Kekuatan Tarik Komposit Polyester Yang Diperkuat Serat Abaca

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

SNTI 2019, Lhokseumawe 14-15 Oktober 2019

ISSN : 2338 7122

PENGARUH FRAKSI VOLUME TERHADAP KEKUATAN TARIK


KOMPOSIT POLYESTER BQTN TYPE 157-EX
YANG DIPERKUAT SERAT ABACA

Zulmiardi1*, Meriatna2 dan Abubakar1


1
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe
2
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe
*
Email: [email protected]

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah membuat prototype komposit polimer berpenguat serat abaca variasi fraksi
volume 20%, 30% dan 40%. Jenis lapisan serat disusun dalam cetakan arah memanjang (0º) dengan
orientasi laminat acak, spesimen uji dibuat menggunakan metode hand lay up dengan cetak tekan
(press molding) dan menggunakan cetakan kaca ketebalan 5 mm. Pengujian tarik merujuk pada
Standart ASTM D 638-02. Untuk mengetahui jenis patahan hasil uji tarik digunakan foto makro serta
mengetahui bentuk patahan dan pola kegagalan yang terjadi pada spesimen komposit . Hasil pengujian
kekuatan tarik yang paling optimal terdapat pada volume fraksi 40% dengan nilai rata-rata sebesar σ =
151,96 MPa, regangan tarik ε = 1.96%. dan kekuatan tarik terendah pada Vf = 20% rata-rata dengan
nilai sebesar σ = 67.27 MPa, regangan tarik yang meningkat sebesar ε = 2.35 %, Modulus elastisitas
rata-rata dengan harga terendah pada Vf = 20% yaitu 303.7 MPa dan untuk nilai modulus elastisitas
tertinggi terdapat pada Vf = 40% sebesar 485.6 MPa. Penampang patahan komposit diklasifikasikan
sebagai jenis patah slitting in multiple area sehingga dapat disimpulkan bahwa komposit plastik
berpenguat serat abaca memiliki potensi yang cukup besar untuk diaplikasikan sebagai material
struktural.
Kata kunci : Serat Abaca, Fraksi volume, Polyester, Uji tarik, Foto makro.

PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi material telah melahirkan suatu material jenis baru yang merupakan
perpaduan antara dua material atau lebih yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda. Material
inilah yang disebut material komposit terdiri atas beberapa penyusun, salah satunya adalah
serat. Serat dapat digolongkan dalam dua jenis yaitu : serat sintetis dan serat alam [1]. Serat
sintetis adalah serat buatan dimana dibuat dari campuran bahan kimia atau membutuhkan
teknologi khusus. Sedangkan serat alam adalah serat yang diperoleh di alam sekitar kita
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan dan mineral. Serat yang berasal dari tumbuhan
adalah serat pelepah pisang, serat nanas, serat rami, serat ampas tebu dan lain-lain. Serat
yang berasal dari hewan adalah bulu domba, kulit, dan sutera. Serat yang berasal dari mineral
adalah serat yang terbuat dari kuarsa, contohnya seperti kaca serat atau fiberglass [2].
Serat alam sebagai filler komposit polimer mulai banyak digunakan dalam bidang rekayasa
material. Alasan penggunaan serat alam sebagai bahan penguat material komposit karena
serat alam mudah didapat, harganya murah, jenis dan banyak variasinya. Salah satu serat
alam yang dapat digunakan sebagai penguat komposit adalah serat abaca. Serat jenis ini
adalah serat alam yang berasal dari kelopak daun tanaman abaca setelah melewati proses
pemisahan serat [3].
Penggunaan serat alam sebagai filler dalam pembuatan komposit terutama untuk
menurunkan biaya bahan baku dan peningkatan nilai produk pertanian [4]. Untuk
meningkatkan sifat mekanik dari komposit maka memerlukan perlakauan kimiawi pada serat
seperti perlakauan alkali. Perlakuan alkali pada serat alam dilakukan untuk tujuan
membersihkan permukaan serat dari kotoran dan getah yang menempel pada serat dan
mereduksi kandungan air yang ada di serat tersebut sehingga ikatan interfacial antara serat
dan matriks pada komposit menjadi lebih baik [5].
SNTI 2019, Lhokseumawe 14-15 Oktober 2019
ISSN : 2338 7122

Tanaman abaca (Musa Textilis Nee) ini tumbuh secara liar yang tersebar luas di daerah
beriklim tropis seperti di Indonesia khususnya di Aceh. Pemanfaatnya banyak dilakukan
masih terbatas pada bidang non struktural misalnya : pembuatan tali, pembuatan uang kertas,
kain pembungkus kabel bawah laut, pembuatan topi, dan dompet. Pemanfaatan yang lebih
jauh adalah dalam bidang struktural sebagai bahan baku pembuatan komposit pengganti
serat sintetik yang telah banyak digunakan dalam dunia industri maupun dalam kehidupan
sehari-hari [6].
Adapun dasar pertimbangan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah untuk memaksimalkan
pemanfaatan serat pisang abaca serta dapat memberikan pemasukan secara ekonomi
(income) bagi masyarakat. Penerapan serat abaca secara spesifik pembuatan komposit
menggunakan penguat serat abaca dan jenis pengikat yang digunakan adalah resin polyester.
Sedangkan tujuan utama penelitian ini adalah untuk : a). Untuk mengetahui kekuatan tarik
komposit yang paling optimal pada fraksi volume serat 20%, 30% dan 40% dengan perlakuan
alkali 2%. b). Menganalisis jenis patahan pengujian tarik melalui foto makro dan c).
Mengetahui komparasi dengan hasil penelitian sebelumnya.

METODELOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah metode eksperimental
dimana pelaksanaannya pada laboratorium Jurusan Teknik Mesin Universitas Malikussaleh
Lhokseumawe. Analisis data menggunakan metode analisis statistik kuantitatif. Langkah-
langkah yang ditempuh untuk pelaksanaan penelitian ini adalah:
a. Bahan-bahan yang diperlukan adalah:
1. Serat pisang abaca diambil dari salah satu Desa Alue Papeun yang ada di Kecamatan
Nisam Antara, Kabupaten Aceh Utara, provinsi Aceh, Indonesia.
2. Matrik yang digunakan Resin Polyester BQTN tipe 157 EX yang diperoleh dari Toko PT
Justus Kimia Raya, Medan, Sumatera Utara.
3. NaOH digunakan untuk menghilangkan kotoran atau lignin pada serat.
b. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Timbangan digital digunakan untuk mengukur berat serat, poliester dan katalis dalam
membentuk fraksi volume yang akan digunakan.
2. Oven digital digunakan untuk proses pengeringan serat dan untuk proses post-curing
komposit (pemanasan sampai 80oC selama 2 jam).
3. Untuk mengetahui kandungan kadar air serat digunakan alat Wood moisture meter,
dengan ketentuan kadar air <10%.
4. Cetakan, Cetakan yang digunakan terbuat dari kaca bening dengan ketebalan 5mm.
Ukuran cetakan adalah : panjang 24 cm, lebar 14 cm dan tebal 3,2 mm.
5. Press Mold berfungsi sebagai untuk penekan cetakan komposit agar dapat
menghasilkan ketebalan yang seragam pada komposit dan berfungsi untuk
mempermudah resin membasahi seluruh material reinforcement.
6. Mesin freis, digunakan untuk memotong komposit menjadi specimen.
7. Mesin uji tarik, untuk alat uji tarik specimen komposit.Untuk alat uji tarik yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan mesin uji “Universal Testing Machine” buatan jepang.
Pengujian ini merujuk pada (Standart ASTM D 638-02).
8. Kamera digital, digunakan untuk mengambil gambar spesimen uji dan foto makro
permukaan geser serat yang terjadi pada spesimen uji. Pemotretan dilakukan dengan
menggunakan kamera digital Canon 550D dengan resolusi 14 MP.
9. Alat Bantu lain yang digunakan, meliputi : sendok, cutter, gunting, kuas, pisau, spidol,
oli/grease, penggaris dan gergaji potong.
SNTI 2019, Lhokseumawe 14-15 Oktober 2019
ISSN : 2338 7122

Skema eksperintal yang dilakukan pada penelitian ini adalah seperti yang ditunjukkan pada
flow-chart gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Flow-chart penelitian.

Proses Pembuatan Komposit


Proses pembuatan komposit sebagai berikut:
a. Penyiapan serat abaca, untuk serat pisang abaca dicuci dahulu, kemudian dimasukkan
kedalam larutan NaOH 5% selama 2 jam lalu dikeringkan sampai kadar air mencapai
<10%. Serat alam adalah hydrophilic, yaitu suka terhadap air berbeda dari polimer yang
hydropholic [7]. Pengaruh perlakuan alkali terhadap sifat permukaan serat alam selulosa
telah diteliti dimana kandungan optimum air mampu direduksi sehingga sifat alami
hydrophilic serat dapat memberikan ikatan interfacial dengan matrik secara optimal.
Perlakuan alkali (KOH, LiOH, NaOH) terhadap serat dilakukan untuk memisahkan lignin
dan kontaminan yang terkandung di dalam serat, sehingga didapat serat yang lebih bersih
[8].
b. Setelah serat kering kemudian dilakukan pemotongan sesuai dengan ukuran panjang
cetakan dengan susunan lapisan serat acak terdistribusi secara memanjang orientasi 0 o.
c. Pembuatan cetakan, ukuran cetakan spesimen menggunakan kaca ketebalan 5 mm,
ukuran cetakan adalah panjang 24 cm, lebar 14 cm dan tebal 3,2 mm.
d. Pengolesan grease pada cetakan untuk memudahkan pengambilan benda uji dari cetakan
setelah mengalami proses pengeringan.
SNTI 2019, Lhokseumawe 14-15 Oktober 2019
ISSN : 2338 7122

e. Resin poliester dicampur dengan katalis untuk membantu proses pengeringan. Katalis
yang digunakan sebanyak 1% dari banyaknya resin poliester yang digunakan.
f. Resin cair yang berfungsi sebagai matriks dituangkan dalam suatu wadah.
g. Material yang menjadi matrik diletakkan di sebuah cetakan, kemudian dilakukan proses
penuangan secara merata pada seluruh bagian.
h. Penutupan dengan menggunakan kaca dan penambahan plastik untuk pada bagian kaca
yang bertujuan agar void dapat diminimalkan jumlahnya yang kemudian dilakukan
pengepresan dengan menggunakan alat pengepres.
i. Setelah semua bahan dimasukkan ke dalam cetakan maka segera dilakukan proses
penekanan cetakan dengan menggunakan menggunakan alat pengepres.
j. Proses pengeringan dilakukan sampai benar-benar kering yaitu 5 - 10 jam dan apabila
masih belum benar-benar kering maka proses pengeringan dapat dilakukan lebih lama
k. Proses pengambilan komposit dari cetakan yaitu menggunakan pisau ataupun cutter.
l. Melakukan proses curing selama 2 jam pada temperatur konstan 800 C.
m. Benda uji komposit siap untuk dipotong menjadi spesimen benda uji.
n. Selanjutnya dilakukan proses uji tarik pada mesin uji tarik

Gambar 2. Spesimen uji tarik fraksi volume 20%, 30% dan 40%.

Proses Uji Tarik


Pengujian tarik dilakukan untuk mengetahui besarnya kekuatan tarik dari bahan komposit.
Pengujian dilakukan dengan mesin uji “Universal Testing Machine” buatan jepang. Spesimen
pengujian tarik di bentuk menurut standar ASTM D 638-02 tipe 1 yang ditunjukkan pada
gambar berikut [9]:

Gambar 3. Standar uji tarik ASTM D638-02 tipe 1 [10]


SNTI 2019, Lhokseumawe 14-15 Oktober 2019
ISSN : 2338 7122

Dimana: Lo : panjang paralel (mm) b : Lebar (mm)


Z : Panjang total spesimen (mm) D : Tebal (mm)
A : Lebar pegangan (mm)

Pengujian tarik bertujuan untuk mendapatkan nilai load dan elongation yang berguna dalam
proses perhitungan kekuatan tarik komposit. Selain itu, pengujian tarik bertujuan untuk
mengetahui kegagalan makro yang terjadi pada specimen. Hubungan antara tegangan dan
regangan pada beban tarik ditentukan dengan rumus sebagai berikut [11]:
P = σ.A atau σ = P/A
Dimana:
P = Beban (N),
A = Luas penampang (mm2),
σ = Tegangan (MPa).

Gambar 4. Diagram tegangan dan rengangan [11]

Pengujian tegangan dapat digunakan untuk mengetahui sifat mekanik material yang sangat
diperlukan dalam dunia teknik. Dalam pengujian tarik, spesimen uji terdeformasi, biasanya
sampai patah dengan peningkatan bertingkat gaya tarikan yang dibebankan secara uniaxial
pada kedua sumbu spesimen [12].
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Tarik
Berdasarkan pengujian terhadap tujuh spesimen masing masing untuk fraksi volume 20%,
30% dan 40% didapatkan bahwa adanya kekuatan tarik yang berbeda-beda sesuai dengan
fraksi volume komposit tersebut. Kekuatan tarik tersebut sangat dipengaruhi oleh fraksi
volume serat sehingga dengan meningkatnya fraksi volume maka akan meningkat pula
kekuatan tarik komposit tersebut.
SNTI 2019, Lhokseumawe 14-15 Oktober 2019
ISSN : 2338 7122

Tabel 1. Data hasil pengujian tarik komposit Serat Abaca

Kekuatan Tarik (σ) Komposit (Mpa) Regangan (%)


Spesimen
20% Vf 30% Vf 40% Vf 20% Vf 30% Vf 40% Vf

1 73.85 136.09 151.21 41.24 38.36 45.24

2 87.27 126.34 161.26 38.12 38.28 42.80

3 70.58 100.36 145.94 32.68 40.20 43.20

4 78.75 122.24 149.85 32.32 32.48 48.88

5 60.45 123.02 151.87 31.04 36.68 49.68

6 82.26 108.25 155.77 34.00 35.52 40.04

7 81.13 137.92 147.83 34.60 38.64 44.64

Rata-rata 76.33 122.03 151.96 34.86 37.17 44.93

Sumber : Hasil penelitian.

Pada tabel 1 terlihat hasil pengujian tarik yang telah dilakukan terhadap tujuh spesimen uji
tarik dengan fraksi volume masing-masing 20%, 30% dan 40%. Kekuatan tarik rata-rata pada
20%Vf adalah 76.33 MPa, kekuatan tarik rata-rata pada 30%Vf adalah 122.03 MPa, dan
kekuatan tarik rata-rata pada 40%Vf adalah 151.96 MPa. Nilai regangan tarik rata-rata
komposit 20%Vf adalah 34,86%, nilai regangan tarik rata-rata komposit 30%Vf adalah
37,17%, dan nilai regangan tarik rata-rata komposit 40%Vf adalah 44.93 MPa. Besaran nilai
kekuatan tarik komposit berdasarkan fraksi volume untuk setiap specimen uji tarik seperti
tertera pada gambar 5 berikut.

180

160
Kekuatan tarik, MPa

140

120
20% Vf
100
30% Vf
80 40% Vf

60

40
1 2 3 4 5 6 7
Spesimen
Gambar 5. Kekuatan tarik komposit berdasarkan fraksi volume setiap specimen.
SNTI 2019, Lhokseumawe 14-15 Oktober 2019
ISSN : 2338 7122

Gambar 6. Kekuatan tarik rata-rata vs fraksi volume

Pada Gambar 6 dapat kita lihat bahwa komposit fraksi volume 20% mempunyai kekuatan
tarik sebesar 76.33 MPa, komposit fraksi volume 30% mempunyai tarik tertinggi 122.03 MPa
dan untuk komposit fraksi volume 40% mempunyai kekuatan tarik tertinggi 151.96 MPa.
Pengaruh perbedaan kekuatan tarik ini dapat disebabkan oleh faktor fraksi volume dari serat
dan kemampuan perekat dari matrik.

Pengamatan Makro
Dari hasil pengujian tarik komposit berpenguat serat abaca dengan fraksi volume 20%, 30%
dan 40% dapat dilihat beberapa bentuk patahan spesimen yang beragam yang termasuk
kedalam jenis patah slitting in multiple area. Kondisi patahan slitting in multiple area memenuhi
standar kekuatan komposit serat alam dengan memiliki kompabilitas yang baik. Adanya
ikatan yang kuat antara serat dan matrik akan membuat bentuk patahan spesimen yang lebih
rapi dan permukaan patah yang cenderung rata, seperti yang terlihat pada gambar 8a.
Sedangkan untuk komposit dengan fraksi 30% dan 40% (gambar 7b dan 7c) terlihat bahwa
adanya fenomena serat yang terlepat dari ikatan matrik (fiber pull out).

a b c

Gambar 7. Hasil patahan spesimen fraksi volume 20%, 30% dan 40%.
Komparasi dengan Penelitian Sebelumnya

Berdasarkan komparasi hasil penelitian sebelumnya [13], pada komposit polimer yang
diperkuat serat alam berupa serat pelepah pisang kepok dan menggunakan matriks resin
polyester metode hand lay up, menunjukan hasil pengujian kekuatan tarik komposit serat
pelepah pisang kepok yang paling optimal pada volume fraksi 28% fiber : 72% matriks dengan
gaya maksimum 2327,9 N, tegangan tarik 67,2065 n/mm2, regangan 2,7477% serta modulus
elastisitas 3441,82 N/mm2. Sedangkan untuk penelitian komposit polimer diperkuat serat
SNTI 2019, Lhokseumawe 14-15 Oktober 2019
ISSN : 2338 7122

pisang abaca fraksi volume 20%, 30% dan 40% metode hand lay up dengan press molding
menunjukan nilai rata-rata pengujian kekuatan tarik komposit yang paling optimal pada fraksi
volume 40% sebesar 151,87 MPa dengan regangan rata-rata sebesar 1,96%. Perbedaan nilai
kekuatan tarik ini dapat dikatakan signifikan.

KESIMPULAN
1. Komposit yang diperkuat serat pasang abaca fraksi volume 20%, 30% dan 40% memiliki
kekuatan tarik tertinggi pada fraksi volume 40% dengan nilai rata-rata sebesar σ = 151,87
MPa, regangan tarik ε = 1.96%. Kekuatan tarik terendah pada fraksi volume = 20% dengan
nilai rata-rata sebesar σ = 76.32 MPa, regangan tarik sebesar ε = 2.35 %.
2. Pengamatan patahan komposit fraksi volume 20%, 30% dan 40% dapat diklasifikasikan
sebagai jenis patah slitting in multiple area. Untuk fraksi volume 30% dan 40% adanya
fenomena serat yang terlepas dari ikatan matrik (fiber pull out).
3. Berdasarkan hasil analisis tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan serat
abaca sebagai penguat bahan komposit polimer memiliki potensi sangat besar untuk
diaplikasikan sebagai material structural.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Lambok Silalahi, Pengaruh perlakuan alkali dan pemanasan serat terhadap kekuatan tarik
serat lengkuas”. Teknik mesin Universitas Lampung, (2016).
[2] Kunarto, Serat Tebu (Bagasse) Sebagai Bahan Pengisi Pada Komposit Dengan Matriks
Resin Polyester”. Jurnal Teknik Mesin Universitas Bandar Lampung, Vol 2 No.1, ( 2016).
[3] Nur Habibah, Pembuatan dan karakterisasi papan komposit polyester dengan pengisi
serat batang pisang abaka, (Universitas Sumatera Utara Medan, 2015).
[4] Witono dkk, Pengaruh Perlakuan Alkali (NaOH) Terhadap Morfologi dan Kekuatan Tarik
Serat Mendong”. Jurnal Rekayasa Mesin Vol.4, No.3 (2013) : 227-234.
[5] Hilman, I, dan Mathius, N.T., Budidaya dan Prospek Pengembangan abaka, (Penebar
Swadaya, Jakarta, 2013).
[6] Agung FCW., Pengaruh filler serat pisang abaka terhadap kekuatan bending pada
biokomposit dengan matrik berbasis ubi kayu, (Jurnal Teknik Mesin 1, 2013) 40-44.
[7] Nayiroh, N., Teknologi Material Komposit Lecture Material, (Universitas Islam Negeri.
Malang, 2013).
[8] Nurdiana, Penentuan Kekuatan Tarik Material Komposit Epoxy dengan Pengisi Serat
Rockwool Secara Eksperimen, (Jurnal Dinamis Vol.I,No.13, 2013).
[9] ASTM D638-02 tipe 1, USA, 2001.
[10] Gibson, Principle of Composite Material Mechanics, (New York : Mc Graw Hill,Inc,1994).
[11] Callister, W. D., Material Science and Enginering, An Introduction 7ed, Department of
Metallurgical Enginering The University of Utah, (John Willey and Sons, Inc, 2007).
[12] Muhamad Muhajir, Analisis kekuatan tarik bahan komposit matriks resin berpenguat serat
alam dengan berbagai varian tata letak, (Skripsi. Jurusan Pendidikan Teknik Mesin-FT,
Universitas Negeri Malang, 2016)
[13] Tumpal Ojahan, Analisis Fraksi Volume Serat Pelepah Batang Pisang Bermatrik
Unsaturated Resin Polyester (UPR) Terhadap Kekuatan Tarik dan SEM, (Jurnal
Mechanical, Volume 6, Nomor 1, Maret 2015).

Anda mungkin juga menyukai