0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
195 tayangan14 halaman

Kelompok 11 Makalah Ilmu Alquran

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 14

MAKALAH

"ILMU QASHASHIL QUR'AN"

DOSEN PEMANDU:
Dr.H.AndiAbdul Hamzah,Dr.,LC.,M.Ag

DISUSUN OLEH:
Kelompok 11
Nurul Amalia Rahmadani Farli
Nurimaniah
Muh.Rais Akramaryadi
Mufadhdhal Raihan Al Asyraf yusuf

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang saat ini masih memberikan kita nikmat
iman dan kesehatan, sehingga kami diberi kesempatan yang luar biasa ini yaitu
kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang “Ilmu Qashashil
Qur'an.”

Shalawat dan salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah
SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni
Syariat agama Islam yang sempurna dimana merupakan satu-satunya karunia paling
besar bagi seluruh alam semesta.

Sekaligus pula kami menyampaikan rasa terimakasih yang sebanyak-


banyaknya untuk Bapak Dr. H. Andi Abdul Hamzah, Lc. M. Ag selaku dosen mata
kuliah Ilmu Al-quran yang telah menyerahkan kepercayaannya kepada kami guna
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Kami juga berharap dengan sungguh-
sungguh supaya makalah ini mampu berguna serta bermanfaat dalam meningkatkan
pengetahuan sekaligus wawasan terkait ilmu Qashashil qur'an.

Selain itu kami juga sadar bahwa pada makalah kami ini dapat ditemukan
banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami benar-
benar menanti kritik dan saran untuk kemudian dapat kami revisi dan kami tulis di
masa yang selanjutnya, sebab sekali kali lagi kami menyadari bahwa tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif.

Di akhir kami berharap makalah sederhana kami ini dapat dimengerti oleh
setiap pihak yang membaca. Kami pun memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila
dalam makalah kami terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................
1.Latar Belakang Masalah.................................................................
2.Rumusan Masalah............................................................... ...........
3.Tujuan penulisn……………………….............................……..
BAB 2 PEMBAHASAN.......................................................................................
1.Defenisi Qashashil Qur'an……….….……....................................
2.Macam-macam Qashashil Qur'an…………..……........................
3.Manfaat Qashashil Qur'an………………….….............................
4.Pengulangan Kisah Dalam Al-Qur'an Dan Hikmahnya................
5.Bantahan Terhadap Kritikan Orientalis……...….....................…
BAB 3 PENUTUP..............................................................................................
1.Kesimpulan ...............................................................................
2.Saran.........................................................................................
BAB 4
DAFTAR PUSTAKA................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Al qur’an merupakan kitab suci umat Islam sebagai pedoman hidup,


didalamnya termuat hukum-hukum Islam, janji-janji surga bagi yang beriman dan
ancaman neraka bagi yang ingkar, berita-berita masa lalu, hari kiamat, rahasia-rahasia
ilmu pengetahuan yang baru dapat di buktikan dijaman sekarang, kisah-kisah nabi
dan orang-orang terdahulu yang menjadi bahan perenungan dan teladan jika kisah
tersebut baik, dan masih banyak lagi kandungan-kandungan isi Alqur’an.

Semua itu patut untuk dipelajari karena itu semua adalah isi kandungan kitap
suci kita, sebagai umat Islam, berbahagialah kita pada hari ini berkesempatan untuk
mempelajari satu dari berbagai konten yang ada dalam Alqur’an, ilmu
qashashalqur’an atau kisah-kisah yang ada dalam Alqur’an menjadi topik indah yang
akan kita bahas pad hari ini

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian qashashil Alqur’an
2. Apa saja macam-macam qashashil Alqur’an
3. Apa manfaat qashashil Alqur’an
4. Bagaimana pengulangan kisah dalam Al-Qur’an dan apa hikmahnya
5. Bagaimana bentahan terhadap kritikan orientalis
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian qashashil Alqur’an
2. Untuk mengetahui saja macam-macam qashashil Alqur’an
3. Untuk mengetahui manfaat qashashil Alqur’an
4. Untuk mengetahui pengulangan kisah dalam Al-Qur’an dan apa hikmahnya
5. Untuk mengetahui Bagaimana bentahan terhadap kritikan orientalis

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN QHASASIL AL QUR’AN
Menurut bahasa, Qashshash adalah bentuk kata jamak dari qishah, yang
berarti mengikuti jejak atau menelusuri bekas, atau cerita/kisah. Dan menuut istilah
QashshashilQur’an berarti kisah-kisah dalam Alqur’an yang meceritakanikhwal
umat-umat dahulu dan Nabi-nabi mereka serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pada
masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang. Di dalam Alquran banyak
diceritakan umat-umat dahulu dan sejarah nabi/para Rasul serta ihwal negara dan
perilaku bangsa-bangsa kaum dahulu.

Banyak isi dari Alqur’an yang menceritakan kejadian manusia pertama Nabi
Adam a.s. dan kehidupannya, menerangkan kenikmatan surga dan siksaan neraka di
akhirat, sebagaimana sering menjelaskan nama-nama malaikat dan keadaan hari
kiamat dan sebagainya.

Kisah-kisah itu didengarkan oleh bangsa Arab dan pakar-pakar sejarah dari
berbagai bangsa yang lain, dari para ahli kitab, orang-orang yahudi dan Nasrani serta
orang kafir Quraisy. Bagi orang-orang kafir, cerita Alqur’an tersebut mnjadi bahan
fitnahan dan tertawaan, sedangkan bagi orang mukmin menambah
keimanan[1].seperti keterangan ayat 31 surat Al Muddatsir:
ٓ
۟ ‫وا لِ َي ْس َت ْيقِ َنٱلَّذِي َنأُو ُت‬
‫وا‬ ۟ ‫اج َع ْل َنا ِعدَّ َت ُه ْمإِاَّل فِ ْت َن ًةلِّلَّذِي َن َك َف ُر‬َ ‫ة ۙ َو َم‬%ً ‫ارإِاَّل َم ٰلَئِ َك‬
ِ ‫ص ٰ َح َبٱل َّن‬ْ َ‫اج َع ْل َنٓاأ‬
َ ‫َو َم‬
ٰ
ۙ َ‫وا ٱ ْل ِك َت َب َوٱ ْل ُم ْؤ ِم ُنون‬ ۟ ‫ٱ ْل ِك ٰ َت َب َو َي ْزدَادَٱلَّذِينَ َءا َم ُن ٓو ۟ا إِي ٰ َم ًنا ۙ َواَل َي ْر َتا َبٱلَّذِي َنأُو ُت‬
َ ‫ض َوٱ ْل ٰ َكفِ ُرو َن َم َاذٓاأَ َرادَٱللَّ ُه ِب ٰ َه َذا َم َثاًل ۚ َك ٰ َذلِ َك ُيضِ ٱُّلللَّ ُه َمن َي‬
َ ‫شٓا ُء َو َي ْهدِى َمن َي‬
ۚ ‫شٓا ُء‬ ٌ ‫وب ِهم َّم َر‬ ِ ُ‫َولِ َيقُوٱَللَّذِي َنفِىقُل‬
َ ‫َو َما َي ْعلَ ُم ُج ُنودَ َر ِّب َكإِاَّل ه َُو ۚ َو َما ِه َىإِاَّل ِذ ْك َر ٰىلِ ْل َب‬
‫ش ِر‬

Artinya: Dan tiada kami jadikan penjaga-penjaga neraka itu, melainkan terdiri dari
malaikat. Dan tidak kami jadikan bilangan mereka itu, melainkan untuk menjadi
fitnah bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi kitab menjadi yakin
dan supaya orang-orang yang beriman bertambah kuat imannya

B. MACAM MACAM KISAH (QASHASH)


Kisah-kisah dalam Alqur’an sangat banyak dan bermacam-macam, ada yang
menceritakan para Nabi dan umat-umat terdahulu, dan ada yang menceritakan
berbagai peristiwa dan keadaan, dari masa lampau, masa kini dan masa yang akan
datang.

1. Ditinjau dari segi waktu

Qashshashil Qur’an jika di lihat dari segi waktu kisahnya, maka dapat di bagi
menjadi tiga macam, yaitu

a) Kisah hal-hal ghaib pada masa lalu, yaitu kisah yang menceritakan kejadian-
kejadian ghaib yang sudah tidak bisa di tangkap panca indra, yang terjadinya
pada masa lampau, contohnya seperti kisah para Nabi dan Rasul, kisah
maryam, dan kisah umat-umat dahulu.
b) Kisah hal-hal ghaib pada masa kini, yaitu kisah-kisah yang menerangkan hal-
hal ghaib pada masa sekarang, (meski sudah ada sejak dulu dan masih akan
tetap ada sampai masa yang akan datang) dan kisah yang menyingkap rahasia-
rahasia orang-orang munafik. Contohnya kisah yang menerangkan Allah SWT
dan segala Sifat-sifat-Nya, kenikmatan surga, siksa neraka, malaikat, jin, dan
setan. Kisah-kisah tersebut sudah ada sejak jaman dahulu dan akan tetap ada
sampai jaman yang akan datang.
c) Kisah hal-hal ghaib pada masa yang akan datang, yaitu kisah yang
menceritakan peristiwa-peristiwa yang akan datang yang belum terjadi ketika
Alqur’an diturunkan, kemudian perstiwa tersebut betul-betul terjadi, oleh
karena itu, pada masa sekarang, peristiwa tersebut benar-benar terjadi.
Contohnya seperti kemenangan bangsa Romawi atas Persia.
2. Ditinjau dari segi materi
Jika QashshashilQur’an ditinjau dari segi materi yang di ceritakan, maka
QashshashilQur’an itu terbagi menjadi tiga, yaitu:
a) Kisah-kisah para Nabi dan Rasul, mukjizt mereka, fase-fase dakwah,
penentang serta pengikut mereka. Contohnya kisah nabi Adam, Nuh, Ibrahim,
Musa dan Nabi-nabi yang lain.
b) Kisah orang-orang yang belum tentu Nabi dan Rasul dan kelompok-kelompok
manusia tertentu, contohnya kisah Ashabul Kahfi, Luqmanul Hakim, Qarun,
Thaluth, Yaqut, Ashabul Fiil, dll.
c) Kisah-kisah yang ada pada jaman Rasulullah SAW. Contohnya kisah perang
badar, perang Uhud, Hijrah, dan Isra’ Mi’raj Rasulullah.
C. Faedah Qashash Al Quran

Ada beberapa kisah dalam Al qur’an membawa banyak faedah, yang penting
diantaranya sebagai berikut:

a) Menjelaskan perinsipdakwahkepada agama Allah dan keterangan pokok-


pokok syariat yang dibawa oleh masing-masing nabi/Rasul, contohnya seperti
keterangan ayat 25 surat Al anbiya
b) Mantapkan hati Rasulullah dan ummatnya serta memperkuat keyakinan kaum
mukmin terhadap kemenangan yang benar dan kehancuran yang fatal.
Contohnya seperti penjelasan ayat 120 surat hud:
c) Mengoreksi pendapat para ahli kitab yang suka menyembunyikan keterangan
dan petunjuk-petunjuk kitab sucinya dan membantahnya dengan argumentasi-
argumentasi yang terdapat pada kitab-kitab sucinya sebelum diubah dan
diganti oleh mereka sendiri, contoh ayat 93, surat Ali Imran:
d) Lebih meresapkan pendengaran dan memantapkan keyakinan dalam jiwa para
pendengarnya, karena kisah-kisah itu merupakan salah satu dari bentuk
peradaban, contoh ayat 111, surat Yusuf
e) Untuk memperlihatkan kemukjizatan Al qur’an dan kebenaran Rasulullah di
dalam dakwah dan pemberitaannya mengenai umat-umat terdahulu ataupun
keterangan-keterangan beliau yang lain. Contoh ayat 27 surat Al Fath:

ۖ َ‫ ِرينَاَل تَخَ افُون‬VVVVVVVVVVV‫ص‬ ِّ َ‫ْجد َْٱل َح َرا َمإِن َشٓا َءٱهَّلل ُ َءا ِمنِينَ ُم َحلِّقِينَ ُر ُءو َس ُك ْم َو ُمق‬
ِ ‫ق ۖ لَتَ ْد ُخلُنَّ ْٱل َمس‬
ِّ ‫ولَهُٱلرُّ ْءيَابِ ْٱل َح‬VVVVVVVVVVV‫ص َدقَٱللَّهُ َر ُس‬
َ ‫لَّقَ ْد‬
‫وا فَ َج َعلَ ِمندُونِ ٰ َذلِ َكفَ ْتحًاقَ ِريبًا‬
۟ ‫فَ َعلِممالَ ْمتَ ْعلَ ُم‬
ََ

Artinya : Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang


kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti
akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur
rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah
mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu
kemenangan yang dekat.

f) Memperlihatkan para nabi dahulu dan kitab-kitab sucinya, serta


mengabadikan nama baik dan jasa-jasanya, contoh ayat 111 surat yusuf:
g) Menunjukkan kebenaran Al qur’an dan kebenaran kisah-kisahnya, karena
segala yang dijelaskan Allah dalam Alqur’an adalah benar.
h) Menanamkan pendidikan akhlakul karimah dan mempraktekannya, karena
kisah-kisah yang baik itu dapat meresap dalam hati nurani dengan mudah dan
baik, serta mendidik untuk meneladani yang baik dan menghindari yang jelek.
[5]
D. PengulanganKisah Dalam Al-Qur'an Dan Hikmahnya

Dalam Alquran, banyak sekali kisah-kisah yang diulang, bahkan sampai


puluhan kali, sperti kisah nabi-nabi terdahulu seperti nabi Musa, Ismail, Adam,
dawud, Ibrahim, dll. Hanya saja pengulangan kisah-kisah itu dalam bentuk yang
berbeda-beda, kadang secara singkat, kadang secara sedang bahkan kadang secara
panjang lebar.

Dalam al-Quran selain diungkapkan kisah-kisah yang hanya sekali saja seperti
kisah Luqman al-Hakim, kisah Ashabal-Kahfi dan lain-lain. Juga ada kisah yang
mengalami pengulangan-pengulangan sesuai kebutuhan dan kemaslahatan.

Pengulangan kisah tersebut tidak saja dalam satu bentuk. Pada satu tempat ada
bagian-bagian yang didahulukan, sedang di tempat lain diakhirkan. Demikian pula
terkadang dikemukakan secara ringkas dan kadang-kadang secara panjang lebar.

Menurut Muhammad Said Ramadhan al-Buthi, pengulangan kisah dalam al-


Quran bukanlah pengulangan yang meliputi seluruhnya, melainkan hanya bagian-
bagian tertentu saja. Jika diteliti secara mendalam pengulangan tersebut terjadi dalam
tiga bentuk :
a) Pengulangan kisah dengan tokoh yang berbeda. Misalnya kisah Nabi Nuh as.,
Hud as., dan Saleh as. dalam QS. al-A'raf (7): 59-64, 65-72,73-79.
b) Pengulangan kisah dengan kronologi yang berbeda. Misalnya kisah Nabi
Syu'aib yang di-ceritakan dalam QS. al-A'raf (7): 85-93. QS. Hud (11): 84-95,
dan kisah Nabi Luth as. dalam QS. Hud (11): 77-83 dan, al-Hijr (15): 61-75.
c) Pengulangan dengan gaya bahasa yang berbeda. Misalnya kisah Nabi Musa
as. yang diceritakan dalam QS. Thaha (20): 24-98, asy-Syu'ara (26)' 10-68 dan
al-Qashash (28): 1-24.

Adapun hikmah pengulangan kisah dalam al-Quran adalah :

a) Menjelaskan kebalaghahan al-Quran dalam tingkat paling tinggi. Sebab di


antara keistimewaan balaghah adalah mengungkapkan sebuah makna dalam
berbagai macam bentuk yang berbeda. Dan kisah yang berulang itu
dikemukakan di setiap tempat dengan uslub yang berbeda satu dengan yang
lain serta dituangkan dalam pola yang berlainan pula, sehingga tidak membuat
orang merasa bosan karenanya. Bahkan dapat menambah ke dalam jiwanya
makna-makna baru yang tidak didapatkan di saat membacanya di tempat lain
b) Menunjukkan kebenaran ijazal-Quran. Sebab mengemukakan sesuatu makna
dalam berbagai bentuk susunan kalimat di mana salah satu bentuk pun tidak
dapat ditandingi oleh sastrawan Arab. Merupakan tantangan dahsyat dan bukti
bahwa al-Quran itu datang dari Allah
c) Memberikan perhatian penuh kepada kisah itu, agar pesannya lebih mantap
dan melekat dengan jiwa. Hal ini karena pengulangan merupakan salah satu
cara pengukuhan dan indikasi betapa besarnya perhatian misalnya kisah Musa
dan Fir'aun.
d) Perbedaan tujuan yang karenanya kisah itu diungkapkan maka sebagian dari
maknanya diterangkan dan satu sama lainnya itulah yang diperlukan, sedang
makna-makna lainnya dikemukakan di tempat yang lain sesuai dengan
tuntutan yang lain.
E. BANTAHAN-BANTAHAN TERHADAP ORIENTALIS
Berbagai bantahan dari dunia Islam dikemukakan untuk menangkis tuduhan-
tuduhan yang dilontarkan oleh para orientalis. Bantahan-bantahan tersebut datang
dari para cendekiawan-cendekiawan muslim, seperti Fazlur Rahman, MM.Azami dan
lain sebagainya. Di samping itu, penulis juga akan mengemukakan bantahan terhadap
apa yang dituduhkan oleh orientalis tersebut.

Mengenai citra Muhammad yang didistorsikan, menurut penulis, hal itu


adalah barang atau tuduhan lama yang sudah kerap terdengar ketika Muhammad
sedang berdakwah. Maka dapat disimpulkan tuduhan tersebut sangat tidak beralasan.
Sedangkan mengenai hadits dan sunnah yang diartikan sebagai adat atau kebiasaan
nenek moyang, penulis mengutip bantahan yang dikemukakan oleh Fazlur Rahman,
menurutnya para orientalis gagal menemukan perbedaan penting antara hadits dan
sunnah,akibatnya mereka sampai pada kesimpulan bahwa sunnah Nabi dalam
kenyataannya bukanlah dari Nabi, tapi merupakan tradisi umum yang berlaku di
tengah-tengah masyarakat Islam. Jadi mereka tidak dapat membedakan dan
mencampuradukkan sunnah yang dipakai dalam arti kebiasaan dan sunnah yang
disandarkan kepada Nabi. Hal itu wajar saja dilakukan oleh umat Islam, yang
menggunakan bahasa Arab, karena bahasa Arab mempunyai maksud yang muradif.

Sedangkan mengenai tuduhan bahwa hadits dan isnad itu adalah buatan umat
Islam pada abad kedua, penulis mengutip sesuatu yang dikemukakan Azami. M. M.
Azami telah memaparkan secara rinci tentang bukti adanya tradisi tulis-menulis pada
masa awal Islam. Menurutnya, beberapa sahabat yang telah melakukan tradisi
penulisan hadits, misalnya Ummu al-Mu’minin Aisyah, Abdullah bin Abbas, Jabir
bin Abdullah, Abdullah bin Amr bin al-’Asy, Umar bin Khattab dan Ali bin Abi
Thalib. Namun kesadaran umum kaum muslimin untuk menulis ini baru mencuat ke
permukaan setelah terinpirasi oleh kebijaksanaan Umar bin Abdul Aziz, yang pada
periode inilah, pentingnya penulisan hadits Nabi Muhammad SAW baru terasa.
Fenomena ini juga diperkuat oleh statemen orientalis lainnya, seperti Fuad Seizgin
yang telah memberi ulasan tentang problem autentisitas hadits. Menurutnya, di
samping tradisi oral hadits, sebenarnya juga telah terjadi tradisi tulis hadits pada
zaman Nabi Muhammad, kendatipun para sahabat sangat kuat hapalannya.\

Mengenai kritik matan hadits “keutamaan tiga masjid” yang dianggap palsu
oleh Goldziher. Goldziher tampaknya salah dalam membaca sejarah. Ahli sejarah
mengemukakan tentang tahun kelahiran al-Zuhri antara tahun 50 H sampai 58 H. Ia
juga tidak pernah bertemu Abd Malik bin Marwan sebelum tahun 81 H. Di segi lain,
pada tahun 67 H. Palestina berada dibawah kekuasaan Abd Malik bin Marwan.
Sedangkan orang-orang Bani Umayyah pada tahun 68 H berada di Makkah. Sumber
sejarah juga menunjukkan bahwa pembangunan kubah al-Shakhra itu baru dimulai
tahun 69 H.

Alasan IgnazGoldziher di atas sangatlah tidak representatif, tidak jujur dan


terkesan mengada-ada. Kalaupun Nabi Muhammad Saw mendapatkan
pengetahuannya dari orang Yahudi dan Kristen, bukan berarti Nabi Muhammad Saw
menjiplak gagasan Yahudi. Jika pada kenyataannya ada guru yang mengajari Nabi
Muhammad Saw tentang ajaran-ajaran Yahudi, tentunya guru tersebut akan
menggugat bahkan menolak mentah-mentah hadits Nabi Muhammad SAW itu.
Berikutnya mengenai tuduhan IgnazGoldziher terhadap perawi hadits sangat tidak
beralasan, karena pada kenyataannya tradisi periwayatan hadits terbagi menjadi dua,
yaitu periwayatan bial-lafdzidan periwayatan bial-ma’na. Jenis periwayatan yang
kedua yang telah disorot oleh IgnazGoldziher dengan argumennya bahwa perawi
hadits yang menggunakan tradisi periwayatan bial-ma’na dicurigai telah
meriwayatkan lafadz-lafadz yang dengan sengaja disembunyikan, sehingga
redaksinya menjadi tidak akurat. Padahal, adanya tradisi periwayatan bial-ma’na ini
dikarenakan sahabat Nabi Muhammad Saw tidak ingat betul lafadz aslinya. Dan yang
terpenting bagi sahabat Nabi adalah mengetahui isinya atau matan yang terkandung di
dalamnya. Di samping itu, tradisi ini tidak dikecam oleh Nabi Muhammad Saw,
mengingat redaksi hadits bukanlah al-Qur’an yang tidak boleh diubah susunan bahasa
dan maknanya, baik itu dengan mengganti lafadz-lafadz yang muradif (sinonim) yang
tidak terlalu mempengaruhi isinya, berbeda dengan al-Qur’an sebab ia merupakan
mu’jizat dari Allah yang mungkin diubah.

Mengenai tuduhan yang dilancarkan J.Schacht, semua pernyataannya telah


dibantah antara lain oleh Profesor Muhammad Abū Zahrah dari Universitas Kairo,
Mesir, oleh Profesor Zafar Ishaq Ansari dari Islamic ResearchInstitute Islamabad,
Pakistan, dan oleh Profesor Muhammad Mustafa al-Azami dari Universitas King
Saud Riyadh, Saudi Arabia. Menurut Profesor Muhammad Musthafāal-
A‛zamī,kekeliruan dan kesesatan Schacht dalam karyanya itu disebabkan oleh lima
perkara: (1) sikapnya yang tidak konsisten dalam berteori dan menggunakan sumber
rujukan, (2) bertolak dari asumsi-asumsi yang keliru dan metodologi yang tidak
ilmiah, (3) salah dalam menangkap dan memahami sejumlah fakta, (4)
ketidaktahuannya akan kondisi politik dan geografis yang dikaji, dan (5) salah faham
mengenai istilah-istilah yang dipakai oleh para ulama Islam.

Darmalaksana mencatat beberapa hal yang dianggap sebagai kekeliruan


orientalis dalam memandang hadits, yaitu:

Goldziher senantiasa menggunakan suatu kejadian yang bersifat khusus dan


terbatas untuk menjadi bukti-bukti hal yang umum.Goldziher dan
Schachtseringkali tidak melakukan analisis yang mendalam tentang bahan-
bahan kesejarahan yang mereka pakai dalam pembuktian.

Banyaknya penafsiran yang nyata salah dalam mengartikan ucapan-ucapan


atau kejadian-kejadian yang diberitakan dalam sumber-sumber kesejarahan.

Adanya sekumpulan obyektivitas paradoks dari keduanya sebagai orientalis


non-muslim, yang setidaknya menyimpan misi-misi tersendiri.Mereka
biasanya belum selesai dalam membaca sejarah dan langsung menarik
kesimpulan

BAB 3
PENUTUP
A. Simpulan
Menurut bahasa, Qashshash adalah bentuk kata jamak dari qishah, yang
berarti mengikuti jejak atau menelusuri bekas, atau cerita/kisah. Dan menuut istilah
QashshashilQur’an berarti kisah-kisah dalam Alqur’an yang meceritakanikhwal
umat-umat dahulu dan Nabi-nabi mereka serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pada
masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang
Macam-macam QashshashilQur’an jika di lihat dari segi waktu kisahnya
adalah kisah-kisah hal-hal ghaib pada masa lalu, kisah-kisah hal-hal ghaib pada
sekarang, kisah-kisah hal-hal ghaib pada yang akan datang.
Macam-macam QashshashilQur’an jika di lihat dari segi materinya adalah
kisah-kisah para Nabi dan Rasul, mukjizat mereka, fase-fase dakwah, penentang serta
pengikut mereka. Kisah-kisah orang-orang yang belum tentu Nabi, dan kelompok
orang-orang tertentu, dan kisah-kisah pada jaman Rasulullah.
tujuan qashashilqur’an ialah menetapkan adanya wahyu dan kerasulan, dll.
Faedah qashashilqur’an ialah menjelaskan perinsipdakwahkepada agama Allah dan
keterangan pokok-pokok syariat yang dibawa oleh masing-masing nabi/Rasul. dll
B. Saran
Demikian persembahan makalah dari penulis, penulis sudah berusaha
semaksimal mungkin untuk mempersembahkan yang terbaik, walaupun tidak di
pungkiri masih banyak kesalahan dari penulis sendiri,  semoga  makalah ini
bermanfaat bagi pembaca dalam memahami materi ilmu qashashalqur’an

BAB 4
DAFTAR PUSTAKA
Kulyahinternet.blogspot.com.2015."makalah kashashilqur'an, kisah-kisah Al-qu'ran
lengkap",http://kulyahinternet.blogspot.com/2015/11/makalah-qashashil-quran-kisah-
kisah-al.html?m=1,diakses pada 21 September 2020 pukul 20.00

Mursalin,Mushlihin Ibnu.2012."pengulangan kisah dalam Al-


qur’an",https://www.referensimakalah.com/2012/09/pengulangan-kisah-dalam-al-
quran.html?m=1, diakses pada 23 September 2020 pukul 16.00

Fathurrohman, Muhammad.2012."Bantahan-Bantahan terhadap


orientalis",https://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/12/06/bantahan-bantahan-
terhadap-orientalis/, diakses pada 22 september 2020 pukul 16:00

Anda mungkin juga menyukai