Audit Energi Dan Peluang Konservasi Energi Listrik Di Pt. Arelsi Karya Sejahtera
Audit Energi Dan Peluang Konservasi Energi Listrik Di Pt. Arelsi Karya Sejahtera
Audit Energi Dan Peluang Konservasi Energi Listrik Di Pt. Arelsi Karya Sejahtera
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Teknik pada
Disusun oleh:
Amir Machmud
13524120
TUGAS AKHIR
Disusun oleh:
Amir Machmud
13524120
Menyetujui,
Pembimbing
i
ii
PERNYATAAN
iii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.,
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah kepada hamba-Nya, sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan. Selawat dan salam
semoga tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarganya, sahabat dan para
pengikutnya hingga akhir zaman. Tugas akhir yang berjudul ”Audit Energi dan Peluang
Konservasi Energi Listrik di PT.Arelsi Karya Sejahtera”. ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri,
Universitas Islam Indonesia.
Pada kesempatan ini, ungkapan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya diucapkan kepada
berbagai pihak yang telah memberikan doa, bantuan, bimbingan, dukungan, kerja sama, fasilitas
dan kemudahan lainnya. Untuk itu, dengan ketulusan hati saya mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Abah dan Umi yang sudah mengajari saya dengan keras akan makna kehidupan,
bersyukur, jujur dan kerja keras. Yang dengan ketangguhannya telah melahirkan saya,
dengan segala kelembutannya mengajarkan arti kata menyayangi dan dengan
kesabarannya telah mengajari saya untuk selalu bersyukur dan tersenyum.
2. Bapak Yusuf Aziz Amrullah, S.T., M.Sc., Ph.D selaku Ketua Program Studi Teknik
Elektro Universitas Islam Indonesia.
3. Bapak Husein Mubarok, S.T., M.Eng selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang telah
meluangkan waktu dan bantuannya sampai terselesaikannya Tugas Akhir ini.
4. Seluruh dosen Jurusan Teknik Elektro Universitas Islam Indonesia yang telah
membimbing penulis selama perkuliahan sehingga penulis bisa berada pada tahap ini.
5. Saudara Teknik Elektro UII 2013 atas pengalaman, senyuman, ilmu bermanfaat,
persaudaraan, dukungan, dan masih banyak lagi yang tak bisa disampaikan dengan
perkataan.
6. Seluruh dosen diluar Jurusan Teknik Elektro UII yang pernah mengajar dan memberikan
ilmunya kepada saya.
Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan penelitian serta penulisan tugas akhir ini
masih banyak kekurangan dan kesalahan, sehingga tidak terlepas dari masukan yang membangun
demi penyempurnaan tugas akhir ini. Semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat
berkontribusi dalam kemajuan bangsa dan Negara ini.
iv
ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
Daya (watt)
Tegangan (volt)
Arus (ampere)
°C Derajat celcius
AC Air Conditioner
TL Tube Luminescent
v
ABSTRAK
Audit energi bertujuan untuk mengetahui profil penggunaan energi suatu bangunan gedung
dan mencari upaya peningkatan efisiensi penggunaan energi tanpa mengurangin tingkat
kenyamanan bangunan/gedung. Audit energi pada penelitian ini dilakukan di PT. Arelsi Karya
Sejahtera berupa audit energi listrik awal yang berfokus pada sistem pencahayaan dan sistem
pendingin ruangan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
observasi dan konservasi energi. Dalam proses ini meliputi adanya audit energi, dimana pada awal
proses audit energi sebelumnya dilakukan persiapan audit energi yaitu pertemuan pendahuluan
dan wawancara dengan karyawan yang dilanjutkan dengan survei gedung sehingga didapatkan
gambaran umum gedung dan sistem operasionalnya untuk melihat potensi peluang penghematan
energi. Audit dimulai dengan pengumpulan dan pengolahan data, selanjutnya melakukan analisis
dan perhitungan nilai IKE gedung, yang dilanjutkan dengan memberikan rekomendasi peluang
penghematan energi. Peluang Pengehematan yang dilakukan di PT. Arelsi Karya Sejahtera ada
dua yaitu low cost dan high cost. Pada penghematan penghematan low cost sebesar 389,52 kWh
jika dirupiahkan menjadi Rp 434.315,00, penghematan high cost sebesar 10.161,07kWh jika
dirupiahkan menjadi Rp 11.329.593,00. Apabila semua penghematan dilakukan oleh pihak gedung
maka akan bisa menghemat anggaran listrik Rp 11.819,00 per bulannya. Dengan mengaplikasikan
rekomendasi peluang penghematan energi didapatkan peningkatan efisiensi konsumsi energi
listrik sebesar 127.6 kWh/m²/tahun jika dirupiahkan menjadi Rp 142.274,00 dimana
sebelumnya termasuk golongan gedung ber-AC agak boros menjadi golongan gedung ber-AC
efisien.
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................................. i
vii
4.1 Profil Gedung ................................................................................................................. 12
LAMPIRAN .................................................................................................................................... 1
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
BAB 1
PENDAHULUAN
Energi pada prinsipnya sudah ada sejak dulu kala dan tidak dapat dimusnahkan. Energi
hanya dapat ditransfer dan dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup umat manusia. Energi yang
banyak dimanfaatkan dalam kebutuhan hidup masyarakat masa kini, adalah energi listrik. Energi
listrik merupakan salah satu faktor penting dalam operasional sebuah industri, perusahaan,
maupun instansi lain, karena memiliki tingkat ketergantungan tinggi terhadap kebutuhan energy
untuk operasional usahanya.
Sebagian besar produsen energi listrik di Indonesia menggunakan sumber bahan bakar
energi fosil seperti batubara dan minyak bumi. Sumber energi fosil merupakan energi yang tidak
dapat diperbaharui, sehingga menyebabkan cadangan energi berkurang. Semua pihak perlu
melakukan efisiensi energi untuk menanggulangi masalah cadangan energi yang berkurang adalah
satu metode yang dipakai untuk mengefisienkan pemakaian energi listrik adalah konservasi energi.
Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan mengenai konservasi energi sebagai usaha
untuk peningkatan efisiensi energi yang digunakan. Pengertian konservasi energi adalah upaya
sistematis, terencana, dan terpadu guna melestarikan sumber daya energy dalam negeri serta
meningkatkan efisiensi pemanfaatannya. Dalam proses ini meliputi adanya audit energi yaitu suatu
metode untuk menghitung tingkat konsumsi energi suatu gedung atau bangunan.
Audit energi bertujuan untuk mengetahui profil penggunaan energi suatu bangunan gedung
dan mencari upaya peningkatan efisiensi penggunaan energi tanpa mengurangin tingkat
kenyamanan bangunan/gedung. Audit energi merupakan suatu teknik yang dipakai untuk
menghitung besarnya konsumsi energi dan mengenali cara-cara untuk pengehamatannya. Melalui
audit energi kita dapat mengetahui pola distribusi energi, sehingga bagian yang mengkonsumsi
energi terbesar dapat diketahui dan bisa memberikan peluang penghematan energi apabila
dilakukan peningkatan efisien.
Berdasakan latar belakang masalah yang ada, rumusan masalah yang diangkat dalam
penelitian ini adalah :
1. Berapakah nilai Intensitas Konsumsi Energi (IKE) pada PT.Arelsi Karya Sejahtera?
1
2. Apakah penggunaan energi listrik di PT.Arelsi Karya Sejahtera sudah efisien?
3. Apa saja peluang pengehematan energi yang dapat dilakukan di PT.Arelsi Karya
Sejahtera?
1. Audit yang dilakukan adalah tahapan audit energi awal yang meliputi perhitungan pola
konsumsi energi.
2. Melakukan identifikasi dan analisis data hanya dilakukan pada jenis beban pencahayaan
dan pendingin ruangan.
3. Penelitian hanya difokuskan pada data yang diperoleh di lapangan saja.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Audit energi berfokus terutama pada energi total konsumsi peralatan elektronik, system
pendingin ruangan, pencahayaan, lift, dan lain-lain. Audit energi dianggap salah satu metode yang
komprehensif dalam pemeriksaan penggunaan energi dan pemborosan di bangunan. Secara
pengertian audit energi adalah kegiatan untuk menghitung besarnya konsumsi energi pada suatu
bangunan untuk mengetahui potret penggunaan energi dan mencari peluang penghematan
konsumsi energi. Berikut adalah penelitian audit energi yang sudah dilakukan dan digunakan
untuk bahan referensi penulis :
Audit Energi Listrik Studi Kasus di Gedung Perpustakaan Pusat UGM Sayap
Selatan[4]
Kegiatan Audit energi listrik dilaksanakan di Gedung Perpustakaan Pusat UGM Sayap
Selatan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kenyamanan ruangan dan profil penggunaan
energinya. Metode yang digunakan adalah observasi, pengukuran, wawancara, kuisioner dan studi
literatur.
Feni Wijiastuti menyebutkan bahwa sistem tata udara memiliki beban daya listrik sebesar
76%, sistem penunjang operasional sebesar 14% dan sistem tata cahaya memiliki beban terkecil
sebesar 10%. Perhitungan Intensitas Konsumsi Energi (IKE) memberikan hasil 52,068
kWh/m2/tahun. Daya pencahayaan untuk perpustakaan adalah sebesar 2,93 W/m2. Hasil
pengukuran pencahayaan menunjukkan bahwa tempat baca yang terletak pada area koridor dan
berada dekat dengan jendela memiliki tingkat pencahayaan di atas batas maksimal dari standar
pencahayaan yang direkomendasikan. Pengukuran suhu dan kelembaban menunjukkan bahwa
ruangan yang tidak menggunakan AC memiliki suhu dan kelembaban di atas batas maksimal dari
standar yang direkomendasikan. Hasil kuisioner juga menunjukkan bahwa masih ada pengunjung
yang merasa tidak nyaman dengan kondisi suhu, dan tingkat pencahayaan. Perpustakaan Pusat
UGM Sayap Selatan dapat dikatakan sebagai gedung yang hemat energy namun belum memenuhi
syarat tingkat kenyamanan suatu ruangan.
Audit Energi Listrik Studi Kasus di Gedung Pusat UGM Sayap Selatan dan Timur
Yogyakarta[2]
Septiana Ria Prihandita menyebutkan bahwa Gedung Pusat UGM Sayap Selatan dan Timur
mengkonsumsi energi listrik selama 1 tahun sebesar 322.774 kWh dengan luas bangunan 7586,32
m, sehingga diperoleh hasil Intensitas Konsumsi Energi (IKE) sebesar 37,164kWh/m2/tahun. Nilai
3
ini masih dalam tingkat kewajaran sehingga penggunaan energi listrik masih tergolong hemat.
Distribusi beban daya listrik di Gedung Pusat UGM Sayap Selatan dan Timur memiliki sistem tata
udara dengan beban daya listrik sebesar 57%, peralatan penunjang operasional sebesar 35%, dan
sistem tata cahaya sebesar 8%.
Ruangan yang dianalisis pada penelitian ini adalah ruang sumber daya manusia, ruang staff
Kantor Hukum Tata Laksana (HKTL), Dewan Audit, Direktorat Pengelolaan dan Pemeliharaan
Aset (DPPA), Wakil Rektor Bidang SIK dan LPPM. Hasil pengukuran tingkat penerangan ruangan
menunjukkan bahwa ada ruangan yang telah memenuhi standar kenyamanan yaitu ruang Dewan
Audit, DPPA, LPPM dan sumber daya manusia. Sedangkan ruang yang nilai pencahayaan
ruangannya di bawah standar adalah ruang HKTL dan Wakil Rektor bidang SIK yang hanya 100-
250 lux saja. Pada parameter suhu ruangan hanya ruangan LPPM saja yang memenuhi standar
kenyamanan. Untuk parameter kelembapan relatif ruangan Dewan Audit, HKTL, LPPM, Wakil
Rektor bidang SIK dan sumber daya manusia telah memenuhi standar, sedangkan ruangan DPPA
melebihi standar kenyamanan.
Audit Energi Listrik dan Analisis Peluang Hemat Energli Listrik Pada Sistem
Pencahayaan dan Sistem Pendingin Udara di Rumah Sakit DR. Adhayatma, MPH
Semarang[5]
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sismanto, D. J menunjukkan adanya kemungkinan
penghematan untuk sistem pencahayaan, penggantian ballast elektromagnetik dengan ballast
elektronik sebesar Rp. 1.928.475,9/bulan. Sedangkan pada sistem pendingin ruangan, penggantian
refrigerant dapat memungkinkan dilakukannya penghematan sebesar Rp.4.447.978,2/bulan.
4
dipengaruhi perilaku, kebiasaan, kedisiplinan, dan kesadaran masyarakat akan pentingnya hemat
energi. Selain efisiensi energi, cara lain yang dapat dilakukan adalah perawatan dan perbaikan
peralatan listrik sehingga pengendalian penggunaan energi dapat terpantau. Kebijakan mengenai
konservasi energi juga diatur dalam Undang-Undang Energi No 30 Tahun 2007 Pasal 25 yang
mengatur mengenai Konservasi Energi, yaitu[8] :
1. Konservasi Energi Nasional menjadi tanggung jawab Pemerintah, Pemerintah Daerah,
penguasa, dan masyarakat.
2. Pengguna energi dan produsen peralatan hemat energi yang melaksanakan konservasi
energi diberi kemudahan dan/atau insentif oleh Pemerintah dan/atau Pemerinta Daerah.
3. Pengguna sumber energi dan pengguna energi yang tidak melaksanakan konservasi energi
diberi disinsentif oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
4. Peraturan lebih lanjut tentang Konservasi Energi akan dituangkan dalam Peraturan
Pemerintah.
Audit energi merupakan usaha atau kegiatan untuk mengidentifikasikan jenis dan besarnya
energi yang digunakan pada bagian-bagian operasi suatu industri atau pabrik atau bangunan dan
mencoba mengidentifikasikan kemungkinan penghematan energi. Sasaran dari audit energi adalah
untuk mencari cara mengurangi konsumsi energi per satuan output dan mengurangi biaya
operasi[7]. Kita dapat mengetahui pola distribusi energi suatu bangunan gedung melalui audit
energi, segingga bagian yang mengkonsumsi energi terbesar dapat diketahui. Dari hasil audit
energi juga dapat diketahui besarnya peluang potensi penghematan energi apabila dilakukan
peningkatan efisiensi.
Kegiatan audit energi merupakan kegiatan pengecekan berkala untuk menjamin apakah
energi digunakan secara tepat, efisien, dan rasional. Dengan audit energi, maka indikasi kebocoran
energi dapat dilacak dan ditelusuri yang kemudian ditentukan langkah perbaikan. Adapun lingkup
kegiatan energi diantaranya :
1. Melakukan identifikasi penggunaan energi khususnya yang berkaitan dengan jenis energi,
sistem pemakaian, dan biaya energi.
2. Observasi tingkat penggunaan energi sesuai dengan kondisi bangunan jenis
penggunaannya.
3. Mengetahui dimana potensi terbesar untuk memperbaiki efisiensi penggunaan yang dapat
dilakukan.
4. Bagaimana melakukan perbaikan efisiensi tersebut.
Audit energi dapat dilakukan setiap saat atau sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan.
Audit energi terbagi 3 diantaranya :
5
1. Audit Energi Singkat
Audit energi singkat adalah proses awal kegiatan audit energi yang meliputi pengumpulan
data historis konumsi energi, luas bangunan, daya terpasang, beban penghunian bangunan dan
observasi visual. Perbedaan audit energi singkat dengan audit energi awal yaitu, pada audit energi
singkat tidak memerlukan pengukuran pada peralatan listrik. Hasil dari kegiatan audit energi
singkat berupa potret penggunaan energi bangunan gedung dan rekomendasi peluang
penghematan energi.
2. Audit Energi Awal
Tujuan dari audit energi awal adalah untuk mengukur produktifitas dan efisiensi penggunaan
energi dan mengidentifikasikan kemungkinan penghematan energi. Kegiatan audit energi awal
meliputi pengumpulan data energi bangunan gedung dengan data yang tersedia dan tidak
memerlukan pengukuran. Data tersebut meliputi :
a. Dokumentasi bangunan yang dibutuhkan adalah gambar teknik bangunan sesuai
pelaksanaan konstruksi., terdiri dari :
Tapak, denah, dan potongan bangunan gedung seluruh lantai.
Denah instalasi pencahayaan bangunan seluruh lantai.
Diagram satu garis listrik, lengkap dengan penjelasan penggunaan daya listriknya dan
besarnya penyambungan daya listrik PLN serta besarnya daya listrik cadangan
pembangkit cadangan.
b. Pembayaran rekening listrik bulanan bangunan gedung selama satu tahun terakhir.
c. Menghitung besarnya Intensitas Konsumsi Energi(IKE) gedung.
2.1
2
Setiap bangunan mempunyai standar IKE sesuai dengan fungsi bangunan tersebut.
Berikut merupakan nilai IKE standar suatu bangunan menurut Pedoman Konservasi Energi
dan Pengawasannya di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional :
Pada tabel 2.1 Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik adalah pembagian antara konsumsi
energi listrik pada kurun waktu tertentu dengan satuan luas bangunan gedung. Sektor-sektor yang
dapat dihitung antara lain :
a. Rincian luas bangunan gedung dan luas total bangunan gedung (m2).
b. Konsumsi energi bangunan gedung per tahun (kWh/tahun)
c. Intensitas Konsumsi Energi (IKE) bangunan gedung per tahun (kWh/m2/tahun).
d. Biaya energi bangunan gedung (Rp/kWh).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh ASEAN-USAID pada tahun 1987 yang
laporannya baru dikeluarkan pada tahun 1992, target besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE)
listrik untuk Indonesia adalah sebagai berikut :
a. IKE perkantoran : 240 kWh/ m2 per tahun
b. IKE pusat belanja : 330 kWh/ m2 per tahun
c. IKE hotel/apartemen : 300 kWh/ m2 per tahun
d. IKE rumah sakit : 380 kWh/ m2 per tahun
Pengadaan suatu sistem tata udara adalah agar tercapai kondisi temperatur,
kelembapan,kebersihan, dan distribusi udara dalam ruangan dapat dipertahankan pada tingkat
keadaan yang diharapkan. Untuk kondisi iklim Indonesia (tropis), proses pengkondisian udara
yang berupa pendinginan banyak sekali digunakan. Pendingin ini berfungsi untuk menciptakan
kondisi nyaman bagi beberapa aktivias manusia. Semakin nyaman suatu ruangan tentu akan
7
meningkatkan tingkat produktifitas di dalamnya. Persyaratan termal yang ditetapkan pada
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran adalah :
Efisiensi sebuah mesin pendingin sering dinyatakan dengan istilah COP (Coefficient Of
Performance) ataupun EER (Energy Efficiency Ratio). COP didefinisi sebagai perbandingan laju
kalor yang dikeluarkan dengan laju energi yang harus dimasukkan ke sistem. COP berbanding
terbalik dengan biaya operasional, apabila COP lebih tinggi maka biaya operasional yang
dikeluarkan akan menjadi lebih rendah.
2.2
Dimana :
COP = koefisien prestasi
Qe = kapasitas pendingin
W = daya input compressor
EER (Energy Efficiency Ratio) merupakan indikator efisiensi energi dinyatakan dengan
perbandingan antara Btu/h yang dihasilkan AC dengan tenaga listrik watt yang digunakan.
/ 2.3
Dimana :
8
EER = tingkat efisiensi penggunaan energi
Btu/h = kapasitas pendinginan AC
W = energi listrik (kWh)
Semakin tinggi angka EER, maka semakin efisien penggunaan energinya. AC dengan EER
sama atau lebih besar dari 10 (sepuluh) untuk kondisi saat ini dianggap sudah cukup efisien.
Audit pada sistem pencahayaan bertujuan untuk mengetahui tingkat pencahayaan dalam
suatu ruangan, apakah sudah sesuai atau belum dengan fungsi ruangan. Sistem pencahayaan pada
bangunan gedung berguna untuk pekerjaan atau kegiatan yang di dalamnya dapat berjalan dengan
efisien dan aman. Sistem pencahayaan terbagi dua, yaitu :
1. Sistem pencahayaan alami Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang bersumber dari
cahaya alam seperti cahaya matahari. Pencahayaan alami dikatakan sukses apabila
memaksimalkan tingkat pencahayaan di dalam ruangan dan juga mengoptimalkan kualitas
penerangan.
2. Sistem pencahayaan buatan Sistem pencahayaan buatan merupakan pengguna energi
listrik terbesar kedua pada sebuah bangunan gedung. Sistem pencahayaan buatan sangat
diperlukan apabila posisi suatu ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan alami atau saat kebutuhan
pencahayaan alami tidak mencukupi untuk menerangi suatu ruangan. Besarnya tingkat
pencahayaan ruangan sudah diatur dalam SNI 6197-2011 tentang Konservasi Energi pada Sistem
Pencahayaan.
9
BAB 3
METODOLOGI
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi dan
konservasi energi. Dalam proses ini meliputi adanya audit energi, dimana pada awal proses audit
energi sebelumnya dilakukan persiapan audit energi yaitu pertemuan pendahuluan dan wawancara
dengan karyawan yang dilanjutkan dengan survei gedung sehingga didapatkan gambaran umum
gedung dan sistem operasionalnya untuk melihat potensi peluang penghematan energi. Pada
dasarnya metode audit energi listrik adalah sebagai berikut :
1. Diskusi singkat dengan karyawan
2. Walkthrough audit
3. Pengumpulan data
4. Pengukuran energi listrik
Dalam penelitian ini, pengukuran dilakukan sesuai prosedur yang telah ditetapkan SNI 16-
7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di tempat kerja yang dengan penentuan
titik pengukuran seperti :
1. Penerangan setempat : Objek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan. Bila merupakan
meja kerja, pengukuran dapat dilakukan di atas meja kerja yang ada. Pada perpustakaan
Pusat pengukuran dilakukan pada area baca.
2. Penerangan Umum : titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan pada setiap
jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai. Jarak tertentu tersebut dibedakan berdasarkan
luas ruangan sebagai berikut:
a. Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi : titik potong garis horizontal panjang
dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap satu meter.
b. Luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100 meter persegi : titik potong
garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap tiga meter.
c. Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi: titik potong garis horizontal panjang
dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap enam meter.
Bagian ini menjelaskan perancangan sistem yang digunakan, cara mengimplementasikan
rancangan dan cara pengujian sistem (indikator kinerja dan cara mengukurnya). Penjelasan ini bisa
terdiri dari beberapa bab yang saling terkait.
10
Diagram alur berikut ini akan membantu menjelaskan bagaimana alur dalam penelitian
11
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
12
4.2 Sistem Kelistrikan
Sistem Kelistrikan yang ada pada PT. Arelsi Karya Sejahtera Yogyakarta menggunakan
sumber energi listrik langsung dari PT. PLN sebesar 150 KVA sebagai daya Sumber pensuplai
daya listrik utama PT.Arelsi Karya Sejahtera bermula dari sistem Tegangan Menengah 20 kV
milik PT. PLN yang ditransmisikan dengan transformator step down (3 fasa). Hasil dari
transformator step down (3 fasa) terhubung dengan MVMDP (Medium Voltage Main Distribution
Panel). Aliran daya tersebut terhubung ke LVMDP (Low Voltage Main Distribution Panel)
masing-masing sub panel distribusi disetiap gedung.
50
Grafik Konsumsi Daya
0
7:00:00
8:00:00
9:00:00
10:00:00
11:00:00
12:00:00
13:00:00
14:00:00
15:00:00
16:00:00
17:00:00
18:00:00
19:00:00
20:00:00
21:00:00
22:00:00
23:00:00
0:00:00
1:00:00
2:00:00
3:00:00
4:00:00
5:00:00
6:00:00
weekday weekend
Gambar 4.2 Grafik Konsumsi Daya
Pada gambar 4.2 Perbandingan konsumsi daya di kantor PT.Arelsi Karya Sejahtera saat
hari kerja dengan hari libur. Konsumsi daya hari kerja ditunjukkan dengan grafik warna biru dan
hari libur ditunjukkan dengan grafik warna oren. Pengukuran konsumsi daya dilakukan mulai dari
pukul 09.00WIB hingga pukul 20.30WIB. Grafik konsumsi daya hari senin-sabtu (hari kerja)
stabil di 20-22 GW, hal ini karena pada waktu ini merupakan waktu-waktu dimulainya aktivitas
di kantor tersebut. Kenaikkan konsumsi daya terus terjadi hingga pukul 11.30WIB dan mencapai
puncaknya yaitu sebesar 23kW. Ketika jam istirahat terlihat jelas di grafik terjadi penururan dan
mengalami kenaikkan lagi setelah jam istirahat. Mulai dari pukul 13.00WIB hingga pukul 12.30
terjadi penurunan grafik, hal ini terjadi dikarenakan pada saat waktu tersebut aktivitas di PT.Arelsi
Karya Sejahtera telah berkurang. Sedangkan grafik konsumsi daya pada hari libur cenderung
stabil, karena aktivitas di gedung pada saat hari libur (minggu) tidak sebanyak pada saat hari kerja.
Grafik PerbandinganTegangan
400
380
360
7:00
8:00
9:00
10:00
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00
18:00
19:00
20:00
21:00
22:00
23:00
0:00
1:00
2:00
3:00
4:00
5:00
6:00
weekday weekend
13
Pada gambar 4.3 grafik perbandingan tegangan menunjukkan pola dengan grafik
perbandingan konsumsi daya. Hal itu disebabkan karena tegangan listrik berbanding lurus dengan
beban aktifnya. Sehingga pada saat dimulainya aktivitas jam kerja di kantor PT.Arelsi Karya
Sejahtera terjadi peningkatan grafik.berbanding lurus dengan beban aktif.
Grafik Perbandingan Arus
40
20
0
7:00:00
8:00:00
9:00:00
10:00:00
11:00:00
12:00:00
13:00:00
14:00:00
15:00:00
16:00:00
17:00:00
18:00:00
19:00:00
20:00:00
21:00:00
22:00:00
23:00:00
0:00:00
1:00:00
2:00:00
3:00:00
4:00:00
5:00:00
6:00:00
weekday weekend
Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Arus
Gambar 4.4 grafik perbandingan arus menunjukkan peristiwa suatu beban yang dikonsumsi
dalam suatu lonjakan arus listrik dengan perbandingan hari kerja dengan hari libur. Secara umum,
aktivitas beban yang terekam pada kantor terjadi penggunaan yang terbesar pada hari kerja, baik
secara penerangan, pendingin ruangan dan peralatan lainnya, dibandingkan dengan hari libur
(minggu). Lonjakan arus terbesar terjadi pada hari kerja yaitu pukul 09.00 – 11.30. Dan untuk jam
libur pada hari libur cenderung stabil, karena aktivitas di gedung pada saat hari libur tidak
sebanyak pada saat hari kerja.
Grafik Perbandingan Faktor Daya
1
0.95
0.9
0.85
0.8
0.75
7:00:00
8:00:00
9:00:00
10:00:00
11:00:00
12:00:00
13:00:00
14:00:00
15:00:00
16:00:00
17:00:00
18:00:00
19:00:00
20:00:00
21:00:00
22:00:00
23:00:00
0:00:00
1:00:00
2:00:00
3:00:00
4:00:00
5:00:00
6:00:00
weekday weekend
14
4.3 Audit Energi Awal pada PT.Arelsi Karya Sejahtera
Audit energi awal bertujuan untuk mengukur produktifitas dan efisiensi penggunaan energi
dan mengidentifikasikan kemungkinan penghematan energi. Kegiatan audit energi awal meliputi
pengumpulan data penggunaan energi dan biayanya dalam jangka waktu paling sedikit satu tahun
terakhir. Adapun data yang harus dikumpulkan adalah sebagai berikut :
Dari data konsumsi energi dan data luasan bangunan, maka dapat dihitung besarnya
Intensitas Konsumsi Energi pada PT.Arelsi Karya Sejahtera selama satu tahun dengan periode
bulan Desember 2017 s/d November 2018. Berikut ini merupakan data konsumsi energi listrik
pada PT.Arelsi Karya Sejahtera dari Desember 2017 s/d November 2018 :
15
Luas bangunan gedung = 2000 m2
Maka :
2
381.797
191 kWh/m²/tahun
2.000
Setalah melakukan perhitungan IKE konsumsi energi per tahun selanjutnya menghitung IKE
konsumsi energi per bulan. Tujuannya adalah untuk mengetahui pemakaian energi per bulan pada
PT.Arelsi Karya Sejahtera serta mengetahui kategori boros atau tidaknya.
Rumus menentukan IKE per bulan :
Contoh :
30.508
pada bulan Januari 15,4 kWh/m²/bulan
2.000
Bisa dilihat pada Tabel 4.3 hasil IKE per bulan pada PT.Arelsi Karya Sejahtera selama 12
bulan kategori agak boros. Hasil tersebut diketahui pada tabel 4.2 nilai standar intensitas energi
pada gedung.
16
Tabel 4.3 Hasil IKE Perbulan
Bulan Pemakaian Daya Hasil IKE Keterangan
Sebenarnya (kWh) kWh/m²/bulan
Desember 2017 30.508 15,4 Agak boros
Januari 2018 31.637 15,8 Agak boros
Februari 2018 31.562 15,8 Agak boros
Maret 2018 31.578 15,8 Agak boros
April 2018 32.849 16,4 Agak boros
Mei 2018 31.228 15,6 Agak boros
Juni 2018 32.206 16,1 Agak boros
Juli 2018 30.800 15,4 Agak boros
Agustus 2018 31.376 15,7 Agak boros
September 2018 32.756 16,4 Agak boros
Oktober 2018 32.832 16,4 Agak boros
November 2018 32.465 16,2 Agak boros
Total 381.797 191
Dari hasil tabel 4.4 lampu pada gedung 1 menunjukan hasil total penggunaan energi selama
1 bulan adalah 360 kWh/m2/per bulan dengan jumlah total lampu 36 lampu dengan tipe lampu TL.
17
Tabel 4.4 Analisa Pencahayaan Lampu gedung 1
Lokasi Pengukuran Merk Jumlah Daya (watt) Pengukuran Energi selama
Lampu Unit menggunakan 1 bulan (watt)
Lampu LUXMETER
R.Mushola Pria TL 1 40 70 28.800
Kamar Mandi 1 TL 1 20 170 14.400
Kamar Mandi 2 TL 1 20 150 14.400
R.IT TL 1 40 25 28.800
R.CS 3 TL 2 40 130 57.600
R.Analis TL 6 20 150 84.400
R.Rofif TL 4 20 265 57.600
R.Natan TL 6 20 210 84.400
R.Jum TL 5 20 320 72.000
R.Admin 1 TL 1 40 25 28.800
R.Admin 2 TL 1 40 30 28.800
R.Dapur 1 TL 1 40 120 28.800
R.UKS TL 1 40 200 28.800
R.Mushola Wanita TL 1 40 56 28.800
R.Dapur 2 TL 1 40 87 28.800
R.Kamar mandi 3 TL 1 20 462 14.400
R.Kamar Mandi 4 TL 1 20 365 14.400
R.Enginering TL 1 40 128 28.800
Total 36 940 2.963 360.000
18
Tabel 4.6 Analisa Pencahayaan Lampu Gedung 3
Lokasi Merk Jumlah Data(watt) Pengukuran Daya selama
Pengukuran lampu Unit menggunakan 1 bulan
Lampu LUXMETER (watt)
Lobby 1 TL 1 40 228 28.800
Lobby 2 TL 1 40 492 28.800
R.Manager TL 1 40 268 28.800
R.Derry 1 TL 1 40 285 28.800
R.Umum TL 2 40 190 57.600
R.Andry TL 1 40 156 28.800
R.Derry 2 TL 1 40 190 28.800
R.Liani TL 2 40 156 57.600
Kamar Mandi 1 TL 1 20 190 14.400
Kamar Mandi 2 TL 1 20 272 14.400
R.IT TL 1 40 140 28.800
R.Dapur TL 2 40 180 57.600
Mushola Umum TL 1 40 525 28.800
Ruang Tunggu TL 1 40 320 28.800
Sholat
Garasi TL 1 40 160 28.800
Total 18 680 3.406 489.600
Dari hasil tabel 4.6 lampu pada gedung 3 tersebut menunjukan hasil total penggunaan energi
selama 1 bulan adalah 486,6 kWh/m2/per bulan dengan jumlah total lampu 18 lampu dengan tipe
lampu TL.
Saat pemasangan AC di ruangan terlebih dahulu kita harus memperhatikan tingkat efisiensi
AC tersebut. Salah satu cara mengetahui tingkat efisiensi AC adalah dengan melihati nilai EER
(Energy Efficiency Ratio) AC tersebut. EER merupakan perbandingan antara kapasitas pendingin
(Btu/h) dengan seluruh masukan energi listrik(watt) pada kondisi operasi yang ditentukan.
Semakin tinggi nilai EER pada suatu AC maka semakin efisien kinerja AC tersebut.
Rumus menentukan nilai EER :
19
/
.
Contoh Ruang IT : EER = 7,04
.
20
Tabel 4.8 Pendingin Pada Gedung 2
Lokasi Merek Jumlah Kapasitas Nilai Nilai Daya Suhu COP
Pengukuran AC Unit (PK) EER Btuh/h (watt) (°C)
AC
R.CS 1 Panasonic 1 2 8,82 18.000 2.040 16 2,59
National 1 2 8,82 18.000 2.040 20 2,59
Toshiba 1 1,5 11,32 12.000 1.060 19 3,32
LG 1 2 9,55 17.000 1.780 16 2,79
R.CS 2 Toshiba 1 2 10,58 18.000 1.700 18 3,1
LG 1 2 9,55 17.000 1.780 20 2,79
Total 6 10.400 109
Dari Tabel 4.8 dapat kita hitung rata-rata suhu di ruangan yaitu sebesar 18,16 . Hal ini
menunjukkan bahwa rata-rata ruangan yang ada di Gedung 2 pada PT.Arelsi Karya Sejahtera
termasuk dalam kategori dingin.
Dari Tabel 4.9 dapat kita hitung rata-rata suhu di ruangan yaitu sebesar 17,37 . Hal ini
menunjukkan bahwa rata-rata ruangan yang ada di Gedung 3 pada PT.Arelsi Karya Sejahtera
termasuk dalam kategori dingin.
21
Tabel 4.10 Nilai Rata-rata Suhu Pergedung
Dari tabel 4.10 hasil keseluruan rata rata pada PT.Arelsi Karya Sejahterah bisa dilihat pada
tabel 4.10 termasuk dalam kategori dingin. Ideal kenyamanan termal pada bangunan gedung dapat
dilihat di atas.
Pada tabel 4.11 gedung 1 penggantian lampu dari lampu TL ke lampu LED yang memiliki
energi awal sebesar 360 kWh/m2/per bulan dan setelah penggantian lampu energi menjadi 304,56
kWh/m2/per bulan memiliki selisih sebesar 55,44 kWh/m2/per bulan.
22
Kamar LED 1 9 14.400 6.480
Mandi 2
R.IT LED 1 18 28.800 12.960
R.CS 3 LED 2 18 57.600 25.920
R.Analis LED 6 9 84.400 38.880
R.Rofif LED 4 9 57.600 25.920
R.Natan LED 6 9 84.400 38.880
R.Jum LED 5 9 72.000 32.400
R.Admin 1 LED 1 18 28.800 12.960
R.Admin 2 LED 1 18 28.800 12.960
R.Dapur 1 LED 1 18 28.800 12.960
R.UKS LED 1 18 28.800 12.960
R.Mushola LED 1 18 28.800 12.960
Wanita
R.Dapur 2 LED 1 18 28.800 12.960
R.Kamar LED 1 9 14.400 6.480
mandi 3
R.Kamar LED 1 9 14.400 6.480
Mandi 4
R.Enginering LED 1 18 28.800 12.960
Total 36 279 360.000 304.560
23
Tabel 4.13 PHE Lampu Gedung 3
Lokasi Pengukuran Merek Jumlah Data(watt) Daya selama Daya selama 1
lampu Unit 1 bulan bulan
Lampu (watt) (watt)
AWAL PENGGANTI
Pada tabel 4.13 gedung 3 penggantian lampu dari lampu TL ke lampu LED yang memiliki
energi awal sebesar 489,6 kWh/m2/per bulan dan setelah penggantian lampu energi menjadi
220,32 kWh/m2/per bulan memiliki selisih sebesar 269,28 kWh/m2/per bulan.
24
Tabel 4.14 Tabel Total Penggunaan Daya
Dari tabel 4.14 dapat kita lihat bahwa biaya penghematan low cost yang berawal dari 979,2
kWh/bulan jika dirupiahkan menjadi Rp 1.091.808,00 seteleha penggantian lampu dengan daya
yang lebih rendah menjadi 589,68 kWh/bulan jika dirupiahkan Rp 657.492,00 jadi selisih nya
adalah 389,52 kWh/bulan jika di rupiahkan Rp 434.315,00. Penghematan yang dilakukan pada
low cost ini yaitu mengganti lampu TL dengan lampu LED yang lebih hemat energy. Penggantian
lampu cukup besar sehingga dikategorikan low cost.
25
371,9 Rp 414.700,00
R.Natan 371,9 Rp 414.700,00
371,9 Rp 414.700,00
371,9 Rp 414.700,00
R.Jum 371,9 Rp 414.700,00
371,9 Rp 414.700,00
R.Admin 1 208,8 Rp 232.800,00
R.Admin 2 208,8 Rp 232.800,00
R.UKS 205,92 Rp 229.600,00
Total 5.721,76 Rp 6.379.800,00
Dilihat dari tabel 4.15 gedung 1 hasil dari penggantian ac inverter yang berawal dari
penggunaan energi sebesar 27.122 watt menjadi 5.722 watt, Sangat berpengaruh untuk
penggantian ac ini lebih kecil energi yang di butuhkan.
Dilihat dari tabel 4.16 gedung 2 hasil dari penggantian ac inverter yang berawal dari
penggunaan energi sebesar 10.400 watt menjadi 2.261,38 watt, Sangat berpengaruh untuk
penggantian ac ini supaya lebih kecil energi yang di butuhkan.
26
R.Umum 716,33 Rp 798.700,00
208,8 Rp 232.800,00
Dilihat dari tabel 4.17 gedung 3 hasil dari penggantian ac inverter yang berawal dari
penggunaan energi sebesar 13.606 watt menjadi 2.177,93 watt, Sangat berpengaruh untuk
penggantian ac ini supaya lebih kecil energi yang di butuhkan.
Dari tabel 4.18 dapat kita lihat bahwa biaya penghematan high cost yang berawal dari Rp
57.006.605,00 seteleha penggantian ac dengan daya yang lebih rendah menjadi Rp 11.300.300,00
selisih nya adalah Rp 45.677.000,00. Penghematan yang dilakukan pada high cost ini yaitu
mengganti AC inverter yang lebih hemat energy dan murah. Penggantian AC ini berpengaruh
sangat besar sehingga dikategorikan high cost.
Setelah melakukan perhitungan di atas, didapat total rincian total penghematan sebagai berikut :
kWh penghematan = kWh low cost + kWh high cost
12
381.797 10.550,59 12
127.6 kWh/m²/tahun
2000
Peluang Pengehematan yang dilakukan pada PT. Arelsi Karya Sejahterah ada dua yaitu low
cost dan high cost. Pada penghematan penghematan low cost sebesar 389,52 kWh jika dirupiahkan
menjadi Rp 434.315,00, penghematan high cost sebesar 10.161,07kWh jika dirupiahkan menjadi
Rp 11.329.593,00. Apabila semua penghematan dilakukan oleh pihak gedung maka akan bisa
menghemat anggaran listrik Rp 11.819,00 per bulannya. Dengan mengaplikasikan rekomendasi
peluang penghematan energi didapatkan peningkatan efisiensi konsumsi energi listrik sebesar
127.6 kWh/m²/tahun jika dirupiahkan menjadi Rp 142.274,00 dimana sebelumnya termasuk
golongan gedung ber-AC agak boros menjadi golongan gedung ber-AC efisien.
28
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Nilai IKE kantor PT.Arelsi Karya Sejahtera yaitu sebesar 191kWh/m2/tahun kategori agak
boros dan 16kWh/m2/bulan yang tergolong gedung ber-AC agak boros.
2. Beban yang paling banyak mengkonsumsi energi listrik di kantor PT.Arelsi Karya
Sejahtera yaitu beban peralatan listrik lainnya sebesar 168 kWh karena di kantor tersebut
banyak penggunaan komputer, beban AC sebesar 145 kWh, dan beban sistem
pencahayaan mengkonsumsi energi listrik sebesar 68,7 kWh.
3. Peluang Penghematan yang dilakukan di kantor PT.Arelsi Karya Sejahtera ada dua yaitu
low cost dan high cost. Pada penghematan low cost sebesar 389,52 kWh jika dirupiahkan
menjadi Rp 434.315,00, penghematan high cost sebesar 10.161,07kWh jika dirupiahkan
menjadi Rp 11.329.593,00. Apabila semua penghematan dilakukan oleh pihak gedung
maka akan 127.6 kWh/m²/tahun jika dirupiahkan menkadi Rp 142.274,00 dan
menghemat anggaran listrik 10,6 kWh/m²/bulan jika dirupiahkan menjadi Rp 11.819,00
per bulannya.
5.2 Saran
29
DAFTAR PUSTAKA
[2] Septiana Ria Prihandita. Audit Energi Listrik Studi Kasus di Gedung Pusat UGM Sayap
Selatan dan Timur Yogyakarta. Skripsi, Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknik, UGM,
Yogyakarta, 2012.
[3] Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja, Dokumen Teknis, SNI 16-70622004,
[4] Feni Wijiastuti . Audit Energi Listrik Studi Kasus di Gedung Perpustakaan Pusat UGM
Sayap Selatan. Skripsi, Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknik, UGM, Yogyakarta, 2014.
[5] Sismanto, D. J. Audit Energi Listrik dan Analisis Peliuang Hemat Energi Listrik Pada
Sistem Pencahayaan dan Sistem Pendingin Udara di Rumah Sakit DR. Adhayatma, MPH
Semarang. Yogyakarta. Skripsi, Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Fakultas
Teknik, UGM, 2013.
[6] Badan Koordinasis Eergi Nasional, Buku Pedoman Tentang Cara-Cara Melaksanakan
[7] Abdurarachim. Halim, Pasek, Darmawan Ari, dan Sulaiman, TA. 2002. Audit Energi,
Modul 2, Energi Conservation Efficiency And Cost Saving Course, Bandung : PT. Fiqry
Jaya Mandiri.
[8] Undang-Undang No 30 Tahun 2007 tentang Energi, Agus Rianto, Audit Energi dan
Analisis Peluang Penghematan Konsumsi Energi pada Sistem Pengkondisian Udara di
Hotel Santika Premiere Semarang. Skripsi, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik
UNNES, Semarang 2007.
[10] Minister of Energy and Mineral Resources of the Republic of Indonesia, “Regulation of
Minister of Energy and Mineral Resources Number 28 in 2016.” 2016.
[11] G. Vaičiunas, G. Bureika, and L. Liudvinavičius, “Expedience of Applying Solar and Wind
Hybrid Power-plants in Railway Infrastructure Objects,” Procedia Eng., vol. 134, pp. 9–
13, 2016.
30
LAMPIRAN
R. TEORI
R. RESEPSIONIS
R. TRANLATOR
R. BOS
R. ARUM KM 1
R. INTERVIEW
KM 2
KAMAR
3
R. TUNGGU
INTERVIEW
R. LAW
R. BOWO
& TAX
GEDUNG 1
1
x
x CS 1 x
CS 2
x
GEDUNG 3