Microsoft Word - Cover - LK Risma
Microsoft Word - Cover - LK Risma
Microsoft Word - Cover - LK Risma
STUDIIMPLEMENTASI
EVALUASI IMPLEMENTASI SANITASI
SANITASI SARANA DANSARANA
DAN PRASARANA
PRASARANA DALAM
DALAM PENYELENGGARAAN
PENYELENGGARAAN
MAKAN
MAKAN TENAGA
TENAGA KERJA
KERJA DI TERMINAL
DI TERMINAL LAWE-
LAWE-LAWE
LAWE CHEVRON CHEVRON
INDONESIA COMPANY
INDONESIA COMPANY
Oleh:
dengan peneliti :
Pembimbing I Pembimbing II
ii
iii
ABSTRAK
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat,
Sebelas Maret Surakarta. Di samping itu kerja praktek ini dilaksanakan untuk
dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis
1. Bapak Prof. Dr. A.A Subiyanto, dr.,MS selaku Dekan Fakultas Kedokteran
2. Bapak Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, Sp.Ok selaku Ketua Program Diploma
v
4. dr. Vitri Widyaningsih, selaku pembimbing II yang telah memberikan
Suparno, dr. Bayu, Bapak Rahdiana, Bapak Charita Permana, Bapak Max,
Bapak Rudi Rukawan, Bapak Zaenal, serta semua rekan On The Job Training
8. Bapak, Ibu, keluarga, dan sahabat saya semuanya, yang tidak henti-hentinya
memberikan curahan do’a dan kasih sayang kepada penulis sehingga penulis
9. Teman-teman Angkatan 2007 serta semua pihak yang tidak dapat kami
laporan ini.
kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... ii
ABSTRAK .................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xi
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................... 1
B. Kerangka Pemikiran................................................................. 23
A. Jenis Penelitian......................................................................... 24
B. Lokasi Penelitian...................................................................... 24
vii
D. Teknik Pengumpulan Data....................................................... 25
E. Tahap Pelaksanaan................................................................... 26
B. Pembahasan.............................................................................. 45
A. Kesimpulan .............................................................................. 65
B. Saran......................................................................................... 66
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
tidak semestinya........................................................................ 39
x
DAFTAR LAMPIRAN
Monitoring Results
xi
BAB I
PENDAHULUAN
terkontaminasi ketika mereka tiba di tempat pengolahan. Hal yang penting untuk
terkontaminasi sampai disajikan untuk tenaga kerja (David, Nancy, dan Richard,
1998).
pengawasan air bersih, pembinaan dan pengawasan higiene dan sanitasi tempat
makan.
salah satu tempat pegelolaan makanan (TPM) yang menetap dengan segala
xii
Pengawasan sanitasi makanan pada dapur dan tempat makan adalah
item-item persyaratan sanitasi makanan dan keadaan yang terdapat setelah usaha
risiko penyakit dengan cara melindungi makanan dari racun, lingkungan tempat
kunjungan kembali, memberi peringatan dan rekomendasi pada pihak terkait serta
selain sebagai sumber energi untuk aktifitas sehari-hari juga merupakan sumber
xiii
melalui makanan, antara lain diare dan desentri (David, Nancy, dan Richard,
1998). Penyakit yang ditularkan melalui makanan tersebut disebabkan oleh faktor
fisik, biologis dan kimia. Faktor kimia misalnya pemakaian alat memasak yang
penyebar penyakit seperti bakteri, lalat dan kecoa dan faktor fisik misalnya
kurangnya pengetahuan dan kebiasaan hidup yang tidak sehat bagi pengolah
keracunan yang bisa mengakibatkan kematian (David, Nancy, dan Richard, 1998).
makanan dan minuman yang dikelola usaha Jasaboga sebagai upaya pemeliharaan
3. Perusahaan
xiv
Jasaboga golongan C, yaitu jasaboga yang melayani kebutuhan untuk alat
untuk menunjang produktivitas dengan buku acuan “Essentials of Food Safety and
usaha dalam rangka menurunkan angka kecelakaan kerja ataupun hampir celaka
B. Rumusan Masalah
Food Safety and Sanitation (David, Nancy, dan Richard, 1998) diharapkan dapat
xv
dapat dibuat sebuah rumusan masalah, yaitu “Bagaimana penerapan sanitasi
C.Tujuan
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
Essentials of Food Safety and Sanitation (David, Nancy, dan Richard, 1998)
untuk mencapai tingkat keselamatan dan kesehatan kerja yang tinggi sehingga
dapat menurunkan resiko terkena penyakit akibat makanan yang dikonsumsi, yang
sebagaimana yang menjadi salah satu tujuan perusahaan dalam penerapan sanitasi
2. Bagi Mahasiswa
sanitasi sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan makan tenaga kerja sebagai
xvi
Lawe-Lawe Chevron Indonesia Company diharapkan penulis dapat mengetahui
pemahaman tentang ilmu-ilmu yang telah didapatkan dari bangku kuliah dengan
3. Bagi Pembaca
dalam sebuah perusahaan sebagai salah satu upaya pemeliharaan keselamatan dan
kesehatan kerja bagi tenaga kerja dan siapapun yang berada di lingkungan
perusahaan. Serta memahami manfaat dan tujuan penerapan sanitasi sarana dan
berkelas internasional.
xvii
mengenai penerapan program sanitasi sarana dan prasarana dalam
xviii
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Sanitasi
Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang
menitikberatkan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup
manusia.
Menurut Ehlers & Steel (1989), sanitasi adalah ”Usaha
pengawasan terhadap faktor lingkungan yang dapat merupakan mata
rantai penularan penyakit, sedangkan sanitasi makanan adalah
kebersihan dan kemurnian makanan agar tidak menimbulkan penyakit”.
Sanitasi pangan adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan
bertumbuh dan berkembang biaknya jasad renik pembusuk dan patogen
dalam makanan, minuman, peralatan, dan bangunan yang dapat merusak
pangan dan membahayakan manusia.
Pengertian sanitasi mengaruh pada usaha konkrit dalam
mewujudkan kondisi higienis dan usaha ini dinyatakan dengan
pelaksanaan di lapangan berupa pembersihan, penataan, sterilisasi,
penyemprotan hama, dan sejenisnya. Oleh karena itu, jika higienitas
merupakan tujuan maka sanitasi merupakan tindakan nyata untuk
mencapai tujuan tersebut, untuk melaksanakan hal tersebut maka
diperlukan suatu sistem yang mengatur pelaksanaan higienitas dan
sanitasi (Bartono, 2000). Sedangkan menurut West, Wood, dan Harger
(1996) sanitasi berasal dari bahasa latin ”sanus” yang berarti ”sound and
healthy” atau bersih secara menyeluruh. Sanitasi merupakan kualitas
dari kehidupan yang dinyatakan dari rumah yang bersih, peternakan yang
bersih, bisnis dan industri yang bersih, ruang lingkup yang bersih, dan
komunitas yang bersih. Sanitasi memberikan pengetahuan dari
pertumbuhan sebagai hal yang penting di dalam kehidupan hubungan
antar manusia (The National Santation Foundation, 1996).
Pendapat dari Knight, John B dan Kotschevar (2000), ”sanitasi
dan keselamatan dalam operasional pelayanan makanan adalah tanggung
jawab bagi setiap orang yang bekerja dalam bidang tersebut”.
Berdasarkan data yang didapat oleh Federal Centers for Disease Control,
bahwa lebih dari 9000 kematian disebabkan karena keracunan makanan
setiap tahunnya di Amerika Serikat. Karena hal itu, peraturan-peraturan
mengenai sanitasi dan keselamatan dibentuk oleh daerah, negara bagian
dan badan nasional. Peraturan Occupational Safety and Health Act
(OSHA) menjadi peraturan, baik bagi setiap daerah maupun negara
xix
bagian yang menjelaskan standarisasi untuk keamanan makanan. Di
samping itu, Knight, John B dan Kotschevar (2000) :
”Ada perbadaan antara kata ’bersih’ dan ’sehat’, meskipun kedua kata
tersebut dapat diartikan sama. Bersih mengacu pada kurangnya kotoran
pada suatu barang sedangkan sehat mengacu pada kurangnya organisme
yang hidup yang dapat membahayakan. Karena itu sebuah alat bisa
kelihatan bersih tapi tidak sehat oleh karena organisme yang tidak dapat
dilihat. Sebaliknya sesuatu bisa dikatakan sehat tetapi tidak bersih.
Sebagai contoh suatu alat yang berasal dari mesin pencuci di mana alat
itu telah dibersihkan dengan pencelupan dalam 10 detik pada air
pembilas yang dipanaskan hingga mencapai 1800F (82,20C), maka
kekurangan masih dapat terlihat dalam alat tersebut, tetapi alat tersebut
telah dapat dikatakan sehat karena semua mikroorganisme yang
membahayakan telah dihancurkan atau dimatikan dengan pencelupan
panas. Sistem kesehatan yang baik memiliki tujuan untuk membuat alat
atau barang tersebut menjadi bersih dan sehat”.
Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan sanitasi adalah suatu usaha pencegahan
penyakit yang menitikberatkan kegiatannya kepada usaha-usaha
kesehatan lingkungan hidup manusia.
2. Higienitas dan Sanitasi Makanan
makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat
higienitas dan sanitasi makanan dengan benar, maka harus dipahami tujuan
xx
Sedangkan higienitas makanan adalah sebuah studi kesehatan
dan pencegahan penyakit, dan karena bahayanya makanan yang beracun,
maka higienitas membutuhkan perhatian yang khusus dari setiap orang
yang terlibat di industri jasa pelayanan khususnya dalam hal makanan.
Adapun peran pemerintah dalam usaha sanitasi makanan meliputi :
a. Menyusun standar dan persyaratan, termasuk persyaratan higiene dan sanitasi.
ditetapkan.
penunjang.
Hal-hal yang mesti diperhatikan produsen dan penanggung jawab makanan yaitu
a. Menyusun standar dan prosedur kerja, cara produksi yang baik dan aman.
higienis.
xxi
b. Proses-proses yang terjadi pada makanan pada waktu pengolahan.
oleh bakteri).
makanan
makanan.
Spora clostridium perfringens dan bacillus cereus dapat dijumpai pada debu
di ruangan tempat penyimpanan bahan makanan. Juga, semua bakteri
penyebab keracunan makanan dapat menyebar dengan kontaminasi silang
melalui peralatan yang digunakan serta kondisi lingkungan tempat
pengolahan itu sendiri.
c. Bahan Makanan
xxii
Berdasarkan hal tersebut peraturan pada The Food Safety
(General Food Hygiene) Regulations 1995 terdapat kebijakan-kebijakan
tentang kewajiban dan tanggung jawab yang harus di miliki oleh
pengusaha makanan. Tanggung jawab tersebut meliputi :
a. Meyakinkan bahwa operasional pengolahan makanan yang di lakukan harus
melalui :
c. Area yang yang digunakan untuk mengolah makanan harus memenuhi syarat
berikut :
penerangan.
3) Terdapat tempat mencuci tangan yang terdiri dari air hangat dan air
dingin.
xxiii
Adapun penanganan makanan yang dilakukan menurut
McSwane, Rue, dan Linton dalam bukunya yang berjudul Essentials of
Food Safety and Sanitation 1998 adalah :
a. Penanganan Makanan Sejuk
Yang dimaksud dengan makanan sejuk adalah sayur, buah, dan telur.
Hendaknya tidak disimpan di atas 50C.
Yang dimaksud dengan makanan beku adalah daging, ayam, dan ikan.
Hendaknya disimpan dalam suhu yang tetap antara -180C sampai -220C.
c. Penanganan Makanan Siap Saji
makanan dan minuman dapat tetap terjaga kebersihannya, tidak hanya area
a. Fungsi Dapur
Fungsi dari dapur adalah adanya pembagian tugas yang sedemikian rupa,
sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara efisien dan benar, dan para
faktor, seperti :
xxiv
1) Menu
Pekerjaan yang perlu dilakukan tergantung pada jenis makanan yang enak
dimasak. Jenis makanan yang dimasak dijabarkan dalam menu. Karena itu menu
Area-area food service atau tempat makan, diantaranya adalah tempat cuci
4) Fasilitas Fisik
Ada dua hal yang menentukan dalam menciptakan dapur yang saniter adalah
1) Konstruksi Dapur
Salah satu hal utama yang perlu diperhatikan dalam merencanakan dapur
yang baik adalah konstruksi bangunan seperti persyaratan hygiene sanitasi dapur
xxv
a) Halaman
Halaman bersih, tidak banyak lalat dan tersedia tempat sampah yang
b) Konstruksi Bangunan
fisik dan bebas dari barang-barang sisa atau bekas yang ditempatkan
sembarangan.
c) Lantai
Permukaan lantai rapat air, halus, kelandaian cukup, tidak licin dan
mudah dibersihkan.
d) Dinding
mudah dibersihkan. Bila permukaan dinding kena percikan air, maka setinggi
2 (dua) meter dari lantai dilapisi bahan kedap air yang permukaannya halus,
e) Langit-langit
dan tempat pencucian alat makanan maupun tempat cuci tangan dibuat dari
xxvi
bahan yang permukaannya rata mudah dibersihkan, tidak menyerap air dan
sendiri atau dilengkapi peralatan anti lalat, seperti kassa yang dapat dibuka
g) Pencahayaan
penyimpanan makanan.
h) Ventilasi/Penghawaan
(2) Mencegah terjadinya kondensasi uap air atau lemak pada lantai, dinding
atau langit-langit.
xxvii
Luas untuk tempat pengolahan makanan harus cukup untuk bekerja
peralatan maupun bahan makanan yang dilengkapi dengan air kran, saluran
l) Tempat Sampah
tertutup harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan diletakkan sedekat
karena tata letak dapur menentukan efisien dan tidaknya suatu dapur. Sehingga
dengan dapur yang tertata dengan keadaan yang praktis akan memudahkan
xxviii
Tata letak dapur yang baik pada dasarnya harus memenuhi dua persyaratan,
yaitu :
efisien.
a) Area Persiapan
secara tersendiri. Selain itu sink untuk pencucian bahan makanan juga
kerja yang digunakan di area persiapan harus terbuat dari bahan yang
Peralatan kerja dapur yang sebaiknya juga ada di area persiapan yaitu
pisau, alat pengaduk, alat pemotong, dan juga alat penimbang bahan
b) Area Pengolahan
xxix
Saat mengolah makanan, erat kaitannya dengan sanitasi yaitu
adalah tertularnya bakteri dari satu makanan atau peralatan atau meja
c) Area Penyajian
holder.
d) Area Pembersihan
xxx
Makanan yang tercecer dilantai harus segera dibersihkan. Lantai juga
harus disapu dan dipel setiap hari dengan cairan sanitasi. Dinding dan
xxxi
B. Kerangka Pemikiran
Terminal Lawe-Lawe
Chevron Indonesia Company
Safely Condition
xxxii
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
gambaran yang jelas dan tepat sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya
terhadap objek penelitian serta data yang diperoleh digunakan sebagai bahan
B. Lokasi Penelitian
Utara Kalimantan Timur, pada area dapur dan tempat makan yang dilaksanakan
Maret 2010.
xxxiii
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Primer
b. Observasi
c. Wawancara
xxxiv
2. Data Sekunder
perusahaan atau referensi-referensi yang relevan terhadap objek yang diteliti. Adapun
b. Artikel maupun jurnal dari suatu media tertentu yang sesuai dengan
penelitian
E. Tahap Pelaksanaan
1. Tahap Persiapan
berikut :
2. Jalannya Penelitian
xxxv
a. Dimulai dengan orientasi kerja yang mencakup gambaran proses pelaksanaan
Sanitation (David, Nancy, dan Richard, 1998)) di lokasi yang telah ditetapkan
dari lokasi yang telah ditetapkan sebagai objek pengambilan data sumber
pengamatan.
Dari hasil observasi akan disusun sedemikian rupa sehingga jelas dan
mudah untuk melakukan analisa data penelitian dengan referensi yang terkait.
G. Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil observasi di lapangan, hasil dari daftar
periksa (checklist), dan hasil wawancara akan dianalisa yang bertujuan untuk
xxxvi
merencanakan upaya pengendalian terhadap potensi bahaya yang telah
oleh internal induk perusahaan yaitu Essentials of Food Safety and Sanitation
(David, Nancy, dan Richard, 1998) dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Jasaboga.
xxxvii
BAB IV
A. Hasil Penelitian
pihak catering. Oleh karena pentingnya menjaga bahan makanan agar tetap baik
dengan menerapkan metode yang mengacu pada Essentials of Food Safety and
Sanitation (David, Nancy, dan Richard, 1998), metode ini berlandaskan pada
standar yang digunakan di negara Amerika yang dikeluarkan oleh Food and Drug
bahan makanan yang tiba dan bahan makanan yang di tolak apabila tidak sesuai
dengan ketentuannya.
Indonesia Company yang berkisar antara 400 karyawan dan dibagi menjadi dua
xxxviii
shift kerja yaitu shift pagi dan malam, dengan sistem penyajian makan dalam
menggunakan kotak makanan khusus yang dapat menjaga suhu makanan agar
tetap stabil.
1. Sarana
xxxix
Tabel 1. Sarana Penyelenggaraan Makan
No Sarana Keterangan
Penyimpanan
1 Kulkas - Berfungsi menyimpan makanan (bakery) dan
sampling makanan.
- Suhu freezer minimal -220C dan suhu pada
chiller minimal 50C..
2 Rak - Berfungsi sebagai tempat bahan makanan, baik di
dry store, chiller, maupun freezer.
3 Box - Berfungsi sebagai tempat menyimpan bahan
makanan yang telah terbuka dari kardus atau
bungkusnya.
xl
b. Biru : Sayur
b. Hijau : Buah
c. Orange : Bumbu
d. Merah : Roti
9 Wadah Wadah yang digunakan untuk penempatan
makanan berbahan stainless steel.
10 Tempat Sampah - Dilengkapi pedal kaki untuk membuka, hal ini
dilakukan agar tangan pengolah makanan tidak
menyentuh tutup tempat sampah saat mengolah
bahan makanan.
- Tempat sampah dipisah dan diberi nama sesuai
dengan jenis sampahnya.
11 Peralatan Berbahan stainless steel
Menggoreng
Penyajian
12 Piring / Mangkok Berbahan porselen
13 Sendok, Pisau, dan - Berbahan Stainless Steel.
Garpu - Ditempatkan di tempat masing-masing agar mudah
pengambilannya dan diletakkan ditempat yang
memanjang dan menghadap ke bawah.
14 Gelas Bentuk gelas memanjang tidak bergagang dan
terbuat dari kaca.
15 Cold/Hot Holder Berfungsi untuk mempertrahankan suhu makanan.
Sumber : Data Primer, Februari-Maret 2010.
xli
pencucian manual menggunakan system 3 (tiga) tempat atau sink sebagaimana
terkontaminasi.
2. Prasarana
mengolah, serta menyajikan makanan. Sanitasi ruangan menjadi salah satu hal
penting yang harus dijaga karena jika kebersihan serta sanitasinya tidak terjaga
xlii
dengan baik maka ruangan tersebut dapat menjadi sarang bakteri atau kuman
yang dapat
xliii
- Terdapat 2 Fan
5 Daging - Berupa ruangan pengolahan daging yang berukuran
± 4×2 m2
- Tersedianya air panas dan dingin yang mengalir
- Terdapat 4 (empat) sink
- Terdapat 1 Exhauster dan 1 Fan.
6 Buah - Berupa ruangan dengan ukuran ± 2×2 m2
- Terdapat 1 AC dan 1 Fan
- Terdapat tabung pemanas air yang digunakan untuk
keperluan dapur.
7 Bakery / kue - Berupa ruangan dengan ukuran ruangan ± 4×2 m2
yang diberi sekat pada bagian tengahnya untuk
membagi pada bagian oven dan pengemasan.
- Terdapat 2 AC.
8 Memasak - Ruangan menjadi satu dengan pengolahan
bumbu
- Terdapat 3 Fan dan Blower diatas kompor
9 Pencucian Peralatan - Berupa ruangan dengan luas ruang ± 3×2 m2
- Terdapat Dishwasher yang digunakan untuk
mensanitasi peralatan makanan
xliv
12 Prasmanan - Berupa ruangan dengan luas ruangan ± 15×8 m2
- Ruang tempat makan menggunakan AC dan
tertutup.
- Makanan yang tersaji ditempatkan pada cold/hot
holder kecuali roti.
Sumber : Data Primer, Februari-Maret 2010.
hewan yang berasal dari luar ruangan. Proteksi yang dilakukan adalah
melengkapi ventilasi dengan kassa, pintu yang dapat menutup sendiri, serta
penyelenggaraan makan.
fasilitas yang sudah ada dan yang sudah dilakukan oleh pihak catering, antara
lain :
xlv
a. Pembersihan Peralatan Dapur
c. Pembersihan Area
Prosedur Standar Operasi ini dibuat oleh pihak catering tanpa melibatkan
tam medis Terminal Lawe-Lawe Chevron Indonesia Company. Namun, dari team
menyelenggarakan inspeksi rutin setiap hari jumat dan ketika bahan makanan
Company.
xlvi
Person In Chart (PIC) atau petugas yang bertanggung jawab untuk
pihak catering disebut sebagai Camp Boss. Camp Boss bekerja sama dengan
Rutinitas Ya
Supervisor/Coordinator
Menginstruksikan karyawan
Tidak terkait
Supervisor/Coordinator
Membuat jadwal pemeliharaan
peralatan dan fasilitas
Supervisor/Coordinator
Mensosialisasikan jadwal dan
menginstruksikan karyawan terkait
Karyawan Terkait
Melaksanakan pemeliharaan peralatan
dan fasilitas
Supervisor/Coordinator Tidak
4. Hasil Survey
a) Responden
Pernah
80%
Kadang-Kadang
xlviii
Gambar 3. Diagram persepsi subyektif responden tentang kondisi
makanan tersaji yang kurang baik
Pernah
75% Kadang-Kadang
xlix
Gambar 5. Diagram persepsi subyektif responden tentang adanya benda
yang tidak semestinya
seperti : mata pancing, kayu, batu kerikil, ulat pada makanan yang selama
ini disajikan.
b) Pengolah Makanan
l
Gambar 7. Diagram persepsi subyektif pengolah makanan tentang lelah
karena pencahayaan yang kurang
makanan
Tempat kerja yang baik tak lepas dari keadaan iklim kerja yang nyaman
serta penerangan yang cukup. Tidak adanya indicator suhu ruangan, kerja
berhubungan dengan panas kompor, penggunaan kipas angin serta exhauster
yang terbatas menyebabkan tidak terkendalinya suhu ruangan pada area
memasak. Mengenai penerangan, berdasarkan hasil pengukuran intensitas
penerangan di dapur yang dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 2010, di dapatlah
hasil intensitas penerangan dengan perhitungan sebagai berikut :
a. Meja pemotongan buah
Jumlah Intensitas Penerangan ( Lux )
Intensitas penerangan lokal =
Jumlah Titik Seluruh Ruangan
52 + 41
=
2
93
=
2
= 46,5 Lux
li
Dengan keadaan lampu yang digunakan adalah 15 watt. Ruangan tersebut
mempunyai satu buah lampu dan mempunyai satu pintu. Jenis pengukuran
b. Penggorengan
Jumlah Intensitas Penerangan ( Lux )
Intensitas penerangan = lokal
Jumlah Titik Seluruh Ruangan
44 + 47 + 48 + 37 + 59 + 60 + 60
=
7
355
=
7
= 50 ,7 Lux
c. Pemotongan Daging/Butcher
Jumlah Intensitas Penerangan ( Lux )
Intensitas penerangan = lokal
Jumlah Titik Seluruh Ruangan
70 + 91
=
2
161
=
2
= 80 ,5 Lux
e. Bakery (Adonan)
Jumlah Intensitas Penerangan ( Lux )
Intensitas penerangan = lokal
Jumlah Titik Seluruh Ruangan
67 + 54 + 47
=
3
168
=
3
= 56 Lux
f. Pengepakan Makanan
Jumlah Intensitas Penerangan ( Lux )
Intensitas penerangan = lokal
Jumlah Titik Seluruh Ruangan
63 + 66 + 42
=
3
171
=
3
= 57 Lux
liii
Dengan keadaan lampu yang digunakan adalah 15 watt. Tempat pengepakan
alami buatan.
h. Ruang Makan
Jumlah Intensitas Penerangan ( Lux)
Intensitas = penerangan umum
Jumlah Titik Seluruh Ruangan
71 + 50 + 48 + 95 + 62 + 47 + 64 + 53 + 57 + 71 + 59 + 80 + 111 + 170 + 170
=
15
1208
=
15
Dengan keadaan = 80,5 Lux lampu yang
liv
digunakan adalah 15 watt. Ruang makan tersebut mempunyai 24 buah lampu
dengan luas ruangan ± 15×8 m2. Jenis pengukuran yang di lakukan adalah
mengenai makanan yang telah siap saji pada tanggal 12 Maret 2010, yaitu ulat
B. Pembahasan
lv
Berdasarkan metode acuan yang telah digunakan oleh perusahaan
1. Sarana
makan tenaga kerja dalam Essentials of Food Safety and Sanitation (David,
a. Kulkas (Refrigerator)
yang singkat, biasanya hanya beberapa hari. penyimpanan dalam kulkas dapat
dalam Essentials of Food Safety and Sanitation (David, Nancy, dan Richard,
dalam suhu -180C atau dibawahnya. Buah dan sayuran yang disimpan dalam
kulkas harus disimpan dalam suhu antara 50C sampai 70C. Kulkas harus
Company memiliki dua pintu yang terdiri dari freezer dan chiller. Pada freezer
suhu dijaga minimal -180C dan maksimal -220C dan chiller suhu dijaga
lvi
maksimal 50C yang dipantau melalui alat penunjuk suhu dalam kulkas, yang
dicatat setiap empat kali dalam satu hari. Makanan yang disimpan diberi
penyimpanan sampel makanan yang hanya diberi waktu tiga hari. Sampel dari
makanan yang disajikan tiap hari diambil sebanyak 250 gram dalam wadah
dapat ditelusuri penyebabnya dan mencari solusi agar tidak terulang kembali
dengan standar yang telah ditetapkan di Indonesia yaitu pada KEPMENKES No.
sedikitnya satu buah lemari penyimpanan dingin (kulkas) bagi catering yang
b. Rak
Nancy, dan Richard, 1998) yang digunakan oleh Chevron Indonesia Company,
lvii
rak yang digunakan untuk menyimpan bahan makanan baik mentah ataupun
Company tengah berupaya mengganti rak yang berbahan kayu menjadi rak
berbahan stainless steel. Hal ini dilakukan karena bahan dari kayu yang dapat
(mentega, mie, gula, kopi, teh) agar makanan tetap terjaga kualitasnya dan
bebas gangguan dari hewan. Menurut metode acuan Essentials of Food Safety
and Sanitation (David, Nancy, dan Richard, 1998) yang digunakan Chevron
diperhatikan bahan dasar plastik yang digunakan adalah plastik yang sesuai
untuk makanan, aman dan mudah dibersihkan. Karena bahaya pada plastik
plastik. Proses perpindahan zat monomer ini tergantung pada suhu makanan
dan lama makanan disimpan. Untuk mengenali aman atau tidaknya plastik
dengan mengenali tanda atau kode yang tertera di bawah bejana tersebut.
Mengenali tanda atau kode tersebut sangat penting karena tanda atau kode
lviii
tersebut berkaitan dengan jenis bahan serta cara dan dampaknya bagi
manusia. Secara umum tanda tersebut berada di dasar dan bebentuk segi
tiga. Di dalam segi tiga tersebut akan terdapat angka, dan di bawahnya
penjelasannya :
Biasa ditemukan pada botol minuman. Logo daur ulang dengan angka 1
ditengahnya dan tulisan PETE atau PET di bawahnya. Bejana plastik ini
merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan karena
waktu.
3) V (Polyvinyl Chloride)
Bejana plastik yang tertera logo daur ulang dengan angka 3 di tengahnya,
lix
Bejana plastik yang memiliki kode ini adalah plastik yang paling sulit di
daur ulang. PVC dapat bereaksi dengan makanan yang dikemas saat
tengahnya dan tulisan LDPE di bawahnya. Jenis plastik ini biasa dipakai
Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, agak tembus cahaya,
samgat resisten terhadap senyawa kimia. Plastik ini bisa di daur ulang,
tetapi baik untuk tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi
5) PP (Polypropylene)
tidak jernih atau berawan. PP lebih kuat dan ringan dengan daya tembus
uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap
suhu tinggi dan cukup mengkilap. Jenis plastik ini adalah pilihan terbaik
lx
minuman, seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan
6) PS (Polystyrene)
bahan tempat makan Styrofoam, tempat minum sekali pakai, dan lain-
tempat makanan, styrene juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap
kendaraan dan bahan konstruksi gedung. Bahan ini sulit di daur ulang dan
7) Other
Kode lain adalah plastik dengan kode atau logo daur ulang dengan angka
styrene), PC (polycarbonate), dan Nylon. Plastik dari kode SAN dan ABS
aman digunakan. Bahan plastik dari SAN biasanya terdapat pada mangkuk
lxi
mixer, pembungkus termos, piring, alat makan, dan penyaring kopi.
dan ABS merupakan salah satu bahan plastik yang sangat baik untuk
digunakan.
PC dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas anak batita, botol minum
minuman.
d. Oven
digunakan harus bisa mencapai suhu 2320C dalam 20 menit dan juga sirkulasi
lxii
panas yang ada di dalamnya dapat merata serta suhu dalam oven harus dapat
e. Kompor
Ventilasi asap yang berasal dari makanan yang sedang dimasak di atas
asap, alat pembuang asap dan cerobong asap. Ventilasi dapur yang ada di
cerobong asap kurang terjaga karena tidak ada jadwal perawatan secara
peralatan yang aman. Salah satu peralatan yang aman digunakan menurut
mudah untuk perawatan dan pembersihannya peralatan ini juga mudah untuk
lxiii
temperature yang tinggi. Maka dari itu bsemua bahan peralatan yang
satu makanan dengan makanan yang lain disebut kontaminasi silang. Hal ini
yang masak atau siap makan melalui tangan, peralatan atau perlengkapan.
antara makanan mentah dengan makanan yang telah siap makan. Pembedaan
kontaminasi silang.
h. Tempat Sampah
dapat mengkontaminasi makanan yang diolah atau yang telah siap saji, untuk
lxiv
itu Terminal Lawe-Lawe Chevron Indonesia Company menggunakan tempat
sampah yang terbuat dari plastik dengan kantong keresek berwarna hitam
apabila sampah satu hari atau sudah penuh. Sampah dapur juga
tenaga kerja, tempat sampah dilengkapi pedal kaki untuk membuka tutup
tempat sampah sehingga tangan tenaga kerja tidak menyentuh tutup tempat
sampah.
i. Piring/Mangkok
Piring atau mangkok yang terbuat dari bahan porselen yang mudah
dibersihkan dan disanitasi dalam dishwasher. Piring atau mangkok tidak boleh
ada yang retak, karena retakan pada piring atau gelas dapat menjadi sarang
lxv
kuman dan dapat mengkontaminasi makanan serta membahayakan
Sendok, pisau dan garpu terbuat dari bahan stainless steel yang mudah
peralatan makan tersebut ujung dari peralatan makan yang digunakan tidak
tersentuh oleh tangan tenaga kerja, sehingga peralatan makan tersebut tetap
k. Gelas
Gelas terbuat dari bahan kaca dan tidak bergagang serta tidak boleh ada
yang retak, karena retakan pada gelas dapat menjadi sarang bakteri yang
l. Cold/Hot Holder
Company dalam Essentials of Food Safety and Sanitation (David, Nancy, dan
lxvi
holding. Hot-holding adalah alat yang digunakan untuk mempertahankan suhu
makanan tersaji diatas 570C. Makanan tersaji yang ditempatkan pada hot-
holding adalah sayuran, nasi, dan lauk pauk. Cold-holding adalah alat yang
dan sayuran segar. Namun, pada Hot-holding maupun Cold-holding yang ada
yang dapat dilihat untuk mengatur suhu yang telah ditetapkan secara benar,
2. Prasarana
a. Penyimpanan
lainnya tidak tumbuh pada suhu dibawah 50C, namun banyak pula
mikroorganisme yang bisa tumbuh pada suhu tersebut pada makanan yang
harus tetap beku. Makanan beku seperti daging, ayam, dan ikan harus disimpan
pada suhu minimal -180C. sedangkan makanan yang dapat disimpan pada suhu
minimal 50C adalah sayuran, buah, dan telur. Dengan adanya freezer dan
chiller yang baik, dapat menahan pertumbuhan bakteri pada makanan yang
tidak tahan lama seperti daging, ayam, ikan, produk olahan susu, buah, dan
sayuran. Freezer dan chiller yang baik pada transportasi menuju tempat
pasokan bahan makanan dan keadaan fasilitas (freezer dan chiller) yang baik
dapat membantu untuk menstabilkan kualitas makanan yang tidak tahan lama.
lxvii
Efisiensi dalam penggunaan alat pendingin makanan tergantung pada
1) Bentuk
2) Bangunan
3) Daya Tampung
penyimpanan jangka panjang dan jangka pendek dalam freezer dan chiller.
Kekuatan bangunan pada pintu dan perangkat keras yang ada di dalamnya
adalah suatu kebutuhan dasar. Pintu harus benar-benar tertutup dan agak luas,
dan penyusunan bahan makanan di rak harus disesuaikan sesuai dengan jenis
makanan yang disimpan. Penyusunan dimulai dari ayam pada bagian paling
bawah, daging atau ikan, kemudian produk olahan susu, telur, dsb. Dengan
demikian hal ini sudah sesuai dengan yang telah diterapkan oleh Terminal
freezer dan 2 (dua) chiller dengan ukuran besar yaitu ± 4×2 m2 yang dilengkapi
penyimpanan makanan yang cepat busuk harus tersedia sedikitnya satu buah
lxviii
Company mempunyai dua buah lemari pendingin, dua ruangan penyimpanan
Sanitation (David, Nancy, dan Richard, 1998) yang menyebutkan bahwa surhu
antara 100C sampai 210C hal ini dikarenakan ruangan penyimpanan bahan
peyimpanan juga masih memiliki lantai yang susah untuk dibersihkan yaitu
terbuat dari semen yang kasar sehingga dapat menjadi sarang bakteri yang
b. Pengolahan
1) Luas untuk tempat pengolahan makanan harus cukup untuk bekerja pada
2) Luas lantai dapur yang bebas dari peralatan sedikitnya 2 (dua) meter persegi
lxix
3) Ruang pengolahan makanan tidak boleh berhubungan langsung dengan
penyimpanan bahan dan makanan jadi yang terlindung dari gangguan tikus
dingin yang dapat mencapai suhu -100C sampai -50C dengan kapasitas yang
cukup memadai sesuai dengan jenis makanan yang digunakan. Hal ini sudah
c. Penyajian
Company merupakan ruangan tertutup dengan keadaan yang bersih secara fisik
dan bebas dari barang-barang sisa atau bekas yang ditempatkan sembarangan.
715/MENKES/SK/V/2003.
lxx
Prosedur standar operasi yang diterapkan di Terminal Lawe-Lawe
dapur dikeluarkan oleh pihak catering. Hal ini diupayakan agar pemeliharaan area,
Prosedur standar operasi sebaiknya ditempel pada tiap peralatan atau hal
yang membutuhkan SOP, dan diketahui oleh semua pihak terutama tenaga kerja
4. Hasil Survey
responden, terdapat kekurangan pada kondisi makanan tersaji yang kurang baik
dapat dilihat pada makanan tersaji yang belum matang dan masih berbau amis.
terdapat kekurangan pada suhu ruangan yang tinggi dan intensitas pencahayaan
yang kurang.
Besarnya intensitas penerangan yang baik secara umum menurut metode acuan
Safety and Sanitation (David, Nancy, dan Richard, 1998), adalah sebagai berikut :
a. 100 Lux dengan ketinggian 76,2 cm dari lantai untuk penerangan area
penyimpanan bahan makanan kering dan makanan beku dan ruangan lain
lxxi
b. 200 Lux dengan ketinggian 76,2 cm dari lantai untuk penerangan area
penyajian makanan untuk konsumsi, area tempat cuci tangan, area pencucian
kecil (toilet).
c. 500 Lux pada permukaan kerja ketika dimana pekerja pengolah makanan
buatan pada ruang makan, intensitas penerangan local alami buatan pada meja
penyiapan makanan box, dan intensitas penerangan local buatan pada meja
bakery, dan pengepakan makanan yang sesuai dengan metode acuan yang
digunakan oleh Chevron Indonesia Company dalam Essentials of Food Safety and
Sanitation (David, Nancy, dan Richard, 1998) adalah intensitas penerangan pada
lxxii
Intensitas penerangan diukur dengan alat-alat pengukur yang baik
buatan sebesar 80,5 Lux. Dengan demikian intensitas penerangan umum alami
715/MENKES/SK/V/2003.
dapat menjaga keadaan nyaman. Kelelahan kerja pengolah makanan secara tidak
langsung mempengaruhi kualitas makanan yang akan disajikan, maka dari itu
pengukuran iklim kerja dan penerangan perlu dilakukan secara berkala. Makanan
produktivitas kerja.
5. Temuan
lxxiii
Temuan hewan pada makanan, yaitu adanya ulat pada kue snack sore
dikarenakan penyimpanan bahan baku yang tidak sesuai dengan metode acuan
Safety and Sanitation (David, Nancy, dan Richard, 1998) yaitu ruangan
penyimpanan bahan makanan kering harus berada dalam suhu antara 100C
sampai dengan 210C dan memiliki nilai kelembapan atau Relative Humidity (RH)
50% sampai dengan 60% agar makanan tetap terjaga kualitasnya serta terhindar
dari sinar matahari. Ruang penyimpanan bahan makanan kering yang ada selain
tidak memiliki indicator suhu ruangan yang dapat dipantau juga menggunakan
kipas angin sebagai pendingin ruangan, sehingga diperkirakan bahan baku utama
untuk membuat kue yaitu tepung menjadi lembab dan muncul ulat. Agar
mengayak tepung pada proses pengolahan dan quality control pada saat
tepat guna yaitu alat penyaring tepung yang memiliki dimensi terlalu kecil,
dikonsumsi dengan cara observasi pada makanan yang akan disajikan dan
lxxiv
memastikan bahwa terdapat SOP, Checklist, dan Flowchart tentang pembuatan
Berikut adalah why tree temuan ulat dalam kue yang disajikan pada
snack sore :
lxxv
Gambar 10. Why Tree temuan ulat dalam kue
lxxvi
BAB V
A. Kesimpulan
masih dalam tahap perbaikan. Hal ini terlihat pada penggantian sarana yang
ada dengan sarana yang sesuai metode Essentials of Food Safety and
3. Telah melengkapi Prosedur Standar Operasi yang dibuat oleh pihak catering
untuk kegiatan pemeliharaan area, peralatan, dan fasilitas dapur yang masih
4. Terdapat hubungan yang erat antara penerapan sanitasi sarana dan prasarana
lxxvii
B. Saran
secara berkala (pagi dan sore) atau menentukan hari untuk membersihkan
dapur bersama.
pengukuran iklim kerja dan penerangan agar tenaga kerja merasakan nyaman
lxxviii
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008. “Waspada Bahaya Kemasan Botol Plastik, Ketahui Kriteria Pada
Plastik Yang Anda Gunakan”.
(http://www.dinaskesehatankotasurabaya-eHealt.org, diakses 13 Maret
2010).
Anwar, 1989. “Sanitasi makanan dan minuman pada institusi pendidikan tenaga
sanitasi : proyek pengembangan tenaga sanitasi pusat”. Jakarta :
Pusdinakes Depkes R.I, 1989.
David McSwane, Nancy R.Rue, and Richard Linton, 2005. ”Essentials of Food
Safety and Sanitation”. New Jersey : Pearson Education, Inc.
Departemen Kesehatan RI, 2003. “Peraturan Menteri Kesehatan No. 715 tahun
2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga”. Jakarta :
Departemen Perburuhan RI.
Retno Widiarti dan Yuliasih, 2002. “Higiene dan Sanitasi Umum dan Perhotelan”.
Jakarta:PT. Grasindo.
lxxix