05.3 Bab 3

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 22

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Mutu

Mutu ialah karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa, yang menunjukan

kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau yang tersirat


(Nezvizond Chatab, 1997).

Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa mutu ialah identitas

atau gambaran menyeluruh dari suatu produk (barang ataujasa) yang dibuat untuk

memenuhi persyaratan dan memuaskan kebutuhan.

3.2. Manajemen Mutu

Manajemen Mutuadalah suatu cara untuk mengarahkan kegiatan organisasi

dilapangan dengan tujuan untuk mencapai mutu hasil kerja yang telah ditetapkan

(Wiryodiningrat, dkk, 1997). Dari definisi diatas dapat kita ambil kesimpulan

manajemen mutu ialah kegiatan-kegiatan manajemen untuk mendapatkan mutu

yang diinginkan, sehingga kebutuhan konsumen benar-benar dapat dikenali dan

dilaksanakan sedemikian rupa untuk dapat memaksimalkan keuntungan.

3.3. Sistem Mutu

Sistem mutu adalah rangkaian struktur organisasi, tanggung jawab,


wewenang, prosedur, proses dan sumber daya, yang digunakan untuk

10
11

menjalankan manajemen mutu (Sukamta, 1998). Jadi sistem mutu ialah suatu

program manajemen terhadap sekumpulan sistem dan prosedur untuk

melaksanakan semua kegiatan-kegiatan sesuai dengan fungsinya, direncanakan,


dipantau dan dilaksanakan secara teratur, sistematik, dan formal. Hal ini

diperlukan untuk meyakinkan bahwa kegiatan yang dilaksanakan dalam proses


produksi benar-benar sesuai dengan ketentuan / prosedur sehingga dapat
dihasilkan suatu produk/jasa yang diinginkan atau yang menurut kontrak dan
spesifikasi.

3.4. Pengendalian Mutu (Quality Control)

Pengendalian mutu adalah teknik dan aktivitas operasi yang digunakan agar
mutu tertentu yang dikehendaki dapat dicapai (Sukamta, 1998).

Quality control berarti berbagai teknik dan kegiatan untuk memantau,

mengevalusi, dan menindak lanjuti agar persyaratan mutu yang telah diterapkan
tercapai (Wiryodiningrat, 1997). Dari kedua pengertian diatas dapat kita ambil

kesimpulan bahwa pengendalian mutu ialah suatu cara tertentu untuk

mengoperasikan sehingga dapat tercapai persyaratan mutu yang telah ditentukan.

3.5. Pemastian Mutu (QualityAssurance)

Pemastian mutu adalah seluruh tindakan yang sistematis dan terencana yang
diperlukan agar kepercayaaan terhadap mutu produk/jasa yang diberikan
(Sukamta, 1998). Quality assurance adalah semua tindakan terencana dan

sistematis yang diterapkan, didemonstrasikan untuk meyakinkan pelanggan intern


12

dan pelanggan ekstern (owner) bahwa proses kerja dan hasil kerja kontraktor akan

memenuhi persyaratan mutu tertentu (Wiryodiningrat, 1997).

Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pemastian mutu


ialah tindakan yang terencana dan sistematis untuk meyakinkan semua pelanggan
terhadap mutu produk/jasa yang diberikan tersebut memenuhi persyaratan yang
telah ditentukan.

3.6. Sejarah ISO 9000

ISO (International Organization for Standardization) adalah suatu

Organisasi International para Dewan Standardisasi Nasional (DSN). Dewan


Standardisasi Nasional Indonesia juga bergabung dalam ISO tersebut. Sampai
tahun 1995, kurang lebih 113 negara telah bergabung menjadi anggota ISO yang
berpusat di Jenewa Swiss (Wiryodiningrat dkk, 1997). Sampai dekade 1980-an,
belum ada Standar Sistem Manajemen Mutu yang diakui secara internasional oleh

semua anggota ISO. Kemudian dibentuk panitia kecil yang merumuskan Standar

Sistem Manajemen Mutu, yang selanjutnya disebut ISO 9000. ISO 9000 ini

ditetapkan pada tahun 1987, sehingga sering disebut ISO 9000 versi 1987. Dalam

perkembangan selanjutnya, ISO 9000 versi 1987 mengalami revisi pada tahun
1994 dan sejak itu yang berlaku adalah ISO 9000 versi 1994.

Menurut Tanudjaja (1999) sebagai seri standar manajemen mutu yang


bertingkat internasional, ISO 9000 populerkarena:

a. Semua pihak yang telah menerapkan ISO 9000 dapat berkomunikasi


dalam bahasa yang sama.
13

b. Standar ISO 9000 berisi kriteria-kriteria jaminan mutu yang dapat

diimplementasikan pada sektor perusahaan jasa.

c. Sertifikasi oleh pihak ketiga memberikan kepercayaan pemberi

tugas terhadap perusahaan yang telah mendapat sertifikat.

3.7 Sistem Manajemen Mutu ISO 9000

Manajemen mutu merupakan semua aktivitas dari fungsi manajemen dari


keseluruhan yang menentukan kebijaksanaan mutu, tujuan dan tanggung jawab,

serta mengimplementasikannya melalui alat-alat seperti perencanaan mutu

(quality planning), pengendalian mutu (quality control), jaminan mutu (quality

assurance), dan peningkatan mutu (quality improvement) (Wiryodiningrat, dkk,

1997). Tanggung jawab untuk manajemen mutu ada padasemua level manajemen

tetapi harus dikendalikan dan diarahkan oleh manajemen puncak. Implementasi

manajemen mutu harus melibatkan semua anggota organisasi.

3.8 Elemen-Elemen ISO 9000

Aplikasi elemen-elemen berdasarkan standar ISO 9000 versi 1994 dapat

dilihat pada tabel di bawah ini (Wiryodiningrat, dkk, 1997):

Tabel 3.1 Elemen-Elemen Standar ISO 9000

No. Elemen ISO 9001 ISO 9002 ISO 9003


Tanggung jawab manajemen V V V
2. Sistem kualitas V V V
Tinjauan ulang kontrak V < V
Pengendalian design V n.a n.a

5. Pengendalian dokumen dan data V V V


6. Pembelian V V n.a

7. Pengendalian produk yang dipasok V V V


pelanggan
Identifikasi dan mampu telusur V V n.a

produk
14

9. Pengendalian proses V V V
10. Inspeksi dan pengujian V V V
11. Pengendalian alat inspeksi, V V V
pengukuran dan alat uji
12. Status inspeksi dan pengujian V V V
13. Pengendalian produk yang tidak V V V
sesuai
14. Tindakan perbaikan dan pencegahan V V V
15. Penanganan, pencegahan, V V V
pengemasan, pencegahan kerusakan
dan penyerahan
16. Pengendalian rekaman mutu V V V
17. Audit mutu internal V V V
18. Pelatihan V V V
19. Pelayanan V V n.a

20. Teknik statistik V V V

Keterangan : n.a = not application (tidak diterapkan)

3.9 Fungsi ISO 9000

Fungsi pokok ISO 9000 adalah untuk pengendalian proses. Disini akan

dipaparkan secara singkat mengenai implementasi ke-20 elemen dalam sistem

manajemen mutu ISO 9000 yang berorientasi terhadap pengendalian proses, yaitu

sebagai berikut:

1. Tanggung Jawab Manajemen (Management Responsibility)

Tujuan dari elemen ini adalah untuk memastikan bahwa kebijakan mutu

(qualitypolicy) dipahami, diterapkan, dan dipelihara pada semua tingkatan dalam

organisasi. Kebijakan mutu ialah suatu niat dan arah perusahaan yang berkaitan

dengan mutu, yang dinyatakan secara resmi oleh pimpinan puncak. Management

Responsibility mengatur tanggung jawab manajemen sebagai berikut:

a. Pimpinan puncak dituntut untuk peduli terhadap sistem manajemen

mutu, yang diwujudkan dalam kebijaksanaan mutu secara tertulis,


15

b. Pimpinan puncak harus menetapkan tanggung jawab, wewenang, dan

hubungan antar personel yang mengelola sistem,

c. Pimpinan puncak diharuskan melakukan peninjauan ulang secara

periodik,

d. SDM harus benar-benar terlatih.

2. Sistem Mutu (Quality System)

Sistem mutu merupakan sarana untuk mencegah terjadinya produk yang

tidak sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh pemilik proyek.

Dalam elemen ini kontraktor diharuskan menetapkan dan mendokumentasikan

sistem mutu dengan:

a. Membuat pedoman mutu (quality manual) yang mencakup prosedur

sistem mutu,

b. Membuat prosedur tertulis yang akan digunakan di lapangan maupun

di kantor,

c. Membuat perencanaan mutu (quality plan) dan rekaman mutu tertulis

pada setiap proyek atau kegiatan. Semua dokumen harus ditinjau

setiap saat.

3. Tinj auan Kontrak (Contract Review)

Tujuan dari elemen ini adalah untuk memastikan bahwa kontraktor telah

mempunyai pengertian mengenai isi dokumen tender, addedum, dokumen

kontrak, lampiran-lampiran dan amandemennya.


16

Dalam elemen ini industri jasa konstruksi (kontraktor) harus :

a. Menetapkan prosedur tertulis untuk tinjauan kontrak dan untuk

koordinasi kegiatan,

b. Melakukan tinjauan terhadap dokumen tender dan dokumen kontrak

beserta amandemen kontrak,

c. Membuat catatan tertulis untuk kegiatan ini, dan mengendalikannya

sesuai elemen control ofquality record.

4. Pengendalian Rancangan (Design Control)

Tujuan dari elemen ini adalah untuk memastikan bahwa tahap-tahap yang

dilaksanakan didalam melaksanakan perencanaan telah memenuhi persyaratan

dan keinginan yang telah ditentukan oleh pemilik proyek

Semua kegiatan perencanaan dikendalikan melalui elemen ini, yang

meliputi:

a. Ketetapan prosedur tertuhs untuk mengendalikan dan memverifikasi

rancangan produk,

b. Persiapan rencana bagi setiap kegiatan rancangan dan pengembangan

secara detail, lengkap dengan personel berkualifikasi,

c. Semua masukan, keluaran, perubahan dan modifikasi rancangan harus

diidentifikasi,

d. Melaksanakan tinjauan dari hasil rancangan dan didokumentasikan,

e. Membuat catatan tertulis untuk kegiatan ini, dan mengendalikannya

sesuai elemen control ofquality record.


5. Pengendalian Dokumen dan Data (Document and Data Control)

Tujuan dari elemen ini adalah melakukan pengendalian dokumen untuk

memastikan bahwa setiap dokumen yang ada di lokasi kerja adalah dokumen dan

data yang terbaru dan tidak cacat. Dokumen dan data mencakup procedure, work

instruction, shop drawing, contract document dan construction drawing yang

merupakan panduan kerja.

Dokumen harus dikendalikan sesuai elemen ini, dengan cara sebagai


berikut:

a. Kontraktor harus menetapkan prosedur tertulis untuk mengendalikan

semua dokumen dan data yang berkaitan dengan sistem manajemen

mutu.

b. Dokumen dan data harus diperiksa dan disetujui oleh yang berwenang

termasuk bila terjadi perubahan. Kontraktor harus mempunyai daftar

dokumen dan catatan tertulis untuk kegiatan ini, serta

mengendalikannya sesuai elemen control ofqualityrecord.

6. Pembelian (Purchasing)

Tujuan dari elemen ini adalah untuk memastikan bahwa

produk/barang/material yang telah diterima sesuai dengan persyaratan yang

disepakati (produk disini termasuk jasa kontraktor).

Dalam elemen ini kontraktor harus melaksanakan hal-hal sebagai berikut:

a. Menetapkan prosedur tertulis untuk kegiatan pembelian,

b. Penunjukan subkontraktjo^ melalui seleksi dan secara periodik selalu

dievaluasi hasil kerjanya,


c. Kontraktor memberikan penjelasan mengenai persyaratan barang yang
diminta dan melakukan verifikasi terhadap barang / material yang
datang.

d. Kontraktor mengendalikan pelaksanaan pekerjaan subkontraktor dan

membuat catatan tertulis serta selalu memperhatikan elemen control of


quality record.

7. Pengendalian Produk yang Dipasok Pelanggan (Control of Costumer Supplied


Product)

Tujuan dari elemen ini ialah untuk dapat memastikan bahwa kontraktor

telah mengendalikan barang / material yang disediakan pelanggan / pemilik

proyek. Ada kemungkinan material yang dipasok tidak memenuhi persyaratan

sehingga pemakaian material tersebut akan mengurangi mutu pekerjaan yang


secara keseluruhan menjadi tanggung jawab kontraktor.

Dalam elemen ini kontraktor menerapkan hal-hal sebagai berikut:

a. Menetapkan prosedur tertulis untuk mengendalikan, menyimpan,

memelihara serta memverifikasi barang / material yang disediakan


pelanggan,

b. Melaporkan kepada pemilik proyek / pelangggan, apabila material

yang disediakan tidak sesuai dengan persyaratan atau cacat (rusak)

atau hilang.

c. Membuat catatan tertulis untuk kegitan ini, mengendalikan sesuai

elemen control ofquality record.


19

8. Identifikasi dan Mampu Telusur Produk (Product Identification and

Traceability)

Tujuan dari elemen ini ialah untuk memastikan bahwa apabila suatu

produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan,

kontraktor dapat menelusuri kesalahannya sejak penerimaan barang, proses


pelaksanaan sampai hasil akhirnya.

Dalam elemen mi kontraktor harus menerapkan hal-hal sebagai berikut:

a. Membuat prosedur tertulis untuk identifikasi dan kemampuan

ketelusurannya jika kegiatan tersebut dipandang perlu,

b. Memberi identitas material sejak material datang, dalam proses,

sampai menjadi produk akhir, agar apabila terjadi penyimpangan

produk, penyebabnya dapat ditelusuri,

c. Kontraktor harus membuat catatan tertulis dan mengendalikannya

sesuai elemen control ofquality record.

9. Pengendalian Proses (Process Control)

Tujuan dari elemen ini adalah untuk memastikan bahwa proses-proses

dilaksanakan pada kondisi terkendali sehingga tidak terjadi kemungkinan

penyimpangan-penyimpangan dari persyaratan yang ditetapkan atas produk akhir.

Dalam pengendalian proses kontraktor harus menerapkan hal-hal sebagai berikut:

a. Merencanakan rangkaian kegiatan pelaksanaan suatu proyek yang

langsungmempengaruhi mutu dan melaksanakannya secara terkendali,


20

b. Pemantauan dan pengendalian rangkaian kegiatan pelaksanaan harus

dilakukan secara terus menerus,

c. Membuat catatan tertulis dan mengendalikannya sesuai elemen control

ofquality record.

10. Pemeriksaan dan Pengujian (Inspection andTesting)

Tujuan dari elemen pemeriksaan dan pengujian ini ialah untuk memastikan
bahwa:

1. Barang / material yang diproses telah diinspeksi dan atau telah diuji
sesuai dengan persyaratan,

2. Produk yang dihasilkan pada setiap proses kerja telah diinspeksi dan
atau diuji,

3. Produk akhir telah diinspeksi dan atau diuji, serta telah sesuai sebelum
diserahkankepada pemilik proyek.

Pada elemen ini kontraktor harus melaksanakan hal-hal sebagai berikut:


a. Menetapkan prosedur tertulis untuk kegiatan inspeksi dan pengujian,
b. Melakukan identifikasi dan pencatatan atas barang / material yang

datang sebelum diinspeksi dan atau diuji.


c. Melakukan inspeksi dan atau pengujian terhadap rangkaian kegiatan
pelaksanaan dan terhadap produk akhir sebelum diserahterimakan
kepada pemilik proyek,

d. Membuat catatan tertulis untuk kegiatan ini, dan mengendalikannya

sesuai elemen control ofquality record.


21

11. Pengendalian Terhadap Alat Pemeriksaan, Pengukuran dan Alat Uji (Control

ofInspection Measuring and Test Equipment)

Tujuan dari elemen ini adalah untuk memastikan bahwa pemeriksaan,

pengukuran dan pengujian telah dilaksanakan sesuai dengan alat-alat yang

akurasinya sudah dikendalikan. Pada elemen ini, kontraktor dituntut untuk:

a. Menetapkan prosedur tertulis untuk mengendalikan, mengkalibrasi,

dan memelihara alat inspeksi, alat ukur, dan alat uji di proyek,

b. Menetapkan cara pengukuran dan cara melakukan kalibrasi terhadap

alat inspeksi, alat ukur dan alat uji,

c. Menetapkan cara penanganan, perawatan, penyimpanan dan menjaga

fasilitas yang ada pada alat inspeksi, alat ukur, dan alat uji, sehingga

terjamin ketelitian dan kondisinya,

d. Membuat catatan tertulis untuk kegiatan ini, dan mengendalikannya

sesuai elemen control ofquality record.

12. Status Pemeriksaan dan Pengujian (Inspection and Test Status)

Tujuan dari elemen ini adalah untuk memastikan bahwa barang / material

atau produk yang dihasilkan yang telah diperiksa dan atau diuji telah memenuhi

persyaratan yang telah ditetapkan.

Pada elemen ini kontraktor harus melaksanakan hal-hal sebagai berikut:

a. Membuat prosedur tertulis yang menetapkan cara memberi identitas

atas hasil inspeksi dan atau alat uji, serta untuk memeliharanya,

b. Membuat catatan tertulis untuk kegitan ini, dan mengendalikannya

sesuai elemen control ofquality record.


22

13. Pengendalian atas Produk yang Tidak Sesuai (Control of Non Conforming

Product)

Tujuan dari elemen ini ialah untuk memastikan bahwa produk yang tidak

sesuai telah dicegah untuk memasuki proses selanjutnya. Pada elemen ini

kontraktor harus melaksanakan hal-hal sebagai berikut:

a. Membuat prosedur tertulis yang meneteapkan cara pengendalian

produk yang tidak sesuai sedemikian rupa sehingga produk yang tidak

sesuai dapat dikendalikan dan diikuti dengan tindakan perbaikan,

b. Menginspeksi kembali produk yang telah diperbaiki dan atau

dikerjakan ulang sampai produk tersebut memenuhi persyaratan,

c. Pimpinan puncak harus membahas produk-produk yang tidak sesuai

dalam management reviewyang dilakukan secara periodik,

d. Membuat catatan tertulis untuk kegiatan ini, dan mengendalikannya

sesuai elemen control ofquality record.

14. Tindakan Koreksi dan Pencegahan (Corrective and Preventive Action)

Tujuan dari elemen ini adalah untuk menghilangkan penyebab

ketidaksesuian yang terjadi dan mungkin akan terjadi, sesuai dengan besamya

masalah dan tingkat resiko yang dihadapi.

Pada elemen ini kontraktor harus melaksanakan hal-hal sebagai berikut:

a. Menetapkan prosedur tertulis untuk penerapan tindakan koreksi,

b. Menetapkan prosedur tertulis untuk penerapan tindakan pencegahan

atas penyimpangan yang diperkirakan dapat terjadi,


c. Pimpinan unit harus membahas tindakan koreksi dan pencegahannya

didalam management review yang dilakukan secaraperiodik.

d. Membuat catatan tertulis untuk kegiatan ini, dan mengendalikannya

sesuai elemen control ofquality record.

15. Penanganan, Penyimpanan, Pengemasan, Pencegahan Kerusakan dan


Penyerahan (Handling, Storage, Packaging, Preservation and Delivery)
Tujuan dari elemen ini ialah untuk memastikan bahwa barang/material
atau produk telah ditangani, disimpan, dikemas, dicegah kerusakannya dan
diserahkan sesuai dengan persyaratan.

Pada elemen ini kontraktor harus melaksanakan hal-hal sebagai berikut:

a. Menetapkan prosedur tertulis untuk penanganan, penyimpangan,

pengemasan, pencegahan kerusakan dan penyerahan,

b. Menetapkan metode untuk kegiatan ini sehingga penurunan mutu

dapat dicegah dan material yang disimpan harus diperiksa mutunya

pada selang waktu yang sesuai dengan jenis material tersebut,


c. Mengendalikan dan menjaga mutu produk sampai produk tersebut

diserahkan pada pemilik proyek.

d. Membuat catatan tertulis untuk kegiatan ini, dan mengendalikannya

sesuai elemen control ofqualityrecord.

16. Pengendalian Rekaman Mutu (Control ofQuality Record)


Tujuan elemen ini adalah untuk memastikan bahwa record dikendalikan
dengan baik, sehingga terjamin mutunya. Yang dimaksud record mutu ialah
24

record dari setiap kegiatan dan masalah yang berkaitan dengan mutu, tennasuk

milik subkontraktor.

Pada elemen ini kontraktor harus melaksanakan hal-hal sebagai berikut:

a. Membuat prosedur tertulis yang menetapkan cara pengidentifikasian,

pengumpulan, pemberian indeks, pengambilan, pengarsipan,

penyimpanan, pemeliharaan, dan pemusnahan record,

b. Menyimpan record dengan baik untuk dapat menunjukkan bahwa

persyaratan telah dipenuhi,

c. Record mutu harus dapat dievaluasi oleh pemilik proyek dalam

periode waktu yang disepakati bersama,

d. Menetapkan masa simpan record.

17. Audit Mutu Internal (Internal QualityAudit)

Tujuan dari elemen ini adalah untuk memastikan bahwa sistem manajemen

mutu dan hasil-hasil yang telah diverifikasi sesuai dengan rencana mutu yang

telah ditetapkan dan telah diketahui tingkat efektifitas penerapannya.

Pada elemen ini kontraktor harus melaksanakan hal-hal sebagai berikut:

a. Menetapkan prosedur tertulis untuk perencanaan dan penerapan audit

mutu internal,

b. Menetapkan jadwal audit mutu internal atas dasar kondisi dan tingkat

kepentingan kegiatan yang akan diaudit,

c. Hasil audit yang dilakukan oleh personel yang independent

disampaikan untuk menjadi perhatian penanggung jawab bidang yang

diaudit,
25

d. Tindak lanjut dari temuan auditor harus diverifikasi untuk mengetahui

efektifitas koreksi yang diambil,

e. Membuat catatan tertulis untuk kegiatan ini, mengendalikannya sesuai

elemen control ofquality record.

18. Pelatihan (Training)

Tujuan dari elemen ini ialah untuk memastikan bahwa semua personil

yang melakukan kegiatan yang mempengaruhi mutu telah memiliki kemampuan

yang memadai dalam bidangnya masing-masing sehingga produk yang dihasilkan

sesuai dengan rencana mutu.

Pada elemen ini kontraktor harus melaksanakan hal-hal sebagai berikut:

a. Menetapkan prosedur tertulis untuk identifikasi kebutuhan latihan dan

memberikan pelatihan,

b. Menetapkan persyaratan kemampuan dan mengevaluasi kemampuan

personel sesuai kemampuan yang dibutuhkan untuk bidang yang akan

menjadi tanggung jawabnya,

c. Memberikan pelatihan sesuai kebutuhan pelatihan masing-masing

personil,

d. Melakukan evaluasi atas hasil pelatihan tersebut dan membuat catatan

tertulis untuk kegiatan ini, serta mengendalikannya sesuai elemen

control ofquality record,

19. Pelayanan (Servicing)

Tujuan dari elemen ini ialah untuk memastikan bahwa pelayanan telah

dilakukan sesuai persyaratan yang telah ditetapkan. Ada kalanya setelah bangunan
26

dioperasikan timbul masalah-masalah teknis yang secara kontraktual belum tentu


menjadi tanggung jawab kontraktor, tetapi sering kadang-kadang pemilik proyek

membebankan pada kontraktor.

Jika pelayanan pada masa pemeliharaan telah disyaratkan secara khusus

dalam perjanjian pemborongan makakontraktor harus :

a. Membuat prosedur tertulis untuk melaksanakan, memverifikasi, dan

membuat sistem pelaporan yang menyatakan bahwa pelayanan

tersebut sudah memenuhi persyaratan,

b. Membuat catatan tertulis untuk kegiatan ini, dan mengendalikannya

sesuai elemen control ofquality record.

20. Teknik Statistik (Statistical Techniques)

Tujuan dari elemen ini adalah untuk menetapkan standar kemampuan

proses dan karakteristik produk, serta mengetahui kecenderungan hasil akhir. Bila
dipandang perlu, kontraktor harus menetapkan kegiatan-kegiatan yang akan

dibuat teknik statistiknya, sesuai kebutuhan bidang kontraktor serta membuat

catatan tertulis untuk kegiatan ini, dan mengendalikannya sesuai elemen control

ofquality record.

3.10. Pelaksanaan sistem manajemen mutu ISO 9002 pada pekerjaan

pelindung tebing (bronjong).

Standar Manajemen Mutu ISO 9000 merupakan standar yang mengatur

proses bukan hasil (Minawaty Tanudjaja, 1999). Dalam pelaksanaan pekerjaan


bronjong memerlukan proses. Proses inilah yang diatur oleh elemen-elemen yang

ada di dalam standar manajemen mutu ISO 9002, sedemikian rupa sehingga setiap
27

langkahnya akan mengarah dan mendukung tercapainya hasil akhir yang

disyaratkan oleh pemberi kerja. Elemen-elemen yang berhubungan dengan proses

ini antara lain:

3.10.1 Elemen Rencana Mutu

Rencana mutu merupakan panduan bagi kontraktor di dalam pengendalian

proses konstruksi yang berlaku untuk proyek tertentu. Penyusunannya didasarkan

pada dokumen kontrak yang telah disepakati oleh pemilik proyek dan kontraktor

(Wiryodiningrat, dkk, 1997).

Sesuai dengan Prosedur Umum Rencana Mutu PT. Wijaya Karya,

disebutkan bahwa elemen ini bertujuan untuk menjamin bahwa kegiatan "Quality

Assurance" pada setiap tahapan proses dilaksanakan sebagaimana mestinya di PT.

Wijaya Karya, sehingga persyaratan-persyaratan mutu yang disepakati dengan

pelanggan dapat dipenuhi (ISO 9000 klausul ke 4.2.B).

3.10. 2 Elemen Pembelian

Penunjukan subkonktraktor tidak boleh hanya didasarkan pada harganya

yang murah saja tetapi juga harus memperhatikan faktor kemampuan dan

bonafiditasnya (Wiryodiningrat, dkk, 1997).

Hal tersebut sejalan dengan apa yang disebutkan pada Prosedur Kualifikasi

Subkontraktor yang menyebutkan bahwa penunjukan subkontraktor harus melalui

seleksi, baik terhadap pengalaman kerja, sumber daya manusia, kepemilikan

peralatan kerja, kemampuan finansial, sistem mutu dan K3. Setelah melalui
28

seleksi aspek-aspek diatas, baru kemudian subkontraktor tersebut dimasukkan

dalam Daftar Subkontraktor Mampu (ISO 9000 klausul 4.06).

3.10.3 Elemen Pengendalian Proses

Prinsip didalam elemen pengendalian proses ini, seperti yang disebutkan

pada kausul 4.9 dari ISO 9000 adalah bagaimana kontraktor mampu menjamin

bahwa produk harus diproses secara terencana da.i terkendali. Agar terkendali

harus dibuat Instruksi Kerja untuk setiap tahap pekerjaan dan dilakukan

"monitoring" terhadap langkah demi langkah pekerjaan. Adapun yang dimaksud

dengan proses ini adalah rangkaian kegiatan pelaksanaan untuk menghasilkan

suatu produk.

3.10.4 Elemen Audit Mutu Internal (AMI)

Elemen ini bertujuan untuk memastikan bahwa sistem manajemen mutu dan

hasil-hasilnya telah diverifikasi sesuai dengan rencana mutu yang telah

ditetapkan, dan telah diketahui tingkat efektifitas penerapannya. Untuk mencapai

keberhasilan Audit Mutu Internal ini, ISO 9000 klausul ke 4.17 mensyaratkan:

"Audit Mutu Internal harus dilaksanakan oleh individu yang tidak terlibat atas

kegiatan yang sedang di audit". Penafsiran dari klausul tersebut ialah Audit Mutu

Internal harus dilaksanakan oleh individu yang benar-benar "independent".

Pelaksanaan AMI secara "cross audit" atau audit silang antar cabang atau antar

wilayah akan lebih menjamin tercapainya maksud tersebut (Wifyodjningrat,

1997).
29

3.11. Prinsip Penerapan ISO 9000

Melalui ISO 9000, setiap kegiatan yang mempengaruhi mutu dilakukan

dalam tiga rangkaian kegiatan yang tidak terputus, yaitu:

1. Perencanaan tertulis (say what you do)

2. Pelaksanaan dan pengendalian sesuai perencanaan (do whatyou say)

3. Rekam / catat hasil pelaksanaan (record what you did)

Dengan demikian, selalu harus ada dokumen dalam prinsip ISO 9000 , yaitu

panduan-panduan kerja yang selalu tertulis, serta catatan/rekaman hasil kerja.

Pada perencanaan, semua kegiatan yang mempengaruhi mutu harus

dibuatkan prosedur atau instruksi kerjanya untuk memastikan bahwa tujuan,

wewenang, dan tanggung jawab telah ditetapkan dan dipahami dengan baik.

Pada pelaksanaan dan pengendalian, semua kegiatan yang mempengaruhi

mutu harus dikendalikan untuk memastikan syarat yang diminta, telah dipenuhi.

Masalah yang mungkin timbul harus diantisipasi dan dihindari (Wiryodiningrat

dkk, 1997).

Untuk mengevaluasi penerapan sistem mutu pemsahaan, terdapat A

pertanyaan dasar, yaitu (Minawaty Tanudjaja, 1999):

1. Apakah alur proses operasi perusahaan telah ditentukan dengan jelas ?

2. Apakah prosedur-prosedur pelaksanaan telah dirumuskan secara

memadai?

3. Apakah alur proses dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan

dilaksanakan secara konsisten?


30

4. Apakah penerapan alur proses dan prosedur diatas memberikan hasil

yang efektif sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai?

Pertanyaan 1, 2, dan 3 menunjukkan pengukuran kinerja secara kualitatif

sedangkan pertanyaan ke empat menunjukkan pengukuran secara kuantitatif.

3.12. Pekerjaan Pelindung Tebing

Pelindung tebing ialah suatu bangunan yang ditempatkan pada permukaan

suatu lereng (tebing) guna melindungi suatu tebing alur sungai atau permukaan

lereng tanggul dan secara keseluruhan berperan meningkatkan stabilitas alur

sungai atau tubuh tanggul yang dilindunginya. Bangunan ini terletak pada pinggir

sungai (tebing) dan berfungsi untuk melindungi tebing dari gerusan aliran air

sungai. Bangunan pelindung tebing ini tediri dari susunan bronjong yang dipasang

memanjang pada tepi sungai. Selain menggunakan bronjong, bangunan ini dapat

juga terbuat dari gebalan rumput, hamparan berisi batu, pasangan batu, pasangan

blok beton, perkerasan dengan beton dan Iain-lain.

3.12.1 Deftnisi Bronjong.

Bronjong adalah keranjang kawat baja berlapis seng tebal berbentuk kotak

dalam berbagai ukuran. Selanjutnya dilapangan keranjang tersebut diisi dengan

batu yang bersih dan keras. Bagian tepi bronjong adalah kawat sisi yang lebih

besar, dimana ujung kawat anyaman diikat erat untuk menahan tekanan mendadak

atau bertahap yang timbul dari semua arah. Penyekat adalah bagian dalam dari

keranjang yang membagi ruangan menjadi bagian yang sama ukurannya. Kawat

pengikat ialah kawat yang dipakai untuk meugikat dan menghubungkan bronjong.
Kawat penyambung ialah kawat dibagian dalam yang digunakan untuk mencegah

menggelembungnya bronjong (Dokumen Lelang Paket No: WA-09, PT. Wijaya

Karya).

Anda mungkin juga menyukai