Kel 1. Pengawasan Mutu Tablet Metformin PDF
Kel 1. Pengawasan Mutu Tablet Metformin PDF
Kel 1. Pengawasan Mutu Tablet Metformin PDF
(METFORMIN HIDROKSIDA)
Oleh:
Dosen Pengampu:
apt. DEDI NOFIANDI, M.Farm
Segala puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah Produksi dan Kendali Mutu sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang
syafa’atnya kita nantikan kelak.
Pembuatan makalah mengenai “Pengawasan Mutu Tablet Oral
(Metformin)” dapat diselesaikan berkat kerja seluruh anggota kelompok 1.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata
kuliah Produksi dan Kendali mutu sudah membimbing dan memberikan uraian
mengenai mata kuliah ini. Kami berharap makalah ini sesuai dengan pokok
bahasan serta dapat menjadi referensi bagi pembaca.
Penulis menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan,
terutama pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran
pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini, kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah
mata kuliah Produksi dan Kendali Mutu ini dapat bermanfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar ……………………………………………………………………
Daftar Isi …………………………………………………………………………..
BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………………… 1
1.1. Latar Belakang …………………………………………………………
1.2. Rumusan Masalah ……………………………………………………..
1.3. Tujuan ………………………………………………………………….
1.4. Manfaat Makalah ………………………………………………………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………….
2.1. Pengertian Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) ………………..
2.2. Prinsip Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) ……………………
2.3. Tujuan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) …………………….
2.4. Pengawasan Mutu ……………………………………………………..
2.5. Prinsip Pengawasan Mutu ………………………………………………
2.6. Tugas Pengawasan Mutu ………………………………………………
2.7. Tablet …………………………………………………………………
2.8. Proses Validasi
BAB III PENUTUP ………………………………………………………………
3.1. Kesimpulan …………………………………………………………….
3.2. Saran ………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Pada saat ini, pola hidup masyarakat yang tidak sehat menyebabkan
kebutuhan obat terus meningkat sehingga perlu dilakukan pengawasan
menyeluruh pada pembuatan obat agar dihasilkan produk obat yang bermutu,
aman, dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Pengendalian menyeluruh
merupakan hal yang sangat esensial untuk menjamin bahwa konsumen menerima
obat yang bermutu tinggi. Oleh karena itu, obat yang dibuat tidaklah cukup hanya
sekedar lulus dari serangkaian pengujian akhir tetapi yang lebih penting adalah
bahwa mutu harus dibentuk ke dalam produk tersebut mulai dari proses awal
hingga akhir pembuatan obat (CPOB, 2012).
Mutu obat tergantung pada bahan awal, bahan pengemas, proses produksi,
pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang dipakai dan personil yang terlibat.
Hal tersebut tercantum dan diatur dalam Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB). Setiap industri farmasi harus memenuhi persyaratan khasiat, keamanan
dan mutu sesuai yang telah ditetapkan dalam CPOB.
1.2. Tujuan
1) Mengetahu secara detail terkait Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)?
2) Mengetahu secara detail terkait pengawasan mutu (Quality Control)?
3) Mengetahu secara detail terkait terkait sediaan obat yaitu tablet ?
4) Memvalidasi / Memastikan bahwa bahan baku sebelum memasuki proses
produksi sediaan obat harus memenuhi spesifikasi yang ditetapkan untuk
identitas, kekuatan, kemurnian, kualitas dan keamanannya
5) Memastikan tahapan-tahapan proses produksi obat telah dilaksanakan
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan (In Process Control/IPC) ?
6) Mengevaluasi prosedur produksi dan pengkajian catatan produks
(Pemeriksaan laboratorium terhadap suatu batch) ?
7) Mengevaluasi stabilitas sediaan obat sesuai persyaratan mutunya selama
waktu peredaran yang telah ditetapkan ?
1.3 Manfaat Makalah
Untuk mengetahui lebih jelas bagaimana pengawasan mutu yang dilakukan
pada sediaan tablet oral metformin baik selama proses produksi hingga
sampai sediaan jadi yang siap di distribusikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Cara pembuatan obat yang baik adalah suatu system yang menjamin obat yang
dibuat secara konsisten memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan
tujuan penggunaanya.
2.3 Tablet
2.3.1 Pengertian Tablet
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempacetak, dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat
tambahan yang di gunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat
pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah, atau zat lain yang
cocok. (FI III 1997)
2.3.2 Bahan Tambahan Dalam Formulasi Tablet
Eksipien merupakan bahan bukan bahan aktif yang ditambahkan dalam
formulasi suatu sediaan untuk berbagai tujuan atau fungsi. Walaupun eksipien
bukan merupakan bahan aktif, eksipien sangat penting untuk keberhasilan
produksi sediaan yang dapat diterima.
a) Bahan pengisi /Fillers / Diluent
Bahan pengisi dibutuhkan untuk membuat bulk (menambah bobot
sehingga memiliki bobot yang sesuai untuk dikempa), memperbaiki
kompresibilitas dan sifat alir bahan aktif yang sulit dikempa serta untuk
memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung. Bahan pengisi
dapat dibagi berdasarkan katagori: material organik (karbohidrat dan
modifikasi karbohidrat), material anorganik (kalsium fosfat dan lainnya),
serta coprocessed diluents. Jumlah bahan pengisi yang dibutuhkan bervariasi,
berkisar 5-80% dari bobot tablet (tergantung jumlah zat aktif dan bobot tablet
yang diinginkan). Bila bahan aktif berdosis kecil, sifat tablet (campuran
massa yang akan ditablet) secara keseluruhan ditentukan oleh sifat bahan
pengisi.
Tabel 1. Macam-macam bahan pengisi tablet
Tidak larut larut
Kalsium sulfat Laktosa
Kalsium fosfat, dibasic dan Sukrosa
tribasik Kalsium karbonat Dektrosa
Amilum Mannitol
Modifikasi amilum Sorbitol
Mikrokritalin selulosa
b) Pengikat / Binders
Binders atau bahan pengisi dapat ditambahkan dalam bentuk kering dan
bentuk larutan (lebih pengikat berfungsi memberi daya adhesi pada massa
serbuk pada granulasi dan kempa langsung serta untuk menambah daya
kohesi yang telah ada pada bahan efektif). Bahan pengikat secara umum
dapat dibedakan menjadi: pengikat dari alam, polimer sintetik/semisintetik
dan gula. Pada granulasi basah, bahan pengikat biasanya ditambahkan dalam
bentuk larutan (dibuat solution, musilago atau suspensi), namun dapat juga
ditambahkan dalam bentuk kering, setelah dicampur dengan massa yang akan
digranul baru ditambahkan pelarut.
Tabel 2. Pengikat yang biasanya digunakan dalam granulasi basah
Nama Konsentrasi (%dari Pelarut
formula)
Selulosa 10-50 Air
mikrokristalin 1-5 Air
Polimer (turunan 2-7 Alcohol
selulosa) 2-5 Alkohol, air
CMC Na 1-3 Air
HPC 2-5 Air
HPMC 10-25 Air (pasta)
MC 2-20 Air
HEC 5-10 Air
EC 5-10 Air
PVP
Gelatin Gom Alam
Pada proses granulasi, dengan adanya bahan pengikat dalam
bentuk cair maka bahan pengikat akan membasahi permukaan partikel,
selanjutnya terbentuk jembatan cair (liquid bridges) antar partikel.
Selanjutnya partikel yang berikatan akan semakin banyak sehingga terjadi
pertumbuhan/pembesaran granul. Setelah proses pengayakan dilakukan
proses pengeringan yang mengakibatkan terbentuknya jembatan padat
antara partikel yang saling mengikat membentuk granul. Banyaknya
larutan pengikat yang dibutuhkan dalam proses granulasi bervariasi
tergantung pada: jumlah bahan, ukuran partikel, kompresibilitas, luas
permukaan, porositas, hidrofobisitas, kelarutan dalam larutan pengikat,
dan cara/metode penggranulan. Pada tabel IV terlihat perkiraan volume
larutan pengikat yang dibutuhkan untuk menggranul berbagai bahan
pengisi Pada pembuatan tablet dengan metode granulasi kering dan kempa
langsung, bahan pengikat ditambahkan dalam bentuk kering.
Tabel 3. Bahan pengikat yang umum digunakan pada kempa langsung
Bahan Pengikat Kelas
Avicel (PH 101) Mikrokristalinselulosa
SMCC (50) Silicified Mikrokristalinselulosa
UNI-PURE(DW) Amilum pregelatin partial
UNI-PURE (LD) Amilum densitas rendah
DC Lactose DC laktosa anhydrous
DI TAB DC-Calsium fosfat dihidrat
dibasa
c) Penghancur /Disintegrans
Bioavailabilitas suatu tablet tergantung pada absorpsi obatnya. Absorpsi
obat tergantung pada kelarutan obat dalam cairan gastrointestinal dan
permeabilitas obat melintasi membran. Kecepatan kelarutan suatu obat dalam
tablet tergantung pada sifat fisika-kimia obat, dan juga kecepatan disintegrasi
dan disolusi dari tablet. Untuk mempercepat disintegrasi tablet, maka
ditambahkan disintegran/bahan penghancur. Bahan penghancur akan
membantu hancurnya tablet menjadi granul, selanjutnya menjadi partikel
partikel penyusun sehingga akan meningkatkan kecepatan disolusi tablet.
Bahan penghancur dapat ditambahkan langsung (pada kempa langsung) atau
dapat ditambahkan secara intragranular, ekstragranular serta kombinasi intra-
ekstra pada granulasi. Aksi bahan penghancur dalam menghancurkan tablet,
ada beberapa mekanisme, yaitu: aksi kapiler,swelling/pengembangan, heat of
wetting, particle repulsive forces, deformation, release of gases,enzymatic
action.
d) Bahan pelican
Bahan pelicin sebagai eksipien mempunyai 3 fungsi, yaitu:
Lubricants
Lubrikan adalah bahan yang berfungsi untuk mengurangi friksi antara
permukaan dinding/tepi tablet dengan dinding die selama kompresi
dan ejeksi. Lubrikan ditambahkan pada pencampuran akhir/final
mixing, sebelum proses pengempaan. Lubrikan dapat diklasifikasikan
berdasarkan kelarutannya dalam air yaitu larut dalam air dan tidak
larut dalam air. Pertimbangan pemilihan lubrikan tergantung pada
cara pemakaian, tipe tablet, sifat disintegrasi dan disolusi yang
dinginkan, sifat fisika-kimia serbuk/granul dan biaya.
Tabel 5. Lubrikan yang biasa digunakan pada sediaan tablet
Glidants
Glidants ditambahkan dalam formulasi untuk
menaikkan/meningkatkan fluiditas massa yang akan dikempa,
sehingga massa tersebut dapat mengisi die dalam jumlah yang
seragam. Amilum adalah glidan yang paling populer karena
disamping dapat berfunsi sebagai glidan juga sebagai disintegran
dengan konsentrasi sampai 10%. Talk lebih baik sebagai glidan
dibandingkan amilum, tetapi dapat menurunkan disintegrasi dan
disolusi tablet.
Tabel 6. Tipe dan jumlah glidan yang biasa digunakan
Antiadherents
Antiadherents adalah bahan yang dapat mencegah melekatnya
(sticking) permukaan tablet padapunch atas dan punch bawah. Talk,
magnesium stearat dan amilum jagung merupakan material yang
memiliki sifat antiadherent yang sangat baik.
Tabel 7. Daftar antiadherent yang biasa digunakan
Jenis antiadherents Konsentrasi (%b/b)
Talk 1-5
Magnesium stearat <1
Amilum jagung 3-10
Colloidal silica 0,1-0,5
DL-Leucine 3-10
Natrium Lauril sulfat <1
e) Pewarna dan Pigmen
Bahan pewarna tidak mempunyai aktifitas terapetik, dan tidak dapat
meningkatkan bioavailabilitas atau stabilitas produk, tetapi pewarna
ditambahkan kedalam sediaan tablet untuk fungsi menutupi warna obat yg
kurang baik, identifikasi produk, dan untuk membuat suatu produk lebih
menarik (aesthetic appearance and brand image in the market). Akan
tetapi penggunaan pewarna yang tidak tepat/salah akan mempengaruhi
mutu produk. Pewarna yang digunakan haruslah pewarna yang
diperbolehkan oleh undang-undang untuk digunakan sebagai pewarna
untuk sediaan obat. Bahan pewarna ada yang larut dalam air dan ada tidak
larut. Pewarna ditambahkan dalam bentuk larutan atau suspensi dalam
granulasi basah, tergantung apakah pewarna tersebut larut atau tidak.
Penggunaan pewarna yang larut kemungkinan dapat terjadi migrasi zat
warna selama proses pengeringan yang dapat mengakibatkan tidak
meratanya warna. Penggunaan pewarna yang tidak larut dapat
mengurangi resiko interaksi yang kemungkinan terjadi dengan zat aktif
dan bahan tambahan yang lain. Terhadap tablet yang telah diberi pewarna,
sangat penting untuk dilakukan pengukuran keseragaman warna
pengkilapan, serta perubahan warna karena pengaruh cahaya pada
permukaan tablet. Pengukuran dapat dilakukan dengan Reflectance
Spectrophotometry,Tristimulus Colourimetric Measurements dan
Microreflectance Photometer.
Tabel 8. Jenis pewarna (sintetik)
Pewarna Nama umum
Red 3 Erythrosine
Red 40 Allura red AC
Yellow 5 Tratrazine
Yellow 6 Sunset Yellow
Blue 1 Brilliant Blue
Blue 2 Indigotine
Green 3 Fast green
Tabel 10. Perbedaan tahap ketiga metoda pembuatan tablet (Charles, 2010)
Dalam hal ini terkait semua bahan aktif dan bahan-bahan pembantu
proses yang digunakan dalam produksi dan semua bahan kimia standar yang
telah ditetapkan dan bahan-bahan laboratorium yang digunakan untuk
pengujian.
Surat penghantar
Karantina
Diberi label
warna kuning
Label Hijau
Menyatakan bahwa suatu bahan
atau produk telah lulus dari
pemeriksaan oleh QC setelah
dilakukan pemeriksaan fisik
secara visual. Setelah bahan baku
diluluskan, bagian penyimpanan
akan membuat bukti penerimaan
bahan baku (BPBB). Lalu bahan
baku akan disimpan dalam gudang
sesuai dengan stabilitas bahan
baku. Bahan baku yang diluluskan
diberi label hijau dengan tulisan
diluluskan dan ditempel diatas
label karantina
Label Merah
Untuk bahan baku yang tidak
memenuhi syarat dan juga hasil
pemeriksaan laboratorium yang
tidak memenuhi kriteria produki.
2.4.2. Pemeriksaan terhadap bahan selama produksi
2.4.2.1. Proses Preformulasi pada produk yang diproduksi
Pada proses ini disebut juga sebagai tahap awal dalam rangkaian proses
pembuatan sediaan farmasi yang berpusat pada sifat-sifat fisika kimia zat
aktif dimana dapat mempengaruhi penampilan obat dan perkembangan suatu
bentuk sediaan farmasi dan proses ini merupakan penuntu dari sediian
tersebut apakah akan diproduksi dengan skala industri atau tidak.
Preformulasi
QC melakukan
Evaluasi tablet pemeriksaan
terhadap
preformulasi ini
atas permintaan dari
Pemeriksaan mutu bagian produksi
Bagian
Gudang
Pengemasan
Penyerahan bahan
pengemas
Pengemasan primer
Pemeriksaan sampel
oleh QA
Pengemasan sekunder
dengan rumus : ( )
3.1. Kesimpulan
Pembuatan sediaan tablet metformin harus didasarkan pada farmakope
Indonesia. Penambahan bahan pengisi ditambahkan sesuai dengan sifat dan zat
aktif sehingga secara organoleptis tidak merusak tablet. Proses pengujian pada
tablet metformin dilakukan untuk meningkatkan kualitas hasil pembuatan tablet
3.2. Saran
Mahasiswa profesi apoteker sebaiknya mengetahui segala hal yang berkaitan
dengan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) seperti pengawasan mutu tablet
metformin, bukan hanya tablet oral tetapi juga mengetahui sediaan farmasi
lainnya, sehingga mahasiswa profesi apoteker nantinya diharapkan mampu untuk
menerapkan dilapangan pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA
BPOM RI, 2018. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta