Laporan Lengkap Praktikum Mekanika Batuan - Gufran Nurrahim c6

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 94

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

MEKANIKA BATUAN

GUFRAN NURRAHIM
09320140199

LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2020
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
MEKANIKA BATUAN

GUFRAN NURRAHIM
09320140199
C6

LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2020
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN - FTI UMI
[email protected]

HALAMAN PENGESAHAN

GUFRAN NURRAHIM
09320140199

LAPORAN LENGKAP PRAKTKUM MEKANIKA BATUAN

Diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan pada Praktikum Mekanika Batuan
di Laboratorium Geomekanika Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas
Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia

Disetujui oleh

1. A. Baso Lovan Al Tamar, S.T ( )

2. Chaerul Ikhsan, S.T ( )

3. Haslan, S.T ( )

4. Muhammad Roffy Aditya Limba, S.T ( )

Halaman Pengesahan - ii
LABORATORIUM GEOMEKANIKA
PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN - FTI UMI
Jl. Urip Sumoharjo Km. 05 Makassar. Email :
5. Yevi Ikram Karim, S.T ( )

6. Andika Saputra ( )

7. Nurwina ( )

8. Putri Safhira ( )

9. Riska Dwi Aprilia ( )

Menyetujui,
Koordinator Praktikum
Mekanika Batuan

A. Baso Lovan Altamar, S.T.

Mengetahui,
Kepala Laboratorium Geomekanika

Ir. Habibie Anwar, S.T., M.T., IPP.


Nips. 109 10 0892

Halaman Pengesahan - iii


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
hidayah-Nya, sehingga laporan lengkap ini dapat diselesaiakan.
Dalam kesempatan kali ini ucapan terimakasih serta penghargaan, penyusun
menyampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian serta
penyusunan laporan ini. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penyusun
sampaikan kepada:
1. Bapak Ir. Firman Nullah Yusuf, S.T., M.T., IPP., Selaku Ketua Jurusan Teknik
Pertambangan Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia.
2. Bapak Ir. Habibie Anwar., S.T., M.T., IPP., Selaku Kepala Laboratorium
Geomekanika.
3. Bapak Ir. Habibie Anwar., S.T., M.T., IPP., selaku dosen pengampuh mata
kuliah Mekanika Batuan.
4. Orang tuaku tercinta yang telah memberikan dukungan baik secara moral
maupun secara materi.
5. A. Baso Lovan Altamar, S.T., selaku Koordinator Praktikum Mekanika Batuan
Laboratorium Geomekanika.
6. Kakak-Kakak Asisten Laboratorium Mekanika Batuan yang telah mendampingi,
membimbing, dan membantu dalam penyusunan laporan lengkap.
7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2018 Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia.
Semoga Allah SWT. memberikan hikmah atas amal dan ibadah serta bantuan
yang diberikan dengan ikhlas serta limpahan rahmat dan karunia-Nya yang telah
tercurahkan kepada kita, amin.

Billahi Taufik walhidayah, Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 13 November 2020

Penyusun

Kata Pengantar - iv
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iv
DAFTAR ISI................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... vi
DAFTAR TABEL........................................................................................... vii
DAFTAR GRAFIK......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan................................................................................. 2
1.3 Alat dan Bahan ....................................................................................... 2
1.4 Manfaat Praktikum ................................................................................. 2
BAB II JURNAL TIAP PRAKTIKUM
2.1 Rock Mass............................................................................................... 4
2.2 Uji Sifat Fisik.......................................................................................... 13
2.3 Uji Kuat Geser......................................................................................... 22
2.4 Uji Kuat Tekan........................................................................................ 31
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 39
3.1 Saran........................................................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Daftar Isi - v
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
3.1 Alat Shear Strength...................................................................... 25
4.1 Kurva Pengambilan Nilai τ dan o........................................... 34
4.2 Kurva Pengambilan Nilai εli dan εai.............................................. 34
4.3 Pengujian Kuat Tarik................................................................... 34
4.4 Uji Brazilian................................................................................. 35
4.5 Bentuk Sampel Batu Untuk Point Load Test............................... 35
4.6 Point Load (Point Load Test)....................................................... 35
4.7 Kondisi Tekanan Pada Pengujian Triaksial................................. 35
4.8 Uji triaxial NQ (47 mm)............................................................... 36

Daftar Gambar - vi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Parameter Klasifikasi RMR dan Nilai Pembobotan......................... 6


1.2 Klasifikasi Massa Batuan Berdasarkan Nilai RMR......................... 6
1.3 Parameter Nilai RQD....................................................................... 6
1.4 Parameter Spasi Diskontinuitas........................................................ 6
1.5 Parametr Bobot Tingkat Kelapukan................................................. 7
1.6 Parameter Kondisi Air Tanah........................................................... 7
1.7 Parameter Klasifikasi Massa Batuan RMR dan Pembobotannya.... 8
1.8 Klasifikasi Massa Q Sistem.............................................................. 9
1.9 Parameter Klasifikasi Massa Batuan RMR...................................... 9
1.10 Klasifikasi Massa Q Sistem.............................................................. 9
1.11 Parameter Klasifikasi Massa Batuan RMR...................................... 9
1.12 Klasifikasi Massa Q Sistem.............................................................. 9
2.1 Data Hasil Problem Set.................................................................... 17
3.1 Hasil Pengamatan (sampel G1)........................................................ 27
3.2 Hasil Pengamatan (sampel G2)........................................................ 27
3.3 Hasil Pengamatan (sampel G3)........................................................ 28
4.1 Hasil Pengamatan (sampel MB-1)................................................... 36
4.2 Hasil Pengamatan (sampel MB-2)................................................... 36

Daftar Tabel - vii


DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman
3.1 Uji Kuat Geser.............................................................................. 29

Daftar Grafik - viii


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

A. Problem Set
B. Curriculum Vitae
C. Biografi

Daftar Lampiran - ix
BAB I
PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan - 1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mekanika batuan adalah salah cabang disiplin ilmu geomekanika. Mekanika


batuan merupakan ilmu yang mempelajari sifat-sifat mekanik batuan dan massa
batuan. Hal ini menyebabkan mekanika batuan memiliki peran yang dominan
dalam operasi penambangan, seperti pekerjaan penerowongan, pemboran,
penggalian, peledakan dan pekerjaan lainnya. Mekanika batuan juga sangat
berhubungan dengan tambang terbuka ataupun tambang bawah tanah. Sehingga
untuk mengetahui sifat mekanik batuan dan massa batuan dilakukan berbagai
macam uji coba baik itu di laboratorium maupun di lapangan langsung atau secara
insitu.Untuk mengetahui sifat mekanik batuan dilakukan beberapa percobaan seperti
uji kuat tekan uniaksial, uji kuat tarik, uji triaksial dan uji tegangan insitu. Mekanika
batuan sendiri mempunyai karakteristik mekanik yang diperoleh dari penelitian
ini adalah kuat tekan batuan (σt), kuat tarik batuan (σc ), Modulus Young (E), Nisbah
Poisson (v), selubung kekuatan batuan (strength envelope), kuat geser (τ), kohesi (C)
dan sudut geser dalam ( ). Masing - masing karakter mekanik batuan tersebut
diperoleh dari uji yang berbeda. Kuat tekan batuan dan Modulus Young diperoleh
dari uji kuat tekan uniaksial. Pada penelitian ini nilai kuat tekan batuan dan Modulus
Young diambil dari nilai rata-rata hasil pengujian lima conto batuan.
Untuk kuat tarik batuan diperoleh dari uji kuat tarik tak langsung (Brazillian
test). Sama dengan uji kuat tekan uniaksial, uji kuat tarik tak langsung menggunakan
lima conto batuan untuk memperoleh kuat tarik rata-rata. Sedangkan selubung
kekuatan batuan, kuat geser, kohesi dan sudut geser dalam di peroleh dari pengujian
triaksial konvensional dan multitahap. Selain mengamati sifat mekanik atau dinamik
dari batuan dalam praktikum ini juga akan diamati sifat fisik batuan tersebut, dengan
mengamati bobot dan masa jenisnya dalam beberapa keadaan. Mekanika batuan
merupakan bagian dari subjek yang lebih luas yakni geomekanika, yang mengkaji
tentang tanggapan mekanik dari semua material geologi termasuk didalamnya adalah
tanah. Mekanika batuan seperti yang diterapkan di geologi teknik, pertambangan dan
perminyakan dan praktik sipil memperhatikan penerapan prinsip mekanika rekayasa
untuk desain struktur batuan (Muhammad,2017).
Bab I Pendahuluan - 1
1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui ilmu
mekanika batuan yang menjadi salah satu aplikasi dasar dalam dunia pertambangan
seperti, menghitung massa batuan, pengujian pada batuan (sifat fisik, kuat tekan dan
kuat geser).
1.2.2 Tujuan
1. Dapat memahami konsep dasar sifat fisik batuan, kuat tekan batuan, indeks
beban titik pada batuan, kekuatan geser batuan, kuat tarik batuan, dan kualitas
massa batuan.
2. Mengetahui dan melakukan prosedur praktikum pengujian sifat fisik,
pengujian kuat tekan uniaksial (uniaxial compressive strength test), pengujian
beban titik (point load test), pengujian kuat geser langsung (direct shear test),
pengujian kuat tarik tidak langsung/brazillian test (indirect tensile strength
test), dan pengujian rock quality designation (RQD).
3. Menghitung serta mengaplikasikan parameter-parameter yang didapatkan
dari pengujian-pengujian yang ada.

1.3 Manfaat Dari Praktikum

Adapun manfaat dari praktikum Mekanika Batuan ialah dapat memahami


tentang ilmu mekanika batuan terutama mengenai sifat fisik batuan dan sifat mekanik
batuan dalam skala laboratorium, memperoleh data dan gambaran di dalam
pengujian sifat fisik dan sifat fisik mekanik batuan sehingga dapat menerapkan
konstruksi bidang rekayasa pertambangan yang baik dan aman berdasarkan kaidah
mekanika batuan.

1.4 Alat dan Bahan

1.4.1 Alat
1. Alat tulis menulis
2. Desikator
3. Ember
4. Gayung
5. Inti bor (core)

Bab I Pendahuluan - 2
6. Jangka sorong
7. Kalkulator
8. Kuas
9. Neraca analitik
10. Oven
11. Peralatan Direct Shear Test
12. Peralatan Safety
13. Pita Meter
14. Pompa vakum
15. Selang
16. Stone cutter
17. Talang
18. UCS
1.4.2 Bahan
1. Sampel batuan
2. Tabel RMR dan Q-system
3. Problem Set

Bab I Pendahuluan - 3
BAB II
JURNAL PRAKTIKUM

Bab I Pendahuluan - 1
ROCK MASS

Bab I Pendahuluan - 1
JURNAL PRAKTIKUM
ROCK MASS

GUFRAN NURRAHIM
09320140199
C6

LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2020

Bab I Pendahuluan - 2
JURNAL PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
ROCK MASS

Muhammad Fathurrahman1, Chaerul Ikhsan2, Andi Baso Lovan Al Tamar3.

Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Muslim Indonesia


Makassar; Jl. Urip Sumoharjo KM 05, telp/fax (+62) 411 455666/ (+62) 411 455695
e-mail: [email protected]

ABSTRAK
Mekanika batuan merupakan ilmu yang mempelajari sifat-sifat mekanik batuan dan massa batuan. Mekanika batuan adalah salah
cabang disiplin ilmu geomekanika. Batuan merupakan zat padat yang terbentuk dari kumpulan mineral yang berbeda dan mempunyai
komposisi kimia yang tetap dan merupakan penyusun kerak bumi. Rock Quality Designation (RQD) merupakan sistem klasifikasi massa
batuan tertua dan masih digunakan hingga saat ini, setidaknya melahirkan dua sistem klasifikasi massa batuan yang disempurnakan dan lebih
detail. Kedua sistem klasifikasi itu adalah Quality (Q), Rock Mass Rating (RMR). Input dasar kedua sistem ini hampir sama sehingga dapat
digabungkan menjadi satu set perhitungan untuk mendapatkan hasilnya. Keunggulan dari penggabungan tersebut adalah dalam satu
perhitungan dapat diperoleh hasil yang berbeda dan dengan mudah dilakukan perbandingan untuk analisis lebih lanjut. Hasil kedua sistem ini
dapat digunakan untuk menentukan klasifikasi parameter massa batuan dan penentuan yang berdasarkan metode (Q-system).Pertama yang
dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan. Setelah itu ukur alat peraga pipa sesuai dengan arahan asisten. Setelah data diukur kemudian
masukkan data ke parameter RMR (Rock Mass Rating). Kemudian hitung RQD dari data yang telah didapatkan. Untuk Q-Sistem soal
pertama didapatkan 0,06 yang termasuk dalam batuan yang extremely poor. Sedangkan untuk Untuk Q-Sistem soal keda didapatkan 16 yang
termasuk dalam batuan yang Good. Dan untuk Q-Sistem soal ketiga didapatkan 0,0858 yang termasuk dalam batuan yang extremely poor
Kata kunci: Rock Mass, RQD, RMR, Q-System.

PENDAHULUAN Rock Quality Designation (RQD) dan Q-System. Parameter


tersebut dapat digunakan untuk menentukan bobot/massa
Mekanika batuan merupakan ilmu yang mempelajari sifat-
batuan yang akan diuji.
sifat mekanik batuan dan massa batuan. Mekanika batuan
Batuan merupakan zat padat yang terbentuk dari kumpulan
adalah salah cabang disiplin ilmu geomekanika. Hal ini
mineral yang berbeda dan mempunyai komposisi kimia
menyebabkan mekanika batuan memiliki peran yang
yang tetap dan merupakan penyusun kerak bumi. Batuan
dominan dalam operasi penambangan, seperti pekerjaan
terbentuk melalui proses geologi
penerowongan, pemboran, penggalian, peledakan dan
yang panjang dan selama proses geologi seperti aktivitas
pekerjaan lainnya. Sehingga untuk mengetahui sifat
magmatisme dan proses sedimentasi sangat berpengaruh
mekanik batuan dan massa batuan dilakukan berbagai
terhadap sifat fisik batuan tersebut sedangkan pengaruh
macam uji coba baik itu di laboratorium maupun di
struktur geologi akan berpengaruh terhadap sifat mekanis
lapangan langsung atau secara insitu.Untuk mengetahui
dari batuan tersebut. Oleh sebab itulah batuan memiliki
sifat mekanik batuan dilakukan beberapa percobaan seperti
sifat fisiki maupun sifat mekanis. Tegangan sebelum
uji kuat tekan uniaksial, uji kuat tarik, uji triaksial dan uji
penambangan merupakan kondisi tegangan asli, sulit
tegangan insitu.
dihitung, tetapi merupakan parameter desain tambang yang
Di dalam geoteknik, klasifikasi massa batuan yang
penting. Kondisi tegangan yang berkembang selama
pertama diperkenalkan sekitar 60 tahun yang lalu yang
penambangan merupakan hal penting yang harus
ditujukan untuk terowongan dengan penyanggaan
diperhatikan dalam operasi tambang sebaik dalam
menggunakan penyangga baja. Kemudian klasifikasi
perancangan tambang. Regangan yang dihasilkan dari pola
dikembangkan untuk penyangga non-baja untuk
tegangan baru di ukur dari waktu ke waktu atau dimonitor
terowongan, lereng, dan pondasi. 3 pendekatan desain
secara menerus selama penambangan berlangsung.
yang biasa digunakan untuk penggalian pada batuan yaitu:
Kekuatan batuan dapat diukur secara insitu (di lapangan)
analitik, observasi, dan empirik. Salah satu yang paling
sebaik pengukuran dilaboratorium. Regangan (deformasi)
banyak digunakan adalah pendekatan desain dengan
diukur di area tambang kemudian di hubungkan terhadap
menggunakan metode empiric. Klasifikasi massa batuan
tegangan dengan berpedoman pada konstanta elastik dari
dikembangkan untuk mengatasi permasalahan yang timbul
laboratorium. Tegangan sebelum penambangan merupakan
di lapangan secara cepat dan tidak ditujukan untuk
kondisi tegangan asli, sulit di hitung, tetapi merupakan
mengganti studi analitik, observasi lapangan, pengukuran,
parameter desain tambang yang penting. Tegangan
dan engineering judgement. Dikarenakan
tersebut umumnya diperkirakan dan diberi beberapa
kompleknyasuatu massa batuan, beberapa penelitian
kuantifikasi dengan memasang sekelompok pengukur
berusaha untuk mencari hubungan antara desaingalian batu
tegangan elektrik dalam rosette pada permukaan batuan,
dengan parameter massa batuan. Banyak dari metode-
memindahkan batuan-batuan yang berdekatan, dan
metode tersebut telah dimodifikasi oleh yang lainnya dan
mengukur respons tegangan sebenarnya yang di
sekarang banyak digunakan untuk penelitian awal atau
lepaskan. Kondisi tegangan yang berkembang selama
bahkan untuk desain akhir. Ada beberapa sistem
penambangan merupakan hal penting yang harus
klasifikasi masa batuan yang terkenal pada saat ini, namun
diperhatikan dalam operasi tambang sebaik dalam
yang paling banyak digunakan adalah sistem klasifikasi
perancangan.[1]
massa batuan dengan menggunakan metode Rock Mass
Rating (RMR). Klasifikasi yang digunakan juga adalah
Rock Mass - 5
TINJAUAN PUSTAKA RQD didefinisikan sebagai presentasi dari perolehan inti
Rock Mass Rating merupakan suatu cara untuk menilai bor (core) yang secara tidak langsung didasarkan pada
suatu batuan. Sistem Rock Mass Rating (RMR) pada jumlah bidang lemah dan jumlah bagian yang lunak dari
awalnya telah dikembangkan pada South African Council massa batuan yang diamati dari inti bor (core). Hanya
of Scientific and Industrial Research (CSIR) oleh bagian yang utuh dengan panjang lebih besar dari 100 mm
Bieniawski (1973) berdasarkan pengalamannya di (4 inchi) yang dijumlahkan kemudian dibagi panjang total
terowongan dangkal pada batuan sedimen (Kaiser et al., pengeboran (core run).
1986; dalam Singh, 2006). Klasifikasi geomekanik
didasarkan pada hasil penelitian 49 terowongan di Eropa ∑ of length of core pieces>10 cm length
dan Afrika, dimana klasifikasi ini menilai beberapa RQD=
parameter yang kemudian diberi bobot (rating) dan total length of core run
digunakan untuk perencanaan terowongan (Bieniawski, ×100 %
1973, 1976, 1984; dalam Nurfalah, 2010). Tujuan
menggunakan klasifikasi ini dalah sebagai bentuk Hubungan antara nilai RQD dan kualitas dari suatu massa
komunikasi para ahli untuk menyelesaikan permasalahan batuan diperkenalkan oleh Barton, 1975 dalam Bell, 1992
geoteknik. Seperti dapat memperkirakan sifat-sifat dari seperti Tabel 2.
massa batuan dan dapat juga merencanakan kestabilitas
terowongan atau lereng. Klasifikasi geomekanik sistem Tabel 1.2 Klasifikasi Massa Batuan Berdasarkan Nilai
RMR adalah suatu metode empiris untuk menentukan RMR (Bieniawski, 1989)
pembobotan dari suatu massa batuan, yang digunakan No. Pembobotan Pemerian Nomor kelas
untuk mengevaluasi ketahanan massa batuan sebagai salah
1 100-81 Sangat Baik I
satu cara untuk menentukan kemiringan lereng maksimum
2 80-61 Baik II
yang bisa diaplikasikan untuk hal pembuatan terowongan
3 60-41 Sedang III
(Bieniawski, 1973; dalam Nurfalah 2010). 4 40-21 Buruk IV
Tabel 1.1. Parameter Klasifikasi RMR dan Nilai 5 <21 Sangat Buruk V
Pembobotan (Bieniawski, 1989)
A. PARAMETER KLASIFIKASI DAN PEMBOBOTAN

kekuatan
Parameter
Pada perhitungan nilai RMR, parameter Rock Quality
1
batuan utuh
(Intact
UC S
>250 MPa 100 - 250 MPa 50 - 100 MPa 25 - 50 MPa
5 - 25 1 - 5
MPa MPa
<1
MPa Designation (RQD) diberi bobot berdasarkan nilai RQD-
Rock )
Bobot 15 12 7 4 2 1 0 nya seperti tertera pada tabel 3.
RQD 90% - 100% 75% - 90% 50% - 75% 25% - 50% < 25%
Bobot 20 17 13 8 3
Jarak >2m 0.6 - 2 m 200 - 600 mm 60 - 200 mm < 60 mm
Bobot 20
permukaan sangat
15 10 8
permukaan menangga
5
Tabel 1.3 Parameter Nilai RQD
permukaan agak soft gouge > 5 mm
Kondisi Diskontinuitas
kasar, tidak
menerus, tidak
permukaan kasar,
renggangan < 1 mm,
kasar, renggangan <
(slickensided ) < 5
mm, renggangan 1 - 5
atau renggangan > 5 RQD (%) Kualitas Batuan Rating
4 1 mm, sangat lapuk mm menerus
renggang, Agak lapuk mm menerus

Bobot
tidak lapuk
30 25 20 10 0
<25 Sangat jelek (very poor) 20
Air tanah (Keadaan
5 Umum)
kering lembab basah menetes Mengalir 25-50 Jelek (poor) 15
Bobot 15 10 7 4 0 50-75 Sedang (fair) 10
75-90 Baik (good) 8
Nilai RMR diperoleh berdasarkan hasil penjumlahan 90-100 Sangat Baik (excellent) 5
seluruh parameter yang telah diberi bobot. Setelah seluruh
parameter diberi bobot, massa batuan yang diukur akan B. Jarak diskontinuitas (Spacing of discontinuities)
dikategorikan berdasarkan klasifikasi Bieniawski (1989). Diskontinuitas adalah bentuk-bentuk ketidak menerusan
Bieniawski (1984), kekuatan suatu batuan secara utuh massa batuan, seperti kekar, bedding atau foliasi, shear
dapat diperoleh dari Point Load Strength Index atau zones, sesar minor, atau bidang lemah lainnya. Jarak
Uniaxial Compressive Strengh. Beliau menggunakan diskontinuitas dapat diartikan sebagai jarak rekahan
klasifikasi Uniaxial Compressive Strength (UCS) yang bidang-bidang yang tidak sejajar dengan bidang-bidang
telah diusulkan oleh Deere & Miller, 1968 (Bieniawski, lemah lain. Sedangkan spasi bidang diskontinuitas adalah
1984) dan juga UCS yang telah ditentukan dengan jarak antar bidang yang diukur secara tegak lurus dengan
menggunakan Hammer Test. Kekuatan batuan utuh adalah bidang diskontinuitas (Bieniawski, 1979).
kekuatan suatu batuan untuk bertahan menahan suatu gaya Pada perhitungan nilai RMR, parameter jarak antar (spasi)
hingga pecah. Kekuatan batuan dapat dibentuk oleh suatu diskontinuitas diberi bobot berdasarkan nilai spasi
ikatan adhesi antarbutir mineral atau tingkat sementasi diskontinuitasnya seperti tertera pada tabel 4.
pada batuan tersebut, serta kekerasan mineral yang
membentuknya. Hal ini akan sangat berhubungan dengan Tabel 1.4 Parameter Spasi Diskontinuitas
genesa, komposisi, tekstur, dan struktur batuan Spasi
(Hutchinson, 1996) Deskripsi diskontinuitas Rating
A. Rock Quality Designation (RQD) (m)
Menurut DU. Deere (1967) kualitas massa batuan dapat Sangat lebar (very >2 20
dinilai dari harga RQD, yaitu suatu pedoman secara wide)
kuantitatif berdasarkan pada perolehan inti yang Lebar (wide) 0.6-2 15
mempunyai panjang 100 mm atau lebih tanpa rekahan. Sedang (moderate) 0.2-0.6 10
RQD dapat didefinisikan seperti pada. Nama lain dari Rapat (close) 0.006-0.2 8
RQD adalah suatu penilaian kualitas batuan secara Sangat rapat (very <0.006 5
kuantitatif berdasarkan kerapatan kekar (Deree, 1989). close)
Rock Mass - 6
diskontinuit at it en-
C. Kondisi diskontinuitas (Condition of discontinuities) as kasar kasar side
Kondisi diskontinuitas merupakan suatu parameter yang (roughness) 6 5 3 1 0
terdiri dari beberapa sub-sub parameter, yakni Material Tidak
kemenerusan bidang diskontinuitas (persistence), lebar Keras Lunak
Pengisi ada
rekahan bidang diskontinuitas (aperture), kekasaran (infilling/
permukaan bidang diskontinuitas (roughness), material 6 4 2 2 0
gouge)
pengisi bidang diskontinuitas (infilling), dan tingkat Sediki Sang
pelapukan dari permukaan bidang diskontinuitas Kelapukan Tidak Lapu hancu
t at
(weathered) Bieniawski, 1979). (weatherin lapuk k r
Lapuk lapuk
Ada lima karakteristik diskontinuitas yang masuk dalam g)
6 5 3 1 0
pengertian kondisi diskontinuitas, meliputi kemenerusan
(persistence), jarak antar permukaan diskontinuitas atau D. Kondisi Airtanah (Groundwater condition)
celah (separation/aperture), kekasaran diskontinuitas Air tanah sangat berpengaruh terhadap lubang bukaan
(roughness), material pengisi (infillinf/gouge) dan tingkat suatu terowongan, sehingga posisi muka air tanah terhadap
kelapukan (weathering). posisi lubang bukaan sangat perlu diperhatikan. Kondisi
1. Kemenerusan ( persistence / continuity ) air tanah dapat dinyatakan secara umum, yaitu kering
Panjang dari suatu diskontinuitas dapat dikuantifikasi (dry), lembab (damp), basah (wet), menetes (dripping),
secara kasar dengan mengamati panjang jejak kekar pada dan mengalir (flowing) (Hutchinson, 1996)
suatu bukaan. Pengukuran ini masih sangat kasar dan Pada perhitungan nilai RMR, parameter kondisi air tanah
belum mencerminkan kondisi kemenerusan kekar (groundwater conditions) diberi bobot berdasarkan tabel 6.
sesungguhnya hanya dapat ditebak. Jika jejak sebuah Tabel 1.6 Parameter Kondisi Air Tanah
diskontinuitas pada suatu bukaan berhenti atau terpotong
oleh solid/massive rock ini menunjukkan adanya Kering Lem Bas Tetes alira
kemenerusan. Kondisi (compl bab ah an air air
2. Jarak antar permukaan diskontinuitas atau celah Umum etely (da (we (drip (flow
(separation/aperture) dry) mp) t) ping) ing)
Merupakan jarak tegak lurus antar dinding batuan yang
berdekatan pada bidang diskontinu. Celah tersebut dapat Debit air tiap
berisi material pengisi (infilling) atau tidak. 10 m panjang Tidak 10- 25-
<10 >125
3. Kekasaran diskontinuitas (roughnes) terowongan ada 25 125
Tingkat kekasaran permukaan diskontinuitas dapat dilihat (ltr/menit)
dari bentuk gelombang permukaannya. Gelombang ini Tekanan air
diukur relatif dari permukaan datar dari diskontinuitas. pada
Semakin besar kekasaran dapat menambah kuat geser 0.1
diskontinuitas/ 0.1-
diskontinuitas dan dapat juga mengubah kemiringan pada 0 <0.1 - >0.5
tegangan 0.2
bagian tertentu dari diskontinuitas tersebut. . 0.2
principal
4. Material Pengisi (infilling/gouge) mayor
Material pengisi berada pada celah antara dua dinding
Rating 15 10 7 4 0
bidang diskontinuitas yang berdekatan. Sifat material
pengisi biasanya lebih lemah dari sifat batuan induknya.
Beberapa material yang dapat mengisi celah di antaranya E. Orientasi diskontinuitas (Orientation of
breksi, lempung, silt, mylonite, gouge, sand, kuarsa dan discontinuities)
kalsit. Orientasi diskontinuitas merupakan strike/dip
5. Tingkat Kelapukan (weathering) diskontinuitas (dip/dip direction). Orientasi bidang
Penentuan tingkat kelapukan diskontinuitas didasarkan diskontinuitas sangat mempengaruhi kestabilan lubang
pada perubahan warna pada batuannya dan bukaan terowongan, terutama apabila adanya gaya
terdekomposisinya batuan atau tidak. Semakin besar deformasi yang mengakibatkan berkurangnya suatu
tingkat perubahan warna dan tingkat terdekomposisi, kuat geser. Orientasi bidang diskontinuitas yang tegak
batuan semakin lapuk. lurus sumbu lintasan terowongan, sangat
Tabel 1.5 Parametr Bobot Tingkat Kelapukan menguntungkan. Sebaliknya orientasi bidang
Parameter Rating diskontinuitas yang sejajar dengan sumbu lintasan
Panjang 3-10 10- terowongan, akan sangat tidak menguntungkan. Di
<1m 1-3 m >20m lapangan, orientasi bidang diskontinuitas dapat diperoleh
diskontinuit m 20m
as dengan mengukur strike/dip kekar menggunakan kompas
(Persistenc geologi. Begitu pula dengan arah lintasan
6 4 2 1 0 terowongan, dapat diperoleh dengan mengukur azimuth
e/
continuity) arah lintasan terowongan menggunakan kompas geologi.
Jarak antar 0.1- Ada beberapa cara dalam pengujian Sifat Mekanis Batuan,
<0.1m 1- >5m yaitu:
permukaan - 1.0m
m 5mm m a. Uji Kuat Tekan (Unconfined Compressive Strength
diskontinuit m
as 6 5 4 1 0 Test)
Uji ini menggunakan mesin tekan (compression machine)
Kekasaran Sang Kasar Sedik Halus Slick untuk menekan sampel batuan yang berbentuk silinder dari
Rock Mass - 7
satu arah (uniaxial). Penyebaran tegangan di dalam sampel berkembang selama penambangan merupakan hal penting
batuan secara teoritis adalah searah dengan gaya yang yang harus diperhatikan dalam operasi tambang sebaik
dikenakan pada sampel tersebut. Tetapi dalam dalam perancangan [2].
kenyataannya arah tegangan tidak searah dengan gaya g. Hammer test
yang dikenakan pada sampel tersebut karena ada pengaruh Hammer Test adalah suatu metode pemeriksaan mutu
dari plat penekan mesin tekan yang menghimpit sampel, batuan tanpa merusak batuan. Disamping itu dengan
sehingga bentuk pecahan tidak terbentuk bidang pecah menggunakan metode ini akan diperoleh cukup banyak
yang searah dengan gaya melainkan berbentuk kerucut data dalam waktu yang relatif singkat dengan biaya yang
cone. Perbandingan antara tinggi dan diameter sampel (l/d) murah. Metode pengujian ini dilakukan dengan
mempengaruhi nilai kuat tekan batuan. Untuk pengujian memberikan beban impact (tumbukan) pada permukaan
kuat tekan digunakan yaitu 2 < l/d < 2,5 [2]. batuan dengan menggunakan suatu massa yang diaktifkan
b. Uji Kuat Tarik Tak Langsung dengan menggunakan energi yang besarnya tertentu. Jarak
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kuat tarik pantulan yang timbul dari massa tersebu pada saat terjadi
(tensile strength) dari perconto batu berbentuk silinder tumbukan dengan permukaan batuan dapat memberikan
secara tidak langsung. Alat yang digunakan adalah mesin indikasi kekerasan juga setelah dikalibrasi, dapat
tekan seperti pada pengujian kuat tekan. memberikan pengujian ini adalah jenis hammer. Alat ini
c. Uji Point Load sangat berguna untuk mengetahui keseragaman batuan
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan dari sampel pada struktur. Karena kesederhanaannya, pengujian
batuan secara tak langsung di lapangan. Sampel batuan dengan menggunakan alat ini sangat cepat, sehingga dapat
dapat berbentuk silinder atau tidak beraturan. mencakup area pengujian yang luas dalam waktu yang
d. Uji Triaksial singkat. Alat ini sangat peka terhadap variasi yang ada
Salah Pengujian ini adalah salah satu pengujian yang pada permukaan batuan, misalnya keberadaan partikel batu
terpenting dalam mekanika batuan untuk menentukan pada bagian-bagian tertentu dekat permukaan. Oleh karena
kekuatan batuan di bawah tekanan triaksial. Percontoh itu, diperlukan pengambilan beberapa kali pengukuran
yang digunakan berbentuk silinder dengan syarat-syarat disekitar setiap lokasi pengukuran, yang hasilnya
sama pada pengujian kuat tekan. kemudian dirata-ratakan. British Standards (BS)
e. Kuat Tekan (Uniaxial) mengisyaratkan pengambilan antara 9 sampai 25 kali
Kuat tekan (uniaxial) yang diuji dengan suatu silinder atau pengukuran untuk setiap daerah pengujian seluas
prisma terhadap titik pecahnya. Penekanan uniaksial maksimum 300 mm [2].
terhadap contoh batuan silinder merupakan uji sifat h. Uji Sifat Fisik
mekanik yang paling umum digunakan. Uji kuat tekan Batuan dengan gelombang ultrasonik uji sifat fisik batuan
uniaksial dilakukan untuk menentukan kuat tekan batuan. dengan gelombang ultrasonik ini yaitu menggunakan alat
f. Kuat Tarik (Tensile Strength) sonic viewer sx 5251. Alat ini mampu memancarkan
Kuat tarik (tensile strength) ditentukan dengan uji gelombang ultrasonik yang memiliki frekuensi 20 KHz.
Brazilian diman suatu piringan ditekan sepanjang diameter Gelombang ultrasonik digunakan untuk mendeteksi objek
atau dengan uji langsung yang meliputi tarikan sebenarnya jauh lebih detail terutama pada benda–benda yang padat,
atau bengkokan dari prisma batuan. Kekuatan batuan dapat gelombang ultrasonik tersebut dipantulkan melalui
diukur secara insitu (di lapangan) sebaik pengukuran di permukaan benda yang akan diamati.
laboratorium. Regangan (deformasi) diukur di area Gelombang ultrasonik tersebut merambat karena
tambang kemudian dihubungkan terhadap tegangan merupakan rambatan energi dan momentum mekanika
dengan berpedoman pada konstanta elastik dari sehingga merambat sebagai interaksi dengan molekul dan
laboratorium. inersia medium yang dilaluinya. Perambatan gelombang
Tegangan sebelum penambangan merupakan kondisi tersebut menyebabkan getaran partikel dengan medium
tegangan asli, sulit dihitung, tetapi merupakan parameter amplitudo sejajar dengan arah rambat secara longitudinal
desain tambang yang penting. Kondisi tegangan yang sehingga menyebabkan partikel maedium membentuk
berkembang selama penambangan merupakan hal penting rapatan dan tegangan. Periode rapatan dan rengangan
yang harus diperhatikan dalam operasi tambang sebaik benda tersebutlah yang akan diamati untuk mengetahui
dalam perancangan tambang. Regangan yang dihasilkan sejauh mana sifat elastisitas batuan, density, dan rigiditas
dari pola tegangan baru diukur dari waktu ke waktu atau suatu batuan, melalui korelasi data nilai kecepatan rambat
dimonitor secara menerus selama penambangan gelombang S dan P, modulus geser dan possion ratio [2].
berlangsung. Kekuatan batuan dapat diukur secara insitu
(di lapangan) sebaik pengukuran di laboratorium. PROSEDUR PERCOBAAN
Regangan (deformasi) diukur di area tambang kemudian Prosedur kerja penelitian dilakukan secara bertahap yang
dihubungkan terhadap tegangan dengan berpedoman pada dimulai dari: Ambil core box, amati inti bor yang ada di
konstanta elastik dari laboratorium. Tegangan sebelum dalamnya. Jangan sekali-kali memindahkan posisi core
penambangan merupakan kondisi tegangan asli, sulit dari tempatnya sehingga urutannya berubah. ambil salah
dihitung, tetapi merupakan parameter desain tambang yang satu potongan inti bor dari masing-masing sampel batuan
penting. Tegangan tersebut umumnya diperkirakan dan yang ada, ukur diameternya dengan menggunakan jangka
diberi beberapa kuantifikasi dengan memasang sorong, panjang dari masing-masing potongan inti bor
sekelompok pengukur tegangan elektrik dalam rosette pada masing-masing sampel batuan diukur, yang
pada permukaan batuan, memindahkan batuan-batuan panjangnya lebih dari 100 mm dijumlahkan.
yang berdekatan, dan mengukur respons tegangan
sebenarnya yang dilepaskan. Kondisi tegangan yang HASIL

Rock Mass - 8
Tabel 1.7 Parameter Klasifikasi Massa Batuan RMR dan
Jumlah 49
Pembobotannya .
Parameter keterangan Bobot Tabel 1.10 Klasifikasi Massa Q, Sistem
Kuat Tekan 112 Mpa 12 Paramete keterangan Bobot
r
RQD 58,8% 13 RQD 45,3% 13

Jarak <0,06 5 Jn Three sets 9


Diskontinuti
Kondisi 0,1 Mpa 25 Jr Rough,Wavy 3
Kontinitas
Air Tanah Basah 7 Ja Sand or crashed rock infill 4

Jumlah 62 Jw Medium water infill 0,66

Srf Loose rock with open joint’s 5


Tabel 1.8 Klasifikasi Massa Q, Sistem.
Jumlah 31,66
Paramete keterangan Bobot
r
Dari tabel 10 dapat dihitung jumlah dari Q sistem yaitu:
RQD 58,8% 13 RQD Jr Jw
Q−System= × ×
Jn Ja SRF
Jn Three sets 9
13 3 0.66
Q−System= × × =0.143
9 4 5
Jr Rough,Planar 1,5
Tabel 1.11 Parameter Klasifikasi Massa Batuan RMR
Ja Sand or crashed rock infill 4 Parameter keterangan Bobot

Kuat Tekan 11<Pli> 15


Jw Medium water infill 0,66

RQD 59,2% 13
Srf Loose rock with open joint’s 5
Jarak <0,06 5
Jumlah 33,16 Diskontinuti

Dari tabel 8 dapat dihitung jumlah dari Q sistem yaitu: Kondisi Lunak 0
RQD Jr Jw Kontinitas
Q−System= × ×
Jn Ja SRF Air Tanah Kering 15
13 1.5 0.66
Q−System= × × =0.0715 Jumlah 48
9 4 5
Tabel 1.9 Parameter Klasifikasi Massa Batuan RMR Tabel 1.12 Klasifikasi Massa Q, Sistem
Parameter keterangan Bobot Paramete Keterangan Bobot
r
Kuat Tekan 78 Mpa 4
RQD 59,2% 13
RQD 45,3% 8
Jn Two sets 4
Jarak <0,06 5
Diskontinuti Jr Filed Dicontinuties 3
Kondisi Kasar 25
Kontinitas Ja Sand or crashed rock infill 4
Air Tanah Basah 7
Jw Medium water infill 0,66

Rock Mass - 9
bobot yang dimana mempunyai hasil 1,5. Lalu pada
Srf Loose rock with open joint’s 5 bagian Ja yang dimana mempunyai arti (kondisi
diskontinitas dan pengesian), dimana pada bagian ini
Jumlah 29,66 mempunyai keterangan Sand or crushed rock infill yang
dimana mempunyai arti (pasir atau batuan pengisi yang
Dari tabel 12 dapat dihitung jumlah dari Q sistem yaitu: di hancurkan), dimana pada bagian ini mempunyai
RQD Jr Jw sebuah beban atau bobot yang dimana mempunyai hasil
Q−System= × × 4. Sedangkan pada bagian Jw yang dimana mempunyai
Jn Ja SRF
arti (ukuran tekanan air yang dapat mempengaruhi kuat
13 3 0.66 geser dari bidang diskontinu), dimana pada bagian ini
Q−System= × × =0.32175 mempunyai keterangan Medium water infiowl yang
4 4 5
dimana mempunyai sebuah arti (aliran air sedang ),
dimana pada bagian 5 ini mempunyai sebuah beban atau
PEMBAHASAN bobot yang dimana mempunyai hasil 0,06. Lalu pada
Untuk mengetahui RQD (Rock Quality Designation) bagian SRF yang dimana mempunyai arti (sebagai
pada sebuah tabel 1, pertama-pertama kita harus ketahui parameter total stress) yang di pengaruhi oleh letak suatu
sebuah panjang pipa yaitu 100 cm, lalu kita mengambil lobang, dimana pada bagian ini mempunyai keterangan
ukuran dari panjang pipa tersebut yaitu kelipatan dari 10 Loose rock with open joint’s yang dimana mempunyai
sebelum memasukkan angka kedalam sebuah rumus. arti (batuan lepas dengan sambungan terbuka), dimana
Setelah mendapatkan angka tersebut hasil dari RQD pada bagian ini mempunyai sebuah beban atau bobot
(Rock Quality Designation) yaitu 58,8% di dapatkan dari yang dimana mempunyai hasil 5. dan pada bagian akhir
kelipatan 10, yaitu dari angka 11,8 lalu di tambahkan 15, pada sebuah tabel (Q, Sistem) yaitu apabila telah selesai
lalu di tambahkan 13, lalu di tambahkan lagi angka 19. pada bagian kolom Bobot semua yang telah di dapatkan
Setelah angka tersebut di dapatkan, lalu dimasukkan ke hasilnya di jumlahkan sehingga di dapatkan hasilnya
dalam sebuah rumus, angka yang telah kita dapatkan yaitu 33,16. Selanjutnya pada angka bagian bobot
barusan di kali 100 setelah itu di bagi 100, sehingga kita tersebut dimasukkan dalam sebuah rumus (Q, system)
mendapatkan hasil dari RQD (Rock Quality Designation) yang dimana setelah di masukkan angka bobot tersebut di
yaitu 58,8 %. Lalu untuk mengetahui klasifikasi dari mana hasilnya adalah 0,06 dan pada (Quality of rock
sebuah tabel (RMR) terdiri dari 3 bagian yaitu Parameter, mass) yaitu (Extremly poor). Untuk mengetahui RQD
Keterangan, dan Bobot. Dalam bagian kolom dari (Rock Quality Designation) pada sebuah tabel 4.3,
parameter terdapat (kuat tekan) yang mempunyai pengerjaanya itu sama halnya dengan yang awal,
keterangan 112 Mpa yang memiliki sebuah beban atau pertama-pertama kita harus ketahui sebuah panjang pipa
bobot yaitu 12 yang di ambil dari tabel klsifikasi yaitu 100 cm, lalu kita mengambil ukuran dari panjang
parameter dan pembobotan, lalu, pada bagian kedua pipa tersebut yaitu kelipatan dari 10 sebelum
RQD (Rock Quality Designation) mempunyai keterangan memasukkan angka kedalam sebuah rumus.
58,8% dan memiliki beban atau sebuah bobot 13, lalu Setelah mendapatkan angka tersebut hasil dari RQD
pada bagian 3 yaitu Jarak Diskontinusi mempunyai (Rock Quality Designation) yaitu 58,8% di dapatkan dari
keterangan kurang dari 0,06 yang mempunyai sebuah kelipatan 10, yaitu dari angka 10 lalu di tambahkan 10,5,
beban atau sebuah bobot 5, pada bagian 4 yaitu Kondisi lalu di tambahkan 11,7, lalu di tambahkan lagi angka
Kontinitas yang mempunyai keterangan 0,1 Mpa dan 13,1. Setelah angka tersebut di dapatkan, lalu dimasukkan
mempunyai sebuah beban atau sebuah bobot 25, dan ke dalam sebuah rumus, angka yang telah kita dapatkan
pada bagian akhir pada sebuah tabel RMR yaitu bagian barusan di kali 100 setelah itu di bagi 100, sehingga kita
air tanah yang dimana mempunyai sebuah keterangan mendapatkan hasil dari RQD (Rock Quality Designation)
Basah dan memiliki sebuah beban atau bobot yaitu yaitu 45,3 %. Lalu untuk mengetahui klasifikasi dari
hasilnya 7, apabila telah selesai pada bagian kolom Bobot sebuah tabel (RMR) terdiri dari 3 bagian yaitu Parameter,
semua yang telah di dapatkan hasilnya di jumlahkan Keterangan, dan Bobot.
sehingga di dapatkan hasilnya yaitu 62. Lalu pada tabel 2 Dalam bagian kolom dari parameter terdapat (kuat tekan)
klasifikasi massa (Q Sistem) terdiri dari 3 bagian yaitu yang mempunyai keterangan 48 Mpa, dimana bagian kuat
parameter, keterangan dan bobot. Pada bagian pertama tekan tersebut di tambah dua (2) angka terakhir. yang
pada sebuah bagian kolom parameter yaitu RQD (Rock memiliki sebuah beban atau bobot yaitu 4 yang di ambil
Quality Designation) mempunyai keterangan 58,8% yang dari tabel klsifikasi parameter dan pembobotan, lalu, pada
dimana telah di jelaskan bahwa nilai tesebut di dapatkan bagian kedua RQD (Rock Quality Designation)
dari hasil panjang sebuah pipa dan pada bagian ini mempunyai keterangan 45,3% dan memiliki beban atau
mempunyai sebuah beban atau bobot yaitu hasilnya 13. sebuah bobot 8, lalu pada bagian 3 yaitu Jarak
Lalu pada bagian kedua pada bagian Jn yang dimana Diskontinusi mempunyai keterangan kurang dari 0,06
mempunyai arti (jumlah set penghentian), dimana yang mempunyai sebuah beban atau sebuah bobot 5, pada
mempunyai sebuah keterangan Three sets yang bagian 4 yaitu Kondisi Kontinitas yang mempunyai
mempunyai arti yaitu (tiga set) lalu pada bagian kedu ini keterangan kasar dan mempunyai sebuah beban atau
mempunyai sebuah beban atau bobot dimana yang sebuah bobot 25, dan pada bagian akhir pada sebuah tabel
mempuyai hasil 13. Sedangkan pada bagian Jr yang RMR yaitu bagian air tanah yang dimana mempunyai
dimana mempunyai arti (kekasaran penghentian), sebuah keterangan Basah dan memiliki sebuah beban atau
dimana pada bagian ini mempunyai keterangan Rough, bobot yaitu hasilnya 7, apabila telah selesai pada bagian
Planar yang dimana mempunyai arti ( kasar, planar), kolom Bobot semua yang telah di dapatkan hasilnya di
dimana pada bagian 3 ini mempunyai sebuah beban atau
Rock Mass - 10
jumlahkan sehingga di dapatkan hasilnya yaitu 49. Lalu dan Bobot. Dalam bagian kolom dari parameter terdapat
pada tabel 4 klasifikasi massa (Q Sistem) terdiri dari 3 (kuat tekan) yang mempunyai keterangan 11 PLI, dimana
bagian yaitu parameter, keterangan dan bobot. Pada bagian kuat tekan tersebut di tambah satu (1) angka
bagian pertama pada sebuah bagian kolom parameter terakhir stambuk. yang memiliki sebuah beban atau bobot
yaitu RQD (Rock Quality Designation) mempunyai yaitu 15 yang di ambil dari tabel klsifikasi parameter dan
keterangan 45,3% yang dimana telah di jelaskan bahwa pembobotan, lalu, pada bagian kedua RQD (Rock Quality
nilai tesebut di dapatkan dari hasil panjang sebuah pipa Designation) mempunyai keterangan 59,2% dan memiliki
dan pada bagian ini mempunyai sebuah beban atau bobot beban atau sebuah bobot 13,
yaitu hasilnya 13. Lalu pada bagian kedua pada bagian Jn lalu pada bagian 3 yaitu Jarak Diskontinusi mempunyai
yang dimana mempunyai arti (jumlah set penghentian), keterangan kurang dari 0,06 yang mempunyai sebuah
dimana mempunyai sebuah keterangan Three sets yang beban atau sebuah bobot 5, pada bagian 4 yaitu Kondisi
mempunyai arti yaitu (tiga set) lalu pada bagian kedu ini Kontinitas yang mempunyai keterangan Lunak dan
mempunyai sebuah beban atau bobot dimana yang mempunyai sebuah beban atau sebuah bobot 0. Dan pada
mempuyai hasil 9. Sedangkan pada bagian Jr yang bagian akhir pada sebuah tabel RMR yaitu bagian air
dimana mempunyai arti (kekasaran penghentian), dimana tanah yang dimana mempunyai sebuah keterangan Kering
pada bagian ini mempunyai keterangan Rough, wavy dan memiliki sebuah beban atau bobot yaitu hasilnya 15,
yang dimana mempunyai arti ( kasar, bergelombang), apabila telah selesai pada bagian kolom Bobot semua
dimana pada bagian 3 ini mempunyai sebuah beban atau yang telah di dapatkan hasilnya di jumlahkan sehingga di
bobot yang dimana mempunyai hasil 3. Lalu pada bagian dapatkan hasilnya yaitu 48. Lalu pada tabel 6 klasifikasi
Ja yang dimana mempunyai arti (kondisi diskontinitas massa (Q Sistem) terdiri dari 3 bagian yaitu parameter,
dan pengesian), dimana pada bagian ini mempunyai keterangan dan bobot. Pada bagian pertama pada sebuah
keterangan Sand or crushed rock infill yang dimana bagian kolom parameter yaitu RQD (Rock Quality
mempunyai arti (pasir atau batuan pengisi yang di Designation) mempunyai keterangan 59,2% yang dimana
hancurkan), dimana pada bagian ini mempunyai sebuah telah di jelaskan bahwa nilai tesebut di dapatkan dari
beban atau bobot yang dimana mempunyai hasil 4. hasil panjang sebuah pipa dan pada bagian ini
Sedangkan pada bagian Jw yang dimana mempunyai arti mempunyai sebuah beban atau bobot yaitu hasilnya 13.
(ukuran tekanan air yang dapat mempengaruhi kuat geser Lalu pada bagian kedua pada bagian Jn yang dimana
dari bidang diskontinu), dimana pada bagian ini mempunyai arti (jumlah set penghentian), dimana
mempunyai keterangan Medium water infiowl yang mempunyai sebuah keterangan Two sets yang mempunyai
dimana mempunyai sebuah arti (aliran air sedang ), arti yaitu (dua set) lalu pada bagian kedu ini mempunyai
dimana pada bagian 5 ini mempunyai sebuah beban atau sebuah beban atau bobot dimana yang mempuyai hasil 4.
bobot yang dimana mempunyai hasil 0,06. Lalu pada Sedangkan pada bagian Jr yang dimana mempunyai arti
bagian SRF yang dimana mempunyai arti (sebagai (kekasaran penghentian), dimana pada bagian ini
parameter total stress) yang di pengaruhi oleh letak suatu mempunyai keterangan Filed discontinuties yang dimana
lobang, dimana pada bagian ini mempunyai keterangan mempunyai arti ( kasar, bergelombang), dimana pada
Loose rock with open joint’s yang dimana mempunyai bagian 3 ini mempunyai sebuah beban atau bobot yang
arti (batuan lepas dengan sambungan terbuka), dimana dimana mempunyai hasil 3. Lalu pada bagian Ja yang
pada bagian ini mempunyai sebuah beban atau bobot dimana mempunyai arti (kondisi diskontinitas dan
yang dimana mempunyai hasil 5. dan pada bagian akhir pengesian), dimana pada bagian ini mempunyai
pada sebuah tabel (Q, Sistem) yaitu apabila telah selesai keterangan Sand or crushed rock infill yang dimana
pada bagian kolom Bobot semua yang telah di dapatkan mempunyai arti (pasir atau batuan pengisi yang di
hasilnya di jumlahkan sehingga di dapatkan hasilnya hancurkan), dimana pada bagian ini mempunyai sebuah
yaitu 31,66. Selanjutnya pada angka bagian bobot beban atau bobot yang dimana mempunyai hasil 4.
tersebut dimasukkan dalam sebuah rumus (Q, system) Sedangkan pada bagian Jw yang dimana mempunyai arti
yang dimana setelah di masukkan angka bobot tersebut di (ukuran tekanan air yang dapat mempengaruhi kuat geser
mana hasilnya adalah 0,14 dan pada (Quality of rock dari bidang diskontinu), dimana pada bagian ini
mass) yaitu (Very poor). Untuk mengetahui RQD (Rock mempunyai keterangan Medium water infiowl yang
Quality Designation) pada sebuah tabel 5, pengerjaanya dimana mempunyai sebuah arti (aliran air sedang ),
itu sama halnya dengan yang awal, pertama-pertama kita dimana pada bagian 5 ini mempunyai sebuah beban atau
harus ketahui sebuah panjang pipa yaitu 100 cm, lalu kita bobot yang dimana mempunyai hasil 0,06. Lalu pada
mengambil ukuran dari panjang pipa tersebut yaitu bagian SRF yang dimana mempunyai arti (sebagai
kelipatan dari 10 sebelum memasukkan angka kedalam parameter total stress) yang di pengaruhi oleh letak suatu
sebuah rumus. Setelah mendapatkan angka tersebut hasil lobang, dimana pada bagian ini mempunyai keterangan
dari RQD (Rock Quality Designation) yaitu 58,8% di Loose rock with open joint’s yang dimana mempunyai
dapatkan dari kelipatan 10, yaitu dari angka 11, lalu di arti (batuan lepas dengan sambungan terbuka), dimana
tambahkan 11,3, lalu di tambahkan 12, lalu di tambahkan pada bagian ini mempunyai sebuah beban atau bobot
angka 11,8, dan di tambahkan lagi 13,1. Setelah angka yang dimana mempunyai hasil 5. dan pada bagian akhir
tersebut di dapatkan, lalu dimasukkan ke dalam sebuah pada sebuah tabel (Q, Sistem) yaitu apabila telah selesai
rumus, angka yang telah kita dapatkan barusan di kali pada bagian kolom Bobot semua yang telah di dapatkan
100 setelah itu di bagi 100, sehingga kita mendapatkan hasilnya di jumlahkan sehingga di dapatkan hasilnya
hasil dari RQD (Rock Quality Designation) yaitu 59,2 %. yaitu 29,66. Selanjutnya pada angka bagian bobot
Lalu untuk mengetahui klasifikasi dari sebuah tabel tersebut dimasukkan dalam sebuah rumus (Q, system)
(RMR) terdiri dari 3 bagian yaitu Parameter, Keterangan, yang dimana setelah di masukkan angka bobot tersebut di

Rock Mass - 11
mana hasilnya adalah 0,32 dan pada (Quality of rock
mass) yaitu (Very poor).

KESIMPULAN
Untuk mengetahui sebuah kualitas massa batuan
berdasarkan klasifikasi massa batuan yaitu Untuk
mengetahui RQD (Rock Quality Designation), pertama-
pertama kita harus ketahui sebuah panjang pipa yaitu 100
cm, lalu kita mengambil ukuran dari panjang pipa
tersebut yaitu kelipatan dari 10 sebelum memasukkan
angka kedalam sebuah rumus. RQD (Rock Quality
Designation).
Setelah di masukkan angka kedalam sebuah rumus
tersebut itulah hasil dari RQD (Rock Quality
Designation), lalu selanjutnya untuk mengetahui sebuah
parameter dan perhitungan klasifikasi massa batuan
dalam menggunakan metode Rock mass rathing (RMR).
Dan untuk menentukan sebuah klasifikasi (RMR) harus
menggunakan tabel kasifikasi Rock mass rathung. Lalu
melihat keterangannya dan menentukan angka dari bobot
tersebut.
Sedangkan dalam menentukan klasifikasi parameter
massa batuan dan penentuan yang berdasarkan metode
(Q-system). Dalam menentukan sebuah metode (Q-
system) dalam sebuah tabel tersebut terdapat bagian-
bagian yang dimana telah ditentukan parameternya dan
untuk menentukan keterangan dari parameter tersebut
terdapat dalam bagian-bagian parameter, sedangkan dari
bobot itu sendiri kita dapat melihat dari keterangan yang
kita dapatkan dari tabel (Q-system) tersebut. Dan
sebelum menentukan keterangan dari tabel (Q-system),
terlebih dalu mengartikan tebel (Q-system) bahasa inggris
ke bahasa Indonesia agar mempermudah cara
penentuannya.
Berdasarkan klasifikasi RMR menunjukkan daerah
penelitian memiliki kondisi massa batuan yang baik
(kelas II atau Good Rock).

DAFTAR PUSTAKA
[1] Rai, Made Astawa, dkk., “Mekanika Batuan”,
Bandung: Institut Teknologi Bandung, 2012.
[2] Arief. S, “Dasar-dasar Analisis Kestabilan Lereng”,
Sorowako: PT INCO, 2007.
[3] Rusydy, I., Sugiyanto, D., Satrio, L. and Munandar,
I., “Geological Aspect of Slope Failure and
Mitigation Approach in Bireun- Takengon Main
Road, Aceh Province, Indonesia”. Aceh
International Journal of Science and Technology,
Vol. 5 No. 1, pp.1-1. 2016
[4] Bieniawski, Z. T., “Engineering Characteristics of
Jointed Rock Masses”, Trans. S. African Instn. Civ.
Engrs., vol. 15, pp 336 – 337, Dec. 1973.
[5] Bieniawski, Z. T., “Engineering Rock Mass
Classification”. John Willey and Sons, Inc, Canada,
1989.
[6] ISRM., “Suggested Methods for The Qualitative
Description of Discontinuities in Rock”, Int. Journal
Rock Mechanics, Mining Sciences &
Geomechanical Abstr. 17, pp. 322 – 325, 1980.
[7] Priest, S. D., and Hudson, J. A., “Discontinuity
Spacings in Rock”, International Jurnal of Rock
Mechanics and Mining Sciences, vol. 13, pp. 137,
1976.

Rock Mass - 12
UJI SIFAT FISIK

Rock Mass - 1
JURNAL PRAKTIKUM
UJI SIFAT FISIK

GUFRAN NURRAHIM
09320140199
C6

LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2020

Rock Mass - 2
JURNAL PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
UJI SIFAT FISIK

Muhammad Fathurrahman1, Chaerul Ikhsan2, Andi Baso Lovan Al Tamar3.


Program Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Muslim Indonesia
Makassar, Jl. Urip Sumoharjo KM 05, telp/fax (+62)411 455666/ (+62) 411 455695
e-mail: [email protected]

ABSTRAK
Mekanika batuan adalah salah cabang disiplin ilmu geomekanika. Mekanika batuan merupakan ilmu yang mempelajari sifat-
sifat mekanik batuan dan massa batuan. Hal ini menyebabkan mekanika batuan memiliki peran yang dominan dalam operasi
penambangan, seperti pekerjaan penerowongan, pemboran, penggalian, peledakan dan pekerjaan lainnya. Sehingga untuk mengetahui
sifat mekanik batuan dan massa batuan dilakukan berbagai macam uji coba baik itu di laboratorium maupun di lapangan langsung atau
secara insitu. Adapun yang termasuk kedalam sifat fisik batuan adalah sebagai berikut: Bobot Isi Asli (γn), Bobot Isi Kering (γo), Bobot Isi
Jenuh (γw), Apparent Specific Gravity (GSA), True Specific Gravity (GST), Kadar Air Asli (ωn), Kadar Air Jenuh (ωsat), Derajat kejenuhan
(S), Porositas, Angka pori (void ratio), Angka pori merupakan perbandingan antara volume pori dan volume butir [2]. Dalam percobaan uji
kuat fisik, terdapat 6 kode sampel yaitu G1,G2,G3,MB1,MB2 dan MB3. Dari hasil percobaan, didapatkan beberapa hasil yaitu: Bobot Isi
Asli (γn), sampel MB1 memiliki bobot tertinggi yaitu 1.7714 gr/cm3. Bobot Isi Kering (γo), sampel G3 memiliki bobot tertinggi yaitu
1.3264 gr/cm3. Bobot Isi Jenuh (γw), sampel G3 yaitu 1.3747 gr/cm3. Apparent Specific Gravity (GSA), sampel MB3 memiliki berat jenis
tertinggi yaitu 0.0010 gr. True Specific Gravity (GST), sampel G3, MB1, MB2 dan MB3 memiliki berat jenis tertinggi yaitu 0.0014 gr.
Kadar Air Asli (ωn), sampel MB1 memiliki kadar tertinggi yaitu 41.1602%. Kadar Air Jenuh (ωsat), sampel MB1 memiliki kadar tertinggi
yaitu 7.0343%. Derajat kejenuhan (S), sampel MB1 memiliki derajat kejenuhan tertinggi yaitu 585.1332%. Porositas, sampel MB1 memiliki
porositas tertinggi yaitu 8.8275%. Angka pori (void ratio), sampel G2 memiliki void ratio tertinggi yaitu 1.5901.

Kata Kunci: Bobot isi asli, Bobot isi kering, Bobot isi kering, Apparent Specific Gravity (GSA), True Specific Gravity (GST)

PENDAHULUAN Dunia pertambangan sekarang mempunyai peranan


penting dalam perkembangan negara di dunia, karena
Mekanika batuan adalah salah cabang disiplin ilmu semua hasil yang di peroleh di dalam kegiatan
geomekanika. Mekanika batuan merupakan ilmu yang penambangan sangat bermanfaat.. Semua sektor atau
mempelajari sifat-sifat mekanik batuan dan massa bidang ekonomi, pertahanan dan keamanan [1].
batuan. Hal ini menyebabkan mekanika batuan
memiliki peran yang dominan dalam operasi TINJAUAN PUSTAKA
penambangan, seperti pekerjaan penerowongan,
pemboran, penggalian, peledakan dan pekerjaan lainnya. 1. Sifat Fisik Batuan
Sehingga untuk mengetahui sifat mekanik batuan dan Adapun yang termasuk kedalam sifat fisik batuan adalah
massa batuan dilakukan berbagai macam uji coba baik sebagai berikut:
itu di laboratorium maupun di lapangan langsung atau 1. Bobot Isi Asli (γn), Merupakan perbandingan antara
secara insitu.Untuk mengetahui sifat mekanik batuan berat batuan asli dengan volume total batuan.
dilakukan beberapa percobaan seperti uji kuat tekan 2. Bobot Isi Kering (γo), Merupakan perbandingan
uniaksial, uji kuat tarik, uji triaksial dan uji tegangan antara berat batuan kering dengan volume total
insitu [5]. batuan.
Di dalam geoteknik, klasifikasi massa batuan yang 3. Bobot Isi Jenuh (γw), Merupakan perbandingan
pertama diperkenalkan sekitar 60 tahun yang lalu yang antara berat batuan jenuh dengan volume total
ditujukan untuk terowongan dengan penyanggaan batuan.
menggunakan penyangga baja. Kemudian klasifikasi 4. Apparent Specific Gravity (GSA), Merupakan
dikembangkan untuk penyangga nonbaja untuk perbandingan antara bobot isi kering batuan dengan
terowongan, lereng, dan pondasi. 3 pendekatan desain bobot isi air.
yang biasa digunakan untuk penggalian pada batuan 5. True Specific Gravity (GST), Merupakan
yaitu: analitik, observasi, dan empirik. Salah satu yang perbandingan antara bobot isi jenuh batuan dengan
paling banyak digunakan adalah pendekatan desain bobot isi air.
dengan menggunakan metode empiric. Klasifikasi massa 6. Kadar Air Asli (ωn), Merupakan perbandingan antara
batuan dikembangkan untuk mengatasi permasalahan berat air dalam batuan asli dengan berat butiran
yang timbul di lapangan secara cepat dan tidak batuan dan dinyatakan dalam %.
ditujukan untuk mengganti studi analitik, observasi 7. Kadar Air Jenuh (ωsat), Merupakan perbandingan
lapangan, pengukuran, dan engineering judgement. antara berat air dalam batuan jenuh dengan berat
Dikarenakan kompleknyasuatu massa batuan, beberapa butiran batuan dan dinyatakan dalam %.
penelitian berusaha untuk mencari hubungan antara 8. Derajat kejenuhan (S), Merupakan perbandingan
desaingalian batu dengan parameter massa batuan. antara kadar air asli dengan kadar air jenuh dan
Banyak dari metodemetode tersebut telah dimodifikasi dinyatakan dalam %.
oleh yang lainnya dan sekarang banyak digunakan 9. Porositas, Porositas dapat didefinisikan sebagai
untuk penelitian awal atau bahkan untuk desain akhir.. perbandingan antara volume total pori-pori batuan
Uji Sifat Fisik - 14
dengan volume total batuan per satuan volume 2. Induced (Secondary) Porosity, Porositas yang
tertentu, besar kecilnya porositas dipengaruhi  oleh terbentuk ketika proses pengendapan batuan
beberapa faktor, yaitu ukuran butir, susunan butir, (deposisi) tanpa ada faktor lain. Pada umumnya
sudut kemiringan dan komposisi mineral pembentuk terjadi pada porositas antar butiran pada batupasir,
batuan. antar Kristal pada batukapur, atau porositas oolitic
10. Angka pori (void ratio), Angka pori merupakan pada batukapur.
perbandingan antara volume pori dan volume butir Berdasarkan waktu dan cara terjadinya, maka porositas
[2]. dapat juga diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Porositas primer, yaitu porositas yang terbentuk
2. Besaran Porositas pada waktu yang bersamaan dengan proses
Porositas tertentu dapat berkisar dari nol sampai besar pengendapan berlangsung.
sekali, namun biasanya berkisar antara 5 sampai 40 persen, 2. Porositas sekunder, yaitu porositas batuan yang
dan dalam prakteknya berkisar hanya dari 10 sampai 20 terbentuk setelah proses pengendapan.
persen saja. Porositas 5 persen biasanya disebut porositas Besar kecilnya porositas dipengaruhi oleh beberapa faktor,
tipis (marginal porosity) dan umumnya bersifat non yaitu ukuran butir,susunan butir, sudut kemiringan dan
komersiil, kecuali jika dikompensasikan oleh adanya komposisi mineral pembentuk batuan. Faktor Yang
beberapa faktor lain. Secara teoritis porositas tidak bisa Mempengaruhi Porositas:
lebih besar dari 47,6 persen. Porositas maximum yang 1. Susunan Batuan, pemeriksaan porositas batuan salah
didapatkan adalah dalam susunan kubus dan secara teoritis satunya dengan melihat porositas gabungan batuan.
nilai yang didapatkan adalah sebagai berikut. Jelaslah, Dalam memperkirakan nilai porositas, Slichter dan
bahwa dalam hal ini porositas tidak tergantung daripada kemudian Graton dan Fraser menghitung porositas
besar butir. Jika kita subtitusikan r untuk angka berapa saja berbagai susunan batuan serupa. Porositas dengan
maka kita akan tetap mendapatkan angka 47,6 tersebut. susunan kubik atau biasa disebut cubic packing
Besarnya porositas itu ditentukan dengan berbagai cara, (agak kompak) adalah 47.6 %, sedangkan
yaitu; rombohedral (seperti belah ketupat, lebih kompak)
1. Di laboratorium, dengan porosimeter yang didasarkan adalah 25,96 %.
pada hokum Boyle : gas digunakan sebagai pengganti 2. Distribusi Batuan, kita tahu bahwa di alam, batuan
cairan untuk menentukan volum pori tersebut. terdiri dari berbagai jenis dan ukuran yang tidak
2. Dari log listrik, log sonic, dan log radioaktif hanya menyebabkan perbedaan susunannya saja tapi
3. Dari log kecepatan pemboran juga angularity dan distribusi dari berbagai ukuran
4. Dari pemeriksaan dan perkiraan secara mikroskopi partikel akan mempengaruhi nilai porositas batuan.
5. Dari hilangnya inti pemboran Distribusi suatu batuan berhubungan erat dengan
Pemeriksaan secara mikroskopi untuk jenis porositas dapat komposisi butiran dari batuan tersebut. Batuan
pula dilakukan secara kualitatif. Antara lain ialah jenis : dengan satu jenis unsur penyusun bisa memiliki
1. Antar butir (intergranuler), yang berarti bahwa pori– porositas yang lebih besar daripada porositas batuan
pori yang didapat di antara butir–butir. yang terdiri dari berbagai macam unsur penyusun.
2. Antar Kristal (interkristalin), dimana pori–pori Misalnya saja batupasir dapat tersusun dari butiran
berada di atara kristal–kristal. kuarsa, feldspar, limestone, fossil, dan chert.
3. Celah dan rekah, yaitu rongga terdapat di antara Keberagaman penyusun batuan ini sangat
celah–celah. mempengaruhi besarnya porositas dari suatu batuan
4. Bintik–bintik jarum (point–point porosity), berarti karena bentuk dan ukuran dari masing-masing
bahwa pori–pori merupakan bintik–bintik terpisah– penyusun yang berbeda. Jelas akan sangat berbeda
pisah, tanpa kelihatan bersambungan. perhitungannya dengan ukuran partikel yang
5. Ketat (thigt), yang berarti butir–butir berdekatan dan seragam. Semakin besar ukuran butiran, semakin
kompak sehingga pori–pori kecil sekali dan hamper besar ruang kosong yang akan diisi dengan batu
tidak ada porositas. lempung atau partikel-partikel lebih kecil dan
6. Padat (dense), berarti batuan sangat kecil sehingga materi semen. Semakin banyak partikel kecil yang
hamper tidak ada porositas. masuk, mengurangi jumlah pori-pori batuan. Seperti
7. Growing (vugular), yang berarti rongga–rongga contoh hasil pengayakan antara batupasir (a) dengan
besar berdiameter beberapa mili dan kelihatan sekali batupasir serpihan (b). Distribusi ukuran batuan
bentuk–bentuknya tidak beraturan, sehingga dapat dilihat dari skewness (kecondongan).
porositas besar. Eksperimen yang dilakukan oleh Tickell di pasir
8. Bergua–gua (cavernous), yang berarti rongga– Ottawa menunjukkan bahwa porositas adalah fungsi
rongga besar sekali malahan berupa gua– gua, dari skewness distribusi ukuran batuan. Secara
sehingga porositas sangat besar. umum, semakin kecil butiran dan semakin besar
Berdasarkan asal usulnya porositas dibagi menjadi 2, yaitu angularity maka porositas semakin besar. Semakin
: besar ukuran butiran maka semakin kecil porositas.
1. Original (Primary) Porosity, Porositas yang Material semen juga perlu diperhatikan karena
terbentuk ketika proses pengendapan batuan semen akan menyegel batuan sehingga fluida tidak
(deposisi) tanpa ada faktor lain. Pada umumnya dapat mengalir.
terjadi pada porositas antar butiran pada batupasir, 3. Sementasi, sementasi juga merupakan salah satu
antar Kristal pada batukapur, atau porositas oolitic faktor penting yang dapat mempengaruhi porositas.
pada batukapur. Material semen juga perlu diperhatikan karena

Uji Sifat Fisik - 15


semen akan menyegel batuan sehingga fluida tidak Sebagaimana telah disebutkan di atas, biasanya
dapat mengalir. Jika suatu batuan tersementasi permeabilitas dinyatakan dalam ‘darcy’, yaitu untuk
dengan baik, maka kemungkinan besar akan terdapat menghormati DARCY yang memproklamasikan pertama
banyak pori yang tidak berhubungan. Hal ini dapat kalinya hokum aliran dalam medium yang berpori. Jadi
menyebabkan porositas efektif dari batuan itu suatu permeabilitas dengan k= 2 darcy berarti suatu aliran
menjadi kecil, sebaliknya jika suatu batuan tidak sebesar 2 cc persekon yang di dapatkan melalui suatu
tersementasi dengan baik, kemungkinan besar penampang seluas satu sentimeter persegi panjang 1
semakin banyak pori yang terhubungkan, sehingga sentimeter, di bawah suatu tekanan perbedaan satu
harga porositas efektif semakin besar. atmosfer untuk suatu cairan yang mempunyai kekentalan
4. Kompaksi, kompaksi dapat mempengaruhi harga (viskositas) 1 sentipoise. Pada hakekatnya permeabilitas
dari porositas. Semakin dalam posisi batuan dari suatu batuan biasanya kurang dari satu darcy dan oleh
permukaan, beban yang diterima semakin besar. karenanya dalam praktek permeabilitas dinyatakan dalam
Tekanan yang disebabkan oleh akumulasi beban milidarcy (1 md = 0,001 darcy) [2].
batuan yang berada di atasnya disebut tekanan Sebagai contoh untuk batuan yang sarang tetapi tidak
overburden. Jika suatu batuan terkompaksi dengan permeable, dapat ditunjukkan misalnya ; suatu serpih
baik artinya semakin dalam dari permukaan, pori- mempunyai permeabilitas yang sangat rendah, sedangkan
pori dari batuan itu akan semakin kecil karena porositasnya sama dengan batupasir. McKelvey (1962)
butiran penyusun semakin merapat, contohnya pada memberikan nilai permeabilitas 9 X 10-6 md untuk serpih
rhombohedral packing. Begitu pula sebaliknya, jika yang telah kompak, tetapi porositasnya yaitu 24%. Untuk
kompaksi semakin rendah maka presentasi pori akan batupasir dengan porositas sama, misalnya 22,7 %
semakin besar, contohnya saja pada cubic packing. (batupasir Bradford; dari daerah Pennsylvania) ternyata
5. Angularitas, Jika derajat angularitas butiran mempunyai permeabilitas 36,6 % md (Fettke, 1934).
penyusun batuan semakin besar (semakin jauh dari Dalam prakteknya permeabilitas berkisar antara 5 sampai
kebundaran/roundness), bentuk butirannya akan 1000 milidarcy [2].
semakin menyudut. Hal ini akan menyebabkan Cara penentuan permeabilitas adalah :
daerah sentuh antar butiran yang satu dengan yang 1. Dengan permeameter, suatu alat pengukur yang
lainnya akan semakin besar jika dibandingkan mempergunakan gas.
dengan bidang sentuh antar butiran yang roundness- 2. Dengan penaksiran kehilangan sirkulasi dalam
nya tinggi (daerah sentuhnya kecil). Sehingga, pemboran.
mengakibatkan ruang yang dapat ditempati fluida 3. Dari kecepatan pemboran
akan semakin berkurang dan porositasnya menurun 4. Berdasarkan test produksi terhadap penurunan
[2]. tekanan dasar lubang (bottom-hole pressure-
decline).
3. Permeabilitas Secara perkiraan di lapangan dapat juga dilakukan
Kelulusan atau permeabilitas adalah suatu sifat batuan pemerian semikuantitatif sebagai berikut:
reservoir untuk dapat meluluskan cairan melalui pori–pori 1. Ketat (tight), kurang dari 5 md
yang berhubungan, tanpa merusak partikel pembentuk atau 2. Cukup (fair) antara 5 sampai 10 md
kerangka batuan tersebut. Defenisi permeabilitas dapat 3. Baik (good) antara 10 sampai 100 md
dinyatakan dalam rumus sebagai berikut ; Dimana q 4. Baik sekali (very good) antara 100 sampai 1000 md
dinyatakan dalam sentimeter per sekon, dalam darcy Berikut beberapa sifat batuan :
(permeabilitas), viskositas m dinyatakan cdalam 1. Massa Jenis Batuan, massa jenis adalah pengukuran
sentipoise, dan dp/dx adalah gradient hidrolik yang massa setiap satuan volume benda.Semakin tinggi
dinyatakan dalam atmosfer per sentimeter. Dengan massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula
demikian jelaslah bahwa permeabilitas adalah k yang massa setiap volumenya. Massa jenis rata-rata setiap
dinyatakan dalam Darcy [2]. benda merupakan total massa dibagi dengan total
Definisi API untuk 1 Darcy : suatu medium berpori volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa
mempunyai kelulusan (permeabilitas) sebesar 1 Darcy, jenis lebih tinggi (misalnya besi) akan memiliki
jika cairan berfasa satu dengan kekentalan 1 sentipoise volume yang lebih rendah daripada bendabermassa
mengalir dengan kecepatan 1 cm/sekon melalui sama yang memiliki massa jenis lebih rendah
penampang seluas 1 cm2 pada gradient hidrolik satu (misalnya air). Satuan SI massa jenis adalah
atmosfer (76,0 mm Hg) per sentimeter dan jika cairan kilogram per meter kubik (kg·m-3). Massa jenis
tersebut seluruhnya mengisi medium tersebut. Dari berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki
defenisi di atas tidak dijelaskan hubungan antara massajenis yang berbeda. Dan satu zat berapapun
permeabilitas dan porositas. Memang sebetulnya tidak ada massanya berapapun volumenya akanmemiliki
hubungan antara permeabilitas dengan porositas. Batuan massa jenis yang sama.
yang permeable selalu sarang (porous), tetapi sebaliknya, 2. Strength Batuan, strength pada batuan adalah
batuan yang sarang belum tentu permeable. Hal ini kemampuan batuan untuk mengikat komponen-
disebabkan karena batuan yang berporositas lebih tinggi komponennya bersama-sama. Jadi dengan kata lain
belum tentu pori–porinya berhubungan satu dengan yang apabila suatu batuan diberikan tekanan yang lebih
lain. Juga sebaliknya dapat dilihat, bahwa porositas tidak besar dari kekuatan batuan tersebut, maka
tergantung dari besar butir, dan permeabilitas merupakan komponen-komponennya akan terpisah-pisah atau
suatu fungsi yang langsung terhadap besar butir [2]. dapat dikatakan hancur. Lebih lanjut lagi, kriteria
kehancuran batuan diakibatkan oleh adanya : Stress

Uji Sifat Fisik - 16


(tegangan) dan Strain (regangan). Tegangan dan mendapat nilai berat jenuh dari sampel yang kita gunakan.
regangan ini terjadi apabila ada suatu gaya yang Setelah di diamkan selama 24 jam di dalam desikator kita
dikenakan pada batuan tersebut. keluarkan dan di simpan pada cawan kemudian kita
3. Drillabilitas, drillabilitas batuan (rock drillability) melakukan penimbangan kembali agar kita mendapat nilai
merupakan ukuran kemudahan batuan untuk dibor, berat jenuh. Setelah berat jenuh di dapatkan selanjutnya
yang dinyatakan dalam satuan besarnya volume kita melakukan penimbangan berat gantung untuk
batuan yang bisa dibor pada setiap unit energi yang mendapatkan nilai berat gantung kita menyediakan ember
diberikan pada batuan tersebut. Drillabilitas batuan yang berisi air kurang lebih ¾ dari ukuran ember itu
dapat ditentukan melalui data pemboran (drilling sendiri lalu kita ikatkan pada tali pengikat neraca analitik
record). Selanjutnya dengan pengembangan model pada sampel kita masukkan sampel ke dalam air yang
pemboran, drillabilitas batuan dapat ditentukan sudah terisi pada ember setelah tergantung di dalam air
dengan menggunakan roller cone bit. lalu kita membaca angka pada neraca analitik dan itulah
4. Hardness, hardness atau kekerasan dari batuan, yang akan menjadi nilai berat gantung pada sampel.
merupakan ketahanan mineral batuan terhadap Setelah kita mendapat nilai berat gantung Langkah
goresan. selanjutnya kita melakukan pengovenan atau pengeringan
5. Abrasivitas, merupakan sifat menggores dan dengan mencari nilai berat kering pertama-tama kita
mengikis dari batuan, sehingga sering menyebabkan membuka oven terlebih dahulu kemudian kita
keausan pada gigi pahat dan diameter pahat. Setiap menggunakan kos tangan agar lebih safety lalu kita
batuan mempunyai sifat abrasivitas yang berbeda- memasukkan sampel ke dalam oven kemudian tutup
beda, pada umumnya batuan beku mempunyai kembali ovennya kemudian kita kunci. Setelah sampel
tingkat abrasivitas sedang sampai tinggi, batu pasir berada di dalam oven kita atur suhunya sebesar 110 oc
lebih abrasif daripada shale, serta limestone lebih setelah di atur suhunya kita enter kemudian atur kembali
abrasif dari batu pasir atau shale. Ukuran dan bentuk waktunya selama 24 jam seperti pada saat mencari nilai
dari partikel batuan menyebabkan berbagai tipe berat jenuh. Kita melalukan pengeringan selama 24 jam
keausan, seperti juga torsi dan daya tekan pada agar pengeringannya lebih optimal sehingga kita
pahat. mendapatkan nilai berat kering secara optimal juga.
6. Tekanan pada Batuan, merupakan tekanan-tekanan Setalah 1 hari berlalu kemudian kita mengeluarkan
yang bekerja pada batuan formasi. Tekanan-tekanan sampel yang berada di dalam oven kemudian keluarkan
tersebut harus diperhatikan dalam kegiatan sampelnya lalu tutup kembali oven dan matikan ovennya.
pemboran. Karena berpengaruh dalam cepat- Setelah sampel di keluarkan dari dalam. oven kemudian
lambatnya laju penembusan batuan formasi. kita timbang kembali menggunakan neraca analitik di
7. Elastisitas, adalah sifat elastis atau kelenturan dari mana penimbangan ini kita mengambil nilai berat kering
suatu batuan. pada sampel yang kita olah sebelumnya.

PROSEDUR PERCOBAAN HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada praktikum percobaan uji sifat fisik pertama 1. Hasil


kali di lakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang di Tabel 2.1 Data Hasil Problem Set
gunakan untuk melaksanakan praktikum. Pertama kita Kode Sampel Wn Ww Ws Wo
naikan cawan ke atas neraca analitik .Sebelum melakukan G1 557,75 529,35 113,99 509,13
penimbangan kita sentringkan terlebih dahulu neraca
G2 469,77 428,39 96,1 426,35
analatik agar kita dapat menghilangkan berat dari cawan
G3 354,84 322,69 87,96 311,35
sehingga mendapat nilai dari sampel yang sebenarnya.
MB1 143,08 108,49 27,72 101,36
Lalu kita menaikan sampelnya kita akan membaca nilai
yang ada di neraca analitik nilai inilah akan menjadi berat MB2 156,95 122,48 31,66 114,49
natural dari sampel yang kita gunakan Langkah MB3 171,88 138,69 35,94 129,97
selanjutnya kita memasukkan sampel ke dalam desikator
namun sebelum memasukan sampel ke dalam desikator Sampel G1
kita olesi terlebih dahulu desikator dengan vaseline
gunanya udara yang di dalam desikator ini tidak keluar 1. Bobot isi asli (Natural Density)
melalui celah-celah dari penutup desikator. Setelah di olesi wn 557,75
ρn = = = 1,3428 gr/cm3
kita memasukan sampel ke dalam alat desikator setelah ww−ws 529,35−113,99
sampelnya berada di dalam desikator kita memasang
penutup yang terhubung ke mesin pompa lalu kita 2. Bobot isi kering (Dry Density)
nyalakan mesin pompa nya kurang lebih selama 15 menit wo 509,13
tergantung jenis sampelnya apabila sampelnya agak lunak ρd = = = 1,2258 gr/cm3
kita bisa menggunakan mesin pompa selama 10 menit. ww−ws 529,35−113,99
Mesin pompa di nyalakan gunanya agara udara yang ada
di dalam sampel yang kita gunakan dapat keluar melalui 3. Bobot isi jenuh (saturated density)
pori-pori yang di isap melalui mesin pompa. Setelah 15 ww 529,35
ρs = = = 1,2744 gr/cm3
menit sampel di pompa di dalam desikator sampel tetap di ww−ws 529,35−113,99
diamkan di dalam selama kurang lebih 24 jam agar pori-
pori tadi yang terisi udara kembali terisi oleh air untuk 4. Berat jenis semu (apparent specific gravity)

Uji Sifat Fisik - 17


wo 509,13 = 10,1841%
ᵞapp = wn−ws = 557,75−113,99 = 0,0011 gr
7. Kandungan air jenuh
bobot isi air 1000 ww−wo 428,39−426,35
5. Berat jenis murni (true specific gravity) ῳsat = x 100% = x100%
wo 509,13 wo 426,35
= 0,4785 %
ᵞtr = wo−ws = 509,13−113,99 = 0,0013 gr
bobot isi air 1000 8. Derajat kejenuhan
6. Kandungan air asli (Natural water content) wn−wo 469,77−426,35
wn−wo 557,75−509,13 S= x 100% = x100%
ῳnat = x 100% = x100% ww−wo 428,39−426,35
wo 509,13 = 2128,4314 %
= 9,5496%
9. Porositas
7. Kandungan air jenuh ww−wo 428,39−426,35
ww−wo 529,35−509,13 n= x 100% = x100%
ῳsat = x 100% = x100% ww−ws 428,39−96,1
wo 509,13 = 0,6139%
= 3,9715%
10. Void ratio
8. Derajat kejenuhan n 0,6139
wn−wo 557,75−509,13 e= = = 1,5901
S= x 100% = x100% 1−n 1−0,6139
ww−wo 529,35−509,13
= 240,455% Sampel G3

9. Porositas 1. Bobot isi asli (Natural Density)


ww−wo 529,35−509,13 wn 354,84
n= x 100% = x100% ρn = = = 1,5117 gr/cm3
ww−ws 529,35−113,99 ww−ws 322,69−87,96
= 4,8681%
2. Bobot isi kering (Dry Density)
10. Void ratio wo 311,35
n 4,8681 ρd = = = 1,3264 gr/cm3
e= = = -1.2585 ww−ws 322,69−87,96
1−n 1−4,8681
3. Bobot isi jenuh (saturated density)
Sampel G2 ww 322,69
ρs = = = 1,3747 gr/cm3
ww−ws 322,69−87,96
1. Bobot isi asli (Natural Density)
wn 469,77 4. Berat jenis semu (apparent specific gravity)
ρn = = = 1,4137 gr/cm3
ww−ws 428,39−96,1 wo 311,35
ᵞapp = wn−ws = 354,84−87,96 = 0,0012 gr
2. Bobot isi kering (Dry Density)
wo 426,35 bobot isi air 1000
ρd = = = 1,2831 gr/cm3 5. Berat jenis murni (true specific gravity)
ww−ws 428,39−96,1 wo 311,35
3. Bobot isi jenuh (saturated density) ᵞtr = wo−ws = 311,35−87,96 = 0,0014 %
ww 428,39 bobot isi air 1000
ρs = = = 1,2892 gr/cm3 6. Kandungan air asli (Natural water content)
ww−ws 428,39−96,1
wn−wo 354,84−311,35
ῳnat = x 100% = x100%
4. Berat jenis semu (apparent specific gravity) wo 311,35
wo 426,35 = 13,9682 %
ᵞapp = wn−ws = 469,77−96,1 = 0,0011 gr
7. Kandungan air jenuh
bobot isi air 1000 ww−wo 322,69−311,35
5. Berat jenis murni (true specific gravity) ῳsat = x 100% = x100%
wo 426,35 wo 311,35
= 3,6422 %
ᵞtr = wo−ws = 426,35−96,1 = 0,0013 gr
bobot isi air 1000 8. Derajat kejenuhan
6. Kandungan air asli (Natural water content) wn−wo 354,84−311,35
wn−wo 469,77−426,35 S= x 100% = x100%
ῳnat = x 100% = x100% ww−wo 322,69−311,35
wo 426,35 = 383,5097 %

Uji Sifat Fisik - 18


9. Porositas 1. Bobot isi asli (Natural Density)
ww−wo 322,69−311,35 wn 156,95
n= x 100% = x100% ρn = = = 1,7281 gr/cm3
ww−ws 322,69−87,96 ww−ws 122,48−31,66
= 4,8311 %
2. Bobot isi kering (Dry Density)
10. Void ratio wo 114,49
n 4,8311 ρd = = = 1,2606 gr/cm3
e= = = -1.2610 ww−ws 122,48−31,66
1−n 1−4,8311
3. Bobot isi jenuh (saturated density)
Sampel MB1 ww 122,48
ρs = = = 1,3486 gr/cm3
ww−ws 122,48−31,66
1. Bobot isi asli (Natural Density)
wn 143,08 4. Berat jenis semu (apparent specific gravity)
ρn = = = 1,7714 gr/cm3
ww−ws 108,49−27,72 wo 114,49
ᵞapp = wn−ws = 156,95−31,66 = 0,0009 gr
2. Bobot isi kering (Dry Density)
wo 101,36 bobot isi air 1000
ρd = = = 1,2549 gr/cm3
ww−ws 108,49−27,72 5. Berat jenis murni (true specific gravity)
wo 114,49
3. Bobot isi jenuh (saturated density)
ww 108,49 ᵞtr = wo−ws = 114,49−31,666 = 0,0014 gr
ρs = = = 1,2503 gr/cm3 bobot isi air 1000
ww−ws 108,49−27,72
6. Kandungan air asli (Natural water content)
4. Berat jenis semu (apparent specific gravity)
wo 101,36 wn−wo 156,95−114,49
ῳnat = x 100% = x100%
ᵞapp = wn−ws = 143,08−27,72 = 0,0009 gr
wo 114,49
= 37,0862 %
bobot isi air 1000
5. Berat jenis murni (true specific gravity) 7. Kandungan air jenuh
wo 101,36 ww−wo 122,48−114,49
ῳsat = x 100% = x100%
ᵞtr = wo−ws = 101,36−27,72 = 0,0014 % wo 114,49
bobot isi air 1000 = 6,9788 %
6. Kandungan air asli (Natural water content)
wn−wo 143,08−101,36 8. Derajat kejenuhan
ῳnat = x 100% = x100% wn−wo 156,95−114,49
wo 101,36 S= x 100% = x100%
= 41,1602% ww−wo 122,48−114,49
= 531,4143 %
7. Kandungan air jenuh
ww−wo 108,49−101,36 9. Porositas
ῳsat = x 100% = x100% ww−wo 122,48−114,49
wo 101,36 n= x 100% = x100%
= 7,0343% ww−ws 122,48−31,666
= 8,7976 %
8. Derajat kejenuhan
wn−wo 143,08−101,36 10. Void ratio
S= x 100% = x100% n 8,7976
ww−wo 108,49−101,36 e= = = -1.1282
= 585,1332 % 1−n 1−8,7976

9. Porositas Sampel MB3


ww−wo 108,49−101,36
n= x 100% = x100% 1. Bobot isi asli (Natural Density)
ww−ws 108,49−27,72
= 8,8275 %
wn 171,88
ρn = = = 1,6728 gr/cm3
ww−ws 138,69−35,94
10. Void ratio
n 8,8275 2. Bobot isi kering (Dry Density)
e= = = -1.1278 wo 129,97
1−n 1−8,8275 ρd = = =1,2649 gr/cm3
ww−ws 138,69−35,94
Sampel MB2

Uji Sifat Fisik - 19


3. Bobot isi jenuh (saturated density) hasilnya yaitu 3,9715 %. Derajat kejenuhan (S),
ww 138,69 Merupakan perbandingan antara kadar air asli dengan
ρs = = = 1,3498 gr/cm3 kadar air jenuh dan didapatkan hasilnya 240,4550 %.
ww−ws 138,69−35,94
Porositas, Porositas dapat didefinisikan sebagai
perbandingan antara volume total pori-pori batuan dengan
4. Berat jenis semu (apparent specific gravity)
volume total batuan per satuan volume tertentu, besar
wo 129,97 kecilnya porositas dipengaruhi  oleh beberapa faktor,
ᵞapp = wn−ws = 171,88−35,94 = 0,0010 gr yaitu ukuran butir, susunan butir, sudut kemiringan dan
bobot isi air 1000 komposisi mineral pembentuk batuan dan didapatka
hasilnya 4,8681 % . Angka pori (void ratio), Angka pori
merupakan perbandingan antara volume pori dan volume
5. Berat jenis murni (true specific gravity) butir didapatkan hasilnya -1.2585.
wo 129,97
Sampel G2
ᵞtr = wo−ws = 129,97−35,94 = 0,0014 gr Bobot Isi Asli (γn), Merupakan perbandingan antara berat
bobot isi air 1000 batuan asli dengan volume total batuan didapatkan bobot
6. Kandungan air asli (Natural water content) isi aslinya yaitu 1,3234 gr/cm 3. Bobot Isi Kering (γo),
wn−wo 171,88−129,97 Merupakan perbandingan antara berat batuan kering
ῳnat = x 100% = x100% dengan volume total batuan didapatkan hasilnya yaitu
wo 129,97
= 32,2459 % 1,2228 gr/cm3. Bobot Isi Jenuh (γw), Merupakan
perbandingan antara berat batuan jenuh dengan volume
7. Kandungan air jenuh total batuan didapatkan hasilnya yaitu 1,2591 gr/cm3.
Apparent Specific Gravity (GSA), Merupakan
ww−wo 138,69−129,97 perbandingan antara bobot isi kering batuan dengan bobot
ῳsat = x 100% = x100%
wo 129,97 isi air didapatkan hasilnya 1,1489 gr. True Specific
= 6,7092 % Gravity (GST), Merupakan perbandingan antara bobot isi
jenuh batuan dengan bobot isi air didapatkan hasilnya
8. Derajat kejenuhan 1,2688 gr. Kadar Air Asli (ωn), Merupakan perbandingan
wn−wo 171,88−129,97 antara berat air dalam batuan asli dengan berat butiran
S= x 100% = x100%
ww−wo 138,69−129,97 batuan didapatkan hasilnya 8,22 %. Kadar Air Jenuh
= 480,6193 % (ωsat), Merupakan perbandingan antara berat air dalam
batuan jenuh dengan berat butiran batuan didapatkan
9. Porositas hasilnya yaitu 2,96 %. Derajat kejenuhan (S), Merupakan
ww−wo 138,69−129,97 perbandingan antara kadar air asli dengan kadar air jenuh
n= x 100% = x100% dan didapatkan hasilnya 277,57 %. Porositas, Porositas
ww−ws 138,69−35,94 dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara volume
= 8,4866 %
total pori-pori batuan dengan volume total batuan per
satuan volume tertentu, besar kecilnya porositas
10. Void ratio
dipengaruhi  oleh beberapa faktor, yaitu ukuran butir,
n 8,4866 susunan butir, sudut kemiringan dan komposisi mineral
e= = =-1,1336
1−n 1−8,4866 pembentuk batuan dan didapatka hasilnya 3,62 % . Angka
pori (void ratio), Angka pori merupakan perbandingan
2. Pembahasan antara volume pori dan volume butir didapatkan hasilnya
0,0375.
Sampel G1
Bobot Isi Asli (γn), Merupakan perbandingan antara berat Sampel G3
batuan asli dengan volume total batuan didapatkan bobot Bobot Isi Asli (γn), Merupakan perbandingan antara berat
isi aslinya yaitu 1,3428 gr/cm 3. Bobot Isi Kering (γo), batuan asli dengan volume total batuan didapatkan bobot
Merupakan perbandingan antara berat batuan kering isi aslinya yaitu 1,4454 gr/cm 3. Bobot Isi Kering (γo),
dengan volume total batuan didapatkan hasilnya yaitu Merupakan perbandingan antara berat batuan kering
1,2258 gr/cm3. Bobot Isi Jenuh (γw), Merupakan dengan volume total batuan didapatkan hasilnya yaitu
perbandingan antara berat batuan jenuh dengan volume 1,2964 gr/cm3. Bobot Isi Jenuh (γw), Merupakan
total batuan didapatkan hasilnya yaitu 1,2744 gr/cm3. perbandingan antara berat batuan jenuh dengan volume
Apparent Specific Gravity (GSA), Merupakan total batuan didapatkan hasilnya yaitu 1,3469 gr/cm3.
perbandingan antara bobot isi kering batuan dengan bobot Apparent Specific Gravity (GSA), Merupakan
isi air didapatkan hasilnya 0,0011 gr. True Specific perbandingan antara bobot isi kering batuan dengan bobot
Gravity (GST), Merupakan perbandingan antara bobot isi isi air didapatkan hasilnya 1,1801 gr. True Specific
jenuh batuan dengan bobot isi air didapatkan hasilnya Gravity (GST), Merupakan perbandingan antara bobot isi
0,0013 gr. Kadar Air Asli (ωn), Merupakan perbandingan jenuh batuan dengan bobot isi air didapatkan hasilnya
antara berat air dalam batuan asli dengan berat butiran 1,3653 gr. Kadar Air Asli (ωn), Merupakan perbandingan
batuan didapatkan hasilnya 9,5496 %. Kadar Air Jenuh antara berat air dalam batuan asli dengan berat butiran
(ωsat), Merupakan perbandingan antara berat air dalam batuan didapatkan hasilnya 11,50 %. Kadar Air Jenuh
batuan jenuh dengan berat butiran batuan didapatkan (ωsat), Merupakan perbandingan antara berat air dalam
Uji Sifat Fisik - 20
batuan jenuh dengan berat butiran batuan didapatkan (ωsat), Merupakan perbandingan antara berat air dalam
hasilnya yaitu 3,89 %. Derajat kejenuhan (S), Merupakan batuan jenuh dengan berat butiran batuan didapatkan
perbandingan antara kadar air asli dengan kadar air jenuh hasilnya yaitu 84,55 %. Derajat kejenuhan (S),
dan didapatkan hasilnya 295,50 %. Porositas, Porositas Merupakan perbandingan antara kadar air asli dengan
dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara volume kadar air jenuh dan didapatkan hasilnya 406,50 %.
total pori-pori batuan dengan volume total batuan per Porositas, Porositas dapat didefinisikan sebagai
satuan volume tertentu, besar kecilnya porositas perbandingan antara volume total pori-pori batuan dengan
dipengaruhi  oleh beberapa faktor, yaitu ukuran butir, volume total batuan per satuan volume tertentu, besar
susunan butir, sudut kemiringan dan komposisi mineral kecilnya porositas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
pembentuk batuan dan didapatka hasilnya 5,30 % . Angka ukuran butir, susunan butir, sudut kemiringan dan
pori (void ratio), Angka pori merupakan perbandingan komposisi mineral pembentuk batuan dan didapatka
antara volume pori dan volume butir didapatkan hasilnya hasilnya 9,88 % . Angka pori (void ratio), Angka pori
0,00559. merupakan perbandingan antara volume pori dan volume
butir didapatkan hasilnya 0,109.
Sampel MB1
Bobot Isi Asli (γn), Merupakan perbandingan antara berat Sampel MB3
batuan asli dengan volume total batuan didapatkan bobot Bobot Isi Asli (γn), Merupakan perbandingan antara berat
isi aslinya yaitu 1,5978 gr/cm 3. Bobot Isi Kering (γo), batuan asli dengan volume total batuan didapatkan bobot
Merupakan perbandingan antara berat batuan kering isi aslinya yaitu 1,5411 gr. Bobot Isi Kering (γo),
dengan volume total batuan didapatkan hasilnya yaitu Merupakan perbandingan antara berat batuan kering
1,1496 gr/cm3. Bobot Isi Jenuh (γw), Merupakan dengan volume total batuan didapatkan hasilnya yaitu
perbandingan antara berat batuan jenuh dengan volume 1,1945 gr. Bobot Isi Jenuh (γw), Merupakan
total batuan didapatkan hasilnya yaitu 1,2503 gr/cm3. perbandingan antara berat batuan jenuh dengan volume
Apparent Specific Gravity (GSA), Merupakan total batuan didapatkan hasilnya yaitu 1,2894 gr.
perbandingan antara bobot isi kering batuan dengan bobot Apparent Specific Gravity (GSA), Merupakan
isi air didapatkan hasilnya 0,8531 gr. True Specific perbandingan antara bobot isi kering batuan dengan bobot
Gravity (GST), Merupakan perbandingan antara bobot isi isi air didapatkan hasilnya 20,1060 gr. True Specific
jenuh batuan dengan bobot isi air didapatkan hasilnya Gravity (GST), Merupakan perbandingan antara bobot isi
17,72 gr. Kadar Air Asli (ωn), Merupakan perbandingan jenuh batuan dengan bobot isi air didapatkan hasilnya
antara berat air dalam batuan asli dengan berat butiran 1,3086 gr. Kadar Air Asli (ωn), Merupakan perbandingan
batuan didapatkan hasilnya 813,750 %. Kadar Air Jenuh antara berat air dalam batuan asli dengan berat butiran
(ωsat), Merupakan perbandingan antara berat air dalam batuan didapatkan hasilnya 29,01 %. Kadar Air Jenuh
batuan jenuh dengan berat butiran batuan didapatkan (ωsat), Merupakan perbandingan antara berat air dalam
hasilnya yaitu 813,926 %. Derajat kejenuhan (S), batuan jenuh dengan berat butiran batuan didapatkan
Merupakan perbandingan antara kadar air asli dengan hasilnya yaitu 7,92 %. Derajat kejenuhan (S), Merupakan
kadar air jenuh dan didapatkan hasilnya 444,88 %. perbandingan antara kadar air asli dengan kadar air jenuh
Porositas, Porositas dapat didefinisikan sebagai dan didapatkan hasilnya 365,94 %. Porositas, Porositas
perbandingan antara volume total pori-pori batuan dengan dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara volume
volume total batuan per satuan volume tertentu, besar total pori-pori batuan dengan volume total batuan per
kecilnya porositas dipengaruhi  oleh beberapa faktor, satuan volume tertentu, besar kecilnya porositas
yaitu ukuran butir, susunan butir, sudut kemiringan dan dipengaruhi  oleh beberapa faktor, yaitu ukuran butir,
komposisi mineral pembentuk batuan dan didapatka susunan butir, sudut kemiringan dan komposisi mineral
hasilnya 10,07 % . Angka pori (void ratio), Angka pori pembentuk batuan dan didapatka hasilnya 9,40 % . Angka
merupakan perbandingan antara volume pori dan volume pori (void ratio), Angka pori merupakan perbandingan
butir didapatkan hasilnya 0,1119. antara volume pori dan volume butir didapatkan hasilnya
0,1037.
Sampel MB2
Bobot Isi Asli (γn), Merupakan perbandingan antara berat PENUTUP
batuan asli dengan volume total batuan didapatkan bobot
Kesimpulan
isi aslinya yaitu 1,5707 gr. Bobot Isi Kering (γo),
Merupakan perbandingan antara berat batuan kering Setelah melakukan praktikum mekanika batuan
dengan volume total batuan didapatkan hasilnya yaitu dilaboratorium geomekanika dengan mata acara uji sifat
1,1691 gr. Bobot Isi Jenuh (γw), Merupakan fisik batuan, maka dapat simpulkan bahwa mekanika
perbandingan antara berat batuan jenuh dengan volume batuan merupakan ilmu teoretis dan ilmu terapan dari
total batuan didapatkan hasilnya yaitu 1,2680 gr. perilaku mekanik batuan dan massa batuan. Dalam
Apparent Specific Gravity (GSA), Merupakan geologi, mekanika batuan adalah cabang mekanika yang
perbandingan antara bobot isi kering batuan dengan bobot mengkaji tentang respons batuan dan massa batuan
isi air didapatkan hasilnya 0,8974 gr. True Specific terhadap medan gaya dari lingkungan mereka. Selain itu,
Gravity (GST), Merupakan perbandingan antara bobot isi Mekanika batuan juga dapat diartikan yaitu ilmu yang
jenuh batuan dengan bobot isi air didapatkan hasilnya mempelajari sifat-sifat mekanik batuan dan massa batuan.
1,2974 gr. Kadar Air Asli (ωn), Merupakan perbandingan Untuk menentukan sifat fisik batuan ada 11
antara berat air dalam batuan asli dengan berat butiran parameter yang digunakan yaitu massa jenis asli (natural
batuan didapatkan hasilnya 34,37 %. Kadar Air Jenuh density), massa jenis kering (dry density), massa jenis

Uji Sifat Fisik - 21


jenuh (saturated density), apparent spesicic gravity, true
spesicic gravity, kadar air asli (natural water content),
kadar air jenuh (absorption), derajat kejenuhan, porositas,
dan angka pori (void ratio, e).

DAFTAR PUSTAKA

[1] Arsyad M, 2017, Analisis sifat fisis dan mekanik


batuan karst Maros. Universitas Negeri Makassar.
Makassar
[2] Kramadibrata Suseno, 2018. Sifat fisik dan
mekanik batuan utuh. Institut Teknologi Bandung.
Bandung
[3] Rai, 1998. Mekanika Batuan. Laboratorium
Geoteknik Pusat Antar Universitas Ilmu Rekayasa Institut
Teknologi Bandung. Bandung.
[4] Rahman A, 2018, Uji laboratorium mekanika
batuan menggunakan metode unconfined compressive
strength pada batuan inti (core) batupasir. Akademi
Minyak dan Gas Balongan Indramayu. Bandung.
[5] Rai, 1998. Perencanaan dan Pelatihan Teknik
Terowongan. Laboratorium Geoteknik Pusat Antar
Universitas Ilmu Rekayasa Institut Teknologi Bandung.
Bandung.

Uji Sifat Fisik - 22


UJI KUAT GESER

Uji Sifat Fisik - 14


JURNAL PRAKTIKUM
UJI KUAT GESER

GUFRAN NURRAHIM
09320140199
C6

LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2020

Uji Sifat Fisik - 15


JURNAL PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
UJI KUAT GESER

Muhammad Fathurrahman1, Chaerul Ikhsan2, Andi Baso Lovan Al Tamar3.


Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Industri,Universitas Muslim Indonesia
Makassar, Jl. Urip Sumoharjo KM 05, Telp/Fax(+62) 411 455666/ (+62) 411 455695
Email: [email protected]

ABSTRAK
Kuat geser batuan adalah perlawanan internal batuan terhadap tegangan yang bekerja sepanjang bidang geser dalam batuan tersebut
yang dipengaruhi oleh karakteristik, intrinstik dan faktor internal.Kuat geser batuan juga kemampuan batuan melawan tegangan geser yang
terjadi pada saat terbebani. Kuat geser batuan adalah perlawanan internal batuan terhadap tegangan yang bekerja sepanjang bidang geser
dalam batuan tersebut yang dipengaruhi oleh karakteristik intrinstik dan faktor eksternal. Kuat geser batuan dibagi dengan dua jenis, yaitu
Kuat geser puncak (peak) dan Kuat geser Residu (sisa). Kuat geser tanah atau batuan adalah kemampuan tanah melawan tegangan geser yang
terjadi pada saat terbebani. keruntuhan geser atau shear failure tanah atau batuan terjadi bukan disebabkan karena hancurnya butir butir tanah
tersebut tapi karena adanya gerak relatif antara butir butir tanah tersebut. Pada sampel G1 diperoleh luas permukaan batu A = 0,88 m 2, gaya
geser Fg (peak) = 0,28434 N dan Fg (residual) = 0,18279 N, tegangan normal = 227,2 MPa, tegangan geser (peak) = 323,1 Mpa dan
(residual) = 207,7 MPa, sudut geser dalam (peak) = 540 dan (residual) = 420, dan kohesi (peak) = 10,4 MPa (residual) = 3,2 MPa. Setelah
melakukan praktikum mekanika batuan dilaboratorium geomekanika dengan mata acara uji kuat geser maka dapat disimpulkan uji ini
menggunakan mesin tekan (compression machine) untuk menekan sampel batuan yang berbentuk silinder dari satu arah (uniaxial).
Penyebaran tegangan di dalam sampel batuan secara teoritis adalah searah dengan gaya yang dikenakan pada sampel tersebut.

Kata kunci : Gaya, tegangan, regangan, kohesi, dan coulomb

PENDAHULUAN nilai tegangan geser, tegangan normal, hubungan antara


Kuat geser batuan adalah perlawanan internal tegangan normal dan tegangan geser, kohesi dan sudut
batuan terhadap tegangan yang bekerja sepanjang bidang geser dalam menggunakan persamaan Mohr-Coulomb. [2]
geser dalam batuan tersebut yang dipengaruhi oleh Adapun maksud dari praktikum Uji kuat geser ini
karakteristik, intrinstik dan faktor internal.Kuat geser adalah untuk mengetahui kuat geser suatu batuan terhadap
batuan juga kemampuan batuan melawan tegangan geser tekanan yang diberikan pada bidang geser. Adapun Tujuan
yang terjadi pada saat terbebani. Keruntuhan geser atau dari praktikum uji kuat geser ini adalah sebagai berikut:
shear failurebatuan terjadi bukan disebabkan karena menentukan nilai kohesi (C) dan sudut geser dalam (°)
hancurnya butir-butir batuan tersebut tetapi karena menggunakan alat Direct shear, mengidentifikasi
adannya gerak relatif antara butir-butir batuan tersebut. parameter-parameter yang akan mempengaruhi
Pada peristiwa kelongsoran suatu lereng berarti telah kelakuan/sifat geser batuan. Berikut adalah alat dan bahan
terjadi pergeseran dalam butir-butir batuan yang digunakan dalam praktikum uji kuat geser adalah:
tersebut.Kekuatan geser yang dimiliki oleh suatu batuan Alat tulis menulis, peralatan Direct Shear Test, jangka
dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu pada batuan berbutir Sorong, beban, alat pelindung diri, ember, lap kain, tali
halus (kohesif) misalnya kekuatan geser yang dimiliki kecil, sampel batuan, problem set, tabel Kalibrasi.
batuan disebabkan karena adanya kohesi atau lekatan Kuat geser batuan adalah perlawanan internal
antara butir-butir batuan yang disebut kohesi (C).Pada batuan terhadap tegangan yang bekerja sepanjang bidang
batuan dengan butir kasar (non kohesif), kekuatan geser geser dalam batuan tersebut yang dipengaruhi oleh
disebabkan karena adannya gesekan antara butir-butir karakteristik intrinstik dan faktor eksternal. Kuat geser
batuan sehingga sering disebut sudut gesek dalam. Pada batuan dibagi dengan dua jenis, yaitu Kuat geser puncak
kondisi alamiah dilapangan kondisi material batuan selalu (peak) dan Kuat geser Residu (sisa). Kuat geser puncak
bercampur sehingga kekuatan geser disebabkan karena ialah kuat geser yang terjadi ketika tegangan geser
adannya lekatan (karena kohesif) dan gesekan karena mencapai titik maksimalnya (puncak).
adannya sudut geser dalam pada butir-butir batuan, [3]
Kuat geser batuan dibagi menjadi dua jenis yaitu TINJAUAN PUSTAKA
kuat geser puncak (peak) dan kuat geser residu (sisa).Kuat 1. Sifat Fisik dan Sifat Mekanik Batuan
geser puncak ialah kuat geser yang terjadi ketika tegangan Batuan merupakan zat padat yang terbentuk
geser mencapai titik maksimalnya (puncak) disitu pula dari kumpulan mineral yang berbeda dan mempunyai
batuan mengalami deformasi plastic yang kemudian komposisi kimia yang tetap dan merupakan penyusun
runtuh. Setelah itu tegangan geser akan menurun hingga kerak bumi. Batuan terbentuk melalui proses geologi yang
menunjukan angka yang konstan untuk menggeser batuan panjang dan selama proses geologi seperti aktivitas
tersebut atau disebut kuat geser residu (setelah batuan magmatisme dan proses sedimentasi sangat berpengaruh
runtuh). Pengujian ini mengukur kekuatan geser langsung terhadap sifat fisik batuan tersebut sedangkan pengaruh
puncak dan residual sebagai fungsi dari tegangan normat struktur geologi akan berpengaruh terhadap sifat mekanis
terhadap bidang gesernya, Hasil pengujian ini digunakan dari batuan tersebut. Oleh sebab itulah batuan memiliki
dalam analisis kesetimbangan batas pada masalah sifat fisiki maupun sifat mekanis (Arief, 2018).
kestabilan lereng atau untuk analisis stabilitas pondasi a. Sifat Fisik
bendungan. Data uji geser diperlukan untuk mengetahui Sifat fisik batuan merupakan sifat yang dimiliki
Uji Kuat Geser - 23
oleh batuan tersebut bersamaan saat batuan tersebut dihasilkan dari pola tegangan baru di ukur dari waktu
terbentuk. Sifat fisik batuan tersebut misalnya porositas, ke waktu atau dimonitor secara menerus selama
berat jenis, permaebilitas, absorpsi dan derajat kejenuhan. penambangan berlangsung. Kekuatan batuan dapat
b. Sifat Mekanik Batuan diukur secara insitu (di lapangan) sebaik pengukuran
Sifat mekanik batuan adalah sifat yang dimiliki dilaboratorium. Regangan (deformasi) diukur di area
batuan karena adanya pengaruh gaya-gaya dari luar yang tambang kemudian di hubungkan terhadap tegangan
bekerja pada batuan tersebut. Pengujian Sifat Mekanis dengan berpedoman pada konstanta elastik dari
Batuan seperti kuat tekan, modulus elastisitas, dan rasio laboratorium. Tegangan sebelum penambangan
poisson (Ahmad,2017). merupakan kondisi tegangan asli, sulit di hitung, tetapi
1. Uji Kuat Tekan (Unconfined Compressive Strength merupakan parameter desain tambang yang penting.
Test) Tegangan tersebut umumnya diperkirakan dan diberi
Uji ini menggunakan mesin tekan (compression beberapa kuantifikasi dengan memasang sekelompok
machine) untuk menekan sampel batuan yang berbentuk pengukur tegangan elektrik dalam rosette pada permukaan
silinder dari satu arah (uniaxial). Penyebaran tegangan di batuan, memindahkan batuan-batuan yang berdekatan,
dalam sampel batuan secara teoritis adalah searah dengan dan mengukur respons tegangan sebenarnya yang di
gaya yang dikenakan pada sampel tersebut. Tetapi dalam lepaskan. Kondisi tegangan yang berkembang selama
kenyataannya arah tegangan tidak searah dengan gaya penambangan merupakan hal penting yang harus
yang dikenakan pada sampel tersebut karena ada diperhatikan dalam operasi tambang sebaik dalam
pengaruh dari plat penekan mesin tekan yang perancangan (Arief,2018).
menghimpit sampel, sehingga bentuk pecahan tidak 7. Hammer test
terbentuk bidang pecah yang searah dengan gaya Hammer Test adalah suatu metode pemeriksaan
melainkan berbentuk kerucut cone. Perbandingan antara mutu batuan tanpa merusak batuan. Disamping itu
tinggi dan diameter sampel (l/d) mempengaruhi nilai kuat dengan menggunakan metode ini akan diperoleh cukup
tekan batuan. Untuk pengujian kuat tekan digunakan yaitu banyak data dalam waktu yang relatif singkat dengan
2 < l/d < 2,5. Semakin besar (Arief,2018). biaya yang murah. Metode pengujian ini dilakukan
2. Uji Kuat Tarik Tak Langsung dengan memberikan beban impact (tumbukan) pada
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kuat permukaan batuan dengan menggunakan suatu massa yang
tarik (tensile strength) dari perconto batu berbentuk diaktifkan dengan menggunakan energi yang besarnya
silinder secara tidak langsung. Alat yang digunakan tertentu. Jarak pantulan yang timbul dari massa
adalah mesin tekan seperti pada pengujian kuat tekan. tersebut pada saat terjadi tumbukan dengan permukaan
3. Uji Point Load batuan dapat memberikan indikasi kekerasan juga
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan dari setelah dikalibrasi, dapat memberikan pengujian ini adalah
sampel batuan secara tak langsung di lapangan. Sampel jenis hammer. Alat ini sangat berguna untuk mengetahui
batuan dapat berbentuk silinder atau tidak beraturan. keseragaman batuan pada struktur. Karena
4. Uji Triaksial kesederhanaannya, pengujian dengan menggunakan alat
Salah Pengujian ini adalah salah satu pengujian ini sangat cepat, sehingga dapat mencakup area
yang terpenting dalam mekanika batuan untuk menentukan pengujian yang luas dalam waktu yang singkat. Alat ini
kekuatan batuan di bawah tekanan triaksial. Percontoh sangat peka terhadap variasi yang ada pada permukaan
yang digunakan berbentuk silinder dengan syarat-syarat batuan, misalnya keberadaan partikel batu pada bagian-
sama pada pengujian kuat tekan. bagian tertentu dekat permukaan. Oleh karena itu,
5. Kuat Tekan (Uniaxial) diperlukan pengambilan beberapa kali pengukuran
Kuat tekan (uniaxial) yang diuji dengan suatu disekitar setiap lokasi pengukuran, yang hasilnya
silinder atau prisma terhadap titik pecahnya. Penekanan kemudian dirata-ratakan. British Standards (BS)
uniaksial terhadap contoh batuan silinder merupakan uji mengisyaratkan pengambilan antara 9 sampai 25 kali
sifat mekanik yang paling umum digunakan.Uji kuat pengukuran untuk setiap daerah pengujian seluas
tekan uniaksial dilakukan untuk menentukan kuat tekan maksimum 300 mm (Arief,2018).
batuan (Arief,2018). 8. Uji Sifat Fisik
6. Kuat Tarik (Tensile Strength) Batuan Dengan Gelombang Ultrasonik Uji sifat
Kuat tarik (tensile strength) ditentukan dengan uji fisik batuan dengan gelombang ultrasonik ini yaitu
Brazilian dimana suatu piringan di tekan sepanjang menggunakan alat sonic viewer sx 5251. Alat ini mampu
diameter atau dengan uji langsung yang meliputi memancarkan gelombang ultrasonik yang memiliki
tarikan sebenarnya atau bengkokan dari prisma batuan. frekuensi 20 KHz. Gelombang ultrasonik digunakan
Kekuatan batuan dapat di ukur secara insitu (di lapangan) untuk mendeteksi objek jauh lebih detail terutama pada
sebaik mungkin pengukuran di laboratorium. Regangan benda–benda yang padat, gelombang ultrasonik tersebut
(deformasi) diukur di area tambang kemudian di dipantulkan melalui permukaan benda yang akan
hubungkan terhadap tegangan dengan berpedoman pada diamati (Arief,2018).
konstanta elastik dari laboratorium. Gelombang ultrasonik tersebut merambat karena
Tegangan sebelum penambangan merupakan merupakan rambatan energi dan momentum
kondisi tegangan asli, sulit dihitung, tetapi merupakan mekanikasehingga merambat sebagai interaksi dengan
parameter desain tambang yang penting. Kondisi tegangan molekul dan inersia medium yang dilaluinya. Perambatan
yang berkembang selama penambangan merupakan hal gelombang tersebut menyebabkan getaran partikel dengan
penting yang harus diperhatikan dalam operasi tambang medium amplitudo sejajar dengan arah rambat secara
sebaik dalam perancangan tambang. Regangan yang longitudinal sehingga menyebabkan partikel maedium

Uji Kuat Geser - 24


membentuk rapatan dan tegangan. Periode rapatan dan Fg = 0,02031 x Deformasi
rengangan benda tersebutlah yang akan diamati untuk
c) Tegangan normal
mengetahui sejauh mana sifat elastisitas batuan, density,
dan rigiditas suatu batuan, melalui korelasi dari data nilai Fn
kecepatan dari rambat gelombang yaittu S dan P, modulus σn= x 1000
A
geser dan possion ratio (Arief,2018).
d) Tegangan Geser
2. Hubungan Tegangan dan Regangan
a. Tegangan Fg
τ= x 1000
Tegangan adalah suatu reaksi akibat adanya beban A
atau gaya. Ada 3 macam tegangan sebelum massa batuan
e) Kohesi
mengalami gangguan, antara lain :
1) Tegangan gravitasi, yaitu tegangan yang terjadi
karena berat dari batuan yang berada di atas Y = ax ± c
massa batuan.
2) Tegangan tektonik, yaitu tegangan yang terjadi τ
Φ = arctan ( )
akibat aktivitas tektonik pada kulit bumi. σc
3) Tegangan sisa, yaitu tegangan yang masih tersisa
C = τ − σn tan ϕ
walaupun penyebab terjadinya tegangan tersebut
sudah hilang.
b. Regangan 3. Uji Kuat Geser Batuan
Regangan adalah perubahan bentuk atau volume Kuat geser tanah atau batuan adalah kemampuan
akibat adanya tegangan. Pada saat sampel batuan yang tanah melawan tegangan geser yang terjadi pada saat
di uji menerima beban yang meningkat secara teratur, terbebani. keruntuhan geser atau shear failure tanah atau
maka kondisi sampel batuan cenderung mengalami batuan terjadi bukan disebabkan karena hancurnya butir
perubahan bentuk. Perubahan bentuk ini akan terjadi butir tanah tersebut tapi karena adanya gerak relatif antara
dalam arah lateral (Muhammad,2017). butir butir tanah tersebut. Pada peristiwa kelongsoran
c. Hubungan Tegangan-Regangan suatu lereng berarti telah terjadi pergeseran dalam butir
Bila ada sebuah batang yang mengalami gaya butir tanah tersebut. Kekuatan geser yang dimiliki oleh
tekan maka batang tersebut akan mengalamai suatu tanah atau batuan dipengaruhi oleh faktor faktor
perpendekan dan regangan yang terjadi disebut regangan dibawah ini. Pada tanah berbutir halus (kohesif ) misalnya
tekan. Dari teori kekuatan bahan tegangan tarik dapat lempung kekuatan geser yang dimiliki tanah disebabkan
ditentukan dengan membagi beban dengan luas karena adanya kohesi atau lekatan antara butir butir tanah
penampang.Hubungan tegangan (σ) dan regangan (∈) atau biasa disebut dengan kohesi (C). Pada tanah atau
yang berbanding lurus batuan dengan butir kasar (non kohesif), kekuatan geser
d. Mohr Coulomb disebabkan karena adanya gesekan antara butir butir tanah
Pemecahan geometri untuk tegangan-tegangan atau batuan sehingga sering disebut sudut gesek dalam.
dengan menggunakan arah yang berbeda-beda Pada kondisi alamiah dilapangan kondisi material tanah
didapatkan dengan menggunakan persamaan yaitu dari maupun batuan selalu bercampur sehinga kekuatan geser
mohr coulomb. Adapun angkah-langkah dalam pembuatan disebabkan karena adanya lekatan (karena kohesi) dan
mohr coulomb dan cara mendapatkan nilai kohesi dan gesekan karena adanya sudut geser dalam pada butir butir
sudut geser dalam adalah contohnya sebagai berikut : batuan dan tanah.
1) Buat sumbu vertikal untuk tegangan geser dan Tegangan tersebut umumnya diperkirakan dan
sumbu horisontal untuk kuat tekan dan kuat tarik diberi beberapa kuantifikasi dengan memasang
dengan skala yang sama. sekelompok pengukur tegangan elektrik dalam rosette
2) Nilai dari kuat tekan berada disebelah kanan sumbu pada permukaan batuan, memindahkan batuan-batuan
vertikal sedangkan nilai kuat tarik berada disebelah yang berdekatan, dan mengukur respons tegangan
kiri sumbu vertikal. sebenarnya yang di lepaskan. Kondisi tegangan yang
3) Plotkan nilai kuat tekan dan nilai kuat tarik berkembang selama penambangan merupakan hal
dari data yang telah diketahui membentuk penting. Berikut ilustrasi sederhana dari alat direct shear
setengah lingkaran. strength (Ardi, 2016)
4) Setelah diplot tarik garis singgung menyinggung
lingkaran kuat tekan dan kuat tarik.
5) Nilai kohesi didapatkan dari perpotongan antara
garis singgung dan sumbu tegak.
6) Sudut geser dalam diperoleh dari besarnya sudut
yang dibentuk garis singgung tersebut (Ardi,
2016).
Persamaan yang akan digunakan sebagai berikut:
a) Luas Permukaan Conto
A = 2 (PxL + PxT + LxT)/100
b) Gaya Geser

Uji Kuat Geser - 25


seperti kedalaman lubang bukaan dari permukaan, ukuran
dan bentuk terowongan serta metode penggalian yang
dipakai. Sedangkan untuk menentukan kestabilan lubang
bukaan dapat ditentukan melalui standup time dari nilai
RMR menggunakan grafik span terhadap standup time.
Keakuratan dari standup time ini menjadi diragukan
karena nilai standup time sangat dipengaruhi oleh metode
penggalian, ketahanan terhadap pelapukan (durability) dan
kondisi tegangan in situ yang merupakan parameter-
parameter penting yang tidak tercakup dalam metode
klasifikasi RMR. Oleh karena itu, sebaiknya grafik ini
digunakan hanya untuk tujuan perbandingan semata.

4. Faktor yang Mempengaruhi


Gambar 3.1 Alat Shear Strength a. Tegangan Normal
Tegangan normal yang diberikan tidak melebihi
Secara sederhana sampel tanah atau batuan batas elastisitas batuan. Dalam hal ini yang dimaksud batas
dimasukkan kedalam alat seperti tabung yang kemudian elastisitas adalah batas dimana belum terjadi pembentukan
diberi beban normal yang besarnya tetap. Sampel tersebut rekahan awal ketika beban normal diberikan. Oleh karena
kemudian digeser dengan gaya yang besarnya secara itu diusahakan agar deformasi maupun runtuhan yang
berkala dinaikkan sampai sampel tanah atau batuan terjadi hanya disebabkan oleh tegangan geser dan bukan
tersebut pecah. Dan sleuruh angka tersebut dicatat oleh tegangan normal.
kemudian diplot kedalam grafik. Saat ini alat untuk b. Mineralogi dan Ukuran Butiran
mengukur direct shear strength sudah otomatis dengan Butiran yang kecil biasanya monocrystalline dan
komputer dalam menghitung displacement dari sampel ikatannya ataupun nilai kohesinya relatif lebih tinggi
tersebut karena dibutuhkan ketelitian yang sangat tinggi dibandingkan butiran besar. Pada batuan yang ukuran
dan harus sangat cepat untuk mencatat tiap perubahan. ada butirnya lebih besar, permukaan gesernya cenderung
tiga gauge yang harus dicatat per tiap perubahan gaya yang membentuk gelombang gelombang kasar ketika
diberikan seperti horizontal displacement gauge, vertical mengalami pergeseran. Hal ini menyebabkan sudut gesek
displacement gauge dan shear load gauge. Untuk memulai dalam batuan yang diperoleh dari uji laboratorium lebih
bisanya ditentukan beberapa nilai beban atau tekanan besar dari aslinya.
normal (psi) yang akan diberikan pada tiap sampel yang c. Kekasaran Permukaan Geser
berbeda (Ardi, 2016) Semakin kasar permukaan geser, semakin besar
Bieniawski (1984), kekuatan suatu batuan secara kekuatan geser batuan. Tetapi kekasaran geser ini akan
utuh dapat diperoleh dari Point Load Strength Index atau berpengaruh hanya pada tegangan normal yang rendah,
Uniaxial Compressive Strengh. Beliau menggunakan karena pada tegangan normal yang cukup tinggi
klasifikasi Uniaxial Compressive Strength (UCS) yang permukaan geser akan hancur sehingga pada perilaku
telah diusulkan oleh Deere & Miller, 1968 (Bieniawski, kekuatan geser batuan akan lebih dipengaruhi oleh
1984) dan juga UCS yang telah ditentukan dengan kekuatan batuan utuh (intact rock) dari pada kekasaran
menggunakan Hammer Test. Kekuatan batuan utuh adalah permukaan geser
kekuatan suatu batuan untuk bertahan menahan suatu gaya d. Banyaknya Bidang Diskontinu
hingga pecah. Kekuatan batuan dapat dibentuk oleh suatu Dengan keberadaan bidang-bidang diskontinu
ikatan adhesi antarbutir mineral atau tingkat sementasi perambatan rekahan pada batuan dapat dengan mudah
pada batuan tersebut, serta kekerasan mineral yang terjadi ketika mendapat gaya dari luar. Hal ini
membentuknya. Hal ini akan sangat berhubungan dengan menyebabkan kekuatan batuan menurun.
genesa, komposisi, tekstur, dan struktur batuan e. Tingkat Kerusakan Contoh
(Hutchinson, 1996). Proses pengambilan serta pengangkutan bongkahan
Kondisi massa batuan dievaluasi untuk setiap setiap batu ke laboratorium dapat mengakibatkan conto batuan
bidang diskontinu yang ada. Dengan menjumlahkan semua terganggu. Semakin besar gangguan ataupun kerusakan
rating dari lima parameter akan maka diperoleh nilai RMR yang dialami batuan sebelum diuji, semakin batuan
pada dasar yang belum memperhitungkan pada orientasi tersebut tidak mempresentasikan kondisi masa batuan.
bidang diskontinu. Adjusment terhadap orientasi bidang
diskontinu ini dipisahkan dalam perhitungan nilai RMR 5. Mohr Coulomb
karena pengaruh dari bidang diskontinu tersebut Pemecahan geometri untuk tegangan-tegangan
tergantung pada aplikasi engineeringnya, seperti dengan menggunakan arah yang berbeda-beda
terowongan, chamber, lereng atau fondasi. didapatkan dengan menggunakan persamaan yaitu dari
Arah umum dari bidang diskontinu berupa strike mohr coulomb. Adapun angkah-langkah dalam pembuatan
dan dip, akan mempengaruhi kestabilan lubang bukaan. mohr coulomb dan cara mendapatkan nilai kohesi dan
Hal ini ditentukan oleh sumbu dari lubang bukaan tersebut, sudut geser dalam adalah contohnya sebagai berikut :
apakah tegak lurus strike atau sejajar strike, penggalian 1) Buat sumbu vertikal untuk tegangan geser dan
lubang bukaan tersebut, apakah searah dip atau sumbu horisontal untuk kuat tekan dan kuat tarik
berlawanan arah dengan dip dari bidang diskontinu. RMR dengan skala yang sama.
dapat digunakan sebagai panduan memilih penyangga 2) Nilai dari kuat tekan berada disebelah kanan sumbu
terowongan. Panduan ini tergantung pada beberapa faktor
Uji Kuat Geser - 26
vertikal sedangkan nilai kuat tarik berada disebelah 6. Parameter Uji kuat Geser
kiri sumbu vertikal. Ada dua parameter dalam uji kuat geser yaitu
3) Plotkan nilai kuat tekan dan nilai kuat tarik kohesi dan sudut geser dalam. Dimana kohesi dan sudut
dari data yang telah diketahui membentuk geser dalam adalah suatu parameter mekanika tanah dan
setengah lingkaran. batuan yang sangat sering dijadikan acuan dalam suatu
4) Setelah diplot tarik garis singgung menyinggung design,  pengujian serta analisis suatu rancangan. Kohesi
lingkaran kuat tekan dan kuat tarik. adalah gaya tarik menarik antara partikel dalam batuan,
5) Nilai kohesi didapatkan dari perpotongan antara dinyatakan dalam satuan berat per satuan luas. Kohesi
garis singgung dan sumbu tegak. batuan akan semakin besar jika kekuatan gesernya makin
6) Sudut geser dalam diperoleh dari besarnya sudut besar. Nilai kohesi (c) diperoleh dari pengujian
yang dibentuk garis singgung tersebut (Ardi, laboratorium yaitu pengujian kuat geser langsung (direct
2016). shear strength test) dan pengujian triaxial (triaxial
Kuat geser tanah atau batuan adalah kemampuan test).Kohesi adalah gaya tarik-menarik antar molekul yang
tanah melawan tegangan geser yang terjadi pada saat sama. Salah satu aspek yang memengaruhi nilai kohesi
terbebani. Keruntuhan geser atau shear failure tanah atau adalah kerapatan dan jarak antar molekul dalam suatu
batuan terjadi bukan disebabkan karena hancurnya butir benda. Kohesi berbanding lurus dengan kerapatan suatu
butir tanah tersebut tapi karena adanya gerak relatif antara benda, sehingga bila kerapatan semakin besar maka kohesi
butir butir tanah tersebut. Pada peristiwa kelongsoran yg akan didapatkan semakin besar. Dalam hal ini, benda
suatu lereng berarti telah terjadi pergeseran dalam butir berbentuk padat memiliki kohesi yang paling besar dan
butir tanah tersebut. sebaliknya pada cairan. Sedangkan sudut geser dalam
Kekuatan geser yang dimiliki oleh suatu tanah atau batuan secara sederhana dapat kita lihat saat kita ambil
batuan dipengaruhi oleh factor-faktor dibawah ini. Pada sejumlah pasir dan kita tuang diatas permukaan, pasir
tanah berbutir halus (kohesif ) misalnya lempung kekuatan tersebut akan membentuk sudut tertentu dengan
geser yang dimiliki tanah disebabkan karena adanya permukaan. Inilah makna fisik dari sudut geser tanah pada
kohesi atau lekatan antara butir butir tanah atau biasa kondisi tanpa tegangan pengekang.
disebut dengan kohesi (C). Pada tanah atau batuan dengan
butir kasar (non kohesif), kekuatan geser disebabkan PROSEDUR PERCOBAAN
karena adanya gesekan antara butir butir tanah atau batuan 1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
sehingga sering disebut sudut gesek dalam. Pada kondisi 2. Gunakan safety glasses dan safety shoes.
alamiah dilapangan kondisi material tanah maupun batuan 3. Siapkan tabel pengamatan untuk mencatat nilai
selalu bercampur sehinga kekuatan geser disebabkan deformasi.
karena adanya lekatan (karena kohesi) dan gesekan karena 4. Sampel uji harus memenuhi syarat L/D = 2.
adanya sudut geser dalam pada butir butir batuan dan 5. Lakukan persiapan alat direct shear, letakkan sampel
tanah. batuan pada shear box.
Tegangan tersebut umumnya diperkirakan dan 6. Pasang dial gauge untuk mengukur perpindahan pada
diberi beberapa kuantifikasi dengan memasang arah pergeseran
sekelompok pengukur tegangan elektrik dalam rosette 7. Diatur pada posisi nol. Kemudian diberikan gaya
pada permukaan batuan, memindahkan batuan yang normal menggunakan bandul dengan berat tertentu.
berdekatan, dan pada mengukur respons tegangan 8. Kemudian diberikan gaya geser dengan besar tertentu
sebenarnya yang di lepaskan. Kondisi tegangan yang menggunakan mesin direct shear otomatis
berkembang selama penambangan merupakan hal penting. 9. Selanjutnya praktikan membaca pertambahan gaya
Berikut ilustrasi sederhana dari alat direct shear strength. setiap interval deformasi sebesar 0,5 mm.
Kondisi tegangan yang berkembang selama 10. Praktikan kemudian memberikan tegangan geser
penambangan merupakan hal penting. Berikut ilustrasi dengan memutar berlawanan arah jarum jam pada
sederhana dari alat direct shear strength. pengerak shear box sehingga mencapai puncak.
Secara sederhana sampel tanah atau batuan 11. Setelah sampel patah, praktikan memberikan gaya
dimasukkan kedalam alat seperti tabung yang kemudian yang berlawanan arah dengan gaya yang sebelumnya
diberi beban normal yang besarnya tetap. Sampel tersebut sampai tegangan gesernya mencapai puncak.
kemudian digeser dengan gaya yang besarnya secara
berkala dinaikkan sampai sampel tanah atau batuan HASIL
tersebut pecah. Dan sleuruh angka tersebut dicatat
kemudian diplot kedalam grafik. Saat ini alat untuk Tabel 3.1 Hasil Pengamatan (sampel G1)
Gaya
mengukur direct shear strength sudah otomatis dengan P L T Pergeseran Residua manua
Peak
komputer dalam menghitung displacement dari sampel (cm) (cm) (cm) (mm) l l
tersebut karena dibutuhkan ketelitian yang sangat tinggi ( KN )
dan harus sangat cepat untuk mencatat tiap perubahan. ada 6,10 2,840 3,029 0,5 7 5 0,2
5 5 5 1 8 8
tiga gauge yang harus dicatat per tiap perubahan gaya yang 1,5 8 8
diberikan seperti horizontal displacementgauge, vertical 2 9 8
displacement gauge dan shear load gauge. Untuk memulai 2,5 9 8
bisanya ditentukan beberapa nilai beban atau tekanan 3 9 9
normal (psi) yang akan diberikan pada tiap sampel yang 3,5 10 9
4 11 9
berbeda. 4,5 11 9
5 11 9

Uji Kuat Geser - 27


5,5 11 2(17,3412525+18,4950975+8,60529475)
6 12
6,5 13 100
7 13 ()()
7,5 14
8 14 ❑
8,5 14 2(44,44164425)
9 14 =
9,5 14 100
10 14 88,8832885 ❑
=
Tabel 3.2 Hasil Pengamatan (sampel G2) 100 ❑
P L T
Pergeseran Gaya = 0,88 m2
(mm) Peak Residual manual
(cm) (cm) (cm)
( KN )
0,5 7 5
b) Gaya Geser
1 11 8 Peak Fg = 0,02031 x deformasi
1,5 12 9 Fg = 0,02031 x 14 mm = 0,28434
2 13 9
2,5 14 9 Residual Fg2 = 0,02031 x 9 mm = 0,18279
3 15 9
3,5 14 9
4 16 c) Tegangan Normal
4,5 16 Fn
5 16 σn= x 1000
6,19 3,215 3,125
5,5 16
0,4 A
6 17 0,2
6,5 17 σn= x 1000
7 17 0,88
7,5 17 = 227,2 MPa
8 17
8,5 d) Tegangan Geser
9
Fg
9,5 τ= x 1000
10 A
Tabel 3.3 Hasil Pengamatan (sampel G3) 0,28434
Peak : τ = x 1000 = 323,1 Mpa
P L T
Pergeseran Gaya 0,88
(mm) Peak Residual manual
(cm) (cm) (cm)
( KN ) 0,18279
Residual : τ = x 1000 = 207,7 MPa
0,5 7 5 0,88
1 8 10
1,5 8 11
2 8 11 e) Sudut Geser Dalam
2,5 8 12 δτ
3 10 12 ϕ = 𝑠𝑖𝑛−1¿
3,5 10 11 δσ
4 11 12 323,1
4,5 13 12 Peak : ϕ = tan−1
5 14 11
227,2
6,32 3,175 3,25 0,6 = tan−1 (1,42209507)
5,5 15 11
6 16 11 = 540
6,5 17 11 207,7
7 17 11 Residual : ϕ = tan−1
7,5 19 227,2
8 19 = tan−1 (0,9141725352)
8,5 = 420
9
9,5
10 f) Kohesi
C = τ − σn tan ϕ
Sampel G1 Peak : C = 323,1 – 227,2 × tan 54 °
a) Luas permukaan batu = 323,1 – 312,7
2(PxL+ PxT + LxT ) ()() = 10,4 MPa
A. = Residual : C = 207,7 – 227,2 × tan 42 °
100 ❑ = 207,7 – 204,5
=
= 3,2 MPa
2(6,105 x 2,8405+6,105 x 3,0295+2,8405 x 3,0295)
100 Sampel G2
()() a) Luas permukaan batu
❑ 2(PxL+ PxT + LxT ) ()()
A. =
= 100 ❑
=
Uji Kuat Geser - 28
2(6,19 x 3,215+6,19 x 3,125+3,215 x 3,125) 2(6,32 x 3,175+6,32 x 3,25+3,175 x 3,25)
=
100 100
()() ()()
❑ ❑
2(19,90085+19,34375+10,046875) ()() 2(20,03+20,54+10,30) ()()
= =
100 ❑ 100 ❑
2(49,291475) 2(50,87)
= =
100 100
98,58295 ❑ 101,74 ❑
= =
100 ❑ 100 ❑
= 0,985 m2 = 1,017 m2

b) Gaya Geser b) Gaya Geser


Peak Fg = 0,02031 x deformasi Peak Fg = 0,02031 x deformasi
Fg = 0,02031 x 17 mm = 0,34527 Fg = 0,02031 x 19 mm = 0,38589

Residual Fg = 0,02031 x 9 mm = 0,18279 Residual Fg2 = 0,02031 x 11 mm = 0,22341

c) Tegangan Normal c) Tegangan Normal


Fn Fn
σn= x 1000 σn= x 1000
A A
0,4 0,6
σn= x 1000 σn= x 1000
0,985 1,017
= 406,09 MPa = 589,9 MPa
d) Tegangan Geser d) Tegangan Geser
Fg Fg
τ= x 1000 τ= x 1000
A A
0,34527 0,38589
Peak : τ = x 1000 = 350,5 Mpa Peak : τ = x 1000 = 379,4 Mpa
0,985 1,017
0,18279 0,22341
Residual : τ = x 1000 = 185,5 MPa Residual : τ = x 1000 = 219,6 MPa
0,985 1,017
e) Sudut Geser Dalam e) Sudut Geser Dalam
δτ δτ
ϕ = 𝑠𝑖𝑛−1¿ ϕ = 𝑠𝑖𝑛−1¿
δσ δσ
350,5 379,4
Peak : ϕ = tan−1 Peak : ϕ = tan−1
406,09 589,9
= tan−1 (0,863109163) = tan−1 (0,6431598576)
= 40° = 32°
185,5 219,6
Residual : ϕ = tan−1 Residual : ϕ = tan−1
406,09 589,9
= tan−1 (0,4567952917 = tan−1 (0,3722664858)
= 24 ° = 20°
f) Kohesi f) Kohesi
C = τ − σn tan ϕ C = τ − σn tan ϕ
Peak : C = 305,5– 406,09 × tan 40° Peak : C = 379,4– 589,9 × tan 32°
= 305,5– 340,7 = 379,4 – 368,6
= 9,8 MPa = 10,8 MPa
Residual : C = 185,5 – 406,09 × tan 24 ° Residual : C = 219,6 – 589,9 × tan 20°
= 185,5 – 180,8 = 219,6 – 214,7
= 4,7 MPa = 4,9 MPa

Sampel G3
a) Luas permukaan batu
2(PxL+ PxT + LxT ) ()()
A. =
100 ❑
Uji Kuat Geser - 29
tidak searah dengan gaya yang dikenakan pada sampel
tersebut karena ada pengaruh dari plat penekan mesin
tekan yang menghimpit sampel, sehingga bentuk pecahan
tidak terbentuk bidang pecah yang searah dengan gaya
melainkan berbentuk kerucut cone. Perbandingan antara
tinggi dan diameter sampel (l/d) mempengaruhi nilai kuat
tekan batuan. Untuk melakukan pengujian pada kuat tekan
maka dari itu kita dapat digunakan yaitu 2 < l/d < 2,5.
Adapun parameter yang mempengaharui uji kuat
geser pada batuan yaitu :
a. Luas permukaan contoh
b. Gaya geser
Grafik 3.1 Uji Kuat Geser c. Tegangan normal
d. Tegangan geser
PEMBAHASAN e. Sudut geser dalam
Pada sampel G1 diperoleh luas permukaan batu A f. Kohesi
= 0,88 m2, gaya geser Fg (peak) = 0,28434 N dan Fg
(residual) = 0,18279 N, tegangan normal = 227,2 MPa, DAFTAR PUSTAKA
tegangan geser (peak) = 323,1 Mpa dan (residual) = 207,7 [1] Arsyad M, 2017, Analisi sifat fisis dan mekanik
MPa, sudut geser dalam (peak) = 540 dan (residual) = 420, batuan karst Maros. Universitas Negeri Makassar.
dan kohesi (peak) = 10,4 MPa (residual) = 3,2 MPa. Makassar
Pada sampel G1 diperoleh luas permukaan batu A [2] Rahman A, 2018, Uji laboratorium mekanika batuan
= 0,985 m2, gaya geser Fg (peak) = 0,34527 N dan Fg menggunakan metode unconfined compressive
(residual) = 0,18279 N, tegangan normal = 406,09 MPa, strength pada batuan inti (core) batupasir. Akademi
tegangan geser (peak) = 350,5 MPa dan (residual) = 185,5 Minyak dan Gas Balongan Indramayu. Bandung.
MPa, sudut geser dalam (peak) = 40° dan (residual) = 24°, [3] Rai, 1998. Perencanaan dan Pelatihan Teknik
dan kohesi (peak) = 9,8 MPa (residual) = 4,7 MPa. Terowongan. Laboratorium Geoteknik Pusat Antar
Pada sampel G1 diperoleh luas permukaan batu A Universitas Ilmu Rekayasa Institut Teknologi
= 1,017m2, gaya geser Fg (peak) = 0,38589 N dan Fg Bandung. Bandung.
(residual) = 0,22341 N, tegangan normal = 589,9 MPa, [4] Rai, 1998. Mekanika Batuan. Laboratorium
tegangan geser (peak) = 379,4 Mpa dan (residual) = 219,6 Geoteknik Pusat Antar Universitas Ilmu Rekayasa
MPa, sudut geser dalam (peak) = 32° dan (residual) = 20°, Institut Teknologi Bandung. Bandung.
dan kohesi (peak) = 10,8 MPa (residual) = 4,9 MPa.
Pada gambar grafik uji kuat geser tersebut dalam
pembuatannya langakah-langkah yang dilakukan untuk
membuat grafik tersebut yaitu dimana langkah pertama
memasukkan data ke dalam Microsoft Office Exel. Pada
tahap selanjutnya dalam langkah kedua yaitu membuat
tabel yang dimana dalam isi tabel tersebut yaitu data
pertama (tegangan normal) yang dimana nilai yang
dimasukkan ke dalam tabel tersebut yaitu sampel G1,
sampel G2, dan sampel G3 yang kedua data dari
(tegangan geser) yang di dalamnya di ambil nilai (peak
dan residual). Dari sampel G1, sampel G2, dan sampel
G3. Setelah data tersebut di masukkan atau telah di isi,
langkah selanjutnya yaitu klik Insert lalu setelah itu apa
bila muncul, selanjutnya klik Scatter dan apabila telah
muncul selanjutnya klik Scatter With Straight Linea And
Markers. Maka grafik tersebut otomatis akan muncul.
Dari grafik uji kuat geser tersebut, dapat
diketahui bahwa nilai kuat geser puncak (Peak) lebih
tinggi daripada nilai kuat geser residu (sisa).

PENUTUP
Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum mekanika batuan
dilaboratorium geomekanika dengan mata acara uji kuat
geser maka dapat disimpulkan uji ini menggunakan mesin
tekan (compression machine) untuk menekan sampel
batuan yang berbentuk silinder dari satu arah (uniaxial).
Penyebaran tegangan di dalam sampel batuan secara
teoritis adalah searah dengan gaya yang dikenakan pada
sampel tersebut. Tetapi dalam kenyataannya arah tegangan
Uji Kuat Geser - 30
UJI KUAT TEKAN

Uji Kuat Geser - 23


JURNAL PRAKTIKUM
UJI KUAT TEKAN

GUFRAN NURRAHIM
09320140199
C6

LABORATORIUM GEOMEKANIKA
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2020

Uji Kuat Geser - 24


JURNAL PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
UJI KUAT TEKAN
Muhammad Fathurrahman1, Chaerul Ikhsan2, Andi Baso Lovan Al Tamar.3

Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Industri,Universitas Muslim Indonesia


Makassar, Jl. Urip Sumoharjo KM 05, Telp/Fax(+62) 411 455666/ (+62) 411 455695
Email: [email protected]

ABSTRAK
Mekanika batuan adalah salah cabang disiplin ilmu geomekanika. Mekanika batuan merupakan ilmu yang mempelajari sifat-sifat
mekanik batuan dan massa batuan. Uji kuat tekan uniaksial dilakukan untuk menentukan kuat tekan batuan (σt ), Modulus Young (E),
Nisbah Poisson (v) dan kurva tegangan-regangan. Ada dua metode yang dapat dipergunakan untuk mengetahui kuat tarik conto batuan di
laboratorium, yaitu metode kuat tarik langsung dan metode kuat tarik tak langsung. Pengujian ini mengunakan alat mesin tekan untuk
memberikan beban pada sampel batuan. Tujuan utama uji triaksial adalah untuk menentukan kekuatan batuan pada kondisi pembebanan
triaksial melalui persamaan kriteria keruntuhan. Kriteria keruntuhan yang sering digunakan dalam pengolahan data uji triaksial adalah
criteria Mohr-Coulomb. Pada sampel G-MB1, berdasarkan hasil perhitungan diatas maka kita memperoleh luas permukaan conto A =
2,50707894 m², Kuat tekan = 0,015954823 MPa, Nilai Konstanta Hoek-Brown (mb) = 0,421734896, Nilai Konstanta Hoek-Brown (s) =
0,0000811, Nilai Kuat Tekan Bebas Massa Batuan σ^,cm = 0,001385215 MPa, Nilai Tegangan Maksimum = 7,396286022 MPa, Tegangan
Minimum = 463,576823 Mpa, Sudut Geser Dalam θ= 0,683035738° (0°40’58.93”), Kohesi = 0,007595751 MPa dan Modulus Deformasi Em
= 0,025938568. Pada saat sampel batuan menerima beban pengujian yang diterapkan secara teratur dan meningkat, maka kondisi sampel
batuan cenderung mengalami perubahan bentuk. Perubahan bentuk ini akan terjadi dalam arah lateral dan arah vertikal. Sehingga sampel
batuan secara langsung mengalami perubahan bentuk volumetrik. Perubahan bentuk dalam arah lateral terhadap diameter tersebut rengangan
lateral dan perubahan bentuk dalam arah vertikal terhadap tinggi disebut regangan aksial serta perubahan bentuk di sebut dengan regangan
volumetric.

Kata kunci : Luas, tekanan, tegangan, kohesi, deformasi, modolus.

PENDAHULUAN juga akan diamati sifat fisik batuan tersebut, dengan


Mekanika batuan adalah salah cabang disiplin ilmu mengamati bobot dan masa jenisnya dalam beberapa
geomekanika. Mekanika batuan merupakan ilmu yang keadaan. Mekanika batuan merupakan bagian dari subjek
mempelajari sifat-sifat mekanik batuan dan massa batuan. yang lebih luas yakni geomekanika, yang mengkaji
Batuan merupakan zat padat yang terbentuk dari tentang tanggapan mekanik dari semua material geologi
kumpulan mineral yang berbeda dan mempunyai termasuk didalamnya adalah tanah. Mekanika batuan
komposisi kimia yang tetap dan merupakan penyusun seperti yang diterapkan di geologi teknik, pertambangan
kerak bumi. Batuan terbentuk melalui proses geologi yang dan perminyakan dan praktik sipil memperhatikan
panjang dan selama proses geologi seperti aktivitas penerapan prinsip mekanika rekayasa untuk desain
magmatisme dan proses sedimentasi sangat berpengaruh struktur batuan. [1]
terhadap sifat fisik batuan tersebut sedangkan pengaruh Adapun maksud dari tujuan praktikum mekanika
struktur geologi akan berpengaruh terhadap sifat mekanis batuan ini yaitu kita dapat mengenal, mengetahui dan
dari batuan tersebut. Oleh sebab itulah batuan memiliki menguasai ilmu tentang mekanika batuan yang menjadi
sifat fisik maupun sifat mekanis. salah satu aplikasi dasar terpenting dalam dunia
Dalam mengetahui sifat mekanik batuan dan massa pertambangan. Adapun tujuan dari praktikum ini, yaitu:
batuan, dilakukan berbagai macam uji coba baik itu di praktikan mampu mengidentifikasi parameter-parameter
laboratorium maupun di lapangan langsung atau secara yang mempengaruhi kelakuan atau uji kuat tekan,
insitu. Terdapat beberapa jenis kekuatan batuan, yaitu kuat praktikan dapat membagi massa batuan ke dalam
tekan (uniaxial) dan kuat tarik (tensile strength). Untuk kelompok-kelompok yang mempunyai kesamaan sifat dan
mengetahui sifat mekanik batuan dilakukan beberapa kualitas, praktikan dapat menyediakan pengertian dasar
percobaan seperti uji kuat tekan uniaksial, uji kuat tarik, mengenai sifat karakteristik setiap kelas massa batuan.
uji triaksial dan uji tegangan insitu. Kuat tekan (uniaxial) Pengujian ini menggunakan alat mesin tekan untuk
ang diuji dengan suatu silinder atau prisma terhadap titik memberikan beban pada sampel batuan. Pada saat sampel
pecahnya. Penekanan uniaksial terhadap contoh batuan batuan menerima beban pengujian yang diterapkan secara
silinder merupakan uji sifat mekanik yang paling umum teratur dan meningkat, maka kondisi sampel batuan
digunakan. Uji kuat tekan uniaksial dilakukan untuk cenderung mengalami perubahan bentuk. Perubahan
menentukan kuat tekan batuan (σt), kuat tarik batuan (σc ), bentuk ini akan terjadi dalam arah lateral (Δd) dan arah
Modulus Young (E), Nisbah Poisson (v), selubung vertikal (Δl). Sehingga sampel batuan secara langsung
kekuatan batuan (strength envelope), kuat geser (τ), kohesi mengalami perubahan bentuk volumetrik.
(C) dan sudut geser dalam ( ). Kuat tekan batuan dan
Modulus Young diperoleh dari uji kuat tekan uniaksial. TINJAUAN PUSTAKA
Pada penelitian ini nilai kuat tekan batuan dan Modulus Sifat Fisik dan Sifat Mekanik Batuan
Young diambil dari nilai rata-rata hasil pengujian lima Batuan merupakan zat padat yang terbentuk dari
conto batuan. [2] kumpulan mineral yang berbeda dan mempunyai
Untuk kuat tarik batuan diperoleh dari uji kuat tarik komposisi kimia yang tetap dan merupakan penyusun
tak langsung (Brazillian test). Selain mengamati sifat kerak bumi. Batuan terbentuk melalui proses geologi yang
mekanik atau dinamik dari batuan dalam praktikum ini
Uji Kuat Tekan - 32
panjang dan selama proses geologi seperti aktivitas l = Panjang (m)
magmatisme dan proses sedimentasi sangat berpengaruh  = Tegangan (N/m2)
terhadap sifat fisik batuan tersebut sedangkan pengaruh F = Besarnya gaya yang bekerja pada percontohan
struktur geologi akan berpengaruh terhadap sifat mekanis batuan pada saat terjadi keruntuhan (failure)
dari batuan tersebut. Oleh sebab itulah batuan memiliki sehingga pada grafik merupakan keadaan yang
sifat fisik maupun sifat mekanis (Arief, 2018). paling puncak (N).
Sifat fisik batuan merupakan sifat yang dimiliki oleh A = Luas penampang percontohan batuan yang diuji
batuan tersebut bersamaan saat batuan tersebut terbentuk. (m2)
Sifat fisik batuan tersebut misalnya porositas, berat jenis, b. Batas Elastis
permaebilitas, absorpsi dan derajat kejenuhan, sedangkan Plastisitas adalah karakteristik batuan yang
sifat mekanik batuan adalah sifat yang dimiliki batuan membuat regangan (deformasi) permanen yang besar
karena adanya pengaruh gaya-gaya dari luar yang bekerja sebelum batuan tersebut hancur (failure). Perilaku
pada batuan tersebut. Pengujian Sifat Mekanis Batuan batuan dikatakan elastis (linier maupun non linier) jika
(Muhammad,2017). tidak terjadi deformasi permanen jika suatu tegangan
dibuat nol.
Sifat Mekanik Batuan Pada tahap awal batuan dikenakan gaya. Kurva
Batuan memiliki sifat mekanik yang dilakukan dengan berbentuk landai dan tidak linier yang berarti bahwa
merusak, dimana dalam menentukan sifat mekanik batuan gaya yang diterima oleh batuan dipergunakan untuk
di laboratorium dilakukan beberapa pengujian, seperti : menutup rekahan awal (pre exiting cracks) yang
1. Uji kuat tekan uniaksial terdapat di dalam batuan. Sesudah itu kurva menjadi
a. Uji Kuat Tekan (Unconfined Compressive Strength linier sampai batas tegangan tertentu, yang kita kenal
Test) dengan batas elastis lalu terbentuk rekahan baru
Uji ini menggunakan mesin tekan (compression dengan batas elastis perambatan stabil sehingga kurva
machine) untuk menekan sampel batuan yang tetap linier. Sesudah batas elastis dilewati maka
berbentuk silinder dari satu arah (uniaxial). perambatan rekahan menjadi tidak stabil, kurva tidak
Penyebaran tegangan di dalam sampel batuan secara linier lagi dan tidak berapa lama kemudian batuan akan
teoritis adalah searah dengan gaya yang dikenakan hancur. Titik hancur ini menyatakan kekuatan batuan.
pada sampel tersebut. Tetapi dalam kenyataannya arah Harga batas elastis dinotasikan dengan σC dimana
tegangan tidak searah dengan gaya yang dikenakan pada grafik diukur pada saat grafik regangan aksial
pada sampel tersebut karena ada pengaruh dari plat meninggalkan keadaan linier pada suatu titik tertentu,
penekan mesin tekan yang menghimpit sampel, Titik ini dapat ditentukan dengan membuat sebuah
sehingga bentuk pecahan tidak terbentuk bidang garis singgung pada daerah linier dengan kelengkungan
pecah yang searah dengan gaya melainkan berbentuk tertentu hingga mencapai puncak (peak). Pada titik
kerucut cone. Perbandingan antara tinggi dan diameter tersebut diproyeksikan tegak lurus ke sumbu tegangan
sampel (l/d) mempengaruhi nilai kuat tekan batuan. aksial sehingga didapat nilai batas elastis σC.
Untuk pengujian kuat tekan digunakan yaitu 2 < l/d < c. Modulus Young
2,5. Semakin besar maka kuat tekannya bertambah Modulus Young atau Modulus elastisitas
kecil seperti ditunjukkan oleh persamaaan dibawah ini. merupakan faktor penting dalam mengevaluasi
1) Menurut ASTM : deformasi batuan pada kondisi pembebanan yang
bervariasi. Nilai Modulus elastisitas batuan bervariasi
C (l = d) = C dari satu conto batuan dari satu daerah geologi ke
daerah geologi lainnya karena adanya perbedaan dalam
0,222 hal formasi batuan dan genesa atau mineral
0,788 + pembentuknya. Modulus elastisitas dipengaruhi oleh
l/d
tipe batuan, porositas, ukuran partikel dan kandungan
2) Menurut Proto Diakonov : air. Modulus elastisitas akan lebih besar nilainya
apabila diukur tegak lurus perlapisan daripada diukur
C (l = 2d) = C sejajar arah perlapisan (Jumikis, 1979).
Modulus elastisitas dihitung dari perbandingan
antara tegangan aksial dengan regangan aksial.
8❑c Modulus elastisitas dapat ditentukan berdasarkan
2 persamaan:
7+
l /d
Dengan C kuat tekan batuan.Makin besar l/d, maka Δσ
Е=
kuat tekannya akan bertambah kecil. Δεa
Persamaan umum kuat tekan (tegangan)
Keterangan:  
F  E = Modulus elastisitas (MPa)
= Δσ = Perubahan tegangan (MPa)
a Δεa = Perubahan regangan aksial (%)
Terdapat tiga cara yang dapat digunakan untuk
Keterangan :
menentukan nilai Modulus elastisitas yaitu: 1. Tangent
D = Diameter (m)
Young’s Modulus, yaitu perbandingan antara tegangan
Uji Kuat Tekan - 33
aksial dengan regangan aksial yang dihitung pada f) Kombinasi  belahan aksial dan geser (combination
persentase tetap dari nilai kuat tekan. Umumnya axial dan local shear)
diambil 50% dari nilai kuat tekan uniaksial. 2. Average Serpihan mengulit bawang dan menekuk (splintery
Young’s Modulus, yaitu perbandingan antara tegangan union-leaves and buckling)
aksial dengan regangan aksial yang dihitung pada Harga tegangan sebesar σi yang diukur pada titik
bagian linier dari kurva tegangan- tegangan. 3. Secant singgungantara grafik tegangan volumetrik dengan
Young’s Modulus, yaitu perbandingan antara tegangan garis sejajar sumbu tegangan aksial pada saat regangan
aksial dengan regangan aksial yang dihitung dengan grafik volumetrik mulai berubah arah. Titik singgung
membuat garis lurus dari tegangan nol ke suatu titik tersebut diproyeksikan tegak lurus sumbu tegangan
pada kurva regangan-tegangan pada persentase yang aksial didapat nilai σi. Melalui titik σi buat garis tegak
tetap dari nilai kuat tekan. Umumnya diambil 50% dari lurus ke sumbu tegangan aksial, sehingga memotong
nilai kuat tekan uniaksial. kurva regangan aksial dan lateral.Kemudian masing-
Harga dari Modulus Young dapat ditentukan masing titik potong tersebut diproyeksikan tegak lurus
sebagai perbandingan antara selisih tegangan aksial ke sumbu regangan aksial dan lateral sehingga
(τ) dengan selisih tegangan aksial (o), yang diambil didapatkan nilai εai dan εli.
pada perbandingan tertentu pada grafis regangan aksial Sehingga dari nilai-nilai tersebut dapat ditentukan
dihitung pada rata-rata kemiringan kurva dalam kondisi besarnya poisson’s ratio dalam hubungan sebagai
linier, atau bagian linier yang terbesar di kurva berikut:
sehingga didapat nilai Modulus Young rata-rata dalam
hubungan sebagai berikut:

Gambar 4.2 Kurva Pengambilan Nilai εli dan εai


2. Uji Kuat Tarik Tak Langsung (Brazilian Test)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kuat
Gambar 4.1 Kurva Pengambilan Nilai τ dan o
tarik (tensile strength) dari percontoh batu berbentuk
d. Nisbah Poisson (Poisson Ratio) silinder secara tidak langsung. Alat yang digunakan
Nisbah Poisson didefinisikan sebagai perbandingan adalah mesin tekan seperti pada pengujian kuat tekan.
negative antara regangan lateral dan regangan aksial.
Nisbah Poisson menunjukkan adanya pemanjangan ke
arah lateral (lateral expansion) akibat adanya tegangan
dalam arah aksial. Sifat mekanik ini dapat ditentukan
dengan persamaan:

−ε l
V=
εa
Keterangan:
V = Nisbah Poisson
ε l = Regangan lateral (%)
εa = Regangan aksial (%)
Gambar 4.3 Pengujian Kuat Tarik
Pada uji kuat tekan uniaksial terdapat tipe pecah
suatu conto batuan pada saat runtuh. Tipe pecah conto Ada dua metode yang dapat dipergunakan untuk
batuan bergantung pada tingkat ketahanan conto batuan mengetahui kuat tarik conto batuan di laboratorium,
dan kualitas permukaan conto batuan yang bersentuhan yaitu metode kuat tarik langsung dan metode kuat tarik
langsung dengan permukaan alat penekan saat tak langsung. Metode kuat tarik tak langsung
pembebanan. Kramadibrata (1991) mengatakan bahwa merupakan uji yang paling sering digunakan. Hal ini  
uji kuat tekan uniaksial menghasilkan tujuh tipe pecah, disebabkan uji ini lebih mudah dan murah daripada uji
yaitu: kuat tarik langsung. Salah satu uji kuat tarik tak
a) Cataclasis langsung adalah Brazilian test. Pada uji brazilian, kuat
b) Belahan arah aksial (axial splitting) tarik batuan dapat ditentukan berdasarkan persamaan:
c) Hancuran kerucut (cone runtuh) 2. F
d) Hancuran geser (homogeneous shear) σt = π . D . L
e) Hancuran geser dari sudut ke sudut (homogeneous
shear corner to corner)
Uji Kuat Tekan - 34
Keterangan : – 23 Is untuk diameter percontoh = 50 mm. Jika Is = 1
σt = Kuat tarik batuan  (MPa) MPa maka index tersebut tidak lagi mempunyai arti
F = Gaya maksimum yang dapat ditahan batuan sehingga disarankan untuk menggunakan pengujian
(kN) lain dalam penentuan kekuatan ( strength ) batuan.
D = Diameter conto batuan (mm) Pengujian ini menggunakan alat mesin tekan
L = Tebal batuan (mm)Tegangan Normal untuk memberikan beban pada sampel batuan. Pada
saat sampel batuan menerima beban pengujian yang
diterapkan secara teratur dan meningkat, maka kondisi
sampel batuan cenderung mengalami perubahan
bentuk. Perubahan bentuk ini akan terjadi dalam arah
lateral (Δd) dan arah vertikal (Δl). Sehingga sampel
batuan secara langsung mengalami perubahan bentuk
volumetrik.
Kuat tekan uniaksial adalah perbandingan beban
yang diberikan pada sampel batuan terhadap luas
permukaan sampel yang menerima beban.

Gambar 4.4 Uji Brazilian


Kehadiran Bidang Lemah
Bidang lemah yang berada didalam batuan akan
mempengaruhi cepat rambat gelombang ultrasonik.
Bidang lemah yang merupakan bidang batas antara dua
permukaan akan menhadirkan ruang kosong berisi
udara. Ruang kosong ini akan memperlambat cepat
rambat gelombang ultrasonik. Dengan demikian,
kehadiran bidang lemah akan menurunkan cepat
rambat gelombang yang merambat melalui batuan. Gambar 4.6 Point Load (Point Load Test)
3. Uji Point Load
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan 4. Uji Triaksial
(strength) dari perconto batuan secara tidak langsung Tujuan utama uji triaksial adalah untuk menentukan
dilapangan. Perconto batuan dapat berbentuk silinder. kekuatan batuan pada kondisi pembebanan triaksial
Peralatan yang digunakan mudah dibawa-bawa, tidak melalui persamaan kriteria keruntuhan. Kriteria
begitu besar dan cukup ringan. Pengujian cepat, keruntuhan yang sering digunakan dalam pengolahan
sehingga dapat diketahui kekuatan datuan dilapangan, data uji triaksial adalah criteria Mohr-Coulomb.
sebelum pengujian dilaboratorium dilakukan. Dari
pengujian ini didapat:

P
Is =
D2
Keterangan:
Is = Point load strength index ( Index Franklin )
P = Beban maksimum sampai perconto pecah
D = Jarak antara dua konus penekan

Gambar 4.7 Kondisi Tekanan Pada Pengujian Triaksial


Hasil pengujian triaksial kemudian diplot kedalam
kurva Mohr- Coulomb sehingga dapat ditentukan
parameter-parameter kekuatan batuan sebagai berikut:
a) Strength envelope (kurva intrinsik), yaitu kurva
yang menunjukan kekuatan batuan terhadap
tahanan batuan yang berada di atasnya dimana
terdapat kohesi dan sudut geser dalam sebagai
parameter keruntuhan batuan.
Gambar 4.5 Bentuk Sampel Batu Untuk Point Load Test
b) Kuat geser (Shear strength), yaitu gaya tahanan
Hubungan antara index franklin (Is) dengan kuat internal yang bekerja per satuan luas masa batuan
tekan (σt) menurut Bieniawski sebagai berikut: σc = 18 untuk menahan keruntuhan atau kegagalan
Uji Kuat Tekan - 35
sepanjang bidang runtuh dalam masa batuan 8. Hidupkan kembali pompa dan mulai lakukan
tersebut. pembacaan gaya setiap interval 4 kN hingga terjadi
c) Kohesi (C), yaitu gaya tarik menarik antara failure dan dicatat nilai gaya tekan setiap interval
partikel dalam batuan, dinyatakan dalam satuan waktu 10 detik.
berat per satuan luas. Kohesi batuan akan 9. Alat pengukur gaya terdiri dari dua buah jarum
semakin besar jika kekuatan gesernya makin penunjuk yaitu jarum hitam dan jarum merah. Jarum
besar. hitam menunjukkan gaya di dalam sampel batuan,
d) Sudut geser dalam (ϕ), yaitu sudut yang dibentuk sedangkan jarum merah digerakkan oleh jarum hitam.
dari hubungan antara tegangan normal dan Bila sampel batuan hancur (failure) gaya di dalam
tegangan geser di dalam material tanah atau sampel batuan berkurang, jarum hitam akan bergerak
batuan. Sudut geser dalam adalah sudut rekahan kembali ke nol dan jarum merah tertinggal pada skala
yang dibentuk jika suatu material dikenai terakhir yang ditunjukkan jarum hitam. Maka gaya
tegangan atau gaya terhadapnya yang melebihi maksimum yang mampu ditahan oleh sampel batuan
tegangan gesernya. akan ditunjukkan oleh jarum merah.
Pada pengujian triaksial conto batuan dimasukkan
kedalam sel triaksial, diberi tekanan pemampatan (σ 3)
10. Matikan alat dan catat seluruh hasil yang
dan dibebani secara aksial (σ1), sampai runtuh.  Pada diperoleh, lakukan hal yang sama untuk setiap sampel.
uji ini, tegangan menengah dianggap sama dengan
tekanan pemampatan (σ3= σ1). Alat uji triaksial yang HASIL
digunakan merupakan merujuk pada alat triaksial yang Tabel 4.1 Hasil Pengamatan (sampel G-MB1)
dikembangkan oleh Von Karman pada tahun 1911 Di T L P A
No Kode Wakt
dalam apparatus ini, tekanan fluida berfungsi sebagai . Sampel u
(cm (cm (cm (cm2 F
tekanan pemampatan (σ3 ) yang diberikan kepada conto ) ) ) )
batuan. Fluida dialirkan dengan menggunakan pompa 1 10 4
hidraulik dan dijaga agar selalu konstan. 2 6
20
3 30 7
4 40 8
5 50 10
6 60 12
7 70 13
8 80 15
9 90 16
10 100 11,1 5,15 4,15 20
G-MB1
11 110 57 7 7 23
12 120 27
Gambar 4.8 Uji triaxial NQ (47 mm)
13 130 35
PROSEDUR PERCOBAAN 14 37
140
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. 15 150 40
2. Gunakan peralatan keamanan. 16
3. Siapkan tabel pengamatan jika pengambilan data 160
17
dilakukan secara manual. 170
4. Sampel uji harus memenuhi syarat L/D = 2. 18 180
5. Lakukan persiapan alat mesin tekan, letakkan sampel 19 190
batuan di pusat antara plat atas dan plat bawah mesin 20 200
tekan. Sampel batuan diletakkan dengan permukaan
bawah menempel pada plat bawah. Diketahui :
MI = 15
6. Pompa dihidupkan, sehingga oli yang bertekanan GSI = 35
tinggi akan masuk ke dalam silinder. Piston dalam d = 0,7
silinder bergerak ke bawah sampai permukaan sampel y = 1,7714 g/cm³
batuan menyentuh plat tekan bagian atas. Karena kedua h = 14
permukaan sampel batuan telah menyentuh plat tekan a = 0,5
menyebabkan kenaikan piston terhambat sehingga
gaya di dalam sampel batuan meningkat. Besarnya Tabel 4.2 Hasil Pengamatan (sampel G-MB2)
gaya yang ada didalam sampel batuan ini T L P A
ditransmisikan ke sistem alat pengukur gaya. Matikan No Kode Wakt
(cm (cm (cm (cm2 F
pompa. . Sampel u
) ) ) )
7. Atur jarum penunjuk pada ketiga dial gauge pada 1 G-MB1 10 15,1 6,15 7,15 5
posisi nol. 2 57 7 7 7
20
Uji Kuat Tekan - 36
3 30 8
4 b. Nilai Konstanta Hoek-Brown (s)
40 10
5
( GSI−100 )
50 11 s = exp( )
6 9−3 D
60 12
35−100
7 70 14 = exp ( )
9−3 (0,7)
8 80 16 = exp (-9,420289855)
9 90 18 = 0,0000811
10 100 20
11
c. Nilai Kuat Tekan Bebas Massa Batuan
110 23 a −1
mb
12 120 27 2 ( mb+ 4 s−a ( mb−8 s ) ) ( + s)
13 σ ,cm = 4
130 37
14
2(1+a)(2+a)
140 39
=2 ¿ ¿
15 150 42 0,010389112
16 45 =
160 7,5
17 170 47 = 0,001385215 MPa
18 180
19 d. Nilai Tegangan Maksimum
190
20 200 σ , max σ , cm −0,91
= 0,72( )
Diketahui : σ , cm γH
MI = 17 σ , cm −0,91 ,cm
GSI = 39 σ , max = 0,72( ) xσ
γH
d = 0,7
y = 1,7281 g/cm³ 0,001385215 −0,91
= 0,72( ) x
h = 16 1,7714 x 14
a = 0,8 0,001385215
= 5339,449974 x 0,001385215
Penyelesaian : = 7,396286022 MPa
Sampel G-MB1
e. Tegangan Minimum
Pengujian ini untuk menentukan kuat tekan sampel
dari satu arah dengan rumus (Hoek & Brown, 1981) : , σ , max
2(pxl+ pxt +txl) σ 3n =
a) A= σci
100 7,396286022
= =
0,015954823
2( ( 4,157 x 5,157 )+ ( 4,157 x 11,157 ) + ( 5,157 x 11,157 ))
100 σ ,3 n = 463,576823 Mpa
= 2,50707894 m²

F
b) σc =
A f. Sudut Geser Dalam
a−1
40 6 a mb ( s +mb σ , 3 n)
= −1
2,50707894 θ=sin , a−
= 15,95482271 kN/m2 2 ( 1+a ) ( 2+a ) +6 a mb ( s+ mbσ 3 n )
= 0,015954823 MPa =
6( 0,5)(0,42) ( 0,0000811+0,42(463,57
Penentuan Kohesi dan Sudut Geser Dalam dengan sin −1
Kriteria Keruntuhan Hoek-Brown : 2 ( 1+0,5 )( 2+0,5 ) +6 (0,5)(0,42) ( 0,0000811+ 0,4
a. Nilai Konstanta Hoek-Brown (mb) −1 0,090485726
= sin
( GSI−100 ) 7,590485726
mb = mi exp ( ) = 0,683035738° (0°40’58.93”)
28−14 D
( 35−100 ) g. Kohesi
= 15 x exp ( )
28−14 (0 , 7)
= 15 x exp (-3,571428571)
= 0,421734896
Uji Kuat Tekan - 37
C = = 0,000145
, , a−1
σci ( ( 1+ 2 a ) s+ (1−a ) mb σ )( s +mb σ 3 n)
3n
c. Nilai Kuat Tekan Bebas Massa Batuan
a−1 a −1

( 1+a ) ( 2+a ) 1+ 6 a mb ( s +mb σ ,
)
3n
, 2 ( mb+ 4 s−a ( mb−8 s ) ) (
mb
+ s)
(1+ a ) (2+ a ) σ cm = 4
= 2(1+a)(2+a)
=2 ¿(¿0,42 ) 463,5 )0.5−1
0,0159( ( 1+2 ( 0,5 ) ) (0,0000811)+ ( 1−0.5 ) (0,42) 463,5) ( 0,0000811+
0,001687
0.5−1
=
( 1+ 0,5 ) ( 2+ 0,5 ) √ 1+6(0,5)0,42 ( 0,0000811+ ( 0,42 ) 463,5 )
10,08
( 1+0,5 ) ( 2+0,5 ) = 0,00016734 MPa
0.111543237
d. Nilai Tegangan Maksimum
= 3.91598717118239
3.75 σ , max σ , cm −0,91
= 0,72( )
= 0,007595751 MPa σ , cm γH
GSI −10 , σ , cm −0,91 ,cm
σci σ max = 0,72( xσ
h. Em =
√ 100
10

0,015954823
40

35−10
=
γH
)

0,72(
0,00016734 −0,91
) x
=
√ 100
= 0,000159548 x 100,625
10 40
0,00016734
1,7281 x 16
= 40345,441218 x 0,001385215
= 0,025938568 = 6,751391 MPa

Sampel G-MB2 e. Tegangan Minimum


Pengujian ini untuk menentukan kuat tekan sampel
dari satu arah dengan rumus (Hoek & Brown, 1981) : σ , max
2(pxl+ pxt +txl) σ ,3 n =
a) A= σci
100 6,751391
=
= 0.0095581
2( ( 7,157 x 6,157 ) + ( 7,157 x 15,157 )+ ( 6,157 x 15,157 ) )
100 σ ,3 n = 706,3562 Mpa
= 4,91732 m²
f. Sudut Geser Dalam
F
b) σc = 6 a mb ( s +mb σ , 3 n)
a−1
A −1
θ=sin
47 2 ( 1+a ) ( 2+a ) +6 a mb ( s+ mbσ 3 n )
, a−
=
4,91732 =
= 9,5581 kN/m2 6( 0,5)(0,42) ( 0,0000811+0,42(463,57
= 0,0095581 MPa sin −1
2 ( 1+0,5 )( 2+0,5 ) +6 (0,5)(0,42) ( 0,0000811+ 0,4
Penentuan Kohesi dan Sudut Geser Dalam dengan −1 0.853716519
Kriteria Keruntuhan Hoek-Brown : = sin
10,93372
a. Nilai Konstanta Hoek-Brown (mb) = 4,478275° (4°28’41.79”)
( GSI−100 )
mb = mi exp ( ) g. Kohesi
28−14 D
( 39−100 ) C =
= 17 x exp ( ) a−1
28−14 (0 , 7) σci ( ( 1+ 2 a ) s+ (1−a ) mb σ ,3 n )( s +mb σ , 3 n)
= 17 x exp (-3,35165) a−1
= 0,59545 √
( 1+a ) ( 2+a ) 1+ 6 a mb ( s +mb σ ,3 n )
(1+ a ) (2+ a )
b. Nilai Konstanta Hoek-Brown (s)
=
( GSI−100 )
s = exp( ) 0,0159( ( 1+2 ( 0,5 ) ) (0,0000811)+ ( 1−0.5 ) (0,42) 463,5) ( 0,00
9−3 D
39−100 ( 1+ 0,5 ) ( 2+ 0,5 ) √ 1+6(0,5)0,42 ( 0,0000811+ ( 0,4
= exp ( )
9−3 (0,7) ( 1+0,5 ) ( 2+0,5 )
= exp (-8,84058)
Uji Kuat Tekan - 38
0,2402 menggunakan metode unconfined compressive strength
= 6,86 pada batuan inti (core) batupasir. Akademi Minyak dan
Gas Balongan Indramayu. Bandung.
5,04 [4] Rai, 1998. Perencanaan dan Pelatihan Teknik
= 0,006944 MPa Terowongan. Laboratorium Geoteknik Pusat Antar
GSI −10
Universitas Ilmu Rekayasa Institut Teknologi
σci
h. Em =
√100
10 40

0.0095581
39−10
Bandung. Bandung.
[5] Rai, 1998. Mekanika Batuan. Laboratorium Geoteknik
Pusat Antar Universitas Ilmu Rekayasa Institut
=
√ 100
10 40
= 0,000095581 x 100,725
Teknologi Bandung. Bandung.
[6] Tim asisten mekanika batuan, 2017. ”Penuntun
Praktikum Mekanika Batuan”. Fakultas Teknologi
= 0,022526 Industri Universitas Muslim Indonesia.

PEMBAHASAN
Pada sampel G-MB1, berdasarkan hasil
perhitungan diatas maka kita memperoleh luas permukaan
conto A = 2,50707894 m², Kuat tekan = 0,015954823
MPa, Nilai Konstanta Hoek-Brown (mb) = 0,421734896,
Nilai Konstanta Hoek-Brown (s) = 0,0000811, Nilai Kuat
Tekan Bebas Massa Batuan σ ,cm = 0,001385215 MPa,
Nilai Tegangan Maksimum = 7,396286022 MPa,
Tegangan Minimum = 463,576823 Mpa, Sudut Geser
Dalam θ=¿0,683035738° (0°40’58.93”), Kohesi =
0,007595751 MPa dan Modulus Deformasi Em =
0,025938568.
Pada sampel G-MB2, berdasarkan hasil
perhitungan diatas maka kita memperoleh luas permukaan
conto A = 4,91732 m², Kuat tekan = 0,0095581 MPa, Nilai
Konstanta Hoek-Brown (mb) = 0,59545, Nilai Konstanta
Hoek-Brown (s) = 0,000145, Nilai Kuat Tekan Bebas
Massa Batuan σ ,cm = 0,00016734 MPa, Nilai Tegangan
Maksimum = 6,751391 MPa, Tegangan Minimum =
706,3562 Mpa, Sudut Geser Dalam θ=¿4,478275°
(4°28’41.79”), Kohesi = 0,006944 MPa dan Modulus
Deformasi Em = 0,022526.

PENUTUP
1. Kesimpulan
Pengujian ini mengunakan alat mesin tekan untuk
memberikan beban pada sampel batuan. Pada saat sampel
batuan menerima beban pengujian yang diterapkan secara
teratur dan meningkat, maka kondisi sampel batuan
cenderung mengalami perubahan bentuk. Perubahan
bentuk ini akan terjadi dalam arah lateral dan arah vertikal.
Sehingga sampel batuan secara langsung mengalami
perubahan bentuk volumetrik. Perubahan bentuk dalam
arah lateral terhadap diameter tersebut rengangan lateral
dan perubahan bentuk dalam arah vertikal terhadap tinggi
disebut regangan aksial serta perubahan bentuk di sebut
dengan regangan volumetrik

DAFTAR PUSTAKA
[1] Kramadibrata Suseno, 2009.”Karakteristik Massa
Batuan”.Departemen Teknik Pertambangan.Institut
Teknologi Bandung.
[2] Arsyad M, 2017, Analisis sifat fisis dan mekanik
batuan karst Maros. Universitas Negeri Makassar.
Makassar
[3] Rahman A, 2018, Uji laboratorium mekanika batuan

Uji Kuat Tekan - 39


BAB III
PENUTUP

Uji Kuat Tekan - 32


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.1.1 Rock Mass


Ada beberapa parameter yang mempengaruhi kelakuan atau sifat dari massa
batuan yaitu Kekuatan batuan (Rock strength), Rock Quality Designation (RQD),
Jarak diskontinuitas (Spacing of discontinuities), Kondisi diskontinuitas (Condition
of discontinuities), Kondisi Airtanah (Groundwater condition), Orientasi
diskontinuitas. Dimana kekuatan batuan adalah kekuatan suatu batuan secara utuh
dapat diperoleh dari Point Load Strength Index atau Uniaxial Compressive Strengh.
Kemudian RQD adalah suatu penilaian kualitas batuan secara kuantitatif berdasarkan
kerapatan kekar. Selanjutnya jarak diskontinuitas adalah jarak rekahan bidang-
bidang yang tidak sejajar dengan bidang-bidang lemah lain. Kondisi diskontinuitas
yakni kemenerusan bidang diskontinuitas, lebar rekahan bidang diskontinuitas,
kekasaran permukaan bidang.
Diskontinuitas, material pengisi bidang diskontinuitas dan tingkat pelapukan
dari permukaan bidang diskontinuitas.
Kemudian kondisi air tanah sangat berpengaruh terhadap lubang bukaan
suatu terowongan, sehingga posisi muka air tanah terhadap posisi lubang bukaan
sangat perlu diperhatikan. Kondisi air tanah dapat dinyatakan secara umum, yaitu
kering, lembab, basah dan lain-lain.
Orientasi diskontinuitas merupakan strike/dip diskontinuitas. Orientasi bidang
diskontinuitas sangat mempengaruhi kestabilan lubang bukaan terowongan, terutama
apabila adanya gaya deformasi yang mengakibatkan berkurangnya suatu kuat geser.
Dan pada problem set yang digunakan pada mata acara ini, kualitas massa
batuan yang di klasifikasikan dan di dapatkan nilainya yaitu berada pada kualitas
batuan yang cukup baik sampai baik.
3.1.2 Uji Sifat Fisik
Setelah melakukan praktikum mekanika batuan dilaboratorium geomekanika
dengan mata acara uji sifat fisik batuan yang ditujukan yaitu untuk mengetahui
parameter pengujian sifat fisik batuan, mengetahui penggunaaan alat-alat pada uji
sifat fisik batuan serta mengetahui pengolahan data sifat fisik batuan, maka dapat
Bab III Penutup - 39
simpulkan bahwa mekanika batuan merupakan ilmu teoretis dan ilmu terapan dari
perilaku mekanik batuan dan massa batuan. Dalam geologi, mekanika batuan adalah
cabang mekanika yang mengkaji tentang respons batuan dan massa batuan terhadap
medan gaya dari lingkungan mereka. Selain itu, mekanika batuan juga dapat
diartikan yaitu ilmu yang mempelajari sifat-sifat mekanik batuan dan massa batuan.
Pada kegiatan praktikum mata acara uji sifat fisik batuan ini, ada beberapa
alat yang digunakan yaitu alat tulis – menulis dimana alat ini digunakan untuk
mencatat segala data yang telah didapatkan, cawan dimana alat ini digunakan sebgai
wadah atau tempat diletakkan sampel batuan saat dilakukan penimbangan, desikator
dan pompa vakum yang digunakan untuk menjenuhkan sampel batuan, oven
digunakan utnuk pengeringan sampel batuan, neraca listrik digunakan untuk
menimbang sampel batuan, wadah penampungan air yang berfungsi untuk
menampung air pada saat menimbang sampel dalam keadaan tenggelam (untuk
mencari berat jenuh), jangka sorong yang berfungsi untuk mengukur diameter dari
sampel batuan dan kalkulator untuk menghitung pada saat pengolahan data sampel
batuan.
Menentukan sifat fisik batuan ada 10 parameter yang digunakan yaitu massa
jenis asli (natural density), massa jenis kering (dry density), massa jenis jenuh
(saturated density), apparent spesicic gravity, true spesicic gravity, kadar air asli
(natural water content), kadar air jenuh (absorption), derajat kejenuhan, porositas,
dan angka pori (void ratio, e).
3.1.3 Uji Kuat Geser
Setelah melakukan praktikum mekanika batuan dilaboratorium geomekanika
dengan mata acara uji kuat geser maka dapat disimpulkan uji ini menggunakan mesin
tekan (compression machine) untuk menekan sampel batuan yang berbentuk silinder
dari satu arah (uniaxial).
Penyebaran tegangan di dalam sampel batuan secara teoritis adalah searah
dengan gaya yang dikenakan pada sampel tersebut. Tetapi dalam kenyataannya arah
tegangan tidak searah dengan gaya yang dikenakan pada sampel tersebut karena ada
pengaruh dari plat penekan mesin tekan yang menghimpit sampel, sehingga bentuk
pecahan tidak terbentuk bidang pecah yang searah dengan gaya melainkan berbentuk
kerucut cone. Perbandingan antara tinggi dan diameter sampel (l/d) mempengaruhi

Bab III Penutup - 40


nilai kuat tekan batuan. Untuk melakukan pengujian pada kuat tekan maka dari itu
kita dapat digunakan yaitu 2 < l/d < 2,5.
Adapun parameter yang mempengaharui uji kuat geser pada batuan yaitu luas
permukaan contoh, gaya geser, tegangan normal, tegangan geser, sudut geser dalam
dan kohesi.
3.1.4 Uji Kuat Tekan
Pengujian ini mengunakan alat mesin tekan untuk memberikan beban pada
sampel batuan. Pada saat sampel batuan menerima beban pengujian yang diterapkan
secara teratur dan meningkat, maka kondisi sampel batuan cenderung mengalami
perubahan bentuk. Perubahan bentuk ini akan terjadi dalam arah lateral dan arah
vertikal. Sehingga sampel batuan secara langsung mengalami perubahan bentuk
volumetrik. Perubahan bentuk dalam arah lateral terhadap diameter tersebut
rengangan lateral dan perubahan bentuk dalam arah vertikal terhadap tinggi disebut
regangan aksial serta perubahan bentuk di sebut dengan regangan volumetrik.

3.2 Saran

3.2.1 Saran Untuk Laboratorium


Untuk laboratorium, agar video materinya dapat diedit lebih baik lagi seperti
memperbaiki kualitas suara dan memperbanyak materi dalam video tersebut.
3.2.2 Saran Untuk Asisten
Untuk asisten, agar dapat membimbing kami lebih baik lagi dalam praktikum
ini, sesungguhnya kami mengikuti praktikum ini bukan karena hal-hal negatif, kami
disini hanya ingin belajar mengetahui apa yang tidak diketahui, semoga asisten bisa
lebih sabar dalam menghadapi praktikan-praktikannya.
3.2.3 Saran Untuk Praktikum Selanjutnya
Untuk praktikum selanjutnya, agar para praktikan lebih mendengar perkataan
asisten, kemudian mengikuti aturan yang diterapkan, menghargai asisten dan jangan
cepat menyerah.

Bab III Penutup - 41


DAFTAR PUSTAKA

Bab III Penutup - 39


DAFTAR PUSTAKA

Arsyad M, 2017, Analisis sifat fisis dan mekanik batuan karst Maros. Universitas
Negeri Makassar. Makassar
Bieniawski, Z. T., “Engineering Rock Mass Classification”. John Willey and Sons,
Inc, Cana da, 1989.
Graha,D.S.,”Batuan dan Mineral”. Nova, Bandung.
Rahman A, 2018, Uji laboratorium mekanika batuan menggunakan metode
unconfined compressive strength pada batuan inti (core) batupasir. Akademi
Minyak dan Gas Balongan Indramayu. Bandung.
Rai, 1998. Mekanika Batuan. Laboratorium Geoteknik Pusat Antar Universitas
Ilmu Rekayasa Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Rai, 1998. Perencanaan dan Pelatihan Teknik Terowongan. Laboratorium Geoteknik
Pusat Antar Universitas Ilmu Rekayasa Institut Teknologi Bandung.
Bandung.

Daftar Pustaka - 42
LAMPIRAN

Daftar Pustaka - 43
PROBLEM
SET

Daftar Pustaka - 44
ROCK MASS

Daftar Pustaka - 45
UJI SIFAT FISIK
UJI KUAT GESER
UJI KUAT TEKAN
CURRICULUM VITAE
BIOGRAFI
BIOGRAFI

Gufran nurrahim, Dilahirkan di


Kabupaten bima pada tanggal 13
Agustus 1996. Anak pertama dari tiga
bersaudara. Pernah menyelesaikan
pendidikan di Sekolah Dasar di SDN
Roi dan melanjutkan pendidikan di SMP
N3 Palibelo dan tamat pada tahun 2011
kemudian melanjutkan sekolah di SMA
N 1 Belo pada tahun 2011 dan selesai
pada tahun 2014. Pada tahun 2014,
melanjutkan pendidikan di perguruan
tinggi negeri, tepatnya di Universitas
Muslim Indonesia (UMI) Makassar Fakultas Teknologi Industri pada Program Studi
Teknik Pertambangan.

Anda mungkin juga menyukai