk mengisi KMProv akan pentingnya
Akses internet terbatas. daftar permasalahan di lapangan ke melaporkan permasalahan di
SIRUS. lapangan; Pendataan secara manual
hingga tersedia akses internet.

19 Informasi progress pekerjaan mingguan KMProv bekerja kurang maksimal dalam Mengingatkan secara berkala kepada Mengingatkan TFL, Korfas dan
dan bulanan belum maksimal. merangkum laporan; Korfas tidak KMProv dan Korfas memaksimalkan KMProv akan pentingnya
mendokumentasikan laporan sesuai dengan laporan di lapangan terutama melaporkan informasi progress di
prosedur yang ada; Akses internet terbatas. pendokumentasian progress lapangan; Pendataan secara manual
pekerjaan. untuk area yang tidak tersedia
internet.
KEGIATAN PENGENDALI

UNIT ORGANISASI : Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) Penyediaan Perumahan Provinsi Maluku
KEGIATAN : Penyelenggaraan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) Provinsi Maluku
TUJUAN KEGIATAN 1. Mendorong Prakarsa dan Upaya Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Rumah Layak Huni Secara Swadaya
2. Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya (PKRS) yang Layak Huni
3.
4.

Detektif (D)/
Pengendalian yang Waktu
No Pernyataan Risiko Penyebab Perbaikan Pengendalian Korektif (K)/
sudah ada Pelaksanaan
Preventif (P)
1 2 3 4 5 6 7
1 Penetapan lokasi penerima bantuan SOP pengusulan lokasi tidak dipatuhi; SOP; Data TNP2K; Mensosialisasikan Korektif, Preventif Persiapan
pada Program BSPS bermasalah. Pengusulan masih manual; Aplikasi SIBARU; penggunaan aplikasi agar
Pengelompokan lokasi yang ditunjuk eRTLH lebih efektif dan efisien.
oleh pusat tidak menyesuaikan dengan
situasi di lapangan.

2 Kapasitas Sumber Daya Manusia Pemahaman terhadap program, tugas, Penerapan Sosialisasi kepada pihak- Korektif, Preventif Persiapan
Kesatkeran kurang. dan fungsi kurang. Assessment; Kegiatan pihak yang terkait mengenai
Pendidikan dan Assessment dan Kegiatan
Pelatihan. Pendidikan dan Pelatihan.

3 Sebagian besar anggota tim (PPK, Tim belum mendapatkan Pembekalan oleh Perbaikan kualitas Korektif, Preventif Persiapan
KMProv, KI, TFL, Korfas) belum sosialisasi/diklat/workshop berkala KMProv. pembekalan dan bimbingan.
menguasai lingkup pekerjaan yang tentang tanggung jawab yang mereka
menjadi tanggung jawabnya. miliki; Kualifikasi TFL dan Korfas masih
belum memenuhi syarat (kebanyakan
masih baru) ; Seleksi TFL dan Korfas
kurang transparan.

4 Banyak tanah yang ditempati oleh Tidak adanya kegiatan pengarsipan - Meminta Pemda setempat Detektif Persiapan
masyarakat Calon Penerima selama ini mengenai kepemilikan tanah untuk membuat arsip tanah
Bantuan (CPB) merupakan tanah ada di Provinsi Maluku. adat di Provinsi Maluku.
adat.
5 Ketidaklengkapan dokumen Calon Akses masyarakat calon penerima Data RTLH PKP dan Perbaikan pada proses Korektif, Preventif Persiapan
Penerima Bantuan BSPS, terutama bantuan ke tempat pengurusan TNP2K; Daftar verifikasi
kepemilikan Sertifikat Tanah. dokumen cukup jauh. Dikarenakan dokumen sesuai SOP;
Masyarakat hanya memiliki Surat kondisi ekonomi dan ketidaktahuan,
Keterangan Kepemilikan Tanah banyak masyarakat yang mengabaikan
yang diterbitkan Kepala Desa pentingnya sertifikat kepemilikan tanah;
setempat. Data RTLH PKP dan Data TNP2K belum
update.

6 Sosialiasasi Penyelenggaraan BSPS Masyarakat kurang memahami bahasa Brosur dan presentasi. Menggunakan sketsa untuk Detektif Persiapan
kepada masyarakat secara kolektif teknis dan memiliki kecenderungan memberikan gambaran yang
belum maksimal. segan bertanya. lebih baik kepada
masyarakat.
7 Pembatalan menerima bantuan Calon penerima bantuan sudah Surat Pernyataan Perbaikan sosialisasi agar Korektif, Preventif Persiapan
pembangunan rumah oleh calon menerima bantuan sejenis dari Mengikuti Kegiatan lebih menekankan bahwa
penerima bantuan. dinas/instansi lain. BSPS; Pelaksanaan masyarakat tidak boleh
sosialisasi Program mengikuti kegiatan sejenis
BSPS kepada Program BSPS selama
masyarakat. menerima bantuan BSPS.

8 Perubahan nama Calon Penerima Kekeliruan dalam pendataan masyarakat Data verifikasi dan Perbaikan pada tahap Korektif, Preventif Persiapan
Bantuan BSPS setelah tahap berpenghasilan rendah; Pendataan yang identifikasi di awal. verifikasi oleh TFL dan Korfas;
verifikasi awal. kurang maksimal; CPB menerima Evaluasi berkala terhadap TFL
bantuan sejenis dari instansi lain; CPB dan Korfas.
meninggal dunia.
9 Kegiatan verifikasi rumah yang Proses identifikasi dalam verifikasi Penjadwalan Peningkatan kompetensi dan Detektif, Korektif, Preventif Persiapan
memerlukan bantuan tidak tepat memerlukan waktu yg cukup lama karna pekerjaan TFL; Perbaikan cara
waktu. bersifat spesifik setiap rumah; Lokasi Pembekalan terhadap pengidentifikasian.
Kegiatan BSPS cukup sulit; Kemampuan TFL; SK Lokasi; Isian
TFL dan Korfas juga masih belum RTLH.
mumpuni karna kebanyakan dari mereka
masih baru dan belum berpengalaman.

10 Ketergantungan BSPS pada toko Hanya tersedia beberapa toko bangunan Pembimbingan Perbaikan pembimbingan Korektif, Preventif Persiapan
bangunan tertentu. yang memenuhi syarat; Banyak dari toko terhadap masyarakat terhadap masyarakat.
yang menolak sistem pembayaran yang mengenai persyaratan
dilakukan pada Penyelenggaraan BSPS; pemilihan toko
Pembimbingan TFL terhadap masyarakat bangunan.
dalam memilih toko belum maksimal.
11 Koordinasi antar TFL, Korfas, Tim Keterbatasan bahasa teknis dan Pendampingan oleh Perbaikan cara membimbing Korektif, Preventif Pelaksanaan
Teknis, dan Penerima Bantuan tidak kemampuan masyarakat dalam TFL, Korfas, KMProv. oleh TFL dan Korfas kepada
berjalan maksimal. menerima informasi dan melaksanakan masyarakat.
anjuran; Jarak akses tim dengan lokasi
Penerima bantuan bervariasi dan
kebanyakan sangat jauh.

12 Keterbatasan jumlah dan Tukang yang bekerja dalam Pendampingan dan Perbaikan cara membimbing Korektif Pelaksanaan
kemampuan tukang/masyarakat pembangunan dan perbaikan rumah pembimbingan oleh oleh TFL dan Korfas kepada
yang berswadaya. swadaya adalah masyarakat setempat TFL; masyarakat.
dan memiliki pekerjaan lain.

13 Keterlambatan penyaluran bahan Keterbatasan transportasi terutama Surat Perjanjian Perbaikan koordinasi tim. Detektif, Korektif, Preventif Pelaksanaan
bangunan ke beberapa lokasi untuk daerah yang hanya bisa diakses penyaluran bahan
Penyelenggaraan BSPS. melalui jalur air dan udara; Gangguan bangunan; Koordinasi
cuaca. dengan pihak
syahbandar.
14 Proses penyaluran dana ke Beberapa dokumen belum dipenuhi Juknis BSPS mengenai Perbaikan penghimpunan Korektif, Preventif Pelaksanaan
penerima bantuan dan pembayaran sehingga bank menunda menyalurkan ketentuan dokumen dengan lebih
kepada toko bangunan sering dana ke Penerima Bantuan; Beberapa pembayaran bahan terstruktur; Evaluasi jalur
mengalami keterlambatan. dokumen juga belum dipenuhi sehingga bangunan; koordinasi; Evaluasi Pihak
pihak bank menunda untuk menyalurkan Penghimpunan Bank terutama persoalan
pembayaran ke toko bangunan; Personil dokumen oleh TFL. kecukupan personil.
pihak bank terbatas.

15 Pembangunan beberapa lokasi Masyarakat masih taat berbagai kegiatan Koordinasi dengan Meningkatkan koordinasi Detektif, Preventif Pelaksanaan
tertunda akibat kegiatan adat dan adat yang mensyaratkan untuk fokus masyarakat yang dengan masyarakat desa.
Hari Raya Lebaran. dalam pelaksanaannya, sehingga menerima bantuan.
kegiatan pembangunan tidak dapat
dilaksanakan.

16 Rumah yang dibangun tidak sesuai Kecenderungan tukang untuk Juknis BSPS mengenai Penegasan oleh TFL kepada Detektif, Korektif, Preventif Pelaksanaan
dengan standar yang telah melaksanakan kegiatan berdasarkan ketentuan bangunan; tukang untuk mengikuti
ditetapkan. pengalaman dan kebiasaan turun- Pembimbingan oleh Juknis.
temurun; Pembimbingan oleh TFL TFL.
kepada masyarakat belum maksimal.

17 Laporan progress pembangunan Kurangnya kunjungan dan dokumentasi Juknis BSPS mengenai Mengingatkan TFL, Korfas Korektif, Preventif Pelaporan
rumah swadaya pada SIRUS belum KMProv dan Korfas ke lokasi ketentuan pelaporan dan KMProv akan pentingnya
maksimal dan rawan/berpotensi penyelenggaran BSPS; Akses internet data. melaporkan data progress di
dimanipulasi. terbatas. lapangan.
18 Informasi permasalahan di KMProv dan Korfas bekerja kurang Juknis BSPS mengenai Mengingatkan TFL, Korfas Korektif, Preventif Pelaporan
lapangan tidak diinput ke SIRUS. maksimal dalam pengisian isian di SIRUS; ketentuan pelaporan dan KMProv akan pentingnya
Akses internet terbatas. data. melaporkan data
permasalahan di lapangan.

19 Informasi progress pekerjaan KMProv bekerja kurang maksimal dalam Juknis BSPS mengenai Mengingatkan TFL, Korfas Korektif, Preventif Pelaporan
mingguan dan bulanan belum merangkum laporan; Korfas tidak ketentuan pelaporan dan KMProv akan pentingnya
maksimal. mendokumentasikan laporan sesuai data. melaporkan informasi
dengan prosedur yang ada; Akses progress di lapangan;
internet terbatas. Pendataan secara manual
untuk area yang tidak
tersedia internet.

Anda mungkin juga menyukai