Manfaat Belajar Coding
Manfaat Belajar Coding
Di era kemajuan teknologi, tidak hanya dunia robotik yang bangkit. Robot yang dalam
banyak aspek dapat membantu dan mempermudah kehidupan manusia ternyata diprogram
lewat bahasa pemrograman yang menerjemahkan perintah-perintah ke dalam angka, huruf
dan kode tertentu.
Dengan kemajuan teknologi informasi, maka hampir semua bidang kehidupan termasuk
profesi membutuhkan banyak sekali orang yang mampu melakukan coding atau pengodean.
Menurut mendiang Steve Jobs, salah satu orang yang namanya meroket karena menduduki
posisi puncak perusahaan berbasis teknologi Apple, setiap orang seharusnya belajarcoding.
“Semua orang seharusnya belajar bagaimana memprogram komputer. Itu karena
pemrograman dapat membantu pola berpikir.”
Hal senada diungkapkan oleh pendiri jejaring sosial terbesar, Facebook. Mark Zuckerberg
mengatakan bahwa pemrograman komputer seharusnya dipelajari semua orang, sejak bangku
sekolah menengah atas.
“Saran saya kepada semua orang, yang memiliki saudara atau sepupu yang ingin masuk
sekolah menengah atas atau jenjang kuliah, sebaiknya mulai belajar pemrograman
komputer.” Mark pada tahun 2013 lalu bahkan giat dalam kampanye sosial untuk mendorong
anak-anak mulai belajar pemrograman.
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh seiring proses belajar coding untuk anak-anak, antara
lain adalah mengasah kreativitas. Anak-anak akan belajar cara membuat permainan atau
aplikasi di dalam telepon pintar, juga membuat permainan sederhana berdasarkan gambar
yang mereka buat sendiri. Hal ini bisa memacu mereka untuk membuat karya yang kreatif
dan orisinil.
Coding juga dipercaya dapat melatih kemampuan anak untuk memecahkan masalah.
Permainan komputer dengan bahasa pemrograman visual akan melatih logika dan konsep
berpikir si kecil sehingga mereka terbiasa untuk memecahkan masalah secara sistematis.
Anak juga akan lebih fasih menggunakan teknologi. Tak sekadar mengerti cara memainkan
aplikasi di ponsel pintar saja tetapi anak pun dapat membuat permainan atau aplikasinya
sendiri.
Menurut Jennifer Williams, coding juga melatih ketekunan anak dalam menghadapi
persoalan.
"Ketekunan adalah hal yang sulit untuk diajarkan, tetapi ini merupakan keterampilan penting
untuk dipelajari. Kami ingin siswa dapat terus berjalan ketika mereka menemukan kendala,
dan pengodean membantu mereka melakukan hal ini," ujar perempuan yang berprofesi
sebagai Instructional Technology Coordinator di sekolah Newton County Schools,
Covington, Georgia, Amerika Serikat.
Selain itu menurutnya, mempelajari bahasa pemrograman komputer dapat membuat anak-
anak memiliki kepercayaan diri yang tinggi. "Ketika Anda melakukan coding, itu benar-benar
seperti bahasa baru, yang pasti mendorong keterampilan pemrosesan. Ini mungkin bukan
kelas bahasa Perancis, Spanyol, atau Jerman, tetapi ini adalah bahasa universal. Ke mana pun
Anda pergi di dunia, jika menguasai bahasa kode, Anda akan dapat berkomunikasi."
Dan tentu saja, kemampuan belajar dan melakukan coding untuk anak-anak akan melatih
mereka bersaing dalam bidang pekerjaan di masa depan yang sangat kompetitif.
Para orang tua di Tiongkok menyadari bahwa coding itu penting. Bagi mereka, mendorong
dan membekali anak-anaknya dengan bahasa pemrograman sejak dini sama pentingnya
dengan menguasai matematika dan bahasa Mandarin.
Faktanya, banyak anak-anak mereka telah menyukai coding bahkan sebelum mereka masuk
pra-sekolah.
Seperti yang dikatakan oleh Sheryl Sandberg, COO dari Facebook, bahwa memiliki
pengetahuan di bidang ilmu komputer menentukan daya saing suatu bangsa.
"Ilmu komputer menjadi semakin penting di dunia. Daya saing suatu bangsa secara nasional
tergantung pada kemampuan kita untuk mendidik anak-anak kita di bidang yang kritis seperti
ini," pungkasnya.
Bagi Anda yang tertarik mengenalkan anak-anak pada coding, dapat memulai dengan
mengenalkan ke beberapa laman digital yang menyiapkan kode khusus untuk anak-anak di
sini.
Atau Anda dapat mengenalkan permainan komputer yang dapat sekaligus melatih
kemampuan logika dan konsep pemrograman. Misalnya dengan bermain lewat aplikasi
gawai, Kodable.
Permainan ini dapat membantu orang tua atau pun guru untuk mengajarkan anak mengenai
ilmu komputer. Dengan cara yang menarik, anak-anak akan diajarkan konsep-konsep dasar
pemrograman seperti sequence, operasi algoritma, conditional logic statments, syntax,
variabel seperti string, integer dan array, OOP, properties dan methods. Gim ini bisa
digunakan untuk anak mulai umur 4 hingga 11 tahun. Anda bisa mengunduhnya di Apple
App Store.
https://beritagar.id/artikel/gaya-hidup/manfaat-belajar-coding-untuk-anak
Kuasai Abad ke-21 dengan Belajar
Pemrograman Komputer atau Coding
https://news.detik.com/dw/d-4819724/kuasai-abad-ke-21-dengan-belajar-pemrograman-komputer-
atau-coding
Jakarta -
Pemerintah Indonesia saat ini sedang gencar melibatkan teknologi digital di segala bidang,
utamanya bidang industrialisasi. Untuk meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global,
salah satu kementerian yaitu Kementerian Perindustrian juga meluncurkan peta jalan yang
disebut sebagai Making Indonesia 4.0 Roadmap. Ini akan termasuk konektivitas teknologi
dan pembangunan infrastruktur digital nasional.
Akan tetapi apakah ambisi nasional ini juga diikuti dengan pendidikan yang memadai di
bidang komputasi yang merupakan dasar teknologi digital?
Kurie Suditomo pendiri codingcamp.id, lembaga yang memberikan pelatihan digital bagi
anak usia 9 hingga 17 tahun, mengakui masih banyak salah kaprah yang memahami
komputer hanya sebagai alat. Padahal, ilmu komputasi memiliki logika berpikir tersendiri.
Deutsche Welle: Bagaimana Anda melihat pendidikan coding di Indonesia apakah sudah
cukup merata?
Kurie Suditomo: Indonesia masih jauh dari situ. Kalau kita mau berharap Indonesia ikut
antusiasme dangan belajar coding itu hanya bisa terjadi di kelas sosial tertentu. Saya sudah 6
tahun di bidang ini tapi masih harus terus melakukan warming up market karena orang tua di
kalangan menengah atas juga belum secepat ini menangkapnya. Memang selalu ada pihak-
pihak yang menyambut jasa pelajaran coding bagi anak-anak, tapi belum seheboh yang
terjadi di Cina atau Inggris misalnya yang sudah wajibkan coding bagi anak SD. Atau seperti
di Amerika Serikat yang muncul dengan gerakan code.org atau di Estonia karena dulu
perdana menterinya mantan programmer. Jauh sekali, realitanya adalah infrastruktur kita
belum siap, marketnya belum panas, karena supply-nya juga belum cukup, guru-guru yang
bisa mengajarkan coding kepada anak-anak juga belum terbentuk.
Hanya negara yang bisa melakukan pendekatan yang masif. Kalau macam saya gini kita puas
dengan hal-hal yang sifatnya organik saja. Kita bikin acara, happy, anak-anak terlibat,
antusias tapi berapa anak sih yang bisa terlibat? Paling 1.000-2.000, itu sedikit sekali
dibandingkan dengan jutaan anak yang berusia di bawah 17 tahun di Indonesia.
Kita-kita yang (mengajarkan coding secara) organik ini akan terus ada, tapi apakah akan
berkembang menjadi sesuatu yang besar dan masif? Saya tidak bisa lakukan tanpa ada
campur tangan dari negara. Minimal negara itu membantu bentuk narasi bahwa coding itu
bermanfaat untuk mengasah logika di usia sekolah dasar misalnya. Nah mereka warming up
di situ dengan bantu bangun narasi dan komunikasikan itu ke publik. Namun, untuk sampai
ke sini juga tidak mudah karena kita juga harus bersaing dengan masalah pendidikan lain
yang dihadapi Kemendikbud.
Kita punya masalah dengan kualitas guru yang tidak rata. Anak-anak kita mendapatkan akses
ke dalam perkembangan teknologi yang sangat cepat sementara secara formal guru-guru itu
sangat ketinggalan karena banyak faktor. Misalnya gurunya tidak berasal dari kelas sosial
yang sama dengan anak-anaknya sehingga (informasi) yang anak-anak konsumsi berbeda
dengan yang dia konsumsi. Alat yang dipakai anak-anak berbeda dengan yang dia pakai, dan
wawasan juga berbeda. Ini yang secara realita terjadi.
Yang membuat situasi di Indonesia menjadi lebih menantang adalah tahun 2013 pelajaran
Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) itu dicabut dari kurikulum nasional. Itu
membuat situasi jadi lebih sulit karena begitu dicabut dari kurikulum nasional, sumber daya
yang mendukung untuk ilmu komputer tetap ada baik itu komputernya, ruangannya atau
alokasi pendanaan bagi gurunya itu dicabut semua. Dan yang paling menderita karena
kebijakan itu sebenarnya sekolah negeri.
Jadi ilmu komputer dijadikan pilihan ada sekolah yang melanjutkan pemberian pelajaran ada
yang tidak. Nah sekolah-sekolah swasta mereka tidak mau kehilangan itu. Semua
laboratorium komputer tetap ada dan digunakan, meski menjadi pilihan tapi anak-anak tetap
dikasih (pendidikan komputer) entah metode apa.
Tapi beberapa sekolah negeri yang saya tanya-tanya, memang ini bukan riset, ada satu SD
Negeri di Ciputat, kita pernah bikin kelas coding dengan undang beberapa perwakilan dari
SD lokal terus kita tanya kamu punya komputer ngga, mereka bilang: ngga, dulu ada tapi
sekarang komputernya sudah tidak ada, sudah dicabutin. Artinya ruangan itu dipakai untuk
hal lain dan komputernya dipakai untuk administrasi guru atau kebutuhan lain.
Ini 'kan jadinya semakin tidak berpihak. Bayangkan kalau anak-anak yang sekolah negeri ini
di rumah ga ada komputer di sekolah ga ada komputer lalu mereka belajar dari mana?
Alasannya (pemerintah) karena komputer itu seharusnya sudah tergabung di semua mata
pelajaran. Jadi misalnya seperti matematik, IPA, IPS pakai komputer, jadi komputer tidak
dilihat sebagai suatu keilmuan tetapi sebagai sebuah alat. Saya tidak mengerti bagaimana
dasar berpikirnya bisa ke situ.
Sekarang ini lebih fokus di Jakarta. Bukan berarti Indonesia tidak punya programmer,
Indonesia banyak sekali programmer dan dunia IT kita juga tidak kalah, kita juga punya
banyak prestasi, ada di Surabaya, Jogja, dan lainnya. Tapi untuk memberlakukan pengajaran
coding di sekolah, itu 'kan masalah lain lagi. Orang bisa jadi programmer yang bagus tapi
belum tentu bisa mengajarkan coding.
Baca juga: Belajar Coding Sedang Tren Bagi Anak-anak di Cina, Bagaimana Dengan
Indonesia?
Saya pernah ada pengalaman, di kampung-kampung itu mereka gemetar pegang mouse,
laptop itu dielus-elus. Mereka mungkin lihat saja di televisi tapi tidak pernah benar-benar
pegang. Yang seperti itu masih banyak di Indonesia. Kalau sekarang saya buka kelas untuk
middle upper class itu ya biasa saja, tapi adaptasi komputer itu justru lebih dibutuhkan di
middle lower.
Komputer itu 'kan ibarat pensil buat anak-anak saya, tapi buat yang anak-anak di tempat lain
itu bisa bayangkan ibarat belajar nulis tapi pakai pensilnya bergantian, dibagi-bagi misalnya
10 anak pegang satu pensil terus latihan. Yang seperti ini masih terjadi di banyak daerah.
Lalu ada yang debat dengan saya dan mengatakan tapi mereka punya ponsel, bahwa ponsel
sudah di mana-mana. Saya katakan, iya ponsel itu alat untuk konsumsi. Orang dengan
sendirinya akan mencari ponsel, tapi komputer itu alat produksi. Tidak bisa begitu saja
pindahkan komputer ke ponsel, itu mesti dibantu dan ini proses yang memakan waktu.
Banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan jika kita ingin memasifkan pendidikan
coding di Indonesia. Saya sebenarnya tidak tega berbicara coding karena ini masih barang
mewah untuk anak sekolah rata-rata. Bahkan di level SMK saja kepemilikan laptop masih
sangat rendah. Tanpa orang memiliki laptop dan mengoperasikan laptop secara individual
orang akan sulit beradaptasi dengan abad 21.
Ilmu komputer itu bukan sekadar bisa pakai Microsoft Office misalnya, tapi ada ilmu
komputasi yang sebenarnya lebih dari sekadar penggunaan komputer. Artinya selama ini kita
cuma tahu komputer sebagai alat. Tapi cara berpikir sebagai komputasi itu yang tidak pernah
diajarkan sama sekali.
Ilmu komputasi berbasis logika. Bisa diajarkan dari mulai anak usia tiga tahun. Misalnya kita
jalan dari rumah ke warung, bagaimana caranya? 'Kan kita harus bangun dulu dari tempat
tidur. Lalu melangkah berapa jauh ke pintu? Butuh empat langkah. Ke kiri atau kanan? Oh ke
kiri, lalu apa itu ke kiri? Oh itu berarti 180 derajat dari tempat kamu tiduran. Logika-logika
itu yang dipakai untuk mendekatkan cara berpikir komputasi dengan kehidupan sehari-hari.
Baca juga: Gamescom: Giring Ganesha "Nidji" Senang Industri Game Didukung Pemerintah
Inisiatif coding yang organik seperti saya ini punya tujuan yang berbeda-beda, kalau saya
pribadi di codingcamp, yang saya kejar ada dua, pertama yaitu mengasah logika anak dan
kedua adalah beradaptasi dengan komputer secara keseluruhan jadi bukan cuma main game
atau sekadar pencet-pencet tombol. Tapi bagaimana supaya anak jadi mengerti pekerjaan
komputasi dari awal dari dia input, dari dia pecah-pecah kode.
Bagi Anda pribadi, apa yang menjadi ukuran keberhasilan dari pelatihan coding ini?
Di mana titik keberhasilan saya? Saya cuma ingin mencari rasa kepercayaan diri dalam diri
anak. Begitu dia percaya diri dengan produknya, begitu dia percaya diri dengan proses
belajar, begitu dia bisa mengatakan: "Wah Kakak payah nih Kak coding-nya" dan dia bisa
pakai mesin pencarian untuk coding, itu selesai. Itu artinya dia sudah siap untuk belajar hal
lain. Apa yang dia pelajari selanjutnya ya terserah, tidak bisa lagi kita tentukan belajar apa.
Saya bahkan tidak berupaya mengarahkan anak supaya misalnya jadi programmer, tapi
bahwa dia percaya diri untuk menggunakan komputer sebagai sebuah engine, dia tahu apa
yang mau dia pelajari dan dia tahu harus ke mana mencarinya, itu tujuan saya. Dan untuk
menuju situ saja banyak anak Indonesia yang masih belum punya akses.
Wawancara untuk DW Indonesia oleh Arti Ekawati dan telah diedit sesuai konteks. (ita/ita)
Manfaat Belajar Coding Untuk Anak
March 20, 2018
Computational Thinking
Computational thinking adalah combinasi matematika, algoritma, dan logic. Dengan belajar
coding, maka anak akan memiliki kemampuan computational thinking. Dengan kemampuan
computational ini anak mampu mengkomunikasikan pikiran dengan cara logika dan
terstruktur, seperti instruksi yang diberikan ke komputer, sehingga nantinya dapat digunakan
untuk memecahkan masalah dengan bantuan teknologi yang didasari oleh komputer.
Kreativitas
Dengan belajar coding, anak-anak akan memiliki alat untuk menyalurkan kreativitas dan
berpikir. Seperti
belajar menggambar atau musik, coding adalah media yang bisa dipakai untuk menciptakan
sesuatu, misalnya aplikasi komputer. Coding juga seperti membuat cerita karena ada proses
menciptakan awal cerita, alur cerita, dan ending untuk program.
Soft Skills
Belajar coding sejak kecil tidak hanya untuk menguasi ketrampilan teknikal, tetapi juga untuk
memupuk ‘soft skills’. Contohnya dengan belajar coding dapat mengembangkan kebiasaan
belajar, tidak mudah menyerah, dan teliti. Jika program yang dibuat tidak lengkap, program
tidak akan bisa dijalankan dan harus di ‘debug’ untuk menemukan bagian yang salah dan
memperbaikinya. Dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat, memang sangat
mungkin bahwa bahasa pemograman atau aplikasi yang dipelajari sekarang sudah tidak akan
dipakai lagi di 5 -10 tahun ke depan. Tetapi itu tidak berarti pelajaran yang percuma karena
bahasa itu hanya alat. Ketrampilan berpikir kritis dan logika yang didapat dari belajar coding
akan menjadi dasar untuk sukses di abad sekarang dan juga berguna untuk bidang pekerjaan
yang lain.
Pendidikan Coding
Dimulai di Amerika and sekarang telah menjadi trend pendidikan global, perkenalan coding
dan komputer science untuk anak SD sudah menjadi agenda dunia pendidikan di negara-
negara maju. Dengan pendekatan yang baru, ternyata belajar coding bisa dilakukan sejak usia
dini. Kesempatan belajar coding disediakan di dalam kurikulum sekolah, extra kurikuler, dan
juga lewat berbagai program di luar sekolah terutama saat liburan
Banyak aplikasi dan material yang telah dikembangkan khusus untuk anak-anak. Dengan user
interface yang lebih visual dan karakter yang menarik, ditambah juga dengan berbagai smart
programmable robots sehingga belajar coding bisa dilakukan dengan fun. Dengan menguasai
coding, anak-anak tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga bisa menciptakan
sesuatu yang berguna dengan teknologi.
Penulis:
Meilani Hendrawidjaja
Founder of KodeKiddo (www.kodekiddo.com)
https://kodekiddo.com/2018/03/20/manfaat-coding-untuk-anak/
Apakah pemrogaman dasar harus menjadi
mata pelajaran wajib sejak pendidikan
dasar / menengah
KomputerDiskusi Komputer
kelvincenKelvin Anggatanata
Nov '16
Abad ke-20 merupakan abad dimana hampir seluruh aspek kehidupan dipengaruhi oleh
komputer.Komputer kini menjadi salah satu hal yang tak terpisahkan dan menjadi salah satu
penunjang kehidupan kita,Dengan komputer,kita dapat melakukan berbagai pekerjaan dengan
mudah serta dapat menghemat waktu dalam melakukan pekerjaan tersebut.Oleh Karena
itu,maka sangatlah penting bagi semua orang untuk mengerti komputer.
Salah satu hal yang paling mudah dalam mempelajari komputer adalah dengan mengenal
pemrogaman dasar,pemrogaman dasar ini menjadi syarat dasar untuk mengerti dan
memahami komputer.Karena dengan mempelajari pemrogaman dasar,kita diajarkan untuk
berpikir.Berpikir yang dimaksud adalah bagaimana cara kita dalam memecahkan sebuah
masalah dengan solusi yang efisien serta efektif,kalimat ini mengacu dari sebuah quotes yang
dikatakan oleh salah satu pencipta raksasa teknologi Apple, Steve Jobs.Quotes tersebut yakni
" Everybody in this should learn how to progam a computer… because it teaches you
how to think".
Maka dari apa yang dikatakan oleh Steve Jobs tersebut, pemrogaman dasar harus dipelajari
sejak dini dimulai dari pendidikan dasar dan menengah.Dengan adanya mata pelajaran wajib
ini sejak pendidikan dasar dan menengah,diharapkan siswa nantinya dapat mendirikan sebuah
startup .Startup adalah tindakan atau proses memulai sebuah organisasi baru atau usaha
bisnis.Dunia startup sendiri tidak lepas dari pemrogaman.Oleh karena itu sangatlah penting
pemrogaman dasar menjadi mata pelajaran wajib sejak pendidikan dasar dan menengah agar
menjadi bekal untuk siswa/I dimasa depan nanti.
https://www.dictio.id/t/apakah-pemrogaman-dasar-harus-menjadi-mata-pelajaran-wajib-sejak-
pendidikan-dasar-menengah/2035
https://www.usatoday.com/story/opinion/2013/02/26/computer-programming-coding-
education/1947551/
Kehidupan di abad ke-21 menuntut berbagai keterampilan yang harus dikuasai seseorang, sehingga
diharapkan pendidikan dapat mempersiapkan siswa untuk menguasai berbagai keterampilan
tersebut agar menjadi pribadi yang sukses dalam hidup. Keterampilan-keterampilan penting di abad
ke-21 masih relevan dengan empat pilar kehidupan yang mencakup learning to know, learning to do,
learning to be dan learning to live together. Empat prinsip tersebut masing-masing mengandung
keterampilan khusus yang perlu diberdayakan dalam kegiatan belajar, seperti keterampilan berpikir
kritis, pemecahan masalah, metakognisi, keterampilan berkomunikasi, berkolaborasi, inovasi dan
kreasi, literasi informasi, dan berbagai keterampilan lainnya. Pencapaian keterampilan abad ke-21
tersebut dilakukan dengan memperbarui kualitas pembelajaran, membantu siswa mengembangkan
partisipasi, menyesuaikan personalisasi belajar, menekankan pada pembelajaran berbasis
proyek/masalah, mendorong kerjasama dan komunikasi, meningkatkan keterlibatan dan motivasi
siswa, membudayakan kreativitas dan inovasi dalam belajar, menggunakan sarana belajar yang
tepat, mendesain aktivitas belajar yang relevan dengan dunia nyata, memberdayakan metakognisi,
dan mengembangkan pembelajaran student-centered. Berbagai keterampilan abad ke-21 harus
secara eksplisit diajarkan. Secara singkat, pembelajaran abad ke-21 memiliki prinsip pokok bahwa
pembelajaran harus berpusat pada siswa, bersifat kolaboratif, kontekstual, dan terintegrasi dengan
masyarakat. Peran guru dalam melaksanakan pembelajaran abad ke-21 sangat penting dalam
mewujudkan masa depan anak bangsa yang lebih baik.