Contusio Serebri
Contusio Serebri
Contusio Serebri
KONTUSIO SEREBRI
Oleh :
Panji Harry Priya Nugraha, S.Ked.
H1AP14017
Pembimbing :
dr. Hasymi Hanafiah, Sp.S
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini.
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi salah satu komponen penilaian
Kepaniteraan Klinik Neurologi RSUD dr. M. Yunus, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu, Bengkulu.
Pada kesempatan ini Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Hasymi Hanafiah, Sp.S sebagai pembimbing
yang telah bersedia meluangkan waktu dan telah memberikan masukan-
masukan, petunjuk serta bantuan dalam penyusunan tugas ini.
2. Teman–teman yang telah memberikan bantuan baik
material maupun spiritual kepada penulis dalam menyusun laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan kasus ini,
maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Penulis
sangat berharap agar laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II LAPORAN KASUS....................................................................................2
BAB III TINJAUAN PUSTAKA..........................Error! Bookmark not defined.
BAB IV PEMBAHASAN....................................Error! Bookmark not defined.7
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................39
BAB I
PENDAHULUAN
Pada daerah kontusio serebri terdapat dua komponen, yaitu daerah inti
yang mengalami nekrosis dan daerah perifer yang mengalami pembengkakan
seluler yang diakibatkan oleh edema sitotoksik. Pembengkakan seluler ini
sering dikenal sebagai pericontusional zone yang dapat menyebabkan keadaan
lebih iskemik sehingga terjadi kematian sel yang lebih luas. Hal ini disebabkan
oleh kerusakan autoregulasi pembuluh darah di pericontusional zone sehingga
perfusi jaringan akan berkurang akibat dari penurunan mean arterial pressure
(MAP) atau peningkatan tekanan intrakranial.
1
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1. Identitas
Nama : Ny. PTY
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 16 Agustus 1976
Alamat : Tais, Seluma
Agama : Islam
Suku : Serawai
Pekerjaan : IRT
No Reg RS : 8156XX
Tanggal Masuk RS : 12 Oktober 2018
Ruang Perawatan : Ruang ICU
Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada statis dinamis kanan=kiri, retraksi dinding
dada (-), deformitas (-)
Palpasi : Krepitasi (-)
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler normal (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Batas-batas jantung normail
Auskultasi : Bunyi jantung I/II reguler (+), gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Simetris (+), jejas (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-) hepar dan lien tidak teraba, defans muskular (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ektremitas
Akral : Hangat seluruh ekstremitas
Edema : tidak ada (-/-)
Sianosis : tidak ada (-/-)
CRT : <2 detik
2.3.3. Status Neurologis
GCS : E1 M1 V1
Pupil : Anisokor, Ø pupil 6 mm/3 mm
Refleks cahaya langsung : -/+
Refleks cahaya tak langsung : -/+
Tanda rangsan meningeal : Kaku kuduk (tak dapat dinilai),
Hoffman (-/-), Tromner (-/-), Laseque
(-), Kernig (-), Babinsky (-/-),
Chaddock (-/-), Oppenheim (-/-),
Shaeffer (-/-), Brudzinski I (-/-),
Brudzinski II (-/-)
Peningkatan TIK : Muntah proyektil (-)
A. Nervus Kranialis
Kelompok optic
Nervus II (Visual)
Visus : Tak dapat dinilai
Lapang pandang : Tak dapat dinilai
Membedakan warna : Tak dapat dinilai
Kelompok Motorik
Nervus V
Membuka mulut : -
Menggigit dan mengunyah : -
Nervus VII
Mengerutkan dahi : -
Menutup mata : -
Menggembungkan pipi : -
Memperlihatkan gigi : -
Sudut bibir : Tak dapat dinilai
Nevus IX
Bicara : -
Reflex menelan : -
Nervus X1
Mengangkat bahu : -
Menolehkan kepala : -
Nervus XII
Artikulasi lingualis : Tak dapat dinilai
Menjulurkan lidah : -
Kelompok Sensorik
Nervus I (fungsi penciuman) : Tak dapat dinilai
Nervus V (fungsi sensasi wajah) : Tak dapat dinilai
Nervus VII (fungsi pengecapan) : Tak dapat dinilai
Nervus VIII (fungsi pendengaran) : Tak dapat dinilai
B. Badan
Motorik
Gerakan respirasi : Tak dapat dinilai
Gerakan columna vertebralis : Tak dapat dinilai
Bentuk columna vertebralis : Tak dapat dinilai
Refleks kulit superfisial : -
Sensabilitas
Rasa suhu : -
Rasa nyeri : -
Rasa raba : -
Refleks
Bisep : -/-
Trisep : -/-
Hoffma tromner : -/-
Klonus
Paha : -
Kaki : -
Sensabilitas
Rasa suhu : -/-
Rasa nyeri : -/-
Rasa raba : -/-
F. Gerakan Abnormal
Kesan : Tidak ada
G. Fungsi Luhur
Fungsi bahasa : Tak dapat dinilai
Fungsi emosi : Tak dapat dinilai
Fungsi orientasi : Tak dapat dinilai
Fungsi kognitif : Tak dapat dinilai
Kesan :
Subdural hematom di konkavitas frontotemporoparietalis kanan.
Perdarahan subarakhnoid yang mengisi fissura interhemisfer, tentorium
cerebelli, fissura sylvii kanan, sulci frontalis bilateral dan sulci corticalis
temporoparietalis kanan.
Pergeseran struktur garis tengah sejauh lk 0,3 cm ke kiri.
Fraktur os temporalis kiri, arcus zigomatikum kiri dan dinding sinus maksilaris
kiri.
Hematosinus maksilaris dan sfenoidalis kiri
Pembengkakan jaringan lunak di daerah temporoparietalis kiri
2.5. Diagnosis
Diagnosa Klinis : Penurunan kesadaran
Diagnosa Etiologi : Cedera kepala berat e.c. trauma
Diagnosa Topis : - Kavitas frontotemporoparietalis dextra
- Temporoparietalis sinistra
- Subarakhnoid
Diagnosa Patologis : - Kontusio serebri
- Subdural hemoragik
- Subarakhnoid hemoragik
2.6. Tatalaksana
Non-medikamentosa :
1. Tirah baring posisi kepala 30o-40o
2. Diet cair
Medikamentosa :
1. IVFD RL 75 cc/jam
2. Fentanyl 300 mcg/24 jam
3. Triofusin 500 mg/24 jam
4. Clinimix + clinoleic /24jam
5. Plasbumin 5% / 12 jam
6. Noreprinefrin 0.1 mcg/kg bb/jam
7. Meropenem vial 3x1 gr i.v.
8. Fenitoin amp. 3x100 mg i.v.
9. Manitol inf. 3x200 cc
10. Citicoline 3x250 mg i.v.
11. Piracetam inf. 1x12 gr i.v.
12. As. Tranexamat amp 3x1 i.v.
13. Ranitidin amp 2x1 i.v.
14. Dexamethasone amp 3x1 i.v.
15. Paracetamol inf. 3x1 i.v.
16. Laxadin syr 1x2 C p.ngt.
Follow Up
21 Januari 2020
S O A P
Penurunan GCS : E1M4V2 Kontusio Rawat ICU
kesadaran TD : 114/65 mmHg serebri Intubasi dengan ventilator
(+), gelisah N : 66 x/menit Pasang NGT & kateter
(+), meracau P : 24 x/menit
(+) S : 36,8oC Diet cair
Tirah baring posisi kepala
Pem. Fisik : 30o-40o
Kepala : IVFD RL xx gtt/m
Normocephali Ceftriaxone vial 2x2 gr i.v
Mata : anisokor (4 Fenitoin amp 3x100 mg i.v.
mm/3 mm) Manitol loading dose 250 cc,
dilanjutkan maintenance
St. Neurologis : dose 4x200 cc
Kaku kuduk : +
Citicoline amp 3x250 mg i.v.
Brudzinski I : +
As. Traneksamat amp 3x500
Brudzinski II : +
mg i.v.
Babinski : +
Piracetam inf. 2x12 gr i.v.
Chaddock : +
Diamox tab 3x500 mg p.ngt.
Oppenheim : +
Laseque sign : + KSR tab 3x600 mg p.ngt.
Kernig sign : +
24 Januari 2020
S O A P
Penurunan Kes : E1M2Vett Kontusio Diet cair
kesadaran TD : 87/54 mmHg serebri Tirah baring posisi kepala 30o-
(+), N : 88 x/menit 40o
demam (-) P : 47 x/menit IVFD RL 75 cc/jam
S : 37.3oC Fentanyl 300 mcg/24 jam
SpO2: 94% dengan Midazolam 3 mg/jam
ventilator fio2 35%, Triofusin 500 mg/24 jam
VT 350, PEEP 5,
Clinimix + clinoleic /24jam
∆Psupp 8.
Plasbumin 5% / 12 jam
Noreprinefrin 0.1 mcg/kg
Pem. Fisik :
bb/jam
Kepala :
Normocephali Ceftriaxone vial 2x2 gr i.v
Mata : anisokor (6 Ranitidine amp 2x1 i.v.
mm/3 mm) Fenitoin amp 3x100 mg i.v.
Manitol inf. 3x200 cc
St. Neurologis : Citicoline amp 3x250 mg i.v.
Kaku kuduk : Tak As. Traneksamat amp 3x500
dapat dinilai mg i.v.
Brudzinski I : Tak Piracetam inf. 3x12 gr i.v.
dapat dinilai Paracetamol inf. 3x1 gr i.v.
Brudzinski II : - Dexamethasone amp 3x1 i.v.
Babinski : -
Chaddock : -
Oppenheim : -
Laseque sign : -
Kernig sign : -
25 Januari 2020
S O A P
Penurunan Kes : E1M2Vett Kontusio Diet cair
kesadaran TD : 117/78 mmHg serebri Tirah baring posisi kepala
(+), N : 109 x/menit 30o-40o
demam P : 23x/menit IVFD RL 75 cc/jam
(+) S : 38.5oC Fentanyl 300 mcg/24 jam
SpO2: 99% dengan Midazolam 3 mg/jam
ventilator fio2 50%, Triofusin 500 mg/24 jam
VT 350, PEEP 5,
Clinimix + clinoleic /24jam
∆Psupp 8.
Plasbumin 5% / 12 jam
Noreprinefrin 0.1 mcg/kg
Pem. Fisik :
bb/jam
Kepala :
Normocephali Ceftriaxone vial 2x2 gr i.v
Mata : anisokor (6 Ranitidine amp 2x1 i.v.
mm/3 mm) Fenitoin amp 3x100 mg i.v.
Manitol inf. 3x200 cc
St. Neurologis : Citicoline amp 3x250 mg i.v.
Kaku kuduk : Tak As. Traneksamat amp 3x500
dapat dinilai mg i.v.
Brudzinski I : Tak Piracetam inf. 3x12 gr i.v.
dapat dinilai Paracetamol inf. 3x1 gr i.v.
Brudzinski II : - Dexamethasone amp 3x1 i.v.
Babinski : -
Chaddock : -
Oppenheim : -
Laseque sign : -
Kernig sign : -
26 Januari 2020
S O A P
Penurunan Kes : E1M1Vett Kontusio Diet cair
kesadaran TD : 113/80 mmHg serebri Tirah baring posisi kepala
(+), N : 101x/menit 30o-40o
demam P : 23x/menit IVFD RL 75 cc/jam
(+) S : 38.3oC Fentanyl 300 mcg/24 jam
SpO2: 99% dengan Midazolam 3 mg/jam
ventilator fio2 50%, Triofusin 500 mg/24 jam
VT 350, PEEP 5, Clinimix + clinoleic /24jam
∆Psupp 8.
Plasbumin 5% / 12 jam
Noreprinefrin 0.1 mcg/kg
Pem. Fisik :
bb/jam
Kepala :
Meropenem vial 3x1 gr i.v
Normocephali
Ranitidine amp 2x1 i.v.
Mata : anisokor (6
mm/3 mm) Fenitoin amp 3x100 mg i.v.
Manitol inf. 3x200 cc
St. Neurologis : Citicoline amp 3x250 mg
Kaku kuduk : Tak i.v.
dapat dinilai As. Traneksamat amp
Brudzinski I : Tak 3x500 mg i.v.
dapat dinilai Piracetam inf. 3x12 gr i.v.
Brudzinski II : - Paracetamol inf. 3x1 gr i.v.
Babinski : - Dexamethasone amp 3x1
Chaddock : - i.v.
Oppenheim : - Laxadin syr 1x2 C p.ngt
Laseque sign : -
Kernig sign : -
27 Januari 2020
S O A P
Penurunan Kes : E1M1Vett Kontusio Diet cair
kesadaran TD : 115/80 mmHg serebri Tirah baring posisi kepala
(+), N : 110x/menit 30o-40o
demam P : 23x/menit IVFD RL 75 cc/jam
(+) S : 38.3oC Fentanyl 300 mcg/24 jam
SpO2: 99% dengan Midazolam 3 mg/jam
ventilator fio2 80%, Triofusin 500 mg/24 jam
VT 350, PEEP 5,
Clinimix + clinoleic /24jam
∆Psupp 8.
Plasbumin 5% / 12 jam
Noreprinefrin 0.1 mcg/kg
Pem. Fisik :
bb/jam
Kepala :
Normocephali Meropenem vial 3x1 gr i.v
Mata : anisokor (6 Ranitidine amp 2x1 i.v.
mm/3 mm) Fenitoin amp 3x100 mg i.v.
Manitol inf. 2x200 cc
St. Neurologis : Citicoline amp 3x250 mg
Kaku kuduk : Tak i.v.
dapat dinilai As. Traneksamat amp
Brudzinski I : Tak 3x500 mg i.v.
dapat dinilai
Piracetam inf. 3x12 gr i.v.
Brudzinski II : -
Paracetamol inf. 3x1 gr i.v.
Babinski : -
Dexamethasone amp 3x1
Chaddock : -
i.v.
Oppenheim : -
Laxadin syr 1x2 C p.ngt
Laseque sign : -
Kernig sign : -
28 Januari 2020
S O A P
Penurunan Kes : E1M1Vett Kontusio Diet cair
kesadaran TD : 110/73 mmHg serebri Tirah baring posisi kepala
(+), N : 90x/menit 30o-40o
demam (-) P : 26x/menit IVFD RL 75 cc/jam
S : 37.6oC Fentanyl 300 mcg/24 jam
SpO2: 99% dengan Midazolam 3 mg/jam
ventilator fio2 60%, Triofusin 500 mg/24 jam
VT 350, PEEP 5,
Clinimix + clinoleic /24jam
∆Psupp 8.
Plasbumin 5% / 12 jam
Noreprinefrin 0.1 mcg/kg
Pem. Fisik :
bb/jam
Kepala :
Normocephali Meropenem vial 3x1 gr i.v
Mata : anisokor (6 Ranitidine amp 2x1 i.v.
mm/3 mm) Fenitoin amp 3x100 mg i.v.
Manitol inf. 2x200 cc
St. Neurologis : Citicoline amp 3x250 mg
Kaku kuduk : Tak i.v.
dapat dinilai As. Traneksamat amp
Brudzinski I : Tak 3x500 mg i.v.
dapat dinilai Piracetam inf. 3x12 gr i.v.
Brudzinski II : - Paracetamol inf. 3x1 gr i.v.
Babinski : - Dexamethasone amp 3x1
Chaddock : - i.v.
Oppenheim : - Laxadin syr 1x2 C p.ngt
Laseque sign : - R/ Craniotomy
Kernig sign : -
29 Januari 2020
S O A P
Penurunan Kes : E1M1Vett Kontusio Diet cair
kesadaran TD : 101/67 mmHg serebri Tirah baring posisi kepala
(+) N : 90x/menit post op 30o-40o
P : 20x/menit craniotom IVFD RL + Glutamin 100
S : 37.2oC y cc/24 jam
SpO2:100% dengan IVFD Asering 2000 cc/24
ventilator fio2 60%, jam
VT 350, PEEP 5, Fentanyl 400 mcg/24 jam
∆Psupp 8. Midazolam 3 mg/jam
Clinimix + clinoleic /24jam
Pem. Fisik :
Noreprinefrin 0.1 mcg/kg
Kepala :
bb/jam
Normocephali, luka
Cefazolin vial 3x1 gr i.v
op tertutup verban
Omeprazol vial 2x40 mg
Mata : anisokor (6
i.v.
mm/3 mm)
Fenitoin amp 3x100 mg i.v.
St. Neurologis : Manitol inf. 4x125 cc
Kaku kuduk : Tak Proliver tab 2x1 p.ngt.
dapat dinilai As. Traneksamat amp
Brudzinski I : Tak 3x500 mg i.v.
dapat dinilai Paracetamol inf. 3x1 gr i.v.
Brudzinski II : -
Babinski : -
Chaddock : -
Oppenheim : -
Laseque sign : -
Kernig sign : -
30 Januari 2020
S O A P
Penurunan Kes : E2M2Vett Kontusio Diet cair
kesadaran TD : 107/69 mmHg serebri Tirah baring posisi kepala
(+) N : 96x/menit post op 30o-40o
P : 25x/menit craniotom IVFD RL + Glutamin 100
S : 37,0oC y cc/24 jam
SpO2: 100% dengan H+1 IVFD Asering 2000 cc/24
ventilator fio2 60%, jam
VT 350, PEEP 5, Fentanyl 400 mcg/24 jam
∆Psupp 8 Midazolam 3 mg/jam
Clinimix + clinoleic /24jam
Pem. Fisik :
Noreprinefrin 0.1 mcg/kg
Kepala :
bb/jam
Normocephali, luka
Cefazolin vial 3x1 gr i.v
op tertutup verban
Omeprazol vial 2x40 mg
Mata : anisokor (5
i.v.
mm/3 mm)
Fenitoin amp 3x100 mg i.v.
St. Neurologis : Manitol inf. 4x125 cc
Kaku kuduk : Tak Proliver tab 2x1 p.ngt.
dapat dinilai As. Traneksamat amp
Brudzinski I : Tak 3x500 mg i.v.
dapat dinilai Paracetamol inf. 3x1 gr i.v.
Brudzinski II : -
Babinski : +
Chaddock : +
Oppenheim : -
Laseque sign : -
Kernig sign : -
31 Januari 2020
S O A P
Penurunan Kes : E3M3Vett Kontusio Diet cair
kesadaran TD : 117/72 mmHg serebri Tirah baring posisi kepala
(+) N : 90x/menit post op 30o-40o
P : 24x/menit craniotom IVFD RL + Glutamin 100
S : 37,6oC y cc/24 jam
SpO2: 100% dengan H+2 IVFD Asering 2000 cc/24
ventilator fio2 60%, jam
VT 350, PEEP 5, Triofusin 500 cc/24 jam
∆Psupp 8 Fentanyl 400 mcg/24 jam
Midazolam 3 mg/jam
Pem. Fisik :
Clinimix + clinoleic /24jam
Kepala :
Noreprinefrin 0.1 mcg/kg
Normocephali, luka
bb/jam
op tertutup verban
Cefazolin vial 3x1 gr i.v
Mata : anisokor (4
mm/3 mm) Omeprazol vial 2x40 mg
i.v.
St. Neurologis : Fenitoin amp 3x100 mg i.v.
Kaku kuduk : Tak Manitol inf. 3x125 cc
dapat dinilai Proliver tab 2x1 p.ngt.
Brudzinski I : Tak As. Traneksamat amp
dapat dinilai 3x500 mg i.v.
Brudzinski II : - Paracetamol inf. 3x1 gr i.v.
Babinski : +
Chaddock : +
Oppenheim : -
Laseque sign : -
Kernig sign : -
01 Februari 2020
S O A P
Penurunan Kes : E3M3Vett Kontusio Diet cair
kesadaran TD : 120/72 mmHg serebri Tirah baring posisi kepala
(-) N : 90x/menit post op 30o-40o
P : 24x/menit craniotom IVFD Asering 2000 cc/24
S : 37.6oC y jam
SpO2: 100% dengan H+3 Triofusin 500 cc/24 jam
ventilator fio2 60%, Noreprinefrin 0.1 mcg/kg
VT 350, PEEP 5, bb/jam
∆Psupp 8. Cefazolin vial 3x1 gr i.v
Omeprazol vial 2x40 mg
Pem. Fisik :
i.v.
Kepala :
Fenitoin amp 3x100 mg i.v.
Normocephali, luka
Manitol inf. 2x125 cc
op tertutup verban
Proliver tab 2x1 p.ngt.
Mata : anisokor (4
mm/3 mm) Paracetamol inf. 3x1 gr i.v.
Dexamethasone 2 amp
St. Neurologis : extra
Kaku kuduk : Tak R/ ekstubasi
dapat dinilai
Brudzinski I : Tak
dapat dinilai
Brudzinski II : -
Babinski : +
Chaddock : +
Oppenheim : -
Laseque sign : -
Kernig sign : -
02 Februari 2020
S O A P
Batuk (+) Kes : E3M5V2 Kontusio Diet cair
TD : 100/58 mmHg serebri Tirah baring posisi kepala
N : 104x/menit post op 30o-40o
P : 26x/menit craniotom Chest Therapy
S : 37.4oC y IVFD Asering 1500 cc/24
SpO2: 100% dengan H+4 jam
NRM O2 10 lpm Noreprinefrin 0.1 mcg/kg
Pem. Fisik : bb/jam
Kepala : Cefazolin vial 3x1 gr i.v
Normocephali, luka Omeprazol vial 2x40 mg
op tertutup verban i.v.
Mata : anisokor (4 Fenitoin amp 3x100 mg i.v.
mm/3 mm) Manitol inf. 1x125 cc
Proliver tab 2x1 p.ngt.
St. Neurologis : Paracetamol inf. 3x1 gr i.v.
Kaku kuduk : Tak
Dexamethasone 3x10 mg
dapat dinilai
i.v.
Brudzinski I : Tak
Nebu NaCl
dapat dinilai
Brudzinski II : -
Babinski : +
Chaddock : +
Oppenheim : -
Laseque sign : -
Kernig sign : -
03 Februari 2020
S O A P
Batuk (+) Kes : E4M6V2 Kontusio Diet cair
berkurang TD : 144/73 mmHg serebri Tirah baring posisi kepala
N : 95x/menit post op 30o-40o
P : 24x/menit craniotom IVFD Asering 1500 cc/24
S : 37oC y jam
SpO2: 100% dengan H+5 Cefazolin vial 3x1 gr i.v
NRM O2 10 lpm Omeprazol vial 2x40 mg
i.v.
Pem. Fisik : Fenitoin amp 3x100 mg i.v.
Kepala :
Proliver tab 2x1 p.ngt.
Normocephali, luka
Paracetamol inf. 3x1 gr i.v.
op tertutup verban
Dexamethasone 3x5 mg i.v.
Mata : anisokor (4
Bisolvon amp 3x1 i.v.
mm/3 mm)
St. Neurologis : Nebu NaCl
Kaku kuduk : Tak R/ pindah Seruni
dapat dinilai
Brudzinski I : Tak
dapat dinilai
Brudzinski II : -
Babinski : +
Chaddock : +
Oppenheim : -
Laseque sign : -
Kernig sign : -
04 Februari 2020
S O A P
Batuk (+) Kes : E4M6V2 Kontusio Diet cair
berkurang TD : 144/79 mmHg serebri Tirah baring posisi kepala
N : 107x/menit post op 30o-40o
P : 25x/menit craniotom Mobilisasi kursi roda
S : 36.7oC y IVFD Asering 500 cc/24
SpO2: 99% dengan H+6 jam
nasal canul O2 4 lpm Cefazolin vial 3x1 gr i.v
Omeprazol vial 2x40 mg
Pem. Fisik : i.v.
Kepala :
Fenitoin amp 3x100 mg i.v.
Normocephali, luka
Proliver tab 2x1 p.ngt.
op tertutup verban
Paracetamol inf. 3x1 gr i.v.
Mata : anisokor (4
Dexamethasone 3x5 mg i.v.
mm/3 mm)
Bisolvon amp 3x1 i.v.
St. Neurologis : Nebu NaCl
Kaku kuduk : Tak
dapat dinilai
Brudzinski I : Tak
dapat dinilai
Brudzinski II : -
Babinski : +
Chaddock : +
Oppenheim : -
Laseque sign : -
Kernig sign : -
05 Februari 2020
S O A P
Batuk (+) Kes : E4M6V2 Kontusio IVFD RL xx gtt/m
berkurang TD : 137/81mmHg serebri Cefazolin vial 3x1 gr i.v
N : 90x/menit post op Omeprazol vial 2x40 mg
P : 23x/menit craniotom i.v.
S : 36.7oC y Fenitoin amp 3x100 mg i.v.
SpO2: 99% H+7 Proliver tab 2x1 p.ngt.
Paracetamol inf. 3x1 gr i.v.
Pem. Fisik : Dexamethasone 3x5 mg i.v.
Kepala : Bisolvon amp 3x1 i.v.
Normocephali, luka
Nebu NaCl
op tertutup verban
R/ BLPL
Mata : anisokor (4
mm/3 mm)
St. Neurologis :
Kaku kuduk : Tak
dapat dinilai
Brudzinski I : Tak
dapat dinilai
Brudzinski II : -
Babinski : +
Chaddock : +
Oppenheim : -
Laseque sign : -
Kernig sign : -
06 Februari 2020
S O A P
Batuk (+) Kes : E4M6V3 Kontusio Aff CVC dan DC
berkurang TD : 127/81mmHg serebri Rawat jalan
N : 99x/menit post op Cefixime 2x100 mg p.o.
P : 23x/menit craniotom Proliver 2x1 tab p.o.
S : 36.5oC y Fenitoin 3x100 mg p.o.
SpO2 : 96% H+8
Citicoline 3x500 mg p.o.
Paracetamol 3x500 mg p.o.
Pem. Fisik :
Omeprazole 2x20 mg p.o.
Kepala :
Normocephali, luka
op tertutup verban
Mata : anisokor (4
mm/3 mm)
St. Neurologis :
Kaku kuduk : Tak
dapat dinilai
Brudzinski I : Tak
dapat dinilai
Brudzinski II : -
Babinski : +
Chaddock : +
Oppenheim : -
Laseque sign : -
Kernig sign : -
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Kontusio serebri merupakan cedera kepala berat, dimana otak mengalami
memar, dengan kemungkinan adanya daerah hemoragi. Kontusio serebri
(cerebral contussion) adalah luka memar pada otak. Memar yang disebabkan
oleh trauma dapat membuat jaringan menjadi rusak dan bengkak dan pembuluh
darah dalam jaringan pecah, menyebabkan darah mengalir ke dalam
jaringan disebut hematoma.1
Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar),
serebelum (otak kecil), brainsterm (batang otak), dan diensefalon. Serebrum
terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan korteks serebri. Masing-
masing hemisfer serebri terdiri dari lobus frontalis yang merupakan area
motorik primer yang bertanggung jawab untuk gerakan-gerakan volunter, lobus
parietalis yang berperanan pada kegiatan memproses dan mengintegrasi
informasi sensorik yang lebih tinggi tingkatnya, lobus temporalis yang
merupakan area sensorik untuk impuls pendengaran dan lobus oksipitalis yang
mengandung korteks penglihatan primer, menerima informasi penglihatan dan
menyadari sensasi warna.5
Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklaviasisi yang
sama. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum,
setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua arteri ini bersatu
membentuk arteri basilaris, terus berjalan sampai setinggi otak tengah, dan di
sini bercabang menjadi dua membentuk sepasang arteri serebri posterior.
Cabang-cabang sistem vertebrobasilaris ini memperdarahi medulla oblongata,
pons, serebelum, otak tengah dan sebagian diensefalon. Arteri serebri posterior
dan cabang-cabangnya memperdarahi sebagian diensefalon, sebagian lobus
oksipitalis dan temporalis, aparatus koklearis dan organ-organ vestibular.
Darah di dalam jaringan kapiler otak akan dialirkan melalui venula-venula ke
vena serta di drainase ke sinus duramatris. Dari sinus, melalui vena emisaria
akan dialirkan ke vena-vena ekstrakranial.5
3.3 Patofisiologi
Pada kontusio serebri (memar otak) terjadi perdarahan-perdarahan di
dalam jaringan otak tanpa adanya robekan jaringan yang kasat mata, meskipun
neuron-neuron mengalami kerusakan. Hal yang paling penting untuk terjadinya
lesi kontusio ialah adanya akselerasi kepala yang seketika itu juga
menimbulkan pergeseran otak serta pengembangan gaya kompresi yang
destruktif. Akselerasi yang kuat berarti pula hiperekstensi kepala. Oleh karena
itu, otak membentang batang otak terlalu kuat, sehingga menimbulkan blokade
reversibel terhadap lintasan asendens retikularis. Akibat blokade itu, otak tidak
mendapat input aferen dan karena itu, kesadaran hilang selama blokade
reversible berlangsung. Sistem akitifitas retikularis berfungsi sebagai
mempertahankan kesadaran. Sistem aktivitas ini terletak di bagian atas batas
otak, terutama di mesensefalon dan hipotalamus.3
Pada trauma yang membentur dahi kontusio terjadi di daerah otak yang
3.4 Etiologi
Penyebab kontusio serebri atau memar otak adalah adanya akselerasi
kepala tiba-tiba yang menimbulkan pergeseran otak dan kompresi yang
merusak akibat dari kecelakaan, jatuh atau trauma. Dimana hal tersebut
menunjukkan besarnya gaya yang sanggup merusak struktur parenkim otak
yang terlindung begitu kuat oleh tulang dan cairan otak. Lokasi kontusio yang
begitu khas adalah kerusakan jaringan parenkim otak yang berlawanan dengan
arah datangnya gaya yang mengenai kepala.3
Bila lesi terdapat di daerah mesensefalon dan pons bagian atas, kesadaran
menurun hingga koma, pupil melebar, refleks cahaya tidak ada, gerakan mata
diskonjugat, pernapasan hiperventilasi, motorik menunjukkan rigiditas
deserebrasi dengan keempat ekstremitas kaku dalam sikap ekstensi. Lesi yang
terdapat didaerah pons bagian bawah bila nuklei vestibularis terganggu
bilateral, gerakan kompensasi bola mata pada gerakan kepala menghilang dan
pernapasan tidak teratur. Bila pada bagian medulla oblongata terganggu,
pernapasan melambat tak teratur dan tersengal-sengal.7
C D
Gambar 3.6
A. Kontusio Serebri,
B. Perdarahan Intrakranial,
C. Perdarahan Subdural,
D. Perdarahan Epidural,
E E. Perdarahan Subarakhnoid
3.7 Penatalaksanaan
1. Oksigenasi ventilasi
2. Pemberian manitol
Dosis yang digunakan adalah 0,2 sampai dengan 1 gram per kgBB.
Manitol tidak boleh diberikan pada pasien dengan keadaan hipotensi akan
memperberat hipovolemia. Pemberian diuretik juga dapat menggunakan
furosemide, dosis yang digunakan adalah 0,3 sampai dengan 0,5 mg/kgBB.
Kebutuhan cairan pada pasien cedera kepala harus tercukupi, oleh karena
bila tidak dapat menyebabkan dehidrasi sistemik yang dapat menyebabkan
cedera sekunder pada jaringan otak yang mengalami trauma.
4. Meninggikan kepala
5. Pemberian antibiotik
Terutama pada penderita dengan rhinorea dan otorea dapat terjadi infeksi
pada jaringan otak oleh karena robeknya lapisan duramater. Juga pada
penderita cedera kepala akan lebih sering terjadi infeksi saluran napas yang
36
menyebabkan hipethermia. Kondisi ini akan meningkatkan kebutuhan oksigen
jaringan.
7. Pemberian fenitoin
37
BAB IV
PEMBAHASAN
38
untuk mengatasi tekanan intracranial adalah dengan dilakukannya craniectomy
decompressive.
Namun sebelumnya, perlu dilakukan stabilisasi kondisi pasien terlebih
dahulu dengan pengelolaan konservatif. Pengelolaan konservatif pada kontusio
serebri bertujuan untuk mengurangi tekanan intrakranial dengan cara non-bedah.
Pada kasus ini, tindakan yang dilakukan sudah tepat. Tindakan yamg telah
dilakukan antara lain oksigenasi ventilasi, pemberian manitol, balance cairan dan
elektrolit, meninggikan kepala, pemberian antibiotik, pemberian nutrisi yang
adekuat, serta pemberian fenitoin.
39
DAFTAR PUSTAKA
1.
40