Bab Iii Metode Pelaksanaan Konstruksi 3.1. Ruang Lingkup Pekerjaan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

BAB III

METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

3.1. Ruang Lingkup Pekerjaan


Pada pelaksanaan suatu proyek perlu menentukan dan mengatur langkah – langkah kerja
setiap jenis pekerjaan dari awal hingga siapnya pekerjaan tersebut. Hal ini menyangkut
dengan penentuan rencana kerja yang disusun berdasarkan jenis dan volume pekerjaan.
Semua ini berguna untuk menentukan tenaga kerja dan peralatan – peralatan yang nanti
akan dipergunakan.
Ruang lingkup dalam pekerjaan ini adalah pekerjaan pembangunan jalan baru yang mana
fokus pada struktur perkerasan jalan, pekerjaan tersebut sebagai berikut :

3.1.1 Pekerjaan Struktur


 Pekerjaan pembuatan jalan

3.1.2 Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan


Struktur perkerasan jalan dibuat dengan beberapa langkah sehingga mendapatkan
hasil yang sempurna, dari lapis paling awal hingga paling akhir memerlukan mutu
material yang sesuai agar terciptanya tipe jalan yang dibutuhkan. Langkah
pelaksanaan struktur perkerasan jalan lentur dapat dilihat pada gambar 3.1
Mulai

Persiapan Pekerjaan

Clearing dan Grubbing Pengadaan Alat dan


Material

Pekerjaan Striping
Pekerjaan Sub Grade

Pekerjaan Pemadatan Tanah

Pekerjaan Pondasi

Pekerjaan Pengaspalan

Selesai

Gambar 3.1 Bagan Alir Pelaksana Pekerjaan


3.2. Uraian Metode Pelaksanaan Konstruksi
Dalam pelaksanaan sebuah proyek, perlu adanya metode yang menjadi pedoman dalam
pelaksanaan kerja. Dalam sudut pandang manajemen kontruksi metode yang digunakan
oleh para pelaksana dilapangan harus mendapat persetujuan dari pihak pengawas.

Untuk mencapai tujuan dengan efektif dan efisien, maka manajemen kontruksi
melibatkan tahapan-tahapan metode yang standar digunakan pada setiap pembangunan.
Dalam menyelesaikan suatu proyek untuk mencapai tujuan dengan efektif dan efisien,
diperlukan sistem manajemen yang baik, diperlukan berbagai metode sesuai jenis
bangunan yang diselesaikan. Pihak manajemen menyusun dan mengarahkan metode-
metode agar dapat menyelaraskan antara sumber daya dan pengguna peralatan untuk
mencapai tujuan proyek. Untuk mencapai tujuan dengan efektif dan efisien, maka
manajemen kontruksi melibatkan metode-metode pelaksanaan kontruksi. Metode-metode
tersebut adalah sebagai berikut :

3.2.1 Mobilisasi
Mobilisasi bertujuan untuk mengadakan / mendatangkan peralatan, personil, dan
perlengkapan untuk melaksanakan semua item pekerjaan di lapangan, dan
mengembalikan pada keadaan yang diinginkan sesuai dengan gambar kerja.
a. Mobilisasi Peralatan
Dalam Pelaksanaan Proyek ini Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan yang
dilakukan terdiri dari:
 Hidraulic Hammer
 Trailer
 Diessel Hammer
 Excavator
 Load Test Equipment
 Survey Equipment
 Welding Machine
Personil terdiri dari :
 Project Manager
 Site Manager
 Quality Control
 Welding Inspector
 Supervisor
 Logistic
 Operator alat berat
 Administrasi teknik
b. Pengadaan direksikeet
Untuk pengadaan direksikeet ini pelaksana membuatnya disekitar lokasi
proyek. Direksi keet ini berfungsi tempat beristirahat para pekerja dan
penyimpanan material serta peralatan pekerjaan.
c. Papan proyek
Papan nama ini digunakan sebagai identitas dan informasi mengenai proyek,
dibuat dengan ukuran atas persetujuan Direksi. Dipasang di pangkal dan ujung
lokasi pekerjaan dan dipelihara selama pelaksanaan proyek.

3.2.2 Demobilisasi Alat


Pekerjaan ini merupakan pekerjaan pengembalian dan pemindahan peralatan yang
telah dipergunakan serta mengembalikan kondisi lapangan yang telah digunakan
sebagai tempat penyimpanan alat, barak pekerja, gudang, dan lain sebaginya
kembali ke kondisi awal.

3.2.3 Pekerjaan Persiapan


Pekerjaan persiapan dimulai dari :
1. Persiapan yang menyangkut dengan kelancaran pekerjaan pelaksana telah
dipersiapkan dilokasi sebelum dimulainya pekerjaan.
2. Membuat setting out titik jalan koordinat dari gambar shop drawing acuan
kerja yang sudah disetujui oleh owner dan pengawas.
3. Persiapan jadwal pelaksanaan, time schedule, mobilisasi peralatan, tenaga
kerja dan pengiriman material serta kelengkapan administrasi lapangan.
4. Maping penempatan alat berat dan penempatan material untuk menghindari
kendala jangkauan tarik material.
5. Penentuan urut As badan jalan.
Survey lokasi untuk memastikan kondisi dilapangan yang menyangkut dengan
persiapan dan pelaksanaan pekerjaan pembangunan jalan, yaitu dimulai dari
tahapan sebagai berikut :
1. Pemeriksaan dan pematokan batas lahan, Hal yang paling mendasar adalah
memastikan bahwa lahan yang dilaksanakan adalah sesuai dengan lokasi yang
disebutkan dalam Kontrak dan Sertifikat Tanah yang dimiliki oleh Owner,
karena semua acuan perletakan bangunan dan infrastrukturnya, harus mengacu
pada batas-batas lahan yang benar.

Langkah pemeriksaan dan pematokan batas lahan adalah sebagai berikut:

 pastikan bahwa patok batas lahan, pada tiap sudut perimeter lahan sesuai
dengan data Badan Pertanahan Nasional — jika belum ada patok dari BPN,
sebaiknya diminta pihak BPN atau pengelola kawasan untuk memasang
patok-patok batas lahan yang sesuai dengan data mereka
 jika patok yang ada belum permanen (tidak dicor) atau tidak terlindungi
dengan baik, sebaiknya dibuat patok beton dengan cor dan memasang titik
batas dengan tanda paku tertanam di tiap patok dan lindungilah patok-patok
tersebut dengan perimeter yang baik dan mudah dipantau (dari bambu atau
kaso dan diberi tanda warna atau bendera atau tanda lain yang mudah
dilihat)
 setelah dipastikan seluruh patok perimeter sesuai, Berita Acara Joint Survey
yang sudah disahkan bersama instansi terkait dan Konsultan Pengawas atau
Owner harus disimpan dan menjadi dasar acuan seluruh pengukuran
berikutnya
 titik batas lahan dan garis perimeternya diplot ke gambar dan dilakukan
cross check apakah sesuai dengan batas yang diberikan dalam gambar
desain atau gambar konstruksi — jika terjadi perbedaan maka harus
dilaporkan kepada Konsultan untuk dilakukan penyesuaian gambar desain
 buatlah patok-patok benchmark utama (BM) yang terhubung dengan
seluruh titik sudut perimeter lahan di lokasi yang tidak terganggu selama
pelaksanaan proyek dan diplotkan pada gambar pelaksanaan, serta menjadi
acuan awal pelaksanaan pematokan (stacking out) pada bangunan-bangunan
yang akan dilaksanakan jika diperlukan, dapat dibuat patok-patok pinjaman
untuk mempermudah pelaksanaan pengukuran dan pematokan berikutnya

2. Pemeriksaan level dan kontur tanah eksisting, Setelah batas lahan dipastikan


sesuai, segera dilakukan pemeriksaan level dan kontur tanah eksisting, untuk
mendapatkan data acuan level bangunan serta infrastruktur yang akan
dilaksanakan. Data dari pemeriksaan ini juga dapat digunakan untuk
perhitungan pekerjaan cut and fill serta galian/urugan yang diperlukan

Tanda atau marking level di lapangan untuk level acuan seluruh bangunan
yang akan dikerjakan, dapat berupa tanda segitiga terbalik berwarna merah dan
angka level acuan, yang dapat dibuat pada patok BM utama atau pada
bangunan atau infrastruktur eksisting yang dipastikan tidak akan berubah
dalam jangka waktu yang cukup lama, minimal selama pelaksanaan proyek.
Lakukan pengukuran kontur tanah eksisting, termasuk level jalan raya,
saluran, pedestrian, dsb, termasuk seluruh kondisi eksisting pada area disekitar
lokasi proyek jika memungkinkan (sekitar 5 m’ di area proyek tersebut).
Pastikan data dipelihara dengan baik dan jika tanda yang dibuat di lapangan
terhapus atau rusak segera lakukan perbaikan atau pembuatan tanda yang baru.

3. Pengamatan kondisi lapangan, Selain pengukuran dan pendataan serta


pembuatan gambar seperti diuraikan di atas, kondisi lapangan baik di dalam
lokasi maupun di sekitar lokasi proyek, perlu diamati antara lain :
 kondisi tanah dan vegetasi serta konstruksi dan utilitas eksisting di lokasi
proyek
 bahaya alam (lereng yang mudah longsor, daerah sambaran petir,  dsb)
 kondisi lalu lintas serta manuver kendaraan di sekitar lokasi proyek
 lokasi dan nomor telepon instansi penting (kantor pemerintahan dan
kawasan yang terdekat dengan lokasi proyek : kantor kelurahan atau
kecamatan, kantor polisi, klinik atau rumah sakit, kantor pemadam
kebakaran, tempat ibadah, warung makan dan kios, dsb)
 kondisi sosial di sekitar lokasi proyek.
Hal ini dimaksudkan supaya tim Kontraktor dapat mengantisipasi segala
kendala yang mungkin timbul serta membuat persiapan pencegahannya,
termasuk memberikan gambaran awal yang baik untuk penempatan
bangunan sementara termasuk akses dan jalan kerja yang diperlukan.
Kendala yang mungkin timbul antara lain : potensi kemacetan pada jam
tertentu di jalan sekitar proyek, adanya cekungan yang harus diperbaiki
sebelum pelaksanaan konstruksi jalan di proyek, dsb. Pengamatan ini juga
berguna untuk menganalisa metoda kerja yang akan digunakan, dalam
kaitan aspek teknis maupun non teknis yang mungkin terjadi.

3.2.4 Pelaksanaan Pekerjaan


Tahap ini meliputi :
1. Pekerjaan pemetaan (pengukuran badan jalan), tahapan pekerjaan ini dilakukan
agar badan jalan sesuai dengan ukuran yang di inginkan.
2. Pekerjaan Clearing dan Grubbing (pembersihan badan jalan dari pohon dan
sampah), sebelum badan jalan dibentuk lahan perlu dibersihkan dahulu dari
sampah dan pepohonan agar tidak terjadi masalah dikemudian hari.
3. Pekerjaan stripping (pembentukan badan jalan), pekerjaan ini disebut juga
dengan pekerjaan galian dan timbunan.
4. Pekerjaan Sub Grade (pemadatan tanah)
5. Pekerjaan Sub Base course (lapis pondasi bawah)
6. Pekerjaan Base Course (pondasi atas)
7. Pekerjaan Prime Coat (lapis resap)
8. Pekerjaan AC Base
9. Pekerjaan Tack Coat (lapis ikat)
10.Pekerjaan AC – BC
11.Pekerjaan Tack Coat (lapis ikat)
12.Pekerjaan AC – WC
13.Pekerjaan marka jalan

3.2.5 Pekerjaan Penutup


Pekerjaan penutup ini meliputi pekerjaan pembersihan. Pada masa pekerjaan
pembersihan, wajib membersihkan seluruh bagian dari proyek.

Anda mungkin juga menyukai