Erdiana LaprakEDP TitrasiKonduktometri

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

ELEKTROANALISIS DAN DASAR PEMISAHAN

Titrasi Konduktometri

Kimia reguler 2018

Disusun Oleh :
Erdiana Putri Pertiwi (062118057)

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENEGTAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PAKUAN

BOGOR

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini yaitu menetapkan kadar Pb secara titrasi


konduktometri dengan cara grafik sebagai penentuan titik ekivalen.

1.2 Prinsip Kerja

Prinsip titrasi konduktometri didasarkan pada selama titrasi, salah satu ion
digantikan oleh ion lainnya dan kedua ion memiliki perbedaan ionik konduktivitas
dengan hasil bahwa konduktivitas larutan bervariasi selama titrasi. Titik ekivalen
dapat ditemukan secara grafis dengan memplot perubahannya dalam konduktansi
sebagai fungsi volume titran yang ditambahkan. Nilai konduktansi ionik
bervariasi antara kation dan anion. Akhirnya, konduktivitas juga tergantung pada
terjadinya reaksi kimia dalam larutan elektrolitik.

1.3 Dasar Teori

Larutan elektrolit mempunyai kemampuan untuk menghantarkan arus


listrik. Kemampuan menghantarkan arus listrik ini merupakan sifat yang berguna
untuk menyelesaikan masalah dibidang elektrokimia. Sifat hantaran ini secara
kuantitatif digunakan dalam menganalisis zat pada metode konduktometri.
Konduktometri merupakan metode analis kimia yang didasarkan atas daya hantar
listrik suatu larutan. Daya hantar listrik suatu larutan bergantung pada pergerakan
ion dalam suatu larutan, ion yang bergerak dengan mudah mempunyai daya hantar
listrik yang besar (Basset, 1994).
Titrasi konduktometri didasarkan pada metode analisa kuantitatif yang
memanfaatkan daya hantar listrik suatu larutan. Besarnya daya hantar yang
diperoleh bergantung pada beberapa faktor, diantaranya adalah jumlah partikel-
partikel bermuatan dalam larutan, jenis ion yang ada, mobilitas ion
media/pelarutnya, suhu, gaya tarik menarik ion dan jarak elektroda. Daya hantar
listrik berhubungan dengan pergerakan suatu ion di dalam larutan ion yang mudah
bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar. Pada konduktometri
menggunakan dua elektrode inert (platinum yang terplatinasi) untuk mengukur
konduktansi/daya hantar larutan elektrolit antara kedua elektrode tersebut,
biasanya digunakan arus bolak balik dan alat penyeimbang jembatan Wheatstone.
Konduktivitas suatu larutan elektrolit pada setiap temperatur bergantung pada ion-
ion yang ada dan konsentrasi ion-ion tersebut. Titrasi konduktometri dapat
digunakan untuk menentukan titik ekuivalen suatu titrasi (Svehla 1990).

Metode konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi jika


perbedaan antara konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan
reagen dengan tetapan sel harus diketahui. Maka selama pengukuran yang
berturut-turut jarak elektroda harus tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan
hantarannya tidak berfungsi secara linear dengan konsentrasi (Khopkar 2008).
BAB II

ALAT DAN BAHAN

2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan yaitu power supply (satu daya) 1,5 volt, pipet
volumetrik, magnetic stirrer, mikroburet, gelas piala dan labu ukur 500 mL,
pernometer dan sel konduktometri.

2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan yaitu larutan Pb asetat, larutan asam sulfat,


aquades, asam oksalat, larutan natrium karbonat dan larutan KCl 0,01 N.
BAB III
PROSEDUR KERJA

A. Penetapan tetapan cell


 Dibilas cell konduktometri dengan larutan standart 0,01 N KCl
 Diukur nilai konduktansi larutan standart 0,01 N KCI dan catat
temperature (atau pengukuran resistansi)
 Dihitung tetapan cell

B. Pembuatan larutan standart 0,1 M asam sulfat


 Kedalam air suling 200 ml ditambahkan 14,0 ml H2SO4 pekat sedikit demi
sedikit sambil didinginkan

 Dipindahkan ke botol ukur 500 ml dan diencerkan sampai tanda tera

 Distandarisasi larutan ini dengan larutan NaOH standar

C. Penetapan Pb
 Diamati nilai konduktansi (atau resistansi) larutan cuplikan yang
disediakan

 Dengan bola karet hisap, dipipet 50 ml lartutan cuplikan ke dalam cell


titrasi konduktometri dimasukkan batang pengaduk kecil ke dalamnya.

 Disiapkan mikro buret, bilas dan isi dengan larutan asam sulfat yang telah
dipersiapkan dan di standarisasi.

 Diaduk larutan Pb asetat dan ditambahkan titran sebanyak 0,3 ml, aduk
selama 15 detik. Dan diamati nilai konduktansi (atau nilai resistensinya)
dan dicatat suhu larutan.
 Lanjutkan prosedur penambahan titran ini dengan setiap penambahan
sebanyak 0,3 ml sampai diperoleh 4 titik setelah lewat titik ekivalen.
 Ulangi penetapan ini dengan cuplikan yang baru dua atau tiga kali ulangan

 Dibuat plot masing – masing titrasi antara ml titran sebagai ordinat dan
nilai konduktansi sebagai sumbu absis.
 Ekstrapolasikan kurva dan temukan ekivalen serta hitung/nilai atau
moralitas Pb asetat.
BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

4.1 Data Pengamatan


 Pb asetat :
Bobot gelas arloji : 21,2576 gram
Bobot gelas arloji + Pb-asetat : 40,2243 gram
Bobot Pb-asetat : 18,9667 gram
 Data Titrasi Konduktometri
volume titran (ml) Konduktansi (mS)
0 3.77
0.3 3.7
0.6 3.64
0.9 3.6
1.2 3.57
1.5 3.51
1.8 3.47
2.1 3.29
2.4 3.27
2.7 3.23
3 3.23
3.3 3.14
3.6 3.11
3.9 2.97

4.2 Perhitungan
A. Perhitungan bobot Pb-asetat secara teoritis
gram 1000
M= x
Mr V
gram 1000
0,1 = x
379,34 50
Gram = 18,967
B. Standarisasi H2SO4 0,1 M dengan Na2CO3
 Bobot Na2CO3
gram 1000
M= x
Mr V
gram 1000
0,1 = x
105,99 100
Gram = 1,0599
 Molaritas H2SO4 pekat
10 x % x P
M=
Mr
10 x 95 x 1,84
=
98
= 17,8 mL

 Pengenceran H2SO4
V1N1 = V2N2
V1.0,5 = 100.0,1
V1 = 20 mL
 Pengenceran H2SO4 (p)
V1N1 = V2N2
V1.0,5 = 100.0,1
V1 = 20 mL
 Standarisasi H2SO4
Bobot timbang Na2CO3 : 1,0528 gram
Volume titran 1 : 29,4 mL
Volume titran 2 : 29,5 mL
Volume rata-rata titran : 29,45 mL
 Molaritas H2SO4
mg Na 2CO 3
M=
Fp x V x BM Na 2CO 3
1062,8 mg
=
4 x 29,45 x 106
= 0,0850 M
C. Kurva Titrasi Konduktometri
Kurva Titrasi Konduktometri
4
3.5
3

Konduktansi (mS)
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
Volume titran (mL)

 Penentuan titik ekivalen pada grafik diatas menunjukkan titik yang


sama pada konduktansi sebesar 3,23 mS yang terdapat pada
penambahan volume titran sebesar 2,7 mL dan 3 mL sehingga titik
ekivalen yang diambil adalah titik ekivalen volume rata-rata
sebesar 2,85 mL.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini mengenai titrasi konduktometri yang mana


bertujuan untuk mengetahui daya hantar listrik suatu larutan. Jika suatu larutan
bersifat elektrolit maka pada larutan tersebut terdapat ion-ion yang terlarut di
dalamnya. Adanya ion-ion tersebut suatu larutan elektrolit dapat menghantarkan
arus listrik. Arus listrik yang mengalir dalam satu larutan diakibatkan oleh adanya
pergerakan ion-ion dengan muatan tertentu dalam larutan tersebut. Kemampuan
larutan untuk menghantarkan arus listrik tersebut dinamakan konduktansi. Prinsip
dari titrasi konduktometri adalah penggantian ion-ion analit yang sebelumnya ada
di dalam larutan menjadi ion-ion titran yang ditambahkan ke dalamnya.
Penggantian ion-ion ini akan megubah nilai hantaran dari larutan tersebut sesuai
dengan nilai muatan, jumlah dan ukuran ion-ion titran di dalam larutan.
Perubahan nilai hantaran ini yang akan diamati untuk menentukan titik ekivalen
dari suatu titrasi.

Langkah pertama yang dilakukan sebelum dimulainya titrasi yaitu


mengkalibrasi alat terlebih dahulu. Kalibrasi merupakan penentuan kebenaran
nilai yang ditunjukkan oleh alat dengan membandingkannya menggunakan larutan
standar. Fungsi dilakukannya kalibrasi yaitu agar tercapainya pengukuran yang
akurat. Kalibrasi alat diawali dengan mencelupkan alat konduktivitas ke dalam
larutan standar. Larutan standar yang digunakan yaitu KCl. Alasan penggunaan
larutan KCl adalah KCl memiliki mobilitas ion-ionnya yang begitu tinggi. Hal
tersebut membuat tetapan sel dapat ditentukan.

Pada praktikum ini larutan H2SO4 di standarisasi dengan natrium karbonat


yang merupakan larutan baku primer karena konsentrasi nya sudah diketahui
sedangkan asam sulfat merupakan larutan baku sekunder karena larutan asam
sulfat tidak diketahui konsentrasinya. Sehingga diperoleh molaritas asam sulfat
sebesar 0,0850 M. Reaksi yang terjadi :

Na2CO3 + H2SO4 → Na2SO4 + CO2 +H2O

Kemudian dilakukan titrasi konduktometri pada Pb-asetat, pada saat titrasi titran
(larutan asam sulfat sudah distandarisasi) yang ditambahkan dinaikkan menjadi
0,3 ml dari volume awal sehingga akan diperoleh nilai konduktansi. Sehingga dari
penambahan volume titran terhadap konduktansi dapat dibuat grafik untuk
menentukan titik ekivalen. Dari data yang diperoleh dapat dilihat, dari data
pengamatan nilai konduktansi yang tidak stabil dikarerenakan nilai yang
didapatkan selama proses penambahan titran nilai data nya naik turun. Seharusnya
semakin bertambahnya volume titran yang ditambahkan maka daya hantar
listriknya akan semakin tinggi. Kesalahan tersebut dapat terjadi karena elektroda
tidak terendam dengan baik, elektroda yang digunakan belum steril dan masih
terkandung sisa larutan sebelumnya, pada saat pengenceran larutan belum
tercampur secara sempurna dan saat pengadukan dengan stirrer belum teraduk
sempurna, namun sudah diukur daya hantar listriknya. Penentuan titik ekivalen
pada grafik diatas menunjukkan titik yang sama pada konduktansi sebesar 3,23
mS yang terdapat pada penambahan volume titran sebesar 2,7 mL dan 3 mL
sehingga titik ekivalen yang diambil adalah titik ekivalen volume rata-rata sebesar
2,85 mL. Reaksi yang terjadi:

Pb(CH3COOH)2 + H2SO4 → PbSO4 + 2CH3COOH


KESIMPULAN

Pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa penentuan titik ekivalen


pada grafik diatas menunjukkan titik yang sama pada konduktansi sebesar 3,23
mS yang terdapat pada penambahan volume titran sebesar 2,7 mL dan 3 mL
sehingga titik ekivalen yang diambil adalah titik ekivalen volume rata-rata sebesar
2,85 mL. Data pengamatan nilai konduktansi yang tidak stabil dikarerenakan nilai
yang didapatkan selama proses penambahan titran nilai data nya naik turun.
Seharusnya semakin bertambahnya volume titran yang ditambahkan maka daya
hantar listriknya akan semakin tinggi. Kesalahan tersebut dapat terjadi karena
elektroda tidak terendam dengan baik, elektroda yang digunakan belum steril dan
masih terkandung sisa larutan sebelumnya, pada saat pengenceran larutan belum
tercampur secara sempurna dan saat pengadukan dengan stirrer belum teraduk
sempurna, namun sudah diukur daya hantar listriknya

DAFTAR PUSTAKA

Basset, J., R. C. Denney, G.H Jeffrey, J. Mendhom. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia
Analisa Kuantitatif Anorganik. Jakarta : EGC.

Day, R.A. dan A.L. Underwood. 2002. Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi Keempat.
Jakarta (ID): Erlangga
Khopkar, S.M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. (Alih bahasa:
A.Saptorahardjo). Jakarta: Ui Press.

Svehla, G., 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro, Edisi kelima, diterjemahkan oleh Setiono, L & Pudjaatmaka,
A. H, Jakarta, Media Pusaka

Tim Dosen Kimia Analitik. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Analisis Instrumen.
Makassar : Laboratorium Kimia, FMIPA, UNM.

LAMPIRAN

1. Titrasi konduktometri semacam ini dapat dimanfaatkan untuk analisis apa saja?
Apakah jenis reaksi redoks, asam basa dan pembentukan kompleks juga dapat
memanfaatkan teknik ini untuk mengikuti perubahan parameter titrasi?

2. Mengapa dalam pengukuran konduktivitas ini diterapkan voltase dan arus yang
cukup kecil?

Jawab :

1. untuk analisis titrasi presipitimetri, redoks, asam basa dan pembentukan


senyawa kompleks. Tentu saja bisa.

2. dikarenakan tegangan kecil akan mengakibatkan perubahan yang cukup


signifikan pada nilai konduktivitas sehingga akan mempengaruhi titik ekivalen

Anda mungkin juga menyukai