Template Prokons

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

PROKONS: Jurnal Teknik Sipil P-ISSN: 1978-1784 || E-ISSN: 2714-8815

ANALISIS GIRDER PRATEGANG TERHADAP BEBAN


PELAKSANAAN ANTARA METODE KONVENSIONAL DAN
INOVATIF
Taufiq Rochman1, Sudarmanto2, Abdulah Khoirurra Fifil Umam3
1,2
Dosen Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang
3
Mahasiswa Manajemen Rekayasa Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Malang
1
[email protected],[email protected],[email protected],

Abstrak

Metode implementasi memainkan peran penting dalam dunia konstruksi karena terkait langsung
dengan penjadwalan proyek. Untuk menerapkan metode konstruksi, faktor keamanan dan efektivitas
kerja harus diidentifikasi. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menentukan perilaku gelagar jembatan
yang diimplementasikan menggunakan metode inovatif dan untuk menentukan faktor keamanan selama
implementasi.
Data yang dibutuhkan adalah ketinggian girder adalah 2.1m dan lebar 0.7m. Mengacu pada SNI
1725 Memuat jembatan, dan struktur pengendali mengacu pada SNI T-12-2004 (Perencanaan Struktur
Beton untuk Jembatan). Analisis dimulai dengan menentukan dimensi geometri girder, perangkat lunak
STAADPro digunakan untuk pemodelan dan Microsoft untuk menganalisis.
  Hasil analisis menunjukkan bahwa metode inovatif aman untuk diterapkan, tekanan yang terjadi
tidak melebihi stres yang diijinkan; faktor keamanan menunjukkan semua angka lebih dari 1, yang
menunjukkan apakah metode inovatif aman.

Kata kunci: Pemodelan inovatif, Launching girder, Implementasi yang aman, Faktor keselamatan

Abstract

Implementation method plays a vital role in the world of construction because it is related directly
to the project scheduling. To apply the construction method, both sefety factor and effectiveness of work
must be identified. The purpose of the analysis is to determine the behavior of the girder of a bridge
implemented using innovative methods and to determine the safety factor during the implementation.
The required data were the height of girder is 2.1m and width 0.7m. Referred to SNI 1725 Loading
for bridges, and controlling structures reffered to SNI T-12-2004 (Concrete Structure Planning for
Bridges). The analysis began by determining the geometry dimensions of the girder, STAADPro software
was used for modelling and Microsoft was for analyzing.
The results of the analysis show that innovative method is safe to implement, the stresses that occur
do not exceed the allowable stress; the safety factor shows all numbers more than 1, indicating if
innovative method is safe.

Keywords:Innovative modeling, Launching girder, Safe implementation, Safety factor

Pendahuluan besar dengan bentang yang lebih panjang.


Pada perkembangan zaman ini penggunaan Dengan ukuran penampang yang lebih kecil,
beton prategang pada bangunan konstruksi sipil anggaran pembangunan konstruksi bangunan
pada masa sekarang menjadi hal yang lazim. lebih ekonomis.
Konstruksi dengan menggunakan beton K.Kesavan dkk (2005) meneliti untuk menilai
prategang memungkinkan suatu struktur dengan keamanan dan servis struktur beton prategang
ukuran penampang yang lebih kecil namun yang mengalami tekanan, perlu untuk
memiliki kapasitas memikul beban yang lebih memperkirakan tingkat prategang yang ada

1
Analisis Keamanan Girder Prategang Terhadap Beban Pelaksanaan Antara Metode
Konvensional dan Inovatif

dalam struktur / komponen. Maka dari itu perlu tertentu pada komponen sebelum digunakan
diperhatikan untuk tingkat tekanan dan untuk mendukung beban luar sesuai dengan yang
pembebanannya. diinginkan. Tujuan memberikan tegangan awal
Dengan alasan yang disebutkan di atas atau prategang adalah untuk menimbulkan
penggunaan struktur beton prategang banyak tegangan awal tekan beton pada lokasi dimana
digunakan untuk konstruksi jembatan bentang nantinya akan timbul tekanan tarik pada waktu
panjang. Apabila bentang balok dari beton komponen mendukung beban sedemikian rupa
bertulang melebihi 70 sampai 90 ft (23 m sampai sehingga diharapkan sewaktu beban seluruhnya
30 m), maka beban mati balok tersebut menjadi bekerja tegangan tarik total berkurang atau
sangat berlebihan yang menghasilkan komponen bahkan lenyap sama sekali (Dipohusodo, 1994).
struktur yang lebih berat sehingga menimbulkan Beton prategang adalah beton bertulang
retak dan defleksi jangka panjang yang lebih yang diberi tegangan dalam untuk mengurangi
besar. tegangan tarik potensial dalam beton akibat
Pada metode konvensional ada kontraktor beban kerja (SNI T-12-2004)
mengeluhkan dengan lamanya pekerjaan atau
kecilnya tingkat produktifitas pada saat Tegangan Maksimum
launching girder, yaitu dengan menggunakan 2 SNI T-12-2004 memberikan batasan
service crane lalu menyiapkan girder untuk tegangan ijin maksimum beton dan baja
dibawa dengan launching gantry. prategang yang dibagi menjadi 2 kondisi, yaitu
Pada penelitian ini peneliti juga akan pada kondisi segera setelah transfer gaya
memberikan metode baru dengan cara prategang dan kondisi batas layan.
meletakkan girder yang akan di launching diatas Tegangan di beton segera setelah transfer
girder yang sudah terpasang, sehingga akan prategang (sebelum terjadinya kehilangan
menigkatkan tingkat produktifitas launcher prategang yang bergantung pada waktu) tidak
girder dengan mengurangi waktu yang boleh melebihi nilai berikut:
dibutuhkan servis crane untuk memindahkan a. Tegangan tekan di serat terluar 0,60 fci’
girder seperti metode yang lama. b. Tegangan tarik di serat terluar di ujung
Kajian ini bertujuan untuk mengetahui balok yang ditumpu sederhana 0,5 √fci’
tingkat keamanan pada saat pelaksanaan Tegangan di beton pada kondisi beban kerja
pemasangan girder prategang dan kontrol (sesudah semua kehilangan prategang) tidak
struktur girder beton prategang. Kontrol struktur boleh melebihi nilai berikut:
beton prategang membahas perencanaan dimensi a. Tegangan tekan di serat terluar 0,45 fc’
girder, rencana tendon prategang, kehilangan b. Tegangan tarik di serat terluar 0,5 √fc’
sebagian prategang, kontrol lendutan, kontrol Tegangan tarik baja prategang pada kondisi
tegangan, dan cek kapasitas tahanan lentur. transfer gaya prategang tidak boleh melebihi
Dilihat permasalahan tersebut maka tujuan nilai berikut:
pembahasan ini meliputi: a. Akibat gaya penjangkaran tendon,
1. Bagaimana perilaku girder dan launcher pada sebesar 0,94 fpy tetapi tidak lebih besar dari 0,85
saat erection girder pada metode fpu atau nilai maksimum yang direkomendasikan
konvensional? oleh fabrikator pembuat tendon prategang atau
2. Bagaimana pembebanan yang sesuai pada jangkar.
saat pelaksanaan menggunakan metode b. Sesaat setelah transfer gaya prategang,
inovatif? boleh diambil sebesar 0,82 fpy, tetapi tidak lebih
3. Bagaimana pemodelan metode yang diajukan besar dari 0,74 fpu.
penulis menggunakan STAADPro? Tegangan tarik baja prategang pada kondisi
batas layan tidak boleh melampaui nilai berikut:
Beton Prategang a. Tendon pasca tarik, pada daerah jangkar
Beton prategang adalah beton yang dan sambungan, sesaat setelah penjangkaran
mengalami tegangan internal dengan besar dan tendon, sebesar 0,70 fpu.
distribusi sedemikian rupa sehingga dapat b. Untuk kondisi layan, sebesar 0,60 fpu.
mengimbangi sampai batas tertentu tegangan
yang terjadi akibat beban eksternal. Kehilangan Prategang
Struktur beton prategang atau pratekan Kehilangan gaya prategang itu adalah
didefinisikan sebagai suatu sistem struktur beton berkurangnya gaya yang bekerja pada tendon
khusus dengan cara memberikan tegangan awal pada tahap-tahap pembebanan. Secara umum

2
Analisis Keamanan Girder Prategang Terhadap Beban Pelaksanaan Antara Metode
Konvensional dan Inovatif

kehilangan gaya prategang dapat dijelaskan Temporary Bridge merupakan jembatan


sebagai berikut: sementara yang dibangun untuk membantu
1. Immediate Elastic Losses (Kehilangan dalam pengerjaan suatu proyek, dimana
Prategang dalam Jangka Pendek) mobilisasi dalam pengerjaan suatu proyek
Ini adalah kehilangan gaya prategang tersebut harus melintasi sungai, ataupun sebagai
langsung atau segera setelah beton diberi gaya akses jalan. Dalam erection method
prategang. Kehilangan gaya prategang secara menggunakan Temporary Bridge, dibutuhkan
langsung ini disebabkan oleh: alat bantu dalam pelaksanaannya karena
a. Perpendekan Elastic Beton (Elastic temporary bridge hanya sebagai akses untuk
shortening) memudahkan dalam pelaksanaan erection. Alat –
b. Kehilangan akibat friksi atau geseran alat bantu yang di pergunakan dalam pekerjaan
sepanjang kelengkungan dari tendon, ini terjadi erection pada metode Temporary Bridge adalah
pada beton prategang dengan sistem post tension. Crawler Crane dan Truck Boogie.
c. Kehilangan pada sistem angkur, antara lain
akibat slip diangkur Y Lin (1993) Safety Factor
2. Time dependent Losses Dalam rekayasa, faktor keselamatan (FoS),
Ini adalah kehilangan gaya prategang akibat juga dikenal sebagai (dan digunakan secara
dari pengaruh waktu, yang mana hal ini bergantian dengan) faktor keselamatan (SF),
disebabkan oleh: menyatakan seberapa kuat suatu sistem daripada
a. Rangkak (creep) pada beton. yang dibutuhkan untuk beban yang
b. Susut pada beton. dimaksudkan. Faktor keselamatan sering
c. Relaksasi baja prategang. dihitung menggunakan analisis terperinci karena
Karena banyaknya faktor yang saling terkait, pengujian komprehensif tidak praktis pada
perhitungan kehilangan gaya prategang (losses) banyak proyek, seperti jembatan dan bangunan,
secara eksak sangat sulit untuk dilaksanakan, tetapi kemampuan struktur untuk mengangkut
sehingga banyak dilakukan me-toda pendekatan, beban harus ditentukan dengan akurasi yang
misalnya metoda lump-sum (AASHTO), PCI wajar.
method dan ASCE-ACI methods Sutoyo (2006). Ada dua definisi untuk faktor keselamatan
(FoS):
Launcher Girder 1. Rasio kekuatan absolut struktur
Launcher adalah salah satu dampak positif (kapabilitas struktural) terhadap beban aktual
dari kemajuan teknologi dibidang kontruksi yang diterapkan ini adalah ukuran keandalan
jembatan. Dalam metode kontruksi ini, struktur desain tertentu. Ini nilai yang dihitung, dan
atas jembatan (span pertama) dirangkai terlebih kadang-kadang disebut, demi kejelasan, sebagai
dahulu pada salah satu sisi abutmen jembatan faktor keselamatan yang disadari.
kemudian didorong dari abutmen ke pierhead 2. Nilai yang disyaratkan konstan,
pertama. Kemudian pada bagian span kedua diberlakukan oleh hukum, standar, spesifikasi,
dirangkai kembali hingga selesai kemudian kontrak atau kebiasaan, yang harus dipenuhi atau
didorong kembali hingga span pertama bertumpu dilampaui oleh suatu struktur. Ini dapat disebut
pada pier head kedua dan span kedua bertumpu sebagai faktor desain, faktor desain keselamatan
pada pier head yang pertama. Launcher Girder atau faktor keselamatan yang diperlukan.
bukan metode erection yang paling murah dalam Dalam buku Roark's Formulas for Stress
pembangunan jembatan karena Launcher Girder and Strain menerangkan bahwa faktor
membutuhkan banyak analisis, keahlian dan alat keselamatan yang direalisasikan harus lebih
khusus dalam melaksanakannya. Namun besar dari faktor desain keselamatan yang
Launcher Girder menjadi metode yang mungkin disyaratkan. Namun, antara berbagai industri dan
atau harus digunakan jika akses pelaksanaannya penggunaan kelompok engineer tidak konsisten
sulit atau tidak boleh merusak lingkungan bila dan membingungkan.
menggunakan metode konvensional. Ketika Batas keamanan sebagai ukuran kemampuan
dilakukan dalam pembangunan jembatan, structural definisi batas keamanan ini biasa
Launcher Girder memberikan beberapa dilihat dalam buku Mechanical Design and
keuntungan baik bagi owner maupun kontraktor. Analysis pada dasarnya mengatakan bahwa jika
bagian tersebut dimuat ke beban maksimum yang
Temporary Bridge seharusnya dilihat dalam layanan, berapa banyak
lagi beban yang sama kekuatan itu bisa bertahan

3
Analisis Keamanan Girder Prategang Terhadap Beban Pelaksanaan Antara Metode
Konvensional dan Inovatif

sebelum gagal. Akibatnya, ini adalah ukuran Bagan Alir


kemampuan berlebih. Jika margin 0, bagian tidak Metode Konvensional
akan mengambil beban tambahan sebelum gagal, Metode konvensional yang dimaksud dalam
jika negatif bagian akan gagal sebelum mencapai penulisan ini adalah metode pelaksanaan
beban desainnya dalam pelayanan. Jika pemasangan PCI girder dengan menggunakan
marginnya 1, ia dapat menahan satu beban launcher atau beam launcher, yang dibantu
tambahan dengan gaya yang sama dengan beban dengan menggunakan servis crane untuk
maksimum yang dirancang untuk didukung menyiapkan girder yang akan di launcher. Bagan
(yaitu dua kali beban desain). Untuk Menghitung alir dapat dilihat pada Gambar 2.
margin of safety digunakan Persamaan 1.

(
1)
Profil Girder
Girder yang digunakan pada penelitian ini
mempunyai tinggi 2,1 meter dan lebar 0.7 meter
yang dapat dilihat pada Gambar 1.
800
80 640 80
A1 70
A2 130
A3 A3
120

2100 A6
200 1280

250
A4 A4

A5 250

700

Gambar 1 Penampang G

Spesifikasi Girder
Adapun untuk spesifikasi girder yang digunakan
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Spesifikasi girder
Gambar 2. Bagan alir metode konvensional
No Data Spesifikasi

Mutu Baja Metode Inovatif


1 Tegangan leleh baja (fy) 390 MPa
Metode inovatif merupakan metode yang
2 Tegangan ultimit (fu) 450 MPa
3 Modulus elastisitas (Es) 200.000 MPa
diajukan penulis yang dimaksud agar
Mutu Beton K – 500
mempermudah dalam pelaksanaan erection.
1 Kuat tekan beton (f’c) 42,3 MPa Skema metode inovatif adalah meletakkan stock
2 Modulus elastisitas beton (Ec) 4700√f’c = 30,568 MPa girder yang akan di launching ditumpuk dengan
Berat Jenis girder yang lain, cara ini bertujuan agar launcher
1 Berat jenis baja (Ws) 78,5 kN/m3 tidak terlalu jauh dalam menjangkau girder,
2 Berat jenis beton (Wc) 24 kN/m3 sehingga mempercepat proses erection.
Strand
Keamanan dalam metode ini perlu dihitung
1 PC Strand (Ø) 12,7 mm
karena berat girder yang akan dibahas adalah 75
2 UTS 18700 kgf
3 Jumlah Strand 4
ton dan beban tersebut secara stack berada diatas
Kabel 1 12 Ø12,7 mm girder dalam waktu yang lama karena menunggu
Kabel 2 12 Ø12,7 mm proses erection. Berbeda dengan beban
Kabel 3 12 Ø12,7 mm kendaraan yang melintas girder dengan cepat.
Kabel 4 12 Ø12,7 mm Skema metode inovatif dapat dilihat pada
4 Gaya prestress efektif 112 kN/Strand Gambar 3.

4
Analisis Keamanan Girder Prategang Terhadap Beban Pelaksanaan Antara Metode
Konvensional dan Inovatif

Gambar 5. Titik Angkat Girder

Pengankatan girder dilakukan dengan jarak


1,5meter dari masing – masing ujung girder,
sehingga analisanya seperti Gambar 6.

Gambar 3. Skema pembebanan


Sedangkan bagan alir metode inovatif dapat Gambar 6. Analisis pengangkatan girder
dilihat pada Gambar 4.
Pada saat girder diangkat beban yang
ditanggung adalah berat sendiri girder tersebut,
pemodelan menggunakan STAADPro hasilnya
dapat dilihat berturut turut pada Gambar 7. dan
Gambar 8.
Tegangan Sx

Gambar 7. Tegangan Sx

Tegangan Sy

Gambar 8. Tegangan Sy

Dari pemodelan didapatkan tegangan seperti


pada Tabel 2.

Tabel 2. Rangkuman tegangan Sx dan Sy


Gambar 4. Bagan alir metode inovatif Tegangan terfaktor Tegangan ijin Keterangan
Sx 5.29 – 0.246 tekan 27.54 OK
Perhitungan Titik Angkat Girder Sy 1.01 – 0.626 tekan 27.54 OK
Posisi pengangkatan girder dapat dilihat pada (d)
Gambar 5.

Analisis Launcher pada Saat Erection


Launcher yang digunakan dapat dilihat pada
Gambar 9.
(e)

5
Analisis Keamanan Girder Prategang Terhadap Beban Pelaksanaan Antara Metode
Konvensional dan Inovatif

Ringkasan pemodelan pengangkatan girder di


rangkum pada Tabel 3.

Tabel 3. Rangkuman lendutan pada gantry


Kondisi Kondisi Kondisi Kondisi
Maksimum
1 2 3 4
Lendutan (mm) 169 167 142 121 208
Tegangan (Mpa) 152 158 180 137 211
OK OK OK OK OK

Dari tabel diatas didapatkan lendutan


maksimum 208 mm diambil dari SNI – 03 –
L
Gambar 9. Launching Gantry 1729 – 2002 yaitu sedangkan tegangan
240
Material launcher adalah sebagai berikut: 2
maksimum diambil dari Fy yaitu sebesar 211
Standard : ASTM 3
Designation : A242 Grade 46 MPa.
Fy : 317 MPa
Fu : 462 MPa Tegangan Launcher
Adapun untuk pemodelan gantry juga Pada pemodelan launcher terjadi beban
dikerjakan menggunakan STAADPro dengan aksial sebesar 219 ton (tekan) dan tarik sebesar
pembebanan 4 kondisi sesuai dengan berjalannya 197 ton yang ada pada batang dapat dilihat pada
girder yang diangkat dengan gantry ada pada Gambar 12.
Gambar 10.

(a)

Gambar 12. Batang yang menerima tegangan


terbesar
(b)
Batang yang menerima beban tekan dan
Tarik tersebut adalah H beam 300.300.10.15,
karenanya akan dianalisi pada hitungan dibawah
ini:
a. Batang tekan
Beban terfaktor Pu = 219,789 kg
= 2,197,890 N
(c) Luas penampang Ag = 2∙15∙300+10∙270
= 11,700 mm2
Fy
Pn = ∅ ∙ Ag ∙
ω
=
317
0.85 ∙11,700 ∙
1
= 3,152,565 N
Gambar 11. Berturut – turut pembebanan Jadi syaratnya, Pn > Pu =
kondisi a-d dan e adalah berat 3,152,565 > 2,197,890 → OK
sendiri gantry Pn 3,152,565
Safety factor =
Pu 2,197,890

6
Analisis Keamanan Girder Prategang Terhadap Beban Pelaksanaan Antara Metode
Konvensional dan Inovatif

Safety factor = 1.4


b. Batang Tarik
Beban terfaktor Pu = 197,773 kg
= 1,977,730 N
Luas penampang Ag = Gambar 13. Girder untuk tumpuan girder
2 ∙15 ∙ 300+10 ∙270
= 11,700 mm2
Pn1 = ∅ ∙ Ag ∙ F y Pembebanan
= 0.9 ∙11,700 ∙317 Pembebanan girder dengan metode inovatif
= 3,338,010 N akan ditabelkan sesuai dengan Tabel 4.
Jadi syaratnya, Pn1 > Pu = Tabel 4. Pembebanan girder
3,338,010 > 1,977,730→ OK Faktor Mmax Smax γ . Mmax γ . Smax
No. Beban
Pn 3,338,010 beban
(γ)
(momen)
N.m
(geser)
N
(momen)
N.m
(geser)
N
Safety factor =
Pu 1,977,730 1 Beban mati struktur (MS)
Girder 1.2 3,793,849 370,132 4,552,619 444,157
Safety factor = 1.6
GL 1.6 3,793,849 370,132 6,070,091 592,204
Pn2 = ∅ ∙ Ae ∙ F y TL 1.6 265,566 25,909 424,906 41,454
= 0.9 ∙ 9,945∙ 317 TOTAL 7,853,222 11,047,616 1,077,816
= 3,445,942.5 N
Jadi syaratnya, Pn2 > Pu =
3,445,942.5 > 1,977,730→
Statis Momen
OK
Statis momen didapatkan dari penampang girder
Pn 3,445,942.5 yang dapat dilihat pada Tabel 5.
Safety factor =
Pu 1,977,730 Tabel 5. Statis momen girder
Safety factor = 1.7 A Y
No (mm²) (mm) A . Y (mm3) IX0 A . Y²N IX Total
Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan
bahwa rangka batang atau launcher aman 1 32,000 35 1,568,000 18,293,333 49,679,317,064 49,697,610,397

digunakan pada saat erection girder, menimbang 2 120,000 135 14,040,000 146,466,667 94,463,555,673 94,610,022,339
semua safety factor lebih dari 1 serta lendutan 3 36,000 240 8,640,000 28,800,000 25,625,572,680 25,654,372,680
yang nilainya dibawah lendutan ijin. Perhitungan
4 62,500 1,767 110,416,667 217,013,889 29,153,132,951 29,370,146,840
dan pemodelan menunjukkan hasil yang sama –
sama aman dan tidak ada tegangan ataupun 5 175,000 1,975 345,625,000 911,458,333 139,024,266,647 139,935,724,980

lendutan yang melebihi batas ijin. 6 330,000 1,025 338,250,000 74,868,750,000 1,136,888,827 76,005,638,827
Total 752,300 818,539,667 Inersia Penampang (mm4) 413,988,026,354

Analisis Girder yang menjadi Tumpuan


Girder yang menjadi tumpuan pada penelitian Tendon
ini dapat dilihat pada Gambar 13. Tendon yang direncanakan pada girder dapat
80
800
640 80
dilihat pada Tabel 6.
A1 70 Tabel 6. Rencana Tendon
A2 130 Tendon Jumlah Profile Asp fpu
A3 A3 strand Tumpuan Tengah (mm2) (Mpa)
120
1 18 1700 340 98.7 1860
2 18 1250 220 98.7 1860
3 18 850 100 98.7 1860
2100 A6 4 12 550 100 98.7 1860
200 1280 5 12 250 100 98.7 1860
Total 78 1000 183

250
A4 A4 Posisi Tendon
A5 250
Posisi tendon didapatkan melalui pengolahan
data yang ditabelkan pada Tabel 7.
700
Tabel 7. Posisi Tendon

7
Analisis Keamanan Girder Prategang Terhadap Beban Pelaksanaan Antara Metode
Konvensional dan Inovatif

Tendon 1 2 3 4 5 cgs cgc Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan


A
B
0.002
-0.099
0.001
-0.075
0.001
-0.055
0.001
-0.033
0.000
-0.011
0.001
-0.060
0.000
0.000
bahwa total lendutan akibat beban beabn
C 1.700
0.15 1.685
1.250
1.239
0.850
0.842
0.550
0.545
0.250
0.248
1.000
0.991
0.000
1.012
pelaksanaan adalah 30 mm angka tersebut berada
1 1.602 1.176 0.796 0.518 0.239 0.941 1.012 dibawah lendutan ijin yaitu 51 mm, dapat
2 1.508 1.105 0.744 0.487 0.229 0.885 1.012
3 1.418 1.036 0.694 0.457 0.219 0.831 1.012 dikatakan lendutan yang terjadi ini adalah aman.
4 1.331 0.971 0.647 0.428 0.209 0.779 1.012
5 1.248 0.908 0.601 0.401 0.200 0.729 1.012
6
7
1.169
1.093
0.848
0.790
0.557
0.515
0.374
0.349
0.191
0.183
0.681
0.635
1.012
1.012 Kontrol Tegangan Girder
8
9
1.021
0.952
0.736
0.684
0.475
0.438
0.325
0.303
0.175
0.168
0.592
0.551
1.012
1.012
1. Tegangan pada saat transfer
"x"
jarak
10 0.887
11 0.826
0.634
0.588
0.402
0.368
0.281
0.261
0.160
0.154
0.512
0.475
1.012
1.012
Kontrol tegangan pada kondisi transfer
dari 12 0.768 0.544 0.336 0.242 0.147 0.440 1.012 meliputi tegangan yang terjadi pada penampang
tumpuan 13 0.714 0.504 0.306 0.224 0.141 0.408 1.012
girder 14 0.664 0.465 0.279 0.207 0.136 0.378 1.012 tumpuan dan tengah bentang. Beban yang
(m) 15 0.617 0.430 0.253 0.192 0.131 0.350 1.012
16 0.574 0.397 0.229 0.177 0.126 0.324 1.012 bekerja pada kondisi ini adalah gaya prategang
17 0.535
18 0.499
0.368
0.340
0.207
0.188
0.164
0.153
0.121
0.118
0.300
0.279
1.012
1.012
dan berat sendiri girder. Gaya prategang yang
19 0.467
20 0.438
0.316
0.294
0.170
0.154
0.142
0.132
0.114
0.111
0.259
0.242
1.012
1.012
digunakan pada kondisi beban kerja adalah gaya
21 0.413
22 0.392
0.276
0.259
0.140
0.129
0.124
0.117
0.108
0.106
0.227
0.214
1.012
1.012
prategang initial (Pi), yaitu gaya prategang sesaat
23 0.374 0.246 0.119 0.111 0.104 0.204 1.012 setelah dilakukan pendongkrakan dan belum
24 0.360 0.235 0.111 0.107 0.102 0.195 1.012
25 0.350 0.228 0.106 0.103 0.101 0.189 1.012 mengalami kehilangan sebagian prategang.
26 0.343 0.223 0.102 0.101 0.100 0.185 1.012
27 0.340 0.220 0.100 0.100 0.100 0.183 1.012
28 0.340 0.220 0.100 0.100 0.100 0.183 1.012
a. Penampang tumpuan

Kehilangan Prategang ft = −Pi ee . ct


1. Akibat prategang pada saat transfer (balok
saja). 2 =
Ac (
1− 2
r
-13.01 MPa
) (tekan)
−Pi . L 5
∆pi = 8. E . I
. e e + (e −e )
6 c e [ ] fb
-13.01

= −Pi
<

e .c
-36.72 OK

= -83 mm (ke atas)


=
(
1+ e 2 b
A c -13.62 r MPa ) (tekan)
2. Akibat berat sendiri -13.62 < -36.72 OK
b. Penampang tengah bentang
∆q = 5.q girder . L4
384. E c . I c −Pi ec . ct
=
3. Akibat GL
38 mm (ke bawah) ft = A
c
1− (r2 )
= -1.46 MPa (tekan)
∆q = 5. qGL . L 4 -1.46 < -36.72 OK
384. E c . I c
= 38 mm (ke bawah) fb = −Pi ec . cb
4. Akibat TL
5. q TL . L4
(
1+ 2
= A c -24.36 r MPa
) (tekan)
∆q = -24.36 < -36.72 OK
384. E c . I c Gambar tegangan girder dapat dilihat pada
= 3 mm (ke bawah) Gambar 14.
Dari perhitungan kehilangan prategang
disederhanakan menggunakan Tabel 8.

Tabel 8. Kehilangan Prategang


Beban Long time cambers and deflection
Beban yang bekerja
q (N/mm) Release (1) multipliers Erection (2) multipliers Service (3)
1. Akibat gaya prategang -89 1.80 x (1) -160 2.20 x (1) -196
2. Akibat berat girder sendiri 18055 41 1.85 x (1) 75 2.40 x (1) 97
-49 -85 -99
3. Akibat beban GL 18.06 41 3.00 x (2) 122
-45 23
4. Akibat TL 1.26 3 2.30 x (2) 7
-42 30
30

Total lendutan akhir adalah = 30 mm


Batasan lendutan izin L/800 = 51 mm

8
Analisis Keamanan Girder Prategang Terhadap Beban Pelaksanaan Antara Metode
Konvensional dan Inovatif

Berdasarkan pembahasan pada kajian


penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Metode konvensional adalah metode
pelaksanaan erection dengan penataan stok
secara horizontal, menurut analisis launcher
yang digunakan adalah aman dan memenuhi
syarat.
Gambar 14. Tegangan Girder 2. Pengangkatan girder yaitu 1.5 meter dari
ujung untuk menjaga dari kegagalan erection.
tegangan pada tumpuan, kanan tegangan pada 3. Metode inovatif yaitu penataan girder secara
tengah bentang vertikal, hasil dari analisis menunjukkan bahwa
semua tegangan tidak melebihi tegangan ijin
b. Tegangan pada kondisi pelaksanaan beton.
Kontrol tegangan pada kondisi 4. Tegangan – tegangan pada launcher dan girder
pelaksanaan meliputi tegangan yang terjadi pada aman dan tidak melebihi tegangan ijin.
penampang tengah bentang. Beban yang bekerja 5. Metode inovatif lebih ringkas daripada metode
pada kondisi ini adalah beban gaya prategang, konvensional, karena launcher tidak perlu
berat sendiri girder dan beban girder yang kembali pada posisi semula.
ditumpuk beserta tracknya. Dapat dilihat pada
Gambar 15. Saran
Penampang tengah bentang: Berdasarkan dari kesimpulan kajian
penelitian ini, maka dapat diberikan saran kepada
kontraktor, pemilik proyek, dan konsultan.
−Pe e c .c t MT
ft =
Ac
1− 2 −
r ( <f
S ct c ) Adapun saran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut:
1. Bagi kontraktor:
−Pe ec . cb MT a. Pembuatan metode pelaksanaan ereksi girder
fb =
Ac
−Pe
1+ 2 +
r (
e c .c t
<f
S cb t
M MS . D + M MS .S
) prategang perlu dianalisis apapun yang
terjadi agar terhidar dari kegagalan pada
proses ereksi..
ft =
Ac
1− 2 −
r ( St ) b. Menempatkan stock girder seperti pada
pembahasan ini adalah aman dan dapat
mempercepat proses ereksi
= -13.83 MPa (tekan)
-13.83 < -27.54 OK c. Mematuhi tata cara perlakuan produk girder
prategang yang telah direkomendasikan oleh
fb = −P e .c M +M industri pembuat girder.
Ac
e
( 1+
c

r 2
b
) +
MS . D
Sb
MS .S
2.
a.
Bagi pemilik proyek dan konsultan:
Inovasi dalam pelaksanaan agar ereksi dapat
= -7.71 MPa (tekan) dilakukan dengan cepat dan aman
-7.71 < -27.54 OK b. Memeriksa rencana pekerjaan ereksi girder
yang diajukan kontraktor apakah sudah
benar dan aman.
c. Menghemat biaya dengan penggunaan alat
yang lebih efisien.

Daftar Rujukan
Dipohusodo, Istimawan. (1994). Struktur Beton
Bertulang. Gramedia Pustaka. Jakarta.
L.J. Murdock, K.M. Brook, (1999), Bahan dan
praktek beton, Jakarta: Erlangga.
Lin, T. Y., Burns, N. H. (1981). Design of
Prestressed Concrete Structures. John
Wiley & Sons. New York.
Gambar 15. Tegangan pada tengah bentang Nawy, E. G. (2001). Beton Prategang Suatu
Kesimpulan Pendekatan Mendasar Jilid 1 Edisi
Ketiga. Erlangga. Jakarta.

9
Analisis Keamanan Girder Prategang Terhadap Beban Pelaksanaan Antara Metode
Konvensional dan Inovatif

Nawy, E. G. (2010). Prestressed Concrete A


Fundamental Approach Fifth Edition
Update ACI, AASHTO, IBC, 2009 Codes
Version. Prentice Hall. USA.
SNI T-12-2004. Perencanaan Struktur Beton
untuk Jembatan. Badan Standarisasi
Basional. Jakarta. Jakarta

10

Anda mungkin juga menyukai