Makalah Ilmu Kalam Kel.10
Makalah Ilmu Kalam Kel.10
Makalah Ilmu Kalam Kel.10
Disusun oleh :
Kelompok 10 :
EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TA 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan Anugerah-Nya. sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Tauhid / Ilmu Kalam mengenai Pengertian akidah pokok
dan cabang-cabangnya, perbedaan akidah pokok dan cabangnya, cakupan akidah pokok dan
cabangnya, dan fungsi tauhid dalam kehidupan sosial, Shalawat serta salam kita curahkan kepada
baginda besar kita Nabi Muhammad SAW semoga kita mendapat syafaatnya di akhirat kelak.
Makalah ini kami susun untuk mendalami pemahaman ilmu pengetahuan pembaca . Dalam
berbagai pihak pendukung sehingga dapat menerapkan secara baik dan tepat. Kami mengucapkan
terimakasih kepada dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islamyang telah memberikan tugas materi
yang dapat terselesaikan dengan baik. Kami menyadari makalah ini banyak kekurangan sehingga
memerlukan kritik dan saran agar makalah ini dapat sempurna dimasa yang akan datang. Penulis juga
berharap makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin
Penulis
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kemunculan Aliran Teologi ....................................5
B. Pengertian Berfikir Aliran Ilmu Kalam ......................................6
1. Aliran Khawarij ..................................................................6
2. Aliran Mur‟jiah ................................................................... 9
A. Latar Belakang
Dalam membahas persoalan yang berkaitan dengan ilmu kalam, pastinya terdapat
perbedaan perspektif antara pemikiran satu dengan pemikiran lainnya. Sebagaimana kata
“kalam” yang berarti “pembicaraan”. Pembicaraan dalam hal ini yaitu, tentang masalah-
masalah ketuhanan dengan menggunakan argumentasi, logika dan filsafat serta
memperbandingkan masalah yang menyangkut pokok-pokok agama dan yang berhubungan
dengannya. Ilmu kalam ataupun filsafat islam tidak akan muncul tanpa adanya perbedaan-
perbedaan paradigma (pandangan) antara satu paham dengan paham lainnya. Aliran mu‟tazilah
dalam hal ini sangat berpengaruh terhadap lahirnya Ilmu Kalam, yang bisa dikatakan sebagai
pencetus paham yang memberikan daya yang kuat terhadap akal (rasional).
Karena adanya perbedaan pendapat inilah sehingga muncul berbagai aliran-aliran dan
juga metode-metode berfikir yang menjadi ciri dari masing-masing aliran tersebut. Secara
umum, metode/kerangka berfikir dalam ilmu kalam dapat dikelompokkan lebih dari dua yaitu,
metode berfikir liberal dan metode berfikir tradisionil, yang masing-masing mempunyai
prinsip yang berbeda. Free will atau predestination (liberal), menekankan aspek yang besar
terhadap logika (akal). Sedangkan fatalism (tradisionil), tidak begitu besar menekankan pada
aspek akal. Kedua corak ini tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah diatas, makalah ini dapat kita rumuskan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa Pengertian Teologi itu?
2. Apa itu Aliran Khawarij ?
3. Apa itu Aliran Mur‟jiah ?
C. Tujuan
Dari uraian latar belakang masalah diatas, makalah ini dapat kita simpulkan tujuan masalah
sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah akidah ilmu kalam.
2. Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai mata kuliah akidah ilmu
kalam.
3. Untuk memahami Aliran-aliran Khawarij dan Murjiah.
BAB II
PEMBAHASAN
Di antara faktor-faktor itu ada yang berkaitan dengan Al-Qur‟an dan Hadist-hadist
Rasulullah SAW, ada yang berkaitan dengan orang-orang yang masuk Islam yang berasal
dari bangsa-bangsa yang berbeda intelektualitas, kebudayaan serta ada pula yang berkaitan
dengan filsafat Yunani dan lain-lainnya yang ditransfer ke dalam Islam. Al-Qur‟an yang
merupakan kitab suci agama Islam mengajak untuk berfikir, melakukan penalaran dan
memperhatikan dengan indra, dicerna dengan akal pikiran agar orang-orang
melakukannya, khususnya dalam akidah-akidah keagamaan. Karena itu, orang-orang
Islam harus menggunakan akalnya untuk memahami Al-Qur‟an, Sunnah dan Hadist NAbi
yang datang untuk menetapkan dan menjelaskan kitab suci ini. Mereka bertanya kepada
Rasulallah tentang apa yang tidak mereka pahami, tidak ketahui, kemudian beliau
menjelaskannya.
Ketika Beliau meninggal, muncullah masalah jabatan khalifah dan siapa yang
berhak memangkunya sesudah beliau, dalam pro kontra kekhalifahan tersebut, kemudian
terjadi pembunuhan terhadap Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Hal ini menjadi
salah satu sebab yang menimbulkan perbedaan pendapat dan perdebatan, sehingga
akhirnya menjadi jelas kebenaran tentang masalah yang mereka perselisihkan itu. Pertama-
tama mereka berpendapat tentang pemimpin, pemerintah dan syarat-syaratnya. Siapakah
yang berhak menjadi pemimpin kaum Muslimin seluruhnya?. Syi‟ah berpendapat bahwa
hak itu hanya khusus untuk Sayidina Ali dan anak keturunannya. Khawarij sama dengan
Mu‟tazilah berpendapat bahwa pemerintah merupakan hak bagi orang Islam yang paling
pantas untuk mendudukinya, walaupun ia seorang hamba sahaya ia berkebangsaan non
Arab, sedangkan orang-orang moderat, mereka merupakan mayoritas ummat, berpendapat
bahwa pemimpin pemerintahan merupakan hak bagi orang dari suku Quraisy yang paling
pantas untuk mendudukinya, karena Rasulullah telah bersabda :
Setelah terjadinya perang saudara dengan terbunuhnya Usman bin „Affan, kaum
muslimin berbeda pendapat tentang dosa besar. Apakah dosa besar itu?, dan tentang orang
yang melakukannya. Apakah ia mukmin atau kafir?, perbedaan ini secara otomatis disusul
dengan perbedaan pendapat tentang “Iman”, defenisi dan penjelasannya.
1. Aliran Khawarij
Khawarij adalah suatu nama yang mungkin diberikan oleh kalangan lapangan di sana
karena tidak mau menerima arbitrase dalam pertempuran siffin yang terjadi wantara Ali
dan Mu‟awiyah dalam upaya penyelesaianpersengketaan antara keduanya tentang masalah
khalifah. Secara etimologi kata Khawarij berasal dari bahasa Arab, yaitu kharaja yang
berarti keluar, muncul, timbul atau membrontak (Rozak, Anwar 2012: 63). Berdasarkan
pengertian etimologi ini, khawarij dapat diartikan dengan setiap muslim yang ingin keluar
dari kesatuan umat Islam. Secara terminologi Khawarij adalah suatu sekte, kelompok atau
aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar meninggalkan barisan karena ketidak
sepakatan terhadap keputusan Ali yang menerima arbitrasi (tahkim), dalam perang Siffin
pada tahun 37 H/648 M, dengna kelompok pemberontak (Bughat) yakni kelompok
Muawiyah bin Abi Sufyan pada persengketaan kekhalifahan.
Kaum Khawarij pada mulanya dikenal sebagai pengikut Ali bin Abi Thalib, Karen ia
merupakan khalifah yang sah yang telah di bai’at meyoritas umat Islam, sementara
Muawiyah berada di pihak yang salah karena memberontak khalifah yang sah. namun
keputusan Ali ra. untuk menerima arbitrasi membuat mereka kecewa dan menganggap
Ali telah mendurhakai Allah dengan mengangkat hakim atau wali selain Allah. Bahkan
lebih jauh mereka mengkafirkan Ali dan seluruh yang tunduk pada tahkim tersebut.
Khawarij berasal dari kata kharaja, artinya ialah keluar, dan yang dimaksudkan disini ialah
mereka yang keluar dari barisan Ali sebagai diterimanya arbitse oleh Ali. Tetapi sebagaian
orang berpendapat bahwa nama itu diberikan kepada mereka, karena mereka keluar dari
rumah-rumah mereka dengan maksud berjihad di jalan Allah. Hal ini di dasarkan pada
QS An-Nisa:100. Berdasarkan ayat tersebut, maka kaum khawarij memandang kaum
khawarij memandang diri mereka sebagai orang yang meninggalkan rumah atau kampung
halamannya untuk berjihad.
Ukwah bin Udayyah yang dikenal sebagai aliran Khawarij berhadapan dengan
kasus pembunuhan atau dosa besar yang menjadi polemik pada masa itu. Bagaimana
posisi orang beriman tetapi melakukan dosa besar. Aliran Khawarij memiliki keyakinan
bahwa jika seseorang tidak berhasil membuktikan imannya dalam bentuk menghindari dari
perbuatan dosa maka dapat diterapkan hukum kafir dan dapat dibunuh. Jika dikaji dari
metodologi berfikir, pendirian ini berpangkal pada keutuhan mutlak antara unsur-unsur
iman yang terdiri dari pembenaran dalam hati dengan realisasinya dalam perbuatan
kongkret, keutuhan mutlak yang dituntut oleh Khawarij antara iman dalam hati dengan
perilaku praktis, sudah barang pasti membawa pada konsekuensi bahwa pembunuh adalah
orang yang tidak memiliki iman dalam hati atau dengan kata lain kafir. Di sini jelas
terdapat potensi keberagaman yang positif, meskipun cenderung tanpa kompromi.
Bila di masa Rasulullah kafir hanya untuk mereka yang tidak memeluk Islam tapi
kaum Khawarij memperluas pengertiannya dengan memasukkan orang-orang yang telah
masuk Islam. Yakni orang Islam yang bila ia menghukum, maka yang digunakan bukanlah
hukum Allah. Ajaran Khawarij bermula dari masalah pandangan mereka tentang kufur.
Kufur (orang-orang kafir), berarti tidak percaya. Lawannya adalah iman (orang yang
dikatakan mukmin) berarti percaya. Di masa Rasulullah kedua kata itu termanifestasi
secara tajam sekali, yakni orang yang telah percaya kepada Allah yang disampaikan oleh
Nabi Muhammad SAW dan orang-orang yang tidak percaya kepada Allah tersebut.
Dengan kata lain, mukmin adalah orang yang telah memeluk agama Islam sedangkan kafir
adalah orang yang belum memeluk agama Islam.
Bila pada masa Rasulullah term kafir hanya dipakai untuk mereka yang belum
memeluk Islam, kaum Khawarij memperluas makna kafir dengan memasukkan orang
yang telah beragama Islam ke dalamnya. Yakni orang Islam yang bila ia menghukum,
maka yang digunakannya bukanlah hukum Allah. Secara umum, konsep mereka tentang
iman bukan pembenaran dalam hati semata-mata. Pembenaran hati (al-tasdiq bi al-qabl)
menurut mereka, mestilah disempurnakan dengan menjalankan perintah agama. Seseorang
yang telah memercayai bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad itu utusan
Allah, tapi ia tidak melakukan kewajiban agama, berarti imannya tidak benar, maka ia
akan menjadi kafir.
Pengikut Khawarij terdiri dari suku Arab Badui yang masih sederhana cara
berpikirnya. Jadi sikap keagamaan mereka sangat ekstrem dan sulit menerima perbedaan
pendapat. Mereka menganggap orang yang berada di luar kelompoknya adalah kafir dan
halal dibunuh. Sikap picik dan ekstrem ini pula yang membuat mereka terpecah menjadi
beberapa sekte. Berbeda dengan kelompok Sunni dan Syi‟ah, mereka tidak mengakui hak-
hak istimewa orang atau kelompok tertentu untuk menduduki jabatan khalifah. Khawarij
tidak memandang kepala negara sebagai orang yang sempurna. Ia adalah manusia biasa
juga yang tidak luput dari kesalahan dan dosa. Karenanya, mereka menggunakan
mekanisme syura untuk mengontrol pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan. Kalau ternyata
kepala negara menyimpang dari semestinya, dia dapat diberhentikan atau dibunuh.
Tokoh-tokoh Dalam Aliran Khawarij: Urwah bin Hudair, Mustarid bin Sa'ad,
Hausarah al-Asadi, Quraib bin Maruah, Nafi' bin al-Azraq, dan 'Abdullah bin Basyir.
Doktrin-Doktrin Khawarij
• Setiap umat muslim berhak menjadi khalifah dengan ketentuan telah memenuhi
syarat
Khalifah dipilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil dan
menjalankan syariat Islam. Ia harus dijatuhkan bahkan dibunuh jika melakukan
kejaliman
Perkembangan Khawarij
2. Aliran Murji’ah
Murjiah berasal dari bahasa Arab irja artinya penundaan atau penangguhan. Karena
sekte yang berkembang pada masa awal islam yang dapat diistilahkan sebagai “orang-
orang yang diam”. Mereka meyakini bahwa dosa besar merupakan imbangan atau
pelanggaran terhadap keimanan dan bahwa hukuman atau dosa tidak berlaku selamanya.
Oleh karena itu, ia menunda atau menahan pemutusan dan penghukuman pelaku dosa di
dunia ini. Hal ini mendorong mereka untuk tidak ikut campur masalah politik. Satudiantara
doktrin mereka adalah shalat berjamaah dengan seorang imam yang diragukan
keadilannya adalah sah.
Doktrin ini diakui oleh kalangan islam sunni namun tidak untuk kalangan syiah.
Selain itu arja‟a berarti juga meletakkan di belakang atau mengemudikan, yaitu orang
yang mengemudikan amal dari iman. Oleh karena itu, murji‟ah dapat diartikan sebagai
orang yang menunda penjelasan kedudukan seseorang yang bersengketa yaitu Alo dan
Mu‟awiyah, serta pasukannya pada hari kiamat kelak.
Al-Hasan bin Ali Abi Thalib, Abu Hanifah, Abu Yusuf dan beberapa ahli hadist
kemudian dikenal dengan sebutan Murji‟ah. Jadi bagi kelompok ini orang Islam yang
berdosa besar masih tetap beriman. Dalam hal ini, Imam Abu Hanifah memberi defenisi
iman sebagai berikut : Iman adalah pengakuan dan pengetahuan tentang Tuhan,
Rasulrasulnya dan tentang semua apa yang datang dari Tuhan dalam keseluruhan dan tidak
dalam rincian. Iman tidak mempunyai sifat bertambah atau berkurang dan tidak ada
perbedaan antara manusia dalam hal iman.
Aliran Murjiah muncul sebagai reaksi dari aliran kharjiyyah yang memandang
perbuatan dosa sebagai quasi absolut dan merupakan sifat penentu, murji‟ah lebih
cenderung sebagai reaksi terhadap kharijiyyah daripada daripada terhadap aliran
mayoritas. Sangat kontras dengan aliran kharjiyyah yang mirip sekali dengan ajaran yang
mirip sekali dengan ajaran St. John tentang “dosa yang dihukum mati”.
Aliran Murji‟ah muncul dengan mengusung keyakinan lain mengenai dosa besar.
Masalah yang mulanya hanya bersifat politis akhirnya berkembang menjadi masalah
teologis. Lantara dua aliran tersebut muncul mendahului aliran Mu‟tazillah, maka tidak
salah pula jika Wolfson menyebut bahwa keduanya sebagai aliran pra-Mu‟tazilah dalam
teologi islam.
Di bidang politik, doktrin irja diimplementasikan dengan sikap politik netral atau
nonblok, yang hampir selalu diekspresikan dengan sikap diam. Itulah sebabnya, kelompok
murji‟ah dikenal pula sebagai the queietists (kelompok bungkam). Sehingga membuat
murji‟ah selalu diam dalam persoalan politik. Adapun di bidang teologi, doktrin irja
dikembangkan Murji‟ah ketika menanggapi persoalan-persoalan teologis yang muncul
pada saat itu. Pada perkembangan berikutnya, persoalan-persoalan yang di tanggapinya
menjadi semakin kompleks sehingga mencakup iman, kufur, dosa besar dan ringan,
tauhid, tafsir Al- Qur‟an, eskatologi, pengampunan atas dosa besar, hukuman atas dosa
(punishment of sins), ada yang kafir (infidel) dikalangan generasi awal islam, tobat
(redress of wrongs). Berkaitan dengan doktrin teologi murji‟ah, W. Montgomery watt
merincinya sebagai berikut ;
Masih berkaitan dengan doktrin teologi murji‟ah, Harun Nasution menyebutkan empatajaran
pokoknya, yaitu ;
1. Menunda hukuman atas Ali, Muawiyah, Amr bin Ash, dan Abu Musa Al-Asy‟ary
yang terlibat tahkim dan menyerahkannya kepada Allah di hari kiamat kelak.
2. Menyerahkan keputusan kepada Allah atas orang muslim yang berdosa besar.
3. Meletakkan (pentingnya) iman dari pada amal.
4. Memberikan pengharapan kepada muslim yang berdosa besar untuk memperoleh
ampunan dan rahmat dari Allah.
Sementara itu, Abu „A‟ la Al-Maududi menyebutkan dua doktrin pokok ajaran
Murji‟ah, yaitu: Iman adalah percaya kepada Allah dan Rasul-Nya saja. Adapun amal atau
perbuatan tidak merupakan suatu keharusan bagi adanya iman. Berdasarkan hal ini,
seseorang tetap di anggap mukmin walaupun meninggalkan perbuatan yang di fardhukan
dan melakukan dosa besar. Dasar keselamatan adalah iman semata. Selama masih ada iman
di hati, setiap maksiat tidak dapat mendatangkan madarat ataupun gangguan atas seseorang.
Untuk mendapatkan pengampunan, manusia cukup hanya dengan menjauhkan diri dari
syirik dan mati dalam keadaan akidah tauhid.
Teologi adalah ilmu yang membahas tentang tauhid sedangkan tauhid sama dengan
aqidah itu sendiri. Ilmu ini tumbuh di dalam Islam, sebagaimana agama-agama yang lain
sebelumnya, karena beberapa faktor yang menyebabkan pertumbuhannya, kemudian
berkembang dari waktu ke waktu dalam sejarah Islam. Ilmu ini tidak tumbuh langsung
menjadi sempurna, melainkan keadaannya seperti keadaan ilmu-ilmu Islam yang lain,
yang pada mulanya terbatas ruang lingkup pembahasannya, kemudian meluas dan
berkembang sedikit demi sedikit. Khawarij adalah suatu nama yang mungkin diberikan
oleh kalangan lapangan di sana karena tidak mau menerima arbitrase dalam pertempuran
siffin yang terjadi wantara Ali dan Mu‟awiyah dalam upaya penyelesaian
perseng5555ketaan antara keduanya tentang masalah khalifah. Secara etimologi kata
Khawarij berasal dari bahasa Arab, yaitu kharaja yang berarti keluar, muncul, timbul atau
membrontak (Rozak, Anwar 2012: 63). Berdasarkan pengertian etimologi ini, khawarij
dapat diartikan dengan setiap muslim yang ingin keluar dari kesatuan umat Islam. Murjiah
berasal dari bahasa Arab irja artinya penundaan atau penangguhan. Karena sekte yang
berkembang pada masa awal islam yang dapat diistilahkan sebagai “orang-orang yang
diam”. Mereka meyakini bahwa dosa besar merupakan imbangan atau pelanggaran
terhadap keimanan dan bahwa hukuman atau dosa tidak berlaku selamanya. Oleh karena
itu, ia menunda atau menahan pemutusan dan penghukuman pelaku dosa di dunia ini. Hal
ini mendorong mereka untuk tidak ikut campur masalah politik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdu Al-Qahir bin Thahir bin Muhammad Al Baghdadi, Al- Farq bain, Al Azhar, Mesir
Abi Al Fath Muhammad Abd Al Karim bin Abi Bakar As Syahrastani Al Milal Wan Nihal, Dar
Al Fikr
Ibrahim Madzkur, Fi Al-falsafah Al-Islamiyah, Manhaj wa Tathbiquh, Juz II, Dar Al-Ma‟arif,
Mesir 1947, hlm. 109
Chaerudji, Ilmu Kalam (Jakarta: Diadit Media, 2007), hlm. 33
Yunan Yusuf, Alam pikiran islam pemikiran: dari khawarij ke Buya Hamka Hingga Hasan
Hanafi (Jakarta: Kencana, 2004), hlm.44
M. Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 46-47
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta: Kencana,
2014), hlm. 140
Muhammad Arifin Ilham, ensiklopedia tasawuf imam al-ghazali (Jakarta: Hikmah, 2009), hlm.
320
Abdul Mujleb, Syafi‟ah, & Ahmad Ismail, Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali,
(Jakarta: Hikmah, 2009), hlm. 320
Hamka Haq, Al-Syatibi, (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 32
Yunan Yusuf, Alam pikiran islam pemikiran: dari khawarij ke Buya Hamka Hingga Hasan
Hanafi (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 52