Modul 1 Rangkaian Elektrik II
Modul 1 Rangkaian Elektrik II
Rangkaian AC
1.1
2.1Tujuan
Tujuan
1. Memahami konsep impedansi dalam arti fisik
2. Memahami hubungan antara impedansi resistansi dan reaktansi pada rangkaian
seri RC dan RL
3. Memahami hubungan tegangan dan arus pada rangkaian seri RC dan RL
4. Mengukur pada fasa tegangan dan arus pada rangkaian seri RC dan RL
5. Memahami “response” terhadap frekuensi pada rangkaian seri RC dan RL
2.2Persiapan
1.2 Persiapan
Pelajari keseluruhan petunjuk praktikum untuk modul rangkaian AC ini. Kerjakan tugas
pendahuluan dan kumpulkan sesuai ketentuan yang berlaku.
Pendahuluan
Dalam arus bolak-balik, untuk bentuk gelombang sinus, impedansi adalah perbandingan
phasor tegangan dan phasor arus.
Dari hubungan tegangan dan arus seperti v = R i;
di dv
v=L ,i=C
dt dt
maka akan terlihat bahwa untuk sinyal tegangan sinusoidal (sinus atau kosinus):
pada R ; tegangan sefasa dengan arusnya
pada L ; tegangan mendahului 90o terhadap arusnya
pada C ; tegangan ketinggian 90o dari arusnya
Bila perbandingan tegangan dan arus pada R disebut resistansi, dan perbandingan
tegangan dan arus pada L dan C disebut reaktansi, maka akan terlihat bahwa resistansi
tidak akan “sebanding” dengan reaktansi.
Hal ini dinyatakan dengan adanya suatu operator “j” yang besarnya = −1 yang menunjukan
perputaran 90o searah atau berlawanan arah dengan jarum jam terhadap besaran
semula.
Tegangan resistor vR sefasa dengan I sedangkan tegangan kapasitor vC ketinggalan 90o dari
arus. Arus total mendahului antara 0o s.d. 90o. Sudut ketertingalan vi (θ) ditentukan oleh
perbandingan reaktansi dan resistansinya. Beda fasa antara vC dan i, atau vi dan i dapat
dilihat dengan membandingkan beda fasa antara vC dan vR, atau antara vi dan vR
(mengapa?)
Diferensiator
Masih dari persamaan di atas, bila output diambil pada resistor vO = vR, untuk vC >> vR akan
diperoleh vi ≈ vC sehingga
1 dvt
vi ≈
C
∫ i dt atau i ≈ C dt
Dengan demikian diperoleh hubungan output (vO = vR) dengan input (vi) sebagai berikut :
dvt
v = RC .
o
dt
Rangkaian dengan persyaratan ini dikenal sebagai rangkaian differensiator.
1
I >> RI
jωC
sehingga diperoleh ωCR >>1.
Kondisi terakhir ini adalah syarat frekuensi dan nilai-nilai kapasitansi dan resistansi untuk
memperoleh fungsi diferensiasi yang baik.
High-Pass Filter
Dari persamaan VI = V R +V C , bila diambil V O = V R , maka dapat dituliskan
vi
kapasitor ( vo = vC ) dan vR >> vC , maka vi ≈ vR sehingga vi ≈ Ri atau i ≈ . Pada
R
rangkaian integrator.
Syarat terpenuhinya fungsi rangkaian integrator RC yang baik adalah vR >> vC dalam bentuk
phasornya, hubungan di atas dapat dituliskan sebagai berikut :
1
Sehingga R >> atau ωCR >>11
ωC
Low-Pass Filter
Dari persamaan V I = V R +V R , bila diambil V O = V C maka dapat dituliskan :
Dengan ketiga keadaan di atas, rangkaian menunjukkan fungsi Low Pass Filter (LPF)
sederhana.
2.4
1.4 Tugas Pendahuluan
1. Turunkan persyaratan yang harus dipenuhi oleh rangkaian RL agar berfungsi
sebagai: differensiator integrator high pass filter dan low pass filter
2. Dengan harga R = 10 KΩ; 100 KΩ dan 1MΩ hitunglah harga C dan L dari
rangkaian RC dan RL untuk menjadi differensiator, integrator, high pass filter dan
low pass filter. Isikanlah syarat ini pada tabel data percobaan 1 dalam Buku
Catatan Laboratorium (BCL) saudara.
2.5
1.5 Percobaan
Memulai Percobaan
1. Sebelum memulai percobaan, isi dan tanda tangani lembar penggunaan meja
yang tertempel pada masing-masing meja praktikum.
2. Kumpulkan tugas pendahuluan pada asisten yang bertugas.
Rangkaian RC
1. Buatlah rangkaian dengan harga-harga besaran seperti pada Gambar 2-3.
Gambar 1 Rangkaian RC
1. Rangkailan sumber tegangan AC (2 Vrms dan f: 300 Hz) secara seri terhadap kapasitor
dan resistor. (Resistor : 10K ohm, Kapasitor : 0.1 uF)
2. Ukur tegangan resistor dan kapasitor (Vr dan Vc) menggunakan probe multimeter.
3. Amati dengan osiloskop bentuk gelombang Vc dan Vi serta amati beda fasanya dengan
menghitung menggunakan rumus berikut
𝜃 = (𝑡𝑙 ∗ 360°)/𝑇
4. Lakukan perhitungan teori untuk mengetahui tegangan Vr dan Vc. serta beda fasa
antara Vc dan Vr.
5. Setelah melakukan perhitungan dan pengukuran, catatlah pada Buku Catatan Praktikum
(BCP) anda.
Note : Sumber AC bisa meggunakan generator sinyal atau AC power pada simulasi
B. Rangkaian RL
Gambar 2 Rangkaian RL
1. Rangkailah sumber tegangan AC (2 Vrms dan f: 60 KHz) secara seri terhadap induktor
dan resistor. (Resistor : 1K ohm dan induktor : 2,5 mH)
2. Ukur tegangan resistor dan induktor (Vl dan Vr) menggunakan probe multimeter.
3. Amati dengan osiloskop bentuk gelombang Vl dan Vi serta amati beda fasanya dengan
menghitung dengan rumus berikut
𝜃 = (𝑡𝑙 ∗ 360°)/𝑇
4. Lakukan perhitungan teori untuk mengetahui tegangan Vr dan Vl. serta beda fasa antara
Vi dan Vl.
5. Setelah melakukan perhitungan dan pengukuran, catatlah pada Buku Catatan Praktikum
(BCP) anda.
Note : Sumber AC bisa meggunakan generator sinyal atau AC power pada simulasi
C. Rangkaian Diferensiator
Gambar 3 Rangkaian Diferensiator
1. Susun rangkaian seperti pada percobaan A. (Resistor : 1k,10k,100k ohm dan kapasitor :
0.1 uF)
2. Atur input pada generator sinyal/sumber kotak dengan input 4 Vpp dan frekuensi 500
Hz.
3. Dengan osiloskop pasang probe A pada titik input dan probe B pada titik output (yang
ditunjuk panah).
4. Ukur torsi (pengukuran) dengan menghitung menggunakan persamaan berikut
𝑡𝑖𝑚𝑒
( 𝑥 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘)
𝑑𝑖𝑣
5. Selanjutnya lakukan perhitungan torsi dengan mengkali nilai R dan C
6. Lakukan percobaan lagi dengan nilai resistor berbeda.
7. Catatlah hasil pengukuran dan perhitungan serta grafik ke BCP.
D. Rangkaian Integrator
1. Susun rangkaian seperti pada percobaan A. Tukar posisi kapasitor dan resistor. (Resistor:
1k, 10k, 100k ohm dan Kapasitor : 10nF dan 8.2 nF)
2. Atur input pada generator sinyal/sumber sinyal kotak dengan input 4 Vpp dan frekuensi
500 Hz.
3. Dengan osiloskop cari bentuk gelombang dari tegangan input dan tegangan output.
Dengan probe A pada input dan probe B pada output (Ditunjuk oleh panah)
4. Ukur torsi dengan menghitung menggunakan persamaan berikut
𝑡𝑖𝑚𝑒
( 𝑥 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘)
𝑑𝑖𝑣